39
GIZI DAN PRESTASI ANAK SEKOLAH (Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi Tumbuh Kembang) Disusun oleh : Mizna Sabilla 108101000011 Titah Wulandari 108101000028 Iin Septiana 108101000032

Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hubungan gizi dan prestasi anak sekolah

Citation preview

Page 1: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

GIZI DAN PRESTASI ANAK SEKOLAH

(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi Tumbuh Kembang)

Disusun oleh :

Mizna Sabilla 108101000011

Titah Wulandari 108101000028

Iin Septiana 108101000032

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H

Page 2: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang

tersedia bagi suatu bangsa tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka

sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri (Hadi, 2005).

Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur

keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan IPM

maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang

menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari

174 negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap

Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Sedangkan pada tahun 2004,

IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP 2004, dalam Beban

Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan

Nasional, 2005), yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat

IPM negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status

gizi dan kesehatan penduduk Indonesia (Hadi, 2005).

Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya

manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang

berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif

dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat

daripada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas

pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003).

Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih

baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh

berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 1

Page 3: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak

sekolah yang tidak memuaskan, misal berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe,

defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium

(Sediaoetama,1996).

Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan

lost generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga

tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami kurang energi protein

(KEP) mempunyai mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang

tidak KEP. Anak yang mengalami anemia mempunyai IQ lebih rendah 5-10 skor

dibandingkan yang tidak anemia. Anak yang mengalami gangguan akibat kekurangan

iodium (GAKI) mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang

mengalami GAKI (Karsin, 2004).

Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata-rata IQ 11

point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF

1998 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan

Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia

sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang

merupakan indikator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin

meningkat dengan bertambahnya umur dan gambaran ini ditemukan baik pada laki-

laki maupun perempuan. Jika diamati perubahan prevalensi anak pendek dari tahun

ke tahun maka prevalensi anak pendek ini praktis tidak mengalami perubahan oleh

karena perubahan yang terjadi hanya sedikit sekali yaitu dan 39,8% pada tahun 1994

menjadi 36,1% pada tahun 1999 (Depkes, 2004).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan

dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat

keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi

seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa

lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan

penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 2

Page 4: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, !

996).

Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup

mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan

menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan

berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi

menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran

otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan

dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh

terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008).

1.2 Tujuan

1. Mengetahui zat gizi yang berpengaruh pada status gizi dan anak sekolah

2. Mengetahui zat gizi yang berpengaruh pada prestasi anak sekolah

3. Mengetahui program untuk mengatasi masalah gizi dan prestasi anak sekolah

4. Mengevaluasi efektivitas program untuk mengatasi masalah gizi dan prestasi

anak sekolah

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 3

Page 5: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi.

Nutrition status adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu ( Supariasa, 2001). Sedangkan menurut Almatsier (2001) status gizi adalah

keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih.

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah dan

fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram,

pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan

metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Supariasa, 2002).

Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam strukur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan (Supariasa, 2002).

Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan

tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk pula perkembangan

emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

2.3 Anak Sekolah

Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia

dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak.

Menurut UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang dikatakan

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 4

Page 6: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American

Academic of Pediatric (1998) memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan

usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut

ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan

karakteristik kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia

sekolah, remaja, awal usia dewasa hingga mencapai tahap proses perkembangan

sudah lengkap.

Penggolongan usia anak berdasarkan perubahan biologis:

1. Neonatus/bayi baru lahir (4 minggu pertama setelah kelahiran, terjadi

perubahan fungsi fisiologi yang sangat penting namun masih prematur)

2. Bayi (1 bulan sampai 12 bulan), merupakan masa awal pertumbuhan yang

pesat

3. Anak-anak (1-12 tahun) adalah masa pertumbuhan secara bertahap, yang bisa

terbagi menjadi :

- anak usia 1-3 tahun,

- anak usia pra sekolah 3-5 tahun dan

- anak usia sekolah 6-12 tahun

4. Remaja (13-17 tahun), merupakan akhir tahap perkembangan secara pesat

hingga menjadi orang dewasa.

