View
251
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal filsafat
Citation preview
MAKALAH
TINJAUAN FILSAFAT DALAM PEMBELAJARAN
BERBASIS TEORI SIBERNETIK
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh :
Kamaludin 1122060047
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke-hadirat allah yang maha esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia Nya makalah ini bisa terselasaikan dengan baik dan dapat dikumpulkan tepat
pada waktunya, adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Ilmu pada semester V. Awalnya pada pembuatan makalah ini saya
mengalami kesulitan, dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan yang saya miliki, tetapi
dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak alhamduliiah makalah ini bisa
terselesaikan dengan hasil yang cukup baik, harapan saya adalah semoga dengan makalah
yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi orang yang membaanya, dikarenakan dalam
pembelajaran akan sangat membutuhkan pemahaman filsafat sebagai alat bantu dalam
menyampaikan materi yang akan disampaikan, dengan pemahaman filsafat yang tepat dengan
materinya akan menumbuhkan motivasi, keingintahuan yang lebih dan menumbuhka
pengamatan yang beragam pada diri siswa.
i | P a g e
DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................................................i
Daftar isi ...............................................................................................................................ii
Abstrak..................................................................................................................................1
Pendahuluan .........................................................................................................................1
A. Latar belakang masalah............................................................................................1
B. Rumusan masalah ...................................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................................2
Pembahasan .........................................................................................................................4
D. Tinjauan Ontologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik....................8
E. Tinjauan Epistemologis Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Belajar Sibernetik9
1. Sensory memory atau sensory register ( SM/SR) ................................................10
2. Short Term Memory (STM)..................................................................................11
3. Long Term Memory (LTM)..................................................................................12
F. Tinjauan Aksiologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik ....................12
a. Kemampuan awal peserta didik ...............................................................................13b. Motivasi ...................................................................................................................13
c. Perhatian ..................................................................................................................14
d. Persepsi ....................................................................................................................14
e. Ingatan.......................................................................................................................14
f. Lupa..........................................................................................................................14
g. Retensi ......................................................................................................................15
h. Transfer ....................................................................................................................15
Simpulan ...................................................................................................................19
Saran ..........................................................................................................................20
ii | P a g e
I. Abstrak
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru bila di bandingkan
dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakikat manajemen pembelajaran
berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai
tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa,
terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan
informasi.
Tinjauan aspek ontologi menjelaskan daya ingatan individu terdiri dari struktur
informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis dari
informasi yang paling umum ke informasi yang paling rinci sampai informasi yang
diinginkan diperoleh. Tinjauan aspek epistemologi menjelaskan cara belajar sangat
ditentukan oleh system informasi. Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan
fungsi, kapasitas, bentuk informasi dan proses terjadinya lupa dijelaskan melalui 3
komponen: Sensory memory atau sensory register ( SM/SR), Short Term Memory
(STM), Long Term Memory (LTM).
II. Pendahuluan A. Latar belakang
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar yang sudah ada sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah
pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam
teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang
akan dipelajari siswa (Budiningsih, 2008: 81).
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang
ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang
siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari
siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
1 | P a g e
Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik:
a. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberikan stimulus berupa kuis atau
pertanyaan-pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat siswa, sehingga siswa aktif berfikir.
Dan belajar menurut sibernetik adalah pengolahan informasi oleh siswa. Pengolahan
informasi ini terjadi karena adanya stimulus dari guru yang berupa informasi.
b. Model pembelajaran open ended
Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (dalam Suherman, 2003: 124) ialah
untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui
problem solving secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis
siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal
yang harus digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dengan
bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide-ide
matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
Ini sejalan dengan hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik
adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan
cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami
stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi
Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara
jiwa dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia, maka kehidupan
manusia pun digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir (Suparlan, 2008:
91). Pendidikan, sebagai salah satu dari serangkaian persoalan yang melekat secara kodrati di
dalam kehidupan manusia dapat dianalisis secara sistematis, integral, menyeluruh,
mendasar dan objektif melalui kajian filsafat. Sebagaimana dikemukakan seorang filsuf
dari Amerika, John Dewey (dalam Imam Barnadib (1993: 3) filsafat itu merupakan teori
umum dari pendidikan, atau filsafat merupakan landasan dari semua pemikiran mengenai
pendidikan.
