58
BAB I PENDAHULUAN Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood yang meninggi (elevated), yaitu mania menunjukkan sikap meluap- luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood terdepresi, yaitu-depresi merasakan hilangnya energi-energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan mood adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetative (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan. (1) Mood mungkin normal, meninggi, atau terdepresi. Orang normal mengalami berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya; mereka merasa mengendalikan, kurang lebih, mood dan afeknya. (1) SEJARAH 1

Gangguan Mood

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gangguan Mood

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood

yang meninggi (elevated), yaitu mania menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang

meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan

gagasan kebesaran. Pasien dengan mood terdepresi, yaitu-depresi merasakan hilangnya

energi-energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu

makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan

mood adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi

vegetative (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya).

Perubahan tersebut hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan

pekerjaan.(1)

Mood mungkin normal, meninggi, atau terdepresi. Orang normal mengalami

berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya; mereka merasa

mengendalikan, kurang lebih, mood dan afeknya.(1)

SEJARAH

Penemuan bahwa sejumlah manusia mengembangkan sebuah sindrom abnormal

yang ditandai dengan gangguan mood telah ada sejak beberapa millennium yang lalu. Di

tahun 1899 Emil kraepelin, dengan didasarkan pada pengetahuan dari dokter psikiatrik

Jerman dan Perancis sebelumnya, menggambarkan suatu psikosis manic-depresif yang

memiliki sebagian besar kriteria yang digunakan oleh dokter psikiatrik sekarang ini untuk

menegakkan diagnosis gangguan bipolar I. tidak adanya perjalanan penyakit yang

memburuk dan menimbulkan demensia pada psikosis manik-depresif adalah

membedakannya dari demensia prekoks (yaitu, skizofrenia). Kraepelin juga

menggambarkan suatu depresi yang dimulai setelah menopause pada wanita dan selama

masa dewasa akhir pada laki-laki yang akhirnya dikenal sebagai melankolia involusional

dan sejak itu dipandang sebagai suatu bentuk gangguan mood dengan onset lanjut.(1)

1

Page 2: Gangguan Mood

Etiologi

Dasar umum untuk gangguan depresif berat tidak diketahui. Banyak usaha untuk

mengenali suatu penyebab biologis atau psikososial untuk gangguan mood telah dihalangi

heterogenitas populasi pasien yang ditentukan oleh sistem diagnostik yang didasarkan

secara klinis yang ada, termasuk DSM-IV. Faktor penyebab dapat secara buatan dibagi

menjadi faktor biologis, faktor genetika, dan faktor psikososial.

1. Faktor Biologis

Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam metabolit

amin biogenik-seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), homovanillic acid (HVA),

dan 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG)- di dalam darah, urine, dan cairan

serebrospinalis pada pasien dengan gangguan mood. Data yang dilaporkan paling

konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan mood adalah berhubungan dengan disregulasi

heterogen pada amin biogenik.(1)

2. Faktor Genetika

Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam

perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika adalah

jelas melalui mekanisme yang kompleks; bukan saja tidak mungkin menyingkirkan efek

psikososial, tetapi faktor non genetik memungkinkan memainkan peranan kausatif dalam

perkembangan gangguan mood sekurangnya pada beberapa orang.

3. Faktor Psikososial

Satu pengamatan klinis lama yang telah direplikasi adalah bahwa peristiwa

kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan

mood daripada episode selanjutnya. Satu teori yang diajukan untuk menjelaskan

pengamatan tersebut adalah bahwa stres yang menyertai episode pertama menyebabkan

perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat

menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi

signal intraneuronal. Hasil akhirnya dari perubahan tersebut adalah menyebabkan

seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood

selanjutnya, bahkan tanpa adanya stresor eksternal.(1)

2

Page 3: Gangguan Mood

Tidak ada sifat atau tipe kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan

seseorang kepada depresi. Semua manusia apapun pola kepribadiannya, dapat dan memang

menjadi depresi dalam keadaan yang tepat; tetapi, tipe kepribadian tertentu -dependen-oral,

obsesif-kompulsif, histeris- mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk

mengalami depresi daripada tipe kepribadian antisosial, paranoid, dan lainnya yang

menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan lainnya.(1)

DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Gangguan mood terdiri dari Gangguan Depresi (depresi unipolar), Gangguan

Bipolar, dan dua kelainan berdasarkan etiologi; Gangguan Mood akibat Kondisi Medis

umum dan Gangguan Mood akibat Penyalahgunaan zat. (1,2) Gangguan depresi (seperti;

gangguan depresif berat, gangguan distimik, dan gangguan mood yang tak tergolongkan)

dibedakan dengan gangguan bipolar dengan melihat tidak adanya episdode manik, episode

campuran, atau episode hipomanik. Gangguan bipolar (seperti; gangguan bipolar I, bipolar

II, gangguan siklotimik, dan gangguan bipolar yang tak tergolongkan) memiliki riwayat

episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik, yang biasanya disertai dengan

riwayat episode depresif berat.(2)

Pada DSM-IV, gangguan mood diklasifikasikan sebagai berikut (2):

Episode mood

Episode depresif mayor

Episode manik

Episode campuran

Episode hipomanik

Gangguan depresif

Gangguan depresif mayor

Gangguan distimik

Gangguan depresif yang tak tergolongkan

Gangguan bipolar3

Page 4: Gangguan Mood

Gangguan bipolar I

Gangguan bipolar II

Gangguan siklotimik

Gangguan bipolar yang tak tergolongkan

Gangguan mood lainnya

Gangguan mood akibat kondisi medis umum

Gangguan mood akibat zat

Gangguan mood yang tak tergolongkan

BAB II

EPISODE MOOD

Episode Depresi Mayor

4

Page 5: Gangguan Mood

Suatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala utama

dari depresi. Pasien mungkin mengatakan mereka merasa murung, putus asa, dalam

kesedihan, atau tidak berguna. Bagi pasien mood terdepresi seringkali memiliki kualitas

yang terpisah yang membedakannya dengan emosi normal kesedihan atau duka cita. Pasien

seringkali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu rasa nyeri emosional yang

menderita sekali. Pasien terdepresi kadang-kadang mengeluh tidak dapat menangis, suatu

gejala yang menghilang saat mereka membaik.(1,3)

Kira-kira duapertiga dari semua pasien terdepresi merenungkan bunuh diri, dan 10

sampai 15 persennya melakukan bunuh diri. Tetapi pasien terdepresi kadang-kadang

tampak tidak menyadari depresinya dan tidak mengeluh suatu gangguan mood, walaupun

mereka menunjukkan penarikan diri dari keluarga, teman, dan aktivitas yang sebelumnya

menarik diri mereka. Hampir semua pasien terdepresi (97 persen) mengeluh adanya

penurunan energi yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sekolah dan

pekerjaan, dan penurunan motivasi untuk mengambil proyek baru. Kira-kira 80 persen

pasien mengeluh sulit tidur, khususnya terbangun pada dini hari (yaitu, insomnia terminal)

dan sering terbangun pada malam hari, selama mana mereka mungkin merenungkan

masalahnya.(1,3)

Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.

Tetapi beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan, penambahan berat badan,

dan tidur yang bertambah. Pasien tersebut diklasifikasikan di dalam DSM-IV sebagai

memiliki ciri atipikal dan juga dikenal sebagai memiliki disforia histeroid. Pada

kenyataannya, kecemasan merupakan gejala yang sering pada depresi, yang mengenai

sebanyak 90 persen pasien depresi. Gejala vegetatif lainnya adalah menstruasi yang tidak

normal dan penutunan minat dan kinerja di dalam aktivitas seksual.(1,3)

Kecemasan (termasuk serangan panik), penyalahgunaan alkohol, dan keluhan

somatik (seperti konstipasi dan nyeri kepala) seringkali mempersulit pengobatan depresi.

Kira-kira 50 persen dari semua pasien menggambarkan suatu variasi diurnal dari gejalanya,

dengan suatu peningkatan keparahan di pagi hari dan gejala meringan di malam hari.

Gejala kognitif adalah laporan subjektif yang berupa ketidakmampuan berkonsentrasi (84

persen pasien di dalam satu penelitian) dan gangguan dalam berpikir (67 persen pasien

pada penelitian yang lain).(1,3)

5

Page 6: Gangguan Mood

Pada anak-anak dan remaja dapat diperkirakan adanya depresi yang ditunjukkan dengan sikap fobia sekolah dan menggendong pada orang tua

yang berlebihan. Begitu pula dengan prestasi akademik yang memburuk, penyalahgunanaan zat, perilaku antisosial, promiskuitas seksual, membolos, dan

melarikan diri juga mungkin merupakan gejala depresi pada remaja.(1,3)

Kriteria Diagnostik untuk Episode Depresif Mayor

A. Lima (atau lebih) gejala berikut ditemukan selama periode 2 minggu yang sama dan menunjukkan suatu perubahan dari fungsi sebelumnya; paling kurang satu gejala dari salah satu mood terdepresi atau dua kehilangan minat atau kesenangan.

Catatan: jangan masukkan gejala yang jelas disebabkan oleh kondisi umum, atau waham atau halusinasi yang tidak sesuai mood.

1. Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan baik oleh laporan subyektif (misalnya, perasaan sedih atau kososng) maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya, tampak sedih).

Catatan: pada anak-anak dan remaja, dapat berupa mood yang iritabel.

2. Kehilangan minat atau kesenangan yang nyata pada semua atau hampir semua, aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan baik oleh laporan subyektif maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain).

3. Penurunan berat badan yang bermakna jika tidak melakukan diet atau penambahan berat badan (misalnya, perubahan berat badan lebih dari 5 persen sebulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.