2.4 Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan "belajar" yang

mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian

prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.

Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara

individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud

dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya). Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar

dan Kompetensi Guru,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar, bahwa

prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 5

Page 7: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja (Wardiyati, 2006).

Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah

"penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan

dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa (Wardiyati,

2006).

Dari pengertian di atas bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang

atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang

diperoleh dengan jalan bekerja.

Menurut Slameto (2003) dalam Wardiyati (2006), belajar ialah suatu usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sedangkan menurut Muhibbinsyah (2002) dalam Wardiyati (2006),

belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Dalam hal ini prestasi belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan

siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Seluruh

pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku individu terbentuk dan

berkembang melalui proses belajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu

tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka)

dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi

pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan

angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.

Menurut Soematri (1978) dalam Isdaryanti (2007), secara garis besar, faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi dua bagian

besar yaitu faktor internal dan eksternal.

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 6

Page 8: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

a. Faktor Internal :

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu

sendiri terdiri dari factor biologis dan faktor psikologis sebagai contoh : faktor

kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan,

bakat.

1) Faktor biologis

o Kandungan sampai lahir sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang

sangat menentukan keberhasilan seseorang.

o Kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi

keberhasilan belajar seseorang. Namun demikian didalam menjaga

kesehatan fisik ada beberapa hal yang sangat diperlukan diantaranya

makan dan minum harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan,

olahraga dan istirahat yang cukup.

2) Faktor psikologis

o Intelegensi

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar memang berpengaruh besar

terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai

intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai

prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa

intelegensi itu bukan merupakan satu-satunya factor penentu

keberhasilan seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu

faktor dari sekian banyak faktor. Sebaliknya, seseorang yang

intelegensinya tidak seberapa tinggi atau sedang, mungkin saja

mencapai prestasi belajar tinggi jika proses belajarnya ditunjang dengan

berbagai faktor lain yang memungkinkan untuk mencapai prestasi beljar

yang maksimal.

o Kemauan

Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan

belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan merupakan

motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 7

Page 9: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

setiap segi kehidupannya. Bagiamanapun baiknya proses belajar yang

dilakukan seseorang hasilnya akan kurang memuaskan jika orang orang

tersebut tidak mempunyai kemauan yang keras.

o Bakat

Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang

keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Kegagalan

dalam belajar yang sering terjadi sehubungan dengan bakat justru

disebabkan seseorang terlalu cepat merasa dirinya tidak berbakat dalam

suatu bidang.

o Daya ingat

Daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Daya

ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukan,

menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Sesuai dengan

tahap-tahapnya, daya ingat mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Sifat cepat atau lambat : menunjukkan lamanya waktu untuk

memasukan kesan kedalam pikiran

Sifat setia : kesan-kesan yang masuk dapat disimpan sama persis

dengan objek yang sebenarnya

Sifat tahan lama : sifat ini juga dimiliki oleh daya menyimpan

yang berarti kesan-kesan yang masuk dapat disimpan dalam

waktu yang lama atau tidak mudah lupa

Sifat luas : sifat inipun dimiliki oleh daya menyimpan, yang

berarti dapat menyimpan kesan dalam jumlah yang benyak

Sifat siap : sifat ini dimiliki oleh daya reproduksi, yang berarti

dapat mengeluarkan kembali kesan-kesan yang telah tersimpan

didalam pikiran, baik secara lisan maupun secara tertulis,

kemampuan mengingat ini dipengaruhi pula oleh daya jiwa yang

lain diantaranya adalah kemauan dan daya konsentrasi. Daya

konsentrasi :merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 8

Page 10: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

pikiran, perasaan, kemauan dan segenap pancaindra ke satu

objek didalam satu aktivitas

b. Faktor Eksternal

Adalah merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri.

Faktor meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor

lingkungan masyarakat dan faktor waktu.

1) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan

pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan

seseorang. Kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan keberhasilan

belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis

diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan

belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup

suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang

besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan

anak-anaknya.

