27
GARIS BESAR Ed. 3/21 Stagflasi Bag. 1 Masa Lalu & Masa Kini Riset Ekonomi, Perbankan, & Industri BCA

GARIS BESAR - bca.co.id

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GARIS BESAR - bca.co.id

GARIS BESAR

Ed. 3/21 Stagflasi Bag. 1

Masa Lalu & Masa Kini

Riset Ekonomi, Perbankan, & Industri BCA

Page 2: GARIS BESAR - bca.co.id

Istilah stagflasi mendadak trending di dunia keuangan dan bisnis be-

berapa pekan terakhir (Exhibit 1), seiring tingginya inflasi dan me-

nguatnya indikasi perlambatan ekonomi AS (Exhibit 2). Kelangkaan

energi global, yang memicu lonjakan harga minyak, batu bara, dan

gas, makin menambah santer isu ini. Lantas apakah ketakutan ini

beralasan? Dan bagaimana dampaknya buat ekonomi Indonesia?

Dalam beberapa edisi Garis Kecil ke depan, kami akan mengupas isu

stagflasi ini dari beberapa sudut pandang – dimulai dari perspektif

makro global terutama tentang AS (edisi ini), dan dilanjutkan dengan

tinjauan pasar komoditas dan ekonomi domestik.

Ford v Ferrari Truman – sejarah terulang lagi?

Dari sudut pandang AS (dan negara maju pada umumnya), lonjakan

inflasi saat ini memang mengagetkan, karena inflasi nyaris tidak

pernah menembus angka 5% sejak era 1990-an. Tak heran, para

pengamat di sana terpaksa mencari reference point yang lebih jadul

(Exhibit 3) – kalau bukan era 70-an (masa Presiden Ford dan Carter),

maka yang jadi referensi adalah periode akhir 40-an dan awal 50-an

(masa Presiden Truman).

1

Page 3: GARIS BESAR - bca.co.id

Masalahnya, lesson learned dari dua periode ini bertolak belakang.

Jika “teori Ford” yang benar, maka inflasi ini disebabkan oleh stimu-

lus yang berlebihan, dan obatnya adalah pengetatan moneter luar

biasa (Volcker shock). Artinya, kita harus bersiap bukan hanya untuk

tapering, tapi juga kenaikan suku bunga yang boleh jadi lebih cepat

dari the Fed.

Tapi jika “teori Truman” yang benar, maka inflasi ini adalah sesuatu

hal yang wajar terjadi setelah periode perang, ketika pemerintah

melakukan belanja besar-besaran – dan pandemi Covid-19 bisa di-

analogikan sebagai perang (melawan virus). Inflasi seperti ini tidak

perlu diobati, karena akan hilang sendiri seiring tuntasnya “perang”

tersebut.

Lantas hipotesis mana yang benar? Well, it’s complicated, dan para

ekonom dunia masih terbelah. Saat ini, inflasi berbanding terbalik

dengan pertumbuhan, mirip era 70-an. Hal ini sejatinya menyalahi

teori ekonomi ortodoks (Phillips curve), di mana inflasi biasanya

sejalan dengan pertumbuhan, dan ada tradeoff antara inflasi dan

angka pengangguran. Tapi pada prakteknya, Phillips curve bukan

formula eksak – kurvanya bisa bergerak naik atau turun. Dan jika

dilihat data beberapa bulan terakhir, kurvanya seolah sedang ber-

geser ke atas (Exhibit 4), yang lagi-lagi memperkuat “teori Ford”

tadi.

2

Page 4: GARIS BESAR - bca.co.id

23

14

67

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kekhawatiran stagflasi makin mengemuka

indeks (maks. = 100)

Popularitas pencarian di Google: ― Debt ceiling ― Tapering ― Stagflation

Sumber : Google Trends, BCA Economist

Exhibit 1

3

Page 5: GARIS BESAR - bca.co.id

1.3

5.4

0

1

2

3

4

5

6

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

Jan

-19

Ma

r-19

Ma

y-1

9

Jul-

19

Se

p-1

9

No

v-19

Jan

-20

Ma

r-20

Ma

y-2

0

Jul-

20

Se

p-2

0

No

v-20

Jan

-21

Ma

r-21

Ma

y-2

1

Jul-

21

Se

p-2

1

Sinyal perlambatan ekonomi AS kian tampak

Exhibit 2

QoQ % SAAR YoY %

― GDPNow (“nowcast” PDB AS)

