245
GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NEGLASARI KOTA TANGERANG TAHUN 2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : AL KAHFI 1111101000112 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

  • Upload
    buithuy

  • View
    238

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

i

GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24

BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NEGLASARI KOTA

TANGERANG TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

AL KAHFI

1111101000112

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Oktober 2015

Al Kahfi

Page 3: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN GIZI

Skripsi, Oktober 2015

Al Kahfi, NIM: 1111101000112

Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015

xix + 188 halaman, 4 tabel, 2 bagan, 1 diagram, 1 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK

Stunting adalah bentuk dari proses pertumbuhan yang terhambat dan merupakan

masalah gizi yang perlu mendapat perhatian serta menjadi salah satu masalah

utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Pola asuh merupakan salah satu faktor

yang dapat menyebabkan masalah gizi seperti stunting karena balita masih

tergantung terhadap pola asuh yang diterapkan keluarga dalam pemenuhan

makanan dan perawatan kesehatannya.

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pola asuh balita stunting usia 13-24

bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2015 dengan

melakukan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Informan dalam

penelitian ini adalah pengasuh utama, informan keluarga, kader posyandu, dan

TPG puskesmas.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu tidak memberikan ASI

eksklusif. Hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu, terdapat ibu

yang memberikan ASI eksklusif kepada anaknya karena sering mendapatkan

nasihat dari saudaranya yang merupakan kader posyandu. Pemberian makan balita

kurang baik dari variasi, porsi, dan frekuensi makan ditambah lagi dengan

kebiasan jajan anak yang jika tidak dituruti akan menangis. Hal menarik juga

ditemukan dalam perilaku pemberian makan dimana ketika jadwal makan anak,

ibu belum menyiapkan makanan tersebut sehingga anak menangis dan diberikan

jajan oleh ibu atau pengasuhnya. Ketika ibu memberikan makan kepada anak,

anak menjadi tidak mau karena sudah merasa kenyang dengan jajanan yang lebih

Page 4: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

iii

banyak mengandung karbohidrat dan penyedap rasa. Penyiapan dan penyimpanan

makanan secara umum kurang baik mulai dari penyajian makan, kebersihan

individu dalam menyiapkan makanan, pemasakan, penyimpanan, dan kebiasaan

membeli makanan dari luar untuk anak. Namun terdapat perilaku baik yaitu

peralatan masak dan makan selalu dicuci terlebih dahulu kemudian ada yang

merebusnya sebelum digunakan. Perilaku pencegahan anak terhadap penyakit

kurang baik karena sebagian besar informan membiarkan anaknya main begitu

saja tanpa pengawasan. Pemberian imunisasi sudah baik namun ketika anak sakit

masih ada informan yang melakukan cara sederhana untuk mengobati anak.

Perilaku pencarian layanan kesehatan sudah baik dimana Sebagian besar informan

rutin membawa anaknya ke posyandu. Perilaku higiene dan sanitasi lingkungan

terlihat kurang baik dari sisi membersihkan kotoran anak, cuci tangan sebelum

makan, keberadaan kakus, hewan peliharaan di sekitar rumah, pengelolaan

sampah, upaya ibu menjaga anak tetap bersih, dan lingkungan anak bermain.

Namun untuk sumber air bersih, seluruh informan sudah memilikinya walaupun

ada yang tidak bisa diminum. Untuk minum, seluruh informan menggunakan air

isi ulang. Perawatan ibu ketika hamil secara umum sudah baik dalam hal

pemeriksaan kandungan, konsumsi tablet Fe, dan imunisasi TT. Terdapat

informan yang memiliki aktivitas berat selama kehamilan, seperti biasa, dan tidak

melakuakan aktivitas apapun.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada ibu atau pengasuh yang memiliki

baduta atau balita untuk rutin datang ke posyandu dan memberikan makanan

dengan memperhatikan variasi, porsi dan frekuensi yang sesuai dengan umur

anak. Ibu atau pengasuh perlu memperhatikan jadwal makan anak agar tidak

berbarengan ketika anak sedang jajan. Untuk mengatasi sulit makan pada anak,

ibu atau pengasuh perlu membuat warna dan bentuk yang menarik pada makanan.

Selain itu ibu atau pengasuh juga harus memperhatikan cara menyimpan makanan

agar tidak tercemar debu atau bakteri serta memperhatikan kebersihan anak baik

ketika bermain, makan, tidur, ataupun yang lainnya. Dalam mengatasi masalah

sampah yang masih banyak berserkan dan dibuang sembarangan, Pihak

puskesmas perlu berkoordinasi dengan kelurahan setempat dan masyarakat untuk

mengatasi masalah tersebut. Disarankan kepada pihak puskesmas untuk

memberikan pengetahuan mengenai stunting kepada kader posyandu.

Dibutuhkannya peran aktif kader posyandu dalam mensosialisasikan jadwal

posyandu kepada masyarakat. Selain itu kader juga perlu memberika pengetahuan

kepada masyarakat tentang apa itu ASI eksklusif dan manfaatnya baik bagi anak

ataupun ibu sendiri dengan cara penyampaian pesan yang ramah.

Daftar bacaan : 103 (1981-2015)

Page 5: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

NUTRITION DEPARTEMENT

Undergraduate Thesis, October 2015

Al Kahfi, NIM : 1111101000112

A Picture Of Parenting Pattern Stunting Toddler Age 13-24 Months in

Puskesmas Neglasari Tangerang City in 2015

xix + 188 pages, 4 tables, 2 charts, 1 diagram, 1 picture, 5 attachments

ABSTRACT

Stunting is a form of stunted growth process and a nutritional problems that need

attention and become one of the major public health problem in Indonesia.

Parenting is one of the factors that can cause nutritional problems such as stunting

for children under five that still depend on the upbringing applied to the family in

the fulfillment of food and medical care.

This study aims to determine a picture of stunting parenting toddlers aged 13-24

months in Puskesmas Neglasari. This study used a qualitative approach conducted

from May to July 2015 with in-depth interviews, observation and document

analysis. Informants of this study are primary caregivers, family informants,

posyandu cadres, and TPG health centers.

The results showed most mothers do not breastfeeding exclusively. Interesting

things found in this research, there are mothers who exclusively breastfed to their

children as they often get advice from a cadre's brother. Feeding infants less well

than variety, portions, and the frequency of eating habits plus a snack children

will cry if not obeyed. Another interesting thing is also found in feeding behavior

whereby when the child's eating schedule, the mother had not prepared the food so

that the child was crying and no allowance is given to mothers or guardians.

When the mother feeding the child, the child becomes unwilling because they feel

full with snacks that contain more carbohydrates and flavorings. Preparation and

storage of food in general are not good from the presentation of food, the

cleanliness of the individual food preparation, cooking, storage, and their habit by

buying food from outside to their children. But there is good behavior, namely

cookware and eating always washed first and then there are boiling before use.

Prevention behaviors of children against the disease is less, because most of the

Page 6: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

v

informants let their children plays it out of from their sight. Immunizations are

good, but when the child is sick, informants need to perform a simple way to

treat a child.

Healthcare-seeking behavior has been well, whereas the majority of informants

routinely bring their children to Posyandu. Environmental hygiene and sanitation

behavior looks less, in terms of cleaning up the child, washes the hands before

eating, where latrines, pets around the house, waste management, efforts to keep

the child's mother kept clean, and the neighborhood where the children plays. But

for a clean water source, the entire informant already have it eventhough is not

drinkable. To drink, all informants using water refills. Nursing mothers during a

pregnancy in general has been well, in terms of prenatal consumption of iron

tablet, and TT. There are informants who have heavy activity during pregnancy,

as usual, and not doing any activity.

Based on the research results suggested to the health centers and neighborhood

health center to provide counseling about the Cleanliness and Healthyness

Behavior to the public.

Based on the research, suggested to the mother or caregiver who has baduta or

toddler to regularly come to Posyandu and provide food to look at the variation,

the portion and frequency appropriate to the child's age. Mothers or caregivers

need to pay attention to the meal schedule so as not to coincide child when the

child is eating snacks. To overcome the difficulty eating in children, mother or

caregiver needs to make colors and interesting shapes on food. Besides the mother

or caregiver must also consider how to store food that is not contaminated with

dust or bacteria as well as observing good hygiene when children play, eat, sleep,

or the other. In addressing the problem of waste is still a lot of scattered and

discarded carelessly, Parties health centers need to coordinate with the local

village and community to resolve the issue. Suggested to the clinic to provide

knowledge about the cadre's stunting. Cadre's need for an active role in

disseminating to the public posyandu schedule. In addition cadres also need about

providing knowledge to the public about what it is and the benefits of exclusive

breastfeeding for a child or a mother herself with a friendly way of delivering

messages.

Reading list : 103(1981-2015)

Page 7: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

GAMBARAN POLA ASUH PADABADUTA STUNTING USIA 13-24

BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NEGLASARI KOTA

TANGERANG TAHUN 2015

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, September 2015

Oleh

Al Kahfi

NIM : 1111101000112

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ratri Ciptaningtyas, MHS Catur Rosidati, MKM

NIP. 19840404 200912 2 007 NIP. 197502102 0081 2 013

Page 8: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

vii

Page 9: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Al Kahfi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Oktober 1992

Agama : Islam

Alamat : Jalan Mushollah Al Hidayah Kampung Dongkal RT

007/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan

Cipondoh Kota Tangerang

PENDIDIKAN FORMAL

1. 1999-2005 : MI Jamiatul Gulami Gondrong, Cipondoh

2. 2005-2008 : MTsN 8 Jakarta Barat

3. 2008-2011 : SMAN 94 Jakarta Barat

4. 2011-Sekarang : Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 10: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhaanahuu Wata‟aalaa yang

senantiasa memberikan limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Gambaran Pola Asuh pada

Baduta stunting usia 13-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari

Kota Tangerang Tahun 2015 ”. Shalawat dan salam penulis mohonkan kepada

Allah Subhaanahuu Wata‟aalaa, semoga selalu diberikan kepada Nabi

Muhammad Shallallaahu „Alaihi Wasallam beserta keluarga dan umatnya.

Aamiin.

Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu tersusunnya laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya

2. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ib Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, P.hD selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Febrianti, Msi, selaku penanggung jawab peminatan gizi

5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS, selaku dosen pembimbing I yang sangat

banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Catur Rosidati, MKM, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan arahan dengan sangat baik.

Page 11: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

x

7. Ibu Ratna Juwita, AMG, yang telah memberikan banyak masukan dan

koreksi dalam dalam proses penelitian ini.

8. Semua staff Puskesmas Neglasari yang telah membantu penulis selama

kegiatan magang.

9. Semua baduta dan kelauarganya yang telah bersedia untuk menjadi informan

dalam penelitian ini.

10. Teman-teman yang telah membantu mulai dari pembuatan surat izin sampai

penyusunan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu. Terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat kurang dari sempurna, sehingga

penulis mengharapkan kritik dan saran yang diberikan. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Jakarta, Oktober 2015

Penulis

Page 12: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xv

DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ xvi

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 11

1.2 Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 11

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................ 12

1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 12

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13

1.6 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 14

Page 13: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting ...................................................................................................... 15

2.1.1 Pengertian ....................................................................................... 15

2.1.2 Dampak Stunting ............................................................................ 15

2.1.3 Penyebab ........................................................................................ 15

2.2 Pola Asuh ...................................................................................................... 18

2.2.1 Pemberian ASI Eksklusif ............................................................... 20

2.2.2 Pemberian MP ASI ....................................................................... 21

2.2.3 Peyiapan dan Penyajian Makan ..................................................... 27

2.2.4 Praktik Kesehatan dasar ................................................................. 30

2.2.5 Pencarian Layanan Kesehatan........................................................ 33

2.2.6 Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan ...................................... 35

2.2.7 Perawatan Ibu ketika Hamil .......................................................... 39

2.2.8 Perawatan Psikososial dan Stimulasi Kognitif .............................. 44

2.3 Argumentasi Pemilihan Desain dan Analisis Informan ............................. 45

2.4 Kerangka Teori ......................................................................................... 46

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir ......................................................................................... 48

3.1 Definisi Istilah .......................................................................................... 50

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian ..................................................................................... 52

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 52

Page 14: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

xiii

4.3 Informan Penelitian .................................................................................. 52

4.4 Pengumpulan Data ..................................................................................... 54

4.4.1 Sumber Data ................................................................................ 54

4.4.2 Instrumen Penelitian ..................................................................... 55

4.5 Analisis Data ............................................................................................. 55

4.6 Validasi Data ............................................................................................ 56

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 58

5.2 Karakteristik Informan .............................................................................. 60

5.2.1 Informan Utama ........................................................................... 60

5.2.2 Informan Pendukung ................................................................... 62

5.3 Gambaran Pola Asuh ................................................................................ 63

5.3.1 Pemberian ASI Eksklusif ............................................................. 63

5.3.2 Pemberian MP-ASI ..................................................................... 67

5.3.3 Penyiapan dan Penyimpanan Makanan ....................................... 75

5.3.4 Praktik Kesehatan Dasar .............................................................. 81

5.3.5 Pola Pencarian Layanan Kesehatan ............................................. 87

5.3.6 Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan .................................. 91

5.3.7 Perawatan Ibu ketika Hamil ......................................................... 100

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 111

6.2 Karakteristik Informan Utama .................................................................. 112

Page 15: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

xiv

6.3 Pola Asuh

6.3.1 Pemberian ASI Eksklusif ............................................................. 117

6.3.2 Pemberian MP-ASI ...................................................................... 124

6.3.3 Penyiapan dan Penyimpanan Makanan ....................................... 132

6.3.4 Praktik Kesehatan Dasar .............................................................. 141

6.3.5 Pola Pencarian Layanan Kesehatan ............................................. 149

6.3.6 Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan ................................... 157

6.3.7 Perawatan Ketika Ibu Hamil ........................................................ 163

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ................................................................................................... 172

7.2 Saran ......................................................................................................... 175

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 180

LAMPIRAN

Page 16: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Validasi Data 57

Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama 61

Tabel 5.2 Informan Keluarga 62

Tabel 5.3 Informan Kader Posyandu 63

Page 17: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori 47

Bagan 3.1 kerangka Teori 49

Page 18: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Kunjungan Pasien Berdasarkan Jenis Pekerjaan 59

Page 19: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Peta Kerawanan Pangan Kecamatan di Kota Tangerang 60

Page 20: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian

2. Pedoman Wawancara Mendalam

3. Pedoman Observasi

4. Matriks Wawancara Mendalam

5. Matriks Hasil Observasi

Page 21: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stunting merupakan bentuk dari proses pertumbuhan yang

terhambat, dan merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat

perhatian (Picauly dan Toy, 2013). Masalah pendek (stunting) pada anak

akan menghambat perkembangan, dampak negatif ini akan berlanjut

dalam kehidupan setelahnya. Hal ini karena sekitar 70% pembentukan sel

otak terjadi sejak janin masih dalam kandungan hingga anak berumur 2

tahun. Jika otak mengalami gangguan pertumbuhan maka jumlah sel otak,

serabut sel dan penghubung sel otak akan berkurang. Hal ini menyebabkan

penurunan intelegensia, bila mencari pekerjaan maka peluang gagal tes

wawancara menjadi lebih besar, tidak mendapat pekerjaaan yang baik dan

akan menyebabkan penghasilan yang rendah serta tidak dapat mencukupi

kebutuhan pangan. Selain itu, dari aspek estetika, anak yang tumbuh

proporsional akan kelihatan lebih menarik dari anak yang pendek (Depkes,

2012).

Stunting merupakan indikator keberhasilan, kesejahteraan,

pendidikan dan pendapatan masyarakat (Depkes, 2012). Faktor asupan

makanan, pola asuh dan kesehatan yang diperoleh ibu dan anak-anaknya

memiliki dampak besar bagi kesehatan dan kesejahteraan mereka di masa

mendatang (Bappenas, 2013). Stunting memiliki dampak yang sangat luas

Page 22: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

2

mulai dari sisi ekonomi, kecerdasan, dan kualitas yang berpengaruh

terhadap masa depan anak. Studi yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa anak yang pendek sangat erat hubungannya dengan prestasi di

sekolah yang buruk. Anak – anak yang pendek memiliki risiko yang lebih

besar untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan,

miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular

(Unicef Indonesia, 2012).

Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di

Indonesia. Secara nasional prevalensi pendek pada tahun 2013 mencapai

37.2%. Angka ini lebih besar dari tahun 2010 sebesar 35.6% dan tahun

2007 sebesar 36.8%. Di Provinsi Banten, pada tahun 2007, 2010 dan 2013

prevalensi stunting masih berada diatas 30% (Depkes, 2013). Sementara

itu berdasarkan Riskesdas Provinsi Banten tahun 2007, di Kota Tangerang

prevalensi stunting sebesar 30.1% (Depkes, 2007). Jika dibandingkan

dengan batas non public health problem yang ditetapkan WHO untuk

masalah kependekan sebesar 20%, maka Kota Tangerang masih dalam

kondisi bermasalah kesehatan masyarakat (Depkes, 2010).

Penelitian Hanum dkk (2014), menunjukkan bahwa stunting lebih

banyak terjadi pada usia 48-59 bulan dengan proporsi sebesar 29.8%.

Keadaan ini mengindikasikan semakin bertambahnya umur anak, maka

akan semakin jauh dari pertumbuhan linear normal. Keadaan ini diduga

karena semakin tinggi usia anak maka kebutuhan energi dan zat gizi

semakin meningkat. Pertumbuhan anak akan semakin menyimpang dari

normal jika umur terus bertambah dan penyediaan makanan baik kuantitas

Page 23: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

3

maupun kualitas tidak memadai. Sementara itu penelitian Zottarelli dkk

(2007), menunjukkan bahwa anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan

memiliki peluang lebih besar terkena stunting daripada anak yang berusia

dibawah 12 bulan.

Masalah gizi khususnya stunting pada balita disebabkan asupan

makan yang kurang memadai dan penyakit yang merupakan penyebab

langsung masalah gizi pada anak. Keadaan tersebut terjadi karena praktik

pemberian makan yang tidak tepat, penyakit infeksi yang berulang,

perilaku kebersihan dan pengasuhan yang buruk. Pada intinya, semua ini

disebabkan karena faktor kurangnya pendidikan dan pengetahuan

pengasuhan anak, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang

tidak sehat, pendapatan yang rendah dan keterbatasan akses terhadap

pangan (Unicef Indonesia, 2012).

Proporsi balita stunting lebih besar terjadi pada anak yang

mengalami diare. Anak yang pernah mengalami diare memiliki hubungan

yang bermakna dengan status gizi berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB.

Pada balita yang mengalami diare akan berpeluang pendek, kurus dan gizi

kurang 1 kali lebih besar pada anak yang normal atau balita dengan status

gizi baik (Hidayat dan Fuada, 2011). Penelitian Adi dan Andrias (2011),

menunjukkan secara umum balita yang berada pada rumah tangga miskin

mempunyai persentase masalah gizi yang lebih besar. Hasil analisis

memperlihatkan hubungan yang signifikan antara status gizi stunting pada

balita dengan tingkat kemiskinan rumah tangga. Hasil ini diperkuat dengan

Page 24: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

4

penelitian Ulfani dkk (2011) yang mengatakan semakin tinggi tingkat

kemiskinan maka prevalensi stunting semakin meningkat.

Hasil lain menunjukkan bahwa balita yang berada pada wilayah

kerawanan pangan mempunyai persentase lebih besar terhadap gangguan

gizi. Terdapatnya hubungan yang signifikan antara stunting dan

underwight dengan kategori wilayah kerawanan pangan, menunjukkan

bahwa semakin meningkatnya status kerawana pangan di suatu wilayah,

maka persentase balita stunting dan underweight semakin meningkat (Adi

dan Andrias, 2011).

Penelitian Rosha dkk (2012) menunjukkan, tingkat pendidikan ibu

dapat mempengaruhi kejadian stunting pada anak. Pendidikan ibu akan

mempengaruhi pengetahuan mengenai praktik kesehatan dan gizi sehingga

anak berada pada status gizi yang baik. Hasil analisis menunjukkan tingkat

pendidikan ibu memiliki pengaruh terhadap statsu gizi dimana ibu yang

pendidikannya kurang dari SMP berpeluang 1.56 kali memiliki anak

stunting. Angka harapan hidup merupakan dampak dari status kesehatan

dan gizi dan dapat digunakam sebagai tolak ukur dalam menentukan

derajat kesehatan anak. Dengan diketahuinya angka harapan hidup, maka

dapat pula diketahui sejauh mana perkembangan status kesehatan anak.

Angka harapan hidup di suatu wilayah dapat menunjukkan baik atau

buruknya status kesehatan yang saling terkait dengan bergagai faktor,

seperti sosial, ekonomi dan budaya (Litbang Kota Tangerang, 2011).

Pola asuh merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan

stunting. Penelitian Picauly dan Toy (2013), menunjukkan bahwa ibu

Page 25: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

5

dengan pola asuh yang kurang atau rendah memiliki peluang lebih besar

anaknya terkena stunting dibandingkan ibu dengan pola asuh baik.

Berdasarkan penelitian Sab‟atmaja dkk (2010), di Lampung, Aceh,

Yogyakarta, dan Papua, peranan karakteristik ibu dan pola asuh sangat

berpengaruh terhadap status gizi balita. Hal ini karena, ibu yang memiliki

karakteristik baik dan dapat mengelola pendapatan dengan baik,

cenderung mempraktikkan pola asuh yang baik dan akhirnya akan

meningkatkan status gizi balita. Terdapat asumsi bahwa semakin tinggi

pendapatan maka akan meningkatkan pola asuh dan kesehatan masyarakat.

Pola asuh kesehatan berhubungan langsung dengan status gizi dan pola

asuh kesehatan juga berhubungan dengan status kesehatan. Artinya, pola

asuh kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan dan status gizi

(Sab‟atmaja dkk, 2010).

Pola asuh adalah praktik di rumah tangga yang dilihat dengan

tersedianya pangan dan perwatan kesehatan serta sumber lainnya untuk

kepentingan hidup, pertumbuhan dan perkembangan (Zeitlin, 2000).

Menurut Engle dkk (1997) dan Zeitlin (2000), pola asuh terdiri dari

perawatan bagi ibu, pemberian ASI dan MP-ASI, pengasuhan psikososial

dan stimulasi kognitif, penyajian dan penyimpanan makanan, praktik

kesehatan dasar di rumah, pola pencarian layanan kesehatan, praktik

higiene dan sanitasi lingkungan.

Penelitian yang dilakukan Renyoet dkk (2013) tentang hubungan

pola asuh dengan kejadian stunting, menunjukkan bahwa praktik

pemberian makan, rangsangan psikososial, higiene dan sanitasi

Page 26: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

6

lingkungan, serta pemanfaatan layanan kesehatan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kejadian stunting pada balita. Sementara itu, penelitian

Arifin dkk (2012) tentang analisis sebaran dan penyebab stunting

menunjukkan, pemberian ASI eksklusif mempunyai hubungan yang

signifikan dan merupakan faktor paling dominan terhadap kejadian

stunting. BBLR merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kejadian stunting, karena seringkali terjadi pada masa pertumbuhan janin

terutama pada ibu yang belum cukup umur dan kekurangan gizi selama

masa kehamilan (Bappenas, 2013). Penelitian Candra dkk (2011),

menunjukkan bahwa BBLR merupakan salah satu faktor yang paling

berpengaruh terhadap kejadian stunting selain faktor tinggi ayah dan

riwayat berat badan rendah.

Keadaan gizi balita dipengaruhi oleh pola asuh keluarga karena

balita masih tergantung dalam memenuhi asupan makan dan perawatan

kesehatannya. Sementara itu, kualitas makanan dan gizi sangat tergantung

pada pola asuh makan anak yang diterapkan oleh keluarga (Martianto dkk,

2011). Peran ibu dalam pengasuhan sangat penting karena merupakan

orang terdekat kepada anak. Pemberian makan ibu dapat mempengaruhi

tumbuh kembang anak baik secara positif maupun negatif (Fitriana dkk,

2007).

Penelitian Riyadi dkk (2011) tentang faktor faktor yang

mempengaruhi status gizi balita di Kabupaten Timor Tengah Utara

menunjukkan, pengasuhan ibu kepada anak merupakan kemampuan ibu

untuk memberikan stimulasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan balita.

Page 27: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

7

Hasil penelitian ini menunjukkan 27 % ibu memiliki kualitas pengasuhan

dalam kategori kurang. Secara umum terlihat bahwa ibu masih cukup

banyak melakukan kekerasan pada saat marah kepada anak dengan

mencubit, memukul dan berkata negatif.

Peranan karakteristik ibu dan pola asuh sangat menentukan

pengaruhnya terhadap status gizi balita (Sab‟atmaja dkk, 2010). Umumnya

orang tua memberikan makanan yang kurang teratur dan terkadang

memaksakan suatu makanan kepada anak. Selain itu tidak ada usaha dari

keluarga agar anak mau makan dan lebih membiarkan anak jajan

sembarangan (Lubis, 2010). Sebagian besar ibu berperilaku kurang seperti

memberikan bentuk makanan, frekuensi pemberian makanaan yang kurang

dari usia balita dan adanya anak usia 1 bulan yang diberikan nasi. Selain

itu masih ditemukan ibu yang kurang setuju gizi buruk harus segera

ditangani, memperkenalkan makanan semi cair pada bayi dan anak usia

12-24 bulan diberikan makanan lunak (Sofiyana dan Noer, 2013).

Pola asuh pemberian makan yang diterapkan juga kurang baik dan

tidak memenuhi gizi. Biasanya anak hanya diberikan makanan yang

kurang bervariasi dan hampir sama setiap harinya serta porsi yang kurang.

Makanan yang diberikan berupa nasi, tim atau bubur dengan kuah sayur

atau bumbu saja seperti kecap dan garam serta anak jarang diberikan sayur

dan buah (Veriyal, 2010). Padahal, masyarakat telah diberikan informasi

bagaimana pola asuh makan yang baik, baik melalui penyuluhan ataupun

klinik gizi melalui konseling. Tetapi karena kurangnya pemahaman dan

Page 28: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

8

pengetahuan yang dilatar belakangi pendidikan dan ekonomi yang rendah,

keadaan tetap seperti itu dan sulit untuk merubahnya (Lubis, 2010).

Penelitian observasional yang dilakukan Adriani dan Kartika (2013)

menunjukkan, di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, perilaku ibu dalam

pemberian makan kepada bayi kurang baik. Ibu mempunyai kebiasaan

memberikan air dengan kelapa hijau yang dicampur dengan madu. Selain

itu pada saat bayi berusia 0-6 bulan anak sudah diberikan makanan lain

seperti biskuit dan telur. Konsumsi makanan balitanya pun tidak sesuai

dengan pola makan balita yang baik karena sebelum anak berusia satu

tahun sudah diberikan makanan ringan. Ketika anak tidak mau makan, ibu

hanya menggantinya dengan mie instan karena mengaku lebih disukai

balita dan lebih mengutamakan keinginan anak. Sedangkan di Kota

Semarang, ibu-ibu tidak segera memberikan ASI setelah bayi lahir, tetapi

memberikan madu atau tajin (Adriani dan Kartika, 2013).

Dalam hal pola asuh kesehatan, berdasarkan penelitian kualitatif di

Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang, terlihat ada perbedaan

antara apa yang dikatakan orang tua dengan dengan keadaan sebenarnya.

Dimana beberapa anak masih dibiarkan main ditempat yang kotor atau

bergaul dengan anak lain yang terkena penyakit infeksi, serta adanya orang

tua dan anak balitanya tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu

sebagian besar orangtua tidak memberikan imunisasi kepada anaknya

karena anak dalam keadaan sakit ketika imunisasi diberikan. Ada pula

orang tua yang membawa anaknya berobat ke Puskesmas namun obat dan

vitamin yang diberikan hanya disimpan di rumah. Perilaku kurang baik

Page 29: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

9

lain yang terjadi yaitu ibu tidak membasuh anak ketika buang air kecil dan

membiarkan anak buang air besar di halaman rumah (Veriyal, 2010).

Pada tahun 2007, berdasarkan Riskesdas Provinsi Banten, di Kota

Tangerang tercatat 30.1% balita mengalami stunting, yang berarti masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes, 2008). Kecamatan

Neglasari dipilih menjadi tempat penelitian dengan pertimbangan

prevalensi diare pada anak di Kecamatan Neglasari paling tinggi di Kota

Tangerang yaitu 20% (Usfar dkk, 2010) dan kecamatan paling tinggi balita

gizi buruknya (Andriany dkk, 2008). Selain itu, pemilihan Kecamatan

Neglasari karena merupakan kecamatan yang jumlah penduduk miskinnya

paling besar yaitu 20.03%, kecamatan paling besar jumlah perempuan buta

hurufnya yaitu 7.64%, kecamatan dengan angka harapan hidup terendah,

dan merupakan kecamatan paling rawan pangan di Kota Tangerang

(Litbang Kota Tangerang, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap data sekunder mengenai

pengukuran status gizi yang dilakukan di Puskesmas Neglasari pada tahun

2014, prevalensi balita umur 13-24 bulan yang mengalami stunting sebesar

27.15%. Berdasarkan hasil wawancara kepada TPG Puskesmas Neglasari,

penyebab utama masalah gizi pada balita yaitu asupan makanan dan

penyakit infeksi. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya cakupan pemberian

ASI eksklusif, praktik pemberian makan yang kurang teratur, kurangnya

keaktifan kunjungan ke posyandu dimana rata-rata hanya mencapai 50%.

Sementara itu berdasarkan hasil observasi atau kunjungan rumah kepada

beberapa balita yang mengalami masalah gizi, perilaku ibu dalam

Page 30: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

10

kebersihan masih kurang dan lingkungan rumah yang kurang mendukung

untuk pertumbuhan anak. Dengan demikian, perlu diteliti lebih lanjut

mengenai praktik pola asuh yang dilakukan ibu terhadap balita yang

mengalami stunting.

Mengetahui perilaku atau praktik keluarga dalam pola asuh balita

yang memiliki status gizi stunting merupakan suatu hal yang berguna

untuk merencanakan dan melakukan intervensi. Praktik atau perilaku

seseorang merupakan sesuatu yang unik, berbeda, dan tidak dapat diukur

secara kuantitatif. Agar perilaku atau praktik tersebut dapat dipahami,

maka penelitian kualitatif perlu untuk dilakukan untuk mengetahui

informasi mendalam jika dibandingkan dengan penelitian kuantitatif.

Penelitian dengan menggunakan desain kualitatif dapat mengetahui cara

pandang informan penelitian secara lebih mendalam yang mungkin tidak

bisa diwakili dengan angka-angka statistik.

Selain itu dengan metode ini peneliti dapat mengenal subyek

penelitian, bagaimana ia mengembangkan sendiri definisi atau pendapat

mereka tentang suatu masalah. Peneliti juga dapat merasakan apa yang

mereka alami ketika bergaul dengan masyarakat sehari-hari. Peneliti

sebagai instrumen dapat menilai apakah keberadaanya di suatu masyarakat

menjadi pengganggu, sehingga apabila ini tetrjadi peneliti dapat

menyadari dan mengatasinya.

Page 31: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

11

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan, kejadian stunting baduta usia 13-24

bulan di wilayah kerja Puskesmas Negalasari masih cukup tinggi dan

merupakan masalah kesehatan masyarakat. Pola asuh merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Penelitian ini dilakukan untuk

menggali informasi mendalam bagaimana pola asuh yang diterapkan orang

tua balita stunting. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti

memfokuskan penelitian untuk mengetahui gambaran pola asuh pada

baduta stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari

Kota Tangerang tahun 2015.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran pemberian ASI eksklusif baduta stunting usia

13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang

tahun 2015 ?

2. Bagaimana gambaran pemberian makanan pendamping ASI baduta

stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota

Tangerang tahun 2015 ?

3. Bagaimana gambaran penyiapan dan peyimpanan makanan bagi

baduta stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Neglasari Kota Tangerang tahun 2015 ?

4. Bagaimana gambaran praktik kesehatan dasar di rumah bagi baduta

stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota

Tangerang tahun 2015 ?

Page 32: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

12

5. Bagaimana gambaran pola pencarian layanan kesehatan bagi baduta

stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota

Tangerang tahun 2015 ?

6. Bagaimana gambaran praktik higiene dan sanitasi lingkungan baduta

stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota

Tangerang tahun 2015 ?

7. Bagaimana gambaran perawatan bagi ibu baduta stunting usia 13-24

bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang tahun

2015 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pola asuh baduta stunting usia 13-24

bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang tahun

2015.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif baduta stunting

usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota

Tangerang tahun 2015.

2. Mengetahui gambaran pemberian makanan pendamping ASI

baduta stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Neglasari Kota Tangerang tahun 2015.

Page 33: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

13

3. Mengetahui gambaran penyiapan dan peyimpanan makanan

bagi baduta stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Neglasari Kota Tangerang tahun 2015.

4. Mengetahui gambaran praktik kesehatan dasar di rumah bagi

baduta stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Neglasari Kota Tangerang tahun 2015.

5. Mengetahui gambaran pola pencarian layanan kesehatan bagi

baduta stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Neglasari Kota Tangerang tahun 2015.

6. Mengetahui gambaran praktik higiene dan sanitasi lingkungan

baduta stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Neglasari Kota Tangerang tahun 2015.

7. Mengetahui gambaran perawatan bagi ibu baduta stunting usia

13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota

Tangerang tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Puskesmas

Sebagai masukan bagi puskesmas di tempat penelitian,

sehinggga dapat dijadikan pedoman perencanaan dalam

melakukan intervensi dan menentukan prioritas program gizi.

Page 34: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

14

1.5.2 Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan pada masyarakat bagaimana

pola asuh yang baik dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

1.5.3 Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan gambaran bagaimana pola asuh di tempat

penelitian dan dapat dijadikan bahan penelitian yang lebih baik.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pola asuh balita

stunting usia 13-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota

Tangerang tahun 2015. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan

Mei sampai Juli 2015 dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek

penelitian ini adalah pengasuh utama, keluarga, kader posyandu dan TPG

puskesmas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, telaah

dokumen dan wawancara mendalam.

Page 35: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stunting

2.1.1. Pengertian

Menurut WHO (1997), stunting merupakan proses

pertumbuhan linear yang terhambat karena status kesehatan yang

kurang optimal dan atau masalah gizi. Menurut UNICEF stunting

adalah keadaan dimana tinggi seorang anak kurang dari -2 standar

deviasi dari ketinggian rata-rata untuk umur berdasarkan standar

yang ditetapkan. Menurut Onis dkk (2012), stunting didefinisikan

sebagai proporsi anak-anak yang memiliki panjang atau tinggi

badan dibawah -2 SD berdasarkan standar WHO.

2.1.2. Dampak Stunting

Masalah kurang gizi termasuk stunting dapat menyebabkan

kerusakan permanen. Hal ini terjadi bila seorang anak kehilangan

berbagai zat gizi yang penting untuk tumbuh kembangnya,

kekebalan tubuh, dan perkembangan otak yang optimum. Anak

yang mengalami gizi kurang akan menjadi kurang berprestasi di

sekolah dan kurang produktif pada saat dewasa (Depkes, 2012).

15

Page 36: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

16

Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu

lama pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang

anak. Tingginya prevalensi BBLR akibat tingginya prevalensi KEK

pada ibu hamil. BBLR dapat meningkatkan angka kematian bayi

dan balita, gangguan pertumbuhan fisik dan mental anak, serta

penurunan kecerdasan. Anak yang stunting mempunyai resiko

kehilangan IQ 10-15 poin (Bappenas, 2013).

Ancaman rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya

manusia ke depan akibat stunting merupakan hal yang tidak bisa

diremehkan. Namun yang disayangkan, masyarakat belum

menyadari masalah ini karena anak yang pendek atau stunting

terlihat sebagai anak dengan aktivitas yang normal, tidak seperti

anak yang kekurangan gizi (Depkes, 2012).

2.1.3. Penyebab

Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini

adalah stunting. Menurut WHO (1997), secara populasi stunting

berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang buruk dan

peningkatan risiko seringnya anak terkena penyakit serta praktik

pemberian makan yang kurang baik. Sedangkan menurut Depkes

(2012), anak yang mengalami stunting lebih banyak disebabkan

karena rendahnya asupan gizi dan penyakit yang berulang akibat

lingkungan yang tidak sehat. Masalah gizi kronis pada balita dapat

disebabkan karena asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu

Page 37: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

17

yang lama karena orang tua atau keluarga tidak tahu atau belum

memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak

(Depkes, 2012).

Masalah gizi disebakan banyak faktor yang saling terkait.

Penyebab yang sering terjadi karena kurangnya makanan, distribusi

pangan yang kurang baik, rendahnya praktik menyusui dan

penyapihan, praktik pengasuhan yang kurang, sanitasi, dan

penyakit (CORE, 2003). Secara garis besar masalah gizi

disebabkan karena kurangnya asupan makanan dan penyakit

infeksi. Asupan makan yang kurang dapat disebabkan karena tidak

tersedianya makanan, anak yang tidak mendapatkan makanan

bergizi seimbang dan pola asuh yang salah (Nency, 2005).

a. Tidak tersedianya makanan

Keadaan sosial ekomoni berkaitan langsung dengan

masalah ini. Data di Indonesia menunjukkan adanya

hubungan yang timbal balik antara kurang gizi dan

kemiskinan.

b. Anak yang tidak mendapat gizi seimbang

ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi usia 0-6

bulan. Setelah itu anak perlu diberikan makanan

pendamping agar kebutuhan gizinya terpenuhi.

c. Pola asuh makan yang salah

Pola pengasuhan berpengaruh terhadap keadaan gizi

balita. Anak yang diasuh oleh ibunya sendiri yang paham

Page 38: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

18

akan pola asuh yang baik maka gizi anak pun akan ikut

menjadi baik.

Kaadan sakit atau penyakit infeksi pada balita menjadi

penyebab lain masalah gizi, keduanya saling terkait dan ada

hubungan timbal balik. Penyakit infeksi akan menyebabkan

masalah gizi dan masalah gizi akan memberikan pengaruh kepada

sistem ketahanan tubuh dan akhirnya memudahkan terjadinya

infeksi (Nency, 2005).

2.2. Pola Asuh

Pola asuh anak ikut berperan terhadap timbulnya masalah gizi,

hanya saja selama ini banyak anggapan di masyarakat bahwa masalah gizi

hanya dialami oleh balita dari keluarga miskin. Anggapan itu tidak

sepenuhnya benar, masalah gizi juga disebabkan karena pola asuh anak

(Nisa, 2013). Balita yang besar dalam keluarga miskin akan tumbuh sehat

apabila diasuh oleh orang tua yang memahami pentingnya kesehatan.

Salah satu contohnya, ada anak gizi buruk berasal dari orang tua yang

bekerja sepagai PNS yang berkecukupan. Hal tersebut ternyata terjadi

karena pengasuhan anak diserahkan pada nenek yang memiliki

keterbatasan pengetahuan akan pentingnya pemberian makanan bergizi

(Nisa, 2013).

Berdasarkan studi positive diviance yang dilakukan Soekirman,

diperoleh kesimpulan bahwa pola asuh berpengaruh signifikan terhadap

Page 39: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

19

timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh sendiri oleh ibunya dengan kasih

sayang, mengerti tentang pentingnya ASI, posyandu, dan kebersihan,

meski dalam kondisi miskin, namun anak tetap sehat (Indriyan, 2013).

Pola asuh adalah praktik-praktik pengasuhan dan segala interaksi

yang terjadi antara orang tua dengan anak. Interaksi ini meliputi segala hal

yang diajarkan orang tua kepada anaknya dalam proses pengasuhan dan

pendidikan (Ulfah, 2008). Menurut Engle dkk (1997), pola asuh adalah

perawatan dalam rumah tangga yang menyediakan waktu, perhatian, dan

dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan perkembangan

sosial anak. Sedangkan menurut Zeitlin, pola asuh adalah praktik di rumah

tangga yang dilihat dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan

serta sumber lainnya untuk kepentingan hidup, pertumbuhan dan

perkembangan (Zeitlin, 2000).

Upaya pencegahan terhadap masalah gizi sangat penting. Hal yang

dapat dilakukan yaitu meningkatkan kualitas makanan dan perawatan

kesehatan (WHO, 2007). Aspek kunci dalam pola asuh terdiri dari

perawatan dan perlindungan bagi ibu, pemberian ASI dan MP-ASI,

pengasuhan psikososial, penyiapan makanan, praktik higiene dan sanitasi

lingkungan, dan praktik kesehatan di rumah (Zeitlin, 2000). Menurut

Engle dkk (1997), pola asuh terdiri dari perawatan bagi ibu, pemberian

ASI, pemberian makan untuk anak, pengasuhan psikososial, penyajian

makanan, praktik higiene, dan perawatan kesehatan dirumah yang

merupakan upaya preventif berupa pemberian imunisasi dan dan

perawatan kesehatan anak.

Page 40: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

20

2.2.1. Pemberian ASI Eksklusif

Menyusui merupakan tanggung jawab seorang ibu, kebiasaan

menyusui dan cara menyapih yang baik memegang peranan penting

dalam kesejahteraan serta pertumbuhan anak. Banyak ahli sepakat

bahwa air susu ibu lebih baik dari susu formula. Anak yang

diberikan ASI lebih rendah terhadap risiko kesakitan dan kematian

dibandingkan dengan anak yang diberikan susu formula (Mandl,

1981). ASI memiliki banyak sekali keuntungan untuk bayi, yaitu

mendapatkan status gizi optimal, meningkatkan kemampuan

kognitif, mengurangi risiko kegemukan, pencegahan terhadap

infeksi, mengurangi risiko terhadap alergi, dan menurunkan risiko

morbiditas pada anak (Almatsier, 2011).

ASI adalah makanan tebaik bagi bayi, pemberian minuman

dan makanan selainnya sampai usia 6 bulan dapat mengganggu

percernaan pada bayi. Hal ini dapat menyebabkan bayi sakit perut

ataupun diare. Jika bayi sakit, dapat membuat asupan gizi, variasi

dan ragam makanan berkurang yang akhirnya akan mengganggu

pertumbuhan balita (Adriyani dan Kartika, 2013).

Pemberian ASI mempunyai hubungan yang signifikan

dengan status gizi balita usia 6-24 bulan. Ibu yang memberikan

anaknya ASI eksklusif cenderung memiliki balita dengan status

gizi baik. Sedangkan ibu yang tidak memberikan anaknya ASI

eksklusif sebagian besar balitanya mempunyai status gizi dibawah

garis merah (Giri dkk, 2013). Penelitian Arifin dkk (2012),

Page 41: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

21

menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan faktor

paling dominan terhadap kejadian stunting pada balita dimana 76%

balita yang mengalami stunting tidak diberikan ASI eksklusif.

Hasil analisis penelitian tersebut menunjukkan bahwa balita dengan

ASI tidak eksklusif mempunyai risiko 3.7 kali lebih besar terkena

stunting dibandingkan balita dengan ASI eksklusif (Arifin dkk,

2012)

Penelitian Rahayu (2011) menunjukkan, kurangnya ASI dan

pemberian MP-ASI yang terlalu cepat dapat meningkatkan risiko

stunting pada periode pasca kelahiran awal. Dimana, anak yang

awalnya stunting dan tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6

bulan memiliki risiko 3.7 kali lebih besar untuk tetap stunting. Hal

ini diduga karena pengaruh ASI eksklusif terhadap perubahan

stunting kemungkinan disebabkan karena fungsi ASI sebagai anti

infeksi (Rahayu, 2011).

Pengambilan data terkait pemberian ASI dilakukan dengan

cara wawancara mendalam menggunakan instrumen pedoman

wawancara mendalam.

2.2.2. Pemberian MP ASI

Setelah berumur 6 bulan keatas, kebutuhan gizi bayi semakin

tinggi dan bervariasi. Pemberian ASI saja hanya dapat memenuhi

60-70% kebutuhan gizinya. Oleh karena itu, selain pemberian ASI

dubutuhkan pula makanan lain sebagai pendamping untuk

Page 42: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

22

menunjang asupan gizi bayi. Jika makanan pendamping ASI tidak

cepat diberikan, maka masa kritis untuk mengenalkan makanan

padat yang memerlukan keterampilan mengunyah yang mulai

dilakukan pada usia 6-7 bulan dikhawatirkan akan terlewati. Akibat

yang akan dialami bayi dalam keadaan seperti ini adalah kesulitan

untuk menelan atau menolak saat diberikan makanan padat

(Khomsan dan Ridhayani, 2008).

Secara alamiah, bayi dilahirkan dengan kemampuan refleks

terhadap makanan, seperti menghisap, menelan dan mengunyah.

Pemberian MP-ASI harus disesuaikan dengan kemampuan organ

pencernaan bayi. Pertama-tama makanan yang diberikan bertekstur

cair, kental, semi padat dan terakhir makanan padat (Khomsan dan

Ridhayani, 2008). Menurut Khomsan dan Ridhayani (2008), hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI adalah :

a. Makanan pendamping ASI dibuat dengan makanan yang

berkualitas, sehingga kualitas gizinya terjamin.

b. Pemberian MP-ASI harus diberikan bertahap. Pada

awalnya bayi diberikan makanan cair seperti sari buah

atau bubur susu. Setelah itu, dilanjutkan dengan makanan

kental seperti bubur tepung. Kemudian dilanjutkan

dengan makanan semi padat seperti nasi tim saring dan

akhirnya diberi makanan padat seperti nasi tim.

c. Pada tahap permulaan, bayi hendaknya diperkenalkan

satu persatu jenis makanan sampai ia dapat mengenalnya

Page 43: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

23

dengan baik dan setelah itu baru diberikan makanan lain.

