39
MAKALAH TINJAUAN FILSAFAT DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI SIBERNETIK Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Jurusan Pendidikan Biologi Oleh : Kamaludin 1122060047

filsafat ilmu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal filsafat

Citation preview

Page 1: filsafat ilmu

MAKALAH

TINJAUAN FILSAFAT DALAM PEMBELAJARAN

BERBASIS TEORI SIBERNETIK

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh :

Kamaludin 1122060047

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2014

Page 2: filsafat ilmu

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke-hadirat allah yang maha esa, karena atas berkat rahmat

dan karunia Nya makalah ini bisa terselasaikan dengan baik dan dapat dikumpulkan tepat

pada waktunya, adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

mata kuliah Filsafat Ilmu pada semester V. Awalnya pada pembuatan makalah ini saya

mengalami kesulitan, dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan yang saya miliki, tetapi

dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak alhamduliiah makalah ini bisa

terselesaikan dengan hasil yang cukup baik, harapan saya adalah semoga dengan makalah

yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi orang yang membaanya, dikarenakan dalam

pembelajaran akan sangat membutuhkan pemahaman filsafat sebagai alat bantu dalam

menyampaikan materi yang akan disampaikan, dengan pemahaman filsafat yang tepat dengan

materinya akan menumbuhkan motivasi, keingintahuan yang lebih dan menumbuhka

pengamatan yang beragam pada diri siswa.

i | P a g e

Page 3: filsafat ilmu

DAFTAR ISI

Kata pengantar ......................................................................................................................i

Daftar isi ...............................................................................................................................ii

Abstrak..................................................................................................................................1

Pendahuluan .........................................................................................................................1

A. Latar belakang masalah............................................................................................1

B. Rumusan masalah ...................................................................................................2

C. Tujuan ....................................................................................................................2

Pembahasan .........................................................................................................................4

D. Tinjauan Ontologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik....................8

E. Tinjauan Epistemologis Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Belajar Sibernetik9

1. Sensory memory atau sensory register ( SM/SR) ................................................10

2. Short Term Memory (STM)..................................................................................11

3. Long Term Memory (LTM)..................................................................................12

F. Tinjauan Aksiologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik ....................12

a. Kemampuan awal peserta didik ...............................................................................13b. Motivasi ...................................................................................................................13

c. Perhatian ..................................................................................................................14

d. Persepsi ....................................................................................................................14

e. Ingatan.......................................................................................................................14

f. Lupa..........................................................................................................................14

g. Retensi ......................................................................................................................15

h. Transfer ....................................................................................................................15

Simpulan ...................................................................................................................19

Saran ..........................................................................................................................20

ii | P a g e

Page 4: filsafat ilmu

I. Abstrak

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru bila di bandingkan

dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan

dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakikat manajemen pembelajaran

berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai

tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa,

terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan

informasi.

Tinjauan aspek ontologi menjelaskan daya ingatan individu terdiri dari struktur

informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis dari

informasi yang paling umum ke informasi yang paling rinci sampai informasi yang

diinginkan diperoleh. Tinjauan aspek epistemologi menjelaskan cara belajar sangat

ditentukan oleh system informasi. Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan

fungsi, kapasitas, bentuk informasi dan proses terjadinya lupa dijelaskan melalui 3

komponen: Sensory memory atau sensory register ( SM/SR), Short Term Memory

(STM), Long Term Memory (LTM).

II. Pendahuluan A. Latar belakang

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan

dengan teori-teori belajar yang sudah ada sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan

perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah

pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu

mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam

teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang

akan dipelajari siswa (Budiningsih, 2008: 81).

Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang

ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat

ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang

siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari

siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

1 | P a g e

Page 5: filsafat ilmu

Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik:

a. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberikan stimulus berupa kuis atau

pertanyaan-pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat siswa, sehingga siswa aktif berfikir.

Dan belajar menurut sibernetik adalah pengolahan informasi oleh siswa. Pengolahan

informasi ini terjadi karena adanya stimulus dari guru yang berupa informasi.

b. Model pembelajaran open ended

Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (dalam Suherman, 2003: 124) ialah

untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui

problem solving secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis

siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal

yang harus digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dengan

bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide-ide

matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Ini sejalan dengan hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik

adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan

cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami

stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi

Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara

jiwa dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia, maka kehidupan

manusia pun digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir (Suparlan, 2008:

91). Pendidikan, sebagai salah satu dari serangkaian persoalan yang melekat secara kodrati di

dalam kehidupan manusia dapat dianalisis secara sistematis, integral, menyeluruh,

mendasar dan objektif melalui kajian filsafat. Sebagaimana dikemukakan seorang filsuf

dari Amerika, John Dewey (dalam Imam Barnadib (1993: 3) filsafat itu merupakan teori

umum dari pendidikan, atau filsafat merupakan landasan dari semua pemikiran mengenai

pendidikan.