Catatan: pada anak-anak, pertimbangkan kegagalan untuk mencapai peningkatan berat badan yang diharapkan.

4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari 9dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subyektif tentang adanya kegelisahan atau mnenjadi lamban).

6. Kelelahan atau kehilangan tenaga hampir setiap hari

7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai (yang dapat berupa waham) hampir setiap hari (bukan hanya menyalahkan diri sendiri atau bersalah karena sakit)

8. Penurunan kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi atau keragu-raguan, hampir setiap hari (baik oleh laporan subyektif maupun yang diamati orang lain)

9. Pikiran tentang kematian berulang (tidak hanya ketakutan akan kematian), ide bunuh diri berulang tanpa suatu rencana yang spesifik, atau percobaan bunuh

6

Page 7: Gangguan Mood

diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

B. Gejala tidak memenuhi kriteria Episode Campuran

C. Gejala menyebabkan penderitaan secara klinis yang bermakna atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi bidang penting lainnya.

D. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum (misalnya hipotiroidisme).

E. Gejala tidak lebih baik dijelaskan Berduka, yaitu setelah kehilangan seorang yang dicintai, gejala menetap lebih lama dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang nyata, preokupasi morbid dengan perasaan tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retardasi psikomotor.

Tabel 1. Kriteria diagnostik episode mayor menurut DSM-IV.(1,2,3)

Episode Manik

Suatu mood yang meningkat, meluap-luap, atau lekas marah merupakan tanda

episode manik. Walaupun orang yang tidak terlibat mungkin tidak mengetahui sifat mood

pasien yang tidak biasanya, mereka yang mengetahui pasien mengenalinya sebagai

abnormal. Selain itu mood mungkin mudah tersinggung, khususnya jika rencana pasien

yang sangat ambisius terancam. Sering kali, seorang pasien menunjukkan suatu perubahan

mood yang utama dari euforia awal pada perjalanan penyakit menjadi lekas marah di

kemudian hari. Suatu kecendrungan menanggalkan pakaian di tempat ramai, berpakaian

dan mengenakan perhiasan dengan warna-warna yang terang dan dengan kombinasi yang

tidak sesuai, dan tidak memperhatikan perincian-perincian yang kecil (seperti lupa

meletakkan gagang telepon pada tempatnya) juga merupakan gejala gangguan. Sifat

impulsif dari banyak tindakan pasien disertai dengan suatu pendirian keyakinan dan tujuan.

Pasien sering kali terokupasi oleh gagasan agama, politik, finansial, seksual, atau

penyiksaan yang dapat berkembang menjadi sistem waham yang kompleks. Kadang-

kadang pasien manik menjadi teregresi dan bermain dengan urine dan fesesnya.(1,2,3)

Mania pada remaja sering kali salah didiagnosis sebagai gangguan kepribadian antisosial atau skizofrenia. Gejala mania pada remaja mungkin

berupa psikosis, penyalahgunaan alkohol atau zat lain, usaha bunuh diri, masalah akademik, pemikiran filosofis, gejala gangguan obsesif-kompulsif, keluhan

somatik multipel, mudah tersinggung yang nyata yang menyebabkan perkelahian,dan perilaku antisosial lainnya. (1,3)

Kriteria Diagnostik untuk Episode Manik

A. Suatu periode yang nyata dari mood yang meningkat, meluap-luap, atau iritabel yang secra abnormal dan menetap, paling kurang 1 minggu (atau durasi kapan saja

7

Page 8: Gangguan Mood

jika membutuhkan perawatan di rumah sakit).

B. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut menetap (empat jika mood hanya iritabel) dan terjadi dalam derajat yang bermakna:

1. Harga diri yang melambung atau kebesaran

2. Penurunan kebutuhan tidur (misalnya, merasa telah beristirahat setelah tidur hanya 3 jam)

3. Berbicara lebih banyak dari yang biasanya atau tekanan untuk terus berbicara

4. Loncat gagasan atau pengalaman subyektif bahwa pikirannya berpacu

5. Distraktibilitas yaitu, prhatian sangat mudah dialihkan pada stimulus eksternal yang tidak penting atau tidak relevan)

6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan oleh tujuan (baik secara sosial, pada pekerjaan atau sekolah, atau secara seksual atau agitasi psikomotor

7. Keterlibatan berlebihan pada aktivitas menyenangkan yang kemungkinan besar mempunyai akibat yang menyakitkan (misalnya, berbelanja yang tidak terkendali, melakukan hubungan seksual yang tidak bijaksana, atau investasi bisnis yang bodoh)

C. Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran

D. Gangguan mood cukup parah untuk menyebabkan gangguan yang nyata pada fungsi pekerjaan atau pada aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain seoerti yang biasanya, atau membutuhkan perawatan rumah sakit untuk mncegah bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain, atau terdapat ciri psikotik.

E. Gejala bukan efek fisiologis langsung dari zat atau suatu kondisi medis umum.

Tabel 2. Kriteria Diagnostik untuk Episode Manik menurut DSM-IV(1,2,3)

Episode Campuran

Episode campuran ditandai dengan adanya suatu periode waktu (paling sedikit 1

minggu) yang sesuai dengan kriteria episode manik dan episode depresi, yang tejadi

hampir setiap hari (kriteria A). gangguan yang terjadi dapat menyebabkan gangguan

bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan, bahkan kadang perlu dirawat untuk mencegah

supaya penderita tidak membahayakan dirinya maupun orang lain. Pada episode ini dapat

jua ditemui adanya gambaran psikotik (kriteria B). gejala yang timbul tidak diakibatkan

oleh efek langsung dari penggunaan zat atau akibat suatu kondisi medis umum (kriteria C).(2,3)

8

Page 9: Gangguan Mood

Episode campuran ini lebih sering ditemui pada usia muda dan usia di atas 60 tahun

dengan gangguan bipoar dan lebih sering terdapat pada pria daripada wanita.(2,3)

Episode Hipomanik

Episode hipomanik didefinisikan sebagai adanya periode yang terpisah dari mood

yang abnormal dan secara menetap meningkat, meluap dan lekas marah yang berlangsung

selama minimal 4 hari (kriteria A). Episode mood yang abnormal ini disertai oleh

sedikitnya 3 gejala tambahan, yaitu harga diri yang meninggi atau kebesaran (bukan

waham), penurunan kebutuhan tidur, tekanan pada pembicaraan, flight of ideas,

distraktibilitas, peningkatan aktivitas, keterlibatan berlebiahan pada aktivitas yang

berlebihan (kriteria B). episode dihubungkan dengan suatu perubahan yang jelas pada

fungsi yang tidak karakteristik dari orang tersebut jika tidak ada gejala (kriteria C).

gangguan mood dan perubahan fungsi dapat diamati oleh orang lain (kriteria D). episode

tidak cukup parah untuk menyebabkan gangguan yang nyata pada fungsi sosial dan

pekerjaan, atau membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak memiliki ciri psikotik.(1,2,3)

PEMERIKSAAAN STATUS MENTAL

A. Episode Depresif

Deskripsi umum

Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling umum, walaupun

agitasi psikomotor juga sering ditemukan, khususnya pada pasien lanjut usia.

Menggenggamkan tangan dan menarik-narik rambut merupakan gejala agitasi yang paling

umum. Secara klasik, seorang pasien depresi memiliki postur yang membungkuk, tidak

terdapat pergerakan spontan, dan pandangan mata yang putus asa dan memalingkan

pandangan. Pada pemeriksaan fisik, pasien terdepresi menunjukkan gejala retardasi

psikomotor yang jelas yang mungkin tampak serupa dengan pasien skizofrenia katatonik.

Kenyataan tersebut dikenali di dalam DSM-IV dengan dimasukkannya gejala pemberi sifat

(qualifier)”dengan ciri katatonik” untuk beberapa gangguan mood(1).

Mood, afek, dan perasaan

9

Page 10: Gangguan Mood

Depresi merupakan gejala penentu, walaupun kira-kira setengah pasien

menyangkal perasaan depresif dan tidak tampak terdepresi secara khusus. Pasien tersebut

sering kali dibawa keluarganya atau teman kerjanya karena penarikan sosial dan penurunan

aktivitas yang menyeluruh(1,3).

Bicara

Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume bicara yang

menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal, dan menunjukkan respon

yang melambat terhadap pertanyaan. Secara sederhana mungkin pemeriksa harus

menunggu dua atau tiga menit untuk mendapatkan suatu respon terhadap suatu

pertanyaan(1,3).

Gangguan persepsi

Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita episode

depresi dengan ciri psikotik. Beberapa klinisi juga mengatakan istilah “depresi psikotik”

untuk pasien terdepresi yang jelas teregresi –membisu, tidak mandi, berpakaian kotor-

bahkan tanpa adanya waham atau halusinasi. Pasien tersebut kemungkinan lebih baik

digambarkan sebagai memiliki ciri katatonik. Waham dan halusinasi yang sesuai dengan

mood terdepresi dikatakan sesuai mood (mood congruent). Waham sesuai mood pada

seorang pasien terdepresi adalah waham bersalah, memalukan, tidak berguna, kemiskinan,

kegagalan, kejar, dan penyakit somatik terminal (sebagai contoh, kanker dan otak yang

“membusuk”). Isi waham atau halusinasi tidak sesuai mood (mood incongruent) adalah

tidak sesuai dengan mood terdepresi. Waham tidak sesuai pada pasien terdepresi adalah

tema kebesaran berupa tenaga, pengetahuan, dan harga diri yang melambung. Halusinasi

juga terjadi pada episode depresif berat dengan ciri psikotik tetapi relatif jarang(1,3).