Hal ini dimaksudkan agar bayi benar-benar dapat

mengenal dan menerima jenis makanan baru.

d. Orang tua perlu mengetahui ada atau tidaknya alergi

terhadap suatu jenis makanan dengan memperhatikan

respon bayi setelah makan makanan tersebut.

e. Selama masa perkenalan makanan, jangan memaksakan

bayi untuk menghabiskan makanannya, hal ini karena

bayi membutuhkan proses adaptasi. Dengan

meningkatnya usia bayi akan mendapatkan porsi yang

lebih besar.

f. Waktu pemberian makan harus disesuaikan dengan

kondisi bayi. Hal ini karena pada saat lapar saluran

pencernaan bayi lebih siap untuk menerima dan

mencerna makanan.

g. Lakukan jarak pengaturan antara pemberian susu, jangan

memberikan makanan pendamping setelah bayi minum

susu atau sebaliknya. Hal ini karena bayi akan merasa

kenyang dan tidak mau menerima makanan atau susu

yang diberikan.

Banyak penelitian yang mengatakan bahwa pemberian MP-

ASI mempunyai peran penting dalam perbaikan status gizi anak,

terutama sejak usia bayi. Pemberian MP-ASI selama 90 hari

Page 44: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

24

menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan terhadap energi dan

zat gizi balita. Penelitian Krisnatuti dkk (2006) tentang analisis

status gizi anak dibawah dua tahun menunjukkan bahwa pemberian

MP-ASI dapat meningkatkan status gizi baduta. Pada baduta dari

jaring pengaman sosial bidang kesehatan berpeluang 4.461 kali

berstatus gizi normal berdasarkan indikator BB/TB didandingkan

dengan baduta yang tidak mendapatkan MP-ASI (Krisnatuti dkk,

2006).

Orang tua berperan dalam perilaku makan anak, secara sadar

ataupun tidak, orang tua telah membentuk kesukaan dan gaya

makan anak. Interaksi orang tua dengan anak berpengaruh terhadap

pilihan makanan dan pengembangan pola makan anak (Soetardjo,

2011). Pemberian makanan tambahan diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain

itu, pemberian makanan diperlukan untuk menumbuhkan sikap

positif terhadap makanan sejak usia dini (Hermina, 1992).

Gizi seimbang adalah susunan makan sehari-hari yang

mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai

dengan kebtuhan tubuh dengan memperhatikan keanekaragaman

atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan

ideal. Dalam memberikan makanan kepada anak variasi sangat

diperlukan. Hal ini dilakukan agar anak tidak bosan sehingga dapat

menghindarkan anak dari kesulitan makan pada usia berikutnya.

Makanan yang diberkan meliputi bahan pokok, lauk-pauk, sayur,

Page 45: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

25

dan buah-buahan. Protein yang diberikan kepada anak diusahakan

secara bergantian sehingga semua zat gizi dapat terpenuhi

(Auliana, 2011). Variasi makanan sangat diperlukan dalam

memberikan makan kepada anak karena tidak ada satu jenis

makanan pun yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan

tubuh (Muharyani, 2012).

Dalam pemberian makanan, selain memperhatikan variasi

makanan untuk anak, orang tua perlu memperhatikan porsi yang

diberikan kepada anak. Hal ini karena anak-anak seringkali

memerlukan waktu makan yang lebih lama daripada orang dewasa.

Untuk itu anak perlu dibujuk agar dapat mengkonsumsi makanan

dalam jumlah yang cukup, sesendok demi sesendok (CORE, 2003).

Menurut (CORE, 2003), menu yang diberikan harus :

a. Terdiri dari makanan yang bergizi dan tidak langsung

mengenyangkan anak.

b. Ikut sertakan buah, sayur, udang, minyak atau kacang-

kacangan.

c. Penyiapan makanan yang beragam kepada anak.

d. Menggunakan bahan lokal yang tersedia, sesuai musim

dan terjangkau.

e. Menggunakan bahan yang kaya akan vitamin A, besi,

dan mikronutrien lain.

f. Menggunakan produk hewani

Page 46: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

26

g. Memastikan bahwa semua kelompok makanan ada

dalam tiap hidangan makanan, sehingga anak

mendapatkan makanan yang seimbang.

Selain itu, orang tua juga perlu memperhatikan frekuensi

pemberian makan yang sedikit tetapi sering. Hal ini karena,

Sebagian besar balita khususnya umur 3-5 tahun makan lebih dari

tiga kali sehari. Memberikan makanan 5-6 kali perhari lebih baik

karena balita memiliki perut yang kecil. Anak yang makan kurang

dari 4 kali sehari, asupan energi dan zat gizi lainnya lebih sedikit

dibandingkan dengan rata-rata anak lain yang makan 4 kali sehari

atau lebih (Soetardjo, 2011).

Jenis suatu makanan sangat menentukan status gizi balita.

Makanan yang berkualitas adalah makanan yang memberikan

komposisi yang beragam, bergizi dan seimbang. Menu yang

memadai baik secara kualitas ataupun kuantitas sangat menunjang

tumbuh kembang anak. Hal ini karena balita merupakan kelompok

rawan gizi sehingga makanan yang diberikan harus sesuai dengan

kebutuhan anak dan kemampuan alat pencernaannya (Welasasih

dan Wirjatmadi, 2012).

Pengambilan data terkait pemberian makan anak dilakukan

dengan cara wawancara mendalam dan observasi menggunakan

instrumen pedoman wawancara mendalam dan pedoman observasi.

Page 47: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

27

2.2.3. Peyiapan dan Penyajian Makan

Susah makan pada anak merupakan masalah yang dihadapi

oleh hampir semua ibu. Terkadang anak menolak makan yang

diberikan tanpa tahu apa penyebabnya. Susah makan dapat juga

terjadi karena pemberian makan kepada anak yang sudah salah

sejak awal. Contohnya seperti pengenalan MP-ASI yang terlambat,

tidak diberikan ragam makanan, atau karena anak banyak diberikan

jajan. Mengatasai anak susah makan dapat dilakukan dengan

berbagai cara, salah satunya adalah memberikan suasana makan

yang menyenangkan, kemudian biarkan anak makan sendiri dengan

alat makannya (Auliana, 2011).

Proses penyiapan makanan mempunyai peran penting

terhadap gizi anak. Di Mali, ditemukan bahwa anak yang makan

dari piring atau mangkuk sendiri lebih baik daripada anak yang

makan bersama dari piring anggota keluarga yang lainnya (CORE,

2003).

Anak yang sudah belajar makan sendiri perlu mendapat

dukungan dari orang tua. Pada tahap ini biasanya anak akan

menghambur-hamburkan dan memainkan makanan. Bentuk

dukungan orang tua dalam membantu anak melewati tahap

perkembangan perilaku makan adalah dengan menyiapkan alat

makan khusus dengan warna dan bentuk yang menarik. Selain itu

orang tua dapat memberikan kesempatan pada anak untuk makan

Page 48: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

28

sendiri dengan pendampingan. Hal ini perlu dilakukan karena hal

tersebut merupakan proses belajar bagi anak (Muharyani, 2012).

Dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah makanan

untuk anak adalah keamanan pangan dan keutuhan zat-zat gizi

(Almatsier, 2011). Menurut Almatsier (2011) beberapa hal yang

perlu diperhatikan yaitu :

1. Makanan hendaknya digunakan dari bahan yang bermutu dan

seimbang.

2. Alat pengolahan dan alat-alat lain yang digunakan hendaknya

dalam keadaan bersih.

3. Sayur dan buah dicuci, sesudah itu dimasak dengan air

secukupnya sampai lunak.

4. Bila makanan tidak segera dimakan, makanan dibungkus dan

disimpan dalam lemari pendingin atau lemari pembeku.

5. Makanan yang dibekukan, bila hendak dimakan maka

dicairkan terlebih dahulu ke lemari pendingin.

Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab

terjadinya keracunan adalah makanan atu minuman yang tidak

memenuhi syarat higiene. Higienenya makanan atau minuman

dapat dipenagruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

higiene alat masak dan makan yang digunakan dalam proses

penyediaan makan atau minuman tersebut. Alat makan menjadi

salah satu faktor dalam hal penularan penyakit, hal ini disebabkan

Page 49: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

29

karena alat makan yang tidak bersih dan mengandung

mikroorganisme (Cahyaningsih dkk, 2009).

Selain kebersihan peralatan memasak dan makan, kebersihan

individu juga perlu diperhatikan karena merupakan salah satu

faktor penyebab timbulanya penyakit pada anak (Tjukarni dkk,

2011). Kebersihan individu yang dimaksud seperti mencuci tangan

dengan sabun sebelum menyiapkan makanan untuk anak.

Penggunaan sabun saat mencuci tangan sebelum makan akan

membantu mengurangi jumlah kuman penyakit yang masuk ke

dalam tubuh dengan cara melarutkan lemak dan menurunkan

tegangan partikel kotoran yang menempel di kulit (Sandy dkk,

2015).

Penyimpanan makanan salah satu faktor yang perlu

diperhatikan dengan baik. Penyimpanan makanan yang kurang baik

dapat menjadi sumber penyakit dengan berkembang biaknya

bakteri dalam makanan tersebut. Bakteri berkembang biak dengan

membelah diri menjadi 2 bagian. Pada temperatur 30˚ sampai 40˚

Celcius jumlahnya akan bertambah 2 kali lipat setiap 15 menit dan

dalam waktu 5 jam dapat mencapai 1 juta. Bakteri akan berhenti

berkembang biak pada suhu diatas 74˚ dan dibawah 4˚ Celcius.

Bakteri patogen berkembang biak pada suhu 37˚ Celcius sama

dengan suhu tubuh manusia. Bakteri ini dapat ditularkan melalui

makanan yang tersentuh oleh tangan kotor, lap kotor dan berdebu,

meja ataupun peralatan dapur yang kotor (Prihastuti, 2013).

Page 50: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

30

Pengambilan data terkait penyiapan dan penyajian makanan

dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi.

Instrumen yang digunakan yaitu pedoman wawancara mendalam

dan pedoman observasi.

2.2.4 Praktik Kesehatan Dasar

Orang tua dapat mencegah anak-anaknya menderita penyakit

dengan cara menjaga kebersihan rumah, memberikan imunisasi

atau vaksinasi, membawa anak yang sakit ke puskesmas,

menimbang anak secara teratur untuk mengetahui kekurangan gizi

sedini mungkin (CORE, 2003). Praktik kesehatan bagi anak dapat

berupa upaya preventif seperti pemberian imunisasi. Imunisasi

adalah cara meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dan sehingga apabila seseorang terpapar penyakit tersebut ia tidak

menjadi sakit (Matondang dkk, 2011).

Dalam rangka menurunkan kejadian penyakit pada anak,

Departemen Kesehatan melakukan program pengembangan

imunisasi. Program ini dilakukan dengan memberikan 1 kali

imunisasi BCG, 3 kali DPT, 4 kali imunisasi polio, 1 kali imunisasi

campak dan 3 kali imunisasi hepatitis B (Luciasari dkk 2011).

Imunisasi memiliki pengaruh tidak langsung terhadap status gizi

namun berkaitan penyakit infeksi (Mulyati dkk, 2008). Imunisasi

mempunyai peran meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap

penyakit infeksi. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi akan

Page 51: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

31

lenbih mudah terkena penyakit. Anak yang terkena penyakit dapat

mengalami kehilangan nafsu makan sehingga berakibat terhadap

status gizinya (Luciasari dkk, 2011).

Dari hasil analisis data Riskesdas, dapat dilihat bahwa balita

yang diimunisasi lebih banyak yang sehat jika dibandingkan

dengan balita yang tidak pernah diimunisasi (Hidayat dan Jahari,

2012). Imunisasi diberikan oleh orang perorang atau ibu yang

membawa anaknya untuk diberikan imunisasi. Tindakan seorang

ibu dalam memberikan imunisasi merupakan bentuk tanggung

jawab terhadap keluarga untuk melindungi anaknya dari serangan

penyakit menular (Achmadi, 2006).

Bagi seorang ibu, memberikan imunisasi kepada anak

merupakan hal biasa, namun memiliki makna yang mulia. Dengan

membawa anaknya untuk imunisasi seorang ibu telah memberikan

sumbangan bagi kekebalan kelompok. Dengan kata lain, imunisasi

memiliki dimensi tanggung jawab ganda, yaitu memberikan

perlidungan kepada anak agar tidak terkena penyakit menular juga

telah berkontribusi sosial yang tinggi, yaitu anak yang telah

diberikan imunisasi dan mendapat kekebalan maka akan

menghambat perkembangan penyakit di masyarakat (Achmadi,

2006).

Diare dan ISPA merupakan penyakit yang sering diderita

oleh balita dalam waktu yang lama jika tidak segera diobati.

Timbulnya masalah stunting bukan hanya terjadi karena makan

Page 52: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

32

yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat

makan cukup tetapi sering mengalami diare atau demam, akhirnya

akan menyebabkan kurang gizi. Demikian pula anak yang

makanannya tidak cukup, maka daya tahan tubuhnya akan

melemah. Dalam keadaan seperti ini akan mudah diserang penyakit

infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan yang akhirnya dapat

menderita kurang gizi (Welasasih dan Wirjatmaja, 2012).

Praktik perawatan kesehatan anak dalam keadaan sakit

merupakan satu aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status

gizi anak. Praktik perawatan kesehatan meliputi pengobatan

penyakit pada anak apabila anak menderita sakit dan tindakan

pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Praktik perawatan

kesehatan yang baik dapat dilakukan dengan memantau status gizi

anak, kelengkapan imunisasi, kebersihan diri anak dan lingkungan

dimana anak berada, serta upaya ibu dalam mencari pengobatan

terhadap anak yang sakit seperti ke rumah sakit, klinik, dan

puskesmas (Zeitilin, 1990 dalam Husin, 2008). Selain itu,

pengobtan penyakit pada masa kanak-kanak dan mendapatkan

bantuan profesional pada waktu yang tepat mempunyai peran

penting dalam menjaga kesehatan anak (CORE, 2003).

Menurut CORE (2003), perilaku perawatan anak yang sedang

sakit dapat dilakukan dengan :

a. Pengobatan anak yang sedang sakit dan perawatan

selama masa penyembuhan di rumah secara tepat.

Page 53: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

33

b. Pemberian makanan dan cairan yang sesuai ketika anak

sedang sakit dan dalam masa penyembuhan.

c. Pengobatan yang tepat di rumah terhadap penyakit

ringan seperti batuk, pilek, dan demam.

d. Melanjutkan pemberian ASI dan makanan yang sesuai

ketika anak mengalami diare.

e. Penggunaan LGG (Larutan Gula Garam) atau cairan lain

di rumah untuk mencegah dehidrasi selama anak

mengalami diare.

f. Mencari bantuan tenaga kesehatan untuk pengobatan

penyakit dan luka.

Pengambilan data terkait praktik kesehatan dasar dilakukan

dengan cara wawancara mendalam dengan instrumen pedoman

wawancara mendalam. Selain itu, pengambilan data juga dengan

cara telaah dokumen dengan istrumen seperti KIA dan pencatatan

di posyandu.

2.2.5. Pola Pencarian Layanan Kesehatan

Aspek terhadap informasi gizi dan kesehatan dapat dilihat

dari keterlibatan ibu terhadap sumber informasi dan sarana

pelayanan kesehatan dan gizi terutama posyandu dan puskesmas.

Pada umumnya terdapat hubungan antara pendidikan dan

Page 54: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

34

pengetahuan ibu terhadap akses terhadap informasi dan layanan

kesehatan dan gizi (Fema IPB dan Plan Indonesia, 2008).

Pelayanan kesehatan adalah akses anak dan keluarga terhadap

upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. tidak

terjangkaunya pelayanan kesehatan, kurang pendidikan dan

pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga dalam

memanfatkan pelayanan kesehatan yang ada. Hal ini akan

berdampak pada status gizi anak. Makin rendah jangkauan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka makin tinggi

risiko terjadinya gizi kurang (Amir, 2009).

Upaya pemeliharaan status gizi balita dapat dilakukan dengan

memanfaatkan akses pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan

kasus secara benar dan tepat waktu dengan cara memonitor

pertumbuhan balita setiap bulan secara rutin dan teratur (Hidayat

dan Jahari, 2012). Aktifnya balita ke posyandu mempunyai

pengaruh yang besar terhadap pemantauan kesehatannya. Balita

yang aktif ke posyandu akan mendapatkan penimbangan berat

badan, pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan dan

penyuluhan gizi. Kehadiran ke posyandu merupakan indikator

terjangkaunya pelayanan kesehatan bagi balita. Karena dengan

hadir ke posyandu balita akan mendapatkan imunisasi, dan

pemberian yang lain seperti kapsul vitamin A (Welasasih &

Wirjatmadi, 2012).

Page 55: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

35

Penelitian Hidayat dan Jahari (2012) yang menganalisis data

Riskesdas terhadap 70210 rumah tangga, didapatkan informasi

bahwa rumah tangga balita yang memanfaatkan pelayanan

kesehatan di posyandu memiliki lebih banyak balita yang berstatus

gizi baik menurut indikator BB/U. Selain itu, didapatkan pula

informasi bahwa berdasarkan indikator BB/TB, rumah tangga yang

memanfaatkan posyandu memiliki lebih banyak balita yang tidak

kurus dibandingkan dengan balita yang tidak pernah ke posyandu.

Pengambilan data terkait pola pencarian layanan kesehatan

dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan telaah dokumen.

Instrumen yang dugunakan yaitu pedoman wawancara mendalam

tentang pola pencarian layanan kesehatan dan buku KIA serta

pencatatan di posyandu.

2.2.6 Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan

Masalah gizi dapat disebabkan karena perilaku tidak higienis

yang dapat menyebabkan penyakit infeksi (WHO, 2007). Praktik

higiene anak biasanya tergantung pada perilaku yang dicontohkan

oleh ibu maupun lingkungannya. Kebiasaan higiene yang baik

perlu dibiasakan dari kecil yang diharapkan akan terus dilakukan

sampai dewasa (Fema IPB dan Plan Indonesia, 2008). Kebersihan

tubuh, makanan, dan lingkungan berperan penting dalam

pemeliharaan kesehatan anak dan upaya pencegahan terhadap

penyakit infeksi. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan

Page 56: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

36

setelah buang air besar, menjadi fokus WHO untuk mengurangi

timbulnya penyakit infeksi seperti diare (CORE, 2003).

Faktor perilaku higiene dapat berpengaruh penting terhadap

masalah gizi meskipun faktor ini bukan merupakan faktor

langsung. Perilaku higiene berpengaruh terhadap penyakit infeksi

yang umumnya dialami oleh sebagian besar balita, seperti diare dan

ISPA. Kedua penyakit ini mempunyai pengaruh langsung terhadap

status gizi balita. Jika balita mengalami penyakit ini maka nafsu

makannya akan berkurang yang menyebabkan asupan gizinya ikut

berkurang. Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu yang

lama dengan frekuensi berkali-kali maka akan berdampak pada

masalah gizi kurang (Ulfani dkk, 2011).

Faktor lingkungan sangat mempengaruhi proses tumbuh

kembang balita. Peran orang tua dalam perilaku kebersihan diri dan

sanitasi lingkungan yang sehat sangat diperlukan balita dalam

proses pertumbuhannya (Azis dan Muzakkir, 2014). Pola asuh anak

dalam higiene perorangan, kesehatan lingkungan dan keamanan

anak berkaitan dengan kemampuan ibu menjaga anak agar tetap

bersih, mendapat lingkungan yang sehat, dan terhindar dari cedera

dan kecelakaan. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan orang tua

untuk memandikan anak, kebersihan pakaian dan bagian tubuh

anak, ganti popok ketika akan tidur. Selain itu dibutuhkan pula

kemampuan ibu untuk menjaga kebersihan pada tempat tidur anak,

kamar anak dan lingkungan anak bermain (Ayu, 2008).

Page 57: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

37

Selain dipengaruhi kurangnya asupan gizi, masalah gizi

dipengaruhi oleh buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri.

Sanitasi lingkungan yang sehat secara tidak langsung

mempengaruhi kesehatan balita yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi status gizinya. Berdasarkan penelitian (Hidayat dan

Fuada, 2011), proporsi balita yang mengalami masalah gizi, lebih

besar tumbuh di lingkungan yang tidak sehat. Penelitian tersebut

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status gizi

dengan sanitasi lingkungan. Dimana, balita yang tumbuh di

lingkungan yang tidak sehat berpeluang 1 kali lebih besar

mengalami gizi buruk dibandingkan dengan balita yang bergizi

baik. Penelitian Riyadi dkk (2011) menunjukkan, status gizi anak

bedasarkan indikator TB/U memiliki hubungan yang signifikan

dengan lingkungan fisik rumah, pengetahuan dan perilaku gizi ibu.

Jika keadaan lingkungan fisik dan sanitasi keluarga baik,

maka kondisi kesehatan orang yang ada di dalamnya pun akan ikut

baik, demikian juga sebaliknya. Selama kebersihan sumur dan

sumber air terjaga dengan baik maka risiko untuk penyebaran

penyakit menular akan semakin kecil. Keberadaan MCK yang baik

juga berperan penting untuk mencegah penyakit seperti diare dan

cacingan (Riyadi dkk, 2011). Hasil analisis data Riskesdas

menunjukkan bahwa balita yang tinggal di sanitasi lingkungan

yang sehat dan meminum air yang dimasak, memiliki status gizi

Page 58: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

38

yang lebih baik berdasarkan indikator BB/U (Hidayat dan Jahari,

2012).

Menurut Begin dkk (1999) dalam Sab‟atmaja dkk (2010),

berkaitan dengan masalah penyakit infeksi, perhatian harus banyak

ditunjukkan pada kesehatan rumah, penyediaan air bersih, jamban

keluarga, sarana dan prasarana kesehatan serta ada tidaknya

dukungan program gizi atau kesehatan. Sanitasi lingkungan dapat

menjadi faktor pendukung berkembanganya penyakit menular

(Hidayat dkk, 2011). Sanitasi lingkungan sangat erat kaitannya

dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai

rumah serta kebersihan peralatan makanan (Ernawati, 2006).

Dalam upaya menjaga kebersihan anak agar terhindar dari

penyakit hal yang perlu dilakukan menurut Depkes (2008), yaitu :

1. Mandikan anak setiap hari dua kali pada pagi dan sore hari

menggunakan sabun mandi.

2. Mencuci rambut anak dengan sampo 2-3 kali dalam satu

minggu.

3. Cuci tangan anak dengan sabun sebelum makan dan

sesudah buang air besar.

4. Gunting kuku anak ketika panjang.

5. Bersihkan rumah setiap hari dari sampai dan genangan air.

6. Jauhkan anak dari asap rokok dan asap dapur.

Page 59: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

39

Ketersediaan tempat sampah pada suatu rumah tidak kalah

penting dibandingkan dengan sarana fisik lainnya. Setiap rumah

seharusnya memiliki tempat sampah yang memadai sebelum

dibuang ke penampungan atau dibakar. Rumah tangga yang tidak

memilki tempat sampah biasanya memasukkan sampah ke dalam

kantong plastik, karung, atau yang lainnya baru kemudian dibuang.

Tempat sampah yang tidak memadai dapat menjadi sarang penyakit

karena bau yang dikeluarkan dapat mengundang binatang atau

bakteri untuk berkembang biak dan kemudian dapat menjadi

sumber penyakit (Ersiyoma, 2012).

Pengambilan data terkait perilaku higiene dan sanitasi

lingkungan dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi.

Instrumen yang digunakan yaitu pedoman wawancara mendalam

dan pedoman observasi.

2.2.7. Perawatan Ibu ketika Hamil

Perawatan ibu terhadap anaknya dapat dilakukan selama

masa kehamilan dengan menyediakan lebih banyak waktu untuk

istirahat dan penambahan asupan makanan (Engle dkk, 1997).

Dalam masyarakat tradisional, diet wanita selama masa kehamilan

dan menyusui sering dihadapkan pada masalah pantangan terhadap

suatu jenis makanan. Hal ini akan menyebabkan asupan yang tidak

seimbang ditambah lagi jika makanan yang dianjurkan sulit untuk

didapat (Range dkk, 1997).

Page 60: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

40

Proses tumbuh seorang anak yang mengalami gangguan

pertumbuhan dimulai ketika dalam rahim hingga usia 2 tahun.

Ketika anak melewati usia 2 tahun, maka sudah terlambat untuk

memperbaiki kerusakan atau kekurangan pada tahun-tahun awal

tersebut. Oleh karena itu, status kesehatan ibu merupakan penentu

penting dalam proses pertumbuhan anak. Berat anak saat lahir

adalah akibat langsung dari status kesehatan dan gizi ibu sebelum

dan saat kehamilan.

Begitu pentingnya masa kehamilan dalam menentukan

kualitas manusia, terutama pada dua tahun pertama kehidupan.

Oleh karena itu pemerintah memberikan perhatian pada anak

dibawah usia 2 tahun. Periode pertama terjadi selama 270 hari

ketika seseorang mengandung. Jika dalam peride ini sampai anak

berusia 2 tahun tidak diperbaiki maka akibat yang ditimbulkan

akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Pertumbuhan

bayi pada 2 tahun pertama dapat disebabkan karena status gizi anak

ketika lahir. Untuk mencegah masalah tersebut, ibu hamil perlu

mendapat asupan zat gizi makro dan mikro yang cukup (Ernawati

dkk, 2013)

Selama masa kehamilan seseorang perlu konsumsi energi dan

zat-zat gizi yang cukup untuk menopang pertumbuhan dan

kesehatan janin serta dirinya sendiri. Banyak perubahan tubuh yang

terjadi ketika masa kehamilan. Perubahan yang terjadi seperti

volume darah yang bertambah, ukuran dan kekuatan rahim

Page 61: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

41

bertambah, otot yang lebih fleksibel, kaki yang membengkat akibat

meningkatnya hormon estrogen, dan payudara yang membesar.

Sementara itu, terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

tubuh ibu. Perubahan-perubahan yang terjadi ini perlu disertai

dengan asupan makanan yang bergizi, aktivitas fisik secara teratur,

dan istirahat yang cukup (Almatsier, 2011).

Dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (Depkes 2008),

terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan ketika sedang hamil,

yaitu :

1. Periksa kehamilan secepatnya dan sesering mungkin sesuai

anjuran petugas. Hal ini untuk mengetahui secepatnya jika ada

masalah yang timbul pada kehamilan.

2. Menimbang berat badan setiap kali periksa kehamilan untuk

mengetahui berat badan yang bertambah sesuai dengan

pertumbuhan bayi dalam kandungan.

3. Meminum tablet penambah darah selama hamil untuk

mencegah ibu kekurangan darah.

4. Meminta imunisasi Tetanus Toksoid kepada petugas kesehatn

untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir.

5. Meminta nasihat kepada petugas kesehatan tentang makanan

yang bergizi selama hamil untuk menjaga kesehatan ibu dan

bayi.

Page 62: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

42

6. Istirahat yang cukup minimal 1 jam pada siang hari dan

mengurangi kerja berat yang berguna untuk memulihkan

tenaga ibu.

7. Memakan makanan yang bergizi sesuai anjuran petugas

kesehatan.

8. Makan 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil.

9. Makan makanan selingan pada pagi dan sore yang berguna

untuk menambah tenaga.

Antenatal Care atau pemeriksaan rutin saat hamil merupakan

salah satu cara mencegah terjadinya bayi lahir dengan berat badan

rendah. Kebijakan program kesehatan mensyaratkan sebaiknya

Antenatal Care paling sedikit dilakukan 4 kali selama masa

kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I dan II, dan 2 kali pada

trimester III. Dalam pelayanannya, hal yang dilakukan adalah

penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran

tinggi fundus uteri, memberikan imunisasi tetanus toxoid lengkap,

dan memberikan tablet besi minimal 90 kali selama masa

kehamilan. Keuntungan yang didapat dari kegiatan ini sangat besar

bagi ibu karena dapat mengetahui risiko dan kompliksai sehingga

dapat segera diarahkan dirujuk ke rumah sakit (Ernawati dkk,

2011).

Anemia adalah keadaan dimana kadar Hb berada di bawah

normal dan merupakan salah satu gangguan yang paling sering

Page 63: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

43

terjadi pada ibu hamil. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi

sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan

untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya ibu akan menjadi

anemia pada saat kadar Hb turun sampai dibawah 11 gr/dl.

Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau

hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.

Ibu hamil yang mengalami anemia dapat meningkatkan risiko

morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan

melahirkan bayi BBLR juga menjadi semakin besar (Lubis, 2003).

Pengambilan data terkait perawatan ibu dilakukan dengan

cara wawancara mendalam dan telaah dokumen menggunakan

pedoman wawancara mendalam dan buku KIA serta pencatatan di

posyandu.

2.2.8. Perawatan Psikososial dan Stimulasi Kognitif

Penelitian di Amerika tahun 1997 menyebutkan bahwa

suplementasi makanan selama tiga bulan saat usia bayi akan

berdampak positif pada memori anak sampai delapan tahun ke

depan. Suplementasi itu kan lebih baik jika disertai dengan

intervensi psikososial. Intervensi psikososial akan mengajari orang

tua, terutama ibu bayi bagaimana cara melatih bayi

mengembangkan kemampuan mental dan psikososialnya. Jika hal

itu dilakukan dengan baik maka akan menghasilkan generasi yang

berkualitas. Ibu yang tampak bahagia ketika mengasuh anaknya

Page 64: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

44

seperti tersenyum, tertawa dan memperlihatkan kebahagiaan akan

memberikan pengaruh positif untuk terbentuknya anak dengan

perkembangan yang optimal (Khomsan dan Ridhayani, 2008).

Salah satu aspek perkembangan sosial dan emosi yang terjadi

pada bayi usia 1-2 tahun adalah pertumbuhan mood. Pada usia ini,

anak mulai belajar merespon apa saja yang diterima atau keadaan

yang dihadapi sesuai dengan perasaan hatinya. Salah satu

contohnya yaitu, anak akan menggelengkan kepala sebagai tanda

tidak mau makan atau akan tersenyum sebagai tanda hatinya

senang jika diajak bercanda dengan orang –orang disekitarnya

(Khomsan dan Ridhayani, 2008).

Perawatan psikososial adalah pemberian kasih sayang dan

perhatian orang tua kepada anak berupa daya tanggap dari segi

interaksi fisik, visual ataupun verbal (Engle dkk, 1997). Ketika

anak berusia 1-2 tahun rangsangan yang dapat diberikan yaitu, jika

anak sudah berjalan maka latih anak untuk menaiki tangga. Ajak

anak untuk melakukan pekerjaan sederhana seperti membersihkan

meja, membereskan maianan dan menyapu dan lain-lain.

Kemudian ajak anak untuk mencoret-coret di kertas, tunjukkan dan

sebutkan bagian tubuh anak kemudian minta anak untuk

mengulanginya, ajak anak bercerita, dan ajak anak bermain

bersama (Depkes, 2008).

Page 65: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

45

Untuk anak yang berumur 2-3 tahun, rangsangan yang dapat

diberikan yaitu, mengajari anak berpakaian sendiri, membacakan

cerita kepada anak dengan buku bergambar, memberikan anak

makanan dari mangkuk atau pringnya sendiri, ajari anak cuci

tangan, buang air besar dan kecil pada tempatnya. Sedangkan untuk

anak berumur 3-5 tahun, rangsangan yang dapat diberikan yaitu,

meminta anak menceritakan apa yang sedang dilakukan,

mendengarkan anak ketika berbicara, jika anak gagap maka bantu

anak berbicar, berikan kesempatan anak untuk bermain dan

mencoba sesuatu yang baru serta tetap mengawasi anak (Depkes,

2008).

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian rangsangan

kepada anak adalah jangan lupa untuk selalu memberi pujian ketika

anak berhasil melakukan kegiatan rangsangan sesuai dengan

tingkatan umurnya (Depkes, 2008).

2.3. Argumentasi Pemilihan Desain dan Analisis Informan

Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan

eksplorasi. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif

yang dikembangkan oleh (Miles dan Huberman, 1994), yang mengatakan

bahwa analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi

secara bersamaa, yaitu reduksi data, penyajian data, dan terakhir verifikasi

data atau penarikan kesimpulan.

Page 66: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

46

Alasan pemilihan desain kualitatif adalah untuk memahami suatu

fenomena yang tentang apa saja yang dialami oleh informan penelitian

secara menyeluruh yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendirilah atau dibantu dengan orang

lain merupakan alat utama dalam proses pengumpulan data. Hal ini

dimaksudkan untuk melakukan penyesuaian terhadap situasi atau keadaan

yang terjadi di tempat penelitian. Dengan menggunakan desain kualitatif,

kita akan lebih mudah menyesuaikan jika berhadapan dengan kenyataan

yang beragam. Selain itu, dengan menggunakan metode kualitatif, kita

dapat melihat adanya hubungan langsung antara peneliti dengan informan.

2.4. Kerangka Teori

Pola asuh menurut Zeitlin (2000), terdiri dari pemberian ASI dan

MP-ASI, penyiapan makanan, praktik higiene dan sanitasi lingkungan,

praktik kesehatan di rumah, pola pencarian pelayanan kesehatan,

perawatan bagi ibu, perawatan psikososial dan stimulasi kognitif.

Sedangkan menurut Engle dkk (1997), pola asuh terdiri dari pemberian

ASI dan dan makanan tambahan, perawatan bagi ibu, perawatan

psikososial dan stimulasi kognitif, penyajian makanan, praktik higiene,

praktik kesehatan di rumah berupa upaya preventif yang meliputi

pemberian imunisasi dan perawatan kesehatan anak. Kerangka teori

berdasarkan tinjauan pustaka, pada gambar dibawah ini :

Page 67: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

47

Bagan 2.1

Kerangka Teori Pola Asuh

Adaptasi Zeitlin (2000) dan Engle dkk (1997)

Pola Asuh Baduta

Perawatan bagi Ibu

Pemberian ASI

Ekslusif

Pemberian Makan Balita

Perawatan Psikososial

dan Stimulasi Kognitif

Penyiapan dan

Penyimpanan Makanan

Praktik Kesehatan

Dasar

Pola

Pencarian Layanan

Kesehatan

Praktik Higiene dan

Sanitasi Lingkungan

Page 68: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

48

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola asuh ibu

terhadap balita stunting di wilayah Puskesmas Neglasari Kota Tangerang

tahun 2015. Keadaan gizi balita dapat disebabkan karena kurangnya pola

asuh yang baik kepada anak. Apabila praktik pengasuhan anak baik, maka

secara langsung akan meningkatkan status gizi anak dan menurunkan

kejadian penyakit infeksi.

Pola asuh terdiri dari pemberian ASI dan, pemberian makan

tambahan, dan penyiapan dan penyimpanan makanan, praktik kesehatan

dasar, pola pencarian layanan kesehatan, praktik higiene dan sanitasi

lingkungan, perawtan bagi ibu, perawatan psikososial dan stimulasi

kognitif. Perawatan psikososial dan stimulasi kognitif tidak diteliti karena

membutuhkan kompetensi khusus seperti ilmu psikologi.

48

Page 69: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

49

Bagan 3.1

Kerangka Pikir Pola Asuh

Pola Asuh Baduta

Perawatan bagi Ibu

Pemberian ASI

Eksklusif

Pemberian Makanan

PendampingASI

Penyiapan dan Penyimpanan

Makanan

Praktik Kesehatan

Dasar

Pola Pencarian Layanan

Kesehatan

Praktik Higiene dan

Sanitasi Lingkungan

Stunting

Page 70: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

50

3.1. Definisi Istilah

No. Faktor yang

Diteliti Definisi Istilah Cara Ukur Alat Ukur Sumber/Informan

1. Pemberian

ASI Eksklusif

Tidak memberikan bayi

usia 0-6 bulan makanan

atau minuman lain

termasuk air putih kecuali

obat-obatan atau vitamin

dan mineral lain

(Kemenkes, 2014).

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara

mendalam

Pengasuh Utama

Keluarga

Kader Posyandu

TPG Puskesmas

2.

Pemberian

Makanan

Pendamping

ASI

Pemberian makanan selain

ASI setelah anak berusia

diatas 6 bulan yang

memperhatikan jumlah,

frekuensi serta

menggunakan berbagai

makanan untuk menutupi

kebutuhan gizi anak

dengan tetap menjaga

proses menyusui (WHO,

2014)

Wawancara

mendalam

dan

observasi

Pedoman

wawancara

mendalam

dan

pedoman

observasi

Pengasuh Utama

Keluarga

3.

Penyiapan

dan

Penyimpanan

Makanan

Perilaku ibu atau pengasuh

lain dalam hal

Penyiapan dan pemberian

makanan balita yang

meliputi pengaturan menu

makan,

penyajian dan

penyimpanan makanan,

kebiasan membeli makan

balita di luar (Lutfiana,

2013)

Wawancara

mendalam

dan

observasi

Pedoman

wawancara

mendalam

dan

pedoman

observasi

Pengasuh Utama

Keluarga

4.

Praktik

Kesehatan

Dasar

Perilaku preventif berupa

memberikan imunisasi

lengkap sebelum 1 tahun,

tatalaksana rumah tangga

ketika ada yang sakit serta

penggunaan pelayanan

kesehatan (CORE, 2003).

Wawancara

mendalam

dan telaah

dokumen

Pedoman

wawancara

mendalam

dan buku

KIA

Pengasuh Utama

Keluarga

Kader Posyandu

TPG Puskesmas

5.

Pola

Pencarian

Layanan

Kesehatan

Keterlibatan ibu terhadap

sumber informasi dan

sarana pelayanan

kesehatan dan gizi

terutama posyandu dan

puskesmas (Fema IPB dan

Plan Indonesia 2008).

Wawancara

mendalam

dan telaah

dokumen

Pedoman

wawancara

mendalam

dan buku

KIA

Pengasuh Utama

Keluarga

Kader Posyandu

TPG Puskesmas

6.

Praktik

Higiene dan

Sanitasi

lingkungan

Kemampuan ibu menjaga

anak agar tetap bersih,

mendapat lingkungan yang

sehat, dan terhindar dari

cedera dan kecelakaan

(Ayu, 2008).

Wawancara

mendalam

dan

observasi

Pedoman

wawancara

mendalam

dan

pedoman

observasi

Pengasuh Utama

Keluarga

Page 71: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

51

No. Faktor yang

Diteliti Definisi Istilah Cara Ukur Alat Ukur Sumber/Informan

7. Perawatan

bagi Ibu

Waktu istirahat yang

cukup dan peningkatan

asupan makan selama

masa kehamilan (Engle

dkk, 1997).

Wawancara

mendalam

dan telaah

dokumen

Pedoman

wawancara

mendalam

dan buku

KIA

Ibu

Keluarga

Kader Posyandu

TPG Puskesmas

Page 72: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

52

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk

mengeksplorasi bagaimana praktik pola asuh ibu terhadap baduta yang

mengalami stunting di wilayah kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang

tahun 2015.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Neglasari Kota

Tangerang tahun 2015 yang memiliki wilayah kerja sebanyak 4 kelurahan,

yaitu Kelurahan Neglasari, Mekarsari, Karang Sari, dan Karang Anyar.

Penelitian ini dimulai pada bulan Mei sampai Juli tahun 2015.

4.3. Informan Penelitian

Informan utama dalam penelitian ini adalah pengasuh utama dari

baduta usia 13-24 bulan yang mengalami stunting, bukan karena penyakit

atau cacat bawaan. Informan dalam penelitian ini dipilih dengan purposive

sampling, pemilihan informan didasarkan atas kesesuaian dan kecukupan.

Kesesuaian didasarkan pada pengertahuan atau informasi yang diberikan

berhubungan dengan masalah penelitian. Sedangkan kecukupan, informasi

52

Page 73: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

53

yang didapatkan harus mempunyai variasi dan berkaitan dengan

penelitian. Jumlah informan utama dalam penelitian ini ditetapkan 4 orang.

Pemilihan 4 informan didasarkan pada rekomendasi yang diberikan

Riemen (1986) dalam Creswell (1998) dalam Akhmadi (2009) yang

merekomendasikan jumlah informan sebanyak 3-10 orang.

Kemudian, Daymon dan Holloway (2008) menyebutkan tidak ada

aturan atau panduan ketat untuk ukuran sampel, secara umum sampel

kualitatif terdiri ats sampling kecil yang diteliti secara mendalam. Daymon

dan Holloway (2008), mengatakan bahwa yang paling sering sampel

terdiri 4 dari hingga 40 informan. Hal yang perlu mendapat garis bawah

dalam setiap penelitian kualitatif adalah kejenuhan. Sampel kecil masih

dapat diterima hingga kejenuhan terjadi, yaitu ketika tidak muncul lagi

data baru yang penting. Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2,

yaitu informan utama dan informan pendukung.

1. Informan Utama

Kriteria informan utama dalam penelitian ini yaitu pengasuh utama

yang merawat baduta usia 13-24 bulan dengan status gizi stunting.

Cara mendapatkan informan utama dalam penelitian ini yaitu dengan

melihat daftar anak yang mengalami stunting dalam buku

penimbangan balita di puskesmas dan dari informasi yang diberikan

oleh TPG puskesmas bahwa terdapat 2 anak yang mengalami masalah

gizi seperti stunting dan berat badan kurang. Jumlah informan utama

dalam penelitian ini yaitu 4 orang, diambil dari 3 kelurahan yang ada

wilayah kerja Puskesmas Neglasari.

Page 74: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

54

2. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini yaitu keluarga dari baduta

yang mengalami stunting, kader posyandu dan TPG puskesmas.

4.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara

mendalam, observasi, dan telaah dokumen.

1. Wawancara mendalam

Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti dengan menggunakan

pedoman wawancara mendalam.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung dan mencatat

keadaan yang berkaitan dengan masalah penelitian..

3. Telaah dokumen

Telaah dokumen dilakukan dengan cara melihat dokumen seperti

buku, laporan kegiatan atau catatan lainnya untuk memproleh

informasi terkait masalah yang diteliti.

4.4.1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung baik dari

informan utama maupun informan pendukung dengan cara

wawancara mendalam dan observasi.

2. Data sekunder, yaitu data yang diproleh secara tidak langsung,

tetapi didapatkan dari telaah dokumen seperti buku KIA dan

laporan puskesmas.

Page 75: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

55

4.4.2. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu pedoman wawancara mendalam dan pedoman observasi.

Instrumen lain yang digunakan adalah alat perekam suara, kamera,

dan alat tulis.

4.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

interaktif (Miles dan Huberman, 1994). Analisis interaktif terdiri dari 3

alur kegiatan yang saling berhubungan, yaitu :

1. Reduksi Data

Data yang didapatkan dalam penelitian kualitatif adalah kumpulan-

kata-kata. Setelah wawancara selesai, peneliti membuat transkrip data

dari hasil wawancara tersebut. Ketika transkrip selesai dibuat,

peneliti hanya mengambil data yag berhubungan dengan pertanyaan

penelitian. Untuk data yang tidak ada kaitannya masalah, maka dapat

disimpan dalam bentuk verbatim.

2. Penyajian Data

Data yang telah direduksi kemudian dibuat dalam bentuk matriks dan

dikategorikan berdasarkan satu variabel yang didasarkan dari pola

jawaban yang sama. Penyajian data melibatkan langkah-langkah

mengorganisasikan data yang satu dengan data yang lainnya sehingga

seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu

Page 76: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

56

kesatuan. Proses penyajian data dapat memudahkan proses analisis

karena data yang didapatkan terasa begitu banyak dan bertumpuk.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah penyajian data selesai, selanjutnya data dinalisis dengan

melihat jawaban dari masing-masing informan yang kemudian

dibandingkan dengan hasil observasi dan telaah dokumen.

4.6. Validasi Data

Validasi data dilakukan melalui teknik triangulasi. Triangulasi yang

dugunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi metode dan triangulasi

sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan wawancara kepada

informan utama dan informan pendukung. Sedangkan triangulasi metode

dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan telaah

dokumen. Berikut adalah gambaran validasi data yang dilakukan dalam

penelitian ini.

Page 77: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

57

Tabel 4.1

Validasi Data

No. Faktor yang

Diteliti

Wawancara Mendalam

Observasi Telaah

Dokumen Pengasuh

Utama Keluarga

Kader

Posyandu

TPG

Puskesmas

1. Pemberian ASI √ √ √ √

2.

Pemberian

Makanan

Pendamping ASI √ √ √

3.

Penyiapan dan

Penyimpanan

Makanan √ √ √

4. Praktik Kesehatan

Dasar di Rumah √ √ √ √ √

5. Pola Pencarian

Layanan Kesehatan √ √ √ √ √

6.

