20
MAKALAH GIZI DAN OBESITAS Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Biokimia Disusun oleh : Siska Hidayat (1211C1052) Dewi Wahyuni (1211C1046) Rizal Akbar (1211C1039) S1 ANALIS MEDIS (Kelas : B) Tk . III SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG 2014

GIZI DAN OBESITAS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Klasifikasi Obesitas, Faktor-faktor yang mempengaruhi & Cara Mencegahnya ^^

Citation preview

  • MAKALAH GIZI DAN OBESITAS

    Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Biokimia

    Disusun oleh :

    Siska Hidayat (1211C1052)

    Dewi Wahyuni (1211C1046)

    Rizal Akbar (1211C1039)

    S1 ANALIS MEDIS (Kelas : B) Tk . III

    SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG

    2014

  • DAFTAR ISI

    Daftar isi ....................................................................................................................

    Kata Pengantar ...........................................................................................................

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................

    1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................

    1.3 Identifikasi Masalah ................................................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Obesitas .........................................................................................................

    BAB III PEMBAHASAN

    3.1 Gejala Obesitas .......................................................................................

    3.2 Klasifikasi Obesitas .................................................................................

    3.3 Faktor yang mempengaruhi Obesitas & Penanganannya ........................

    BAB IV PENUTUP

    Kesimpulan ...............................................................................................................

    Daftar Pustaka

  • DAFTAR TABEL & GAMBAR

    TABEL

    Tabel 1 : Hubungan IMT dengan Obesitas ................................................................ 2

    GAMBAR

    Gambar 1 : Pria Super Obesitas ................................................................................ 2

    Gambar 2 : Tikus Gemuk dan Normal ...................................................................... 4

    Gambar 3 : Molekul Leptin ....................................................................................... 5

    Gambar 4 : Prevalensi Kegemukan di dunia ............................................................. 6

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan

    karunia-Nyalah makalah berjudul Obesitas dapat diselesaikan tanpa hambatan yang berarti.

    Makalah ini disusun kedalam empat bab. Bab satu berisi pendahuluan. Bab dua

    mengenai tinjauan pustaka, Bab tiga mengenai pembahasan dan Bab empat Penutup.

    Pada makalah kali ini akan dibahas lebih jauh mengenai obesitas, klasifikasi obesitas

    gejala obesitas, serta faktor yang mempengaruhi obesitas dan penanganannya.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kelemahan yang perlu dibenahi.

    Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah

    dimasa mendatang, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua Amin.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Umur seseorang berbanding terbalik dengan panjang ikat pinggang sebuah

    ungkapan yang sangat tepat menggambarkan betapa kegemukan atau obesitas menjadi

    salah satu pemicu timbulnya berbagai penyakit yang dapat memperpendek usia kita.

    Masalah obesitas menjadi lebih menarik jika dikaitkan dengan penampilan (body image)

    atau citra diri sehingga menurunkan berat badan pada seseorang yang merasa kegemukan

    menjadi salah satu produk yang laris dipasaran dengan berbagai metode yang

    ditawarkan. Saat ini konsep obesitas sudah mulai bergeser dari sekedar

    mempermasalahkan kelebihan berat badan menjadi kelebihan komposisi lemak tubuh

    dan distribusi lemak dalam tubuh kita.

    Obesitas adalah hal lumrah yang banyak dialami orang-orang di dunia. Namun setelah

    ditindak lanjut lebih jauh ternyata obesitas merupakan salah satu faktor yang

    menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit lain. Oleh karena itu pada kesempatan kali

    ini kami akan membahas tentang Obesitas sebagai bentuk berbaginya sedikit wawasan

    yang kami miliki dengan para pembaca sekalian.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Mengetahui dan memahami definisi dari obesitas, ciri-ciri obesitas, klasifikasi

    obesitas, dan faktor yang menyebabkan obesitas serta cara menanganinya.

    1.2 Identifikasi Masalah

    1. Definisi dari obesitas?

    2. Ciri-ciri obesitas?

    3. Klasifikasi obesitas?

    4. Faktor yang menyebabkan obesitas dan cara penanganannya?

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Obesitas

    Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh

    yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi

    kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah

    kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT),

    yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan

    kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2. Sedangkan sistem di Amerika dan

    imperial IMT = lb x 703/ in2 dimana lb adalah berat badan subyek dalam pon dan in adalah

    tinggi badan subyek dalam inchi.

