Click here to load reader
Upload
riko-pasaribu
View
1.513
Download
3
Embed Size (px)
GAGAL JANTUNG
Gagal Jantung (Heart Failure) adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrient (Baugman, 2000). Gagal jantung adalah dimana jumlah
darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output/ curah jantung)
tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan .
Perubahan anatomi jantung yang terlihat akibat gagal jantung:
Di dalam jantung normal Dinding jantung merentang dan bilik-bilik jantung
membesar Dinding-dinding jantung menebal
ETIOLOGI
Gagal jantung merupakan ekspresi dari final common pathway, paling banyak
yang menderita adalah yang berusia lebih dari 65 tahun. Gagal jantung dapat
disebabkan dari :
1. Gangguan kontraktilitas primer (keadaan infark dan iskemia),
2. Gangguan mekanisme fase sistolik (pada keadaan insufisiensi mitral dan
insufisiensi aorta), serta
3. Gangguan mekanisme diastole (pada keadaan stenosis mitral). Gagal jantung
biasanya diawali dari akibat otot jantung yang abnormal (misal: infark) yang
melemahkan fungsi ventrikel dan langsung mengganggu jantung sehingga tidak
mencukupi untuk memompa darah. Penyebab terbesar menurut Edward K. Chung
(1995) adalah kegagalan ventrikel kiri akibat dari hipertensi, penyakit mitral atau
aortic atau kedua-duanya dan penyakit jantung arteriosklerotik. Penyebab terbesar
dari gagal ventrikel kanan adalah infark ventrikel kanan, penyakit trikuspid atau
pulmonary katub kedua-duanya dan penyakit paru.
KLASIFIKASI
Tabel 2.1 Pedoman Klasifikasi Gagal jantung menurut NYHA (New York Heart
Association) Functional Class
Klasifikasi Kriteria berdasarkan Simtomatik
NYHA I Penyakit ringan dan tidak ada gejala pada aktivitas biasaNYHA II Dalam aktivitas normal menimbulkan lelah dan aktivitas fisik
sedikit terbatasNYHA III Ditandai dengan lelah, palpitasi atau angina, keterbatasan
melakukan aktivitas
NYHA IV Keluhan sudah timbul waktu istirahat dan semakin berat pada aktivitas ringan.
Sumber: Price and Wilson, 2005.
Tingkat kematian NYHA II dan III sebesar 20% dan tingkat kematian NYHA IV
lebih tinggi yaitu 50%.
TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinis gagal jantung harus dipertimbangkan relatif terhadap
derajat latihan fisik yang menyebabkan timbulnya gejala. Pada awalnya, secara khas
gejala hanya muncul saat beraktivitas fisik, tetapi dengan bertambah berat gagal
jantung, toleransi terhadap latihan semakin menurun dan gejala-gejala muncul lebih
awal dengan aktivitas yang lebih ringan. Klasifikasi fungsional dari The New York
Heart Association (NYHA) biasanya digunakan untuk menyatakan hubungan antara
awitan gejala dan derajat latihan fisik (Tabel 2.1).
Dypsnea (1), atau perasaan sulit bernafas, adalah manifestasi gagal jantung
yang paling umum. Dipsnea disebabkan oleh peningkatan kerja pernafasan akibat
kongesti vascular paru yang mengurangi kelenturan paru. Meningkatnya tahanan
aliran udara juga menimbulkan dypsnea. Seperti juga spectrum kongesti paru yang
berkisar dari kongesti vena paru sampai edema interstisial dan akhirnya menjadi
edema alveolar, maka dipsnea juga berkembang progresif. Dipsnea saat beraktifitas
menunjukkan gejala awal dari gagal jantung kiri (Price and Wilson, 2005).
