42
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI TAHUN 2010 KARYA TULIS ILMIAH OLEH : AYU WAHYUNI HERNAWATI MUTIARA NURFAIZAH RIAN RISNAWATI YULIANINGSIH PROGRAM STUDI KEBIDANAN (DIII) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

DI SMA PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

AYU WAHYUNI

HERNAWATI

MUTIARA

NURFAIZAH

RIAN RISNAWATI

YULIANINGSIH

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (DIII)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MEDISTRA INDONESIA

BEKASI TIMUR

2010

Page 2: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kepada ALLAH SWT Pencipta dan pemelihara

Alam Semesta, karena berkat rahmat dan hidayahnya Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini tepat pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “ Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan

Reproduksi di SMA Pasundan 3 Kota Cimahi Tahun 2010” Penyusunan karya tulis ini bertujuan

untuk mencapai gelar Ahli Madya Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia

Bekasi Timur.

Karya Tulis Ilmiah dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu hainun nisa,SST. Selaku koordinator mata kuliah metodologi penelitian

2. Ibu Guna Rismawati, Mkes Selaku dosen pembimbing mata kuliah

metodologi penelitian

3. Ibu R. Suryani S, SKM. Selaku dosen pembimbing mata kuliah metodologi

penelitian.

Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan Karya Tulis

Ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

perbaikan berikutnya. Atas bantuan dari seluruh pihak saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Bekasi, Desember 2010

Penulis

Page 3: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa ini

individu mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologi. Apa yang biasanya ada

pada masa anak-anak menjadi apa yang biasanya ada pada masa dewasa. Pada masa ini sering

terjadi konflik pada diri remaja, karena disatu sisi remaja diharapkan untuk menjadi orang yang

dewasa sesuai tampilan fisiknya yang menyerupai orang dewasa, sementara itu disisi lain masih

dianggap anak kecil (Herdiansiska, 2008).

Menurut Harlock (dalam Sarwono, 2000), secara umum masa remaja dibagi menjadi 2 bagian,

yaitu masa awal remaja dan akhir remaja. Awal remaja berlangsung kira-kira sejak usia 14

sampai 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 18 sampai 21 tahun, maka masa

remaja akhir sebagai usia yang matang secara hukum dan merupakan periode yang sangat

singkat. Jumlah remaja di Indonesia mencapi 62 juta jiwa dari total penduduk Indonesia (Herdi,

2010,2, http://www.menkokesra.go.id, diperoleh tanggal 2 Maret 2010). Berdasarkan data

BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana) jumlah remaja di Provinsi Jawa Barat

mencapai 30,1 juta jiwa dari total penduduk Jawa Barat (Netty, 2010, ¶ 3,

http://www.tribunjabar.co.id, diperoleh tanggal 2 Maret 2010). Sedangkan jumlah remaja di Kota

Cimahi mencapai 206.132 jiwa dari total penduduk Kota Cimahi (Suspeda Cimahi, 2009).

Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan fundamental dalam aspek kognitif,

emosi, dan pencapaian, yang mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologi, dan sosial

(Fagan, 2006). Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakteristik yang

khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya. Karakteristik yang khas

dimiliki oleh remaja seperti pencarian identitas diri, rasa ingin tahu yang besar, kecanggungan

dalam pergaulan, ketidakstabilan emosi, adanya perasaan kosong akibat perubahan transisi,

adanya sikap menantang, senang bereksperimentasi, kecenderungan membentuk kelompok

dalam kegiatan berkelompok, dan mempunyai banyak fantasi dan khayalan

(http://www.netsains.com, diperoleh tanggal 21 Oktober 2009).

Perubahan karakteristik yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik

yang cepat terjadi pada masa pubertas yaitu periode seksual yang mengubah menjadi orang

dewasa yang matang secara biologis yang mampu melakukan reproduksi seksual. Pubertas

dimulai dengan periode pertumbuhan fisik yang cepat disertai perkembangan bertahap organ

Page 4: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

reproduktif dan karakteristik seks sekunder, yaitu perkembangan payudara, panggul yang

membulat pada perempuan, janggut pada laki-laki, dan tumbuhnya rambut pubis pada kedua

jenis. Serta terjadi menarche (periode menstruasi pertama) pada perempuan dan ejakulasi

pertama pada laki-laki terjadi sekitar 2 tahun setelah dimulainya percepatan pertumbuhan

(Atkinson, Smith, & Bem, 2003).

Banyak fenomena memperlihatkan sebagian remaja belum mengetahui dan memahami tentang

kesehatan reproduksi. Pada remaja yang memasuki usia 15-17 tahun akan mengalami tahap yang

membutuhkan kawan-kawan dan akan merasa senang kalau banyak teman yang menyukainya.