    Berikut ini klasifikasi IMT dengan Obesitas :

    IMT Klasifikasi

    < 18.5 berat badan kurang

    18.524.9 normal

    25.029.9 berat badan lebih

    30.034.9 kegemukan kelas I

    35.0-39.9 kegemukan kelas II

    40.0 kegemukan kelas III Tabel 1 : Hubungan IMT dengan Obesitas

    Gambar 1 : Seorang pria "super obesitas" dengan IMT 47 kg/m2: berat 146 kg (322 lb), tinggi 177 cm (5 kaki 10 in)

    Kegemukan meningkatkan peluang terjadinya berbagai macam penyakit, khususnya

    penyakit jantung, diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, kanker tertentu, osteoartritis dan

    asma. Kegemukan sangat sering disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi makanan

    yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kerentanan genetik, meskipun sebagian kecil

    kasus terutama disebabkan oleh gen, gangguan endokrin, obat-obatan atau penyakit psikiatri.

    Hanya sedikit bukti yang mendukung pandangan bahwa orang yang gemuk makan sedikit

    namun berat badannya bertambah karena metabolisme tubuh yang lambat; rata-rata orang

    gemuk mengeluarkan energi yang lebih besar dibandingkan orang yang kurus karena

    dibutuhkan energi untuk manjaga massa tubuh yang lebih besar.

  • Pengaturan diet dan aktivitas fisik masih menjadi tata laksana utama kegemukan.

    Kualitas asupan dapat diperbaiki dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi

    contohnya makanan yang tinggi lemak dan gula, serta dengan meningkatkan asupan serat.

    Obat-obatan anti-kegemukan dapat dikonsumsi untuk mengurangi selera makan atau

    menghambat penyerapan lemak, disertai dengan asupan diet yang tepat. Apabila diet,

    olahraga, dan obat-obatan belum efektif, maka balon lambung dapat membantu mengurangi

    berat badan, atau operasi dapat dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan/atau

    panjang usus sehingga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih dini dan menurunkan

    kemampuan penyerapan nutrisi dari makanan.

    Kegemukan adalah penyebab kematian yang dapat dicegah paling utama di dunia,

    dengan prevalensi pada orang dewasa dan anak yang semakin meningkat, sehingga pihak

    berwenang menganggap kegemukan sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat paling

    serius pada abad 21. Kegemukan umumnya merupakan stigma di dunia modern (khususnya

    di Dunia barat), meskipun pada suatu waktu dalam sejarah, kegemukan secara luas dianggap

    sebagai simbol kekayaan dan kesuburan, dan masih dianggap demikian di beberapa bagian di

    dunia hingga sekarang.

    Mortalitas

    Grafik 1 : Risiko kematian relatif selama lebih dari 10 tahun pada pria (kiri) dan wanita (kanan) kulit

    putih yang belum pernah merokok di Amerika Serikat berdasarkan IMT.

    Kegemukan adalah salah satu dari penyebab kematian yang dapat dicegah utama di

    dunia. Studi berskala luas di Amerika dan Eropa menunjukkan bahwa risiko mortalitas paling

    rendah terjadi pada IMT 2025 kg/m2 pada kelompok non-perokok dan 2427 kg/m2 pada

    kelompok perokok, dengan risiko yang kian meningkat seiring perubahan angka IMT ke

    kedua arah. IMT lebih dari 32 berhubungan dengan angka kematian dua kali lipat lebih tinggi

    ada wanita setelah 16 tahun kemudian.Di Amerika Serikat, kegemukan diperkirakan

    menambah jumlah kematian sebanyak 111,909 hingga 365,000 per tahun, sementara 1 juta

  • kematian (7.7%) di Eropa berhubungan dengan berat badan berlebihan. Kegemukan rata-rata

    akan mengurangi harapan hidup hingga enam hingga tujuh tahun: IMT 3035 mengurangi

    harapan hidup dua hingga empat tahun, sementara kegemukan berat (IMT > 40) mengurangi

    harapan hidup hingga 10 tahun.