2) Faktor lingkungan sekolah

Hal mutlak yang harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan

belajar adalah tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen

dan konsisten. Kondisi lingkungan sekolah yang juga mempengaruhi

kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dalam jumlah yang

cukup dan memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan,

peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi

persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman

yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua personil

sekolah.

3) Faktor lingkungan masyarakat

Didalam masyarakat ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat

menunjang keberhasilan belajar,ada pula lingkungan atau tempat tertentu

yang menghambat keberhasilan belajar. Lingkungan atau tempat tertentu

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 9

Page 11: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-

lembaga pendidikan non formal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu

seperti kursus bahasa inggris dll. Lingkungan atau tempat tertentu yang

dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan

tertentu yang banyak dikunjungi yang mengutamakan kesenangan atau

hura-hura seperti diskotik, bioskop dll.

4) Faktor waktu

Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat

hiburan atau rekreasi. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar

yang maksimal, siswa dan mahasiswa tidak dihinggapi kejenuhan dan

kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan. Secara garis besar,

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi

menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu

sendiri terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis, status gizi yang

dipengaruhi juga oleh asupan energi dan protein. Sedangkan faktor eksternal

dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sarana keluarga, dan guru (Soematri,

1978 dalam Isdaryanti, 2007). Akibat dari status gizi kurang adalah

perkembangan otak yang tidak sempurna yang menyebabkan kognitif,

perkembangan IQ terhambat dan kemampuan belajar terganggu yang

selanjutnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa (Soekirman, 2000 dalam

Isdaryanti, 2007).

2.5 Zat-zat Gizi yang Dibutuhkan oleh Anak Sekolah

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya seorang anak membutuhkan

beberapa zat gizi yang harus dipenuhi setiap hari oleh tubuhnya agar pertumbuhan

dan perkembangannya dapat optimal. Zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh anak adalah ;

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 10

Page 12: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

1) Karbohidrat,

Karbohidrat merupakan salah satu sumber zat gizi utama sebagai pengahasil

energi bagi tubuh. Sumber utama karbohidrat berasal dari makanan pokok daerah

setempat, misalnya serealia seperti beras, gandum, jagung; akar dan umbi, seperti

ubi, ketela, kentang; dan ekstrak tepung, seperti sagu. Selain sebagai sumber

energi bagi tubuh, karbohidrat juga berfungsi sebagai sumber cadangan energi

bagi tubuh (Sediaoetama, 2000).

Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses di dalam tubuh seperti

proses peredaran dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan,

proses fisiologis lainnya, untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik. Energi

dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan

lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan yang cukup

dengan mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang. Protein diperlukan

oleh tubuh untuk membangun sel-sel yang telah rusak, membentuk zat-zat

pengatur seperti enzim dan hormon, membentuk zat anti energi dimana tiap gram

protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori (Kartasapoetra & Marsetyo, 2003 dalam

Isdaryanti, 2007).

2) Protein,

Protein berfungsi sebagai zat gizi pembangun, pengganti sel-sel tubuh yang

rusak, penghasil energi tubuh, pertahanan tubuh dalam melawan mikroba dan zat

toksik dari luar tubuh, sebagai zat pengatur yaitu mengatur proses metabolisme

tubuh, keseimbangan air dan mineral dalam cairan tubuh. Dalam bentuk

kromosom protein berperan dalam menyimpan dan meneruskan sifat-sifat

keturunan dalam bentuk genes (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 75).

Kekurangan protein yang terus menerus akan menimbulkan gejala yaitu

pertumbuhan kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit,

daya kreatifitas dan daya kerja merosot, mental lemah dan lain-lain

(Kartasapoetra & Marsetyo, 2003 dalam Isdaryanti, 2007).

Protein terbagi menjadi dua :

Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan,

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 11

Page 13: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

Contohnya daging, jenis ikan, jenis unggas, telur dan susu.

Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Contohnya tempe, tahu dan jenis kacang-kacangan.

