83
i GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan OLEH SUHARTINI NIM: P00320130099 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA … GABUNGAN - Copy.pdfPenyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia sampai saat ini. Diare adalah penyebab kematian yang

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIAREPADA BALITA DI PUSKESMAS POASIA

    KOTA KENDARITAHUN 2016

    KARYA TULIS ILMIAH

    Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanDiploma III Politeknik Kesehatan Kendari

    Jurusan Keperawatan

    OLEH

    SUHARTININIM: P00320130099

    KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEPERAWATAN

  • ii

  • iii

  • iv

    M O T T O

    Tak ada kata terlambat

    Dalam mencari ilmu

    Berfikir kritis dan kreatif

    Bertindak bijaksana

    Mengakui kekuasaan tuhan

    Adalah kunci kesejahteraan dan kedamaian

    Manusia tidak akan mungkin mencapai kesempurnaan

    Karena tuhan jualah yang maha sempurna

    Namun, inilah yang dapat kupersembahkan kepada

    Kedua orang tuaku tercinta dan orang-orang yang mencintaiku

  • v

    RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas

    1. Nama Lengkap : SUHARTINI

    2. NIM : NIM: P0032013099

    3. Tempat Tanggal Lahir : Maros, 15 Nopember 1995

    4. Jenis Kelamin : Perempuan

    5. Agama : Islam

    6. Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

    7. Alamat : Desa Iwoimendoro Kecamatan Basala,

    Konsel.

    B. Pendidikan

    1. SD Negeri Iwoimendoro Tamat Tahun 2007

    2. SMP Negeri 35 Konsel Kabupaten Konawe Selatan Tamat 2010

    3. SMK Kesehatan Budimulia Kota Kendari Tamat Tahun 2013

    4. Polteknik Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan 2013 sampai sekarang

  • vi

    ABSTRAK

    Suhartini, NIM. P0032013099, Gambaranpengetahuan ibu tentang diarepada Balita Puskesmas Poasia Kota Kendari, dibimbing oleh Lena Atoy danAkhmad. (xi + 55 halaman + 8 Tabel + 7 Lampiran). Diare adalah penyakit yangterjadi karena adanya perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi air besar,oleh karena itu perlnya diketahui tanda dan gejala serta penangana diare.Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku. Rumusan masalahpenelitian ini adalah bagaimana gambaranpengetahuan ibu tentang diare padaBalita Puskesmas Poasia Kota Kendari? Penelitian ini bertujuan untuk Untukmenggambarkanpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas PoasiaKota Kendari. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitianini berjumlah 64 ibu Balita dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden yangdiambil secara kebetulan pada saat peneltian berlangsung dan bersedia menjadiresponden. Tehnik analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan disajikandalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwapengetahuan tentang tanda dan gejala penyakit diare kategori baik berjumlah 8responden (25,00%), kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%) dankategori kurang berjumlah 20 responden (65,50%), pengetahuan tentangpenanganan penyakit diare kategori baik berjumlah 3 responden (9,38%),kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%) dan kategori kurang berjumlah25 responden (78,12%), sehingga disimpulkan bahwa sebagian besar respondenmemiliki pengetahuan tentang penyakit diare kategori kurang berjumlah 23responden (71,88%) dan hanya sebagian kecil responden yang memilikipengetahuan kategori baik berjumlah 3 responden (9,38%). Disarankan kepadaPuskesmas untuk lebih meningkatkan penyuluhan kepada ibu tentang penyakitdiare sehingga dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit diare dan bagaimanacara perawatan diare tanpa mengabaikan upaya pencegahannya.

    Kata Kunci : Pengetahuan, tanda dan gejala, pencegahan diare, PuskesmasPoasia

    Daftar Pustaka : 21 (2008-2015)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulliah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

    atas Rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya

    Tulis Ilmiah ini walaupun dalam bentuk yang sederhana, merupakan salah satu

    syarat untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikanPendidikan Diploma III

    Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari dengan judul

    ”Gambaranpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas Poasia Kota

    Kendari”.

    Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat banyak

    bantuan, bimbingan, arahan serta motivasi dari berbagai pihak secara moril

    maupun materil. Penulismengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

    setinggi-tingginya khususnya kepada Ayahanda Amma dan Ibunda Sinaryang

    telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan

    pengorbanan tiada tara, buat kakakku; Kamal dan Saleh yang juga membantu dan

    menghibur disaat penulis merasa lelah. Kesempatan ini pula penulis mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari

    2. Kepala Badan Riset Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah menerbitkan surat

    izin penelitian

    3. Ketua jurusan keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

    Kendari

  • viii

    4. Ibu Lena Atoy, SST.,MPH, selaku pembimbing I, dan bapak Akhmad,

    SST.,M.Kes selaku pembimbing II terima kasih atas waktunya untuk

    memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan Karya Tulis

    Ilmiah ini.

    5. Dewan penguji Bapak Muslimin L. A.Kep.,S.Pd.,M.Si, selaku penguji I,

    Bapak Taamu, A.Kep.,S.Pd.,M.Kes selaku penguji II dan ibu Anita Rosanty,

    SST.,M.Kes selaku penguji III terima kasih atas masukan dan sarannya dalam

    penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

    6. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada nenekku rima,dan buat iparku

    suri,suqnidan buat ponakanku reski,syahra

    7. Dan buat sahabat-sahabatku

    MIWARNI,NIAR,MADE,WHARDA,IRNA,HIKMA.dan tidak lupa juga

    ucapkan kepada ASTI,RIDHA,ARDI,WENDY.

    8. Dosen dan stafPolteknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari yang

    telah membimbing dan membantu penulis selama menempuh pendidikan.

    9. Kepala Puskesmas Poasia Kota Kendari yang telah memberikan izin tempat

    penelitian

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

    masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik dan saran dari Dosen

    penguji sangat penulis harapkan.

    Kendari Juli 2016

    Peneliti

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii

    MOTTO ...................................................................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... iv

    ABSTRAK .................................................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii

    DAFTAR ISI............................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Pengetahuan.................................................................... 6

    B. Tinjauan Tentang Penyakit Diare ................................................................ 12

    BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    A. Dasar Pemikiran........................................................................................... 34

    B. Kerangka Konsep Penelitian........................................................................ 34

    C. Variabel Penelitian....................................................................................... 35

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif................................................. 35

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 37

    B. Waktu dan tempat Penelitian ....................................................................... 37

    C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 37

  • x

    D. Pengumpulan dan Cara Pengumpulan Data................................................. 38

    E. Pengolahan Data .......................................................................................... 39

    F. Analisis Data................................................................................................ 39

    G. Penyajian Data ............................................................................................. 40

    H. Etika Penelitian ............................................................................................ 40

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 42

    B. Pembahasan ................................................................................................ 45

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................................. 54

    B. Saran ............................................................................................................ 54

    DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 5.1 Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Poasia BerdasarkanKelurahan Tahun 2015............................................................... 43

    Tabel 5.2 Ketenagaan Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2015.......... 44

    Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di PuskesmasPoasia Kota Kendari Tahun 2016............................................... 44

    Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Puskesmas PoasiaKota Kendari Tahun 2016................................................. 45

    Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di PuskesmasPoasiaKota Kendari Tahun2016...............................................................

    46

    Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda dan gejala diare DiPuskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016......................... 46

    Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Posyandu DiPuskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016.................................... 47

    Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang diare Di Puskesmas PoasiaKota Kendari Tahun 2016................................................. 48

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat persetujuan menjadi responden

    Lampiran 2. Lembar kuesioner

    Lampiran 3. Surat izin penelitian dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

    Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Badan Riset Provinsi Sulawesi Tenggara

    Lampiran 5. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Puskesmas Poasia

    Kota Kendari

    Lampiran 6. Master tabel penelitian

    Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

  • xiii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih

    banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam), dengan tinja berbentuk

    cairan atau setengah cairan (setengan padat), dapat pula disertai frekuensi

    defekasi yang meningkat (Haryono, 2012). Diare adalah kehilangan cairan dan

    elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih

    buang air besar dengan tinja yang encer atau cair (Ode, 2012).

    Penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia

    sampai saat ini. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita

    setelah pneumonia. Diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi setiap tahun

    pada anak balita di seluruh dunia. Setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal

    karena diare. Dari daftar urutan penyebaran kunjungan Puskesmas/Balai

    Pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke

    Puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare

    diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia

    diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap

    tahunnya sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak di bawah

    umur 5 tahun (±40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami

    lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh

    ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat

    meninggal (Suraatmaja, 2014).

  • xiv

    Jumlah penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana

    kesehatan pemerintah dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar

    1,5-2 juta. Jumlah ini adalah sekitar 10 % dari jumlah penderita yang datang

    berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survei

    rumah tangga diantara 8 penyakit utama, ternyata persentase penyakit diare

    yang berobat sangat tinggi yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata

    penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan (Suraatmaja, 2014)

    Berdasarkan data WHO tahun 2014, pada Weekly Morbidity and Mortality

    Report (WMMR) IDP husting and crisis affected districts, Kyberpakhtunkhwa,

    Pakistan, dilaporkan bahwa pada minggu ke-22 dari semua jumlah kunjungan

    pasien 12% diantaranya adalah kasus penyakit diare dan dari semua jumlah

    kunjungan pasien 23% diantaranya adalah balita, dimana yang menderita

    penyakit diare adalah 9% dari semua jumlah kunjungan pasien balita.

    Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 diare dan gastroenteritis

    menempati urutan pertama pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat

    inap di rumah sakit, dengan CFR 1,79%. Sedangkan data tahun 2013 jumlah

    kasus diare sebanyak 3.902.992 kasus dan tahun 2014 sebanyak 8.490.976 kasus

    atau meningkat sebesar 54,03% dari tahun sebelumnya (Kemenkes RI,2015).

    Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013

    jumlah kasus diare sebanyak 10.331 kasus dan tahun 2014 sebanyak 25.430

    kasus meningkat sebanyak 59,37% dari tahun sebelumnya. Namun, dari jumlah

    tersebut tidak menimbulkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) walaupun

    pada tahun 2014 dilaporkan yang meninggal disebabkan diare sebanyak 4 orang

    atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,01% (Dinkes Sultra, 2015)

  • xv

    Sedangkan untuk Kota Kendari persoalan diare masih merupakan masalah

    yang dihadapi disemua Puskesmas yang ada di Wilayah Kota Kendari. Hal ini

    diketahui pada tahun 2013 jumlah kasus diare sebanyak 6.400 kasus, 2.068

    kasus (32.31%) diare pada umur 1-4 tahun, tahun 2014 jumlah kasus diare

    sebanyak 5.398 kasus, 2505 kasus (46,40%) diare pada umur 1-4 tahun dan pada

    tahun 2015 jumlah kasus diare sebanyak 5.038 kasus, 2.406 kasus (47,75%)

    (Dinkes Kota Kendari, 2015)

    Angka kejadian penyakit diare pada Balita di Puskesmas Poasia Kota

    Kendari pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 731 kasus, 193 kasus (26,40%)

    diantaranya dialami oleh usia Balita (1-4 tahun), tahun 2014 jumlah kasus

    diare sebanyak 691 kasus, 251 kasus (36,32%) diantaranya dialami oleh usia

    Balita (1-4 tahun) dan pada tahun 2015 jumlah kasus diare sebanyak 490

    kasus dan 320 kasus (65,17%) diantaranya dialami oleh usia Balita (1-4

    tahun) hal ini menunjukkan bahwa kasus diare di Puskesmas Poasia

    mengalami peningkatan setiap tahunnya(Puskesmas Poasia, 2015),

    Selanjutnya berdasarkan laporan Bulanan Puskesmas Poasia tahun 2016

    periode Januari sampai dengan bulan April jumlah kasus diare

    sebanyaksebanyak 216 kasus, sedangkan pada Balita (1-4 tahun) ditemukan

    sebanyak 89 kasus diare (41,20%), jumlah Balita tercatat 64 orang

    Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian diare di Puskesmas Poasia

    Kota Kendari masih sangat tinggi. Penanganan diare perlu dilakukan dengan

    tepat untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang dapat menyebabkan

    kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa

    perilaku yang didasari dengan pengetahuan yang yang cukup, akan lebih

  • xvi

    langgeng jika dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari dengan

    pengetahuan yang cukup.

    Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit diare pada balita, maka

    ibu harus memasak air sampai mendidih sebelum diminum, mencuci tangan

    Balita sebelum makan, tidak membiarkan anak Balitanya jajan sembarangan

    karena makanan tersebut belum terjamin kebersihannya dan membiasakan

    Balitanya untuk Buang air besar di Jamban Keluarga. Sikap di atas

    merupakan upaya untuk mengurangi risiko kejadian diare pada Balita.

    Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

    tentang Gambaranpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas

    Poasia Kota Kendari.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana

    Gambaranpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas Poasia Kota

    Kendari?“

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk menggambarkanpengetahuan ibu tentang diare pada Balita

    Puskesmas Poasia Kota Kendari.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk memperoleh gambaran pengetahuan ibu tentang tanda dan gejala

    diare pada Balita Puskesmas Poasia Kota Kendari

  • xvii

    b. Untuk memperoleh gambaran npengetahuan ibu tentang perawatan

    diare dan pencegahan pada Balita Puskesmas Poasia Kota Kendari

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Menjadi sumbangan ilmiah dalam memperkaya khasanah ilmu

    pengetahuan dan merupakan bahan acuan penelitian selanjutnya.

    b. Sebagai aplikasi Ilmu dalam menambah wawasan dan pengetahuan

    penulis tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare

    2. Manfaat praktis

    a. Sebagai masukan dan satu sumber Informasi bagi Puskesmas Poasia

    Kota Kendari, tentang pengetahuan dan sikap ibu keluarga tentang

    penyakit diare.

    b. Sebagai informasi kepada masyarakat khususnya yang ada di Wilayah

    Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tentang penyakit diare.

  • xviii

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Pengetahuan

    1. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

    manusia melalui pengamatan indra. Pengetahuan muncul ketika

    seseorang menggunakan alat indra atau akalnya untuk mengenali benda

    atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat, didengar dan dirasakan

    sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

    2. Proses adopsi

    Penelitian Rogers (1974) dalam Maulana (2009) mengungkapkan

    bahwa sebelum orang tersebut menghadapi perilaku baru (berperilaku

    baru) dalam arti orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

    a. Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

    b. Interest (merasa tertarik) dimana orang mulai tertarik kepada stimulus

    atau obyek tersebut.

    c. Evaluation (menimbang-nimbang baik buruknya tindakan terhadap

    stimulus atau obyek tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap

    responden sudah lebih baik lagi.

    d. Trial dimana orang telah melalui mencoba melakukan sesuatu sesuai

    dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

  • xix

    e. Adaptation, dimana obyek telah berperilaku baru sesuai dengan

    pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

    Namun demikian dari perilaku baru atau adaptasi perilaku melalui

    proses seperti itu, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

    yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

    Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

    kesadaran maka tidak akan berlangsung lama, pada perilaku itu sendiri

    dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: pendidikan, budaya,

    perilaku, usia, dan sumber informasi (Maulana, 2009).

    3. Tingkatan Pengetahuan

    Pengetahuan yang mencakup didalam Domain Kognitif dibagi

    menjadi 6 tingkatan, yaitu:

    a. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Pada tingkat ini recall (mengingat kembali)

    terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bagian yang

    dipelajari/rangsang yang diterima, oleh sebab itu tingkat ini adalah yang

    paling rendah.

    b. Memahami (Comprehention)

    Memahami dilakukan sebagai suatu kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

    menginterpretasikan materi tersebut secara benar yang dilakukan

    dengan menjelaskan , menyebutkan contoh, dll.

  • xx

    c. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

    Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi/penggunaan hukum-

    hukum, rumus, metode, prinsip dan konteks/situasi lain.

    d. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi/suatu

    objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

    struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lainnya.

    e. Sintetis (Synthesis)

    Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

    meletakkan/menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

    keseluruhan yang baru, dengan sintesis adalah kemampuan untuk

    informasi-informasi yang ada.

    f. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini kaitanya dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi/penelitan terhadap suatu materi yang ingin diukur dari subjek

    penelitian/responden.