    Morbiditas

    Kegemukan meningkatkan berbagai risiko gangguan fisik dan mental. Komorbiditas

    ini paling sering terlihat pada sindrom metabolik, yang merupakan kombinasi gangguan

    medis berupa: diabetes melitus tipe 2, tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, dan kadar

    trigliserida tinggi.

    Komplikasi dapat secara langsung disebabkan oleh kegemukan, atau secara tidak

    langsung berhubungan dengan mekanisme yang juga menyebabkan kegemukan, seperti

    asupan diet yang tidak sehat atau akibat gaya hidup kurang bergerak. Terdapat variasi

    kekuatan hubungan antara kegemukan dengan penyakit tertentu. Salah satu hubungan yang

    paling kuat adalah dengan diabetes tipe 2. Kelebihan lemak tubuh merupakan penyebab 64%

    kasus diabetes pada pria dan 77% pada wanita.

    Konsekuensi kesehatan yang terjadi dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu:

    konsekuensi akibat meningkatnya massa lemak (misalnya osteoartritis, apnea tidur

    obstruktif, stigma sosial) dan konsekuensi yang akibat meningkatnya jumlah sel lemak

    (diabetes, kanker, penyakit kardiovaskular, penyakit perlemakan hati non-alkoholik).

    Peningkatan lemak tubuh mengubah respon tubuh terhadap insulin sehingga berpotensi

    menyebabkan penolakan insulin. Peningkatan lemak juga mengakibatkan kondisi

    proinflamasi, dan kondisi protrombosis.

    Patofisiologi

    Gambar 2 : Suatu perbandingan tikus yang tak mampu memproduksi

    leptin sehingga mengakibatkan terjadinya kegemukan (kiri) dan tikus

    yang normal (kanan)

    Flier merangkum beberapa kemungkinan mekanisme patofisiologis yang terlibat

    dalam terjadinya dan bertahannya kegemukan.Penelitian di bidang ini hampir tidak pernah

    dilakukan sampai ditemukannya leptin pada 1994. Sejak penemuan ini, banyak mekanisme

  • hormonal lain telah dijelaskan, yang berperan dalam regulasi nafsu makan serta asupan

    makanan, pola penyimpanan jaringan adiposa, dan terjadinya resistensi insulin. Sejak

    ditemukannya leptin, telah dilakukan penelitian tentang grelin, insulin, oreksin, PYY 3-36,

    kolesistokinin,adiponektin, dan juga mediator lainmya. Adipokin adalah mediator yang

    dihasilkan oleh jaringan adiposa; diduga, mereka terlibat dalam berbagai penyakit yang

    terkait dengan kegemukan.

    Leptin dan grelin dianggap saling melengkapi dalam memengaruhi nafsu makan,

    dengan grelin dihasilkan oleh lambung untuk mengontrol nafsu makan jangka pendek (yaitu

    makan ketika lambung kosong dan berhenti ketika lambung penuh) Leptin dihasilkan oleh

    jaringan adiposa untuk memberi sinyal penyimpanan lemak dalam tubuh, dan menjadi

    perantara kontrol nafsu makan jangka panjang (yaitu, makan lebih banyak ketika cadangan

    lemak sedikit dan makan lebih sedikit ketika cadangan lemak banyak). Meskipun pemberian

    leptin mungkin efektif untuk sebagian kecil orang gemuk yang kekurangan leptin, sebagian

    besar orang gemuk dipikirkan resisten terhadap leptin dan bahkan terbukti mempunyai kadar

    leptin yang tinggi. Resistensi ini dapat sebagian menjelaskan mengapa pemberian leptin tidak

    terbukti efektif dalam menekan nafsu makan orang gemuk pada umumnya.

    Gambar 3 : molekul leptin

    Walaupun leptin dan grelin diproduksi di perifer, mereka mengendalikan nafsu makan

    dengan bekerja pada sistem saraf pusat. Leptin dan grelin, beserta dengan hormon lain yang

    berhubungan dengan nafsu makan khususnya bekerja di hipotalamus, daerah di otak yang

    merupakan pusat pengaturan asupan makanan dan pengeluaran energi. Terdapat beberapa

    sirkuit di dalam hipotalamus yang berperan dalam mengatur nafsu makan, jalur melanokortin

    merupakan yang paling dipahami. Sirkuit ini dimulai dengan pada suatu area di hipotalamus,

    nukleus arkuata, yang keluar di hipotalamus lateral (LH) dan hipotalamus ventromedial

    (VMH), yang masing-masing merupakan pusat lapar dan pusat kenyang di otak.

