106
GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA “KARMA SANG PENDOSA” KARYA ROSYED E. ABBY (KAJIAN STILISTIKA PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh : Klementini Pneumatis Rana 151224048 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN

PADA NASKAH DRAMA “KARMA SANG PENDOSA” KARYA ROSYED E. ABBY

(KAJIAN STILISTIKA PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :

Klementini Pneumatis Rana

151224048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

i

GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN

PADA NASKAH DRAMA “KARMA SANG PENDOSA” KARYA ROSYED E. ABBY

(KAJIAN STILISTIKA PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :

Klementini Pneumatis Rana

151224048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menjadi andalan dan harapan

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orangtua, Bapak Hendrikus Din dan Ibu florifa Feti yang

selalu mendoakan dan mendukung setiap proses dalam penulisan

skripsi ini.

3. Saudara kandung Adik Maria Eudoksia Suryani Din dan Fransisko

Obrien Maldini.

4. Sahabat dan teman-teman terkasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

v

MOTTO

Kebanggaan yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh

Confusius

Jika kamu belum pernah menangis, jangan pernah berharap untuk bersukacita

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

viii

ABSTRAK

Rana, Klementini Pneumatis. 2019. Gaya Bahasa dalam Majas Perulangan dan

Majas Sindiran pada Naskah Drama Karma Sang Pendosa Karya

Rosyed E. Abby (Kajian Stilistika Pragmatik). Skripsi. Yogyakarta:

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas

sindiran pada naskah drama Karma Sang Pendosa karya Rosyed E. Abby kajian

stilistika pragmatik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dua masalah

utama yakni (1) Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas

sinisme yang digunakan dalam naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed

E. Abby dari perspektif stilistika pragmatik? dan (2) Apa saja makna pragmatik

gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sinisme yang digunakan dalam

naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby dari perspektif stilistika

pragmatik?

Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dari

penelitian ini adalah tuturan dalam naskah drama Karma Sang Pendosa karya

Rosyed E. Abby. Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang mengandung gaya

bahasa dan makna gaya bahasa berdasarkan konteks dalam pragmatik yang

terdapat dalam naskah drama Karma Sang Pendosa karya Rosyed E. Abby..

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

simak yang dipadukan dengan teknik catat. Teknik analisis data pada penelitian

ini adalah teknik baca markah untuk melihat penanda di dalam suatu tuturan yang

menunjukkan kriteria gaya bahasa tertentu yaitu dengan menganalisis gaya bahasa

dalam naskah drama Karma Sang Pendosa, menganalisis dengan memperhatikan

penanda atau ciri-ciri gaya bahasa berdasarkan kajian stilistika pragmatik, peneliti

menganalisis makna yang muncul dari gaya bahasa dalam naskah drama Karma

Sang Pendosa, peneliti memasukan data ke dalam tabel atau tabulasi data dan

peneliti menunjukkan bukti yang dapat memperjelas kriteria sebuah elemen

menunjukkan suatu gaya bahasa berdasarkan kajian stilistika pragmatik dalam

naskah drama tersebut.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) wujud gaya bahasa yang

digunakan oleh penutur dalam naskah drama Karma Sang Pendosa karya Rosyed

E. Abby memiliki lima gaya bahasa yaitu gaya bahasa anafora, gaya bahasa

epifora, gaya bahasa asonansi, gaya bahasa sarkasme dan gaya bahasa sinisme. (2)

makna pragmatik yang digunakan oleh penutur dalam naskah drama Karma Sang

Pendosa karya Rosyed E. Abby adalah makna pragmatik ‘menanyakan’, makna

pragmatik ‘menegaskan’, makna pragmatik ‘menasehati’, makna pragmatik

‘mengumpat’, makna pragmatik ‘menyindir’, makna pragmatik ‘mengecewakan’

dan makna pragmatik ‘mengajak’.

Kata kunci : Tuturan, Wujud Gaya Bahasa dan Makna Pragmatik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

ix

ABSTRACT

Rana, Klementini Pneumatis. 2019. Language Style in Alliteration and Sarcasm in

The Drama Script entitled Karma Sang Pendosa by Rosyed E. Abby Pragmatic

Stylistic Study. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma

University.

This research analyzes about language style in two kinds of figurative

speech such as Alliteration and Sarcasm in the drama script entitled Karma Sang

Pendosa by Rosyed E. Abby Pragmatic Stylistic Study. The purpose of this study is

to describe two main problems such as (1) What are the form of Language Style in

alliteration and sarcasm that are used in the drama script entitled Karma Sang

Pendosa by Rosyed E. Abby pragmatic stylistic study? and (2) what are the

pragmatic meaning of language style in alliteration and sarcasm that are used in

the drama script entitled Karma Sang Pendosa by Rosyed E. Abby pragmatic

stylistic study?

The type of this research is descriptive qualitative. The source of data for

this research are from the utterances in the drama script entitled Karma Sang

Pendosa by Rosyed E. Abby. The data in this research are the utterances that

contains language style and the meaning of language style based on the context in

pragmatic in the drama script entitled Karma Sang Pendosa by Rosyed E. Abby.

The data gathering method that is used in conducting this research are observing

method which is combined with note-taking method. The data analysis technique

that is used in this research is reading marking technique to find the sign in every

utterance that shows the criteria of certain language style by analyzing language

style in the drama script entitled Karma Sang Pendosa, analyzing by regarding

the sign or the feature of language style based on pragmatic stylistic study, the

researcher analyzes the meaning that are emerged from language style in the

drama script entitled Karma Sang Pendosa, the researcher also put the data into

table or data tabulation and show the evidence to clarify the criteria of each

element that indicates the langage style based on pragmatic stylistic study in that

drama script.

The result of this study shows that (1) there are five forms of language

style that are used by the speakers in the drama script entitled Karma Sang

Pendosa by Rosyed E. Abby which are anaphora, epiphora, assonance, sarcasm,

and cynicism. (2) the pragmatic meaning that are used by the speaker in the

drama script entitled Karma Sang Pendosa by Rosyed E. Abby are meaning of

pragmatics „asking‟, meaning of pragmatic „asserting‟, meaning of pragmatics

„advising‟, meaning of pragmatics „swearing‟, meaning of pragmatics „teasing‟,

meaning of pragmatics „disappointing‟ and the meaning of pragmatics „inviting‟.

Key words: Utterance, language style form, pragmatic meaning

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya skripsi dengan judul “Gaya Bahasa dalam Majas

Perulangan dan Majas Sindiran pada Naskah Drama “Karma Sang Pendosa‟

Karya Rosyed E. Abby Kajian Stilistika Pragmatik ” dapat diselesaikan dengan

baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi yang

tercantum dalam kurikulum program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berbagai hambatan yang

penulis alami dalam penulisan skripsi ini, seperti adanya perasaan bosan dan

malas, tetapi untuk mengatasi perasaan tersebut penulis tanpa hentinya berdoa

meminta kepada Tuhan agar penulis mampu melawan perasaan malas tersebut,

selain itu penulis menyadari bahwa skripsi ini diselesaikan tidak terlepas dari

dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd, M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

3. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum; selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan arahan yang sangat bermanfaat demi terselesainya

skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Pranowo. M.Pd., selaku dosen triangulator yang telah

membantu peneliti memvalidasi instrumen penelitian yang dibuat peneliti.

5. Ibu Theresia Rusmiyati, selaku sekretaris prodi PBSI yang sangat

membantu administrasi selama perkuliahan..

6. Keluarga penulis, bapa dan mama tercinta, Hendrikus Din dan Florida

Feti yang sudah memberikan dukungan baik spritual maupun finansial.

Adik Maria Eudoksia Suryani Din dan Adik Fransisko Obrien Maldini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

PERNYATAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ............................ vii

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

1.5 Batasan Istilah ............................................................................................. 5

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................................. 9

2.2 Kajian Teori ............................................................................................... 11

2.2.1 Teori Pragmatik .............................................................................. 11

2.2.2 Teori Konteks ................................................................................. 13

2.2.3 Makna/ Maksud Pragmatik ............................................................ 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

xiii

2.2.4 Teori Stilistika ................................................................................ 17

2.2.5 Teori Stilistika Pragmatik ............................................................... 18

2.2.6 Majas dan Gaya Bahasa ................................................................. 20

2.2.6.1 Majas Perulangan (Repetisi) .................................................... 22

2.2.6.1.1 Gaya Bahasa Aliterasi.............................................................. 22

2.2.6.1.2 Gaya Bahasa Asonansi ............................................................ 23

2.2.6.1.3 Gaya Bahasa Epanalipsis ......................................................... 23

2.2.6.1.4 Gaya Bahasa Epizeukis............................................................ 24

2.2.6.1.5 Gaya Bahasa Mesodiplosis ...................................................... 25

2.2.6.1.6 Gaya Bahasa Anafora .............................................................. 26

2.2.6.1.7 Gaya Bahasa Epifora ............................................................... 26

2.2.6.1.8 Gaya Bahasa Antanaklasis ....................................................... 27

2.2.6.1.9 Gaya Bahasa Kiasmus ............................................................. 28

2.2.6.1.10 Gaya Bahasa Tautotes.............................................................. 28

2.2.6.1.11 Gaya Bahasa Simploke ............................................................ 29

2.2.6.2. Majas Sindiran ......................................................................... 29

2.2.6.2.1 Gaya Bahasa Sinisme .............................................................. 29

2.2.6.2.2 Gaya Bahasa Ironi.................................................................... 30

2.2.6.2.3 Gaya Bahasa Sarkasme ............................................................ 31

2.2.6.2.4 Gaya Bahasa Satire .................................................................. 32

2.2.6.2.5 Gaya Bahasa Inuendo .............................................................. 32

2.2.6.2.6 Gaya Bahasa Antifrasis............................................................ 33

2.2.7 Kerangka Berpikir ........................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 36

3.2 Data dan Sumber data ................................................................................ 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

xiv

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 37

3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 37

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 38

3.6 Triangulasi Data......................................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data ........................................................................................... 41

4.2 Analisis Data .............................................................................................. 42

4.3 Wujud Gaya Bahasa .................................................................................. 43

4.3.1 Gaya Bahasa Anafora ..................................................................... 43

4.3.2 Gaya Bahasa Epifora ...................................................................... 45

4.3.3 Gaya Bahasa Sarkasme ................................................................... 48

4.3.4 Gaya Bahasa Sinisme ..................................................................... 51

4.4. Maksud Pragmatik .................................................................................... 53

4.4.1 Maksud Pragmatik Menanyakan .................................................... 54

4.4.2 Maksud Pragmatik Menegaskan ..................................................... 57

4.4.3 Maksud Pragmatik Menasehati....................................................... 59

4.4.4 Maksud Pragmatik Mengumpat ...................................................... 60

4.4.5 Maksud Pragmatik Menyindir ........................................................ 62

4.4.6 Maksud Pragmatik Mengecewakan ................................................ 63

4.4.7 Maksud Pragmatik Mengajak ........................................................ 64

4.5 Pembahasan .............................................................................................. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 68

5.2 Saran ......................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70

LAMPIRAN .......................................................................................................72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan uraian pada pendahuluan yang terdiri atas enam hal

yakni latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan istilah dan sistematika penulisan. Enam hal tersebut dijelaskan

secara rinci sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang

Gaya setiap orang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan satu sama

lainnya, karena setiap orang tentunya memiliki hal-hal yang berhubungan erat

dengan selera dan kepekaan terhadap segala sesuatu yang berada di sekitarnya.

Secara spesifik gaya merupakan cara seseorang dalam menggunakan bahasa, baik

dalam memilah kata-kata, kalimat, nada maupun ungkapan yang disampaikannya

dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Gaya juga dapat memperoleh

keindahan melalui bahasa yang kita gunakan baik secara lisan maupun tulisan.

Bahasa adalah alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan

menyampaikan pesan. Melalui bahasa, seseorang bisa berkomunikasi untuk

mengungkapkan pemikiran dan perasaan dengan baik. Dalam hal ini, sejalan

dengan pendapat Chaer (2004:12) yang menyebutkan bahwa bahasa adalah alat

untuk berinteraksi atau untuk berkomunikasi dalam arti untuk menyampaikan

pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Gaya dan bahasa tersebut memiliki

hubungan yang erat dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, karena suatu

kata ataupun kalimat akan terlihat indah apabila menggunakan gaya yang dimiliki

ataupun dengan selera masing-masing orang dalam menyampaikan pesan.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

2

Dalam berkomunikasi muncul berbagai karakter gaya bahasa. Dalam

penyampainnya, gaya berbahasa yang digunakan setiap orang berbeda-beda.

Penutur tentu memiliki ciri khas yang berbeda-beda dalam menyampaikan ide,

gagasan, pikiran dan perasaanya. Ciri tersebut dapat dikatakan sebagai gaya

berbahasa penutur. Dalam menyampaikan suatu tujuan, penutur harus

menggunakan pilihan kata dan gaya bahasa yang mudah diterima dan dipahami

oleh lawan tutur agar tujuan yang dimaksudkannya dapat tersampaikan dengan

baik. Aktivitas tuturan seseorang yang khas dapat mencerminkan karakter pribadi

penutur.

Gaya bahasa dalam tindak tutur tidak hanya terjadi dalam kehidupan nyata

tetapi dapat terjadi di dalam karya sastra sebagai cermin kehidupan bermasyarakat.

Karya sastra yang dimaksudkan adalah karya sastra modern berbentuk drama atau

film. Dalam drama seseorang dapat menggambarkan bagaimana suatu sikap

dapat direpresentasikan dengan menggunakan karakteristik gaya berbahasa yang

berbeda. Untuk mempresentasikan sebuah fenomena gaya berbahasa dalam

kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan melalui sebuah drama. Namun, untuk

mempresentasikan sebuah fenomena gaya berbahasa tersebut, tentu dikaitkan

dengan cara bagaimana untuk bertutur yang baik dan benar sesuai struktur tindak

tutur dalam kajian pragmatik. Seseorang tidak hanya asal berbicara dengan

berbagai gaya bahasa, tetapi harus diketahui juga kepada siapa kita berbicara,

untuk apa kita berbicara dan bagaiamana cara kita agar pesan yang dimaksudkan

itu dapat tersampaikan kepada lawan bicara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

3

Dalam penelitian ini, peneliti sangat tertarik dengan karakteristik gaya

bahasa yang biasa digunakan oleh pengarang dalam membuat sebuah karangan

dalam naskah drama, maupun karya sastra lainnya. Dalam hal ini pengarang dapat

menyampaikan gagasannya baik berupa kritikan, keindahan melalui karangan

yang dibuat baik secara lisan maupun tulisan, dengan ragam bahasa yang

digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Namun, bahasa yang digunakan

oleh pengarang cenderung dianggap menyimpang dari kaidah kebahasaanya.