Praktik Higiene

dan Sanitasi

lingkungan √ √ √

7. Perawatan bagi Ibu √ √ √ √ √

Page 78: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

58

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

UPTD Puskesmas Neglasari berawal Pustu dibawah wilayah UPTD

Puskesmas Kedaung Wetan. Pada tahun 2003, puskesmas ini berdiri

sendiri tepatnya sejak tanggal 1 Februari. Awalnya, jumlah pegawai hanya

5 orang dan terus berkembang sampai sekarang hingga mencapai 25 orang.

Wilayah kerja Puskesmas Neglasari terdiri dari 4 kelurahan, yaitu

Kelurahan Neglasari yang memiliki 44 RT dan 8 RW, Kelurahan

Mekarsari yang terdiri dari 33 RT dan 6 RW, Kelurahan Karang Anyar

yang terdiri dari 33 RT dan 7 RW, dan terakhir Kelurahan Karang Sari

yang memiliki 52 RT dan 15 RW. Di sebelah utara, Puskesmas Neglasari

berbatasan dengan Kelurahan Selapajang dan Bandara Soekarno-Hatta,

sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tangerang dan Kecamatan

Karawaci, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kedaung Wetan dan

Kecamatan Karawaci, dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan

Batu Sari.

Wilayah Kecamatan Neglasari merupakan daerah yang berdekatan

dengan pusat pemerintahan Kota Tangerang dan DKI Jakarta. Hal ini

memberikan pengaruh yang signifikan dalam perkembangan masyarakat di

wilayah lainnya. Karakteristik masyarakat di Kecamatan Neglasari sudah

58

Page 79: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

59

sangat majemuk layaknya masyarakat ibukota Jakarta. Jika dilihat dari

pekerjaan berdasarkan data kunjungan pasien ke puskesmas, status

pekerjaan terbanyak adalah belum bekerja dan ibu rumah tangga. Berikut

gambarannya:

Diagram 5.1

Status Kunjungan ke Puskesmas Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Di wilayah kerja Puskesmas Neglasari terdapat cukup banyak

warung yang menjual bahan makanan untuk keperluan sehari-hari. Selain

itu terdapat juga akses yang mudah untuk ke pasar. Namun berdasarkan

data dari Litbang Kota Tangerang tahun 2011, Kecamatan Neglasari

merupakan kecamatan paling rentan terhadap kerawanan pangan

dibanding kecamatan lainnya di Kota Tangerang. Kecamatan Neglasari

memiliki prioritas nomor 3 terhadap kerawanan pangan. Hal ini secara

umum disebabkan karena prevalensi underweight pada balita, persentase

penduduk hidup dibawah garis kemiskinan (paling tinggi), rumah tangga

tanpa akses terhadap air bersih, dan rumah tangga tanpa akses terhadap

listrik (Litbang Kota Tangerang Tahun 2011). Berikut gambarannya:

54.80%

22.80%

8.30%

7.50% 2.10%

2.90% 8.30%

Data Kunjungan Pasien Menurut Pekerjaan Tahun 2014

Belum Bekerja

IRT

Buruh

Karyawan

PNS

Pelajar/Mahasiswa

Wiraswasta

Page 80: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

60

Gambar 5.1

Peta Kerawanan Pangan Kecamatan yang Ada di Kota Tangerang

5.2 Karakteristik Informan

5.2.1. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah pengasuh utama

dari baduta usia 13-24 bulan yang mengalami stunting, terdiri dari

4 informan. Keempat informan tersebut berasal dari 3 kelurahan

yang ada di bawah wilayah kerja Puskesmas Neglasari yaitu

kelurahan Karangsari, Karanganyar, dan Kelurahan Neglasari.

Informan tidak diambil dari Kelurahan Mekarsari disebabkan

karena sulitnya mencari anak usia 13-24 yang mengalami stunting

di wilayah itu dan faktor tempat yang tidak memungkinkan. Status

gizi anak diketahui berdasarkan indikator TB/U dari hasil

Page 81: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

61

pengukuran tinggi badan yang dilakukan di puskesmas. Berikut

adalah karakteristik informan utama :

Tabel 5.1

Karakteristik Pengasuh Utama dari Baduta Usia 13-24 Bulan yang

Mengalami Stunting

Baduta Stunting Ra Ai La Al

Umur Balita dalam Bulan 13 18 20 24

Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan

TB (Cm) 70 69.5 74.5 75

BB Lahir dalam Gram 2.100 2.200 2.700 2.300

Nama Pengasuh Utama Sh Nh Yu Y

Umur 25 25 - 25

Pendidikan SD SD SD SMA

Pekerjaan Ibu Rumah

Tangga

Ibu Rumah

Tangga

Ibu Rumah

Tangga

Ibu Rumah

Tangga

Pekerjaan Ayah Baduta Buruh Bangunan Buruh Harian

Lepas

Pegawai

Swasta

Petugas

Kebersihan

Rata- rata Penghasilan

Orant Tua Baduta Perbulan

1.200.000 1.200.000 > 2.000.000 2.500.000

Jumlah Anggota Keluarga

dalam 1 Rumah

3 4 7 4

Jumlah Balita dalam

Keluarga

1 1 1 1

Hubungan dengan Baduta Ibu Ibu Bibi Ibu Angkat

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa seluruh baduta

dalam penelitian ini memiliki jenis kelamin perempuan. Usia

baduta yang paling keci adalah 13 bulan dan paling besar berumur

24 bulan. Ketika lahir sebagian besar baduta tersebut memiliki

berat badan di bawah 2.500 gram.

Sebagian besar umur informan utama berusi 25 tahun.

separuh dari mereka mempunyai hubungan dengan anak sebagai

ibu kandung sedangkan yang lainnya merupakan ibu angkat dan

bibi dari baduta. Pekerjaan seluruh pengasuh utama dalam

penelitian ini adalah ibu rumah tangga, sebagian besar dari mereka

memilki tingkat pendidikan SD. Pekerjaan ayah baduta bervariasi

Page 82: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

62

mulai dari buruh bangunan sampai pegawai swasta. Separuh orang

tua baduta memilki pengasilan sekitar Rp. 1.200.000 perbulan

sedangkan sisanya diatas 2.000.000. Penghasilan orang tua baduta

perbulan. Dalam keluarga, seluruh informan memilki 1 orang balita

dimana sebagian besar dari mereka memilki jumlah anggota

keluarga kurang dari 5.

5.2.2. Informan Pendukung

1. Keluarga Baduta yang Mengalami Stunting

Informan keluarga baduta yang mengalami stunting

terdiri dari 4 orang. Keempat informan tersebut adalah keluarga

terdekat yang mengetahui pola asuh yang diterapkan pengasuh

utama kepada anaknya. Berikut sedikit gambaran tentang

informan pendukung yang berasal dari keluarga terdekat :

Tabel 5.2

Informan Pendukung Keluarga

Berdasarkan tabel diatas diketahu bahwa sebagian besar

jenis informan pendukung adalah perempuan. Separuh dari

mereka adalah ibu rumah tangga dan ibu kandung dari baduta.

Karakteristik H/Sh Asm/Nh Rh/Yu S/Y

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan

Pekerjaan Buruh Ibu rumah

tangga

Ibu rumah

tangga

Petugas

kebersihan

Hubungan dengan

Baduta stunting Ayah Nenek Ibu Kandung Ibu kandung

Page 83: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

63

2. Kader Posyandu

Informan pendukung dalam penelitian ini juga melibatkan

kader posyandu. Kader yang dipilih adalah mereka yang

bertugas pada wilayah dimana keempat informan utama

membawa anaknya ke posyandu atau posyandu yang terdekat

dari tempat tinggal informan utama. Berikut adalah

gambarannya:

Tabel 5.3

Informan Pendukung Kader Posyandu Kader SM/Sh W/Nh T/Rh SY/Y

Nama Posyandu Teratai 1 Dahlia 1 Mawar 2 Kuntum Mekar

Lama menjadi Kader 3 tahun Lebih dari 5 tahun 10 tahun Lebih dari 5 tahun

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masa informan

menjadi kader paling lama adalah 10 tahun sedangkan yang

paling sedikit 3 tahun.

5.3 Gambaran Pola Asuh

5.3.1. Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil wawancara mendalam didapatkan hasil bahwa 3

dari 4 baduta stunting tidak diberikan ASI eksklusif. Sementara

itu, 1 orang informan yang juga merupakan ibu kandung baduta

stunting mengaku telah memberikan ASI eksklusif kepada anaknya

selama 6 bulan pertama kelahiran agar anak mempunyai daya tahan

tubuh yang kuat. Berikut kutipannya :

―emm eksklusif 6 bulan. Agar daya tahan tubuhnya kuat, ya

kata bidan sih itu. Memberikan ASI selama 1 tahun karena

Page 84: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

64

harus dagang, setelah 1 tahun dilepas mulai dari situ dia

sakit sakitan, kecilkan badannya‖ (Informan pendukung Rh)

Perilaku 1 informan yang memberikan ASI eksklusif kepada

anaknya karena sering diingatkan oleh saudaranya.. Informasi

tersebut diperoleh dari informan pendukung yang merupakan

sepupu dari salah satu informan utama yang juga merupakan kader

posyandu di wilayah tersebut. Berikut kutipannya :

―Dia ASI eksklusif, kan kita sering ingetin juga, kita kan

kader, tapi kader di RW lain, kita suruh ASI

eksklusif‖(Sepupu Rh, kader posyandu)

Sedangkan alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena

kesibukan bekerja di luar rumah, ingin meningkatkan berat badan

anak sehingga diberikan susu formula, air susu ibu yang kurang,

anak menangis saja, dan ibu mengira anak dalam keadaan lapar.

Makanan yang sering diberikan kepada anak ketika dibawah usia 6

bulan umumnya berupa makanan halus yang ditambahkan air

seperti produk X atau sejenisnya, susu formula, pisang, dan

makanan lainnya yang bertekstur lembut. Berikut kutipannya :

“Iya diberikan ASI, eee diberikan pisang ketika empat bulan,

terus cerelak saya encerin aja kaya susu, abis kayanya dia

nangis aja, air susu saya kurang ASI sayanya kurang, jadi

dia laper kali, yaudah saya kasih aja. Dianjurin sama bidan

Nur juga untuk ASI eksklusif, cuman ya diem aja, hehehehe,

lah atuh yang penting mah alus, udah itu doang. Pisang

cerelak gitu aja, pisang serelak aja sih, kalo 6 bulan kan

belom boleh dikasih bubur nasi, dibikinin itu aja, kata bidan

nur disuruh bikin tepung beras dimasak dikasih susu, gitu

aja, disuruh kaya gitu.‖ (Informan utama Sh)

Page 85: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

65

“Ya karena kita kehalang kerja, udah kerja doang. Engga

,paling kalo misalkan kita kerja susu botol gitu sebelum kerja

paling malemnya sih ,kan pagi udah di anterin, subuh-subuh

jam 5 udah di anterin kita‖ (Informan pendukung S, ibu

kandung dari A)

Pernyataan ketiga informan yang mengaku tidak memberikan

ASI eksklusif dan 1 informan yang memberikan ASI eksklusif

memang benar. Hal tersebut diketahui berdasarkan informasi yang

didapatkan dari informan keluarga dan 1 orang kader. Menurut

TPG puskesmas perilaku ibu memberikan ASI eksklusif di

wilayahnya memang masih rendah, walaupun ada satu dua orang

yang melakukannya.

Ketika wawancara dengan salah satu informan keluarga,

ditemukan hal yang kurang baik dari petugas kesehatan seperti

dokter yang memberikan susu formula untuk diberikan kepada

anak. Berikut kutipannya:

“Pertama saya kasih air tajin, terus susu, air tajin cuman 2

hari, terus dapet susu dari dokter‖(Informan pendukung

Asm, nenek dari Ai)

Dalam hal lamanya pemberian ASI, seluruh informan

mengatakan bahwa sebaiknya ASI diberikan kepada anak hingga

umur mereka mencapai 2 tahun. Namun dalam praktik

sesungguhnya, hanya 2 dari 4 informan yang masih memberikan

ASI hingga sekarang, sedangkan 2 informan lainnya memberikan

ASI hanya sampai anak mereka mencapai umur 7 dan 12 bulan.

Page 86: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

66

Informan yang masih memberikan ASI beralasan karena kasihan

kepada anaknya kalau dihentikan pemberiannya dan lebih memilih

anaknya berhenti sendiri meminta ASI. Sedangkan informan yang

memberikan ASI sampai usia 7 dan 12 bulan saja beralasan karena

air susunya kurang dan ibu sedang bekerja di luar rumah. Berikut

kutipannya :

―Ini masih diberikan ASI sampai sekarang, dulu aja anak

saya yang pertama sampe 2 tahun diberikan ASI. Iya masih

sampe sekarang....dianya belom berhenti ya susah, iyaaa, dia

kudu berhenti sendiri, ada yang sampe 3 tahun, 2 setengah

tahun gituuu...kalo diberhentiin sayang kasihan‖ (Informan

utama Nh)

―Sampai tujuh bulan diberikan ASI kemudian di stop dan

dikasih susu formula, Sebenernya sampai 2 tahun katanya,

karena air susu sayanya sedikit, ya saya udah coba banyakin

, sayur, Cuma sayanya ga doyan sayur, sayanya ga doyan

sayur, jadinya.....‖ (Informan utama Sh).

Berdasarkan wawancara kepada informan keluarga dan

pengasuh/momongan baduta, memang benar 2 anak masih

diberikan ASI sampai sekarang. Sedangkan 1 informan pendukung

mengatakan kalau ASI diberikan sampai sekitar usia anak 1 tahun.

Satu informan pendukung lainnya tidak mengetahui sampai berapa

lama anak diberikan ASI.

Page 87: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

67

5.3.2. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pola asuh pemberian makan dalam penelitian ini meliputi

pemberian makanan selain ASI yang memperhatikan jumlah,

frekuensi, dan variasi makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi

anak dengan tetap menjaga proses menyusui. Hasil penelitian

mengenai praktik pemberian makanan tambahan didapatkan dari

hasil wawancara mendalam kepada informan utama. Wawancara

juga dilakukan kepada informan pendukung yang merupakan

keluarga terdekat, kader posyandu, dan TPG Puskesmas Neglasari.

Selain itu, Penggalian informasi juga dilakukan dengan cara

observasi terhadap praktik pemberian makan yang dilakukan oleh

informan utama ataupun informan pendukung.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada

informan utama, didapatkan hasil bahwa semua baduta yang

mengalami stunting sudah diberikan nasi ketika umur anak sekitar

1 tahun. Selain nasi sebagai makanan pokok, anak juga lebih sering

diberikan makan dengan 1 macam lauk dan sayur untuk setiap kali

makan seperti telur yang dicampur dengan kecap, tahu, tempe,

ikan, hati ampela, ataupun ayam. Untuk sayur yang diberikan, yang

paling sering adalah sayur sop, kadang diberikan bayam, jagung,

labu siam, kangkung, sampai sayur asam. Dalam hal pemberian

sayur, ada anak yang memang memakan sayurnya dan ada pula

anak yang hanya mau memakan kuahnya saja.

Page 88: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

68

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa seluruh

informan masih memberikan susu kepada anak baik itu ASI

ataupun susu formula bahkan ada 1 orang anak diberikan

keduanya. Frekuensi pemberian ASI dan susu formula dalam

penelitian ini mulai dari 2 sampai diatas 5 kali pemberian. Dari 4

informan, ada 1 orang yang mengatakan sering memberikan bubur

organik yang dicampur dengan sayur dan sumber protein seperti

ayam, daging, dan hati ampela yang dibeli dari pedagang di sekitar

rumahnya. Berikut kutipannya :

―Kadang kita masak sayur, ya entar diiniin tahu kalo engga

tempe, ikan gitu. Seringnya makan bubur organik sih dia, kan

ada yang jual isinya ya menunya tiap hari beda, kalo

sekarang hari rabu menunya tomat, daging ama brokoli

gitu‖ (Informan utama Sh)

―Kalo makan dia lancar, maksudnya ya ama yang apa sih??

Yang bergizi gituuu...contohnya sayur jagung..jagung bergizi

kan.....Terus telooor, ikan, sayur-sayuran kaya sayur bayem

gitu, udah itu aja. Lancar sih makannya, susunya juga

iya..tapi dia mah susunya susu ini.. frisian flag gitu..engga-

engga mencret cocok. Nyusunya paling 2 kali, kalo lagi ga

ini sekali doang, malem ato pagi. ― (Informan utama Y)

―Dia makannya kadang , paling saya gorengin telor, kecap,

dia pengennya ama kecap. Kadang sama ikan, nasi bukan

nasi lembek, sedanglah kaya kita makan. cemilannya dapet

berapa jem saya kasih biskuit sama susu Dia kan minum susu

juga, sekarang masih nyusu, sehari bisa 4 kali.‖(Informan

utama Yu)‖(Informan utama Yu)

―Sekarang sehari tergantung kasih ASI nya, lebiiih dariii,

eee tiap hari, ada kali, kalo mao tidur, bangun tiduur, kalo

diitung yaa ada kali 10 kali.‖(Informan utama Nh)

Page 89: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

69

Ketika wawancara dengan salah satu informan pendukung

didapat sedikit informasi yang mengatakan kalau anaknya sering

diberikan nasi dengan sayur mayur saja tanpa tambahan lain.

Berikut kutipannya:

―Menunya paling Cuma sayur-sayuran doang sih, kaya sayur

wortel, kentang sama brokoli gitu....‖(Informan pendukung

H, ayah dari baduta Ra)

Untuk pemberian buah, seluruh informan mengatakan kalau

anak jarang diberikan buah, anak diberikan buah kalau memang

sedang ada saja. Dari hasil wawancara, terdapat 1 informan yang

mengaku bahwa anaknya tidak suka buah kecuali pepaya dan jeruk.

Berikut kutipannya :

―Dia ga doyan buah, Cuma pepaya doang sama jeruk,

sayuran mah doyan dia, kaya sop-sopan, bayem, dia suka

kalo itu mah, sayurnya dimakan‖ (Informan utama Nh)

―Selingannya siang-siang buah, itu juga kalo ada, kalo lagi

ga ada.....‖ (Informan pendukung Rh)

Berdasarkan hasil observasi didapatkan gambaran bahwa

anak makan 2-3 kali dalam sehari. Terkadang 1 anak makan lebih

dari 3 kali karena anak ikut kembali makan ketika ibu atau orang

lain yang ada di rumah sedang makan. Ketika wawancara dengan

pengasuh, momongan, ayah, dan ibu kandung didapatkan hasil

bahwa anak memang suka ikut makan jika ada anggota keluarga

yang makan. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi

Page 90: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

70

ada anak yang diberikan makan 2 kali perhari yaitu hanya pagi dan

sore saja. Tetapi ketika wawancara dengan informan pendukung

didapatkan hasil kalau anak kadang makan 3 kali sehari karena

ditambahkan makan pada waktu siang. Berikut kutipannya :

―Sehari dikasih makan 2 kali doang, pagi sore.‖(Informan

utama Nh)

―Nur kasih makan jangan banyak banyak, kalo laper kasih

lagi, 3 kali dah ama tengari kalo dia mindo.‖(Informan

pendukung Asm, ibu dari Nh)

―Sehari tiga kali makan, kadang sih kalo emang lagi

ini....lebih juga dimakannya.‖(Informan utama Y, ibu angkat

Al)

―Tiap hari engga, engga 3 kali sehari engga sering gitu,dia

maksudnya doyan makan emanya lagi makan ikut makan

gitu.‖(Informan pendukung S, ibu kandung dari Al)

―Makanan pokoknya paling 2 kali...‖(Informan utama Yu)

Dalam hal Porsi, makanan pokok yang diberikan kepada anak

seperti nasi, biasanya pengasuh utama memberikan antara 2 sampai

10 sendok makan ukuran sedang kepada baduta. Terdapat 3 baduta

yang sulit untuk makan dan tidak dihabiskan. Sedangkan 1 baduta

lainnya sangat menyukai makanan apa saja, untuk makanan pokok

seperti nasi, biasanya baduta ini menghabiskan 1 centong atau lebih

untuk setiap makannya. Berikut kutipannya :

―Ya paling sesendok makan nasinya, jadi buat dia 10 kali

suap lah, lauknya seperti telor, ayam, ikan, ati gitu. Sekarang

anak makannya lagi susah pas umur setahun tuh susah, udah

dibeliin vitamin, masih aja begitu‖ (Informan utama Sh)

Page 91: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

71

―Kalo disuapain banyaknya paling 5 sendok, kalo makan

sendiri mah dikit doang udahan... banyaknya paling juga 2

sendk doang‖ (Informan utama Nh)

―Sedikit sih ga banyak , yah 5 suap mah ada,

iya....‖(Informan utama Yu)

―Kalo ukuran centong sih satu centong lebih sedikit setiap

kali makan dan selalu habis, pakai sayur, sayur ama ikan

yang paling sering. Dia selalu habis makannya‖ (Informan

utama Y)

Berdasarkan hasil wawancara kepada informan keluarga,

didapatkan hasil yang sama mengenai porsi anak ketika makan.

Berikut kutipannya:

―Paling juga yaah 2 sendok lah sekali mkan ga banyak-

banyak amat nasi.‖(Informan pendukung Asm, nenek dari

Ai)

―Banyaknya secentong juga ga habis....anak susah

makan.‖(Informan pendukung H, ayah dari Ra)

―Kalo misalkan saya makan dia disuapin masih mau, makan

juga lagi, mau kadang kadang Cuman itu ga banyak sesuap 2

suap paling banyak 3 suap‖ (Informan pendukung Rh)

Berdasarkan hasil observasi, lauk yang diberikan hanya 1

butir telur atau kurang, sepotong tahu, tempe, beberapa potong

bakso, dan sedikit ikan atau ayam. Terkadang ada anak yang hanya

diberikan nasi dan sayur saja tanpa tambahan lauk. Sebagaian besar

anak terlihat tidak menghabiskan makanan yang diberikan dengan

hanya beberapa suap saja kemudian meninggalkan makan yang

diberikan atau tidak mau disuapi lagi.

Page 92: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

72

Berdasarkan observasi juga didapatkan hasil bahwa ada anak

yang pernah memakan mie instan dan ikut makan jika ada anggota

keluarga lain yang makan, baik anak itu sedang berada di rumah

ibu angkatnya ataupun ketika berada di rumah pengasuhnya.

Selama observasi berlangsung, seluruh anak tidak pernah

mengkonsumsi buah, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

para informan utama bahwa anak diberikan buah jika memang

sedang ada saja, waktunya tidak menentu, dan diberikan buah jika

sedang ada penjual buah potongan yang berkeliling.

Untuk sayur, porsi yang diberikan hanya sekitar 1-3 sendok

makan seperti sayur sop, bayam, dan kangkung. Bahkan, ada anak

yang susah untuk memakan sayur dan hanya mau diberikan

kuahnya saja. Berdasarkan observasi juga terlihat 2 anak jarang

diberikan sayur, hanya makanan pokok seperti nasi dan lauk saja,

sedangkan susu diberikan jika anak mau atau ada waktu khusus

seperti pagi dan sore hari.

Untuk makanan selingan, Berdasarkan hasil observasi

didapatkan gambaran bahwa anak tidak diberikan makanan

selingan. Biasanya anak dibuatkan susu ketika siang hari, bahkan

ada anak yang diberikan dot susu agar anak tertidur pada siang hari.

Ketika wawancara kepada informan utama didapatkan hasil yang

sama dimana anak hanya diberikan makanan selingan berupa roti,

itupun kalau anak sedang mau saja. Namun, terdapat perbedaan

hasil observasi dengan wawancara kepada informan utama lainnya.

Page 93: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

73

Hasil wawancara menyebutkan Anak diberikan makanan selingan

biasanya berupa roti, wafer, dan biskuit. Berikut kutipannya:

―Makannya ringannya kalo lagi nyantai aja kaya gini suka

saya kasih kalo lagi iseng, secara umum sih 2 kali dikasih,

megangnya biskuit aja, udah gitu aja jajan biasa, wafer gitu

aja.‖(Informan utama Sh)

Untuk masalah jajan, ketika observasi berlangsung, peneliti

jarang melihat anak jajan, hanya melihat sekali sampai dua kali

saja. Hal ini karena anak lebih senang bermain dengan teman-

temannya diluar rumah, namun terkadang anak tersebut diberikan

makanan seperti permen oleh teman-temannya karena kurang

pengawasan dari orang tua. Ada anak masih terlalu kecil, sehingga

jarang meminta jajan dan hanya menyusu saja atau main di depan

rumah. Selain itu, ada 1 anak yang lebih sering menangis dan mau

dengan ibunya saja karena takut dengan kedatangan peneliti. Tetapi

peneliti juga pernah melihat anak diberikan makanan dari penjual

keliling seperti cilok oleh ibunya. Peneliti juga pernah melihat 1

anak jajan es dan sejenis kerupuk berbumbu tetapi pengasuhnya

hanya diam saja.

Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa anak

memiliki kebiasaan jajan. Makanan yang sering dibeli anak yaitu

permen, es, chiki, wafer, roti, dan biskuit. Mengenai seringnya

anak jajan, informan mengatakan kalau anak jajan terkadang saja

dan selalu diawasi, seperti dilarang beli chiki, permen, dan es.

Page 94: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

74

Namun terkadang juga ibu menuruti keinginan anak karena anak

menangis. Berikut kutipannya:

―Jajannya kadang-anak-anak susah ya, kadang minta

permen, kadang dilarang juga karena dia kan ada

penyakitnya, permen ama ciki ga dikasih, tapi namanya anak

kecil dia bagi sendiri.(Informan Utama Yu)

―Kalo jajannya paling wafer sama biskuit, rotinya kalo lagi

mao, mao, kalo engga, engga....‖(Informan utama Nh)

―Dia jajan mulu sih kadang-kadang, tadi sih baru roti ,terus

apa sih ya tadi, roti kacang....untuk jajan Selalu diawasi,

selalu. Soalnya harus diliatin jajanya.‖(Informan utama Y)

Perilaku pemberian makan merupakan salah satu pola asuh

yang menjadi masalah di wilayah kerja Puskesmas Neglasari.

Berdsarakan hasil wawancara kepada TPG puskesmas didapatkan

informasi bahwa pemberian makan anak tidak sesuai dengan

jumlah, jadwal, dan jenis. Porsi makan yang diberikan anak kurang

dimana hanya separuhnya saja yang dimakan. Jadwal pemberian

makan merupakan hal yang paling susah diterapkan oleh ibu karena

tidak menyiapkan makan untuk anak. Ketika anak menagis dan

tidak ada makanan, anak diberikan jajan yang macam-macam,

akibatnya anak tidak mau makan lagi karena merasa sudah

kenyang. Selain dua masalah diatas, variasi pemberian makan juga

kurang dimana makanan yang diberikan hanya itu-itu saja sehingga

anak bosan dan tidak mau makan. Berikut kutipan lengkapnya:

―Terutama kurang gizi yang kita pantau mereka rata-rata

memang jadwal makan, jadi mau jam makan kasih chiki,

Page 95: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

75

permen, es, karena kalo ga diturutin nangis, iya kan

akhirnya dikasih lah, akhirnya ketika jam makan..... Itu jam

makan itu, jam makan itu paling ...ibu itu harusnya pinter

jam makan tuh pagi siang sore, sama snack, kadang ibu ga

tepat akhirnya kan si anak laper belum tersedia makanan,

akhirnya dia jajan kan yang aneh-aneh, setelah jajan ketika

dikasih makan ga mau karena sudah merasa kenyang anak

tidak mau karena sudah kenyang dengan makanan yang tadi.

Kemudian apalagi ya, kurang penganekaragaman makanan.

Jadi itu itu aja, jadi anaknya bosen ga mau makan.

Kemudian dia harusnya makan harusnya satu porsi ternyata

masuknya ½ porsi, dia bilang itulah udah makan, Harusnya

dia lihat situasi si anak itu kalau porsinya kecil kasihlah

porsi kecil tapi sering‖(Informan pendukung RJ, TPG

Puskesmas Neglasari)

5.3.3. Penyiapan dan Penyimpanan Makanan

Pola asuh penyiapan dan penyimpanan makanan dalam

penelitian ini meliputi perilaku pengasuh dalam menyiapkan

makanan untuk anak yang meliputi pengaturan menu makan,

penyajian dan penyimpanan makanan, dan kebiasaan membeli

makanan dari luar.

Berdasarkan hasil observasi, anak diberikan menu berbeda

setiap harinya. Sebagai contoh, 1 informan ketika hari pertama

memberikan makan anak dengan sayur sop dengan bakso yang

dibeli dari rumah makan. Ketika observasi hari berikutnya

informan memberikan makan anak dengan sayur kangkung

ditambah lauknya berupa tahu. Untuk informan lainnya, ketika

observasi hari pertama anak diberikan makan dengan telur yang

ceplok dengan nasi. Observasi hari berikutnya anak dibuatkan

Page 96: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

76

makanan berupa ikan goreng dengan sayur labu siam yang

dicampur dengan jagung.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada

informan utama, didapatkan hasil bahwa memang benar sebagian

besar informan memberikan menu yang berbeda setiap harinya.

Menu makanan yang diberikan kepada anak umumnya berupa nasi,

sayur-mayur dan lauk-pauk. Namun, anak lebih sering makan

dengan 1 jenis makanan seperti sayur sop dengan nasi atau nasi

dengan telur. Berikut kutipannya:

―Menu makannya sehari hari sayur, lauk pauk, tahu, tempe,

gitu aja, ini mah lagi ga masak, tiap hari ganti-ganti,

contohnya sayur asem, terus sayur apa....sayur

kangkung...yang paling sering sop-sopan ama tempe....‖

(Informan utama Nh)

―Sering telur, ikan, tahu, tempe kadang dikecapin‖.

(Informan utama Yu)

“Yaitu tadi nasi, nasi jenis sayur sop, bayem, telor, ya

sukanya itu variasinya itu lagi, ya sering kadang kadang sih

paling banyak saya buatin telor dadar kan karna itukan ga

ngabisin waktu, ama kecap telor dadar ma kecap masaknya

dirumah sebelum saya dagang‖ (Informan pendukung Rh)

Berdasarkan hasil observasi, dalam hal cara makan, seluruh

anak sudah makan dengan piringnya sendiri, namun 3 anak terlihat

disuapi dan 1 anak lainnya makan sendiri. Anak yang disuapai

karena masih berumur 13 bulan, sedangkan anak yang sudah

makan sendiri berumur diatas satu setengah tahun. Pengolahan

makanan yang dilakukan seluruh informan utama umumnya sama

Page 97: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

77

dimana makanan sebelumnya dicuci terlebih dahulu dengan air

kemudian baru dimasak sampai matang.

Dalam hal penyajian makanan, makanan hanya ditaruh biasa

diatas piring atau mangkuk tanpa adanya hiasan atau model-model

makanan agar anak lebih tertarik makan. Selain itu, mengenai

kebersihan peralatan masak atau makan seluruh informan mencuci

peralatan tersebut dengan sabun sebelum digunakan.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan

utama didapatkan hasil yang sama dengan observasi dimana

mengenai cara makan anak, seluruh informan mengatakan anak

makan dengan piringnya sendiri, namun 3 anak masih disuapi dan

1 anak hanya mau makan sendiri. Sedangkan dalam hal pengolahan

makanan, seluruh informan mengatakan kalau sebelumnya

makanan dicuci bersih kemudian dimasak sampai matang,

walaupun terdapat 1 informan yang hanya memasak 1 minggu

sekali.

Proses penyajian yang dilakukan ibu terhadap anak

berdasarkan hasil wawancara mendalam yaitu, makanan hanya

ditaruh biasa saja diatas piring atau mangkuk tanpa ada hiasan

untuk menarik anak agar lebih mudah makan. Namun 1 informan

mengatakan kalau kadang pernah menghias makanan untuk

anaknya agar lebih tertarik. Selanjutnya untuk kebersihan peralatan

masak dan makan, seluruh informan mengatakan kalau sebelumnya

Page 98: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

78

peralatan tersebut dicuci bersih pakai sabun. Diantara 4 informan

utama tersebut, ada 1 informan yang selalu merebus botol susu

anaknya dengan alasan untuk membunuh kuman yang menempel.

Berikut kutipannya :

―Paling dia juga suka pengennya makan sendiri, pengennya

megang sendiri, cuman diacak-acak. Sekarang masih

disuapi, nanti kalo udah bisa baru... Cara mengolah

makanan ya dicuci dulu, udah gitu baru dimasak sampai

mateng. Menyajikanya ya biasa sih, ada sih cetakannya,

paling entar cetakan buat ini kan dapetnya lagi itu beli dari

mama lemon dulu kan , kita dapet cetakan nasi buat gambar

ini. Kalo lagi iseng ya suka kita cetakin, kalo engga mah

biasa. Peralatan makan ya dicuci pakai cling, punya dia

pakai cling, kalo punya saya pakai mama lemon. Botol susu

apa, habis itu kan direbus botol susunya.(Informan utama

Sh)

Mengenai kebersihan ibu sebelum menyiapkan makanan,

Berdasarkan hasil observasi didapatkan gambaran bahwa seluruh

informan terlihat tidak mencuci tangan sebelum memberikan

makan anak. Untuk perilaku menyimpan makanan, ibu menaruhnya

di dalam rak ataupun ditaruh diatas meja. Makanan harus

dihabiskan hari itu juga karena takut menjadi basi.

Berdasarkan wawancara kepada informan utama, terdapat

kesamaan mengenai perilaku penyimpanan makanan dengan hasil

observasi. Namun, Untuk perilaku mencuci tangan sebelum makan,

terlihat adanya perbedaan dimana seluruh informan mengatakan

kalau sebelumnya tangan dicuci terlebih dahulu walaupun 2 dari 4

Page 99: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

79

informan mengatakan kadang tidak mencuci tangan karena pakai

sendok. Dari 4 informan, 2 diantaranya mengatakan mencuci

tangan pakai sabun, sedangkan 2 informan lainnya hanya terkadang

saja pakai sabun. Berikut kutipannya :

―Ya kalo masak saya bersih dulu, cuci tangannya pake

sabun, ya biar ga kena kuman gitu, mao masak cuci tangan

dulu, kasih makan anak cuci tangan...Meyimpannya dalam

bupet, bupet itu yang ada tutupnya, tempat sayur ada

tutupnya terus taro dalem bupet....makanan langsung

dihabiskan dalam hari itu, soalnya takut basi.‖ (Informan

utama Nh)

―Kalo cuci tangan sih....soalnya kan ambil makanannya pake

sendok, cuci tangan, ya cuci tangan aja diluar, terus dilap

sampe bersih. Kalo nyimpen makanan sih taro aja diatas

sini, ditutupin.‖ (Informan utama Y)

Perilaku terakhir yang diteliti dalam penyiapan dan penyajian

makanan adalah kebiasaan ibu memberikan makanan dari luar.

Ketika observasi berlangsung peneliti tidak pernah melihat ibu

membelikan makanan dari luar karena sudah memasak sendiri. Hal

ini disebabkan karena biasanya ibu tidak memasak ketika hari sabtu

atau minggu, sedangkan observasi dilakukan diluar kedua hari

tersebut.

Namun berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada ibu

baduta, diketahui bahwa 3 dari 4 informan sering memberikan

makanan dari luar seperti lauk dan sayur untuk makan. Ada yang

masih diberikan bubur organik karena umurnya baru 13 bulan dan

ada yang dibelikan lauk dan sayur untuk anak makan. Ketika

Page 100: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

80

wawancara dengan salah satu informan pendukung, didapatkan

keterangan bahwa anak sudah tidak mau diberikan bubur, sekarang

sudah diberikan nasi saja. Sedangkan 1 informan lainnya

mengatakan bahwa jarang sekali membeli makanan dari luar karena

lebih memilih masak sendiri. Berikut kutipannya :

―Ya bubur juga bubur organik sih, bukan kaya bubur ayam

biasa, bubur organik gitu, bubur balita sehat. Nih kalo

misalkan saya ga masak tuh ya, beli, beli 9000, beli 3 tempat

gitu buat 3 kali makan, ya kalo bubur mah kalo kita ga

masak jadi sering, tergantung kitanya kalo kita lagi males

masak ya saya beli bubur gitu , ya paling kalo ga masaknya

itu hari sabtu, minggu hari yang itu aja‖(Informan utama Sh)

―Kadang kadang makan beli aja, saya suka beli mateng aja,

masak kadang kadang , masak sendiri seminggu 1 kali, kan

saya kerja, makanan yg sering sendiri itu sayur sop sayur

bayam‖ (Informan pendukung Rh)

―Ga pernah dibeliin dari luar, soalnya kan masak, masak

sendiri soalnya, ga ada alasan lain sih, Cuma karena masak

aja.‖(Informan utama Y).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung,

didapatkan sedikit perbedaan dari 1 informan yang mengatakan

kalau anaknya sering dibelikan lauk dari luar. Hal tersebut juga

didukung oleh hasil observasi dimana anak jarang diberikan

makanan oleh ibunya. Ketika makan anak lebih sering diberi atau

disuapi oleh bibi yang berada di belakang atau samping rumahnya.

Berikut kutipannya:

Page 101: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

81

―Dia sering beli, ee dia mah sering beli, buat anaknya

kadang kesini, kalau ibunya jarang masakin....Kalo yang

kecil mah dari sini aja kita masakin.‖(Informan utama Yu)

5.3.4. Praktik Kesehatan Dasar

Pola asuh kesehatan dasar dalam penelitian ini meliputi

upaya preventif yang dilakukan pengasuh berupa pemberian

imunisasi, dan bagaimana praktik ibu ketika anak sedang sakit atau

mencegah anak terkena penyakit. Pengambilan informasi dilakukan

dengan cara wawancara mendalam kepada informan utama dan

informan pendukung, melihat data hasil pemberian imunisasi yang

tercatat dalam buku seperti KIA.

Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa

Penyakit yang paling sering dan umum dialami oleh baduta

penderita stunting adalah diare dan panas, selain itu ada penyakit

lain seperti batuk, asma dan gatal-gatal yang sering baduta alami

beberapa waktu terakhir. Berikut kutipannya:

―Gitu doang batuk pilek, panas dia mah udah gitu doang, eh

ama mencret sering mencret dia mah.‖(Informan utama Sh)

―Penyakit yg sering dialami sesak napas, gatel gatel, batuk,

diare, akhir-akhir ini diare.‖(Informan Rh)

Berdasarkan wawancara dengan informan keluarga dan kader

posyandu, didapatkan informasi yang sama bahwa penyakit yang

Page 102: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

82

sering dialami anak adalah panas, batuk, dan diare serta terdapat 1

anak yang memilki penyakit asma .

Untuk imunisasi anak, didapatkan hasil bahwa semua baduta

diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun, tetapi, untuk imunisasi

tambahan yang dilakukan sekitar usia satu setengah dan dua tahun,

semua anak belum diimunisasi atau terlewat waktu melakukan

imunisasi karena tidak bisa datang ke posyandu. Berikut

kutipannya :

―Imunisasi anak Alhamdulillah kumplit, kumplit, lengkap.

Entar kan setahun tiga bulan eh setahun lima bulan ada eee

apa yah kata bidan Nur yah?? Katanya umur setahun

setengah sama 2 tahun disuntik lagi, suntik tambahan

katanya‖ (Informan utama Sh)

Berdasarkan wawancara dengan informan pendukung yang

berasal dari keluarga terdekat pengasuh utama dan 3 orang kader

posyandu, didapatkan hasil yang sama bahwa semua baduta

diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun. Namun, ketika peneliti

meminta untuk melihat buku KIA yang dimiliki, 3 dari 4 informan

tidak bisa memberikan buku itu dengan alasan bukunya sudah tidak

ada, ditinggal di posyandu, dan ditaruh di kampung dan tidak bisa

diambil. Setelah dilihat, informan yang memberikan buku KIA

memang telah melakukan imunisasi dengan lengkap.

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan gambaran bahwa 3

anak dibiarkan main tanpa pengawasan dalam keadaan sedikit

Page 103: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

83

kotor didepan dan lingkungan rumah yang terdapat banyak sampah

serta beberapa kandang unggas, disana mereka bermain tanah,

pasir, dan bermain kotor-kotoran. Ketika bermain di luar rumah, 2

anak terlihat tidak memakai alas kaki dan suka memasukkan jari ke

dalam mulut. Mengenai jajan anak, 1 informan terkadang

memberikan jajan anak karena kalau tidak dikasih akan menangis,

1 anak terlihat jajan yang mempunyai rasa gurih seperti ciki atau

kerupuk yang berbumbu, sedangkan 2 anak lainnya terlihat jajan

permen dan es. Terdapat pula anak yang jajan dari penjual jajan

anak keliling seperti cilok ataupun basreng.

Ketika wawancara, 1 informan mengakui tempat bermain

anak memang kurang baik karena kotor, anak jarang mendapat

pengawasan, dan tidak memakai alas kaki ketika bermain. Namun,

terlihat perbedaan hasil observasi diatas dengan informasi dari 3

informan utama. Berdasarkan hasil wawancara, hal yang dilakukan

pengasuh utama agar anak tidak terkena penyakit yaitu, anak harus

dijaga makannya, jangan jajan sembarangan, lebih banyak waktu di

rumah dan tidak sering keluar rumah dengan alasan banyak virus.

Selain itu, 1 informan mengatakan untuk tetap menjaga kebersihan

anak, informan lainnya mengatakan kalau anak main harus selalu

diawasi. Berikut kutipannya :

―Kata bidan Nur sih anak jangan suka diajak main keluar, di

rumah aja, kata bidan nur gitu. Jadi kan diluar tuh banyak

virus- viruuus, kata bidan Nur gitu. Kata mencegahnya juga

kita harus ngasih jajannnya jangan sembarangan, gitu aja

sih‖ (Informan utama Sh)

Page 104: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

84

―Eeeee, apa yah?? Makanannya sih kayanya ya, dari

makanannya harus dijaga, makannya harus bener-bener

dijaga. Jaganya diliat kalo misalkan minum ini ga cocok, apa

yang harus dia minum gitu, makanan juga begitu. Terus kalo

lagi main, main juga harus dijaga, diliat mainnya, main

kotor-kotoran atau apa gitu, kan itu juga nyebabin penyakit

juga, kalo dia main selalu diawasin, kalo engga sama

mamahnya, ya sama ayahnya‖ (Informan utama Y)

Mengenai pengawasan ketika jajan, peneliti melakukan

wawancara kepada informan keluarga. Hasil yang didapat yaitu

anak kadang jajan tidak teratur, sering jajan di penjual keliling,

anak kadang diawasi minum es tetapi terkadang dikasih pula,

terkadang anak memaksa jajan walupun dilarang.

Ketika anak jatuh sakit, yang dilakukan ibu berdasarkan

wawancara mendalam kepada informan utama adalah memberikan

penanganan pertama. Seluruh informan utama memiliki kebiasaan

yang berbeda-beda ketika menangani anak yang baru terkena

penyakit. Satu informan mengatakan hal yang pertama dilakukan

yaitu mencari obat penurun panas, ketika penyakit masih berlanjut

baru dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Dua

informan mengatakan langsung membawa anak ke tempat

pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau klinik dokter karena

panik. Satu informan lainnya mengatakan melihat terlebih dahulu

penyakitnya, kemudian anak dikerik dan diminumkan paracetamol

kalau anak panas. Jika sakit masih berlanjut anak baru dibawa ke

puskesmas tetapi hal ini jarang dilakukan karena informan

Page 105: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

85

mengaku lebih memilih diobati di rumah saja karena penyakit tidak

terlalu parah ditambah lagi dengan jarak ke puskesmas yang

lumayan jauh. Berikut kutipannya :

―Kalo anak sakit ya yang pertama saya lakuin nyari obat

turun panas kalo dia panas, kalo untuk penyakit lain,

langsung berobat ke sari asih, kalo engga ke puskesmas, gitu

aja sih saya mah‖ (Informan utama Sh)

―Liat sakitnya dulu, tergantung sakitnyaa, kalo misalkan

kaya kemaren kan mencret-mencret tuh, coba dikeriiiik, kalo

udah lumayan, oooh yaudah, paling diminumin paracetamol

kalo badannya panas. Kalo masih berlanjut baru dibawa ke

puskesmas. Ke puskesmas sih jarang, kalo sama saya sih

baru kemaren dibawa ke puskesmas, soalnya kan kalo ga

terlalu parah, paling dikasih obat aja dari rumah‖ (Informan

utama Y)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan keluarga,

terdapat sedikit perbedaan dimana 1 informan utama mengatakan

langsung membawa anaknya ke puskesmas atau rumah sakit.

Namun informasi tersebut berbeda dengan apa yang dikatakan oleh

keluarga dimana ketika anak sakit hal yang pertama dilakukan

adalah diurut, jarang dibawa ke dokter atau rumah sakit, jika panas

belum juga turun baru kemudian anak berobat ke puskesmas.

Berikut kutipannya:

―Pertama diurut, kaga dibawa ke dokter, engga, asal udah

diurut sembuh, kadang kadang kalo panasnya ga turun baru

dibawa ke puskesmas.‖(Informan pendukung Asm, nenek

dari Ai)

Page 106: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

86

Setelah pergi ke pelayanan kesehatan dan mendapatkan obat,

sebagian besar informan utama mengatakan kalau pemakain obat

untuk anak selalu ikut yang dianjurkan. Jika sebelum obat habis

anak sudah sembuh, maka pemakaian obat dihentikan. Informasi

diatas sama dengan apa yang dikatakan oleh informan keluarga

dimana obat yang didapat diminum sesuai anjuran, kalau anak

sudah sembuh dan obat masih tersisa maka obat dibuang atau

dipakai kembali jika anak sakit kalau obatnya masih bagus.