Persoalan manusia yang berkaitan dengan bidang pendidikan itu sendiri sebenarnya
masih merupakan suatu hamparan yang sangat luas. Apalagi pada era transformasi glabalisasi
pada dekade terakhir ini, persoalan pendidikan semakin kompleks dan rumit. Konsep
pendidikan dalam arti luas sebagaimana dijelaskan Soegarda Poerwakawatja (1976 dalam
Jalaludin, 2007: 21) sebagai perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
pengetahuan, pengalaman, kecakapan dan keterampilannya kepada generasi muda agar
2 | P a g e
dapat memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Upaya ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kedewasaan dan kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab
moral dari segala perbuatannya. Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang
bertujuan. Tujuan dari proses pekembangan tersebut secara alamiah adalah kedewasaan,
kematangan dari kepribadian manusia. Dalam upaya mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien, pendidikan membutuhkan fungsi manajemen.
Pada kajian ini bermaksud mengangkat satu fenomena persoalan pendidikan yang
berkaitan dengan manajemen pendidikan, ditinjau dari ilmu filsafat. Tinjauan filsafati yang
dimaksud meliputi ontologi, epitemologi dan aksiologi difokuskan pada persoalan
manajemen pendidikan. Bidang manajemen pendidikan memiliki objek kajian fungsi
manajemen dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
penilaian pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Ruang
lingkup persoalan manajemen pendidikan pada kajian ini secara khusus diwawas dari sudut
pandang teori belajar sibernetik, sehingga menurut wilayah kerjanya manajemen
pendidikan yang dikaji termasuk manajemen kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 6)
manajemen kelas merupakan “dapur inti “ dari seluruh jenis manajemen pendidikan,
artinya walaupun wilayah kajiannya sempit namun menempati posisi yang sangat penting
dan mendasar dalam manajemen pendidikan. Dalam manajemen kelas seringkali digunakan
istilah “pengelolaan kelas” baik yang bersifat instruksional maupun manajerial. Dalam
lingkup pengelolaan pembelajaran di kelas, guru adalah pelaksana manajemen kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian belajar menurut aliran sibernetik?
2. Bagaimanakah pendapat para tokoh tentang aliran sibernetik?
3. Bagaimana aplikasi aliran sibernetik dalam suatu pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian belajar menurut aliran sibernetik.
2. Mengetahui pendapat para tokoh mengenai aliran sibernetik.
3. Mengetahui aplikasi aliran sibernetik dalam pembelajaran.
4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan aliran sibernetik.
3 | P a g e
III. Pembahasan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha memahami
persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.
Dengan demikian filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan manusia, termasuk
masalah kehidupan dalam bidang pendidikan. Jawaban hasil pemikiran filsafat bersifat
sistematis, integral, menyeluruh dan mendasar. Filsafat dalam mencari jawaban dilakukan
dengan cara ilmiah, objektif, memberikan pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal
budi manusia, demikian halnya untuk menjawab persoalan-persoalan manusia dalam bidang
pendidikan, (Jalaludin, 2007: 125).
Pada prinsipnya filsafat menempatkan sesuatu berdasarkan kemampuan daya nalar
manusia. Kebenaran dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya
pada kemampuan daya nalar manusia. Kemampuan berpikir atau bernalar merupakan satu
bentuk kegiatan akal manusia melalui pengetahuan yang diterima melalui panca indera,
diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran.
Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang ontologi,
epistemologi dan aksiologi (Jalaludin, 2007: 126). Ontologi seringkali diidentifikasikan
dengan metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama.
Persoalan tentang ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam bidang filsafat, yang
membahas tentang realitas. Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada
sesuatu kebenaran. Realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: apakah
sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini?; apakah realitas yang tampak ini sesuatu realita
materi saja? Adakah sesuatu di balik realita itu? Apakah realitas ini terdiri dari satu bentuk
unsur (monisme), dua unsur (dualisme) atau pluralisme? Dalam pendidikan, kegiatan
membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang
kebenaran yang berpangkal atas realita merupakan stimulus untuk menyelami kebenaran
tahap pertama. Dengan demikian potensi berpikir kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran
telah dibina sejak awal oleh guru di sekolah atau pun oleh orangtua.di keluarga
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak
langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan
manusia apabila seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan
sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Tetapi tiap jenis
pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan, oleh sebab itu
4 | P a g e
agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara maksimal maka harus kita
ketahui jawaban apa saja yang bisa diberikan oleh suatu ilmu pengetahuan tertentu. Atau
dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada pengetahuan mana suatu pertanyaan harus kita
ajukan. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam
lingkup pengalaman manusia.
Ilmu berkembang dengan sangat pesat dan demikian juga jumlah cabang-cabangnya.
Hasrat untuk menspesialisasikan diri pada suatu bidang telaahnya yang memungkinkan
analisis yang makin cermat dan seksama menyebabkan objek forma (objek ontologis) dari
disiplin keilmuan menjadi kian terbatas. Diperkirakan sekarang ini terdapat 650 cabagng
keilmuan yang kebanyakan belum dikenal oleh orang awam. Pada dasarnya cabang-cabang
ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi
rumpun ilmu alam (the natural science) dan filsafat moral yang kemudian bercabang ke
dalam cabang ilmu-ilmu social (the social sciences). Ilmu alam membagi kedalam dua
kelompok lagi yakni ilmu alam (the physical science) dan ilmu hayat (the biological science).
Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam
sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energy),
kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit), dan ilmu
bumi (yang mempelajari bumi) (Jujun S. 2009 : 93)
Epistemologi adalah nama lain dari logika material atau logika mayor yang membahas
dari isi pikiran manusia, yaitu pengetahuan. Epistemologi merupakan studi tentang
pengetahuan, bagaimana mengetahui benda-benda. Pengetahuan ini berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti: cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan
jenis-jenis pengetahuan. Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan
hasil dari pemeriksaan dan penyelidika benda hingga akhirnya diketahui manusia. Dengan
demikian epistemologi ini membahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas, dan hakekat
pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan
kebenaran kepada murid-muridnya.
Pengetahuan merupakan khsanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak
langsung memperkaya kehidupan kita. Sulit dibayangkan apabila seandainnya pengetahuan
itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang
kerap kali mundul dalam kehidupan. Apa yang harus kita lakukan sekiranya anak kita demam
panas dan menderita kejang? Lagu nina bobo apa yang harus kita nyanyikan agar dia tertidur
5 | P a g e
lelap?. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang
diajukan. Oleh sebab itu agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara
maksimal, maka kita harus mengetahui jawaban apa saja yang sekiranya mungkin diberikan
oleh suatu pengetahuan tertentu. Atau dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada
pengetahuan mana suatu pertanyaan tertentu harus kita ajukan.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontology),
bagaimana (epistimologi)dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga
landasan ini saling berkaitan jadi ontology ilmu terkait dengan epistimologi ilmu dan
epistimologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Jadi apabila kita ingin
membicarakan epistimologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan dengan ontology dan aksiologi
ilmu. (Jujun S .2009 :105)
Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita.
Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permaalahan kehidupan
yang sehari-hari dihadapi manusia, dan untuk digunakan dalam menawarkan berbagai
kemudahan kepadanya. Pangetahuan ilmiah, atau ilmu, dapat diibaratkan sebagai alat bagi
manusia dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Pemecahan tersebut pada
dasarnya adalah meramalkan dan mengontrol gejala alam. Oleh sebab itulah, seringkali
dikatakan bahwa dengan ilmu manusia mencoba memanipulasi dan menguasai alam.
Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi keismpulan yang bersifat
umum dan impersonal. Sebaliknya, seni tetap bersifat individual dan personal, dengan
memusatkan perhatiannya pada pengalaman hidup manusia perseorangan 1. Pengalaman itu
diungkapkan agar dapat dialami oleh orang lain dengan jalan “menjiwai” pengalaman
tersebut. Itulah sebabnya maka Dente berkata bahwa seorang pelukis yang ingin
mengungkapkan sebuah bentuk tetapi tidak dapat menjiwainya takkan dapat
menggambarkannya.2 Penjiwaan atas pengalaman orang lain itulah yang akan mempengaruhi
sikap dan perilaku kita seperti disimpulkan oleh Somerset Maungkham bahwa manusia
memuliakan dirinya justru lewat pengalaman (penderitaan) orang lain. (Jujun. S 2009 : hal
107)
1 Rene Dubos, So Human an Animal (new york : Charles Schribner’s Sons, 1968), hal 1192 Dikutip dalam Ananda K. Coomaraswamy, The Tranformation of Nature In Arts (New York :Dover, 1956) hal 7
6 | P a g e
Aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai dan implikasi
aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua
nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai kehidupan sosio-politik)
di dalam kehidupan manusia dan membinanya ke dalam kepribadian anak. Pertanyaan yang
berkaitan dengan aksiologi adalah apakah yang baik atau bagus? (Muhammad Noor Syam,
1986 dalam Jalaludin, 2007: 84).
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi
reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan hanya menimbulkan gejala
dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau
dengan kata lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia dalam
mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan mangubah hakikat kemanusiaan itu
sendiri, atau dengan kata lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana dalam membantu manusia
untuk mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri. “bukan
lagi Gothe yang menciptakan Faust.” Meminjamkan perkataan ahli ilmu jiwa terkenal Carl
Gustav Jung, melainkan Faust yang menciptakan Goethe.
Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam
sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya : untuk apa
seharusnya ilmu itu dipergunakan ? dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan? Ke arah
mana perkembangan kailmuan harus diarahkan? Pertanyaan semacam ini jelas tidak
merupakan urgensi bagi ilmuan seperti Copernicus, Galileo, dan ilmuan seangkatannya;
namun bagi ilmuan yang hidup di abad kedua puluh yang telah mengalami dua kali perang
dunia dan hidup dalam bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga, pertanyaan pertanyaan
ini tidak dapat dielakan. Dan untuk menjawab pertanyaan ini maka ilmuan berpaling kepada
hakikat moral.
Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah
moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Corpenicus (1473-1543) mengajukan
teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bunga yang berputar
mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang telah diajarkan oleh agama,
maka timbulah interaksi ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang
berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya,
sedangkan di pihak lain, terdapat keinginan agar ilmu-ilmu mendasar kepada pernyataan-
pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan diantaranya
7 | P a g e
agama. Timbulah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang berkulminasi
pada pengadilan inkuisi. Galileo pada tahun 1633. Galileo (1564-1642), oleh pengadilan
agama tersebut, dipaksa untuk mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar mengelilingi
matahari. (Jujun. S 2009 : 233)
G. Tinjauan Ontologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik
Untuk mempersiapkan pengelolaan kelas yang efektif, siswa harus mengetahui aturan
kelas dan prosedur. Aturan kelas adalah pernyataan yang menyebutkan apa yang diharapkan
untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh siswa. Biasanya aturan dibuat secara tertulis dan
dimengerti dengan jelas oleh siswa. Sedangkan prosedur adalah cara untuk menyelesaikan
pekerjaan atau kegiatan dan jarang yang dibuat dalam bentuk tertulis. Prosedur kelas
ditetapkan oleh guru untuk menangani tugas-tugas rutin dan menginstruksikan apa yang
seharusnya dilakukan siswa. Pengelolaan kelas yang efektif akan terwujud bila konsisten
dalam menegakkan aturan dan menerapkan prosedur. Bila tidak, aturan dan prosedur apapun
akan hilang dengan cepat
Guru mencegah perilaku menyimpang dengan melancarkan pembelajaran,
yaitumenghindari masalah-masalah yang sering mengganggu kelancaran pelajaran Masalah-
masalah yang sering mengganggu kelancaran pelajaran tersebut antara lain: guru memulai
kegiatan pembelajaran dan kemudian membiarkannya menggantung tanpa penyelesaian, guru
memecah suatu kegiatan pembelajaran menjadi unit-unit yang terlalu kecil, guru mengulang-
ulang pembelajaran yang sudah dimengerti dengan jelas oleh siswa. Pada saat memulai
pelajaran dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. Guru menyambut kedatangan anak-
anak di pintu kelas dan mengucapkan selamat datang. Guru sudah menulis tujuan
pembelajaran hari itu di papan tulis sehingga segera dapat memulai pelajaran begitu masuk
ke ruang kelas.
Sebagaimana dikemukakan pada bagian pendahuluan, manajemen pendidikan yang
dimaksud pada kajian ini adalah manajemen tingkat kelas, yang dilaksanakan oleh guru
didalam mengelola pembelajaran di kelas. Fungsi manajemen pembelajaran di kelas meliputi
tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian pembelajaran.
Dari keseluruhan fungsi manajemen pembelajaran tersebut secara khusus menempatkan
aktivitas pembelajaran sebagai penerapan teori belajar sibernetik.
Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha
guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara
memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus
8 | P a g e
dari luar melalui proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah
pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Dari proses
pengolahan informasi ini akan menentukan perubahan perilaku atau hasil belajar siswa.
Pendekatan teori sibernetik yang berorientasi pada pemrosesan informasi ini dikembangkan
oleh Gagne ,Berliner, Biehler dan Snowman, Baine serta Tennyson. Teori belajar sibernetik
sebenarnya merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif, yang menekankan peristiwa
belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadinya
perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu
Model proses pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer yang
mengambil atau mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi,
kemudian menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan. Dengan
demikian kegiatan memproses informasi meliputi: (a) mengumpulkan dan menghadirkan
informasi (encoding), (b) menyimpan informasi (storage), (c) mendapatkan informasi dan
menggali informasi kembali dari ingatan pada saat dibutuhkan (retrieval). Ingatan terdiri dari
struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis dari
informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci sampai
informasi yang diinginkan diperoleh.