Ortopnea (2), atau dipsnea saat berbaring terutama disebabkan oleh
redistribusi aliran darah dari bagian-bagian tubuh yang dibawa ke arah sirkulasi
sentral. Reabsorbsi cairan interstisial dari ekstremitas bawah juga akan menyebabkan
kongesti vascular paru lebih lanjut. Dipsnea Nocturnal Paroksismal (Paroxysmal
Nocturnal Dypsnea, PND) atau mendadak terbangun karena dipsnea, dipicu oleh
timbulnya edema paru interstisial. PND merupakan manifestasi yang lebih spesifik
dari gagal jantung kiri dibandingkan dengan dipsnea atau ortopnea (Price and Wilson,
2005).
Batuk non produktif (3), juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama
pada posisi berbaring. Timbulnya ronchi yang disebabkan oleh transudasi cairan paru
adalah cirri khas dari gagal jantung; ronkhi pada awalnya terdengar dibagian bawah
paru-paru karena pengaruh gaya gravitasi. Semua gejala dan tanda ini dapat dikaitkan
dengan gagal ke belakang pada gagal jantung kiri. Hemoptisis (4), dapat disebabkan
oleh perdarahan vena bronchial yang terjadi akibat distensi vena. Distensi atrium kiri
atau vena pulmonalis dapat menyebabkan kompresi esophagus dan disfagia (5) atau
sulit menelan (Price and Wilson, 2005).
Gejala ke belakang pada sisi kanan jantung menimbulkan gejala dan tanda
kongestif vena sistemik. Dapat diamati peningkatan tekanan vena jugularis (JVP)
yang mengalami pembendungan. Tekanan vena sentral (CVP) dapat meningkat
secara paradox selama inspirasi jika jantung kanan yang gagal tidak dapat
menyesuaikan terhadap peningkatan aliran balik vena ke jantung selama inspirasi.
Meningkatnya CVP selama inspirasi dikenal dengan tanda Kussmaul (6).
Dapat terjadi hepatomegali (7) atau pembesaran hati dan nyeri tekan pada hati karena
peregangan kapsula hati. Gejala saluran cerna yang lain seperti anoreksia, rasa penuh,
atau mual dapat disebabkan karena kongesti hati dan usus. Edema perifer (8), terjadi
akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial. Edema mula-mula tampak pada
bagian tubuh yang tergantung, dan terutama pada malam hari. Dapat terjadi nokturia
(diuresis malam hari) yang mengurangi retensi cairan. Nokturia disebabkan karena
redistribusi cairan dan reabsorbsi cairan pada waktu berbaring, dan juga
berkurangnya vasokonstriksi ginjal pada waktu istirahat (Price and Wilson, 2005).
Gagal jantung yang berlanjut dapat menimbulkan ascites atau edema anasarka (9)
atau edema tubuh generalisata. Meskipun gejala dan tanda dan gejala penumbunan
cairan pada aliran vena sistemik secara klasik dianggap terjadi akibat gagal jantung
kanan, namun manifestasi paling dini dari bendungan sistemik umumnya disebabkan
retensi cairan daripada gagal jantung kanan yang nyata. Semua manifestasi yang
dijelaskan disini awalnya ditandai bertambahnya berat badan, yang jelas
mencerminkan adanya rentensi natrium dan air (Price and Wilson, 2005).
Gagal memompa di jantung sebelah kiri bisa menyebabkan kepanikan, kekurangan
udara, dypsnea, diaphoresis, krakels, sianosis, meningkatkan tekanan artery
pulmonary dan ritme denyut S3. Gagal jantung sebelah kiri juga dapat berkontribusi
kerusakan pada jantung sebelah kanan. Sedangkan kegagalan di sebelah kanan dapat
menyebabkan edema dependent, vena jugularis meninggi, denyut tidak teratur,
oliguria, disritmia, dan peningkatan tekanan darah pusat (Reeves, 2001).