Namun, ada 1 informan utama yang mengatakan kalau ada

antibiotik yang diharuskan untuk dihabiskan, ketika anak sudah

sembuh maka obat tetap tidak dihabiskan. Berikut kutipannya :

―Diminum, harus diminum obatnya, Diminum obatnya

sampe habis, kalo emang dia udah selesai udah sehat masih

kesisa, yaudah ga diminumin lagi, obat sisanya dibuang‖

(Informan utama Y)

―Ya ikut anjuran aja, kadang kadang sih engga, misalkan

udh 3 kali sehari dia udh sembuh ada antibiotik yg harus

dihabisin kadang kadang saya ga abisin aja, ya gitu....‖

(Informan pendukung Rh)

Perilaku ibu diatas diperkuat dengan informasi yang

diberikan oleh informan keluarga dimana ketika mendapatkan obat,

pemakainnya sesuai dengan yang dianjurkan. Namun, untuk 1

informan yang kadang tidak menghabiskan antibiotik, informan

keluarga mengatakan tidak tahu perilaku ibu tersebut.

Page 107: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

87

5.3.5. Pola Pencarian Layanan Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, didapatkan

informasi bahwa 2 dari 4 informan selalu membawa anaknya ke

posyandu setiap bulan. Satu informan mengatakan kalau rutin

datang ke posyandu, tetapi kadang tidak datang karena lupa dengan

jadwal. Sedangkan satu informan utama yang merupakan ibu

angkat baduta mengaku belum pernah membawa anaknya ke

posyandu. Alasannya ketika sedang ada jadwal posyandu anak

selalu berada dengan ibu kandungnya. Setelah melakukan

wawancara dengan informan pendukung yang merupakan ibu

kandung anak, didapatkan informasi bahwa anak tidak rutin dibawa

ke posyandu. Alasannya karena ibu bekerja dan anak dititip di

momongan yang merupakan tetangga dekat rumah.

Setelah melakukan wawancara dengan momongan,

didapatkan hasil bahwa, anak tidak pernah dibawa ke posyandu

karena sejak pagi sampai sore anak berada dengan momongan atau

ibu angkatnya, sedangkan ibu kandung sendiri jarang mempunyai

waktu untuk anak karena kesibukan bekerja, kecuali malam hari

saja. Ketika wawancara dengan kader, kader mengatakan kalau

anak tersebut tidak pernah dibawa ke posyandu dan tidak memilki

data anak tersebut. Berikut kutipannya :

―Belom pernah siiih, iya disini mah belom pernah dibawa ke

posyandu atau ke pelayanan-pelayanan yang begitu, belom

pernah. Alesannya kalo lagi ada posyandu, anak ini lagi

sama mamahnya kayanya, udah itu aja, ga bisa bawa ke

Page 108: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

88

posyandu karena lagi sama mamahnya. Pernah denger ada

posyandu sih, sering banget denger, tapi gituuuu, dia lagi

sama mamahnya‖ (Informan utama Y, ibu angkat dari Al)

―Bulan-bulan ini cuma kemaren doang sih kan ga begitu

rutin, masalahnya puskesmasnya siang pas kita kerja,

momongan suka suka kaga tau ,momongan . Tapi sering

sering ditempat momongan sih‖ (Informan pendukung S, ibu

kandung dari Al)

―Kagak pernah dibawa ke posyandu, orang tiap hari ama

kita, kan ibunya mah kerja, ga pernah dibawa ke posyandu..‖

(Informan pendukung YY, momongan dari A)

―Kalo orang yang ibunya sering ke posyandu dan aktif ke

posyandu, saya pasti kenal wajah anak dan ibunya walaupun

ga kenal namanya... Saya ga pernah lihat ibu ini, kalo ibu

yang sering ke posyandu, ibu itu pasti kenal kader-

kadernya...terus dia kan tadi ga kenal saya... Saya ga kenal

dia, ga punya data-data dia.‖(Informan SY, Kader posyandu

Y dan S)

Menurut sebagian besar informan, Alasan mereka datang ke

posyandu untuk kesehatan anak, agar anak gizinya tercukupi, dan

untuk meningkatkan daya tahan tubuh ketika anak dewasa. Berikut

kutipannya :

―Rutin setiap bulan sekali ke posyandu Alesannya dateng ya

biar anak sehat aja, biar gizinya cukup, ga kurang, gitu aja

sih saya mah‖ (Informan utama Sh)

Setelah melakukan wawancara dengan informan pendukung

dan kader posyandu, didapatkan hasil sama dengan apa yang

diucapkan oleh informan utama kalau memang mereka rutin datang

ke posyandu setiap bulan. Ketika peneliti meminta untuk melihat

Page 109: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

89

buku KIA, hanya satu informan yang dapat memberikannya,

sisanya beralasan bukunya sudah tidak ada, ditinggal di posyandu,

dan hilang. Setelah dilihat memang benar ibu yang memberikan

buku KIA tersebut selalu rutin datang ke posyandu setiap bulannya.

Namun peneliti juga mendapatkan catatan kunjungan ke posyandu

informan Nh yang diperlihatkan oleh kader. Ketika dilihat memang

ibu rutin datang ke posyandu.

Berdasarkan hasil wawancara, jika terdapat masalah

kesehatan yang dialami oleh anak, 2 informan mengatakan

mengkonsultasikannya ke posyandu terdekat seperti menanyakan

cara makan yang baik untuk anak bagaimana, mengapa berat badan

anak tidak naik-naik ataupun masalah kesehatan lainnya. Informasi

tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan kader setempat

yang mengatakan kalau 1 informan sering bertanya mengenai

masalah yang ada pada anaknya ke bidan atau TPG.

Ketika berkonsultasi dengan pihak posyandu, 2 informan

utama tersebut mengaku tidak pernah mendapat kesulitan dalam

bertanya, terlebih kader-kader posyandu tersebut sangat ramah

kepada masyarakat. Sedangkan 2 informan utama lainnya mengaku

tidak pernah mengkonsultasikan masalah kesehatan yang dialami

anak ke posyandu ataupun puskesmas. Mereka hanya menanyakan

masalah tersebut kepada orang yang lebih pengalaman seperti

sepupu atau orang terdekat di sekitar mereka. Berikut kutipannya :

Page 110: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

90

―Kalo kita ga tahu, kita nanya lah...nanya sama yang kasih

informasi, kita nanya, konsultasi, gimana baiknya

gitu....seringnya sih sama bidan Nur,kan kalo ketemu bidan

nur lama ngobrolnya... konsultasinya sebulan sekali, kalo

sama bu Ratna kalo kita ke puskesmas aja, Alhamdulillah

pelayanannya baik..‖ (Informan utama Sh)

―Oh engga disini kadernya ramah ramah , biasanya suka

nanya ―eh ko ga nimbang?‖ biasa bu gada yang ngajak‖ (

Informan pendukung Rh)

―Nanya aja ama yang udah yang pengalaman, yang udah

pengalaman, kaya nanya ama sepupu atau apa, ―ini gimana

sih, cara ngasih makanan biar dia ini sehat atau apa‖ gitu

aja. Ga pernah nanya langsung ke posyandu atau ke

puskesmas, soalnya posisinya kan lagi ga ke puskesmas atau

posyandu‖ (Informan utama Y)

Ketika ditanya tentang pentingnya pelayanan kesehatan untuk

anak seperti puskesmas dan posyandu, seluruh informan

mengatakan kalau posyandu dan puskesmas sangat penting untuk

menjaga kesehatan anak, menjaga kekebalan tubuh, memantau

pertumbuhan anak, dan agar anak tidak mudah terkena penyakit.

Berikut kutipannya :

―Ya penting banget sih, buat kesehatan aja, kita pengen tahu

anak tiap bulan, naek apa engga, saya kalo ga ke posyandu

diomelin mulu ama emak, ngapain sih ga ke posyandu, jadi

tiap bulan ke posyandu terus‖ (Informan utama Nh)

5.3.6. Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan

utama, didapatkan hasil bahwa sumber air utama 3 dari 4 orang

Page 111: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

91

informan berasal dari sumur gali dimana 1 informan sudah

menggunakan mesin dan 2 informan lainnya masih menggunakan

pompa sederhana. Sedangkan 1 informan lainnya menggunakan air

PAM. Keadaan sumber air yang terdapat dalam rumah tangga

pengasuh sebagian besar mengatakan airnya bagus. Satu informan

lainnya mengatakan kalau kualitas air yang ada kurang baik karena

tidak bisa diminum. Untuk keperluan minum, seluruh informan

menggunakan air isi ulang, 1 baduta yang diasuh oleh ibu angkat

dan ibu kandungnya juga menggunakan air isi ulang untuk

keperluan minum karena air di tempat ibu kandung baduta Al agak

berbau dan berwarna keruh. Berikut kutipannya :

―Sumber air dari PAM, Cuma kita kalo air minum beli aer

galon, beli aqua. Air PAM cuma untuk mandi, nyuci piring,

nyuci baju, gitu doang ― ( Informan utama Sh)

―Air minum dari galon, kalo air mandi dari kamar mandi,

airnya bersih, kalo diminum ga bisa kayanya....‖ (Informan

utama Y)

―Ya aga kaya keruh keruh gitu ya namanya air sawah

gimana sih, kan deket persawahan ,ga bisa kita, air minum

beli kita, nyuci bisa, kaya aga bau bau gitu‖ (Informan

pendukung S, ibu kandung dari A)

Namun, berdasarkan hasil observasi, ketika baduta A berada

di rumah momongannya, anak diberikan minum dari air sumur

yang dimasak terlebih dahulu. Ketika wawancara kepada ibu

tersebut, ibu menjawab memang untuk keperluan minum ibu

memasak air dari sumur.

Page 112: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

92

Dalam hal keberadaan kakus, seluruh informan memakai

kakus yang berada dalam keadaan tertutup. Namun, 3 dari 4

informan utama memakai kakus yang dipakai bersama dan berada

di luar rumah. Dua informan memakai kakus yang dipakai bersama

dengan beberapa penghuni kontarakan yang ada di dekat rumah.

Sedangkan 1 informan lainnya memakai MCK umum, berjumlah 3

kamar mandi. Berikut kutipannya :

―WC MCK itu wc umum , dirumah sih ada tapi udah mampet

jadi di tutup. Semua orang kan wc umum ada didepan , beda

satu rumah aja dari rumah saya. Seribu sekali masuk, ada 3

wc, ga semua orang, masing masing kan punya yang ga

punya aja. Daripada di dalem kan lebih ga bagus kan,

mending diluar lumayan bayar seribu, tempatnya tertutup‖

(Informan Rh)

―Kamar mandinya disono, dibelakang situ, ama yang punya

kontarakannya, bareng-bareng ama yang punya

kontarakannya sih, ada dua. Airnya bersih, kalo diminum ga

bisa kayanya....‖(Informan utama Y)

Berdasarkan hasil observasi, terdapat 1 kamar mandi yang

terlihat tidak terurus dan kotor serta banyak sampah disekitarnya.

Sedangkan MCK umum terlihat diurus dengan baik dan

kebersihannya selalu dijaga walaupun disekitarnya banyak terdapat

kotoran hewan peliharaan seperti ayam dan bebek.

Hasil observasi juga menunjukkan 1 informan utama selalu

menampung air untuk memasak dan mencuci. Namun, di dalam

penampungan tersebut, terlihat lumut-lumut yang menempel.

Selain itu penutup tempat penampungan air tersebut terlihat sangat

Page 113: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

93

kotor dan berkerak karena sudah terlalu lama tidak dibersihkan.

Untuk penampungan air yang digunakan mencuci piring, ibu

menaruhnya di dalam bak yang juga terlihat sedikit berlumut dan

diletakkan di belakang rumah yang berdekatan dengan selokan

serta kandang unggas milik tetangga. Selokan yang terdapat

dibelakang rumah tersebut juga digunakan untuk membuang

kotoran anak. Ketika wawancara, ibu mengatakan memang

menampung air yang akan digunakan karena harus dipompa

terlebih dahulu. Untuk kotoran anak memang dibuang di selokan

belakang rumah karena terlalu lama jika harus ke rumah nenek atau

WC kontrakan.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan gambaran bahwa

disekitar 1 rumah informan banyak terdapat kotoran hewan seperti

ayam ataupun bebek, dimana tempat itu dijadikan tempat bermain

anak yang terlihat tidak memakai alas kaki. Selain itu terdapat 1

informan yang di depan rumahnya terdapat kandang unggas,

unggas tersebut ada yang berkeliaran di halaman rumah, bahkan

membuang kotorannya di tumpukan pasir tepat berada di luar

rumah informan yang digunakan anak untuk bermain. Dua

informan terlihat di halaman rumahnya tidak terdapat kandang

hewan. Namun, masih ada saja hewan seperti ayam yang bermain

di depan rumah. Setelah diperiksa ternyata dibelakang rumah 1

informan terdapat kandang ayam milik tetangga. Hasil tersebut

Page 114: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

94

dikuatkan dengan hasil wawancara dari informan utama yang

memberikan informasi sesuai dengan hasil observasi.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan gambaran bagaimana

ibu mengelola sampah. Sampah biasanya ditaruh ditempat sampah,

plastik atau karung yang ada di depan rumah. Hal tersebut juga

dikuatkan berdasarkan hasil wawancara kepada informan utama.

Untuk 2 informan, sampah yang dikumpulkan pada wadah tersebut

dalam beberapa hari ada petugas sampah yang mengangkutnya,

namun 2 informan lainnya membuang sampah yang telah

terkumpul di kebun dekat rumah, 1 informan mengatakan sampah

kemudian dibakar. Berikut kutipannya :

―Tempat sampah ada tempatnya di dalem, ada tong sampah

entar abis itu dibuang, disini mah susah, ga ada yang

ngangkut, kita buang sendiri aja di depan.‖(Informan utama

Sh)

―Sampah mah diambil tiap hari, dulu ini mah buang

sembarangan, kan kalo orang kontrakan sampah

sembarangan buang buang aja, sekarang mah ada uang

sampahnya kalo pagi diambil tiap pagi, jadi ada

dananya.‖(Informan utama Nh)

―Yaitu itu tadi di samping rumah saya tadi kan kesini MCK,

kesini ada tanah kosong belakang MCK ini, yaitu pada

buang sampah kesitu, engga, buang buang aja . Karena

sawah biar nguruk kali ya, ga sih, terhalang rumah yang

lain, iya dikumpulin dulu di dapur sama di depan baru

dibuang ke belakang, terus ada yang dibakar.‖(Informan Rh)

Page 115: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

95

Ketika wawancara dengan informan pendukung didapatkan

informasi yang sama dengan hasil observasi mengenai pengelolaan

sampah yang dilakukan oleh pengasuh.

Untuk 1 informan, berdasarkan hasil observasi, walaupun ibu

telah mengumpulkan sampah, di sekitar halaman rumah terlihat

banyak sampah yang berserakan. Ketika sampah disapu dari dalam

rumah, tidak langsung dimasukkan ke tempat sampah atau dibuang,

tetapi dibiarkan saja di depan pintu dan banyak debu yang terdapat

dilantai. Selain itu di depan rumah terdapat banyak tumpukan

barang yang memenuhi bagian sebelah kanan rumah. Hal ini

diperkuat dengan informan pendukung Rh yang mengatakan kalau

di depan rumahnya memang terdapat semacam gudang dan banyak

hewan seperti ayam ataupun bebek yang bermain di sekitar rumah.

Ketika sampah ditaruh di tempat sampah, hewan tersebut

mengacak-acaknya kembali. Sedangkan sampah yang dibiarkan

didepan rumah disebabkan karena ibu bekerja dan anak laki-laki

yang ada di rumah tidak bisa melakukan apa-apa.

Berdasarkah hasil wawancara dengan TPG puskesmas

didapatkan informasi bahwa sampah menjadi masalah utama yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Neglasari. Hal ini disebabkan

karena kurang berkoordinasinya pihak kelurahan dengan

puskesmas dan pihak kelurahan dengan RW serta RT yang ada di

wilayahnya. Setiap RW atau RT mempunyai petugas pengangkut

sampah tetapi kurang maksimal karena masalah gerobak. Akibat itu

Page 116: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

96

semua banyak sampah yang berserakan karena tidak segera

diangkut, warga yang di sudu-sudut tidak mempunyai tempat

sampah sehingga sampah dibuang ke sungai. Selain itu ada 1

kelurahan yaitu Mekarsari yang di dalamnya terdapat sampah sisa

makanan yang sangat sulit dikendalikan. Menurut TPG sampah itu

dijadikan warga setempat untuk pakan babi dan pemecahan

masalahnya harus dilakukan oleh Musrenbang. Berikut kutipannya:

―Kelurahan siaga disini ada 4, udah penguatan kelurahan

siaga juga. Dengan kelurahan siaga itu kita dapetin masalah

yang ada di wilayah masing-masing terus kita cari solusinya.

Tapi disayangkannya....kan kita sebagai fasilitas saja dari

dinas, bahwa kelurahan siaga punya masyarakat wilayah itu,

kita membantu menyelasaikan masalah yang ada sesuai

kemampuan. Tapi sayangnya persepsi mereka kelurahan

siaga itu punya orang kesehatan. Rata-rata masalahnya

sampah, sampahnya jadi banyak berserakan....berserakan

dalam arti eee ga buru-buru diangkut karena ga ada

gerobak, kalo yang dipojokan-pojokan karena tidak ada

tempat sampah, terus buang sampah disungai sungai. Ada

pengangkut sampahnya, tapi kalo yang jauh dia kendalanya

dari gerobak, sebenernya masalah kecil, urusan RT dan RW.

Kenyataannya yang sepele begitu ga berjalan, berjalan sih

berjalan tapi gak maksimal. Kemudian ada sampah yang

sulit banget dikendalikan, baunya minta ampun, itu menjadi

mata pencaharian masyarakat situ, sampah itu dijual untuk

makan babi karena disini ada peternakan babi.‖(Informan

RJ, TPG Puskesmas Neglasari)

Berdasakan hasil observasi, didapatkan gambaran bahwa 2

ibu menggunakan sabun setelah membersihkan kotoran anak. Yang

menarik adalah, ketika anak dibersihkan, hanya dengan air saja.

Setelah itu ibu mencuci tangan dengan sabun, tetapi anak tidak

Page 117: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

97

dicuci tangannya dengan sabun. Hasil itu didapatkan dari observasi

terhadap 2 informan utama. Informan lainnya ketika diobservasi

membersihkan kotoran anak tanpa sabun dan tidak mencuci tangan

setelahnya dengan sabun. Namun, berdasarkan hasil wawancara

kepada informan utama didapatkan adanya perbedaan dengan hasil

observasi. Berikut kutipannya:

―Dibersihin ,pakaian pampers, dicebokin pake sabun,

kemudian dipakein ini, pakein pampers, dikasih minyak

angin dulu di perut sama ke badan, biar anget juga

badannya.‖(Informan utama Y)

―Ya dibersihin, kita cebokin biar bersih, abis itu yaudah kita

cuci tangan pake sabun biar bersih, pake sabunnya selalu,

kan demi kesehatan, namanya kita punya anak

kecil.‖(Informan utama Nh)

Ketika observasi berlangsung peneliti tidak mendapatkan

gambaran perilaku pengasuh setelah anak buang air besar. Namun

berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan utama

didapatkan hasil bahwa setelah buang air besar anak dibersihkan

oleh ibu kandungnya dengan sabun. Berikut kutipannya:

―Dia kan suka pakai pampers, dialah yang nyebokin, biasa

dibersihin, terus cuci tangan pakai sabun, pokoknya dia yang

nyebokin.‖(Informan utama Yu)

Ketika wawancara dengan informan pendukung didapatkan

informasi yang sama dengan hasil wawancara kepada informan

utama diatas dimana setelah buang air besar anak memang selalu

dibersihkan pakai sabun.

Page 118: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

98

Untuk buang air kecil, berdasarkan hasil observasi

didapatkan gambaran bahwa 2 informan ketika anak buang air

kecil, tidak dibersihkan dengan sabun. Anak hanya dilap dengan

celana yang sebelumnya dipakai, tanpa menggunakan air. Untuk

sisa air seni yang berada di lantai, ibupun hanya mengelapnya

dengan celana yang sebelumnya dipakai mengelap anak, juga tanpa

menggunakan air. Satu anak sudah bisa meminta untuk buang air

kecil, kemudian ibu membawanya ke kamar mandi, informasi ini

didapatkan dari wawancara kepada informan pendukung yang

merupakan pengasuh anak. Ketika dirumah orangtuanya, anak

tersebut juga sudah bisa meminta untuk buang air kecil karena

umurnya yang sudah mencapai 2 tahun. Sedangkan untuk informan

lainnya, dipakaikan pampers, sehingga kalau sudah penuh pampers

tersebut diganti dengan yang baru.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan gambaran bahwa

terdapat 1 informan utama yang sibuk bekerja sehingga anak

kurang diperhatikan, anak lebih sering dengan bibinya atau

bermain sendiri tanpa pengawasan dengan anak lain. Satu informan

pernah memberikan makanan yang sudah jatuh ke lantai tanpa

mencuci tangan terlebih dahulu, kebersihan anak juga terlihat

kurang dimana baju dan badan anak terlihat sedikit kotor. Anak

main di depan rumah yang terdapat selokan, terkadang anak

menempelkan tangannya ke tanah sedangkan ibu sedang

mengerjakan pekerjaanya. Satu informan membiarkan anaknya

Page 119: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

99

bermain didepan rumah yang banyak kandang unggas, ketika anak

kotor dan berkeringat ibu tidak membersihkannya.

Terkadang anak tidak memakai alas kaki ketika bermain.

Satu informan lebih sering dengan anaknya, namun terkadang anak

dibiarkan main kotor seperti bermain masak-masakan di depan

rumah, terkadang anak juga tidak memakai alas kaki ketika

bermain. Hasil observasi ini diperkuat dengan informasi yang

diberikan oleh 1 orang kader yang mengatakan kebersihan anak

kurang dijaga oleh ibunya.

Hasil observasi diatas berbeda dengan informasi yang

diberikan oleh pengasuh. Dalam menjaga anak tetap bersih, seluruh

informan utama mengatakan kalau anak dijaga ketika bermain, jika

anak kotor langsung dibersihkan, menjaga pakaian anak tetap

bersih, memandikan dan merapikan anak. Berikut kutipannya:

―Ya kita jaga anak kita aja, biar nak tetap bersih ya dijaga,

pakeannya dicuci...udah gitu aja. Ya kita lakuin tergantung

kita sendiri sih, jadi kitanya juga harus rapi, kalo abis mandi

kita pakein bedak,minyak telon, gitu aja, sabun,

shampo.‖(Informan utama Sh)

―Kalo misalkan badannya kotor ya dimandiin, kalo kakinya

kotor ya dicuci kakinya, makanya ni lagi kotor nih, tar kalo

misalkan mao tidur, dibawa dulu ke kamar mandi, di cuci

dulu, pake sabun, sabun biasa siiih...(Informan Utama Y)

Mengenai keadaan rumah, berdasarkan hasil observasi

didapatkan gambaran bahwa 2 informan utama memiliki rumah

Page 120: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

100

yang sangat sederhana dengan satu ruangan saja di dalamnya,

dimana salah satunya masih mengontrak. Satu informan menempati

rumah milik orang tuanya, terdiri dari tiga ruangan dengan sekat

tembok. Sedangkan 1 informan lainnya tinggal bersama dengan

keluarga lainnya seperti paman dan anak anagkat yang terdiri dari 7

orang. Keadaan rumah tersebut kurang terawat dimana banyak

barang-barang yang ditaruh begitu saja di dalam dan luar rumah.

Dua rumah informan terlihat kurang pencahayaan yang masuk, 2

rumah berlantaikan semen, sedangkan 2 lainnya dengan keramik.

Satu rumah mempunyai langit-langit dari bahan cor, karena

diatasnya masih ada rumah. Satu rumah mempunyai langit-langit

dari kain, sedangkan 2 rumah lainnya tidak mempunyai langit-

langit.

5.3.7. Perawatan Ibu ketika Hamil

Perawatan ibu bagi ibu ketika hamil dalam penelitian ini

adalah waktu istirahat yang cukup dan peningkatan asupan makan

selama masa kehamilan. Aspek yang diteliti yaitu pola makan ibu

selama kehamilan, pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan

seperti posyandu, puskesmas atau bidan, konsumsi tablet penambah

darah dan imunisasi ketika masa kehamilan, hal apa yang dilakukan

untuk mengetahui bagaimana asupan yang baik dan benar ketika

hamil, dan bagaimana aktifitas fisik dan waktu yang diluangkan

untuk istirahat selama masa kehamilan.

Page 121: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

101

Berdasarkan hasil wawancara dengan 2 informan utama,

didapatkan bahwa selama kehamilan 2 ibu memiliki asupan makan

yang kurang. Satu diantara mereka mengatakan kalau selama 7

bulan tidak ada asupan makan kecuali dari susu. Hal ini karena ibu

selalu muntah, karena itu ibu sempat dirawat dan diinfus di dalam

rumah. Tetapi setelah 7 bulan, ibu sangat aktif makan untuk

mengejar asupan yang selama ini kurang. Satu informan lainnya

mengatakan kalau selama kehamilan jarang makan, hal ini karena

ibu sering muntah, makanan tidak tertelan dan mempunyai

perasaan sudah kenyang . Makanan yang sering dimakan Seperti

secentong nasi, lauk-pauk seperti tempe, tahu, sayur, terkadang

ikan, bahkan kadang ibu hanya makan roti saja. Tetapi walaupun

ibu sulit makan, ibu sering memakan cemilan seperti roti dan

biskuit. Berikut kutipannya:

“Pola makan selama kehamilan kalo selama si Laila, itu saya

ga makan, ga makan, selalu muntah jadi minum susu hamil

aja selama 7 bulan aja , makanya kan dirawat terus waktu

Laila dia dari dalam perut. Ga ada masukan hanya susu ga

ada yg lain, susunya ga teratur karena selaper saya aja sih,

itu juga susah masuknya minumnya makanya kondisinya

lemah banget. setelah 7 bulan mau 9 bulan saya aktif

banget, makannya saya kejar , ya makan sayur, makan sayur

sayuran, waktu itu kebetulan suka banget sayur, mimum

minum teh manis , iya buah buahan contohnya pisang

kadang kadang jambu , saya suka yang dijus, jus alpukat.

Untuk makan waktu itu sering, sesering mungkin, mungkin 3

kali sehari, ngemil tambah, apa aja dimakan. Nasi udah,

nasi, sayur, lauk-pauk, 3 kali, terus ya ituuu, ada jus, ada teh

manis, semua yang kenyang-kenyang aja. Nasi banyaknya ya

biasa sepiring, sepiring aja, berapa centong ya, pokoknya

sepiring biasa, kaya makan biasa aja. Cemilannya biasanya

Page 122: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

102

buah di jus, cemilan apa ya, ga suka ngemil saya, gorengan

juga ga suka, tapi kadang –kadang kue masih

mau.‖(Informan pendukung Rh)

―Kurang makannya, ga begitu iniiiii... waktu hamil mah

makannya kurang, jadi apa...kemakanan ga begitu demen,

makannya agak jarang-jarang, ga tahu sebabnya, asal

makan gitu muntah, ga ketelen, jadi ga enak...Waktu hamil

maknnya 3 kali sehari, rutin, kadang lagi mau makan, kalo

lagi engga mah engga, paling makan roti doang, kalo lagi ga

mao....Waktu hamil makan nasi paling secentong doang

udah, ga tahu tuh kenyang aja bawaannya, jadi makannya 3

kali, sekali makan secentong....lainnya sih doyan ngemil,

kalo ngemil sering, kaya wafer, biskuit....makannya nasi,

sayur, lauk-pauk, tempe, tahu, campur campur aja, kacang

panjang, jagung....nyayur mah rutin tiap hari, kalo ga

nyayur, ganti-gantian tuh sama saudara saya..ya kadang

teratur, kadang engga, kalo lagi ini mah ga makan, kalo lagi

males mah, iya makanya bayi saya ini....Cuma ada 2,1

doang, lahirnya pas 8 bulan.‖(Informan utama Nh)

Pengakuan kedua informan diatas memang benar, hal

tersebut diperkuat dengan informasi yang didapatkan dari keluarga

terdekat. Untuk 2 informan lainnya, ketika masa kehamilan

mengatakan kalau makan seperti biasa saja. Satu informan

mengatakan kalau sering dilarang makan ikan oleh mertua karena

takut gatal-gatal. Untuk susu, 1 informan jarang meminumnya

karena sering muntah. Sedangkan 1 informan lainnya mengatakan

kalau selama hamil makan berkurang, hanya 2 kali perhari dengan

porsi 1 sampai 2 centong nasi dengan lauk seperti tahu, tempe,

ikan, dan sambal. Selain itu, ibu juga jarang makan sayur, untuk

susu, ibu meminumnya sebanyak 2 kali perhari. Berikut

kutipannya:

Page 123: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

103

―Kalo susu kita mau muntah waktu pas kita hamil, susunya

mah kita jarang jarang tapi mau muntah. Asupan seperti

biasanya aja, ya suka si di bilangin mertua jangan makan ini

jangan makan ikan, jangan sering sering nanti gatel apa apa

gitu, terus banyakin makan sayur sayuran, terus apalagi

yah....pokonya yang bau bau amis jangan lah jangan sering

sering, ya takut gatel apa apa, apalagi yah..engga sih itu

doang sih kayanya seinget aku.‖(Informan pendukung S, ibu

kandung dari La)

―Pola makan biasa, ya biasa makan mah ga banyak-banyak

amat, biasa kita makan ya gimana sih, ya menunya biasa,

saya lagi hamil jarang makan sayur, kering-keringan aja,

lauk sama sambel doang. Makannya biasa sih mah, kaya

ikan, ya pokoknya yang kering-kering lah, sambel apa, gitu

aja. Sayurnya jarang, paling nyayur sop sama sayur asem.

Waktu hamil juga minum susu, susunya prenagen, sehari 2

kali minum, sekali minum kalo ga salah waktu itu 3 sendok

untuk satu gelas. Waktu makan porsinya ya secentong dua

centong lah kalo lagi laper, lauknya paling ikan, sambel,

tahu, tempe, gitu, apa aja sih, ya namanya makan.

Banyaknya makan dua kali sehari, lagi hamil mah ga pengen

makan banget, hehehe.‖(Informan utama Sh)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan keluarga,

terdapat sedikit perbedaan, diatas ibu mengatakan makan seperti

biasa, namun menurut informan pendukung ibu makan lebih sedikit

dari biasanya. Berikut kutipannya :

―Waktu hamil sih makannya kayanya

berkurang....‖(Informan pendukung H, suami dari Sh)

Berdasarkan hasil wawancara, 3 dari 4 informan mengatakan

kalau rutin datang ke posyandu untuk memeriksa kehamilanya.

Sedangkan 1 ibu mengaku jarang datang ke puskesmas tetapi

Page 124: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

104

kadang datang ke bidan untuk memeriksa kehamilanya. Berikut

kutipannya:

―Meriksa kehamilan saya sebulan sekali setiap ada

posyandu, terus pas udah mau 8 bulan 9 bulan baru tuh 2

minggu sekali, rutin tuh 2 minggu sekali pas 8 bulan 9 bulan,

udah mau deket gitu. Periksanya sejak ketahuan hamil usia 3

bulan, habis itu selalu ke posyandu.‖(Informan utama Sh)

―Kalo pas hamil mah kita jarang ke puskesmas. Kalo

memantaunya mah sendiri gitu ,maksudnya dalam keadaan

hamil, biasanya ke bidan kaya berat badan yang ditimbang

gitu. Ga ga sering, berapa kali.. lupa mas. ya jarang, paling

ada berapa kali seketemunya aja sih kita, kalo kita lagi mau

kesana.‖(Informan pendukung S, ibu kandung dari Al)

Informasi 3 informan diatas diperkuat dengan hasil yang

diperoleh dari informan keluarga dan kader yang mengatakan kalau

ibu tersebut memang rutin datang ke posyandu. Namun, untuk

informan Rh, informasi yang didapat ada sedikit perbedaan. Hal ini

dimungkinkan karena ibu terkadang memeriksa kandungan ke

puskesmas, sehingga kader kurang tahu jika ibu tidak pergi ke

posyandu tetapi pergi ke puskesmas. Berikut kutipannya:

―Kalo hamil yang kemaren agak lama dia

periksa.‖(Informan T, kader posyandu Rh)

Untuk informan S, peneliti tidak bisa memperoleh informasi

dari lain pihak karena ibu sudah pisah dengan suaminya sejak

masih mengandung dan peneliti tidak bisa melihat catatan seperti

buku KIA selama informan tersebut pergi ke bidan dengan alasan

Page 125: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

105

tidak ada atau ditinggal dikampung dan tidak bisa diambil. Selain

itu peneliti juga tidak bisa mewawancarai bidan yang dimaksud

informan tersebut karena jaraknya yang jauh. Berikut kutipannya:

―Kita, anak kedua mah di bidan sih tapi kita sih ga dirasa

sih, itu juga periksa juga jarang sih periksa juga, berapa kali

yam 2 kali pokonya jarang , ya ga kenapa-kenapa sih

pokonya jarang. Ya waktu kita pas hamil yang kedua mah

kita juga posisi lagi kerja, udah karna kerja aja. Tau tau 7

bulanm kita juga salah ngitung sih itu waktu hamil yang

kedua, lahiran sendiri lagi, bidan cuma ngeluarin temennya

doang, di becak ngelahirin sendiri yang kedua. Pas hamil

anak kedua kita ga ketauan hamilnya gitu, suami kan ga mau

anak lagi.‖(Informan pendukung S, ibu kandung Al)

Ketika wawancara dengan mantan suami S, peneliti

mendapatkan informasi bahwa ketika ibu S hamil keduanya tidak

mengetahui. Ketika suami meminta S untuk memeriksa apakah itu

hamil atau bukan, S tidak mau dengan alasan perutnya besar karena

makan banyak saja. Berikut kutipannya:

―Kurang tahu, saya ga tahu, ibu itu hamil pun saya ga tahu,

ga tahu pola makannya gimana, saya dulu tinggal di

Sangiyang....pas main ke rumah orang tua disini saya kaget

dia mau lahiran... Saya pisah dengan istri pas Alifah baru

lahir.‖(Informan pendukung D, mantan suami S)

Dalam hal konsusmsi tablet Fe dan imunisasi ketika hamil,

berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan

pendukung didapatkan informasi bahwa 2 dari 4 informan rutin

meminum tablet Fe dan diimunisasi ketika masa kehamilan.

Page 126: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

106

Sedangkan 1 informan diberikan tablet Fe tetapi tidak diminum

dengan alasan bau tetapi diimunisasi di posyandu. Satu informan

lainnya mengatakan mendapatkan tablet penambah darah dan

selalu dihabiskan, tetapi tidak diimunisasi ketika masa kehamilan.

Berikut kutipannya:

―Minum tablet tambah dara dari posyandu, banyaknya satu

bungkus itu kan ada sebungkus, isinya berapa ga ngitungin,

pokoknya sehari sekali aja, selama kehamilan, terus saya

diimunisasi sekali, suntik tetanus apa apa, katanya buat

kebaikan bayi juga.‖(Informan utama Sh)

―Tablet darah dikasih, tapi ga saya minum, karena bau.

Dikasihnya rutin, tapi saya Cuma simpen aja, itu banyak,

sekantong, kan setiap bulan dikasih. Saya itu selalu darah

rendah kemaren aja pas posyandu anak, saya diperiksa

90/60, tapi dikasih pil lagi, tapi saya udah kapok,tapi ditaro

di rumah aja. Imunisasi TT, 2 kali atau sekali saya lupa, ga

inget waktu itu, suntiknya di posyandu.‖(Informan

pendukung Rh)

―Dapet tambah darah gitu dapet, dari bidan, iya sampe

diabisin, diabisin. Imunisasi ga, orang kita ga ketauan

hamilnya gitu, suamikan ga mau anak lagi.‖(Informan

pendukung S, ibu kandung dari Al)

Pengakuan 3 informan utama diatas diperkuat dengan

informasi yang didapat dari informan keluarga ataupun kader

posyandu yang mengatakan kalau ibu memang rutin mendapat

tablet penambah darah, tetapi untuk diminum atau tidaknya

terdapat informan keluarga atau kader yang tidak mengetahui.

Untuk imunisasi, sebagian informan pendukung mengatakan kalau

Page 127: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

107

memang ketiga ibu tersebut di imunisasi ketika hamil. Berikut

kutipannya:

―Dia pernah kebidan dia, ke posyandu juga dateng, udah

gitu aja, tablet darahnya juga dikasih, kalau diminum apa

engga ga tahu, yang penting dia mau dateng ke posyandu

aja. Waktu hamil kayanya iya dia diimunisasi.‖(Informan W,

kader posyandu Nh)

―Tablet darahnya kayanya jarang diminum setahu saya sih

kalo ga salah, waktu lahir dia juga kan kata orang

kebobolan...Waktu hamil kurang tahu diimunisasi apa engga,

soalnya ga pernah bilang, kan sama suaminya.‖(Informan

Yu, sepupu dari Rh)

Berdasarkan wawancara kepada informan utama, didapatkan

hasil bahwa 1 informan sering bertanya kepada bidan atau TPG

mengenai pola makan yang baik ketika hamil. Satu informan

mengatakan kalau pernah bertanya kepada bidan, namun nasihat

yang diberikan tidak dijalani. Satu informan hanya bertanya kepada

orang yang sudah berpengalaman seperti mertua. Sedangkan 1

informan lainnya menjawab tidak tahu. Berikut kutipannya:

―Rutin setiap bulan sekali ke posyandu setiap konsultasi gizi

juga dateng ke bu nana setiap hari kamis, iya setiap hari

kamis kan jadwal konsultasi gizi, yaudah terus saya dateng

kesono, nanyaaa, yaa konsultasi aja cara makan yang baik

gimanaaa gituuu. Seringnya sih sama bidan Nur,kan kalo

ketemu bidan nur lama... konsultasinya sebulan sekali, kalo

sama bu Ratna kalo kita ke puskesmas aja, alhamdulillah

pelayanannya baik. Rutin sih tanya-tanya gitu, kalo anak

ngeluh dikit ini,ini,ini, kita nanya ama bidan Nur.‖(Informan

utama Sh)

Page 128: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

108

―Ga tahu asupan yang baik, nanya sih, tapi ga pernah bisa

dilakuin, saya mah seini aja, sebisa saya masuk,

makan.‖(Informan utama Rh)

Informasi 1 informan yang mengatakan sering bertanya ke

posyandu atau puskesmas diatas diperkuat dengan hasil wawancara

kepada informan kader, yang mengatakan kalau memang ibu sering

bertanya kepada bidan di posyandu. Sedangkan untuk 1 informan

lainnya yang pernah bertanya ke kader, berdasarkan informasi yang

didapat dari informan keluarga dan kader terlihat adanya kesamaan.

Kader dan keluarga mengatakan kalau ibu tidak bertanya, hanya

menjalani seperti biasa saja. Berikut kutipannya:

―Kayanya dia biasa aja ,dijalanain aja, ga

nanya....‖(Informan pendukung Yu, sepupu dari Rh)

―Nanya-nanya sih engga, Cuma kalo ke posyandu

rutin.‖(Informan T, kader posyandu Rh)

Untuk masalah aktivitas dan istirahat selama kehamilan,

berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa 2 ibu mempunyai

aktivitas sehari-hari seperti merapikan rumah, terkadang olahraga

seperti jalan kaki, dan istirahat siang sekitar 2 jam. Satu informan

tidak melakukan aktivitas apa-apa selama masa kehamilan karena

kondisi tubuh yang kurang baik. Sedangkan 1 informan lainnya

memiliki aktivitas sebagai petugas kebersihan, merapikan rumah,

dan istirahat sekitar 2 jam di siang hari. Berikut kutipannya:

Page 129: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

109

―Aktivitas selama kehamilan ya biasa ngerapih rumah,

olahraga, jala-jalan aja, ya ngerapihin rumah aja gitu,

ngapain lagi, ga kerja sih, istirahat Cuma 2 kali, kalo tidur

kita tidur jam 11 entar jam 12 kita bangun, entar ga lama

lagi suka ngantuk, kita tidur lagi, asal jangan pagi-pagi aja

tidurnya katanya.‖(Informan utama Sh)

―Ya kalo lagi hamil mah makannya harus teratur, ya kita

makannya harus teratur banyak istirahat harus olahraga itu juga

kata bidannya sih begitu. Iya Cuma saya aga ini, cuma kadang

kadang suka olahraga ama suami saya.‖(Informan utama Nh)

―Ga keluar rumah selama 7 bulan, ga pernah kena sinar

matahari, infusan kan sampe dirumah waktu itu, karena udah

terlalu bosen ke rumah sakit, kondisi badannya waktu itu

lemah banget, drop waktu itu tidur terus, ga bangun-

bangun.‖(Informan utama Nh)

―Yaitu kerja, kita bawa kerja itu hamil. Waktu nyapu naik

sepeda, di waktu pas di apa kebon nanas, pas dari hamil

sampe mau merojol kerja, itu pas udah lahir juga 3 hari juga

udah kerja. Waktu itu sih waktu pas itu dari jam 5 sampe jam

11 ,udah gada lagi jam 5 sampe 11 dulunya, tapikan

sekarang 2 kali. Istirahatnya kalo abis pulang udah langsung

tiduran gitu aja, engga engga olahraga ,tapi suka suka kalo

lagi hamil suka suka jalan jalan kelapangan gitu gapake

sendal gitu.‖(Informan pendukung S, ibu kandung dari Al)

Informasi dari 3 informan pertama diatas diperkuat dengan

hasil wawancara kepada informan keluarga yang mengatakan sama

seperti yang dikatakan oleh informan utama. Dua informan

memang memilki aktivitas seperti biasa seperti merapikan rumah.

Sedangkan 1 informan lainnya memang tidak mempunyai aktivitas

apa-apa selama kehamilan karena sedang sakit. Sedangkan untuk

informan yang terakhir, peneliti sedikit mendapat informasi dari

Page 130: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

110

informan pendukung kalau ibu memang menjadi petugas

kebersihan walaupun ketika hamil.

Page 131: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

111

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

1. Informan hanya diambil dari 3 kelurahan yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Neglasari karena untuk 1 kelurahan lain terkendala

masalah tempat.

2. Observasi tidak dilakukan sampai malam hari karena faktor tempat,

tetapi umumnya peneliti telah mendapat gambaran tentang praktik

kesehatan di rumah, pemberian makanan, penyiapan dan

penyimpanan makanan, dan praktik higiene dan sanitasi lingkungan

pada pagi, siang, dan sore hari.

3. Validasi data mengenai praktik kesehatan dasar, pencarian layanan

kesehatan dan perawatan ketika hamil dari sumber catatan seperti

buku KIA dan catatan posyandu hanya bisa dilakukan terhadap 2

informan. Informan lainnya beralasan buku itu telah hilang dan

sebagian besar kader tidak memberikan buku registrasi posyandu.

111

Page 132: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

112

6.2. Karakteristik Informan Utama

Karakteristik informan utama dalam penelitian ini meliputi umur ibu,

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, pendapatan, jumlah

anggota keluarga dan jumlah balita yang ada dalam rumah tangga.

a. Umur Ibu

Umur informan utama dalam penelitian ini sebagian besar

berusia 25 tahun, sedangakan 1 informan lainnya berusia 32 tahun.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rosha dkk (2012), dimana 56,7%

anak yang mengalami stunting berasal dari ibu yang memiliki usia

antara 20-30 tahun. Hal ini diduga karena frekuensi anak yang

memiliki ibu dengan usia 20-30 tahun lebih besar jumlahnya

dibandingkan ibu yang berusia 31-50 tahun. Selain itu, yang

menyebabkan lebih banyaknya informan berusia 20-30 tahun

karena sebagian besar informan tersebut baru memiliki 1 atau 2

anak dan menikah di usia sekitar 20 tahun. Sedangakan informan

yang berusia 32 tahun menikah pada usia sekitar 18 tahun dan telah

memilki 3 anak.

b. Pendidikan Ibu

Kategori pendidikan berdasarkan wajib belajar adalah rendah

jika tingkat pendidikan SMP kebawah dan tinggi jika SMA ke atas.

Sebagian besar informan utama mempunyai pendidikan yang

rendah (SD dan SMP). Tingkat pendidikan, terlebih pendidikan ibu

dapat berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Hal ini disebabkan

Page 133: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

113

karena peran ibu sangat banyak pada pembentukan kebiasaan

makan anak, karena ibulah yang mempersiapkan makanan. Dimulai

dari mengatur menu, berbelanja, memasak, menyiapakan, dan

mendistribusikan makanan.