H. Tinjauan Epistemologis Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Belajar Sibernetik
Bagaimana proses pengolahan informasi terjadi? Berikut disajikan skema mengenai
model memproses informasi (information processing model) yang diadaptasi dari
Woolfolk (1995 dalam Baharuddin, 2007: 100) adalah sebagai berikut:
Bagan: Model Information Processing Theory
9 | P a g e
diadaptasi dari Woolfolk (1995, dalam Baharuddin, 2007: 100)
Pada teori sibernetik, cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Oleh sebab itu
tidak ada satu pun proses belajar yang ideal untuk segala situasi, dan cocok untuk semua
peserta didik. Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas,
bentuk informasi dan proses terjadinya lupa dijelaskan melalui 3 komponen berikut, yaitu:
1. Sensory memory atau sensory register ( SM/SR)
Ingatan merupakan proses mental yang menyimpan perkara-perkara yang telah
dipelajari, dan kemudian mengeluarkannya kembali sebagai tindakbalas dalam situasi
yang diperlukan, seperti menyelesaikan masalah dan aktiviti pengajaran dan
pembelajaran yang selanjutnya. Mengikut Atan Long (1968), ingatan boleh diertikan
sebagai kebolehan seseorang dalam pemilihan dan penerimaan rangsangan sebagai
maklumat dan pengalaman untuk disimpan dalam otaknya.
Fein (1978) mentafsirkan ingatan sebagai pemerosesan maklumat yang diterima
dalam otaknya, menyimpan dan mengeluarkannya. Manakala Vermon (1980)
berpendapat ingatan merupakan bentuk menyimpan maklumat-maklumat yang bermakna
untuk menjadi pengalaman pada masa depan.
Berdasarkan huraian-huraian pengertian ingatan di atas, maka bolehlah dirumuskan
bahawa ingatan merupakan proses kebolehanmanusia untuk menerima maklumat,
memproses dan menyimpannya dalam otak, kemudian mengeluarkannya ketika
diperlukan.
Sensory memory atau sensory register ( SM/SR) merupakan komponen pertama
dalam system memori. Sensory memory menerima informasi atau stimuli dari
lingkungan (seperti sinar, suara, bau, panas, warna dan lain-lain) terus-menerus melalui
alat-alat penerima (receptors). Receptors biasanya disebut sebagai alat-alat indera,
merupakan sebuah mekanisme tubuh untuk melihat, mendengar, merasakan, membau,
meraba dan perasaan (feeling). Informasi yang diterima disimpan dalam sensory memory
untuk beberapa saat saja, kurang lebih dua detik. Keberadaan sensory memory memiliki
dua Stimulus Sensory Memory (sensory register) Short Term Memory Working Memory
Perception Learn (save) Long Term Memory Retrievel (Activate memories) Executive
Control Processes implikasi dalam proses belajar siswa. Pertama, siswa harus
memberikan perhatian pada informasi yang ingin diingatnya. Kedua, waktu
mendapatkan atau mengambil informasi harus dalam keadaan sadar. Contoh, seorang
siswa diberi informasi yang sangat banyak pada suatu waktu, tanpa diberi tahu informasi
10 | P a g e
mana yang penting untuk diperhatikan, maka kemungkinan akan kesulitan untuk
mengingat dan mempelajari semua informasi.
Setelah stimuli atau informasi diterima sensory memory (sensory register), otak
mulai bekerja untuk memberi makna informasi tersebut, yang disebut sebagai persepsi.
Persepsi manusia terhadap informasi yang diterimanya berdasarkan realita objek yang
ditangkap dan pengetahuan yang telah dimiliki. Persepsi terhadap stimuli bisa saja tidak
asli karena proses persepsi dipengaruhi oleh kondisi mental, pengalaman sebelumnya,
pengetahuan, motivasi dan faktor lain. Menurut Anderson (Baharuddin, 2007: 102)
perhatian (attention) mempunyai peran penting terhadap stimuli yang ditangkap oleh
sensory memory, akan tetapi perhatian (attention) manusia sangat terbatas dan manusia
hanya dapat memberikan perhatian pada stimuli yang dibutuhkan pada saat yang sama.
2. Short Term Memory (STM)
Ingatan ini melibatkan penyimpanan bahan di dalam ingatan untuk bebrapa saat
atau minit sahaja dan jarang sekali lebih daripada itu. Jika anda diberitahu nama yang
anda tidak kenali, anda akan ingat nama tersebut buat beberapa saat dan apabila
tumpuan tidak diberikan kepadanya, ia akan hilang. Short Term Memory (STM),
adalah bagian dari memori manusia komponen kedua yang menyimpan informasi
menjadi pikiran-pikiran. Informasi yang diterima oleh seseorang dan mendapatkan
perhatian selanjutnya dikirim ke dalam sistem memori Short Term Memory (STM).
Informasi yang masuk dalam Short Term Memory (STM) berasal dari sensory
memory dan mungkin dapat pula dari komponen dasar ketiga sistem memori, yaitu
dari Long Term Memory (LTM). Keduanya seringkali terjadi bersamaan.