Persoalan manusia yang berkaitan dengan bidang pendidikan itu sendiri sebenarnya

masih merupakan suatu hamparan yang sangat luas. Apalagi pada era transformasi glabalisasi

pada dekade terakhir ini, persoalan pendidikan semakin kompleks dan rumit. Konsep

pendidikan dalam arti luas sebagaimana dijelaskan Soegarda Poerwakawatja (1976 dalam

Jalaludin, 2007: 21) sebagai perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan

pengetahuan, pengalaman, kecakapan dan keterampilannya kepada generasi muda agar

2 | P a g e

Page 6: filsafat ilmu

dapat memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Upaya ini dimaksudkan

untuk meningkatkan kedewasaan dan kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab

moral dari segala perbuatannya. Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang

bertujuan. Tujuan dari proses pekembangan tersebut secara alamiah adalah kedewasaan,

kematangan dari kepribadian manusia. Dalam upaya mencapai tujuannya secara efektif dan

efisien, pendidikan membutuhkan fungsi manajemen.

Pada kajian ini bermaksud mengangkat satu fenomena persoalan pendidikan yang

berkaitan dengan manajemen pendidikan, ditinjau dari ilmu filsafat. Tinjauan filsafati yang

dimaksud meliputi ontologi, epitemologi dan aksiologi difokuskan pada persoalan

manajemen pendidikan. Bidang manajemen pendidikan memiliki objek kajian fungsi

manajemen dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan

penilaian pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Ruang

lingkup persoalan manajemen pendidikan pada kajian ini secara khusus diwawas dari sudut

pandang teori belajar sibernetik, sehingga menurut wilayah kerjanya manajemen

pendidikan yang dikaji termasuk manajemen kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 6)

manajemen kelas merupakan “dapur inti “ dari seluruh jenis manajemen pendidikan,

artinya walaupun wilayah kajiannya sempit namun menempati posisi yang sangat penting

dan mendasar dalam manajemen pendidikan. Dalam manajemen kelas seringkali digunakan

istilah “pengelolaan kelas” baik yang bersifat instruksional maupun manajerial. Dalam

lingkup pengelolaan pembelajaran di kelas, guru adalah pelaksana manajemen kelas.

B.     Rumusan Masalah

1.    Apakah pengertian belajar menurut aliran sibernetik?

2.     Bagaimanakah pendapat para tokoh tentang aliran sibernetik?

3.      Bagaimana aplikasi aliran sibernetik dalam suatu pembelajaran?

C.    Tujuan

1.      Mengetahui pengertian belajar menurut aliran sibernetik.

2.      Mengetahui pendapat para tokoh mengenai aliran sibernetik.

3.      Mengetahui aplikasi aliran sibernetik dalam pembelajaran.

4.      Mengetahui kelebihan dan kelemahan aliran sibernetik.

3 | P a g e

Page 7: filsafat ilmu

III. Pembahasan

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha memahami

persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.

Dengan demikian filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan manusia, termasuk

masalah kehidupan dalam bidang pendidikan. Jawaban hasil pemikiran filsafat bersifat

sistematis, integral, menyeluruh dan mendasar. Filsafat dalam mencari jawaban dilakukan

dengan cara ilmiah, objektif, memberikan pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal

budi manusia, demikian halnya untuk menjawab persoalan-persoalan manusia dalam bidang

pendidikan, (Jalaludin, 2007: 125).

Pada prinsipnya filsafat menempatkan sesuatu berdasarkan kemampuan daya nalar

manusia. Kebenaran dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya

pada kemampuan daya nalar manusia. Kemampuan berpikir atau bernalar merupakan satu

bentuk kegiatan akal manusia melalui pengetahuan yang diterima melalui panca indera,

diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran.

Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang ontologi,

epistemologi dan aksiologi (Jalaludin, 2007: 126). Ontologi seringkali diidentifikasikan

dengan metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama.

Persoalan tentang ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam bidang filsafat, yang

membahas tentang realitas. Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada

sesuatu kebenaran. Realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: apakah

sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini?; apakah realitas yang tampak ini sesuatu realita

materi saja? Adakah sesuatu di balik realita itu? Apakah realitas ini terdiri dari satu bentuk

unsur (monisme), dua unsur (dualisme) atau pluralisme? Dalam pendidikan, kegiatan

membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang

kebenaran yang berpangkal atas realita merupakan stimulus untuk menyelami kebenaran

tahap pertama. Dengan demikian potensi berpikir kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran

telah dibina sejak awal oleh guru di sekolah atau pun oleh orangtua.di keluarga

Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak

langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan

manusia apabila seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan

sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Tetapi tiap jenis

pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan, oleh sebab itu

4 | P a g e

Page 8: filsafat ilmu

agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara maksimal maka harus kita

ketahui jawaban apa saja yang bisa diberikan oleh suatu ilmu pengetahuan tertentu. Atau

dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada pengetahuan mana suatu pertanyaan harus kita

ajukan. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam

lingkup pengalaman manusia.