Selain berfungsi sebagai zat gizi pembangun, protein juga berfungsi sebagai

pengganti sel-sel tubuh yang rusak, sebagai penghasil energi tubuh, sebagai

pertahanan tubuh dalam melawan mikroba dan zat toksik dari luar tubuh, sebagai

zat pengatur yaitu mengatur proses metabolisme tubuh, dan mengatur

keseimbangan air dan mineral dalam cairan tubuh. Dalam bentuk kromosom

protein berperan dalam menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam

bentuk genes (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 35).

Kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang dapat dilakukan

dengan melakukan penilaian konsumsi makanan yang dapat dilakukan dengan

menghitung intake zat-zat gizi sehari. Penilaian konsumsi makanan adalah salah

satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau

kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa, 2000). Status konsumsi energi

protein dapat dikelompokan dalam lima tingkatan berdasarkan rata-rata konsumsi

energi, protein berdasarkan status dan batas rata-rata konsumsi perkapita sebagai

berikut :

a. Defisit tingkat berat : < 70 % AKG

b. Defisit tingkat sedang : 70-79 % AKG

c. Defisit tingkat ringan : 80-89 %AKG

d. Normal : 90-110 % AKG

e. Diatas kecukupan : >110 %AKG

3) Lemak,

Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur

Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) yang dapat larut dalam zat pelarut

lemak. Lemak dapat berasal dari hewan yang terutama mengandung asam lemak

jenuh, dan lemak dari tumbuh-tumbuhan yang lebih banyak mengandung asam

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 12

Page 14: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

lemak tak jenuh (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 93). Dalam tubuh lemak

berfungsi sebagai cadangan energi tubuh dan sebagai bantalan organ-organ tubuh

tertentu yang memberikan fiksasi pada organ tersebut, seperti biji mata dan ginjal

(Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 95).

4) Vitamin,

Vitamin merupakan suatu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah relatif

kecil yang diperoleh dari luar tubuh karena tubuh tidak mampu mensintesisnya

sendiri (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 105). Meskipun jumlah yang

dibutuhkan oleh tubuh sehari-hari sangat kecil, namun bila tidak terpenuhi

kebutuhannya atau tubuh kelebihan vitamin dapat mengakibatkan kelainan-

kelainan pada tubuh. Sumber utama vitamin berasal dari buah-buahan dan sayur.

Vitamin-vitamin esensial yang dibutuhkan seorang anak meliputi vitamin A, D,

E, K, C, B-kompleks (B1, B2, Biotin, B5, B12, dan jenis vitamin B lainnya),

Niacin, Piridoxyn, dan asam folat. Fungsi vitamin secara umum berhubungan

erat dengan fungsi enzim yang berfungsi menjalankan dan mengatur reaksi-reaksi

bokimia di dalam tubuh, metabolisme tubuh dan sebagai zat gizi pengatur dalam

tubuh (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 107).

5) Mineral,

Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi

tubuh secara keseluruhan (Almatsier, 2001). Mineral terdapat dalam tubuh sekitar

4% yang terbagi atas beberapa kelompok, yaitu : (1) makro elemen, misalnya

Kalium, Natrium, Kalsium, Chlorida, Magnesium, Phospor dan Sulphur; (2)

mikro elemen, misalnya Fe/ zat besi, Iodium, Tembaga dan Zink, Mangan,

Selenium, Krom, dan Molibden. Mineral diperoleh tubuh dari dalam tanah

terutama dari bahan pangan hewani dan beberapa terdapat dalam bahan pangan

nabati. Mineral secara umum berfungsi sebagai zat gizi pengatur tubuh, yaitu

mengatur keseimbangan cairan tubuh, baik intraseluler maupun ekstraseluler dan

mengatur keseimbangan elektrolit dalam tubuh (Achmad Djaeni Sediaoetama,

2000: 168).

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 13

Page 15: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

Konsumsi makanan seseorang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan yaitu

tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi

sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan (Khumaidi, 1994 dalam Isdaryanti,

2007). Ketersediaan pangan, status ekonomi, kebiaaan makan, kepercayaan dan

pengetahuan akan mempengaruhi praktek pemberian makan yang akan

menentukan jumlah asupan makanan. Asupan makanan ini akan mempengaruhi

status kesehatan yang secara langsung dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan yang

diperoleh.