Pikiran

Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya

sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang kehilangan, bersalah,

bunuh diri, dan kematian. Kira-kira 10 persen dari semua pasien depresi memiliki gejala

jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan pikiran (thought blocking) dan

kemiskinan isi pikiran yang melanda(1,3).

10

Page 11: Gangguan Mood

Pasien yang paling terdepresi berorientasi terhadap orang, tempat, dan waktu,

walaupun beberapa pasien mungkin tidak memiliki cukup energi atau minat untuk

menjawab pertanyaan tentang hal tersebut selama suatu wawancara. Kira-kira 50 sampai

70 persen dari semua pasien terdepresi memiliki suatu gangguan kognitif yang sering kali

dinamakan pseudodemensia depresif. Pasien tersebut sering kali mengeluh gangguan

konsentrasi dan mudah lupa. (1,3)

Pasien terdepresi dengan ciri psikotik kadang-kadang berpikiran membunuh orang

lain yang terlibat di dalam sistem wahamnya. Tetapi, pasien terdepresi yang paling parah

sering kali tidak memiliki motivasi atau energi untuk bertindak di dalam cara yang

impulsif atau menyerang. Pasien dengan gangguan depresif berada pada resiko yang

meninggi untuk melakukan bunuh diri saat mereka mulai membaik dan mendapatkan

kembali energi yang diperlukan untuk merencanakan dan melakukan suatu bunuh diri

(bunuh diri paradoksikal; paradoxical suicide). Biasanya tidak bijaksana secara klinis

untuk memberikan sejumlah besar peresepan antidepresan pada pasien terdepresi,

khususnya obat trisiklik, pada saat dipulangkan dari rumah sakit(1,3).

Pertimbangan dan tilikan

Tilikan pasien terdepresi terhadap gangguannya sering kali berlebihan; mereka

terlalu menekankan gejalanya, gangguannya dan masalah hidupnya. Adalah sukar untuk

meyakinkan pasien tersebut bahwa perbaikan adalah dimungkinkan. Kekeliruan yang

sering adalah mempercayai tanpa ditawar-tawar lagi seorang pasien terdepresi yang

menyatakan bahwa percobaan medikasi antidepresan yang sebelumnya tidak berhasil.

Dokter psikiatrik tidak boleh memandang kekeliruan informasi pasien sebagai yang

disengaja, karena pemberian informasi yang memberikan harapan tidak dimungkinkan bagi

seseorang yang berada dalam keadaan pikiran terdepresi(1,3).

B. Episode manik

Deskripsi umum

Pasien manik sangat bergairah, banyak bicara, kadang-kadang menggelikan, dan

sering hiperaktif. Suatu waktu mereka jelas psikotik dan terdisorganisasi, memerlukan

pengikatan fisik dan penyuntikan intramuskular obat sedatif(1,3).11

Page 12: Gangguan Mood

Mood, afek, dan perasaan

Pasien manik biasanya euforik tetapi juga dapat lekas marah, khususnya jika mania

telah ditemukan selama beberapa saat. Mereka juga memiliki toleransi frustrasi yang

rendah, yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan. Pasien manik

mungkin secara emosi adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah menjadi

depresi di dalam beberapa menit atau jam(1,3).

Bicara

Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara, mereka sering kali rewel dan

pengganggu bagi orang-orang sekitarnya. Saat mania menjadi lebih kuat, pembicaraan

menjadi lebih lantang, lebih cepat, dan sulit untuk dimengerti. Saat keadaan teraktivasi

meningkat, pembicaraan menjadi penuh gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata-kata,

dan hal-hal yang tidak relevan. Saat tingkat aktivitas lebih meningkat lagi, asosiasi menjadi

longgar. Kemampuan untuk berkonsentrasi menghilang, menyebabkan gagasan yang

meloncat-loncat (flight of ideas), kata yang campur aduk (word salad), dan neologisme.

Pada kegembiraan manik akut, pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak

dapat dibedakan dengan pembicaraan orang skizofrenik(1,3).

Gangguan persepsi

Waham ditemukan pada 75 persen dari semua pasien manik. Waham manik sesuai

mood sering kali melibatkan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan yang luar biasa.

Waham dan halusinasi yang aneh tidak sesuai mood juga ditemukan pada mania(1,3).

Pikiran

Isi pikiran pasien manik termasuk tema kepercayaan diri dan kebesaran diri. Pasien

manik sering kali mudah dialihkan perhatiannya. Fungsi kognitif keadaan manik ditandai

oleh aliran gagasan yang tidak terkendali dan dipercepat. Secara kasar, orientasi dan daya

ingat adalah intak, walaupun beberapa pasien manik mungkin sangat euforik sehingga

mereka menjawab secara tidak tepat. Gejala disebut “mania delirium” (delirious mania)

oleh Emil Kraepelin(1,3).

Kira-kira 75 persen dari semua pasien manik adalah senang menyerang atau mnegancam.

Pasien manik memang berusaha melakukan bunuh diri atau pembunuhan, tetapi insidensi

12

Page 13: Gangguan Mood

perilaku tersebut tidak diketahui. Pasien yang mengancam terutama orang penting lebih

sering menderita gangguan bipolar I daripada skizofrenia(1,3).

Pertimbangan dan tilikan

Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari pasien manik. Mereka mungkin

melanggar peraturan dengan kartu kredit, aktivitas seksual, dan finansial, kadang-kadang

melibatkan keluarganya di dalam kejatuhan finansial. Pasien manik juga memiliki sedikit

tilikan terhadap gangguan yang dideritanya. (1,3)

Pasien manik terkenal tidak dapat dipercaya dalam informasinya. Kebohongan dan

penipuan sering ditemukan pada mania, sering kali menyebabkan klinisi yang tidak

berpengalaman menghadapi pasien manik dengan keremehan yang tidak sesuai(1,3).

BAB III

GANGGUAN DEPRESIF

III.1 GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

Secara klinis ditandai dengan satu atau lebih episode depresif mayor tanpa episode

manik, episode campuran, atau episode hipomanik.(1,2,3) Apabila episode manik,

hipomanik, atau campuran timbul pada gangguan depresif mayor, diagnosis berubah

13

Page 14: Gangguan Mood

menjadi gangguan bipolar. Jika gejala manik atau hipomanik muncul sebagai akibat

langsung dari penggunaan antidepresan, atau akibat penggunaan obat lannya, diagnosis

gangguan depresif mayor tetap sesuai dengan ganguan mood akibat penggunaan zat

sebagai diagnosis tambahan, dengan gejala manik. Begitupula apabila gejala manik atau

hipomanik muncul akibat suatu kondisi medis umum, diagnosis gangaun depresif mayor

tetap ditegakkan dengan menambahkan diagnosis gangguan mood akibat kondisi medis

umum sebagai tambahan.(2)

Epidemiologi

Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan yang sering, dengan prevalensi

seumur hidup adalah kira-kira 15 persen, kemungkinan setinggi 25 persen pada wanita.

Insidensi gangguan depresif berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada pasien

perawatan primer, yang mendekati 10 persen, dan pada pasien medis rawat inap, yang

mendekati 15 persen. Terdapat prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali lebih

besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Alasan adanya perbedaan telah didalilkan

sebagai melibatkan perbedaan hormon, efek kelahiran, perbedaan stressor psikososial bagi

wanita dan bagi laki-laki, dan model perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari. Rata-

rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun; 50 persen dari

semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50 tahun. Gangguan depresif berat juga

mungkin memiliki onset selama masa anak-anak atau pada usia lanjut, walaupun hal

tesebut jarang terjadi.(1) Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada

orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau

berpisah(1,3).

Diagnosis

Karena perasaan sedih dan patah semangat merupakan respon normal pada

manusia, maka sangat penting untuk mampu membedakannya dengan keadaan yang

patologis. Sindrom depresi akan diikuti oleh gejala vegetatif seperti, penurunan nafsu

makan atau insomnia, sehingga menyebabkan penurunan berat badan, meskipun pada

beberapa orang keadaan depresi akan dilawan dengan makan lebih banyak, atau mereka

14

Page 15: Gangguan Mood

makan lebih banyak karena dipaksa oleh orang tua ataupun pasangan sehingga penurunan

berat badan menjadi minimal.(3)

DSM-IV juga menyebutkan mengenai kriteria diagnostik untuk episode pertama

gangguan depresif berat. Perbedaan antara pasien yang menderita episode tunggal

gangguan depresif berat dan pasien yang memiliki dua atau lebih episode gangguan

depresif berat adalah ditekankan karena ketidakpastian perjalanan penyakit yang hanya

menderita satu episode. (1,2)

Kriteria Diagnostik Gangguan Depresif Mayor, Episode Tunggal

A. Adanya episode depresif Mayor tunggalB. Episode depresif Mayor tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoaektif,

dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional atau gangguan psikotik YTT.

C. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik. Catatan: penyingkiran ini tidak berlaku jika semua episode mirip manik, mirip campuran, atau mirip hipomanik adalah diakibatkan oleh zat atau terapi dan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.Sebutkan (untuk episode sekarang atau paling akhir):- Penentu keparahan/psikotik/remisi- Kronik- Dengan ciri katatonik- Dengan ciri melankolik- Dengan ciri atipikal- Dengan onset pascapersalinan

Tabel 2. Kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat episode tunggal menurut

DSM-IV.(1,2,3)

Pasien yang mengalami sekurang-kurangnya episode kedua depresi diklasifikasikan

di dalam DSM-IV sebagai menderita gangguan depresif berat, rekuren. Masalah utama di

dalam mendiagnosis episode rekuren gangguan depresif berat adalah memutuskan kriteria

apa yang digunakan untuk menandakan resolusi masing-masing periode. Dua variabel

adalah derajat resolusi gejala dan lamanya resolusi.