  • xxi

    4. Cara memperoleh Pengetahuan

    a. Cara tradisional

    1) Coba dan salah (trial and error)

    Dipakai sebelum adanya peradaban kebudayaan yang

    dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

    masalah dan bila kemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan

    yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

    1) Cara kekuasaan (otoritas)

    Sumber pengetahuan diperoleh dari pemimpin-pemimpin

    masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

    pemerintahan dan sebagainya. Prinsipnya orang lain menerima

    pendapat dari orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih

    dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik fakta

    empiris atau penularan sendiri.

    2) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

    Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dengan cara

    mengulangi kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam

    memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

    3) Jalan Pikiran

    Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

    menggunakan jalan pikirannya. Baik melalui induksi maupun

    deduksi, yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak

  • xxii

    langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan,

    dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

    b. Cara modern (ilmiah)

    Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat

    ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Untuk memperoleh kesimpulan

    dan melakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan

    membuat pernyataan-pernyataan terhadap semua fakta, sehubungan

    dengan objek penelitian (Maulana, 2009).

    Dalam penelitian ilmiah, pengetahuan diperoleh berdasarkan

    penelitian yang sistematis, objektif, terkontrol dan dapat diuji yang

    dilakukan melalui metode deduktif dan induktif, selain itu metode

    ilmiah selalu dapat mengoreksi sendiri (self correction) sehingga

    pengetahuan yang diperoleh dapat selalu diperbaiki dan dikembangkan.

    5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    a. Faktor internal

    1) Umur

    Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

    sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur tingkat

    kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang

    dalam berfikir logis (Maulana, 2009).

    2) Pendidikan

    Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-

    hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas

  • xxiii

    hidup. Oleh sebab itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang

    maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak

    pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang

    kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

    nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Maulana, 2009).

    3) Pengalaman

    Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

    merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

    pengetahuan.Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

    digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

    4) Pekerjaan

    Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu,

    bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

    kehidupan keluarganya (Maulana, 2009).

    b. Faktor eksternal

    1) Informasi

    Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita

    tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat.

    Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang

    tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia

    mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal

    ini akan dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut.

  • xxiv

    2) Lingkungan

    Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

    pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

    orang atau kelompok.(Maulana, 2009).

    3) Sosial budaya

    Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

    Seseorang memperoleh sesuatu kebudayaan dalam hubunganya

    dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami

    proses belajar memperoleh sesuatu pengetahuan.

    6. Kriteria Tingkat Pengetahuan

    Menurut Arikunto (2006) dalam Ariani (2014) pengetahuan

    seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang

    bersifat kualitatif, yaitu :

    a. Pengetahuan baik : 76–100%

    b. Pengetahuan cukup : 56-75%

    c. Pengetahuan Kurang :

  • xxv

    Diare adalah pengeluaran tinja dengan frekuensi yang tidak normal

    dan konsistensi lembek atau cair.Berat ringannya diare tidak diukur dari

    frekuensinya, tetapi berdasarkan kuantitas tinja yang dikeluarkan.Diare

    sering menyebabkan tubuh kehilangan sebagian besar cairan dan

    berbagai elektrolit sehingga mengganggu sistem keseimbangan cairan

    tubuh. Tubuh dapat kekurangan cairan (dehidrasi) dan berakibat fatal

    terlebih pada balita (Ngastiyah, 2011)

    Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak

    normal atau tidak seperti biasanya.Perubahan yang terjadi berupa

    perubahan peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau

    tanpa lendir darah, yaitu pada anak lebih dari 3 kali/hari dan pada

    neonatus lebih dari 4 kali/hari.Menurut defenisi Hippocrates, diare adalah

    buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan

    konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Uripi, 2013).

    2. Jenis-Jenis Diare

    a. Diare Akut

    Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak

    normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair

    dan bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu

    kurang dari 2 minggu.

    b. Diare Kronik

    Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan

    meningkatnya frekuensi buang air besar yang dapat berlangsung

  • xxvi

    berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus

    atau berulang, dapat berupa gejala fungsional akibat suatu penyakit

    berat. Banyak nama diberikan untuk diare kronik seperti persistent

    diarrhea, protracted diarrhea, intractable diarrhea dan lain

    sebagainya (Ngastiyah, 2011).

    3. Etiologi Diare

    Diare disebabkan oleh beberapa faktor yang berperan sekaligus

    saling mempengaruhi:

    a. Faktor Infeksi

    1) Infeksi enternal ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang

    merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi

    entenal sebagai berikut:

    a) Infeksi bakteri

    b) Infeksi virus

    c) Infeksi parasit

    2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar pencernaan makanan.

    b. Faktor malabsorpsi

    1) Malabsorpsi karbonhidrat

    2) Malabsorpsi lemak

    3) Malabsorpsi protein

    c. Faktor makanan, seperti: makanan basi, beracun, alergi terhadap

    makanan

    d. Faktor psikologis, seperti rasa takut dan cemas.

  • xxvii

    Kemajuan di bidang teknologi laboratorium telah mampu

    mengidentifikasi kuman-kuman pathogen penderita diare sekitar 80%

    pada kasus yang dating di sarana kesehatan dan mikroorganisme yang

    dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi telah teridentifikasi.

    Beberapa penyebab infeksi utama timbulnya diare antara lain golongan

    parasit, bakteri, dan virus (Suharyono, 2008).

    Virus terbanyak yang menyebabkan diare adalah rotavirus (40-

    60%) sedangkan virus lainnya adalah virus Norwalk, Astovirus,

    Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus, Enteric adenovirus. Bakteri yang

    dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas, Bacilus cereus,

    Campylobacter jejuni, Clostridium perfingens, Clostridium defficile,

    Escherichia coli, Plesimonas shigeloides, Salmonella, Shigella,

    Staphyloccus aereus, Vibrio parahaemolyticus, Yersinia entrecolitica.

    Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli,

    Capillaria phiplippinensis, Crytosporodium, Entomoba hystolitica,

    Giardia Lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis

    suihominis, Strongileides stercolis, dan trichhuris trichhiura (Olyfta. A,

    2010).

    Diare pada anak bisa disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti

    malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, imunodefisiensi dan sebab lain.

    Gangguan penyerapan (malabsorbsi) yang sering menyebabkan diare

    adalah malabsorbsi karbohidrat, sedangkan pada bayi dan anak penyebab

    tersering adalah karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan juga

  • xxviii

    protein.Factor makanan, seperti keracunan makanan atau alergi terhadap

    makanan tertentu juga dapat menimbulkan diare.Kondisi psikologis juga

    dapat menimbulkan diare seperti rasa takut dan cemas, tetapi hal ini

    jarang terjadi pada anak-anak (Suharyono, 2008).

    4. Faktor yang berhubungan dengan kejadian Diare

    Faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan kejadian diare pada

    Balita adalah sebagai berikut:

    a. Penjamu (Host)

    1) Umur

    Diare paling sering menyerang anak-anak, terutama usia

    antara 6 bulan sampai 2 tahun. Juga umum terjadi pada bayi

    bawah 6 bulan yang minum susu sapi atau susu formula. Bila

    dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok

    umur dengan insidensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4

    tahun) yaitu 16,7%.4 Kejadian diare biasanya tinggi pada

    kelompok umur muda dan tua (balita dan manula), rendah pada

    kelompok umur remaja dan produktif (Kemenkes RI, 2011).

    2) Jenis Kelamin

    Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada

    anak yang lebih besar. Kejadian akut pada anak laki-laki hampir

    sama dengan anak perempuan. Berdasarkan Riset Kesehatan

    Dasar tahun 2007 insidensi diare menurut jenis kelamin hampir

  • xxix

    sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada

    perempuan(Kemenkes RI, 2011).

    3) ASI Eksklusif

    ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada

    bayi baru lahir sampai bayi mencapai usia 6 bulan. Pemberian

    ASI penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali dari pada

    bayi dengan ASI disertai susu botol. Bayi dengan susu botol saja

    akan mempunyai risiko diare lebih berat dan bahkan 30 kali lebih

    banyak daripada dengan ASI penuh (Widoyono,2008).