Pelayanan kesehatan ini dipengaruhi oleh pengetahuan tentang kesehatan,

budaya sehat, fasilitas kesehatan yang tersedia dan status ekonomi (Soekirman,

1974 dalam Isdaryanti, 2007). Cukup atau tidaknya pangan yang dikonsumsi

secara kuantitatif dapat diperkirakan dari nilai energi (kalori) yang dikandungnya.

Energi dalam pangan merupakan hasil pembakaran dari zat gizi makro

karbohidrat, lemak, protein, sedangkan secara kualitatif mutu pangan dapat

diperkirakan dari besarnya sumbangan protein terhadap nilai energinya

(Khumaidi, 1994 dalam Isdaryanti, 2007). Pemberian atau penyediaan makanan

bergizi keluarga, dapat dipengaruhi oleh pengetahuan ataupun pendapatan

keluarga, selain itu ada beberapa hal yang akan berpengaruh yaitu :

a. Kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi

b. Pantangan-pantangan yang secara tradisional masih berlaku

c. Keinganan untuk mengkonsumsi bahan makanan murah yang walaupun

mereka ketahui banyak mengandung zat gizi (Kartasapoetra & Marsetyo.

2003 dalam Isdaryanti, 2007).

2.6 Program Penanganan Masalah Gizi dan Peningkatan Prestasi Anak Sekolah

1. Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Sekolah

Peningkatan kesehatan anak sekolah dengan titik berat pada upaya promotif

dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas,

Usaha kesehatan Sekolah (UKS) menjadi sangat penting dan strategis untuk

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. UKS bukan hanya

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 14

Page 16: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan di seluruh dunia. Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health

Promoting School (Sekolah yang mempromosikan kesehatan).

Health Promoting School adalah sekolah yang telah melaksanakan UKS

dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah

kesehatan sekolah, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman,

memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan akses terhadap

pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah untuk mempromosikan

kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

Upaya Health Promoting School tersebut idengan titik berat pada upaya

promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang

berkualitas adalah :

1. Promotif dan Pencegahan

2. Pemberian nutrisi yang baik dan benar

3. Perilaku hidup sehat jasmani dan rohani

4. Deteksi dini dan pencegahan penyakit menular

5. Deteksi dini gangguan penyakit kronis pada anak sekolah

6. Deteksi dini gangguan pertumbuhan anak usia sekolah Deteksi dini gangguan

perilaku dan gangguan belajar

7. Imunisasi anak sekolah

8. Kuratif dan rehabilitasi

9. Penanganan pertama kegawat daruratan di sekolah

10. Pengananan pertama kecelakaan di sekolah

11. Keterlibatan guru dalam penanganan anak dengan gangguan perilaku dan

gangguan belajar.

2. Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)

Program PMT-AS berawal dari hasil uji coba pada tahun 1991/1992 untuk

mengatasi masalah kesehatan, kekurangan gizi, dan kecacingan pada anak-anak

SD dan MI di beberapa daerah miskin misalnya di Aceh, Sumatra Barat, Jawa

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 15

Page 17: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi

Utara, Maluku dan Irian Jaya. Caranya dengan memberikan bantuan dana untuk

pembuatan makanan jajanan yang dibuat dari bahan makanan setempat, sehingga

dapat memberikan tambahan 15-20 % dari kebutuhan gizi rata-rata anak perhari.

(Pedoman Umum PMT-AS, 2003).

a. Tujuan Umum PMT-AS : Meningkatkan ketahanan fisik siswa sekolah

dasar sebagai bagian dari upaya perbaikan gizi dan kesehatan sehingga

dapat mendorong minat dan kemampuan belajar siswa untuk meningkatkan

prestasi dalam rangka menunjang Program Belajar Pendidikan Dasar 9

Tahun.

b. Tujuan Khusus :

1. Meningkatkan kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran;

2. Meningkatkan ketahan fisik siswa sekolah dasar;

3. Menanamkan sikap dan perilaku menyukai makanan jajanan setempat

sejak anak-anak dalam rangka Aku Cinta Makanan Indonesia;