Tabel 2.2. Penentuan Diagnosa Gagal Jantung berdasarkan Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor Kriteria Minor
a) Paroksismal nocturnal dypsnea
b) Distensi vena leher
c) Ronchi paru
d) Kardiomegali
e) Edema paru akut
f) Gallop S3
g) Peninggian tekanan vena jugularis
h) Refluks hepatojugular a. Edema ekstremitas
i) Batuk malam hari
j) Dipsnea d’effort
k) Hepatomegali
l) Efusi pleura
m) Penurunan kapasitas vital dari normal
n) Takikardi (> 120 per menit)
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2007
Penurunan BB ≥ 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan. Diagnosis gagal jantung ditegakkan
minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor (Sudoyo et al, 2007).
MACAM-MACAM GAGAL JANTUNG
Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
o Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas.Dapat terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami
ortopnu pda malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea
( PND)
o Batuk
o Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolismeJuga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
o Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan
bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
Gagal jantung kanan
o Kongestif jaringan perifer dan viseral.
o Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,
penambahan berat badan,
o Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar…
o Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
o Nokturia
o Kelemahan.
Gagal jantung Akut dan Menahun
Manifestasi klinik disini hanya menunjukkan saat atau lamanya gagal jantung
terjadi atau berlangsung. Apabila terjadi mendadak, misalnya pada infark
jantung akut yang luas, dinamakan gagal jantung akut (biasanya sabagai gagal
janntung kiri akut). Sedangkan pada penyakit-penyakit jantung katup,
kardiomiopati atau gagal jantung akibat infark jantung lama, terjadinya gagal
jantung secara perlahan atau karena gagal jantungnya bertahan lama dengan
pengobatan yang diberikan, dinamakan gagal jantung menahun.
Gagal jantung Sistolik dan Diastolik
Secara implicit definisi gagal jantung adalah gagal jantung yang terjadi sebagai
akibat abnormalitas fungsi sistolik, yaitu ketidakmampuan mengeluarkan darah
dari ventrikel, dinamakan sebagai gagal jantung sistolik. Jenis gagal jantung ini
adalah yang paling klasik dan paling dikenal sehari-hari, penyebabnya adalah
gangguan kemampuan inotropik miokard. Sedangkan apabila abnormalitaas
kerja jantung pada fase diastolic, yaitu kemampuan pengisian darah pada
ventrikel (terutama ventrikel kiri), misalnya pada iskemia jantung yang
mendadak hipertrofi konsentrik ventrikel kiri dan kardiomiopati restriktif, gagal
jantung yang terjadi dinamakan gagal jantung diastolic.
PATOFISIOLOGI
Gagal jantung disebabkan oleh beberapa keadaan, diantaranya yaitu adanya
gangguan kontraktilitas primer pada keadaan infark maupun iskemia. Pada keadaan
iskemia dimana kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh
pembuluh yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokardium local yang
mempunyai efek hipoksia, berkurangnya energy yang tersedia, serta asidosis dengan
cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang
terserang berkurang, selain itu gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia
menjadi abnormal. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung
mengubah hemodinamika, dimana kondisi tersebut dapat menurunkan fungsi
ventrikel kiri dan mengakibatkan curah jantung menurun dengan berkurangnya curah
sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).
Berkurangnya pengosongan ventrikel saat sistol akan memperbesar volume ventrikel,
akibatnya tekanan jantung kiri akan meningkat. Peningkatan tekanan ini berdampak
ke sirkulasi paru-paru yang biasa tekanannya rendah dengan kapasitas sirkulasi
tinggi, akhirnya peningkatan pada sirkulasi paru-paru menyebabkan cairan didorong
ke alveoli dan jaringan intestinum. Pada kasus-kasus yang parah cairan bisa mencapai
bronkiolus atau rongga pleura. Gejala-gejala yang berurutan dari dypsnea ringan
sampai ke edema paru-paru yang jelas atau efusi pleura (Hudak and Gallo, 1994).
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-40 menit akan menyebabkan kerusakan
seluler yang irreversible dan kematian otot atau nekrosis. Bagian miokardium yang
mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Infark
miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark miokardium jelas akan
mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi
sedangkan otot yang ischemia disekitarnya juga mengalami gangguan daya kontraksi.
Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan
seperti pada ishkemia (1) daya kontraksi menurun, (2) gerakan dinding abnormal, (3)
perubahan daya kembang dinding ventrikel dan (4) pengurangan curah sekuncup.
Infark miokardium mengganggu fungsi miokardium. Karena menyababkan
pengurangan kontraktilitas sehingga kemampuan ventrikel untuk mengsongkan diri
terganggu akibatnya curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel
meningkat. Kenaikan tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila
tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskuler maka
terjadi proses transudasi ke dalam ruang interstial. Bila tekanan ini masih meningkat
lagi, terjadi edema paru akibat perembesan cairan ke dalam alveoli (Hudak and Gallo,
1994).
Gangguan mekanisme fase sistolik pada keadaan insufisiensi mitral.
Insufisiensi mitral memungkinkan aliran darah retrogard dari ventrikel kiri ke atrium
kiri akibat penutupan katup yang tidak sempurna. Selama sistolik ventrikel secara
simultan mendorong darah ke arah aorta dan kembali ke dalam atrium kiri, kerja
ventrikel kiri maupun atrium kiri harus ditingkatkan agar dapat mempertahankan
curah jantung. Ventrikel kiri harus memompakan darah dalam aorta dan darah yang
kembali melalui katup mitralis. Beban volume tambahan yang ditimbulkan oleh katup
yang mengalami insufisiensi dengan cepat akan mengakibatkan dilatasi ventrikel.
Menurut hokum Starling bagi jantung, dilatasi diding ventrikel akan meningkatkan
miokardium, akhirnya dinding ventrikel mengalami hipertrofi untuk meningkatkan
daya kontraksi (Hudak and Gallo, 1994).
Pada stadium awal insufisiensi mitralis, ventrikel kiri masih mampu
mengkompensasi peningkatan beban volume tambahan tersebut walaupun curah
ventrikel total (aliran ke depan maupun aliran yang kembali) meningkat, tetapi beban
akhir atau jumlah tegangan dinding ventrikel yang harus ditimbulkan selama fase
sistolik untuk memompa darah menurun. Penurunan beban akhir ini terjadi karena
ventrikel memompa sebagian curah sekuncup ke atrium kiri yang tekakannya rendah.
Sebaliknya,ban akhir karena aliran regurgitasi meningkatkan kemampuan kompensasi
ventrikel untuk tetap mempertahankan aliran yang ke depan. Tetapi akhirnya
ventrikel akan mulai gagal sehingga curah jantung menurun dan residu volume di
ventrikel dan aliran balik meningkat (Hudak and Gallo, 1994).
Insufisiensi menimbulkan beban volume tidak hanya ventrikel kiri tetapi juga
hanya bagi atrium kiri. Atrium kiri mengalami dilatasi untuk memungkinkan
peningkatan volume dan untuk meningkatkan daya kontraksi atrium. Selanjutnya
atrium mengalami hipertrofi untuk meningkatkan daya kontraksi dan curah atrium,
tetapi insufisiensi mitralis merupakan lesi yang berlangsung terus menerus. Dengan
meningkatkan volume dan ukuran ventrikel maka fungsi katup tambah memburuk.
Bila lesi makin parah, kemampuan atrium kiri untuk menegang an melindungi paru-
paru terlampaui. Gagal ventrikel kiri biasanya merupakan tahap awal untuk
mempercepat decompensasi jantung. Ventrikel kiri mendapat beban yang terlalu berat
dan aliran darah melalui aorta berkurang disertai kongesti di belakang. Maka akan
terjadi gangguan pada paru-paru dan jantung kanan, yaitu:
(1) kongesti vena pulmonalis,
(2) edema interstisial,
(3) hipertensi arteri pulmonalis, dan
(4) hipertrofi ventrikel kanan. Peningkatan volume dan tekanan yang mendadak akan
diteruskan langsung ke pembuluh paru-paru.
