17
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang dapat dijumpai di sebagian besar di Asia. Jumlah negara yang mengalami Kejadian Luar Biasa ( KLB) DBD telah meningka kali lipat setelah tahun 1995. Daerah tropis seperti Benua Asia menempati urutan pe jumlah penderita Demam Berdarah di tiap tahunnya. World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan Demam Berdarah tertinggi di Asia Tenggara. Sejak Januari – Oktober 2009, Demam Berd Dengue telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penerita sebanyak 121.423 orang ( Untuk daerah Jawa Tengah terjadi sebanyak 15.328 kasus dan 202 meninggal RI,2010). Sebagian besar kasus DBD menyerang anak – anak. Angka fatalitas kasus DBD dapat mencapai lebih dari 20%, tetapi dengan penanganan yang baik dapat menurun hingga ku ( WHO,2008). Nyamuk Aedes aegypti dalam hal ini menjadi vektor bagi penyebaran Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu, dalam pencegahan penyakit ini, Lebih efektif dengan memutu hidup nyamuk ini. II. Tujuan Pembelajaran : 1. Menjelaskan berbagai cara penanggulangan DBD di Indonesia. 2. Melakukan penyelidikan epidemiologi. 3. Menentukan tindakan penanggulangan yang harus diambildari hasilpenyelidikan epidemiologi. 4. Menentukan adanya kejadian KLB DBD 5. Menjelaskan cara penanggulangan KLB DBD. 6. Menjelaskan cara evaluasi penanggulangan KLB DBD.

FL DBD

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUANI. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang dapat dijumpai di sebagian besar negara di Asia. Jumlah negara yang mengalami Kejadian Luar Biasa ( KLB) DBD telah meningkat empat kali lipat setelah tahun 1995. Daerah tropis seperti Benua Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita Demam Berdarah di tiap tahunnya. World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus Demam Berdarah tertinggi di Asia Tenggara. Sejak Januari Oktober 2009, Demam Berdarah Dengue telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penerita sebanyak 121.423 orang (CFR : 0,81). Untuk daerah Jawa Tengah terjadi sebanyak 15.328 kasus dan 202 meninggal dunia(Depkes RI,2010). Sebagian besar kasus DBD menyerang anak anak. Angka fatalitas kasus DBD dapat mencapai lebih dari 20%, tetapi dengan penanganan yang baik dapat menurun hingga kurang 1% ( WHO,2008). Nyamuk Aedes aegypti dalam hal ini menjadi vektor bagi penyebaran Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu, dalam pencegahan penyakit ini, Lebih efektif dengan memutus rantai hidup nyamuk ini.II.

Tujuan Pembelajaran : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menjelaskan berbagai cara penanggulangan DBD di Indonesia. Melakukan penyelidikan epidemiologi. Menentukan tindakan penanggulangan yang harus diambil dari hasil penyelidikan epidemiologi. Menentukan adanya kejadian KLB DBD Menjelaskan cara penanggulangan KLB DBD. Menjelaskan cara evaluasi penanggulangan KLB DBD.

1

BAB II TINJAUAN TEORIPenyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang tergolong flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe: a.Serotipe 1 & 2: ditemukan di Irian saat Perang Dunia II. b.Serotipe 3 & 4: ditemukan di Philipina (19531954). Vektor yang membawa virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti. Mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya terutama pada kakinya (Djakaria, 2006). Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk betina meletakkan telurnya pada dinding tempat perindukan. Setiap bertelur, rata-rata 100 butir telur. Setelah kira-kira 2 hari, telur menetas dan menjadi larva lalu pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa, dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari (Djakaria, 2006). Aedes aegypti bersifat antropofilik dan hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Memiliki kebiasaan menggigit berulang (multiplebiters) sehingga memudahkan tranmisi virus. Biasanya nyamuk betina menggigit pada pagi sampai petang dengan puncak serangan antara jam 8 10 pagi dan 1517 (Satari dkk, 2005; Djakaria, 2006) yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun di luar rumah (Djakaria, 2006). Nyamuk ini mempunyai kebiasaan istirahat serta menggigit di dalam rumah, hinggap di tempat yang bergelantungan dan menyukai warna gelap. Kemampuan terbang nyamuk ini 40 meter untuk betina, dengan daya maksimal 100 meter. Secara pasif oleh angin dapat terbawa lebih jauh. Tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti adalah pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah.