― Inflasi AS

Sumber : Atlanta Fed, Bloomberg, BCA Economist

4

Page 6: GARIS BESAR - bca.co.id

Inflasi tinggi terjadi di awal 50-an dan 70-an

Exhibit 3

12.2

5.4

-10

-5

0

5

10

15

20

Ma

r-4

8

Ma

r-52

Ma

r-56

Ma

r-6

0

Ma

r-6

4

Ma

r-6

8

Ma

r-72

Ma

r-76

Ma

r-8

0

Ma

r-8

4

Ma

r-8

8

Ma

r-9

2

Ma

r-9

6

Ma

r-0

0

Ma

r-0

4

Ma

r-0

8

Ma

r-12

Ma

r-16

Ma

r-20

YoY %

― PDB AS ― Inflasi AS

postwar inflation

70’s stagflation

semakin tinggi inflasi, semakin cepat pertumbuhan

semakin tinggi inflasi, semakin lambat pertumbuhan

Sumber : Bloomberg, BCA Economist

5

Page 7: GARIS BESAR - bca.co.id

Inflasi tinggi terjadi di awal 50-an dan 70-an

Exhibit 4

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

2 4 6 8 10 12 14 16

inflasi AS, YoY %

pengangguran AS, %

1948–53

1972–82

2017–21

inflasi lebih tinggi

pengangguran lebih tinggi

Feb – Aug ‘21

Sumber : Bloomberg, BCA Economist

6

Page 8: GARIS BESAR - bca.co.id

Of beers & accordions (tapi bukan Oktoberfest)

Tapi penganut “teori Truman” punya poinnya sendiri. Jika inflasi AS

adalah fenomena makro akibat over-stimulus, maka kenaikan harga

mungkin akan terjadi relatif merata untuk berbagai jenis barang dan

jasa. Dalam kenyataannya, inflasi kali ini sangat heterogen – terlihat

dari dispersi inflasi yang melebar (Exhibit 5). Beberapa items seperti

BBM dan kendaraan bekas mengalami inflasi sangat tinggi, tapi be-

berapa lainnya seperti pakaian dan sewa rumah kurang terdampak.

Ini menunjukkan bahwa inflasi juga sangat dipengaruhi faktor supply,

yang unik untuk tiap jenis barang/jasa.

Hal ini pada dasarnya same old story yang sudah sering kita dengar

selama pandemi ini, di mana gangguan rantai pasok global memicu

kelangkaan barang. Tapi alih-alih membaik, disrupsi ini justru makin

parah dalam 4-5 bulan terakhir (Exhibit 6-7), di tengah permintaan

global yang mulai pulih dan gelombang Delta yang mengganggu akti-

vitas industri/logistik khususnya di Asia.

Kapan gangguan ini akan berakhir? Sulit diketahui dengan pasti,

karena hal ini belum ada presedennya, terutama di era globalized

supply chain (di masa Truman ataupun Ford, rantai pasok lebih ter-

pusat secara geografis di AS dan Eropa). Best case scenario mungkin

bisa dilihat dari harga kayu AS/Kanada, yang sempat melejit namun…

7

Page 9: GARIS BESAR - bca.co.id

turun drastis di Q3-21 (Exhibit 8), seiring dilepasnya “shadow inven-

tory” oleh pelaku industri. Masalahnya, ini belum tentu berlaku buat

industri seperti semikonduktor yang lebih “lean” dan rantai pasok-

nya lebih kompleks, melibatkan banyak pemain di banyak negara.

Ekonom terbiasa mengasumsikan inflasi dari sisi supply sebagai se-

suatu yang bersifat sementara (transitory), seperti sering dikemu-

kakan Gubernur Fed Jerome Powell. Tapi pada prakteknya, gangguan

sementara pada supply chain bisa berdampak lebih lama. Ibarat

mobil di jalan raya, satu-dua mobil yang melambat bisa menimbul-

kan “gelombang kemacetan” untuk kendaraan di belakangnya, yang

bisa terus menyebar bagai akordion (“accordion effect”) walaupun

mobil di depan tadi sudah kembali melaju.