Dalam beberapa jam saja dapat terjadi edema paru-paru yang berat dan shock
(Hudak and Gallo, 1994). Pada keadaan insufisiensi aorta juga dapat mengakibatkan
gagal jantung dimana pada keadaan insufisiensi aorta menimbulkan refluks darah dari
aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi ventrikel. Hal yang khas adalah bahwa
resistensi vaskuler perifer biasanya rendah pada insufisiensi aorta tampaknya
merupakan mekanisme kompensasi untuk memaksimalkan aliran darah ke depan.
Tetapi pada stadium lanjut resistensi perifer akan meningkat, dengan demikian juga
meningkatkan aliran retrogard melalui katup aorta dan mempercepat perkembangan
penyakit (Hudak and Gallo, 1994).
PEMERISAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIC
Merupakan pemeriksaan yang berguna untuk memastikan diagnose
(pemeriksaan diagnostik).
1. EKG hipertensi atrial atau ventricular, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : taki kardia, fevrilasi atrial,
mungkin sering terjadi KVP. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau
lebih setelah infart miokard menunjukkan adanya anevisma ventrikuler (dapat
menyebutkan gagal / fungsi jantung). Ekokardiografi, gelombang suara untuk
menggambarkan jantung, dapat memperlihatkan dilatasi abnormal ruang-ruang
jantung dan kelainan kontraktilitas.
2. Sonogram (ekokardiogram-ekokardiogram Doppler) dapat menunjukkan dimensi
pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi / struktur katup, atau area penurunan
kontraktilitas ventricular.
3. Scan jantung [multigated acquisition (MUGA)], tindakan penyuntikan fraksi dan
memperkirakan gerakan dinding.
4. Katerisasi jantung tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri dan stenosis katub atau
insuffisiensi, juga mengkaji potensi potensi arteri koroner, zat kontras
disuntukkan kedalam ventrikel menunjukkan abnormal dengan injeksi
fraksi/perubahan kontraktilitas.
5. Rontgen dada dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi/hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan
peningkatan tekanan pulmonal, kantur abnormal, mis, bulging pada perbatasan
jantung kiri, dapat menunjukkan aneurisme ventrikel.
6. Enzim hepar meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
7. Cardiac isoenzim
a. SGOT > 18 U/L
b. LDH > 240 U/L
c. CPK > 50 U/L
d. CK – MB > 10 U/L
8. Elektrolit, mungkin berubah karena perpindahan cairan/ penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
9. Oksimetri nadi saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika GJK akut
memperburuk PPOM atau GJK kronis.
10. AGD, gagal ventrikel kiri di tandai dengan alkalosis tespiratorik ringan atau dini
atau hifoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
11. BUN, kreatinin, peningkatan BUN menandakan penurunan perfungsi ginjal,
kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
12. Albumin / transferin serum, mungkin menurunkan sebagai akibat penurunan
masukan protein atau penurunan sintesis protein dalam hepar yang mengalami
kongesti.
13. HSD, mungkin menunjukkan anemia, polistemia, atau perubahan kepekatan
menandakan retensi air, SDP mungkin meningkat, mencerminkan miokard infark
baru/akut, perikarditis atau status inflamasi atau infeksius lain.
14. Kecepatan sedimentasi (ESR) mungkin meningkat, menandakan reaksi inflamasi
akut.
15. Pemeriksaan tiroid, peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid
sebagai pre-pencetus GJK.
16. Identifikasi pembesaran ventrikel dengan magnetic resonance imaging (MRI) atau
Ultrasonografi mengindikasikan adanya gagal jantung.
17. Pengukuran tekanan diastolic, akhir ventrikel dengan sebuah kateter yang
dimasukkan ke dalam arteri pulmonaris (mencerminkan tekanan ventrikel kiri)
atau ke dalam vena cava (mencerminkan tekanan ventrikel kanan) dapat
mendiagnosis gagal jantung.
18. Tes darah BNP dan NT-Pro BNP, untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type
Natriutec Peptide), jika terjadi gagal jantung maka akan meningkat . Tes ini
menentukan nilai batas pada keadaan gagal jantung stadium III-IV.