2

Kriteria daerah terhadap kasus DBD : a. b. Sporadis c. Potensial : suatu daerah dengan pemukiman padat, mobilitas penduduk tinggi dan memiliki ketinggian dibawah 1000 m permukaan laut. : bergantian tahun (selang-seling) ditemukan kasus DBD. Endemis : dalam tiga tahun terkahir ditemukan kasus secara terus menerus dalam

satu wilayah desa. Gejala klinis DBD adalah sebagai berikut: - Suhu tubuh meningkat - Sakit kepala tiba-tiba - Nyeri hebat pada otot dan tulang - Mual - Muntah - Lidah kotor - Batuk ringan - Konstipasi - Splenomegali

Menurut kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi : a. Demam akut yang tetap tinggi selama 27 hari b.Terjadi manifestasi perdarahan, termasuk setidak tidaknya uji tourniquet positif dan salah satu bentuk lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesis dan atau melena. c.Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/ul) d.Terdapat minimal satu tanda kebocoran plasma : - peningkatan hematokrit lebih dari 20% dibanding standar sesuai umur dan jenis kelamin. - Penurunan hematokrit lebih dari 20% setelah mendapat bterapi cairan dibanding nilai hematokrit sebelumnya. - Tanda kebocoran plasma, seperti : efusi pleura, ascites, atau hipoproteinemia.

3

Cara penyebaran Demam Berdarah ada 2 cara, yaitu :

Gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus Transfusi dari orang yang dalam darahnya terdapat virus tersebut.

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu : a. Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk yaitu dengan usaha Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain : 1) 2) 3) b. Biologis Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). c. Kimiawi Cara pengendalian ini antara lain dengan: Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu. Menutup dengan rapat tempat penampungan air. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dll.

4

Cara

yang

paling

efektif

dalam

mencegah

penyakit

DBD

adalah

dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan "3M Plus", yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat. Penyelidikan epidemiologi adalah pencarian penderita / tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik di rumah penderita/ tersangka dalam radius sekurang-kurangnya 100m (di rumah penderita dan 20 rumah sekitarnya) serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela, 2010).

5

BAB III KEGIATAN yang DILAKUKANDi blok-VIII Infeksi dan Penyakit Tropis ini, mahasiswa diberikan field lab dengan topik DBD (Demam Berdarah Dengue), yang mana kali ini kelompok kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan studi di Puskesmas Tanon I Kabupaten Sragen. Pelaksanaan di lapangan 3 kali, sesuai jadwal dari tim pengelola bidang pendidikan FK UNS. Adapun rincian kegiatan selama kami melakukan field lab adalah sebagai berikut : Jadwal pelaksanaan: Hari I : Senin, 10 Mei 2010/ jam 11.00 WIB Agenda: kunjungan awal dan perencanaan kegiatan Hari II : Selasa, 18 Mei 2010/ jam 07.30 WIB Agenda: penyelidikan epidemiologi Hari III: Sabtu, 22 Mei 2010/ jam 10.00 WIB Agenda: pengumpulan laporan

Uraian Kegiatan :I.

Hari/Tanggal : Senin, 10 Mei 2010 Tempat Narasi : Puskesmas Tanon I Kabupaten Sragen : Kunjungan awal kami lakukan dalam rangka silaturahmi kepada pihak

puskesmas, selain itu kami merencanakan kegiatan apa saja yang akan kami lakukan pada hari Selasa, 18 Mei 2010. Kami melakukan pembicaraan dengan Kepala Puskesmas Tanon I, dr. Eko Windu Nugroho M.Kes dan dilanjutkan mengenai penjelasan teknis penyelidikan epidemiologi DBD oleh bapak . Karena di Puskesmas tersebut tidak ada kasus DBD maka kegiatan kami dilakukan dengan pemisalan ada kasus DBD. Kami dibagi dua kelompok dalam melakukan PE DBD. Kelompok pertama akan melakukan PE di Desa Jono sebagai daerah potensi DBD.