Gangguan depresif mayor, rekuren memiliki kriteria diagnosis

A. Terdapat dua atau lebih episode depresif mayor

Catatan: dipertimbangkan sebagai episode yang terpisah, harus terdapat suatu interval paling kurang 2 bulan berturut-turut dimana kriteria episode depresif mayor

15

Page 16: Gangguan Mood

tidak terpenuhi.

B. Episode depresi mayor tidak lebih baik dijelaskan oleh ganguan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia, Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, ata Gangguan Psikotik yang Tak Ditentukan

C. Tidak pernah terdapat episode manik episode campuran, atau episode manik

Catatan: penyingkiran ini tidak digunakan jika episode mirip manik, mirip camputan,atau mirip hipomanik yang diinduksi zat atau pengobatan atau karena efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.

Jika saat ini memenuhi kriteria suatu episode depresi mayor, sebutkan status dan/atau gambaran klinis saat ini: Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik/berat dengan ciri psikotik, kronik, dengan ciri katatonik, dengan ciri melankolik, dengan ciri atipikal, dengan onset post partum

Jika saat ini tidak memenuhi kriteria suatu episode depresi mayor, sebutkan status klinis saat ini dari gangguan depresi mayor atau ciri pada episode paling akhir: dalam remisi parsial, dalam remisi penuh, kronik, dengan ciri katatonik, dengan ciri melankolik, dengan ciri atipikal, dengan onset post partum

Tabel 3. Kriteria diagnostik gangguan depresif mayor, rekuren menurut DSM-IV(1,2,3)

DSM-IV mendefinisikan tiga ciri gejala tambahan yang dapat digunakan untuk

menggambarkan pasien dengan berbagai gangguan mood. Dua ciri gejala “cross-sectional”

(ciri melankolik dan ciri atipikal) adalah terbatas pada deskripsi episode depresif. Ciri

gejala “cross-sectional” ketiga (ciri katatonik) dapat diterapkan untuk mendeskripsikan

episode depresif maupun manik(1,2,3).

Kriteria Diagnostik untuk Penentu ciri Melankolik

Sebutkan jika: dengan ciri melankolik (dapat digunakan untuk episode depresif berat yang terjadi dalam gangguan depresif berat , gangguan bipolar I atau gangguan bipolar II hanya jika ini merupakan tipe episode manik yang paling akhir)

A. Salah satu berikut ini, terjadi selama periode yang paling parah dari episode sekarang

(1) Hilangnya kesenangan dalam semua, atau hampir semua aktivitas

(2) Hilangnya reaktivitas terhadap stimuli yang biasanya menyenangkan (tidak merasa jauh lebih baik, walaupun sementara, jika terjadi sesuatu yang baik)

B. Tiga (atau lebih) berikut:

(1) Kualitas mood terdepresi yang jelas (yaitu, mood terdepresi dirasakan sebagai

16

Page 17: Gangguan Mood

jelas berbeda dari jenis perasaan yang dialami setelah kematian seseorang yang dicintai)

(2) Depresi secara teratur memburuk di pagi hari

(3) Terbangun dini hari (sekurangnya 2 jam sebelum waktu terbangun yang biasanya)

(4) Retardasi atau agitasi psikomotor yang jelas

(5) Anoreksia atau penurunan berat badan yang bermakna

(6) Rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai

Tabel 4. Kriteria Diagnostik untuk Penentu Ciri melankolik menurut DSM-IV (1,2,3)

Kriteria untuk penentu Ciri Atipikal

Sebutkan jika: dengan ciri atipikal (dapat digunakan jika ciri tersebut menonjol selama 2 minggu terakhir dari episode depresif berat dalam gangguan depresif berat atau dalam gangguan bipolar I atau dalam gangguan bipolar II jika episode depresif berat adalah tipe episode mood yang paling akhir, atau jika ciri tersebut menonjol selama 2 tahun terakhir gangguan distimik)

A. Reaktivitas mood (yaitu, mood menjadi terang sebagai respon kejadian positif yang sesungguhnya atau kemungkinan terjadi )

B. Dua (atau lebih) ciri berikut, ditemukan pada sebagian besar waktu, selama sekurangnya 2 minggu:

(1) Penambahan berat badan yang bermakna atau peningkatan nafsu makan

(2) Hipersomnia

(3) Paralisis timah (Leaden paralysis) (yaitu, perasaan berat seperti timah pada lengan atau tungkai)

(4) Pola kepekaan penolakan interpersonal yang berlangsung lama (tidak terbatas pada episode gangguan mood) yang menyebabkan gangguan sosial atau pekerjaan yang bermakna.

C. Kriteria tidak memenuhi ciri melankolik atau dengan ciri katatonik selama episode yang sama.

Tabel 5. Kriteria diagnostik untuk penentu ciri atipikal menurut DSM-IV (1,2,3)

Kriteria untuk Penentu ciri Katatonik

Sebutkan jika: dengan ciri katatonik (dapat digunakan untuk epidode depresif berat sekarang atau paling akhir, episode manik, atau episode campuran dalam gangguan

17

Page 18: Gangguan Mood

depresif berat, gangguan bipolar I atau gangguan bipolar II)

Gambaran klinis didominasi oleh sekurangnya dua dari berikut:

(1) Imobilitas motorik seperti yang ditunjukkan oleh katalepsi (termasuk fleksibilitas lilin) atau stupor

(2) Aktivitas motorik yang berlebihan (yang tampaknya tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

(3) Negativisme yang ekstrim (suatu resistensi yang tampaknya tanpa motivasi terhadap semua instruksi atau mempertahankan suatu postur yang kaku yang menentang semua usaha untuk digerakkan) atau mutisme

(4) Gerakan volunter yang aneh seperti yang ditunjukkan oleh posturing (secara volunter mengambil postur yang tidak sesuai atau aneh), gerakan stereotipik, mennerisme yang menonjol, atau seringai yang menonjol

(5) Ekolalia atau ekopraksia

Tabel 6. Kriteria diagnostik untuk penentu ciri katatonik menurut DSM-IV (1,2,3)

DIAGNOSIS BANDING

GANGGUAN MEDIS

Jika suatu kondisi medis nonpsikiatrik menyebabkan suatu gangguan mood,

diagnosis DSM-IV adalah gangguan mood karena kondisi medis umum. Jika suatu zat

menyebabkan gangguan mood, diagnosis DSM-IV adalah gangguan mood akibat zat.(1,2)

Sebagian besar penyebab organik gangguan depresif dapat dideteksi dengan

riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik dan neurologis yang lengkap, dan tes darah

dan urine rutin. Pada gangguan mood akibat penggunaan zat, aturan penting yang

beralasan adalah bahwa tiap obat yang digunakan pasien depresi harus dianggap sebagai

faktor potensial di dalam hipertensi, sedatif, hipnotik, antipsikotik, antiepileptik, obat

antiparkinson, analgesik, antibakteri, dan antineoplastik semuanya sering disertai gejala

depresif(1).

KONDISI NEUROLOGIS

Masalah neurologis yang paling umum bermanifestasi sebagai gejala depresif

adalah penyakit parkinson, penyakit yang menimbulkan demensia (termasuk demensia tipe

Alzheimer), epilepsi, penyakit serebrovaskuler, dan tumor.gejala depresif sering kali

berespon terhadap obat antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT)(1.3).

18

Page 19: Gangguan Mood

PSEUDODEMENSIA

Klinisi biasanya dapat membedakan pseudodemensia gangguan depresif berat dari

demensia suatu penyakit, serta demensia tipe Alzheimer, atas dasar klinis. Gejala kognitif

pada gangguan depresif berat memiliki onset yang tiba-tiba, dan gejala lain dari gangguan

depresif berat, seperti menyalahkan diri sendiri, sering ditemukan. Pasien terdepresi

dengan gangguan kognitif sering kali mencoba menjawab pertanyaan (“saya tidak tahu”),

sedangkan pasien demensia sering kali berkonfabulasi. Pada pasien terdepresi, daya ingat

belum lama adalah lebih terganggu daripada daya ingat jauh. Dan pasien terdepresi sering

kali dapat dilatih dan didorong selama wawancara untuk mengingat, suatu kemampuan

yang tidak dimiliki oleh pasien demensia(1.3).

Gangguan mental yang tertulis dalam tabel di bawah ini adalah yang utama harus

dipertimbangkan di dalam diagnosis banding.

Gangguan Mental yang Sering Memiliki ciri depresif

Gangguan penyesuaian dengan mood terdepresiGangguan penggunaan alkoholGangguan kecemasan:

Gangguan kecemasan umumGangguan kecemasan-depresif campuranGangguan panikGangguan stres pascatraumatisGangguan obesesif-kompulsif

Gangguan makan:Anoreksia nervosaBulimia nervosa

Gangguan moodGangguan bipolar IGangguan bipolar IIGangguan siklotimikGangguan distimikGangguan depresif beratGangguan depresif ringanGangguan karena kondisi medis umumGangguan depresif singkat rekurenGangguan mood akibat zat

SkizofreniaGangguan skizofreniformGangguan somatoform (terutama gangguan somatisasi)

Tabel 7. Berbagai macam gangguan mental yang sering memiliki ciri depresif(1,2,3)

19

Page 20: Gangguan Mood

PROGNOSIS

Gangguan depresif berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini

cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien

yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif berat memiliki

kemungkinan 50 persen untuk pulih di dalam tahun pertama. Persentasi pasien yang

sembuh setelah perawatan di rumah sakit menurun dengan berjalannya waktu, dan pada

waktu lima tahun pasca perawatan di rumah sakit, 10 sampai 15 persen pasien tidak pulih.

