5
8/20/2019 fix hal 4 http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 1/5 Hayati, Darcmber 1994, hlm. 37-41 ISSN 0854-8587 Vol 1 No 2 Kapang pada Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi OKKY SETYAWAT1 DHARMAPUTRA Jurusan Biologi FMIPA IPB, Jalan Raya Pajajaran, Bogor 16144 dun SEAMEO Bwtrop, Kotak Pos 116, Bogor 16001 Diterima 11 Agustus 1994Disetujui 3 November 1994 Molds from Some Varieties of Milled-Rice. Fourteen species of molds were isolated from stored. milled-rice, derived from three different rice variety s follows: Arlhrinium sp., Aspergillus candidus, A. flavus, A. niger, A. penicilloides, A. versicdor, A. wentii, Cladosporium cladosporioides, Endomyces Jibuliger, Eumiiu m chevalieri, E. mpens, Mucor circinelloides, Penicillium citrinum and P. herquei. Tbe predominant species were A. jlavus and P. citrinum. Total mold population and moisture content increased with tbe Increase of storage duration, wbile cnrbobydrnte content decreased with the increase of storage duration, PENDAHULUAN Beras merupakan bahan pangan utama di Indonesia. Selarna penyimpanan beras dapat mengalami kerusakan yang antara lain disebabkan oleh serangga, tungau, mikro- organisme, tikus dan burung. Menurut Christensen dan Kaufmann (1974) serangga dan kapang masing-masing merupakan penyebab utama dan kedua kerusakan bahan pangan yang disimpan. Serangan kapang pasca panen pada bahan pangan dapat mengakibatkan perubaban wama, susut bobot, penurunan kandungan nutrisi, pemanasan dan bau tengik, serta kemungkinan terjadinya produksi mikotoksin (Christensen dan Kaufrnann, 1969). Di Indonesia penelitian mengenai kapang pada beras belum banyak dilakukan. Conway et al. (1991) melaporkan bahwa betas yang disimpan di beberapa gudang di Indonesia terserang oleh kapang dengan setangan yang cukup berat. Kapng yang dominan ialah Aspergillus flavus, A. candidus, A @migatus, Penicillium islandicum dan beberapa spesies dari Mucorales. Beras dengan derajat sosoh 90 setelah disimpan selama tiga bulan pada kondisi laboratorium terserang oleh A condkhq A. penicilloides, Eurotium chevalieri dan E rubrion dengan populasi masing-masing 555, 285 333, 1667 dan 14 056 kolonilg. Selain itu kandungan lemak total dan protein berm semakin menurun dengan semakin meningkatnya lama penyimpanan (Dharmaputra et al., 1993). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapang yang menyerang beras selama penyimpanan dalam jangka waktu tertentu. Di sarnping itu juga untuk mengetahui kadar air dan kandungan karbohidrat beras setelah masa penyimpanan. BAHAN D N METODE vietas Beras. Beras yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tiga varietas padi yang disarankan oleh Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, yaitu ckadane, IR 64 dan atomita 4. Varietas cisadane dan IR 64 mempunyai penyebaran luas, sedangkan atomita merupakan varietas yang baru dilepas. Gabah dari ketiga varietas tersebut diperoleh dari perum Sang Hyang Seri, Sukamandi. Derajat sosoh beras yang digunakan yaitu 90 . Penyimpanan Beras. Sebanyak 200 g beras dari setiap varietas dengan kadar air kurang lebih 13 ditempatkan di dalam stoples yang ditutup dengan kain batis dan disimpan selama 1, 2 dan 3 bulan. Sebelum disimpan beras difumigasi dengan fosfin (2 glton) selama enam hari. Selama penyim- panan, suhu dan kelembaban relatif ruangan diukur dengan menggunakan termohigrograf. Contoh Beras. Contoh sebanyak 200 g yang berasal dari setiap stoples dibagi dengan pembagi contoh sebanyak dua kali sehingga diperoleh contoh kerja masing-masing kurang lebih 50 g. Contoh ini digunakan untuk analisis kadar air, kapang, karbohidrat dan contoh cadangan. Analisis Kad ar Air. Analisis kadar air (berdasarkan berat basah) sebelum penyimpanan, 1, 2 dan 3 bulan penyimpanan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 130°C selama dua jam (BSI, 1980). Untuk setiap perlakuan dibuat tiga ulangan (tiga stoples), dan setiap ulangan terdiri dari tiga sub-ulangan. Kadar air beras dapat dihitung dengan rumus: Kadar air (BB BK)/BB x 100 BB berat basah, BK berat kering Analisis Kapang. Analisis kapang dilakukan dengan metode pengenceran pada medium agar gliserol Dicl~loran 18 (Dichloran 18 Glycerol Agar DG 18). Untuk setiap ulangan terdiri atas dua subulangan. Beras sebanyak 20 g (untuk setiap satu subulangan) digiling dengan gilingan Moulinex selama satu menit. Untuk setiap subulangan dibuat 5 suspensi dengan pengenceran 1: 10 sampai 1:10.. Satu mililiter dari setiap pengenceran dipindahkan dengan pipet ke cawan Petri (diameter 9 cm), kemudian dituangi medium DG 18 yang suhunya kira-kira 45'C sebanyak 15 ml. Untuk setiap pengenceran dibuat tiga ulangan (tiga cawan Petri). Cawan Petri digoyang dengan tangan agar suspensi beras merata ke seluruh media. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama enam hari. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah koloni setiap spesies kapang dari pengenceran yang mernberikan koloni kapang secara terpisah. Kapang diidentifikasi berdasarkan Samson el al. (1984) serta Pitt dan Hocking (1985).