    4) Status Imunisasi

    Berdasarkan laporan Ditjen PPM dan P2LP tahun 2005

    bahwa diare sering timbul menyertai campak juga dapat

    mencegah diare.Oleh karena itu, anak harus segera diberi

    imunisasi campak setelah berumur 9 bulan (Widoyono, 2008).

    5) Status Gizi

    Pada anak dengan malnutrisi, serangan diare terjadi lebih

    sering dan lebih lama.Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin

    sering dan semakin berat diare yang dideritanya.Diduga bahwa

    mukosa yang kurang gizi sangat peka terhadap infeksi.Diare dapat

    terjadi pada keadaan kekurangan gizi, seperti pada kwashiorkor,

    terutama karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan

    di usus (Ngastiyah, 2011).

    b. Agent

  • xxx

    1) Peradangan Usus

    a) Bakteri, seperti :Escherichia coli, Salmonella typhi,

    Salmonella Paratyphi A, B, C, Shigella flexneri, Vibrio

    cholera, vibrio eltor, vibrio parahemolyticus, Clostridium

    perferingens, Campilabacter, Staphilococcus, Coccidiosis.

    b) Parasit, seperti : Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia

    lamblia, Trichomonashominis isospora), cacing (Ascaris

    lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator americanus,

    Trichuris trichiura, Vermicularis, Taenia saginata, Taenia

    solium), jamur (candida).

    c) Virus, seperti :Rotavirus,Farvovirus, Adenovirus, Norwalk.

    d) Alergi makanan

    e) Sindroma malabsorpsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak, dan

    protein.

    f) Keracunan makanan dan minuman yang disebabkan bakteri

    (Clostridium bottulinus, staphylococcus) atau bahan kimia.

    g) Alergi, misalnya tidak tahan pada makanan tertentu seperti

    susu kaleng atau susu sapi.

    h) Kekurangan Energi Protein (KEP)

    2) Immunodefisiensi terutama Sig A (secretory immunoglobulin A)

    yang mengakibatkan berlipat gandanya bakteri/flora usus dan

    jamur terutama Candida.

  • xxxi

    3) Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat

    menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

    c. Lingkungan (Environment)

    Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

    lingkungan.Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar

    kuman diare serta berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak

    sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat

    menimbulkan kejadian penyakit diare (Kemenkes RI, 2011).

    5. Penularan Diare

    Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman

    seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal

    terjadi dengan mekanisme berikut ini :

    a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat

    terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar,

    baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke

    rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan.

    b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus

    atau bakteri dalam jumlah yang besar. Bila tinja tersebut dihinggapi

    oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan,

    maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang

    memakannya.

    c. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga

    kebersihannya, tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat

  • xxxii

    makan dan minum, mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan

    sumber air lainnya (Widoyono, 2008).

    6. Tanda dan Gejala Penyakit Diare

    Mula-mula bayi/anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

    meningkat, nafsu makan berkurang/tidak ada kemudian timbul diare.

    Tinja cair dapat disertai darah lendir, warna tinja kehijau-hijauan karena

    tercampur empedu.Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya

    defekasi dan tinja semakin lama semakin asam akibat banyaknya asam

    laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak diabsorpsi oleh

    usus.

    Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare disebabkan

    oleh lambung yang meradang dan akibat gangguan keseimbangan asam

    basa dan elektrolit, maka terjadilah dehidrasi, berat badan menurun,

    ubun-ubun besar dan cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir

    berkurang dan kulit tampak kering.

    Berdasarkan banyaknya cairan dan elektrolit yang hilang, derajat

    dehidrasi dapat dibagi menjadi :

    a. Diare tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel,

    masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak

    terlalu berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasa.

    b. Diare dengan dehidrasi ringan, kehilangan cairan sampai 5% dari

    berat badan dengan gejala sebagai berikut : keadaan umum baik dan

  • xxxiii

    sadar, mata normal dan air mata ada, mulut dan lidah basah, tidak

    terasa haus, turgor kulit kembali cepat.

    c. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari

    berat badan dengan gejala sebagai berikut : kadang-kadang muntah,

    terasa haus, gelisah dan mengantuk, aktivitas menurun, mata cekung,

    mulut dan lidah kering, nadi lebih cepat, ubun-ubun cekung.

    d. Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% dari

    berat badan dengan gejala sebagai berikut : muntah lebih sering,

    tersa haus sekali, tidak kencing, tidak ada nafsu makan, sangat lemah

    sampai tidak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering, nafas

    sangat cepat dan dalam, nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba,

    ubun-ubun sangat cekung (Erlan, 2009).

    7. Komplikasi Diare

    Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat

    mengakibatkan berbagai macam komplikasi, yaitu :

    a. Dehidrasi : ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, dan hipertonik.

    b. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang

    (keluarnya elektrolit melalui tinja).

    c. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala

    meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara

    berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah,

    bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.

    d. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.

  • xxxiv

    e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase

    karena kerusakan vili mukosa usus halus.

    f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

    g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita

    juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang,

    pengeluaran bertambah).

    8. Pencegahan Diare

    a. Pencegahan Primer (Primary Prevetion)

    Pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama ini

    dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk

    menghilangkan faktor risiko terhadap diare. Adapun tindakan-tindakan

    yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu :

    1) Pemberian ASI

    ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik

    dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya.ASI

    turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru

    lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali

    lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai

    dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui

    mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Kemenkes RI,

    2011).

    Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan

    pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih

  • xxxv

    besar.Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.

    Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan

    risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya

    gizi buruk (Kemenkes RI, 2011).

    2) Pemberian Makanan Pendamping ASI

    Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi

    secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa.

    Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi

    sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat

    menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun

    penyakit lain yang menyebabkan kematian (Kemenkes RI, 2011).

    Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara

    pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

    a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6

    bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan

    macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih.

    Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak

    berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak

    dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI

    bila mungkin.

    b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur

    dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu,

    telur, ikan, daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan

  • xxxvi

    sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan

    sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta

    menyuapi anak dengan sendok yang bersih.

    c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan

    sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan

    dengan benar sebelum diberikan kepada anak (Kemenkes RI,

    2011)

    3) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

    Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan

    melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan

    memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar

    dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang

    disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Kemenkes

    RI, 2011).

    Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang

    benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil

    dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air

    bersih (Kemenkes RI, 2011).

    Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan

    diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi

    air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai

    penyimpanan di rumah (Kemenkes RI, 2011).

    Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

  • xxxvii

    a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

    b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari

    hewan, membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter

    dari sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali

    parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari

    sumber.

    c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan

    gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil

    air.

    d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan.

    (Kemenkes RI, 2011)

    4) Mencuci Tangan

    Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

    perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah

    mencuci tangan.Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah

    buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

    menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan

    sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare

    (Kemenkes RI, 2011).

    5) Menggunakan Jamban

    Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

    penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam

    penurunan resiko terhadap penyakit diare.Keluarga yang tidak

  • xxxviii

    mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus

    buang air besar di jamban (Kemenkes RI, 2011).

    Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

    a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan

    dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

    b) Bersihkan jamban secara teratur.

    c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke

    tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh

    dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta

    lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar

    tanpa alas kaki. (Kemenkes RI, 2011)

    6) Membuang Tinja Bayi Yang Benar

    Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak

    berbahaya.Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula

    menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi

    harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus

    diperhatikan:

    a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus

    dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di

    kakus.

    b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah

    yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam

    kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di

  • xxxix

    atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan

    buang ke dalam kakus.

    c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci

    tangannya. (Kemenkes RI, 2011)

    7) Pemberian Imunisasi Campak

    Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting

    untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.Anak

    yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian

    imunisasi campak juga dapat mencegah diare.Oleh karena itu

    berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.

    b. Pencegahan Sekunder (Secundary Prevention)

    Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan pengobatan yang

    tepat.Pada pencegahan sekunder, sasarannya adalah mereka yang

    terkena penyakit diare. Upaya yang dilakukan adalah:

    1) Segera setelah diare, berikan penderita lebih banyak cairan

    daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan yang

    dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (sup, air tajin)

    dan kalau tidak ada berikan air matang.