Kadang-kadang timbul sifat “narsistic”, yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan menyukai

teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam

kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai

sendiri, optimis atau pesimis, ideal atau materialis dan sebagainya. Maka akan muncul sifat untuk

mencari kesenangan diri sendiri yang banyak melanggar norma-norma dimasyarakat (Andari R,

2005).

Remaja mengalami perubahan yang saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara fisik

dan psikologis, dan masa mencari sesuatu yang dapat dipandang menilai, pantas dijunjung tinggi.

Remaja merindukan sesuatu khayalan yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu

yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui

bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya.

Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja. dapat diketahui setiap fase

perkembangan pada masa remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi.

Perubahan ini akan semakin mencapai keseimbangan yang sifatnya individu. Di masa remaja

ukuran tubuh sudah mencapai bentuk dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara

fisiologis. Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi, maka akan timbul rasa saling

menyukai antara lawan jenis dengan didasari cinta yang dimotivasi oleh faktor-faktor

menyalurkan dorongan seksual, kesenangan, membuktikan kejantanan, dan upaya yang

menyenangkan yang banyak menimbulkan resiko. Hal ini akan menimbulkan perilaku yang

menyimpang, seperti hubungan seksual diluar nikah. Perilaku ini menyebabkan remaja

mengalami gangguan kesehatan reproduksi, yaitu infeksi penyakit menular seksual termasuk

HIV/AIDS, kehamilan, dan aborsi

Akibat aktivitas seksual di luar nikah menimbulkan ancaman terhadap kesehatan reproduksi

remaja, yaitu pada remaja perempuan mengakibatkan kehamilan dan keputusan untuk

mengakhiri yang tidak diinginkan (aborsi). Pada dasarnya remaja perempuan yang melakukan

aborsi akan mengalami kehilangan harga diri, berteriak-teriak, mimpi buruk mengenai bayinya,

menggunakan obat-obat terlarang dan tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual.

Page 5: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

(www://creasoft.wordpress.com., diperoleh tanggal 2 Februari 2010).

Kemudian mengenai kejadian penyakit HIV-AIDS yang terjadi di Kota Cimahi, berdasarkan data

dari profil Dinas Kesehatan Kota Cimahi didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 1.1 Angka Kejadian HIV-AIDS di Kota Cimahi Tahun

2007-2010

No Tahun Jumlah

1 2007 62

2 2008 97

3 2009 111

4 Januari 2010 112

(Sumber Profil Dinkes Kota Cimahi, 2010).

Berdasarkan tabel 1.1 di atas angka kejadian HIV-AIDS dari tahun 2007 sampai tahun 2008

mengalami kenaikan sebesar 35 kasus, kemudian dari tahun 2008 sampai tahun 2009 sebesar 14

kasus, sedangkan dari tahun 2009 sampai awal januari tahun 2010 sebesar 1 kasus. Angka

kejadian HIV-AIDS di Kota Cimahi tiap tahun mengalami kenaikan, sehingga dari tahun 2007

sampai periode Januari awal tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 50 kasus yang di temukan

(Profil Dinkes Kota Cimahi, 2010).

Tabel 1.2 Angka Kejadian HIV-AIDS Berdasarkan Usia Remaja di Kota

Cimahi Tahun 2010

NoUsia

(Tahun)

Kasus Jumlah

Temuan Kematian

1 12-14 0 0 0

2 15-17 4 0 4

3 18-21 22 1 23

Page 6: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

Total 26 1 27

(Sumber Profil Dinkes Kota Cimahi, 2010)..

Berdasarkan tabel 1.2 di atas angka kejadian HIV-AIDS di Kota Cimahi terbanyak terjadi pada

usia 18-21 tahun, yaitu sebanyak 22 orang. Lalu terdapat juga orang akibat kematian HIV-AIDS,

yaitu sebanyak 1 orang (Profil Dinkes Kota Cimahi, 2010).

Fenomena di atas yang menunjukkan tentang tingginya angka kejadian HIV-AIDS di Kota

Cimahi, menggambarkan adanya kemungkinan penyimpangan perilaku seksual pada remaja yang

akan menimbulkan tingginya penularan penyakit seksual, kehamilan di luar nikah, dan aborsi di

Kota Cimahi. Hal ini kemungkinan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang kesehatan

reproduksi. Menurut teori Lawrence Green (1980), perilaku manusia berawal dari tingkat

kesehatan, dimana kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Maka untuk mengatasi hal tersebut

perawat melaksanakan suatu pendidikan kesehatan dan konseling tentang kesehatan reproduksi

remaja.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Pasundan 3 Cimahi merupakan salah satu SMA swasta yang ada

di Kota Cimahi dibawah lindungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan.