    Nukleus arkuata mempunyai dua kelompok neuron yang berbeda. Kelompok pertama

    mengekspresikan neuropeptida Y (NPY) dan agouti-related peptide (AgRP) yang

    memberikan input stimulasi ke LH dan input inhibisi ke VMH. Kelompok kedua

    mengekspresikan pro-opiomelanokortin (POMC) dan cocaine- and amphetamine-regulated

  • transcript (CART) dan memberikan input stimulasi ke VMH dan input inhibisi ke LH.

    Akibatnya, neuron NPY/AgRP merangsang makan dan menghambat rasa kenyang, sementara

    neuron POMC/CART menimbulkan rasa kenyang dan menghambat makan. Kedua kelompok

    neuron nukleus arkuata ini sebagian diregulasi oleh leptin. Leptin menghambat kelompok

    NPY/AgRP dan merangsang kelompok POMC/CART. Oleh karena itu, apabila terdapat

    kekurangan sinyal leptin, baik karena kekurangan leptin atau resistensi leptin, akan terjadi

    makan yang berlebihan, yang berkontribusi atas beberapa bentuk kegemukan genetik dan

    didapat.

    Epidemiologi

    Prevalensi kegemukan dunia di kalangan laki-laki (kiri) dan perempuan (kanan).

    55%

    Sebelum abad ke-20 , kegemukan jarang ditemui; tetapi pada 1997 WHO secara resmi

    menyatakan kegemukan sebagai epidemik global. Hingga 2005, WHO memperkirakan

    sedikitnya 400 juta orang dewasa (9,8%) mengalami kegemukan, dengan lebih banyak wanita

    dibandingkan pria. Angka kegemukan juga naik dengan bertambahnya usia setidaknya

    hingga usia 50 sampai 60 tahun dan kegemukan berat di Amerika Serikat, Australia, dan

    Kanada meningkat lebih cepat dibandingkan angka kegemukan secara keseluruhan.

    Dahulu, kegemukan dianggap sebagai masalah negara-negara berpenghasilan tinggi,

    namun saat ini angka kegemukan meningkat di seluruh dunia dan mempengaruhi baik dunia

    maju maupun dunia berkembang. Peningkatan ini dirasakan paling dramatis di daerah

    perkotaan. Satu-satunya bagian dunia dimana kegemukan jarang ditemukan adalah di Afrika

    sub-sahara.

    Kegemukan pada anak

    Kisaran IMT sehat berbeda-beda bergantung pada usia dan jenis kelamin anak.

    Kegemukan pada anak dan remaja didefinisikan sebagai IMT lebih dari persentil ke-95 . Data

    referensi yang menjadi dasar persentil ini adalah data dari 1963 hingga 1994, dan dengan

    demikian belum dipengaruhi oleh peningkatan angka kegemukan akhir-akhir ini. Kegemukan

    anak telah mencapai proporsi epidemik dalam abad ke-21 , dengan peningkatan baik di dunia

    maju maupun berkembang. Angka kegemukan di kalangan anak laki-laki Kanada telah naik

  • dari 11% pada tahun 1980-an menjadi lebih dari 30% pada tahun 1990-an, sementara selama

    periode yang sama angka kegemukan di kalangan anak Brazil meningkat dari 4 hingga 14%.

    Seperti halnya kegemukan pada dewasa, berbagai faktor ikut berperan dalam

    meningkatkan angka kegemukan anak. Perubahan diet dan penurunan aktivitas fisik diyakini

    sebagai dua faktor yang terpenting dalam menyebabkan peningkatan angka kegemukan akhir-

    akhir ini. Karena kegemukan anak sering berlanjut hingga dewasa dan berhubungan dengan

    berbagai penyakit kronik, anak yang kegemukan sering diperiksa untuk hipertensi, diabetes,

    hiperlipidemia, dan perlemakan hati. Tata laksana yang diterapkan pada anak terutama adalah

    intervensi gaya hidup dan teknik perilaku, meskipun upaya untuk meningkatkan aktivitas

    fisik pada anak-anak jarang berhasil. Di Amerika Serikat, penggunaan obat-obatan untuk

    kelompok umur ini tidak disetujui oleh FDA.