6 Kelompok kedua akan melakukan PE di Desa Gabugan sebagai daerah endemis DBD. Dengan dibaginya kelompok kami ke dalam 2 tim dimaksudkan supaya kami dapat membandingkan antara daerah endemis dan potensial. Kami diberikan penjelasan mengenai penanggulan kasus DBD, penatalaksanaan bila terjadi KLB, dan menganalisa hasil dari PE dengan menghitung HI (House Index) dan (Container Index) II. Hari/Tanggal : Selasa, 18 Mei 2010 Tempat Narasi : Desa Gabugan dan Desa Jono : Dimulai dengan apel pagi, kelompok kami yang sudah dibagi menjadi 2

tim mulai bersiap-siap untuk melakukan kegiatan PE DBD. Adapun yang kami siapkan adaah : form PE, senter, dan abate. Tim yang bertempat di Desa Gabugan dibimbing oleh Ibu Tri. Saya mendapat pembagian di Desa Gabugan. Kami meminta ijin terlebih dahulu kepada Kepala Desa Gabugan. Kami juga dibimbing oleh bidan desa. Dengan meminta ijin kepada Ketua RT setempat, kegiatan penyelidikan epidemiologi kami laksanakan dengan target 20 rumah. Untuk mempermudah pelaksanaan tim kedua dibagi lagi menjadi 2 grup kecil. Kami memeriksa setiap rumah dengan melihat semua tempat penampungan air di dalam rumah tersebut dan yang ada dihalaman, apakah ada jentik nyamuknya dan menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air yang tidak bisa dikuras. Kami bertanya juga apakah ada anggota keluarga yang sedang panas untuk deteksi dini penderita DBD. Selain melakukan penyelidikan epidemiologi, kami juga melakukan edukasi kepada kepala keluarga mengenai DBD seperti menguras tempat penampungan air seminggu sekali, menutup tempat penampungan air, membuang atau menimbun barang bekas agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Setelah mencapai target, kami kembali ke kediaman Ketua RT untuk melakukan evaluasi. Kami juga menghitung HI dan CI-nya. Setelah analisa, kami kembali ke puskesmas untuk membandingkan dengan temuan yang didapat oleh tim pertama di Desa Jono.

7

BAB IV HASIL

I.

Hasil dari Desa GabuganNO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. NAMA KK Sutrisna Sugito Mariyam Darmadi Joko Suryanto Welas Dwi Paino Sugianto Ngadinem Legiman Suratman Marjono Suwardi Suroto Sugiyono Tukimin Sutarno Wongsodikromo Mulyono 4 4 4 3 1 3 1 1 3 4 1 4 2 1 1 4 2 1 6 3 JUMLAH TEMPAT PENAMPUNGAN AIR DIPERIKSA JENTIK (-) JENTIK (+) 4 4 3 1 3 1 3 1 1 2 1 3 1 1 4 1 1 1 1 4 1 1 1 2 4 2 1

8

BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Data yang Diperoleh1. Desa Gabagan :a. House Index : b. Container Index (yang baik 95%) :

B. UraianDari hasil tersebut, walaupun terlihat bahwa Desa Gabugan banyak ditemukan jentik-jentik nyamuk di rumah warga, belum bisa ditentukan sebagai daerah endemis. Hal itu karena kriteria daerah endemis membutuhkan data selama tiga tahun berturut-turut. Apabila tiga tahun berturut-turut ditemukan kasus secara terus menerus di satu wilayah desa baru dapat disebut daerah endemis. Tindakan tepat yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah jentik adalah melakukan 3M plus untuk memutus daur hidup nyamuk, pemeriksaan jentik tiap bulan dilakukan dua kali, serta memberikan edukasi kepada masyarakat utuk menjaga lingkungan masing-masing. Desa Gabugan sangat rentan untuk menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) DBD. Jika terjadi KLB DBD yang harus dilakukan adalah :

1. Pemberantasan vector, terdiri dari penyemprotan insektisida, pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN DBD), dan penggunaan larvasida. 2. Penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit. 3. Kegiatan pendukung lain seperti posko pengobatan dan penaggulangan, penyelidikan KLB, dll.