Fenomena serupa juga pernah diteliti oleh Jay Forrester, seorang

profesor di bidang supply chain management. Forrester membuat

simulasi rantai pasok bir, yang dinamakan “Beer Game”, untuk mem-

perlihatkan bagaimana riak-riak kecil di sisi demand atau logistik bisa

menimbulkan gelombang kerugian cukup besar (akibat kelangkaan

atau kelebihan barang), terutama jika para pemain dalam rantai

pasok kurang berkoordinasi. Jadi, meski shock inflasi sejak era 90-an

biasanya hanya bertahan 1-2 kuartal (per analisis Bloomberg), bukan

tidak mungkin inflasi global kali ini bisa bertahan lebih lama dari itu.

8

Page 10: GARIS BESAR - bca.co.id

Dispersi lebar, inflasi didorong beberapa item

Exhibit 5

9

4.0

-75

-50

-25

0

25

50

75

100

De

c-17

Fe

b-1

8

Ap

r-18

Jun

-18

Au

g-1

8

Oct

-18

De

c-18

Fe

b-1

9

Ap

r-19

Jun

-19

Au

g-1

9

Oct

-19

De

c-19

Fe

b-2

0

Ap

r-20

Jun

-20

Au

g-2

0

Oct

-20

De

c-2

0

Fe

b-2

1

Ap

r-21

Jun

-21

Au

g-2

1

MoM % AR

― Inflasi AS, itemized: 80% items* 95% items*

* 343 item dan kategori sesuai klasifikasi BLS

Sumber : US BLS, BCA Economist

Page 11: GARIS BESAR - bca.co.id

Produksi terhambat, backlog menumpuk

Exhibit 6

10

58.2

63.8

64.8

20

30

40

50

60

70

Jan-15 Jan-16 Jan-17 Jan-18 Jan-19 Jan-20 Jan-21

indeks (50 = netral)

PMI manufaktur AS: ― Produksi ― Pesanan baru ― Backlog

turun/kontraksi

Sumber : ISM, Bloomberg, BCA Economist

Page 12: GARIS BESAR - bca.co.id

Delay di hulu picu kelangkaan dan inflasi di hilir

Exhibit 7

11 Sumber : ISM, Bloomberg, BCA Economist

26.6

31.7

81.2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Jan-15 Jan-16 Jan-17 Jan-18 Jan-19 Jan-20 Jan-21

indeks (50 = netral)

PMI manufaktur AS: ― Suppliers’ delivery ― Customers’ inventory ― Harga

Page 13: GARIS BESAR - bca.co.id

Delay di hulu picu kelangkaan dan inflasi di hilir

Exhibit 8

12

147.9

162.7

50

100

150

200

250

300 indeks (Jan-15 = 100)

Harga kayu: ― Kanada ― AS (termasuk plywood)

Sumber : Bloomberg, BCA Economist

Page 14: GARIS BESAR - bca.co.id

Spiral staircase – upah jadi penentu

Lantas kalau inflasi belum tentu kelar di jangka pendek, apa artinya

inflasi akan terus tinggi untuk beberapa tahun ke depan? Mungkin

tidak juga. Sejak Maret lalu, ekspektasi inflasi AS untuk 5 tahun ke

depan relatif stabil di kisaran 2.5% (Exhibit 9), meski inflasi aktual

sempat menyentuh 5.4%. Memang ada kenaikan tipis ~15 bps sejak

mid-September, seiring kekhawatiran stagflasi, dan ini menjelaskan

kurang lebih separuh dari kenaikan yield Treasury belakangan ini –

separuhnya lagi, dari expected real rate, mungkin terkait rencana

tapering.

Apakah ekspektasi pasar ini selalu akurat? Tentunya tidak. Tapi riset

terbaru dari the Fed sendiri (Rudd 2021) menunjukkan bahwa

ekspektasi inflasi jangka panjang lebih relevan dalam memprediksi

inflasi ketimbang ekspektasi jangka pendek. Dengan kata lain, angka

2.5% tadi semestinya lebih bisa jadi pegangan dibandingkan kisruh

stagflasi saat ini.

13

Page 15: GARIS BESAR - bca.co.id

Riset yang sama juga menunjukkan bahwa tingkat upah/gaji adalah

penentu inflasi yang sangat penting dalam jangka panjang. Kita tentu

mafhum kalau harga barang dan upah saling terkait. Semakin harga-

harga naik, semakin pekerja menuntut kenaikan upah – tapi semakin

besar belanja para pekerja tadi, semakin naik pula harga-harga.