KOMPLIKASI
Jika mengenai otak yang terjadi adalah stroke, pada mata terjadi retinopati
hipertensi dan dapat pula terjadi kebuatan dan pada ginjal dapat terjadi penyakit
ginjal kronis dan gagal ginjal terminal.
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
A. Penatalaksanan secara medic Utama : Penderita merasa nyaman dalam melakukan
aktivitas fisik dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan
hidup. Ada tiga pendekatan, yaitu:
Mengobati penyakit penyebab gagal jantung
Pembedahan bisa dilakukan untuk memperbaiki penyempitan/ kebocoran
pada katup jantung, memperbaiki hubungan abnormal diantara ruang-
ruang jantung, memperbaiki penyumpatan arteri koroner
Pemberian antibiotic untuk mengatasi infeksi
Kombinasi obat, pembedahan dan terapi penyinaran terhadap kelenjar
tiroid yang terlalu aktif
Pemberian obat anti-hipertensi
Menghilangkan factor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung
Seperti halnya: merokok, garam (dapat menyebabkan penimbunan cairan yang
mengahalangi pengobatan medis), obesitas (kenaikan lebih dari 1 kilogram
per hari menunjukkan bahwa adanya kelainan), konsumsi alcohol.
Mengobati gagal jantung. Pencegahan atau pengobatan dini terhadap
penyebabnya yaitu :
Digitalis
Secara kronotropik dan inotropik maka digitalis akan memperbaiki kerja
jantung dengan memperlambat, memperkuat kontraksi otot jantung, dan
meninggikan curah jantung. Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam
digitalis ialah :
Efek digitalis sangat individual
Harus ditulis dengan jelas preparat apa yang digunakan, cara
pemberiannya, total digitalis, dosisi tiap kali dan jadwal
pemberiannya.
Pada klien yang berobat jalan di berikan penerangan yang jelas pada
orang tuanya tentang pemakaian, cara penyimpanan dan
kemungkinan tanda – tanda keracunan.
Digoxin
Obat ini dapat meningkatkan kekuatan setiap denyut jantung dan
memperlambat denyut jantung yang terlalu cepat. Ketidakteraturan irama
jantung (aritmia) dapat diatasi dengan obat atau alat pacu jantung buatan.
Merupakan preparat yang banyak dipakai. Dosis digitalis pada keadaan
gagal jantung sesuai dengan umur dan berat badan. Dosis digitalis dapat di
berikan dalam 1 – 3 hari tergantung pada keadaan
Diuretik
Diuretik sangat berguna diberikan pada keadaan digitalis yang tidak
memadahi. Preparat diuretik seperti diuretik mercurial dan golongan tiazid
telah di gantikan dengan asam etat krinik dan furosemid yang bekerja pada
aascending limb. Pemakai diuretikum yang poten dalam jangka waktu
lama memerlukan pemeriksaan elektrolit secara berulang untuk mencegah
timbulnya ganguan elektrolit terutama hipokalemia.
Vasodilator (ACE Inhibitor)
Vasodilator dapat melebarkan arteri, vena atau keduanya. Pelebar arteri
akan melebarkan arteri dan menurunkan tekanan darah, yang selanjutnya
akan menurunkan beban kerja jantung. Diberikan penghambat enzim
pengubah angiotensin (ACE Inhibitor) untuk menurunkan pembentukan
Angitensin II. Hal ini unstuck mengurangi afterload (TPR) dan volume
plasma (Preaload). Nitrat diberikan untuk mengurangi afterload dan
preload. Nitrat dapat dikombinasi dengan Hidralazin untuk menghambat
enzim konfersi Angiotensin atau diberikan tersendiri bila penghambat
enzim konfersi Angiotensin tidak dapat ditoleransi, diberikan pada gagal
jantung NYHA II.
Antikoagulan
Berfungsi unstuck mencegah pembentukan bekuan dalam ruang jantung.
Milrinone dan amirinone menyebabkan pelebaran arteri dan vena, dan
juga meningkatkan kekuatan jantung. Obat baru ini dapat digunakan
dalam jangka waktu pendek pada penderita yang dipantau secara ketat di
rumah sakit, karena bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung
ynag berbahaya.
Kardiomioplasti
Pencangkokan jantung dapat dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pemberian obat. Kardiomioplasti merupakan
pembedahan dimana sejumlah besar otot diambil dari punggung penderita
dan dibungkuskan di sekeliling jantung, kenudian dirangsang dengan alat
pacu jantung buatan supaya berkontraksi secara teratur.
Istirahat
Kerja jantung dalam keadaan dekomensasi harus benar – benar dikurangi
dengan tirah baring mengingat konsumsi O2 yang relatif meningkat. Dengan
istirahat benar, gejala – gejala gagal jantung dapat jauh berkurang
Diit
Umumnya di berikan makan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai
dengan kubutuhan. Klien dengan gizi kurang di berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein. Cairan di berikan 80 – 100 ml / kg BB / hari dengan
maksimal 1500 ml / hari
B. Penatalaksanaan secara keperawatan
Istirahat mutlak
Dengan istirahat tirah baring yang adekuat dapat mengurangi beban
jantung. Karena klien dengan gagal jantung harus benar – benar ditolong
semua kebutuhannya diatas tempat tidur
Pemberian oksigen
Perlu di perhatikan bahwa oksugen harus melalui pelembab dan lihatlah
apakah O2 dapat masuk secara benar. Pemberian oksigen secara rumat
biasanya di perlukan 2 l / menit dalam keadaan cianosis sekali dapat lebih
tinggi. Pada bayi dapat menggunakan corong. Pada anak yang lebih beasar
sebaiknya dengan mengguanakan masker. Sikap berbaring kepala lebih
tinggi 200– 300.
Pemberian obat
Harus dibaca dengan cermat jenis obat dan cara pemberiannya. Berikan tanda
pada setiap obat yang diberikan, perhatikan reaksi obat.
Jika klien mendapat cairan intravena harus di perhatikan agar tetesan tidak
terlalu cepat karena akan menambah sesak nafas. Jika klien mendapatkan
diuretikum terlalu lama dapat mengakibatkan gangguan asam basa dan
elektrolit, oleh karena itu perlu di perhatikan juga sudah berapa lama
diberikan.
Diet
Sajikan makanan dalam porsi kecil, dalam keadaan hangat dan tempatnya
yang menarik.
Eliminasi
Klien dengan gagal jantung perlu diperhatikan mengenai pemasukan /
pengeluaran cairan selama 24 jam. Urin di kumpulkan dan diukur, begitu juga
pemasukan cairan. Pada klien yang dispnea di pasang infus (perhatikan
tetesan infus). Perhatikan apakah klien dapat defekasi setiap hari, karena
obstipasi akan memperberat kerja jantung sebab klien biasanya klien
mengejan. Untuk menghindari obstipasi klien harus makan makanan yang
banyak mengandung serat seperti sayur – sayuran.
Olahraga
Bila keadaan gagal jantung telah teratasi klien memerlukan adaptasi untuk
beraktifitas. Mula – mula ajarkan klien untuk bangun lalu duduk di pinggir
tempat tidur dengan menggoyang – goyangkan kaki, kemudian belajar berdiri
lalu belajar berjalan di sekitar tempat tidur. Latihan fisik berskala sedang
(bersepeda) dapat membantu memperbaiki kerusakan yang telah terjadi,
demikian anjuran penelitian terkini. Para ilmuwan dari Universitas Leipzig di
Jerman menemukan otot-otot jantung yang mengkerut setelah mengalami
gagal jantung terjadi perbaikan daya kerjanya pada saat pasien melakukan
aktivitas olah fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC,
Jakarta.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC Jakarta
Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta
Russel C Swanburg, Pengantar keparawatan, 2000, EGC, Jakarta