    2) Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan

    padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair.

    3) Beri makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi.

    Teruskan pemberian ASI bagi anak yang masih menyusui dan bila

    anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan.

  • xl

    4) Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila tidak membaik

    dalam 3 hari atau menderita hal berikut yaitu buang air besar cair

    lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan

    atau minum sedikit, dengan atau tinja berdarah.

    5) Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,

    maka berikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap

    mengutamakan rehidrasi.

    c. Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention)

    Sasaran pencegahan tertier adalah penderita penyakit diare

    dengan maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau

    terjadi komplikasi.Bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare adalah

    kurang gizi dan kematian.Kematian akibat diare disebabkan oleh

    dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari tubuh.

    Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk

    keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama

    diare biasanya penderita susah makan dan tidak merasa lapar sehingga

    masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali. Upaya yang

    dilakukan dalam pencegahan tertier ini adalah:

    1) Pengobatan dan perawatan diare dilakukan sesuai dengan derajat

    dehidrasi. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan oleh petugas

    kesehatan dengan menggunakan tabel penilaian derajat dehidrasi.

    Bagi penderita diare dengan dehidrasi berat segera diberikan cairan

    intarvena dengan Ringer Laktat.

  • xli

    2) Berikan makanan secukupnya selama serangan diare untuk

    memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat

    dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.

    3) Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan

    selama dua minggu untuk membnatu pemulihan penderita. (Erlan.

    1999)

    9. Penatalaksanaan diare

    Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita

    adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang

    didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO.

    Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi

    memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

    penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi

    akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program

    LINTAS DIARE yaitu:

    a. Oralit

    Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai

    dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan

    bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah

    sayur, air matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit

    yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi

    rasa mual dan muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi

    penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.Bila penderita

  • xlii

    tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

    mendapat pertolongan cairan melalui infus.Pemberian oralit didasarkan

    pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

    1) Diare tanpa dehidrasi

    Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

    Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

    Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

    2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang

    Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

    selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

    dehidrasi.

    3) Diare dengan dehidrasi berat

    Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

    Puskesmas untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011)

    Tabel 1Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur

    UmurJumlah oralit

    yang diberikantiap BAB

    Jumlah Oralit yang disediakan dirumah

    < 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

    1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)

    > 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

    Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

    Sumber : Kemenkes RI, 2011

  • xliii

    Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan

    sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian

    dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih besar dapat

    minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah hentikan dulu

    selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1

    sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai

    dengan diare berhenti (Latif, 2014).

    b. Zinc

    Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

    tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide

    Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan

    mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam

    epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan

    fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).

    Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi

    lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air

    besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan

    kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua

    anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

    Dosis pemberian Zinc pada balita:

    1) Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.

    2) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

  • xliv

    Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah

    berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok

    makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare

    (Kemenkes RI, 2011).

    c. Pemberian ASI / Makanan

    Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan

    gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh

    serta mencegah berkurangnya berat badan.Anak yang masih minum

    ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula

    juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih

    termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan

    makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan

    lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra

    diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan

    (Latif, 2014).

    d. Pemberian antibiotik hanya atas indikasi

    Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

    kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika

    hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar

    karena shigellosis), suspek kolera.Obat-obatan anti diare juga tidak

    boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak

    bermanfaat.Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah

    berat.Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan

  • xlv

    status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping

    yang berbahaya dan bisa berakibat fatal.Obat anti protozoa digunakan

    bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amoeba, giardia) (Latif,

    2014).

    e. Pemberian Nasihat

    Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan

    erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

    1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah

    2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

    a) Diare lebih sering

    b) Muntah berulang

    c) Sangat haus

    d) Makan/minum sedikit

    e) Timbul demam

    f) Tinja berdarah

    g) Tidak membaik dalam 3 hari.

  • xlvi

    BAB III

    KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    A. Dasar Pemikiran

    Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

    pneumonia. Diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi setiap tahun pada anak

    balita di seluruh dunia. Setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal karena

    diare. Dari daftar urutan penyebaran kunjungan Puskesmas/Balai Pengobatan,

    hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke Puskesmas.

    Penanganan diare perlu dilakukan dengan tepat untuk menghindari terjadinya

    dehidrasi yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan yang

    yang cukup, akan lebih langgeng jika dibandingkan dengan perilaku yang

    tidak didasari dengan pengetahuan dan sikap yang cukup.

    B. Kerangka Konsep Penelitian

    Berdasarkan alur pikiran peneliti, maka dapat dibuat sebuah kerangka

    penelitian seperti tampak pada gambar berikut:

  • xlvii

    Variabel independent Dependent

    Pengetahuan Tentang Diare

    Keterangan:

    : Variabel Independen

    : Variabel Dependen

    Gambar 1: Kerangka Konsep Penelitian

    C. Variabel Penelitian

    1. Variabel independent atau sering disebut variabel bebas yang dimaksud

    dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu.

    2. Variabel Dependent atau sering disebut variable terikat yang dimaksud

    dalam penelitian ini adalah penyakit diare.

    D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif

    1. Penyakit Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal

    (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.

    2. Balita yang dimaksud dalam penelitian ini anak yang berumur antara 1-5

    tahun yang diare dan berkunjung di Puskesmas Poasia Kota Kendari

    Pengetahuan ibu Balita TentangTanda dan gejala penyakit Diare

    Penyakit Diare

    Pengetahuan ibu Balita TentangPerawatan dan pencegaha Diare

  • xlviii

    3. Pengetahuan ibu Balita tentang tanda dan gejala penyakit Diare dimaksud

    dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden (ibu Balita) tentang

    gejala, atau tanda-tanda penyakit diare pada Balita yang diukur dengan

    menggunakan pertanyaan sebanyak 5 item, jika jawaban benar diberi skor

    1 dan jika jawaban salah diberi skor 0

    Kriteria obyektif:

    Pengetahuan baik : Bila responden memperoleh nilai 76 –

    100%

    Pengetahuan cukup : Bila responden memperoleh nilai 56-75%

    Pengetahuan Kurang : Bila responden memperoleh nilai < 56

    4. Pengetahuan ibu tentang pengetahuan perawatan Diare dan pencegaha

    dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden (ibu Balita)

    tentang perawatan diare pada Balita yang diukur dengan menggunakan

    pertanyaan sebanyak 10 item, jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika

    jawaban salah diberi skor 0

    Kriteria obyektif:

    Pengetahuan baik : Bila responden memperoleh nilai 76 –

    100%

    Pengetahuan cukup : Bila responden memperoleh nilai 56-75%

    Pengetahuan Kurang : Bila responden memperoleh nilai < 56

  • xlix

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk

    memperoleh gambaranpengetahuan ibu tentang diare pada Balita Puskesmas

    Poasia Kota Kendari.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat penelitian

    Penelitian inidilaksanakan di Puskesmas Poasia Kota Kedari

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 20 sampai dengan tanggal

    24 Juni Tahun 2016.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibuBalita yang

    berkunjung di Puskesmas Poasia Kota Kendari periode Januari-Februari

    berjumlah 64 orang.

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari Populasi. Sampel dalam penelitian ini

    adalah Ibu Balita yang berkunjung di Puskesmas Poasia yang diambil

  • l

    sebesar 50% dari jumlah Populasi. Menurut Notoatmodjo (2010), apabila

    jumlah populasi > 100, maka sampel dapat diambil 10%-30%, dan apabila

    jumlah populasi < 100, maka sampel dapat diambil 50%-30%, sehingga

    jumlah sampel dalam penelitian ini diambil 50% x 64 Balita = 32 sehingga

    jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32responden

    Tehnik penarikan sampel dilakukan dengan metodeAccidental

    Sampling, yaitu yang dijadikan responden adalah ibu Balita yang

    berkunjung di Puskesmas Poasia pada saat penelitian berlangsung dan

    cocok serta bersedia dijadikan responden

    D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    1. Jenis Data

    Jenis data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data

    sekunder.

    a. Data primer

    Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari responden

    melalui pengisian lembar kuesioner yang meliputi data

    tentangkarakteristik responden dan gambaran pengetahuan dan sikap

    ibu tentang penyakit diare pada Balita

    b. Data sekunder

    Data sekunder adalah data yang di ambil dari instansi terkait yang

    berhubungan dengan penelitian seperti data penyakit diare dari Dinas

    Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Kota

    Kendari dan Puskesmas Poasia Kota Kendari

  • li

    2. Cara pengumpulan data

    Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan

    menggunakan lembar kuesioner yang berisi tentang daftar pertanyaan

    untuk dijawab oleh responden tentang penyakit diare.