4. Meningkatkan perilaku sehat dan kebiasaan makan sehat;

5. Meningkatnya prestasi masyarakat dalam penyediaan, pemanfaatan

dan keanekaragaman bahan pangan lokal sebagai bahan baku kudapan

PMT-AS;

6. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pendidikan, kesehatan

dan gizi serta kesejahteraan keluarga;

7. Meningkatkan kesehatan anak khususnya mengatasi penyakit

cacingan;

8. Meningkatkan pembinaan kebun sekolah/pekarangan sebagai wahana

belajar bagi siswa;

c. Sasaran Program PMT-AS

1. Seluruh siswa usia sekolah dasar, diutamakan yang berada di daerah

miskin sesuai kreteria yang ditetapkan.

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 16

Page 18: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

2. Masyarakat luas terutama orang tua siswa dan guru, agar dapat

memahami manfaat PMT-AS. Dengan pemahaman tersebut

diharapkan PMT-AS menjadi program mandiri dan berkelanjutan yang

diselengarakan oleh masyarakat.

d. Prinsip Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)

1. Bentuk makanan tambahan tidak berupa makanan lengkap seperti nasi

dan lauk pauk, tetapi berupa makanan kudapan dengan tetap

memperhatikan aspek mutu.

2. Bahan Pangan PMT-AS sebaiknya menggunakan bahan hasil

pertanian setempat. Tidak dianjurkan menggunakan bahan makanan

produk pabrik atau industri yang didatangkan dari kota seperti susu

bubuk, susu kaleng, susu karton, mie instan, roti atau kue produk

pabrik.

3. Kandungan gizi makanan kudapan harus mengandung minimal energi

300 kalori dan 5 gram protein untuk tiap anak setiap hari pelaksanaan

PMT-AS, atau merupakan tambahan minimal 15 % dari kebutuhan

kalori dan protein setiap harinya. Jumlah tersebut senilai dengan

masuknya kalori dan protein makan pagi pola makan anak desa (bila

mereka makan pagi)

4. Bahan dasar makanan kudapan terutama mengandung sumber

karbohidrat seperti umbi-umbian (ubi jalar, ubi kayu, talas dan

sejensinya), sagu, biji-bijian (beras jagung dan sejenisnya) serta buah-

buahan (pisang, sukun dan sejenisnya) untuk meningkatkan nilai

gizinya bahan pangan tersebut perlu diperkaya dengan menambah

bahan pangan lain seperti : berbagai jenis gula pasir, aren, gula merah

nira dan lainnya, kemudian minyak goreng dan kelapa dalam

bentuksantan atau parutan untuk meningkatkan kadar energi, serta juga

kacang-kacangan (kacang tanah, kacang merah, kedelai, tempe, tahu

dll). Dan kemudian juga daging atau ikan sebagai sumber protein

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 17

Page 19: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

hewani serta yang terakhir sayur-sayuran dan buah-buahan untuk

meningkatkan kadar vitamin dan mineral.

Pemilihan jenis makanan disusun oleh orang tua murid dan PKK.

Petunjuk tekhnisnya diberikan oleh petugas gizi dari Dinas Kesehatan

Tingkat II dan Puskesmas. Pada uji coba tersebut setiap anak mendapat

bantuan makanan paling sedikit 3 hari perminggu selama 9 bulan dalam 1

tahun ajaran. Selain makanan, kepada mereka diberikan obat cacing 2 kali

dalam satu tahun. Uji coba ini disebut dengan Pemberian Makanan Bagi

Anak Sekolah (PMT-AS).