    Pada hewan

    Kegemukan pada hewan peliharaan sering ditemukan di berbagai negara. Angka berat

    badan lebih dan kegemukan anjing di Amerika Serikat berkisar antara 23% dan 41% dengan

    sekitar 5,1% anjing mengalami kegemukan. Angka kegemukan pada kucing sedikit lebih

    tinggi, yaitu 6,4%. Di Australia, angka kegemukan anjing pada data dokter hewan adalah

    7,6%. Risiko kegemukan pada anjing dikaitkan dengan apakah pemiliknya mengalami

    kegemukan atau tidak; namun, tidak ada korelasi yang serupa antara kucing dan pemiliknya.

    Pada Ibu Hamil

    Kegemukan memiliki banyak dampak buruk bagi kesehatan. Risiko yang ada menjadi

    dua kali lipat jika obesitas terjadi pada ibu hamil.Selain berisiko bagi perkembangan ibu

    hamil, kondisi kegemukan sendiri membuat usaha untuk hamil menjadi lebih sulit ketimbang

    pada perempuan yang massa tubuhnya ideal

    Perempuan yang masuk kategori obesitas dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih

    dahulu dengan dokter kandungan semenjak memulai perencanaan kehamilan. Perempuan

    obesitas yang memutuskan untuk hamil juga diharuskan untuk melakukan kontrol secara

    rutin. Karena lebih berisiko terkena diabetes, pre eklampsia, kelainan (cacat) bawaan pada

    janin dan kemungkinan keguguran

    Karena itu, perempuan yang mengalami obesitas disarankan untuk mengubah gaya

    hidup serta pola makannya untuk dapat mencapai batas berat badan yang ideal. Perempuan

    dengan berat badan ideal akan meningkatkan kualitas janin yang dikandungnya.

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 Gejala Obesitas

    Gejala yang berhubungan dengan obesitas antara lain:

    Sulit tidur

    Mendengkur

    Henti napas untuk sementara secara tiba-tiba saat tidur

    Nyeri punggung atau sendi

    Berkeringat secara berlebihan

    Selalu merasa panas

    Ruam atau infeksi pada lipatan kulit

    Sulit bernapas

    Sering ngantuk dan lelah

    Depresi

    3.2 Klasifikasi Obesitas

    Obesitas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu obesitas perifer dan obesitas abdominal

    atau sentral obesitas jenis yang kedua inilah yang lebih berbahaya karena biasanya

    disertai meningkatnya jumlah berbagai penyakit kronis, seperti jantung koroner, diabetes

    melitus, hipertensi, stroke sampai penyakit kanker tertentu. Secara mudah cara untuk

    menentukan apakah kita obesitas atau tidak dengan cara mengukur lingkar perut kita

    tepat melalui pusar jika laki-laki panjangnya lebih 90 cm dan wanita lebih 80 cm maka

    anda termasuk menderita obesitas. Cara lain dengan cara menghitung indeks massa tubuh

    (IMT) dengan rumus Berat badan dibagi Tinggi badan dalam meter. Jika nilai IMT lebih

    dari 25 maka dikategorikan mendeita obesita. Contohnya: tinggi badan (TB) seseorang

    160 cm dan berat badan (BB) 80 kg, maka dari rumus ini didapatkan hasilnya 31,25,

    berarti menderita obesitas.

    Penyebab obesitas pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu penyebab Internal

    dan eksternal. Penyebab internal dapat berupa permasalahan metabolisme (hormonal)

    atau pencernaan (enzimatik). Penyebab eksternal sangat erat dengan ketidak seimbangan

    antara diet dan aktivitas kita . Untuk mengatasi masalah obesitas biasanya kita mulai

  • dengan mengatasi masalah eksternal yakni dengan pengaturan diet dan kecukupan

    aktivitas fisik.

