GAMBARAN KLAIM PESERTA JAMINAN KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34307/1/HALIDA... · Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus

  • Upload
    dotuyen

  • View
    236

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    GAMBARAN KLAIM PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

    YANG DITOLAK PADA LAYANAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT

    SINGAPARNA MEDIKA CITRAUTAMA KABUPATEN TASIKMALAYA,

    JAWA BARAT

    TAHUN 2016

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

    Masyarakat (SKM)

    Oleh :

    Halida Mutia

    NIM : 1112101000086

    PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 H / 2016 M

  • i

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

  • iii

    LEMBAR PERNYATAAN 1

  • iv

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

    Skripsi, Desember 2016

    Halida Mutia, NIM: 1112101000086

    GAMBARAN KLAIM PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

    YANG DITOLAK PADA LAYANAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT

    SINGAPARNA MEDIKA CITRAUTAMA KABUPATEN TASIKMALAYA,

    JAWA BARAT TAHUN 2016

    xvi+175 halaman, 12 tabel, 4 gambar, 4 bagan, 5 lampiran

    ABSTRAK

    Program Jaminan Kesehatan Nasional sudah dijalankan oleh rumah sakit

    Singaparna Medika Citrautama (RS SMC) Kabupaten Tasikmalaya per satu Januari

    2014. Selama pelaksanaan program JKN di RS SMC ditemukan permasalah berupa

    adanya kasus klaim yang ditolak. Pada tahun 2014 terjadi kasus klaim ditolak pada

    pelayanan rawat jalan sebanyak 476 kasus dan pada tahun 2015 kasus klaim yang

    ditolak mengalami peningkatan menjadi 601 kasus. Salah satu penyebab klaim yang

    ditolak adalah adanya ketidaklengkapan berkas klaim.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus terhadap

    tiga berkas klaim JKN yang ditolak oleh verifikator BPJS. Metode pengumpulan data

    yang digunakan berupa wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.

    Informan pada penelitian ini terdiri dari koordinator pendaftaran rawat jalan, petugas

    pendaftaran rawat jalan, kepala seksi pelayanan rawat jalan, petugas administrasi

    poliklinik, petugas rekapitulasi, koordinator dan petugas administrasi klaim.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa dari tiga berkas klaim JKN yang ditolak

    pada aspek kelengkapan masih belum lengkap. Sedangkan dari validitas isi dan

    aspek waktu pengajuan berkas klaim tidak ditemukan ada permasalahan. Akan tetapi,

    terdapat permasalahan lain yang menyebabkan berkas klaim ditolak yaitu karena

    jumlah kunjungan pasien yang sudah lebih dari tiga kali dalam satu bulan dengan

    diagnosa dan poliklinik yang sama dan terdapat pasien yang menolak tindakan yang

    diberikan oleh dokter. Berdasarkan pendekatan sistem, pelayanan administrasi pasien

    JKN dan proses pemberian kode dan entri data belum berjalan optimal. Disarankan

    rumah sakit untuk melakukan pelatihan terhadap petugas administrasi, pembuatan

    SOP tentang pemberkasan klaim JKN, menambahkan jumlah perangkat komputer

    dan mengimplementasikan bridging system.

    Kata Kunci: JKN, Klaim Ditolak, Berkas Klaim, Rumah Sakit, BPJS kesehatan

    Daftar Bacaan: 63 (1992-2016)

  • v

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM HEALTH CARE MANAGEMENT DEPARTMENT Undergraduate Thesis, December 2016 Halida Mutia, NIM: 1112101000086 THE DESCRIPTION OF NATIONAL HEALTH INSURANCE CLAIM

    DENIED IN OUTPATIENT SERVICE AT SINGAPARNA MEDIKA

    CITRAUTAMA HOSPITAL TASIKMALAYA DISTRICT, WEST JAVA 2016

    xvi+175 pages, 12 tables, 4 pictures, 4 charts, 5 attachments

    ABSTRACT

    National health insurance has already implemented by Singaparna Medika

    Citrautama (SMC) Hospital since January, 1st 2014. Ever since it has been

    implemented, they had some problems such as claim denied. In 2014 there were 476

    cases of claim denied in outpatient service and it increased in 2015 with 601 cases.

    One of claim denied cause is incomplete claim document.

    This research is a qualitative research with case study from three of claim

    denied documents. This research uses some collection methods such as in-depth

    interviews, observation and document study. The informants for this research are

    outpatient registration coordinator and staff, the head of outpatient service, policlinic

    administration staff, recapitulation staff, claim administration coordinator and staff.

    The result shows that from completeness part of three claim domcuments

    denied there are still incomplete. However, from validity and filling time part there

    are no any problems found. But there are some problems that cause claim documents

    denied such as the amount of visiting is more than three times a month and patients

    that refuse the treatment from their doctor. Based on system approach, administration

    service of national health insurance patient and process of coding and data entry are

    not optimal yet. The hospital should do training for administration staff, make

    standard operational procedure about claim documentation, adding some computers

    unit and implementing bridging system.

    Keywords: National Health Insurance, Claim Denied, Claim Document, Hospital,

    BPJS kesehatan Reading List: 63 (1992-2016)

  • vi

    RIWAYAT PENULIS

    Nama : Halida Mutia

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Juli 1994

    Alamat : Jalan Subur RT 09 RW 05 No. 20, Pondok

    Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

    Agama : Islam

    No. Telp : 085711459920

    E-mail : [email protected]

    Riwayat Pendidikan

    2012 sekarang Peminatan Manajemen Pelayanan

    Kesehatan, Program Studi Kesehatan

    Masyarakat, Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    2009-2012 SMAN 47 Jakarta

    2006-2009 SMPN 161 Jakarta

    2000-2006 SDN Percontohan 011 Kebayoran Lama

    Selatan

    1999-2000 TK Islam Fitria

    Pengalaman Kerja

    Desember 2014 s.d Januari 2015 Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas

    Jombang

    Februari 2016 s.d Maret 2016 Magang di Rumah Sakit Singaparna Medika

    Citrautama Kabupaten Tasikmalaya

    mailto:[email protected]

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Ahlamdulillahirrabilalamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Gambaran Klaim Peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang Ditolak Pada

    Layanan Rawat Jalan Di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama

    Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Tahun 2016. Penulisan skripsi ini disusun

    sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada jurusan

    kesehatan masyarakat fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Ucapan terimakasih penulis tuturkan secara ikhlas dan penuh dengan kerendahan

    hati atas terselasaikannya proposal skripsi ini kepada :

    1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,

    Yardi, Ph.D, Apt selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Fase

    Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

    Alumni.

    3. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Dr. H. Asep Nursyamsi, M.Kes selaku direktur Rumah Sakit Singaparna Medika

    Citrautama.

    5. Iting Shofwati, M.KKK selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan

    nasihat dan semangat kepada penulis.

    6. Fase Badriah, Ph.D selaku pembimbing I dan Lilis Muchlisoh, SKM, MKM

    selaku pembimbing II yang selalu siap memberikan bimbingan dan pengarahan

    membangun dalam proses pembuatan skripsi ini.

    7. Bapak, Bibi, Teh Ayu, Mika serta keluarga besar yang sangat saya cintai, terima

    kasih sudah selalu mengingatkan, mendoakan dan membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    8. Petugas RS SMC terutama untuk Teh Nenden, Teh Hana, Pak Acep, Teh Santi,

    Teh Indri, Bu Devi, Teh Tia, Bu Iyen, Bu Ella, Teh Amel, Teh Aceu, A Utuy,

  • viii

    Pak Irfan, A Danny, A Zam-Zam yang telah membantu peneliti dalam

    mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

    9. Rekan-rekan MPK 2012 yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk

    dapat menyelesaikan skripsi ini.

    10. Heo Joon Jae, Shim Choeng, Kim Shin, Ji Eun Tak, Wang Yeo, Kim Sun dan

    Yoo Dok Hwa yang selalu memberikan hiburan kepada penulis di setiap hari

    Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu.

    Penulis,

    Halida Mutia

  • ix

    DAFTAR ISI

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii

    LEMBAR PERNYATAAN 1 ..................................................................................... iii

    ABSTRAK .................................................................................................................. iv

    ABSTRACT ................................................................................................................. v

    RIWAYAT PENULIS ................................................................................................ vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

    DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xiv

    DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 7

    1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................................ 7

    1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 8

    1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 8

    1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 8

    1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9

    1.5.1 Bagi Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama ............................... 9

    1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ........................................... 9

    1.5.3 Bagi Peneliti .......................................................................................... 10

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI .................................. 11

    2.1 Klaim ................................................................................................................ 11

    2.1.2 Proses Pengajuan Klaim JKN ............................................................... 13

    2.1.3. Petugas Pelaksanan Pelayanan Administrasi Klaim ............................ 31

    2.1.4 Teknologi Informasi dalam Proses Pengajuan Klaim JKN .................. 38

    2.1.5 Kebijakan dalam Klaim JKN ................................................................ 40

    2.2. Klaim Ditolak .................................................................................................. 43

  • x

    2.3 Kerangka Teori ................................................................................................ 46

    BAB III ...................................................................................................................... 48

    KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ...................................................... 48

    3.1 Kerangka Pikir ................................................................................................. 48

    3.2 Definisi Istilah .................................................................................................. 50

    BAB IV METODOLOGI........................................................................................... 59

    4.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 59

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 59

    4.3 Informan Penelitian ......................................................................................... 59

    4.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 61

    4.5 Sumber Data .................................................................................................... 62

    4.6 Pengumpulan Data........................................................................................... 62

    4.7 Pengolahan Data .............................................................................................. 63

    4.8 Analisis Data ................................................................................................... 64

    4.8 Triangulasi Data ............................................................................................... 66

    BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 68

    5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama.................... 68

    5.2 Gambaran Berkas Klaim JKN yang Ditolak Pada Layanan Rawat Jalan di

    Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya tahun

    2016 ................................................................................................................ 71

    5.3 Gambaran Proses Pelayanan Administrasi JKN Rawat Jalan di Rumah Sakit

    Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 .......... 84

    5.3.1 Proses Administrasi Pasien JKN di Tempat Pendaftaran ..................... 84

    5.3.2 Proses Administrasi Pasien JKN Rawat Jalan Saat Pemberian Pelayanan

    di Poliklinik ........................................................................................... 89