Terletak di jalan raya Encep Kartawiria No.97 A Cimahi, mempunyai jumlah murid sebanyak

150 orang terdiri dari kelas X sebanyak 40 orang, kelas XI sebanyak 50 orang, kelas XII

sebanyak 60 orang.(Kusnadi & BP SMA Pasundan 3 Kota Cimahi, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga SMA yang berada disekitar wilayah Kota Cimahi,

yaitu SMA Pasundan 1, 3 dan SMA Negeri 5 Kota Cimahi dimana setiap SMA diwakili oleh 10

orang, didapatkan hasil 16 siswa (53,3%) mengetahui tentang kesehatan reproduksi serta dampak

yang ditimbulkannya, sedangkan 14 siswa (46,7%) tidak mengetahui tentang kesehatan

reproduksi serta dampak yang ditimbulkannya.

Setelah dibandingkan dari ketiga SMA yang berada disekitar Kota Cimahi tersebut,

memperlihatkan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di SMA 3 Pasundan Kota

Cimahi paling rendah di bandingkan dengan SMA Negeri 5 Kota Cimahi dan SMA Pasundan 1

Kota Cimahi. Menurut pengakuan siswa-siswi SMA tersebut, mereka belum mendapatkan

pelajaran tentang kesehatan reproduksi dan pencegahannya, hanya sekedar pelajaran reproduksi

yang dipelajari pada pelajaran biologi. Informasi tentang kesehatan reproduksi didapatkan dari

teman sebaya dan media masa seperti koran, majalah, dan internet.

Page 7: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

Fenomena diatas menunjukkan di Kota Cimahi. Masih kurangnya tingkat pengetahuan siswi

SMA tentang kesehatan reproduksi. Hal ini berpotensi terhadap perilaku penyimpangan seksual

pada remaja. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahuii sejauh mana pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi di SMA Pasundan 3 Kota Cimahi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka perumusan masalah dalam

penelitian ini “ bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi di

sma pasundan 3 kota cimahi tahun 2010”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang

kesahatan reproduksi di SMA Pasundan 3 Kota Cimahi.

2. Tujuan Khusus

a Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang definisi kesehatan reproduksi.

b Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang proses reproduksi.

c Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan reproduksi.

d Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang perawatan sistem kesehatan

reproduksi.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Untuk bahan perkembangan ilmu kebidanan komunitas yang berkaitan dengan kesehatan

reproduksi pada remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi SMA 3 Pasundan Cimahi

Sebagai masukan dalam pendidikan, sehingga dapat dijadikan salah satu bahan untuk

Page 8: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

mengembangkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi para siswa dengan

memberikan pendidikan di lingkungan sekolah.

b. Bagi Peneliti Lain

Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain sebagai informasi dan

bahan untuk penelitian selanjutnya, yaitu tentang kesehatan reproduksi.

Page 9: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

World Health Organization (WHO), mendefinisikan remaja adalah kelompok penduduk

yang berusia antara 10-19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja memperhatikan

kebutuhan fisik, sosial, dan emosional, menurut Stanley Hall (1998, dalam Dario, 2004)

usia remaja antara usia 12-13 tahun. Sedangkan menurut Hurlock (dalam Sarwono, 2000)

remaja adalah kelompok penduduk yang berusia 14-21 tahun.

Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang batasan

usianya tidak ditentukan dengan jelas. Ditandai dengan pertumbuhan fisik yang lengkap,

selama periode ini membentuk maturitas seksual dan mencari identitas sebagai individu

yang terpisah dari keluarga (Atkinson, Smith, & Bem, 2007).

2. Penggolongan Remaja

Menurut Thornburg (1982, dalam Agoes Dariyo,2006) penggolongan remaja terbagi 3

tahap yaitu :

a.Remaja awal usia 13-14 tahun,

Umumnya telah memasuki pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

b. Remaja tengah usia 15-17 tahun

Umumnya telah memasuki pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

c.Remaja akhir usia 18-21 tahun

Umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau mungkin sudah bekerja.

3. Karakteristik Masa Remaja

a.Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kepentingannya

berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting dari pada beberapa periode

lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku. Pada periode

remaja yang penting yaitu akibat fisik dan akibat psikologis. Menurut Tanner (dalam

Hurlock, 2004) “ Bagi sebagian besar remaja, usia antara 12 tahun dan 16 tahun

merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan

Page 10: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

dan perkembangan”. Perkembangn fisik yang cepat dan penting disertai dengan

cepatnya perkembangan mental yang cepat.

b. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan

Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya,

sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang

telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan

yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan

juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan

sikap yang sudah ditinggalkan. Dalam periode peralihan status individu tidaklah jelas

dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan.

c.Masa Remaja sebagai Periode Perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan

tingkat perubahan fisik. Selama awal remaja ketika perubahan fisik terjadi dengan

pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Apabila perubahan fisik

menurun maka perubahan perilaku dan sikap akan menurun juga.