    3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Obesitas serta Penanganannya

    Penyebab & Faktor Risiko

    Penyebab

    Ada pengaruh genetik dan hormon pada berat badan. Hal yang paling mendasar

    adalah obesitas terjadi ketika tubuh menerima lebih banyak kalori daripada

    membakarnya. Kalori tersebut kemudian menumpuk dan menjadi lemak.

    Obesitas biasanya merupakan hasil dari kombinasi antara faktor-faktor berikut :

    Tidak aktif secara fisik sehingga pembakaran lemak menjadi sedikit

    Makan makanan tinggi kalori, terutama makanan cepat saji

    Beberapa wanita sulit menurunkan berat badan setelah melahirkan, hal ini memicu

    obesitas

    Kurang tidur

    Obat-obatan tertentu, seperti obat diabetes, anti kejang, antidepressants,

    antipsychotic, steroids dan beta blockers.

    Masalah medis lain.

    Faktor risiko

    1. Gaya hidup

    Obesitas bisa terjadi karena banyak faktor, Namun, 90% obesitas terjadi

    karena gaya hidup yang tidak sehat, kata dr. Inge Permadhi, MS, SpGK, spesialis

    gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Salah satu faktornya adalah karena asupan makanan yang melebihi kebutuhan

    tanpa diimbangi aktivitas yang cukup, atau istilah kerennya, sedentary lifestyle (gaya

    hidup tanpa banyak bergerak). Padahal, aktivitas yang cukup diperlukan untuk

    membakar kelebihan energi yang ada. Jika hal ini tidak terjadi, maka kelebihan

    energi akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam sel-sel lemak. Tapi,

    jangan langsung panik saat mengingat jumlah makanan yang Anda makan tadi

    malam. Sebab hal ini tak terjadi dalam waktu singkat, tapi dalam jangka waktu yang

    cukup lama.

  • 2. Faktor Genetik

    Hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas adalah faktor

    genetik, yaitu sebanyak 25-35 %. Jadi, jika ada anggota keluarga Anda yang

    memiliki riwayat obesitas, maka Anda memiliki risiko yang lebih tinggi menderita

    obesitas dibandingkan dengan mereka yang tidak. Tapi faktor genetik juga

    berhubungan dengan masalah gaya hidup yang kurang sehat, kata dr. Inge. Sebab

    jika ada anggota keluarga Anda yang memiliki masalah obesitas yang disebabkan

    karena hal tersebut, maka hal itu juga akan memengaruhi Anda.

    3. Faktor Lain

    Beberapa hal lain yang turut berperan dalam obesitas adalah konsumsi obat-

    obatan tertentu seperti obat depresi dan faktor usia. Saat usia Anda bertambah,

    maka kinerja sistem metabolisme Anda akan menurun. Hal ini menyebabkan lemak

    menjadi lebih cepat tersimpan. Hasilnya? Tubuh Anda akan membesar.

    Cara Mencegah Obesitas

    Jika dulu penyakit ini hanya mengintai pria dewasa lebih tepatnya usia lanjut,

    sekarang ini obesitas bisa dengan mudah menyerang para remaja, anak-anak hingga

    balitas.

    Untuk mencegah obesitas dapat melakukan tindakan sebagai berikut :

    Sering berolahraga

    Makan makanan sehat rendah lemak

    Jaga berat badan sehat anda

    Selalu konsisten terhadap perencanaan mengenai gaya hidup sehat anda sehari-hari

    Ada rumus dari Dr Aman mengenai cara menghindari obesitas, yaitu "Rumus 5210".

    Lebih jauh lagi Dokter Aman Bhakti Pulungan, Ketua Bidang Ilmiah IDAI, memberikan

    penjelasan mengenai rumus ini.

    5 kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari.

    Usahakan buah dan sayur selalu ada, meski buah yang harganya murah.

    2 jam duduk sudah terlalu lama

    Di luar waktu sekolah, anak tak boleh duduk lebih dari dua jam. Waktu menonton

    televisi, bermain game, dan sebagainya harus dipangkas. Kebanyakan duduk

    membuat metabolisme tubuh terganggu dan tidak ada pembakaran kalori sehingga

    memicu obesitas.