Pembaca seringkali menganggap gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang

merupakan sebagai gaya agar terlihat keindahannya ataupun dengan anggapan

bahwa kata-kata atau kalimat yang digunakan oleh pengarang tersebut tidak sesuai

dengan kaidah kebahasaanya, karena banyak pengarang yang menggunakan kata-

kata yang dianggap tidak sopan untuk diungkapkan. Dari hal tersebut, tanpa

disadari pembaca terkadang tidak memahami pesan tersirat yang disampaikan

melalui gaya bahasa dalam karangan tersebut. Maka dari itu, peneliti ingin

mengangkat topik “Gaya Bahasa dalam Majas Perulangan dan Majas Sindiran

pada naskah drama “Karma Sang Pendosa” karya Rossyed E. Abby Kajian

Stilistika Pragmatik agar pembaca tidak hanya mengetahui keindahan dari ragam

bahasa tersebut melainkan agar pesan yang terdapat dalam gaya bahasa yang

digunakan oleh pengarang dalam suatu karangan tersebut dapat tersampaikan

kepada pembaca melalui penggunaan kajian stilistika pragmatik. Dalam naskah

drama “Karma Sang Pendosa” menggunakan berbagai macam gaya Bahasa dalam

setiap tuturannya. Ada Bahasa yang menyindir, membandingkan, mencela orang

lain dan gaya bahasa lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan

beberapa masalah utama yang akan dibahas dalam penelitian ini.

a. Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sinisme

yang digunakan dalam naskah drama Karma Sang Pendosa karya Rosyed E.

Abby?

b. Apa saja maksud pragmatik gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas

sinisme yang digunakan dalam naskah drama Karma Sang Pendosa karya

Rosyed E. Abby dari perspektif stilistika pragmatik?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan utama dalam penelitian ini yaitu membahas rumusan

masalah yaitu :

a. Untuk mendeskrispsikan wujud gaya bahasa dalam majas perulangan dan

majas sinisme yang digunakan dalam drama Karma Sang Pendosa karya

Rosyed A. Ebby.

b. Untuk mendeskripsikan maksud pragmatik gaya bahasa dalam majas

perulangan dan majas sinisme yang digunakan dalam naskah drama Karma

sang pendosa karya Rosyed A. Ebby dari perspektif stilistika pragmatik.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan

manfaat teoretis dan manfaat praktis bagi para pembaca. Adapun manfaat

teoretis dan manfaat praktis tersebut yaitu :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

5

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengetahuan berupa jenis-

jenis gaya bahasa dan teori stilistika pragmatik dalam pemanfaatan gaya

bahasa. Selain itu dapat menjadi referensi bagi pembaca dalam menambah

pengetahuan.

b. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini terkait dengan penggunaan bahasa yang

digunakan oleh tokoh dalam naskah drama Karma Sang Pendosa dapat

memberikan informasi kepada pembaca agar dapat mengetahui bahwa gaya

bahasa dalam tindak tutur tidak hanya terjadi dalam kehidupan nyata, tetapi

dapat diinterpretasikan lewat drama sebagai cerminan bagi kehidupan

bermasyarakat. Selain itu pembaca juga dapat mengetahui fungsi tuturan

dalam gaya berbahasa yang disampaikan lewat ungkapan tokoh dalam drama

dan dapat mengetahui pesan tersirat yang disampaikan pengarang melalui

karakter bahasa tokoh dalam drama.

1.5 Batasan Istilah

Berikut ini akan dipaparkan mengenai batasan-batasan istilah

yangdigunakan dalam peneitian ini agar tidak mengalami kesalahan dalam

pemahaman

a. Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Pragmatik adalah

studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan

ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Maksud dari pernyataan tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

6

bahwa pragmatik lebih pada apa yang disampaikan oleh penutur dapat

tersampaikan kepada pembaca atau pendengar. (Geoffrey N. Leech)

b. Konteks Situasi

Leech (dalam Rahardi, 2003:18) memaparkan bahwa konteks situasi

tuturan adalah aneka macam kemungkinan latar belakang pengetahuan

(background knowledge) yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh

penutur maupun oleh mitra tutur, serta aspek-aspek non kebahasaan lainnya

yang yang menyertai, mewadahi serta melatarbelakangi hadirnya sebuah

pertuturan tertentu. Latar belakang pengetahuan yang dimaksud adalah

segala aspek yang melingkup baik itu aspek social, budaya, ekonomi,

maupun politik yang dimiliki oleh partisipan (pembicara dan pendengar)

dalam bertutur demi tercapainya makna dalam pertuturan. Sejalan dengan

hal itu, Tarigan (1989:35) menyatakan bahwa konteks situasi adalah latar

belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh

pembicara atau penulis dan penyimak atau pembaca, serta yang menunjang

intepretasi penyimak atau pembaca terhadap sesuatu yang dimaksud

pembicara atau penulis dengan suatu ucapan tertentu.

Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu konteks

sebagai acuan dalam mengidentifikasi tuturan dalam penelitian, yaitu

konteks situasi.

c. Majas

Majas adalah adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk

meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

7

suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum

(Tarigan :2013 :5)

d. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk

meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan

suatu benda atau hal lain yang lebih umum. Gaya bahasa adalah cara

mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang

benar-benar kalamiah saja (Warriner [et al], 1997 :602)

e. Stilistika

Stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam

karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya. Ratna

(2009:236)

f. Stilistika Pragmatik

Istilah “Pragmastilistik” merupakan kajian antardisiplin antara

pragmatik dan stilistika. Pragmatik yaitu kajian yang menghubungkan

antara struktur bahasa dengan pemakaiannya menrurut Cristal (dalam

Nurhadi 2013;15)

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan ini terdiri atas lima bab. Bab 1 merupakan bab pendahuluan

yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan istilah dan sistematika penulisan. Latar belakang berisi

alasan peneliti melakukan penelitian dan masalah yang ditemukan. Rumusan

masalah berisi masalah berupa kalimat tanya . Tujuan penelitian berisi tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

8

yang akan dilakukan peneliti dan sesuai dengan rumusan masalah yang

dibuat. Manfaat penelitian berisi kegunaan dari hasil penelitian yang

dilakukan. Batasan istilah disertakan untuk membatasi istilah-istilah yang ada

dalam penelitian.

Bab II adalah landasan teori berisi penelitian yang relevan dan kajian

teori. Penelitian relevan digunakan untuk referensi bagi peneliti agar dapat

melihat kajian yang sudah diteliti oleh orang lain sehingga peneliti dapat

mengkaji dengan kritis dan tajam. Kajian teori menunjukkan kedalaman

analisis. Kajian teori digunakan sebagai alat pembedah.

Bab III merupakan bab metodologi penelitian. Bab ini meliputi jenis

penelitian, data dan sumber data penelitian, metode dan teknik pengumpulan

data, metode dan teknik analisis data. Jenis penelitian adalah pengkategorian

menurut data yang diperoleh. Data merupakan bahan kajian. Sumber data

merupakan subjek dari mana data didapatkan. Metode dan teknik

pengumpulan data berisi metode maupun teknik yang digunakan dalam

penelitian. Metode dan teknik analisis data berisi metode dan teknik yang

digunakan dalam menganalisis data penelitian.

Bab IV merupakan bab yang berisi hasil penelitian dan pembahasan.

Bab ini merupakan jantung dari karya ilmiah. Bagian pembahasan membahas

tentang rumusan masalah dan sesuai teori yangdigunakan.

Bab V merupakan penutup . Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Kesimpulan berisi uraian yang telah dianalisis dan pokok-pokok pikiran.

Saran berisi imbauan kepada peneliti selanjutnya jika ingin meneliti

penelitian yang serupa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

9

BAB II

KAJIAN TEORI

Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan dan landasan teori.

Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang

dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Landasan teori berisi tentangteori-teori yang

digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiridari pragmatik,

konteks, makna/maksud pragmatik, stilistika, dan stilistika pragmatik

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam memperoleh informasi yang kuat untuk mendukung jalannya suatu

tugas penelitian ini, peneliti telah melakukan tinjauan pustaka untuk memperoleh

gambaran arah dalam penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat)

penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan masih

relevan untuk dilaksanakan yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh :

Fitri Tyas Rachmawati dalam jurnal yang berjudul” Gaya berbahasa tokoh utama

Hua Mulan dalam film Rise of A Warrior karya Ma Chuceng (kajian

Pragmastilistik). Dalam jurnalnya mengkaji tentang bentuk, faktor dan fungsi dari

gaya berbahasa pada film Rise of A Warrior karya Ma Chuceng. Dalam

penelitiannya bertujuan untuk mendeskripsikan gaya berbahasa ditinjau dari aspek

nada berbahasa oleh tokoh utama Hua Mulan dalam film Rise of A Wirror, factor

yang melatarbelakangi penggunaan gaya berbahasa ditinjau dari aspek nada

berbahasa dan faktor yang melatarbelakangi penggunaan gaya bahasa oleh tokoh

utama dalam film tersebut. Perbedaannya terletak pada tujuan dan analisisnya

sedangkan relevansinya terletak pada gaya bahasa dan kajian pragmastilistik.

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

10

Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian yang dilakukan Zainah

Asmaniah tahun 2015 yang berjudul “ Naskah Drama Rajapati Karangan Ahad

Bakri (Kajian structural dan pragmastilistik). Dalam jurnalnya memuat struktur

dalam naskah drama Rajapati dan hubungan pragmastilistik yang ada dalam

naskah drama Rajapati. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan cerita,

struktur dan pragmastilistik yang terdapat dalam naskah drama Rajapati.

Relevansinya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pragmatilistik yang

dikaji dalam penelitiannya, karena penelitian yang akan dilakukan menggunakan

kajian stilistika pragmatik untuk mengkaji gaya bahasa yang terdapat dalam

naskah drama “karma sang pendosa”.

Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

dari Sopyan Ali Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dengan judul “Kajian

Stilistika Pragmatik Gaya Bahasa pada puisi Shaykh Hamza Yusuf Hamsan”.

Penelitian ini mengkaji tentang penggunaan gaya bahasa yang meliputi analisa

unsur metafora dan pola gaya bunyi pada puisi-puisi karya Shaykh Hamza Yusuf

yang diulas melalui pendekatan stilistik. Perbedaan dari penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti adalah dari analisisnya yaitu Sopyan Ali menganalisis

penggunaan gaya bahasa yang meliputi unsur metafora dan pola gaya bunyi dalam

puisi, sedangkan peneliti menganalisis gaya bahasa dalam majas perulangan dan

majas sindiran pada naskah drama Karma Sang Pendosa karya Rosyed E. Abby.

Penelitian keempat yang relevan yaitu dari Damaris Rambu Sedu Dairu,

Universitas Sanata Dharma 2019 dengan judul “ Pemanfaatan Gaya Bahasa

dalam Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin Nugroho

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

11

Kajian stilistika pragmatik. Penelitian ini mengkaji tentang pemanfaatan gaya

bahasa dan makna gaya bahasa yang digunakan dalam film Marlina si pembunuh

dalam empat babak. Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

adalah terletak pada objeknya yaitu pada penelitian ini akan mengkaji gaya

bahasa dalam film dan mengkaji semua gaya bahasa pada majas , sedangkan pada

peneliti yang akan dilakukan pada naskah drama dengan menggunakan dua majas

yaitu majas perulangan dan majas sindiran.

Dari hasil penelitian di atas peneliti menggunakan suatu kajian stilistika

pragmatik. Peneliti berharap penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi untuk

kelancaran dalam penelitian ini, karena penelitian ini mengkaji tentang gaya

bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran pada naskah drama Karma

Sang Pendosa karya Rosyed E. Abby kajian stilistika pragmatik.

2.2 Kajian Teori

Dalam landasan teori ini, peneliti akan memaparkan teori-teori yang

berkaitan dengan judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian

ini, peneliti memaparkan teori tentang pragmatik, konteks, makna/maksud

pragmatik, stilistika, stilistika pragmatik, majas dan gaya bahasa yang akan

diperinci dalam sub bab berikut ini.

2.2.1 Teori Pragmatik

Hickey (dalam Nurhadi, 2013, hal 16) menyebutkan bahwa pragmatik

secara langsung bukan membahas bahasa, tetapi membahas apa yang dilakukan

oleh manusia ketika sedang menggunakan bahasa, kegunaan, serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

12

pemakaiannya. Selain itu pragmatik membahas cara pemakaian bahasa agar

menjadi komunikasi yang efektif.

Pragmatik dan semantik sama-sama menggunakan makna sebagai isi

dalam komunikasi. Semantik berpusat pada pikiran (competence langue),

sedangkan pragmatik berpusat terhadap pembicaraan (performance, parole).

Sebagaimana yang disebutkan oleh (Levinson, 1983, hal 9) mendefenisikan

pragmatik sebagai studi bahasa yang menelaah relasi bahasa serta konteks

tergramatisasi dan terkodifiasi agar tidak lepas dari struktur bahasanya.

Beberapa batasan mengenai pragmatik yaitu : (1)Pragmatik yaitu studi mengenai

maksud pembicara, (2) Pragmatik yaitu studi mengenai makna kontekstual,

(3)Pragmatik yaitu studi bagaimana cara agar banyak hal yang disampaikan

daripada yang dibicarakan, (4) Pragmatik yaitu studi mengenai ungkapan jarak

serta hubungan, (5) Pragmatik yaitu studi mengenai hubungan antara bentuk-

bentuk linguistik dengan pemakaian bentuk-bentuk tersebut.

Pragmatik diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi

tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa

atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran

(Kridalaksana, 1993:177). Maksud dari pendapat tersebut bahwa pragmatik

merupakan ilmu yang digunakan untuk mengetahui penggunaan bahasa yang

sesuai dengan konteksnya. Adapun pendapat (Yule 2006:3) terkait pragmatik

adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh (atau penutur) dan

ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Maksud dari pendapat tersebut bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

13

pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan penutur dapat

tersampaikan maksudnya oleh pembaca atau pendengar.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut terkait dengan pragmatik dapat

disimpulkan bahwa pragmatik merupakan studi bahasa yang mengkaji maksud

dan makna pesan yang disampaikan penulis atau pembicara, dapat tersampaikan

kepada pembaca atau pendangar. Selain mengkaji tentang makna yang

disampaikan oleh penutur, pragmatik juga diperlukan konteks dalam tuturan.

Seorang penutur dalam bertutur diperlukan konteks dalam menyampaikan pesan

yang ingin disampaikan kepada pembaca atau pendengar. Melalui konteks

tersebut, seorang penutur dapat menyampaikan pesannya dengan baik dan dapat

diterima baik pula oleh pendengar atau pembacanya.

2.2.2 Teori Konteks

Istilah “konteks” didefenisikan oleh Mey (1993:38) sebagai the

surrondings, in the widest sense, that enable the participants in the

communication process to interact and that make the linguistic expressions of

their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam arti luas yang

memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi dan yang membuat

ujaran mereka dapat dipahami”). Kalau Parker (1986) mencantumkan

komunikasi dalam defenisinya, Mey (1993 :42) menekankan konteks dan

mengatakan bahwa pragmatik adalah the study of conditions of human language

uses as these are determined by the context of society (kajian tentang kondisi

penggunaan bahasa manusia sebagaimana ditentukan oleh konteks

masyrakatnya”). Maka dapat diketahui konteks sangat diperlukan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

14

pragmatik karena setiap makna tuturan yang disampaikan oleh penutur harus

memiliki konteks yaitu situasi yang berada diluar teks yang sedang dibicarakan

(Pranowo 2014:65). Mulyana (2005: 21) menyatakan bahwa konteks dapat

dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan

arti, maksud, maupun informasinya sangat bergantung pada konteks yang

melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Maksud dari pendapat tersebut

menjelaskan bahwa konteks merupakan suatu peristiwa yang menjadi patokan

dasar dalam sebuah tuturan untuk dapat mengetahui makna atau maksud yang

ingin disampaikan oleh petutur.