Ilmu berkembang dengan sangat pesat dan demikian juga jumlah cabang-cabangnya.

Hasrat untuk menspesialisasikan diri pada suatu bidang telaahnya yang memungkinkan

analisis yang makin cermat dan seksama menyebabkan objek forma (objek ontologis) dari

disiplin keilmuan menjadi kian terbatas. Diperkirakan sekarang ini terdapat 650 cabagng

keilmuan yang kebanyakan belum dikenal oleh orang awam. Pada dasarnya cabang-cabang

ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi

rumpun ilmu alam (the natural science) dan filsafat moral yang kemudian bercabang ke

dalam cabang ilmu-ilmu social (the social sciences). Ilmu alam membagi kedalam dua

kelompok lagi yakni ilmu alam (the physical science) dan ilmu hayat (the biological science).

Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam

sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energy),

kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit), dan ilmu

bumi (yang mempelajari bumi) (Jujun S. 2009 : 93)

Epistemologi adalah nama lain dari logika material atau logika mayor yang membahas

dari isi pikiran manusia, yaitu pengetahuan. Epistemologi merupakan studi tentang

pengetahuan, bagaimana mengetahui benda-benda. Pengetahuan ini berusaha menjawab

pertanyaan-pertanyaan seperti: cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan

jenis-jenis pengetahuan. Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan

hasil dari pemeriksaan dan penyelidika benda hingga akhirnya diketahui manusia. Dengan

demikian epistemologi ini membahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas, dan hakekat

pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan

kebenaran kepada murid-muridnya.

Pengetahuan merupakan khsanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak

langsung memperkaya kehidupan kita. Sulit dibayangkan apabila seandainnya pengetahuan

itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang

kerap kali mundul dalam kehidupan. Apa yang harus kita lakukan sekiranya anak kita demam

panas dan menderita kejang? Lagu nina bobo apa yang harus kita nyanyikan agar dia tertidur

5 | P a g e

Page 9: filsafat ilmu

lelap?. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang

diajukan. Oleh sebab itu agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara

maksimal, maka kita harus mengetahui jawaban apa saja yang sekiranya mungkin diberikan

oleh suatu pengetahuan tertentu. Atau dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada

pengetahuan mana suatu pertanyaan tertentu harus kita ajukan.

Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontology),

bagaimana (epistimologi)dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga

landasan ini saling berkaitan jadi ontology ilmu terkait dengan epistimologi ilmu dan

epistimologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Jadi apabila kita ingin

membicarakan epistimologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan dengan ontology dan aksiologi

ilmu. (Jujun S .2009 :105)

Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita.

Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permaalahan kehidupan

yang sehari-hari dihadapi manusia, dan untuk digunakan dalam menawarkan berbagai

kemudahan kepadanya. Pangetahuan ilmiah, atau ilmu, dapat diibaratkan sebagai alat bagi

manusia dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Pemecahan tersebut pada

dasarnya adalah meramalkan dan mengontrol gejala alam. Oleh sebab itulah, seringkali

dikatakan bahwa dengan ilmu manusia mencoba memanipulasi dan menguasai alam.

Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi keismpulan yang bersifat

umum dan impersonal. Sebaliknya, seni tetap bersifat individual dan personal, dengan

memusatkan perhatiannya pada pengalaman hidup manusia perseorangan 1. Pengalaman itu

diungkapkan agar dapat dialami oleh orang lain dengan jalan “menjiwai” pengalaman

tersebut. Itulah sebabnya maka Dente berkata bahwa seorang pelukis yang ingin

mengungkapkan sebuah bentuk tetapi tidak dapat menjiwainya takkan dapat

menggambarkannya.2 Penjiwaan atas pengalaman orang lain itulah yang akan mempengaruhi

sikap dan perilaku kita seperti disimpulkan oleh Somerset Maungkham bahwa manusia

memuliakan dirinya justru lewat pengalaman (penderitaan) orang lain. (Jujun. S 2009 : hal

107)

1 Rene Dubos, So Human an Animal (new york : Charles Schribner’s Sons, 1968), hal 1192 Dikutip dalam Ananda K. Coomaraswamy, The Tranformation of Nature In Arts (New York :Dover, 1956) hal 7

6 | P a g e

Page 10: filsafat ilmu

Aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai dan implikasi

aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua

nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai kehidupan sosio-politik)

di dalam kehidupan manusia dan membinanya ke dalam kepribadian anak. Pertanyaan yang

berkaitan dengan aksiologi adalah apakah yang baik atau bagus? (Muhammad Noor Syam,

1986 dalam Jalaludin, 2007: 84).

Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi

reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan hanya menimbulkan gejala

dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau

dengan kata lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia dalam

mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan mangubah hakikat kemanusiaan itu

sendiri, atau dengan kata lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana dalam membantu manusia

untuk mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri. “bukan

lagi Gothe yang menciptakan Faust.” Meminjamkan perkataan ahli ilmu jiwa terkenal Carl

Gustav Jung, melainkan Faust yang menciptakan Goethe.

Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam

sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya : untuk apa

seharusnya ilmu itu dipergunakan ? dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan? Ke arah

mana perkembangan kailmuan harus diarahkan? Pertanyaan semacam ini jelas tidak

merupakan urgensi bagi ilmuan seperti Copernicus, Galileo, dan ilmuan seangkatannya;

namun bagi ilmuan yang hidup di abad kedua puluh yang telah mengalami dua kali perang

dunia dan hidup dalam bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga, pertanyaan pertanyaan

ini tidak dapat dielakan. Dan untuk menjawab pertanyaan ini maka ilmuan berpaling kepada

hakikat moral.

Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah

moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Corpenicus (1473-1543) mengajukan

teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bunga yang berputar

mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang telah diajarkan oleh agama,

maka timbulah interaksi ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang

berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya,

sedangkan di pihak lain, terdapat keinginan agar ilmu-ilmu mendasar kepada pernyataan-

pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan diantaranya

7 | P a g e

Page 11: filsafat ilmu

agama. Timbulah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang berkulminasi

pada pengadilan inkuisi. Galileo pada tahun 1633. Galileo (1564-1642), oleh pengadilan

agama tersebut, dipaksa untuk mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar mengelilingi

matahari. (Jujun. S 2009 : 233)

G. Tinjauan Ontologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik

Untuk mempersiapkan pengelolaan kelas yang efektif, siswa harus mengetahui aturan

kelas dan prosedur. Aturan kelas adalah pernyataan yang menyebutkan apa yang diharapkan

untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh siswa. Biasanya aturan dibuat secara tertulis dan

dimengerti dengan jelas oleh siswa. Sedangkan prosedur adalah cara untuk menyelesaikan

pekerjaan atau kegiatan dan jarang yang dibuat dalam bentuk tertulis. Prosedur kelas

ditetapkan oleh guru untuk menangani tugas-tugas rutin dan menginstruksikan apa yang

seharusnya dilakukan siswa. Pengelolaan kelas yang efektif akan terwujud bila konsisten

dalam menegakkan aturan dan menerapkan prosedur. Bila tidak, aturan dan prosedur apapun

akan hilang dengan cepat

Guru mencegah perilaku menyimpang dengan melancarkan pembelajaran,

yaitumenghindari masalah-masalah yang sering mengganggu kelancaran pelajaran Masalah-

masalah yang sering mengganggu kelancaran pelajaran tersebut antara lain: guru memulai

kegiatan pembelajaran dan kemudian membiarkannya menggantung tanpa penyelesaian, guru

memecah suatu kegiatan pembelajaran menjadi unit-unit yang terlalu kecil, guru mengulang-

ulang pembelajaran yang sudah dimengerti dengan jelas oleh siswa. Pada saat memulai

pelajaran dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. Guru menyambut kedatangan anak-

anak di pintu kelas dan mengucapkan selamat datang. Guru sudah menulis tujuan

pembelajaran hari itu di papan tulis sehingga segera dapat memulai pelajaran begitu masuk

ke ruang kelas.

Sebagaimana dikemukakan pada bagian pendahuluan, manajemen pendidikan yang

dimaksud pada kajian ini adalah manajemen tingkat kelas, yang dilaksanakan oleh guru

didalam mengelola pembelajaran di kelas. Fungsi manajemen pembelajaran di kelas meliputi

tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian pembelajaran.

Dari keseluruhan fungsi manajemen pembelajaran tersebut secara khusus menempatkan

aktivitas pembelajaran sebagai penerapan teori belajar sibernetik.

Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha

guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara

memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus

8 | P a g e

Page 12: filsafat ilmu

dari luar melalui proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah

pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Dari proses

pengolahan informasi ini akan menentukan perubahan perilaku atau hasil belajar siswa.

Pendekatan teori sibernetik yang berorientasi pada pemrosesan informasi ini dikembangkan

oleh Gagne ,Berliner, Biehler dan Snowman, Baine serta Tennyson. Teori belajar sibernetik

sebenarnya merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif, yang menekankan peristiwa

belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadinya

perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu

Model proses pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer yang

mengambil atau mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi,

kemudian menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan. Dengan

demikian kegiatan memproses informasi meliputi: (a) mengumpulkan dan menghadirkan

informasi (encoding), (b) menyimpan informasi (storage), (c) mendapatkan informasi dan

menggali informasi kembali dari ingatan pada saat dibutuhkan (retrieval). Ingatan terdiri dari

struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis dari

informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci sampai

informasi yang diinginkan diperoleh.