fix hal 4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: fix hal 4

8/20/2019 fix hal 4

http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 1/5

Hayati, Darcmber 1994, hlm. 37-41

ISSN

0854-8587

Vol 1 No 2

Kapang pada Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi

OKKY SETYAWAT1 DHARMAPUTRA

Jurusan Biologi FMIPA IPB, Jala n Raya Pajajaran, Bogor 16144

dun

SEAMEO

Bwtrop, Kotak Pos 116, Bogor 16001

Diterima 11 Agustus 1994D isetujui 3 November 1994

Mold s fro m So me Varieties of Milled-Rice. Fourtee n species of molds were isolated from st or ed .

milled-rice, deri ved fro m thre e different rice variety s follows: Arlhrinium sp., Aspergillus candidus,

A.

flavus, A. niger, A. penicilloides,

A.

versicdor, A. wentii, Cladosporium cladosporioides, Endomyces

Jibuliger, Eu m iiu m chevalieri,

E.

mpens, Mu cor circinelloides, Penicillium citrinum a n d

P.

herquei. Tbe

predom inant species were A. j lavus an d

P.

ci tr inum. Total mold populat ion an d moisture co ntent

increased with tbe Increase of s torage durat ion, wbile cnrbobydrnte content decreased with the

increase of s tor age durat ion,

PENDAHULUAN

Beras merupakan bahan pangan utama di Indonesia.

Selarna penyimpanan beras dapat mengalami kerusakan yang

antara lain disebabkan oleh serangga, tungau, mikro-

organisme, tikus dan burung.

Menurut Christensen dan Kaufmann (1974) serangga dan

kapang masing-masing me rupakan penyebab utama dan kedua

kerusakan bahan pangan yang disimpan. Serangan kapang

pasca panen pada bahan pangan dapat mengakibatkan

perubaban wama, susut bobot, penurunan kandungan nutrisi,

pemanasan dan bau tengik, serta kemungkinan terjadinya

produksi mikotoksin (Christensen dan Kaufrnann, 1969).

Di Indonesia penelitian mengenai kapang pada beras

belum

banyak dilakukan. Conway et al. (1991) melaporkan

bahwa be tas yang disimpan di beberapa gudang di Indonesia

terserang oleh kapang dengan setangan yang cukup berat.

K a p n g yang dominan ialah Aspergillus flavus, A. candidus,

A @migatus, Penicillium islandicum dan beberapa spesies

dari Mucorales.

Beras dengan derajat sosoh 90 setelah disimpan selama

tiga bulan pada kondisi laboratorium terserang oleh

A

condkhq A. penicilloides, Eurotium chevalieri dan E rubrion

dengan populasi masing-masing 555, 285 333, 1667 dan 14

056 kolonilg. Selain itu kandungan lemak total dan protein

berm semakin menurun dengan semakin meningkatnya lama

penyimpanan (Dharm aputra et al., 1993).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapang yang

menyerang beras selama penyimpanan dalam jangka waktu

tertentu. Di sarnping itu juga untuk mengetahui kadar air dan

kandungan karbohidrat beras setelah masa penyimpanan.