Proses ini, yang sering disebut wage-inflation spiral, terputus di AS

sejak tahun 90-an, seiring banyaknya pekerjaan yang di-outsource ke

luar negeri dan berkurangnya kekuatan serikat buruh. Et voilà, inflasi

pun jadi lebih stabil.

Walau begitu, kita tidak bisa berasumsi bahwa pasar tenaga kerja

AS, pasca-pandemi ini, akan adem ayem seperti tiga dekade se-

belumnya. Indikasi awal menunjukkan bahwa upah pekerja AS naik

kencang beberapa bulan terakhir, dipicu salah satunya oleh banyak-

nya pekerja yang pindah tempat kerja untuk mencari upah lebih

tinggi (Exhibit 10).

Kenapa pekerja AS tiba-tiba lebih pede pindah kerja sejak pandemi?

Ada beberapa alasan yang masih diperdebatkan. Salah satu yang

mungkin memperkuat posisi tawar pekerja adalah bantuan tunai

(stimulus checks) dari pemerintah AS, sehingga mereka merasa lebih

aman untuk resign. Jika ini benar, boleh jadi kenaikan upah tadi akan

berangsur mereda setelah stimulus checks berakhir September lalu.

14

Page 16: GARIS BESAR - bca.co.id

Tapi ini bukan satu-satunya alasan. Beberapa survei menunjukkan

bahwa kepuasan kerja selama WFH – dan keengganan kembali WFO

– jadi motivator sebagian pekerja untuk berpindah perusahaan. Plus,

pandemi juga membuka mata banyak warga AS (dan Indonesia, for

that matter) tentang besarnya kesempatan berbisnis online. Alhasil,

tingkat pendaftaran usaha baru di AS justru meroket selama pan-

demi (Exhibit 11), dan ini tentu jadi alternatif bagi para pekerja yang

kurang puas selama ini.

15

Page 17: GARIS BESAR - bca.co.id

Ekspektasi inflasi jangka panjang masih ~2.5%

Exhibit 9

16 Sumber : Bloomberg, BCA Economist

2.98

2.63

2.46

-2

-1

0

1

2

3

4

% YoY

Breakeven inflation AS (ekspektasi inflasi): ― 1Y ― 5Y ― 10Y

Page 18: GARIS BESAR - bca.co.id

Gaji mulai naik, posisi tawar pekerja menguat?

Exhibit 10

17 Sumber : Atlanta Fed, Bloomberg, BCA Economist

3.7

4.4

3.1

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

0

1

2

3

4

5

6

7

Jan

-01

Jan

-02

Jan

-03

Jan

-04

Jan

-05

Jan

-06

Jan

-07

Jan

-08

Jan

-09

Jan

-10

Jan

-11

Jan

-12

Jan

-13

Jan

-14

Jan

-15

Jan

-16

Jan

-17

Jan

-18

Jan

-19

Jan

-20

Jan

-21

% YoY %

― Kenaikan gaji AS, overall ― Khusus orang berpindah kerja ― Quit rate* AS (kanan)

* Persentase pekerja sektor swasta yang berhenti atas kemauan sendiri (bukan PHK)

Page 19: GARIS BESAR - bca.co.id

Minat membuka bisnis naik selama pandemi

Exhibit 11

18 Sumber : US Census, BCA Economist

4.8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

Jan

-05

Jan

-06

Jan

-07

Jan

-08

Jan

-09

Jan

-10

Jan

-11

Jan

-12

Jan

-13

Jan

-14

Jan

-15

Jan

-16

Jan

-17

Jan

-18

Jan

-19

Jan

-20

Jan

-21

unit bisnis baru %

― Angka pengangguran AS (kanan)

Pendaftaran usaha baru: ― High-propensity* ― Non-high-propensity

* Jenis/sektor usaha yang dinilai berpotensi menjadi besar dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja

Page 20: GARIS BESAR - bca.co.id

Implikasi – Don’t fear the reaper?