H. Tinjauan Epistemologis Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Belajar Sibernetik

Bagaimana proses pengolahan informasi terjadi? Berikut disajikan skema mengenai

model memproses informasi (information processing model) yang diadaptasi dari

Woolfolk (1995 dalam Baharuddin, 2007: 100) adalah sebagai berikut:

Bagan: Model Information Processing Theory

9 | P a g e

Page 13: filsafat ilmu

diadaptasi dari Woolfolk (1995, dalam Baharuddin, 2007: 100)

Pada teori sibernetik, cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Oleh sebab itu

tidak ada satu pun proses belajar yang ideal untuk segala situasi, dan cocok untuk semua

peserta didik. Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas,

bentuk informasi dan proses terjadinya lupa dijelaskan melalui 3 komponen berikut, yaitu:

1. Sensory memory atau sensory register ( SM/SR)

Ingatan merupakan proses mental yang menyimpan perkara-perkara yang telah

dipelajari, dan kemudian mengeluarkannya kembali sebagai tindakbalas dalam situasi

yang diperlukan, seperti menyelesaikan masalah dan aktiviti pengajaran dan

pembelajaran yang selanjutnya. Mengikut Atan Long (1968), ingatan boleh diertikan

sebagai kebolehan seseorang dalam pemilihan dan penerimaan rangsangan sebagai

maklumat dan pengalaman untuk disimpan dalam otaknya.

Fein (1978) mentafsirkan ingatan sebagai pemerosesan maklumat yang diterima

dalam otaknya, menyimpan dan mengeluarkannya. Manakala Vermon (1980)

berpendapat ingatan merupakan bentuk menyimpan maklumat-maklumat yang bermakna

untuk menjadi pengalaman pada masa depan.

Berdasarkan huraian-huraian pengertian ingatan di atas, maka bolehlah dirumuskan

bahawa ingatan merupakan proses kebolehanmanusia untuk menerima maklumat,

memproses dan menyimpannya dalam otak, kemudian mengeluarkannya ketika

diperlukan.

Sensory memory atau sensory register ( SM/SR) merupakan komponen pertama

dalam system memori. Sensory memory menerima informasi atau stimuli dari

lingkungan (seperti sinar, suara, bau, panas, warna dan lain-lain) terus-menerus melalui

alat-alat penerima (receptors). Receptors biasanya disebut sebagai alat-alat indera,

merupakan sebuah mekanisme tubuh untuk melihat, mendengar, merasakan, membau,

meraba dan perasaan (feeling). Informasi yang diterima disimpan dalam sensory memory

untuk beberapa saat saja, kurang lebih dua detik. Keberadaan sensory memory memiliki

dua Stimulus Sensory Memory (sensory register) Short Term Memory Working Memory

Perception Learn (save) Long Term Memory Retrievel (Activate memories) Executive

Control Processes implikasi dalam proses belajar siswa. Pertama, siswa harus

memberikan perhatian pada informasi yang ingin diingatnya. Kedua, waktu

mendapatkan atau mengambil informasi harus dalam keadaan sadar. Contoh, seorang

siswa diberi informasi yang sangat banyak pada suatu waktu, tanpa diberi tahu informasi

10 | P a g e

Page 14: filsafat ilmu

mana yang penting untuk diperhatikan, maka kemungkinan akan kesulitan untuk

mengingat dan mempelajari semua informasi.

Setelah stimuli atau informasi diterima sensory memory (sensory register), otak

mulai bekerja untuk memberi makna informasi tersebut, yang disebut sebagai persepsi.

Persepsi manusia terhadap informasi yang diterimanya berdasarkan realita objek yang

ditangkap dan pengetahuan yang telah dimiliki. Persepsi terhadap stimuli bisa saja tidak

asli karena proses persepsi dipengaruhi oleh kondisi mental, pengalaman sebelumnya,

pengetahuan, motivasi dan faktor lain. Menurut Anderson (Baharuddin, 2007: 102)

perhatian (attention) mempunyai peran penting terhadap stimuli yang ditangkap oleh

sensory memory, akan tetapi perhatian (attention) manusia sangat terbatas dan manusia

hanya dapat memberikan perhatian pada stimuli yang dibutuhkan pada saat yang sama.

2. Short Term Memory (STM)

Ingatan ini melibatkan penyimpanan bahan di dalam ingatan untuk bebrapa saat

atau minit sahaja dan jarang sekali lebih daripada itu. Jika anda diberitahu nama yang

anda tidak kenali, anda akan ingat nama tersebut buat beberapa saat dan apabila

tumpuan tidak diberikan kepadanya, ia akan hilang. Short Term Memory (STM),

adalah bagian dari memori manusia komponen kedua yang menyimpan informasi

menjadi pikiran-pikiran. Informasi yang diterima oleh seseorang dan mendapatkan

perhatian selanjutnya dikirim ke dalam sistem memori Short Term Memory (STM).

Informasi yang masuk dalam Short Term Memory (STM) berasal dari sensory

memory dan mungkin dapat pula dari komponen dasar ketiga sistem memori, yaitu

dari Long Term Memory (LTM). Keduanya seringkali terjadi bersamaan.