Ada 4 perubahan yang sama hampir bersifat universal, diantaranya :

1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan

fisik dan psikologis yang terjadi.

2) Perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social untuk

dipesankan sehingga menimbulkan masalah baru.

3) Perubahan nilai-nilai, apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting,

sekarang setelah hamper dewasa tidak penting lagi.

4) Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan, menginginkan dan menuntut

kebebasan tetapi remaja sering takut tanggung jawab akan akibatnya dan keraguan

untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah

Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja

sering menjadi maslah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun permpuan.

Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu diantaranya :

1) Sepanjang masa kanak-kanak

2) Masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru,

sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

3) Merasa dirinya mandiri

4) Mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan

guru-guru.

e.Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas

Page 11: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

Menurut Erikson (dalam Hurlock, 2004), “ Identitas diri yang dicari remaja berupa

usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Dalam

usaha mencari keseimbangan dan kesamaan yang baru, para remaja memperjuangkan

kembali perjuangan tahun-tahun lalu. Remaja selalu siap menempatkan idola dan ideal

mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.

f. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan ketakutan.

Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai dan

sayangnya bersifat negatif. Ada istilah stereotif budaya. Stereotif berfungsi sebagai

cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang menggambarkan citra diri

remaja sendiri yang lamat laun dianggap sebagai gambaran yang asli dan remaja

membentuk perilakunya.

g. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melaui kaca berwarna merah jambu. Ia

melihatnya dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang di inginkan dan bukan

sebagaimana adanya. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya ssendiri

tetapi justru bagi keluarga dan teman-temannya, sehingga menyebabkan meningginya

emosi yang merupakan cirri awal masa remaja. Semakin tidak realistic cita-citanya

semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain

mengecewakannya atau kalau tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya.

h. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa.

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah

untuk meninggal streotif belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka

sudah hamper dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata

belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memutuskan diri pada perilaku yang

dihubungkan dengan status dewasa, seperti merokok, minum-minuman keras,

menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap

bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock, 2004).

4. Perkembangan Remaja

Dalam perkembangan kepribadian seseorang khususnya remaja mempunyai arti yang

khusus, namun masa remaja perkembangan seseorang, artinya remaja tidak termasuk

mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses golongan anak, tetapi tidak

pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada di antara anak dan

orang dewasa, sehingga masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik maupun

psikisnya (Monks, Knoers, & Haditono, 2006). Maka Perkembangan yang terjadi pada

remaja meliputi :

Page 12: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

a.Perkembangan Fisik

Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang

khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam

rangkaian proses perkembangan seseorang. Seorang anak masih belum selesai

perkembangannya, orang dewasa dapat dianggap sudah berkembang sepenuhnya

fungsi-fungsi fisik. Pada masa remaja perkembangan berlangsung antara masa usia 12

tahun dan 21 tahun, sehingga pada remaja akan mengalami perubahan fisik yang di

pengaruhi oleh suatu hormon seks yang akan mengubah pola pertumbuhan seorang

anak.

Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2001) perkembangan fisik remaja akan

mengalamami perubahan seperti :

Tabel 2.1 Perubahan Fisik Pada Remaja Wanita

Perkembangan fisik Usia

Pertumbuhan payudara

Pertumbuhan rambut kemaluan

Pertumbuhan badan

Menarche ( haid pertama)

Bulu ketiak

7-13 tahun

7-14 tahun

9,5-14,5 tahun

10-16,5 tahun

setelah tumbuhnya rambut

kemaluan

(Sumber : Papalia, Olds, dan Feldman, 2001)

b. Perkembangan Seksual

Page 13: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

Pubertas adalah periode maturasi seksual yang mengubah seorang anak menjadi orang

dewasa yang matang secara biologis yang mampu melakukan reproduksi seksual,

terjadi dalam periode sekitar 3 atau 4 tahun. Pubertas dimulai dengan periode

pertumbuhan fisik yang cepat yang disertai oleh perkembangan bertahap organ

reproduktif dan karakteristik seks sekunder (perkembangan payudara pada perempuan,

janggut pada laki-laki, dan tumbuhnya rambut pubis pada kedua jenis.