Salah satu cara untuk menjaga ingatan terhadap informasi dalam Short Term
Memory (STM) adalah mengulang dengan latihan (rehearsal). Oleh karena itu, latihan
sangat penting dalam proses belajar. Tanpa diulang dan dilatihkan informasi akan
hilang, apalagi jika mendapatkan informasi lain yang baru dan lebih kuat. Kapasitas
Short Term Memory (STM) sangat terbatas, kira-kira 5-9 bits infomasi yang dapat
disimpan pada saat yang sama, oleh karena itu manusia hanya dapat membedakan 5-
9 informasi pada saat bersamaan. Misalnya kita kesulitan mengingat nomor telepon
lebih 9 digit tanpa mengulang-ulang menggunakan nomor tersebut.
11 | P a g e
3. Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) merupakan bagian dari sistem memori manusia yang
menyimpan informasi untuk sebuah periode yang cukup lama. Long Term Memory
(LTM) diperkirakan memiliki kapasitas yang sangat besar dan sangat lama untuk
menyimpan informasi, namun hanya sedikit saja yang diaktifkan. Sebab hanya
informasi yang ada dan sedang dipikirkan yang dikerjakan oleh ingatan atau memori.
Informasi yang diperoleh dalam jaringan kerja ini melalui spread of actiation,
yaitu pencarian kembali informasi berdasarkan keterangannya dengan informasi-
informasi yang lain. Informasi yang tersimpan dalam LTM tidak akan pernah terhapus
atau hilang. Persoalan lupa pada tahap ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
Dengan demikian cara berpikir seseorang tergantung pada: (a) keterampilan apa
yang telah dipunyainya, (b) keterampilan serta hierarkhi apa yang diperlukan untuk
mempelajari suatu tugas. Dalam proses belajar terdapat dua fenomena, yaitu: (a)
keterampilan intelektual yang meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, serta
latihan yang diperoleh individu, (b) belajar akan lebih cepat apabila strategi kognitif
dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.
I. Tinjauan Aksiologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik
Kajian tentang hakekat teori belajar sibernetik yang diuraikan pada bagian
ontologi dan epistemologi di atas, berimplikasi pada aplikasi pengelolaan
pembelajaran yang dikelola guru agar dapat mencapai tujuan belajar secara efektif.
Woolfolk (1995 dalam Baharuddin, 2007: 108) memberikan alternatif bagaimana
tindakan pendidik untuk mengelola pembelajaran yang baik, yakni dengan
menempatkan peran penting elaborasi (elaboration), organisasi (organization) dan
konteks (context) untuk mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan
yang sudah ada dalam memori.
Elaborasi merupakan cara penambahan makna baru terhadap informasi baru
dengan cara menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada atau yang sudah
dimiliki. Dengan demikian elaborasi ini digunakan untuk membangun sebuah
pemahaman terhadap informasi baru atau mungkin proses mengubah pengetahuan
yang sudah ada. Elaborasi sebagai sebuah bentuk pengulangan, yang dapat menjaga
keaktifan kerja memori jangka panjang, sehingga cukup memungkinkan untuk
penyimpanan permanen dalam Long Term Memory (LTM).
12 | P a g e
Organisasi adalah elemen kedua dari proses belajar. Informasi yang terorganisir
dengan baik akan lebih mudah dipelajari dan diingat. Mempelajari sebuah konsep
akan lebih mudah dan diingat bila disusun dengan baik, misalnya dalam bentuk tabel,
diagram dan sebagainya. Konteks adalah elemen ketiga dari proses yang
mempengaruhi peristiwa belajar. Aspek fisik dan emosi (ruangan, emosi yang
dirasakan pada saat belajar) akan diproses dengan informasi yang dipelajari saat itu.
Sebuah informasi akan mudah dipelajari dan diingat bila konteks yang
melatarbelakangi informasi tersebut sama dengan konteks informasi yang sudah ada.
Oleh karena itu, siswa akan lebih senang belajar di ruang kelasnya sendiri yang sudah
biasa ditempati dari pada belajar di ruang lain yang baru.
Menurut Gagne dan Briggs memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang
terbatas, oleh karena itu untuk mengurangi muatan memori kerja, perlu
memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian
atau urutan pembelajaran. Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah, namun terjadi
dengan kondisikondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal.
Sehubungan hal tersebut maka pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar
sibernetik, menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang
memperhatikan kondisi internal dan eksternal.
Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses
pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru dalam
mengelola pembelajaran antara lain :
a. Kemampuan awal peserta didik
Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki
pengetahuan, atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti
pembelajaran. Tanpa adanya kemampuan prasyarat ini peserta didik ini tidak
dapat diharapkan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Kemampuan awal peserta didik dapat diukur melalui tes awal, interview atau
cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
b. Motivasi
Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya
tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar motivasi intrinsik lebih
menguntungkan karena dapat bertahan lebih lama. Kebutuhan untuk berprestasi
yang bersifat intrinsic cenderung relatif stabil, mereka ini berorientasi pada
tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan. Pendidik yang dapat
13 | P a g e
mengetahui kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat memanipulasi
motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk peserta didik.
c. Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus
yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimulus yang
datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik mengarahkan diri ke
tugas yang diberikan, melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih
dan memberikan fokus pada masalah yang akan diselesaikan, dan mengabaikan
hal-hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian
seseorang adalah factor internal yang mencakup: minat, kelelahan dan
kharakteristik pribadi, sedangkan factor eksternal mencakup: intensitas stimulus,
stimulus yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak dan penyajian
stimulus secara berkala dan berulang-ulang.
d. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang
dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya.
Persepsi sebagai tingkat awal struktur kogniti seseorang. Untuk membentuk
persepsi yang akurat mengenai stimulus yang diterima serta mengembangkannya
menjadi suatu kebiasaan perlu adanya latihan-latihan dalam bentuk berbagai
situasi. Persepsi seseorang menjadi lebih mantap dengan meningkatnya
pengalaman.
e. Ingatan
Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, dan mengeluarkan kembali
informasi yang telah diterima seseorang. Ingatan sangat selektif, yang terdiri dari
3 tahap, yaitu ingatan sensorik, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka
panjang yang relatif permanen. Penyimpanan informasi dalam jangka panjang
dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui kejadian-kejadian khusus
(episodic), gambaran (image) atau yang berbentuk verbal bersifat abstrak. Daya
ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh peserta didik.
f. Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan di dalam ingatan
jangka panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh
karena: memang tidak ada informasi yang menarik perhatian, kurang adanya
pengulangan atau tidak ada pengelompokkan informasi yang diperoleh,
14 | P a g e
mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi yang telah disimpan,
ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak pernah dipakai, materi
tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya gangguan dalam bentuk
informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali.
g. Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah
seseorang mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila seseorang belajar,
setelah beberapa waktu apa yang dipelajarinya akan banyak dilupakan, dan apa
yang diingatnya akan berkurang jumlahnya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi
retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada permulaan (original learnig), belajar
melebihi penguasaan (overlearning), dan pengulangan dengan interval waktu
(spaced review).
h. Transfer
Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat
mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar atau
transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap atau responsrespons lain dari satu situasi ke situasi lain.
Kondisi eksternal yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar dengan proses
pengolahan informasi antara lain :
a. Kondisi Belajar
Kondisi belajar, merupakanmasukkan yang dapat menyebabkan adanya
modifikasi tingkah laku yang dapat dilihat sebagai akibat dari adanya proses
belajar. Cara yang ditempuh pendidik untuk mengelola pembelajaran sangat
bervariasi tergantung pada kondisi belajar yang diharapkan. Gagne (1985)
mengklasifikasikan ada 5 macam hasil belajar, yakni: (a). keterampilan
intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi,
konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui materi yang
disajikan dalam pembelajaran di kelas, (b). strategi kognitif, kemampuan untuk
Memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal
masing-masing individu dalam memperhatikan belajar, mengingat dan berpikir,
(c). informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-
kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (d). keterampilan
15 | P a g e
motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-
gerakan yang berhubungan dengan otot. (e). sikap, suatu kemampuan internal
yang mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan
serta faktor intelektual.
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting, sebab komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus bertolak dari
tujuan belajar yang hendak dicapai dalam proses belajarnya. Tujuan belajar
yang dinyatakan secara spesifik dapat mengarahkan proses belajar, dapat
mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar, dan dapat meningkatkan motivasi
belajar.
c. Pemberian Umpan Balik
Pemberian umpan balik, merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
peserta didik, karena memberikan informasi tentang keberhasilan, kegagalan dan
tingkat kompetensinya. Berdasarkan deskripsi proses pengolahan informasi yang
terjadi merupakan interaksi faktor internal dan eksternal dari peserta didik, maka
aplikasi pengelolaan kegiatan pembelajaran berbasis teori sibernetik yang baik
untuk dilakukan bagi pendidik agar dapat memperlancar proses belajar peserta
didik adalah sebagai berikut:
1. Menarik Perhatian
Cara-cara yang dipakai pendidik untuk menarik perhatian peserta
didik adalah: mengetahui minat peserta didik, memberi pengarahan dan
petunjuk yang memotivasi, menjelaskan tujuan-tujuan belajar, topik-topik,
dan kesimpulan, memberi “advance organizer”yang menghubungkan
antara materi yang sudah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari,
mengadakan tes awal atau pertanyaan.