Dari beberapa pengertian konteks dari para ahli di atas, memiliki

persamaan pendapat bahwa teori konteks ini merupakan situasi atau kondisi saat

bertutur. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konteks

merupakan situasi atau kondisi saat bertutur yang tentunya saling berinteraksi

satu sama lain. Jika kedua petutur saling berinteraksi, bahwa pragmatik dalam

kondisi tersebut dapat tersampaikan dengan baik oleh kedua pihak. karena

pragmatik sangat berkaitan sebagaiamana halnya dengan penggunaan bahasa

yang digunakan oleh manusia dilihat dari situasi atau konteks tertentu. Pembaca

tidak akan mengerti makna tanpa memahami konteks yang mengelilinginya.

Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (1996:2)

yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. Dari

pendapat Wijana ini bermaksud bahwa konteks adalah situasi dalam tuturan

yang disampaikan baik oleh penutur maupun mitra tutur dalam bertuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

15

Melalui konteks tersebut, seorang penutur dapat mengetahui makna yang ingin

disampaikan oleh penutur kepada mitra tuturnya. Secara umum, dapat

didefenisikan bahwa konteks dalam pragmatik adalah segala macam aspek yang

sifatnya luar bahasa (ekstralinguistic) yang menjadi penentu pokok bagi

kehadiran sebuah makna kebahasaan.

Pada umumnya berbicara tentang konteks merupakan situasi yang terjadi

dalam sebuah tuturan. Situasi dalam tuturan tersebut ada banyak seperti halnya

berkaitan dengaan siapa si penutur, lawan tuturnya siapa, tujuan tuturannya apa

dan konteks tuturannya seperti apa. Jika situasinya seperti hal tersebut, maka

makna yang akan disampaikan juga dapat diterima baik oleh masing-masing

kedua pihak.

2.2.3 Makna dan Maksud/ Makna Pragmatik

Setiap tuturan yang diutarakan oleh penutur pasti mengandung makna dan

maksud. Makna dan maksud dalam sebuah tuturan memiliki arti yang berbeda-

beda. Dalam memahami kedua bentuk makna dan maksud disetiap tuturan, ada

baiknya jika memahami defenisinya masing-masing. Berikut akan dipaparkan

terkait makna dan maksud.

2.2.3.1 Makna

Makna secara umumnya bersifat internal. Jadi unsur ini ada di dalam

bahasa. Pengertian dari makna sangatlah beragam. Pateda (2001:79)

mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang

membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun

kalimat. Menurut Ullaman (dalam Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

16

makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Ferdinand de sassure

(dalam chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian

atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Jadi makna

bersifat linear atau semantik yang berkaitan langsung dengan kata, frasa, klausa

atau kalimat itu sendiri.

2.2.3.2 Maksud

Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang

maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik

melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu

konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang

dikatakan. Leech (2003:34) menyatakan bahwa maksud yaitu makna yang

dimaksudkan pesannya. Senada dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009:215)

menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur

kepada lawan tuturnya mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud yang

diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya diutarakan langsung atau

tersurat, akan tetapi adakalanya diutarakan secara tidak langsung atau tersirat.

Putrayasa (2014: 24) menjelaskan bahwa untuk memahami maksud pemakaian

bahasa seseorang dituntut harus memahami pula konteks yang mewadahi

pemakaian bahasa tersebut. Wijana dan Rohmadi (2011:10) menjelaskan bahwa

maksud adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara. Maksud

bersifat subjektif.

Sejalan dengan hal itu, Chaer (2009:35) menjelaskan maksud dapat

dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara, atau pihak subjeknya. Disini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

17

orang yang berbicara itu mengujarkan sesuatu ujaran entah berupa kalimat

maupun frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah

ujaran itu sendiri.

2.2.4 Teori Stilisika

Istilah sistika berasal dari kata : stylistics, dalam bahasa inggris. Istiliah

stilistika atau stylistics terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang

atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. „ics

atau ik‟ adalah ilmu, kaji, telaah. Stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya

bahasa. Adapun beberapa istilah berdasarkan pendapat para ahli tentang

stilistika yaitu: Abrams, (1979 : 165-167), stilistika adalah ilmu yang meneliti

penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra . Ratna (2009:236)

menyatakan bahwa stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki pemakaian

bahasa dalam karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek

keindahannya.

Pendapat Crystal (1989: 431) menyebutkan stilistika merupakan

pengkajian yang sistematis dalam penggunaan bahasa, karakteristik gaya, baik

individu maupun kelompok. Menurut Simpon (2004:2), stilistika adalah sebuah

metode interpretasi tekstual karya sastra yang dipandang memiliki keunggulan

dalam pemberdayaan bahasa. Menurut Junus (1989:17), hakikat stilistika adalah

studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra. Kridalaksana (2011:157),

menyatakan bahwa stilistika (stilistics) adalah (1) ilmu yang menyelidiki bahasa

yang dipergunakan dalam karya sastra, ilmu interdisipliner antara linguistik dan

kesusastraan (2) penerapan linguistik pada penelitian gaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

18

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim penyusun 2009:489), istilah

stilistika memiliki arti tata bahasa yang meliputi kebiasaan-kebiasaan atau

ungkapan-ungkapan dalam pemakaian bahasa yang mempunyai efek kepada

pembacanya. Leech dan Short (1984 :13) menyatakan bahwa stilistika adalah

studi tentang wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat dalam

karya sastra. Menurut Chapman (1977 : 15) stilistika bertujuan menentukan

seberapa jauh dan dalam hal apa bahasa yang digunakan dalam sastra

memperlihatkan penyimpangan, serta bagaimana pengarang menggunakan

tanda-tanda linguistik untuk mencapai efek khusus.

Kajian stilistika sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai ragam

penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja tetapi biasanya stilistika

sering dikaitkan dengan bahasa sastra. Stilistika dapat dianggap menjembatani

kritik sastra di satu pihak dan linguistik di pihak lain karena stilistika mengkaji

wacana sastra dengan orientasi linguistik. Stilistika merupakan suatu ilmu yang

di dalamnya juga mempelajari kata-kata berjiwa dan gaya bahasa yang terdapat

dalam karya sastra. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa stilistika adalah ilmu yang menelaah tentang cara penggunaan gaya

bahasa baik dalam penggunaan karya sastra ataupun dalam kehidupan sehari-

hari dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.

2.2.5 Stilistika Pragmatik

Istilah “pragmastilistik” merupakan kajian antardisiplin antara pragmatik

dan stilistika. Pragmatik yaitu kajian yang menghubungkan antara struktur

bahasa dengan pemakaiannya (Cristal dalam Nurhadi 2013, hal 15). Pragmatik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

19

yaitu telaah mengenai kondisi-kondisi umum pemakaian komunikasi bahasa

(Levinson 1983 hal 21), sedangkan stilistika yaitu ilmu yang membahas

mengenai bahasa yang digunakan dalam karya sastra: ilmu antardisiplin antara

linguistik dan kesusastraan: penerapan linguistik dalam penelitian gaya bahasa

(Kridalaksana dalam Nurgiyantoro, 2014 hal 23). Pragmatik berpusat terhadap

pemakaian bahasa dalam konteks situasi, sedangkan stilistika berpusat pada

pemakaian bahasa dalam satu tuturan yang lazim disebut maksim (Leech 1983,

hal 32). Oleh sebab itu, pragmatik dan stilistika saling berkaitan satu sama lain.

Kaitannya dengan pragmastilistik (Hickey dalam Nurhadi, 2013. Hal 15)

menyebutkan beberapa pandangan diantaranya yaitu : (1) Pragmastilistik yaitu

gaya bahasa yang ditambahkan komponen pragmatik ke dalam pembahasannya,

(2) Pragmastilistik memberikan perhatian khusus terhadap fitur-fitur yang dipilih

saja oleh pembicara, tetapi memilih cara yang tujuannya jelas serta cara

penyampaiannya berbeda, (3) Pragmastilistik melibatkan seluruh aspek yang

berkaitan dengan kondisi linguistik serta ekstra linguistik yang memungkinkan

adanya unsur-unsur konteks untuk menghasilkan teks yang merubah struktur

internal pada keadaan, pikiran, serta pengetahuan, (4) Jika linguistik tertarik

untuk bertanya “What do you say?” „kamu berbicara apa?‟, ahli stilistika akan

bertanya “how do you say?” „bagaimana anda bercerita?”, ahli pragmatik akan

bertanya “What do you do?” „apa yang dilakukan oleh anda‟?, ahli

pragmastilistik akan bertanya “How do you do?” „ Bagaimana anda

melakukannya?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

20

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kajian

pragmastilistik itu merupakan gabungan antara pragmatik dan stilistika yang

membahas gaya bahasa yang dilihat dari segi aspek-aspek pragmatik seperti

dalam tuturan dan konteks situasinya. Selain itu pragmastilistika tidak hanya

membahas maksud pembicaraan, tetapi juga membahas cara melakukan sebuah

tindakan.

2.2.6 Majas dan Gaya bahasa

Majas adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau

pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Pada umumnya majas

dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a) majas penegasan, b) perbandingan,

c) pertentangan dan d) majas sindiran. Dari keempat jenis majas tersebut, dapat

dibagikan ke dalam beberapa subjenis sesuai dengan cirinya masing-masing.

Secara tradisional,bentuk-bentuk inilah yang disebut sebagai gaya bahasa.

Dalam tatarannya, gaya bahasa dan majas sangatlah berbeda. Gaya bahasa juga

merupakan bagian dari majas atau dengan kata lain majas disamakan dengan

gaya bahasa. Namun dari segi kualitasnya, gaya bahasa lebih luas dari majas,

karena gaya bahasa memiliki pembicaraan dan maknanya yang tergantung pada

pengarang untuk mencipta gaya dan membuat pembaca mampu untuk

memahami maksud dari pengarang. Sedangkan pada majas memiliki

keterbatasan pada masing-masing penggolongannya.

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan

efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau

hal lain yang lebih umum. Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

21

secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara kalamiah saja

(Warriner [et al], 1997 : 602). Gaya bahasa merupakan bagian dari pilihan kata

yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu.

Gaya sebenarnya tidak lain dari pada cara mengungkapkan diri sendiri, entah

melalui bahasa, tingkah laku, berpakain dan sebagainya. Itulah sebabnya kita

bisa mengatakan „cara berpakaianya menarik perhatian orang banyak, cara

menulisnya lain dari pada kebanyakan orang, yang memang sama artinya dengan

berpakaian dan gaya menulis. Dilihat dari segi bahasa gaya bahasa

memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang

yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik

pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa seseorang,

semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya.

Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam

berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan

pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa yunani rhetor yang berarti orator atau

ahli pidato. Secara singkat dapat dikatakan bahwa” gaya bahasa adalah cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa

dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus

mengandung tiga unsur berikut yaitu: kejujuran, sopan-santun, dan menarik

(Keraf, 1985 : 113). Dari beberapa pendapat ahli tersebut terkait dengan gaya

bahasa dapat disimpulkan bahwa, gaya bahasa merupakan karakteristik

seseorang atau pengarang dalam menggunakan bahasa baik secara lisan maupun

tulisan. Gaya bahasa juga merupakan cara seseorang atau pengarang dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

22

menciptakan suatu keindahan lewat gaya bahasa yang digunakanyya untuk

menarik perhatian para pembaca atau pendengar. Berikut ini adalah beberapa

jenis majas dan gaya bahasa yang biasa digunakan oleh pengarang dalam

menciptakan sebuah karangan yaitu :

2.2.6.1 Majas Perulangan(Repetisi)

Majas perulangan adalah yang mengulang kata demi kata entah itu yang

diulang bagian depan, tengah, atau akhir sebuah kalimat. Majas perulangan ini

meliputi gaya bahasa aliterasi, gaya bahasa anadiplosis, gaya bahasa epanalipsis,

gaya bahasa epizeukis, gaya bahasa mesodiplosis, gaya bahasa anafora, gaya

bahasa epifora, gaya bahasa antanaklasis, gaya bahasa kiasmus, gaya bahasa

tautotes dan gaya bahasa simploke

2.2.6.1.1 Gaya Bahasa Aliterasi

Menurut Keraf(2007:130) aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud

perulangan konsonan yang sama. Aliterasi adalah gaya bahasa yang

memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya (Tarigan,1995:197).

Aliterasi juga dapat diartikan sebagai pengulangan bunyi konsonan yang sama.

Aliterasi adalah sarana stilistis yang berarti pengulangan bunyi konsonan yang

sama di permulaan kata yang membentuk rangkaian kata yang mapan biasanya

berpasangan (Moentaha, 2006; 182) Berikut adalah paparan contohnya :

“ Desir hari berlari (Senuja di pelabuhan kecil)

Dari beberapa pendapat para ahli di atas bahwa aliterasi merupakan bentuk

gaya bahasa dalam pengulangan bunyi konsonan yang sama pada satu kalimat.

Pada contoh di atas terbukti bahwa pengulangan bunyi konsonan terdapat pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

23

konsonan R. Dalam kalimatnya terdapat konsonan R yang sejajar diulang pada

setiap kata baik diawal kalimat, tengah maupun diakhir.

2.2.6.1.2 Gaya Bahasa Asonansi

Asonansi sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud pengulangan vocal

yang sama. biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk

memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan (Tarigan, 2013;

176). Jika dalam aliterasi pengulangan pada perulangan kononan maka asonansi

pengulangan pada vokal, baik di awal, tengah maupun akhir kata secara berurutan

dalam baris atau klausa. Berikut adalah paparan contohnya :

“ Tentang segala rasa yang sara‟

Dari pendapat para ahli di aatas bahwa asonansi merupakan bentuk

pengulangan penekanan pada bunyi vokal dalam sebuah kalimat. Pada contoh di

atas terbukti bahwa , pengulangan vokal yang digunakan pada kalimat tersebut

yaitu menggunakan vokal A pada setiap kata yang terdapat pada kalimat tersebut

diatas.

2.2.6.1.3 Gaya Bahasa Epanalipsis

Epanalipsis adalah gaya bahasa repetisi kata terakhir pada akhir kalimat

atau klausa. Epanlipsis adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari

baris, klausa, atau kalimat mengulang kata pertama (Keraf, 2007:128).

Epananalipsis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata

pertama dari baris klausa atau kalimat menjadi terakhir. Jadi maksud pendapat

tersebut adalah epanalipsis merupakan gaya bahasa pengulangan pada kata yang

dapat digunakan pada.. contohnya :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

24

“ Pulanglah. Sakitnya kakak kalian semakin parah...Anak-anakku,

sebelum semuannya terlambat, pulanglah. (Bidadari-Bidadari Surga,

hal:1)

Dari contoh tersebut, terdapat kata pulanglah yang merupakan gaya

bahasa pengulangan pada kata pertama dan diulang kata yang sama pada akhir

kalimat. Pada contoh kalimat di atas memiliki makna untuk meminta keluarganya

agar berkumpul bersama dan menjenguk kakaknya yang sedang sakit parah. Dari

contoh tersebut dapat dimaknai sebagai permohonan seorang ibu untuk adik-

adiknya agar segera menjenguk kakak mereka yang sedang sakit.

2.2.6.1.4 Gaya Bahasa Epizeukis

Epizeukis adalah gaya bahasa repetisi yang bersifat langsung dari kata-kata

yang dipentingkan dan diulang beberapa kali sebagai penegasan. Menurut Ratna

(2009:442), epuzeukis adalah pengulangan secara langsung. Keraf (2007:127)

berpendapat bahwa yang dinamakan epizeukis adalah repetisi yang bersifat

langsung, artinya kata-kata yang dipentingkan diulang beberpa kali berturut-turut.

Epuzeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang

ditekankan atau dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut (Tarigan,

2013:182)

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

epizeukis merupakan gaya bahasa pengulangan pada bagian kata-kata yang

menurutnya penting dan dapat disebutkan secara berulang-ulang untuk dapat

dipahami. Contohnya ;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

25

“ Kami harus pulang malam ini juga ke jakarta, kau dengar? Ya?

Ya?Albertino, pertemuan besok batal! Batal ! batal! Kau dengar? (Bidadari-

Bidadari Surga, hal 201)

Dari contoh kalimat di atas terbukti bahwa bentuk pengulangan yang

merupakan sebagai kata yang penting untuk di pahami oleh pembaca yaitu pada

kata ya?dan batal. Bentuk pengulangan pada kalimat di atas dimaksud kan

sebagai penekanan pada kata yang penting untuk dapat dipahami oleh pendengar

atau pembaca.

2.2.6.1.5 Gaya Bahasa Mesodiplosis

Ratna (2009:443) menyatakan bahwa mesodiplosis adalah pengulangan

di tengah baris. Mesodiplosis adalah gaya bahasa repetisi yang menggunakan

pengulangan ditengah-tengah baris atau kalimat secara berurutan. Mesodiplosis

adalah repetisi di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan(Keraf,

2007:128). Mesodiplosis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud

perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

mesodiplosis merupakan bentuk pengulangan pada kata yang terdapat pada

kalimat dan terletak di tengah-tengah kalimat yang berurutan . Contohnya ;

“ Mamak dan ibu-ibu lainnya menyiapkan hidangan besok dalimunte dan

pemuda lainnya menyiapkan panggung acara. (bidadari-bidadari Surga hal

:201)

Dari contoh di atas , terdapat bentuk pengulangan kata menyiapkan yang

berurutan pada kalimat tersebut dan merupakan bentuk dari gaya bahasa

mesodiplosis. Pengulangan kata pada contoh kalimat di atas secara berurutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

26

dengan tujuan yang berbeda tetapi terikat dalam satu kalimat yaitu kata

menyiapkan yang pertama untuk hidangan besok dalimunte, sementara kata

menyiapkan yang kedua yaitu untuk pemuda yang bertugas untuk menyiapkan

panggung acara.

2.2.6.1.6 Gaya Bahasa Anafora

Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata

pertama pada seiap baris atau setiap kalimat. Keraf(2007:127) menyatakan

anafora adalah repetisi yang berwujud perulangan pada kata pertama pada tiap

baris atau kalimat berikutnya. Sedangkan Ratna (200 9: 442) berpendapat bahwa

anafora adalah kata atau kelompok kata diulang pada baris berikutnya. Sedangkan

Ratna (200 9 : 442) berpendapat bahwa anafora adalah kata atau kelompok kata

diulang pada baris berikutnya. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa anafora adalah gaya bahasa perulangan pada kata pertama

yang sama pada kalimat selanjutnya. Contohnya :

“Aku sangat bahagia. Aku sangat bangga (Cerita Cinta Enrico, hal :37)

Dari contoh di atas , bentuk pengulangan yang terdapat pada kalimat

tersebut adalah terletak pada kata Aku dan diulang pada kalimat berikutnya

dengan kata yang sama. Pengulangan kata aku pada contoh kalimat di atas

memiliki maksud untuk mendalami atau menggambarkan perasaan yang ada pada

diri seseorang.

2.2.6.1.7 Gaya Bahasa Epifora

Keraf (2007:136) berpendapat bahwa epifora adalah pengulangan pada

kata akhir kalimat atau di tengah kalimat. Simpulan gaya bahasa epifora adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

27

gaya bahasa epifora adalah gaya bahasa dengan mengulang kata diakhir atau di

tengah kalimat. Contohnya :

“Aku merasa hidupku adalah sia-sia. Belajar lima tahun di luar negeri

sia-sia. Pernikahanku sia-sia. (Pudarnya Pesona Cleopatra)

Dari contoh diatas, terdapat bentuk gaya bahasa epifora yaitu

pengulangan kata sia-sia pada akhir kalimat dan di tengah kalimat. Pengulangan

kata sia-sia pada contoh kalimat di atas merupakan sebuah penyesalan seseorang

yang sudah terjadi pada dirinya.

2.2.6.1.8 Gaya Bahasa Antanaklasis

Antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama

dengan makna yang berbeda.(Ducrot dan Todorov, 1981: 227; Tarigan

(1985:198). Berikut adalah contoh gaya bahasa antanklasis

Buah bajunya terlepas membuat buah dadanya hamper-hampir

kelihatan.

Dari contoh kalimat di atas terdapat pengulangan gaya bahasa antanaklasis

yaitu pada kata buah. Pengulangan kata buah pada contoh di atas merupakan dua

kata yang sama tetapi memiliki makna yang berbeda. Pada kata buah yang

terdapat di awal kalimat memiliki arti sebuah kancing atau pengait yang terlekat

pada baju. Sementara kata buah yang merupakan bentuk pengulangan ke dua

pada kalimat di atas memiliki maksud pada organ tubuh yang terdapat pada

wanita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

28

2.2.6.1.9 Gaya Bahasa Kiasmus

Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus

merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat (Ducrot and

Todorov,1981 : 227) . Maksud pendapat tersebut bahwa gaya bahasa kiasmus

merupakan perulangan bentuk kata yang saling berlawanan makna dalam satu

kalimat. Berikut adalah contoh gaya bahasa kiasmus

Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru

merasa dirinya yang kaya.

Dari contoh kalimat di atas, terdapat pengulangan pada kata kaya dan

miskin yang merupakan bentuk gaya bahasa kiasmus. Pada dua bentuk

pengulangan kata di atas sama halnya dengan antonim atau lawan kata, namun

dalam contoh kalimat di atas memiliki inversi hubungan antar dua kata dalam satu

kalimatnya.

2.2.6.1.10 Gaya Bahasa Tautotes

Tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata

berulang-ulang dalam sebuah kontruksi (Keraf 1985 : 127). Maksud dari pendapat

tersebut dapat dikatakan bahwa gaya bahasa tautotes merupakan gaya bahasa

yang memiliki ciri khas penanda berupa beberapa perulangan kata kata dalam

kalimat.

Kakanda mencintai adinda, adinda mencintai kakanda, kakanda dan

adinda saling mencintai, adinda dan kakanda menjadi satu.

Pada contoh kalimat di atas, terdapat bentuk pengulangan gaya bahasa

tautotes yaitu tedapat pada kata adinda, mencintai dan kakanda. Bentuk

pengulangan ketiga kata pada contoh kalimat di atas yang dapat diulang-ulang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

29

dalam sebuah kalimat. Dari contoh perulangan kalimat di atas juga saling

keterkaitan satu sama lainnya yang saling berhubungan melalui kata yang

diulang.

2.2.6.1.11 Gaya Bahasa Simploke

Simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan

pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut (Keraf, 1985:128).

Maksud dari Berikut adalah contoh gaya bahasa simploke

Ibu bilang saya pemalas, saya bilang biar saja

Ibu bilang saya lamban, saya bilang biar saja

Ibu bilang saya lengah, saya bilang biar saja

Ibu bilang saya manja, saya bilang biar saja

Pada contoh kalimat di atas terdapat bentuk pengulangan gaya bahasa

simploke yang terdapat pada kalimat ibu bilang saya dan saya bilang biar saja.

Kedua bentuk pengulangan pada contoh kalimat di atas merupakan kalimat

berturut-turut diulang pada setiap barisan kalimat.

2.2.6.2 Majas Sindiran

Keraf (2007:143) berpendapat bahwa sindiran atau ironi adalah suatu

acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari

apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Jadi yang dimaksud dengan

majas sindiran adalah suatu bentuk rangkaian kata-kata yang berlainan dari apa

yang dimaksudkan. Majas sindiran meliputi: melosis, sinisme, ironi innuendo,

antifrasis, sarkasme, dan satire.

2.2.6.2.1 Gaya Bahasa Sinisme

Ratna(2009:447) menyatakan bahwa sinisme merupakan sindiran yang

agak kasar. Keraf (2007:143) berpendapat bahwa sinisme adalah gaya bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

30

sebagai suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan

terhadap keiklasan dan ketulusan hati atau gaya bahasa sindiran yang

pengungkapannya lebih kasar. Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa

sindiran dan berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keiklasan

dan ketulusan hati. Sinisme adalah ironi lebih kasar sifatnya , namun kadang-

kadang sukar ditarik batas yang tegas antara keduanya (Tarigan 2003: 91). Dari

beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sinisme merupakan

bentuk gaya bahasa sindiran yang mengandung ejekan atau gaya bahasa yang

secara kasar. Berikut adalah paparan contohnya :

“ Dev, mobilnya rongsokan begitu!” Protes Ayyas (Bumi cinta, hal : 14).

Dari contoh tersebut diatas, merupakan gaya bahasa sindiran yang

menyatakan secara tidak langsung bahwa mobil yang dimiliki dev tersebut jelek

atau sudah rusak. Bentuk dari contoh kalimat di atas merupakan sebuah ejekan

yang secara kasar.

2.2.6.2.2 Gaya Bahasa Ironi

Ironi adalah gaya bahasa yang berupa sindiran halus berupa pernyataan

yang maknanya bertentangan dengan makna sebenarnya. Ratna (2009:447)

berpendapat bahwa ironi adalah gaya bahasa yang berupa sindiran halus. Sindiran

dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari

fakta tersebut. Jadi dari pendapat tersebut ironi merupakan bahasa sindirian yang

secara halus dan menyatakan makna yang kebalikan dari fakta yang dikatakannya

tersebut. Contohnya :

“ Kamu yang kecil, krempeng kok tiba-tiba melakukan hal gila seperti

itu. (Bumi Cinta, Hal :16)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

31

Dari contoh kalimat tersebut diatas, terdapat makna sindiran yang secara

halus diungkapkan pada beberapa kata yang mungkin kebalikan dari makna yang

sesungguhnya dan tidak diungkapkan secara langsung.

2.2.6.2.3 Gaya Bahasa Sarkasme

Kata sarkasme berasal dari bahasa Yunani sarkasmos yang diturunkan dari

kata kerja sakasein yang berarti‟merobek-robekdaging seperti anjing‟ „menggigit

bibir karena marah‟ atau „bicara dengan kepahitan‟(Keraf, 1980: 144). Sarkasme

adalah penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untumk menyindir atau

mengkritik. Keraf(2007: 143) berpendapat bahwa sarkasme adalah suatu acuan

yang lebih kasar dan ironi yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir.

Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-olokkan atau sindiran pedas

dan menyakiti hati (Poerwadarminta dalam tarigan). Jadi maksud dari pendapat

tersebut adalah sakasme merupakan gaya bahasa sindiran yang secara kasar dan

bersifat mengkritik sesuatu yang dapat mengandung kepahitan atau menyakitkan

untuk di dengar. Berikut adalah paparan ontohnya :

“ Brengsek! Kau anak setan!” kau yang anak setan!” (Bumi Cinta, hal

:22)

Dari contoh tersebut diatas, terdapat kata-kata kasar yang dapat

menyinggung dan menyakitkan untuk di dengar terdapat pada brengsek dan anak

setan. Kedua kata tersebut merupakan bentuk sindiran yang sangat kasar untuk

digunakan atau diucapkan. Kata brengsek memiliki makna seseorang yang tidak

beres dalam hidupnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

32

2.2.6.2.4 Gaya Bahasa Satire

Satire adalah gaya bahasa yang berbentuk penolakan dan mengandung

kritikan dengan maksud agar sesuatu yang salah itu dicari kebenarannya. Satire

adalah gaya bahasa yang berbentuk ungkapan dengan maksud menetarwakan atau

menolak sesuatu (Keraf, 2007:144). Jadi maksud dari pendapat tersebut

merupakan bentuk gaya bahasa sindiran yang dapat mengandung penolakan

sesuatu yang tidak diterima dalam diri seseorang yang mengungkapiinya.

Contohnya :

“ Anak itu sungguh akan membuat malu bapaknya yang tidak tahu diri

pergi begitu saja meninggalkannya „(hal : 64)

Dari contoh tersebut diatas, terdapat kata-kata yang merupakan suatu

bentuk penolakan dalam diri seorang yang tidak menginginkan hal tersebut terjadi

pada dirinya. Pada contoh tersebut di atas terdapat makna yang tersirat dari

ungkapannya yang menyatakan bahwa agar penutur yang mengungkapkan hal

tersebut tidak membuat sesuatu yang sama hal seperti yang dikritiknya terhadap

anak tersebut. Dari ungkapannya tersebut juga penutur dapat menyimpulkan atau

mengambil suatu kesimpulan yang baik untuk tidak melakukan hal yang salah

dari apa yang terjadi pada mitra tutur dalam ungkapanya itu.

2.2.6.2.5 Gaya Bahasa Inuendo

Innuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan

mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik

dengan sugesti yang tidak langsung, dan tampaknya tidak menyakitkan hati kalau

ditinjau sekilas. (Keraf, 1985:144). Maksud dari pendapat tersebut bahwa gaya

bahasa innuendo merupakan gaya bahasa sindiran yang diungkapkan secara tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

33

langsung untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi. Sindiran tersebut dituturkan

secara tidak langsung agar mitra tutur tidak tersinggung, sehingga penutur

memanfaatkan penggunaan gaya innuendo untuk memperkecil kemungkinan

penutur tersinggung. Berikut adalah contohnya.

Abangku sedikit gemuk karena terlalu kebanyakan makan daging

berlemak.

Dari contoh kalimat di atas, terdapat bentuk gaya bahasa innuendo yang

merupakan bentuk sindiran dari penutur yang secara tidak langsung yaitu pada

kata sedikit gemuk. Sindiran pada contoh kalimat di atas diungkapkan oleh

penutur agar mitra tuturnya tidak tersinggung dengan apa yang sampaikan oleh

penutur. Oleh karena itu, penutur dapat memperkecil maksud sindiran tersebut

dengan menggunakan gaya bahasa lain yang dapat diterima baik oleh mitra tutur.

2.2.6.2.6 Gaya Bahasa Antifrasis

Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata

dengan makna kebalikannya. Maksud dari pendapat tersebut bahwa gaya bahasa

antifrasis adalah gaya bahasa sindiran yang bertentangan dengan makna yang

sebenarnya. Berikut adalah contoh gaya bahasa antifrasis.

Mari kita sambut kedatangan sang raja (Maksudnya si jongos).

Dari contoh kalimat di atas, terdapat bentuk gaya bahasa antifrasis yaitu

pada kata sang raja. Pada kalimat di atas merupakan bentuk sindiran yang

menyatakan bertentangan dari makna yang sesungguhnya. Pada ungkapan penutur

dalam kallimat di atas mengatakan kedatangan sang raja yang pada sesungguhnya

maksud penutur adalah bukanlah raja yang sebenarnya dalam konteks kerajaan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

34

melainkan bentuk sindiran yang menggunakan gaya bahasa lain dan memiliki arti

lain yang maksud lain dari penutur adalah si jongos atau pembantu rumah tangga.