3. Pola Keterpaduan PMT-AS, UKS dan Program Pertanian Pendukung

Dari hasil pertemuan sektor terkait pada Forum Koordinasi PMT-AS dan

Tim Pembina UKS tingkat Pusat maupun Daerah, disepakati bahwa kegiatan

PMT-AS perlu dipadukan dengan program UKS termasuk Program

Pertanian Pendukung melalui pelatihan Guru UKS dan Kader Kesehatan

Sekolah (KKS). Program lain yang sangat menunjang keberhasilan dan

kelancaran keterpaduan tersebut adalah pemanfaatan kebun sekolah yang

dibina oleh sektor pertanian, sehingga produk tanaman kebun sekolah

maupun materi penyuluhan sangat efektif untuk menunjang PMT-AS

(Depkes, 2000).

a. Tujuan Umum :

Meningkatkan kinerja PMT-AS dan program UKS yang ditunjang

oleh program pertanian pendukung.

b. Tujuan Khusus:

1. Teridentifikasinya kegiatan-kegiatan PMT-AS, UKS dan Program

Pertanian pendukung yang dapat dipadukan/digabungkan

2. Terpadukannya kegiatan PMT-AS, UKS dan program pertanian

pendukung

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 18

Page 20: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

c. Sasaran :

Sasaran keterpaduan PMT-AS, UKS dan program pertanian

pendukung adalah pada SD/MI negeri dan swasta serta Pondok Pesantren

yang melaksanakan kegiatan PMT-AS.

d. Strategi:

Strategi untuk mencapai keterpaduan PMT-AS, UKS dan Program

Pertanian Pendukung dilakukan melalui kegiatan advokasi dan sosialisasi,

pelatihan dan pembinaan teknis.

2.7 Efektivitas Program

a. PMT-AS

Hasil uji coba PMT-AS ternyata cukup menggembirakan yang antara lain

dibuktikan oleh jumlah siswa yang absen sekolah menurun, dan minat belajar

disekolah meningkat. Hal ini ada kaitannya dengan meningkatnya konsumsi

kalori dan protein anak. Serta makin berkurangnya penyakit cacing, sehingga

ketahanan fisik anak membaik. Peningkatan ketahanan fisik tersebut pada

gilirannya meningkatkan prestasi belajar anak. Selain itu uji coba tersebut juga

disambut baik oleh orang tua murid dan PKK, yang tercermin dari peningkatan

peran serta mereka dalam pelaksanaannya. Belajar dari hasil coba tersebut,

pemerintah menetapkan untuk memperluas uji coba tersebut menjadi Program

Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yang akan menjangkau semua SD

dan MI negeri maupun swasta di daerah miskin. Sehingga pada tahun 1996/1997

PMT-AS mulai dilaksanakan di SD/MI negeri maupun swasta diseluruh desa

tertinggal di Luar Jawa dan Bali dengan sumber pembiayaan dari dana Inpres

Sarana Kesehatan.

Akan tetapi, dalam pelaksanaanya, masih terdapat kekurangan. Salah

satunya adalah kajian kinerja PMT-AS di Propinsi Jawa Barat (LIPI, 1998) dan

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 19

Page 21: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

Kota Pasuruan (Prasetyo dan Tontowi). Evaluasi dan rekomendasi terhadap

perbaikan program PMT-AS tersebut antara lain:

1. Diperlukan peningkatan sosialisasi PMT-AS baik kepada masyarakat

maupun kapada tim pengelola/tim pelaksana.

2. Diperlukan penyempurnaan pelaporan mulai dari tingkat SD/MI.

Penyempurnaan termasuk hal-hal yang sifatnya kualitatif dan

menyederhanakan format laporan.

3. Pedoman pelaksanaan PMT-AS untuk daerah perkotaan sebaiknya tidak

disamakan dengan daerah pedesaan, karena mempunyai kondisi sosial-

ekonomi yang berbeda.

4. Menyempurnakan sistem informasi yang datang dari atas agar cepat dan

akurat. Mengingat masih adanya miss communication antara pengelola

PMT-AS pada level bawah, Kecamatan dan Kabupaten yang sering

terjadi, maka perlu ditingkatkan intensitas komunikasi yang tidak

sporadis, melainkan terprogram dan terencana. Sehingga dengan

terjalinnya komunikasi yang efektif, maka dapat mengeliminir salah

sasaran dari tujuan PMT-AS yang hendak dicapai, yakni peningkatan gizi

anak sekolah untuk berprestasi.