Dari pembahasan tadi, kami melihat bahwa inflasi global saat ini

belum tentu bisa selesai dalam jangka pendek, apalagi jika disrupsi

akibat pandemi masih terjadi ke depannya (entah itu dari varian

baru, atau dari negara yang menerapkan strategi “zero Covid” se-

perti Tiongkok atau Taiwan). Dan bahkan tanpa disrupsi tersebut,

“gelombang kemacetan” mirip akordion tadi masih bisa bergema di

rantai pasok global hingga setahun mendatang atau bahkan lebih –

tentunya dengan intensitas yang berbeda-beda untuk tiap industri.

Dan kenaikan supply bukan satu-satunya jalan keluar dari tekanan

inflasi ini – bukan tidak mungkin, justru demand-lah yang turun. Hal

ini mulai terlihat bukan hanya dari real-time forecast (nowcast) AS

dan permintaan industri yang mulai turun, tapi juga dari disrupsi in-

dustri manufaktur di Tiongkok akibat kelangkaan energi. Ditambah

lagi dengan crackdown dan perlambatan sektor properti di Tiongkok,

bukan tidak mungkin dunia akan memasuki double-dip recession di

akhir tahun ini.

Tapi, hipotesis bahwa kondisi saat ini adalah permulaan dari stagflasi

panjang à la 70-an (“teori Ford”) juga belum tentu benar. Meskipun

stimulus moneter luar biasa dari the Fed dan bank sentral global

lainnya tentu akan berdampak pada harga-harga, tak ada jaminan …

19

Page 21: GARIS BESAR - bca.co.id

bahwa efeknya akan seragam untuk semua jenis aset, barang, dan

jasa (Cantillon effect). Malah, sejak 90-an ada indikasi bahwa stimu-

lus moneter efektif menaikkan harga aset (saham, obligasi, properti,

dst.) tapi tidak untuk barang dan jasa in general.

Wildcard-nya dalam hal ini adalah dinamika pasar tenaga kerja AS

(dan global). Jika efek kumulatif dari WFH, Zoom, dan digital entre-

preneurship memicu revolusi di pasar tenaga kerja, bukannya tidak

mungkin posisi tawar dan upah pekerja akan semakin kuat. Peng-

alaman historis seperti Black Death juga menunjukkan bahwa pan-

demi cenderung memperkuat posisi tawar pekerja vis-à-vis pemilik

modal.

All in all, belum ada argumen yang cukup kuat bahwa the Fed akan

mempercepat timeline kenaikan suku bunga dari ekspektasi saat ini

di akhir 2022 (Exhibit 12) – walaun ini bisa berubah jika kenaikan

upah terus berlanjut, sesuai view kami tentang upah sebagai wild-

card. Ini memberi ruang bagi BI untuk melakukan normalisasi ke-

bijakan secara gradual, didukung oleh selisih suku bunga riil yang

lebar antara Indonesia dan AS (Exhibit 13) dan surplus perdagangan

dari komoditas (edisi berikutnya).

20

Page 22: GARIS BESAR - bca.co.id

Pertimbangan politik juga mengindikasikan bahwa the Fed belum

akan menaikkan suku bunga secara agresif. Baik Powell ataupun Lael

Brainard, dua kandidat terkuat Gubernur Fed periode 2022-26, ter-

bilang cukup dovish ketimbang kolega mereka. Baik Partai Demokrat

maupun Partai Republik (pasca-Trump) juga cenderung pro terhadap

suku bunga rendah, terlepas dari retorika politik yang terkadang

digunakan.

Last but not least, utang pemerintah AS yang makin besar pasca-

pandemi (Exhibit 14) mendukung dilakukannya financial repression,

yakni kebijakan suku bunga riil negatif (suku bunga lebih rendah dari

inflasi) guna memperingan pembayaran utang tersebut. Baik di era

Ford/Carter dan terlebih di era Truman (dengan beban utang pasca

Perang Dunia II dan Perang Korea), suku bunga cenderung lebih

rendah dari inflasi (Exhibit 15). Hal ini juga positif untuk neraca pem-

bayaran dan stabilitas Rupiah di jangka menengah.