2.2.7 Kerangka Berpikir

Dalam kerangka berpikir ini peneliti memberikan gambaran mengenai

penelitian yang dilakukan. Judul yang diambil peneliti melihat dari gaya bahasa

yang digunakan oleh tokoh dalam naskah drama karma sang pendosa, khususnya

gaya bahasa pada majas perulangan dan majas sindiran dengan menggunakan

kajian stilistika pragmatik. Hal ini mengacu pada wujud dan maksud yang

digunakan dalam tuturan oleh tokoh pada naskah drama tersebut. Peneliti

menyimak dan mencatat tuturan tokoh pada naskah drama tersebut. Berdasarkan

judul yang digunakan di atas, pengetahuan mengenai ilmu pragmatik khususnya

pada konteks pragmatik menjadi bekal peneliti. Data yang didapatkan kemudian

dikelompokan dan dimasukkan ke dalam tabel triangulasi dengan wujud dan

maksud tuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

35

Bagan 1 : Kerangka Berpikir

2

KAJIAN PRAGMATIK

KONTEKS

STILISTIKA

PRAGMATIK

GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN

MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA KARMA SANG

PENDOSA KARYA ROSYED A. EBBY (KAJIAN STILISTIKA

PRAGMATIK)

WUJUD MAKSUD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memaparkan terkait dengan metode penelitian berupa enam hal

yakni jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, metode dan teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan triangulasi

data.

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah

metode penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti mengambil metode penelitian

kualitatif sebagai bentuk metode penelitian ini, karena pada langkah awal peneliti

mengumpulkan data lewat tuturan dalam naskah drama “karma sang pendosa”

karya Rosyed E. Abby. Selain itu peneliti mendeskripsikan kata-kata secara

tertulis yang ada pada naskah drama karma sang pendosa. Bogon dan Taylor

(1975:5) mendefenisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati.

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berwujud tuturan berupa dialog yang terkandung

dalam gaya bahasa pada naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E.

Abby. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama karma

sang pendosa karya Rosyed E. Abby.

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

37

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik merupakan dua konsep yang berbeda tetapi berhubungan

langsung satu sama lain. Keduanya merupakan suatu “cara” dalam suatu upaya.

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan dan teknik adalah

cara melaksanakan atau menerapkan metode (Sudaryanto 2015:9).

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan metode simak untuk

mengumpulkan data. Metode simak atau penyimakan dilakukan dengan cara

menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan

dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara

tulis (Mahsun, 2007:92). Teknik pengumpulan dengan cara mencatat penggunaan

bahasa yang terdapat dalam naskah drama yang secara tertulis. Teknik catat yaitu

cara yang dilakukan peneliti untuk mencatat data-data yang ada hubungannya

dengan masalah penelitian. Pencatatan itu dapat dilakukan langsung. Dengan

adanya kemajuan teknologi sekarang ini, pencatatan itu dapat memanfaatkan

disket komputer atau laptop yang lebih canggih untuk mencatat atau mengetik

tuturan yang terkandung gaya bahasa dalam naskah drama Karma Sang Pendosa

dan dapat disimpan dalam sebuah file dalam laptop atau buku catatan.

3.4 Instrumen Penelitian Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif ini, instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini yakni peneliti itu sendiri. Setelah penelitian ini sudah menjadi jelas,

maka akan dikembangkan instrumen penelitian yang akan diharapkan dan dapat

melengkapi data dan dapat membandingkan dengan data yang telah ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

38

melalui pengamatan/observasi, dokumen dan wawancara. yang melakukan

validitas adalah peneliti itu sendiri.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah melakukan kegiatan yang terkait dengan pengumpulan data,

kegiatan berikutnya adalah analisis. Metode yang digunakan untuk analisis adalah

metode simak. Metode simak berupa suatu penyimakan yang dilakukan untuk

menyimak penggunaan bahasa. Metode simak digunakan untuk menganalisis gaya

bahasa dalam naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby.

Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa

secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tulis (Mahsun, 2007:92).

Peneliti saat ini melakukan penelitian dengan bahasa secara lisan dan

menggunakan teknik catat. Sudaryanto (2015:205) menjelaskan bahwa metode

catat yaitu proses pencatatan pada kartu. Dalam proses penelitian ini metode

simak menggunakan teknik catat untuk mencatat atau menyimpan data.

Pencatatan data dilakukan pada sebuah buku maupun langsung pada file laptop.

Teknik catat ini dilakukan setelah membaca tulisan dalam naskah drama karma

sang pendosa karya Rosyed E. Abby. Data dalam penelitian ini berupa tuturan-

tuturan yang terkandung gaya bahasa.

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis markah.

Pemarkahan ini menunjukkan kejatian suatu lingual atau identitas konsituen

tertentu. Kemampuan membaca pemarkah atau petunjuk itu berarti kemampuan

untuk menunjukkan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 2015:129). Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik baca markah untuk melihat penanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

39

di dalam suatu tuturan yang menunjukkan suatu kriteria gaya bahasa tertentu.

Berdasarkan latar pemikiran tersebut, maka teknik analisis yang ditempuh peneliti

sebagai berikut :

a. Peneliti menganalisis gaya bahasa dalam naskah drama karma

sang pendosa karya Rosyed E. Abby kajian stilistika pragmatik.

b. Peneliti menganalisis dengan memperhatikan penanda atau ciri-

ciri gaya bahasa berdasarkan kajian stilistika pragmatik.

c. Peneliti menganalisis makna yang muncul dari gaya bahasa

dalam naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby

kajian stilistika pragmatik

d. Peneliti memasukan data ke dalam table tabulasi data

e. Peneliti menujukkan bukti yang dapat memperjelas kriteria

sebuah elemen dan menunjukkan suatu gaya bahasa berdasarkan

kajian stilistika pragmatik dalam naskah drama tersebut.

3.6 Tringulasi Data

Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Teknik tringulasi yang paling banyak digunakan

ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978). Berdasarkan pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa triangulasi data merupakan suatu proses untuk

memeriksa data dengan memerlukan ahli lain sebagai bentuk kesesuaian data

yang diperoleh peneliti dalam mengambil data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

40

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tringulasi penyelidik yaitu

teknik tringulasi yang memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk

keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Dalam penelitian ini,

peneliti memohon bantuan kepada Prof. Pranowo, M.Pd sebagai tringulator data

penelitian ini. Penelitian ini diambil dari teks naskah drama “Karma Sang

Pendosa” karya Rosyed Abby dengan menggunakan data penelitian kualitatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

41

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, memuat hasil penelitian yang terdiri atas beberapa point

yakni : (1) deskripsi data, (2) analisis data, (3) pembahasan. Dalam deskripsi data

berisi paparan tentang data yang diperoleh peneliti. Analisis data berisi jenis dan

peran makna majas perulangan dan sindiran. Sedangkan pada pembahasan

memaparkan lebih lanjut mengenai hasil analisis data yang telah dilakukan

tentang jenis dan peran makna pada majas perulangan dan majas sindiran. Adapun

ketiga point tersebut akan dipaparkan sebagai berikut :

4.1 Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini berdasarkan gaya bahasa yang digunakan oleh

tokoh dalam naskah drama “Karma Sang Pendosa” Karya Rosyed Abby. Data

yang akan diteliti berupa tuturan yang digunakan oleh tokoh dalam naskah drama

“Karma Sang Pendosa”. Data yang diperoleh kemudian digolongkan berdasarkan

jenis majas dan gaya bahasa yang digunakan oleh tokoh dalam naskah drama

„Karma Sang Pendosa” tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai

penjenisan majas dan gaya bahasa yang terdapat di dalamnya yaitu majas

perbandingan, majas perulangan, majas pertentangan, majas sindiran dan majas

penegasan.

Dari beberapa jenis majas tersebut ada pula bagian-bagian dari setiap

majas tersebut yang dinamakan sebagai gaya bahasa. Pada majas perbandingan

terdapat 16 jenis gaya bahasa yaitu : hiperbola, metonomia, personifikasi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

42

sinestesia, simile/perumpamaan, pleonasme, metafora, alegori, alusio,

asosiasi,eufemisme,epitet, eponim, hipalase, pars pro toto, totem pro parte. Pada

majas perulangan terdapat 7 (tujuh) jenis gaya bahasa yaitu: aliterasi, asonansi,

anadiplosis, epanalipsis, epizeukis, mesodiplosis dan anaphora. Majas

pertentangan terdiri atas 7 (tujuh) jenis yaitu : litotes, paradox, hysteron prosteron,

antithesis, oksimoron, dan okupasi. Pada majas sindiran terdapat 4 (empat)gaya

bahasa yaitu : sinisme, ironi, sarkasme dan satire. Pada majas penegasan terdapat

4 (empat) gaya bahasa yaitu : paralelisme, erotesis, klimaks dan antiklimaks. Pada

penelitian ini, peneliti hanya dapat mengambil dua majas yaitu majas perulangan

dan majas sindiran.

4.2 Analisis Data

Subbab ini membahas hasil analisis gaya bahasa dalam majas perulangan

dan majas sindiran dalam naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E.

Abby kajian stilistika pragmatik. Analisis gaya bahasa dalam majas perulangan

dan majas sindiran dilakukan untuk menemukan wujud gaya bahasa berdasarkan

konteksnya dalam pragmatik. Pragmatik pada hakekatnya adalah studi bahasa dari

sudut pemakaiannya atau bahasa dalam pemakaiannya (language in use)

(Levinson dalam Pranowo).

Studi bahasa tentang pragmatik melibatkan konteks dalam setiap tuturan

yang disampaikan oleh penutur/ penulis dalam naskah drama karma sang pendosa

karya Rosyed E. Abby.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

43

4.3 Wujud Gaya Bahasa

Dalam naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E.Abby yang

peneliti analisis pada penelitian ini, peneliti menemukan 5 (lima) jenis gaya

bahasa berdasarkan konteksnya yang meliputi gaya bahasa epifora, gaya bahasa

anafora, gaya bahasa epizeukis, gaya bahasa sinisme, dan gaya bahasa sarkasme.

Berikut ini akan dipaparkan masing-masing contoh analisisnya

4.3.1 Gaya Bahasa Anafora

Kalimat yang mengandung gaya bahasa anafora dalam naskah drama

“Karma Sang Pendosa” yang dianalisis peneliti terdapat 4 (empat) buah

berdasarkan konteksnya. Berikut ini akan dipaparkan 4 buah data tersebut :

Data 1 : Apa?apa kau sudah lupa pada anak kita pak? Apa kau tak

merasa khawatir pada keselamatannya?

Konteks : Tuturan terjadi di rumah orangtua boncel antara emak boncel

dan bapak boncel pada sore hari. Emak boncel khawatir dengan

keadaan anaknya yang pergi dari rumah tanpa sepengetahuan

orangtuanya.

Pada contoh di atas, termasuk ke dalam gaya bahasa anafora. Wujud atau

penanda bahwa pada kalimat di atas yang merupakan bentuk gaya bahasa anafora

yaitu terdapat pada kata apa yang diulang pada setiap awal kalimat. Seperti

halnya dengan pendapat Keraf (2007:143) yang mengatakan bahwa anafora yaitu

gaya bahasa repetisi perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat.

adapun konteks pragmatik yang terdapat pada kalimat di atas yaitu ketika bapak

boncel yang sedang membelah suluh, lalu emak boncel datang menghampirinya

dengan perasaan cemas dan menanyakan soal keberadaan anaknya kepada bapak

boncel. Tuturan antara emak boncel dan bapak boncel terjadi di rumah boncel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

44

Emak boncel merasa khawatir terhadap anaknya yaitu boncel yang pergi dari

rumahnya tanpa diketahui oleh kedua orangtuanya.

Data 2 : Bakal sama? bakal sama bagaimana kanjeng dalem?

Konteks : Tuturan terjadi di rumah kanjeng dalem. Percakapan terjadi

antara kanjeng dalem dan si dukun dari kampung beliung.

Dalam tuturannya si dukun menanyakan maksud yang

disampaikan oleh kanjeng dalem.

Pada contoh di atas, termasuk ke dalam bentuk gaya bahasa anafora. Wujud atau

penanda bahwa kalimat di atas termasuk ke dalam gaya bahasa anafora yaitu

terdapat pada kata bakal sama. Pada kata tersebut merupakan bentuk repetisi

pengulangan pada setiap awal kalimat. Bentuk pengulangan tersebut biasanya

sebagai penegasan dalam sebuah kalimat agar pendengarnya dapat mengerti

maksud yang ingin disampaikan oleh penutur. Seperti halnya dengan pendapat

Keraf (2007:143) yang mengatakan bahwa anafora yaitu gaya bahasa repetisi

perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat Ada pun konteks

pragmatik yang terdapat pada contoh kalimat di atas yaitu tuturan terjadi di rumah

kanjeng dalem boncel antara boncel dan si dukun dari kampung beliung.

Dalam isi tuturannya, si dukun menanyakan ulang-ulang sebagai

penegasan dan meminta kanjeng dalem boncel untuk memperjelaskan maksud

yang disampaikannya itu bagaimana dan seperti apa. Sebelum terjadi konflik

antara kanjeng dalem dan dukun dari kampung beliung ini, ada dukun yang

mendahului datang untuk menyembuhkan penyakit kanjeng dalem. Namun karena

dukun tersebut tidak dapat menyembuhkan penyakit kanjeng dalem, dia sangat

kecewa dan menyeretnya keluar dari rumah kanjeng dalem boncel. Ketika dukun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

45

yang berikutnya tidak dapat menyembuhkan penyakit kanjeng dalem, maka dukun

ini pun akan diperlakukan hal yang sama seperti dukun yang sebelumnya.

Data 3 : Aku tak mau tau, aku tak peduli pokoknya

Konteks : Tuturan terjadi di rumah kanjeng dalem. Percakapan antara

kanjeng dalem dan ponggawa/pengawal. Dalam tuturannya

bahwa kanjeng dalem memaksa pengawal untuk mengusir kedua

orangtuanya untuk tidak masuk ke rumah istana kanjeng dalem.

Analisis data (3) yaitu rasa ketidakpedulian terhadap situasi yang sedang

terjadi saat itu. Tidak menerima keadaan yang terjadi pada kanjeng dalem akan

seperti itu. Wujud yang menjadi penanda bahwa data di atas termasuk anafora

yaitu terletak pada kata aku yang diulang pada setiap kalimat. Seperti halnya

dengan pendapat Keraf (2007:143) yang mengatakan bahwa anafora yaitu gaya

bahasa repetisi perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat di atas yaitu ketika kanjeng dalem

menyuruh pengawalnya untuk mengusir kedua orangtua yang datang rumahnya

dan mengaku sebagai orangtua kandung kanjeng dalem. Kanjeng dalem tidak

peduli dengan situasi saat itu dan memaksa agar ponggawa/pengawalnya harus

menyeret kedua orangtuanya untuk tidak muncul lagi ke rumah kanjeng dalem.

4.3.2 Gaya Bahasa Epifora

Kalimat yang mengandung gaya bahasa epifora dalam naskah drama yang

berjudul “Karma Sang Pendosa” Karya Rosye A. Ebby, terdapat 4 buah.

Data 4 : Teganya kau begitu boncel! Sebelum kemari , kami memang ragu

kau anak kami. kami bimbang, tak mungkin anak kami seorang

dalem tapi kini kami yakin, kau adalah anak kami. Anak kami satu-

satunya.