Banyak pasien yang tidak sembuh tetap menderita gangguan distimik. Rekurensi episode

depresif berat juga sering. Kira-kira 25 persen pasien mengalami suatu rekurensi dalam

enam bulan pertama setelah pulang dari rumah sakit, kira-kira 30 sampai 50 persen dalam

dua tahun pertama, dan kira-kira 50 sampai 75 persen dalam lima tahun. Insidensi relaps

adalah jauh lebih rendah daripada angka tersebut pada pasien yang meneruskan terapi

psikofarmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya mengalami satu atau dua

episode depresif. Pada umumnya, saat pasien mengalami lebih banyak episode depresif,

waktu antara episode memendek, dan keparahan masing-masing episode meningkat(1,4).

Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, dan tinggal di rumah sakit dalam

waktu yang singkat adalah indikator prognostik baik. Indikator psikososial perjalanan

penyakit yang baik adalah riwayat persahabatan yang erat selama remaja, fungsi keluarga

yang stabil, dan fungsi sosial yang biasanya kokoh selama lima tahun sebelum penyakit.

Tanda prognostik baik tambahan adalah tidak adanya gangguan psikiatrik komorbid, tidak

adanya gangguan kepribadian, tidak lebih dari satu kali perawatan di rumah sakit

sebelumnya untuk gangguan depresif berat, dan usia onset yang lanjut. Kemungkinana

prognosis buruk meningkat oleh adanya penyerta gangguan distimik, penyalahgunaan

alkohol dan zat lain, gejala gangguan kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode

depresif sebelumnya. Laki-laki lebih mungkin mengalami perjalanan penyakit yang secara

kronis mengganggu dibandingkan wanita(1,2,3,4).

Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan; sebagian besar

episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan antidepresan sebelum 3

bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala. Saat perjalanan penyakit

berkembang, pasien cenderung menderita episode depresif yang lebih sering dan

berlangsung lama(1,3).

20

Page 21: Gangguan Mood

Kira-kira 5 sampai 10 persen pasien dengan diagnosis awal gangguan depresif berat

menderita suatu episode manik 6 sampai 10 tahun setelah episode depresif awal. Usia rata-

rata untuk pergantian tersebut adalah 32 tahun, dan keadaan ini sering terjadi setelah dua

sampai empat episode depresif(1,3).

TERAPI

1. Perawatan di rumah Sakit

Indikasi jelas untuk perawatan di rumah sakit adalah perlunya prosedur diagnostik,

resiko bunuh diri atau membunuh, dan penurunan jelas kemampuan pasien dalam

mendapatkan makanan atau tempat berlindung. Riwayat gejala yang berkembang dengan

cepat dan hancurnya sistem pendukung pasien juga merupakan indikasi untuk perawatan di

rumah sakit(1,3).

Depresi ringan atau hipomanik dapat secara aman diobati di tempat praktik jika

dokter memeriksa pasien secara sering. Tanda klinis gangguan pertimbangan, penurunan

berat badan, atau insomnia harus minimal. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak

terlibat terlalu banyak maupun tidak menjauhi pasien. Pasien dengan gangguan mood

sering kali tidak bisa ke rumah sakit secara sukarela, sedangkan pasien depresif berat

sering kali tidak mampu mengambil keputusan karena pikiran mereka yang melambat,

pandangan kata yang negatif, dan putus asa. Pasien manik sering kali tidak memiliki sama

sekali tilikan secara lengkap tentang gangguan mereka sehingga perawatan di rumah sakit

tampaknya sangat menggelikan bagi mereka(1,3).

2. Terapi psikososial

Secara spesifik, beberapa data menyatakan bahwa farmakoterapi maupun

psikoterapi saja tidak efektif, sekurangnya pada pasien dengan episode depresif berat yang

ringan, dan bahwa penggunaan teratur terapi kombinasi menambah biaya terapi dan

memaparkan pasien dengan efek samping yang tidak diperlukan. Tiga jenis terapi

psikososial jangka pendek –terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku- telah

diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresif berat. Terapi kognitif

21

Page 22: Gangguan Mood

bertujuan menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu

pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif,

flekibel, dan positif; melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru(1,3).

Terapi interpersonal adalah efektif di dalam pengobatan gangguan depresif berat

dan mungkin, tidak mengejutkan, secara spesifik membantu menjawab masalah

interpersonal. Pada terapi perilaku, dengan memusatkan pada perilaku maladaptif di dalam

terapi, pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana mereka

mendapatkan dorongan positif. Sementara itu, terapi keluarga dapat dilakukan dengan

indikasi jika gangguan membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga pasien atau jika

gangguan mood adalah dikembangkan atau dipertahankan oleh situasi keluarga(1,3).

3. Farmakoterapi

Pengobatan yang efektif dan spesifik (sebagai contoh, obat trisiklik) telah tersedia

untuk pengobatan gangguan depresif berat selama 40 tahun.penggunaan farmakoterapi

spesifik kira-kira menggandakan kemungkinan bahwa seorang pasien yang terdepresi akan

pulih dalam satu bulan. Beberapa masalah ada di dalam pengobatan gangguan depresif

berat; beberapa pasien tidak berespon terhadap pengobatan pertama; semua antidepresan

yang tersedia sekarang ini memerlukan waktu tiga sampai empat minggu untuk

menunjukkan efek terapeutik yang bermakna, walaupun mungkin dapat mulai

menunjukkan efeknya lebih awal; dan, sampai belum lama ini, semua antidepresan yang

tersedia adalah toksik pada overdosis dan memiliki efek merugikan(1,3).

Tetapi sekarang, diperkenalkannya bupropion dan serotonin-specific reuptake

inhibitors (SSRIs) –sebagai contoh, fluoxetine, paroxetine (paxil), dan setraline (Zoloft)-

memberikan klinisi obat yang jauh lebih baik ditoleransi daripada obat yang sebelumnya

tetapi sama efektifnya(1,3).

Indikasi utama untuk antidepresan adalah episode depresif berat. Gejala pertama

yang membaik adalah pola tidur dan makan yang terganggu, walaupun mungkin hal

tersebut mungkin kurang benar jika SSRIs digunakan dibandingkan digunakan obat

trisiklik. Agitasi, kecemasan, episode depresif, dan keputusasaan adalah gejala selanjutnya

yang membaik. Gejala sasaran lainnya adalah energi yang rendah, konsentrasi yang buruk,

ketidakberdayaan, dan penurunan libido. Terapi elektrokonvulsif (ECT) biasanya

22

Page 23: Gangguan Mood

digunakan jika (1) pasien tidak responsif terhadap farmakoterapi, (2) pasien tidak dapat

menoleransi farmakoterapi, atau (3) situasi klinis adalah sangat parah sehingga diperlukan

perbaikan cepat yang terlihat pada ECT(1,3).

III.2 GANGGUAN DISTIMIK

Gangguan distimik adalah suatu gangguan kronis yang ditandai oleh adanya mood

yang terdepresi (atau mudah marah pada anak-anak dan remaja) yang berlangsung hampir

sepanjang hari dan ditemukan pada sebagian besar hari. Istilah “distimia” yang berarti

humor yang buruk diperkenalkan pada tahun 1980 dan diganti menjadi “gangguan

distimik” di dalam DSM-IV.(1,2)

Epidemiologi

Gangguan distimik merupakan gangguan yang sering ditemukan di antara populasi

umum, yang mengenai 3 sampai 5 persen dari semua orang yang mengenai antara setengah

dan sepertiga dari semua pasien klinik. Gangguan distimik adalah lebih sering pada wanita

yang berusia kurang dari 64 tahun dibandingkan laki-laki setiap usia. Gangguan distimik

juga lebih sering ditemukan di antara orang yang tidak menikah dan orang muda dan pada

orang dengan penghasilan yang rendah(1,3).

Etiologi

Tema utama tentang penyebab gangguan distimik adalah apakah gangguan ini

berhubungan dengan diagnosis psikiatrik lain, termasuk gangguan depresif berat dan

gangguan kepribadian ambang(1,3).

1. Faktor Biologis

Satu hipotesis yang diambil dari data ialah bahwa dasar biologis untuk gejala

gangguan distimik, dan gangguan depresif berat adalah serupa; tetapi, dasar

biologis untuk patofisiologi dasar untuk kedua gangguan adalah berbeda.

2. Faktor Psikososial

Teori psikodinamika tentang perkembangan gangguan distimik menyatakan bahwa

gangguan disebabkan oleh kesalahan perkembangan kepribadian dan ego, yang

memuncak dalam kesulitan dalam beradaptasi pada masa remaja dan dewasa muda.

23

Page 24: Gangguan Mood

Teori kognitif tentang depresi juga berlaku pada gangguan distimik; teori ini

menyatakan bahwa ketidaksesuaian antara situasi nyata dan situasi yang

dikhayalkan menyebabkan menurunnya harga diri dan rasa putus asa.

Diagnosis

Kriteria diagnostik memerlukan adanya mood yang terdepresi pada sebagian besar

waktu untuk sekurangnya dua tahun (atau satu tahun untuk anak-anak dan remaja). Untuk

memenuhi kriteria diagnostik, pasien tidak boleh memiliki gejala yang lebih baik

dilaporkan sebagai gangguan depresif berat. Pasien tidak boleh memiliki episode manik

atau hipomanik. DSM-IV memungkinkan klinisi untuk menentukan apakah onset adalah

awal (sebelum usia 21 tahun) atau akhir ( usia 21 tahun dan lebih) (1,3).