  • 1 jam aktivitas fisik setiap hari

    Selain aktivitas fisik satu jam per hari, usahakan melakukan olahraga terstruktur

    selama 20 menit minimal tiga kali dalam sepekan. Aktivitas fisik bisa berupa jalan,

    naik tangga, dan sebagainya. Kebiasaan turun dari mobil, masuk kelas, serta

    dijemput langsung masuk mobil lagi harus dibuang. Olahraga yang bisa dipilih

    seperti jalan, lari, bersepeda, dan berenang.

    0 gram gula

    Sesedikit mungkin mengkonsumsi minuman manis. Saat ini kebanyakan anak

    minum minuman yang serba manis, seperti teh dan jus. Semua itu harus dikurangi

    dan diganti dengan banyak minum air putih.

    Jika telah melakukan diet rendah kalori gizi seimbang ternyata susah menurunkan

    berat badan maka penyebab internal berupa permasalahan metabolisme (hormonal)

    atau pencernaan (enzimatik) perlu dicari penyebabnya. Sebagai contoh seorang dengan

    kelainan jumlah hormon tiroid yang rendah (hipotiroid) meskipun makan dalam jumlah

    sedikit tetapi tetap gemuk. Kurangnya leptiin atau lemak coklat dapat menyebabkan

    susah merasa kenyang sehingga mendorong kita menjadi rakus dengan makanan. Jika

    sudah menyangkut penyebab internal maka perlu diadakan pemeriksaan yang seksama di

    laboratorium dengan bantuan medis.

    BEBERAPA KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN DALAM UPAYA

    MENURUNKAN BERAT BADAN

    1. Menghindari sarapan pagi

    Ini tindakan salah besar , meniadakan makan pagi akan mengacaukan metabolisme tubuh

    kita gula darah yang rendah setelah lama tidak terisi makanan karena tidur menyebabkan

    hormon yang keluar adalah hormon yang dapat meningkatkan gula darah seperti

    glukagon, cortisol dan norepineprin dampaknya, ketika makan siang nafsu makan kita

    menjadi sangat besar sehingga kita akan lebih bersemangat untuk makan secara

    berlebihan dan tubuh juga semangat menyimpan lemak ke dalam tubuh kita .

    2. Menghindari susu

    Biasanya susu selalu dikatakan sebagai biang kegemukan padahal faktanya susu adalah

    sumber kalsium yang tinggi yang dapat meningkatkan termogenesis atau peningkatan

    tubuh anda membakar lemak sehingga lemak yang menumpuk di daerah perut dapat

  • dikurangi. Penelitian telah berhasil membuktikan bahwa asupan kalsium yang cukup

    dapat menurunkan produksi hormon kortisol, meningkatkan termogenesis dampaknya

    dapat menurunkan berat badan.

    3. Menghindari makan malam

    Banyak yang berpendapat makan menyebabkan penumpukan lemak sehingga dihindari,

    faktanya jika kita tidak makan termasuk makan malam maka tubuh kita secara otomatis

    akan menurunkan kecepatan atau laju metabolismenya (basal metabolisme rate) yang

    berakibat tubuh menjadi efesien dalam menggunakan energi keadaan tersebut justru tidak

    menguntungkan bagi yang ingin menurunkan berat badan.

    4. Diet sangat rendah kalorinya

    Logikanya jika ingin cepat turun berat badannya maka harus makan sedikit mungkin hal

    itu tidak salah tetapi dampak yang ditimbulkan akan sangat merugikan kesehatan.

    Pemenuhan kebutuhan energi dibawah rata-rata metabolisme basal akan dapat

    mengganggu kesehatan kita semisal terjadinya keracunan keton akibat pembongkaran

    lemak tubuh yang berlebihan. Selain itu kesinambungan diet juga akan susah

    dipertahankan.

    5. Ingin berhasil dalam waktu singkat

    Harapan itu wajar yang lebih utama adalah terjaganya kesehatan kita secara optimal dan

    itu hanya dapat dicapai jika penurunan berat badan dilakukan dengan cara perlahan tapi

    pasti dan hasilnya permanen (sustained).

  • BAB IV

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh

    yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi

    kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah

    kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT),

    yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan

    kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.