2. Merangsang Ingatan pada Prasarat Belajar
Cara untuk meningkatkan kemampuan mengingat peserta didik adalah
memberitahukan keberhasilan belajarnya, menyuruh mengulang kembali
materi yang dipelajari secara periodik, mempelajari materi terus-menerus
sampai menguasai sekali, memberikan latihan berkala, membuat
16 | P a g e
ringkasan, memberi waktu istirahat setelah belajar sesuatu, mengadakan
telaah kembali (review).
3. Menyajikan Bahan Stimulasi dalam Bentuk Menarik Perhatian
Penyajian yang menarik perhatian, tidak memberi materi sekaligus
dalam jumlah yang banyak, tidak menyajikan materi terlalu cepat dan
tidak memberi materi yang hampir serupa sekaligus dalam waktu yang
bersamaan dan materi bersifat kontekstual.
4. Meningkatkan retensi dan alih belajar
Meningkatkan retensi dan alih belajar dengan cara memberikan
bimbingan belajar atau latihan-latihan, membuat situasi belajar yang jelas
dan spesifik, membuat situasi belajar yang relevan dan bermakna tidak
hanya belajar materi yang baru, namun juga mengingat kembali materi
sebelumnya, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informative
dengan menilai unjuk kerja, memberikan waktu tambahan untuk materi
yang sulit dipelajari peserta didik, mencari peluang situasi belajar baru
untuk menghubungkan antara materi bari dengan materi sebelumnya.
5. Meningkatkan Transfer Belajar
Meningkatkan transfer belajar dengan beberapa cara: menyajikan
materi belajar secara teratur menurut kierarkhis belajar dari yang
sederhana ke yang sulit, memberikan kesempatan untuk mengadakan
latihan menstransfer dari materi yang dipelajari kedalam situasi yang
sesungguhnya di luar kelas, memberi kesempatan merencanakan sendiri
kesempatan untuk melakukan tugasnya, memberikan tugas-tugas yang
serupa, membaerikan materi yang bermakna bagi peserta didik.
Gagne juga menerangkan terdapat 3 prinsip kondisi eksternal (dari
pembelajaran) yang mempengaruhi proses belajar, yakni: (a) keterdekatan
(contiguity), situasi stumulus yang hendak direspon oleh siswa harus
disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan;
(b) pengulangan (repetition), situasi stimulus dan responnya perlu diulang-
ulang atau dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan
retensi belajar; (c) penguatan (reinforcement), belajar sesuatu yang baru
akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang
menyenangkan. Dengan kata lain, siswa akan kuat motivasinya untuk
17 | P a g e
mempelajari sesuatu yang baru apabila hasil belajar yang telah dicapai
memperoleh penguatan.
Disamping kondisi eksternal tersebut, juga diusulkan adanya 3 prinsip
kondisi internal yang harus ada diri siswa. Ketiga kondisi internal yang
dimaksud adalah: (a) informasi factual (factual information), (b)
kemahiran intelektual (intelectual skill) dan (c) strategi (strategy).
Menurut konsepsi Landa, model pendekatan dalam proses informasi
disebut algoritmik dan heuristic. Dalam algoritmik peserta didik dituntut
untuk berpikir sistematis tahap demi tahap linear menuju pada target
tujuan tertentu. Pada heuristic, menuntut peserta didik untuk berpikir
divergen menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus. Pada pihak lain,
Pask dan Scott menjelaskan, peserta didik dapat dibedakan menjadi
tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial atau serialist. Peserta didik
yang bertipe wholist cenderung mempelajari sesuatu dari yang paling
umum ke hal-hal yang lebih khusus. Peserta didik berpikir yang cenderung
melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah system
informasi. Peserta didik yang bertipe serialist di dalam berpikir
menggunakan cara setahap demi setahap atau secara linear.
18 | P a g e
Simpulan
1. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
2. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang
ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
3. teori tentang komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses
kontrol) antara lain:
a. Sensory Receptor (SR)
b. Working Memory (WM)
c. Long Term Memory (LTM)
4. Teori Belajar Menurut Landa
Ada dua macam proses berfikir yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir
heuristik.
5. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau
menyeluruh.
6. Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi
adalah cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
7. Kelemahan dari teori ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi
yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
19 | P a g e
Saran
Situasi stimulus yang hendak direspon oleh siswa harus disampaikan sedekat mungkin
waktunya dengan respon yang diinginkan atau keterdekatan. Situasi stimulus dan responnya
perlu diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi
belajar atau pengulangan.
20 | P a g e
Daftar pustaka
Suriasumantri S. Jujun, 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan
Baharuddin dan Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Edisi ke-1.
Yogjakarta: Aditya Media bekerjasama dengan FIP UNY.
Suparlan Suhartono. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
21 | P a g e