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Distimik

A. Mood terdepresi untuk sebagian besar hari, lebih banyak hari dibandingkan tidak, seperti yang ditunjukkan keterangan subjektif atau pengalaman orang lain, sekurangnya 2 tahun. Catatan: pada anak-anak dan remaja, mood dapat mudah tersinggung dan lama harus sekurangnya 1 tahun.

B. Adanya saat terdepresi dua (atau lebih) berikut:

(1) Nafsu makan yang buruk atau berlebihan

(2) Insomnia atau hipersomnia

(3) Energi lemah atau lelah

(4) Harga diri yang rendah

(5) Konsentrasi buruk atau sulit mengambil keputusan

(6) Perasaan putus asa

C. Selama periode 2 tahun (1 tahun untuk anak-anak atau remaja) gangguan, orang tidak pernah tanpa gejala dalam kriteria A dan B selama lebih dari 2 bulan suatu waktu.

D. Tidak pernah ada episode depresif berat selama 2 tahun pertama gangguan (1 tahun untuk anak-anak dan remaja), yaitu gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan depresif berat kronis, atau gangguan depresif berat, dalam remisi parsial.

Catatan: mungkin terdapat episode depresif berat sebelumnya asalkan terdapat remisi lengkap (tidak ada tanda atau gejala bermakna selama 2 bulan) sebelum perkembangan distimik. Di samping itu setelah 2 tahun awal dari gangguan

24

Page 25: Gangguan Mood

distimik mungkin terdapat episode gangguan depresif berat yang menumpang pada kasus tersebut, kedua diagnosis dapat diberikan jika memnuhi kriteria untuk episode depresif berat.

E. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik, dan tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan siklotimik.

F. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan psikotik kronis, seperti skizofrenia atau gangguan delusional.

G. Gejala tidak merupakan efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.

H. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Tabel 8. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Distimik menurut DSM-IV (1,2)

Gambaran Klinis

Gangguan distimik merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai bukan saja

oleh episode penyakit, tetapi, malahan oleh adanya gejala secara menetap. Gejalanya

serupa dengan gejala gangguan depresif berat, dan adanya mood terdepresi-ditandai oleh

adanya perasaan muram, murung, kesedihan, atau berkurangnya dan tidak ada minat pada

aktivitas pasien biasanya- adalah pusat dari gangguan. Keparahan gejala depresif dalam

gangguan distimik biasanya lebih kecil daripada gangguan depresif berat, tetapi tidak

adanya episode yang terpisah adalah hal yang paling mengarahkan pada diagnosis

gangguan distimik(1,3).

Pasien dengan gangguan distimik kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistik,

memikirkan hal yang sedih, membutuhkan, dan mengeluh. Mereka dapat juga tegang dan

kaku dan menolak intervensi terapeutik, kendatipun mereka datang secara teratur pada

perjanjian. Menurut definisinya, pasien gangguan distimik tidak memiliki adanya gejala

psikotik(1,3).

Gejala penyerta adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang

rendah, hilangnya energi, retardasi psikomotor, penurunan dorongan seksual, dan

preokupasi obsesif dengan masalah kesehatan. Pesimisme, keputusasaan, dan

ketidakberdayaan dapat menyebabkan pasien gangguan distimik terlihat sebagai

masokistik. Tetapi, jika pesimisme diarahkan keluar, pasien dapat bersikap kasar terhadap

dunia dan mengeluh bahwa mereka telah diperlakukan buruk oleh sanak saudaranya, anak-

25

Page 26: Gangguan Mood

anak, orang tua, teman sejawat, dan oleh sistem.Gangguan di dalam fungsi sosial kadang-

kadang merupakan alasan mengapa pasien dengan gangguan distimik mencari pengobatan.

Pasien dengan gangguan distimik kemungkinan menggunakan alkohol, stimulan atau

marijuana, pemilihan kemungkinan tergantung terutama pada konteks sosial pasien(1,3).

Diagnosis Banding

Pada dasarnya serupa dengan gangguan depresif berat. Dua gangguan khususnya

penting untuk dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan distimik –gangguan

depresif ringan dan gangguan depresif singkat rekuren(1,3).

Gangguan depresif ringan ditandai oleh episode gejala depresif yang kurang parah

dibandingkan gejala pada gangguan depresif berat. Perbedaannya terletak pada sifat

episodik, yaitu pada pasien dengan gangguan depresif ringan memiliki mood yang eutimik,

sedangkan pasien gangguan distimik tidak memiliki periode eutimik(1,3).

Gangguan depresif singkat rekuren berbeda dengan pasien gangguan distimik pada

dua hal; pertama, mereka memiliki gangguan episodik, dan, kedua, keparahan gejalanya

adalah lebih besar(1,3).

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Data yang tersedia menyatakan bahwa hanya 10 sampai 15 persen pasien gangguan

distimik yang berada dalam remisi satu tahun setelah diagnosis awal. Kira-kira 25 persen

dari semua pasien gangguan distimik tidak pernah mencapai pemulihan yang lengkap.

Terapi

Kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif maupun perilaku mungkin merupakan

pengobatan yang paling efektif untuk gangguan. Data menyatakan bahwa inhibitor

monoamin oksidase (MAOIs) mungkin lebih bermanfaat dibanding obat trisiklik. Relatif

baru diperkenalkannya inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRIs) yang

ditoleransi dengan baik telah menyebabkan obat sering digunakan oleh pasien dengan 26

Page 27: Gangguan Mood

gangguan distimik; laporan pendahuluan menyatakan bahwa SSRI mungkin merupakan

obat terpilih untuk gangguan. Demikian juga laporan awal menyatakan bahwa bupropion

mungkin merupakan pengobatan yang efektif untuk pasien dengan gangguan distimik.

Simpatomimetik, seperti amfetamin, juga telah digunakan pada pasien tertentu. Perawatan

di rumah sakit biasanya tidak diindikasikan untuk gangguan distimik. Tetapi, adanya gejala

yang parah, inkapasitas sosial atau profesional yang nyata, membutuhkan prosedur

diagnostik yang luas, dan gagasan bunuh diri semuanya merupakan indikasi untuk

perawatan di rumah sakit(1,3).

BAB IV

GANGGUAN BIPOLAR

IV.1 GANGGUAN BIPOLAR I

Epidemiologi

Gangguan bipolar I merupakan gangguan yang lebih jarang dari gangguan depresif

berat, dengan prevalensi seumur hidup adalah 2 persen, sama dengan angka untuk

skizofrenia.(1) Berbeda dengan gangguan depresif berat, gangguan bipolar I mempunyai

prevalensi yang sama bagi laki-laki dan wanita.(1)

Pada umumnya, onset gangguan bipolar I adalah lebih awal daripada onset

gangguan depresif berat. Usia onset untuk gangguan bipolar I terentang dari masa anak-

anak (paling awal usia 5 atau 6 tahun) sampai 50 tahun atau bahkan lebih lanjut pada kasus

yang jarang, dengan rata-rata usia 30 tahun.

Gangguan bipolar I lebih sering pada orang yang bercerai dan hidup sendirian

daripada orang yang menikah. Insidensi gangguan bipolar I yang lebih tinggi dari biasanya

memang ditemukan pada sosioekonomi tinggi, kemungkinan karena adanya praktik

diagnostik yang mengalami bias. Gangguan ini lebih sering pada orang yang tidak lulus

dari perguruan tinggi daripada lulusan perguruan tinggi, kemungkinan mencerminkan usia

onset yang relatif awal untuk gangguan tersebut(1,3).

Diagnosis

27

Page 28: Gangguan Mood

DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV) telah membuat

definisi kriteria Gangguan Bipolar I, yaitu gejala klinis yang ditandai dengan satu atau

lebih episode manik atau episode campuran. Sering individu juga telah ada riwayat satu

atau lebih episode depresi mayor(1,3).

DSM IV telah membuat klasifikasi dan kriteria diagnosis untuk masing-masing

klasifikasi.

A. Gangguan Bipolar I, Episode Manik Tunggal

Kriteria Diagnosis :

A. Terdapat hanya satu Episode Manik dan tidak ada Episode Depresi Mayor

sebelumnya.

Catatan : Rekurensi didefinisikan sebagai suatu perubahan polaritas dari

depresi atau suatu interval paling kurang 2 bulan tanpa gejala manik.

B. Episode Manik tidak lebih baik dijelaskan oleh Gangguan Skizoafektif dan

tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia, Gangguan Skizofrenifrom,

Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik yang tidak ditentukan.

B. Gangguan Bipolar I, Episode Paling Akhir Manik

Kriteria Diagnosis :

A. Saat ini (atau paling akhir) dalam Episode Manik

B. Terdapat paling kurang satu Episode Depresi Mayor, Episode Manik, atau

Episode Campuran sebelumnya.

C. Episode Mood pada kriteria A dan B tidak lebih baik dijelaskan oleh

Gangguan Skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia,

Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik

Yang Tidak Ditentukan.

C. Gangguan Bipolar I, Episode Paling Akhir Campuran

Kriteria Diagnosis :

28

Page 29: Gangguan Mood

A. Saat ini (atau paling akhir) dalam Episode Campuran.

B. Terdapat paling kurang satu Episode Depresi Mayor, Episode Manik, atau

Episode Campuran sebelumnya.

C. Episode Mood pada Kriteria A dan B tidak lebih baik dijelaskan oleh

Gangguan Skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia,

Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik

Yang Tidak Ditentukan.

D. Gangguan Bipolar I, Episode Paling Akhir Depresi

Kriteria Diagnosis :

A. Saat ini (atau paling akhir) dalam Episode Depresi Mayor.

B. Terdapat paling kurang satu Episode Manik, atau Episode Campuran

sebelumnya.

C. Episode Mood pada Kriteria A dan B tidak lebih baik dijelaskan oleh

Gangguan Skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia,

Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik

Yang Tidak Ditentukan.