    E. Pengolahan Data

    Pengolahan data yang diperoleh dari Kuesioner dan hasil pengamatan di

    lapangan diolah menggunakan program komputer. Langkah-langkah

    pengolahan data meliputi:

    1. Editing yaitu dilakukan untuk mengisi setiap daftar pernyataan yang sudah

    di isi. Editing meliputi kelengkapan pengisisan, kesalahan pengisian, dan

    konsistensi pada setiap jawaban.Hal ini dilakukan dilapangan.

    2. Coding yaitu memberikan kode pada setiap jawaban yang ada dengan

    maksud memudahkan untuk menganalisa.

    3. Skoringyaitu perhitungan secara manual dengan menggunakan kalkulator

    untuk mengetahui presentase setiap variabel yan diteliti.

    4. Tabulasi yaitu kelanjutan dari proses pengolahan dalam hal ini setelah data

    disebut koding dan kemudian ditabulasi agar dapat mempermudah

    penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.

    F. Analisa Data

    Analisis data dilakukan secara deskriptif pada masing-masing variabel.

    Dalam distribusi frekuensi digunakan analisis persentase sebagai berikut:

  • lii

    P = xKn

    f(Ariani 2014 )

    Keterangan:

    P = Persentase

    f = frekuensi

    n = Jumlah sampel

    K = Konstanta

    G. Penyajian Data

    Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian

    dinarasikan.

    H. Etika Penelitian

    Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek

    penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.

    Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian

    yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia

    (Hidayat, 2009). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

    sebagai berikut:

    1. Persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

    Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

    dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

    persetujuan.Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

    dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

  • liii

    responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud

    dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

    mereka harus menandatangani lembar persetujuan.Jika responden tidak

    bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden (Hidayat, 2009).

    2. Tanpa nama(Anonymity)

    Masalah etika penelitian kesehatan merupakan masalah yang

    memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

    tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

    ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

    penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2009).

    3. Kerahasiaan (Confidentiality)

    Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

    kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

    lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

    oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

    hasil riset.

  • liv

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    C. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    a. Keadaan Geografis

    Puskesmas Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota kendari,

    sekitar 9 KM dari Kantor Walikota Kendari.Luas wilayah kerja

    Puskesmas Poasia sekitar 4.175 Ha atau 44.75. KM atau 15,12 % dari

    luas daratan Kota Kendari. Sebagian besar wilayah kerja merupakan

    dataran rendah dan sebagian merupakan perbukitan sehingga sangat

    ideal untuk pemukiman.Di bagian utara berbatasan dengan Teluk

    Kendari yang sebagian besar berupa hamparan empang. Pada bagian

    barat yang mencakup 2 kelurahan (Kelurahan Anduonohu dan

    Kelurahan Rahandouna) Adapun batas Wilayah kerja Puskesmas Poasia

    adalah sebagai berikut:

    1) Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari

    2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli

    3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo

    4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu

    b. Keadaan Demografi

    Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Poasia pada tahun

    2015 sebanyak 27.058 jiwa yang tersebar di 4 wilayah kelurahan. Untuk

    lebih jelasnya dapat disajikan

  • lv

    Tabel. 5.1Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Poasia

    Berdasarkan Kelurahan Tahun 2015

    No Kelurahan Pria Wanita Total

    1 Anduonohu 5.045 4.955 10.000

    2 Rahandouna 5.579 5.273 10.8523 Anggoeya 2.322 2.413 4.9454 Mata bubu 645 616 1.261

    Total 13801 12481 27058

    Sumber: Profil Puskesmas Poasia, 2015

    Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 27058 jiwa yang ada di

    Wilayah kerja Puskesmas Poasia, yang terdiri dari pria sebanyak 13.801

    dan wanita sebanyak 12.481 jiwa.

    c. Sarana kesehatan

    Sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Poasia terdiri dari:

    a. Puskesmas perawatan : 1 unit

    b. Puskesmas pembantu : 2 unit

    c. Pondok bidan : 4 unit

    d. Posyandu : 16 unit

    e. Poyandu Lansia : 4 unit

    1) Tenaga kesehatan

    Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Poasia Kota

    Kendari dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

  • lvi

    Tabel 5.2Ketenagaan Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2015

    No Jenis Ketenagaan n %123456789101112131415

    Dokter umumDokter gigiS1 KeperawatanKesehatan MasyarakatPerawatPerawat gigiBidanTenaga GiziSanitarianSMASPPMApotekerLaboranAsisten ApotekerGizi

    534134312075214236

    4,22,53,410,936,10,816,85,94,21,70,83,41,72,55,0

    Jumlah 119 100Sumber: Profil Puskesmas Poasia, 2015

    Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 119 tenaga kesehatan yang

    di Puskesmas Poasia, sebagian besar adalah tenaga perawat sebanyak

    43 orang (36,1%) dan sebagian kecil adalah tenaga perawat gigi dan

    SPPM masing-masing 1 orang (0,8%).

    2. Karakteristik Responden

    a. Umur

    Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

    Di Puskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016

    No Kelompok Umur f %1234

    20-24 tahun25-30 tahun31-35 tahun36-40 tahu

    51593

    15,6246,8828,139,37

    Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016

  • lvii

    Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden ibu

    Balita yang diteliti, sebagian besar responden memiliki kelompok umur

    25-30 tahun berjumlah 15 responden (46,88%), dan sebagian kecil

    responden ibu Balita memiliki kelompok kelompok umur antara 36-40

    tahun berjumlah 3 responden (9,37%).

    b. Pendidikan

    Distribusi pendidikan responden dalam penelitian dapat disajikan

    pada tabel di bawah ini.

    Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Puskesmas

    PoasiaKota Kendari Tahun 2016

    No Pendidikan f %1234

    SDSMPSMAPT

    57146

    15,6221,8843,7518,75

    Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016

    Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden ibu

    Balita yang diteliti, sebagian besar responden memiliki pendidikan

    SMA berjumlah 14 responden (43,75%), dan hanya sebagian kecil yang

    memiliki pendidikan SD berjumlah 5 responden (15,62%).

    c. Pekerjaan

    Distribusi pekerjaan responden dalam penelitian dapat disajikan

    pada tabel di bawah ini.

  • lviii

    Tabel 5.5Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas

    PoasiaKota Kendari Tahun 2016

    No Pekerjaan f %123

    IRTWiraswastaPNS

    2516

    78,133,1318,74

    Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016

    Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden ibu

    Balita yang diteliti, sebagian besar responden tidak bekerja (IRT)

    berjumlah 25 responden (78,13%), dan hanya sebagian kecil yang

    memiliki pekerjaan wiraswasta masing berjumlah 1 responden (1,13%).

    3. Variabel penelitian

    a. Pengetahuan tentang tanda dan gejala diare

    Distribusi pengetahuan responden tentang tanda dan gejala diare

    dalam penelitian dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

    Tabel 5.6Distribusi Pengetahuan Responden TentangTanda dan gejala

    diareDi Puskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016

    No Pengetahuan tentang tandadan gejala diare

    f %

    123

    BaikCukupKurang

    8420

    25,0012,5062,50

    Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016

    Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang

    diteliti, sebagian responden yang memiliki pengetahuan tentang tanda

    dan gejala diare kategori kurang berjumlah 20 responden (62,50%),

    kategori baik berjumlah 8 responden (25,00%) dan hanya sebagian

  • lix

    kecil responden memiliki pengetahuan kategori cukup berjumlah 4

    responden (12,50%).

    b. Pengetahuan tentang perawatan diare

    Distribusi pengetahuan tentang perawatan diare dalam penelitian

    dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

    Tabel 5.7Distribusi Pengetahuan Responden TentangPerawatan Diare

    Di Puskesmas Poasia Kota KendariTahun 2016

    NoPengetahuan

    TentangPerawatan Diare f %

    123

    BaikCukupKurang

    3425

    9,3812,5078,12

    Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016

    Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang

    diteliti, responden besar responden memiliki pengetahuan tentang

    perawatan diare kategori kategori kurang berjumlah 25 responden

    (78,12%), kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%) dan

    sebagian kecil responden memiliki pengetahuan tentang perawatan

    diare kategori baik berjumlah 3 responden (9,38%).

    c. Pengetahuan ibu tentang diare

    Distribusi pengetahuan ibu tentang diare dalam penelitian dapat

    disajikan pada tabel di bawah ini.