    5.4 Gambaran Proses Rekapitulasi Berkas Klaim JKN Rawat Jalan di Rumah Sakit

    Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016 ........... 94

    5.5 Gambaran Proses Kode dan Entri Data Pasien JKN Rawat Jalan di Rumah

    Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016 .. 96

    5.6 Gambaran Petugas Pelaksana Administrasi JKN Rawat Jalan di Rumah Sakit

    Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016 ......... 100

    5.6.1 Petugas Penerima Pasien JKN Rawat Jalan ........................................ 100

  • xi

    5.6.2 Petugas Administrasi Poliklinik .......................................................... 103

    5.6.3 Petugas Rekapitulasi ........................................................................... 106

    5.6.4 Petugas Pemberi Kode dan Pengentri Data ........................................ 108

    5.7 Gambaran Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pengajuan Klaim JKN

    rawat jalan di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten

    Tasikmalaya tahun 2016 .............................................................................. 112

    5.7.1 Penggunaan Teknologi Informasi pada Pelayanan Administrasi di

    Tempat Pendaftaran Pasien JKN Rawat Jalan .................................... 112

    5.7.2 Penggunaan Teknologi Informasi pada Pengkodean dan Entri Data

    Klaim JKN .......................................................................................... 116

    5.8 Gambaran Kebijakan yang Digunakan dalam Pengajuan Klaim JKN Rawat

    Jalan di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya

    tahun 2016 .................................................................................................... 119

    5.8.1 Kebijakan yang Digunakan pada Pelayanan Administrasi di Tempat

    Pendaftaran Pasien JKN Rawat Jalan ................................................. 119

    5.8.2 Kebijakan yang Digunakan pada Pelayanan Administrasi di

    Poliklinik ............................................................................................. 121

    5.8.3 Kebijakan yang Digunakan pada Rekapitulasi Berkas Klaim JKN .... 122

    5.8.4 Kebijakan yang Digunkan pada Pengkodean dan Entri Data

    Klaim JKN .......................................................................................... 123

    BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................ 126

    6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 126

    6.2 Gambaran Berkas Klaim JKN yang ditolak Pada Pelayanan Rawat Jalan di

    Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya tahun

    2016 .............................................................................................................. 126

    6.3 Gambaran Proses Pengajuan Berkas Klaim JKN Layanan Rawat Jalan di RS

    SMC Tahun 2016 ......................................................................................... 137

    6.3.1 Gambaran Proses Pelayanan Administrasi Pasien JKN Rawat Jalan Di

    RS SMC Tahun 2016 .......................................................................... 137

    6.3.2 Gambaran Proses Rekapitulasi Berkas Klaim JKN Rawat Jalan Di RS

    SMC Tahun 2016 ................................................................................ 141

  • xii

    6.3.3 Gambaran Proses Pemberian Kode dan Entri Data Pasien JKN Rawat

    Jalan di RS SMC Tahun 2016 ............................................................. 143

    6.4 Gambaran Input pada Proses Pengajuan Berkas Klaim JKN Layanan Rawat

    Jalan di RS SMC Tahun 2016 ...................................................................... 145

    6.4.1 Gambaran Petugas Pelaksana Administrasi Pengajuan Klaim JKN

    Rawat Jalan di RS SMC Tahun 2016 ................................................. 146

    6.4.2 Gambaran Penggunaan Teknologi Informasi Pengajuan Klaim JKN

    Rawat Jalan di RS SMC Tahun 2016 ................................................. 154

    6.4.3 Gambaran Kebijakan yang Digunakan dalam Pengajuan Klaim JKN

    Rawat Jalan di RS SMC Tahun 2016 ................................................. 159

    6.5 Keterkaitan Input dan Proses Pengajuan Berkas Klaim JKN Terhadap Kondisi

    Berkas klaim yang Ditolak ........................................................................... 163

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 166

    7.1 Simpulan ........................................................................................................ 166

    7.2 Saran .............................................................................................................. 168

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 170

    LAMPIRAN I .......................................................................................................... 177

    INFORM CONCERN ........................................................................................... 177

    IDENTITAS INFORMAN .................................................................................. 177

    LAMPIRAN II ......................................................................................................... 178

    Tata Cara Wawancara .......................................................................................... 178

    Pedoman Wawancara ........................................................................................... 178

    LAMPIRAN III ........................................................................................................ 182

    Telaah Dokumen dan Observasi Berkas Klaim yang Ditolak ............................. 182

    Lampiran IV ............................................................................................................. 184

    Matriks Wawancara, Observasi dan Telaah Dokumen ............................................ 184

    LAMPIRAN V ......................................................................................................... 211

    Surat Keterangan Penelitian ................................................................................. 211

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Definisi Istilah 1 ......................................................................................... 50

    Tabel 4.1 Informan Penelitian 1 ................................................................................ 60

    Tabel 4.2 Triangulasi Data 1 ..................................................................................... 66

    Tabel 5.1 Ketenagakerjaan di RS SMC Tahun 2015 1 ............................................ 70

    Tabel 5.2 Jumlah Berkas Klaim yang Diajukan dan Jumlah Berkas Klaim yang Gagal

    Pada Layanan Rawat Jalan di RS SMC Pada Januari 2016 sampai Juni 2016 1 ...... 72

    Tabel 5.3 Gambaran Kelengkapan Berkas, Validitas Isi dan Waktu Pengajuan Berkas

    Klaim I1 ..................................................................................................................... 73

    Tabel 5.4 Gambaran Kelengkapan Berkas, Validitas Isi dan Waktu Pengajuan Berkas

    Klaim II 1 ................................................................................................................... 76

    Tabel 5.5 Gambaran Kelengkapan Berkas, Validitas Isi dan Waktu Pengajuan Berkas

    Klaim III1 ................................................................................................................... 80

    Tabel 5.6 Data Jumlah, Latar Belakang Pendidikan dan Masa Kerja Petugas

    Pendaftaran Rawat Jalan di RS SMC Tahun 2016 1 .............................................. 103

    Tabel 5.7 Data Jumlah, Latar Belakang Pendidikan dan Masa Kerja Petugas

    Administrasi di Poliklinik RS SMC Tahun 2016 1 ................................................ 104

    Tabel 5.8 Data Jumlah, Latar Belakang Pendidikan dan Masa Kerja Petugas

    Rekapitulasi RS SMC Tahun 2016 1 ...................................................................... 107

    Tabel 5.9 Data Jumlah, Latar Belakang Pendidikan dan Masa Kerja Petugas Koding

    dan Entri Data di RS SMC Tahun 2016 1 ................................................................ 109

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Prosedur Pelayanan dan Klaim 1 .......................................................... 16

    Gambar 2.2 Alur Entri Data dengan Aplikasi 1 ......................................................... 23

    Gambar 5.1 Aplikasi SIM RS 1 ............................................................................... 113

    Gambar 5.2 Aplikasi INA-CBGs 1 .......................................................................... 117

  • xiv

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 2.1 Kerangka Teori 1 ..................................................................................... 47

    Bagan 3.1 Kerangka Pikir 1 ....................................................................................... 49

    Bagan 5.1 Alur Penerimaan Pasien JKN Rawat Jalan 1 ............................................ 85

    Bagan 5.2 Alur Pelayanan Administrasi di Poliklinik 1 ............................................ 90

    file:///E:/../Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Word/PROPOSAL-4-FIX%20SIDANG%20Spasi%2015.doc#_Toc454218268file:///E:/../Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Users/Yuyuk%20Mulyati/AppData/Roaming/Microsoft/Word/PROPOSAL-4-FIX%20SIDANG%20Spasi%2015.doc#_Toc454218271

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    Askes : Asuransi Kesehatan

    BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

    DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pasien

    FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut

    FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    FPK : Formulir Pengajuan Klaim

    ICD : International Classification of Diseases

    INA-CBGs : Indonesian-Case Based Groups

    INA-DRG : Indonesian-Diagnosis Related Groups

    Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat

    JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

    JPK Gakin : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin

    Juknis : Petunjuk Teknis

    Kasie

    Kepmenkes

    : Kepala Seksi

    : Keputusan Menteri Kesehatan

    KK : Kartu Keluarga

    KTP : Kartu Tanda Penduduk

    LPP : Lembar Persetujuan Pelayanan

    PMK/Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan

    PNS : Pegawai Negeri Sipil

    RS : Rumah Sakit

    RS SMC : Rumas Sakit Singaparna Medika Citrautama

  • xvi

    RSU : Rumah Sakit Umum

    RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

    SDM : Sumber Daya Manusia

    SEP : Surat Eligibilitas Peserta

    SIM RS : Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

    SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat

    SKTM : Surat Keterangan Tidak Mampu

    SMA/SMK : Sekolah Menegah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan

    SOP : Standard Operational Procedure

    UPS : Uninterruptible Power Supply

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di Indonesia pemerintah sudah menjalankan program Jaminan Kesehatan

    Nasional (JKN) pada awal tahun 2014 yang mengacu pada Peraturan Menteri

    Kesehatan (PMK) No. 28 Tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan JKN.

    Fasilitas kesehatan yang ikut serta dalam pelaksanaan program JKN yaitu terbagi

    menjadi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang terdiri dari

    puskesmas, praktek dokter, klinik pratama dan rumah sakit kelas D pratama serta

    Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) berupa klinik utama,

    rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

    Pelaksanaan program JKN di rumah sakit membuat rumah sakit hanya

    melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub

    spesialistik (PMK No. 59 Tahun 2014). Selain itu, perlu diketahui juga bahwa

    pengelolaan rumah sakit tidak semudah pengelolaan sebuah klinik (Satrianegara,

    2014). Hal ini menunjukan bahwa diperlukan pengelolaan khusus untuk

    pelaksanaan program JKN di rumah sakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

    oleh Putra (2014) mengenai implementasi kebijakan JKN di RSU Kota

    Tangerang Selatan menunjukan bahwa dalam pelaksanaan JKN ditemukan

    berbagai kendala salah satunya terkait pembiayaan seperti keterlambatan

    pencairan klaim akibat keterlambatan proses pemberkasan klaim serta adanya

    perbedaan nilai tarif pelayanan terhadap paket pelayanan INA-CBGs. Penelitian

    lain yang dilakukan oleh Tettey, dkk (2012) terkait pembayaran penyedia fasilitas

    kesehatan dalam skema asuransi kesehatan nasional Ghana di Kassena Nankana

  • 2

    dan Builsa juga menemukan permasalahan yang sama serta ditemukan klaim

    yang ditolak yang menyebabkan pembayaran ke fasilitas kesehatan tidak sesuai

    dengan biaya yang diajukan.