Penelitian Rosha dkk (2012), menunjukkan bahwa ibu yang

memilki pendidikan SMP kebawah cenderung kurang dalam pola

asuh anak dan kurang baik dalam pemilihan jenis makanan untuk

anak. Hal ini karena, ibu dengan pendidikan SMP kebawah

memeilki peluang lebih kecil dalam mengakses informasi

menganai status gizi dan kesehatan anak sehingga pengetahuannya

pun berkurang. Jika tidak memilki pengetahuan maka tidak dapat

dipraktikkan dalam proses pola asuh anak yang akan berakibat

pada satatus gizi anak yang kurang baik. Hasil diatas dapat

menjelaskan penelitian ini, bahwa anak yang stunting mungkin saja

disebabkan karena faktor pendidikan ibu yang rendah.

Penyebab rendahnya pendidikan ibu mungkin disebabkan

karena kemiskinan yang ada dalam keluarga. Berdasarkan data

yang yang diambil dari Litbang Kota Tangerang tahun 2011

diketahui bahwa tingkat kemiskinan di Kecamatan Neglasari

mencapai 20.03%, jauh lebih tinggi dibandingkan kecamatan

lainnya di Kota Tangerang. Tingginya angka kemiskinan di

Kecamatan Neglasari diikuti dengan tingginya perempun buta

huruf di wilayah itu yang mencapai 7.64%. angka itu merupakan

angka tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

Page 134: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

114

c. Pekerjaan Ibu

Sebagian besar informan utama dalam penelitian ini memilki

tugas sebagai ibu rumah tangga. Penelitian Rosha dkk (2012),

dimana 68.7% ibu yang tidak bekerja memiliki anak stunting. Tiga

dari dari 4 informan utama dalam penelitian ini sebagai ibu rumah

tangga diduga karena frekuensi IRT di wilayah penelitian cukup

banyak. Hal ini didukung oleh data kunjungan ke puskesmas pada

tahun 2014 yang menujukkan sebesar 22.8% pasien adalah ibu

rumah tangga.

d. Pekerjaan Suami

Dalam penelitian ini, separuh informan memiliki suami yang

bekerja sebagai buruh bangunan, 1 sebagai pegawai swasta, dan 1

lainnya sebagai petugas kebersihan. Dari 4 informan, hanya 1 yang

memiliki suami dengan penghasilan tetap yang ditetapkan

berdasarkan UMR Kota Tangerang, sedangkan 3 informan lainnya

memilki suami dengan penghasilan yang tidak tetap. Status

pekerjaan suami yang tidak tetap dimungkinkan dapat

menyebabkan kondisi ekonomi yang kurang stabil, akibatnya daya

beli untuk kebutuhan makan dan kesehatan anak akan berkurang,

sehingga anak dapat mengalami gangguan gizi sperti stunting.

Jenis pekerjaan suami dalam penelitian ini mungkin

disebabkan karena rendahnya pendidikan. Berdasarkan wawancara

diketahui sebagian besar ayah balita hanya mengenyam sampai

Page 135: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

115

SMP. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa

pendidikan seseorang sangat berpengaruh dengan jenis

pekerjaannya, jika pendidikannya lebih tinggi maka jenis

pekerjaannya pun akan lebih tinggi (Putri dan Setiawina, 2013).

e. Pendapatan

Menurut BPS, pendapatan rumah tangga adalah pendapatan

yang diterima oleh rumah tangga berdsangkutan baik yang berasal

dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota

keluarga lainnya (Sirusa. Bps.go.id). Berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Banten mengenai penetapan upah minimum

kabupaten/kota, besaran upah minumum Kota Tangerang sebesar

Rp. 2.710.000.

Dalam penelitian ini terdapat 2 keluarga yang mempunyai

pendapatan sekitar Rp. 1.200.000 perbulan. Sedangkan 2 informan

lainnya memilki pendapatan diatas Rp. 2.000.0000 dan Rp.

2.700.000 karena sudah ditetapkan sesuai UMR. Jika dibandingkan

dengan kategori pendapatan berdasarkan besaran UMR, terdapat 3

keluarga yang masih memilki pendapatan kurang. Pendapatan yang

rendah ini mungkin disebabkan karena jenis pekerjaan yang dimilki

oleh keluarga terutama suami. Pendidikan seseorang sangat

berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya, jika pendidikannya lebih

tinggi maka jenis pekerjaannya pun akan lebih tinggi dan hal

Page 136: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

116

tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh

seseorang (Putri dan setiawina, 2013).

Penelitian lain mengungkapkan, bahwa pendapatan

merupakan faktor determinan terhadap satus gizi anak melalui

karekteristik ibu, pola asuh kesehatan, dan status kesehatan.

Asumsi yang dikemukakan adalah, semakin tinggi pendapatan

maka akan meningkatkan pola asuh kesehatan dan status gizi

masyarakat. Pendapatan memiliki peran utama ketika variabel lain

seperti karekteristik ibu, pola asuh kesehatan dan status kesehatan

kondisinya sudah lebih baik (Sab‟atmaja dkk, 2010).

f. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga

yang hidup bersama dalam satu rumah, satu penghasilan dan makan

berasal dari satu dapur (Nasikhah dan Margawati, 2012). Jumlah

anggota keluarga dikelompokkan menjadi 3, kecil jika kurang dari

5 orang, sedang 5-7, dan besar jika memeilki anggota keluarga

diatas 7 (Fema IPB dan Plan Indonesia, 2008). Babatunde dalam

Adi dan Andrias (2011) menyatakan, semakin besar keluarga atau

anggota keluarga maka kemungkinan tahan pangan semakin

menurun. Dengan kata lain, ruamah tangga dengan keluarga besar

cenderung mengalami rawan pangan dibanding keluarga kecil,

terlebih ditambah dengan keadaan status ekonomi miskin. Sumber

pangan keluarga pada rumah tangga miskin atau sangat miskin

Page 137: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

117

akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus

diberi makan jumlahnya sedikit dan sebaliknya.

6.3. Pola Asuh

6.3.1. Pemberian ASI Eksklusif

Sebagian besar informan tidak memberikan ASI eksklusif

kepada anaknya. Satu anak ketika lahir sudah diberikan makanan

cair seperti air tajin dan susu formula. Anak sudah diberikan air

tajin dan susu formula karena ketika melahirkan ibu dirawat selama

beberapa hari. Satu anak diberikan susu formula ketika berumur 3

hari. Anak diberikan susu formula karena ibu bekerja. Sedangkan

satu anak awalnya diberikan ASI saja, namun karena berat badan

anak kurang dan air susu ibu sedikit bidan atau kader menyarankan

untuk memberikan susu formula dan makanan lain seperti tepung

beras yang dicampur susu. Rendahnya pemberian ASI eksklusif di

wilayah penelitian ini sejalan dengan yang dikatakan TPG

Puskesmas Neglasari kalau pemberian ASI eksklusif di wilayah

tersebut masih rendah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Veriyal (2010) yang

mengatakan bahwa hanya terdapat 1 informan dari balita yang

tidak mengalami peningkatan status gizi diberikan ASI eksklusif

alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena ASI tidak

keluar. Satu anak yang diberikan ASI eksklusif tetapi tetap

Page 138: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

118

mengalami stunting dapat disebabkan karena asupan makan yang

kurang dan penyakit yang dialami anak. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui anak memang terbilang sulit makan dan

memiliki penyakit pernapasan. Menurut (Adair dan Guilkey dalam

Rahayu, 2011), pada usia 2 tahun pertama, diare dan penyakit

pernapasan merupakan penyebab utama yang dapat meningkatkan

kejadian stunting.

Rendahnya perilaku pemberian ASI eksklusif dalam

penelitian ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan tentang

ASI eksklusif oleh orang tua. Selain itu alasan yang menyebabkan

anak tidak diberikan ASI eksklusif karena ibu anak lebih megikuti

kemauan orang tua atau mertuanya agar anak diberikan makanan

lain sebelum usia 6 bulan. Informasi ini didapatkan dari kader

posyandu yang mengatakan bahwa masih banyak ibu yang tinggal

dengan orang tuanya. Sehingga terkadang perilaku ibu dalam

merawat anak ditentukan oleh orang tua atau mertuanya.

Selain itu, alasan tidak diberikannya anak ASI eksklusif

dalam penelitian ini dimungkinkan karena ketika lahir sebagian

besar anak mempunyai berat badan lahir rendah. Bayi yang lahir

rendah memerlukan tata laksana nutrisi khusus, salah satu sebabnya

adalah karena terbatasnya cadangan nutrisi tubuh. Saat ini

penatalaksanaan BBLR selalu merupakan tantangan bagi tenaga

kesehatan (Perkumpulan Perinatologi Indonesia, 2013). Ungkapan

diatas sesuai dengan apa yang dialami oleh 1 informan dimana

Page 139: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

119

ketika berat badan anak kecil, bidan dan kader posyandu

menyarankan agar ibu memberikan makanan lain sebelum usianya

6 bulan dengan alasan menambah berat badan anak. Padahal

menurut UNICEF, makanan terbaik bagi bayi dengan berat badan

lahir rendah, termasuk bayi yang lahir prematur adalah ASI dari

ibunya sendiri.

Faktor ibu bekerja juga dapat menjadi penghalang

diberikannya anak ASI eksklusif. Dalam masa globalisasi sekarang

banyak ibu yang bekerja. Keadaan ini menjadi kendala ibu

memberikan ASI eksklusif kepada anak (IDAI, 2013). Dalam

penelitian, ibu yang bekerja memilki waktu yang kurang dengan

anak, sehingga ASI digantikan dengan susu formula dan perawatan

anak diserahkan kepada tetangga.

Alasan terakhir mengapa ibu tidak memberikan ASI eksklusif

karena ibu melahirkan katika usia kehamilan sekitar 8 bulan.

Alasan tersebut dapat dijelaskan karena bayi orang tua yang

melahirkan prematur seringkali mengalami kesulitan dalam

pemberian ASI. Bayi yang lahir prematur terkadang harus di rawat

pada ruang intensif karena belum matangnya fungsi organ. Hal

tersebut dapat menjadi hambatan, khususnya dalam pemberian ASI

(IDAI, 2013). Dalam penelitian ini, bukan anak yang dirawat

karena lahir prematur tetapi ibu. Keadaan seperti ini membuat

perawatan anak diserahkan kepada neneknya, yang dimungkinkan

juga karena kurangnya pengetahuan tentang ASI eksklusif anak

Page 140: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

120

sudah diberikan makanan lain seperti air tajin ketika umur anak

baru beberapa hari.

Meskipun demikian, terdapat 1 informan yang memberikan

ASI eksklusif dengan alasan untuk kekebalan tubuh anak yang

lebih baik. Setelah diteliti, ternyata perilaku baik ibu tersebut

mungkin dipengaruhi oleh saudaranya yang merupakan kader

posyandu. Ketika kader tersebut diwawancarai, ia menjawab

memang benar ibu baduta sering diberikan nasihat agar anak

diberikan ASI eksklusif.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa perilaku seseorang

dipengaruhi oleh pengetahuan yang diberikan orang lain.

Pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif dapat

diperoleh dari kader posyandu. Hal ini terbukti dari pengalaman 1

informan yang memberikan ASI eksklusif karena mendapat

dorongan dan pengetahuan dari saudaranya yang merupakan kader

posyandu. Iswarawanti (2010), mengatakan salah satu tugas kader

adalah melakukan penyuluhan gizi serta kunjungan ke rumah ibu

menyusui dan ibu yang memiliki balita. Kader diharapkan dapat

berperan aktif dan mampu menjadi pendorong, motivator, dan

penyuluh masyarakat. Dalam mendukung pemberian ASI eksklusif,

menurut UNICEF, terdapat 4 poin mengenai peran yang dapat

dilakukan kader mengenai 10 pesan hidup sehat dalam kedaruratan.

Pertama, mendata jumlah bayi, ibu hamil dan menyusui. Kedua,

mengumpulkan ibu hamil dan ibu menyusui dalam suatu tempat

Page 141: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

121

atau pertemuan. Ketiga, kader mendengarkan keluhan keluhan ibu

yang berkaitan dengan ASI eksklusif dan kesehatan lainnya dan

mencari solusi bersama-sama. Keempat, memberikan perhatian dan

informasi yang diperlukan kepada ibu hamil dan ibu menyusui

tersebut.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan

ibu hamil dan menyusui adalah melakukan kegiatan kelas ibu hamil

di setiap posyandu yang kemudian menjelaskan masalah penting

dalam pola asuh seperti pentingnya pemberian ASI eksklusif.

Dengan diberikannya pengetahuan ini diharapkan ibu mau

mengikuti anjuran dan nasihat yang telah diberikan. Berdasarkan

hasil wawancara kepada salah satu kader, di wilayah posyandunya

sering diberikan penyuluhan dan kelas ibu hamil setiap bulan di

posyandu. Hasilnya, menurut bidan tersebut, cakupan perilaku

kesehatan seperti pemberian ASI eksklusif dan kedatangan anak ke

posyandu lebih tinggi atau bahkan paling tinggi dibandingkan

dengan posyandu lain di wilayah tersebut.

Mengenai lamanya pemberian ASI, 2 informan masih

memberikan ASI sampai sekarang, 1 anak berusia 18 bulan dan

akan diteruskan hingga sekitar 2 tahun. Sedangkan anak lainnya

berusia 24 bulan. Dua informan lainnya memberikan ASI sampai 7

dan 12 bulan. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding

merekomendasikan pemberian ASI untuk dilanjutkan hingga anak

berusia 2 tahun (WHO, 2003).

Page 142: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

122

Berdasarkan rekomendasi diatas, 2 informan sudah memilki

perilaku yang baik karena memberikan ASI sampai usia anak 2

tahun. Satu informan lain tidak memberikan ASI sampai 2 tahun

dikarenakan kesibukan ibu bekerja. Sedangkan 1 informan lainnya

tidak memberikan ASI sampai 2 tahun karena produksi ASI yang

kurang dan kurangnya dukungan dari suami. Informasi ini

diperoleh dari hasil wawancara kepada informan keluarga yang

merupakan suami dari informan utama.

Berdasarkan penjelasan diatas, dukungan orang terdekat

seperti suami dan orang tua sangat diperlukan untuk mendorong

ibu agar mau memberikan anaknya ASI eksklusif. Penelitian

Ramadhani dan Hadi (2010) mengatakan dukungan suami dapat

berperan dalam pemberian ASI eksklusif. Dalam penelitian tersebut

dijelaskan, seluruh ibu menilai perhatian yang mereka dapatkan

dari suami tidak berkurang, suami tidak pernah mengeluhkan

perubahan bentuk tubuhnya setelah melahirkan atau menyusui bayi,

bahkan sebanyak 80% ibu dalam penelitian itu mengatakan

suaminya menyarankan untuk menyusui bayi.

Lebih lanjut, penelitian Ramadhani dan Hadi (2010)

mengatakan, dukungan dari petugas kesehatan dapat

mempengaruhi dukungan suami dan pemberian ASI eksklusif. Hal

tersebut dimungkinkan karena sewaktu ibu memeriksa kehamilan,

bersalin, dan kunjungan neonatal, suami ikut mendengarkan

penjelasan petugas kesehatan mengenai ASI eksklusif dan

Page 143: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

123

manfaatnya sehingga suami terpengaruh dan termotivasi untuk

memberikan dukungan secara maksimal kepada ibu untuk

memberikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan.

Selain berasal dari petugas kesehatan, pengetahuan akan

pentingnya pemberian ASI dapat diperoleh dari pengetahuan

agama, dimana Allah SWT berfirman :

―Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua

tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan

penyusuan....‖(Al-Baqarah : 233)

Melihat ayat Al-Quran diatas, mengingatkan kepada kita

bahwa tidak hanya petugas kesehatan saja yang dapat memberikan

pengetahuan tentang pemberian ASI kepada anak. Namun, tokoh

agama seperti ustadz pun dapat memberikan pengetahuan tentang

perintah menyusui kepada masyarakat melalui ceramah ataupun

pengajian-pengajian. Islam sebagai agama yang sempurna, sudah

menganjurkan kepada para ibu untuk menyusui anaknya sampai 2

tahun. Hal ini merupakan petunjuk langsung dari Allah kepada para

ibu, sehingga tidak mungkin dapat diabaikan begitu saja. Ibu yang

mengetahui dan mengerti, tentu dengan mudah dan ringan

melaksanakan petunjuk yang terdapat dalam Al-Quran tersebut.

Untuk lebih meningkatakan pengetahuan masyarakat

terutama ibu hamil dan menyusui akan pentingnya pemberian ASI,

Page 144: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

124

Pihak puskesmas dapat berkoordinasi dengan meminta kepada

tokoh agama setempat seperti ustadz agar memberikan materi

tentang perintah Allah yang menganjurkan pemberian ASI kepada

para ibu dalam ceramah atau pengajian-pengajian yang dilakukan.

Dalam penelitian ini 1 informan yang memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya mungkin saja disebabkan karena suami

dari informan tersebut merupakan guru mengaji yang mungkin

mengetahui anjuran pemberian ASI dalam Al-Quran, sehingga

mendorong istrinya untuk memberikan ASI eksklusif selain

pengaruh yang diberikan oleh saudaranya yang merupakan kader

posyandu.

6.3.2. Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil wawancara kepada informan utama

didapatkan gambaran bahwa makanan yang biasanya diberikan

berasal dari bahan pokok, sayur dan lauk-pauk, untuk buah anak

jarang diberikan. Namun, berdasarkan hasil wawancara pula

didapatkan hasil bahwa anak lebih sering dengan satu jenis

makanan saja seperti nasi dan telur. Berdasarkah hasil observasi

memang benar anak lebih sering makan dengan nasi ditambah lauk

pauk seperti tahu, tempe, telur ataupun ikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Veriyal (2010)

yang menggambarkan sebagian besar informan dalam penelitian

Page 145: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

125

tersebut hanya memberikan makanan dengan komposisi yang

terdiri dari nasi, tim ataupun bubur, ditambah dengan kuah sayur

atau bumbu seperti kecap dan garam. Anak dalam penelitian

tersebut jarang diberikan lauk paku hewani ataupun nabati.

Keadaan seperti ini dapat menyebabkan anak kekurangan asupan

lemak dan protein. Selain itu anak juga jarang diberikan buah dan

sayur yang dapat mengganggu pemenuhan vitamin dan mineral

bagi balita.

Penelitian Makmur (2009) memiliki kesamaan dengan

penelitian ini dimana bahan makanan yang sering dibeli oleh ibu

adalah sayur-sayuran, tempe, dan tahu. Untuk ayam, daging, dan

ikan masih dianggap mahal. Berdasarkan Survei Kadarzi, bidan

mengungkapkan anak-anak dalam penelitian tersebut makan

dengan nasi dan sayur.

Untuk tumbuh dan berkembang, balita membutuhkan enam zat

gizi utama, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan

air. Keenam zat gizi tersebut dapat diperoleh dari makanan sehari-

hari. Agar balita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,

makanan yang dimakan tidak boleh hanya mengenyangkan perut

saja. Dalam pemberian makan kepada balita seorang ibu atau

pengasuh perlu melakukan pengaturan agar semua zat gizi diatas

terdapat dalam menu sehari (Proverawati dan Asfuah, 2009). Menu

dapat dibuat dengan siklus 10 hari untuk menghindari kebosanan

pada anak dalam mengatasi kesulitan makan. Menu disusun dengan

Page 146: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

126

mengacu pada ketentuan syarat diet untuk anak balita, yaitu dapat

memenuhi untuk pertumbuhan dan perkembangan, pemeliharaan

badan, dan dapat menghasilkan kalori atau dengan kata lain cukup

kualitas dan kuantitasnya (Nurhayati dan Sudewi, 2009).

Pengetahuan ibu mengenai makanan yang baik untuk anak

sudah bagus. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dimana

semua ibu menyebutkan bahwa makanan anak yang baik itu terdiri

dari sayur, buah, ikan, dan nasi, bahkan ada 1 ibu yang mengatakan

4 sehat 5 sempurna. Tetapi dalam praktik sehari hari pemberian

makan anak kadang hanya dengan nasi ditambah lauk atau nasi

dengan sayur saja. Keadaan seperti ini dimungkinkan karena faktor

ekonomi keluarga yang tergolong rendah, dimana kadang anak

makan seadanya saja. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara

mendalam kepada informan utama, informan keluarga dan kader

setempat yang mengatakan bahwa faktor ekonomi merupakan hal

yang sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan sehari-hari.

Untuk mengatasi masalah ini diperlukan cara bagaimana

dengan keadaan ekonomi yang kurang, tetapi status gizi anak tetap

baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan

dilaksanakannya pos gizi. Berdasarkan informasi yang didapat dari

salah seorang kader, dalam waktu dekat di wilayah kerja kader

tersebut akan dilakukan pos gizi, hal ini tentu sangat membantu

untuk ibu dari kondisi ekonomi dan lingkungan yang kurang

memadai agar dapat memperbaiki status gizi anak-anaknya.

Page 147: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

127

Frekuensi pemberian makan anak dalam penelitian masih

kurang baik, dimana semua anak makan 3 kali perhari. Padahal

menurut UNICEF pemberian makanan tambahan untuk anak usia

12-24 bulan adalah 5 kali perhari. Sedangkan menurut Soetardjo

(2011), memberikan makan anak 5 sampai 6 kali perhari lebih baik

karena balita mempunyai perut yang kecil. Anak yang makan

kurang dari 4 kali perhari, memiliki asupan zat gizi lebih sedikit

dibandingkan dengan rata-rata anak lain yang makan 4 kali sehari

atau lebih. Namun berdasarkan hasil wawancara terdapat anak yang

terkadang makan 2 kali perhari karena anak sudah kenyang dengan

susu. Kemudian ada pula anak yang makan lebih dari 3 kali perhari

karena ketika bapak atau kakaknya makan anak ikut kembali

makan. Untuk anak ini, berdasarkan pengakuan dari ibu kandung,

ibu angkat, dan pengasuhnya memang sangat suka makan apa saja

dan sering ikut makan ketika ada saudaranya yang makan.

Penelitian Veriyal (2010) mengambarkan hal yang lebih tidak

baik dalam frekuensi makan kepada anak. Dalam penelitian itu

disebutkan bahwa frekuensi pemberian makan yang dilakukan

sebagian besar informan paling sering 2 kali perhari, bahkan hanya

1 kali jika sedang bepergian. Keadaan serupa digambarkan dalam

penelitian Makmur (2009), dimana frekuensi makan anak lebih

sering 2 kali sehari atau makan jika lapar saja. Dalam penelitian

tersebut digambarkan pula bahwa anak yang kurang gizi makan

hanya 2 kali perhari dan jarang meminum susu.

Page 148: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

128

Penyebab ibu memberikan makan hanya 3 kali perhari

kepada anaknya dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan

frekuensi makan yang baik untuk balita. Hal ini didasarkan pada

jawaban informan yang ketika ditanya berapa kali anak makan, ibu

menjawab “makannya bagus, 3 kali sehari‖. Dalam konteks ini,

ibu mengira jika anak sudah diberikan makan 3 kali, maka itu

sudah cukup karena mengikuti kebiasaan orang dewasa.

Peran kader atau petugas kesehatan seperti bidan atau TPG

dalam memberikan pengetahuan makan yang baik kepada ibu

balita sangat diperlukan. Hal ini karena ketika wawancara

mendalam didapatkan jawaban yang sangat baik oleh salah satu

informan utama, dimana ibu tersebut mengatakan ― beri makan

anak sedikit, tapi sering, kata bidannya gitu‖. Hal yang

menyebabkan ibu mengetahui informasi tersebut karena ia selalu

rutin datang ke posyandu dan banyak bertanya kepada kader atau

bidan yang ada. Namun dalam praktiknya, ibu tersebut memberikan

makan anak hanya 3 kali perhari. Pemberian makan anak 3 kali

tersebut mungkin disebabkan karena susahnya anak makan, jadi ibu

hanya memberikan frekuensi seperti pada umumnya yaitu 3 kali

perhari.

Dalam hal porsi makan yang diberikan, didapatkan gambaran

bahwa 3 anak memilki masalah sulit makan. Ketika makan, ketiga

anak tersebut mengkonsumsi tidak lebih dari 5 suap. Namun,

terdapat 1 anak yang sangat suka makan, sekali makan anak

Page 149: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

129

tersebut dapat menghabiskan 1 centong nasi atau lebih. Hal tersebut

didapatkan dari hasil wawancara kepada informan utama dan

informan keluarga. Ketika observasi, terdapat anak yang lebih

sering makan sendiri. Yang menjadi masalah, walaupun ibu

memberikan makanan yang terlihat cukup dari segi porsi, anak

ketika makan terlihat mengacak-ngacak makanan dan tidak

menghabiskannya. Jumlah yang dikonsumsi berdasarkan

pengamatan sekitar 2 sampai 4 sendok makan saja. Jika dilihat dari

anjuran UNICEF dalam booklet pesan utama pemberian makan

bayi dan anak, porsi sebagian besar anak termasuk kurang.

UNICEF menganjurkan banyaknya makanan untuk anak 12-24

bulan yaitu meningkatkan jumlahnya menjadi ¾ cangkir atau

sekitar 250 ml.

Hasil diatas sejalan dengan penelitian Veriyal (2010) yang

menggambarkan porsi makan 3 dari 4 balita yang tidak mengalami

peningkatan status gizi sebanyak 2 sendok makan atau sekitar 10

gram. Meskipun demikian, terdapat 1 anak yang sering diberikan

nasi sebanyak 1 centong atau sekitar 100 gram. Kurangnya asupan

makan anak mungkin disebabkan karena anak sulit makan. Sulitnya

anak makan mungkin disebabkan karena penyajian makanan yang

kurang menarik.

Selain itu, variasi makanan yang kurang bagi anak mungkin

menjadi faktor lain yang mempengaruhi sulitnya anak makan.

Dalam memberikan makanan kepada anak variasi sangat

Page 150: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

130

diperlukan. Hal ini dilakukan agar anak tidak bosan sehingga dapat

menghindarkan anak dari kesulitan makan pada usia berikutnya

(Auliana, 2011). Variasi makanan sangat diperlukan dalam

memberikan makan kepada anak karena tidak ada satu jenis

makanan pun yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan

tubuh (Muharyani, 2012).

Hampir semua anak memiliki kebiasaan jajan seperti chiki,

permen, es, biskuit, wafer, roti, ataupun jajanan yang dijual oleh

penjual keliling. Hasil tersebut diperoleh dengan cara wawancara

kepada informan utama. Ibu mengatakan anak jajan diawasi, tetapi

karena jika tidak diberi anak akan menangis atau tetap meminta,

maka ibu tetap memberikannya terkadang juga tidak. Berdasarkan

observasi ada 1 anak yang diberi jajan oleh teman-temannya seperti

permen. Ketika mewawancarai ibu, ibu menjawab memang benar

anak sering diberi makanan oleh temannya.

Hasil diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Makmur (2009) yang mengatakan bahwa semua anak suka jajan,

dan semua ibu balita menuruti kemauan anak untuk jajan dengan

alasan untuk menghindari anak menangis.

Kebiasaan jajan pada anak dalam penelitian ini mungkin

menjadi penyebab lain anak susah makan. Kebiasaan jajan pada

anak merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya

perbaikan gizi (Makmur, 2009). Moehyi dalam Veriyal (2010)

Page 151: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

131

mengatakan bahwa kebiasaan jajan pada anak mempunyai

kelamahan, jajanan biasanya banyak mengandung hidrat arang.

Jika anak terlalu sering jajan maka anak akan kenyang, hal ini

menyebabkan anak tidak mau makan nasi, kalupun mau jumlahnya

sedikit. Selain itu kebersihan jajanan sangat diragukan. Jika

keinginan anak tidak dituruiti anak akan menangis dan menolak

untuk makan. Sedangkan dari segi pendidikan, kebiasaan jajan

tidak dapat dianggap baik, apalagi jika anak sudah diberikan uang

untuk membeli makanannya sendiri.

Kunci keberhasilan dalam menanamkan pola makan yang

baik pada anak tergantung pada pengetahuan dan pengertian ibu

tentang gizi. Anak akan mencontoh makan makanan yang dimakan

oleh orang tua dan orang terdekat yang ada di sekitarnya.

Pengetahuan yang rendah pada ibu mengakibatkan ibu kurang

perhatian terhadap gizi anaknya, membiarkan kebiasaan jajan dan

membiarkan anak memilih makanan sesuai keinginanya. Hal yang

perlu dilakukan ibu dalam mengatasi masalah ini adalah membuat

menu makanan harian yang bervariasi dan tetap mengakomodir

keinginan anak namun tentu mampu memenuhi kebutuhan gizi

harian anak (Makmur, 2009).

Salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh pemberian

makan pendamping ASI dalam penelitian ini yaitu pengetahuan.

Pengetahuan ibu kurang dari variasi, frekuensi dan porsi makanan

yang dianjurkan. Namun, ketika terdapat ibu yang memilki

Page 152: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

132

pengetahuan baik dalam beberapa aspek pemberian makan, karena

kondisi ekonomi yang kurang ibu tidak bisa berbuat banyak. Selain

itu sebagian besar anak dalam penelitian ini sulit untuk makan.

Faktor kemauan ibu untuk mengatasi masalah tersebut terlihat

kurang baik, dimana tidak ada cara yang dilakukan ibu untuk

mengatasi masalah tersebut.

6.3.3. Penyiapan dan Penyimpanan Makanan

Dalam penelitian ini ditemukan sebagian besar anak makan

dengan piringnya sendiri, terdapat 1 anak yang kadang makan

dengan orangtuanya, tetapi berdasarkan hasil observasi anak lebih

sering makan dengan piringnya sendiri. Sebagian besar anak masih

disuapi oleh ibu atau saudaranya, namun terdapat 1 anak yang tidak

mau disuapi. Alasan ibu masih menyuapi anak karena jika tidak

disuapi anak makan berantakan dan makanan yang dimakan lebih

sedikit.

Proses penyiapan makan kepada anak merupakan perilaku

positive deviance yang sangat penting. Penelitian di Mali

menemukan bahwa anak yang makan dengan piringnya sendiri

lebih baik daripada anak yang makan bersama dari piring anggota

keluarga lainnya (CORE, 2003). Perilaku ibu menyuapi anak sudah

baik. Hal ini disebabkan karena bila anak makan sendiri mungkin

dia hanya sedikit makan dan anak akan terganggu ketika makan.

Page 153: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

133

Oleh sebab itu anak perlu mendapat bantuan ketika makan. Namun

bila anak tetap tidak mau dibantu dengan cara disuapi, ibu harus

menemani anak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa

banyak anak makan, ketika masih kurang maka ibu harus berusaha

menambahnya sedikit demi sedikit (MCA Indonesia, 2014).

Dalam penelitian ini seluruh informan memilki cara memasak

yang hampir sama dimana makanan terlebih dahulu di cuci dengan

air yang kemudian dimasak hingga matang. Cara memasak penting

untuk diperhatikan karena berkaitan dengan kebersihan dan

kandungan zat gizi yang ada dalam makanan. Sebelum dimasak

makanan harus dicuci terlebih dahulu agar pestisida atupun kuman

yang menempel dapat terbuang. Cara memasak dan mengolah

makanan harus diperhatikan, proses pemasakan yang terlalu lama

pada suhu tinggi dapat menyebabkan kandungan mineral dan

vitaminnya hilang.

Cara ibu mencuci makanan sudah menunjukkan perilaku

yang baik, namun cara memasak sampai sampai matang masih

perlu diperbaiki lagi. Hasil diatas sejalan dengan penelitian (Usfar

dkk, 2010) yang menunjukkan bahwa sayuran tidak dianggap kotor

karena tidak menimbulkan bau, jadi mencuci hanya dengan air

sudah dianggap cukup. Penelitian Makmur (2009) menunjukkan

bahwa cara ibu menyiapkan makanan salah. Dalam peneltian

tersebut digambarkan bahwa sayur dipotong terlebih dahulu

sebelum dicuci, ada ibu balita yang mnomotong sayur pada malam

Page 154: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

134

hari untuk dimasak esoknya, dan masih adanya ibu yang memasak

sayur sampai berubah warna dengan alasan rasanya lebih enak.

Perilaku ibu mencuci dan memasak makanan hingga matang

dalam penelitian ini mungkin disebabkan karena kebiasaan sehari-

hari saja tanpa mengetahui bagaimana cara memasak yang benar

agar zat gizi yang terkandung dalam makanan tidak rusak. Menurut

salah satu informan, memasak makanan seperti sayur harus sampai

matang sekali karena jika tidak matang atau setengah matang anak

tidak mau makan dan giginya baru tumbuh. Hal ini sangat berbeda

dengan hasil observasi dimana gigi anak sudah penuh semua

ditambah lagi usianya yang sudah menginjak 2 tahun.

Ketika menyajikan makanan, seluruh ibu hanya memberikan

begitu saja diatas piring atau mangkuk tanpa ada variasi dari warna

dan bentuk dari makanan yang disajikan. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Veriyal (2010) yang menggambarkan makanan

hanya ditaruh di mangkuk biasa atau tidak menggunakan peralatan

makan yang dapat merangsang balita untuk lebih mau makan.

Hal ini mungkin menjadi penyebab anak kurang mau makan

karena tidak adanya daya tarik yang mendorong anak untuk makan.

Penampilan makanan dari segi warna dan bentuk merupakan salah

satu pendorong yang dapat membuat seseorang lebih tertarik untuk

makan. Menurut Moehyi dalam Aula (2011) menyebutkan, warna

makanan mempunyai peran utama dalam penampilan makanan. Hal

Page 155: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

135

ini karena, jika warna tidak menarik maka akan mengurangi minat

seseorang untuk makan. Selain warna, bentuk makanan juga perlu

diperhatikan. Makanan biasanya akan lebih menarik jika disajikan

dalam bentuk-bentuk tertentu. Bentuk makanan yang menarik ini

dapat memberikan dorongan bagi seseorang agar lebih tertarik

untuk makan.

Selain itu, warna dalam makanan juga dapat menjadi salah

satu indikator dalam menilai seimbang atau tidaknya suatu

makanan. Lebih lanjut, CORE (2003) menyebutkan bahwa bila tiga

warna berbeda seperti putih, hijau atau jingga ada dalam hidangan,

maka biasanya merupakan makanan yang seimbang. Hal ini karena

bahan makanan utama biasanya putih atau kuning, dua jenis

makanan lainnya dalam warna yang berbeda harus ditambahkan

sehingga menjadi makanan yang seimbang.

Penyajian makanan yang kurang menarik dapat disebabkan

karena kurangnya pengetahuan mengenai cara yang tepat dalam

memberikan makanan serta kurangnya kesadaran orang tua dalam

meningkatkan selera makan anak. Pendapat tersebut didukung

dengan hasil wawancara kepada salah satu nenek baduta, ketika

ditanya mengapa bentuk dan warna makanan tidak divariasikan,

ibu tersebut menjawab makanan tidak divariasikan karena nantinya

akan dimakan juga oleh anak. Padahal, cucu dari nenek tersebut

memiliki masalah sulit makan.

Page 156: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

136

Dalam hal kebersihan peralatan masak dan makan seluruh

informan memilki perilaku yang sama yaitu mencucinya dengan

sabun. Namun ada 1 informan yang merebus botol susu atau tempat

makan anak sebelum dipakai. Perilaku ibu dalam kebersihan

peralatan masak dan memakan sudah baik. Hal ini mungkin

disebabkan karena adanya motivasi dari ibu agar anak selalu sehat

dan terhindar dari kuman penyebab penyakit. Hal tersebut

didapatkan dari hasil wawancara kepada informan utama.

Mengenai praktik higiene ibu ketika memberikan makan kepada

anak, berdasarkan hasil observasi didapatkan gambaran bahwa ibu

sering langsung memberikan makan kepada anak tanpa mencuci

tangan terlebih dahulu.

Hasil penelitian mengenai kebersihan alat masak dan makan

serta kebersihan perorangan memilki kesamaan dengan penelitian

kualitatif (Usfar dkk, 2010) di wilayah yang sama yaitu Neglasari.

Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa papan pemotong atau

talenan jarang dicuci karena ibu menganggpa tidak dianggap kotor

dan mengeluarkan bau tidak enak. Talenan tersebut hanya dilap

dengan handuk setelah mengiris cabai, bawang atau sayuran.

Namun untuk pemotongan menegluarkan bau seperti daging atau

ayam, papan talenan dicuci dengan air dan sabun. Praktik mencuci

botol dengan air panas jarang dilakukan, ibu hanya mencucinya

dengan sabun, namun terdapat beberapa ibu yang kemudian

merendam atau membilas dengan air panas. Beberapa ibu tidak

Page 157: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

137

menggunakan sabun ketika mencuci botol karena alasan akan

meninggalkan bau. Alasan ibu tidak mencuci atau merebus botol

dengan air panas karena akan memakan waktu dan ada pekerjaan

lain yang harus dilakukan.

Mengenai perilaku cuci tangan ibu, dalam penelitian tersebut

digambarkan, setelah buang air besar atau memberihkan kotoran

anak, sebelum makan, dan sebelum memberikan makan kepada

anak ibu mencuci tangan dengan atau tanpa sabun. Setelah

melakukan pekerjaan rumah dan memasak ibu biasanya tidak

mencuci tangan dengan sabun. Terdapat ibu yang mencuci tangan

dengan sabun jika memegang ikan karena untuk menghilangkan

bau, tetapi tidak setelah mencuci sayuran. Paling banyak ibu yang

mencuci tangan sebelum menyusui anak dengan alasan pencegahan

penyakit dan kesehatan (Usfar dkk, 2010).

Penyebab ibu jarang mencuci tangan ketika memberikan

makan anak dalam penelitian ini mungkin karena kurangnya

pengetahuan tentang kebersihan dan kemauan untuk berperilaku

hidup bersih. Pendapat tersebut dikuatkan dengan hasil wawancara

kepada pengasuh baduta yang mengatakan ―kalau pakai sendok ga

cuci tangan‖. Penyebab lain yang mempengaruhi kebiasaan ibu

tidak mencuci tangan mungkin karena ibu mengira tangannya

bersih karena secara kasat mata tidak terlihat kotoran. Dalam

masalah ini, ibu atau pengasuh perlu diberi pengetahuan bahwa

tangan yang terlihat bersih belum tentu bersih.

Page 158: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

138

Dalam penelitian ini seluruh informan utama menyimpan

makanan yang sudah matang di dalam rak makanan ataupun meja.

Berdasarkan hasil observasi ada ibu yang menutup makan dan ada

yang tidak bahkan ada makanan sisa kemarin yang masih akan

dimakan. Namun terdapat 1 informan yang selalu menghabiskan

makanan untuk hari itu juga, dan ketika makanan ingin dimakan

pada sore hari, ibu tersebut memanaskan terlebih dahulu dengan

alasan lebih enak dalam keadaan hangat. Untuk makanan mentah

biasanya informan hanya menaruhnya di dapur, itu pun jarang

karena biasanya bahan makanan mentah langsung dimasak hari itu

juga. Namun terdapat 1 informan yang terkadang menyimpan

makanan mentah di lemari es karena tidak dimasak.

Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian Usfar (2010)

yang menyebutkan bahwa semua ibu menyimpan makanan dalam

suhu kamar pada lemari yang terbuat dari kayu atu plastik karena

dapat mencegah lalat, kucing, ayam ataupun debu hinggap ke

makanan. Beberapa ibu menaruh makanan yang telah matang

diatas meja dan menutupinya dengan piring atau sejenisnya.

Selama pengamatan terlihat bahwa lemari makanan tidak ditutup

dengan benar karena ibu menganggap itu aman. Untuk makanan

sisa biasanya dibuang atau dipanaskan di sore hari. Beberapa ibu

juga mengatakan penting untuk menyimpan makanan di kulkas.

Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa di Kota Tangerang

sekitar 2/3 rumah telah memiliki kulkas.

Page 159: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

139

Perilaku ibu dalam menyimpan makanan dalam penelitian ini

berpotensi menjadi sumber penyakit. Karena pertumbuhan bakteri

dapat terjadi pada suhu kamar dimana makanan disimpan. Terlebih

lagi ketika akan memakan kembali ibu tidak memanaskannya lagi

dan berdasarkan hasil observasi ada 1 informan yang keluarganya

mengambil makanan di dalam rak tanpa mencuci tangan. Perilaku

ibu tidak menyimpan makanan secara baik mungkin disebabkan

karena sebagian besar tidak mempunyai tempat penyimpanan

seperti lemari es. Kemudian, hal yang menyebakan sebagian besar

informan tidak memanaskan kembali makanan mungkin karena ibu

tidak mau memasak 2 kali. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat

beberapa informan yang hanya memasak 1 kali di pagi hari untuk

keperluan makan pagi dan sore hari.

Dalam hal kebiasaan membeli makanan dari luar, sebagian

besar ibu sering memberikan makanan anak seperti lauk atau bubur

dari penjual di sekitar rumah. Biasanya ibu membeli makanan dari

luar ketika hari sabtu dan minggu. Namun terdapat 1 informan

yang jarang sekali melakukan hal itu karena lebih memilih untuk

masak sendiri.

Hasil diatas memilki kesamaan dengan penelitian Usfar dkk

(2010) yang meggambarkan bahwa pembelian makanan matang

adalah hal yang umum di masyarakat. Meskipun hal tersebut

dianggap tidak ekonomis namun sebagian besar ibu membelikan

bubur untuk anak sarapan. Frekuensi membeli makanan oleh ibu

Page 160: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

140

berkisar 3 kali dalam seminggu. Salah satu faktor yang membuat

ibu membeli makanan dari luar adalah kesibukan bekerja. Beberapa

ibu berpikir bahwa membeli makanan dari luar tidak higienis tetapi

menurutnya itu kembali kepada perilaku penjual dan pembeli itu

sendiri. Berdasarkan pemaparan diatas maka hal yang perlu

dilakukan adalah mengetahui bagaimana keamanan penjual

makanan dan mengumpulkan informasi yang komprehensif

mengenai kondisi dan kebiasaan penjual ketika menjajakan

makanan dan cara penyiapannya (Usfar dkk, 2010)

Faktor ibu bekerja merupakan penyebab mengapa ibu

membeli makanan dari luar dalam penelitian ini dan penelitian

Usfar dkk (2010). Namun, dalam penelitian ini ditemukan bahwa

ibu membeli makannan dari luar karena pada hari hari tertentu

seperti sabtu atau minggu ibu tidak memasak. Selain itu, faktor

kemudahan dalam mendapatkan makanan juga mempengaruhi

perilaku ibu dalam membeli makanan. Hal yang perlu diperhatikan

oleh ibu yang sering membelikan makanan untuk anak dari luar

seperti rumah makan atau yang lainnya adalah kebersihan penjual

dalam menjajakan atau mengolah makanan. Ibu harus bisa memilih

mana tempat yang baik terutama dari segi kebersihan.

Pola asuh penyiapan dan penyimpanan makanan dalam

penelitian ini lebih menggambarkan pada kebiasaan sehari-hari saja

tanpa mengetahui mana yang baik dan mana yang kurang baik.

Ketika ibu melakukan suatu perilaku dalam penyiapan dan

Page 161: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

141

penyimpanan makanan dan itu tidak berdampak pada kesehatan

atau masalah yang lainnya, maka ibu menganggap itu tidak apa-apa

dan kemungkinan akan dilakukan lagi walaupun memiliki risiko

yang kurang baik bagi kesehatan.

6.3.4. Praktik Kesehatan Dasar

Dalam penelitian ini diare, batuk, dan panas menjadi penyakit

yang sering dialami oleh sebagian besar anak. Sedangkan 1 anak

lainnya mempunyai penyakit asma dan gatal-gatal yang dialami

beberapa waktu terakhir. Penyebab anak sering menderita penyakit

infeksi seperti diare dalam penelitian ini mungkin disebabkan

karena sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang kurang baik.

Pendapat diatas dikuatkan dengan hasil observasi, dimana

lingkungan sekitar rumah memang terlihat kurang baik terlebih

untuk anak yang masih rentan terhadap penyakit. Sedangkan anak

yang sering menderita asma serta gatal-gatal mungkin disebabkan

karena debu yang banyak terdapat di sekitar rumah serta jarak

rumah dan lingkungan tempat anak bermain berdekatan dengan

tempat pembakaran sampah. Selain itu, anak ini juga sering

mengalami gatal gatal dan berdasarkan observasi, pada sebagian

tubuh anak terlihat bercak-bercak merah, hal ini mungkin

disebakan karena anak tidak pernah memakai sandal ketika

bermain di sekitar rumah.

Page 162: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

142

Praktik pencegahan anak terhadap penyakit dalam penelitian

ini terlihat kurang baik. Secara umum terdapat banyak perbedaan

yang diucapkan ibu dengan apa yang dilakukan sehari-hari. Seluruh

informan mengatakan menjaga anak agar tetap sehat dengan cara

mengawasi ketika bermain dan menjaga makan anak. Dalam

praktiknya ibu terlihat membiarkan anak bermain sendiri, anak

terlihat kotor dan berkeringat tetapi ibu tidak melakukan apa-apa,

memberikan makan yang jatuh ke lantai tanpa dibersihkan dan

mencuci tangan.

Kemudian ada anak yang makan dengan saudaranya tanpa

mencuci tangan terlebih dahulu padahal di dalam dan luar rumah

terdapat tumpukan rongsok dan selokan yang mengeluarkan bau

kurang sedap. Selain itu ada pula anak yang sering bermain dengan

saudaranya yang mempunyai banyak penyakit infeksi di kulit.

