Upload
duongdieu
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN SARANA PROTEKSI AKTIF DI GEDUNG REKTORAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH :
ACHMAD CHUSANUDIN
NIM: 108101000059
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015M
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Juli 2015
Achmad Chusanudin, NIM: 108101000059
xviii + 89 halaman + 14 tabel + 15 gambar + 5 lampiran
GAMBARAN SARANA PROTEKSI AKTIF DI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015
Abstrak
Kebakaran adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan yang dapat menyebabkan
penderitaan dan malapetaka. Kebakaran dapat mengakibatkan banyak kerugian seperti korban
jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja dan kerugian lain yang tidak langsung. Ada
beberapa hal yang bisa berpotensi menimbulkan kebakaran, yaitu adanya korsleting listrik,
adanya peralatan dapur, dan karena kelalaian manusia. Kasus kebakaran terjadi di beberapa
Universitas antara lain Universitas Indonesia Fakultas Teknik pada Tahun 2001 dan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Tahun 2014, Universitas Riau tahun 2010, STIE Perbanas tahun
2006.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, alat ukur penelitian
ini berupa penilaian kelayakan sistem proteksi kebakaran bangunan gedung UIN syarif
Hidayatullah Jakarta dengan metode check-list dan lembar wawancara. Kemudian hasilnya
dibandingkan dengan beberapa standar acuan seperti Permen PU no 26 tahun 2008 dan Standar
Nasional Indonesia (SNI).
Penelitian ini menghasil data bahwa tingkat pemenuhan sarana Proteksi Aktif di gedung
rektorat UIN syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 64% . Nilai tingkat pemenuhan 64% ini
memiliki arti bahwa cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi sarana proteksi
aktif yang tidak sesuai dengan standar acuan yang berlaku.
Saran yang dapat direkomendasikan adalah melengkapai sarana proteksi aktif seperti
pengadaan sistem sprinkler yang belum terdapat pada gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Serta senantiasa melakukan pemeliharaan rutin terhadap saran proteksi aktif yang sudah
ada. Sehingga sarana yang ada akan senantiasa siap guna dan pakai.
Kata Kunci : Alarm kebakaran, detector kebakaran, APAR, Hidran
Referensi : 33 (2001 – 2015)
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, July 2015
Name: Achmad Chusanudin, ID Number : 108101000059
xviii + 89 pages + 14 tables + 15 pictures + 5 attachments
Description of Active Protection Facility at Rectorate Building State Islamic University
Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
Abstract
Fire is a very undesirable things that can cause distress and disaster. Fire may result
in fatalities, material damages, loss of jobs and other indirect losses. There are several things
that could potentially a fire, the electrical short circuit, the kitchen equipment, and due to
human negligence. Fire cases occurred at several universities, Faculty of Engineering
University of Indonesia in 2001, Faculty of Social and Political Sciences in 2014, University
of Riau in 2010, and STIE Perbanas in 2006.
This study used descriptive quantitative methods with assessing the feasibility of
building fire protection systems at Rectorate Building State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta with a check-list and interview sheet. Then the results are compared
with some standards as Permen PU No. 26 2008 and the Indonesian National Standard
(SNI).
This study found that level of compliance of active protection facility in rectorate
building State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta is 64%. This level means that it
has quite good (attached but there is a small part installation active protection facility is
incompatible with the applicable standards).
Researcher recomended UIN Jakarta to complete the active protection facility such as
the procuring the sprinkler system and always do routine maintenance of active protection
facility existing ones. So it always be ready to use.
Keywords: fire alarm, fire detector, fire extinguisher, hydrant
References: 33 (2001 – 2015)
vii
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul
“Gambaran Sarana Proteksi Aktif Di Gedung Rektorat Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015”. Sholawat dan
Salam senantiasa penulis sampaikan kepada Rosul tercinta, Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa ajaran kebenaran yang terang yaitu Islam dan
menjadikan kita terang dengan ilmu pengetahuan.
Selama penyusunan penyusunaan skripsi ini penulis selalu mendapat
motivasi bantuan dan dukungan selama melakukan penyusunan skripsi ini.
Penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan laporan ini di antaranya:
1. Kedua orang tua penulis Bapak Durori dan Ibu Marsinah terimakasih
untuk semua hal yang sudah diberikan yang juga senantiasa
mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan demi keberkahan
dan kesehatan penulis.
2. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, PhD selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
4. Ibu Dr Iting Shofwati, ST, MKKK selaku dosen pembimbing
terimakasih penulis ucapkan atas waktunya, semua arahan, inspirasi,
viii
dan masukan serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penlis
selama menulis skripsi ini.
5. Ibu Riastuti Kusumawardani SKM, MKM. Selaku dosen pembimbing
terimakasih penulis ucapkan atas waktunya,semua arahan, inspirasi,
dan masukan serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis
selama menulis skripsi ini.
6. Seluruh pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat, atas semua
ilmu yang telah diberikan semoga berkah dan manfaat.
7. Bapak Farid, Ibu Meilani selaku dosen penguji yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan motivasi.
8. Nur Najmi Laila (kak Ami) dan kak Septi yang telah membantu
mengurus ini dan itu banyak sekali.
9. Sahabat-sahabat kesmas angkatan 2008 semoga yang selalu
memberikan motivasi semangat untuk lulus.
10. Ikwan, Hasim, Rifda, Sapi, Ali, dan keluarga besar PMII Ciputat yang
telah membantu menulis skripsi.
11. Mas Aqso, Mas Basit, Mas Tanwir, Mas Ilham, Mas Angger, yang
sudah meminjamkan laptopnya.
12. Rekan- rekan mahasiswa dan segenap pihak yang telah berperan aktif
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan dalam laporan ini, semoga semuanya mendapatkan
keberkahan.
Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya
datangnya dari penulis selaku manusia yang dhaif, sehingga saran dan kritik
ix
dari pembaca sangat penulis harapkan demi terciptanya perbaikan dimasa
datang.
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq
Jakarta, Agustus 2015
Penulis
viii
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Achmad Chusanudin
Tempa/tanggal lahir : Kebumen 21 September 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : RT 01/03 dusun Simo, Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia
No. telepon : 08979591685
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 – 2002 : SDN 3 Jogosimo Kebumen
2002 – 2005 : MTs Mafatihul Huda Jogosimo Kebumen
2005 – 2008 : MA Al Azhar kota Banjar
2008 - Sekarang : S1 Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2008-2009 : Staf Departemen Agama BEMJ Kesmas
2. 2009-2010 : Ketua Departemen Keagamaan BEMJ Kesmas
3. 2010-2011 : Ketua Departemen Pengembangan Masyarakat PAMI
Jakarta Raya
4. 2012- 2014 : Bendahara Umum PMII Cabang Ciputat
5. 2014- 2015 : Ketua Umum PMII Cabang Ciputat
ix
Daftar Isi
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan umum ................................................................................................................ 5
1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................................. 6
1.5.1 Manfaat Bagi Mahasiswa .............................................................................................. 6
1.5.2 Manfaat Bagi Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................................. 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 8
2.1 Kebakaran ................................................................................................................................. 8
2.1.1 Proses Kebakaran .......................................................................................................... 9
2.1.2 Klasifikasi Kebakaran ................................................................................................... 10
2.2 Sistem Proteksi Kebakaran Aktif ............................................................................................... 11
2.2.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ............................................................................. 12
x
2.2.2 Pemeriksaan, Pemeliharaan dan Pengisian Ulang APAR ............................................ 16
2.2.3 Instalasi Hidran ............................................................................................................ 18
2.2.4 Alarm Kebakaran ......................................................................................................... 21
2.2.5 Detektor Kebakaran ...................................................................................................... 23
2.2.6 Water Sprinkler ............................................................................................................. 29
2.3 Kerangka Teori .......................................................................................................................... 33
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............................................ 34
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................................................... 34
3.2 Definisi Operasional ................................................................................................................ 35
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................ 38
4.1 Desain Penelitian ...................................................................................................................... 38
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................................... 38
4.3 Pengumpulan Data .................................................................................................................... 38
4.4 Pengolahan dan Analisa data .................................................................................................... 39
4.5 Pengolahan Data ....................................................................................................................... 39
4.6 Analisis Data ............................................................................................................................. 41
BAB V HASIL ................................................................................................................................. 43
5.1 Gambaran Umum Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................... 43
5.2 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta .................................................................................................................................. 45
5.2.1 Alarm kebakaran ......................................................................................................... 45
5.2.2 Detector kebakaran .................................................................................................... 49
5.2.3 APAR .......................................................................................................................... 55
5.2.4 Hidran ......................................................................................................................... 59
5.3 Rata-rata tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di gedung Rektorat ................................. 63
xi
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................................................ 64
6.1 Keterbatasan Penelitian............................................................................................................. 64
6.2 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ....... 65
6.2.1 Alarm Kebakaran ........................................................................................................... 69
6.2.2 Detektor kebakaran.......................................................................................................... 72
6.2.3 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ............................................................................... 76
6.2.4 Hidran ............................................................................................................................. 81
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 85
7.1 Simpulan ................................................................................................................................... 85
7.2 Saran ......................................................................................................................................... 86
7.2.1 Saran untuk Pengelola Gedung Rektorat UINSyarif Hidayatullah Jakarta .................... 86
7.2.2 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya. ................................................................................... 87
Daftar Pustaka .................................................................................................................................. 88
Lampiran-lampiran ......................................................................................................................... 91
xii
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................................ 35
Tabel 4.1 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran..................................................................... 41
Tabel 5.1 Gambaran Alarm Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015 .........................................................................................
46
Tabel 5.2 Gambaran peletakan sarana bel alarm di gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatuallah Jakarta tahun 2015..................................................................
46
Tabel 5.3 Tingkat Pemenuhan Sarana Alarm Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000..............................
48
Table 5.4 Gambaran Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015..........................................................................................................
51
Tabel 5.5 Gambaran Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015.......................................................................................................
51
Table 5.6 Gambaran Pemenuhan Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015............................................................................................
53
Tabel 5.7 Tingkat Pemenuhan Sarana Detektor Kebakaran di Gedung Rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000...................
54
Tabel 5.8 Gambaran APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015..........................................................................................................
55
Tabel 5.9 Rincian Pemenuhan APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015......................................................................................
56
Tabel 5.10 Tingkat Pemenuhan APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tahun 2015..........................
58
Tabel 5.11 Tingkat Pemenuhan Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000.................................................
62
Tabel 5.12 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif di Gedung Rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarat tahun 2015..............................................................
63
DAFTAR TABEL
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran adalah adanya api yang tidak dikehendaki. Kebakaran
berpotensi disemua tempat. Peristiwa kebakaran terjadi diawali dengan
pembakaran kemudian api tersebut sudah tidak dapat terkendali dan
mengancam keselamatan jiwa dan harta benda (Sagala et al, 2013). Salah satu
kejadian kebakaran yang paling merugikan adalah kejadian kebakaran di
daerah perkotaan (Huang, 2009).
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kebakaran yaitu karena sifat
kelalaian manusia seperti; kurangnya pengertian pengetahuan penanggulangan
bahaya kebakaran, kurang hati menggunakan alat dan bahan yang dapat
menimbulkan api, kurangnya kesadaran pribadi atau disiplin. Kebakaran karena
peristiwa alam terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari, letusan gunung
berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan. Kebakaran karena penyalaan sendiri
seperti kebakaran di gudang bahan kimia dimana bahan bereaksi dengan udara, air
dan juga bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar atau meledak. Kebakaran
karena kesengajaan seperti sabotase, mencari keuntungan ganti rugi klaim
asuransi, hilangkan jejak kejahatan, dan lainnya (UPT K3L ITB, n.d).
Menurut Depnakertrans (n.d) kebakaran dapat mengakibatkan banyak
kerugian. Diantaranya korban jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja
dan kerugian lain yang tidak langsung. Dampak kebakaran akan lebih luas lagi
apabila terjadi pada objek vital. Kebanyakan kasus kebakaran terjadi adalah di
2
tempat kerja. Karena semua unsur yang dapat memicu kebakaran terdapat
ditempat kerja. Serta teridentifikasi bahwa 20% dari kejadian kebakaran
menghabiskan semua bangunan. Gambaran ini menunjukan bahwa di tempat
kejadian tersebut tidak tersedia sumber daya yang memadai untuk menghadapi
kejadian kebakaran (Depnakertrans, n.d).
Kasus kebakaran gedung sering terjadi akibat energi listrik yang kontak
dengan perangkat lain. Kasus kebakaran terjadi di beberapa Universitas antara
lain Universitas Indonesia Fakultas Teknik pada Tahun 2001 dan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Tahun 2014 (Iqbal, 2014); Universitas Riau (UNRI) tahun
2010 (Yuli, 2010); STIE Perbanas (Setiawan, 2006), Serta beberapa gedung
bertingkat lainnya seperti gedung Bank IFI Tahun 2009 (Priliawiti, 2009); gedung
Polda Jatim Tahun 2014 (Andriansyah, 2014); Wisma Kosgoro Tahun 2015
(Ferdianto, 2015); Bank Cimb Niaga Tahun 2015 (Firmansyah, 2015). Kebakaran
pada gedung tersebut dipicu karena adanya korsleting listrik atau hubungan arus
pendek.
Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dan kendala dalam
memadamkan kebakaran dapat karena faktor peralatan proteksi kebakaran yang
kurang memadai, sumber daya manusia yang tidak dipersiapkan, atau hambatan
lainnya (Depnakertrans, n.d). Adanya proteksi kebakaran yang memadai akan
sangat membantu proses pemadaman kebakaran. Sehingga dapat meminimalkan
kerugian yang didapat jika terjadi kebakaran. Sumber daya manusia yang ada juga
dapat membantu guna menghindari bahaya kebakaran yang terjadi
(Depnakertrans, n.d).
3
Gedung Rektorat UIN Jakarta merupakan jantung dari institusi
pendidikan dimana didalamnya terdapat aset aset negara yang perlu dijaga dan
diamankan. Di gedung ini terdapat ruang pejabat Universitas yang sangat penting
untuk menjalankan roda pendidikan. Ruang pejabat Universitas mulai dari rektor,
wakil rektor, kepala biro AAK dan pejabat lainnya. Terdapat juga ruang rapat,
perpustakaan lembaga-lembaga Universitas, serta ruang bersantai para karyawan
rektorat serta dapur. Di dalam gedung rektorat ini terdapat banyak faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, diantaranya adanya listrik, dapur serta
mahasiswa dan karyawan rektorat yang suka merokok. Kondisi tersebut
menambah risiko terjadinya kebakaran.
Berdasarkan wawancara dengan penanggung jawab umum, beliau
menerangkan bahwa pihak rektorat hanya mempunyai proteksi aktif kebakaran
standar seperti APAR, Hidran, dan detektor. Hanya ada dua APAR di pos
satpam, sedangkan untuk hidran hanya ada di halaman. Tidak terdapat hidran di
dalam gedung. Kesemuanya belum dilaksanakan cek ulang sehingga tidak tahu
terkait keaktifannya. Dengan risiko yang besar rektorat tidak memiliki sistem
proteksi kebakaran yang baik, sehingga besar kemungkinan apabila terjadi bahaya
kebakaran, tidak dapat meminimalisir menjalarnya kebakaran. Oleh karena itu,
penulis tertarik mengambil judul penelitian mengenai “GAMBARAN SARANA
PROTEKSI AKTIF DI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015”.
4
1.2 Rumusan Masalah
Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai risiko
terjadinya kebakaran. Terdapatnya aliran listrik, adanya dapur serta adanya bahan
bahan yang mudah terbakar seperti kertas, kayu serta bahan lainnya. Kesemua ini
merupakan potensi yang dapat menimbulkan kebakaran. Untuk meminimalisir
bahaya kebakaran, haruslah terdapat sarana proteksi aktif kebakaran. Hal ini dapat
membantu dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran. Seperti adanya sistem
deteksi kebakaran serta alarm kebakaran, alat pemadam api ringan yang dapat
digunakan ketika ada kejadian kebakaran kecil. Kesemua alat ini haruslah dicek
secara berkala terkait kelayakannya. sehingga sewaktu penggunaan dapat
dioperasikan secara maksimal.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Gedung Rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdiri dari tiga lantai masih memerlukan
pemeliharaan serta pengelolaan sistem proteksi kebakaran yang baik dalam
penempatannya serta layak berdasarkan peraturan yang berlaku.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran sarana proteksi aktif kebakaran di Gedung Rektorat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015?