Menarche merupakan periode menstruasi pertama, terjadi relatif lambat pada pubertas

sekitar 18 bulan setelah percepatan pertumbuhan wanita mencapai puncaknya. Periode

ini cenderung tidak teratur, dan ovulasi (pelepasan sel telur) biasanya tidak di mulai

sampai 1 tahun atau lebih setelah menarche. Ejakulasi pertama pada anak laki-laki

biasanya terjadi sekitar 2 tahun setelah di mulainya percepatan pertumbuhan. Cairan

seminal pertama tidak mengandung sperma, jumlah sperma dan fertilitas mereka

meningkat secara bertahap (Atkinson, Smith, & Bell, 2003).

c.Perkembangan Psikologis

Anak perempuan yang secara fisik matur biasanya kurang puas dengan berat badan dan

penampilan mereka dibandingkan temannya yang belum dewasa. Anak perempuan

yang dewasa lebih awal cenderung merasa malu oleh fakta bahwa tubuh meraka

memiliki bentuk yang lebih dibandingkan temannya yang mempunyai daya tarik.

Berkaitan dengan mood banyak penelitian menyatakan bahwa anak perempuan yang

dewasa awal lebih cepat mengalami depresi dan kecemasan dan memiliki percaya diri

yang lebih rendah, jarang berbicara dengan orang tuanya, memiliki lebih sedikit

perasaan positif terhadap hubungan keluarga dibandingkan anak perempuan yang

lambat dewasa (Simmon & Blyth, 1988, dalam Atkinson, 2003).

d. Perkembangan Sosial.

Percepatan perkembangan remaja yang berhubungan dengan pemasakan seksualitas,

juga mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan social remaja. Sebelum

masa remaja sudah ada hubungan yang lebih erat antara anak-anak yang sebaya, sering

timbul juga kelompok-kelompok, perkumpulan-perkumpulan untuk bermain bersama

atau membuat rencana bersama. Aktivitas tersebut juga dapat bersifat agresif, kadang-

kadang kriminal seperti mencuri, penganiayaan dan lain-lain (Monks, Knoers, &

Haditono, 2006).

e.Perkembangan Kognitif

Menurut Pieget (dalam Dariyo, 2006) mengemukakan kognitif/ kecerdasan merupakan

kemampuan mental (mental activity) untuk beradaptasi dan mencari keseimbangan

dengan lingkungan hidupnya. Lingkungan itu terdiri atas lingkungan fisik maupun

lingkungan sosial.

Setiap individu akan mengalami proses pertumbuhan yaitu proses perubahan struktur

Page 14: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

dan skema mentalnya, dari yang bersifat sederhana menuju hal yang lebih komplek,

hal ini terjadi karena adanya faktor perkembangan maupun faktor belajar. Pada proses

perkembangan yang terjadi yaitu perubahan struktur mentalnya, sedangkan pada proses

belajar yaitu perubahan isi mental.

f. Perkembangan Identitas

Pada masa remaja tugas utama perkembangan adalah menghadapi krisis antara

pencapaian identitas diri dengan kebingungan identitas (role confusion). Jika identitas

diri berhasil dicapai, maka remaja menjadi dewasa yang matang dimana terdapat

keseimbangan antara perkembangan diri dengan keadaan sosialnya. Sebaliknya jika

remaja gagal mencapai identitas dirinya maka remaja akan menghadapi kebingungan

peran atau identitas.

Terdapat 4 keadaan identitas diri pada remaja, yaitu :

1) Identity diffusion adalah suatu keadaan dimana belum mengalami krisis atau

membuat komitmen akan melakukan sesuat.

2) Identity foreclosure, adalah suatu keadaan dimana remaja telah membuat

komitmen namun belum mengalami krisis.

3) Identity moratorium, adalah suatu keadaan dimana remaja telah mengalami

krisis namun belum membuat komitmen.

4) Identity achievement, adalah suatu keadaan dimana remaja telah mengalami

krisis dan telah membuat komitmen (Suriadi & Yulianni, 2006).

B. Konsep Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Menurut Perkumpulan Keluaraga Berencana Indonesia (PKBI) (2001), Reproduksi berasal

dari kata “re” yang artinya kembali dan “production” yang artinya membuat atau

menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehiduapan manusia

dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang

berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi (ICPD, 1994, dalam Depkes,

2005).

2. Proses Reproduksi

Manusia berkembangbiak secara seksual dan pada saat tertentu membentuk sel-sel kelamin

Page 15: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

(gamet). Sel-sel kelamin yang dibentuk oleh laki-laki membentuk sel-sel kelamin (gamet).

Sel-sel kelamin yang dibentuk seorang pria disebut sel sperma (spermatozoa). Seorang laki-

laki dewasa menghasilkan lebih dari seratus juta sel sperma. Adapun sel-sel kelamin yang

dibentuk oleh seorang wanita disebut sel telur (ovum). Proses pembentukan spermatozoa

disebut spermatogenesis, sedangkan proses pembentukan ovum disebut ogenesis. Kedua

proses mengawali terjadinya perkembangbiakan pada manusia. Seorang wanita mampu

memproduksi sel telur (ovum) setelah masa puber (remaja awal) sampai dewasa, yaitu

sekitar umur 12 sampai 50 tahun. Setelah usia sekitar 50 tahun seorang wanita tidak

produktif lagi yang ditandai dengan tidak mengalami menstruasi disebut menopause.

