29
23 BAB 6 PENGGAMBARAN BENDA-BENDA TIGA DIMENSI Di belakang setiap gambar suatu benda terdapat suatu hubungan ruang yang melibatkan empat benda imajiner : 1. Mata pengamat (station point) 2. Benda (object) 3. Bidang proyeksi (plane of projection) 4. Proyektor-proyektor, disebut juga sinar-sinar penglihatan (visual rays) atau garis-garis pandangan (lines of sight). 6.1 GAMBAR PROYEKSI Dalam bidang teknik pandangan suatu benda dikenal sebagai proyeksi. Proyeksi adalah suatu pandangan yang diangankan akan digambar atau diproyeksikan ke suatu bidang yang dikenal sebagai bidang proyeksi. Pada Gambar 6.1 terdapat tiga buah titik A, B dan C dan diantaranya terdapat sebuah bidang datar P. Jika titik A dihubungkan dengan titik-titik B dan C oleh garis-garis lurus, maka bidang P akan dipotong oleh garis AB di D dan AC di E. Titik-titik D dan E pada bidang P disebut proyeksi dari titik A. Garis lurus AB dan AC disebut garis proyeksi, bidang P disebut bidang proyeksi dan titik A disebut titik penglihatan. Gambar 6.1: Proyeksi Jika sebuah benda dilihat dari sebuah titik penglihatan, seperti pada Gambar 6.2 (a), maka proyeksi dari benda ini pada bidang proyeksi P disebut

Gambar 3 Dimensi

  • Upload
    zakio

  • View
    251

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tata cara menggambar 3 dimensi oleh zakio Unrika

Citation preview

Page 1: Gambar 3 Dimensi

23

BAB 6

PENGGAMBARAN BENDA-BENDA TIGA DIMENSI

Di belakang setiap gambar suatu benda terdapat suatu hubungan ruang

yang melibatkan empat benda imajiner :

1. Mata pengamat (station point)

2. Benda (object)

3. Bidang proyeksi (plane of projection)

4. Proyektor-proyektor, disebut juga sinar-sinar penglihatan (visual

rays) atau garis-garis pandangan (lines of sight).

6.1 GAMBAR PROYEKSI

Dalam bidang teknik pandangan suatu benda dikenal sebagai proyeksi.

Proyeksi adalah suatu pandangan yang diangankan akan digambar atau

diproyeksikan ke suatu bidang yang dikenal sebagai bidang proyeksi.

Pada Gambar 6.1 terdapat tiga buah titik A, B dan C dan diantaranya

terdapat sebuah bidang datar P. Jika titik A dihubungkan dengan titik-titik B dan

C oleh garis-garis lurus, maka bidang P akan dipotong oleh garis AB di D dan AC

di E. Titik-titik D dan E pada bidang P disebut proyeksi dari titik A. Garis lurus

AB dan AC disebut garis proyeksi, bidang P disebut bidang proyeksi dan titik A

disebut titik penglihatan.

Gambar 6.1: Proyeksi

Jika sebuah benda dilihat dari sebuah titik penglihatan, seperti pada

Gambar 6.2 (a), maka proyeksi dari benda ini pada bidang proyeksi P disebut

Page 2: Gambar 3 Dimensi

24

proyeksi perspektif dan gambarnya disebut gambar perspektif. Jika titik

penglihatannya berada di tak terhingga, maka garis-garis proyeksi atau garis-garis

penglihatannya menjadi garis-garis sejajar, seperti pada Gambar 6.2 (b). Dalam

hal ini proyeksi disebut proyeksi sejajar.

Gambar 6.2: Proyeksi dari sebuah benda

Bila cara proyeksi sejajar garis-garis proyeksi berdiri tegak lurus pada

bidang proyeksi P, cara proyeksinya disebut proyeksi orthogonal. Dan bila garis-

garis proyeksi membuat sudut dengan bidang proyeksi P, cara proyeksi ini

disebut proyeksi miring. Dalam gambar mesin proyeksi yang sering digunakan

adalah proyeksi orthogonal.

6.2 GAMBAR PANDANGAN TUNGGAL

Kadang-kadang diperlukan gambar-gambar dalam tiga dimensi dari

sebuah benda, untuk mendapatkan gambaran dari bentuk bendanya. Gambar

demikian yang diperoleh dari satu pandangan disebut gambar satu pandangan.

Sebuah gambar satu pandangan menyajikan sebuah benda seperti dalam foto,

sehingga bentuk bendanya dapat demengerti oleh si penglihat.

Cara proyeksi yang dipergunakan untuk gambar satu pandangan terdiri

dari proyeksi aksonometri, proyeksi miring dan proyeksi perspektif.

A. Proyeksi aksonometri

Gambar aksonometri

Jika sebuah benda disajikan dalam proyeksi orthogonal seperti tampak

pada gamber 6.3 (a), hanya sebuah bidang saja yang akan tergambar pada bidang

proyeksi. Seandainya bindang-bidang atau tepi-tepinya dimiringkan terhadap

bindang proyeksi, maka ketiga muka dari benda itu akan terlihat serentak, dan

gambar demikian memberikan bentuk benda seperti sebenarnya Gambar 6.3 (b).

Cara demikian disebut proyeksi aksonometri dan gambarnya disebut gambar

aksonometri. Tiga bentuk proyeksi aksonometri adalah isometri, dimetri dan

Page 3: Gambar 3 Dimensi

25

trimetri. Cara pendekatan proyeksi aksonometri dengan sudut proyeksi dan skala

perpendekan dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1: Sudut Proyeksi dan Skala Perpendekan

Cara proyeksi

Sudut proyeksi (0) Skala perpendekan

αααα ββββ Sumbu-X Sumbu-Y Sumbu-Z

Proyeksi isometri 30 30 82 82 82

Proyeksi dimetri

15 15 73 73 96 35 35 86 86 71 40 10 54 92 92

Proyeksi trimetri

20 10 64 83 97 30 15 65 86 92 30 20 72 83 89 35 25 77 85 83 45 15 65 92 86

B Proyeksi miring

Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan garis-

garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi. Gambar yang dihasilkan oleh

cara proyeksi ini disebut gambar proyeksi miring. Pada proyeksi ini bendanya

dpat diletakkan sesukanya, tetapi biasanya permukaan depan dari benda

deletakkan sejajar dengan bidang proyeksi vertikal. Dengan demikian bentuk

permukaan depan tergambar seperti sebenarnya, yang juga terdapat pada gambar

proyeksi orthogonal. Sudut yang menggambarkan kedalamannya biasanya 300,

450 atau 600 terhadap sumbu horizontal. Sudut-sudut ini disesuaikan dengan segi

tiga yang dipakai mempunyai sudut-sudut 300, 450 atau 600.

Dalamnya dapat ditentukan sebarang, seperti tampak pada Gambar 6.3.

Jika panjang ke dalam sama dengan panjang sebenarnya, gambar demikian

Page 4: Gambar 3 Dimensi

26

disebut gambar Cavalier. Pada proyeksi ini skala yang sama dapat dipergunakan

pada sumbu-sumbu yang lain. Di lain pihak gambar Cavalier menghasilkan

gambar yang berubah, walaupun menggambarnya mudah ((Gambar 6.3 (a)).

Oleh karena itu sering kali dipergunakan skala perpendekan pada sumbu

ke dalam, misalnya 43

, 21

atau 31

. Skala perpendekan 21

memberikan gambar

yang tidak berubah, dan penggambaranya agak mudah. Gambar demikian disebut

gambar CABINET. Gambar Cabinet dengan sudut 450 banyak dipakai di beberapa

negara. Gambar 6.4 memperlihatkan gambar sebuah benda dalam proyeksi

isometri dan proyeksi miring (gambar Cabinet) sebagai perbandingan.

Gambar 6.3: Perbandingan beberapa jenis proyeksi miring

Gambar 6.4: Perbandingan gambar isometri dengan gambar miring

6.3 PROYEKSI ORTHOGONAL (GAMBAR PANDANGAN

MAJEMUK)

Gambar proyeksi orthogonal dipergunakan untuk memberikan informasi

yang lengkap dan tepat dari suatu benda tiga dimensi. Untuk mendapatkan hasil

demikian bendanya diletakkan dengan bidang-bidang sejajar dengan bindang

proyeksi, terutama sekali bindang yang penting diletakkan sejajar dengan bidang

proyeksi vertikal.

Proyeksi orthogonal pada umumnya tidak memberikan gambaran lengkap

dari benda hanya dengan satu proyeksi saja. Oleh karena itu diambil beberapa

bidang proyeksi. Biasanya diambil tiga bidang tegak lurus, dan dapat ditambah

dengan bidang bantu di mana diperlukan. Bendanya diproyeksikan secara

orthogonal pada tiap-tiap bidang proyeksi untuk memperlihatkan benda tersebut

pada bidang-bidang dua dimensi. Dengan menggabungkan gambar-gambar

Page 5: Gambar 3 Dimensi

27

proyeksi tersebut dapatlah diperoleh gambaran jelas dari benda yang dimaksud.

Cara penggambaran tersebut dinamakan proyeksi orthogonal.

Cara menggambarkannya diperlihatkan pada Gambar 6.5. Antara benda

dan titik penglihatan di tak terhingga diletakkan sebuah bidang tembus pandang

sejajar dengan bidang yang akan digambar. Pada Gambar 6.5 bidang tembus

pandang ini merupakan gambar proyeksi dari benda tersebut. Jika benda tersebut

dilihat dari depan, maka gambar pada bidang tembus pandang ini disebut

pandangan depan. Dengan cara demikian benda tadi dapat diproyeksikan pada

bidang proyeksi horizontal, pada bindang proyeksi vertikal sebelah kiri atau

kanan, dan masing-masing gambar disebut pandangan atas, pandangan kiri atau

pandangan kanan (Gambar 6.6)

Tiga atau empat atau lebih gambar demikian digabungkan dalam satu

kertas gambar, dn terdapatlah suatu susunan gambar yang memberikan gambaran

jelas dari benda yang dimaksud.

Gambar 6.5: Proyeksi orthogonal

Gambar 6.6: Proyeksi orthogonal

Page 6: Gambar 3 Dimensi

28

BAB 7

CARA-CARA PROYEKSI DALAM GAMBAR KERJA

Pada gambar teknik mesin, teristimewa pada gambar kerja dipergunakan

cara proyeksi ortogonal.

Bidang-bidang proyeksi yang paling banyak dipergunakan adalah bidang

horizontal dan bidang vertikal, seperti diperlihatkan pada Gambar 7.1.

Bidang-bidang utama ini membagi seluruh ruang dalam empat kwadran.

Bagian ruang di atas bidang horizontal dan di de pan bidang vertikal

disebut kwadran pertama. Bagian ruang di atas bidang horizontal dan di

belakang bidang vertikal disebut kwadran kedua. Sedangkan ruang yang

terletak di bawah bidang horizontal dan di depan bidang vertikal disebut

kwadran ketiga. Untuk kwadran keempat adalah bagian ruang yang

terletak di bawah bidang horizontal dan di belakang bidang vertikal.

Gambar-gambar pandangan pada umumnya digambar menurut cara

proyeksi sudut pertama dan sudut ketiga.

Gambar 7.1: Bidang koordinat utama dan kwadran-kwadran

Page 7: Gambar 3 Dimensi

29

7.1 CARA PROYEKSI SUDUT PERTAMA (PROYEKSI EROPA)

Benda yang tampak pada gambar 7.2 (a) diletakkan di depan bidang-

bidang proyeksi seperti pada gambar 7.2 (b). Ia diproyeksikan pada bidang

belakang menurut garis penglihatan A, dan gambarnya adalah gambar

pandangan depan. Tiap garis atau tepi benda tergambar sebagai titik atau

garis pada bidang proyeksi. Pada G ambar 7.2 (b) tampak juga proyeksi

benda pada bidang bawah menurut arah B, menurut arah C pada bindang

proyeksi sebelah kanan, menurut arah D pada bidang proyeksi sebelah kiri,

menurut arah E pada bidang proyeksi atas, dan menurut arah F pada

bidang depan.

Jika proyeksi-proyeksi seperti pada Gambar 7.2 (b), telah dibuat

semuanya, hasilnya kurang berguna, karena bidang-bidang proyeksinya disusun

dalam tiga dimensi. Oleh karena itu mereka harus disatukan dalam satu helai

kertas gambar dua dimensi.

Page 8: Gambar 3 Dimensi

30

Gambar 7.2: Proyeksi sudut pertama atau proyeksi Eropa

Bidang-bidang proyeksi dimisalkan merupakan sebuah peti seperti gambar

7.2 (b). Sisi-sisi peti kemudian dibuka menurut Gambar 7.2 (c) sehingga semua

sisi terletak pada bidang vertikal.

Susunan gambar proyeksi harus demikian hingga dengan pandangan depan

A sebagai patokan, pandangan B atas terletak di bawah, pandangan kiri C

terletak di kanan, pandangan kanan D terletak di sebelah kiri, pandangan

bawah E terletak di atas, dan pandangan belakang F boleh ditempatkan di

sebelah kiri atau kanan. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.2

(d).

Pada gambar, garis-garis tepi, yaitu garis-garis batas antara bidang-bidang

proyeksi dan garis-garis proyeksi tidak digambar.

7.2 CARA PROYEKSI SUDUT KETIGA (PROYEKSI AMERIKA)

Benda yang akan digambar diletakkan dalam peti dengan sisi-sisi tembus

pandang sebagai bidang-bidang proyeksi, seperti pada Gambar 7.3 (a). Pada tiap-

tiap bidang proyeksi akan tampak gambar pandangan dari benda menurut arah

penglihatan, yang ditentukan oleh anak panah.

Pandangan depan dalam arah A dipilih sebagai pandangan depan. Dengan

pandangan depan A sebagai patokan, pandangan atas B diletakkan di atas,

pandangan kiri C diletakkan di kiri, pandangan kanan D diletakkan di

kanan, pandangan bawah E diletakkan di bawah dan pandangan belakang

dapat diletakkan di kiri atau kanan.

7.3 CARA DENGAN MENGGUNAKAN TANDA PANAH

Cara lain dari kedua cara yang disebutkan diatas adalah dengan

menggunakan anak panah. Tiap gambar, kecuali pandang pokok depan,

diberi tanda oleh huruf besar, yang terdapat juga pada anak panah yang

diperlukan untuk menentukan arah penglihatan. Gambar pandangannya

Page 9: Gambar 3 Dimensi

31

dapat diletakkan tidak menurut cara-cara yang telah dibahas sebelumnya.

Untuk jelasnya dapat dilihat Gambar 7.4.

Huruf-huruf penunjuk pandangan lebih baik ditempatkan di atas gambar

bersangkutan. Huruf-huruf pada anak panah diletakkan dekat anak panah,

dan ditulis tegak lurus.

Gambar 7.3: Proyeksi sudut ketiga atau proyeksi Amerika

Gambar 7.4: Cara penggunaan panah referensi

7.4 PENGENALAN CARA-CARA PROYEKSI DAN LAMBANGNYA

Bila hasil-hasil gambar proyeksi sudut pertama dan proyeksi sudut ketiga

dibandingkan, maka terlihat bahwa gambar yang satu merupakan

kebalikannya yang lain, dilihat dari segi susunannya. Oleh karena itu

pembedaannya sangat penting. Dua proyeksi ini tidak boleh dipakai

bersamaan dalam satu gambar.

Page 10: Gambar 3 Dimensi

32

Gambar 7.5: Lambang cara proyeksi

Page 11: Gambar 3 Dimensi

33

BAB 8

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK PENYAJIAN GAMBAR

8.1 PENENTUAN PANDANGAN

Untuk menggambarkan pandangan-pandangan sebuah benda, pandangan

depan benda dianggap sebagai gambar pokok, dan pandangan-pandangan

lain dapat disusun seperti Gambar 8.1. Tetapi pada gambar kerja, jumlah

pandangan harus dibatasi seperlunya, yang dapat memberikan bentuk

benda secara lengkap. Pandangan depan harus dipilih sedemikian rupa

sehingga dapat memberikan bentuk atau fungsi benda secara umum, dan

jika pandangan depan ini belum dapat memberikan gambaran cukup dari

benda tadi, pandangan-pandangan tambahan seperti misalnya pandangan

atas, pandangan kanan, dsb. dapat ditambahkan.

Jika benda yang terdapat pada Gambar 8.2 ingin diperlihatkan dalam

gambar, pandangan atas, pandangan kanan dan pandangan belakang tidak

diperlukan. Sesuai dengan bentuknya, hanya dua pandangan diperlukan untuk

menggambarkan benda secara jelas, seperti diperlihatkan pada Gambar 8.2. Jika

bendanya berbentuk simetris, seperti misalnya sebuah poros, satu pandangan

cukup memberikan gambaran dari benda tersebut, dengan hanya menambahkan

lambang Ø pada ukuran diameter poros, seperti pada Gambar 8.3.

Page 12: Gambar 3 Dimensi

34

Gambar 8.1: Memilih pandangan

Gambar 8.2: Gambar dengan dua pandangan

Gambar 8.3: Gambar dengan satu pandangan saja

8.2 PEMILIHAN PANDANGAN

Pemilihan pandangan depan dari benda yang akan disajikan dalam gambar

adalah sangat penting. Karena gambar pandangan depan dapat langsung

memberikan keterangan bentuk benda yang sebenarnya. Lagi pula jumlah

gambar pandangan juga ditentukan oleh gambar pandangan depan tadi.

Pandangan depan tidak selalu berarti pandangan depan dalam arti kata

sehari-hari. Pandangan depan adalah bagian benda yang dapat memberikan

cukup keterangan mengenai bentuk khasnya atau fungsinya.

Umpamanya wajah seorang wanita ingin diabadikan dalam gambar seperti

Gambar 8.4 (a). Maka di sini pandangan depan dari wajah tersebut, ialah

muka itu sendiri, karena bagian ini sudah memberikan sifat-sifat khas dari

wajah tadi. Dilain pihak, sebagai pandangan depan dari seekor kuda justru

diambil pandangan sampingnya, karena pandangan ini sudah cukup

memberi keterangan tentang ciri-ciri khas dari “benda” tersebut, seperti

terlihat pada Gambar 8.4 (b). Pada Gambar 8.5 diperlihatkan pula, badan

Page 13: Gambar 3 Dimensi

35

pesawat yang mana diambil sebagai pandangan depan. Begitu pula halnya

dengan sebuah mobil.

Gambar 8.4: Pandangan depan

Gambar 8.5: Gambar garis bentuk sebuah pesawat terbang

8.3 SUSUNAN GAMBAR-GAMBAR PANDANGAN

Jika pandangan depan dari benda telah ditentukan, maka pandangan-

pandangan lain yang dianggap perlu dapat dipilih dan disusun dalam satu

gambar, yang merupakan satu kesatuan.

Dalam gambar kerja, bagian-bagian benda digambar dalam kedudukan

pengerjaannya (Gambar 8.6). Misalnya poros yang dikerjakan pada mesin bubut

harus digambar mendatar pula, seperti contoh-contoh pada Gambar 8.7 (a) dan

(b). Benda-benda yang dikerjakan pada proses manufakturing dengan

menggunakan mesin planer shaper atau fres harus digambar dengan bagian

permukaan yang dikerjakan dalam kedudukan mendatar (gambar 8.8).

Gambar 8.6: Pandangan depan dari beberapa alat

Page 14: Gambar 3 Dimensi

36

Gambar 8.7: Pembuatan dengan mesin bubut

Gambar 8.8: Pembuatan dengan planer, shaper atau fres

8.4 PANDANGAN TAMBAHAN

Benda-benda yang memiliki bagian-bagian dengan permukaan miring,

tidak akan terlihat bentuk sebenarnya dalam gambar pandangan

orthogonal. Jika diperlukan gambar yang menunjukkan bentuk sebenarnya,

maka pandangan tambahan dapat digambarkan. Pandangan tambahan ini

digambar pada bidang bantu, dekat pada bagian yang akan digambar, dan

tegak lurus pada arah penglihatan. Jadi proyeksi orthogonal di sini tetap

dipertahankan. Contoh-contoh pandangan khusus ini dapat dilihat pada

Gambar 8.9.

Gambar 8.9: Pandangan khusus

Selain pandangan tambahan, dalam gambar mesin terdapat pandangan

sebagian yakni suatu benda tidak perlu digambar secara lengkap. Dalam hal

demikian hanya bagian yang ingin diperlihatkan dibuatkan gambarnya. Bagian ini

dibatasi dengan garis tipis kontinu bebas. Artinya garisnya ditarik tanpa bantuan

alat gambar (Gambar 8.10).

Page 15: Gambar 3 Dimensi

37

Gambar 8.10: Pandangan sebagian dan pandangan setempat

Page 16: Gambar 3 Dimensi

38

BAB 9

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN

Memberi ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus

menentukan secara jelas tujuannya. Untuk itu semua bagian di dalam gambar

harus dijelaskan sedetail mungkin agar gambar tersebut bila dibaca orang lain

dapat dengan mudah dimengerti maksudnya. Menempatkan ukuran suatu objek

dapat dilaksanakan pada masing-masing bagian disertai penunjukan ukuran antara

garis sumbu dengan garis sumbu.

9.1 GARIS UKUR DAN GARIS BANTU

Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik garis-garis bantu

melalui batas gambar pandangan benda, dan garis ukurnya ditarik tegak lurus; ada

pengecualiannya, pada garis bantu (Gambar 9.1). Sebuah garis ukur, dengan mata

panahnya, menunjukkan besarnya ukuran dari suatu permukaan atau garis sejajar

dengan garis ukur. Garis bantu dan garis ukur ditarik dengan garis tipis.

Garis bantu ditarik sedikit melebihi, kira-kira 2 mm, garis ukur.

Dibeberapa negara seperti Amerika, garis bantu tidak langsung

berhubungan dengan garis gambar, tetapi dengan jarak sedikit, untuk

membedakan garis gambar dengan garis bantu (Gambar 9.2).

Page 17: Gambar 3 Dimensi

39

Gambar 9.1: Garis ukur dan garis bantu

Gambar 9.2: Garis bantu dan antara yang tampak 9.2 TINGGI DAN ARAH ANGKA UKUR

Angka ukur atau huruf-huruf harus digambar dengan jelas pada gambar

aslinya maupun pada salinan gambar yang diperkecil. Oleh karena itu angka-

angka dan huruf-huruf harus digambar sebesar mungkin.

Angka-angka dan huruf-huruf harus diletakkan di tengah-tengah dan

sedikit di atas garis ukur.

Hampir seluruh ukuran dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran

horizontal atau vertikal. Ukuran yang pertama harus dapat dibaca dari bawah

gambar, sedangkan ukuran yang kedua harus dapat dibaca dari sebelah kanan

gambar, seperti pada Gambar 9.3. Ini berarti bahwa angka ukur horizontal harus

terletak di atas garis ukur, dan ukuran vertikal harus terletak sebelah kiri garis

ukur. Angka dan garis ukur mempunyai jarak sedikit.

Angka-angka ukur yang tidak horizontal maupun vertikal, harus ditulis

sesuai dengan garis ukurnya, seperti tampak pada Gambar 9.4. Sedapatnya

ukuran-ukuran jangan diletakkan di daerah yang diarsir pada gambar 9.4, yaitu

daerah antara sudut 300

Ukuran sudut ditulis seperti pada Gambar 9.5 (a) atau (b). (hal 92) Disini

garis ukurannya berupa garis lengkung. Azas dasar yang harus dipertahankan di

sini adalah bahwa garis ukur harus merupakan garis tulis. Jadi angka selalu harus

di atas garis ukur, kecuali pada Gambar 9.5 (b).

Gambar 9.3: Ukuran-ukuran normal

Page 18: Gambar 3 Dimensi

40

Gambar 9.4: Memberi ukuran pada garis ukur miring

Gambar 9.5: Ukuran sudut

9.3 UJUNG DAN PANGKAL GARIS UKUR

Ujung dan pangkal dari garis ukur harus menunjukkan di mana garis ukur

mulai dan berhenti. Ada tiga cara untuk menunjukkan ini, yaitu dengan anak

panah tertutup, garis miring dan titik (Gambar 9.6). Cara dengan garis miring

seperti pada Gambar 9.6 (b) banyak dipergunakan dalam bidang sipil dan

arsitektur. Dalam bidang permesinan cara ini tidak dipergunakan, bentuk anak

panah ditentukan oleh perbandingan panjang dan tebal sebagai 2 : 1, dan harus

dihitamkan.

Page 19: Gambar 3 Dimensi

41

Tanda titik dipakai bilamana tidak cukup tempat untuk menempatkan anah

panah. Ini pada umumnya terdapat pada ukuran berantai, atau pangkal ukuran

beruntun (Gambar 9.6 (c)).

Gambar 9.6: Ujung dan pangkal

9.4 UKURAN DAN TOLERANSINYA

Angka ukuran yang menunjukkan ukuran benda pada umumnya tidak

dapat dipenuhi dengan tepat. Batas-batas ketidak tepatan ini harus dinyatakan

dalam gambar juga. Cara-caranya diperlihatkan pada Gambar 9.7.

(a) Ukuran dengan toleransinya, yang ditentukan dalam ISO 2769

“Penyimpanan ukuran yang diizinkan pada pengerjaan dengan mesin tanpa

penentuan toleransinya” (Gambar 9.7 (a)).

(b) Ukuran dengan ketentuan toleransi linier (Gambar 9.7 (a))

Page 20: Gambar 3 Dimensi

42

(c) Ukuran dengan lambang toleransi, yang menentukan toleransi, sesuai

dengan ISO/R296 ‘ Sistim ISO tentang batas dan suaian: Bagian I Umum,

toleransi dan penyimpangan” (Gambar 9.7 (c)).

(d) Ukuran teoritis tepat tanpa toleransi linier, yang ditentukan oleh ISO

1101/I “Toleransi bentuk dan posisi: Bagian I Umum, Penunjukan dalam

gambar” (Gambar 9.7 (d)). Dalam hal ini toleransi posisi harus diterapkan

pada posisi yang sebenarnya, yamg telah ditentukan oleh ukuran ini.

(e) Ukuran yang biasanya tanpa toleransi; dipakai hanya sebagai bahan

informasi (Gambar 9.7 (e)). Ini disebut dimensi referensi dan tidak

menentukan operasi produksi atau pemeriksaan.

Gambar 9.7: Macam-macam jenis ukuran dan toleransinya

Page 21: Gambar 3 Dimensi

43

BAB 10

MENGGAMBAR POTONGAN BENDA KERJA

10.1 POTONGAN

Untuk menggambarkan bagian-bagian benda yang berongga di dalamnya diperlukan garis gores, yang menyatakan bagian-bagian benda yang tersembunyi. Akan tetapi, jika hal ini dilakukan akan dihasilkan gambar yang rumit dan sulit dimengerti.

Pada Gambar 10.1 (a) memperlihatkan sebuah benda dengan bagian yang tidak kelihatan. Bagian ini dapat dinyatakan dengan garis gores. Jika benda ini dipotong, maka bentuk dalamnya akan lebih jelas lagi. Gambar 10.1 (b) memperlihatkan cara memotongnya, dan Gambar 10.1 (c) sisa bagian benda setelah bagian yang menupupi disingkirkan. gambar sisa ini diproyeksikan ke bi dang potong, dan hasilnya disebut potongan (Gambar 10.1 (d)). Gambar diselesaikan dengan garis tebal.

Dari uraian Gambar 10.1 diatas dapat dinyatakan bahwa fungsi gambar potongan adalah untuk menggambar benda yang berongga dalam menggambar teknik.

Gambar 10.1: Penjelasan mengenai potongan

10.2 PENYAJIAN POTONGAN

10.2.1 Penyajian Potongan

Pada umum bidang potong dibuat melalui sumbu dasar (Gambar 10.1), dan potongannya disebut potongan utama. Jika perlu, maka bidang potong dapat dibuat di luar sumbu dasar. Dalam hal ini potongannya harus

Page 22: Gambar 3 Dimensi

44

diberi tanda, dan arah penglihatannya dinyatakan dengan anak panah, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 10.2.

Peraturan-peraturan umum yang berlaku untuk gambar-gambar proyeksi, berlaku juga untuk gambar potongan.

Gambar 10.2: Potongan tidak melalui garis sumbu dasar

10.2.2 Letak potongan dan garis potong

Jika letak bidang potong sudah tampak jelas pada gambar, tidak

diperlukan penjelasan lebih lanjut (Gambar 10.3). Jika letak bidang

potong tidak jelas, atau ada beberapa bidang potong, maka bidang

potongnya harus diterangkan dalam gambar. Pada gambar proyeksi bidang

potong dinyatakan oleh sebuah garis potong, yang digambar dengan garis

sumbu dan pada ujung-ujungnya dipertebal, dan pada tempat-tempat di

mana garis potongnya berubah arah. Pada ujung-ujung garis potong diberi

tanda dengan huruf besar, dan diberi anak panah yag menunjukkan arah

penglihatan (Gambar 10.4).

Page 23: Gambar 3 Dimensi

45

Gambar 10.3: Potongan melalui garis sumbu dasar

Gambar 10.4: Potongan dengan garis bidang potong

10.3 CARA-CARA MEMBUAT POTONGAN

Selanjutnya akan diuraikan mengenai cara-cara membuat potongan. Cara-

cara membuat potongan pada benda adalah:

1. Potongan dalam satu bidang

� Jika bidang potong melalui garis sumbu dasar, pada umumnya garis

potongannya dan tanda-tandanya tidak perlu dijelaskan pada gambar.

Page 24: Gambar 3 Dimensi

46

� Jika diperlukan potongan yang tidak melalui sumbu dasar, letak bidang

potongnya harus dijelaskan pada garis potongnya.

2. Potongan oleh lebih dari satu bidang

� Potongan Meloncat. Untuk menyederhanakan gambar dan

penghematan waktu, potongan-potongan dalam beberapa bidang

sejajar dapat disatukan. Pada Gambar 10.5 diperlihatkan sebuah benda

yang dipotong menurut garis potong A-A.

� Potongan oleh dua bidang berpotongan. Bagian-bagian simetris dapat

digambar pada dua bidang potong yang saling berpotongan. Satu bidng

potong merupakan potongan utama, sedangkan bidang yang lain

menyudut dengan bindang pertama. Proyeksi pada bidang terakhir ini,

setelah diselesaikan menurut aturan-aturan yang berlaku, diputar

sehingga berhimpit pada bidang proyeksi pertama. Gambar 10.6

menunjukkan bagaimana caranya membuat gambar potongan

demikian.

� Potongan pada bidang berdampingan. Potongan pada pipa (Gambar

10.7) dapat dibuat dengan bidang-bidang yang berdampingan melalui

garis sumbunya.

� Potongan setempat dan potongan penuh. Gambar potongan setempat

digunakan untuk menggambar benda kerja yang dipergunakan dari

bagian kecil dari benda yang tersembunyi. Untuk mendapatkan gambar

yang tersembunyi dapat juga dilakukan dengan penggambaran penuh,

seperti terlihat pada Gambar 10.8 (a), (b), dan (c). Pada Gambar 10.8

(d) diperlihatkan gambar potongan setempat yang dilakukan pada

bagian-bagian yang tidak boleh dipotong.

Page 25: Gambar 3 Dimensi

47

Gambar 10.5: Potongan meloncat

Gambar 10.6: Potongan dengan dua bidang menyudut

Page 26: Gambar 3 Dimensi

48

Gambar 10.7: Potongan dengan bidang-bidang berdampingan

Gambar 10.8: Potongan setempat dan potongan penuh

3. Potongan separuh Bagian-bagian simetris dapat digambar setengahnya sebagai gambar potongan dan setengahnya lagi sebagai

pandangan (Gambar 10.9). Dalam gambar ini garis-garis yang tersembunyi tidak perlu digambar dengan garis gores

lagi, karena sudah jelas potongannya.

Page 27: Gambar 3 Dimensi

49

Gambar 10.9: Potongan setengah

4. Potongan yang Diputar di tempat atau dipindahkan

Benda-benda tertentu seperti ruji-ruji roda, tuas,pelek, rusu penguat atau

kati dapat digambar dengan pandangan setempat. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 10.10.

Gambar-gambar seperti tersebut diatas, untuk bagian-bagian tertentu dapat

digambar potongan setempat. Atau setelah gambar potongannya diputar, maka

gambar tersebut dapat dipindahkan ke tempat lain. Contoh kasus tersebut dapat

dilihat pada Gambar 10.11.

Perbedaan antara Gambar 10.10 dan 10.11 adalah pada gambar yang

pertama digambar dengan garis tipis, sedangkan untuk gambar yang kedua

digambar dengan garis tebal biasa.

Page 28: Gambar 3 Dimensi

50

Gambar 10.10: Potongan diputar ditempat

Gambar 10.11: Potongan diputar dan dipindahkan

10.4 BAGIAN BENDA ATAU BENDA YANG TIDAK BOLEH

DIPOTONG

Bagian-bagian benda seperti rusuk penguat tidak boleh dipotong dalam

arah memanjang. Begitu pula benda-benda seperti baut, paku keling, pasak, poros

dsb tidak boleh dipotong dalam arah memanjang. Gambar 10.12 memperlihatkan

sebuah benda yang dipotong, tetapi terdapat beberapa bagian benda, yaitu sirip,

poros, pasak, baut dsb. yang tidak boleh dipotong.

Page 29: Gambar 3 Dimensi

51

Gambar 10.12: Bagian-bagian yang tak dapat diperlihatkan dengan

potongan