Salah satu cara untuk menjaga ingatan terhadap informasi dalam Short Term

Memory (STM) adalah mengulang dengan latihan (rehearsal). Oleh karena itu, latihan

sangat penting dalam proses belajar. Tanpa diulang dan dilatihkan informasi akan

hilang, apalagi jika mendapatkan informasi lain yang baru dan lebih kuat. Kapasitas

Short Term Memory (STM) sangat terbatas, kira-kira 5-9 bits infomasi yang dapat

disimpan pada saat yang sama, oleh karena itu manusia hanya dapat membedakan 5-

9 informasi pada saat bersamaan. Misalnya kita kesulitan mengingat nomor telepon

lebih 9 digit tanpa mengulang-ulang menggunakan nomor tersebut.

11 | P a g e

Page 15: filsafat ilmu

3. Long Term Memory (LTM)

Long Term Memory (LTM) merupakan bagian dari sistem memori manusia yang

menyimpan informasi untuk sebuah periode yang cukup lama. Long Term Memory

(LTM) diperkirakan memiliki kapasitas yang sangat besar dan sangat lama untuk

menyimpan informasi, namun hanya sedikit saja yang diaktifkan. Sebab hanya

informasi yang ada dan sedang dipikirkan yang dikerjakan oleh ingatan atau memori.

Informasi yang diperoleh dalam jaringan kerja ini melalui spread of actiation,

yaitu pencarian kembali informasi berdasarkan keterangannya dengan informasi-

informasi yang lain. Informasi yang tersimpan dalam LTM tidak akan pernah terhapus

atau hilang. Persoalan lupa pada tahap ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan

memunculkan kembali informasi yang diperlukan.

Dengan demikian cara berpikir seseorang tergantung pada: (a) keterampilan apa

yang telah dipunyainya, (b) keterampilan serta hierarkhi apa yang diperlukan untuk

mempelajari suatu tugas. Dalam proses belajar terdapat dua fenomena, yaitu: (a)

keterampilan intelektual yang meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, serta

latihan yang diperoleh individu, (b) belajar akan lebih cepat apabila strategi kognitif

dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.

I. Tinjauan Aksiologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik

Kajian tentang hakekat teori belajar sibernetik yang diuraikan pada bagian

ontologi dan epistemologi di atas, berimplikasi pada aplikasi pengelolaan

pembelajaran yang dikelola guru agar dapat mencapai tujuan belajar secara efektif.

Woolfolk (1995 dalam Baharuddin, 2007: 108) memberikan alternatif bagaimana

tindakan pendidik untuk mengelola pembelajaran yang baik, yakni dengan

menempatkan peran penting elaborasi (elaboration), organisasi (organization) dan

konteks (context) untuk mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan

yang sudah ada dalam memori.

Elaborasi merupakan cara penambahan makna baru terhadap informasi baru

dengan cara menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada atau yang sudah

dimiliki. Dengan demikian elaborasi ini digunakan untuk membangun sebuah

pemahaman terhadap informasi baru atau mungkin proses mengubah pengetahuan

yang sudah ada. Elaborasi sebagai sebuah bentuk pengulangan, yang dapat menjaga

keaktifan kerja memori jangka panjang, sehingga cukup memungkinkan untuk

penyimpanan permanen dalam Long Term Memory (LTM).

12 | P a g e

Page 16: filsafat ilmu

Organisasi adalah elemen kedua dari proses belajar. Informasi yang terorganisir

dengan baik akan lebih mudah dipelajari dan diingat. Mempelajari sebuah konsep

akan lebih mudah dan diingat bila disusun dengan baik, misalnya dalam bentuk tabel,

diagram dan sebagainya. Konteks adalah elemen ketiga dari proses yang

mempengaruhi peristiwa belajar. Aspek fisik dan emosi (ruangan, emosi yang

dirasakan pada saat belajar) akan diproses dengan informasi yang dipelajari saat itu.

Sebuah informasi akan mudah dipelajari dan diingat bila konteks yang

melatarbelakangi informasi tersebut sama dengan konteks informasi yang sudah ada.

Oleh karena itu, siswa akan lebih senang belajar di ruang kelasnya sendiri yang sudah

biasa ditempati dari pada belajar di ruang lain yang baru.

Menurut Gagne dan Briggs memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang

terbatas, oleh karena itu untuk mengurangi muatan memori kerja, perlu

memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian

atau urutan pembelajaran. Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah, namun terjadi

dengan kondisikondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal.

Sehubungan hal tersebut maka pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar

sibernetik, menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang

memperhatikan kondisi internal dan eksternal.

Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses

pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru dalam

mengelola pembelajaran antara lain :

a. Kemampuan awal peserta didik

Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki

pengetahuan, atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti

pembelajaran. Tanpa adanya kemampuan prasyarat ini peserta didik ini tidak

dapat diharapkan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Kemampuan awal peserta didik dapat diukur melalui tes awal, interview atau

cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.

b. Motivasi

Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya

tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar motivasi intrinsik lebih

menguntungkan karena dapat bertahan lebih lama. Kebutuhan untuk berprestasi

yang bersifat intrinsic cenderung relatif stabil, mereka ini berorientasi pada

tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan. Pendidik yang dapat

13 | P a g e

Page 17: filsafat ilmu

mengetahui kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat memanipulasi

motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk peserta didik.

c. Perhatian

Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus

yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimulus yang

datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik mengarahkan diri ke

tugas yang diberikan, melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih

dan memberikan fokus pada masalah yang akan diselesaikan, dan mengabaikan

hal-hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian

seseorang adalah factor internal yang mencakup: minat, kelelahan dan

kharakteristik pribadi, sedangkan factor eksternal mencakup: intensitas stimulus,

stimulus yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak dan penyajian

stimulus secara berkala dan berulang-ulang.

d. Persepsi

Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang

dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya.

Persepsi sebagai tingkat awal struktur kogniti seseorang. Untuk membentuk

persepsi yang akurat mengenai stimulus yang diterima serta mengembangkannya

menjadi suatu kebiasaan perlu adanya latihan-latihan dalam bentuk berbagai

situasi. Persepsi seseorang menjadi lebih mantap dengan meningkatnya

pengalaman.

e. Ingatan

Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, dan mengeluarkan kembali

informasi yang telah diterima seseorang. Ingatan sangat selektif, yang terdiri dari

3 tahap, yaitu ingatan sensorik, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka

panjang yang relatif permanen. Penyimpanan informasi dalam jangka panjang

dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui kejadian-kejadian khusus

(episodic), gambaran (image) atau yang berbentuk verbal bersifat abstrak. Daya

ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

f. Lupa

Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan di dalam ingatan

jangka panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh

karena: memang tidak ada informasi yang menarik perhatian, kurang adanya

pengulangan atau tidak ada pengelompokkan informasi yang diperoleh,

14 | P a g e

Page 18: filsafat ilmu

mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi yang telah disimpan,

ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak pernah dipakai, materi

tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya gangguan dalam bentuk

informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali.

g. Retensi

Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah

seseorang mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila seseorang belajar,

setelah beberapa waktu apa yang dipelajarinya akan banyak dilupakan, dan apa

yang diingatnya akan berkurang jumlahnya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi

retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada permulaan (original learnig), belajar

melebihi penguasaan (overlearning), dan pengulangan dengan interval waktu

(spaced review).

h. Transfer

Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat

mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar atau

transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan,

kebiasaan, sikap atau responsrespons lain dari satu situasi ke situasi lain.

Kondisi eksternal yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar dengan proses

pengolahan informasi antara lain :

a. Kondisi Belajar

Kondisi belajar, merupakanmasukkan yang dapat menyebabkan adanya

modifikasi tingkah laku yang dapat dilihat sebagai akibat dari adanya proses

belajar. Cara yang ditempuh pendidik untuk mengelola pembelajaran sangat

bervariasi tergantung pada kondisi belajar yang diharapkan. Gagne (1985)

mengklasifikasikan ada 5 macam hasil belajar, yakni: (a). keterampilan

intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi,

konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui materi yang

disajikan dalam pembelajaran di kelas, (b). strategi kognitif, kemampuan untuk

Memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal

masing-masing individu dalam memperhatikan belajar, mengingat dan berpikir,

(c). informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-

kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (d). keterampilan

15 | P a g e

Page 19: filsafat ilmu

motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-

gerakan yang berhubungan dengan otot. (e). sikap, suatu kemampuan internal

yang mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan

serta faktor intelektual.

b. Tujuan Belajar

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat

penting, sebab komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus bertolak dari

tujuan belajar yang hendak dicapai dalam proses belajarnya. Tujuan belajar

yang dinyatakan secara spesifik dapat mengarahkan proses belajar, dapat

mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar, dan dapat meningkatkan motivasi

belajar.

c. Pemberian Umpan Balik

Pemberian umpan balik, merupakan suatu hal yang sangat penting bagi

peserta didik, karena memberikan informasi tentang keberhasilan, kegagalan dan

tingkat kompetensinya. Berdasarkan deskripsi proses pengolahan informasi yang

terjadi merupakan interaksi faktor internal dan eksternal dari peserta didik, maka

aplikasi pengelolaan kegiatan pembelajaran berbasis teori sibernetik yang baik

untuk dilakukan bagi pendidik agar dapat memperlancar proses belajar peserta

didik adalah sebagai berikut:

1. Menarik Perhatian

Cara-cara yang dipakai pendidik untuk menarik perhatian peserta

didik adalah: mengetahui minat peserta didik, memberi pengarahan dan

petunjuk yang memotivasi, menjelaskan tujuan-tujuan belajar, topik-topik,

dan kesimpulan, memberi “advance organizer”yang menghubungkan

antara materi yang sudah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari,

mengadakan tes awal atau pertanyaan.