E. Gangguan Bipolar I, Episode Paling Akhir Tidak Ditentukan

Kriteria Diagnosis :

A. Kecuali durasi, saat ini (atau paling akhir) memenuhi kriteria untuk suatu

Episode Manik, Hipomanik, Campuran, atau Depresi Mayor.

B. Terdapat paling kurang satu Episode Manik, atau Episode Campuran

sebelumnya.

C. Gejala mood menyebabkan penderitaan secara klinis yang bermakna atau

gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi bidang penting lainnya.

D. Gejala Mood pada Kriteria A dan B tidak lebih baik dijelaskan oleh

Gangguan Skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan Skizofrenia,

Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, atau Gangguan Psikotik

Yang Tidak Ditentukan.

E. Gejala mood pada Kriteria A dan B bukan karena efek fisiologis langsung

dari zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan, atau terapi lainnya)

atau suatu kondisi medis umum (misalnya, hipertiroidisme).

29

Page 30: Gangguan Mood

Perjalanan Penyakit

Gangguan bipolar I paling sering dimulai dengan depresi (75% pada wanita, 67%

pada laki-laki) dan gangguan yang rekuren. Sebagian besar pasien menjalani episode

depresif maupun manik walaupun 10-20 persen hanya mengalami episode manik. Episode

manik biasanya memiliki onset yang cepat (beberapa jam atau beberapa hari), tetapi dapat

berkembang lebih dari satu minggu. Beberapa pasien gangguan bipolar I mengalami

episode yang berulang dengan cepat. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan

berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung

lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang

usia lanjut.

Gangguan bipolar I dapat mengenai anak yang sangat muda maupun lanjut usia,

insidensi gangguan bipolar pada anak dan remaja adalah kira-kira satu persen dan onset

awalnya pada usia delapan tahun. Gangguan bipolar I dengan onset awal tersebut disertai

prognosis buruk.

Terapi

IV.2 GANGGUAN BIPOLAR II

Ciri khas yang penting pada gangguan bipolar II secara klinis adalah ditandai

dengan munculnya satu atau lebih episode depresif berat (kriteria A), yang disertai dengan

paling sedikit satu episode hipomanik (kriteria B). adanya episode manik atau episode

campuran menyingkirkan diagnosis gangguan bipolar II (kriteria C). selain itu gejala mood

pada kriteria A dan B tidak lebih baik untuk dimasukkan ke dalam gangguan skizoafektif,

dan tidak tumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,gangguan delusional, atau

gangguan psikotik YTT (kriteria D). gejala menyebabkan gangguan yang nyata pda fungsi

sosial, pekerjaan, dan bidang penting lainnya (kriteria E).(2)

Klinisi telah melaporkan bahwa beberapa pasien gejala utama tampaknya adalah

episode depresif, tetapi perjalanan gangguan diselingi oleh episode gejala manik ringan

(yaitu, episode hipomanik). Gangguan tersebut telah dinamakan gangguan bipolar II (oleh

peneliti yang berpendapat bahwa gangguan berada di dalam spektrum gangguan bipolar)

30

Page 31: Gangguan Mood

dan gangguan depresif berat dengan episode hipomanik (oleh peneliti yang berpendapat

bahwa gangguan berada di dalam spektrum gangguan depresif).

Epidemiologi gangguan bipolar II adalah tidak diketahui secara tepat pada saat ini

karena relatif baru dikenalinya gangguan ini. Kriteria diagnostik untuk gangguan bipolar II

menyebutkan keparahan, frekuensi, dan durasi tertentu untuk gejala hipomanik. Kriteria

diagnostik untuk episode hipomanik dituliskan secara terpisah dari kriteria untuk gangguan

bipolar II.

Gambaran klinis gangguan bipolar II adalah gangguan depresif berat

dikombinasikan dengan gambaran episode hipomanik. Diagnosis bandingnya termasuk

gangguan bipolar I, gangguan depresif berat, dan gangguan kepribadian ambang.

Pengobatan gangguan bipolar II harus dilakukan secara berhati-hati, karena

pengobatan episode depresif dengan antidepresan sering kali dapat mencetuskan suatu

episode manik.

IV.3 GANGGUAN SIKLOTIMIK

Dalam DSM-IV, gangguan siklotimik dibedakan dari gangguan bipolar II, yang

ditandai oleh adanya episode depresif berat dan episode hipomanik. Seperti gangguan

distimik, kategorisasi gangguan siklotimik dengan gangguan mood menyatakan adanya

hubungan, kemungkinan biologis, dengan gangguan bipolar I(1,3).

Epidemiologi

Pasien dengan gangguan siklotimik mungkin berjumlah 3 sampai 10 persen dari

semua pasien psikiatrik rawat jalan. Diperkirakan 10 persen dari rawat jalan dan 20 persen

dari rawat inap gangguan kepribadian ambang memiliki diagnosis gangguan siklotimik

secara bersama-sama. Rasio wanita terhadap laki-laki dalam gangguan siklotimik adalah

kira-kira 3 berbanding 2, dan 50 sampai 75 persen dari semua pasien memiliki onset antara

usia 15 dan 25 tahun.

Etiologi

31

Page 32: Gangguan Mood

Etiologi gangguan siklotimik diperkirakan sama dengan gangguan distimik, yaitu

faktor biologis dan faktor psikososial.

Diagnosis

Kriteria diagnostik gangguan siklotimik menurut DSM-IV mengharuskan pasien tidak

pernah memiliki kriteria untuk suatu episode depresif berat dan tidak memenuhi kriteria untuk

episode manik selama 2 tahun pertama gangguan. Kriteria juga mengharuskan adanya gejala yang

lebih atau kurang konstan selama dua tahun (atau satu tahun untuk anak-anak dan remaja).

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Siklotimik

A. Selama sekurangnya 2 tahun, adanya banyak episode dengan gejala hipomanik dan

banyak periode dengan gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria untuk episode

depresif berat.

B. Selama periode 2 tahun di atas, orang tidak pernah tanpa gejala dalam kriteria A

selama lebih dari 2 bulan.

C. Tidak ada episode depresif berat, episode manik, atau episode campuran yang

ditemukan selama 2 tahun pertama gangguan.

Catatan: setelah 2 tahun pertama dari gangguan siklotimik, mungkin terdapat

episode manik atau campuran yang menumpang atau episode depresif berat.

D. Gejala dalam kriteria A tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoafektif

dan tidak menumpang pada skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan

delusional, atau gangguan psikotik yang tidak ditentukan.

E. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi

medis umum.

F. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan

dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Tabel 8. Kriteria diagnostik untuk gangguan siklotimik menurut DSM-IV. (1,2,3)

Gambaran Klinis

32

Page 33: Gangguan Mood

Gejala gangguan siklotimik adalah identik dengan gejala yang ditemukan pada

pada gangguan bipolar I, kecuali biasanya kurang parah. Tetepi, kadang-kadang gejala

mungkin sama dalam keparahannya tetapi dengan durasi yang lebih singkat daripada yang

terlihat pada gangguan bipolar I. kira-kira setengah dari semua pasien gangguan siklotimik

mengalami depresi sebagai gejala utamanya(1,2,3).

Penyalahgunaan alkohol dan penyalahgunaan zat lain sering ditemukan pada pasien

gangguan siklotimik, yang menggunakan zat untuk mengobati dirinya sendiri (dengan

alkohol, benzodiazepin, dan marijuana) atau untuk mencapai stimulasi yang lebih tinggi

saat mereka dalam keadaan manik(1,3).

Diagnosis Banding

Jika suatu diagnosis gangguan siklotimik dipertimbangkan, semua penyebab medis

dan berhubungan zat yang mungkin untuk depresi dan mania harus dipertimbangkan.

Gangguan kepribadian ambang, antisosial, histrionik, dan narsistik juga harus

dipertimbangkan di dalam diagnosis banding.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Kira-kira sepertiga dari semua pasien gangguan siklotimik berkembang memiliki

gangguan depresif berat, paling sering gangguan bipolar II(1,3).

Karena sifat gangguan siklotimik yang jangka panjang, pasien seringkali

memerlukan terapi seumur hidup. Terapi keluarga dan kelompok dapat berupa suportif,

edukasional,dan terapeutik untuk pasien dan mereka yang terlibat di dalam kehidupan

pasien(1,3).

TERAPI GANGGUAN MOOD

Terapi pada gangguan bipolar ini adalah secara farmakoterapi dan psikoterapi

1. Farmakoterapi

Medikasi yang diberikan sesuai dengan keadaan episode bipolar (manik atau

depresi). Maka itu, beberapa obat diindikasikan untuk episode akut manik, terutama

antipsikotik, valproat, dan benzodiazepine(contoh: lorazepam, clonazepam). Pilihan dari 33

Page 34: Gangguan Mood

obat tersebut tergantung dari gejala yang ada seperti gejala psikosis, agitasi, agresif, dan

gangguan tidur. Antipsikotik atipikal digunakan untuk pengobatan mania akut dan untuk

menstabilkan mood. Antidepresi spektrum luas dan ECT (Elecro Convulsive Therapy)

digunakan untuk episode depresi akut (contoh: depresi mayor).

a. Mood Stabilizing Medications (Medikasi Penstabil Mood) biasanya merupakan

terapi lini pertama. Umumnya, pasien dengan gangguan bipolar melanjutkan terapi

ini selama beberapa tahun.

(1) Lithium sangat efektif mengontrol gejala mania dan mencegah rekuren episode

mania dan depresi.

(2) Asam valproat atau divalproex (Depakote®), juga sama efektifnya dengan

lithium.