5. Diperlukan monitoring dan evaluasi yang berkala/berjenjang untuk

pelaksanaan PMT-AS, sehingga program yang kurang tepat sasaran

mampu diminimalisir.

b. UKS

Berdasarkan penelitian Prayuni (2011), pelaksanaan UKS sebagai

sarana pembinaan pendidikan dan kesehatan di sekolah merupakan sesuatu

yang sangat baik dalam upaya pembentuk budaya hidup sehat siswa, akan

tetapi penerapannya belum optimal. Diperlukan suatu upaya multisektoral

dengan pelibatan berbagai pihak untuk mengoptimalkan peran UKS sebagai

peningkat derjat kesehatan siswa.

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 20

Page 22: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

c. Keterpaduan PMT-AS, UKS dan Pertanian Pendukung

Kegiatan keterpaduan tersebut dirintis di 5 Provinsi, yaitu Riau, Jawa

Tengah, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tenggara,

dan dilaksanakan pada tahun 1999/2000. Dari pengamatan dan evaluasi

terhadap konsep keterpaduan PMT-AS, UKS dan Program Pertanian

Pendukung diperoleh hasil yang positif sehingga dapat diterima oleh sektor-

sektor yang mengelola program-program tersebut. Oleh karena itu sektor

terkait sepakat untuk mensosialisasikan pola keterpaduan tersebut ke tingkat

provinsi agar dilaksanakan di seluruh Indonesia (Depkes, 2000).

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 21

Page 23: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

a. Zat gizi yang berpengaruh terhadap status gizi anak sekolah antara lain:

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

b. Zat gizi yang berpengaruh terhadap prestasi anak sekolah antara lain

karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Sebab bila asupannya

kurang, maka akan terjadi kekurangan gizi yang sangat berpengaruh pada

perkembangan otak yang kemudian menghambat perkembangan IQ dan

kemampuan belajar dan selanjutnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

c. Program yang dilgalakkan pemerintah yang berkaitan dengan status gizi dan

prestasi anak sekolah antara lain: UKS, PMT-AS, serta keterpaduan PMT-

AS, UKS dan program pertanian pendukung.

d. Berdasarkan beberapa penelitian terhadap kinerja program-program yang

berkaitan dengan status gizi dan prestasi anak sekolah, diperoleh bahawa

secara garis besar program tersebut telah berjalan dengan baik, namun masih

terdapat kekurangan dalam sosialisasi, sistem informasi, serta monitoring

dan evaluasi. Rekomendasi-rekomendasi tersebut ditujukan pada pemerintah

guna mensukseskan program tersebut demi kepentingan rakyat.

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 22

Page 24: Gizi Dan Prestasi Anak Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000, dalam Skripsi, Perbedaan Status Gizi Dan

Prestasi Belajar Anak Di Sekolah Dasar Negeri Daerah Pantai Dan Daerah

Pegunungan Kabupaten Pati Tahun Pembelajaran 2004/ 2005 Oleh Umi

Istiqomah. “Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I.” Jakarta: Dian

Rakyat.

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Depkes RI. 2000. Pola Keterpaduan PMT-AS, UKS dan Pertanian Pendukung.

Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.

Isdaryanti, Christien. 2007. Asupan Energi Protein, Status Gizi, dan Prestasi

Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Moehji. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Penerbit Papas Sinar Siinanti.

Pamularsih, Arni. 2009. Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Prasetyo dan Tontowi. Tanpa Tahun. Kajian Program Makanan Tambahan Anak

Sekolah di Kabupaten Pasuruan. Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang.

Prayuni, Diniarti. 2011. Analisis Keragaan Usaha Kesehatan Sekolah dan

Penyelenggaraan Pendidikan Gizi di Sekolah serta Hubungannya dengan

Tingkat Pengetahuan Gizi Siswa SMP Negeri Kota Depok. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Wardiyati, Agustin. 2006. Hubungan Antara Motivasi Dengan Prestasi Belajar

Bidang Studi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Yogaswara, Heri, dkk. 1998. Kajian Kinerja Program Makanan Tambahan Anak

Sekolah (PMT-AS) di Lima Wilayah Contoh Pelaksanaan Program PMT-

AS: Studi Kasus Propinsi Jawa Barat. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia.

Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 23