2. Merangsang Ingatan pada Prasarat Belajar

Cara untuk meningkatkan kemampuan mengingat peserta didik adalah

memberitahukan keberhasilan belajarnya, menyuruh mengulang kembali

materi yang dipelajari secara periodik, mempelajari materi terus-menerus

sampai menguasai sekali, memberikan latihan berkala, membuat

16 | P a g e

Page 20: filsafat ilmu

ringkasan, memberi waktu istirahat setelah belajar sesuatu, mengadakan

telaah kembali (review).

3. Menyajikan Bahan Stimulasi dalam Bentuk Menarik Perhatian

Penyajian yang menarik perhatian, tidak memberi materi sekaligus

dalam jumlah yang banyak, tidak menyajikan materi terlalu cepat dan

tidak memberi materi yang hampir serupa sekaligus dalam waktu yang

bersamaan dan materi bersifat kontekstual.

4. Meningkatkan retensi dan alih belajar

Meningkatkan retensi dan alih belajar dengan cara memberikan

bimbingan belajar atau latihan-latihan, membuat situasi belajar yang jelas

dan spesifik, membuat situasi belajar yang relevan dan bermakna tidak

hanya belajar materi yang baru, namun juga mengingat kembali materi

sebelumnya, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informative

dengan menilai unjuk kerja, memberikan waktu tambahan untuk materi

yang sulit dipelajari peserta didik, mencari peluang situasi belajar baru

untuk menghubungkan antara materi bari dengan materi sebelumnya.

5. Meningkatkan Transfer Belajar

Meningkatkan transfer belajar dengan beberapa cara: menyajikan

materi belajar secara teratur menurut kierarkhis belajar dari yang

sederhana ke yang sulit, memberikan kesempatan untuk mengadakan

latihan menstransfer dari materi yang dipelajari kedalam situasi yang

sesungguhnya di luar kelas, memberi kesempatan merencanakan sendiri

kesempatan untuk melakukan tugasnya, memberikan tugas-tugas yang

serupa, membaerikan materi yang bermakna bagi peserta didik.

Gagne juga menerangkan terdapat 3 prinsip kondisi eksternal (dari

pembelajaran) yang mempengaruhi proses belajar, yakni: (a) keterdekatan

(contiguity), situasi stumulus yang hendak direspon oleh siswa harus

disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan;

(b) pengulangan (repetition), situasi stimulus dan responnya perlu diulang-

ulang atau dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan

retensi belajar; (c) penguatan (reinforcement), belajar sesuatu yang baru

akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang

menyenangkan. Dengan kata lain, siswa akan kuat motivasinya untuk

17 | P a g e

Page 21: filsafat ilmu

mempelajari sesuatu yang baru apabila hasil belajar yang telah dicapai

memperoleh penguatan.

Disamping kondisi eksternal tersebut, juga diusulkan adanya 3 prinsip

kondisi internal yang harus ada diri siswa. Ketiga kondisi internal yang

dimaksud adalah: (a) informasi factual (factual information), (b)

kemahiran intelektual (intelectual skill) dan (c) strategi (strategy).

Menurut konsepsi Landa, model pendekatan dalam proses informasi

disebut algoritmik dan heuristic. Dalam algoritmik peserta didik dituntut

untuk berpikir sistematis tahap demi tahap linear menuju pada target

tujuan tertentu. Pada heuristic, menuntut peserta didik untuk berpikir

divergen menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus. Pada pihak lain,

Pask dan Scott menjelaskan, peserta didik dapat dibedakan menjadi

tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial atau serialist. Peserta didik

yang bertipe wholist cenderung mempelajari sesuatu dari yang paling

umum ke hal-hal yang lebih khusus. Peserta didik berpikir yang cenderung

melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah system

informasi. Peserta didik yang bertipe serialist di dalam berpikir

menggunakan cara setahap demi setahap atau secara linear.

18 | P a g e

Page 22: filsafat ilmu

Simpulan

1. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.

2. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang

ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.

3. teori tentang komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses

kontrol) antara lain:

a. Sensory Receptor (SR)

b. Working Memory (WM)

c. Long Term Memory (LTM)

4. Teori Belajar Menurut Landa

Ada dua macam proses berfikir yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir

heuristik.

5. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott

Ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau

menyeluruh.

6. Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi

adalah cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.

7. Kelemahan dari teori ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi

yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.

19 | P a g e

Page 23: filsafat ilmu

Saran

Situasi stimulus yang hendak direspon oleh siswa harus disampaikan sedekat mungkin

waktunya dengan respon yang diinginkan atau keterdekatan. Situasi stimulus dan responnya

perlu diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi

belajar atau pengulangan.

20 | P a g e

Page 24: filsafat ilmu

Daftar pustaka

Suriasumantri S. Jujun, 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular. Jakarta : Pustaka

Sinar Harapan

Baharuddin dan Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Edisi ke-1.

Yogjakarta: Aditya Media bekerjasama dengan FIP UNY.

Suparlan Suhartono. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

21 | P a g e