Upload
ilyas-gilbert-hrl
View
218
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah merupakan jalan menuju Islam maksudnya adalah panggilan dari Allah
SWT melalui Nabi Muhammad Saw untuk umat manusia agar menganut ajaran
Islam (agama), dengan cara beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Bersikap
sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah, Islam adalah
agama yang mencakup dan mengatur segala aspek kehidupan manusia guna
memperoleh ridha dari Allah SWT. Pada permulaan kenabian Muhammad Saw,
mencanangkan ide-ide pokok tentang Islam, kemudian tahap selanjutnya
mengajarkan ibadah, perundang-undangan sosial dan pidana atau hukum Al-
Qur’an yang diterapkan oleh Islam. di Mekkah ajaran Islam masih bersifat semu,
tetapi dalam periode Madinah ajaran itu menjadi universal. Islam merupakan
kesatuan, keseluruhan, tidak merupakan aspek agama di satu pihak dan aspek
sosial dan politik di pihak lain. Jadi Islam di sini adalah agama risalah yang
dikembangkan oleh Rasulullah Saw dan agama Islam adalah agama dakwah
artinya agama yang di dalamnya terdapat kewajiban untuk menyebarluaskan
kebenaran dalam mengatur segala aspek kehidupan orang mukmin.
Dakwah Islam memihak kepada kebenaran al-haq, ma’ruf, karena sesuai dengan
fitrah manusia. Dengan demikian ada hubungan antara Islam, dakwah, fitrah
manusia dan kebenaran karena dalam prakteknya dakwah merujuk pada fitrah
manusia. Karena dalam fitrah itulah ada kebenaran. Jadi hakikat dakwah adalah
mengajak manusia kembali kepada hakikat fitri, jalan Allah, tanpa ada unsur
paksaan dan tipu muslihat .Muhammad Saw adalah rasul yang membedakan
dengan jelas antara kebenaran dan kebathilan. Beliau diberi cahaya dan petunjuk
oleh Allah dalam berdakwah. Beliau tercipta dalam
keadaan ma’shum (dihindarkan dari segala kesalahan) oleh Allah SWT. Beliau
adalah keturunan bangsawan Arab yang lahir di Mekah, 20 April tahun 571 M.
Dakwah juga merupakan tugas Rasulullah yang patut dicontoh dan merupakan
kehidupan Rabbaniyah. Dakwah memerlukan pengorbanan tanpa mengharapkan
imbalan dan hasil yang segera, tanpa putus asa.
Individu yang melaksanakan dakwah akan mendapat kehidupan yang berkah
dalam ridha Allah dan mendapat kecintaan Allah, memperoleh rahmat Allah serta
akan menerima pahala yang berlipat ganda sebagai balasannya, karena dakwah
merupakan amal terbaik yang dapat memunculkan potensi diri dan memelihara
keimanan yang kita dimiliki. Kedudukan Muhammad Saw sebagai Rasulullah
adalah pemberi kabar gembira, mendakwahkan agama Islam, sedangkan hidayah
itu hanya milik Allah. Sehingga dakwah dalam pengertian agama adalah
panggilan dari Allah dan Nabi Muhammad Saw kepada umat manusia agar
percaya kepada ajaran Islam serta mengamalkannnya dalam segi kehidupan.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Metode dakwah yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW ?