Dalam satu kesempatan observasi terlihat saudara anak tersebut

mengambil makanan dari rumah informan utama tanpa mencuci

tangan dan makan sambil menggaruk-garuk kakinya.

Hal diatas sejalan dengan penelitian Veriyal (2010) tentang

analisis pola asuh gizi ibu terhadap balita kurang enegri protein

yang mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan Kabupaten

Tangerang. Dalam penelitian tersebut digambarkan, adanya

pengetahuan dan perilaku buruk dalam hal pencegahan terhadap

penyakit infeksi, cara pemeliharaan balita, dan kesehatan

lingkungan. Praktik pencegahan terhadap penyakit yang kurang

Page 163: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

143

baik dalam penelitian ini mungkin menjadi salah satu sebab anak

sering jatuh sakit yang kemudian dapat mengurangi nafsu makan

anak yang akhirnya anak menjadi kurang gizi.

Hal menarik ditemukan dalam penelitian ini dimana 1 anak

dirawat oleh 3 orang pengasuh. Pertama adalah ibu kandung, kedua

ibu angkat, dan yang terakhir oleh tetangga yang diberikan tugas

merawat oleh ibu kandung anak tersebut karena ketika siang hari

bekerja. Tetapi sekarang ini anak lebih banyak tinggal dengan ayah

dan ibu angkatnya. Ketika peneliti mewawancarai ibu angkat anak,

informan mengatakan kalau lingkungan di sekitar rumah ibu

kandungnya kurang baik karena banyak rongsok, jadi ketika anak

datang dari rumah ibu kandung ke ibu angkat anak sering

menderita diare. Hal senada pun dikatakan oleh ibu kandung dan

pengasuh tetangga. Kedua informan tersebut mengatakan ketika

anak datang dari rumah ibu angkat ke rumah ibu kandung atau

pengasuh tetangga, anak sering diare, hal tersebut disebabkan

karena pemberian susu atau makan dan pengawasan ketika bermain

kurang baik dari ibu angkatnya. Namun berdasarkan hasil

observasi, pernyataan ketiga informan tersebut semuanya benar.

Hal ini mungkin disebabkan karena kurang harmonisnya hubungan

antara suami, ibu kandung, dan ibu angkat, sehingga antara mereka

saling menyalahkan.

Seluruh informan utama dalam penelitian ini mengatakan

anak diimunisasi lengkap sebelum satu tahun. sebagian besar anak

Page 164: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

144

diberikan imunisasi di posyandu namun ada yang bidan. Hal

tersebut diperkuat dengan hasil wawancara kepada informan

keluarga ataupun kader posyandu. Dalam penelitian ini terlihat,

semua anak diimunisasi lengkap tetapi mengalami stunting. Hal ini

disebabkan karena tidak semua infeksi yang umum terjadi pada

anak dapat dilakukan imunisasi sebagai preventif. Oleh karena itu,

imunisasi dasar yang lengkap pada anak tidak menjamin anak

tersebut bebas dari penyakit infeksi lainnya (Nadiyah dkk, 2014).

Terdapat hal menarik mengenai lengkapnya pemberian

imunisasi di wilayah penelitian ini. Menurut informasi yang

didapat dari kader, ketika pemberian imunisasi atau vitamin A

posyandu selalu ramai, bahkan ibu yang tidak datang selama

beberapa bulan atau tahun ke posyandu, ketika pemberian

imunisasi atau vitamin dia datang. Tetapi ketika tidak ada jadwal

pemberian seperti itu, posyandu sepi atau hanya didatangi oleh ibu-

ibu yang biasa rutin ke posyandu.

Kecenderungan lebih banyak ibu yang datang ke posyandu

ketika pemberian imunisasi atau vitamin A juga terjadi pada

penelitian Makmur (2009). Dalam penelitian itu disebutkan bahwa

sebagian besar ibu balita tidak menimbang anaknya di posyandu

kecuali pada bulan-bulan vitamin. Pada bulan tersebut hampir

semua ibu datang ke posyandu untuk memperoleh vitamin A.

Page 165: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

145

Untuk mengatasi masalah ibu yang datang ke posyandu jika

hanya ada pemberian vitamin atau imunisasi, kader perlu berperan

aktif. Peran aktif kader dapat dilakukan dengan cara memberikan

informasi kepada masyarakat di wilayahnya mengenai jadwal

posyandu dan pentingnya posyandu untuk memantau pertumbuhan

dan perkembangan anak. Selain itu kader juga dapat

memberitahukan kepada masyarakat disekitarnya 1 hari sebelum

pelaksanaan posyandu bahwa besok akan diadakan kegiatan

posyandu sehingga masyarakat dapat menyiapkan diri untuk datang

pada esok hari. Jika pemberitahuan dilakukan tepat ketika

posyandu akan dimulai, maka banyak ibu yang tidak datang karena

informasi yang mendadak dan berada dalam suatu kegiatan seperti

berkebun dan mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak bisa

ditinggal.

Selain memberikan imunisasi lengkap sebelum anak berusia

1 tahun, pengobtan penyakit pada masa kanak-kanak dan

mendapatkan bantuan profesional pada waktu yang tepat

mempunyai peran penting dalam menjaga kesehatan anak (CORE,

2003). Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara kepada

informan utama dan keluarga didapatkan gambaran bahwa 2

informan lebih sering membawa anaknya ke pelayanan kesehatan

seperti puskesmas atau rumah sakit. Sedangkan 2 informan lainnya

lebih memilih cara sederhana seperti mengurut atau mengerik

Page 166: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

146

badan anak dengan minyak. Salah satu diantara informan tersebut

juga sering memberikan obat warung ketika anak jatuh sakit.

Alasan digunakan atau tidaknya pelayanan kesehatan dalam

upaya pengobatan anak yang sakit pada penelitian ini

dimungkinkan karena jarak rumah dengan pelayanan kesehatan

terdekat seperti puskesmas serta fasilitas untuk menuju ke tempat

tersebut. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara kepada informan

dan diperkuat berdasarkan pengamatan peneliti mengenai jarak

rumah ke puskesmas. Satu informan yang membawa anaknya

ketika sakit ke puskesmas memilki jarak rumah yang dekat dengan

puskesmas serta bisa ditempuh dengan berjalan kaki yang

memakan waktu sekitar 10 menit. Satu informan lain yang

membawa anaknya ke puskesmas memilki jarak rumah paling jauh

ke puskesmas dibanding informan lainnya, tetapi informan ini

memilki sepeda motor yang dapat mempermudah untuk datang ke

puskesmas. Sedangkan 2 informan lainnya memilki jarak rumah

yang lumayan jauh dari puskesmas serta memerlukan transportasi

umum untuk mencapai kesana.

Temuan diatas dapat dijelaskan oleh penelitian (Sartika,

2010) yang menunjukkan bahwa akses terhadap layanan kesehatan

dapat dilihat dari jarak dan waktu tempuh serta biaya yang

diperlukan untuk menuju pelayanan kesehatan. Jarak merupakan

ukuran jauh dekatnya rumah seseorang ke pelayanan kesehatan

terdekat. Jarak tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan

Page 167: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

147

merupakan salah satu penghambat dalam memamfaatkan pelayanan

kesehatan tersebut. Selain itu, penelitian Hendarwan (2005)

menyebutkan bahwa ditemukannya upaya pengobatan sendiri

seperti membeli obat di warung, toko obat, atau membuat ramuan

dan cara tradisional sendiri. Upaya coba-coba tersebut terkait

dengan mudah tidaknya menjangkau pelayanan kesehatan. Selain

itu, hal ini juga berkaitan dengan ketersediaan biaya untuk

pengobatan, karena selain biaya pengobatan perlu juga diperhatikan

biaya transportasi yang harus dikeluarkan.

Mengenai patuhnya memberikan obat untuk anak, seluruh

informan mengatakan memberikan obat kepada anak sesuai dengan

yang dianjurkan dokter. Namun, terdapat 1 informan yang

terkadang tidak mematuhi aturan yang diberikan. Contohnya adalah

ketika ibu diberikan antibiotik dan menyarankan untuk dihabiskan,

ketika anak sudah sembuh antibiotik tidak diberikan lagi. Alasan

ibu memberikan obat sesuai dengan yang dianjurkan mungkin

disebabkan karena adanya motivasi. Hal ini didasarkan pada

jawaban ibu yang mengatakan agar anak cepat sembuh jadi

diberikan obat sesuai anjuran. Penelitian Pujiyanto (2008),

menunjukkan bahwa motivasi merupakan hal yang penting dalam

mematuhi rencana atau anjuran pengobatan. Motivasi yang baik

memilki pengaruh yang kuat terhadap kepatuhan minum obat.

Apabila motivasi yang ada dalam diri seseorang kuat maka

intentitas perilaku akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya,

Page 168: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

148

intentitas perilaku akan semakin rendah jika motivasinya lemah

(Makmur, 2009).

Sedangkan alasan 1 informan yang tidak menghabiskan

antibiotik mungkin disebabkan karena perilaku ibu yang kurang

baik. Hal ini didasarkan kepada perilaku lain informan tersebut

yang kadang telah mengetahui sesuatu tetapi malas untuk

menjalankannya.

Pola asuh praktik kesehatan dasar mengenai pencegahan anak

terhadap penyakit masih kurang. Pencegahan yang masih kurang

tersebut karena biasanya ibu menganggap anak tidak apa-apa dan

penyakit yang dialami anak seperti diare dan panas lebih

disebabkan makanan yang salah atau anak mau tumbuh gigi dan

berjalan. Makanan salah yang dimaksud diatas bukan dari sisi

kebersihan tetapi ibu menganggap anak terkena diare karena makan

sambal atau minum es.

Perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dan obat sesuai

anjuran disebabkan karena adanya keinginan agar anak sehat.

Ketika anak sakit perilaku ibu tidak membawa anak ke pelayanan

kesehatan mungkin karena jarak rumah yang cukup jauh, sarana

dan adanya pengaruh dari orang terdekat seperti orang tua.

Page 169: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

149

6.3.5. Pola Pencarian Layanan Kesehatan

Dalam penelitian ini diare, batuk, dan panas menjadi penyakit

yang sering dialami oleh sebagian besar anak. Sedangkan 1 anak

lainnya mempunyai penyakit asma dan gatal-gatal yang dialami

beberapa waktu terakhir. Penyebab anak sering menderita penyakit

infeksi seperti diare dalam penelitian ini mungkin disebabkan

karena sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang kurang baik.

Pendapat diatas dikuatkan dengan hasil observasi, dimana

lingkungan sekitar rumah memang terlihat kurang baik terlebih

untuk anak yang masih rentan terhadap penyakit. Sedangkan anak

yang sering menderita asma serta gatal-gatal mungkin disebabkan

karena debu yang banyak terdapat di sekitar rumah serta jarak

rumah dan lingkungan tempat anak bermain berdekatan dengan

tempat pembakaran sampah. Selain itu, anak ini juga sering

mengalami gatal gatal dan berdasarkan observasi, pada sebagian

tubuh anak terlihat bercak-bercak merah, hal ini mungkin

disebakan karena anak tidak pernah memakai sandal ketika

bermain di sekitar rumah.

Praktik pencegahan anak terhadap penyakit dalam penelitian

ini terlihat kurang baik. Secara umum terdapat banyak perbedaan

yang diucapkan ibu dengan apa yang dilakukan sehari-hari. Seluruh

informan mengatakan menjaga anak agar tetap sehat dengan cara

mengawasi ketika bermain dan menjaga makan anak. Dalam

praktiknya ibu terlihat membiarkan anak bermain sendiri, anak

Page 170: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

150

terlihat kotor dan berkeringat tetapi ibu tidak melakukan apa-apa,

memberikan makan yang jatuh ke lantai tanpa dibersihkan dan

mencuci tangan.

Kemudian ada anak yang makan dengan saudaranya tanpa

mencuci tangan terlebih dahulu padahal di dalam dan luar rumah

terdapat tumpukan rongsok dan selokan yang mengeluarkan bau

kurang sedap. Selain itu ada pula anak yang sering bermain dengan

saudaranya yang mempunyai banyak penyakit infeksi di kulit.

Dalam satu kesempatan observasi terlihat saudara anak tersebut

mengambil makanan dari rumah informan utama tanpa mencuci

tangan dan makan sambil menggaruk-garuk kakinya.

Hal diatas sejalan dengan penelitian Veriyal (2010) tentang

analisis pola asuh gizi ibu terhadap balita kurang enegri protein

yang mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan Kabupaten

Tangerang. Dalam penelitian tersebut digambarkan, adanya

pengetahuan dan perilaku buruk dalam hal pencegahan terhadap

penyakit infeksi, cara pemeliharaan balita, dan kesehatan

lingkungan. Praktik pencegahan terhadap penyakit yang kurang

baik dalam penelitian ini mungkin menjadi salah satu sebab anak

sering jatuh sakit yang kemudian dapat mengurangi nafsu makan

anak yang akhirnya anak menjadi kurang gizi.

Hal menarik ditemukan dalam penelitian ini dimana 1 anak

dirawat oleh 3 orang pengasuh. Pertama adalah ibu kandung, kedua

Page 171: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

151

ibu angkat, dan yang terakhir oleh tetangga yang diberikan tugas

merawat oleh ibu kandung anak tersebut karena ketika siang hari

bekerja. Tetapi sekarang ini anak lebih banyak tinggal dengan ayah

dan ibu angkatnya. Ketika peneliti mewawancarai ibu angkat anak,

informan mengatakan kalau lingkungan di sekitar rumah ibu

kandungnya kurang baik karena banyak rongsok, jadi ketika anak

datang dari rumah ibu kandung ke ibu angkat anak sering

menderita diare. Hal senada pun dikatakan oleh ibu kandung dan

pengasuh tetangga. Kedua informan tersebut mengatakan ketika

anak datang dari rumah ibu angkat ke rumah ibu kandung atau

pengasuh tetangga, anak sering diare, hal tersebut disebabkan

karena pemberian susu atau makan dan pengawasan ketika bermain

kurang baik dari ibu angkatnya. Namun berdasarkan hasil

observasi, pernyataan ketiga informan tersebut semuanya benar.

Hal ini mungkin disebabkan karena kurang harmonisnya hubungan

antara suami, ibu kandung, dan ibu angkat, sehingga antara mereka

saling menyalahkan.

Seluruh informan utama dalam penelitian ini mengatakan

anak diimunisasi lengkap sebelum satu tahun. sebagian besar anak

diberikan imunisasi di posyandu namun ada yang bidan. Hal

tersebut diperkuat dengan hasil wawancara kepada informan

keluarga ataupun kader posyandu. Dalam penelitian ini terlihat,

semua anak diimunisasi lengkap tetapi mengalami stunting. Hal ini

disebabkan karena tidak semua infeksi yang umum terjadi pada

Page 172: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

152

anak dapat dilakukan imunisasi sebagai preventif. Oleh karena itu,

imunisasi dasar yang lengkap pada anak tidak menjamin anak

tersebut bebas dari penyakit infeksi lainnya (Nadiyah dkk, 2014).

Terdapat hal menarik mengenai lengkapnya pemberian

imunisasi di wilayah penelitian ini. Menurut informasi yang

didapat dari kader, ketika pemberian imunisasi atau vitamin A

posyandu selalu ramai, bahkan ibu yang tidak datang selama

beberapa bulan atau tahun ke posyandu, ketika pemberian

imunisasi atau vitamin dia datang. Tetapi ketika tidak ada jadwal

pemberian seperti itu, posyandu sepi atau hanya didatangi oleh ibu-

ibu yang biasa rutin ke posyandu.

Kecenderungan lebih banyak ibu yang datang ke posyandu

ketika pemberian imunisasi atau vitamin A juga terjadi pada

penelitian Makmur (2009). Dalam penelitian itu disebutkan bahwa

sebagian besar ibu balita tidak menimbang anaknya di posyandu

kecuali pada bulan-bulan vitamin. Pada bulan tersebut hampir

semua ibu datang ke posyandu untuk memperoleh vitamin A.

Untuk mengatasi masalah ibu yang datang ke posyandu jika

hanya ada pemberian vitamin atau imunisasi, kader perlu berperan

aktif. Peran aktif kader dapat dilakukan dengan cara memberikan

informasi kepada masyarakat di wilayahnya mengenai jadwal

posyandu dan pentingnya posyandu untuk memantau pertumbuhan

dan perkembangan anak. Selain itu kader juga dapat

Page 173: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

153

memberitahukan kepada masyarakat disekitarnya 1 hari sebelum

pelaksanaan posyandu bahwa besok akan diadakan kegiatan

posyandu sehingga masyarakat dapat menyiapkan diri untuk datang

pada esok hari. Jika pemberitahuan dilakukan tepat ketika

posyandu akan dimulai, maka banyak ibu yang tidak datang karena

informasi yang mendadak dan berada dalam suatu kegiatan seperti

berkebun dan mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak bisa

ditinggal.

Selain memberikan imunisasi lengkap sebelum anak berusia

1 tahun, pengobtan penyakit pada masa kanak-kanak dan

mendapatkan bantuan profesional pada waktu yang tepat

mempunyai peran penting dalam menjaga kesehatan anak (CORE,

2003). Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara kepada

informan utama dan keluarga didapatkan gambaran bahwa 2

informan lebih sering membawa anaknya ke pelayanan kesehatan

seperti puskesmas atau rumah sakit. Sedangkan 2 informan lainnya

lebih memilih cara sederhana seperti mengurut atau mengerik

badan anak dengan minyak. Salah satu diantara informan tersebut

juga sering memberikan obat warung ketika anak jatuh sakit.

Alasan digunakan atau tidaknya pelayanan kesehatan dalam

upaya pengobatan anak yang sakit pada penelitian ini

dimungkinkan karena jarak rumah dengan pelayanan kesehatan

terdekat seperti puskesmas serta fasilitas untuk menuju ke tempat

tersebut. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara kepada informan

Page 174: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

154

dan diperkuat berdasarkan pengamatan peneliti mengenai jarak

rumah ke puskesmas. Satu informan yang membawa anaknya

ketika sakit ke puskesmas memilki jarak rumah yang dekat dengan

puskesmas serta bisa ditempuh dengan berjalan kaki yang

memakan waktu sekitar 10 menit. Satu informan lain yang

membawa anaknya ke puskesmas memilki jarak rumah paling jauh

ke puskesmas dibanding informan lainnya, tetapi informan ini

memilki sepeda motor yang dapat mempermudah untuk datang ke

puskesmas. Sedangkan 2 informan lainnya memilki jarak rumah

yang lumayan jauh dari puskesmas serta memerlukan transportasi

umum untuk mencapai kesana.

Temuan diatas dapat dijelaskan oleh penelitian (Sartika,

2010) yang menunjukkan bahwa akses terhadap layanan kesehatan

dapat dilihat dari jarak dan waktu tempuh serta biaya yang

diperlukan untuk menuju pelayanan kesehatan. Jarak merupakan

ukuran jauh dekatnya rumah seseorang ke pelayanan kesehatan

terdekat. Jarak tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan

merupakan salah satu penghambat dalam memamfaatkan pelayanan

kesehatan tersebut. Selain itu, penelitian Hendarwan (2005)

menyebutkan bahwa ditemukannya upaya pengobatan sendiri

seperti membeli obat di warung, toko obat, atau membuat ramuan

dan cara tradisional sendiri. Upaya coba-coba tersebut terkait

dengan mudah tidaknya menjangkau pelayanan kesehatan. Selain

itu, hal ini juga berkaitan dengan ketersediaan biaya untuk

Page 175: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

155

pengobatan, karena selain biaya pengobatan perlu juga diperhatikan

biaya transportasi yang harus dikeluarkan.

Mengenai patuhnya memberikan obat untuk anak, seluruh

informan mengatakan memberikan obat kepada anak sesuai dengan

yang dianjurkan dokter. Namun, terdapat 1 informan yang

terkadang tidak mematuhi aturan yang diberikan. Contohnya adalah

ketika ibu diberikan antibiotik dan menyarankan untuk dihabiskan,

ketika anak sudah sembuh antibiotik tidak diberikan lagi. Alasan

ibu memberikan obat sesuai dengan yang dianjurkan mungkin

disebabkan karena adanya motivasi. Hal ini didasarkan pada

jawaban ibu yang mengatakan agar anak cepat sembuh jadi

diberikan obat sesuai anjuran. Penelitian Pujiyanto (2008),

menunjukkan bahwa motivasi merupakan hal yang penting dalam

mematuhi rencana atau anjuran pengobatan. Motivasi yang baik

memilki pengaruh yang kuat terhadap kepatuhan minum obat.

Apabila motivasi yang ada dalam diri seseorang kuat maka

intentitas perilaku akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya,

intentitas perilaku akan semakin rendah jika motivasinya lemah

(Makmur, 2009).

Sedangkan alasan 1 informan yang tidak menghabiskan

antibiotik mungkin disebabkan karena perilaku ibu yang kurang

baik. Hal ini didasarkan kepada perilaku lain informan tersebut

yang kadang telah mengetahui sesuatu tetapi malas untuk

menjalankannya.

Page 176: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

156

Pola asuh praktik kesehatan dasar mengenai pencegahan anak

terhadap penyakit masih kurang. Pencegahan yang masih kurang

tersebut karena biasanya ibu menganggap anak tidak apa-apa dan

penyakit yang dialami anak seperti diare dan panas lebih

disebabkan makanan yang salah atau anak mau tumbuh gigi dan

berjalan. Makanan salah yang dimaksud diatas bukan dari sisi

kebersihan tetapi ibu menganggap anak terkena diare karena makan

sambal atau minum es.

Perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dan obat sesuai

anjuran disebabkan karena adanya keinginan agar anak sehat.

Ketika anak sakit perilaku ibu tidak membawa anak ke pelayanan

kesehatan mungkin karena jarak rumah yang cukup jauh, sarana

dan adanya pengaruh dari orang terdekat seperti orang tua.

6.3.6. Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan

Sebagian besar informan utama dalam penelitian ini tidak

memiliki jamban sendiri. Dua dari empat informan memakai

jamban yang dipakai bersama dengan penghuni kontrakan disekitar

kediaman mereka. Satu informan memakai jamban berupa MCK

umum, sedangkan 1 informan lainnya sudah memiliki jamban

sendiri yang terdapat di dalam rumah. Berdasarkan hasil observasi

ditemukan 1 informan utama membuang kotoran anak pada selokan

yang terdapat di belakang rumah. Kemudian dibelakang rumah

Page 177: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

157

tersebut juga terdapat penampungan air dalam ember atau bak

tanpa tutup yang menurut informan tersebut air itu dipakai untuk

mencuci piring atau keperluan lain seperti memandikan anak.

Ketika wawancara dengan ibu tersebut, memang diakui bahwa

untuk kotoran anak sering dibuang ke selokan belakang rumah.

Penelitian Sartika (2010) menunjukkan bahwa keberadaan

jamban merupakan faktor paling berpengaruh setelah yang diikuti

oleh beberapa faktor lain seperti kebiasaan cuci tangan dan sumber

air minum terhadap status gizi TB/U. Status gizi dapat dipengaruhi

oleh lingkungan seperti faktor penyediaan pembuangan kotoran

(jamban). Peran jamban dalam hubungannya dengan status gizi

balita berkaitan dengan pencemaran air yang digunakan untuk

konsumsi rumah tangga sehari-hari. Penggunaan air yang tercemar

dapat menimbulkan penyakit sehingga mempengaruhi status gizi

(Supraptini dan Hapsari, 2011).

Air adalah kebutuhan pokok manusia. Selain pola makan dan

gizi seimbang, diperlukan juga pola hidup yang bersih. Pola hidup

yang bersih perlu didukung dengan tersedianya air bersih yang

memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup. Sumber air

bersih yang digunakan di rumah tangga dianggap baik jika

menggunakan salah satu dari sumber air seperti PDAM, sumur

bor/gali, ataupun mata air yang terlindungi. Penggunaan sumber air

dalam rumah tangga berkaitan dengan penyakit diare yang dapat

Page 178: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

158

ditimbulkan dari kegiatan sehari-hari pada rumah tangga yang tidak

baik (Supraptini dan Hapsari, 2010).

Sumber minum air yang bersih merupakan faktor penting

bagi kesehatan tubuh dan mengurangi risiko penyakit infeksi

seperti diare, kolera, dan tipes. Anak-anak merupakan kelompok

yang rentan terhadap penyakit infeksi karena secara alami kekbalan

tubuhnya tergolong rendah. Kematian dan kesakitan pada anak-

anak umumnya dikaitkan dengan sumber air minum yang tercemar

dan sanitasi yang tidak memadai (Oktarina dan Sudiarti, 2013).

Seluruh informan utama dalam penelitian ini menggunakan air isi

ulang untuk kebutuhan konsumsi. Sedangkan untuk keperluan

lainnya sebagian besar informan memiliki sumber air yang

diperoleh dari sumur. Satu informan memakai air yang berasal dari

PAM.

Mengenai keberadaan hewan peliharaan di rumah atau

lingkungan sekitar rumah, sebagian besar informan utama memiliki

rumah yang berdekatan dengan hewan peliharaan seperti ayam dan

bebek. Satu informan tidak memilki hewan peliharaan, namun

berdasarkan hasil observasi ditemukan beberapa hewan seperti

ayam kadang bermain di sekitar rumah. Kriteria sanitasi

lingkungan yang sehat menurut penelitian Hidayat dan Fuada

(2011) berdasarkan pemeliharaan hewan ternak di dalam atau di

sekitar rumah, adalah sehat jika tidak memelihara hewan ternak di

rumah atau di sekitar rumah, dan sebaliknya. Keberadaan hewan

Page 179: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

159

ternak dirumah atau sekitar rumah dapat menyebabkan pencemaran

bakteri seperti E. Coli. Hal ini dapat menyebabkan diare terutama

pada anak yang tergolong rentan karena berdasarkan hasil

observasi sebagian besar anak main di lingkungan rumah yang

terdapat banyak hewan berkeliaran atau kotorannya.

Hasil observasi menunjukkan Dua informan utama memiliki

atau terdapat kandang hewan peliharaan yang berdekatan dengan

sumur, satu diantaranya juga menyimpan air dekat kandang unggas

tersebut. Fema IPB dan Plan Indonesia (2008), mengatakan hewan

ternak yang cukup bebas berkeliaran di sekitar mata air, maka

kemungkinan tercemar terhadap beberapa bakteri berbahaya seperti

E. Coli sangat besar. Jika hal ini terjadi, maka dapat menyebabkan

timbulnya penyakit infeksi seperti diare.

Ketersediaan tempat sampah pada suatu rumah tidak kalah

penting dibandingkan dengan sarana fisik lainnya. Setiap rumah

seharusnya memiliki tempat sampah yang memadai sebelum

dibuang ke penampungan atau dibakar. Rumah tangga yang tidak

memilki tempat sampah biasanya memasukkan sampah ke dalam

kantong plastuik, karung, atau yang lainnya baru kemudian

dibuang. Tempat sampah yang tidak memadai dapat menjadi

sarang penyakit karena bau yang dikeluarkan dapat mengundang

binatang atau bakteri untuk berkembang biak dan kemudian dapat

menjadi sumber penyakit (Ersiyoma, 2012).

Page 180: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

160

Teori diatas sejalan dengan penelitian ini. Dalam penanganan

penanganan sampah, 2 informan mengumpulkan terlebih dahulu

sampahnya kemudian dibakar. Satu informan mengumpulkan

sampah kemudian dibuang ke kebun yang ada di dekat rumah.

Sedangkan 1 informan lainnya mengumpulkan sampah kemudian

diangkut oleh petugas kebersihan. Berdasarkan hasil observasi

didapatkan bahwa hampir di seluruh informan memilki tempat

penampungan sampah baik itu plastik ataupun yang lainnya.

Namun, walaupun begitu masih ada saja sampah yang berserakan

disekitar rumah yang merupakan lingkungan anak bermain. Bahkan

1 anak terlihat begitu dekat dengan sampah karena pekerjaan

pengasuh anak tersebut adalah pemulung, sampah terdapat di luar

dan dalam rumah. Keadaan seperti ini mungkin menjadi salah satu

sebab anak terkena penyakit infeksi seperti diare.

Pengolahan sampah yang kurang baik dapat memberikan

dampak negatif bagi masayarakat dan lingkungan. Bagi masyarakat

sampah berdampak pada kesehatan yang dapat dikategorikan

menjadi dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung

berupa kontak langsung dengan sampah yang beracun,

karsinogeniuk atau sampah yang mengandung kuman yang dapat

menimbulkan penyakit. Sedangkan dampak tidak languyng dapat

berupa apa yang dirasakan oleh masyarakat akibat proses

pembusukan, pembakaran ataupun pembuangan sampah (Slamet

dalam Atussoleha, 2012).

Page 181: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

161

Satu hal yang perlu ditiru dalam hal pembuangan sampah

disini adalah adanya pemimpin atau orang yang mengarahkan

seperti RT ataupun RW untuk mengajak warga yang ada

disekitarnya agar mau tertib dalam membuang sampah. Dalam hal

ini ada 1 informan yang mengaku mengumpulkan sampah dalam 1

wadah terlebih dahulu baru kemudian diangkut oleh petugas

kebersihan. Padahal sebelumnya ibu tersebut masih kurang baik

dalam menangani sampah di rumah, dimana banyak sampah yang

berserakan. Hal tersebut diperoleh dari hasil wawancara kepada

salah satu ibu. Perilaku yang dilakukan oleh ibu ini karena adanya

anjuran dari RT setempat, bahkan kalau ibu tidak melakukan itu

maka akan terkena teguran.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar

informan mengatakan menggunakan sabun ketika membersihkan

kotoran anak. Namun berdasarkan hasil observasi terlihat adanya

perbedaan dimana ketika membersihkan kotoran anak hanya ibu

saja yang menggunakan sabun. Bahkan terdapat 1 informan yang

ketika membersihkan kotoran anak hanya dengan air. Lebih lanjut,

berdasarkan hasil observasi didapatkan gambaran bahwa 2

informan yang ketika anaknya buang air kecil hanya di lap dengan

celana saja. Ketika membersihkan lantaipun tetap menggunakan

celana yang sama. Hal tersebut terjadi kurang lebih 2-3 kali selama

observasi berlangsung. Masalah lain mengenai praktik kebersihan

diri yang diteliti dalam penelitian ini adalah perilaku mencuci

Page 182: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

162

tangan sebelum menyiapkan makanan untuk anak. Namun masalah

tersebut telah dijelaskan pada subbab penyiapan dan penyimpanan

makanan sebelumnya.

Adanya sumber air bersih pada seluruh informan mungkin

disebabkan karena informan tersebut mengerti pentingnya air

bersih untuk kesehatan. Beberapa informan mengatakan air tidak

bisa diminum mungkin disebabkan karena lokasi rumah berdekatan

dengan sawah. Sedangkan tidak dibersihkannya kotoran anak

dengan sabun dalam penelitian ini mungkin disebabkan karena ibu

mengangggap dengan air kotoran sudah bersih secara kasat mata,

hal ini sama kasusnya seperti kebiasaan ibu sebelum menyiapakan

makan untuk anak.

Perilaku ibu membuang sampah yang telah dikumpulkan ke

kebun mungkin disebabkan tidak adanya sarana pembuangan

sampah dan instruksi seperti dari RT atau RW yang menganjurkan

warganya untuk membuang sampah dengan baik. Sebagian besar

informan tidak memiliki jamban dalam rumah tangga disebabkan

karena ibu tersebut masih mengontrak rumah. Banyaknya hewan

peliharaan seperti ayam dan bebek di sekitar dalam penelitian

mungkin disebabkan karena masih banyaknya warga sekitar yang

memelihara hewan tersebut dan wilayahnya yang masih bisa

dikatakan kampung. Selain itu, banyaknya lahan yang ada disekitar

rumah mungkin menjadikan warga memanfaatkannya untuk

menaruh hewan peliharaan.

Page 183: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

163

Keadaan rumah yang masih sederhana dimana masih ada

yang terdiri dari 1 ruangan saja dalam penelitian ini mungkin

disebabkan karena faktor ekonomi. Faktor ekonomi erat kaitannya

dengan keadaan fisik rumah.

6.3.7. Perawatan Ketika Ibu Hamil

Sebagian besar ibu baduta dalam penelitian ini memilki pola

makan yang kurang baik selama masa kehamilan. Dua informan

sulit makan ketika hamil karena sering muntah, bahkan 1 diantara

mereka hanya mengkonsumsi susu selama 7 bulan. Sedangkan 2

informan lainnya memiliki pola makan sama seperti sebelum

hamil, seperti memakan nasi hanya 1 sampai 2 centong, kurang

konsumsi buah dan sayur. Bahkan, diantara mereka ada yang

dilarang memakan ikan oleh mertua selama kehamilan dengan

alasan takut gatal-gatal.

Untuk mencegah masalah ketika anak lahir, ibu hamil perlu

mendapat asupan zat gizi makro dan mikro yang cukup (Ernawati

dkk, 2013). Teori diatas dapat menjelaskan penelitian ini, dimana

seluruh ibu memilki pola makan yang kurang baik selama

kehamilan. Ketika lahir, 3 anak mengalami BBLR sedangkan 1

lainnya mempunyai berat badan lahir sebesar 2.700 gram.

Walaupun 1 anak lahir dengan normal, tetapi dari dari 3 anak yang

dilahirkan oleh ibu tersebut, anak ini memilki berat badan paling

Page 184: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

164

rendah ketika lahir jika dibandingkan dengan 2 saudara sebelumnya

yang memilki berat lahir lebih dari 3.000 gram.

Hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah

masih adanya makanan yang ditabukan oleh sebagian individu atau

masyarakat. Makanan yang ditabukan seperti, ketika hamil ibu

tidak boleh makan ikan karena takut gatal-gatal. Penelitian Fema

IPB dan Plan Indonesia (2008) memilki kesamaan dalam penelitian

ini. Dalam penelitian tersebut disebutkan masih adanya pantangan

atau tabu terhadap makanan yang dianut pada anak kecil, beberapa

makanan juga dianggap berpengaruh terhadap fisik dan psikis.

Penelitian lain menunjukkan hal yang sama dimana dalam

masyarakat tradisional diet wanita selama masa kehamilan dan

menyusui sering dihadapkan pada pantangan terhadap suatu jenis

makanan (Range, Naved, & Bhattarai, 1997).

Masih adanya kepercayaan dalam hal tabu kepada suatu jenis

makanan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip gizi dan jika hal

ini terus-menerus dilakukan maka dapat merugikan ststus gizi

khususnya pada balita, ibu hamil dan menyusui (Fema IPB dan

Plan Indonesia 2008). Adanya makanan yang ditabukan dalam

penelitian ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan yang

dimilki oleh masyarakat terlebih lagi pada mereka yang telah

berusia lanjut. Untuk itu perlu adanya peran dari petugas kesehatan

ataupun kader posyandu yang menjelaskan kepada ibu hamil

bagaimana pola makan yang baik. Dalam penelitian ini salah satu

Page 185: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

165

informan menganggap tabu jika mengkonsumsi ikan ketika hamil.

Tugas kader dalam masalah ini adalah menjelaskan bahwa dalam

keadaan hamil ibu mebutuhkan protein yang lebih banyak untuk

pertumbuhan janin, mengkonsumsi ikan ketika hamil merupakan

pola konsumsi yang baik dan perlu diteruskan.

Dalam penelitian ini, sebagian besar informan utama

melakukan pemeriksaan kehamilan yang rutin setiap bulan di

posyandu. Namun salah satu diantara informan tersebut ada yang

terlambat periksa, tetapi setelah itu ibu rutin datang ke posyandu.

Terjadi kecocokan informasi dari informan utama, keluarga, dan

kader bahwa memang ibu sering datang ke posyandu. Lebih dari

itu, 1 informan dapat menunjukkan buku KIA yang ketika dilihat

memang benar ibu tersebut rutin memeriksa kehamilan. Namun,

terdapat 1 informan utama yang jarang memeriksa kehamilannya,

kurang lebih hanya 2 kali selama masa kehamilan. Hal ini

disebabkan karena ibu bekerja sehingga waktu yang disediakan

untuk memeriksa kehamilan menjadi berkurang. Hal ini sejalan

dengan penelitian Yuliva dkk (2009), yang menyebutkan bahwa

keadaan kehamilan yang mestinya harus diperiksa sesuai jadwal,

mungkin menjadi sering terlupakan atau terabaikan begitu saja

karena situasi dan konsisi ibu yang disibukkan oleh pekerjaannya.

Dalam hal perilaku menimbang berat badan, frekuensinya

hampir sama dengan kedatangan ibu ke posyandu atau bidan untuk

memeriksa kehamilan. Hal ini karena, hampir bisa dipastikan

Page 186: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

166

setiap kali ibu memeriksa kandungan pasti diiringi dengan

penimbangan berat badan. Penelitian Rindang dkk (2006)

menyebutkan bahwa pertambahan berat badan kurang dari 9 Kg

selama kehamilan mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk

melahirkan bayi dengan berat badan 2.500 sampai 2999 gram.

Teori diatas dapat menjelaskan penelitian ini. Berdasarakan

hasil wawancara dengan informan utama, diketahui bahwa 1

informan yang makan seperti biasa ketika hamil mengalami

penambahan berat badan dari 98 menjadi 102 Kg. Dua informan

ketika hamil mengalami penurunan berat badan, salah satu diantara

mereka turun dari 65 menjadi 58 Kg. Ketika lahir semua anak

memilki berat badan kurang dari 3.000 gram bahkan 3 diantaranya

masih dibawah 2.500 gram. Hal ini mungkin disebabkan karena

pola makan yang berkurang ketika ibu tersebut hamil seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan 1 informan lainnya

mengaku jarang sekali menimbang berat badan ketika hamil. Hal

ini sesuai dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan yang hanya

sekitar 2 kali saja.

Dalam penelitian ini seluruh ibu mendapatkan tablet besi baik

itu dari kader maupun bidan. Dua informan mengatakan selalu rutin

meminum setiap hari, namun berdasarkan wawancara kepada

informan kelurga, diketahui bahwa salah satu dari ibu hanya

mengkonsumsi tablet besi selama 7 bulan. Setelah 7 bulan keatas

ibu tersebut tidak meminumnya karena takut anak lahir dalam

Page 187: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

167

keadaan besar. Hal ini mungkin disebabkan karena pengetahuan

yang kurang, nyatanya ketika anak lahir hanya memiliki berat

badan 2.100 gram. Padahal menurut AKG 2014, kebutuhan besi ibu

hamil trimester III justru bertambah.

Satu informan mengaku rutin mendapatkan tablet besi tetapi

tidak pernah tertelan dengan alasan menimbulkan aroma yang

kurang disukai. Hal ini mungkin disebabkan karena gangguan yang

ada pada sistem pencernaan ibu. Hal yang sama juga terjadi ketika

makan dan minum susu, ketika sudah masuk, ibu sering

memuntahkannya kembali. Namun demikian perilaku ibu tersebut

sudah baik dengan mau mengkonsusmsi tablet besi walaupun akan

dimuntahkan kembali.

Pemberian tablet besi ketika hamil merupakan hal yang

penting untuk kesehatan ibu dan janin. Namun, hal yang perlu

diperhatikan dalam masalah ini adalah bagaimana cara petugas

kesehatan ataupun kader memastikan kapsul yang diberikan

diminum dan bukan disimpan. Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kemauan ibu hamil mengkonsumsi

tablet besi adalah memberikan pengetahuan tentang tablet besi.

Petugas kesehatan atau kader dapat menjelaskan jika ibu hamil

tidak kekurangan zat besi dan tidak mengkonsusmsi tablet besi

yang diberikan maka akan meningkatkan risiko kesakitan ataupun

kematian ibu dan bayi, pertumbuhan janin akan terhambat dan

dapat melahirkan bayi BBLR.

Page 188: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

168

Dalam penelitian ini terdapat 3 informan utama yang

memberikan imunisasi TT 1 sampai 2 kali selama kehamilan.

Namun terdapat 1 informan yang tidak pernah mendapatkan

imunisasi tersebut ketika hamil. Sikap ibu yang mendapatkan

imunisasi mungkin disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki.

Hal ini diperkuat dengan jawaban ketika ibu ditanya “mengapa

diimunisasi”, sebagian ibu menjawab karena untuk menjaga

kesehatan anak.

Sikap ketiga informan tersebut juga sudah baik dengan tidak

menganggap imunisasi sebagai hal yang tabu. Berdasarkan

wawancara kepada kader, di wilayah penelitian masih banyak

masyarakat yang takut memberikan imunisasi atau vitamin kepada

anak karena takut anaknya menjadi sakit seperti panas, bahkan

lumpuh. Selain itu ada juga beberapa individu yang tidak

memberika imunisasi, ketika diajak mereka menjawab ―anak saya

tidak diimunisasi, tetapi tetap hidup‖. Untuk mengatasi masalah ini

diperlukan peran petugas kesehatan seperti kader yang lebih dekat

dengan masyarakat agar memberikan pengetahuan bahwa

pemberian imunisasi atau vitamin lainnya penting untuk

meningkatkan daya tahan tubuh yang berguna untuk mencegah

terjadinya penyakit.

Berdasarkan informasi yang didapat dari informan utama,

keluarga, dan kader posyandu diketahui bahwa dalam penelitian ini

terdapat satu informan yang sering bertnya ke posyandu baik

Page 189: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

169

kepada bidan ataupun TPG. Satu informan tidak pernah bertanya

atau meminta nasihat, 1 informan pernah bertanya namun tidak

dijalankan, sedangkan 1 informan lainnya hanya menanyakan

masalah pola makan kepada orang terdekat seperti ibu atau mertua.

Dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (Depkes, 2008), disebutkan

bahwa ketika hamil ada beberapa hal yang perlu dilakukan salah

satunya yaitu Meminta nasihat kepada petugas kesehatan tentang

makanan yang bergizi selama hamil untuk menjaga kesehatan ibu

dan bayi.

Satu informan yang sering bertanya tetapi tetap melahirkan

dengan masalah seperti BBLR mungkin disebabkan karena

ketidakpatuhan terhadap saran yang diberikan oleh bidan atau TPG.

Hal ini terbukti dari pola makan ibu selama kehamilan yang sama

seperti sebelum hamil, bahkan berdasarkan informasi dari informan

keluarga ibu ketika hamil makannya berkurang dari biasanya.

Padahal, menurut anjuran yang terdapat dalam buku KIA

disebutkan bahwa ketika hamil pola makan harus mengikuti saran

yang diberikan oleh petugas kesehatan dan makan 1 piring lebih

banyak dari waktu sebelum hamil (Depkes, 2008). Berbicara buku

KIA, ibu inilah satu-satunya yang memilki buku tersebut

sedangkan informan lainnya tidak mempunyai karena berbagai

alasan. Hal ini seharusnya menjadi kelebihan ibu dengan bisa

membaca beberapa pesan yang disampaikan dalam buku tersebut.

Namun dalam praktiknya ternyata ibu tidak bisa menjalankan.

Page 190: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

170

Dalam penelitian ini 2 informan ketika hamil aktivitas

fisiknya biasa saja seperti melakukan pekerjaan rumah, namun

terkadang olahraga dengan berjalan kaki. Satu informan tidak

melakukan aktivitas apapun selama 7 bulan karena kondisi tubuh

yang kurang baik. Sedangkan 1 informan lainnya mempunyai

aktivitas fisik yang cuckup berat yaitu bekerja sebagai petugas

kebersihan dan ketika berangkat bekerja ibu menggunakan sepeda.

Penelitian Karima dan Achadi (2012), mengatakan bahwa ibu

rumah tangga yang berstatus tidak bekerja kemungkinan

mengerjakan pekerjaan rumah yang menuntut kegiatan fisik yang

cukup tinggi.

Penelitian Yuliva dkk (2009) menjelaskan temuan ini,

pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik yang berat menurut teori

akan mengeluarkan energi yang besar untuk dapat menyelesaikan

tugas atau pekerjaan yang dilakukannya, sehingga seorang peketrja

seperti ini membutuhkan masukan nutrisi yang besar mengingat

energi yang dikeluarjan juga besar apalagi yang melakukan

pekerjaan adalah ibu hamil. Apabila masukan nutrisi yang

dikonsumsi oleh ibu tidak mencukupi maka hal ini dapat

mengurangi energi atau kalori yang tersedia untuk janin, karena

sebagian besar energi yang diperlukan terpakai oleh pekerjaan yang

dilakukan ibu. Keadaan seperti ini merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi berat lahir bayi yang nantinya akan

dilahirkan.

Page 191: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

171

Pola asuh perawatan ibu ketika hamil mengenai pola makan

yang kurang baik dan adanya ibu yang tidak mengkonsumsi tablet

besi mungkin disebabkan karena adanya gangguan dalam

pencernaan ibu tersebut. Selain itu, ketidakpatuhan terhadap saran

yang diberikan dan adanya rasa tidak mau makan menjadi salah

satu penyebab pola makan ibu berkurang ketika hamil.

Baiknya perilaku sebagian besar ibu dalam memeriksa

kehamilan, pemberian imunisasi ketika hamil, konsumsi tablet besi

mungkin disebabkan karena adanya keinginan untuk sehat dan

menghindari anak dari masalah ketika dilahirkan. Sedangkan ibu

yang tidak diberikan imunisasi dan jarang memeriksa kehamilan

mungkin disebabkan karena pengetahuan dan kemauan yang

kurang ditambah lagi dengan kesibukannya bekerja.