Konteks : Tuturan terjadi di rumah kanjeng dalem (Boncel). Percakapan

terjadi antara bapak boncel dan kanjeng dalem (Boncel). Dalam

tuturannya, bapak boncel kecewa dengan boncel yang tidak

mengakui keberadaan kedua orangtua kandungnya sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

46

Analisis data (4) yaitu menjelaskan rasa kecewa seorang ayah terhadap

perbuatan anaknya yang sombong dan tidak mengakui keberadaan orangtuanya

yang terlihat miskin dan berpakaian kumuh. Wujud yang menjadi penanda epifora

dalam kalimat di atas yaitu pada kata kami yang diulang dalam sebuah kalimat

baik di akhir maupun di tengah kalimat. Seperti halnya dengan pendapat Keraf

(2007:136) bahwa epifora adalah pengulangan pada akhir kalimat atau di tengah

kalimat. Adapun konteks pragmatik dari kalimat di atas yaitu ketika kedua

orangtua boncel sedang mencari boncel di kerajaan patih dan boncel saat itu sudah

menjadi raja dan penguasa di kerajaan tersebut. Ketika melihat keadaan

orangtuanya yang datang dari kampung dengan mengenakan pakian yang lusuh,

boncel tidak mengakui bahwa kedua orangtersebut bukan orangtua kandungnya.

Kedua orangtuanya pun menyesal atas pengakuan dari ankanya tersebut yang

tidak mengakui bahwa orangtua tersebut adalah kedua orangtua kandung si boncel

atau kanjeng dalem.

Data 5 : Rampes nyai-nyai, eneng-eneng sedang jualan Nyai-nyai eneng-

eneng?

Konteks : Tuturan terjadi antara bapak boncel dan para pedagang di pasar.

Percakapan yang dilakukan oleh para pedagang dan bapak boncel

yaitu saling menyapa dan tawar menawar barang dagangan

mereka kepada bapak boncel.

Analisis data (5) yaitu sapaan yang ramah dari Bapak boncel kepada para

pedagang yang sedang berjualan keliling kampung. Wujud yang menjadi penanda

gaya bahasa epifora dalam contoh di atas yaitu pada kata nyai-nyai dan eneng-

eneng, yang diulang diakhir atau tengah kalimat. Seperti halnya dengan pendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

47

Keraf (2007:136) bahwa epifora adalah pengulangan pada akhir kalimat atau di

tengah kalimat.Adapun konteks pragmatik pada kalimat di atas yaitu ketika para

pedagang yang berjualan keliling kampung tersebut lewat di depan rumah pak

boncel. Pada saat itu pak boncel juga menyapa mereka dengan ramah sambil

tawar menwar barang jualan dari pedangan tersebut.

Data 6 : Memang sungguh ulet anak muda itu. Ulet bekerja, ulet pula

dalam belajar

Konteks : Tuturan terjadi antara juragan istri dan juragan patih di rumah

juragan patih. Percakapan yang terjadi yaitu juragan istri yang

memuji keuletan dari si boncel yang bekerja di rumah mereka.

Juragan istri dan juragan patih merencanakan si boncel akan

menjadi penerus di kerajaan patih karena keuletannya tersebut.

Analisis data (6) yaitu memberikan pujian terhadap anak muda yang sedang

rajin bekerja dan rajin belajar. Wujud yang menjadi penanda gaya bahasa epifora

dalam kalimat tersebut yaitu pada kata ulet yang artinya rajin. Kata ulet pada

contoh di atas merupakan wujud gaya bahasa epifora, karena sering muncul atau

kata yang diulang baik diawal, tengah maupun akhir kalimat. Seperti halnya

dengan pendapat Keraf (2007:136) bahwa epifora adalah pengulangan pada akhir

kalimat atau di tengah kalimat. Adapun konteks pragmatik dari kalimat di atas

yaitu ketika juragan istri melihat boncel yang sangat rajin bekerja di rumahnya.

Selain rajin bekerja dia juga rajin untuk belajar. Karena melihat hal tersebut,

juragan istri pun memberitahukan hal itu kepada suaminya juragan patih. Melihat

keuletan dari boncel pun kedua juragan istri dan juragan patih merencanakan agar

si boncel dapat bekerja di kerajaan patih dan akan di jodohkan dengan anak

mereka sebagai penerus kerjaan di patih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

48

4.3.3 Gaya Bahasa Sarkasme

Kalimat yang mengandung gaya bahasa sarkasme dalam naskah drama

“Karma Sang Pendosa” karya Rosyed A. Ebby terdapat 4 buah. Sarkasme yaitu

gaya bahasa penyindiran dengan menggunakan kata-kata yang kasar dank eras.

Keraf (2007:143). Sarkasme yang terkandung dalam data tersebut akan

dipaparkan sebagai berikut :

Data 7 : Dasar tak waras, pengemis sinting! Berani-beraninya datang

kemari mengaku-ngaku Emak dan bapakku

Konteks : Tuturan terjadi di rumah kanjeng dalem boncel. Percakapan

antara kanjeng dalem dan orangtua kanjeng dalem boncel. Dalam

tuturannya kanjeng dalem menghina kedua orangtua yang datang

mengaku-ngaku sebagai orangtua kanjeng dalem

Analisis data (7) yaitu sindiran yang sangat keras. Wujud yang menjadi

penanda gaya bahasa sarkasme terdapat pada kata tak waras dan pengemis

sinting. Contoh tersebut menjelaskan bahwa ketidaksopansantunan seorang anak

yang mengeluarkan kata-kata kasar seperti mengumpat dan menghina harkat dan

martabat kedua orangtuanya. Seperti halnya dengan pendapat Keraf (2007: 143)

bahwa sarkasme adalah suatu acuan yang lebih kasar dan ironi yang mengandung

kepahitan dan celaan yang getir. Adapun konteks pragmatik pada kalimat di atas

yaitu ketika kedua orangtua kanjeng dalem datang ke kerajaan patih, kanjeng

dalem tidak mengakui bahwa orangtua tersebut adalah kedua orangtua

kandungnya sendiri. kanjeng dalem mengatakan bahwa mereka adalah pengemis

yang mengaku-ngaku sebagai orangtua kanjeng dalem.

Data 8 : Kamu ini dukun kampong bau lisung, mau coba-coba berlagak

kedaleman heh? Lagakmu ini sudah menghina martabat kanjeng

dalem sebagai penguasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

49

Konteks : Tuturan terjadi di dalam rumah kanjeng dalem. Percakapan antara

si dukun dan kanjeng dalem. Dalam tuturannya kanjeng dalem

menghina si dukun yang tidak dapat mengobati penyakitnya.

Analisis data (8) yaitu sindiran dan kasar. Wujud yang menjadi penanda

gaya bahasa sarkasme dalam kalimat di atas yaitu pada kata dukun kampong bau

lisung. Contoh tersebut memberikan penghinaan terhadap pekerjaan seorang

dukun. Selain menghina juga beranggapan bahwa si dukun sebagai rakyat biasa

tidak boleh berlagak seperti dukun sakti di depan kanjeng dalem sebagai

penguasa.. Seperti halnya dengan pendapat (Poerwardarminta dalam Tarigan)

bahwa sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-olokan atau sindiran

pedas dan menyakiti hati. Adapun konteks pragmatik dalam kalimat di atas yaitu

ketika si dukun mendatangi kanjeng dalem untuk mengobati penyakitnya yang

sangat parah. Pada saat itu si dukun mengatakan bahwa penyakitnya bukan

penyakit yang biasa, tetapi penyakit merupakan kutukan dari orangtua kanjeng

dalem. Mendengar hal itu, si selir satu kanjeng dalem mengatakan kepada si

dukun agar tidak berlagak mengetahui semua tentang si kanjeng dalem.

Data 9 : Kurang ajar heh! Berani-beraninya tangan kotor kalian hendak

menyentuh pakaianku

Konteks : Tuturan terjadi di depan rumah kanjeng dalem. Percakapan terjadi

antara kanjeng dalem boncel dan orangtua kanjeng dalem. Dalam

tuturannya, kanjeng dalem memberitahu mereka untuk tidak

menyentuh pakian kanjeng dalem.

Analisis pada data (9) yaitu menghina orangtua dengan kata-kata yang kasar

dan tidak sopan. Wujud yang menjadi penanda gaya bahasa sarkasme pada contoh

kalimat di atas yaitu pada kata kurang ajar dan tangan kotor. Dalam kalimat

tersebut dia memberitahukan kepada orangtuanya agar tidak boleh menyentuh

pakian kanjeng dalem karena merasa bahwa tangan orangtua tersebut sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

50

kotor, jadi tidak pantas untuk disentuh. Seperti halnya dengan pendapat

(Poerwardarminta dalam Tarigan) bahwa sarkasme adalah gaya bahasa yang

mengandung olok-olokan atau sindiran pedas dan menyakiti hati Adapun konteks

pragmatik dari kalimat di atas yaitu ketika orangtua kanjeng dalem datang

menemui anaknya kanjeng dalem di kerjaan patih. Pada saat itu kanjeng dalem

memarahi kedua orangtua tersebut dan menyuruh mereka agar tidak boleh

menyentuh pakiannya itu karena takut kotor.

Data 10 : Tidak! Aku tak punya orangtua gila seperti kalian, lagi pula

orangtuaku sudah lama mati!

Konteks : Tuturan terjadi di depan rumah kanjeng dalem. Percakapan antara

kanjeng dalem boncel dan orangtua boncel. Dalam

percakapannya, kanjeng dalem tidak mengakui kedua orangtua

tersebut sebagai orangtua kandungnya.

Analisis kalimat (10) yaitu memberikan umpatan terhadap orangtuanya dan

mengatakan bahwa dia tidak memiliki orangtua dan tidak mengakui keberadaan

orangtuanya yang mengenakan pakian kusur dan kotor. Wujud yang menjadi

penanda gaya bahasa sarkasme pada contoh kalimat di atas yaitu pada kata

orangtua gila dan sudah mati. Kedua kata tersebut merupakan bentuk gaya

bahasa yang sangat kasar. Seperti halnya dengan pendapat (Poerwardarminta

dalam Tarigan) bahwa sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-

olokan atau sindiran pedas dan menyakiti hati Adapun konteks pragmatik dari

kalimat di atas yaitu terjadi di rumah kanjeng dalem boncel. Ketika orangtua

kanjeng datang ke rumah kanjeng dalem boncel dan memaksanya pulang ke

rumah mereka. Pada saat itu kanjeng dalem tidak mengakui bahwa orangtua

tersebut adalah orangtua kandung kanjeng dalem dan bahkan dia mengatakan

bahwa orangtuanya sudah lama meninggal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

51

4.3.4 Gaya bahasa sinisme

Berdasarkan hasil penelitian, data gaya bahasa sinisme yang terdapat

dalam naskah drma “ Karma Sang Pendosa” karya Rosyed E. Abby, terdapat tiga

buah. Sinisme adalah gaya bahasa sebagai suatu sindiran yang berbentuk

kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati atau

gaya bahasa sindiran yang pengungkapannya lebih kasar. Keraf(2007; 143).

Sinisme yang terdapat dalam data tersebut yaitu :

Data 12 : Lagakmu seperti dukun sakti, komat kamit mengucapkan mantra,

tapi mengobati penyakitku yang seperti ini tidak becus

Konteks : Tuturan tejadi di rumah kanjeng dalem. Percakapan terjadi antara

kanjeng dalem dan si dukun. Dalam tuturanya, kanjeng dalem

kecewa karena dukun tersebut tidak dapat mengobati penyakit

kanjeng dalem.

Analisis pada contoh kalimat (11) yaitu memberikan sindiran terhadap

pekerjaan si dukun yang tidak dapat mengobati penyakit si kanjeng dalem. Wujud

yang menjadi penanda gaya bahasa sinisme pada contoh kalimat di atas yaitu pada

kata lagakmu seperti dukun sakti. Kalimat tersebut merupakan bentuk sindiran

yang mengandung ejekan dari kanjeng dalem terhadap dukun. Seperti halnya

dengan pendapat Keraf (2007: 143) bahwa sinisme adalah gaya bahasa sebagai

suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap

keikhlasan dan ketulusan hati atau gaya bahasa sindiran yang pengungkapannya

lebih kasar. Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut yaitu ketika si dukun

datang ke rumah kanjeng dalem untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Pada

saat itu si dukun tidak mampu menyembuhkan penyakit dari kanjeng dalem,

karena dukun tersebut tidak menemukan penyakit yang ada pada kanjeng dalem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

52

Oleh karenanya, kanjeng dalem menyindir si dukun karena tidak dapat

menyembuhkan penyakitnya itu.

Data 12 : Maafkan kanjeng dalem, dilihat dari penampilannya mereka itu

orang miskin pakaian mereka penuh tambalan. Pastilah dari

dusun. Tak mungkin mereka orangtua kanjeng dalem.

Konteks : Tuturan terjadi di dalam rumah kanjeng dalem. Percakapan terjadi

antara pengawal dan kanjeng dalem. Dalam tuturannya, pengawal

menyampaikan kepada kanjeng dalem bahwa tamu yang datang

ke rumah itu bukan orangtua kandung kanjeng dalem karena

penampilan mereka sangat kotor dan penuh tambalan.

Analisis pada data (12) yaitu memberikan sindiran dan menghina pakian

yang digunakan oleh kedua orangtua kanjeng dalem yang penuh dengan kusutan

dan kotor. Wujud yang menjadi penanda gaya bahasa sinisme dalam contoh

kalimat di atas yaitu pada kata orang miskin, penuh tambalan, dan dusun. Pada

kalimat tersebut merupakan bentuk ejekan atau sinisme dari pengawal terhadap

kedua orangtua kanjeng dalem yang dapat menyakiti hati. . Seperti halnya dengan

pendapat Keraf (2007: 143) bahwa sinisme adalah gaya bahasa sebagai suatu

sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan

dan ketulusan hati atau gaya bahasa sindiran yang pengungkapannya lebih kasar .

Adapun konteks pragmatik dari kalimat di atas yaitu ketika di rumah kanjeng

dalem ada tamu yang datang dari jauh nampaknya sudah tua dan datang mencari

boncel anak mereka. Pada saat itu ada pengawal atau penjaga rumah yang

bertemu langsung dengan mereka. Ketika itu pengawal menyampaikan kepada

kanjeng dalem bahwa tamu yang datang berkunjung itu tidak mungkin orangtua

kanjeng dalem, karena dilihat dari penampilannya seperti orang dari kampung dan

terlihat miskin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

53

Data 13 : Getol-getol! Aku tidak tanya soal pendapatmu tentang anak yang

tidak tahu diri itu. Yang kutanyakan apa kalian melihat dia?

Konteks : Tuturan terjadi di halaman rumah juragan karta. Percakapan

terjadi antara juragan karta dan para babu. Dalm tuturannya,

juragan karta menanyakan kepada salah satu babu yang bekerja di

rumahnya mengenai keberadaan si boncel yang hilang dari

rumahnya.

Analisis kalimat (13) yaitu memberikan sindiran terhadap boncel yang

dimaksud tidak tahu diri tersebut. Wujud yang menjadi penanda gaya bahasa

sinisme pada contoh kalimat di atas yaitu pada kata anak yang tidak tahu diri

itu. Pada kalimat di atas yang menyatakan tidak tahu diri merupakan bentuk

sinisme dari juragan karta terhadap boncel. . Seperti halnya dengan pendapat

Keraf (2007: 143) bahwa sinisme adalah gaya bahasa sebagai suatu sindiran yang

berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan

ketulusan hati atau gaya bahasa sindiran yang pengungkapannya lebih kasar

Adapun konteks pragmatik dari kalimat di atas yaitu ketika juragan mencari si

boncel yang bekerja di rumahnya tidak pulang kembali untuk bekerja di rumah

juragan itu. Juragan karta pun kecewa atas sikap boncel yang pergi tanpa

memberitahukan kepada juragan sang pemilik rumah yang ia tinggalkan selama

itu.