21

Page 23: GARIS BESAR - bca.co.id

Pasar expect kenaikan FFR dimulai di H2-22

Exhibit 12

22 Sumber : Bloomberg, BCA Economist

0.13

0.22

0.38

0.85

-0.25

0.00

0.25

0.50

0.75

1.00%

Fed funds futures: ― Jun-22 ― Sep-22 ― Des-22 ― Des-23

Fed diprediksi menaikkan FFR tiga kali hingga akhir 2023

Page 24: GARIS BESAR - bca.co.id

Selisih suku bunga riil dukung stabilitas Rupiah

Exhibit 13

23 Sumber : Bloomberg, BCA Economist

2.9

6.4

8.4

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Jan

-11

Jul-

11

Jan

-12

Jul-

12

Jan

-13

Jul-

13

Jan

-14

Jul-

14

Jan

-15

Jul-

15

Jan

-16

Jul-

16

Jan

-17

Jul-

17

Jan

-18

Jul-

18

Jan

-19

Jul-

19

Jan

-20

Jul-

20

Jan

-21

Jul-

21

% % YoY

― Kurs IDR/USD (kanan)

Selisih suku bunga riil, ID vs. US: ― Overnight ― 10Y

Page 25: GARIS BESAR - bca.co.id

Beban utang AS saat ini mirip pasca-PD II

Exhibit 14

24

98.3

8.8

-20

0

20

40

60

80

100

120

-20

0

20

40

60

80

100

120

192

1

192

5

192

9

1933

1937

194

1

194

5

194

9

1953

1957

196

1

196

5

196

9

1973

1977

198

1

198

5

198

9

199

3

199

7

200

1

200

5

200

9

2013

2017

2021

% thd PDB % YoY

― Utang federal AS* ― Pertumbuhan utang (kanan)

Sumber : US Congressional Budget Office, St. Louis Fed, BCA Economist

Page 26: GARIS BESAR - bca.co.id

AS kembali ke rezim financial repression?

Exhibit 15

25 Sumber : Bloomberg, BCA Economist

0.04

-5.25

5.3

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

1934

1937

194

1

194

5

194

9

1953

1957

196

0

196

4

196

8

1972

1976

198

0

198

3

198

7

199

1

199

5

199

9

200

3

200

6

2010

2014

2018

%

― US Treasury Bill 3Mo ― Inflasi AS Suku bunga riil AS 3Mo

Page 27: GARIS BESAR - bca.co.id

DISCLAIMER This report is for information only, and is not intended as an offer or solicitation with respect to the purchase or sale of a security. We

deem that the information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. However, we do not

guarantee their accuracy, and any such information may be incomplete or condensed. None of PT. Bank Central Asia Tbk, and/or its affiliated companies and/or their respective employees and/or agents makes any representation or warranty (express or implied) or

accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in

this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the

issue thereof. The Company, or any of its related companies or any individuals connected with the group accepts no liability for any

direct, special, indirect, consequential, incidental damages or any other loss or damages of any kind arising from any use of the

information herein (including any error, omission or misstatement herein, negligent or otherwise) or further communication thereof, even

if the Company or any other person has been advised of the possibility thereof. Opinion expressed is the analysts’ current personal

views as of the date appearing on this material only, and subject to change without notice. It is intended for the use by recipient only

and may not be reproduced or copied/photocopied or duplicated or made available in any form, by any means, or redist ted to others without written permission of PT Bank Central Asia Tbk.

All opinions and estimates included in this report are based on certain assumptions. Actual results may differ materially. In considering

any investments you should make your own independent assessment and seek your own professional financial and legal advice. For

further information please contact: (62-21) 2358 8000, Ext: 20364 or fax to: (62-21) 2358 8343 or email: [email protected]

PT Bank Central Asia Tbk Economic, Banking & Industry Research Team

David E.Sumual

Chief Economist

[email protected]

+6221 2358 8000 Ext:1051352

Agus Salim Hardjodinoto

Industry Analyst

[email protected]

+6221 2358 8000 Ext: 1005314

Barra Kukuh Mamia

Economist / Analyst

[email protected]

+6221 2358 8000 Ext: 1053819

Victor George Petrus Matindas

Industry Analyst

[email protected]

+6221 2358 8000 Ext: 1058408

Gabriella Yolivia

Economist / Analyst

[email protected]

+6221 2358 8000 Ext: 1063933

Derrick Gozal

Economist / Analyst

[email protected]

+6221 2358 8000 Ext: 1066122

Livia Angelica Thamsir

Economist / Analyst

[email protected]

+6221 2358 8000 Ext: 1069933

Ahmad Aprilian Rizki

Research Assistant

[email protected]

+6221 2358 8000 Ext: 20378

Arief Darmawan

Research Assistant

[email protected]

+6221 2358 8000 Ext: 20364