7
Hearing Loss Definisi dan klasifikasi Gangguan pendengaran atau tuli adalah penurunan intensitas pendengaran.Ada 2,yaitu konduktif dan sensorineural. Biasanya diakibatkan oleh kerusakan membran timpani yang tidak terdeteksi atau adanya kerusakan tulang pendengaran.Pada gangguan pendengaran konduktif disebabkan oleh kondisi patologi pada kanal telinga eksterna,membran timpani,atau telinga tegah.Sedangkan sensorineural disebabkan oleh malfungsi koklea,kerusakan saraf pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat di proses sebagaimana mestinya. Etiologi Trauma telinga juga bisa mengakibatkan gangguan pendengaran,seperti terpajan bunyi bor,atau benda yang mengeluarkan suara bising.Selain itu gangguan pendengaran juga bisa diakibatkan oleh,cedera vestibuler,adanya infeksi,dysgeusia,perdarahan telinga dan trauma akustik.

Gangguan Pendengaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gangguan pendengaran

Citation preview

Page 1: Gangguan Pendengaran

Hearing Loss

Definisi dan klasifikasi

Gangguan pendengaran atau tuli adalah penurunan intensitas pendengaran.Ada

2,yaitu konduktif dan sensorineural. Biasanya diakibatkan oleh kerusakan membran timpani

yang tidak terdeteksi atau adanya kerusakan tulang pendengaran.Pada gangguan pendengaran

konduktif disebabkan oleh kondisi patologi pada kanal telinga eksterna,membran timpani,atau

telinga tegah.Sedangkan sensorineural disebabkan oleh malfungsi koklea,kerusakan saraf

pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat di proses sebagaimana mestinya.

Etiologi

Trauma telinga juga bisa mengakibatkan gangguan pendengaran,seperti terpajan bunyi

bor,atau benda yang mengeluarkan suara bising.Selain itu gangguan pendengaran juga bisa

diakibatkan oleh,cedera vestibuler,adanya infeksi,dysgeusia,perdarahan telinga dan trauma

akustik.

1. Cedera vestibuler : cedera labirin selama operasi tympanomastoid dapat menyebabkan

trauma langsung atau infeksi pasca operasi

2. Infeksi : Biasanya disebabkan akibat otitis media kronik dan cholesteatoma

3. Dysgeusia : Adalah luka saraf chorda timpani yang gejalanya seperti merasakan seperti

metalik saat makan.

4. Perdarahan telinga : perdarahan yang terjadi akibat trauma,dll

5. Trauma akustik : kerusakan telinga akibat bunyi yang berlebihan

Page 2: Gangguan Pendengaran

Penyakit yang Menyebabkan Gangguan Pendengaran

Penyakit telinga dapat menyebabkan tuli konduktif adalah atresia liang telinga,

sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta dan osteoma liang telinga. Kelainan

di telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah sumbatan tuba eustachius,

otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang

pendengaran.

Tuli sensorineural dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli

sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (kongenital), labirintitis (oleh bakteri atau

virus) dan intoksikasi obat (streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal,

atau alcohol). Selain itu, dapat juga disebabkan oleh tuli mendadak (sudden deafness),

trauma kapitis, trauma akustik dan pajanan bising.

Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut

pons serebelum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan otak, dan kelainan otak

lainnya. Kerusakan telinga oleh obat, pengaruh suara keras, dan usia lanjut akan

menyebabkan kerusakan pada penerimaan nada tinggi di bagian basal koklea. Presbikusis

ialah penurunan kemampuan mendengar pada usia lanjut.

Page 3: Gangguan Pendengaran

Pemeriksaan Gangguan Pendengaran

Diagnosis meliputi anamnesis,

- Apakah gangguan pendengaran pada satu telinga?

- Sejak kapan?

- Timbul tiba-tiba?.Atau makin lama makin berat?

- Ada riwayat trauma?

- Suka terpajan bunyi bising?

Pemeriksaan fisik atau otoskopi telinga, hidung dan tenggorok, tes pendengaran,

yaitu tes bisik, tes garputala dan tes audiometri. Tes bisik merupakan suatu tes

pendengaran dengan memberikan suara bisik berupa kata-kata kepada telinga penderita

dengan jarak tertentu. Hasil tes berupa jarak pendengaran, yaitu jarak antara pemeriksa

dan penderita di mana suara bisik masih dapat didengar enam meter. Pada nilai normal

tes berbisik ialah 5/6 – 6/6.

Tes garputala merupakan tes kualitatif. Garputala 512 Hz tidak terlalu

dipengaruhi suara bising disekitarnya. Menurut Guyton dan Hall, cara melakukan tes

Rinne adalah penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah

tidak terdengar penala dipegang di depan teling kira-kira 2 ½ cm. Bila masih terdengar

disebut Rinne positif. Bila tidak terdengar disebut Rinne negatif.

Cara melakukan tes Weber adalah penala digetarkan dan tangkai garputala

diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, dan di dagu). Apabila

bunyi garputala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke

Page 4: Gangguan Pendengaran

telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah teling mana bunyi terdengar lebih

keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

Cara melakukan tes Schwabach adalah garputala digetarkan, tangkai garputala

diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai

garputala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang

pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach

memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara

sebaliknya, yaitu garputala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu.

Bila penderita masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila

pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama

dengan pemeriksa.

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Gangguan Pendengaran

1. Complications mastoid surgery. In : Bailey’s Head and Neck Surgery. New York. 5th Ed.

Wolters Kluwer Publisher. 2014.

2. Adams G., Boies L.,Higler P.,1997.Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta

3. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Publisher: Saunders

2010