2. Bagaimana perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Mekah dan Madinah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Metode dakwah yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW
2. Untuk mengetahui perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Mekah dan
Madinah
1http://www.arrahmah.com/read/2012/11/01/24405-metode-dakwah-rasulullah- shallallahu-alaihi-wassallam.html
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Dakwah Rasulullah Periode Mekkah
Pada awal periode Mekkah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi,
mendatangi orang-orang dekat Beliau antara lain istri Beliau Khadijah,
keponakannya Ali, budak Beliau Zaid, untuk diajak masuk Islam. Ketika turun
surat al Muddatstsir : 1-2, Rasululah mulai melakukan dakwah di tengah
masyarakat, setiap bertemu orang Beliau selalu mengajaknya untuk mengenal dan
masuk Islam (masih dalam keadaan sembunyi-sembunyi). Ketika Abu Bakar
menyatakan masuk Islam, dan menampakkannya kepada orang-orang yang dia
percayai, maka muncullah nama-nama seperti Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin
Ubaidillah yang juga masuk Islam. Dan seterusnya diikuti oleh yang lain seperti
Abu ‘Ubaidah, Abu Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll. Beliau menjadikan
rumah Arqom bin Abi al Arqom sebagai pusat pengajaran dan sekaligus pusat
kutlah (kelompok) yang dalam bahasa kita tepatnya disebut sekretariat. Di tempat
ini Rasulullah mengajarkan hukum-hukum Islam, membentuk kepribadian Islam
serta membangkitkan aktivitas berpikir para sahabatnya tersebut. Beliau
menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3 tahun dan menghasilkan 40 orang
lebih yang masuk Islam.
Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun pola pikir
yang islami (‘aqliyah islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka
muncullah sekelompok orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian
Islam) yang siap berdakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu.
Hal ini bertepatan dengan turunnya surat al Hijr : 94, yang memerintahkan
Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan terbuka.
Ini berarti Rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah dari tahapan dakwah
secara sembunyi-sembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan dakwah secara
terang-terangan (daur al i’lan). Dari tahapan kontak secara individu menuju tahap
menyeruh seluruh masyarakat.
Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran, antara
pemikiran yang haq dan pemikiran yang batil. Tahapan ini disebut marhalah al
tafa’ul wa al kifah yaitu tahap interaksi dan perjuangan2. Di tahapan ini kaum
kafir mulai memerangi dan menganiayah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini
adalah periode yang paling berat dan menakutkan di antara seluruh tahapan
dakwah. Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh Ja’far bi Abi Thalib
diperintahkan oleh rasul untuk melakukan hijrah ke Habsyi. Sementara Rasulullah
dan sahabat yang lain terus melakukan dakwah dan mendatangi para ketua kabilah
atau ketua suku baik itu suku yang ada di Mekkah maupun yang ada di luar
Mekkah. Terutama ketika musim haji, dimana banyak suku dan ketua sukunya
datang ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah mendatangi dan
mengajak mereka masuk Islam atau minimal memberikan dukungan terhadap
perjuangan Rasulullah.
Benturan antara Rasulullah dengan kafir Quraisy terjadi karena Rasulullah dan
para sahabat selalu melecehkan khayalan mereka, merendahkan tuhan-tuhan
mereka, menyebarkan rusaknya kehidupan mereka yang rendah, dan mencela
cara-cara hidup mereka yang sesat.
Menurut Syaikh Syafiyyur Rahman Al Mubarak Fry materi dakwah yang mula-
mula disampaikan oleh Rasulullah SAW adalah menyangkut masalah Akidah
(tauhid atau mengesakan Allah SWT), iman kepada hari akhir dan lain-lain yang
berkenaan dengan penyucian jiwa. Suatu perjuangan yang melelahkan Rasulullah
SAW dalam hal menyampaikan materi dakwah kepada Ummul Qura (penduduk
Makkah), karena dakwah yang beliau sampaikan tidak mendapat respon dari
umatnya kecuali sebagian kecil yang menerima ajakan beliau dan mempercayai
apa yang disampaikannya.
2 http://www.arrahmah.com/read/2012/11/01/24405-metode-dakwah-rasulullah-shallallahu-alaihi-wassallam.html
Dapat dikatakan bahwa materi yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode
Makkah tidaklah banyak, secara garis besarnya adalah menitik beratkan pada
masalah iman dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah ibadah dan Akhlak.