  • lx

    Tabel 5.8Distribusi Pengetahuan Responden Tentang diare Di Puskesmas

    PoasiaKota Kendari Tahun 2016

    No Pengetahuan Tentang diare f %123

    BaikCukupKurang

    3623

    9,3818,7471,88

    Jumlah 32 100,00Sumber: Data Primer Diolah Juni, 2016

    Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang

    diteliti, sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan tentang

    diare kategori cukup berjumlah 23 responden (71,88%), pengetahuan

    kategori cukup berjumlah 6 responden (18,74%) dan sebagian kecil

    responden memiliki pengetahuan tentang kategori baik berjumlah 3

    responden (9,38%).

    D. Pembahasan

    1. Pengetahuan tentangtanda dan gejala diare

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

    pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

    pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviort).

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada tabel 5.6 bahwa

    sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan tentang tanda dan

    gejala diare kategori kurang berjumlah 20 responden (65,50%), hal ini

    menunjukkan bahwa pengetahuan tentang tanda dan gejala diare ini

    masih sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya

    responden yang memiliki pendidikan SD sebesar 15,63% dan SMP

  • lxi

    sebesar 21,88%. Selain itu, masih kurangnya pengalaman ibu Balita

    tentang penyakit diare, sehingga responden ibu masih banyak yang

    belum mengetahui tanda dan gejala diare walaupun telah memiliki

    pendidikan seperti SMA maupun perguruan tinggi. Pengetahuan tentang

    tanda dan gejala diare sangat diperlukan untuk mendeteksi terjadinya

    diare pada Balita.

    Sebagian kecil responden memiliki pengetahuan tentang tanda

    dan gejala diare kategori baik dan cukup masing-masing berjumlah 8

    responden (25,00%) dan 4 responden (12,50%) ini menunjukkan bahwa

    responden telah mengetahui tentang tanda dan gejala diare dengan baik

    karena didukung oleh responden telah memiliki pendidikan yang tinggi

    seperti SMA sebesar 43,75%, dan perguruan tinggi sebesar 18,75%,

    sehingga berdampak pada tingkat pengetahuan responden terhadap tanda

    dan gejala diare.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Maulana (2009) bahwa pendidikan

    diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

    menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab

    itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah

    menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

    dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

    perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

    diperkenalkan

  • lxii

    Selain itu, dalam mengadopsi pengetahuan diantaranya adalah

    Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek), kemudian adanya

    ketertarikan dimana orang mulai tertarik kepada stimulus atau obyek

    tersebut dalam hal ini penyakit diare khususnya dalam mengenali tanda

    dan gejala, dimana diketahui bahwa kondisi terburuk yang disebabkan

    oleh diare adalah kematian pada Balita.

    Peningkatan pengetahuan tentang tanda dan gejala diare ini tidak

    terlepas dari peran petugas kesehatan yang telah memberikan

    memberikan pemahaman kepada ibu-ibu baik di Puskesmas maupun

    pada saat kegiatan Posyandu, serta kesadaran masyarakat itu sendiri

    untuk menerima informasi yang diperoleh.

    2. Pengetahuan tentangperawatan diare

    Pengetahuan tentang perawatan diare seharusnya dipahami oleh

    setiap ibu Balita dan masyarakat sebagai langkah awal dalam penanganan

    diare sebelum Balita penderita diare mengalami hal-hal yang lebih parah.

    Berdasarkan hasil penelitian menjukkan pada tabel 5.7 bahwa

    sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang

    perawatan diare berjumlah 25 responden (78,12%), ini menunjukkan

    bahwa sebagian masih ada responden yang masih kurang memahami

    tentang perawatan diare yang disebabkan masih kurangnya pengalaman

    dan informasi tentang bagaimana cara merawat penderita diare pada

  • lxiii

    Balita. Oleh karena itu pihak Puskesmas Poasia harus melakukan

    penyuluhan kepada masyarakat tentang perawatan diare.

    Sebagian kecil responden memiliki pengetahuan tentang tanda

    dan gejala diare kategori baik berjumlah 3 responden (9,38%) dan

    pengetahuan kategori cukup berjumlah 4 responden (12,5%), ini

    menunjukkan bahwa responden telah mengetahui tentang perawatan

    diare dengan baik karena didukung oleh sebagian besar responden telah

    memiliki, pengalaman dan pendidikan yang tinggi sehingga berdampak

    pada tingkat pengetahuan.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Maulana (2009) bahwa

    pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal

    yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh

    sebab itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah

    menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

    dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

    perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

    diperkenalkan.

    Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan tentang

    Perawatan diare masih ada yang belum mengetahuinya, hal ini

    disebabkan karena pendidikan yang rendah dimana dalam penelitian ini

    masih ada yang memiliki pendidikan SD dan SMP.

  • lxiv

    3. Pengetahuan tentangDiare

    Pengetahuan tentang diare diantaranya adalah pengetahuan tentang

    tanda dan gejala penyakit diare dan pengetahuan tentang cara

    penanganan atau perawatan penyakit diare pada Balita.

    Penelitian pada tabel menjukkan pada tabel 5.8 bahwa sebagian

    besar responden memiliki pengetahuan tentang diare kategori kurang

    berjumlah 23 responden (71,88%), hal ini disebabkan karena tingkat

    pendidikan yang rendah, sehingga berdampak pada pengetahuan tentang

    diare. Pengetahuan tentang diare harus dimiliki oleh semua ibu, sehingga

    dapat mengetahui penyebab, tanda dan gejala dan cara pengobatan atau

    penaganan diare di rumah tangga, tanpa mengabaikan upaya

    pencegahannya.

    Sebagian kecil responden pengetahuan tentang diare kategori baik

    berjumlah 3 responden (9,38%) dan kategori kurang berjumlah 6

    responden (18,78%), hal ini responden telah mengetahui tentang Diare

    hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki pendidikan

    yang tinggi seperti SMA dan perguruan tinggi.

    Hasil penelitian Olyfta, A (2010) di Kelurahan Tanjung Sari

    Kecamatan Medan Selayang dapat diketuhi bahwa pengetahuan ibu

    dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor karakteristik ibu

    bayi/balita diantaranya adalah pengetahuan yang rendah tanteng diare

    Hal tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) mengetakan

    bahwa pengetahuan responden sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

  • lxv

    salah satunya adalah faktor pendidikan. Oleh sebab itu makin tinggi

    tingkat pendidikan seseorang makin semakin mudah menerima informasi

    sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya

    pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

    seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

    Pengetahuan yang baik Tentang diare dipengaruhi oleh beberapa

    faktor diantaranya adalah umur individu yang terhitung mulai saat

    dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin baik umur tingkat

    kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang dalam

    berfikir logis. Hal ini sesuai dengan penelitian bahwa seluruh responden

    memiliki umur yang produktif. Selain umur, faktor pendidikandiperlukan

    untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang

    kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu makin

    tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima

    informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,

    sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

    sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Maulana,

    2009).

    Pada pertanyaan tentang diare, sebaran jawabannya bervariasi

    seperti pada pertanyaan tentang pemberian Oralit pada Balita yang

    mengalami diare tanpa dehidrasi sebagian besar tidak mengetahuinya,

  • lxvi

    pada hal masalah tersebut sangat penting diketahui oleh ibu dalam upaya

    pengobatan.