Setelah sel telur di dalam ovarium matang, dinding rahim menebal dan banyak mengandung

pembuluh darah. Pembuahan didahului oleh peristiwa ovulasi, yaitu lepasnya sel telur yang

matang dari ovarium. Jika sperma bertemu dengan ovum akan terjadi pembuahan.

Pembuahan terjadi di ovarium. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot. Zigot

yang terbentuk segera diselubungi oleh selaput, kemudian menuju ke rahim. Di dalam

rahim zigot menanamkan diri pada dinding rahim yang telah menebal. Zigot yang telah

berada di rahim akan terus tumbuh dan berkembang menjadi embrio sampai dilahirkan.

Masa embrio/masa kehamilan manusia sekitar 9 bulan 10 hari. Di dalam rahim embrio

mendapat makanan dari tubuh induk melalui plasenta (Dahlan, 2009, Proses reproduksi, ¶

1, http://wordpress.com, di peroleh tanggal 10 Februari 2010).

3. Kesehatan Reproduksi Wanita

a.Kesehatan Reproduksi Wanita

Berdasarkan konferensi wanita sedunia ke-4 di Beijing pada tahun 1995 dan konferensi

kependudukan dan pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hal-hal

reproduksi pada wanita tersebut.

Empat hal pokok dalam reproduksi wanita, yaitu :

1) Kesehatan reproduksi dan seksual.

2) Penentuan dalam keputusan reproduksi.

3) Kesetaraan wanita dan pria.

4) Keamanan reproduksi dan seksual.

b. Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita

Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita meliputi :

1) Gender

Gender adalah peran masing-masing berdasarkan jenis kelamin menurut budaya

yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi sosial mempengaruhi tingkat

kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks cross cultural berarti

tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.

Page 16: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

2) Kemiskinan

Kemiskinan akan mengakibatkan :

a) Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi.

b) Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang

tidak layak.

c) Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.

3) Pendidikan yang rendah

Kemiskinan dapat mempengaruhi kesempatan untuk mendapatakan pendidikan.

Sehingga tingkat pendidikan juga dapat mempengauhi tingkat kesehatan. Orang

yang berpendidikan memadai dapat merawat diri sendiri dan ikut serta dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga dan masyarakat.

4) Kawin muda

Di Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah

usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum

menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan,

orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan

diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti wanita muda hamil

mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat

kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan.

5) Beban kerja yang berat.

Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah

dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya

wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan

kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh

waktu (http://www.wordpress.com/kesehatan-reproduksi-wanita-2008, diperoleh

tanggal 15 Februari 2010).

4. Masalah Kesehatan Reproduksi

Menurut BKKBN (2001) Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia meliputi :

a.Kesakitan dan kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas

Page 17: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

b. Aborsi

c.Infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual, meliputi :

1) Genorhe (kencing nanah)

2) Sifiis (raja singa)

3) Herpes genitalis

4) Trikomonas vaginitis (keputihan berbau busuk)

5) Sankroid (koreng)

6) Klamida (keluar cairan dari vagina)

7) Condiloma akuminata (Kutil daerah kemaluan)

8) Candidiasis (Jamur di mulut vagina)

9) Hepatiitis B

d. HIV/AIDS

e.Keluarga Berencana.

5. Perawatan Sistem Reproduksi

Perawatan sisstem reproduksi adalah suatu perawatan rutin pada alat reproduksi bertujuan

supaya terhindar dari bakteri, jamur, dan virus yang akan mengakibatkan peradangan,

infeksi, dan rangsangan rasa gatal pada sistem reproduksi. Berikut perawatan sistem

reproduksi pada wanita dan laki-laki, diantaranya :

a.Pemeliharaan Sistem Reproduksi pada Wanita meliputi :

1) Pemakaian pembilas vagina, pembilas secuknya, tidak berlebihan.

2) Tidak memasukkan benda asing dalam vagina

3) Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat

4) Hal yang perlu diperhatikan oleh remaja puteri pada saat haid adalah :

Pada saat haid, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh

karena itu kebersihan vagina lebih dijaga supaya kuman tidak mudah masuk dan

menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.

5) Selama haid mungkin timbul rasa nyeri pada pinggang dan panggul. Hal ini

disebabkan adanya peregangan-peregangan (kontraksi) pada otot rahim.