Berdasarkan kontek ayat yang diturunkan kebanyakkan diwali dengan “Ya
ayyuhannas” yang menunjukan bahwa metode yang pertama yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW adalah dengan lisan dalam bentuk ceramah (pidato) yang
disampaikan dengan penuh bijaksana.
Adapun inti dakwah pada masa periode mekkah yaitu :
a. Mentauhidkan Allah kepada masyarakat Mekkah
b. Menghilangkan kasta
c. Memupuk rasa kasih sayang antara kaum muhajirin dan kaum Ansharin
d. Mensucikan manusia
e. Mengangkat derajat para wanita
B. Metode Dakwah Rasulullah Periode Madinah
Dakwah di Madinah dianggap kelahiran baru agama islam setelah ruang dakwah
di Mekkah terasa sempit bagi kaum Muslimin. Allah SWT memilihkan untuk
Nabi Nya Madinah sebagai pilot project pembentukan masyarakat Islam pertama.
Madinah memang layak untuk dijadikan kawasan percontohan. Berawal dari
masuknya Islamnya beberapa orang asal Madinah pada tahun ke-11 kenabian
dalam gerakan dakwah Rasulullah kepada orang-orang yang datang ke Mekkah,
dakwah dikawasan ini berkembang pesat3.
Di tengah cobaan yang sangat berat tersebut, datanglah kabar gembira akan
kemenangan dari Madinah. Hal ini terjadi ketika beberapa orang dari suku khazraj
datang ke Mekkah untuk berhaji. Kemudian Rasulullah mendatangi mereka,
berdakwah kepada mereka dan merekapun akhirnya masuk Islam. Setelah selesai
melaksanakan haji dan mereka kembali ke Madinah, mereka menceritakan
3 Wahyu ilaihi, pengantar sejarah dakwah, (Jakarta : Kencana, 2007 ), hal 55
keislaman mereka kepada kaumnya. Sejak saat itu cahaya Islam mulai muncul di
Madinah.
Pada musim haji tahun berikutnya, datang 12 orang dari Madinah ke Mekkah, lalu
mereka membai’at Rasulullah dalam peristiwan Bai’at ‘Aqobah pertama. Bai’at
ini adalah sebuah pernyataan janji di hadapan Rasulullah bahwa mereka akan
berpegang teguh pada risalah Islam dan meninggalkan semua perbuatan-perbuatan
yang rusak dan sesat yang selama ini mereka praktekkan dalam kehidupan. Ketika
penduduk Madinah ini akan kembali, Rasulullah memerintahkan Mush’ab bin
Umair untuk ikut bersama mereka dan mengajarkan Islam kepada penduduk
Madinah.
Berbeda dengan penduduk Mekkah yang jumud dan berusaha untuk
mempertahankan status quraisy, terutama para penguasa kekufuran seperti Abu
Lahab, Abu Jahal dan Abu Sofyan, penduduk Madinah lebih baik dan bersahabat
dengan Islam. Mereka mau menerima agama baru tersebut. Bahkan ketika musim
haji tiba dan Mush’ab kembali ke Mekkah serta melaporkan kepada Rasulullah
tentang kondisi perkembangan Islam di Madinah yang sangat baik, Rasulullah
mulai berpikir untuk memindahkan medan dakwah dari Mekkah ke Madinah.
Ketika rombongan haji dari Madinah yang berjumlah 75 orang datang, terjadilah
peristiwah Bai’at Aqobah kedua4.
Bai’at ini adalah sebuah pernyataan dan janji di hadapan Rasulullah bahwa
mereka penduduk Madinah akan melindungi Rasulullah dan menyerahkan
kekuasaan kepada Rasulullah untuk memimpin mereka baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun memimpin mereka berperang melawan orang-orang yang
menghalangi risalah Islam. Tidak lama setelah itu Rasulullah memerintahkan
kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Madinah dan Rasulullah
menyusul kemudian.