Page 192: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

172

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

1. Pola asuh pemberian ASI eksklusif masih kurang baik dimana

sebagian besar anak tidak diberikan. Meskipun demikian, masih ada 1

informan yang memberikan anaknya ASI eksklusif selama 6 bulan.

Penyebab anak stunting tetapi diberikan ASI eksklusif mungkin

disebabkan karena masalah sulit makan dan adanya penyakit

pernapasan pada anak. Makanan yang diberikan kepada anak sebelum

usia 6 bulan adalah susu formula, air tajin, pisang, produk X, dan

bubur tepung yang dicampur susu. Dua dari 4 informan meneruskan

pemberian ASI sampai 2 tahun sedangkan 2 informan lagi hanya

sampai 7 dan 12 bulan.

2. Pola asuh pemberian makanan pendamping ASI masih kurang dari

variasi, porsi dan frekuensi pemberiannya. Variasi yang diberikan,

biasanya anak lebih sering makan dengan nasi dan satu macam lauk

seperti telur. Porsi untuk anak tidak sesuai yang dianjurkan karena

anak sulit untuk makan, jika dihitung berdasarkan suapan, banyaknya

hanya 2-5 suapan saja. Frekuensi makan yang diberikan kepada anak

banyaknya 2-3 kali pemberian makanan dalam sehari. Padahal

frekuensi makan yang baik untuk anak adalah sedikit tetapi sering

karena perut anak yang masih kecil. Kebiasaan jajan anak yang

172

Page 193: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

173

berbarengan atau tidak diatur dengan waktu makan dan

mengkonsumsi makanan yang lebih bayak mengandung karbohidrat

dan perasa seperti vetsin menjadi masalah dalam penelitian ini karena

orang tua terpaksa menuruti kemauan anak untuk menghindari anak

menangis.

3. Pola asuh penyiapan dan penyimpanan makan secara umum kurang

baik. Terutama dalam hal penyajian makan anak yang hanya ditaruh

begitu saja diatas piring tanpa adanya variasi bentuk dan warna untuk

menarik anak makan. Kebersihan ibu dan anak saat menyiapkan dan

menyajikan makanan terlihat kurang baik karena tidak mencuci tangan

dahulu sebelum memberikan makan kepada anak, proses pemasakan

makanan yang terlalu matang, penyimpanan makanan, seringnya

membeli makanan dari luar dan variasi menu makanan yang diberikan

kepada anak. Namun terdapat perilaku baik yang ditunjukkan dari cara

anak makan yang membutuhkan proses pembelajaran, kebersihan saat

mengolah makanan dimana sebelumnya dicuci bersih, kebersihan

peralatan masak dan makan yang selalu dicuci pakai sabun dan ada

yang sampai direbus dahulu.

4. Pola asuh praktik kesehatan dasar di rumah masih kurang baik dari

segi pencegahan anak agar tidak terserang penyakit. Hal tersebut

terlihat dari ibu yang membiarkan anak main di sekitar rumah tanpa

pengawasan, kebersihan anak yang kurang diperhatikan dan terdapat

anak yang diberikan makanan yang jatuh ke lantai. Dalam hal

penanganan pertama ketika anak jatuh sakit, dua dari empat informan

Page 194: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

174

langsung membawa anaknya yang sakit ke puskesmas atau rumah

sakit. Namun 2 informan lainnya hanya memakai cara sederhana

seperti mengurut dan mengerik. Perilaku pemberian imunisasi dan

pemakaian obat secara umum sudah baik walaupun ada 1 informan

yang kadang tidak menghabiskan obat yang seharusnya dihabiskan.

5. Pola asuh pencarian layanan kesehatan menunjukkan sikap yang baik

dimana seluruh informan mengaku penting rutin datang ke posyandu

untuk memantau pertumbuhan dan kesehatan anak. Namun, hanya 3

dari 4 informan yang rutin datang ke posyandu untuk memeriksa

anaknya setiap bulan. Dari segi pencarian informasi kesehatan yang

berguna untuk anak, hanya 1 informan yang sering berkonsultasi

kepada bidan atau TPG di posyandu atau puskesmas. Informan

lainnya mengaku hanya bertanya kepada orang yang lebih

berpengalaman seperti saudara atau orang tua.

6. Pola asuh praktik higiene dan sanitasi lingkungan secara umum masih

kurang baik. Terutama dalam hal perilaku ibu setelah anak buang air

kecil atau besar, tindakan ibu sebelum anak makan, keberadaan kakus

dan hewan peliharaan di sekitar rumah, pengelolaan sampah, upaya

ibu agar anak tetap bersih, lingkungan bermain anak, dan pengawasan

ibu ketika anak bermain. Meskipun demikian, sumber air yang

digunakan keluarga sudah baik dimana sebagian besar keluarga

mengunakan sumber air dari sumur, sedangkan 1 informan

menggunakan air PAM. Untuk kebutuhan minum, seluruh keluarga

Page 195: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

175

menggunakan air isi ulang. Sebagian informan mengatakan air dari

sumur dirumahnya tidak bisa diminum karena kurang keruh.

7. Pola asuh perawatan ketika hamil secara umum sudah baik terutama

dalam hal pemeriksaan kandungan, konsumsi tablet penambah darah,

imunisasi TT. Dalam hal pola makan selama kehamilan dan cara

mengetahui asupan yang benar ketika hamil secara umum

menunjukkan perilaku yang kurang baik. Selama kehamilan, 2

informan hanya beraktivitas biasa seperti mengurus rumah. Namun 1

informan tidak memiliki aktivitas apapun selam kehamilan karena

sakit dan 1 informan lainnya memilki aktivitas cukup berat dimana ibu

bekerja sebagai petugas kebersihan.

7.2. Saran

1. Hasil penelitian dapat dikembangkan melalui penelitian kualntitatif

untuk mengetahui penyebab stunting dengan desain studi case control.

2. Pihak puskesmas melakukan penyuluhan, diskusi atau cara lainnya

untuk meningkatkan pengetahuan kader mengenai apa itu stunting,

penyebab dan cara mengatasinya. Pemberian pengetahuan kepada

kader dapat dilakukan dalam kegiatan rutin bulanan atau ketika TPG

dan bidan berkunjung ketika jadwal posyandu.

3. Puskesmas perlu mencetak materi pemantauan status gizi balita dan

memberikannya kepada kader agar dapat melakukan

penyuluhan/pendidikan kepada masyarakat mengenai masalah gizi

pada balita dengan lebih baik.

Page 196: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

176

4. Perlunya kesadaran dari setiap individu dan rumah tangga untuk dapat

menjaga lingkungan, salah satunya dengan cara membuang sampah

dengan teratur dan tidak dibuang di kebun atau di sungai.

5. Peran aktif ibu atau pengasuh sangat dibutuhkan dalam pemberian

makan kepada anak. Ibu atau pengasuh dianjurakan untuk rutin datang

ke posyandu dan menanyakan kepada kader ataupun petugas

kesehatan yang ada bagaimana cara makan yang baik untuk anak

terutama dari segi porsi, frekuensi dan variasi. Selain itu jadwal

makan anak juga perlu diperhatikan agar tidak berbarengan dengan

jajan anak.

6. Perlunya peran ibu atau pengasuh untuk mencegah anak jajan yang

kurang baik dengan cara ibu atau pengasuh dapat membuat sendiri

„jajanan‟ untuk anak, sehingga anak tidak tergiur untuk jajan. Selain

itu, ibu atau pengasuh perlu mengatur waktu makan dengan selingan

yang diberikan agar jadwal makan anak tidak terganggu.

7. Untuk mengatasi masalah sulit makan pada anak, ibu atau pengasuh

dapat mengatasinya dengan salah satu cara seperti membuat bentuk

yang unik dan warna yang menarik pada makanan anak sehingga anak

lebih tertarik untuk makan.

8. Sebaiknya makanan matang langsung diberikan kepada anak.

Disarankan kepada ibu atau pengasuh agar memperhatikan cara

menyimpan makanan yang baik seperti ditutup rapat agar makanan

tidak tercemar debu ataupun bakteri yang dapat menjadi penyebab

timbulnya penyakit infeksi seperti diare. Selain itu, kebersihan saat

Page 197: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

177

menyiapkan dan menyajikan makanan harsus diperhatikan, salah

satunya dengan mencuci tangan dengan sabun ketika akan

memberikan makan kepada anak.

9. Untuk ibu atau pengasuh agar lebih memperhatikan kebersihan anak

sehari-hari baik ketika bermain, tidur, dan ketika dimanapun anak

berada.

10. Dibutuhkannya peran aktif kader dalam mensosialisasikan jadwal

posyandu. Informasi akan dilaksanakannya posyandu sebaiknya

jangan dilakukan tepat pada saat kegiatan akan dimulai. Hal ini dapat

membuat ibu tidak datang karena informasi yang mendadak.

11. Ketika kader menemukan anak dengan status gizi stunting, maka

kader tersebut harus memberikan pesan kepada pengasuh untuk

menjaga/meningkatkan kebersihan lingkungan dan individu agar anak

tidak mudah terserang penyakit. Selain itu ketika memberikan pesan

mengenai pemberian makan, pesan utama yang perlu disampaikan

selain porsi, variasi, dan frekuensi pemberian makan yaitu, anak perlu

lebih banyak diberikan makanan sumber protein. Jika faktor ekonomi

memungkinkan untuk membeli sumber protein hewani seperti daging

dan ikan, hal itu lebih baik.

12. Kader posyandu dapat memberikan pengetahuan tentang apa yang

dimaksud ASI eksklusif dan pentingnya ASI eksklusif bagi anak.

pentingnya pemberian ASI eksklusif dengan melakukan penyuluhan

dan kunjungan rumah kepada ibu hamil dan ibu menyusui. Ketika

melakukan penyuluhan ataupun konsultasi, kader harus ikut

Page 198: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

178

memahami keluhan mengenai pemberian ASI eksklusif, mencari

solusi terbaik bersama-sama, selain itu kader perlu memberikan

perhatian dan informasi yang diperlukan oleh ibu hamil dan menyusui

tersebut.

13. Peran untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI tidak hanya

menjadi tugas tenaga kesehatan ataupun kader, tetapi diperlukan pula

peran suami untuk mendorong istrinya agar mau memberikan ASI

kepada anaknya. Selain itu, tokoh agama seperti ustadz pun dapat

berperan dalam masalah ini dengan memberikan ceramah ataupun

pengajian-pengajian, karena masalah ini terdapat dalam salah satu

ayat dalam Kitab Suci Al-Quran yang menganjurkan para ibu untuk

menyusui anaknya sampai usia 2 tahun.

14. Kader harus bersikap ramah dan menjaga agar tidak mengeluarkan

kata yang menyinggung perasaan jika ada ibu yang bertanya. Sikap

yang ramah dari kader dapat membuat ibu merasa dihargai dan

membuat ibu tersebut mau untuk datang kembali ke posyandu.

15. Kader posyandu atau petugas kesehatan harus bisa memastikan tablet

besi yang diberikan kepada ibu hamil benar-benar diminum dan tidak

hanya disimpan. Cara yang dapat dilakukan agar ibu mau

mengkonsumsi tablet besi tersebut yaitu dengan cara memberikan

pengetahuan mengenai dampak yang ditimbulkan jika tidak

mengkonsusmsi tablet tersebut.

16. Disarankan kepada pihak kelurahan setempat untuk meningkatkan

penanganan terhadap sampah dengan berkoordinasi kepada pihak

Page 199: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

179

puskesmas sebagai fasilitator dan pihak RW serta RT sebagai

penggerak pada masyarakat di wilayahnya.

Page 200: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

180

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. (2006). Imunisasi : Mengapa Perlu ? seri kesehatan masyarakat

Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Adi, Annis Catur., Andrias, Ririn Dwi. 2011. Balita Pada Rumah tangga Miskin

Di Kabupaten PrioritasKerawanan Pangan Di Indonesia Lebih Rentan

Mengalami Gangguan Gizi. Child Poverty and Social Protection

Conference.

Adriani, M., & Kartika, V. (2013). Pola Asuh Makan Pada Balita Dengan Status

Gizi Kurang Di Jawa Timur, Jawa Tengah Dan Kalimantan Tengah, Tahun

2011. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 16 No. 2 April 2013: 185–

193, vol. 16 No. 2 April 2013, 185-193.

Akhmadi. 2009. Pengalaman Keluarga Merawat Anak Usia Sekolah dengan

Obesita yang Bersekolah di Sekolah Dasar Kota Yogyakarta. Tesis.

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan: Gizi Bayi.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan : Gizi Menyusui.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Amir, A. (2009). Pengaruh Penyuluhan Model Pendampingan Terhadap

Perubahan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan.

Andriany, Poppy., Joelimar, Felix A., Djoharnas, Herawati. 2008. Perbedaan

Pola Kurva Keparahan Karies Gigi Susu dan Gigi Tetap serta Faktor

yang Berperan, pada Anak dengan Status Gizi Kurang dan Gizi

Baik. Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(3): 247- 253.

Arifin, Dedi Zaenal., Indasari, Sri Yusnita., Sukandar, Hadyana. 2012. Analisis

Sebaran dan Faktor Risiko Stunting pada Balita di Kabupaten

Purwakarta. Epidemiologi Komunitas FKUP. Diakses dari

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2013/07/pustaka_unpad_analisis_sebaran_dan_faktor_risik

o_stunting .pdf.

Atussoleha, Mutiara Imro. 2012. Hubungan Antara Status Gizi, ASI Eksklusif, dan

Faktor Lain terhadap Frekuensi Diare pada Anak Usia 10-23 Bulan di

Page 201: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

181

Puskesmas Tugu, Depok Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Aula, Lisa Ellizabet. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya

SisaMakanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta.

Skripsi.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Auliana, Rizqie. 2011. Gizi Seimbang dan Makanan Sehat untuk Anak Usia Dini.

Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/rizqie-

auliana-dra- mkes/gizi- seimbang-dan-makanan-sehat-untuk-anak-

usia- dini.pdf

Ayu, S. D. (2008). Pengaruh Program Pendampingan Gizi Terhadap Pola Asuh,

Kejadian Infeksi Dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein.

Azis, N. R. A., & H.Muzakkir. (2014). Faktor Risiko Gizi Buruk Pada Anak

Balita. Journal of Pediatric Nursing, Vol. 1(2), April 2014(63-69).

Bappenas. 2013. 1000 Hari Pertama Kehidupan, Buletin 1. Diakses dari

http://www.bappenas.go.id/files/3213/8848/0645/Buletin-

1IND_1000HPK_2013-10 03.pdf.

BPS Kota Tangerang. 2011. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kota

Tangerang. Diakses dari

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&

cad=rja&uact=8&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fsis.tangerangk

ota.go.id%2Findex.php%2Fhome%2Fdownload%2Fpublikasi_statistik%2F

51%2Ffd9c202ade938a44051 b29daa98aed49.pdf&ei=zN34VIa8FM-

yuAT6lYCABg&usg=AFQjCNF2H7DQwt2R8yD4ryqo8VY5mpUcw&sig

2=SeDXIWwDHPbMJy9jucxHHw.

Cahyaningsih, Chairani Tri., Kushadiwijaya, Haripurnomo., Tholib, Abu. 2009.

Hubungan Higiene Sanitasi dan Perilaku Penjamah Makanan dengan

Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan di Warung Makan. Berita

Kedokteran Masyarakat Vol. 25, No. 4, Desember 2009

Candra, Aryu., Puruhita, Niken., Susanto, JC. 2011. Risk Faktor Stunting among

1-2 Years Old Children in Semarang City. Media Medika Indonesiana,

Volume 45, 206 Nomor 3, Tahun 2011.

CORE. (2003). Positive Deviance & Hearth : Sebuah Buku Panduan Pemulihan

yang Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi.

Daymon, Christine., Holloway, Immy. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif

dalam Public Relations dan Marketing Communication. Bandung. PT

Bentang Pustaka

Depkes RI. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi

Buruk 2005-2009.

Page 202: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

182

. 2008. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Gerakan Nasional Pemantauan

Tumbuh Kembang Anak.

. 2008. Laporan Hasil Riset Kehehatan Dasar Provinsi Banten Tahun

2007. Jakarta: Departemen Kesehatan.

. 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi

Banten Tahun 2007.

. 2011. Laporan Hasil Riset Kehehatan Dasar Indonesia Tahun 2010.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

. 2012. Umur Sama, Tinggi Badan Berbeda. Diakses dari

http://www.gizikia.depkes.go.id/terbitan/umur-samatinggi-badan-

berbeda/?print=pdf.

. 2014. Laporan Hasil Riset Kehehatan Dasar Indonesia Tahun 2013.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Engle, P. L., Menon, P., & Haddad, L. (1996). Care and Nutrition : Concept and

Measurement. International Food Policyresearch Institute.

Ernawati, Aeda. 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi

Lingkungan, Tingkat Konsusmsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak usia 2-

5 Tahun di Kabupaten semarang Tahun 2003. Tesis. Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro

Ernawati, Fitrah., Kartono, Djoko., Puspitasari, Dyah Santi. 2011. Hubungan

Antenatal Care dengan Berat Badan Lahir bayi di Indonesia (Analisis

Lanjut Data Riskesdas 2010). Gizi Indon 2011 Vol. 34, No. 1, : 23-31

Ernawati, Fitrah., Rosmalina, Yuniar., Permanasari, Yurista. 2013. Pengaruh

AsupanProtein Ibu Hamil dan Panjang Badan Bayi Lahir terhadap kejadian

Stunting pada Anak Usia 12 Bulan di Kabupaten Bogor. Penelitian Gizi

dan Makanan, Vol. 36 (1), Juni 2013

Ersiyoma, Erida. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pola Asuh, Status Gizi,

dan Status Kesehatan Anak Balita di Wilayah Program warung Anak Sehat

(WAS) Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia Institut

Pertanian Bogor

Fema IPB dan Plan Indonesia. (2008). Analisis Situasi Ketahanan Pangan dan

Gizi dan Program untuk Memperkuat Ketahanan Pangan dan Memperbaiki

Status Gizi Anak di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa

Tenggara Timur.

Fitriana., Hartoyo., Nasution, Amini. 2007. Hubungan pola asuh, status gizi dan

status kesehatan anak balita korban gempa dan tsunami di Nanggroe Aceh

Darussalam. Media Gizi dan Keluarga 31(2): 12-19.

Page 203: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

183

Giri, M. K. W., Suryani, N., & K, P. M. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Ibu Tentang Pemberian Asi Serta Pemberian Asi Eksklusif Dengan

Status Gizi Balita Usia 6–24 Bulan (Di Kelurahan Kampung Kajanan

Kecamatan Buleleng). Jurnal Magister Kedokteran Keluarga, Vol. 1 No. 1,

24-37.

Hanum, Farida., Khomsan, Ali., Heryatno, Yayat. 2014. Hubungan Asupan Gizi

Dan Tinggi Badan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita. Jurnal Gizi dan

Pangan, Maret 2014, 9(1): 1—6.

Hendarwan, Harimat. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Ibu Balita dalam Pencarian Pengobatan pada Kasus-Kasus Balita dengan

Gejala Pneumonia di Kabupaten Serang. Media Litbang Kesehatan Vol.

XV, No. 3 Tahun 2005

Hermina. (1992). Keragaan Pengetahuan Gizi dan Pengetahuan Praktek

Pemberian Makanan Bayl dan Anak Dari Ibu Dengan Ballta Glzl Buruk di

Daerah Bogor dan Sekitarnya. PGM 1992, 15, 12-20.

Hidayat, T. S., & Fuada, N. (2011). Hubungan Sanitasi Lingkungan, Morbiditas

dan Status Gizi Balita di Indonesia. PGM 34(2), 34(2), 104-113.

Hidayat, T. S., & Jahari, A. B. (2012). Perilaku Pemanfaatan Posyandu

Hubungannya Dengan Status Gizi Dan Morbiditas Balita. Bul. Penelit.

Kesehatan, Vol. 40 No. 1, Maret 2012, 1-10.

Ibrahim, A. M. M., & Alshiek, M. A. H. (2010). The impact of feeding practices

on prevalence of under nutrition among 6-59 months aged children in

Khartoum. Sudanese Journal Of Public Health, vol. 5 No. 3 July 2010.

IDAI. 2013. ASI Eksklusif pada Ibu yang Bekerja. Diakses dari

http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/asi-eksklusif-pada-ibu-yang-

bekerja.html

2013. Pemberian ASI pada Bayi Lahir Kurang Bulan. Diakses dari

http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/pemberian-asi-pada-bayi-lahir

kurang-bulan.html

Indriyan, S. (2013). Gizi Buruk dan Pola Asuh Anak. iakses dari

http://pdrc.or.id/index.php?option=com_content&view=category&layout=

blog&id=66&Itemid=32&lang=en.

Iswarawanti, Dwi Nastiti. 2010. Kader Posyandu: Peranan dan Tantangan

Pemberdayaannyadalam Usaha Peningkatan Gizi Anak di Indonesia. Jurnal

Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 04, Hal. 169-173

Juliawan, D. E., Prabandari, Y. S., & Hartini, T. N. S. (2010). Evaluasi Program

Pencegahan Gizi Buruk Melalui Promosi Dan Pemantauan Pertumbuhan

Anak Balita. Berita Kedokteran Masyarakat, vol. 26, Maret 2010.

Page 204: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

184

Karima, Khaula., Achadi, Endang L. 2012. Status Gizi Ibu dan Berat Badan Lahir

Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 3, Oktober 2012

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi: Situasi dan Analisis

ASI Eksklusif.

Keputusan Gubernur Banten Nomor : 561/Kep.506-Huk/2014 Tentang Penetapan

Upah Minimum Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten Tahun 2015. Diakses

dari http://betterwork.org/in-labourguide/wp-content/uploads/SK_KEP-

GUB.BANTEN_UMK2015.pdf

Khomsan, A., & Ridhayani, S. (2008). Menu Sehat untuk Tumbuh Kembang Anak

Usia 6-24 Bulan. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.

Krisnatuti, D., Syarief, H., Soekirman, Hardinsyah, & Saefuddin, A. (2006).

Analisis Status Gizi Anak Usia Bawah Dua Tahun (Baduta) pada Program

Jaring Pengaman Sosial Bidang kesehatan. Media Gizi dan Keluarga, 30(1),

jULI 2006, 1-14.

Lubis, Khairida Afni. 2010. Analisis Kualitatif Pola Asuh Balita Gizi Buruk di

Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa Kota

Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Lubis, Zulhaida. 2003. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya terhadap Bayi

yang Dilahirkan.

Luciasari, Erna., Permanasari, Yurusta., Almasyhuri. 2011. Faktor-Faktor

Penyimpangan Positif (Positive Deviance) Status Gizi Balita pada

Keluarga Miskin di Kabupaten Gizi- Kurang Rendahdan Tinggi di

Provinsi Sulawesi Selatan. PGM Vol. 34, No. 2, 2011

Lutfiana, Nurlaela. 2012. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Gizi Buruk Pada Lingkungan Tahan Pangan dan Gizi (Studi Kasus Di

Puskesmas Kendal I Tahun 2012. Skripsi. Universitas Negeri

Semarang. Diakses dari . http://lib.unnes.ac.id/18287/1/6450407024.pdf.

Makmur, Asmilia. 2008. Analisis Pelaksanaan Usaha Perbaikan Gizi balita di

Posyandu Terintegrasi Taman Posyandu di Desa Kedawung Kab.

Kebumen Tahun 2008. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia

Mandl, P. E. (1981). Program-Program yang Dianjurkan Unicef untuk Meyokong

Kebiasaan Menyusui Menyusui dan Kesehatan.

Martianto, D., Riyadi, H., & Ariefiani, R. (2011). Pola Asuh Makan Pada Rumah

Tangga Yang Tahan Dan Tidak Tahan Pangan Serta Kaitannya Dengan

Page 205: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

185

Status Gizi Anak Balita Di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Gizi dan

Pangan, 6(1), 51-58.

Matondang, C. S., Siregar, S. P., & Akib, A. A. P. (2011). S. Imunisasi Pedoman

Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

MCA-Indonesia. 2014. Modul Pelatihan Konseling : Pemberian Makan Bayi dan

Anak. Diakses dari http://mca-indonesia.go.id/kabar-kami/unduh-sekarang-

modul- pelatihan-pemberian-makan-bayi-dan-anak-pmba/

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis. SAGE

Publication. United States Of America.

Muharyani, Putri Widita. 2012. Hubungan Praktik Pemberian Makan dalam

Keluarga dengan Kejadian Sulit Makan pada Populasi Balita di Koto

Batu Kota Palembang. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia

Mulyati, Sri., Sandjaja., Tjandrarini, Dwi hapsari. 2008. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Underweight pada anak usia 24-59 Bulan di

Nanggroe Aceh Darussalam. PGM Vol. 31, No. 1, 2008

Nasikhah, Roudhotun., Margawati, Ani. 2012. Faktor Risiko Kejadian stunting

pada balita Usia 24-36 Bulan di Kecamatan Semarang Timur. Journal

Of Nutrition College Vol. 1, No. 1 (2012). Diakses dari

http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/738/714

Nency, Y., & Arifin, M. T. (2005). Gizi Buruk Ancaman Generasi yang Hilang.

Vol.5/XVII/November 2005, vol.5/XVII(ISSN : 2085-871X).

Nisa, F. Z. (2013). Pola Asuh Anak Salah Akibatkan Gizi Buruk. Penyampaian

Dilakukan Dalam Menyongsong Diselenggarakannya Simposium

Internasional ―Wellness, Healthy Lifestyle And Nutrition‖.

Nurhayati, Ai., Sudewi. 2009. Reka Cipta Menu Balita Sebagai Upaya Mengatasi

Sulit Makan dan Kurang Gizi Pada Balita. Media Pendidikan, Gizi dan

Kuliner, Vol. 1, No. 1, Oktober 2009

Oktarina, Zilda., Sudiarti, Trini. 2013. Faktor Risiko Stunting pada Balita 24-54

Bulan di Sumatera. Jurnal Gizi dan pangan, November 2013, 8(3)

Onis, Mercedes de., Blossner, Monika., Bprghi, Elaine. Prevalence and Trends

of Stunting Among Pre-School children, 1990-2020. Public Health

Nutrition/ Volume 15/ Issue 01/ January 2012, pp 142-148

Perkumpulan Perinatologi Indonesia. 2013. Pelatihan Penatalaksanaan Bayi

Berat Lahir Rendah. Diakses dari

http://idai.or.id/wpcontent/uploads/2013/05/Brosur- BBLR-Peb-

2013.pdf

Page 206: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

186

Picauly, Intje., Toy, Sarci Magdalena. 2013. Analisis Determinan Dan Pengaruh

Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba

Timur, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8(1): 55—62.

Prihastuti. 2013. Malaksanakan Prosedur Sanitasi dan Higiene di Area Kerja.

Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prihastuti-ekawatiningsih

spdmpd/melaksanakan-prosedur-sanitasi-di-tempat-kerja-pkh-2010.pdf

Proverawati, Atikah., Asfuah, Siti. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.

Jakarta. Nuha Medika

Pujiyanto. 2008. Faktor Sosio Ekonomi yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum

ObatAntihipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 3,

Desember 2008

Putri, Arya Dwiandana., Setiawina, Nyoman Djinar. 2013. Pengaruh Umur,

Pendidikan, Pekerjaan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin di

DesaBebandem. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol.

2, No. 4, April 2013

Rahayu, Leni Sri. 2011. Hubungan Pendidikan Orang Tua Dengan Perubahan

Status Stunting Dari Usia 6-12 Bulan Ke Usia 3-4 Tahun. Proseding

Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011.

Range, S. K. K., Naved, R., & Bhattarai, S. (1997). Child Care Practices

Associated With Positive And Negative Nutritional Outcomes For Children

In Bangladesh: A Descriptive Analysis. Food Consumption and Nutrition

Division, International Food Policy Research Institute.

Renyoet, Brigitte Sarah., Hadju, Veni., Rochimiwati, ST Nur. 2013. Hubungan

Pola Asuh dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah

Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar. Diakses dari

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5513/Jurnal.pdf?s

equence= 1

Rindang, Elmy., Fatmah., Irawati, Anies. 2006. Hubungan Pertambahan Berat

Badan Selama Kehamilan dengan Berat Lahir Bayi di Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Bogor Tahun 2001-2003. Gizi Indon 2006 Vol. 2

Riyadi1, H., Martianto, D., Hastuti, D., Damayanthi, E., & Murtilaksono, K.

(2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Balita Di

Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal

Gizi dan Pangan, 2011, 6(1)(66-73).

Rosha, Bunga CH., Hardinsyah., Baliwati, Yayuk Farida. 2012. Analisis

Determinan Stunting Anak 0-23 Bulan Pada Daerah Miskin Di Jawa

Tengah Dan Jawa Timur. Panel Gizi Makan 2012, 35(1): 34-41.

Page 207: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

187

Sab‟atmaja, S., Khomsan, A., & Tanziha, I. (2010). Analisis Determinan Positive

Deviance Status Gizi Balita Di Wilayah Miskin Dengan Prevalensi Kurang

Gizi Rendah Dan Tinggi. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2010 5(2): 103 –

112, Juli 2010 5(2), 103-112.

Sandy, Samuel., Sumarni, Sri., Soeyoko. 2015. Analisisi Model FaktorRisko yang

Mempengaruhi Infeksi Kecacingan yang Ditularkan Melalui Tanah pada

Siswa sekolah Dasar di Distrik Arso kabupaten Keerom Papua. Media

Litbangkes Vol. 25, No. 1, Maret 2015

Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2010. Analisis Pemanfaatan Program Pelayanan

Kesehatan Status Gizi Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.

5, No. 2, Oktober 2010

Soetardjo, Susirah. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan: Gizi Anak.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sofiyana, D., & Noer, E. R. (2013). perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku

ibu sebelum dan setelah konseling gizi pada balita gizi buruk. Journal Of

Nutrition college, Volume 2, nomor 1, 134-144.

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Supraptini., Hapsari, Dwi. 2011. Status Gizi Balita berdasarkan Kondisi

Lingkungan dan Status Ekonomi (Data Riskesdas 2007). Jurnal ekologi

Kesehatan Vol. 10, No. 2, Juni 2011

Tjukarni, Trintin., Prihatini, Sri., Hermina. 2011. Faktor Pembeda Prevalensi Gizi

Kurang dan Burukpada Balita di Daerah Tidak Miskin. Buletin Penelitian

Kesehatan Vol. 39, No. 2, 2011

Ulfah, I. M. (2008). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Pengetahuan Gizi Dan Pola

Asuh Kaitannya Dengan Diare Anak Balita, Di Desa Cikarawang Bogor.

Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Ulfani, Dian Hani., Martianto, Drajat., Baliwati, Yayuk Farida. 2011. Faktor-

Faktor Sosial Ekonomi Dan Kesehatan Masyarakat Kaitannya Dengan

Masalah Gizi Underweight, Stunted, Dan Wasted Di Indonesia:

Pendekatan Ekologi Gizi. Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 59–65.

UNICEF. Booklet Pesan Utama, Paket Konseling: Pemberian Makan Bayi dan

Anak. Diakses dari http://www.unicef.org/indonesia/id/PaketKonseling-

3Logos.pdf

UNICEF Indonesia. (2012). Laporan Tahunan 2012. Diakses dari

http://www.unicef.org/indonesia/id/UNICEF_Annual_Report_(Ind)_130731

.pdf.

Page 208: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

188

Usfar, Avita A., Iswaranti, Dwi N., Davelyna Devy., Dillon, Drupadi. 2010 Food

and Personal Hygiene Perceptions and Practices among Caregivers

Whose Children Have Diarrhea: A Qualitative Study of Urban

Mothers in Tangerang, Indonesia. Journal of Nutrition Education and

Behavior Volume 42, Number 1, 2010.

Veriyal, N. (2010). Analisis Pola Asuh Ibu Terhadap Balita Kurang Energi

Protein (KEP) yang Mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan

Kabupaten Tangerang Tahun 2010. Skripsi. (UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta).

Welasasih, B. D., & Wirjatmadi, R. B. (2012). Beberapa Faktor yang

Berhubungan dengan Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian Journal of

Public Health, vol. 8, No. 3 Maret 2012, 99-104.

WHO. 1997. Child Growth Indicators and Their Interpretation.

.2003. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. Diakses dari

whqlibdoc.who.int/publications/2003/9241562218.pdf

.2007. Community-Based Management Of Severe Acute Malnutrition.

Geneva.

.2014. Complementary Feeding. Diakses dari

http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/.

Yuliva., Ismail, Djauhar., Rumekti, Diah. 2009. Hubungan Status Pekerjaan Ibu

dengan Berat Lahir Bayi di RSUP dr. M. Djamil Padang. Berita

Kedokteran Masyarakat vol. 25, No. 2, Juni 2009

Zeitlin, M. (2000). Gizi Balita Di Negara-Negara Berkembang, Peran Pola Asuh

Anak : Pemanfaatan Hasil Studi Penyimpangan Positif Untuk Program

Gizi. Paper presented at the Widyakarya Pangan dan Gizi VII, Jakarta.

Zottareli LK., Sunil., TS., Rajaram, S. 2007. Influence of Parental and

Sosioecenomic Factor on Stunting in Children Under 5 Years in Egypt.

East Mediterr Health J. 2007 Nov-Dec;13(6):1330-42. Diakses dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1834118.

Page 209: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

LAMPIRAN

Page 210: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN
Page 211: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN
Page 212: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN
Page 213: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN
Page 214: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN
Page 215: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI PENGASUH UTAMA

BALITA STUNTING

Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Nama Anak :

Pemberian ASI Eksklusif

1. Makanan apa saja yang diberika kepada anak ketika usia 0- 6 bulan?

2. Berapa lama ASI diberikan kepada anak?

3. Mengapa ibu memberikan/ tidak memberikan ASI saja selama 6 pertama

usia anak?

Pemberian Makanan Pendamping ASI

1. Makanan apa saja yang diberikan kepada anak?

2. Bagaimana porsi atau banyaknya makanan yang diberikan kepada anak?

3. Berapa kali anak diberi makan pokok, bagaimana dengan makanan

selingannya?

4. Setiap kali makan, apakah jenis makanan yang diberikan selalu sama?

5. Makanan apakah yang baik diberikan untuk balita?

6. Bagaimana dengan pemberian ASI untuk anak?

Page 216: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

7. Bagaimana dengan jajan anak? Apakah ibu selalu mengawasinya? Jika ya,

bagaimana mengawasinya?

Penyajian Makanan Balita

1. Bagaimana anak ibu makan, apakah satu piring dengan ibu atau tidak ?

mengapa?

2. Bagaimana ibu mengolah dan menyajikan makanan untuk anak?

3. Bagaimana praktik kebersihan ibu dan alat masak atau makan sebelum

menyajikan atau mengolah makanan?

4. Bagaimana cara ibu menaruh atau menyimpan makanan?

5. Bagaimana menu makan yang diberikan sehari-hari kepada anak?

6. Apakah ibu memasak sendiri atau membelikan makanan untuk anak?,

jelaskan!

Praktik Kesehatan Dasar

1. Penyakit apa yang sering dialami anak?

2. Bagaimana upaya yang ibu lakukan agar anak tidak jatuh sakit?

3. Bagaimana dengan pemberian imunisasi anak?

4. Apakah ibu rutin untuk memantau status kesehatan anak?

5. Bagaimana upaya yang ibu lakukan ketika anak jatuh sakit?

6. Ketika ibu mendapatkan obat, bagaimana pemakaian obat itu?

Pencarian Layanan Kesehatan

1. Apakah ibu rutin pergi ke tempat pelayanan kesehatan? Mengapa?

2. Apakah ibu berkonsultasi mengenai kesehatan dan gizi anak ketika datang

ke pelayanan kesehatan?

Page 217: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

3. Apa hambatan yang ibu alami ketika pergi ke tempat pelayanan

kesehatan?

4. Bagaimana menurut ibu tentang pelayanan kesehatan seperti puskesmas

dan posyandu, apakah penting untuk rutin datang kesana? Mengapa?

Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan

1. Darimanan sumber air yang digunakan sehari-hari? Bagaimana keadaan

air tersebut?

2. Bagaimana tindakan ibu dan balita setelah buang air besar?

3. Bagaimana tindakan ibu dan balita sebelum memberikan anak makan?

4. Bagaimana keadaan kakus?

5. Bagaimana dengan hewan peliharaan yang ada disekitar rumah ibu?

6. Bagaimana upaya ibu dalam menjaga balita agar tetap bersih?

7. Bagaimana cara ibu dalam mengelola sampah?

8. Lingkungan tempat anak bermain bagaimana?

9. Bagaimana pengawasan anak ketika bermain?

Perawatan ibu

1. Bagaimana pola makan ibu selama masa kehamilan ?

2. Bagaimana ibu memeriksakan kehamilan? Apakah rutin?

3. Bagaimana ibu memantau pertambahan berat badan ketika hamil?

4. Bagaimana dengan tablet penambah darah? Berapa banyak ibu

mengkonsumsinya selama masa kahamilan?

5. Apakah ibu melakukan imunisasi ketika hamil, jeis imunisasi apa yang

diberikan?

Page 218: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

6. Bagaimana cara ibu mengetahui asupan yang sesuai untuk masa

kehamilan?

7. Bagaimana aktivitas ibu selama masa kehamilan? Berapa banyak waktu

istirahat?

Page 219: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI INFORMAN

KELUARGA BALITA STUNTING

Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Hubungan dengan anak :

Pemberian ASI Eksklusif

1. Apa saja yang diberikan ibu X kepada anak ketika usia 0- 6 bulan?

2. Berapa lama ibu X memberikan ASI kepada anaknya?

3. Apakah saudara tahu alasan ibu memberikan/ tidak memberikan ASI

saja selama 6 pertama usia anak?

Pemberian Makanan Pendamping ASI

1. Saat ini, anak diberikan makanan apa saja oleh ibunya?

2. Biasanya seberapa banyak anak diberikan makanan oleh ibu X?

3. Untuk makanan pokok, berapa kali anak diberikan oleh ibu X dalam

sehari, selingannya bagaimana?

4. Apakah makanan yang diberikan bervariasi? Jelaskan!

5. Bagaimana dengan pemberian ASI untuk anak, apakah saat ini ibu X

masih memberikannya?

6. Bagaimana anak tersebut jajan? Apakah ibu atau pengasuhnya selalu

mengawasi? Jika ya, bagaimana mengawasinya?

Page 220: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Penyajian Makanan Balita

1. Untuk makan anak, apakah dengan piringnya sendiri atau bersama ibu

atau pengasuhnya?

2. Bagaimana praktik ibu X saat mengolah dan menyajikan makanan

untuk anak?

3. Bagaimana dengan praktik kebersihan dan alat masak atau makan

yang digunakan ibu X sebelum menyajikan atau mengolah makanan?

4. Bagaimana ibu X menaruh atau menyimpan makanan?

5. Untuk menu makanan yang diberiakan ibu X kepada anaknya sehari-

hari bagaimana?

6. Untuk anak, apakah ibu atau pengasuh membelikanya dari luar?

Jelaskan !

Praktik Kesehatan Dasar

1. Penyakit apa yang sering dialami anak?

2. Bagaimana upaya yang ibu X lakukan agar anak tidak jatuh sakit?

3. Apakah saudara tahu pemberian imunisasi kepada anak? Jelaskan!

4. Apakah ibu X rutin untuk memantau status kesehatan anak?

5. Upaya apa yang ibu X lakukan ketika anaknya jatuh sakit?

6. Ketika ibu X mendapatkan obat untuk anak, bagaimana pemakaian

obat itu?

Page 221: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Pencarian Layanan Kesehatan

1. Apakah ibu X rutin pergi ke tempat pelayanan kesehatan?

2. Apakah ibu X berkonsultasi mengenai kesehatan dan gizi anak ketika

datang ke pelayanan kesehatan?

Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan

1. Darimanan sumber air yang digunakan sehari-hari? Bagaimana

keadaan air tersebut?

2. Bagaimana tindakan ibu X dan balita setelah buang air besar?

3. Bagaimana tindakan ibu X dan balita sebelum memberikan anak

makan?

4. Bagaimana keadaan kakus ditempat ibu X?

5. Bagaimana dengan hewan peliharaan yang ada disekitar rumah ibu X?

6. Bagaimana upaya ibu X dalam menjaga balita agar tetap bersih?

7. Bagaimana cara ibu X dalam mengelola sampah?

8. Lingkungan tempat anak tersebut bermain bagaimana?

9. Apakah ibu X mengasawasi anaknya ketika bermain?

Perawatan ibu

1. Bagaimana pola makan ibu X selama masa kehamilan ?

2. Bagaimana ibu X memeriksakan kehamilan? Apakah rutin?

3. Apakah ibu X memantau pertambahan berat badan ketika hamil?

4. Apakah ibu X mengkonsumsi tablet penambah darah ketika hamil?

Jelaskan !

5. Apakah ibu X melakukan imunisasi ketika hamil?

Page 222: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

6. Bagaimana cara ibu mengetahui asupan yang sesuai untuk masa

kehamilan?

7. Bagaimana aktivitas ibu selama masa kehamilan?

Page 223: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK KADER POSYANDU

DAN TPG PUSKESMAS

1. Bagaimana perilaku pemberian ASI eksklusif di wilayah Posyandu

saudara dan wilayah kerja puskesmas ini, lebih khusus untuk saudara X

yang mengasuh anak X?

2. Penyakit apa yang paling sering dilamai balita di wilayah ini?

3. Apakah ibu X mengiminusasi anaknya di posyandu ini? Jelaskan ! untuk

TPG puskesmas, bagaimana cakupan pemberian imunisasi di wilayah ini?

4. Apakah ibu X rutin membawa anaknya ke posyandu? Jelaskan! Untuk

TPG puskesmas, bagaimana perilaku ibu dalam membawa anaknya ke

posyandu di wilayah ini?

5. Apakah ibu X mengkonsultasikan masalah kesehatan atau gizi yang ada

pada anaknya?

6. Bagaimana lingkungan di wilayah posyandu ini, terlebih untuk ibu X yang

mengasuh anak X? Untuk TPG puskesmas, bagaimana keadaan

lingkungan secara umum di wilayah ini?

7. Bagaimana perilaku memeriksa kehamilan, imunisasi ketika hamil,

konsumsi tablet Fe ibu X ketika mengandung anak X? Untuk TPG

puskesmas, bagaimana perilaku ibu memeriksa kandungan di wilayah ini?

8. Masalah apa yang ditemui terkait pola asuh anak di wilayah ini?

9. Bagaimana karakteristik pengasuh atau ibu yang ada di wilayah ini?

10. Apa masalah yang paling berpengaruh terhadap masalah gizi yang ada di

wilayah ini?

Page 224: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

11. Apa yang dilakukan ketika mendapatkan anak dengan status gizi buruk,

untuk stunting apakah saudara pernah mengetahuinya dan penanganannya

di wilayah ini?

Page 225: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Lampiran 3

DAFTAR OBSERVASI

DAFTAR OBSERVASI KETERANGAN

Pemberian variasi makanan

beragam kepada anak

Pemberian porsi makan yang

sesuai umur anak

Frekuensi pemberian makan

sedikit tetapi sering (5-6 kali)

Makanan selingan anak

Jajan anak

Penggunaan peralatan masak dan

makan yang bersih

Tempat menyimpan makanan

Penyajian makanan yang menarik

Pemberian makanan dari luar

untuk anak

Page 226: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Penyiapan makan untuk anak

Pencucian makanan mentah

seperti buah dan sayur

Memasak makanan sampai

matang

Perilaku cuci tangan sebelum

menyiapkan makanan

Pengawasan ketika anak bermain

Penanganan ketika anak jatuh

sakit

Perilaku BAB di jamban

Perilaku cuci tangan setelah

membasuh kotoran anak

Sumber air bersih

Air dalam keadaan baik

Keberadaan hewan peliharaan di

sekitar rumah

Adanya tempat pembuangan

sampah

Lingkungan bermain anak

Page 227: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Lampiran 4

HASIL WAWANCARA MENDALAM

Informan Utama

Variabel

Pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI

Informan Utama

Sh Nh Yu Y

Anak diberikan ASI

eksklusif Tidak Tidak Dia ASI saja sampai 6 bulan Tidak tahu

Alasan memberikan dan

tidak memberikan ASI

eksklusif

Anak sering menangis, air susu

ibu kurang Anak mempunyai badan kecil

Tidak tahu, mungkin untuk

daya tahan tubuhnya Tidak tahu

Makanan selain ASI yang

diberikan sebelum usia anak

6 bulan

Pisang, cerelak, tepung beras

dicampur susu Susu formula Tidak ada Tidak tahu

Lamanya anak diberikan

ASI Sampai anak berumur 7 bulan

Masih diberikan sampai

sekarang Tidak tahu Tidak tahu

Alasan masih dan tidaknya

anak diberikan ASI Air susu ibu kurang

Menunggu anak berhenti

sendiri, kasihan kepada anak Kurang lebih 10 bulan keatas Tidak tahu

Frekuensi pemberian ASI

Tidak diberikan ASI.