6) Untuk menjaga kebersihan, penggunaan pembalut selama haid harus diganti

secara teratur 4-5 kali sehari atau setelah buang air kecil.

7) Jika memakai pembalut sekali pakai, sebaiknya dibersihkan dulu sebelum

dicuci terlebih dahulu rendam memakai sabun pada temppat tertutup.

8) Mencatat siklus haid.

9) Apabila badan terasa kurang segar pada saat haid karena tubuh memproduksi

lebih banyak keringat dan minyak serta getah-getah tubuh lainnya, sebaiknya tetap

mandi dan keramas seperti biasa menggunakan air hangat.

Page 18: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

10) Pada waktu haid, air di dalam tubuh lebih banyak, hal ini menyebabkan nyeri

perut dan lainnya. Oleh karena itu , sebaiknya selama haid garam dikurangi,

perbanyak buah-buahan dan sayuran segar, batasi lemak dan daging. Ikan dan

ayam lebih cocok serta minum air putih sebanyak-banyaknya dan lebih banyak

mengkonsumsi karbohidrat agar tubuh tidak menjadi lemah.

b. Pemeliharaan Sistem Reproduksi pada Laki-laki

1) Tidak menggunakan celana yang ketat dapat mempengaruhi suhu testis,

sehingga dapat menghambat produksi sperma.

2) Sunat dapat mencegah penumpukan kotoran atau smegma (cairan dan

kelenjar alat kelamin) sehingga alat kelamin menjadi bersih.

c.Akibat Tidak Menjaga Kebersihan Sistem Reproduksi

1) Bisa tekena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau

tidak nyaman.

2) Mencuci vagina dengan air kotor, pemriksaan dalam yang tidak benar,

pemakaian pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak hiegenis dan

adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal.

Keputihan juga bias timbul karena pengobatan hormonal, celana yang tidak

menyerap keringat dan penyakit seksual. keputihan yang abnormal berwarna putih

atau kuning, berbau, sangat gatal dan disertai nyeri perut bagian bawah (R.

Wahyudi, 2006).

C. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

Page 19: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior).

Penelitian Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni :

a.Awareness (kesadaran), yakni menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

c.Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut.

d. Trial, yakni orang mulai mencoba perilaku baru.

e.Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

da sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkatan Pengetahuan

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan

perilaku tidak selalu melewati 5 proses tersebut, apabila penerimaan perilaku baru atau

adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka

tidak akan berlangsung lama. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan itu mempunyai 6

tingkatan, yaitu:

a.Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara

benar.

c.Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih

Page 20: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e.Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justufikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) fakto -faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada 5 yaitu:

a.Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan, sehingga terjadi perubahan

perilaku yang positif dan meningkat.

b. Informasi

Seorang yang mempunyai sumber lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang

lebih luas.

Page 21: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

c.Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang

meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu

yang bersifat non formal.

e.Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang akan di ukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,

2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), pertanyaan yang dapat di gunakan untuk mengukur

pengetahuan umum dapat di kelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Pertanyaan subjektif berupa jenis pertanyaan essay, disebut pertanyaan

subjektif dari penilai sehingga nilainya akan berada dari penilaian satu dengan yang

lain dari satu waktu yang lainnya.

b. Pertanyaan objektif merupakan pertanyaan pilihan ganda, salah-betul dan

menjodohkan. Penilaian dari bentuk pertanyaan bersifat pasti, tanpa melibatkan

subjektifitas dari pelaku.

5. Indikator Hasil Pengukuran Pengetahuan

Menurut Nursalam (2003), hasil pengetahuan dapat dikelompokkan dengan kriteria hasil :

a. Baik, jika 76%-100% jawaban benar

b. Cukup, jika 56%-75% jawaban benar

c. Kurang, jika < 56% jawaban benar

Page 22: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di

SMA Pasundan 3 Kota Cimahi tahun 2010

Keterangan :

: Identitas Responden

: Variabel

KarakteristikUmur

Perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi

Page 23: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3
Page 24: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana strategis penelitian yang dimaksudkan menjawab permasalahan

yang dihadapi ( Notoadmodjo,2005)

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan

pendekatan survey yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup

banyak dalam jangka waktu tertentu.

3.2 Polulasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai

kwantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya ( Aziz, 2010). Dalam penelitian ini penulis menentukan

populasi yaitu seluruh remaja putri yang terdiri kelas X sebanyak 40 orang, kelas XI

sebanyak 50 orang, kelas XII sebanyak 60 orang. Dengan jumlah total 150 orang.

3.2.2 Sampel

Adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi ( Sugiono,

2002;57 ). Tehnik sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan

pengambilan sampel secara stratified random sampling, dilakukan dengan cara

mengidentifikasi criteria umum dari anggota populasi.

Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus sampel sebagai berikut

( Notoatmodjo, 2005 ) :

21 dN

Nn

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

Page 25: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan : 0,05

jadi jumlah sampelnya adalah :

= 60 responden

Berdasarkan hasil perhitungan rumus menurut Notoatmodjo (2005), didapatkan 110

responden, maka dilakukan pembagian kelas dengan menggunakan teknik dengan

rumus Stratified random sampling:

ni = Ni x n

N

Keterangan :

ni = besarnya sampel

Ni = total populasi

n = besar sampel stratum I

N = total populasi stratum I

Berdasarkan rumus diatas maka dapat diketahui pembagian strata tiap kelas X, XI,

dan XII, sebagai berikut :

Kelas X =40 x 60

150= 15 orang

Kelas XI =50 x 6 0

150= 20 orang

Page 26: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

Kelas XII=60 x 60

150= 24orang

Jumlah ......................................= 110 orang

Dari hasil penelitian didapatkan 110 Responden. Penelitian dilakukan selama satu minggu.

3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data

skunder. Dimana data primer didapat

Dengan cara responden mengisi lembar quisioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang akan diisi

oleh para responden, dimana pertanyaan tersebut berkaitan dengan variabel yang akan diteliti dan

disusun secara sistematik.

Untuk data skunder didapatkan melalui kepala sekolah untuk mendapatkan jumlah populasi siswa

khususnya siswi kelas 1, 2 dan 3.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan

karateristik yang diamati ( Hidayat, 2007 ).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabe

l

Sub Variabel Definsi

Konseptual

Definisi

Operasio

nal

Kategori Alat

Ukur

Skala

Pengeta

huan

tentang

kesehat

an

reprodu

a. Penge

rtian

kesehatan

reproduksi

Hasil dari

tahu, dan

terjadi

setelah

orang

melakkuka

Pengetah

uan dan

pemaham

an

subtansi

tentang

1. Baik

, jika skor

76-100%

2. Cuk

up, jika skor

58-75%

Kuisio

ner

Ordin

al

Page 27: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

ksi

b. Prose

s reproduksi

pada manusia

c. Masal

ah kesehatan

reproduksi

n

perinderaa

n terhadap

suatu objek

Hasil dari

tahu

tentang

proses

terjadinya

perkemban

gan

manusia

Hasil dari

tahu

tentang

masalah

yang

menimbulk

an

terhadap

kesehatan

reproduksi

topic –

topic

kesehatan

reproduks

i remaja

Pengeta

huan dan

pemaham

an

subtansi

tentang

topic –

topic

reproduks

i

Pengetah

uan dan

pemaham

an

subtansi

tentang

topic –

topik

masalah

kesehatan

reproduks

i

Pengetah

uan dan

3. Kura

ng, jika skor

<56%

1. Baik

, jika skor

76-100%

2. Cuk

up,jika skor

56-75%

3. Kura

ng, jika skor

<56%

1. Baik

, jika skor

76-100%

2. Cuk

up, jika skor

56-75%

3. Kura

nng, jika

skor <56%

1. Baik

, jika skor

76-100%

2. Cuk

up, jika skor

56-75%

3. Kura

ng, jika skor

<56%

Kuisio

ner

Kuisio

Ordin

al

Ordin

Page 28: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

d. Peraw

atan sistem

reproduksi

Hasil dari

tahu

tentang

upaya

untuk

menjaga

kesehatan

sistem

reproduksi

dan

berbagai

macam

dampak

negatif

pemaham

an

substansi

tentang

perawata

n sistem

reproduks

i

ner

Kuisio

ner

al

Ordin

al

3.5 Pengolahan Data

3.5.1 Editting

Tahap ini dilakukan untuk menilai kelengkapan dan menyesuaikan dengan jawaban

responden. Ini dilakukan secara manual yaitu memeriksa setiap lembar kuisioner pada

waktu penerimaan pengumpulan data. ( Zaluchu, 2006 ).

3.5.2 Coding

Tahap ini dilakukan dengan cara member kode angka pada setiap jawaban kuisioner,

dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengolahan data ( Zaluchu, 2006 ).

3.5.3 Tabulating

Pada tahap ini penulis melakukan pemindahan penyusunan data dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi pada setiap variabel yang diteliti ( Zaluchu, 2006 ).

Page 29: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3

3.5.4 Analisa Data

Pada tahap ini menggunakan teknik analisa data secara uni variat menghasilkan distribusi

dan presentase dari setiap variabel yang diteliti dengan menggunakan rumus :

P = F X 100%

N

Keterangan :

P= Presentase

F= Frekuensi

N= Jumlah Responden ( Hidayat, 2007 )

Page 30: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3
Page 31: Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sma Pasundan 3