  • lxvii

    BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

    bahwa dari 32 responden yang diteliti, pengetahuan responden tentang

    penyakit diare pada Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari kategori baik

    berjumlah 3 responden (9,38%), kategori cukup berjumlah 4 responden

    (12,50%) dan kategori kurang berjumlah 25 responden (78,2%).

    1. Pengetahuan responden tentang tanda dan gejala penyakit diare pada

    Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari kategori baik berjumlah 8

    responden (25,00%), kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%)

    dan kategori kurang berjumlah 20 responden (65,50%).

    2. Pengetahuan responden tentang perawatan penyakit diare pada Balita di

    Puskesmas Poasia Kota Kendari kategori baik berjumlah 3 responden

    (9,38%), kategori cukup berjumlah 4 responden (12,50%) dan kategori

    kurang berjumlah 25 responden (78,12%).

    B. Saran

    1. Bagi petugas Puskesmas

    Bagi pihak Puskesmas untuk lebih meningkatkan penyuluhan

    kepada ibu tentang penyakit diare sehingga dapat mengetahui tanda dan

    gejala penyakit diare dan bagaimana cara perawatan diare tanpa

    mengabaikan upaya pencegahannya.

  • lxviii

    2. Bagi institusi pendidikan

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan atau

    tambahan kepustakaan bagi pembaca atau peneliti selanjutnya.

    3. BagiPeneliti Selanjutnya

    Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat

    dikembangkan lagi serta mencari faktor-faktor penyebab lainnya.

  • lxix

    DAFTAR PUSTAKA

    Dinkes Sultra. 2015.Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012-2014.Kendari.

    Dinkes Kota Kendari.2015Profil Kesehatan Kota Kendari Tahun 2013-2015.Kendari..

    Erlan. 2009.Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC.

    Kemenkes RI. 2011.Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare padaBalita.Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan. Jakarta.

    .................. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. DepartemenKesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

    Haryono,R., 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. GosyenPublishing: Yogyakarta.

    Hidayat, AA. 2009.Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.Jakarta: Medika Salemba.

    ................... 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta:Medika Salemba.

    Latif, B. 2014.Sanitasi Lingkungan. Ilmu Keperawatan. [on-line], accessed 7Januari 2016; availablefromhttp://www.ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/13-kesehatan-masyarak a t/33-sanitasi-lingkungan.html; Internet

    Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta.

    Ngastiyah. 2011.Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC.

    Notoatmodjo.2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rhineka Cipta :Jakarta.

    Olyfta, A. 2010.Gambara Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Diare Pada AnakBalita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun2010.Skripsi FKM USU. Medan.

    Ode Sarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika. Yogyakarta.

  • lxx

    Puskesmas Poasia. 2015. .Profil Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2013-2015. Kendari.

    Suharyono. 2008. Diare Akut, Klinik dan Laboratorik Cetakan Kedua. Jakarta:Rineka Cipta.

    Suraatmaja, S., 2014.Gastroenterologi Anak. Sagung Seto: Jakarta.

    Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: PenerbitAlfabeta.

    Wawan, A dan Dewi, M. 2010.Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan.Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

    Widoyono. 2008. Penyakit Tropis-Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, danPemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    World Health Organization. 2014.Global Health Risks [book on-line], accessed 17Februari 2016; available from http://www.who.int /healthinfo/global-burden-disease/GlobalHealthRisks-report-full-pdf; Internet.

    LAMPIRAN 1

  • lxxi

    SURAT PERSETUJUANINFORMED CONSENT

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Insial :

    ...............................................................................................

    Umur :

    ...............................................................................................

    Menyatakan bersedia menjadi subjek (responden) dalam penelitian dari :

    Nama : SUHARTINI

    Nim : P00320013099

    Jurusan : D. III Keperawatan

    Judul :Gambaran pengetahuan ibu tentang diare pada

    Balita Puskesmas Poasia Kota Kendari”

    Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan

    risiko apapun pada subjek penelitian, karena semata-mata untuk kepentingan

    ilmiah serta kerahasiaan dari wawancara yang diberikan dijamin sepenuhnya oleh

    peneliti. Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang

    belum dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang jelas dan benar.

    Demikian ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikut sebagai subjek dalam

    penelitian ini.

    Kendari, Juni 2016

    Peneliti Responden

    (SUHARTINI) (……………….................)

    L A M P I R A N 2

  • lxxii

    K U E S I O N E R P E N E L I T I A NGAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA

    PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI

    Nomor Responden :

    Tanggal :

    I. Identitas Responden

    a. No Urut Responden :

    b. Inisial :

    c. Umur :

    d. Jenis Kelamin :

    e. Pendidikan :

    f. Pekejaan :

    II. Pertanyaan tentang Pengetahuan Tanda penyakit DiareBerilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling

    tepat

    1. Menurut ibu, penyakit diare ditandai dengan?a. Buang air besar yang disertai dengan lendir atau darahb. Buang air besar lebih dari tiga kali seharic. Buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja

    lembek sampai cair

    2. Menurut ibu, salah satu tanda penyakit diare yaitu...a. Sakit perut yang disertai yang disertai dengan muntah-muntahb. Buang air besar lebih dari 3 kali seharic . Muntah-muntah dan Buang air besar lebih dari 3 kali sehari

    3. Menurut ibu,diarepada bayi dan anak penyebab tersering kecuali?a. Alergi makananb. Pemberian ASIc . Keracunan makanan

    4. Menurut ibu, Gejala muntah dapat terjadi pada?

  • lxxiii

    a. Sebelum atau sesudah diareb. Sebelum diarec. Sesudah diare

    5. Menurut ibu, akibat gangguan diare yang menyebabkan muntah padaBalita, maka dampak yang ditimbulkan salah satunya kecuali?a. Berat badan menurunb. Kulit tampak lembabc. Kulit tampak kering

    II. Pertanyaan tentang Pengetahuan Perawatan Diare1. Menurut ibu, yang pertama dilakukan apabila anak Balita mengalami diare

    adalah?a. Memberikan banyak minumb. Memberikan larutan gula garamc. Memberikan obat dari toko obat

    2. Menurut ibu, jika diare tetap berlanjut apa yang ibu lakukan?a. Memberi obat di Apotikb. Segera membawa ke pelayanan kesehatanc. Membawa ke dukun

    3. Menurut ibu, jika diare tidak terobati, apa akibat yang ditimbulkan?a. Akan menjadi parab. Akan menimbulkan kekurangan cairan (Dehidrasi)c. Akan menimbulkan kekurangan cairan (Dehidrasi) dan kematian

    4. Menurut ibu, pemberian Oralit pada Balita diberikan setiap?a. Sebelum Balita mencretb. Sesudah Balita mencretc. Sebelum dan sesudah Balita mencret

    5. Menurut ibu, pemberian Oralit pada Balita yang mengalami diare tanpadehidrasi sebanyak?a. ½ - 1 gelasb. ½ gelasc. > 1 gelas

    6. Menurut ibu, selain pemberian Oralit pada Balita yang mengalami diarepengobatan diare yang lebih efektif yaitu?

  • lxxiv

    a. Diapetb. Zincc. Air hangat

    7. Menurut ibu, Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk?a. Cepat sembuhb. Memberikan gizi pada penderitac. Mencegah dehidrasi

    8. Menurut ibu, Obat-obatan anti diare tidak boleh diberikan pada anak yangmenderita diare?a. Benarb. Salahc. Tidak tahu

    9. Menurut ibu, pemberian Antibiotik pada Balita penderita diare bermanfaatpada penderita?a. Diare dengan lendirb. Diare dengan darahc. Semua salah

    10. Menurut ibu, Balita penderita diare harus dibawa kembali ke petugaskesehatan apabila, Kecuali?a. Dehidrasib. Muntah berulangc. Timbul demam

  • lxxv

  • lxxvi

  • lxxvii

  • lxxviii

  • lxxix

  • lxxx

  • lxxxi

    DOKUMENTASI HASIL PENILITIAN

    Gambar I

    Melakukan wawancara dengan responden

    Gambar II

    Melakukan wawancara dengan responden yang berbeda

    Gambar III

  • lxxxii

    Melakukan wawancara dengan responden yang berbeda

    Gambar IV

    Melakukan wawancara dengan responden yang berbeda

  • lxxxiii