    Gejala yang berhubungan dengan obesitas antara lain:

    Sulit tidur

    Mendengkur

    Henti napas untuk sementara secara tiba-tiba saat tidur

    Nyeri punggung atau sendi

    Berkeringat secara berlebihan

    Selalu merasa panas

    Ruam atau infeksi pada lipatan kulit

    Sulit bernapas

    Sering ngantuk dan lelah

    Depresi

    Obesitas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu obesitas perifer dan obesitas abdominal

    atau sentral obesitas jenis yang kedua inilah yang lebih berbahaya karena biasanya disertai

    meningkatnya jumlah berbagai penyakit kronis, seperti jantung koroner, diabetes melitus,

    hipertensi, stroke sampai penyakit kanker tertentu. Secara mudah cara untuk menentukan

    apakah kita obesitas atau tidak dengan cara mengukur lingkar perut kita tepat melalui pusar

    jika laki-laki panjangnya lebih 90 cm dan wanita lebih 80 cm maka anda termasuk menderita

    obesitas. Cara lain dengan cara menghitung indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus Berat

    badan dibagi Tinggi badan dalam meter. Jika nilai IMT lebih dari 25 maka dikategorikan

    mendeita obesita. Contohnya: tinggi badan (TB) seseorang 160 cm dan berat badan (BB) 80

    kg, maka dari rumus ini didapatkan hasilnya 31,25, berarti menderita obesitas.

    Penyebab obesitas pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu penyebab Internal dan

    eksternal. Penyebab internal dapat berupa permasalahan metabolisme (hormonal)

  • atau pencernaan (enzimatik). Penyebab eksternal sangat erat dengan ketidak seimbangan

    antara diet dan aktivitas kita . Untuk mengatasi masalah obesitas biasanya kita mulai dengan

    mengatasi masalah eksternal yakni dengan pengaturan diet dan kecukupan aktivitas fisik.

    Penyebab & Faktor Risiko

    Obesitas biasanya merupakan hasil dari kombinasi antara faktor-faktor berikut :

    Tidak aktif secara fisik sehingga pembakaran lemak menjadi sedikit

    Makan makanan tinggi kalori, terutama makanan cepat saji

    Beberapa wanita sulit menurunkan berat badan setelah melahirkan, hal ini memicu

    obesitas

    Kurang tidur

    Obat-obatan tertentu, seperti obat diabetes, anti kejang, antidepressants, antipsychotic,

    steroids dan beta blockers.

    Masalah medis lain.

    Faktor risiko

    1. Gaya hidup

    2. Faktor Genetik

    3. Faktor Lain

    Cara Mencegah Obesitas

    Untuk mencegah obesitas dapat melakukan tindakan sebagai berikut :

    Sering berolahraga

    Makan makanan sehat rendah lemak

    Jaga berat badan sehat anda

    Selalu konsisten terhadap perencanaan mengenai gaya hidup sehat anda sehari-hari

    Atau dengan rumus 5210

    5 kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari.

    Usahakan buah dan sayur selalu ada, meski buah yang harganya murah.

    2 jam duduk sudah terlalu lama

    Di luar waktu sekolah, anak tak boleh duduk lebih dari dua jam. Waktu menonton

    televisi, bermain game, dan sebagainya harus dipangkas. Kebanyakan duduk

    membuat metabolisme tubuh terganggu dan tidak ada pembakaran kalori sehingga

    memicu obesitas.

  • 1 jam aktivitas fisik setiap hari

    Selain aktivitas fisik satu jam per hari, usahakan melakukan olahraga terstruktur

    selama 20 menit minimal tiga kali dalam sepekan. Aktivitas fisik bisa berupa jalan,

    naik tangga, dan sebagainya. Kebiasaan turun dari mobil, masuk kelas, serta

    dijemput langsung masuk mobil lagi harus dibuang. Olahraga yang bisa dipilih

    seperti jalan, lari, bersepeda, dan berenang.

    0 gram gula

    Sesedikit mungkin mengkonsumsi minuman manis. Saat ini kebanyakan anak

    minum minuman yang serba manis, seperti teh dan jus. Semua itu harus dikurangi

    dan diganti dengan banyak minum air putih.

  • DAFTAR PUSTAKA

    http://www.rsulin.com/berita-119-gizi-pada-penderita-obesitas.html

    http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Obesity-waist_circumference.svg