2. Bagaimana gambaran sarana detektor kebakaran di Gedung Rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015?
3. Bagaimana gambaran sarana alarm kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015?
4. Bagaimana gambaran sarana APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015?
5
5. Bagaimana gambaran sarana Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015?
6. Bagaimana gambaran sarana springkler di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah arah dan panduan yang akan dicapai
dalam proses pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu tujuan
penelitian merupakan operasionalisasi pelaksanaan peneliti dalam
menemukan sesuatu yang baru. Tujuan penelitian berisi uraian tentang
tujuan penelitian secara umum maupun secara spesifik. (Budiman, n.d)
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran sarana proteksi aktif di Gedung Rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran sarana detektor kebakaran di Gedung
Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
b. Diketahuinya gambaran sarana alarm kebakaran di Gedung Rektorat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
c. Diketahuinya gambaran sarana APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
d. Diketahuinya gambaran sarana Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
e. Diketahuinya gambaran sarana springkler di Gedung Rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
6
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang
dilakukan baik bersifat internal maupun eksternal. Bersifat internal
kegunaannya berhubungan dengan peneliti sendiri sedangkan kegunaan
eksternal kegunaannya lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan dan
pengembangan program. Manfaat penelitian dapat juga disebut sebagai
kontribusi penelitian dalam memecahkan atau menjawab permasalahan
penelitian (Budiman, n.d).
1.5.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan kebakaran di
gedung dan membandingkan serta menerapkan ilmu yang didapat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan.
1.5.2 Manfaat Bagi Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan
masukan pada manajemen rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkait
sarana proteksi aktif kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu penelitian yang meliputi elemen sarana
proteksi aktif yang meliputi : alarm kebakaran, detektor kebakaran, sprinkler,
APAR dan hidran. Penelitian ini dilakukan di gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada bulan Maret-Juni Tahun 2015. Penelitian ini
dilakukan karena mengingat pentingnya keberadaan sarana proteksi aktif
7
kebakaran yang efektif dan siap guna. Selain itu juga, penelitian ini dilakukan
dengan melihat secara langsung kondisi actual sarana proteksi aktif kebakaran.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif menggunakan
metode wawancara, observasi dan dokumen secara langsung terhadap sarana
proteksi aktif kebakaran dan kemudian dibandingkan dengan peraturan yang
berlaku seperti Permen PU No. 26 Tahun 2008 dan SNI (Standar Nasional
Indonesia).
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran
Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman
potensial dan terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga
penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan (SNI03–1736–2000). Menurut
Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja Ditjen Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan, kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki, boleh jadi api
itu kecil tetapi tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran.
Menurut Depnakertrans (n.d) dalam bukunya yang berjudul Training
Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran menyatakan bahwa, kebakaran
adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari
suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan
bakar dapat berupa bahan padat, cair atau uap/gas akan tetapi bahan bakar yang
terbentuk uap dan cairan biasanya lebih mudah menyala (Depnakertrans, n.d).
Dalam kebakaran, asap dan gas menjadi pembunuh utama. Korban dapat
mengalami keracunan akut atau kronik dalam kebakaran karena menghirup gas
beracun seperti gas CO, HCN, Pb dan Benzene yang dapat mengakibatkan
leukemia. Pada umumnya zat-zat toksik tersebut masuk lewat pernafasan
dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju ke organ-organ tubuh
tertentu sehingga dapat langsung mengganggu fungsinya seperti hati, ginjal,
paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut terakumulasi
9
dalam organ-organ tubuh tersebut, sehingga menimbulkan kerusakan untuk
jangka waktu yang panjang (Harjanto et al, 2011).
2.1.1 Proses Kebakaran
Proses kebakaran ini merupakan fenomena atau gejala pada setiap
tahapan mulai awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam.
Proses ini meliputi :
a. Source energy : Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya
api/kebakaran. Tetapi yang pasti ada sumber awal pencetusnya yaitu
adanya potensi energi yang tidak terkendali.
b. Initiation : Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat
yang dapat terbakar, maka akan terjadi penyalaan tahap awal
bermula dari sumber api/nyala yang relatif kecil.
c. Growth : Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi,
maka nyala api akan berkembang menjadi lebih besar sehingga api
akan menjalar bila ada media disekelilingnya.
d. Flashover : Intensitas nyala api meningka dan akan menyebarkan
panas kesemua arah secara konduksi, konveksi dan radiasi, sehingga
pada suatu saat kurang lebih sekitar 3-10 menit atau setelah
temperatur mencapai 300°C akan terjadi penyalaan api serentak
yang biasanya ditandai pecahnya kaca.
e. Full fire : Nyala api akan membara dan bisa disebut dengan
kebakaran mantap. Temparatur pada saat kebakaran full dapat
mencapai 600-1000°C.
10
f. Decay : Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala
akan berkurang/surut dan berangsur akan padam.
2.1.2 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran sangat membantu dan diperlukan dalam
pengembangan bahan pemadam dan teknik pemadaman kebakaran. Tujuan
dari pengklasifikasian kebakaran adalah agar memudahkan usaha
pencegahan dan pemadaman kebakaran. Klasifikasi kebakaran digunakan
untuk media (bahan) pemadam yang tepat dan sesuai bagi suatu kelas
kebakaran, sehingga usaha pencegahan dan pemahaman akan berdayaguna
dan tepat guna. Klasifikasi kebakaran juga digunakan untuk menentukan
sarana proteksi kebakaran dan untuk menjamin keselamatan nyawa tim
pemadam kebakaran (Ramli, 2010).
Klasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian
kebakaran berdasarkan jenis bahayanya. Dengan adanya klasifikasi
tersebut akan lebih mudah, cepat dan lebih tepat dalam pemilihan media
pemadam yang digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan
mengacu pada standar (Depnakertrans, n.d). Klasifikasi kebakaran di
Indonesia mengacu standar NFPA, yang dimuat dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang pembagiannya adalah sebagai
berikut :
a. Kelas A : Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat
terbakar dengan sendirinya, kebakaran kelas A ini akibat panas yang
datang dari luar, molekul – molekul benda padat terurai dan
11
membentuk gas dan gas lainlah yang terbakar. Kebakaran ini
menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak molekul–
molekul dan menimbulkan gas akan terbakar. Sifat utama dari
kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan
sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.
b. Kelas B : Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan
sendirinya diatas cairan pada umunya terdapat gas, dan gas ini yang
dapat terbakar. Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api kecil
sanggup mencetuskan api yang akan meninbulkan kebakaran. Sifat
cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat lain.
c. Kelas C : Kebanyakan pada peralatan listrik yang bertegangan, yang
mana sebenarnya kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A dan kelas B
atau kombinasi dimana ada aliran listrik. Kelas C perlu diperhatikan
dalam memilih jenis media pemadam yaitu tidak menghantar listrik
untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari aliran
listrik.
d. Kelas D : Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium,
sodium, lithium, dan potassium. Pada kebakaran jenis ini perlu dengan
alat atau media khusus untuk memadamkannya.
2.2 Sistem Proteksi Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang
secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun
otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti sprinkler, pipa tegak
12
dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,
seperti APAR dan pemadam khusus (Permen PU 26 Tahun 2008).
2.2.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat pemadam api ringan atau APAR merupakan pertahanan
pertama bila terjadi kebakaran. Desain konstruksinya dapat dijinjing dan
mudah dioperasikan oleh satu orang. Berdasarkan definisi tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri APAR adalah ringan, berisi media
pemadam, mempunyai tenaga pendorong, digunakan untuk memadamkan
kebakaran tingkat awal dan dapat dioperasikan oleh satu orang. Tabung
APAR ada berbagai jenis, yaitu:
a. Tabung Bertekanan/ Stored Pressure
Dalam tabung ini terdapat gas bertekanan yang berfungsi sebagai
pendorong media pemadam (Nitrogen, CO atau jenis gas lainnya) pada
saat tuas tabung ditekan. Ciri utama dari tabung ini yaitu adanya
petunjuk tekanan (pressure gauge) pada bagian atas tabung. Bila jarum
menunjukkan area hijau maka tekanan dalam tabung tersebut masih
dalam keadaan baik.
b. Tipe Catridge
Ciri-ciri dari tabung ini adalah adanya tabung kecil/ catridge yang
berisi gas penekan yang terletak dibagian bawah tuas. Pada saat akan
digunakan maka tuas tabung harus dipukul terlebih dahulu agar jarum
yang ada pada bagian bawah tuas melubangi catridge, sehingga gas
13
akan keluar dan mengisi seluruh tabung. Gas inilah yang akan menjadi
pendorong untuk media pemadam yang ada di dalam tabung tersebut.
Gambar 2.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Depnakertrans dalam bukunya Training Material K3
Bidang Penanggulangan Kebakaran, mengenal berbagai jenis media
pemadam kebakaran dimaksudkan agar dapat menentukan jenis media
yang tepat, sehingga dapat memadamkan kebakaran secara efektif,
efisien, dan aman (Depnaker, n.d).
Persyaratan Umum APAR sesuai dengan permen PU nomor 26 tahun
2008 adalah sebagai berkut :
a. Klasifikasi APAR harus terdiri dari huruf yang menunjukkan kelas
api di mana alat pemadam api terbukti efektif, didahului dengan
angka (hanya kelas A dan kelas B) yang menunjukkan efektifitas
pemadaman relatif. APAR yang diklasifikasi untuk penggunaan
bahaya kebakaran kelas C, kelas D, atau kelas K tidak disyaratkan
mempunyai angka yang mendahului huruf klasifikasi.
14
b. APAR harus selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap
dioperasikan dan harus dijaga setiap saat di tempat yang telah
ditentukan jika alat tersebut sedang tidak digunakan.
c. APAR harus diletakkan menyolok mata yang mana alat tersebut
mudah dijangkau dan siap dipakai dan selalu tersedia saat terjadi
kebakaran. Lebih baik alat tersebut diletakkan sepanjang jalur lintasan
normal, termasuk exit dari suatu daerah.
d. Lemari tempat APAR harus tidak dikunci, kecuali bila APAR tersebut
menjadi sasaran perbuatan jahat dan lemari termasuk sebagai sarana
akses darurat. Lemari yang berisi APAR tidak diperkenankan dikunci,
kecuali jika APAR yang ada di dalam lemari tersebut dapat digunakan
untuk perbuatan jahat, dan di dalam lemari tersebut tersimpan
peralatan untuk akses keadaan darurat.
e. APAR harus tampak jelas dan tidak terhalangi. Dalam ruangan yang
besar, dan dalam lokasi tertentu terdapat penghalang visual yang tidak
dapat dihindari maka harus disediakan sarana untuk menunjukkan
lokasi APAR tersebut.
f. APAR selain jenis APAR beroda harus dipasang kokoh pada
penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau pengikat
yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut, atau ditempatkan
dalam lemari atau dinding yang konstruksinya masuk ke dalam.
APAR beroda harus diletakkan di lokasi yang telah ditentukan.
15
g. APAR yang dipasang pada kondisi pemasangan yang rentan tercabut
harus dilengkapi dengan sabuk pengikat yang dirancang secara
khusus.
h. APAR yang dipasang pada kondisi rentan terhadap kerusakan fisik
(contoh; dari benturan, getaran, lingkungan) harus diproteksi dengan
benar.
i. APAR dengan berat kotor tidak melebihi 18 kg harus dipasang
sehingga ujung atas APAR tingginya tidak lebih dari 1,5 m di atas
lantai. APAR dengan berat lebih dari 18 kg (kecuali jenis yang
dilengkapi roda) harus dipasang tidak lebih dari 1 m di atas lantai.
Dalam hal apapun pada perletakan APAR harus ada jarak antara
APAR dengan lantai tidak kurang dari 10 cm.
j. Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian depan dari
APAR dan harus terlihat jelas. Label sistem identifikasi bahan
berbahaya, label pemeliharaan enam tahun, label uji hidrostatik, atau
label lain harus tidak boleh ditempatkan pada bagian depan dari
APAR atau ditempelkan pada bagian depan APAR. Pelarangan ini
tidak berlaku untuk label asli manufaktur, label yang secara spesifik
terkait pengoperasian APAR atau klasifikasi api, atau label inventory
control spesifik untuk APAR itu.
k. Alat pemadam api yang dipasang dalam lemari atau dinding yang
masuk ke dalam, harus ditempatkan sedemikian sehingga label
instruksi pengoperasian APAR menghadap ke arah luar. Lokasi
APAR tersebut harus bertanda jelas.
16
l. Apabila APAR dipasang dalam lemari tertutup yang terekspos ke
temperatur tinggi, lemari tersebut harus dilengkapi dengan bukaan
dan lubang buangan yang berkawat kasa.
m. APAR harus tidak terekspos ke temperatur di luar rentang temperatur
yang tercantum pada label APAR.
n. APAR yang berisi hanya air biasa, hanya dapat diproteksi terhadap
temperatur paling rendah + 40°C dengan menambahkan bahan
antibeku yang dicantumkan pada plat nama APAR. Larutan Kalsium
Khlorida tidak boleh digunakan pada APAR jenis baja tahan karat.
o. Manufaktur atau pemasok harus menyerahkan kepada Pemilik atau
wakil pemilik manual instruksi APAR yang merinci instruksi singkat
dan peringatan yang perlu untuk instalasi, pengoperasian, inspeksi dan
pemeliharaan APAR.
2.2.2 Pemeriksaan, Pemeliharaan dan Pengisian Ulang APAR.
a. Pemilik atau wakil yang ditunjuk atau penghuni bangunan gedung
yang di dalamnya di pasang APAR harus bertanggung jawab untuk
pelaksanaan inspeksi, pemeliharaan dan pengisian ulang.
b. Pemeliharaan, perawatan dan pengisian ulang harus dilakukan oleh
petugas yang terlatih, mempunyai manual perawatan menyeluruh, alat
perkakas dari jenis yang cocok, bahan isi ulang, pelumas, dan
rekomendasi manufaktur untuk penggantian bagian–bagian atau
bagian yang khusus terdaftar untuk digunakan dalam APAR.
c. Etiket tidak ditempatkan di depan APAR.
17
d. Label yang menunjukkan penggunaan APAR atau klasifikasi atau
keduanya diizinkan untuk ditempatkan pada bagian depan APAR.
e. APAR harus diinspeksi sejak awal ditempatkan dan difungsikan dan
selanjutnya pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari. APAR harus
diinspeksi secara manual atau dimonitor secara elektronik, pada
interval waktu yang lebih jika keadaan membutuhkan.
f. Petugas yang melakukan inspeksi harus menyimpan arsip dari semua
APAR yang diperiksa, termasuk tindakan korektif yang dilakukan.
g. Sekurang-kurangnya sebulan sekali pemeriksaan dilakukan dan
tanggal, nama petugas yang melakukan pemerikaan harus tercatat.
h. Arsip harus dipelihara melalui etiket atau label yang ditempelkan pada
APAR, lewat daftar simak inspeksi yang dipelihara pada arsip atau
lewat metoda elektronik yang menjamin arsip tersimpan permanen.
i. Terhadap APAR harus dilakukan pemeliharaan pada jangka waktu
tidak lebih dari 1 tahun, pada waktu pengujian hidrostatik, atau jika
secara khusus ditunjukkan melalui inspeksi atau pemberitahuan
elektronik.
j. APAR yang dikeluarkan dari tempatnya untuk pemeliharaan atau
pengisian ulang harus diganti dengan APAR yang sesuai untuk jenis
bahaya kebakaran yang akan diproteksi dan sekurang-kurangnya
memiliki kemampuan daya padam yang sama.
k. Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya
18
pemeliharaan dan memberikan identifikasi petugas yang melakukan
pemeliharaan.
l. Semua APAR yang dapat diisi ulang harus diisi ulang setelah setiap
penggunaan atas sebagaimana yang ditunjukkan saat inspeksi atau
ketika dilakukan pemeliharaan.
2.2.3 Instalasi Hidran
Hidran halaman adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut
pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi
keperluan pemadaman kebakaran dan diletakkan di halaman bangunan
gedung (Permen PU No 26 Tahun 2008).
Gambar 2.2: Hidran
Menurut jenisnya hidran dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe
bejana kering (dry barrel) dan bejana basah (wet barret fire hydrant). Pada
jenis bejana kering, di dalamnya tidak berisi air, walaupun sudah
dihubungkan dengan sumber air. Hidran bejana basah di dalamnya berisi
air sehingga jika dibuka air langsung menyemprot.
19
Menurut SNI 03 1745 2000, kotak hidran merupakan suatu kotak
yang di dalamnya terdiri dari rak slang, slang nozel, dan katup slang.