Diberikan susu formula kalau

anak meminta, sekali

pemberian banyaknya kira-kira

8 sendok susu

Diberikan ASI, kurang lebih

10 kali

Tidak diberikan ASI. Sekarang

diberikan susu formula kurang

lebih 3-4 kali sehari,

banyaknya kira kira 4 sendok

sekali buat

Diberikan susu kaleng kurang

lebih 2 kali sehari, sekali buat

banyaknya kira-kira 40 gram

susu kental manis

Komposisi MP ASI yang

diberikan

Bubur organik, pisang, nasi

tim, nasi biasa yang dicampur

sayur, ati, ikan, telur

Nasi tim, nasi biasa yang

dicampur sayur, lauk-pauk

seperti telur dan tempe atau

tahu

Sekarang anak sudah makan

nasi biasa, terkadang bubur

ketika pagi hari, sayur seperti

sop atu bayam, lauk sepertu

telur atau bakso

Suka makan apa saja,

seringnya telur dengan sayur

bayam atau labu siam.

Frekuensi pemberian MP 3 kali sehari 3 kali sehari 3 kali, kadang 2 kali, karena 3 kali sehari

Page 228: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

ASI anak kenyang dengan susu

Porsi MP ASI yang

diberikan dalam sekali

makan

Kira-kira secentong ukuran 10

sendok makan setiap

pemberian

Semangkuk kecil, kalau

disuapi kira-kira 5 sendok

makan, kalau makan sendiri

lebih sedikit

5 suap sendok makan sekali

diberikan

Secentong nasi lebih sedikit,

kira-kira 125 gram nasi

Makanan selingan anak,

berapa kali diberikan dalam

sehari

Biskuit, wafer, 2 kali sehari Roti, wafer, biskuit, 1-2 kali

sehari Biskuit dan susu Roti, wafer, 1-2 kali sehari

Bagaimana jajan anak Sering beli di tukang lewat

seperti telur goreng

Kalau lagi mau jajan ya jajan,

seperti cilok di tukang lewat

Anak suka jajan permen dan

chiki Wafer, roti

Apakah selalu diawasi

jajannya

Ya, kalau jajan permen atau es

gak dikasih

Susah, karena anak semaunya

aja jajan, kalau gak dikasih

nangis

Suka dilarang, tetapi kadang

diberikan oleh temannya Selalu diawasi

Variabel

Penyiapan dan Penyimpanan Makanan

Informan Utama

Sh Nh Yu Y

Bagaimana anak makan

Anak makan dengan peralatan

makannya sendiri tetapi masih

disuapi karena kalau sendiri

akan berantakan

Anak mau makan sendiri, gak

mau disuapi

Di piring sendiri, disuapi,

kadang anak makan sendiri

Anak masih disuapi, kalau

sendiri berantakan

Bagaimana mengolah

makanan untuk anak

Dicuci, kemudian dimasak

sampai matang

Dibersihkan, dicuci, kemudian

dimasak sampai matang

Anak lebih sering makan dari

bibinya,mkarena ibu jarang

memasak

Dicuci, kemudian dimasak

sampai matang

Bagaimana penyajian

makanan untuk anak Ditaruh biasa diatas piring Biasa saja Biasa saja, ditaruh diatas piring Biasa saja

Kebersihan peralatan

makanan

Dicuci pakai sabun, kalau

botol susu direbus di air panas Dibersihkan pakai sabun

Piringnya harus bersih,

namanya anak punya penyakit Dicuci biasa pakai sabun

Kebersihan ibu saat

mengolah atau menyajikan

makanan

Sebelum nya tangan dicuci

pakai sabun

Sebelum masak dan kasih

makan ke anak tangan di cuci

dulu pakai sabun

Disisni mah cuci tangan tapi

kadang tidak, kalau ibunya sih

gak tahu

Cuci tangan aja kadang-

kadang

Page 229: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Menu sehari-hari yang

diberikan kepada anak

Dikasih sayur setiap hari ganti,

misal hari ini sayur sop besok

capcay

Setiap hari ganti, hari ini sayur

apa, besok ganti, yang paling

sering sayur sop sama tempe

Ganti-gantisetiap hari, seperti

sayur bayam sop. Anak sering

makan dengan telur, ikan, tahu

dan tempe yang dicampur

kecap

Ganti-ganti sekitar 3 sampai 4

hari sekali, misal hari ini sayur

jagung, besok sayur bayam

sama telur

Bagaimana menyimpan

makanan

Ditaruh di dalam lemari es,

kalau makanan matang ditaru

dalam rak

Ditaruh dalam rak, selalu

dihabiskan karena takut basi

Ditaruh di rak makan , sehari

harus sudah diganti karena

takut basi

Ditaruh diatas meja kemudian

ditutupi

Apakah membelikan

makanan dari luar Ya, bubur organik

Ya kalau lagi malas masak ,

paling sering beli sayur sop,

kadang perkedel

Kalau anak dimasakin oleh

bibinya

Jarang sekali beli dari luar

karena masak sendiri

Variabel

Praktik Kesehatan dasar

Informan Utama

Sh Nh Yu Y

Penyakit yang Paling Sering

Dialami

Diare, Batuk dan Panas Diare dan panas Asma , panas, batuk Diare dan Panas

Anak diberikan imunisasi

sebelum satu tahun Lengkap Lengkap

Imunisasi 1 bulan sekali di RW

2 Tidak tahu

Yang dilakukan agar anak

tidak terkena penyakit

Anak dijaga, jangan jajan

sembarangan

Anak dijaga kebersihanya,

diperhatikan jajannya

Kebersihanyya dijaga,

memantau anak ketika bermain

Dilarang main kotor-kotoran,

kalau kotor dicuci, dimandikan

Penanganan ketika anak

terkena penyakit

Diberi obat penurun panas

kalau panas, terus dibawa ke

puskesmas atau rumah sakit

Dibawa ke puskesmas atau

rumah sakit

Ke puskesmas terlebih dahulu,

kalau disuruh ke rumah sakit

saya pergi kesana

Lihat sakitnya dulu, kalau

diare badan anak dikerik,

diberi paracetamol kalau badan

panas, kalau masih berlanjut

dibawa ke puskesmas

Bagaimana pemakaian obat

terhadap anak

Selalu ikut anjuran dokter,

kalau disuruh dihabiskan ya

dihabiskan

Ikut anjuran kalau sudah

sembuh tidak diminum lagi

Ikut anjuran, kalau masih ada

disimpan dan kalau masih

bagus dipakai lagi

Ikut anjuran, kalau sudah

sembuh obat dibuang

Page 230: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Variabel

Pencarian Layanan Kesehatan

Informan Utama

Sh Nh Yu Y

Rutin pergi ke

posyandu/puskesmas

Rutin untuk konsultasi ke

bidan atau TPG Rutin setiap bulan

Rutin, kalau lupa ke

puskesmas

Tidak pernah dibawa ke

posyandu

Alasan rutin atau tidaknya

pergi ke posyandu/puskesmas

Untuk memantau pertumbuhan

anak

Untuk menjaga kesehatan dan

memantau pertumbuhan anak

Sekalian periksa kandungan Anak sedang tidak di rumah

Yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi

kesehatan bagi anak

Konsultasi kepada bidan atau

TPG Tidak tahu

Dia sempat tanya ke posyandu Bertanya kepada orang yang

lebih pengalaman seperti

sepupu atau mertua

Kesulitan apa yang dihadapi Tidak ada Tidak tahu Tidak ada Tidak tahu

Apakah penting untuk rutin

datang ke posyandu/

puskesmas, mengapa?

Penting sekali, untuk

memantau pertumbuhan anak

Penting sekali, untuk

kesehatan anak

Penting, saya juga kan kader,

jadi sering ingatkan dia

Penting, untuk kekbalan tubuh

anak, tetapi tidak pernah

datang

Variabel

Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan

Informan Utama

Sh Nh Yu Y

Sumber air yang digunakan

sehari-hari

Sumber air dari PAM, tetapi

untuk keperluan minum dan

memasak dengan air galon

Air minum dari galon,

sedangkan untuk keperluan

lainnya dari sumur pompa

yang dipakai bersama

kontarakan sekitar rumah

Sumber air dari sumur mesin,

untuk minum dari galon isi

ulang, kadang ke MCK

Air minum dari galon isi

ulang, sedangkan untuk

keperluan mandi dan mencuci

dengan sumur pompa yang

dipakai bersama dengan

pemilik kontrakan

Bagaimana keadaan air

tersebut Bagus

Bagus, bisa diminum dan

dimasak

Tidak bisa diminum karena

berkarang Tidak bisa diminum

Tindakan ibu setelah anak

buang air kecil ataupun

besar

Dibawa ke kamar mandi dan

dibersihkan kotorannya

Dibersihkan kotorannya,

setelah itu cuci tangan pakai

sabun

Dibersihkan sama ibunya

pakai sabun Dibersihkan pakai sabun

Page 231: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Tindakan ibu sebelum anak

makan Cuci tangan pakai sabun Cuci tangan pakai sabun

Dia mah jarang cuci tangan,

paling pakai sendok

Kalau kotor cuci tangan, kalau

pakai sendok tidak cuci tangan

Keadaan kakus Milik sendiri di dalam rumah Di luar rumah, dipakai

bersama dengan kontarakan Di MCK umum dekat rumah

Di luar rumah, dipakai

bersama dengan kontrakan

Hewan peliharaan disekitar

rumah

Tidak ada, tatapi terkadang ada

hewan seperti ayam yang

bermain disekitar rumah

Tedapat kandang ayam

dibelakang rumah, didepan

rumah banyak ayam yang

berkeliaran

Ada kandang ayam di kebun

dekat rumah

Terdapat kandang ayam dan

bebek di depan rumah, banyak

kotorannya yang berserakan

Cara mengelola sampah Ditaruh di tempat sampah yang

kemudian dibuang ke kebun

Ditaruh dikarung, kemudian

dibuang oleh petugas

Sampah banyak banget, kalau

diluar disapu terus dibuang ke

kebun dibakar, kadang dibawa

sama tukang sampah

Sampah ditaruh di kantong di

tempat sampah kemudian

diangkut lagi

Upaya ibu menjaga anak

agar tetap bersih

Anak dijaga, pakaiannya

dibersihakan, anak dimandikan

dan dirapikan

Membersihkan tangan anak

kalau kotor, dimandikan

Anak dimandikan, dicuci

tangannya kalau kotor, dijaga

ketika bermain

Dilarang main kotor-kotoran,

kalau kotor dicuci, dimandikan

Upaya yang dilakukan agar

rumah dan lingkungan

sekitar rumah tetap bersih

Dibersihkan dan disapu Dibersihakan, dipel, halaman

disapu

Disapu, disiram depan rumah

agar tidak banyak debu

Rumahnya disapu, halaman

dibersihkan

Lingkungan anak bermain

Anak bermain didepan rumah

yang terdapat selokan, kadang

anak main tanah dengan

tangannya

Main didepan rumah yang

terdapat gundukan pasir, main

masak –masakan dengan

kakanya

Banyak asap dan unggas atau

kotorannya Main didepan rumah

Apakah anak bermain selalu

diawasi

Diawasi sambil bekerja

didepan rumah

Diawasi, lebih sering bermain

dengan ibunya

Jarag diawasi karena

bergantian ngawasnya kadang

dengan bibi yang satu kadang

dengan yang lainnya

Diawasi, kalau kotor tidak

boleh main

variabel

Perawatan Ibu ketika Hamil

Informan Utama

Sh Nh Yu Y

Pola makan selama

kehamilan

Makan satu atau dua centong

nasi 3 kali sehari. Jarang

makan sayur dan buah, hanya

Kurang makan karena muntah

dan gak ketelan serta merasa

kenyang, makan 1 centong nasi

Payah, gak nafsu makan,

sering sakit mamahnya Tidak tahu

Page 232: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

nasi dan lauk-pauk saja seperti

ikan, tahu dan tempe. Minum

susu “X” 2 kali sehari, sekali

minum banyaknya 3 sendok

makan susu.

3 kali sehari kalau sedang

rutin, kadang hanya makan roti

saja. Lauk biasanya tahu,

tempe dicampur sayur,

terkadang ikan. Suka ngemil

seperti biskuit dan wafer

Memeriksa kehamilan

Rutin 1 bulan sekali ketika ada

posyandu, ketika umur

kehamilan 8 sampai 9 bulan

menjadi 2 kali dalam sebulan

Rutin 1 bulan sekali ke bidan Kalau hamil dia periksa Tidak tahu

Memantau pertambahan

berat badan ketika hamil

Rutin memantau, awalnya 98

Kg, ketika hamil menjadi 102

Kg

Rutin menimbang, Berat badan

lebih sering turun

Kayanya ditimbang, waktu di

posyandu juga ditimbang Tidak tahu

Konsumsi tablet penambah

darah ketika hamil

Meminum tablet Fe dari

posyandu, setiap hari

dikonsumsi 1 tablet

Rutin meminum tablet Fe

sampai umur kehamilan 8

bulan

Setahu saya dia jarang minum Tidak tahu

Imunisasi ketika hamil Dimunisasi tetanus 1 kali

Diimunisasi untuk

menghindari anak dari

penyakit

Kurang tahu Tidak tahu

Cara mengetahui asupan

yang benar ketika hamil

Banyak bertanya ke bidan

karena selalu datang setiap

bulan

Tidak tahu Biasa, jalanin aja, ga bertanya-

tanya Tidak tahu

Aktivitas selama kehamilan

Merapikan rumah, olahraga

seperti jalan-jalan, istirahat

berupa tidur 2 kali sehari

Merapikan rumah, olahraga

berupa jalan kaki

Dia sering sakit, sampai 3 kali

dirawat dan diinfus di rumah Tidak tahu

Page 233: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Informan Pendukung (Keluarga)

variabel

Pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI

Informan Pendukung

H/Sh Asm/Nh Rh/Yu S/Y D/Y

Anak diberikan ASI

eksklusif

Diberikan pisang ketika 5

bulan

Diberikan air tajin ketika

baru lahir

Diberikan ASI eksklusif

selama 6 bulan

Diberikan bubur, pisang

ketika masih bayi Tidak tahu

Alasan memberikan dan

tidak memberikan ASI

eksklusif

Air susunya ga ada,

untuk mengisi perut anak

Ibu sedang dirawat di

rumah sakit

Agar anak memiliki daya

tahan tubuh yang lebih

baik

Terhalang dengan

pekerjaan -

Makanan selain ASI

yang diberikan sebelum

usia anak 6 bulan

Pisang Susu formula, Sun, air

tajin Tidak ada

Pisang, bubur, nasi tim,

biskuit -

Lamanya anak

diberikan ASI Kurang lebih 1 tahun

Sampai sekarang masih

air susu ibunya

Sampai anak berumur 12

bulan Sampai sekarang -

Alasan masih dan

tidaknya anak diberikan

ASI

Air susu ibu ga ada Tidak tahu Ibu sedang bekerja

Untuk mencerdaskan

anak, kekebalan tubu,

tidak terserang penyakit

-

Frekuensi pemberian

ASI

Tidak diberikan ASI,

tetapi diberikan susu

formula kurang lebih 4

kali perhari, sekali

pemberian banyaknya

kira-kira 3 sendok makan

Ga tentu, bisa 10 kali,

soalnya sering

Kurang lebih 3 kali

dalam sehari, sekali

diberi sebanyak 4 sendok

makan susu

Diberi ASI kurang lebih 1

kali saat malam hari, kalau

susu formula kurang lebih

2 kali di momongan

Tidak tahu

Komposisi MP ASI

yang diberikan

Nasi, sayur-mayur, lauk

seperti tahu, tempe, kalau

lagi ada anak diberikan

ayam

Nasi, sayur, lauk seperti

telur, tahu, tempe dan

ikan, nasi campur kecap

Sun, buah kalau lagi ada

seperti pisang dan

pepaya, anak sampai

sekarang kurang suka

dengan nasi, kalau

makan nasi biasanya

dicampur kecap dan telur

atau sayur sop

Suka makan apa saja,

seperti nasi, telur, tempe

dan yang lainnya

Terkadang telur nasi

dan kuah sayur,

menunya sama sayur

gitu aja

Frekuensi pemberian

MP ASI 3 kali perhari 3 kali sehari 3 kali sehari

3 kali sehari, bisa lebih

karena sering ikut makan

Anak makannya

banyak, kadang lebih

Page 234: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

dengan kaka atau orang

tuanya

dari 3 kali, dikasih

makan terus

Porsi MP ASI yang

diberikan dalam sekali

makan

Secentong tidak habis,

anak agak susah makan 2-3 sendok makan

2-3 suap endok makan

sekali diberikan

Setengah mangkuk, kira-

kira 7 suap makan 1 piring,

Makanan selingan anak,

berapa kali diberikan

dalam sehari

Paling roti, semaunya

anak saja, kurang lebih 1

kali makanan selingan

Roti, biskuit, ga tentu

berapa kalinya

Buah kalau sedang ada,

susu 1 kali disiang hari

Biskuit, tidak menentu,

kalau pergi ke warung

anak suak minta dibelikan

Sekitar secentong nasi

ditambah lauk dan

kuah sayur

Bagaimana jajan anak

Anak seperti permen, es,

dan semaunya anak jajan

saja

Jajan apa saja mau,

seperti telur goreng, Anak suka jajan permen Biskuit, permen

Jajannya cemilan

anak-anak seperti

wafer

Apakah selalu diawasi

jajannya

Diawasi, kalau es sedikit-

sedikit saja

Kurang, karena anak

lebih dari 5 ribu jajannya,

tapi ga dihabiskan

Kadang dikasih kadang

tidak

Suka diawasi, kalau

permen kadang dilarang

karena takut rusak giginya

-

Variabel

Penyiapan dan Penyimpanan Makanan

Informan Utama

H/Sh Asm/Nh Rh/Yu S/Y D/Y

Bagaimana anak makan

Anak makan disuapi,

kadang sendiri dengan

piring khusus untuk anak

Makan sendiri, disuapi

gak mau

Anak mau makan jika

disuapi, kadang berdua

dengan ibunya

Di piring sendiri, tidak

disuapi

Anak makan masih

disuapi karena

berantakan

Bagaimana mengolah

makanan untuk anak

Dicuci kemudian

dimasak sampai matang

Dibersihkan, dicuci,

kemudian dimasak

Ibu jarang masak, lebih

sering beli makanan

Dicuci, kemudian

dimasak sampai matang

Dicuci sampai bersih

ters dimasak sampai

matang

Bagaimana penyajian

makanan untuk anak

Biasa aja, paling dengan

sayur ditaruh saja Di omprekin aja Biasa saja

Biasa saja, ditaruh diatas

piring

Ditaruh aja diatas

piring

Kebersihan peralatan

makanan

Dicuci kemudian direbus

botol dan peralatan

makan anak

Dibersihkan pakai sabun Kebersihan piring dijaga

dan dicuci pakai sabun Dicuci biasa pakai sabun Pasti dicuci

Kebersihan ibu saat

mengolah atau

menyajikan makanan

Cuci tangan dahulu, pasti

pakai sabun setahu saya

Sebelum kasih makan

cuci tangan dulu pakai

sabun

Cuci tangan

Cuci tangan, kalau masak

sendiri jarang, habis

makan ya bersih-bersih

Tidak mencuci tangan

ketika memberikan

makan anak karena

Page 235: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

pakai sendok

Menu sehari-hari yang

diberikan kepada anak

Paling hanya sayuran

saja, kalau ada uang

menunya ganti-ganti

setip hari juga

Biasa aja, kadang beli

sayur sop, kadang buat

sayur bayam sama tempe,

ikan

Paling sering diberi telur

ceplok yang nasinya

ditambahkan kecap

Beda-beda setiap hari

Menunya kadang sayur

kacang panjang,

jagung, labu siam, gitu

aja

Bagaimana menyimpan

makanan Ditaruh di dalam rak

Ditaruh dalam rak, kalau

mau dimakan lagi

dihangatkan

Ditaruh di rak makan ,

tetapi tidak terlalu rapi

Ditaruh di dalam

pemanas nasi, kalau beli

biasanya langsung

dihabiskan, ibu jarang

masak sendiri

Ditararuh diatas meja

atau di kulkas

Apakah membelikan

makanan dari luar

Paling masak sendiri,

sekarang anak sudah

tidak mau bubur organik

yang beli

Kadang beli sayur 200

buat anak, kadang masak,

kadang ambil dari rumah

saya

Sering, karena jarang

masak di rumah

Ya, paling suka anak

makan dengan ayam atau

telur

Jarang beli, anak

dimasakin terus

Variabel

Praktik Kesehatan dasar

Informan Pendukung

H/Sh Asm/Nh Rh/Yu S/Y D/Y

Penyakit yang Paling

Sering Dialami

Batuk, pilek Diare Asma, gatal-gatal, batuk Panas dan diare Umumnya pilek

Anak diberikan

imunisasi sebelum satu

tahun

Imunisasi lengkap waktu

satu tahun Lengkap semuanya Lengkap Lengkap di Sangiyang Tidak tahu

Yang dilakukan agar

anak tidak terkena

penyakit

Tidak tahu Tidak tahu Makan anak diawasi,

lebih sering di rumah

Menjaga anak ketika

bermain, dijaga pola

makannya

Jarang nyalain kipas

angin, jarang dikasih

minum es

Penanganan ketika anak

terkena penyakit

Makanannya dijaga,

jajannya dijaga

Diurut, kalau masih

panas dibawa ke

puskesmas

Panik, bawa ke dokter

Diberi obat warung,

kadang diurut, dikerik

jarang-jarang pakai

minyak dicampur

bawang. Anak jarang

Kasih obat warung

terus dikerikin pakai

bawang merah

Page 236: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

sekali dibawa ke

puskesmas

Bagaimana pemakaian

obat terhadap anak

Ikut anjuran, kalau sudah

sembuh tidak dipakai lagi

Ikut anjuran kalau sudah

sembuh tidak diminum

lagi,kalau kambuh baru

dikasih obat kembali

Ikut anjuran, terkadang

tidak Ikut anjuran, dihabiskan Ikut anjuran

Variabel

Pencarian Layanan Kesehatan

Informan Pendukung

H/Sh Asm/Nh Rh/Yu S/Y D/Y

Rutin pergi ke

posyandu/puskesmas

Kalau dia rutin ke

posyandu

Saya yang suruh dia ke

posyandu, dia selalu

datang

Terkadang ada yang lupa

tidak datang ke posyandu

Jarang dibawa ke

posyandu

Tidak rutin ke

posyandu

Alasan rutin atau tidaknya

pergi ke

posyandu/puskesmas

Untuk periksa kesehatan,

berat badan, dan gizinya

Biar sehat badannya,

ingin tahu berapa berat-

badannya

Untuk daya tahan tubuh

anak

Ibu kandung sedang

bekerja, anak lebih

banyak sama ibu

angkatnya

-

Yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi

kesehatan bagi anak

Cuma tanya kondisi

badan anak yang kurang

bagus

Tidak tahu

Bertanya di posyandu

mengenai berat badan

anak jika kurang

Bertanya tetangga

misalkan kenapa anak

mudah sakit

-

Kesulitan apa yang

dihadapi Tidak ada Tidak tahu Tidak ada Tidak tahu -

Apakah penting untuk

rutin datang ke posyandu/

puskesmas, mengapa?

Penting, untuk kesehatan

anak, tahu berat badan

dan gizinya, untuk

vitamin anak

Penting, untuk kesehatan

anak

Penting, untuk daya

tahan tubuh anak

Penting, untuk menjaga

kesehatan anak Penting

Page 237: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Variabel

Praktik Higiene dan Sanitasi Lingkungan

Informan Pendukung

H/Sh Asm/Nh Rh/Yu S/Y D/Y

Sumber air yang

digunakan sehari-hari

Air galon isi ulang untuk

minum, tetapi untuk

mencucu dan mandi

dengan air PAM

Air sumur dari pompa

Sumber air dari sumur

mesin, untuk minum dari

galon isi ulang

Air minum dari galon isi

ulang, sedangkan untuk

keperluan mandi dan

mencuci dengan sumur

mesin

Dari sumur, air minum

pakai air galon

Bagaimana keadaan air

tersebut

Kurang bagus, gak bisa

diminum

Bagus, bisa diminum dan

dimasak, lancar dan tidak

perlu beli air

Bagus, bisa untuk

diminum dan dimasak

Keruh, agak bau, tidak

bisa diminum dan

dimasak

Bersih

Tindakan ibu setelah

anak buang air kecil

ataupun besar

Paling dibersihin terus

dipakaikan celana Dibersihkan pakai sabun Dibersihkan pakai sabun

Dibersihkan di kamar

mandi

Dibersihkan pakai

sabun

Tindakan ibu sebelum

anak makan Cuci tangan Cuci tangan pakai sabun

Cuci tangan jarang pakai

sabun

Cuci tangan anak lebih

sering pakai air saja Ga cuci tangan

Keadaan kakus Milik sendiri didalam

rumah

Kakus kadang sama saya,

kadang di kontrakan

Di MCK umum dekat

rumah

Milik sendiri di dalam

kontarakan Di dalam rumah

Hewan peliharaan

disekitar rumah Tidak ada Ayam di belakang

Terdapat kandang ayam

dan bebek didepan dan

sekitar rumah, banyak

kotoran hewan tersebut

yang berserakan. Selain

itu banyak kucing yang

keluar masuk ke dalam

rumah

Terdapat kandang ayam

di pojok kontarakan -

Cara mengelola sampah

Ada tempat sampah,

kemudian dibuang ke

depan

Ditaruh dikantong

plastik, kemudian

diangkut

Ditauh ditempat sampah,

banyak sampah disekitar

rumah karena terdapat

tumpukan barang, sampah

yang ada ditempat kadang

dirusak oleh hewan seperti

ayam. Sampah yang

tekumpul dibuang di

Sampah ditaruh di tempat

sampah kemudian ada

petugas yang membawa

Ditaruh di depan

rumah kemudian

diangkut

Page 238: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

lapangan dekat rumah

kemudian dibakar

Upaya ibu menjaga

anak agar tetap bersih

Anak dibersihkan, dijaga

mainnya agar tidak kotor

Dimandikan pakai sabun,

diganti bajunya karena

sering main masak-

masakan

Anak dimandikan, dicuci

tangannya kalau kotor,

dijaga ketika bermain

Memantau anak agar

tidak main kotor-kotoran

Diawasi ketika anak

bermain

Upaya yang dilakukan

agar rumah dan

lingkungan sekitar

rumah tetap bersih

Paling bersih-bersih,

nyapu dan ngepel

Disapu, bersih-bersih,

debu dibuang

Dibersihkan ketika pagi,

kalau siang ibu sudah

bekerja dan anak yang

sudah dewasa tidak bisa

merapikan dan

membersihkan rumah

Bersihkan rumah setiap

hari, halama rumah

disapu

Disapu, disiram biar

ga banyak debu

Lingkungan anak

bermain Di depan rumah aja

Main masak-masakan di

depan rumah, kadang

main sendiri didalam

Main didepan rumah yang

banyak sampah dan

kotoran unggas berserakan

tanpa menggunakan alas

kaki

Main di depan rumah

dengan teman-temannya,

didepan rumah terdapat

sampah yang berserakan

dan kandand unggas

Anak jarang bermain

diluar, paling sama

ibunya saja, terkadang

sama neneknya

Apakah anak bermain

selalu diawasi

Diawasi sambil duduk,

karena hanya lari-lari saja

di depan rumah

Tidak diawasi, kalau

tangannya kotor dicuci

Terkadang diawasi oleh

bibinya

Ya, dijaga agar tidak

bermain kotor-kotoran Diawasi

Page 239: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

variabel

Perawatan Ibu ketika Hamil

Informan Pendukung

H/Sh Asm/Nh Rh/Yu S/Y D/Y

Pola makan selama

kehamilan

Waktu hamil makannya

sepertinya berkurang

Biasa aja, paling sayur sop

sama tempe, sambal

goreng, lauknya kadang-

kadang ambil dari saya

karena dia ga masak.

Kalau lagi nafsu banyak

makannya, kalau lagi ga

mood sedikit. Makannya

paling 3 kali sehari

Hanya minum susu

selama 7 bulan karena

kalau makan selalu

muntah, itupun tidak

teratur, kalau sedang

mau saja, umumnya 3

kali sehari.

Makan seperti biasa,

tidak ada pantangan,

sering makan sayur tetapi

kalau buah jarang. Suka

ngemil, lauk biasanya

telur, ikan,. Porsi makan

ketika hamil banyak dan

sering makan karena

merasa ingin makan saja

Tidak tahu

Memeriksa kehamilan Alhamdulillah rutin

diperiksa

Alhamdulillah periksa ke

bidan

Rutin sebulan sekali,

kadang ke posyandu

kadang ke bidan

Hanya 2 kali saja selama

kehamilan karena ibu

bekerja

Pernah menyuruh

untuk periksa tapi ibu

gak mau

Memantau

pertambahan berat

badan ketika hamil

Ya sering, sekalian

periksa Tidak tahu

Rutin memantau, berat

badan awal 65 Kg

menjadi 58 Kg ketika

hamil

Jarang sekali Tidak tahu

Konsumsi tablet

penambah darah ketika

hamil

Sebelum 7 bulan rutin

diminum , tetapi diatas 7

bulan tidak karena takut

anank lahir besar

Tidak tahu

Diberikan dari posyandu

atau bidan tetapi tidak

diminum dengan alasan

bau

Yang didapat dari bidan

selalu dihabiskan Tidak tahu

Imunisasi ketika hamil Imunisasi juga bagus Tidak tahu Imunisasi TT di

posyandu Tidak dimunisasi Tidak tahu

Cara mengetahui

asupan yang benar

ketika hamil

Kurang tahu Tidak tahu Bertanya kepada bidan,

tetapi tidak dilakukan

Tidak pernah, hanya ada

nasihat dari orang lain

seperti mertua

Tidak tahu

Aktivitas selama

kehamilan Seperti biasa saja

Ga ngapa-ngapain, paling

nyuci sama masak untuk

suaminya

Tidak pernah keluar

rumah selama 7 bulan

karena kondisi tubuh

yang lemah, hanya

ditempat tidur saja

Bekerja sebagai petugas

kebersihan, tidak

olahraga, tidur siang

kira-kira hanya 2 jam,

setelah itu beres-beres

rumah

Ibu bekerja di DKP

Page 240: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Informan Pendukung (Kader Posyandu)

variabel

Informan Kader Posyandu

SM/Sh W/Nh T/Rh/Yu SY/Y/S

Pemberian ASI eksklusif oleh

ibu balita

Tadinya eksklusif, berhubung

berat badannya kurang jadi

diberikan susu formula

Kurang begitu tahu

Kalau disini jarang, tapi kalau

ibu Rh semoga aja, soalnya

ininya(wawasan) lebih

terbuka, apalagi saudaranya

kader

Kalau disini cukup tinggi,

kalau untuk ibu S atau Y tidak

tahu

Penyakit yang Paling Sering

Dialami oleh balita

Pilek, panas Pilek, batuk Sekarang lagi demam

berdarah, diare ada tapi ga

seperti dulu, kalau anak ibu Rh

kurang begitu tahu

Disini paling batuk dan pilek,

untuk diare jarang

Anak diberikan imunisasi

sebelum satu tahun

Alhamdulillah dia lengkap

imunisasinya Imunisasi dia lengkap kayanya

Alhamdulillah lengkap, kan

kalaau baru lahir harus cepat-

cepat dibawa ke posyandu, iya

dia selalu

Tidak tahu, tetapi kalau disini

kalau pembagian vitamin dan

imunisasi yang biasanya gak

pernah datang dia datang

Pergi ke

posyandu/puskesmas

Dia ke posyandu rutin setiap

bulan

Rutin datang ke posyandu,

bulan ini datang, bulan besok

lagi

Dia selalu ke posyandu

Tidak pernah dibawa ke

posyandu, saya tidak kenal

dengan ibu dan anak serta

bapaknya tersebut, saya tidak

punya data anak itu

Yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi

kesehatan bagi anak

Dia sering tanya-tanya ke

bidan, kadang ke TPG

Tidak, dia Cuma datang,

nimbang dan lihat

pertumbuhan anaknya

Tanya-tanya sih tidak, tapi

kalau ke posyandu rutin Tidak pernah

Keadaan lingkungan

disekitar

Lingkungannya kurang baik,

kebersihannya juga

Begitu, tempat tinggalnya juga

begitu, buat saya kasihan aja

Lingkungan rumah dia, rada

seperti inilah, rada kumuh,

kurang bersihbanyak ternak

Lingkungan disini variasi,

sepertinya kesadaran

lingkungan masih kurang,

masih banyak sampah-sampah

yang berserakan

Memeriksa kehamilan

Waktu hamil Alhamdulillah

rutin ke posyandu setiap bulan,

periksa hamil, timbang badan

Dia pernah ke bidan, ke

posyandu juga iya

Kalau hamil yang kemarin dia

agak lama periksanya, tapi dia

selalu ke posyandu

Tidak tahu, tidak ada data ibu

tersebut

Page 241: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Konsumsi tablet penambah

darah ketika hamil

Tablet Fe dikasih setiap bulan,

tapi ga tahu diminum apa

engga

Dikasih, tapi tidak tahu

diminum atau tidak

Diberikan dari posyandu

sebulan sekali Tidak tahu

Imunisasi ketika hamil Dia diimunisasi juga Sepertinya dia diimunisasi, dia

sering periksa ke posyandu Alhamdulillah dia imunisasi Tidak tahu

Masalah yang ditemui pada

pola asuh balita Tidak menjawab

Paling jadi masalah itu

makanan, lingkungan,

ekonomi, keadaannya begitu,

tapi yang pentingh dia mau

rutin ke posyandu

Disini pengetahuannya yang

kurang, kadang ibu malas,

yang penting kasih makan aja,

tidak dilihat lagi bergizi atau

tidak

Kalau disini ibu kerja dari pagi

sampai sore anaknya

dititipkan, ibu tidak telaten

menyuapi anak, anak dikasih

jajan sembarangan

Karakteristik pengasuh/ibu

di wilayah ini

Banyak yang bekerja, kadang

anak diasuh olehtetangga atau

neneknya, pendidikan ada

sampai SD, SMP, dan SMA

Kebanyakan ibu kerja disini,

jadi nenek yang asuh,

pendidikana disini masih

dibawah

Kalau disini 50;50 yang kerja

sama yang ibu rumah tangga,

pendidikan minimal SMP,

kebanyakan SD

Banyak ibu yang menjadi

tukang sapu disini, bisa

dikatakan 20 anak dimomong

oleh orang lain

Faktor yang paling

berpengaruh terhadap

masalah gizi di wilayah ini

Tidak menjawab Dari perekonomiannya Ekonomi, lingkungan, dan

wawasan

Ekonomi, lingkungan, pola

asuh

Apa yang dilakukan ketika

menemukan masalah gizi

pada balita

Dipantau, seminggu sekali

disuruh datang ke puskesmas,

akan diadakan pos gizi dekat-

dekat ini

Ada penyuluhan dan rumah

gizi

Dibawa ke puskesmas,

kemudia ibu itu yang rutin

datang ke puskesmas

Dipantau terlebih dahulu,

kalau keadaan masih seperti

itu baru dibawa ke puskesmas,

melakukan pendekatan kepada

orang tua balita

Pernakah ibu mendengar

istilah stunting/pendek,

adakah program untuk

mengatasinya

Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Page 242: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Informan Pendukung (TPG puskesmas)

variabel Informan Kader Posyandu

RJ

Pemberian ASI eksklusif oleh ibu

balita

ASI eksklusif itu di Puskesmas Neglasari dari F1 gizi rendah kenyataannya, Disini mah asi ekslusif rendah, D/S

rendah, Fe rendah

Penyakit yang Paling Sering

Dialami oleh balita

ISPA, diare

Pergi ke posyandu/puskesmas Cakupannya sudah naik sekitar 60% karena untuk saat ini sangat digembar-gemborkan melalui penyuluhan

Perilaku memeriksa kehamilan Sekarang ini rutin datang ke KIA atau posyandu karena ada maunya yaitu guna medapatkan rujukan

Keadaan lingkungan disekitar

Seandainya ada 8 anak, yang tidak bersih sekali sebnyak 2 orang, Lingkungan masing-masing beda, Penelitian PHBS

rumah tangga di Karang Sari sistemnya random kita ambil 7 RW, setiap RW kita ambil 3 RT kalo ga salah. Rata-rata

tidak ber-PHBS salah satu penyebabnya karena merokok di dalam rumah. Selain itu sampah juga merupakan salah satu

masalah yang ditemui di wilayah kerja Puskesmas Neglasari karena kurangnya koordinasi dari RT sampai kelurahan.

Sampah biasanya tidak segera diangkut, banyak yang berserakan, kalau yang di pojok-pojokan karena tidak ada tempat

sampah maka dibuang ke sungai

Masalah yang ditemui pada pola

asuh balita Pemberian makan tidak sesuai jadwal, jumlah, dan jenis serta faktor ekonomi

Faktor yang paling berpengaruh

terhadap masalah gizi di wilayah

ini

Pola asuh pemberian makan yang tidak tepat, ke posyandu ya, dapat buku ya, menimbang anak ya, tetapi kalau anak

nangis tetap saja diberikan jajan sehingga anak makan tidak teratur

Apa yang dilakukan ketika

menemukan masalah gizi pada

balita

Kunjungan rumah kemudian disuruh datang ke posyandu dan puskesmas dengan rutin

Pernakah ibu mendengar istilah

stunting/pendek, adakah program

untuk mengatasinya

Pendek

Page 243: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Lampiran 5

HASIL OBSERVASI

DAFTAR OBSERVASI

KETERANGAN

Ra Ai La Al

Pemberian variasi makanan beragam

kepada anak

Anak makan dengan nasi

dan sayur saja seperti sayur

sop, anak makan dengan

nasi dan lauk saja seperti

ayam dan bakso, anak

diberikan susu formula yang

didapat dari puskesmas

Anak makan dengan nasi

dan sayur sop, anak makan

dengan nasi, sayur

kangkung dan tahu, anak

masih diberikan ASI

Anak makan dengan sayur sop

yang ditambahkan bakso, anak

makan dengan telur dan ayam

yang ditambahkan kecap, anak

diberikan susu formula

Anak makan dengan nasi dan

telur, anak makan dengan

sayur jagung dan ikan, anak

ikut memakan mie bersama

ayahnya, anak makan nasi

dengan tempe goreng

Pemberian porsi makan yang sesuai

umur anak

Anak diberikan nasi sekitar

10 sendok makan dan sayur

sekitar 3-4 sendok makan

ada yang pakai lauk dan ada

yang tidak, tetapi tidak

dihabiskan

Anak diberikan makan

sekitar 1 centong nasi, 2

sendok sayur, dan

sepotong lauk seperti tahu

Anak diberikan makan sekitar

1 centong nasi, sepotong lauk

seperti telur dan 1 kali

diberikan sayur tetapi tidak

dihabiskan karena anak pergi

bermain

Anak makan sekitar 1 centong

lebih sedikit nasi,

ditambahkan lauk seperti

sepotong telur, tempe dan

ikan, anak juga diberikan

sayur

Frekuensi pemberian makan sedikit

tetapi sering (5-6 kali)

Ketika observasi anak 2 kali

makan 1 kali menyusui

Ketika observasi anak

diberikan 2 kali makan dan

2 kali ASI

Ketika observasi anak 2 kali

makan 2 kali minum susu

Ketika observasi anak 2 kali

makan tetapi kadang ikut

makan lagi ketika ada anggota

rumah tangga yang makan

Makanan selingan anak Tidak diberikan Tidak diberikan Tidak diberikan Tidak diberikan

Jajan anak Tidak jajan Jajan dari penjual keliling

dan warung nenek

Diberikan jajan permen oleh

teman-temannya Jajan es, kerupuk berbumbu

Penggunaan peralatan masak dan

makan yang bersih

Dicuci sebelum digunakan,

untuk botol susu setelah Dicuci sebelum digunakan Dicuci sebelum digunakan Dicuci sebelum digunakan

Page 244: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

dicuci kemudian direbus

Tempat menyimpan makanan Makanan disimpan dalam

rak, tidak ditutupi

Makanan ditaruh diatas

meja, ditutupi

Makanan disimpan didalam

rak, tidak ditutupi

Makanan ditaruh diatas meja,

tidak ditutupi

Penyajian makanan yang menarik

Ditaruh biasa diatas piring,

ketika peneliti melakukan

observasi ibu berusaha

mencari pencetak makanan

yang berbentuk hewan

Makanan ditaruh biasa saja

diatas piring

Makanan ditaruh biasa saja

diatas piring

Makanan ditaruh biasa saja

diatas piring

Pemberian makanan dari luar untuk

anak - - - -

Penyiapan makan untuk anak

Anak makan dengan

piringnya sendiri, masih

disuapi

Anak makan dengan

piringnya sendiri, anak

makan sendiri, tetapi

disuapi juga

Anak makan dengan piringnya

sendiri, masih disuapi, terlihat

sekali makan sendiri tetapi

tidak dihabiskan

Anak makan dengan piringnya

sendiri, masih disuapi

Pencucian makanan mentah seperti

buah dan sayur Dicuci Dicuci Dicuci Dicuci

Memasak makanan sampai matang Sampai matang Sampai matang Dimasak sampai matang Dimasak sampai matang

sekali

Perilaku cuci tangan sebelum

menyiapkan makanan Tidak mencuci tangan Tidak mencuci tangan Tidak mencuci tangan Tidak mencuci tangan

Pengawasan ketika anak bermain

Diawasi, tetapi ibu

terkadang lengah karena

setiap hari bekerja di depan

rumah, anak terlihat main

tanah dan berada dekat

selokan, anak juga terlihat

memasukkan jarinya ke

dalam mulut ketika bermain,

ibu sekali terlihat

memberikan makanan yang

jatuh ke lantai kepada anak,

anak terlihat sedikit kotor

Anak bermain dengan

ibunya karena takut

dengan peneliti, tetapi

terlihat anak dibiarkan

main tanah di depan rumah

dengan teman-temannya,

anak sekali terlihat tidak

memakai alas kaki ketika

bermain

Anak main tanpa pengawasan

dari orang tua atau

saudaranya. Anak selalu tidak

memakai alas kaki ketika

bermain dan sering terlihat

memasukkan jarinya ke dalam

mulut

Anak beberapa kali terlihat

main dekat kandang unggas,

anak sering tidak memakai

alas kaki ketika bermain,

tubuh anak terlihat sedikit

kotor dan keluar keringat

Penanganan ketika anak jatuh sakit - - - -

Page 245: GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37634/1/AL KAHFI... · GAMBARAN POLA ASUH PADA BADUTA STUNTING USIA 13-24 BULAN

Perilaku BAB di jamban Di dalam rumah Di luar rumah, dipakai

bersama dengan kontrakan Di MCK umum

Di luar rumah, dipakai

bersama dengan kontrakan

Perilaku cuci tangan setelah

membasuh kotoran anak

Dibersihkan hanya dengan

air saja, ketika anak buang

air kecil, anak hanya di lap

dengan celana yang terkena

air seni, kemudian celana itu

kembali digunakan untuk

mengelap lantai yang

terkena air seni anak tersebut

Dibersihkan dengan air,

kemudian ibu mencuci

tangan pakai sabun tetapi

anak tidak, ketika anak

buang air kecil, anak hanya

dilap dengan celana yng

terkena air seni, kemudian

celana itu digunakan

kembali untuk mengelap

lantai yang terkena air seni

anak

-

Dibersihkan dengan air,

setelah itu ibu mencuci tangan

pakai sabun tetapi anak tidak

Sumber air bersih

Air minum dari galon isi

ulang sedangkan untuk

mencuci, mandi dari PAM

Air minum dari galon isis

ulang sedangkan untuk

mencuci dan mandi dari

sumur pompa

Air minum dari galon isi ulang

sedangkan untuk mencuci dan

mandi

Air minum dari galon isi ulang

sedangkan untuk mandi dan

mencuci dari sumur pompa

Air dalam keadaan baik Baik Bagus Agak keruh Bagus

Keberadaan hewan peliharaan di

sekitar rumah

Tidak ada, namun tedapat

unggas yang terlihat bermain

di sekitar rumah

Terdapat kandang unggas

dibelakang rumah dekat

dengan penampungan air

Terdapat kandang unggas di

depan dan samping dekat

rumah

Terdapat kandang unggas di

depan rumah

Adanya tempat pembuangan sampah

Sampah ditaruh di tempat

sampah dalam rumah

kemudian setelah penuh

dibuang ke kebun

Sampah ditaruh dalam

karung atau kantong

plastik yang digantung di

pohon depan rumah,

setelah beberapa hari

diambil oleh petugas

kebersihan setempat

Sampah ditaruh di tempat

sampah di dalam dan luar

rumah, setelah penuh dibuang

ke kebun dekat rumah

kemudian dibakar

Sampah diataruh ditempat

sampah yang dilapisi plastik,

dalam beberapa hari diambil

oleh petugas kebersihan

setempat

Lingkungan bermain anak

Anak bermain di depan

rumah yang yang terdapat

selokan

Anak bermain di depan

rumah tetapi ketika

observasi anak lebih sering

dengan ibunya di dalam

rumah

Anak bermain di depan rumah

yang banyak terdapat kotoran

hewan serta asap pembakaran

sampah

Anak bermain di depan rumah

yang terdapat gundukan pasir,

ada hewan seperti kucing yang

membuang kotorannya di

dalam pasir