4.4 Maksud atau Makna Pragmatik gaya bahasa

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau

penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca (Yule, 2006:3). Maksud dari

pendapat ini bahwa dalam setiap tuturan yang disampaikan oleh penutur atau

penulis perlu adanya penafsiran tentang apa yang dimaksudkan oleh penutur dan

dapat berpengaruh bagi pembaca atau pendengar dalam suatu konteks tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

54

Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud

penutur. Maksud, sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan

penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus

dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Leech

(2003:34) menyatakan bahwa maksud yaitu makna yangdimaksudkan pesannya.

Senada dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009:215) menjelaskan bahwa pada

hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya

mempunyai maksud dan tujuan tertentuSelain dengan menafsirkan suatu tuturan

yang ingin disampaikan, diperlukan juga suatu pertimbangan dalam

menyampaikan sesuatu kepada pembaca atau pendengar yaitu dengan melihat

situasi kepada siapa yang diajak bicara, dimana, kapan dan dalam keadaan seperti

apa. Pragmatik merupakan studi tentang makna kontekstual. Di samping

penjelasan di atas, peneliti memaparkan makna gaya bahasa yang telah dianalisis

dan menginterpretasikan makna yang disampaikan penulis sehingga

menggunakan gaya bahasa dengan berbagai jenis tertentu pada tuturan dalam

naskah drama karma sang pendosa.

4.4.1 Maksud Pragmatik “ Menanyakan”

Peneliti akan memaparkan 4 analisis maksud „menanyakan‟ yang muncul

dari gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran pada naskah drama

karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby kajian stilistika pragmatik. Berikut ini

akan dipaparkan beberapa data tersebut :

Data 1 : Bakal sama? bakal sama bagaimana kanjeng dalem

Konteks : Tuturan terjadi di rumah kanjeng dalem boncel. Percakapan

terjadi antara dukun dan kanjeng dalem boncel yang sedang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

55

sakit dan dukun datang untuk menyembuhkan penyakit yang

terjadi pada kanjeng dalem

Pada data di atas mengandung maksud „menanyakan‟ terlihat pada kata

kata yang dituturkan oleh dukun tersebut bahwa ia ingin menanyakan maksud

yang disampaikan oleh kanjeng dalem kepadanya. Keingintahuan dari dukun

tersebut dengan penuh rasa takut dan mencoba untuk memahami apa yang

disampaikan oleh kanjeng dalem kepadanya. Seperti halnya dengan pendapat

Wijana dan Rohmadi (2009:215) bahwa hakikatnya setiap tuturan yang

disampaikan penutur kepada lawan tuturnya mempunyai maksud dan tujuan

tertentu. Terlihat pada contoh di atas, bahwa apa yang ditanyakan oleh dukun

untuk menanyakan maksud dan memiliki tujuan tertentu dari apa yang

disampaikannya.

Data 2 : Kamu yakin mereka akan dapat mengobati penyakitku heh?

Kamu yakin?

Konteks : Tuturan terjadi di rumah dalem boncel. Percakapan terjadi

antara kanjeng dalem boncel dan pengawal yang sedang

menjaga kanjeng dalem dan membantu mengantarkan dukun

yang datang untuk mengobati penyakit dari dalem boncel.

Pada data di atas mengandung maksud „Menanya‟ terlihat pada kata yang

dituturkan oleh kanjeng dalem yaitu „kamu yakin‟ kepada pengawalnya bahwa

kanjeng dalem ingin menanyakan kepastiannya terhadap pengobatan yang

dilakukan oleh si dukun tersebut, apakah dapat disembuhkan atau tidak.

Pertanyaan yang disampaikan oleh kanjeng dalem juga mengandung maksud tidak

yakin dengan pengobatan dari dukun yang datang untuk menyembuhkan

penyakitnya itu. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang

maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

56

melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu

konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang

dikatakan.

Data 3 : Apa? apa kau sudah lupa pada anak kita pak? Apa kau tak

merasa khawatir pada keselamatannya? Kau sebagai bapaknya

tak seharusnya melupakan dia, kau sebagai bapaknya masa tidak

khawatir?

Konteks: Tuturan terjadi di rumah emak dan bapak boncel. Percakapan

mereka terjadi antara emak dan bapak boncel yang sedang

membelah sulu

Untuk memahami maksud pemakaian bahasa seorang dituntut harus

memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut (Putrayasa,

2014:24) Tuturan di atas mengandung maksud „menanyakan‟ yaitu terdapat

tuturan yang disampaikan oleh emak boncel apa kau tak merasa khawatir pada

keselamatannya?, kau sebagai bapaknya masa tidak khawatir? Tuturan pada

kalimat tersebut memiliki makna bahwa pertanyaan yang disampaikan oleh emak

boncel tersebut merupakan bentuk rasa khawatiran dia sebagai seorang ibu

terhadap anaknya yang pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Emak boncel

merasa khawatir dengan keselamatan si boncel dan berharap agar bapaknya akan

mencari si boncel untuk segera kembali ke rumah.

Data 4 : Sekarang saya mau tanya sama kamu, hidup untuk makan atau

makan untuk hidup?

Konteks : Tuturan terjadi di depan teras halaman rumah juragan karta.

Percakapan terjadi antara sesama para babu yang sedang

bekerja membersihakan halaman rumah juragan karta. Dalam

tuturannya mereka sedang berdebat karena mengeluh atas

pekerjaan yang dilakukan dapat membosankan bagi mereka

Wijana dan Rohmadi (2009:215) menyatakan bahwa pada hakikatnya

setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

57

maksud dan tujuan tertentu. Tuturan di atas mengandung maksud

„Menanyakan‟yaitu terdapat pada tuturan sekarang saya mau tanya sama kamu

hidup untuk makan atau makan untuk hidup?. Pertanyaan yang disampaikan

dalam tuturan pada kalimat di atas memiliki makna yang dimaksudkan sebagai

sebuah perbandingan yang akan dipilih sebagai bentuk rasa kepuasan dari seorang

yang memilki rasa ketidakpuasan atau tidak pernah puas dengan apa yang

ditakdirkan dalam hidupnya.

4.4.2 Maksud Pragmatik „Menegaskan‟

Peneliti akan memaparkan maksud „Menegaskan‟ yang muncul dari gaya

bahasa dalam majas perulangan dan majas sinisme pada naskah drama karma sang

pendosa karya Rosyed E. Abby kajian stilistika pragmatik. Berikut ini akan

dipaparkan data tersebut .

Data 5 : Aku tak mau tahu. Aku tidak peduli. Pokoknya dengan apa pun

cara paksa saja mereka

Konteks : Tuturan terjadi di rumah dalem boncel. Percakapan terjadi

antara kanjeng dalem boncel dan ponggawa/pegawal. Dalam

tuturannya kanjeng dalem memaksa pengawal untuk mengusir

tamu yang datang mencari dia dan mengaku sebagai orangtua

kandung dari kanjeng dalem.

Pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana bahasa digunakan

dan bagaimana bahasa tersebut diintegrasikan ke dalam konteks ( Kasher dalam

Putrayasa, 2014). Tuturan pada contoh di atas mengandung maksud

„menegaskan‟. Pernyataan yang disampaikan oleh kanjeng dalem dalam tuturan di

atas menegaskan untuk tetap mengusir tamu yang datang ke rumahnya. Maksud

yang disampaikan oleh kanjeng dalem dalam tuturan di atas juga mengandung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

58

rasa ketegasan dengan rasa ketidakpedulian dia terhadap orang yang datang ke

rumahnya tersebut.

Data : Allah, sudahlah! Buat apa pusing-pusing mikir kalimat yang di

bolak-balik. Itu mah kerjaan ahli bahasa, bukan kerjaan kita.

Kerjaan kit amah ya ini (mencabut rumput)

Konteks : Tuturan terjadi di halaman rumah juragan karta. Percakapan

terjadi antara para babu-babu pembantu juragan karta.

Konteks diperlukan dalam pragmatik. tanpa konteks, analisis pragmatic

tidak bisa berlangsung (Putrayasa, 2014:1). Tuturan pada contoh di atas

mengandung maksud „menegaskan‟ karena dalam tuturan para babu mengatakan

dengan maksud meluruskan atau menjelaskan pembicaraan yang benar kepada

lawan tuturnya yang masih mendebatkan suatu hal yang di luar topik pembicaraan

mereka. Dalam KBBI „menegaskan‟ yaitu menerangkan atau menjelaskan maksud

dengan tegas dan pasti.

Data 6 : Mungkin lagi, mungkin lagi! Lagi-lagi mungkin! Sudah,

sudah!aku tak mau dengar lagi omongan kalian! Cepat

kerjakan saja tugas kalian!

Konteks : Tuturan terjadi di depan halaman rumah juragan karta.

Percakapan antara juragan karta dan para babu pembantu di

rumahnya.

Maksud adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara

(Wijana dan Rohmadi, 2010 :10). Tuturan pada contoh kalimat di atas

mengandung maksud „menegaskan‟ karena penutur yaitu juragan karta dalam

tuturan tersebut menjelaskan dengan tegas kepada para babu untuk melanjutkan

pekerjaan mereka sesuai tugas masing-masing. Juragan karta dalam tuturan

tersebut juga mengatakan dengan tegas untuk tidak mau mendengarkan alasan-

alasan yang di sampaikan oleh para babu kepadanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

59

4.4.3 Maksud Pragmatik „ Menasehati‟

Peneliti akan memaparkan 2 analisis maksud „menasehati‟ yang muncul

dari gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran pada naskah drama

karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby kajian stilistika pragmatik. Berikut ini

akan dipaparkan data tersebut.

Data 7 : Perempuan seperti kita ini imas, ijem, memang dilahirkan untuk

melarat. Kerja keras macam apa pun tak akan merubah nasib.

Inilah takdir kita. Takdir untuk menjadi orang miskin, takdir

untuk menjadi babu!

Konteks : Tuturan terjadi di depan halaman rumah juragan karta.

Percakpan antara sesame para babu yaitu surti dan para babu

lainnya.

Maksud yaitu makna yang dimaksudkan pesannya (Leech, 2003:34).

Tuturan pada contoh di atas mengandung maksud „menasehati‟ karena dalam

tuturan surti mengatakan kepada teman-teman babunya untuk bersabar dan ikhlas

menerima takdir yang mereka rasakan dalam hidupnya sebagai seorang babu yang

selalu bekerja keras demi memperoleh kehidupan mereka.

Data 8 : Jangan biarkan hatimu dikuasai napsu anakku. Jangan biarkan

kekayaan dan kekuasaan membuatmu lupa

Konteks: Tuturan terjadi di rumah boncel. Percakapan antara emak boncel

dan boncel. Dalam tuturannya emak boncel memberikan nasehat

kepada anaknya.

Maksud yaitu makna yang dimaksudkan pesannya (Leech, 2003:34). Tuturan

pada contoh kalimat di atas mengandung maksud „ menasehati‟ karena dalam

tuturan tersebut penutur yaitu emak boncel memberikan nasehat kepada anaknya

yaitu boncel untuk tidak sombong ketika menjadi seorang pemimpin dan tidak

napsu atas harta dan kekayaan yang diadapatkan. Selain itu juga tuturan yang

disampaikan oleh emak boncel mengatakan agar jangan sampai kekakayaan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

60

didapatkannya itu membuatnya lupa segalanya, lupa akan ibu dan ayah

kandungnya sendiri dan lupa bahwa kekayaan itu hanyaah bersifat sementara.

4.4.4 Maksud Pragmatik „Mengumpat‟

Peneliti akan memaparkan 4 analisis maksud „mengumpat‟ yang muncul

dari gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran pada naskah drama

karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby kajian stilistika pragmatik. Berikut

akan dipaparan data tersebut.

Data 9 : Dasar tak waras, pengemis sinting! Berani-beraninya datang

kemari mengaku-ngaku emak dan bapakku.

Konteks : tuturan terjadi di rumah kanjeng dalem boncel. Percakapan

antara kanjeng dalem boncel dan orangtua boncel.

Leech (dalam Putrayasa,2014) menjelaskan konteks sebagai aspek-aspek

yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan social sebuah tuturan dan

pengetahuan latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh penutur dan mitra

tutur. Tuturan pada contoh kalimat di atas mengandung maksud „mengumpat‟

karena pada tuturan yang disampaikan oleh penutur yaitu kanjeng dalem boncel

memberikan umpatan atau kata-kata yang buruk terhadap orangtua kandungnya

sendiri. Dalam tuturannya kanjeng dalem mengatakan dengan kasar kepada

orangtua kandungnya sendiri yaitu dasar tak waras dan pengemis sinting. Pada

kata tak waras mengandung arti orang yang tidak sehat atau gila dan kata

pengemis sinting mengandung arti orang yang miskin dan suka meminta-minta di

jalanan.

Data 10 : Tidak! Aku tak punya orangtua gila seperti kalian. Lagi pula

orangtua saya sudah lama meninggal

Konteks : Tuturan terjadi antara kanjeng dalem boncel dan orangtua

boncel di rumah kanjeng dalem boncel.dalam tuturanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

61

kanjeng dalem boncel tetap tidak mengakui orangtua

kandungnya sendiri.

Ilmu yang ,mempelajari penggunaan bahasa disebut pragmatic (Chaer,

2010:26). Tuturan pada contoh kalimat di atas mengandung maksud „mengumpat‟

karena dalam tuturan tersebut penutur yaitu kanjeng dalem boncel mengeluarkan

kata-kata yang kotor dan tidak sopan terhadap orangtua tersebut. Dalam

tuturannya dia mengatakan orangtuanya seperti orang gila. Kata orangtua gila

mengandung arti orang yang kurang sehat jiwa dan raganya. Kata tersebut

sebenarnya tidak sopan diungkapkan oleh anak muda terhadap orang yang lebih

tua apalagi jika itu orangtua kandungnya sendiri.

Data 11 : Heh kalian jangan bengong saja! Cepat, seret mereka keluar!

Aku sudah muak melihat wajah gelandanganya itu!

Konteks : Tuturan terjadi antara kanjeng dalem boncel dan pengawalnya

di rumah kanjeng dalem. Dalam tuturannya dia mengatakan

untuk mengusir orangtua tersebut untuk tidak datang ke

rumahnya lagi.

Telaah umum mengenai bagaimana konteks memengaruhi cara kita

menafsirkan kalimat disebut pragmatic (Tarigan, 1990:34). Tuturan pada contoh

kalimat di atas mengandung maksud „mengumpat‟ karena dalam tuturanya

terbukti mengatakan kata-kata yang sangat kasar yaitu wajah gelandangan

terhadap orangtua kandungnya itu. Kata wajah gelandangan dalam tuturan di atas

mengandung arti orang yang tidak punya tempat tingal atau orang yang berada di

jalanan yang tidak memiliki apa-apa. Selain kata wajah gelandangan, penutur juga

mengatakan sudah muak kepada orangtua tersebut. Kata sudah muak mengandung

arti tidak menahan melihat orangtua sendiri yang datang dengan mengenakan

pakaian yang kusut dan kotor serta merasa jijik dengan melihat orangtuanya

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

62

Data 12 : Benar kakang, tidak mungkin pejabat tinggi seperti kakang

memiliki orangtua yang miskin dan kumuh seperti itu

Konteks : Tuturan terjadi antara selir1 dan kanjeng dalem di dalam

rumah kanjeng dalem boncel. Dalam tuturannya selir

mengatakan

Maksud yaitu makna yang dimaksudkan pesannya (Leech, 2003:34).

Tuturan pada contoh kalimat di atas mengandung maksud „mengumpat‟ karena

dalam tuturan penutur yaitu selir 1 mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakiti

hati orangtua kanjeng dalem dengan mengatakan orangtua miskin dan kumuh.