Sebagai berikut penjelasannya:
1. Kotak Slang
a) Lemari tertutup yang berisi slang kebakaran, harus berukuran
cukup untuk pemasangan peralatan penting dan dirancang tidak
saling mengganggu pada waktu sambungan slang, slang dan
peralatan lain digunakan dengan cepat pada saat terjadi
kebakaran.
b) Di dalam lemari, sambungan slang harus ditempatkan sehingga
tidak kurang 25 mm ( 1 inci ) jaraknya antara setiap bagian dari
lemari dan tangkai katup ketika katup dalam setiap kedudukan
dari terbuka penuh sampai tertutup penuh.
c) Lemari hanya digunakan untuk menempatkan peralatan
kebakaran dan setiap lemari di cat dengan warna yang menyolok
mata.
d) Apabila jenis kaca mudah dipecah (break glass) untuk tutup
pelindung, harus disediakan alat pembuka, alat yang disediakan
untuk memecah panel kaca harus dilekatkan dengan aman dan
tidak jauh dari area panel kaca dan harus disusun sehingga alat
tidak dapat dipakai untuk memecahkan pintu lemari panal kaca
lainnya.
20
e) Apabila suatu rakitan tahan api ditembus oleh lemari, ketahanan
api dari rakitan harus dijaga sesuai yang dipersyaratkan oleh
ketentuan teknis bangunan gedung lokal.
2. Slang
Setiap sambungan slang yang disediakan untuk digunakan
oleh penghuni bangunan ( sistem kelas II dan kelas III), harus
dipasang dengan panjang yang tidak lebih dari 30 m (100 ft) sesuai
terdaftar untuk diameter 40 mm ( 1½ inci ), lurus, dapat dilipat atau
tidak dapat dilipat, slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk
digunakan.
3. Rak Slang
Setiap kotak slang 40 mm (1½ inci) yang disediakan dengan
slang 40 mm (1½ inci) harus dipasang dengan rak yang terdaftar atau
fasilitas penyimpanan lain yang disetujui. Setiap kotak slang 40 mm
(1½ inci) harus dipasang dengan gulungan aliran menerus yang
terdaftar.
4. Nozel : Disediakan untuk pelayanan kelas II harus terdaftar.
5. Label
Masing-masing rak atau fasilitas penyimpanan untuk slang 40
mm (1½ inci ) atau lebih kecil harus dibuatkan label dengan tulisan
berbunyi “ Slang kebakaran untuk digunakan penghuni” dan instruksi
pemakaiannya.
21
6. Sambungan Slang
Sambungan slang harus mempunyai ulir sesuai ketentuan yang
berlaku. Sambungan slang harus dipasang dengan tutup (cap) untuk
melindungi ulir slang.
2.2.4 Alarm Kebakaran
Berdasarkan SNI 03-3985-2000 alarm kebakaran adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda setelah
kebakaran terdeteksi. Sistem alarm kebakaran digunakan untuk
memberitahukan kepada pekerja atau peghuni dimana suatu bahan
kebakaran bermula.
Gambar 2.3: Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran dibagi menjadi dua jenis menurut cara kerjanya,
yaitu :
a. Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (Audible alarm).
b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (Visible alarm).
Sistem alarm kebakaran dilengkapi dengan tanda atau alarm yang
bisa dilihat atau didengar. Penempatan alarm kebakaran ini biasanya pada
22
koridor atau gang-gang dan jalan dalam bangunan atau suatu instalasi.
Sistem alarm kebakaran bekerja secara manual atau otomatis yang
diintegrasikan dengan sistem deteksi kebakaran.
Sistem alarm kebakaran manual ditekan melalui tombol yang berada
dalam lemari atau kotak alarm (break glass). Jika kaca pecah, maka
tombol akan aktif dan segera mengeluarkan sinyal alarm dan mengaktifkan
sistem kebakaran lainnya. Sistem alarm kebakaran otomatis diaktifkan
oleh sistem detektor. Ketika detektor mendeteksi adanya api, maka
detektor akan segera mengaktifkan alarm dan sistem pemadam otomatis
akan bereaksi.
Menurut SNI 03-3985-2000 Tentang tata cara perencanaan,
pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. alarm harus
memiliki beberapa kriteria yaitu:
1. Mempunyai bunyi serta irama yang khas hingga mudah dikenal
sebagai alarm kebakaran.
2. Bunyi alarm tersebut mempunyai frekuensi kerja antara 500 ~
1000 Hz dengan tingkat kekerasan suara minimal 65 dB.
3. Untuk ruang dengan tingkat kebisingan normal yang tinggi,
tingkat kekerasan suara minimal 5 dB lebih tinggi dari
kebisingan normal.
4. Untuk ruang dengan kemungkinan dipergunakan untuk ruang
tidur, tingkat kekerasan suara minimal 75 dB.
23
5. Pada semua lokasi panel kontrol dan panel bantu harus terpasang
alarm kebakaran.
6. Semua bagian ruangan dalam bangunan harus dapat dijangkau
oleh sistem alarm kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi
alarm yang khusus untuk ruangan tersebut
7. Alarm kebakaran harus dipasang untuk ruang khusus di mana
suara–suara dari luar tidak dapat terdengar.
8. Sarana alarm luar harus dipasang sedemikian rupa sehingga
dapat digunakan pula sebagai penuntun cara masuk bagi anggota
pemadam kebakaran dari luar.
9. Panel kontrol harus bisa menunjukkan asal lokasi kebakaran.
10. Panel kontrol harus mampu membantu kerja detektor dan alarm
kebakaran serta komponennya secara keseluruhan
2.2.5 Detektor Kebakaran
Sistem pertama yang menjadi ujung tombak proteksi kebakaran
adalah sistem deteksi. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi terjadinya api
sedini mungkin. Prinsip deteksi api, didasarkan atas elemen-elemen yang
ada dalam suatu api yaitu adanya asap, nyala dan panas. Alat detektor
kebakaran (fire detector) adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara
dini adanya suatu kebakaran awal.
Gambar 2.4: Smoke Detector
24
Berdasarkan SNI 03-3985-2000 detektor kebakaran (fire detector)
digolongkan dalam beberapa jenis yaitu:
a. Detektor Asap
Detektor Asap (Smoke Detector) adalah detektor yang bekerja
berdasarkan terjadinya akumulasi asap dalam jumlah tertentu. Salah
satu alat deteksi asap bekerja dengan prinsip ionisai dengan
menggunakan bahan radioaktif yang akan mengionisasi udara di suatu
ruangan dalam komponen detektor. Listrik dalam ruangan dihantar
melalui udara di antara dua batang elektroda. Apabila partikel asap
masuk ke dalam ruang detektor, maka akan menyebabkan penurunan
daya hantar listrik. Detektor ini mendeteksi adanya asap dengan melihat
adanya penurunan daya hantar listrik. Selanjutnya detektor akan
memberikan sinyal ke sistem alarm. Berdasarkan cara kerjanya,
detektor asap dikelompokkan atas dua jenis yaitu jenis ionisasi dan
photoelectric.
Sesuai dengan sifat tersebut, maka detektor asap sangat tepat
digunakan di dalam bangunan dimana banyak terdapat kebakaran kelas
A yang banyak menghasilkan asap. Namun kurang tepat digunakan
untuk kebakaran hidrokarbon atau gas.
b. Detektor Panas
Detektor Panas (Heat Detector) adalah detektor yang bekerjanya
berdasarkan pengaruh panas (temperature) tertentu (SNI 03-3985-
2000). Detektor panas merupakan peralatan dari detektor kebakaran
yang dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatik yang
25
secara otomatis akan mendeteksi kebakaran melalui panas yang
diterimanya (Ramli, 2010).
Ada tiga tipe detektor panas, yaitu :
Detektor bertemperatur tetap yang bekerja pada suatu batas panas
tertentu (fixed temperature).
Detektor yang bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperature
(rate of rise).
Detektor kombinasi yang bekerjanya berdasarkan kenaikan
temperature dan batas temperature maksimum yang ditetapkan.
c. Detektor Nyala
Detektor Nyala Api (Fire Detector), adalah detektor yang
bekerjanya berdasarkan radiasi nyala api (SNI 03-3985-2000). Api
mengelurkan radiasi sinar infra merah dan ultra violet. Keberadaan
sinar ini dapat dideteksi oleh sensor yang terpasang dalam detektor.
Sesuai dengan fungsinya, detektor ini ada beberapa jenis, yaitu :
Detektor nyala api ultra violet.
Detektor nyala api infra merah.
Pemasangan dan penempatan detektor memerlukan berbagai
pertimbangan, misalnya sifat risiko kebakaran, jenis api dan kepadatan
penghuninya. Salah satu pertimbangan adalah jenis bahan atau kelas
kebakaran yang mungkin terjadi.
d. Detektor Gas
26
Detektor Gas (Gas Detector), adalah detektor yang bekerjanya
berdasarkan kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran
ataupun gas-gas lain yang mudah terbakar (SNI 03-3985-2000).
Tanpa mempedulikan jenis dari detektor yang digunakan,
detektor-detektor berikut perlu diganti atau perwakilan contohnya
dikirim ke laboratorium pengetesan atau ke manufaktur untuk
dilakukan pengetesan :
a. Detektor di dalam sistem yang sedang diperbaiki untuk beroperasi
setelah sekian lama tidak digunakan.
b. Detektor yang terlihat mengalami korosi.
c. Detektor yang telah dicat di lapangan, jika tidak merata adalah dari
jenis yang ditemukan oleh pengetesan laboratorium bahwa
terpengaruh oleh pengecatan.
d. Detektor yang telah dibersihkan dari cat.
e. Detektor yang telah pernah terpengaruh oleh kerusakan mekanis atau
penyalah-gunaan yang sejenis.
f. Detektor dimana sirkitnya telah pernah terpengaruh gelombang besar
(surya) oleh tegangan berlebih atau kerusakan akibat petir.
g. Detektor yang terpengaruh terhadap kodisi lain yang dapat secara
permanen mempengaruhi operasinya, seperti lemak pelumas atau
deposit lainnya atau atmosfir yang korosive.
27
Berdasarkan SNI 03-3985-2000 ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya:
a) Semua peralatan deteksi kebakaran harus didaftar atau disetujui sesuai
dengan yang dirancang dan harus dipasang mengikuti standar ini.
b) Semua peralatan deteksi kebakaran yang menerima pasokan daya dari
sirkit yang mengawali suatu unit kontrol alarm kebakaran harus didaftar
(listed) untuk penggunaan dengan unit kontrol. Apabila dapat diterima
oleh instansi yang berwenang, manufaktur dapat melengkapi informasi
mengenai kompatibilitas dari peralatan deteksi dengan unit kontrol untuk
memenuhi persyaratan ini.
c) Apabila disyaratkan oleh instansi yang berwenang, informasi lengkap
tentang detektor kebakaran, termasuk persyaratan teknis dan gambar denah
yang menunjukkan perletakan detektor harus disampaikan untuk disetujui
sebelum pemasangan detektor.
d) Sebelum permohonan persetujuan akhir terhadap pemasangan dari instansi
yang berwenang diberikan, kontraktor pemasang harus melengkapi dengan
pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa detektor telah dipasang sesuai
dengan rancangan denah yang disetujui dan diuji sesuai spesifikasi
manufaktur.
e) Akhir dari penyelesaian pemasangan harus dilakukan pengujian yang
sesuai dengan standar ini dan pelaksanaannya harus dihadiri wakil dari
instansi yang berwenang.
f) Detektor harus diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena gangguan
mekanis.
28
g) Pemasangan detektor dalam semua keadaan harus bebas dari
pengikatannya terhadap sirkit konduktor.
h) Detektor tidak boleh dipasang dengan cara masuk ke dalam permukaan
langit-langit kecuali hal itu sudah pernah diuji dan terdaftar (“listed”)
untuk pemasangan seperti itu.
i) Detektor harus dipasang pada seluruh daerah bila disyaratkan oleh standar
yang berlaku atau oleh instansi yang berwenang. Setiap detektor yang
terpasang harus dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian
secara periodik.
j) Apabila dipersyaratkan proteksi mencakup secara menyeluruh, maka
detektor harus dipasang pada seluruh ruangan, lobi, daerah gudang,
besmen, ruang di bawah atap di atas langit-langit, loteng, ruang di atas
langit-langit yang diturunkan dan sub bagian lainnya dan ruang yang dapat
dijangkau dan di dalam semua lemari tanam, saf lif, tangga tertutup, saf
“dumb waiter”, dan pelongsor (chute). Daerah yang tidak dapat dimasuki
yang mengandung bahan mudah terbakar harus dibuat dapat dimasuki dan
diproteksi oleh detektor-detektor.
k) Detektor harus juga disyaratkan dipasang di bawah tempat bongkar muat
terbuka atau teras dan penutupnya, dan ruang di bawah lantai yang dapat
dimasuki dari bangunan tanpa besmen.
l) Selama kode, standar, hukum, atau instansi yang berwenang mensyaratkan
proteksi hanya daerah terseleksi saja, daerah yang disebutkan itu harus
diproteksi mengikuti standar ini.
29
m) Terminal duplikat atau sejenisnya, harus disediakan pada setiap detektor
kebakaran otomatik untuk penyambungan cepat ke dalam sistem alarm
kebakaran melengkapi supervisi terhadap sambungan. Terminal atau
kawat demikian adalah penting untuk menjamin terhadap terputusnya
jaringan, dan sambungan individu dibuat ke dan dari terminal untuk sinyal
dan pasokan daya.
n) Apabila warna keseluruhan dari suatu detektor sama dengan tanda kode
warna yang disyaratkan untuk detektor itu, salah satu susunan berikut,
dipakai warna yang kontras dan mudah dilihat setelah pemasangan, harus
dibicarakan
2.2.6 Water Sprinkler
Sprinkler otomatis adalah instalasi pemadam kebakaran yang
dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya
kebakaran yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air, apabila
pemancar / kepala sprinkler terkena panas pada temperatur tertentu.
Dasar perencanaan sistem sprinkler berbasis pada jumlah air yang
dipancarkan oleh kepala sprinkler mampu menyerap kalor yang
dihasilkan dari bahan yang terbakar, dengan mengacu pada standar
klasifikasi hunian.
Berdasarkan SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara Perencanaan
dan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung, menyatakan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan sistem sprinkler yaitu:
30
1. Semua ruang dalam gedung harus dilindungi dengan sistem
sprinkler, kecuali ruang tertentu yang telah mendapat izin dari pihak
yang berwenang seperti :
a. Ruang Tahan Api
b. Kamar Kakus
c. Ruang Panel Listrik
d. Ruangan Tangga dan Ruangan Lain yang dibuat khusus tahan
api.
2. Gambar perencanaan harus dibuat dengan skala tertentu, pada kertas
gambar yang berukuran sama dan harus memuat denah tiap lantai.
Gambar perencanaan harus dapat diperbanyak dengan mudah. Hal-
hal seperti dibawah ini harus tercantum dalam gambar perencanaan :
a. Nama pemilik dan jenis hunian.
b. Alamat.
c. Klasifikasi bahaya kebakaran.
d. Arah mata angina.
e. Kontruksi atap dan langit-langit.
f. Potongan gedung.
g. Letak dinding tahan api.
h. Letak dinding pemisah.
i. Jenis hunian tiap ruang atau kamar.
j. Letak tempat-tempat yang tertutup dan penyimpanan barang.
k. Ukuraan pipa dan tekanan air bersih kota dan apakah
merupakan ujung buntu atau jaringan melingkar.
31
l. Penyedian air cara lain dengan tekanan atau gravitasi.
m. Merk, ukuran lubang, dan jenis sprinkler.
n. Suhu kerja dan letak sprinkler.
o. Jumlah sprinkler pada tiap pipa tegak, jumlah sprinkler pada
tiap sistem dan luas daerah yang dilindungi tiap lantai.
p. Jumlah sprinkler pada setiap pipa tegak dan jumlah
keseluruhan tiap lantai.
q. Merk, model dan tipe tanda bahaya yang dipakai.
r. Macam dan letak lonceng tanda bahaya hidrolis.
s. Percabangan, nipel pipa tegak dan ukuran-ukurannya.
t. Jenis penggantung.
u. Semua katup kendali, pipa pengering, pipa uji.
v. Slang kebakaran.
w. Nama dan alamat instalatur.
3. Hanya kepala sprinkler 100% baru boleh dipasang. Bahan yang
dipakai dalam pemasangan sistem sprinkler hanya bahan yang telah
disetujui oleh pihak yang berwenang.
4. Pemasangan instalasi sprinkler harus dilaksanakan oleh instalatur
yang telah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang.