    Penelitian Tettey, dkk (2012) lebih lanjut juga menyebutkan bahwa akibat

    adanya klaim yang ditolak, fasilitas kesehatan di Kassena Nankana kehilangan

    biaya 10.65% dari biaya klaim yang diajukan sedangkan fasilitas kesehatan yang

    ada di distrik Builsa kehilangan biaya 14.48% dari klaim yang diajukan. Hal ini

    menunjukan bahwa terjadinya klaim ditolak dapat menyebabkan kerugian bagi

    rumah sakit, khususnya untuk rumah sakit milik pemerintah yang banyak

    menerima pasien jaminan kesehatan dapat mengalami kerugian akibat

    ketidaksesuaian pembiayaan pelayanan dengan jumlah klaim yang dibayarkan

    (Ernawati dan Kresnowati, 2013).

    Pemaparan PERSI (2016) menyebutkan bahwa aliran kas beberapa rumah

    sakit terganggu akibat adanya permasalahan dalam pembayaran klaim. Penelitian

    yang dilakukan oleh Shobirin (2007) tentang dampak keterlambatan pembayaran

    klaim Askeskin terhadap cash flow dan pelayanan pasien Askeskin di RSUD

    Gunung Jati Kota Cirebon menyebutkan bahwa keterlambatan pembayaran klaim

    Askeskin berpengaruh pada cash flow rumah sakit sehingga RSUD Gunung Jati

    harus menunda pembayaran kewajiban pada pegawai dan pemasok serta

    memangkas biaya pemeliharaan. Hal itu juga berdampak pada kinerja pegawai

    dan ketersediaan supplies yang dapat berpengaruh pada pelayanan pasien peserta

    Askeskin di RSUD gunung Jati. Sama halnya dengan adanya kasus klaim ditolak

    dimana rumah sakit akan kehilangan biaya yang sudah dikeluarkan dan dapat

    mengalami kerugian.

  • 3

    Salah satu faktor penting yang menentukan suatu klaim ditolak atau diterima

    adalah akurasi pengkodean diagnosis dan tindakan pada dokumen rekam medis.

    Apabila terdapat kesalahan dalam melakukan pengkodean maka akan

    mempengaruhi kode DRG (Diagnosis Related Groups) kasus dan akan

    mempengaruhi biaya pengajuan klaim (Ernawati dan Kresnowati, 2013). Hal ini

    juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tettey, dkk (2012) terkait

    pembayaran penyedia fasilitas kesehatan dalam skema asuransi kesehatan

    nasional Ghana juga didapatkan penyebab dari ditolaknya klaim salah satunya

    adalah salah mengutip diagnosa. Sedangkan penyebab lain yaitu karena tidak ada

    bukti pelayanan yang diajukan dan klien yang tidak eligibel akibat kartu asuransi

    kesehatan nasional kadaluarsa atau nomor asuransi yang tidak dikenali oleh

    provider serta obat yang digunakan tidak sesuai dengan yang ada didaftar obat

    dan biaya obat yang dilebihkan.

    Penelitian klaim lainnya dilakukan oleh Ulfah, Kresnowati dan Ernawati

    (2011) tentang hubungan kelengkapan dokumen rekam medis dengan persetujuan

    klaim Jamkesmas oleh verifikator dengan sistem INA-DRG di RSI Sultan Agung

    Semarang juga menunjukan hasil yang sama. Pada berkas klaim yang tidak

    disetujui oleh verifikator disebabkan oleh belum disertai dengan diagnosa dokter,

    hasil pemerikasaan penunjang diagnosa dan permasalahan pada aturan

    pengkodean. Sistem INA-CBGs memang telah diterapkan di FKRTL sejak

    pelaksanaan Jamkesmas tahun 2010 (PMK No. 27 tahun 2014). Berdasarkan

    penelitian yang dilakukan oleh Kusairi (2013) terkait faktor-faktor yang

    mempengaruhi kelengkapan berkas klaim pasien jamkesmas di RSUD Brigjend.

    H. Hasan Basry Kandangan bahwa berkas klaim yang tidak lengkap dapat

  • 4

    disebabkan oleh proses administrasi, pemahaman dan kinerja pertugas terhadap

    kelengkapan berkas klaim yang masih kurang, tidak adanya Standar Operasional

    Prosedur (SOP) serta evaluasi pelaksanaan program jaminan yang belum

    dilaksanakan.

    Klaim yang bermasalah juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh

    Mahesa (2009) tentang gambaran klaim bermasalah Gakin SKTM DKI Jakarta

    pada pelayanan rawat inap di RSUD Pasar Rebo menggambarkan bahwa

    sebagian besar klaim yang bermasalah dikarenakan ketidaklengkapan

    administrasi klaim, pengecualian dan batas biaya. Penelitian lebih lanjut

    dilakukan oleh Cahyaningtyas (2012) tentang kelancaran penagihan klaim JPK

    Gakin dan SKTM pada pelayanan administrasi di RS Bhayangkara TKI R Said

    Sukanto bahwa belum lancarnya penagihan klaim dikarenakan masih adanya

    klaim yang tidak dibayar dan terlambat untuk diajukan. Pada penelitian tersebut

    kelancaran klaim dilihat menggunakan pendekatan sistem. Digambarkan pada

    elemen input bahwa kebijakan terkait pelayanan JPK Gakin dan SKTM di rumah

    sakit tersebut belum tersosialisasi dengan baik, sumber daya manusia yang sangat

    kurang, sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelayanan administrasi JPK

    Gakin dan SKTM tidak memadai (billing masih manual). Sedangkan untuk aspek

    proses ditemukan bahwa bukti tindakan pasien tidak lengkap akibat kelalaian

    dokter dan perawat serta tahap verifikasi dan rekapitulasi yang sering mengalami

    kesalahan akibat dilakukan bersamaan dengan pelayanan administrasi pasien. Hal

    ini juga didukung oleh penelitian Tettey, dkk (2012) bahwa ditemukan beberapa

    kendala dalam proses pengajuan klaim asuransi kesehatan Gana beberapa

  • 5

    diantaranya yaitu formulir klaim belum diisi dengan lengkap dan kurangnya

    petugas yang memiliki kompetensi.

    Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (RS SMC) dipilih sebagai

    tempat penelitian karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit milik

    pemerintah kabupaten Tasikmalaya yang masih bertipe C dan menjadi rumah

    sakit rujukan pertama di kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, rumah sakit ini

    masih tergolong rumah sakit yang belum lama berdiri yaitu baru dioperasikan

    pada tahun 2011 namun sudah diwajibkan menjalankan program JKN per 1

    Januari 2014. Terlebih berdasarkan data jumlah kunjungan pasien tahun 2015

    diketahui bahwa pasien yang berkunjung ke RS SMC didominasi oleh pasien

    pengguna JKN.

    Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di RS SMC ditemukan bahwa

    dalam pelaksanaan JKN di RS SMC terutama pada pelayanan administrasi,

    ditemukan masalah seperti gangguan pada penggunaan aplikasi pembuat Surat

    Eligibilitas Peserta (SEP), Aplikasi Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs)

    dan Sistem Informasi Manajeman Rumah Sakit (SIM RS) pendaftaran yang

    diakibatkan oleh ketidakstabilan jaringan. Selain itu, belum adanya SIM RS yang

    menyeluruh sehingga memungkinkan berkas klaim pasien JKN menjadi tidak

    lengkap karena tercecer serta memungkinkan terjadi keterlambatan dalam proses

    kode dan entri data. Permasalahan lainnya ditemukan adanya klaim pasien JKN

    yang ditolak oleh verifikator klaim JKN.

    Data klaim di RS SMC menunjukan bahwa dalam melakukan pengajuan

    klaim pada tahun 2014 dan 2015 diketahui terdapat kasus klaim ditolak baik

    untuk rawat jalan maupun rawat inap. Pada tahun 2014 terjadi kasus klaim JKN

  • 6

    yang ditolak pada pelayanan rawat jalan sebanyak 476 kasus dari 9.815 klaim

    yang diajukan dan sebanyak 233 kasus penolakan klaim pada pelayanan rawat

    inap dari 4.887 klaim yang diajukan. Sedangkan pada tahun 2015 kasus klaim

    yang ditolak pada pelayanan rawat jalan yaitu sebanyak 601 kasus dari 16.810

    klaim yang diajukan dan sebanyak 94 kasus klaim ditolak pada pelayanan rawat

    inap dari 4.273 klaim yang diajukan. Data tersebut menggambarkan bahwa

    terjadi peningkatan kasus klaim JKN yang ditolak pada pelayanan rawat jalan

    dari tahun 2014 sampai 2015 seiring dengan bertambahnya jumlah klaim yang

    diajukan serta jumlah kunjungannya. Sedangkan untuk pelayanan rawat inap

    mengalami penurunan jumlah kasus klaim yang ditolak dari tahun 2014 sampai

    2015. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada permasalahan klaim

    JKN yang ditolak pada layanan rawat jalan di RS SMC.

    Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terjadinya

    klaim yang ditolak salah satunya diakibatkan oleh ketidaklengkapan berkas.

    Selain itu, faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan berkas dapat dilihat dari

    proses administrasi dan input yang ada. Oleh karena itu peneliti ingin

    mendeskripsikan klaim yang ditolak berdasarkan kondisi berkas klaim dengan

    menggunakan pendekatan sistem untuk mendapatkan permasalahan pada berkas

    klaim yang ditolak di RS SMC melalui penelitian yang berjudul Gambaran

    Klaim Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang Ditolak Pada

    Layanan Rawat Jalan Di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (RS

    SMC) Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Tahun 2016.

  • 7

    1.2 Rumusan Masalah

    RS SMC merupakan RSUD Kabupaten Tasikmalaya yang bertipe C dan

    sudah menjalankan program JKN per 1 Januari 2014. Selama pelaksanaannya

    diketahui adanya beberapa permasalahan yang salah satunya yaitu klaim yang

    ditolak. Berdasarkan data yang didapatkan bahwa kasus penolakan klaim pasien

    rawat jalan ditemukan pada tahun 2014 dan tahun 2015 serta mengalami

    peningkatan. Terdapat sebanyak 476 kasus klaim ditolak dari 9.815 klaim yang

    diajukan pada tahun 2014 serta mengalami peningkatan pada tahun 2015

    sebanyak 601 kasus dari 16.810 klaim yang diajukan. Adanya klaim yang ditolak

    dapat menimbulkan adanya biaya yang hilang dan mengganggu arus kas rumah

    sakit.

    Berdasarkan pemaparan sebelumnya disebutkan adanya klaim yang ditolak

    salah satunya dapat disebabkan oleh ketidaklengkapan berkas klaim yang

    diajukan oleh fasilitas kesehatan. Ketidaklengkapan berkas klaim dapat

    dipengaruhi oleh proses administrasi dan input yang digunakan. Atas dasar itu

    peneliti ingin mengetahui gambaran klaim peserta JKN yang ditolak pada

    layanan rawat jalan di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (RS SMC)

    Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Tahun 2016.

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan rumusan penelitian di atas, adapun pertanyaan penelitian yang

    akan diteliti dalam penelitian ini sesuai dengan pendekatan sistem, yaitu :

    1 Bagaimana gambaran input yang terdiri dari petugas pelaksana administrasi

    JKN, kebijakan dan teknologi informasi yang digunakan pada sistem

    pengajuan berkas klaim JKN rawat jalan di RS SMC tahun 2016?

  • 8

    2 Bagaimana gambaran proses pengajuan berkas klaim JKN yang terdiri dari

    proses pelayanan administrasi pasien JKN, rekapitulasi, pemberian kode dan

    entri data klaim JKN rawat jalan di RS SMC tahun 2016?

    3 Bagaimana gambaran berkas klaim yang ditolak sebagai output pada sistem

    pengajuan berkas klaim JKN rawat jalan di RS SMC tahun 2016?

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan Umum

    Diketahuinya gambaran klaim peserta JKN yang ditolak pada pelayanan

    rawat jalan di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten

    Tasikmalaya, Jawa Barat tahun 2016.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    1 Diketahuinya gambaran petugas pelaksana administrasi JKN rawat

    jalan di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten

    Tasikmalaya tahun 2016.

    2 Diketahuinya gambaran penggunaan teknologi informasi dalam

    sistem pengajuan berkas klaim JKN rawat jalan di Rumah Sakit

    Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016.

    3 Diketahuinya gambaran kebijakan yang digunakan dalam sistem

    pengajuan berkas klaim JKN rawat jalan di Rumah Sakit Singaparna

    Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016.

    4 Diketahuinya gambaran proses pelayanan administrasi pasien JKN

    rawat jalan di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten

    Tasikmalaya tahun 2016.

  • 9

    5 Diketahuinya gambaran proses rekapitulasi berkas klaim JKN rawat

    jalan di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten

    Tasikmalaya tahun 2016.

    6 Diketahuinya gambaran proses pemberian kode dan entri data pasien

    JKN rawat jalan di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama

    Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016.

    7 Diketahuinya gambaran berkas klaim JKN yang ditolak pada layanan

    rawat jalan di RS SMC tahun 2016.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi rumah

    sakit terkait permasalahan yang terjadi pada sistem pengajuan klaim JKN di

    RS SMC yang dapat berpengaruh pada kondisi berkas klaim yang diajukan.

    Selain itu, dapat dijadikan bahan masukan bagi RS SMC dalam

    memperbaiki sistem pengajuan klaim JKN kepada Badan Penyelenggara

    Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan.

    1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

    pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan

    masyarakat serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian lain dalam topik

    yang sama yaitu gambaran klaim JKN yang ditolak.

  • 10

    1.5.3 Bagi Peneliti

    Mendapatkan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat

    selama di bangku perkuliahan. Serta menambah pengetahuan dan

    kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah penelitian terutama

    penelitian terkait terjadinya gambaran klaim JKN yang ditolak.

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

    pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk melihat gambaran klaim yang ditolak

    pada pelayanan rawat jalan dengan menggunakan studi kasus terhadap berkas

    klaim JKN yang ditolak di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (RS

    SMC) Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2016. Penelitian ini dilakukan oleh

    mahasiswa peminatan manajemen pelayanan kesehatan program studi kesehatan

    masayarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di Rumah

    Sakit Singaparna Medika Citrautama (RS SMC), Kabupaten Tasikmalaya, Jawa

    Barat pada bulan Juli 2016 sampai September 2016. Data yang dibutuhkan pada

    penelitian ini berupa data sekunder dan data primer. Metode pengumpulan data

    primer melalui wawancara mendalam serta observasi sedangkan pengumpulan

    data sekunder melalui telaah dokumen.

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

    2.1 Klaim

    Definis klaim secara umum adalah permintaan peserta, ahli warisnya atau

    pihak lain yang terlibat perjanjian dengan perusahaan asuransi atas terjadinya

    kerugian sebagaimana yang telah dijanjikan (Anwar, 2007). Sedangkan definisi

    klaim dilihat dari bidang asuransi kesehatan adalah request for payment made to

    the insurance company by medical facilities, members, or practitioners for health

    services provided to plan members (Marchinko, 2006). Berdasarkan kedua

    pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa klaim asuransi

    kesehatan adalah sebuah permintaan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang

    ditujukan untuk perusahaan asuransi untuk meminta bayaran atas tindakan yang

    sudah dilakukan terhadap peserta asuransi mereka.

    Klaim dilakukan oleh rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya melalui

    sebuah proses yang disebut administrasi klaim. Administrasi klaim adalah proses

    mengumpulkan bukti atau fakta yang berkaitan dengan sakit atau cidera,

    membandingkan fakta-fakta tersebut dengan perjanjian kerja sama serta

    menentukan manfaat yang dibayarkan kepada peserta asuransi. Tujuan utama

    dari administrasi klaim adalah untuk membayar semua klaim yang valid, sesuai

    dan segera dengan bijaksana dan sesuai dengan polis (Ilyas, 2006).

    Pada pelaksanaan klaim JKN proses administrasi klaim dilakukan dengan

    menggunakan INA-CBGs. Administrasi klaim dalam INA-CBGs adalah

    rangkaian proses penyiapan berkas atau dokumen pelayanan yang diajukan

    dengan pengajuan klaim oleh rumah sakit dan penilaian kelayakan atas klaim

  • 12

    yang diajukan melalui proses verifikasi klaim sampai pembayaran klaim.

    Administrasi klaim merupakan suatu kesatuan dimulai dari proses di rumah sakit

    mengajukan klaim sampai di BPJS kesehatan dalam melakukan verifikasi klaim

    dan pembayaran klaim. Rumah sakit akan mengajukan klaim dalam bentuk

    hardcopy untuk rekapitulasi dan softcopy untuk data individu klaim. Sedangkan

    verifikasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi verifikasi klaim. Apabila

    sudah ada kesepakatan terkait pengajuan klaim maka akan dibuatkan berita acara

    sehingga layak untuk pembayaran klaim oleh BPJS kesehatan sesuai dengan

    ketentuan (Kartika, 2014).

    Secara umum dalam pelaksanaan pengajuan klaim terdapat tiga prinsip yang

    harus diperhatikan oleh petugas klaim sejak berkas klaim diterima sampai klaim

    dibayarkan kepada peserta, yaitu :

    1. Tepat waktu, klaim harus dibayar sesuai dengan waktu yang dijanjikan.

    Berdasarkan Permenkes No 28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan

    program JKN disebukan bahwa klaim yang diajukan ke BPJS kesehatan

    akan dibayarkan paling lambat 15 hari setelah pengajuan klaim tersebut.

    2. Tepat jumlah, klaim harus dibayarkan kepada peserta sesuai dengan

    santunan yang menjadi hak peserta atau ahli warisnya atau sesuai nilai

    kerugian.

    3. Tepat orang, klaim dibayarkan harus benar-benar kepada orang yang

    berhak (Anwar, 2007).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Malonda, Ratu dan Soleman

    (2015) terkait analisis pengajuan klaim BPJS kesehatan di RSUD Dr Sam

    Ratulangi Tondano bahwa terdapat kendala-kendala yang dapat mempengaruhi

  • 13

    pengajuan klaim secara keseluruhan yaitu kuantitas dan kualitas Sumber Daya

    Manusia (SDM), Standar Operasional Prosedur (SOP) dan billing system. Pada

    penelitian lain yang dilakukan oleh Cahyaningtyas (2012) tentang kelancaran

    penagihan klaim JPK Gakin dan SKTM pada pelayanan administrasi pasien JKN

    di RS Bhayangkara TKI R Said Sukanto juga dikatakan bahwa kelancaran klaim

    dapat dilihat dari faktor-faktor seperti SDM, kebijakan, sarana dan prasaran serta

    pada proses pengajuan klaim. Untuk itu pembahasan klaim disini akan dijabarkan

    dari faktor proses pengajuan klaim itu sendiri serta faktor lain seperti SDM,

    sarana dan prasaran atau dalam hal ini sistem informasi kesehatan di RS serta

    kebijakan.

    2.1.2 Proses Pengajuan Klaim JKN

    Pada Permenkes No 28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan

    program JKN disebukan bahwa klaim JKN dilakukan oleh fasilitas

    kesehatan yang diajukan kepada BPJS kesehatan. Fasilitas kesehatan

    mengajukan klaim setiap bulan secara regular paling lambat tanggal 10

    bulan berikutnya. BPJS akan membayar biaya pelayanan sesuai dengan tarif

    INA-CBGs yaitu sesuai dengan penetapan kelas rumah sakit oleh menteri

    kesehatan dan regionalisasi tarif yang berlaku di wilayah tersebut.

    Pada Permenkes No. 28 tahun 2014 juga disebutkan prosedur

    pelayanan pada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut diawali dengan

    pelayanan administrasi, yaitu sebagai berikut :

    1. Peserta datang ke Rumah Sakit dengan menunjukkan nomor identitas

    peserta JKN dan surat rujukan, kecuali kasus emergency, tanpa surat

    rujukan

  • 14

    2. Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mendapatkan

    pelayanan.

    3. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap

    sesuai dengan indikasi medis.

    4. Apabila dokter spesialis atau subspesialis memberikan surat

    keterangan bahwa pasien masih memerlukan perawatan di FKRTL

    tersebut, maka untuk kunjungan berikutnya pasien langsung datang ke

    FKRTL (tanpa harus ke FKTP terlebih dahulu) dengan membawa

    surat keterangan dari dokter tersebut.

    5. Apabila dokter spesialis atau subspesialis memberikan surat

    keterangan rujuk balik, maka untuk perawatan selanjutnya pasien

    langsung ke FKTP membawa surat rujuk balik dari dokter

    spesialis/subspesialis.

    6. Apabila dokter spesialis/subspesialis tidak memberikan surat

    keterangan sebagaimana dimaksud pada poin 4 dan 5 maka pada

    kunjungan berikutnya pasien harus melalui FKTP.

    Setelah pelayanan administrasi, kelanjutan dari proses pengajuan klaim di

    fasilitas kesehatan berdasarkan panduan praktis administrasi klaim fasilitas

    kesehatan BPJS (2014) yaitu rekapitulasi pelayanan dan diakhiri dengan

    pemberia kode serta entri data melalui aplikasi INA-CBGs menurut

    Permenkes No. 27 tahun 2014 tentang Juknis sistem INA-CBGs. Sehingga

    fasilitas kesehatan nantinya menghasilkan berkas dan data klaim dalam

    bentuk txt berdasarkan Juknis verifikasi klaim (2014).

  • 15

    Berdasarkan Abdullah, Andi Afdal (2013) yang disampaikan pada

    sosialisasi INA-CBGs PT Askes dalam penelitian Kartika (2014), prosedur

    pelayanan dan klaim pada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut dapat

    digambarkan sebagai berikut :

  • 16

    Gambar 2.1 Prosedur Pelayanan dan Klaim 1

    Sumber : Abdullah, Andi Afdal (2013) disampaikan pada sosialisasi INA-CBGs PT Askes

    dalam Kartika (2014)

  • 17

    Berdasarkan gambar 2.1 diketahui bahwa proses pengajuan klaim di

    fasilitas kesehatan melibatkan peserta JKN, fasilitas kesehatan, BPJS center

    dan kantor cabang BPJS kesehatan. Peran peserta JKN disini ketika ingin

    mendapatkan fasilits kesehatan tingkat lanjut diharuskan membawa

    identitas peserta BPJS dan membawa suarat rujukan kecuali pasien gawat

    darurat. Hal ini juga sesuai dengan Permenkes No. 28 tahun 2014 yang

    menyebutkan bahwa peserta JKN yang ingin mendapatkan pelayanan di

    FKRTL diharuskan membawa surat rujukan dan menunjukan nomor

    identitas peserta JKN.

    Selanjutnya, peran dari fasilitas kesehatan tingkat lanjut dimulai dari

    tempat penerimaan pasien yang akan menentukan status eligibilitas pasien

    dan pembuatan Surat Eligibilitas Peserta (SEP) berdasarkan nomor identitas

    peserta JKN tersebut. Penentuan akan dilakukan dengan konfirmasi pada

    BPJS center, apabila peserta sudah eligibel maka akan dibuatkan SEP.

    Proses selanjutnya adalah pemberian pelayanan oleh fasilitas kesehatan

    sesuai dengan indikasi medis dan paket INA-CBGs. Keseluruhan hasil

    pemberian pelayanan nantinya akan direkap dimulai dari bukti pelayanan,

    rekam medis, hasil pemeriksaan dan hasil pemeriksaan penunjang.

    Rekapitulasi berkas tersebut nantinya akan berguna bagi petugas koding

    dan entri data ke aplikasi INA-CBGs dalam menentukan tarif pelayanan.

    Pengkodean dilakukan dengan pemberian kode diagnosa dan kode tindakan

    sesuai dengan ketentuan ICD 10 dan ICD 9. Apabila pengkodean dan entri

    data telah dilakukan maka data yang sudah dientri akan dijadikan data

    dalam bentuk txt yang selanjutnya akan diverifikasi.

  • 18

    Verifikasi klaim ini dilakukan oleh verifikator BPJS yang merupakan

    bagian dari BPJS center. Verifikator akan memverifikasi berkas klaim yang

    masuk dan menentukan jumlah klaim yang akan diajukan dan selanjutnya

    akan dibuatkan laporan penagihan oleh pihak rumah sakit yang akan

    diserahkan ke kantor cabang BPJS kesehatan. Berikut penjabaran dari

    masing-masing proses pengajuan klaim di rumah sakit yang diambil dari

    berbagai sumber :

    2.1.2.1 Prosedur Penerimaan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit

    Menurut Ismainar (2015) dikatakan bahwa prosedur

    penerimaan pasien di rumah sakit sebenarnya dapat disesuaikan

    dengan sistem yang ada dimasing-masing rumah sakit itu sendiri.

    Namun secara umum dibuku ini dijabarkan terkait prosedur

    penerimaan pasien rawat jalan, yaitu sebagai berikut :

    A. Penerimaan Pasien Rawat Jalan

    Prosedur penerimaan pasien disini terbagi menjadi dua jenis

    berdasarkan jenis kedatangan pasien yaitu pasien baru dan

    pasien lama.

    1. Pasien Baru

    Pasien baru merupakan pasien yang baru pertama kali

    datang ke rumah sakit untuk berobat. Proses penerimaan

    pasien baru yaitu akan dilayani di Tempat Penerimaan

    Pasien (TPP) serta akan diwawancarai oleh petugas TPP

    terkait informasi menganai data identitas sosial pasien. Data

    tersebut nantinya akan dituliskan pada formulir ringkasan

  • 19

    riawayat klinik. Setiap pasien baru juga nantinya akan

    memproleh nomor pasien yang akan digunakan sebagai

    nomor kartu untuk berobat setiap kali pasien datang ke

    rumah sakit tersebut.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ristya dan

    Kurniadi (2015) tentang kepatuhan petugas TPPRJ (Tempat

    Peneriman Pasien Rawat Jalan) dalam pelaksanaan SOP

    pendaftaran pasien BPJS di RS RS Pantiwilasa Dr.Cipto,

    untuk pasien baru maupun lama pengguna JKN di rumah

    terdapat syarat-syarat pendaftaran yang harus dipenuhi yaitu

    satu lembar fotokopi kartu peserta JKN, satu lembar

    fotokopi kartu identitas penduduk (KTP) dan satu lembar

    fotokopi kartu keluarga (KK). Persyaratan administrasi

    pasien JKN rawat jalan yang harus dipenuhi di RSUP dr

    Sardjito juga sesuai dengan penelitian tersebut. Hanya saja

    di rumah sakit tersebut persyaratan administrasi pasien JKN

    dibedakan antara peserta JKN Penerima Bantuan Iuran (PBI)

    dengan bukan PBI. Peserta PBI persyaratan administrasi

    yang harus dipenuhi sesuai dengan yang telah disebutkan

    akan tetapi bukan PBI tidak harus membawa fotokopi KK.

    Apabila pada persyaratan ditemukan perbedaan identitas

    maka pasien JKN PBI maupun bukan PBI harus

    melengkapinya dengan surat keterangan perbedaan identitas

    dari kelurahan setempat (RSUP dr Sardjito, 2015).

  • 20

    Apabila rumah sakit sudah menggunakan sistem

    komputer maka identitas sosial pasien serta nomor rekam

    medis pasien baru harus disimpan terlebih dahulu untuk

    dijadikan database pasien. Sehingga apabila pasien datang

    kembali untuk berobat maka data pasien akan mudah dan

    cepat ditemukan.

    Data pada ringkasan riwayat klinik diantaranya berisi :

    dokter penanggung jawab poliklinik, nomor pasien, alamat

    lengkap, tempat dan tanggal lahir, umur, jenis kelamin,

    status keluarga, agama dan pekerjaan. Ringkasan riwayat

    klinik ini akan dipakai sebagai dasar pembuatan Kartu

    Indeks Utama Pasien (KIUP) dan juga akan tersimpan

    sebagai database pasien bagi rumah sakit yang telah

    menggunakan sistem komputerisasi.

    Pasien yang sudah mendaftar akan dipersilahkan

    menunggu di poliklinik tempat tujuan mereka. Sedangkan

    petugas rekam medis akan mempersiapkan berkas rekam

    medisnya lalu dikirim ke poliklinik tujuan pasien. Setelah

    pasien mendapatkan pelayanan di poliklinik terdapat

    beberapa kemungkinan yang akan terjadi yaitu : pasien boleh

    langsung pulang, pasien diberikan slip perjanjian oleh

    petugas poliklinik untuk datang kembali pada hari dan

    tanggal yang sudah ditetapkan (pasien yang diharuskan

    datang kembali nanti harus lapor kembali ke TPP), pasien

  • 21

    dirujuk ke rumah sakit lain atau pasien harus masuk ruang

    perawatan. Semua berkas rekam medis pasien poliklinik

    yang selesai berobat akan dikembalikan ke instalasi rekam

    medis kecuali pasien masih harus mendapatkan perawatan

    maka rekam medis akan dikirim ke ruang perawatan.

    2. Pasien Lama

    Pasien lama merupakan pasien yang sudah pernah

    datang ke rumah sakit sebelumnya untuk melakukan

    pengobatan. Pasien lama juga diharuskan untuk mendatangi

    TPP, namun yang membedakan adalah pasien lama

    umumnya dapat datang dengan perjanjian ataupun pasien

    yang datang atas kemauan sendiri. Pasien lama diharuskan

    untuk mengambil karcis untuk mendapatkan pelayanan di

    TPP. Pasien dengan perjanjian sebelumnya akan diarahkan

    langsung ke poliklinik tujuan karena berkas rekam medis

    sudah disediakan di poliklinik tersebut. Sedangkan untuk

    pasien tanpa perjanjian harus menunggu sementara karena

    berkas rekam medis akan diminta terlebih dahulu ke instalasi

    rekam medis untuk dikirimkan ke poliklinik tujuan baru

    setelah itu pasien bisa mendapatkan pelayanan dipoliklinik

    tujuan mereka.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviasari

    (2015) terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan

    penerimaan pasien JKN rawat jalan di RS Slamet Riyadi didapatkan

  • 22

    bahwa dalam pelaksanaannya dapat dipengaruhi oleh man (SDM),

    money, material, machine dan method. SDM yaitu terdiri dari

    petugas pelaksana penerima pasien JKN rawat jalan. Sedangkan

    untuk material dilihat dari pembuatan berkas rekam medis, machine

    dilihat dari penggunaan telepon dan komputer serta method dilihat

    dari SOP pelaksanaan penerimaan pasien JKN rawat jalan.

    2.1.2.2 Pengkodean dan Entri Data Klaim JKN

    Berdasarkan Permenkes No 27 tahun 2014 tentang Juknis

    sistem INA CBGs, sebelum diverifikasi terdapat beberapa proses

    yang harus dilakukan oleh fasilitas kesehatan seperti melakukan

    entri data, coding dan grouping. Entry data, coding dan grouping

    dilakukan dengan menggunakan Software atau aplikasi INA-CBGs

    (Indonesian-Case Based Groups). Aplikasi INA-CBGs merupakan

    salah satu perangkat entri data pasien yang digunakan untuk

    melakukan grouping tarif berdasarkan data yang berasal dari resume

    medis. Aplikasi INA-CBGs sudah terinstall dirumah sakit yang

    melayani peserta JKN yaitu INA-CBGs 4.0. Untuk menggunakan

    aplikasi INA-CBGs, rumah sakit sudah harus memiliki kode

    registrasi rumah sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

    Bina Upaya Kesehatan, selanjutnya akan dilakukan aktifasi INA-

    CBGs setiap rumah sakit sesuai dengan kelas rumah sakit serta

    regionalisasinya.

    Proses entri aplikasi INA-CBGs 4.0 dilakukan oleh petugas

    koder atau petugas administrasi klaim di rumah sakit dengan

  • 23

    menggunakan data dari resume medis, perlu diperhatikan juga

    mengenai kelengkapan data administratif untuk tujuan keabsahan

    klaim. Proses entri data pasien ke dalam aplikasi INA-CBGs

    dilakukan setelah pasien selesai mendapat pelayanan di rumah sakit

    (setelah pasien pulang dari rumah sakit), data yang diperlukan

    berasal dari resume medis, sesuai dengan alur bagan sebagai

    berikut:

    Gambar 2.2 Alur Entri Data dengan Aplikasi 1

    Sumber : PMK No. 27 Tahun 2014

    Berdasarkan gambar 2.1 dapat dilihat langkah awal yang dilakukan

    adalah mengentri data berupa data sosial seperti nama, jenis

    kelamin, tanggal lahir sampai pada variable tarif rumah sakit atau

    ADL (Activity Daily Living) jika ada. Selanjutnya adalah melakukan

    coding yaitu dengan memasukan kode diagnosis dengan ICD 10 dan

    kode prosedur dengan ICD 9 yang dikoding dari resume medis

  • 24

    pasien. Setelahnya maka aplikasi akan memunculkan hasil

    grouping.

    2.1.2.3 Verifikasi Klaim JKN

    Berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 2014 tentang pedoman

    pekasanaan JKN, setalah melalui proses entri dan pengkodean

    tahapan terakhir dalam pengajuan klaim adalah verifikasi klaim

    yang bertujuan menguji kebenaran administrasi

    pertanggungjawaban pelayanan yang telah dilaksanakan oleh

    fasilitas kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

    Malonda, Ratu dan Soleman (2015) terkait analisis pengajuan klaim

    BPJS kesehatan di RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano bahwa

    verifikasi pada dokumen klaim bertujuan untuk memastikan bahwa

    biaya program JKN oleh BPJS Kesehatan dimanfaatkan secara tepat

    jumlah, tepat waktu dan tepat sasaran. Selain itu, verifikasi data

    bertujuan untuk membantu fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut untuk

    mengacu kepada standard penilaian klaim berdasarkan PKS antara

    provider dan BPJS Kesehatan.

    Maka verifikasi klaim oleh verifikator BPJS kesehatan

    menandakan klaim sudah masuk ke pihak BPJS kesehatan melalui

    verifikator untuk uji kelayakan. Terdapat empat tipe status klaim

    yang berbeda setelah berkas klaim diterima oleh pihak asuransi,

    yaitu (Catherine, 2013) :

    1. No claim on file (NCOF) yaitu kondisi dimana klaim belum

    diterima oleh petugas klaim dikarenakan sistem yang ada tidak

  • 25

    mampu untuk mendeteksi keberadaan data klaim yang

    dimaksud.

    2. Klaim tidak pernah diterima oleh sistem pemutus klaim atau

    tidak dapat diproses maka status klaim dapat ditolak maupun

    tidak diterima karena adanya front-end error.

    3. Klaim sudah diterima oleh sistem klaim, menandakan klaim

    sedang diproses

    4. Klaim berstatus pending, menandakan beberapa

    kemungkinan yaitu sedang dalam penelaahan lebih dalam,

    membutuhkan informasi tambahan baik dari pihak penyedia

    layanan maupun peserta jaminan.

    5. Klaim telah selesai diproses dan telah difinalisasi, terdapat dua

    kemungkinan yaitu klaim ditolak (denied) atau klaim diterima

    (allowed). Klaim ditolak artinya tidak ada pembayaran untuk

    klaim tersebut umumnya klaim tersebut terdapat kesalahan

    dalam billing atau pengkodean ataupun masalah lainnya.

    Sedangkan untuk klaim diterima pembayaran akan dilakukan

    sesuai dengan jumlah klaim.

    Berdasarkan petunjuk teknis verifikasi klaim didapatkan bahwa

    proses verifikasi dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu verifikasi

    administrasi, verifikasi pelayanan kesehatan dan verifikasi

    menggunakan aplikasi verifikasi klaim, berikut penjabaran dari

    tahap verifikasi klaim JKN pada rawat jalan :

    1. Verifikasi Administrasi

  • 26

    Dalam melakukan verifikasi administrasi untuk pelayanan

    rawat jalan, berkas yang diverifikasi meliputi :

    1. Surat Eligibilitas Peserta (SEP)

    2. Bukti pelayanan yang mencantumkan diagnosa dan prosedur

    serta ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien

    (DPJP).

    3. Pada kasus tertentu bila ada pembayaran klaim diluar INA

    CBG diperlukan tambahan bukti pendukung :

    a. Protokol terapi dan regimen (jadwal pemberian) obat

    khusus

    b. Resep alat kesehatan

    c. Tanda terima alat bantu kesehatan (kacamata, alat bantu

    dengar, alat bantu gerak dll)

    Hal tersebut kurang lebih sesuai dengan hasil penelitian

    Malonda, Ratu dan Soleman (2015) terkait analisis pengajuan

    klaim BPJS kesehatan di RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano,

    dokumen klaim yang dibutuhkan dalam proses verifikasi data

    yaitu meliputi fotokopi Kartu Peserta BPJS, SEP, Surat

    Rujukan, Billing System atau Rincian Manual tagihan RS,

    Resume Medis dan Pengantar Rawat Inap Pasien berdasarkan

    pedoman pada PKS RSUD Dr.Sam Ratulangi Tondano dengan

    BPJS Kesehatan Manado.

  • 27

    Verifikasi administrasi klaim dilakukan dengan dua tahapan

    yaitu verifikasi administrasi kepesertaan dan verifikasi

    administrasi pelayanan, berikut penjabarannya :

    1) Verifikasi administrasi kepesertaan, yaitu meneliti

    kesesuaian berkas klaim yaitu antara Surat Eligibilitas

    Peserta (SEP) dengan data kepesertaan yang diinput dalam

    aplikasi INA CBGs.

    2) Verifikasi administrasi pelayanan, hal-hal yang harus

    diperhatikan dalam verifikasi administrasi pelayanan adalah

    :

    a) Mencocokkan kesesuaian berkas klaim dengan berkas

    yang dipersyaratkan sebagaimana yang disebutkan

    sebelumnya

    b) Apabila terjadi ketidaksesuaian antara kelengkapan dan

    keabsahan berkas maka berkas dikembalikan ke RS

    untuk dilengkapi.

    c) Kesesuaian antara tindakan operasi dengan spesialisasi

    operator ditentukan oleh kewenangan medis yang

    diberikan Direktur Rumah Sakit secara tertulis. Perlu

    dilakukan konfirmasi lebih lanjut.

    2. Verifikasi Pelayanan Kesehatan

    Hal-hal yang harus menjadi perhatian adalah :

    1) Verifikator wajib memastikan kesesuaian diagnosis dan

    prosedur pada tagihan dengan kode ICD 10 dan ICD 9 CM

  • 28

    (dengan melihat buku ICD 10 dan ICD 9 CM atau softcopy-

    nya). Ketentuan coding mengikuti panduan coding yang

    terdapat dalam Juknis INA CBG

    2) Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan

    konsultasi antara pasien dan dokter serta pemeriksaan

    penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan

    pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan

    penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka

    tidak dihitung sebagai episode baru.

    3) Pelayanan IGD, pelayanan rawat sehari maupun pelayanan

    bedah sehari (One Day Care/Surgery) termasuk rawat jalan

    4) Untuk kasus pasien yang datang untuk kontrol ulang

    dengan diagnosis yang sama seperti kunjungan sebelumnya

    dan terapi (rehabmedik, kemoterapi, radioterapi) di rawat

    jalan dapat menggunakan kode Z sebagai diagnosis

    utama dan kondisi penyakitnya sebagai diagnosis sekunder

    diagnosa Z (kontrol).

    3. Verifikasi dengan menggunakan aplikasi INA-CBGs

    Berikut tahapan dalam melakukan verifikasi klaim dengan

    menggunakan aplikasi INA-CBGs :

    1) Purifikasi Data, Purifikasi berfungsi untuk melakukan

    validasi output data INA-CBG yang ditagihkan Rumah Sakit

    terhadap data penerbitan SEP. Purifikasi data yang terdiri

    dari :

  • 29

    a) Nomer SEP

    b) Nomor Kartu Peserta

    c) Tanggal SEP

    2) Melakukan proses verifikasi administrasi Verifikator

    mencocokan lembar kerja tagihan dengan bukti pendukung

    dan hasil entry rumah sakit.

    3) Setelah proses verifikasi adminstrasi selesai maka verifikator

    dapat melihat status klaim yang layak secara adminstrasi,

    tidak layak secara adminstrasi dan pending.

    4) Proses verifikasi lanjutan dilakukan dengan tujuh langkah

    dilaksanakan secara disiplin dan berurutan untuk

    menghindari terjadi error verifikasi dan potensi double

    klaim. Verifikasi lanjutan terdiri dari :

    a) Verifikasi double klaim untuk dua (atau lebih) pelayanan

    RITL

    b) Verifikasi double klaim RJTL yang dirujuk langsung ke

    RITL

    c) Verifikasi double klaim untuk dua (atau lebih) pelayanan

    RJTL

    d) Verifikasi klaim terhadap kode INA CBGs berpotensi

    tidak benar

    e) Verifikasi klaim terhadap kode diagnosa yang tidak

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku

  • 30

    f) Pemeriksaan bebas langkah verifikasi ini adalah

    pemeriksaan dengan alasan lain-lain untuk kasus-kasus

    yang tidak termasuk dalam kategori langkah-langkah

    sebelumnya, namun harus ditidaklayakkan karena alasan

    lain

    5) Finalisasi klaim

    2.1.2.4 Syarat Pengajuan Klaim JKN

    Berdasarkan Permenkes No. 28 tahun 2014 tentang pedoman

    pelaksanaan klaim disebutkan bahwa fasilitas kesehatan

    mengajukan klaim setiap bulan secara regular paling lambat tanggal

    10 bulan berikutnya, kecuali kapitasi, tidak perlu diajukan klaim

    oleh Fasilitas Kesehatan. Serta disebutkan juga bahwa batas waktu

    maksimal pengajuan klaim bagi fasilitas kesehatan milik pemerintah

    maupun swasta, baik tingkat pertama maupun tingkat lanjutan adalah 2

    (dua) tahun setelah pelayanan diberikan. Berdasarkan panduan praktis

    administrasi klaim fasilitas kesehatan BPJS kesehatan (2014)

    diketahui bahwa klaim diajukan kepada Kantor Cabang

    Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan secara kolektif setiap bulan

    dengan kelengkapan administrasi umum sebagai berikut :

    1. Rekapitulasi pelayanan

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Malonda, Ratu dan

    Soleman (2015) terkait analisis pengajuan klaim BPJS kesehatan

    di RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano bahwa dalam rekapitulasi

    pelayanan yang harus diperhatikan adalah status rekam medis

  • 31

    yang berhubungan dengan dokumen klaim seperti kelengkapan

    pengisian identitas pasien ; identitas umum (nama, umur, tempat

    tanggal lahir, alamat, nomor handphone/telepon, pendidikan,

    pekerjaan, status perkawinan, penanggungjawab pembayaran),

    identitas khusus (nomor rekam medis, nomor surat eligibilitas

    pasien (SEP), tanggal masuk, tanggal keluar), melampirkan surat

    rujukan pasien, menulis data kepersertaan.

    2. Berkas pendukung masing-masing pasien, yang terdiri dari:

    a) Surat Eligibilitas Peserta (SEP)

    b) Resume medis/laporan status pasien atau keterangan

    diagnosa dari dokter yang merawat bila diperlukan

    c) Bukti pelayanan lainnya, misal:

    1. Protokol terapi dan regimen (jadwal pemberian obat)

    pemberian obat khusus,

    2. Perincian tagihan Rumah Sakit (manual atau automatic

    billing)

    3. Berkas pendukung lain yang dibutuhkan

    2.1.3. Petugas Pelaksanan Pelayanan Administrasi Klaim

    Seperti yang telah diketahui bahwa dalam melaksanakan proses

    pengajuan berkas klaim JKN sudah dimulai sejak tahap pelayanan

    administrasi di bagian pendaftaran dan berakhir pada proses pemberian

    kode dan entri data, hal ini sesuai dengan Permenkes No. 28 tahun 2014,

    pedoman teknis administrasi klaim fasilitas kesehatan (2014) dan

    Permenkes No. 27 tahun 2014. Setiap proses tersebut dilakukan oleh

  • 32

    petugas yang berbeda sesuai dengan peran petugas masing-masing.

    Berikut akan dijabarkan peran masing-masing petugas yang terlibat dalam

    proses pengajuan klaim di rumah sakit dari berbagai sumber :

    A. Petugas penerima pasien rawat jalan

    Menurut Ismainar (2015) petugas yang berada di TPP berperan

    melayani pasien baru maupun pasien lama yang akan melakukan

    pengobatan di rumah sakit. Selain itu, mereka juga akan mewawancarai

    pasien terkait informasi menganai data identitas sosial pasien dan data

    tersebut nantinya akan dituliskan pada formulir ringkasan riawayat

    klinik. Dan apabila rumah sakit sudah menggunakan sistem

    komputerisasi maka petugas diharuskan untuk memasukan data

    identitas sosial pasien lalu menyimpannya untuk menjadi database

    pasien.

    Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ristya dan

    Kurniadi (2015) tentang kepatuhan petugas TPPRJ dalam pelaksanaan

    SOP pendaftaran pasien BPJS di RS RS Pantiwilasa Dr.Cipto, untuk

    pasien baru maupun lama pengguna JKN terdapat syarat-syarat

    pendaftaran yang harus diminta oleh petugas TPP kepada pasien yang

    hendak melakukan pendaftaran yang terdiri dari satu lembar fotokopi

    kartu peserta JKN, satu lembar fotokopi kartu identitas penduduk

    (KTP) dan satu lembar fotokopi kartu keluarga (KK).

    B. Petugas Rekapitulasi di Unit Rekam Medis

    Menurut Ismainar (2015) bagian di unit rekam medis yang berfungsi

    sebagai peneliti kelengkapan isi dan perakitan dokumen rekam medis

  • 33

    sebelum disimpan disebut sebagai bagian assembling. Dokumen rekam

    medis yang sudah diisi oleh pencatat data rekam medis yang tersebar

    dibeberapa unit akan diberikan ke bagian assembling bersamaan dengan

    sensus harian data rekam medis. Lembar formulir yang ada dalam

    berkas rekam medis akan di atur kembali sesuai urutan riwayat penyakit

    pasien dan diteliti kelengkpam isi dokumen rekam medis. Apabila

    ditemukan formulir yang belum lengkap maka akan dikebalikan ke unit

    yang bersangkutan. Sedangkan untuk dokumen rekam medis yang

    sudah lengkap akan diserahkan pada fungsi koding dan indeksing dan

    sensus harian akan diserahkan ke fungsi penganalisis dan pelapor untuk

    diolah lebih lanjut.

    Fungsi dan peran petugas assembling dalam rekam medis adalah

    sebagai perakit formulir rekam medis, peneliti isi data rekam medis,

    pengendali dokumen rekam medis tidak lengkap, pengendali

    penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis. Berikut

    tugas pokok dari assembling :

    1. Menerima dokumen rekam medis dan sensus harian dari unit

    pelayanan lainnya

    2. Meneliti kelengkapan isi dan merakit kembali urutan formulir rekam

    medis

    3. Mencatat dan mengendalikan dokumen rekam medis yang isinya

    belum lengkap dan secra periodik melaporkan kepada kepala unit

    rekam medis mengenai ketidak lengkapan isi dokumen dan petugas

    yang bertanggung jawab terhadap kelengkapam isi tersebut.

  • 34

    4. Mengendalikan penggunaan formulir-formulir rekam medis secara

    periodik melaporkan kepada kepala unit rekam medis mengenai

    jumlah dan jenis formulir yang telah digunakan

    5. Mengalokasikan dan mengendalikan nomor rekam medis

    6. Menyerahkan dokumen rekam medis yang sudah lengkap ke fungsi

    koding dan pengindeksan

    7. Menyerahkan sensus harian ke fungsi analis dan pelaporan

    Selain tugas pokok yang disebutkan diatas terdapat juga deskripsi dari

    kegiatan assembling dalam pelayanan rekam medis, diantaranya sebagai

    berikut :

    1. Menyerahkan dokumen rekam medis baru dan kelengkapan

    formulirnya kepada unit pengguna

    2. Mengalokasikan dan mencatat penggunaan nomor rekam medis ke

    dalam buku pengguna rekam medis

    3. Menerima pengembalian rekam medis dan sensus harian dari unti

    rawat inap, rawat jalan dan UGD dengan menandatangani buku

    ekspedisi

    4. Mencocokan jumlah dokumen rekam medis dengan jumlah pasien

    yang ditulis pada sensus harian

    5. Jumlah dokumen rekam medis yang diterima harus sesuai dengan

    jumlah dokumen yang tercatat dalam sensus harian.

    6. Meneliti isi kelengkapan rekam medis, kelengkapan isi dan

    mengatur formulir rekam medis sesuai sejarah dan riwayat penyakit

    pasien

  • 35

    7. Apabila dokumen rekam medis belum lengkap, petugas diharuskan

    menulis ketidaklengkapan berkas tersebut dikertas berbeda dan

    ditempelkan pada sampul berkas rekam medis lalu diserahkan

    kepada unit yang bersnagkutan

    8. Apabila sudah lengkap dokumen rekam medis harus diserahkan ke

    fungsi koding dan analis

    9. Menyerahkan sensus harian ke fungsi analis dan pelaporan

    10. Membuat laporan ketidak lengkapan isi dokumen

    11. Membuat laporan penggunaan formulir rekam medis

    C. Petugas Koding

    Koding atau pengkodean merupakan salah satu proses yang terdapat

    dalam proses pengajuan klaim di rumah sakit. Dalam hal ini

    pengkodean dilakukan oleh koder atau petugas koding. Keakuratan

    dalam pengkodean adalah tanggung jawab dari koder yang merupakan

    petugas rekam medis. Peran koder yaitu terdiri dari :

    1. Membuat kode diagnosa sesuai convention ICD-10

    2. Membuat kode prosedur sesuai convention ICD-9-CM

    3. Menghubungi dokter jika terdapat masalah dalam membuat kode

    4. Melaporkan maslah pengkodean kepada ketua PokJa Coding

    disertai dengan barang bukti

    5. Bersama-sama dengan tim casemix rumah sakit melakukan audit

    kelengkapan rekam medis (Kartika, 2014)

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati dan

    Kresnowati (2013) tentang kompetensi tenaga koder dalam proses

  • 36

    Reimbursement berbasis System Case-mix di beberapa rumah sakit di

    kota Semarang bahwa kualitas dan kuantitas dari tenaga koding

    nantinya berpengaruh terhadap penyelenggaraan rekam medis di rumah

    sakit. Berdasarkan penelitian tersebut juga ditemukan bahwa kualitas

    petugas koding di rumah sakit dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :

    1. Pengalaman Kerja

    Pengalaman kerja yang dimiliki oleh petugas koding sangat

    mendukung pelaksanaan tugas dari koder itu sendiri. Petugas yang

    berpengalaman akan lebih mudah menentukan kode penyakit seiring

    dengan kebiasaan dan ingatan. Selain itu, petugas yang

    berpengalaman memiliki kemampuan membaca tulisan dari dokter

    lebih baik serta memiliki hubungan interpersonal dan komunikasi

    yang lebih akrab dengan tenaga medis yeng menuliskan diagnosis.

    Akan tetapi pengalaman kerja juga harus ditunjang

    denganpengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk dapat

    menghasilkan kode yang akurat.

    2. Pendidikan

    Berdasarkan kurikulum pendidikan ahli rekam medis dan

    informasi kesehatan kemampuan pengkodean merupakan salah satu

    kompetensi yang tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan lain karena

    pengkodean sendiri merupakan tugas pokok dari tenaga rekam

    medis. Hal ini sesuai dengan yang tertera pada Keputusan Menteri

    Kesehatan (Kepmenkes) No. 377/Menkes/SK/III/2007 tentang

    standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan bahwa

  • 37

    kompetensi perekam medis yang pertama adalah klasifikasi dan

    kodifikasi penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan

    kesehatan dan tindakan medis. Didalamnya juga disebutkan

    kualifikasi pendidikan untuk perekam medis diantaranya yaitu :

    a. Diploma 3 (D3) rekam medis dan informasi kesehatan yang

    ditempuh selama enam semester, dengan gelar ahli madya.

    b. Diploma 4 (D4) manajemen informasi kesehatan yang ditempuh

    selama delapan semester dengan gelar sarjana sains terapan

    MIK.

    c. Strata 1 (S1) manajemen informasi kesehatan yang ditempuh

    selama delapan semester dengan gelar sarjana manajeman

    informasi kesehatan.

    d. Strata 2 (S2) manajemen informasi kesehatan yang ditempuh

    selama empat semester dengan gelar magister manajeman

    informasi kesehatan.

    3. Pelatihan

    Apabila petugas koding belum mempunyai kesempatan untuk

    mendapatkan pendidikan khusus di bidang rekam medis dan

    informasi kesehatan, maka untuk mendapatkan hasil yang baik

    setidaknya petugas tersebut mengikuti pelatihan yang berkaitan

    dengan rekam medis. Pelatihan sendiri bisa bersifat aplikatif berupa

    in-house atau on-the-job training sehingga dapat membantu

    meningkatankan pemahaman dan skill tenaga koding tersebut.

  • 38

    2.1.4 Teknologi Informasi dalam Proses Pengajuan Klaim JKN

    Teknologi merupakan penerapan berbagai peralatan atau sistem untuk

    menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia dalam

    kehidupan sehari-hari. Sedangkan informasi adalah berita yang

    mengandung maksud tertentu. Apabila keduanya digabungkan maka

    teknologi informasi merupakan tata cara atau sistem yang digunakan oleh

    manusia dalam menyampaikan pesan atau informasi (Maryono dan Istiana,

    2007). Teknologi informasi banyak digunakan untuk pengelolaan

    pekerjaan karena efektifitas dan efisiensinya yang sudah terbukti

    mempercepat sebuah kinerja. Pengguanaan teknologi informasi juga

    mempermudah pertukaran teknologi informasi dalam kehidupan sehari-

    hari dan saat ini teknologi sudah merambah pada bidang profesi

    (Supriyanto dan Muhsin, 2008).

    Sebenarnya pemerintah memang sudah menganjurkan setiap rumah

    sakit untuk menerapkan sistem informasi di rumah sakit atau lebih dikenal

    dengan Sistem Informasi Manajeman Rumah Sakit (SIM RS). Tertuang

    pada PMK No. 82 tahun 2013 tentang SIM RS bahwa sistem informasi

    kesehatan merupakan seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,

    indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia yang

    saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan

    atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan.

    Pada pelaksanaan JKN teknologi informasi sangat dibutuhkan

    terutama sistem informasi kesehatan pada pencatatan rekam medis yang

    akurat dan komprehensif serta penggunaan sistem komputerisasi dan

  • 39

    teknologi komputer yang dapat mempermudah sistem pembayaran INA-

    CBGs (Thabrany, 2015). Selain itu, sistem rekam medis yang

    terkomputrisasi juga dapat membantu mempercepat pengumpulan berkas

    JKN. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widowati

    (2015) tentang pengaruh kecepatan pemberkasan rekam medis elektronik

    dan rekam medis manual rawat jalan terhadap ketepatan waktu

    pengumpulan berkas JKN di RS Bethesda ditemukan bahwa adanya

    pengaruh kecepatan pemberkasan rekam medis elektonik dengan ketepatan

    waktu pengumpulan berkas JKN dengan risiko ketidaktepatan kecil.

    Sedangkan untuk pemberkasan rekam medis manual memiliki risiko

    ketidaktepatan yang besar untuk pengumpulan berkas JKN.

    Pada Permenkes No. 27 tahun 2014 tentang petunjuk teknis sistem

    INA-CBGs juga disebutkan bahwa proses administrasi klaim JKN

    menggunakan aplikasi INA-CBGs. Aplikasi tersebut merupakan alat yang

    digunakan oleh petugas klaim untuk proses penginputan data dan

    pemberian kode tindakan serta diagnosa atas peserta JKN yang sudah

    mendapatkan pelayanan. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

    1. Menghasilkan data base pelayanan kesehatan pada jenjang RS.

    2. Melakukan proses rekapitulasi klaim yang selanjutnya berkas

    rekapitulasi akan dikirim ke BPJS kesehatan sebagai bahan dasar

    dalam melakukan verifikasi klaim JKN.

    Selain itu, sistem INA-CBGs juga ditunjuk sebagai petugas verifikasi

    klaim dalam rangka melakukan proses verifikasi atas klaim yang diajukan

    oleh rumah sakit untuk menghasilkan data base individual klaim yang

  • 40

    terverifikasi pada jenjang BPJS cabang kemudian teregistrasi di pusat.

    Selain itu, data base ini akan berperan penting dalam proses klaim serta

    dimanfaatkan untuk telaah utilisasai, update tarif INA-CBGs dan lainnya

    (Kartika, 2014).

    Berdasarkan media internal resmi BPJS Kesehatan Edisi X tahun

    2014 diketahui adanya bridging system merupakan salah satu

    pengembangan teknologi informasi dengan penggunaan aplikasi berbasis

    web service yang menghubungkan sistem pelayanan kesehatan menjadi

    satu. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pelayanan

    kesehatan di rumah sakit amupun puskesmas. Bagi rumah sakit sistem ini

    dapat menghemat sumber daya manusia, kecepatan pengisian data dan

    kecepatan proses pengajuan klaim yang sedang ditangani. Sedangkan

    keuntungan dari BPJS Kesehatan, bridging system membuat akurasi data

    menjadi lebih baik serta proses verifikasi dan pengolahan data jadi lebih

    cepat.

    2.1.5 Kebijakan dalam Klaim JKN

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kulo, Massie, Kandou

    (2014) tentang pengolaan dan pemanfaatan dana dari program JKN di

    RSUD Datoe Bingangkan, terdapat beberapa kebijakan tentang

    penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional yang didalamnya terdapat

    penjelasan sistem pembayaran kepada fasilitas kesehatan, seperti:

    a. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

    Nasional (SJSN).

  • 41

    b. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

    Jaminan Sosial (BPJS).

    c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2013 tentang

    Jaminan Kesehatan.

    d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 tahun 2013 tentang

    Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.

    e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 69 tahun 2013 tentang

    Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat

    Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam

    Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

    f. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1

    tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

    g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 tahun 2014 tentang

    petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs).

    h. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 tahun 2014 tentang

    Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.

    Selain kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, terdapat juga

    kebijakan yang sifatnya lokal dan hanya digunakan di institusi. Hal ini

    terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningtyas (2012) bahwa

    ketidakdisiplinan petugas terkait peraturan yang ditentukan oleh rumah

    sakit menjadi sebuah masalah akibat tidak ada SOP yang terkait tentang

    penagihan klaim pasien JPK Gakin dan SKTM. Hal serupa juga

    disebutkan pada penelitian Kartika (2014) bahwa proses pengelolaan

    berkas klaim tidak hanya mengacu pada prosedur pelayanan dan klaim

  • 42

    kesehatan tingkat lanjut yang ditetapkan oleh BPJS kesehatan tetapi juga

    dibutuhkan SOP yang jelas disetiap unit klaim. SOP yang jelas nantinya

    diharapkan dapat membatu mengoptimalkan kinerja petugas.

    Menurut Soemohadiwidjojo (2014) Standar Operasional Prosedur

    (SOP) yang merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan

    kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar.

    Secara luas SOP dapat diartikan sebagai dokumen yang menjabarkan

    aktivitas operasional sebuah organisasi. Sedangkan dalam arti sempit SOP

    merupakan salah satu jenis dokumen dalam sebuah sistem tata kerja yang

    digunakan untuk mengatur kegiatan operasional antar bagian atau fungsi

    dalam sebuah organisasi agar kegiatan tersebut dapat terlaksana secara

    sistemik. Penggunaan SOP dalam organisasi bertujuan untuk memastikan

    organisasi beroperasi secara konsisten, efektif, efisisn, sistematis dan

    terkelola dengan baik, untuk menghasilkan produk yang memiliki mutu

    konsisten sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Implementasi SOP

    dalam organisasi dimaksudkan agar organisi dapat menghadapi tentangan

    sebagai berikut :

    1. Tingkat kesulitan kegiatan operasional organisasi semakin tinggi

    sehingga risiko terjadinya kesalahan atau penyimpangan juga semakin

    tinggi

    2. Semakin banyak persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang

    harus dipatuhi organisasi

    3. Pelanggan yang semakin kritis dengan tuntutan mutu produk

    organisasi yang konsisten atau semakin baik

  • 43

    2.2. Klaim Ditolak

    Klaim ditolak menandakan tidak akan ada pembayaran untuk klaim

    tersebut umumnya klaim tersebut terdapat kesalahan dalam billing atau

    pengkodean ataupun masalah lainnya (Catherine, 2013). Sedangkan berdasarkan

    penelitian yang dilakukan oleh Tettey, dkk (2012) tentang tantangan dalam

    pembayaran provider yang berada dibawah skema as