Sejak tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya membangun
masjid sebagai tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah serta mengatur berbagai
4 Ibid hal 55
urusan ummat. Sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka. Beliau
menunjuk Abu Bakar dan Umar sebagai pembantunya. Beliau bersabda “dua
(orang) pembantuku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.5” Dengan demikian
Beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qlodi dan panglima militer. Beliau
menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penduduk Madinah dengan
hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke luar
Madinah.
Negara Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang
berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan militer yang
mampu melindungi negara dan menyebarkan dakwah. Setelah seluruh persoalan
dalam negeri stabil dan terkontrol, Baliau mulai menyiapkan pasukan militer
untuk memerangi orang-orang yang menghalangi penyebaran risalah Islam.
Tahapan Penerapan Syarat Islam di Madinah
1. Membangun Masjid
2. Membina Ukhuwah Islamiyah
3. Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4. Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5. Menyusun strategi politik dan militer
6. Jihad
C. Metode Dakwah yang Digunakan pada Masa Rasulullah
Metode dakwah Rasulullah SAW pada awalnya dilakukan melalui pendekatan
individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit
Shafa. Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan
5http://www.arrahmah.com/read/2012/11/01/24405-metode-dakwah-rasulullah- shallallahu-alaihi-wassallam.html
saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa
berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi-lokasi
yang didiami para dai dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada
yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah.
Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal
mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah.
Dengan demikian sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap
individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi di lapangan. Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan
dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ubudiyah dan bukti keikhlasan
kepada Allah SWT.
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin
hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam
berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam
mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas,
yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan
etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk
kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi
mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan
sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan
kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan
kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang
semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa
malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini,
kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga
mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di
berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah
semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin
iman dan ilmu.
Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena
hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah
terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas. Ledakan-ledakan
informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita
biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi
dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan
teknologi.
Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin
terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap
lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu
pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat
diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di samping itu kelemahan dan
ketertinggalan umat Islam dalam mengakses informasi dari waktu ke waktu, pada
gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak
berdaya.
Metode dakwah Rasulullah SAW. Pada intinya metode dakwah yang
disampaiakan oleh Rasulullah SAW. Tidak jauh berbeda dengan metode dakwah
yang berkembang pada saat ini, hanya saja karna pengaruh media-media dakwah
itu seolah olah berubah disamping itu bedanya juga terlihat pada situasi dan
kondisi yang dihadapi.
Metode dakwah yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW tidak terlepas dari
bimbingan wahyu yang disampaikan kepadanya. Pada tahap awalnya metode yang
dipergunakan oleh Rasulullah dakwah sirryah (sembunyi-sembunyi) habis metode
ini dilanjutakan dengan metode dakwah jahriyah (terang-terangan), cara ini dapat
digolongkan pada beberapa bagian yaitu : pidato umum (khutbah, ceramah dan
lain-lain), diskusi ( hal ini biasanya berupa dialog atau perdebatan).
Ada pula metode lain yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam berdakwah
yaitu metode tanya jawab. Pada saat-saat tertentu Rasulullah SAW juga
menggunakan metode peragaan atau praktek langsung, seperti masalah sholat,
haji, zakat, dan lain-lainnya. Bila ditinjau dari materi dakwah yang disampaikan,
maka metode dakwah Rasulullah SAW berbentuk tabsyir dan tandzir, sedangkan
bila ditinjau dari segi subjek dan objeknya maka metode dakwah Rasulullah SAW
terbagi pada tiga bagian. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nahl
ayat 125 Artinya : ” Serulah (manusia) kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesengguhnya
Tuhanmu Dialah yang maha tahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Dalam
sejarah dakwah Islam, Rasulullah SAW juga sangat memperhatikan metode
dakwah agar pesan dakwah dapat diterima dengan baik bagi mad’u (yang
didakwahi).