BAHAN D N M E T O D E

vietas

Beras. Beras yang digunakan pada penelitian ini

berasal dari tiga varietas padi yang disarankan oleh Direktorat

Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, Departemen Pertanian,

yaitu ckadane,

IR

64 dan atomita

4.

Varietas cisada ne dan

IR

64 mempunyai penyebaran luas, sedangkan atomita

merupakan varietas yang baru dilepas. Gabah dari ketiga

varietas tersebut diperoleh dari perum Sang Hyang Seri,

Sukaman di. Dera jat sosoh beras yang digunakan yaitu 90 .

Penyimpanan Beras. Sebanyak 200 g beras dari setiap

varietas dengan kadar air kuran g lebih 13 ditempatkan di

dalam stoples yang ditutup dengan kain batis dan disimpan

selama 1, 2 dan

3

bulan. Sebelum disimpan beras difumigasi

dengan fosfin (2 glton) selama enam hari. Selama penyim-

panan, suhu dan kelembaban relatif ruangan diukur dengan

menggunakan termohigrograf.

Contoh Beras. Contoh sebanyak

200

g yang berasal dari

setiap stoples dibagi dengan pembagi contoh sebanyak dua

kali sehingga diperoleh contoh kerja masing-masing kurang

lebih 50 g. Contoh ini digunakan untuk analisis kadar air,

kapang, karbohidrat dan contoh cadangan.

Analisis K ad ar A ir. Analisis kadar air (berdasarkan berat

basah) sebelum penyimpanan,

1,

2

dan

3

bulan penyimpanan

dilakukan dengan menggunakan ove n pada suhu 130°C selama

dua jam (BSI, 1980). Untuk setiap perlakuan dibuat tiga

ulangan (tiga stoples), dan setiap ulangan terdiri dari tiga

sub-ulangan. Kadar air beras dapat d ihitung dengan rumus:

Kadar air (BB BK)/BB x 100

BB berat basah, BK berat kering

Analisis Kapang. Analisis kapang dilakukan dengan

metode pengenceran pada medium agar gliserol Dicl~loran

18 (Dichloran 18 Glycerol Agar DG 18). Untuk setiap

ulangan terdiri atas dua subulangan. Beras sebanyak 20 g

(untuk setiap satu subulangan) digiling dengan gilingan

Moulinex selama satu menit. Untuk setiap subulangan dibuat

5

suspensi dengan pengenceran 1: 10 sampai 1: 10..

Satu mililiter dari setiap pengenceran dipindahkan dengan

pipet ke cawan Petri (diameter 9 cm), kemudian dituangi

medium DG 18 yang suhunya kira-kira 45'C sebanyak 15 ml.

Untuk setiap pengenceran dibuat tiga ulangan (tiga cawan

Petri). Cawan Petri digoyang dengan tangan agar suspensi

beras merata ke seluruh media. Inkubasi dilakukan pada suhu

ruang selama enam hari.

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah koloni setiap

spesies kapang dari pengenceran yang mernberikan koloni

kapang secara terpisah. Kapang diidentifikasi berdasarkan

Samson el al. (1984) serta Pitt dan Hocking (1985).

Page 2: fix hal 4

8/20/2019 fix hal 4

http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 2/5

KEANEKARAGAMAN KAPANG PADA BERAS 38

Selanjutnya populasi se tiap spesies kapang per gram beras

subulangan dihitung dengan menggunakan

rumus

:

Tabel 1.

Kadar Air

Betas

Cisadane, IR 64

dan Atomita

4

selama

Pen

yi

mpa na n

Kadar

Air

95)

1/[X x Y])

z

= volume suspensi beras yang dipindahkan ke tiap cawan

Petri,

=

pengenceran yang memberikan koloni kapang secara

terpisah,

= jumlah rata-rata koloni tiap spesies kapang dari t i p

cawan Petri.

Varietas

ama

Peny impn an (bulan)

A n r b b

Karbohidrat. Analisis karbobidrat dilakukan

n m enggunakan me ode Anthrone (Yosh ida

ct

a 1976;

et aL 1989).

Tabel

2.

Kisaran Suh u dan

Kelembaban

Relatif

Ruang

Simpan

Lama Penyimpanan Suhu Kelernbaban-

Relatif

(bula n)

( c) ( )

HASIL

Kadar Air. Kadar air beras cisadane pa& awal

1,

2

dan

3

bulan penyimpanan berturut-turut

12.81,

13.84, 13.78 dan 13.89 (Tabel 1). Kadar air

IR 64 pada lama penyimpanan ya ng sama berturut-turut

13.92 dan

14.0596,

sedangkan kadar ai r a t o d a

berturut-turut 13.07,

13.19,

13.73 dan 13.95 . Pada

Kadar air terendah terdapa t pada varietas

pada awal pen

y

impanan (12.8

I ),

sedangkan kadar

pada varietas IR

64

setelah t i p bulan

(14.05%).

Kadar air sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban

udara ruang

simpan.

Selama penyimpanan suhu ruang

berkisar antara 26.0-303 C, sedangkan kelembaban

tif udanr 61.7-89.7 (Tabel

2).

Spesies dam Populasi Kapaag Pasca Panen. Dari hasil

asi diperoleh 14 spe sies k apang, yai tu Arthrinium sp.,

A.

flaws,

A.

eiger, A.

penicilloides, A.

Tabel 3 Keberadaan Setiap

S p i e s Kapang pada

b r a s

Varietas

Cisadane

IR

64

dan Atomika

4

selama Penyimpanan

Lama Penyimpanra bulan)

Spesies b p a n g

Cisadcute

IR 64 Atomdo 4

A

rthrinium

sp,

A.

niger

A. pmicilloides

A. wentii, Cladospor um cladosporbides,

omyces fibuliger, Eurotium ch e v t z l e E. repens, Mucor

citrinwn

dan

P. herquei.

Kapang

yang

dominan pada ketiga

variet'as

yaituA. flavus

P.

citrinum. Arth rkium sp. banya terdasptpada ckadane9

E. fibuliger dan M. circinelloides hanya terdapat

atomita 4 (Tabel 3).

Di antara spesies kapang yang terisolasi hanya diperoleh

tu spesies

kapang

lapangan y aitu C ladosporwdes.

VIvietas

C ne.

Populasi

A.

flavus

pa&

awal

1,2dan 3 bulan setelah penyimpanan

55, 225, 199 dan 253 kolonilg, sedangkan

P. citrinum berturut-turut 16,46, 116 dan 6 7 kolonilg

4).

MU

ci ci~elloides

Pcnuillium citrinum

P.

herquei

=

ada

= tidak ada

Tabel

4.

Populasi

Setiap

Spesies Kapang pa&

k r a s

Varietas

Cisadane selama Penyi mpanan

Populasi Ka pang

kol onilg

beras)

Spesies

Kapang Lama Penyimpanan (bulan)

Dengan semakin lamanya penyimpanan populasi total

g semakin meningka

t.

Populasi total kapang

pada

awal

1,2dan 3 bulan setelah penyimpanan

turut-turut 123 ,30 0,3 59 dan 374 koloni/g.

VarkQs I 64. Populasi A. flavus pada awal

kemudian 1,2den 3 bulan setelah penyimpanan

25, 228,

169 dan

346 kolonilg, sedangkan

P. citrinum berturut- turut

7,27,

113 den

87

kolonilg

abel

5).

Dengan semakin lamanya penyimpanan populasi total

semakin

meningka . Populasi total kapang pada awal

1,2

dan 3 bulan setelah penyimpanan

64,281,352 dan 519 kolonilg.

A

rthrinium sp.

AqergiIfus candidus

A .

flavus

A. niger

A. penicilloidrs

A. r?ersicolor

A* wentii

Cladosporium cladosporioides

Eurotium

chew

ier i

E. repcus

Penicillium

citrinum

P.

henpei

,.

Page 3: fix hal 4

8/20/2019 fix hal 4

http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 3/5

39 DHARMAPUTRA

Hayati

Tabel

5.

Populasi Setiap S p i e s Kapang pada Betas Varietas

IR 64

selama Penyimpanan

Populasi Kapang (kolonilg beras)

Spesies Kapang Lama Penyimpanan (bulan)

Aspergillus candidus

0 0 0

A

flavus

25 228 169 346

A. nigcr

0 7 58 7

A. penicilloides

2 2 0 3

A. versicolor 3

2 0

6

A . uanti i 4

2 7

Cladosporium clndmporioidrs

12

7 20

Eurotium chcvnlicri

2 2 19

E.

repens

11 2

0

2

Peniciffium cib inum

7 27

113

87

P.

herquei

2

0 0 15

64

8

1

352

519

Varietas

Atomita 4.

Populasi

A. j lavus

pada awal

penyimpanan, kemudian 1 , 2 dan

3

bulan setelah penyimpanan

berturut-turut 35, 203, 163 dan 158 kolonilg, sedangkan

populasi

P

citrinum

berturut-turut 10, 25, 79 dan 5 2 kolonilg

(Tabel 6).

Dengan semakin larnanya penyimpanan populasi total

kapang semakin meningkat. Populasi total kapang pada awal

penyimpanan, kemudian 1 , 2 dan

3

bulan setelah penyimpanan

berturut-turut yaitu 81,266,268 dan 28 8 kolonilg.

Kandungan Karbobidmt Kandungan karbohidrat (

glukosa) beras cisadane pada awal penyimpanan, 1, 2 dan 3

bulan penyimpanan berturut-turut 1.120, 0.902, 0.807 dan

0.09496 (Tabel 7); beras R

6

berturut-turut 0.976, 0.839,

0.827 dan 0.106 , dan beras atomita 4 berturut-turut 1.276,

0.831,0.226 dan 0.129 (Tabel 7).

Semakin lama penyimpanan, kandungan karbohidrat beras

semakin menurun. Kandungan karbohidrat terendah terdapat

pada varietas

c isadane

setelah tiga bulan penyimpanan

(0.094 ),

sedangkan kandungan karbohidrat tertinggi terdapat

pada varietas atomi ta

4

pada awal penyimpan an (1.276 ).

PEMBAHASAN

Kadar Air Kadar air sangat penting dalam penyimpanan

bahan pangan karena kehidupan dan perkembangan serangga,

mikroorganisme dan reaksi kerusakan bahan pangan sangat

erat hubungannya dengan kadar air (Muir, 1973; Sinha, 1973).

Walaupun pada penelitian ini semakin lama penyimpanan

kadar air beras setiap varietas semakin meningkat, tetapi

pfz nin gk ata ~y a dapat dikatakan relatif kecil. Hal tersebut

dapathisebabkan oleh (i) derajat sosoh setiap varietas beras

sama (90 ) dan (ii) setia p varietas beras disimpan pada

ruangan yang mempu nyai suhu d an kelembaban relatif sama.

Menurut Araullo

et a l .

(1976) butiran pati yang terdapat di

dalam endosperma beras bersifat sangat higroskopik, sehingga

kadar air beras akan segera berubah dengan berubahnya suhu

dan kelembaban relatif ru ang simpan.

Suhu dan kadar air bahan adalah dua faktor fisik yang

sangat berpengaruh terhadap kerusakan biji-bijian selama

penyimpanan (Muir, 1973). Biji-bijian dan hasil pertanian

lainnya yang berkadar air rendah akan tahan disimpan dalam

jangka waktu yang relatif lama tanpa mengalami kerusakan

(Pixton, 1983).

Tabel 6. Populasi Setiap Spesies Kapang pada k r a s Varietas

Atomita

4

selama Penyimpanan

Populasi Kapang (kolonilg beras)

Spesies Kapang Lama Penyimpanan (bulan)

1

2 3

Aspergillus cnndidus

6

3

0 0

A flavus

35 203 16 158

A. niger

0 10

7

6

A. penicilloides

6 5

0 0

A. versicolor

3

3

0 0

A ~ ~ c n t i i

10 0 0

CLrdosponcrm sl~rtiospono riirs

2 3 S ;

Endomycrs fibuliger

0

0 3

Eurotium chevnlieri

4 9 13

E.

repens

9 0 2 0

Mucor circinelloides

0 12

Penicillium cibinum

10 25 79 52

P , herquei

0

0 12

81 266

269

288

Tabel

7.

Kandungan Karbihidrat Betas

Cisadane,

IR

64

dan

Atomita

4

selama Penyimpanan

Populasi Kapang (koloni/g beras)

Varietas Lama Penyimpanan (bulan)

cisadane 1.120

0.902

0.807 0.094

IR

64

0.976

0.839

0.827 0.106

atomita

4

1.276

0.831

0.226 0.129

Menurut Bulog (1994) kadar air beras yang disimpan

hendaknya tidak lebih dari 14 . Pada penelitian ini selama

penyimpanan kadar air beras varietas

cisaliane,

IR

6

dan

atomita

4 masing-masing berkisar antara 12.81-13.89 ,

13.17-14.05 , 13.07-13.95 .

Spesies dan Populasi Kapang Pasca Pan en

Dharnlaputra

et aL

(1993) melaporkan dari segi kimia kerugian yang timbul

akibat serangan kapang pada beras antara lain ialah penurunan

kandungan nutrisi (protein dan lemak).

Negara dengan iklim tropik seperti Indonesia menyediakan

lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkem-

bangan kapang. Pada penelitian ini

Aspergi l lus, E i t rot ium

dan

Pen ic i l l ium

merupakan kapang yang paling sering dijumpai.

Pitt dan Hocking 1991) melaporkan bahwa di daerah tropik

kapang pasca panen yang berperan yaitu Aspergi l lus dan

Eurot ium, sedangkan Pen ic i l l ium tidak begitu berperan.

Kapang lapangan

C. c ladospor w ides

yang diisolasi diduga

menyerang biji padi seb elum dipanen (masih di lapangan) dan

bertahan hidup selama penyimpanan. Menurut Christensen

dan Kaufmann (1969) kapang lapangan mem erlukan kadar air

dalam keseimbangan dengan kelembaban relatif yang tinggi

yaitu sebe.sar 90 atau lebih untuk pertumbuhannya.

Rendahnya populasi total kapang selama tiga bulan

penyimpanan dapat disebabkan oleh populasi total kapang

yang rendah pada awal penyimpanan. Selain itu perturn-

buhan kap ang juga d ipengaruhi oleh kadar air yang pening-

katannya selama penyimpanan tidak begitu besar. Daya

simpan dipet~ garuh i oleh kondisi awal penyimpanan.

Christensen dan Kaufmam 1969) melaporkan bahwa jagung

Page 4: fix hal 4

8/20/2019 fix hal 4

http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 4/5

KEANEKARAGAMAN

KAPANG

PADA BERAS 40

gandum yang belum terserang kapang pas= panen d a p t

pda b d a r

air

15

selama

9-12

bulan tanpa

suhu ruang simpan 45-S F, tetapi bila biji

telah

terserang kapang pasca panen dan disimpan

ne n kader

air 15

dan suhu 45-SOT maka kapangnya

an b e r h b a n g te rus dan dalam

waktu

enam bulan akan

yang

lebih parah.

Varietn Cbdn e , IR 64 dam

Atmira

4. Padi varietas

IR

64

dan a~omittz4 masing-masing tersebut hasil

n varietas pc lita

I

IR 5657dengan IR 2061,dan hasil

asi va rietas cisadane. Ketiga va rietas tersebut berasal dari

1993).

Pada umumnya spesies

yang men yeran g ketiga varietas tersebut sarna, karena

tersebut berasal d ari golongan yang ama

Menurut Juliano

(1972)

seti ap va rietas memil iki bentuk

@anjang

dan lebar) biji yang berbeda. Distribusi

beta pecah kulit (kariopsis) adalah

1 246; aleuron dan tegmen 449 ; sekam kelopak

d m endosperma 89094 .

Beras dengan derajat sosoh

90

adalah beras yang masih

dan lembaga sebesar 1096 Soenarjo et aL,

yang

lebih tebal dibandingkan

jenis beras

yang

onjong panjang.

Populari A.

f l a w s

dan P. citn nurn. Pada awal penyim-

A. flaw pada setiap varietas lebih tinggi

spesies kapang lainnya (Tabel

4, 5

dan

6).

gillus P v u s kemunglcinan telah menyerang padi

ungan m endukung pertumb uham ya.

Penicillium citrinum merupakan kapang dorninan yang

A.

flavus. Walaupun pada

C.

gan lebih mendu kun g pertumbuhan P citrinum.

Kandungan KarbohMrat. Sebagian besar karbohidrat

ulosa, hemiselulosa, da n gula (Juliano, 1972). Juliano (1979)

90 dari bobot k ering beras adalah pati.

Jenis gula utama yang terdapat dalam lembaga dan

osa . Beras

pecah

kuli me nga ndu ng 0.83-1.3696 total gula

glukosa (Juliano,

1972).

Beras dengan derajat sosob 90 adalah beras yang masih

isi aleuron dan lembaga sebes ar 10 . Proses penyosohan

besarnya kandungan karbohidra

beres karena karbohidrat lebih banyak terdapat pada

gian endosperma. Endosperma adalah bagian b r a s yang

et

aL

1991).

Kandungan glukosa berbeda

pada

setiap varietas padi

(1993) kandungan karbohidrat yang ditentukan

pada varietas

cisadane

IR

64

dan

masing-masing ialah 20.0,24.1 dan 21.33 .

Menurunnya kandungan karbohidrat selama penyimpan-

kemungkinan disebabkan o leh beberapa faktor antara lain:

glukosa digunakan oleh biji untuk melakukan proses

henda hidup yang terus mengadakan metabolisme, yang

kemudian diubah menjadi

O z dan Hz0

(Pomeranz,

1974)

dan (ii) gJukosa digunakan oleb kapang sebagai sum ber nutrisi

(Wallace, 1973).

Meskipun gula selain glukosa dapat juga menyebabkan

pertumbuban

yang

baik bagi kapang, namun kebanyakan

kapang menggunakan glukosa untuk menunjang pemm-

buhannya

Hal ini dapat disebab kan kernarnpuan knpang untuk

dapa

menggunakan gula ter entu bergantung pada bgaimena

mudahnya gula tersebu dapat dikonversikan untuk dapat

rnemasuki rantai respirasi (M oore-Landecker, 1990).

Glukosa merupakan mnosakarida. Monosakarida adalab

karbohidrat yang

tak

drrpst dibidrolisis menjadi senyawa yang

lebih sederhana dan memiliki ikatan rantai yang lebib

sederbana dari polisakarida. Dengan demikian

ikatan

rantainya

lebih mudah diputu dan oleh eazi mz nzi m perombak daripada

bentuk karbohidrat

y

an g lain seperti amilosa

yang

mempkan

polisakarida, yang memiliki ikatan rantai lebih banyak dari

monosakarida (Ma

yes,

1981).

UCAPAN

TERIMA

KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr.

Haryanto Susilo dan Ir. h a Retnowati SEAMEOBiotrop);

Dr. Hariyadi Halid (kabid. Litbang ~ e h o l o g i , ulog); dan

It.

Sri Sudarsih (alumnus Jurusan Biologi FMIPA Institut

Pertanian Bogor), atas bantuannya dalam melaksanakan

penelitian. Ucapan terima kasih disampaikan

juga

kepada

SEAMEO Biotrop yang telah memberikan dana bagi

peneli ian ini

DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono, A.,

D.

Fardiaz, N. Puspitasari , Sedamawati,

d a n

S.

Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Pusat

Antar Universi as

IPB.

Araullo E.V., D.B.

de

Padua, a n d M. Graham. 1976. Rice

Postharvest Technology. Ottawa: International Develop-

ment Research Centre.

Balittan, 1993 Deskripsi

Varietus

Ck a h n e IR

64

d n

Atomita

4.

Bogor: Balittan, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan.

Bulog.

1994.

Tatacara Teknis PerneriRFaan Kualitas Gabah,

Beras dan Karung Goni/Plastik dalam Rangka Pengad aan

Dalam

Negeri.

Jakarta: Badan Urusan Logistik.

BSI. 1980. Methods of Test for Cereals and Pulses. Part 3.

Deterrni nation of Moisture Content of C ereals and Cereal

Products (Routine Method). B ritish Stan dards Institution.

Christensen, C M

and

H H Kaufmaan . 1969. Grain

Storage: the

Role of

Fungi in Quality Loss. Minneplis:

University

of

Minnesota.

Ch&teasen, C M n d H.H. Kaufmaan.

1974.

Mic~oflcna,

p. 158-192. I n C M hristensen (ed.), Storage

of Ckeal

Grains and

Their Products.

St.

Paul, Minnesota: American

Association of Cereals Chemist,

Inc.

Coaway,

J.A.,

Me

idik

and

Ha

alid.

1991.

Quality/Value

Relation ships

in

Milled Rice Stored in Conventional

Warehouses in Indonesia, p. 55-81. In J.O. Naewbanij and

A A Manilay

(ed.),

Proceeding 14111 ASEAN Seminar

on

Grain Postrhnrvest

Technology

Manila, Philippines,

5-8

November 1991.

Page 5: fix hal 4

8/20/2019 fix hal 4

http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 5/5

Hayati

D h a p u t m

O.S,

H.

Halid H. Susib mad A.S.R. PuM.

1993.

The Effect of Milling Degree on Fungal Infection,

Protein and Lipid Contents in Milled Rice, p. 177-195. In

J.O. Naewbanij, A.A. Manilay, and AS. Frio

ad.),

P r o c d g 16th

SE N

Scrninar on Grain P o s t h s t

Technology, Pbuket, Thailand, 24-26 August 1993.

J u b s q

80

972.

Tbe Rice Caryopsis and Its Composition,

p 16-74. n D.F. Houston (ed.), Rice Chcm13try

and

Technology.

9

aul, Minnesota: American Association of

Cereal Chemist, Inc.

JrUanq

B 0

1979. Ibe Chemical Basis of Rice Grain

Quality,

p 69-85. n P r d i n g s

4

he

Workshop

on

Chemical Aspect

o

Rice Grain Quality. Los Banos,

Le pna, Philippines:

IRRI.

Mayerr PA.

1981. Carbohydrates, p. 141-151. n D.W.

Martin,

P.A.

Mayes, and

V.W.

Rodwell (ed.), 18th

ad

Harper s Review of Bw chanktry. California: Lange

Medical Publication LosAltos.

Moorr-Landeck E. 1990.

Fundamental of

the

Fungi 3rd

ed. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Muir

W.E. 1973.

Temperature and Moisture in Grain

Storages,

p.49-70. n

RN. Sinha and W.E. Muir (ed.),

Gra in Storage: Pa rt of a System. Connecticut: The Avi

Publishing Company.

P

J I

a dA.D.

Hgckhg.

1985. ungi

and

Food Spoilage.

Sydney: Academich.css.

Pitt

J 1

and A D Hocking.

1991.Significance of Fungi in

Stored Products. I n B.R. Champ, E. Highley, A.D.

Hocking, and J I Pitt (ed.), p 16-21. Proceedinp of an

International Conference on Fungi and Mycotoxins in

Stored Products. Bangkok, Thailand,

23-26

April

1991.

Pixton

S.W. 1983. The Importance of Moisture and

Equilibrium Relative Humidity in Stored Products.

Trop ical Stored Products Information 43:10-24.

Pomeranq

Y. 1974.Biochemical, Functional, and Nutritive

Changes During Storage, p

56-114. n

C.M. Christensen

(ed.),

Storage of Cereal Grains and

heir

Products.

St.

Paul, Minnesota: American Association of Cereal

Cbemist.

Samson,

RA.

E.S.

HoekstrP and CA.N. van Oorsc~ot

1984. Introciuction to Foodborne Fungi. Baam,

The

Netherlands: Central bureau voor Scbimmelcultures.

Shba R.N.

1973.

nterrelation of Physical, Chemical and Bio

logical Variables in the Deterioration of Stored Grains,

p.1547. I n

R N

Sinha and

W.E.

Muir (ed.), Grain

Storage: Pa rt of a System. Connecticut: The Avi

Publishing Company.

Soenarjo

E.

D.S. Damaflati dam

M.

Syam.

1991.

Padi.

Buku 3. Bogor: Balittan, Pusat Penelitian dan Pengem-

bangan Tanaman Pangan.

Wallace

HAH. 1973.Fungi and Other Organism Associated

with Storage Grain,

p

71-98.n R.N. Sinha and W.E. Muir

(ed.), Grain Storage: Pa rt of a System Connecticut: The

Avi Publishing Company.

Yoshida S. D A Forno J.H.

Cook,

and

K.A.

Gomez.

1976. Laboratory Ma nua l for Physiological Studies of

Rice.

Los Banos: IRRI.