5. Setelah pemasangan selesai harus diadakan pemeriksaan dan
pengujian oleh instalatur dan disaksikan oleh pemilik dan pejabat
yang berwenang. Instalatur dapat meninggalkan pekerjaan apabila
semua cacat telah diperbaiki dan sistem sprinkler siap beroperasi.
Berita acara serah terima harus dibuat dan ditanda tangani oleh
32
semua pihak yang bersangkutan sebagai tanda bukti penyerahan
pekerjaan.
6. Semua pengujian yang diminta dalam standar ini harus dilakukan
oleh instalatur. Instalatur harus memberitahukannya terlebih dahulu
sebelum pengujian dilaksanakan kepada pemilik dan pejabat yang
berwenang. Apabila tidak ada petugas dari pihak yang berwenang
dapat hadir pada waktu pengujian dan ijin pengujian telah diberikan,
maka pengujian dapat dilaksanakan oleh pemilik atau orang yang
ditunjuknya. Hasil pengujian harus diserahkan kepada pejabat yang
berwenang untuk disahkan.
7. Air laut atau air lain yang mengandung bahan kimia yang dapat
menyebabkan korosi tidak boleh dipergunakan untuk pengujian.
8. Jarak minimum antara dua kepala sprinkler tidak boleh kurang dari 2
m, kecuali jika ditempatkan penghalang pancaran antara kepala
sprinkler untuk mencegah pembahasan kepala sprinkler lain oleh
kepala sprinkler yang bekerja. Penghalang pancaran tersebut terdiri
dari plat logam dengan lebar 200 mm dan tinggi 150 mm dan apabila
dipasang di pipa cabang bagian atas, penghalang pancaran harus 50
~ 75 mm di atas deflektor kepala sprinkler.
9. Jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal sistem bahaya
kebakaran ringan tidak boleh melebihi 2,3 m dan dalam hal sistem
bahaya kebakaran sedang atau sistem bahaya kebakaran berat tidak
boleh melebihi dari 2 m. Apabila gedung tidak dilengkapi langit-
33
langit, maka jarak kepala sprinkler dan dinding tidak boleh melebihi
1,5 m.
2.3 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakan dari berbagai sumber, menegaskan bahwa
sarana proteksi aktif kebakaran merupakan sarana yang terintegrasi dan
merupakan pencegahan dan perlindungan kebakaran tahap pertama. System
prtoeksi aktif kebakaran meliputi system alarm kebakaran, system detektor
kebakaran, system sprinkler, APAR dan Hidran. kerangka teori dapat dilihat
dibawah ini:
Gambar. 2.5
Kerangka Teori: (Permen PU No. 20 Tahun 2009; Permen PU No. 26 Tahun
2008; SNI 03 3985 2000; SNI 03 3989 2000; dan SNI 03 1745 2000)
SISTEM PROTEKSI AKTIF
Sistem Hidran Sistem
sprinkler
Sistem
Detektor
Kebakaran
Alat Pemadam
Api Ringan
(APAR)
Sistem Alarm
Kebakaran
34
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Sistem proteksi aktif menurut Permen PU No. 26 Tahun 2008 merupakan
sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian
kebakaran baik manual atau otomatis. Sarana proteksi kebakaran aktif terdiri
dari alarm, hidran, detektor, sprinkler, dan APAR.
Dalam penelitian ini elemen proteksi aktif yang ada di Gedung Rektorat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan diperiksa yang kemudian akan
dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan melakukan penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria
et al (2005), setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya diambil kesimpulan
dari penelitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan sarana proteksi aktif
kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dapat dilihat
dalam gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Sarana Proteksi aktif
Tingkat
Pemenuhan
Terhadap
Standar
SNI-03-3985-2000 Alarm kebakaran
Detektor kebakaran
Permen PU Nomor 26
Tahun 2008 APAR
Hidran SNI 03 1745 2000
35
No Istilah Definisi Operasional
Cara Ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
1 Alarm
kebakaran
Tingkat pemenuhan elemen
pendeteksian kebakaran
pada Alarm kebakaran yang
terdapat di gedung rektorat
berdasarkan SNI -03-3985-
2000
Observasi
dan
Wawancara
Check list,
kuisioner, dan
kamera
Presentase
1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki
tingkat kesesuaian antara >80% - 100%
2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa
memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80%
3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa
memiliki tingkat kesesuaian <60%
4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali 0% .
(Saptaria et al tahun 2005)
Ordinal
2 Detektor Tingkat pemenuhan elemen
pendeteksian kebakaran,
perancangan detector,
pemasangan, serta
pemeliharaan detektor
kebakaran yang terdapat di
gedung rektorat
berdasarkan SNI -03-3985-
2000
Observasi
wawancara
dan
dokumen
Cheklist dan
kuisioner,
kamera
Presentase
1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki
tingkat kesesuaian antara >80% - 100%
2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa
memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80%
3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa
memiliki tingkat kesesuaian <60%
4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali 0%
(Saptaria et al tahun 2005)
Ordinal
3 APAR Tingkat pemenuhan elemen
pemasangan, pemeliharaan
serta pemakaian APAR
yang terdapat di gedung
rektorat berdasarkan Permen
PU Nomer 26 tahun 2008
Observasi
wawancara
dan
dokumen
Cheklist dan
kuisioner,
meteran,
timbangan,
dan kamera
Presentase
1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki
tingkat kesesuaian antara >80% - 100%
2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa
memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80%
3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa
memiliki tingkat kesesuaian <60%
4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali
(Saptaria et al tahun 2005)
Ordinal
3.2 Definisi Operasional
Tabel.3.1 Definisi Operasional
36
No Istilah Definisi Operasional
Cara Ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
4 Hidran Tingkat pemenuhan elemen
pemasangan, penggunaan
serta pemeliharaan Hidran
yang terdapat di gedung
rektorat berdasarkan SNI-
03-1745-2000
Observasi
Wawancara
dan
dokumen
Cheklist dan
kuisioner,
kamera,
meteran
Presentase
1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki
tingkat kesesuaian antara >80% - 100%
2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa
memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80%
3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa
memiliki tingkat kesesuaian <60%
4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali 0%
(Saptaria et al tahun 2005)
Ordinal
Lanjutan tabel 3.1
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, alat ukur penelitian ini
berupa penilaian kelayakan sistem proteksi kebakaran bangunan gedung
dengan metode check-list dan lembar wawancara. Data yang terkumpul akan
dianalisa secara deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan sistem proteksi
kebakaran pada gedung tersebut, serta hasilnya akan dibandingkan dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
SNI-03-3989-2000, SNI-03-3985-2000, dan SNI 03 1745 2000.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Untuk waktu penelitian akan dilakukan pada Maret-
Juni 2015.
4.3. Pengumpulan Data
Sumber data yang akan digunakan adalah data primer yang
diperoleh dari hasil observasi terhadap alat proteksi aktif kebakaran yang ada
dilapangan. Data primer ini meliputi keadaan aktual alat proteksi aktif
kebakaran, seperti alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR dan
Hidran. Data primer ini diambil dengan cara wawancara dan observasi
dengan pengelola gedung terkait inspeksi dan pemeliharaan proteksi aktif
kebakaran. Berikut ini cara pengambilan data penelitian :
39
a. Wawancara : Wawancara ini dilakukan untuk mengambil data
terkait elemen proteksi aktif di gedung rektorat meliputi
perancangan awal pemasangan alat proteksi aktif kebakaran
seperti Alarm kebakaran, detektor kebakaran, springkler,
APAR, dan Hidran. Wawancara ini dilakukan terhadap
penanggung jawab teknis proteksi aktif di gedung rektorat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Observasi : Observasi dilaksanakan untuk melihat keadan
aktual alat proteksi aktif kebakaran di gedung rektorat. seperti
Alarm kebakaran, detektor kebakaran, springkler, APAR, dan
Hidran. Observasi ini dilakukan diseluruh gedung rektorat dari
lantai satu sampai lantai tiga.
4.4. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini ada beberapa tahap dalam pengolahan data
1. Tahap telaah peraturan (Permen PU No 26 tahun 2008, SNI-03-3985-
2000, SNI-03-3989-2000, dan SNI 03 1745 2000) terkait standar
sarana proteksi aktif kebakaran
2. Membuat check list tiap-tiap sarana proteksi aktif yang ada seperti
sarana Alarm kebakaran, Detektor kebakaran, APAR dan Hidran
berdasarkan dengan persyaratan sarana proteksi aktif yang termaktub
dalam peraturan terkait standar sarana proteksi aktif kebakaran
3. Check list Sarana alarm kebakaran mempunyai lima elemen standar
sesuai dengan persyaratan SNI 03-3985-2000 (Lihat lampiran 1).
40
4. Check list Sarana detektor kebakaran mempunyai delapan elemen
standar sesuai dengan persyaratan SNI 03-3985-2000 (Lihat lampiran
2).
5. Check list APAR mempunyai tiga belas elemen standar sesuai dengan
persyaratan Permen PU nomor 26 tahun 2008 (Lihat lampiran 3).
6. Check list Hidran mempunyai tiga belas elemen standar sesuai dengan
persyaratan SNI 03-3985-2000 (Lihat lampiran 4).
7. Melakukan observasi dan wawancara terkait keadaan aktual sarana
proteksi aktif di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan panduan check list masing-masing sarana proteksi aktif.
8. Membandingkan kondisi aktual sarana proteksi aktif di gedung
rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan chek list peraturan
terkait standar sarana proteksi aktif kebakaran.
9. Menghitung perbandingan persentase kesesuaian antara kondisi aktual
sarana proteksi aktif yang ada di gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan check list peraturan standar sarana
proteksi aktif
10. Mendapatkan nilai persentase tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif
di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Membandingkan hasil persentase tingkat pemenuhan sarana proteksi
aktif di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
kriteria tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria
et al tahun 2005 dari Puslitbang PU tahun 2005.
41
12. Menarik simpulan dari perbandingan tersebut yaitu baik, cukup baik,
kurang dan tidak.
Berikut ini kriteria tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan
oleh Saptaria et al, dari Puslitbang PU tahun 2005:
Tabel 4.1
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran
Nilai Kesesuaian Keandalan
>80% - 100% Sesuai persyaratan Baik (B)
60% - 80%
Terpasang tapi ada sebagian kecil
instalasi yang tidak sesuai dengan
persyaratan
Cukup baik (C)
<60%
Terpasang tapi ada sebagian besar
instalasi yang tidak sesuai dengan
persyaratan
Kurang (K)
0% Tidak sesuai sama sekali Tidak
Sumber : Puslitbang PU Tahun 2005
4.5 Analisis Data
Data yang sudah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan
analisis univariat, yang menggambarkan dan membandingkan sistem proteksi
aktif di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan peraturan
perundangan yang berlaku dan Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait
proteksi aktif. Kemudian data dideskripsikan dengan cara persentase. Untuk
menghitung persentase penulis menggunakan rumus tabel tingkat penilaian
audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al, (2005).
Setelah semuanya dibandingkan dengan peraturan yang ada, dilakukan
penilaian dalam bentuk keterangan yaitu Sesuai, bila item yang dilihat pada
masing-masing elemen memenuhi peraturan pembanding. Cukup, bila
sebagian kecil elemen tidak memenuhi item pada peraturan pembanding.
Kurang, bila sebagian besar elemen tidak memenuhi item pada peraturan
42
pembanding. Tidak sesuai, bila semua elemen yang diteliti tidak memenuhi
item pada peraturan pembanding.
43
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berlokasi di kota tangerang
selatan tepatnya di Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat Tangerang Selatan Banten. UIN
Syarif Hidayatullah sendiri berdiri pada lahan seluas 65.870m2. Gedung rektorat
memiliki tinggi bangunan 3 lantai. Dimana setiap lantai terdiri dari berbagai ruang yaitu:
Lantai 1 Gedung Rektorat terdiri dari ruang toilet, gudang rumah tangga, bagian
kerjasama dan kelembagaan, ruang wakil rektor bidang kerjasama, internasional office,
lobi rektorat, information center, pusat pengembangan bisnis, pusat studi gender dan
anak, puskumham, dapur, kantor berita UIN dan toilet. Denah lantai 1 seperti pada
Gambar 5.1 berikut ini:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
KORIDOR
14
Keterangan : 1.Toilet, 2.Gudang rumah tangga, 3. Bagian kerjasama dan kelembagaan, 4. Ruang wakil rektor bidang
kerjasama, 5.Internasional office, 6. Lobi rektorat, 7. Lorong rektorat, 8. Information center, 9. Pusat pengembangan
bisnis, 10. Pusat studi gender dan anak, 11. Puskumham, 12. Dapur, 13. Toilet, 14.Kantor berita UIN
Gambar 5.1 Denah Lantai 1 Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
Lantai 2 gedung rektorat terdiri dari ruang toilet, ruang rektor, ruang wakil rektor
dua, lobi, ruang sidang utama, unit layanan pengadaan, ruang wakil rektor satu, ruang
kepala biro AAK, ruang wapat wakil rektor satu, dapur dan toilet. Denah lantai 2 seperti
pada Gambar 5.2 berikut ini:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KORIDOR
Keterangan : 1. Toilet, 2. Ruang rektor, 3.Ruang wakil rektor dua, 4. Lobi, 5. Ruang sidang utama, 6. Unit layanan
pengadaan, 7. Ruang wakil rektor satu, 8.Ruang kepala biro AAK, 9. Ruang wapat wakil rektor satu, 10. Dapur, 11.
Toilet.
Gambar 5.2 Denah Lantai 2 Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lantai 3 gedung rektorat terdiri dari lembaga penjamin mutu, satuan pengawas
internal, meeting room, mushola, lobi lantai 3, ruang PPM, pusat penelitian, dan dapur.
Denah lantai 3 seperti Gambar 5.3 berikut ini:
1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan: 1. Lembaga penjamin mutu, 2. Satuan pengawas internal, 3. Meeting room, 4. Lobi lantai 5. Mushola, 6.
Ruang PPM, 7. Pusat penelitian, 8. Dapur
Gambar 5.3 Denah Lantai 3 Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
45
5.2 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Sarana proteksi aktif di gedung Rektorat terdiri dari Alarm kebakaran, detektor
kebakaran, APAR dan Hidran,
5.2.1 Alarm Kebakaran
Alarm kebakar an (gambar 5.4) di gedung rektorat berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan. Alarm kebakaran di gedung rektorat mempunyai kontrol
panel di pos satpam lantai 1. Jika alarm ini berbunyi, maka dari pusat kontrol panel akan
langsung dapat menunjukan lokasi dari adanya kebakaran. Sistem alarm kebakaran di
gedung rektorat mempunyai alat pengeras yang melingkupi seluruh lantai. Di lantai satu
terdapat dua bel alarm yang berada pada sayap kanan dan sayap kiri. Di lantai dua juga
terdapat dua bel alarm yang terdapat di sayap kanan gedung dan sayap bagian kiri
gedung. Lantai tiga terdapat dua bel alarm yang posisinya serupa dengan di lantai satu
dan dua. Penempatan ini sangat memungkinkan untuk menyebarkan suara alarm
keseluruh ruangan gedung rektorat sehingga seluruh karyawan gedung mengetahui akan
adanya kebakaran.
Gambar 5.4 Alarm Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015
46
Tabel 5.1 memperlihatkan gambaran alarm kebakaran di gedung rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari enam bel alarm kebakaran yang terdapat di gedung
rektorat, 83% (lima buah) berada dalam kondisi baik. Satu buah berada dalam kondisi
kurang.
Tabel 5.1
Gambaran Alarm Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015
Berdasarkan gambaran peletakan sarana alarm kebakaran di gedung rektorat UIN
Syarif Hdayatullah Jakarta (tabel 5.2), secara peletakan ada satu buah dalam kondisi
kurang berada di gedung rektorat lantai satu di depan ruang information center dan lima
buah dalam kondisi baik.
Tabel 5.2
Gambaran Peletakan Sarana Bel Alarm Kebakaran di Gedung Rektorat
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta tahun 2015
Hasil wawancara dengan penanggung jawab teknis dan komandan satpam
gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat tergambarkan bahwa alarm di
No Bel alarm Lokasi Persentase Penilaian
1 1 Depan information center lt 1 20% Kurang
2 2 Depan international office lt 1 100% Baik
3 3 Depan ULP lt 2 100% Baik
4 4 Depan ruang rektor lt 2 100% Baik
5 5 Depan PPM lt 3 100% Baik
6 6 Depan SPI lt 3 100% Baik
Rata – rata 86,6% Baik
No Kategori Jumlah Persentase
1 Baik 5 83 %
2 Cukup baik 0 0 %
3 Kurang 1 17 %
47
gedung rektorat masih berfungsi, tetapi peneliti tidak bisa membuktikan secara langsung
fungsi alarm tersebut. Hal ini dikarenakan belum adanya izin dari pemangku kebijakan.
Selain itu, pada waktu penelitian keadaan kantor rektorat masih hari kerja, sehingga
dapat menimbulkan kekhawatiran. Walaupun di rektorat tidak pernah terjadi kasus
kebakaran.
Selain itu juga sistem alarm di gedung rektorat dilengkapi dengan kontrol panel
yang berada di pos satpam lantai satu. Panel control (gambar 5.5) ini dapat menunjukan
lokasi kebakaran jika alarm berbunyi. Berdasarkan wawancara dengan teknisi dan
komandan satpam panel ini masih berfungsi dapat menunjukan asal lokasi kebakaran
jika terjadi kebakaran. Tetapi terkait fungsi peneliti tidak bisa membuktikan sendiri. Hal
ini dikarenakan dapat mengganggu aktivitas bekerja.
\
Gambar 5. 5 Panel Kontrol di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015
Semua bagian ruangan di gedung rektorat dapat dijangkau oleh sistem alarm
kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi alarm. Berdasarkan wawancara dengan
petugas teknis, alarm ini dapat didengar ke seluruh ruangan. Tetapi terkait fungsi
peneliti tidak bisa membuktikan sendiri. Hal ini dikarenakan dapat mengganggu
48
aktivitas bekerja. Gedung rektorat sendiri tidak pernah mengalami kejadian kebakaran,
sehingga alarm kebakaran belum pernah berbunyi.
Selain wawancara peneliti juga melakukan observasi langsung ke gedung
rektorat terkait kondisi aktual sistem alarm kebakaran di gedung rektorat. Ada beberapa
elemen yang peneliti ambil dari Standar Nasional Indonesia terkait persyaratan umum
sistem alarm kebakaran untuk gedung. Tabel 5.3 berikut ini menunjukkan hasil checklist
tingkat pemenuhan sarana alarm kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dibandingkan dengan SNI -03-3985-2000 tentang Tata cara perencanaan,
pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan gedung :
Tabel 5.3
Tingkat Pemenuhan Sarana Alarm Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Kondisi Aktual Persentase Sesuai/tidak
sesuai
1 Alarm berbunyi khas
hingga mudah dikenal
sebagai alarm kebakaran
Alarm kebakaran di gedung
rektorat dapat berbunyi seperti
suara bel. Tetapi peneliti tidak
melakukan pengecekan fungsi
tersebut.
83,3%
Sesuai
2 Pada semua lokasi panel
control dan panel bantu
terpasang alarm
kebakaran.
Terdapat panel control dan
terdapat juga alarm kebakaran
pada panel control
(gambar 5.2)
83,3%
Sesuai
3 Semua bagian ruangan
dalam bangunan harus
dapat dijangkau oleh
sistem alarm kebakaran
dengan tingkat kekerasan
bunyi alarm.
Semua bagian ruangan dapat
dijangkau oleh sistem alarm
kebakaran dengan tingkat
kekerasan bunyi. Tetapi peneliti
tidak melakukan pengecekan
fungsi tersebut
83,3%
Sesuai
4 Panel control dapat
menunjukkan asal lokasi
kebakaran
Panel control dapat menunjukan
asal lokasi kebakaran. Pada
panel control ini akan menyala
83,3%
Sesuai
49
No SNI 03-3985-2000 Kondisi Aktual Persentase Sesuai/tidak
sesuai
merah pada lokasi yang terjadi
kebakaran
5 Panel control mampu
membantu kerja detektor
Panel control dapat membantu
kerja detektor
100% Sesuai
Hasil rata-rata tingkat pemenuhan alarm kebakaran di gedung rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah 86,6%. Sehingga menurut penilaian berdasarkan tabel
tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et al (2005), maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia dan masuk dalam kategori baik.
5.2.2 Detektor Kebakaran
Detektor kebakaran (gambar 5.6) yang terdapat digedung rektorat adalah detektor
asap. Berdasarkan hasil wawancara penentuan jenis detektor ini dipilih agar dapat
mendeteksi kebakaran secara dini, maksudnya sebelum terjadinya api, ketika keluar asap
maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran dititik tersebut. Walaupun belum
pernah terjadi kebakaran sistem detektor kebakaran ini berfungsi dengan baik.
Lanjutan Tabel 5.3
50
Gambar 5.6 Detektor Kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015
Berdasarkan wawancara sarana detektor kebakaran di gedung rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan detektor kebakaran yang terhubung dengan panel
kontrol. Hal ini guna membantu sarana detektor dengan sarana panel control serta alarm
kebakaran. Sarana detektor kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah juga
memputnyai persyaratan awal yaitu berupa gambaran rancangan awal pemasangan yaitu
di asbuilt drawing. Tetapi peneliti tidak bisa melihat dokumen tersebut dikarenakan
masih diperlukan waktu untuk mencari dokumen tersebut.
Sarana detektor di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum
terproteksi dari gangguan mekanis. Hal ini berdasarkan wawancara dengan petugas
teknisi. Hal ini seperti detektor di toilet lantai satu yang rusak dikarenakan adanya orang
yang tidak bertanggung jawab.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa sarana detektor kebakaran di gedung
rektorat terpasang diseluruh ruangan. Selain itu juga detektor di gedung rektoat terkait
pemasangan tidak masuk kedalam langit-langit gedung rektorat.
Berdasarkan wawancara dengan petugas teknis diketahui bahwa sarana detektor
di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini senatiasa dilakukan
51
pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan oleh teknisi. Selain itu, terkait dokumen
pemeliharaan detektor kebakaran di gedung rektorat ini tidak disimpan.
Berikut ini (tabel 5.4) gambaran kondisi detektor di gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015 :
Table 5.4
Gambaran Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015
No Kategori Jumlah Persentase
1 Baik 44 100 %
2 Cukup baik 0 0 %
3 Kurang 0 0 %
4 Tidak 0 0 %
Dari tabel 5.4 diatas memperlihatkan kondisi detektor di gedung rektorat dengan
kondisi baik sebanyak 44 buah (100 %).
Hasil pengamatan keberadan detektor menurut ruangan, tabel 5.5
memperlihatkan masih adanya ruangan yang tidak terdapat detektor yaitu information
center, puslitpen, lobi lantai 3 dan toilet.
Tabel 5.5
Gambaran Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015
No Lantai Nama ruang Jumlah
1
Lantai 1
Puskumham 2
2 Pusat Studi Gender dan Anak 2
3 Pusat Pengembangan Bisnis 1
4 Kantor Berita UIN 1
5 Information center 0
6 Lobi gedung 1
7 PLKI 2
8 Wakil rektor bidang kerjasama 1
9 Ruang rapat wakil rektor bidang kerjasama 1
52
No Lantai Nama ruang Jumlah
10 Bagian kerjasama 2
11 Toilet lantai 1 0
12
Lantai 2
Ruang Rapat wakil rektor bidang akademik 1
13 Kepala biro AAK 1
14 Ruang Staf Wakil rektor bidang akademik 1
15 Wakil rektor bidang akademik 1
16 Ruang Rapat 1
17 Unit Layanan Pengadaan 3
18 Lobi lantai 2 1
19 Ruang rektor 1
20 Ruang wakil rektor bidang administrasi umum 2
21 Ruang administrasi rektor 2
22 Toilet lantai 2 0
23
Lantai 3
Puslitpen 2
24 Kepala puslitpen 0
25 Pusat pengabdian masyarakat 1
26 Bekas ruang PPM (kondisi sekarang lagi kosong) 6
27 Lobi lantai 3 0
28 Meeting room 1
29 Satuan pengawas internal 2
30 Lembaga Penjamin Mutu 4
31 Toilet lantai 3 1
Berikut ini gambaran penempatan detektor disetiap ruangan (tabel 5.6). Dari
Tabel 5.6 diketahui bahwa detektor digedung rektorat berjumlah 44 buah detektor.
Detektor di gedung rektorat mendapatkan nilai 87,5 % . Nilai ini menurut Saptaria et al
tahun 2005 mempunyai arti baik.
Lanjutan Tabel 5.5
53
Table 5.6
Gambaran Pemenuhan Detektor di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015
No Lantai Nomor
detektor
Nama ruang Persentase Penilaian
1
Lantai 1
Detector 1 Puskumham 87,5 % Baik
2 Detector 2
3 Detector 3 Pusat Studi Gender dan Anak 87,5 % Baik
4 Detector 4
5 Detector 5 Pusat Pengembangan Bisnis 87,5 % Baik
6 Detector 6 Kantor Berita UIN 87,5 % Baik
7 Detector 7 Lobi gedung lantai 1 87,5 % Baik
8 Detector 8 PLKI 87,5 % Baik
9 Detector 9
10 Det ector 10 Wakil rektor bidang kerjasama 87,5 % Baik
11 Detector 11 Ruang rapat wakil rektor bidang kerjasama 87,5 % Baik
12 Detector 12 Bagian kerjasama 87,5 % Baik
13 Detector 13
14
Lantai 2
Detector 14 Ruang Rapat wakil rektor bidang akademik 87,5 % Baik
15 Detector 15 Kepala biro AAK 87,5 % Baik
16 Detector 16 Ruang Staf Wakil rektor bidang akademik 87,5 % Baik
17
Lantai 2
Detector 17 Wakil rektor bidang akademik 87,5 % Baik
18 Detector 18 Ruang Rapat 87,5 % Baik
19 Detector 19
Unit Layanan Pengadaan 87,5 % Baik 20 Detector 20
21 Detector 21
22 Detector 22 Lobi lantai 2 87,5 % Baik
23 Detector 23 Ruang rektor 87,5 % Baik
24 Detector 24 Ruang wakil rektor bidang administrasi
umum 87,5 % Baik
25 Detector 25
26 Detector 26 Ruang administrasi rektor 87,5 % Baik
27 Detector 27
28
Lantai 3
Detector 28 Puslitpen 87,5 % Baik
29 Detector 29
30 Detector 30
Pusat Pengabdian Masyarakat
(kosong) 87,5 % Baik
32 Detector 32
33 Detector 33
34 Detector 34
35 Detector 35
36 Detector 36
37 Detector 37 Meeting room 87,5 % Baik
38 Detector 38 Satuan pengawas internal 87,5 % Baik
39 Detector 39
40 Detector 40
Lembaga Penjamin Mutu 87,5 % Baik 41 Detector 41
42 Detector 42
43 Detector 43
44 Detector 44 Toilet lantai 3 87,5 % Baik
54
Tabel 5.7 berikut ini hasil tingkat pemenuhan sarana detektor kebakaran di
gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibandingkan dengan SNI-03-3985-
2000 tentang Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan
alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Tingkat pemenuhan sarana detektor kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sebesar 85,6%. Nilai ini menurut Saptaria et al tahun 2005
mempunyai arti Baik. Artinya sarana detektor di gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sudah sesuai dengan peraturan standar yang berlaku yaitu SNI-03-
3985-2000.
Tabel 5.7
Tingkat Pemenuhan Sarana Detektor Kebakaran di Gedung Rektorat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Kondisi Aktual Persentas
e
Sesuai/tida
k sesuai
1 Semua peralatan deteksi
kebakaran terdaftar dalam unit
control
Detektor terdaftar
dalam unit control
100 % Sesuai
2 Terdapat informasi lengkap
tentang detektor kebakaran,
termasuk persyaratan teknis
dan gambar denah.
Denah detektor terdapat
di asbuilt drawing /
denah gedung
100 % Sesuai
3 Detektor terproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis.
Terdapat detektor yang
rusak karena gangguan
dari orang tidak
bertanggung jawab
97,77 % sesuai
4 Detektor tidak terpasang
dengan cara masuk kedalam
permukaan langit-langit.
Detektor terpasang
tidak masuk ke langit
langit
(gambar 5.)
100 % Sesuai
5 Detektor terpasang pada
seluruh ruangan
Ada beberapa ruangan
yang tidak terpasang
detektor.
(gambar 5.3)
87,09 % Sesuai
6 Setiap detektor yang terpasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
Detektor dapat
dijangkau untuk
pemeliharaan
100 % Sesuai
55
No SNI 03-3985-2000 Kondisi Aktual Persentas
e
Sesuai/tida
k sesuai
pengujian secara periodic
7 Dilakukan inspeksi, pengujian
dan pemeliharaan
Detektor dilakukan
inspeksi oleh teknisi
100 % Sesuai
8 Dokumen hasil inspeksi
disimpan untuk waktu 5 tahun,
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwwenang
Dokumen inspeksi tidak
disimpan oleh teknisi.
0 % Tidak
sesuai
5.2.3 APAR
Hasil pengamatan Alat Pemadam Api Ringan di gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (tabel 5.8) menunjukkan terdapat enam buah APAR. Dua buah
APAR ini diletakan di pos satpam lantai satu. Sedangkan 4 APAR diletakan di ruang
teknisi. Hal ini dikarenakan masih proses pengisian ulang APAR. Selain itu juga APAR
di gedung rektorat masih dalam melakukan penambahan jumlah APAR. APAR di
gedung rektorat memiliki klasifikasi tipe ABC. Hal ini difungsikan untuk memadamkan
kebakaran dari jenis kertas, kayu dan korsleting listrik.
Tabel 5.8
Gambaran APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015
No Kategori Jumlah Persentase
1 Baik 0 0 %
2 Cukup baik 2 33,3 %
3 Kurang 4 66,6 %
Berdasarkan Tabel 5.8 diatas, dapat diambil arti bahwa sarana APAR digedung
rektorat memiliki 6 APAR. Empat APAR dalam kondisi Kurang, dua APAR dalam
kondisi cukup baik.
Lanjutan Tabel 5.7
56
Tabel 5.9 berikut ini memperlihatkan rincian pemenuhan APAR di gedung
rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tabel 5.9
Rincian Pemenuhan APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2015
No APAR Persentase Penilaian
1 APAR 1 69% Cukup baik
2 APAR 2 69% Cukup baik
3 APAR 3 53% kurang
4 APAR 4 53% Kurang
5 APAR 5 53% Kurang
6 APAR 6 53% Kurang
Menurut hasil wawancara dengan petugas teknis menjelaskan bahwa peletakan
APAR diletakan di pos satpam dikarenakan factor keamanan dari orang yang tidak
bertanggung jawab. Sehingga akan lebih aman jika diletakan di pos satpam.
APAR (Gambar 5.7) di gedung rektorat ini terpelihara dalam keadaan penuh dan
siap untuk dioperasikan. APAR sendiri digedung rektorat baru selesai dilaksanakan isi
ulang. Sehingga keadaan APAR masih full dan siap dioperasikan. Berdasarkan observasi
diketahui peletakan APAR jelas dan tidak terhalangi untuk yang 2 APAR di gedung
rektorat. Sedangkan untuk yang 4 APAR di gedung teknisi tidak terlihat karena berada
di ruang tertutup dan masih belum dipindahkan ke gedung rektorat. APAR di gedung
rekotrat juga mempunyai intruksi pemakaian APAR yang berada di depan bagian
APAR.
57
Gambar 5.7 APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015
Berdasarkan observasi, APAR di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tidak terdapat label pemeliharan. Hal ini dikarenakan pemeliharaan dicatat
dengan menggunakan buku pencatatan ketika dilakukan pemeriksaan oleh pihak petugas
teknis. Pemeliharaan APAR dilakukan secara manual oleh teknisi di rektorat.
Pemeliharaan ini dilakukan untuk jangka waktu kira-kira 30 hari. Setelah itu hasil dari
pemeriksaan di catat di buku. Buku pemeliharaan ini disimpan oleh petugas teknis.
Berdasarkan observasi pada APAR di gedung rektorat tidak terdapat label atau
kartu yang memuat bulan, tahun dilakukan pemeliharaan serta identitas pemeriksa. Hal
ini tidak tedapat pada APAR di gedung rektorat.
Berikut ini hasil pemenuhan APAR di gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dibandingkan dengan Permen PU nomor 26 tahun 2008
tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan (lihat tabel 5.10).
58
Dari enam APAR diambil rata-rata pemenuhan sebesar 58 %. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah Kurang
sesuai persyaratan dengan Permen PU No. 26/PRT/M/2008. Artinya terpasang APAR
tetapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan.
Tabel 5.10
Tingkat Pemenuhan APAR di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan Permen PU No.
26/PRT/M/2008
No Permen PU No.26/PRT/M/2008 Kondisi Aktual Persentase Sesuai/tidak
sesuai
1 Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari
huruf yang menunjukkan kelas api dimana
APAR tersebut terbukti efektif.
APAR di rektorat
memiliki klasifikasi
tipe ABC
100 % Sesuai
2 APAR selalu dipelihara dalam kondisi
penuh dan siap
dioperasikan
APAR dipelihara dan
dalam keadaan penuh
siap pakai
100 % Sesuai
3 APAR diletakkan di tempat yang terlihat
mata, mudah dijangkau dan siap dipakai.
APAR diletakan di
tempat terlihat 2 di pos
satpam dan 4 buah
diletakan di ruang
teknisi
33 % Sesuai
4 APAR tampak jelas dan tidak terhalangi. APAR terlihat jelas
dan tidak terhalangi
100% Sesuai
5 APAR selainjenis APAR beroda dipasang
kokoh pada penggantung, atau pengikat
buatan manufaktur APAR, atau pengikat
yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan
tersebut,
APAR tidak di
gantung kokoh di pos
satpam. Dan diletakan
di lantai
0% Tidak Sesuai
6 Instruksi pengoperasian harus ditempatkan
pada bagian de
pan dari APAR dan harus terlihat jelas.
Terdapat intruksi
pemakaian
100% sesuai
7 Label pemeliharaan enam bulan, label uji
hidrostatik, atau label lain harus tidak boleh
ditempatkan pada bagian depan dari APAR
atau ditempelkan pada bagian depanAPAR.
Tidak terdapat Label
pemeliharaan yang di
letakan pada bagian
belakang
0% Tidak Sesuai
8 APAR diinspeksi secara manual atau
dimonitor secara elektronik
APAR diinspeksi
secara manual oleh
teknisi gedung rektorat
100% Sesuai
59
5.2.4 Hidran
Hidran (gambar 5.8) di gedung rektorat ditempatkan diluar gedung berjumlah
dua buah. Satu buah diletakan di sayap kanan gedung rektorat di dekat bagian akademik.
Sedangkan hidran yang satu berada di sayap kiri gedung dekat dengan Fakultas Dirasah
Islamiyah. Keadaan hidran ini berada dekat dengan jalur utama mobil. Hal ini
memungkinkan untuk membantu mobil damkar masuk jika terjadi kebakaran, sehingga
dapat membantu proses pemadaman.
No Permen PU No.26/PRT/M/2008 Kondisi Aktual Persentase Sesuai/tidak
sesuai
9 APAR diinspeksi pada setiap interval
waktukira-kira 30 hari
APAR diinspeksi
setiap kurun waktu
kira-kira 30 hari oleh
teknisi
100% Sesuai
10 Arsip dari semua APAR yang diperiksa
(termasuk tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Arsip inspeksi APAR
disimpan di bagian
teknisi
100% Sesuai
11 Sekurang-kurangnya sebulan sekali
pemeriksaan dilakukan dan tanggal, nama
petugas yang melakukan pemerikaan harus
tercatat
Dilakukan
pemeriksaan, nama
petugas tercatat di
buku pemeriksaan
100% Sesuai
12 Setiap APAR mempunyai kartu atau label
yang dilekatkan dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Tidak Terdapat kartu
pada APAR
0% Tidak sesuai
13
Pada label pemeliharaan terdapat
identifikasi petugas yang melakukan
pemeliharaan.
pada label tidak
terdapat nama petugas
yang melakukan
pemeliharaan
0% Tidak Sesuai
Lanjutan Tabel 5.10
60
Gambar 5.8 Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015
Menurut hasil wawancara dengan responden peletakan hidran ini diharapkan
dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran dan hidran diletakkan ditempat
terbuka agar mudah dijangkau siapa saja dan langsung dapat memadamkan. Kotak
hidran dicat warna merah dan tidak terkunci, menurut responden hal diatas dilakukan
agar apabila terjadi kebakaran, para pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan
kotak hidran dan membukanya.
Dari dua hidran halaman yang ada di gedung rektorat, hanya satu yang memiliki
selang kebakaran dan nozel, sedangkan hidran yang satu hanya mempunyai selang dan
tidak terdapat nozel. Menurut informasi yang didapat pada saat wawancara nozel yang
berada pada kotak hidran diambil orang yang tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil observasi lapangan didapatkan data bahwa lemari hidran di
gedung rektorat hanya digunakan untuk menyimpan perlatan kebakaran seperti slang
dan nozel. Selain itu juga kotak hidran tertulis dengan jelas tulisan”HYDRANT” dengan
cat warna yang mencolok warna merah. Sambungan hidran tidak terhalang serta slang
kebakaran siap untuk digunakan. Dari hasil observasi lapangan ini bisa diambil
61
kesimpuan bahwa poin dari sarana hidran terkait slang kebakaran dan hidran tampak
menyolok sesuai dengan standar nasional Indonesia.
Selain itu, ditemukan kotak hidran yang hanya berisi slang kebakaran, tetapi
tidak terdapat nozel. Sehingga poin ini tidak sesuai dengan standar yang berlaku, yang
mewajibkan adanya nozel (gambar 5.9).
Gambar 5.9 Isi Hidran Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015
Berikut ini hasil dari tingkat pemenuhan sarana hidran di gedung rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dibandingkan dengan SNI -03-1745-2000 tentang tata cara
perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung (lihat tabel 5.11).
62
Tabel 5.11
Tingkat Pemenuhan Hidran di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Kondisi Aktual Persentase Sesuai/
tidak sesuai
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Lemari hidran hanya
digunakan untuk menyimpan
peralatan kebakaran
(gambar 5.5)
100% Sesuai
2 Setiap lemari hidran di cat dengan
warna yang menyolok mata
Lemari hidran di cat dengan
warna menyolok warna merah
(gambar 5.4)
100% Sesuai
3 Setiap sambungan slang dan kotak
hidran tidak boleeh terhalang
sambungan selang dan kotak
hidran tidak terhalang
(gambar 5.5 )
100% Sesuai
4 slang kebakaran dilekatkan dan
siap untuk digunakan
Selang kebakaran dilekatkan
pada kota hidran dan siang
untuk digunankan
(gambar 5.5 )
100% Sesuai
5 Setiap kotak slang dipasang
dengan rak yang terdaftar atau
fasilitas penyimpanan lain yang
disetujui.
Kotak selang disimpan pada
kotak hidran
(gambar 5.5)
100% Sesuai
6 Terdapat nozel Nozel di rektorat ada yang
hilang (gambar 5.5)
50 % Sesuai
7 Masing-masing rak atau fasilitas
penyimpanan untuk slang
dibuatkan label dengan tulisan
berbunyi “ Slang kebakaran untuk
digunakan penghuni”
Tidak terdapat tulisan berbunyi
“selang kebakaran untuk
digunakan penghuni”
(gambar 5.4)
0% Tidak sesuai
8 Terdapat instruksi pemakaiannya Tidak terdapat intruksi
pemakaian
(gambar 5.4)
0% Tidak sesuai
9 Sambungan slang mempunyai ulir
sesuai ketentuan yang berlaku.
Sambungan selang mempunyai
ulir (gambar 5.5)
100%
Sesuai
10 Sambungan slang dipasang
dengan tutup (cap) untuk
melindungi ulir slang
Terdapat tutup untuk
melindungi ulir
(gambar 5.5)
100% Sesuai
11 Terdapat hidran halaman Terdapat hidran halaman
(gambar 5.4)
100% Sesuai
12 Hidran halaman diletakan di
sepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Hidran halaman berada di
sepanjang jalur akses mobil
100% Sesuai
13 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam kebakaran
≤ 50 meter dari hidran
Jarak hidran sayap kanan 5
meter dari jalur masuk mobil
dan jarak hidran sayap kiri 25
meter dari jalur masuk mobil.
100% Sesuai
63
Dari tiga belas persyaratan mengenai hidran menurut SNI 03-3985-2000 , ada
10 persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 80,7%. Nilai scoring
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan
tingkat kesesuainnya adalah baik.
5.3 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif di Gedung Rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Nilai rata-rata tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif ini diambil dari nilai
yang didapatkan pada masing – masing sarana seperti alarm kebakaran, detektor
kebakaran, APAR, dan Hidran.
Tabel 5.12
Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif di Gedung
Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarat tahun 2015
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 Alarm Kebakaran 86,6 % 2 Detektor Kebakaran 85,6 % 3 APAR 58 % 4 Hidran 80,7%
Rata-rata 76,3 %
Maka berdasarkan tabel 5.12 diatas, rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu 76,3% adalah cukup baik
artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi sarana proteksi aktif yang tidak sesuai
dengan peraturan perundangan.
64
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan sarana proteksi aktif
kebakaran dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem
proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan, Standar Nasional
Indonesia SNI-03-3989-2000, SNI-03-3985-2000, dan SNI 03 1745 2000. Akan
tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja, hal ini disebabkan karena terdapat
beberapa elemen yang tidak bisa dibandingkan karena tidak adanya informasi
mengenai elemen tersebut, Selain itu keterbatasan waktu dan biaya penelitian juga
menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
Peneliti juga menyadari terdapat keterbatasan dalam melakukan penelitian ini.
Dalam melakukan pengecekan terhadap fungsi alat proteksi aktif kebakaran, peneliti
tidak dapat melakukan pengecekan terkait fungsi alat proteksi aktif kebakaran karena
belum adanya kebijakan dari penanggung jawab gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan dapat mengganggu aktivitas di gedung rektorat. Untuk
menutupi kekurangan ini, peneliti menggunakan wawancara agar dapat diketahui
dengan pasti fungsi peralatan tersebut.
65
6.2 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang
persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
disebutkan bahwa pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya
kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai
bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun meminimalisasi
risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan
kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif. Sarana
proteksi aktif merupakan kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan
kebakaran, pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran (Saptaria et al,
2005).
Sarana proteksi aktif yang terdapat di gedung Rektorat UIN Jakarta meliputi
Alarm kebakaran, Detektor kebakaran, APAR dan Hidran. Dengan sistem proteksi
aktif yang baik, pihak rektorat dapat memberikan keamanan kepada penghuni
ataupun karyawan rektorat dapat menjalankan aktivitas secara nyaman dan tidak
khawatir dengan bahaya kebakaran yang dapat terjadi. Sampai dengan penelitian ini
dilakukan, belum pernah terjadi kasus kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif kebakaran di gedung rektorat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai nilai 76,3%. Menurut Saptaria et al tahun
66
2005 dalam audit kebakaran puslitbang PU nilai 76,3 % mempunyai arti bahwa
nilainya adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi sarana
proteksi aktif yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
Sarana proteksi aktif di gedung rektorat UIN Jakarta sudah terpasang, tetapi
masih ada sebagian kecil instalasi sarana proteksi aktif yang belum sesuai standar
yang berlaku, diantaranya sarana alarm kebakaran di gedung rektorat terdapat bel
alarm yang rusak kaca lampu alarmnya, detektor kebakaran belum terpasang semua
di seluruh ruangan di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah, dokumen
pemeliharan detektor belum tersimpan sampai dengan 5 tahun, APAR di gedung
rektorat masih belum optimal dalam hal penempatan, jumlah dan pemeliharaan.
Hidran di gedung rektorat yang tidak memiliki intruksi pemakaian serta salah satu
hidran tidak terdapat nozel.
Kekurangan instalasi yang belum terpasang atau sesuai dengan standar ini
dapat menimbulkan dampak yang serius jika terjadi kebakaran. Seperti Alarm
kebakaran karena tidak pernah kejadian kebakaran dan belum dilakukan pemeriksaan
fungsi alarm, dapat menimbulkan kemungkinan macet ketika terjadi kebakaran.
Sehingga alarm kebakaran tidak menyala dan menimbulkan kebakaran. Detektor
kebakaran juga dapat mengalami kemacetan jika sudah lama tidak dilakukan
pemeriksaan dan uji coba. Sehingga ini dapat menimbulkan gagalnya pendeteksian
dini kebakaran. Ruangan yang tidak terpasang detektor jika terjadi kebakaran dapat
menyebabkan tidak diketahuinya secara cepat adanya kebakaran tersebut. APAR
yang masih kurang dan penempatan APAR yang tidak berada disetiap lantai dapat
67
membuat kebakaran menjalar lebih cepat dan pemadaman membutuhkan waktu lama.
Ketika terjadi kebakaran hidran yang tidak ada nozelnya juga kurang efektif dalam
memadamkan kebakaran. Kebakaran ini dapat berakibat kerugian seperti kerugian
fasilitas dan aset yang dimiliki oleh UIN Syarif Hidayatullah, kerugian jiwa, materi,
serta kerugian sosial.
Alarm dan detektor kebakaran akan dapat melindungi penghuni gedung atau
karyawan rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adanya detektor dan alarm
kebakaran yang baik, penghuni dapat segera mengetahui jika terjadi kebakaran
dengan cepat dan tentu dapat mengambil langkah cepat dan tepat. Hal ini didukung
dengan tersedianya APAR dalam jumlah yang cukup dan penempatan yang ada
disetiap lantai akan dapat menambah cepatnya respon tanggap darurat kebakaran.
Sehingga api yang ada akan cepat ditindak sedini mungkin.
Pihak rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri akan mendapat
keuntungan karena dengan deteksi dan alarm kebakaran yang baik, pihak rektorat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat segera mengetahui bila terjadi kebakaran dan
dapat melakukan tindakan pemadaman sebelum kebakaran membesar. Sehingga
pihak rektorat dapat meminimalisir kerugian yang diterima akibat kebakaran.
Kerugian yang dapat dihindari diantaranya kerugian akibat kerusakan aset
rektorat dari kebakaran. Bila kebakaran terjadi pastinya akan merusak fasilitas dan
aset rektorat yang berada dalam gedung. Meskipun ada kerugian jika terjadi
kebakaran, akan lebih kecil kerugiannya jika terpasang detektor dan alarm kebakaran.
68
Saran yang diberikan untuk pengelola gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yaitu melakukan pemeliharaan alarm kebakaran dan detektor
kebakaran secara rutin, memasang detektor kebakaran di setiap ruangan yang belum
terpasang detektor kebakaran, menempatkan APAR dalam jumlah yang cukup
disetiap lantai dan menyediakan nozel untuk hidran yang tidak terdapat nozel.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Trikomara tahun 2014,
tentang evaluasi keandalan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung studi
kasus gedung kantor bupati indragiri hilir mendapatkan hasil bahwa hasil perhitungan
didapat nilai persentase sistem proteksi aktif yaitu sebesar 82,60 %, nilai ini
mempunyai arti bahwa keandalan sistem proteksi aktif di gedung kantor bupati dalam
kondisi baik. Atau sudah sesuai dengan persyaratan standar. Namun ada beberapa
elemen yang belum yaitu adanya petunjuk pemakaian APAR. Selain penelitian
Trikomara, pernah juga dilakukan penelitian oleh Syafriandi meneliti tentang
keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran studi kasus
gedung surya dumai group dan bank tabungan negara kota pekanbaru mendapatkan
hasil bahwa 74.13 % artinya keandalan sistem keselamatan gedung tersebut cukup
artinya ada beberapa elemen yang belum terpenuhi yaitu elemen perawatan sarana
proteksi aktif di gedung surya dumai group dan BTN. Penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Budi Laksiito terkait evaluasi penerapan sistem proteksi kebakaran
pada bangunan rumah sakit studi kasus rs soeharso Surakarta mendapatkan hasil
bahwa 92,77 %. Artinya sarana proteksi kebakaran baik atau sesuai dengan standar
69
yaitu sudah terdapat alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR dan Hidran serta
sarana penyelamat jiwa.
Melihat hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan penilaian audit
kebakaran menurut Saptaria et al tahun 2005, maka hasil penelitian di gedung
rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
karena menggunakan metode penilaian yang sama. Untuk melihat sarana proteksi
aktif kebakaran digedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perlu dilakukan
penilaian elemennya seperti sarana alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR, dan
hidran. Untuk lebih lengkapnya akan dibahas sarana proteksi aktif di gedung rektorat
sebagai berikut:
6.2.1 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut permen PU nomer 26 tahun 2008 merupakan
komponen yang berfungsi untuk mengontrol bekerjanya sistem, menerima dan
menunjukkan adanya isyarat kebakaran, mengaktifkan alarm kebakaran,
melanjutkan ke fasilitas lain terkait, dan lain-lain. Suatu sistem alarm kebakaran
terpasang harus diperlukan untuk mendeteksi situasi berbahaya secara dini,
memberitahukan penghuni untuk memudahkan evakuasi tepat pada waktunya,
memulai respon dinas/regu pemadam kebakaran, dan pada beberapa kasus
mengoperasikan sistem pemadam otomatis. Operasi yang handal dari setiap
sistem alarm kebakaran terpasang terkait secara langsung dengan inspeksi,
pengujian dan pemeliharaan sistem tersebut.
70
Semua bagian ruangan dalam bangunan harus dapat dijangkau oleh sistem
alarm kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi alarm yang khusus untuk
ruangan tersebut. Alarm kebakaran harus dipasang untuk ruang khusus di mana
suara – suara dari luar tidak dapat terdengar. Sarana alarm luar harus dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan pula sebagai penuntun cara masuk
bagi anggota pemadam kebakaran dari luar. Untuk menghindari alarm yang tidak
diinginkan, lokasi detektor asap harus juga mempertimbangkan sumber asap
normal, uap air, debu atau uap, listrik atau pengaruh mekanis. (Permen PU,
2008).
Sistem alarm kebakaran di gedung rektorat mempunyai alat pengeras bel
yang melingkupi seluruh lantai. Di lantai satu terdapat dua bel alarm yang berada
pada sayap kanan dan sayap kiri. Di lantai dua juga terdapat dua bel alarm yang
terdapat di sayap kanan gedung dan sayap bagian kiri gedung. Lantai tiga
terdapat dua bel alarm yang posisinya serupa dengan di lantai satu dan dua.
Menurut SNI 03-3985-2000 terkait kesesuaian persyaratan elemen alarm
kebakaran. Sistem alarm kebakaran di gedung rektorat mendapatk nilai skor
86,6%. Nilai skoring tersebut berasal dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan Saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah sesuai dengan SNI 03-3985-2000 dan masuk dalam kategori
baik.
71
Dalam standar ini dijelaskan bahwa sistem alarm harus mempunyai bunyi
irama yang khas sehingga dapat dikenali sebagai suara alarm kebakaran. Selain
itu juga, sistem alarm di gedung rektorat mempunyai panel control yang
langsung dapat menunjukan asal lokasi kebakaran. (SNI 03-3985-2000).
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh trikomara et al tahun 2012
menghasilkan bahwa sarana proteksi belum memenuhi bobot persentase yang
diperlukan diantaranya pada bagian memasang alat pemicu alar kebakaran
dengan jarak kurang dari 30 meter, serta Melakukan pemeliharaan dan
penyetelan alat proteksi kebakaran secara berkala agar dapat befungsi
dengan baik dan dapat digunakan sewaktu dibutuhkan.
Sarana alarm kebakaran di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menurut Standar Nasional Indonesia sudah baik. Artinya Semua komponen
sistem proteksi kebakaran telah sesuai dengan elemen persyaratan. Alarm ini
masih berfungsi walaupun dalam faktanya tidak pernah terjadi kasus kebakaran.
Dalam gedung rektorat terdapat satu bel alarm yang dalam kondisi kurang.
Bel alarm ini berada di lantai satu didepan ruang information center. Bel alarm
yang kurang ini dapat mengakibatkan jika terjadi kebakaran tidak berfungsi
ataupun macet. Sehingga kejadian kebakaran akan lama dalam hal respon
terhadap petugas yang ada. Dampak yang lebih besar lagi dari adanya kebakaran
dapat menimbulkan rusaknya fasilitas dan aset yang dimiliki oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta serta korban jiwa, materi dan menimbulkan kerugian social
72
karena terjadi kasus kebakaran dimungkinkan citra UIN akan menurun dimata
masyarakat.
Hal ini harus senantiasa dijaga serta dilakukan perbaikan pada alarm di
lantai satu di depan ruang information center, dan dilakukan inspeksi lebih rutin
lagi. Mengingat tidak pernah ada kejadian kebakaran, sehingga perlu dilakukan
pemeliharaan sarana alarm kebakaran. Sehingga nanti sewaktu ada kejadian
kebakaran, alarm kebakaran di gedung rektorat dapat berfungsi dengan baik.
Seperti dalam bukunya kennedy “low voltage wiring , security/fire alarm
systems” tahun 2002 menyebutkan bahwa alarm harus senantiasa diinspeksi
secara teratur.
6.2.2 Detektor kebakaran
Detektor kebakaran yang terdapat digedung rektorat adalah detektor asap.
Berdasarkan hasil wawancara Penentuan jenis detektor ini dipilih agar dapat
mendeteksi kebakaran secara dini, maksudnya sebelum terjadinya api, ketika
keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran dititik
tersebut. Walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor kebakaran
ini berfungsi dengan baik.
Menurut SNI 03-3985-2000 tentang tata cara perencanaan, pemasangan dan
pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung. Ada beberapa elemen yang digunakan untuk
menilai tingkat kenadalan deteksi kebakaran. Tingkat pemenuhan dietektor
73
digedung rektorat menurut SNI 03-3985-2000 mendapatkan nilai scoring 85,6
%. Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai elemen check list
detektor yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan Saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik atau terpasang sesuai persyaratan dengan SNI 03-3985-
2000.
Kriteria syarat detektor di gedung rekotrat yang memenuhi syarat dari
peraturan standar yang berlaku meliputi seluruh detektor terdaftar dalam panel
kontrol. Hal ini memungkinkan untuk melanjutkan kerja detektor. Detektor asap
bekerja tergantung kepada masuknya asap kedalam kamar pengindera atau sinar
cahaya. Ketika konsentrasi yang cukup telah ada, pengoperasian akan dapat
dicapai. Karena detektor biasanya diletakkan di langit-langit, waktu bereaksi
tergantung pada tabiat/pembawaan dari api. Api yang panas akan mendorong
asap sampai ke langit-langit secara cepat. Ketika detektor beroperasi maka akan
langsung menyala alarm.(Permen PU 2008).
Selain itu, ada beberapa ruangan di gedung rektorat yang tidak terpasang
dengan detektor yaitu ruang information center, puslitpen dan lobi lantai 3. Hal
ini dapat mengakibatkan jika terjadi kebakaran akan lama dalam respon tanggap
terhadap kebakaran. Sehingga proses pemadaman api akan lama dan
mengakibatkan hilangnya fasilitas atau aset gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selain itu, kebakaran ini dapat mengakibatkan kerugian
74
jiwa, materi dan kerugian social. Menurut Burke tahun 2008 beliau mengatakan
dalam bukunya fire protection and system and response bahwa detektor harus
dipasang disetiap lantai dan idealnya dipasang di seluruh ruangan di setiap lantai.
Sehingga menurut buku ini, pemasangan detektor diseluruh ruangan gedung
rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum sesuai dan efektif untuk
melindungi dari bahaya kebakaran.
Sarana detektor di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga
dilakukan pemeliharaan inspeksi walaupun pemeliharaannya secara manual dan
tidak tercatat dengan dokumen yang tersimpan. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Kennedy dan traister tahun 2002 menyatakan bahwa
Pemeliharaan detektor meliputi dari pengetesan program dan inspeksi secara
periodik dari menurunnya fungsi dan dari korosi. Fungsi detektor ini dicek
selama diadakan pengetesan detektor. Sehingga dapat diketahui masih berfungsi
atau tidak. Detektor diperlukan pemeliharaan secara periodik dari kotoran atau
terkena debu dari lingkungan (Kennedy dan Traister, 2002).
Detektor kebakaran harus dibersihkan dua atau tiga kali dalam satu tahun
atau setelah detektor itu berfungsi karena terkena asap. Setiap unit detektor harus
dibuka hati-hati dan komponen dibersihkan dengan alcohol. Detektor dilakukan
pengetesan sekurang kurangnya satu kali satu tahunnya. Tes ini dilakukan
dengan praktis dengan cara menghembuskan asap dari rokok, ataupun pipa. Atau
asap yang lain. Dan setiap hasil rekaman disimpan untuk menjamin bahwa
semua detektor diperiksa sesuai jadwal. (Kennedy dan Traister, 2002).
75
Adapun syarat detektor di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang belum terpenuhi menurut SNI 03-3985-2000 adalah :
a. Detektor tidak terpasang diseluruh ruangan gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Dokumen hasil inspeksi yang tidak disimpan dalam kurun waktu lima
tahun.
Menurut Denoel tahun 2007 menyatakan bahwa pemasangan detektor telah
membuat penurunan rata-rata jumlah kematian dan cedera serius 80%. Selain itu
juga pemakaian detektor kepada penghuni merupakan hal penting untuk
mengurangi kasus kebakaran di Perumahan. Efektivitas dalam mengurangi kasus
kebakaran ini telah dibuktikan oleh negara lain (Muhadi, 2009).
Seharusnya rekaman lokasi detektor, kesimpulan pengetesan dan lainnya
harus di simpan di buku catatan. Buku catatan yang tersimpan di computer.
Sehingga jika ada detektor yang tidak tercatat dibuku akan ketahuan detektor
yang rusak dan tidak berfungsi (Kennedy dan Traister 2002).
Detektor harus selalu dilakukan inspeksi dan pemeliharaan serta dokumen
disimpan dengan rapi. Hal ini karena mengingat bagus dan tidaknya detektor
kebakaran serta keamanan detektor sangat bergantung pada inspeksi , pengujian
dan pemeliharaan. Selain itu, jika detektor tidak dipelihara dengan baik,
kemungkinan sewaktu kejadian kebakaran fungsi detektor menurun.
76
Menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh budi laksito tahun
2014. Mendapatkan hasil bahwa sarana detektor di gedung rumah sakit dr suroso
Surakarta terkait detektor masih perlu dilakukan Pengecekan dan perawatan
rutin terhadap peralatan-peralatan proteksi kebakaran. sehingga kemampuan
detektor akan selalu baik.
Saran yang dapat dilakukan oleh pengelola gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yaitu dengan cara memasang ruangan yang belum terdapat
detektor (information center, puslitpen dan lobi lantai 3), melakukan inspeksi,
pemeliharaan dan pengetesan fungsi detektor kebakaran secara rutin sehingga
dapat dipantau fungsi dari detektor tersebut; menyimpan arsip pemeliharaan.
6.2.3 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Tingkat pemenuhan APAR di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta mendapatkan nilai scoring 58%. Menurut penilaian berdasarkan tabel
tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et al (2005),
maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah kurang artinya
terpasang tapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan.
APAR di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berjumlah 6
buah. Dua buah berada di pos satpam lantai satu gedung rektorat. Empat buah
APAR masih terdapat di ruang teknisi. APAR di gedung rektorat secara
pemenuhan terhadap standar yang berlaku yaitu Permen PU no 26 tahun 2008
77
terdapat 2 APAR dalam kondisi cukup baik. Sedangkan empat APAR dalam
kondisi kurang.
Elemen APAR digedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
sudah sesuai dengan standar yang berlaku yaitu:
a. APAR rektorat mempunyai klasifikasi yaitu ABC
b. APAR selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap dioperasikan
c. APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah dijangkau dan siap
dipakai.
d. APAR tampak jelas dan tidak terhalangi
e. APAR diinspeksi secara manual atau elektronik
f. APAR diinspeksi setiap waktu kira-kira 30 hari
g. Arsip hasil inspeksi disimpan
Klasifikasi APAR yang berada di gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta adalah ABC. Hal ini mempunyai arti bahwa APAR ini efektif untuk
memadamkan kebakaran yang berasal dari kayu, kertas, minyak dan kebakaran
yang berasal dari korsleting listrik (Fergusson, 2005). Syarat ini juga sesuai
dengan pendapat Ramli tahun 2010, bahwa dalam pemilihan APAR, hal yang
menjadi pertimbangan adalah APAR yang tersedia sesuai dengan jenis resiko
kebakaran yang dipadamkan.
APAR di gedung rektorat senantiasa dipelihara dan dalam keadaan penuh
sehingga dapat digunakan setiap saat. Menurut Furness dan Mucket (2007)
78
APAR harus secara akif dilakukan monitoring. Guna menjamin apar tersebut
tersedia, cocok, terinspeksi dan tes dari manufaktur terkait. Meliputi pengecekan
tahunan dan inspeksi dari orang yang kompeten. Sebagai tambahan, apar harus di
inspeksi secara periodik untuk memastikan apar terletak di tempat yang tepat,
keadaan penuh dan kondisi yang baik. dan di uji oleh orang yang berkompeten
selama waktu yang relevan.
APAR di gedung rektorat terdapat di pos satpam sehingga mudah dilihat dan
dijangkau oleh satpam. Tetapi hanya berjumlah dua buah. Sedangkan empat
buah APAR masih terdapat di ruang teknisi. Hal ini dikarenakan belum
dipindahkan dan ditempatkan di setiap lantai. APAR secara idealnya
ditempatkan disetiap lantai dan dapat dilihat oleh penghuni gedung rektorat. Hal
ini dimungkinkan guna mengambil langkah tepat dan cepat ketika terjadi
kebakaran. Sehingga orang yang pertama melihat api atau kejadian kebakaran
langsung tanggap dalam memadamkan api.
Dampak dari kurangnya APAR yang berada di gedung rektorat yang belum
terpasang pada setiap lantai ini yaitu apabila terjadi kebakaran akan memerlukan
waktu lama dalam hal tanggap darurat kebakaran. Sehingga api akan membesar
sehingga dapat merusak fasilitas atau asset gedung rektorat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sendiri. Selain itu juga dapat menimbulkan berbagai
kerugian baik jiwa, materi maupun kerugian lainnya.
79
Sedangkan elemen APAR yang berada di gedung rektorat yang belum
memenuhi persyaratan standar yaitu:
a. APAR tidak digantung dan mempunyai label inspeksi.
b. APAR tidak di gantung kokoh di pos satpam diletakan di lantai
c. Tidak terdapat Label pemeliharaan yang di letakan pada bagian belakang
d. Tidak Terdapat kartu pada APAR
Menurut Permen PU nomer 26 tahun 2008 terkait pemeliharaan, perawatan
dan pengisian ulang harus dilakukan oleh petugas yang terlatih, mempunyai
manual perawatan menyeluruh, alat perkakas dari jenis yang cocok, bahan
isi ulang, pelumas, dan rekomendasi manufaktur untuk penggantian bagian –
bagian atau bagian yang khusus terdaftar untuk digunakan dalam APAR. Selain
itu juga arsip harus dipelihara melalui etiket atau label yang ditempelkan pada
APAR, lewat daftar simak inspeksi yang dipelihara pada arsip atau lewat
metoda elektronik yang menjamin arsip tersimpan permanen.
Menurut Permen PU no 24 tahun 2008 tentang Pedoman Pemeliharaan Dan
Perawatan Bangunan Gedung, catatan inspeksi bulanan berisi alat pemadam api
ringan yang diinspeksi, tanggal dan paraf personil yang melakukan, harus
dimuat dalam label (tag) pemeliharaan yang dilekatkan pada alat pemadam
api ringan tersebut.
Menurut Canter dalam Ramachandran tahun 2003, bahwa penghuni harus
sadar dan faham akan penempatan apar dan terlatih dalam menggunakan dan
80
mampu dalam semua tipe dan ukuran apar. Sehingga dalam hal ini, pihak
pengelola gedung rektorat harus senantiasa memperhatikan peletakan APAR.
Dampak dari tidak adanya label pemeliharaan ini dapat membuat APAR
dipakai tidak secara maksimal. Hal ini dikarenakan tidak terdokumentasikan
dengan baik dan staf yang berkepentingan tidak dapat mengetahuinya dan untuk
melakukan tindakan pemadaman bisa menimbulkan kegagalan. Menurut
Ferguson (2005) APAR harus diberi label sehingga pengguna dapat dengan cepat
mengidentifikasikan kelas dari bahaya kebakaran sehingga pemadaman akan
efektif.
Keandalan operasional dan kinerja inilah diperoleh dari perawatan rutin.
sehingga kemampuan dalam menaggulangi bahaya kebakaran tidak lepas dari
proses perawatan komponen APAR ini. Pemeliharaan APAR yang baik dan cara
pemasangan yang sesuai dengan standar serta desainya merupakan kunci dari
keselamatan dan perlindungan terhadap manusia serta aset yang dimilikinya
(Noegroho 2004). Sehingga sangatlah penting untuk melakukan pemeliharaan
terhadap APAR yang ada digedung rektorat. Dengan cara membuatkan label
pada APAR
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh trikomara 2012
menyebutkan bahwa APAR di gedung kantor bupati Indragiri Hilir masih kurang
sehingga diperlukan memasang petunjuk penggunaan APAR bagi penghuni
gedung untuk memudahkan dalam penggunaannya.
81
Saran untuk pengelola gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat dilakukan dengan cara membuat APAR lebih efektif lagi dengan cara
melakukan pemeliharaan dengan cara memberikan label pada APAR. Selain itu
juga menambahkan jumlah APAR serta meletakan APAR disetiap lantai. Selain
itu untuk APAR yang berada di ruang teknisi lebih baik diletakan di gedung
rektorat
6.2.4 Hidran
Menurut Permen PU nomor 26 tahun 2008 hidran adalah alat yang
dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air
bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran gedung.
Hidran yang terdapat di gedung rektorat dilengkapi dengan slang (fire hose) yang
disambungkan dengan kepala selang yang tersimpan dalam kotak berwarna
merah dan bertuliskan “HYDRANT’.
Gedung rektorat memiliki dua hidran yang masing-masing berada pada
sayap kanan dan sayap kiri gedung rektorat. Hal ini dapat memungkinkan
perlindungan terhadap kebakaran lebih mudah. Selain itu juga hidran yang
berada di gedung rektorat berada dekat dengan jalur mobil. Sehingga dalam
keadaan darurat, dapat langsung dipompakan dengan sambungan mobil damkar.
Dari tiga belas persyaratan mengenai hidran menurut SNI 03-3985-2000,
ada sebelas persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 80,7%.
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai hidran yang sesuai
82
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan
tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et al
(2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik atau
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.
Elemen persyaratan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia meliputi
lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran, Setiap
lemari hidran di cat dengan warna yang menyolok mata, Setiap sambungan slang
dan kotak hidran tidak terhalang, slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk
digunakan, hidran halaman diletakan di sepanjang jalur akses mobil pemadam
kebakaran dan jarak hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam kebakaran ≤
50 meter dari hidran.
Adapun syarat yang tidak dipenuhi yaitu tidak terdapatnya instruksi
pemakaian. Hal ini depat mengakibatkan lamanya pengoperasian jika terjadi
kebakaran. Selain itu juga tidak adanya intruksi yang jelas, akan menyusahkan
kepada setiap penghuni atau karayawan dalam melakukan perlindungan dini.
Hidran dalam gedung rektorat ada yang tidak terdapt nozel. Hal ini
dikarenakan hilang. Kehilangan nozel oleh orang yang tidak bertanggung jawab
ini, merupakan evaluasi pekerjaan rumah yang membuktikan segenap civitas
akademika untuk saling menjaga fasilitas kampus terutama sarana proteksi akatif
kebakaran.
83
Perawatan hidran ini bermaksud supaya hidran bekerja dengan baik dan
terpelihara serta slang dan nozel tertata rapi. Selain itu hidran yang berisi slang
dan nozel ini harus terpelihara dan harus memiliki rak slang yang mengatur tata
letak selang hidran agar tidak kusut (Wibowo, 2001).
Dampak dari tidak tersedianya nozel pada hidran di gedung rektorat, serta
pemeliharaan rutin terhadap hidran ini dapat menimbulkan kesulitan dalam
memadamkan kebakaran. Sehingga hidran yang ada tidak efektif untuk
memadamkan kebakaran karena tidak adanya nozel. Perawatan yang masih
kurang juga dapat menyebabkan kemungkinan macetnya hidran ketika mau
digunakan. Ketidakefektifan hidran ini dapat menambah besarnya kebakaran
karena bertambahnya waktu untuk memadamkan menjalarnya api. Kebakaran ini
sendiri dapat menyebabkan banyak kerugian diantanya rusaknya fasilitas dan
aset yang dimiliki UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, kebakaran juga
dapat menimbulkan kerugian jiwa, materi maupun kerugian social.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hesna et al tahun 2009
Evaluasi penerapan sistem keselamatan kebakaran pada bangunan gedung rumah
sakit dr. M. Djamil padang. Mendapatkan hasil bahwa Hidran yang terdapat di
dalam gedung telah sesuai standar tata cara pemasangan hidran (SNI 03-
1745-1989). Namun pada gedung RRI Penyakit Dalam terdapat box hydrant
yang masih kosong yang belum terisi selang air. Sedangkan untuk gedung
lainnya terdapat box hydrant yang lengkap dengan isinya, tetapi kondisinya
kurang terpelihara karena jarang digunakan.
84
Saran yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola gedung rektorat yaitu
untuk melengkapi sarana hidran yang berada di samping gedung rektorat (depan
Fakultas Dirasah Islamiyah) dengan nozel guna mempermudah jika ada kejadian
kebakran. Selain itu juga membuat intruksi pemakaian hidran serta melakukan
pemeliharaan hidran.
85
BAB VII
Simpulan dan Saran
7.1 Simpulan
Sarana proteksi aktif di gedung Rektorat terdiri dari alarm kebakaran,
detektor kebakaran, APAR dan hidran.
a) Alarm kebakaran di gedung rektorat sudah baik atau sesuai dengan standar
SNI.
b) Detektor di gedung rektorat sudah baik atau sesuai dengan standa SNI.
c) APAR di gedung rektorat kurang atau terpasang tetapi ada sebagian besar
instalasi yang tidak sesuai persyaratan Permen PU No. 26/PRT/M/2008.
d) Hidran di gedung rektorat cukup baik atau terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan SNI 03-3985-2000 yaitu tidak
terdapat nozel, tidak terdapat intruksi pemakaian dan tidak terdapat tulisan
“slang kebakaran digunakan untuk penghuni”.
e) Tidak terdapat sarana water sprinkler di gedung rektorat.
86
7.2 Saran
7.2.1 Saran untuk Pengelola Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
a. Senantiasa menjaga dan melakukan inspeksi alarm kebakaran.
Mengingat tidak pernah ada kejadian kebakaran, sehingga perlu
dilakukan pemeliharaan sarana alarm kebakaran. Jika nanti ada kejadian
kebakaran, alarm kebakaran di gedung rektorat dapat berfungsi dengan
baik.
b. Memperbaiki sarana alarm kebakaran yang berada di lantai satu depan
ruang information center.
c. Memasang detektor kebakaran pada ruang yang belum ada detktor
kebakaran (information center, puslitpen, dan lobi lantai 3)
d. Melakukan inspeksi pemeliharaan rutin terhadap detektor kebakaran.
e. Meletakan APAR yang berada di ruang teknisi ke gedung rektorat dan
diletakan pada setiap lantai gedung.
f. Melakukan pemeliharaan dengan cara memberikan label pemeliharaan
pada APAR.
g. Melengkapi sarana hidran dengan nozel guna mempermudah proses
penggunaannya jika ada kejadian kebakaran. Selain itu juga membuat
intruksi pemakaian hidran
87
h. Melakukan penambahan sarana water sprinkler guna mengantisipasi
kejadian kebakaran sehingga ketika terjadi kebakaran, sprinkler secara
otomatis akan membantu memadamkan api dengan cara mengeluarkan
air.
7.2.2 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
Adapun saran dari penulis yaitu peneliti selanjutnya sebaiknya tidak
hanya melakukan evaluasi terhadap tingkat pemenuhan system proteksi
aktif kebakaran saja melainkan juga perlu melakukan evaluasi terhadap
tingkat pemenuhan manajemen penanggulangan kebakaran dengan
mengacu pada peraturan yang ada.
88
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah, Mochammad. 2015. Gedung Reskrim Polda Jatim Terbakar, Berkas Kasus Ludes.
Diakses dari http://www.merdeka.com/peristiwa/gedung-reskrim-polda-jatim-terbakar-
berkas-kasus-ludes.html diakses pada tanggal 1 agustus 2015 pukul 14.00 WIB
Badan Standarisasi Nasional SNI 03 3989 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan
Pemasangan Sistem Springkler Otomatik untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung.
Badan Standarisasi Nasional SNI 03 3985 2000 tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan
dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya
kebakaran pada Bangunan Gedung.
Badan Standarisasi Nasional SNI 03 1745 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan
Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Rumah dan Gedung.
Budiman, n.d. Penelitian Kesehatan Jilid 1.
Burke, Robert. 2008. Fire Protection Systems And Response. New York. CRC Group
Denoël, François. 2007. Fire Safety and Concrete Structures. Brussels. FEBELCEM Federation
of Belgian Cement Industry
Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI. (n.d.). Pengawasan K3
Penanggulangan Kebakaran. Jakarta.
Ferdianto, Riky. 2015. Ruang Kerja Ketua Kosgoro Hayono Isman Ikut Terbakar. Diakses dari
http://metro.tempo.co/read/news/2015/03/09/214648502/ruang-kerja-ketua-kosgoro-
hayono-isman-ikut-terbakar pada tanggal 1 agustus 2015 pukul 14.00. WIB
Ferguson et al, 2005. Fundamentals of Fire Protection for the Safety Professional. Oxford.
Government Instituts
Firmansyah, Wahab. 2015. Dini Hari, Si Jago Merah Amuk Bank CIMB Niaga. diakses dari
http://metro.sindonews.com/read/988915/170/dini-hari-si-jago-merah-amuk-bank-cimb-
niaga-1428959198 pada hari jum’at 31 juli 2015 pukul 11.30 WIB.
Furness, Andrew dan Mucket, Martin. 2007. Introduction to Fire Safety Management.
Burlington UK
Harjanto, et al. 2011. Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun sebagai Upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Perlindungan Lingkungan. Pusat Teknologi
Bahan Bakar Nuklir – BATAN
Hesna, Yervi. et al. 2009. Evaluasi penerapan sistem keselamatan kebakaran pada bangunan
gedung rumah sakit dr. M. Djamil padang. Jurnal. Universitas Andalas
89
Huang, Kai. 2009. Population and Building Factors That Impact Residential Fire Rates in
Large U.S. Cities,
Iqbal, Muhammad. 2014. Office Boy Jadi Saksi Tunggal Kasus Kebakaran Gedung C Fisip UI.
Diakses dari http://news.detik.com/berita/2459989/office-boy-jadi-saksi-tunggal-kasus-
kebakaran-gedung-c-fisip-ui pada hari jum’at 31 juli 2015 pukul 11.35
Kennedy dan traister. 2002. Low Voltage Wiring , Security/Fire Alarm Systems. New York
Laksito, Budi. 2014. Evaluasi Penerapan Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Rumah
Sakit (Studi Kasus RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta). Jurnal. Universitas
Sebelas Maret Solo.
Muhadi. 2009. Pencegahan Resiko Kebakaran Gedung: Peran dan Tindakan Pusat Layanan
Kebakaran dan Pertolongan Département Rhone. Tesis. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Noegroho, Ary. 2004. Peran Desain Sistem Proteksi Aktif sebagai Faktor Dalam Meningkatkan
Keandalan Bangunan Tinggi Perkantoran Terhadap Bahaya Kebakaran. thesis.
Universitas Indonesia.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan
Dan Perawatan Bangunan Gedung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Priliawito, Eko. 2009.Gedung Bank IFI Pusat Terbakar. Diakses dari
http://metro.news.viva.co.id/news/read/66612-gedung_bank_ifi_pusat_terbakar pada
tanggal 31 juli 2015 pukul 11.35 WIB
Ramachandran. 2003. The Economics of Fire Protection. New York
Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Kebakaran. Jakarta: Dian Rakyat
Safriandi, et al. 2013. Analisa Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Terhadap Bahaya
Kebakaran (Studi Kasus Gedung Surya Dumai Group Dan Bank Tabungan Negara
Kota Pekanbaru). Jurnal. Universitas Riau
Saptaria, Erry et al. 2005. Pedoman Teknis Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran bangunan
Gedung. Bandung: Puslitbang Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Departemen Pekerjaan Umum
Saut, Sagala et al. 2013. Analisis Upaya Pencegahan Bencana Kebakaran di Permukiman Padat
Perkotaan Kota Bandung, Studi Kasus Kelurahan Sukahaji, Jurnal
Trikomara, Rian et al. 2012. Evaluasi Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan
Gedung (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir). Jurnal. Universitas Riau
UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan. n.d. Modul Keselamatan,
Kesehatan dan Kenyamanan Kerja di Gedung, Institut Teknologi Bandung.
90
Wibowo, Tejo. 2001. Pengaruh Implementasi Inspection dan Maintenance System Terhadap
Perlindungan Asset Bangunan dari Kebakaran pada Bangunan Tinggi Perkantoran di
DKI Jakarta. Thesis, Universitas Indonesia.
Yudha, Setiawan. 2006. Kebakaran Kampus Perbanas Diduga Akibat Arus Pendek . Diakses
dari http://tempo.co.id/hg/jakarta/2006/01/24/brk,20060124-72840,id.html pada tanggal
31 juli 2015 pukul 11.35 WIB
Yuli, 2010. Ada 4 Ledakan Saat Kampus UNRI Terbakar. Diakses dari
http://regional.kompas.com/read/2010/09/27/06154533/Ada.4.Ledakan.Saat.Kampus.U
NRI.Terbakar pada tanggal 31 juli 2015 pukul 11.35 WIB
Lampiran 1
Check List Alarm Kebakaran
No SNI 03-3985-2000 Kondisi Aktual Sesuai/tidak
sesuai
1 Alarm berbunyi khas
hingga mudah dikenal
sebagai alarm kebakaran
2 Pada semua lokasi panel
control dan panel bantu
terpasang alarm kebakaran.
3 Semua bagian ruangan
dalam bangunan harus
dapat dijangkau oleh
sistem alarm kebakaran
dengan tingkat kekerasan
bunyi alarm.
4 Panel control dapat
menunjukkan asal lokasi
kebakaran
5 Panel control mampu
membantu kerja detektor
Lampiran 2
Check list detektor kebakaran
No SNI 03-3985-2000 Kondisi Aktual Sesuai/tida
k sesuai
1 Semua peralatan deteksi
kebakaran terdaftar dalam unit
control
2 Terdapat informasi lengkap
tentang detektor kebakaran,
termasuk persyaratan teknis
dan gambar denah.
3 Detektor terproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis.
4 Detektor tidak terpasang
dengan cara masuk kedalam
permukaan langit-langit.
5 Detektor terpasang pada
seluruh ruangan
6 Setiap detektor yang terpasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
7 Dilakukan inspeksi, pengujian
dan pemeliharaan
8 Dokumen hasil inspeksi
disimpan untuk waktu 5 tahun,
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwwenang
Lampiran 3
Check list APAR
No PermenPU No.26/PRT/M/2008 Kondisi Aktual Sesuai/tidak
sesuai
1 Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri
dari huruf yang menunjukkan kelas api
dimana APAR tersebut terbukti efektif.
2 APAR selalu dipelihara dalam kondisi
penuh dan siap
dioperasikan
3 APAR diletakkan di tempat yang terlihat
mata, mudah dijangkau dan siap dipakai.
4 APAR tampak jelas dan tidak terhalangi.
5 APAR selainjenis APAR beroda dipasang
kokoh pada pengg antung, atau pengikat
buatan manufaktur APAR, atau pengikat
yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan
tersebut,
6 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian de
pan dari APAR dan harus terlihat jelas.
7 Label pemeliharaan enambulan, label uji
hidrostatik, atau label lain harus tidak
boleh ditempatkan pada bagian depan dari
APAR atau ditempelkan pada bagian
depanAPAR.
8 APAR diinspeksi secara manual atau
dimonitor secara elektronik
9 APAR diinspeksi pada setiap interval
waktukira-kira 30 hari
10 Arsip dari semua APAR yang diperiksa
(termasuk tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
11 Sekurang-kurangnya sebulan sekali
pemeriksaan dilakukan dan tanggal, nama
petugas yang melakukan pemerikaan
harus tercatat
12 Setiap APAR mempunyai kartu atau label
yang dilekatkan dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
13
Pada label pemeliharaan terdapat
identifikasi petugas yang melakukan
pemeliharaan.
Lampiran 4
Check list Hidran
No SNI 03-3985-2000 Kondisi Aktual Sesuai/
tidak sesuai
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
2 Setiap lemari hidran di cat dengan
warna yang menyolok mata
3 Setiap sambungan slang dan kotak
hidran tidak boleeh terhalang
4 slang kebakaran dilekatkan dan
siap untuk digunakan
5 Setiap kotak slang dipasang
dengan rak yang terdaftar atau
fasilitas penyimpanan lain yang
disetujui.
6 Terdapat nozel
7 Masing-masing rak atau fasilitas
penyimpanan untuk slang
dibuatkan label dengan tulisan
berbunyi “ Slang kebakaran untuk
digunakan penghuni”
8 Terdapat instruksi pemakaiannya
9 Sambungan slang mempunyai ulir
sesuai ketentuan yang berlaku.
10 Sambungan slang dipasang
dengan tutup (cap) untuk
melindungi ulir slang
11 Terdapat hidran halaman
12 Hidran halaman diletakan di
sepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
13 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam kebakaran
≤ 50 meter dari hidran