Kata orangtua miskin mengandung arti bahwa orang yang tidak mempunyai

rumah dan tidak memiliki harta apapun dan kata kumuh mengandung arto orang

yang sangat kotor dan berpakian yang penuh tambalan.

4.4.5 Maksud Pragmatik „ Menyindir‟

Peneliti akan memaparkan 2 analisis maksud pragmatik „menyindir‟ yang

muncul dari gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran pada naskah

drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby. Berikut akan dipaparkan

datanya.

Data 13 : Benar kakang, kakang sekarang sudah miskin, jelek, dan

penyakitan. Kami tidak bisa hidup lagi bersama kakang.

Konteks : Tuturan terjadi anatara selir dan kanjeng dalem di dalam

rumah kanjeng dalem. Dalam tuturannya, selir tidak mau

tinggal bersama kanjeng dalem lagi karena kanjeng dalem

sudah tidak punya harta kekayaan lagi.

Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar,2009:2). Tuturan

pada contoh kalimat di atas meengandung maksud „ menyindir‟ karena dalam

tuturan penutur yaitu selir mengatakan sindiran terhadap kanjeng dalem yang

sudah tidak kaya raya lagi atau sudah miskin dan penyakitan. Dalam tuturan selir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

63

juga mereka akan meninggalkan kanjeng dalem karena sudah miskin, jelek dan

penyakitan.

Data 14 : Getol-getol! Aku tidak tanya soal pendapatmu tentang anak

yang tidak tahu diri itu. Yang ku tanyakan apa kalian melihat

dia?

Konteks : Tuturan terjadi antara juragan karta dan para babu di depan

halaman rumah juragan karta. Dalam tuturanya juragan karta

memarahi para babu yang tidak mengetahui keberadaan si

boncel.

Leech (dalam Putrayasa, 20014) menjelaskan konteks sebagai aspek-aspek

yang berkaitan dengan lingkungan fisik, sosial sebuah tuturan, dan pengetahuan

latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur.

Tuturan di atas mengandung maksud „menyindir‟ karena dalam tuturan penutur

yaitu juragan karta menyatakan sindiran terhahadap boncel dengan

mengungkapkan kalimat anak yang tidak tahu diri itu. Kalimat tersebut

merupakan sindiran yang diungkapkan oleh juragan karta yang mengandung arti

bahwa seorang anak yang tidak beruntung di berikan tempat dan kerja di sebuah

kerajaan yang baik dan tidak tahu menempatkan dirinya sebagai anak buah dalam

kerajaan yang tugasnya harus dilaksanakan dengan baik.

4.4.6 Maksud Pragmatik „Mengecewakan‟

Peneliti akan memaparkan 1 analisis maksud „mengecewakan‟ yang

muncul dari gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran pada naskah

drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby kajian stilistika pragmatik.

Berikut dipaparkan datanya.

Data 15 : Teganya kau berkata begitu boncel! Sebelum kemar, kami

memang ragu kau anak kami. Kami bimbang tak mungkin

anak kami seorang kanjeng dalem. Tapi kini kami yakin kau

adalah anak kami satu-satunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

64

Konteks : Tuturan terjadi antara bapak boncel dan kanjeng dalem boncel

di depan rumah kanjeng dalem boncel. Dalam tuturanya, bapak

boncel sangat kecewa atas kelakuan anaknya yang sombong

dan tidak mengakui keberadaan orangtuanya sendiri.

Wijana dan Rahardi (2009: 215) menyatakan bahwa pada hakikatnya setiap

tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya mempunyai maksud dan

tujuan tertentu. Tuturan pada contoh kalimat di atas mengandung maksud

„mengecewakan‟ karena dalam tuturan penutur yaitu bapak boncel mengatakan

rasa kekecewaanya terhadap anaknya kanjeng dalem boncel yang sudah menjadi

pemimpin tetapi lupa dengan kedua orangtua kandungnya. Kedua orangtua boncel

merasa kecewa atas tingkah laku boncel yang sudah sombong dan tidak mengakui

orangtua kandungnya tersebut.

4.4.7 Maksud Pragmatik „Mengajak‟

Peneliti akan memaparkan 1 analisis maksud pragmatik „mengajak‟ yang

muncul dari gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran pada naskah

drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby kajian stilistika pragmatik.

Berikut akan dipaparkan datanya.

Data 16 : Apa tidak terbalik tuh ningsih? Bukan hidup untuk bekerja.

Yang betul adalah bekerja untuk hidup. Kalau tidak bekerja, kita

tidak punya duit. Kalau tidak punya duit, kita tidak bisa makan.

Kalau tidak makan, kita tidak bisa hidup. Kesimpulannya, kita

bekerja ini ya, untuk mempertahankan hidup.

Konteks : Tuturan terjadi antara para babu yaitu ijem dan ningsih di depan

halaman rumah juragan karta. Dalam tuturannya mereka

mendebatkan sebuah persoalan daam hidup mereka sebagai

babu yang kerjaanya begitu-begitu saja, bersih rumah, cuci

pakaian dan menyapu halaman rumah.

Untuk memahami maksud pemakaian bahasa seseorang dituntut harus

memahami pula konteks yang mewadahi pemkaian bahasa tersebut (Putrayasa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

65

2014:24). Tuturan pada contoh kalimat di atas mengandung maksud „mengajak‟

yaitu ketika penutur yaitu ijem dalam tuturan di atas mengatakan kesimpulan dari

pembicaraanya bahwa bekerja untuk mempertahankan hidup. Jadi maksud yang

disampaikan oleh penutur tersebut adalah mengajak semua para babunya untuk

selalu bekerja apa pun itu untuk keberlangsungan hidup mereka.

4.5 Pembahasan

Penelitian yang berjudul “ Gaya Bahasa dalam Majas Perulanagan dan

Majas Sindiran Pada Naskah Drama Karma Sang Pendosa Karya Rosyed E. Abby

(Kajian Stilistika Pragmatik) bertujuan untuk mendeskripikan wujud gaya bahasa

dalam majas perulangan dan majas sindiran yang digunakan dalam naskah drama

dan makna pragmatik gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran

yang digunakan dalam naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby.

Wujud penanda yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wujud

penanda berupa kata dalam gaya Bahasa yang digunakan tokoh pada naskah

drama karma sang pendosa.

Pada bagian pembahasan ini, peneliti akan membahas data-data hasil

penelitian secara keseluruhan dari hasil analisis data yang telah dilakukan

sebelumnya dan akan dibagikan kedalam dua bentuk berdasarkan rumusan

masalah yang sebelumnya telah dibahas. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis wujud gaya bahasa berdasarkan konteks dan makna pragmatik apa

saja yang muncul dari gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran

pada naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby kajian stilistika

pragmatik. Berdasarkan hasil analisis ditemukan beberapa jenis gaya bahasa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

66

digunakan dalam naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby

kajian stilistika pragmatic. Secara keseluruhannya gaya bahasa yang ditemukan

dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) gaya bahasa. Perincian dari 6 (enam) jenis

gaya bahasa tersebut sebagai berikut. Gaya bahasa anafora 11(sebelas) buah, gaya

bahasa epifora 6 (enam) buah, gaya bahasa asonansi 1(satu) buah, gaya bahasa

sarkasme 13 (tiga belas) buah dan gaya bahasa sinisme 4 (empat) buah.

Tuturan-tuturan dalam naskah drama karma sang pendosa dominan

menggunakan gaya bahasa sarkasme dan anafora, disebabkan karena gaya bahasa

sarkasme merupakan gaya bahasa yang kasar, yang dapat membuat hati orang

terluka. Sedangkan gaya bahasa anfora merupakan gaya bahasa repetisi yang

berupa perulangan kata pertama setiap baris atau setiap kalimat. Tokoh-tokoh

dalam naskah drama biasanya menggunakan gaya bahasa sarkasme untuk mencela

orang lain dan menyindir secara kasar.

Dalam menyampaikan suatu tuturan yang akan disampaikan penutur, tentu

yang diutamakan adalah makna yang diambil dalam sebuah pembicaraan yang

dimaksud penutur. Tuturan dapat disampaikan dengan baik apabila makna yang

dimaksud dapat tersampaikan kepada pembaca atau pendengarnya. Namun untuk

mengetahui makna itu juga diperlukan konteks pragmatik saat bertuturan agar kita

dapat memetik makna yang disampaikannya itu seperti apa dan tujuan apa serta

maksud yang disampaikannya itu dapat dimengerti oleh pendengar atau

pembacanya. Pentingnya makna dalam tuturan adalah agar pembaca atau

pendengar dapat mengetahui maksud yang disampaikan penutur atau penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

67

Dari penelitian ini ditemukan 7 maksud pragmatik yang muncul dari gaya

bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran pada naskah drama karma

sang pendosa. Tujuh makna yang ditemukan sebagai berikut. Maksud pragmatik

menanyakan, maksud pragmatik menegaskan, maksud pragmatik menasehati,

maksud pragmatik mengumpat, maksud pragmatik menyindir, maksud pragmatik

mengecewakan dan maksud pragmatik mengajak. Maksud pragmatik yang paling

banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah maksud pragmatik mengumpat, hal

ini dapat dilihat dari naskah drama karma sang pendosa karya Rosyed E. Abby

bahwa dalam karyanya tersebut banyak umpatan-umpatan yang digunakan oleh

tokoh dalam bertutur kata yang kasar dan menyakiti hati.

Berdasarkan dua bentuk wujud dan maksud pragmatik gaya bahasa di atas,

dapat disimpulkan bahwa peran wujud dan makna dalam naskah drama karma

sang pendosa dalam penelitian ini mampu membuat pembaca atau pendengar

untuk mengetahui gaya bahasa apa yang digunakan oleh penutur dalam drama

tersebut dan mengetahui apa maksud yang disampaikan oleh penutur dalam

tuturan pada naskah drama tersebut, sehingga pembaca tidak hanya mengetahui

karakteristik gaya bahasa melainkan maksud yang disampaikannya tersebut dapat

diketahui dan dimengerti. Pentingnya makna juga bukan hanya sekedar mengerti

maksudnya melainkan agar keduanya antara penutur dan petutur saling

berinteraksi satu sama lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan

bagimana gaya bahasa dalam majas perulangan dan majas sindiran pada naskah

drama karma sang pendosa. Berikut ini dapat disimpulkan gaya bahasa dan makna

berdasarkan konteks dalam pragmatik yang terdapat dalam naskah drama karma

sang pendosa.

Kalimat yang mengandung gaya bahasa berdasarkan konteks dalam

pragmatik berjumlah 35 (tiga puluh lima) kalimat. Rincian jenis gaya bahasa

tersebut sebagai berikut. Gaya bahasa anafora sebelas buah, gaya bahasa epifora

enam buah, gaya bahasa asonansi satu buah, gaya bahasa sarkasme tiga belas buah

dan gaya bahasa sinisme empat buah.

Peneliti menemukan tujuh makna gaya bahasa yang muncul berdasarkan

konteks dalam pragmatik. Gaya bahasa dalam pragmatik. Gaya bahasa

berdasarkan konteks dalam tuturan naskah drama karma sang pendosa adalah

maksud pragmatik menanyakan, maksud pragmatik menegaskan, maksud

pragmatik menasehati, maksud pragmatik mengumpat, maksud pragmatik

menyindir, maksud pragmatik mengecewakan dan maksud pragmatik mengajak.

5.2 Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, peneliti

memberikan saran mengenai penelitian sejenis. Berikut ini merupakan saran dari

peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

69

1. Hasil penelitian tentang gaya bahasa dalam majas perulangan dan

majas sindiran pada naskah drama karma sang pendosa karya

Rosyed E. Abby ini dapat dijadikan bahasan pertimbangan dan

referensi pembaca dalam menganalisis hal yang berkaitan dengan

penelitiannya.

2. Penelitian ini membahas tentang gaya bahasa dalam majas

perulangan dan majas sindiran pada naskah drama karma sang

pendosa karya Rosyed E.Abby. Dalam penelitian ini, peneliti hanya

berfokus pada dua majas tersebut dan mengkaji gaya bahasa

berdasarkan konteks dalam pragmatik. Apabila ada peneliti lain

yang ingin meneliti mengenai majas sekiranya tidak hanya fokus

pada dua majas saja.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memunculkan penelitian lain

tentang gaya bahasa pada tempat lain, subjek lain dengan rumusan

masalah yang bervariatif. Peneliti lain juga hendaknya meneliti

tentang objek karya sastra yang lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

70

DAFTAR PUSTAKA

Cummings, Loise. 2007. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dairu, Damaris Rambu S. 2019. Pemanfaatan Gaya Bahasa Dalam Film Marlina

Si Pembunuh dalam Empat Babak Karya Garin Nugroho: Kajian Stilstika

Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Universitas Sanata

Dharma.

Keraf, Gorys. 1986. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta: PT.Gramedia.

Leksi J Moleong, M.A. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Cv.

Remadja Karya.

Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: PT

Dioma.

Rachmawati, Tyas Fitri. 2016. Gaya Berbahasa Tokoh Utama Hua Mulan Dalam

Film Rise Of A Warrior Karya Ma Chucceng ( Kajian Pragmastilistik).

Jurnal Mahasiswa Pendidikan Bahasa Mandarin. Fakultas Bahasa dan

Seni. Universitas Negeri Surabaya.

Ratna, Nyoman. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan

Budaya.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rhmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. .Yogyakarta: AR-Ruzz

Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa

Anggota IKAPI.

Siti Marina. 2011. Kajian Stilistika Cerpen di Kebun Binatang Karya Surtaji.

Jurnal Imiah edisi.

Sopyan Ali. 2016. Kajian Stilistika Pragmatik Gaya Bahasa Pada Puisi Shaykh

Hamza Yusuf Hanson. Tesis Program Pasca Sarjana (S2). Solo: Linguistik

Fakultas Ilmu Budaya . Universitas Sebelas Maret.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

71

Wicaksono, Andri. 2014. Catatan Ringkas Stilistika.Bandar Lampung: Garudha

Waca.

Yule, George.2006.Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Zainah, Asmaniah. 2015. Naskah Drama Rajapati Karangan Ahmad Bakri

(Kajian Struktural dan Pragmastilistik). Jurnal Program Studi Bahasa dan

Sastra Indonesia. Garut : Bahasa dan Seni. FKIP. STKIP.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

72

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERULANGAN DAN MAJAS SINDIRAN PADA NASKAH DRAMA …repository.usd.ac.id/36273/2/151224048_full.pdf · 2020. 1. 13. · dalam naskah drama Karma Sang Pendosa,

91

BIOGRAFI PENULIS

Klementini Pneumatis Rana lahir di Ranggu tanggal 19

Mei 1997. Pendidikan dasar ditempuh di SDI Tanggar,

kecamatan Pacar, kabupaten Manggarai Barat Nusa

Tenggara Timur pada tahun 2004-2009.

Pendidikan menengah pertama ditempuh di SMP Santu Klaus Kuwu, Ruteng

Manggarai pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012-2015 melanjutkan pendidikan

menengah atas di SMA Santu Klaus Kuwu, Ruteng manggarai. Pada tahun 2013,

peneliti tercatat sebagai mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma

diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir berjudul Gaya Bahasa dalam

Majas Perulangan dan Majas Sindiran Pada Naskah Drama Karma Sang

Pendosa Karya Rosyed A. Ebby (Kajian Stilistika Pragmatik). Skripsi ini disusun

sebagai syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI