2
Gagal Jantung, Si Pembunuh Nomor Satu Jakarta – Gagal jantung hingga saat ini masih menempati urutan pertama penyebab kematian manusia. Meski banyak kemajuan yang dicapai dalam pengobatan penyakit jantung, namun morbilitas dan mortalitas gagal jantung tetap meningkat. “WHO pada tahun 2007 mengatakan gagal jantung bukan lagi menyerang masyarakat di negara maju saja, melainkan masyarakat di seluruh negara di dunia,” ujar Dr dr Frans Ferdinal usai promosi doktor pada Program Pascasarjana Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Jakarta, Jumat (9/1). Dia menambahkan, di Amerika, sekitar 600.000 jiwa per tahun yang menderita gagal jantung, bahkan ada yang berujung pada kematian. Di Indonesia sendiri, belum ada data yang akurat tentang jumlah orang yang meninggal dunia akibat gagal jantung. Menurut Frans, gagal jantung bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu sindroma. Hampir semua penderita penyakit jantung berakhir pada gagal jantung. Selain berakhir pada kematian, biaya pengobatan bagi pasien gagal jantung juga sangat mahal. “Tak jarang pasien gagal jantung meninggal karena kehabisan biaya untuk berobat atau uangnya tidak ada,” lanjutnya. Gagal jantung juga bisa diderita oleh pasien penyakit lain seperti penderita stroke. Frans mengatakan penderita stroke banyak yang panjang umur, tetapi bukan berarti bebas dari penyakit lain. Bahkan semakin banyak pasien stroke yang berumur panjang, makin banyak pula yang menderita gagal jantung. Dari segi biomedis, gagal jantung didefinisikan sebagai jantung yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Gagal jantung bukan berarti jantung berhenti bekerja dan langsung mati. Tidak ada kriteria yang baku mengenai definisi gagal jantung. Hal ini pula yang menjadi salah

Gagal Jantung 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gagal jantung

Citation preview

Gagal Jantung, Si Pembunuh Nomor Satu

Jakarta Gagal jantung hingga saat ini masih menempati urutan pertama penyebab kematian manusia. Meski banyak kemajuan yang dicapai dalam pengobatan penyakit jantung, namun morbilitas dan mortalitas gagal jantung tetap meningkat.

WHO pada tahun 2007 mengatakan gagal jantung bukan lagi menyerang masyarakat di negara maju saja, melainkan masyarakat di seluruh negara di dunia, ujar Dr dr Frans Ferdinal usai promosi doktor pada Program Pascasarjana Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Jakarta, Jumat (9/1).

Dia menambahkan, di Amerika, sekitar 600.000 jiwa per tahun yang menderita gagal jantung, bahkan ada yang berujung pada kematian. Di Indonesia sendiri, belum ada data yang akurat tentang jumlah orang yang meninggal dunia akibat gagal jantung.

Menurut Frans, gagal jantung bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu sindroma. Hampir semua penderita penyakit jantung berakhir pada gagal jantung. Selain berakhir pada kematian, biaya pengobatan bagi pasien gagal jantung juga sangat mahal. Tak jarang pasien gagal jantung meninggal karena kehabisan biaya untuk berobat atau uangnya tidak ada, lanjutnya.

Gagal jantung juga bisa diderita oleh pasien penyakit lain seperti penderita stroke. Frans mengatakan penderita stroke banyak yang panjang umur, tetapi bukan berarti bebas dari penyakit lain. Bahkan semakin banyak pasien stroke yang berumur panjang, makin banyak pula yang menderita gagal jantung.

Dari segi biomedis, gagal jantung didefinisikan sebagai jantung yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Gagal jantung bukan berarti jantung berhenti bekerja dan langsung mati. Tidak ada kriteria yang baku mengenai definisi gagal jantung. Hal ini pula yang menjadi salah satu hambatan utama dalam studi biomedis, khususnya penelitian tentang gagal jantung.

Frans menambahkan, definisi dan kriteria yang biasa digunakan terutama ditujukan untuk kepentingan klinik praktis, sehingga tidak dapat diadopsi sepenuhnya pada studi tingkat molekuler.

Ditinjau dari segi klinis, gejala orang menderita penyakit jantung adalah sering sesak nafas, cepat lelah dan lemah. Ada beberapa risiko yang menyebabkan orang menderita penyakit jantung, di antaranya diabetes, obesitas, hipertensi dan kebiasaan merokok. (stevani elisabeth)