Hal itu dapat dilihat ketika Rasulullah saw melaksanakan wahyu Allah Ta’ala
untuk mentauhidkan akidah umat yang keliru dengan menuhankan banyak Illah
dan membersihkan peribadahan dari segala bentuk kesyirikan. Beliau secara
khusus memiliki sebuah tugas mulia dengan jalan mendakwahkan dien Islam ini
kepada umat melalui metode yang haq yaitu berupa cara-cara yang sesuai dengan
petunjuk Allah Ta’ala. Diantara metode dakwah beliau saw adalah
1. Metode Bil Hikmah, yang ditujukan kepada orang yang memiliki pemahan
yang tinggi sepert tokoh-tokoh Yahudi, Nasrani maumpun para bangsawan,
metode dakwah dengan memberi perhatian yang teliti terhadap keadaan dan
suasana yang melingkungi para mad’u (orang-orang yang didakwahi), juga
memperhatikan materi dakwah yang sesuai dengan kadar kemampuan mereka
dengan tidak memberatkan mereka sebelum mereka bersedia untuk menerimanya.
Metode ini juga membutuhkan cara berbicara dan berbahasa yang santun dan
lugas. Sikap ghiroh yang berlebihan serta terburu-buru dalam meraih tujuan
dakwah sehingga melampaui dari hikmah itu sendiri, lebih baik dihindari oleh
seorang pendakwah.
2. Metode mau’idzatul hasanah, yang ditujukan pada orang-orang yang awam
serta yang rendah tingkat pemahamannya. Saperti memberikan cerita Nabi atau
orang shaleh. Metode dakwah dengan pengajaran yang meresap hingga ke hati
para mad’u. Pengajaran yang disampaikan dengan penuh kelembutan akan dapat
melunakkan kerasnya jiwa serta mencerahkan hati yang kelam dari petunjuk dien.
Pada beberapa da’i, ada yang masih saja menggunakan metode dakwah yang
berseberangan dengan hal ini, yaitu dengan cara memaksa, sikap yang kasar, serta
kecaman-kecaman yang melampaui batas syar’i.
3. Metode mujadalah yaitu dengan cara berdiskusi , ditujukan pada orang-orang
yang tingkat pemahamannya sedang-sedang saja, yang mana rasa ingin tahunya
cukup tinggi biasanya mereka suka mempertanyakan sampai mereka. Metode
dakwah dengan menggunakan dialog yang baik, tanpa tekanan yang zalim
terhadap pihak yang didakwahi, tanpa menghina dan tanpa memburuk-burukkan
mereka. Hal ini menjadi penting karena tujuan dakwah adalah sampai atau
diterimanya materi dakwah tersebut dengan kesadaran yang penuh terhadap
kebenaran yang haq dari objek dakwah. Metode ini menghindari dari semata
karena ingin memenangkan perdebatan dengan para mad’u. paham dari yang
mereka pertanyakan, sehingga tidak ada keragu-raguan lagi.6
6 http://www.lampuislam.org/2013/10/metode-dakwah-nabi-muhammad-saw.html
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Muhammad Saw adalah rasul terakhir yang terpilih untuk melaksanakan
dakwah Islamiyah kepada umat manusia menuju keselamatan di dunia dan akhirat
2. Dakwah Islam Rasulullah Saw periode Mekah bertujuan membentuk pribadi
muslim masyarakat Mekah.
3. Dakwah Islam Rasululah Periode Madinah bertujuan untuk mendirikan
pemerintahan yang bersistem keadilan sosial dengan berlandaskan Al Qur’an
sebagai kitab undang undang dasar syariat Islam
4. Metode dakwah yang di anjurkan oleh Rasulullah ialah metode bil hikmah,
metode mauidzah hasanah, dan metode diskusi yang benar
DAFTAR PUSTAKA
Ilaihi Wahyu, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media,
2007.
http://www.lampuislam.org/2013/10/metode-dakwah-nabi-muhammad-saw.html
http://www.arrahmah.com/read/2012/11/01/24405-metode-dakwah-rasulullah-shallallahu-alaihi-wassallam.html