Asam valproat dan antikonvulsan lainnya dapat meningkatkan risiko pikiran bunuh

diri. Pasien yang mengkonsumsi obat antikonvulsan harus diawasi dan mereka

tidak diperbolehkan mengganti dosis tanpa konsultasi dengan dokternya.

b. Atipikal antipsikotik kadang-kadang diberikan juga.

(1) Olanzapine, jika diberikan bersama dengan antidepresan dapat meringankan

gejala mania yang parah atau psikosis. Namun beberapa studi menyebutkan bahwa

medikasi olanzapine dapat meningkatkan berat badan dan meningkatkan risiko

diabetes dan penyakit jantung.

(2) Aripiprazole

(3) Quetiapine (Seroquel®)

(4) Risperidone (Risperdal®)

c. Antidepresan juga kadang-kadang diberikan untuk mengatasi gejala depresi

pada gangguan bipolar. Baru-baru ini, studi yang didanai oleh NIMH menunjukkan

bahwa penambahan antidepresan dengan mood stabilizer tidak lebih efektif

dibandingkan dengan hanya memberikan antidepresan.

2. Psikoterapi

Penatalaksanaan pasien dengan gangguan bipolar termasuk edukasi pasien saat

awal dan terus menerus. Edukasi tidak hanya ditujukan kepada pasien, tetapi juga keluarga

34

Page 35: Gangguan Mood

mereka. Tidak hanya untuk mengatasi saat gejala muncul, tetapi juga untuk meningkatkan

kualitas hidup mereka.

a. Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)

Untuk menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan

membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif, mengembangkan cara

berfikir alternatif, fleksibel dan positif, juga melatih kembali respon kognitif dan

pikiran yang baru.

b. Terapi interpersonal

Memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal pasien yang sedang

dialaminya sekarang.

c. Terapi perilaku

Dengan memusatkan pada perilaku mal adaptif di dalam terapi, pasien

belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana mereka mendapat

dorongan positif dari lingkungan.

d. Terapi berorientasi psikoanalitik

Pendekatan psikoanalitik didasarkan pada depresi dan mania. Tujuannya

adalah untuk mendapatkan perubahan pada struktur atau karakter kepribadian

pasien, bukan untuk hilangkan gejala.

e. Terapi keluarga

Diindikasikan jika gangguan membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga pasien.

3. Terapi Lain

a. ECT (Electro Convulsive Therapy) dapat meringankan gangguan bipolar

yang parah, yang tidak dapat diatasi dengan terapi lainnya. ECT sangat efektif

untuk depresi yang parah, manik, atau episode campuran, tetapi bukan terapi lini

pertama.

b. Medikasi Tidur. Pasien dengan gangguan bipolar biasanya tidur lebih baik

setelah mendapat terapi gangguan bipolar. Tetapi jika masalah tidur ini tetap ada,

dokter dapat meresepkan sedatif atau obat tidur lainnya.

35

Page 36: Gangguan Mood

BAB V

GANGGUAN MOOD LAIN

Dua diagnosis gangguan mood yang perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis

banding tiap pasien dengan gejala gangguan mood adalah gangguan mood karena kondisi

medis umum dan gangguan mood akibat zat.

Mungkin sulit untuk menentukan apakah gejala gangguan mood pada seseorang

pasien dengan kondisi umum adalah (1) sekunder terhadap efek kondisi medis umum pada

otak (diklasifikasikan sebagai gangguan mood keran kondisi medis umum), (2) sekunder

terhadap efek obat pada otak yang digunakan untuk mengobati kondisi medis umum

(diklasifikasikan sebagai gangguan mood akibat zat), (3) mencerminkan gangguan

penyesuaian yang disebabkan oleh kondisi medis umum (diklasifikasikan sebagai

gangguan penyesuian), atau (4) mencerminkan suatu gangguan mood primer (sebagai

contoh, gangguang depresif berat) (1,3).

V.1 GANGGUAN MOOD AKIBAT KONDISI MEDIS UMUM

Epidemiologi gangguan mood karena kondisi medis umum adalah tidak diketahui.

Tetapi, gangguan kemungkinan sering ditemukan dan seringkali tidak terdiagnosis.

Berbagai gangguan somatik telah dilibatkan sebagai penyebab gejala gangguan mood,

36

Page 37: Gangguan Mood

termasuk gangguan endokrin, khususnya sindrom Cushing, dan gangguan neurologis,

seperti tumor otak, ensefalitis, dan epilepsi(1,3).

Untuk membuat diagnosis, dokter harus menemukan kondisi medis umum yang

mendahului onset gejala gangguan mood. Diagnosis banding harus termasuk gangguan

mood akibat zat, gangguan mood primer, dan gangguan penyesuaian(1,3).

Penatalaksanaan gangguan termasuk menentukan penyebab dan mengobati

gangguan dasar. Terapi psikofarmakologis mungkin diindikasikan dan harus mengikuti

pedoman yang berlaku untuk pengobatan depresi atau mania, dengan mengingat kondisi

fisik yang menyertai. Psikoterapi mungkin berguna sebagai pelengkap terapi lain(1,3).

V. 2 GANGGUAN MOOD AKIBAT PENGGUNAAN ZAT

Pada umumnya, klinisi harus mempertimbangkan tiga kemungkinan: pertama,

pasien mungkin menggunakan obat untuk mengobati masalah medis non psikiatrik. Kedua,

pasien mungkin secara tidak sengaja dan kemungkinan tidak diketahui terpapar dengan zat

kimia neurotoksik. Ketiga, pasien mungkin menggunakan zat untuk tujuan rekreasional

atau mungkin mengalami ketergantungan dengan zat tertentu.

Epidemiologi gangguan mood akibat zat tidak diketahui. Tetapi, prevalensi

kemungkinan adalah tinggi. Medikasi, khususnya anti hipertensi, kemungkinan merupakan

penyebab yang paling sering dari gangguan mood akibat zat, walaupun berbagai macam

obat dapat menyebabkan depresi dan mania. Obat seperti reserpin dan methyldopa,

keduanya adalah obat anti hipertensi, dapat mencetuskan gangguan depresif, kemungkinan

dengan menurunkan serotonin, seprti yang terjadi pada lebih dari 10 persen dari semua

orang yang menggunakan obat(1,3).

Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan mood akibat zat memungkinkan

penentuan (1) zat yang terlibat, (2) apakah onset selama intoksikasi atau selama putus zat,

dan (3) sifat gejala(1,2).

Ciri manik dan depresif akibat zat dapat identik dengan ciri gangguan bipolar 1 dan

gangguan depresif berat. Tetapi gangguan mood akibat zat dapat menimbulkan gejala yang

berat atau ringan dan suatu fluktuasi pada tingkat kesadaran pasien. Prognosis gangguan

37

Page 38: Gangguan Mood

mood akibat zat pada umumnya segera setelah zat dihilangkan dari tubuh, mood kembali

normal. Pengobatan utama untuk gangguan mood akibat zat adalah identifikasi zat yang

terlibat sebagai penyebab. Biasanya menghentikan asupan zat adalah cukup untuk

menghilangkan gejala gangguan mood. Jika gejala tetap ada, pengobatan dengan obat

psikiatrik yang sesuai mungkin diperlukan.

V.3 GANGGUAN MOOD YANG TIDAK DITENTUKAN

Jika pasien menunjukkan gejala depresif atau manik atau keduanya sebagai ciri

utama dari gangguannya dan tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk tiap gangguan

mood lain atau gangguan mental DSM-IV lain, termasuk gejala depresif yang tidak

ditentukan (NOS) dan gangguan bipolar NOS, diagnosis yang paling tepat adalah

gangguan mood yang tidak ditentukan(1,3).

BAB VI

KESIMPULAN

Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Gangguan mood

terdiri dari episode yang mendasari gangguan tersebut, yaitu episdoe depresi, manik,

campuran, dan hipomanik.

Gangguan mood dikatakan sebagai Gangguan Depresif Mayor apabila terdapat

lima atau lebih gejala dari episode terdepresi tanpa ada gejala episode manik, campuran,

maupun hipomanik. Gangguan ini tidak memenuhi kriteria episode campuran, serta tidak

disebabkan oleh efek suatu zat maupun akibat kondisi medis umum.

Pada gangguan bipolar I, terdapat episode manik disertai episode depresi.

Gangguan bipolar II didiagnosis apabila terdapat episode depresi dan episode hipomanik.

Sedangkan gangguan distimik adalah bila terdapat episode depresi hampir setiap hari

dalam kurun waktu 2 tahun. Dan dikatakan gangguan siklotimik apabila selama

sekurangnya 2 tahun, adanya banyak episode dengan gejala hipomanik dan banyak periode

dengan gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif berat.

38

Page 39: Gangguan Mood

Selain gangguan mood di atas, terdapat sebuah klasifikasi gangguan mood lainnya,

yaitu apabila disbabkan oleh suatu kondisi medis umum dan bila merupakan efek fisiologis

langsung dari pengguanaan suatu zat.

Prognosis gangguan mood pada umumnya cukup baik. Dengan pemberian terapi

yang tepat yang disertai dukungan penuh dari keluarga dapat membantu penderita

gangguan mood untuk sembuh dan kembali menjalani fungsinya seperti biasanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A. “ Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis, Edisi ke-7”. Hal : 777-849. Bina rupa Aksara, Jakarta. 1997.

2. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes. 4th edition. Washington D.C;

American Pschiatric Associated, 1994 : 662 – 665.

3. Kaplan H.I, Sadock B.J. “ Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eight edition.. USA.

2005, 1559-1717.

4. Stahl, S M. 2008, “Stahl’s Essential Psychopharmacology, third edition”, New York:

Cambridge University Press.

39