Upload
yogant3ng
View
15
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Gangguan pendengaran
Citation preview
Hearing Loss
Definisi dan klasifikasi
Gangguan pendengaran atau tuli adalah penurunan intensitas pendengaran.Ada
2,yaitu konduktif dan sensorineural. Biasanya diakibatkan oleh kerusakan membran timpani
yang tidak terdeteksi atau adanya kerusakan tulang pendengaran.Pada gangguan pendengaran
konduktif disebabkan oleh kondisi patologi pada kanal telinga eksterna,membran timpani,atau
telinga tegah.Sedangkan sensorineural disebabkan oleh malfungsi koklea,kerusakan saraf
pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat di proses sebagaimana mestinya.
Etiologi
Trauma telinga juga bisa mengakibatkan gangguan pendengaran,seperti terpajan bunyi
bor,atau benda yang mengeluarkan suara bising.Selain itu gangguan pendengaran juga bisa
diakibatkan oleh,cedera vestibuler,adanya infeksi,dysgeusia,perdarahan telinga dan trauma
akustik.
1. Cedera vestibuler : cedera labirin selama operasi tympanomastoid dapat menyebabkan
trauma langsung atau infeksi pasca operasi
2. Infeksi : Biasanya disebabkan akibat otitis media kronik dan cholesteatoma
3. Dysgeusia : Adalah luka saraf chorda timpani yang gejalanya seperti merasakan seperti
metalik saat makan.
4. Perdarahan telinga : perdarahan yang terjadi akibat trauma,dll
5. Trauma akustik : kerusakan telinga akibat bunyi yang berlebihan
Penyakit yang Menyebabkan Gangguan Pendengaran
Penyakit telinga dapat menyebabkan tuli konduktif adalah atresia liang telinga,
sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta dan osteoma liang telinga. Kelainan
di telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah sumbatan tuba eustachius,
otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang
pendengaran.
Tuli sensorineural dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli
sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (kongenital), labirintitis (oleh bakteri atau
virus) dan intoksikasi obat (streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal,
atau alcohol). Selain itu, dapat juga disebabkan oleh tuli mendadak (sudden deafness),
trauma kapitis, trauma akustik dan pajanan bising.
Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut
pons serebelum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan otak, dan kelainan otak
lainnya. Kerusakan telinga oleh obat, pengaruh suara keras, dan usia lanjut akan
menyebabkan kerusakan pada penerimaan nada tinggi di bagian basal koklea. Presbikusis
ialah penurunan kemampuan mendengar pada usia lanjut.
Pemeriksaan Gangguan Pendengaran
Diagnosis meliputi anamnesis,
- Apakah gangguan pendengaran pada satu telinga?
- Sejak kapan?
- Timbul tiba-tiba?.Atau makin lama makin berat?
- Ada riwayat trauma?
- Suka terpajan bunyi bising?
Pemeriksaan fisik atau otoskopi telinga, hidung dan tenggorok, tes pendengaran,
yaitu tes bisik, tes garputala dan tes audiometri. Tes bisik merupakan suatu tes
pendengaran dengan memberikan suara bisik berupa kata-kata kepada telinga penderita
dengan jarak tertentu. Hasil tes berupa jarak pendengaran, yaitu jarak antara pemeriksa
dan penderita di mana suara bisik masih dapat didengar enam meter. Pada nilai normal
tes berbisik ialah 5/6 – 6/6.
Tes garputala merupakan tes kualitatif. Garputala 512 Hz tidak terlalu
dipengaruhi suara bising disekitarnya. Menurut Guyton dan Hall, cara melakukan tes
Rinne adalah penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah
tidak terdengar penala dipegang di depan teling kira-kira 2 ½ cm. Bila masih terdengar
disebut Rinne positif. Bila tidak terdengar disebut Rinne negatif.
Cara melakukan tes Weber adalah penala digetarkan dan tangkai garputala
diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, dan di dagu). Apabila
bunyi garputala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke
telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah teling mana bunyi terdengar lebih
keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.
Cara melakukan tes Schwabach adalah garputala digetarkan, tangkai garputala
diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai
garputala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach
memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya, yaitu garputala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu.
Bila penderita masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila
pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama
dengan pemeriksa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Complications mastoid surgery. In : Bailey’s Head and Neck Surgery. New York. 5th Ed.
Wolters Kluwer Publisher. 2014.
2. Adams G., Boies L.,Higler P.,1997.Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
3. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Publisher: Saunders
2010