9 Alur Penanggulangan KLB DBD Penderita/tersangka DBD

Penyelidikan Epidemiologi

-

Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lain dan atau ada penderita panas 3 orang tersangka DBD Ditemukan jentik (5%)

-

YA

TIDAK

-

PSN Larvasida selektif Penyuluhan Fogging radius 200m

-

PSN Larvasida selektif Penyuluhan

10 Hasil Analisa Ephidemiologi Tindak lanjut dari hasil penyelidikan ephidemiologi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Ada tambahan, 2 tau lebih kasus DBD dalam periode 3 minggu yang lalu. 2. Adanya tambahan 1 kasus DBD yang meninggal dalam periode 3 minggu yang lalu3. Adanya tambahan kasus DBD 1 orang dan ada 3 penderita panas, dalam periode 3 minggu

serta House Index (HI) > 54. Adanya tambahan kasus DBD dan House Index (HI) > 5

Jika terpenuhi criteria 1 atu 2 atau 3 dilakukan fogging fokus seluas 1 RW/Dukuh 400 rumah atau seluas 16 Ha. Bila hanya terpenuhi kriteria nomor 4 maka dilakukan penggerakan masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tetapi di Puskesmas Tanon I kali ini tidak ada kasus DBD, kami hanya melakukan pemisalan terjadi suatu kasus DBD sehingga analisa hasil penyelidikan epidemiologi tidak dapat dilakukan.

11

BAB VI PENUTUP

I. Kesimpulan1. Dari 20 rumah yang diperiksa menunjukkan hasil yang positif terhadap keberadaan

jentik nyamuk.2. Data yang diperoleh belum dapat disimpulkan bahwa Desa Gabugan merupakan daerah

endemis DBD. Untuk menilai suatu daerah sebagai daerah endemis memerlukan data 3 tahun berturut-turut.3. Untuk itu Desa Gabugan membutuhkan perhatian lebih dari pihak puskesmas dan

terutama peran serta masyarakat itu sendiri untuk mengendalikan daur hidup Nyamuk Aedes aegypti. II. Saran1. 2. 3. Perlu diberikan penyuluhan kepada warga mengenai pencegahan dan penanggulangan DBD, termasuk PSN dan peningkatan pola hidup sehat. Kepada para ketua RT untuk senantiasa mengajak warganya menjaga kebersihan lingkungan demi kenyamanan bersama. Pemeriksaan rutin dilakukan oleh pihak puskesmas.

12

DAFTAR PUSTAKA

Djakaria, S., 1998. Hospes Perantara. Dalam : S. Gandahusada (eds). Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Martini, Santoso L, Murni HW, 2004. Efektifitas Daya Tolak (Repellent) Berbagai Jenis Daun Jeruk (Citrus sp) dari Kontak Nyamuk Aedes aegypti. M Med Indonesiana. Vol. 39 No. 2

Suhendro, L. Nainggolan, K. Chen, H. T. Pohan, 2006. Demam Berdarah Dengue. Dalam : A. W. Sudoyo, dkk (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p : 1905

Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela. 2010. Manual Kegiatan Lapangan (Field Lab): Topik Keterampilan: Pengendalian Penyakit Menular: Demam Berdarah Dengue. Surakarta: FK UNS

13 LAPORAN INDIVIDU FIELD LAB

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI UNTUK MENANGANI KASUS DBD di WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON I KABUPATEN SRAGEN

Oleh : Nama NIM : Muhammad Aji I. : G0009136

Instruktur Lapangan : Edy Kadaryanto

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI UNTUK MENANGANI KASUS DBD di WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON I KABUPATEN SRAGEN

Disususn oleh : Muahammad Aji I. G0009136 Surakarta, 22 Mei 2010 Mengetahui, Instruktur Lapangan

Edy Kadaryanto Menyetujui, NIP. 196204061983 11 1001 Kepala Puskesmas Tanon I Kabupaten Sragen

dr. Eko Windu Nugroho M.Kes NIP. 19720715 200312 1 006

ii

DAFTAR ISIHalaman Judul..................................................................................................................................i Pengesahan......................................................................................................................................ii Daftar Isi.........................................................................................................................................iiiI. Pendahuluan............................................................................................................................1 II. Tinjauan Teori.........................................................................................................................2 III. Kegitan yang Dilakukan.........................................................................................................6 IV. Hasil........................................................................................................................................8 V. Pembahasan.............................................................................................................................9

VI. Penutup.................................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

iii