75
1 ANALISA KELAYAKAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN BEKU (Pangasius hypophthalmus) DI KABUPATEN BOGOR Oleh RONNY MARTHA FO3496087 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Filet Ikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fhissnckxfnjddggdhbfhfhgjjdndggggrgdbvvdggghghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhuuuhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhggfggfgfgfgfggfgfettttdsttstssssssssseerrtyyyyyyyyyyugdggsggdggsggggggggggggggggggggggggffwfrretrettyyyyyyyyyyyyyduuesidoiodoopdpppppp

Citation preview

Page 1: Filet Ikan

1

ANALISA KELAYAKAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN BEKU

(Pangasius hypophthalmus)

DI KABUPATEN BOGOR

Oleh

RONNY MARTHA FO3496087

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: Filet Ikan

2

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan jumlah penduduk maka

tingkat konsumsi masyarakat semakin meningkat. Tentu saja kebutuhan akan

daging sebagai salah satu makanan pokok juga semakin meningkat. Saat ini

tingkat konsumsi daging sapi dan daging ayam di Indonesia masih lebih tinggi

dibandingkan tingkat konsumsi daging ikan. Akan tetapi masyarakat mulai

mengalihkan konsumsi daging sapi dan ayam ke daging ikan yang disebabkan

makin meluasnya pengetahuan masyarakat akan manfaat kesehatan yang

terkandung di daging ikan, serta harganya yang relatif lebih murah (Pikiran

Rakyat, 2002).

Ikan adalah salah satu sumber pangan yang nilai gizinya sangat baik karena

antara lain mengandung protein sebesar 16 persen sampai 26 persen dari

bobotnya. Bagi tubuh manusia, protein berfungsi untuk pertumbuhan dan

penggantian sel-sel yang rusak atau aus. Selain protein, ikan mengandung

omega-3 yang berfungsi mencegah terjadinya penyakit jantung, serta

mengandung kalsium, kalium, dan fosfor yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh

kita. Mutu protein ikan cukup baik (93%) dengan nilai cerna 100, artinya seluruh

kandungan protein bahan pangan tersebut dapat dicerna dan diserap oleh usus

untuk dimanfaatkan oleh tubuh (Subiyakto, 2003).

Ikan patin (Pangasius hypophthalmus) adalah salah satu ikan yang banyak

ditemukan di perairan umum di Indonesia seperti sungai, waduk dan rawa. Ikan

patin juga memiliki sifat yang menguntungkan, antara lain fekunditas yang

tinggi, bersifat omnivora dan laju pertumbuhannya cepat sehingga dapat

dibudidayakan secara masal. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ikan

yang semakin meningkat, maka budidaya ikan patin dapat dijadikan sebagai

salah satu alternatif yang menguntungkan.

Selain itu, ikan patin dapat dijadikan sebagai bahan industri dengan

mengolahnya menjadi fillet. Hal ini dikarenakan Ikan patin memilki keunggulan

tersendiri, antara lain tidak bersisik, durinya relatif sedikit dan dagingnya putih

kemerahan serta mudah dikuliti sehingga relatif mudah dibuat fillet yang baik

Page 3: Filet Ikan

3

(Susanto dan Amri, 1999). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ikan

patin memiliki prospek yang bagus dalam agroindustri.

Fillet merupakan bahan setengah jadi dari daging ikan yang nantinya akan

diolah menjadi makanan lain seperti abon, bakso, sosis, dan juga dapat

digunakan untuk fortifikasi berbagai aneka produk olahan. Fillet memiliki

beberapa keuntungan sebagai bahan baku olahan, antara lain bebas duri dan

tulang, dapat disimpan lebih lama, serta dapat menghemat waktu dan tenaga

kerja karena penanganannya lebih mudah, sehingga akan memudahkan dan

mengefesienkan proses produksi serta meningkatkan mutu produk olahannya.

Kabupaten Bogor dipilih sebagai lokasi pendirian industri karena industri

yang akan didirikan ini berorientasi pada kedekatan dengan konsumen, bukan

kedekatan dengan sumber bahan baku. Konsumen dari produk fillet ikan patin ini

adalah pengolahan bakso ikan, sosis, dan abon, dan letak industri pengolahan

tersebut tersebar di daerah DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten

Bogor..

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan gambaran dasar tentang kemungkinan usaha fillet ikan

patin beku yang berlokasi di kabupaten Bogor.

2. Melakukan analisa sensitifitas terhadap perubahan komponen biaya

produksi yang mungkin terjadi pada usaha ini.

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup pelaksanaan penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Usaha fillet ikan patin yang dijadikan sebagai referensi adalah unit usaha

fillet ikan patin “Patin Kita” yang berlokasi di Kecamatan Dramaga

Kabupaten Bogor.

2. Usaha fillet ikan patin yang dikaji meliputi kegiatan penyiangan,

pemotongan dan pemisahan daging, pencucian, dan pembekuan.

3. Aspek yang diamati adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis

teknologis, aspek manajemen operasional, aspek finansial, serta aspek

yuridis.

Page 4: Filet Ikan

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. IKAN PATIN

Ikan patin (Pangasius hypophthalmus) banyak ditemukan di perairan

umum seperti sungai, waduk, dan rawa. Kerabat dekat ikan patin yang ada di

Indonesia umumnya memiliki ciri-ciri keluarga Pangasidae, yaitu bentuk

badannya sedikit memipih, tidak bersisik, atau sisiknya halus sekali.

Kerabat ikan patin di Indonesia cukup banyak diantaranya : Pangasius

polyuranoda (ikan juaro), Pangasius macronema (ikan roes, riu, lancang),

Pangasius micronemus (wakal, riuscaring), Pangasius nasutus (pedado),

Pangasius nieuwenhuisii (lawang). Gambar 1 di bawah ini menunjukkan gambar

fisik dari ikan patin. Berikut ini adalah klasifikasi ikan patin (Susanto dan

Amri,1999) :

Ordo : Ostariophysi

Sub ordo : Siluroidea

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius hypophthalmus.

Gambar 1. Gambar ikan patin (Pangasius hypophthalmus)

Selanjutnya Susanto dan Amri (1999) menyatakan bahwa ikan patin

memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak dengan punggung

berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120 cm. Kepala ikan

patin relatif kecil dengan bukaan di ujung kepala di sebelah bawah. Pada sudut

mulutnya terdapat dua pasang kumis yang berfungsi sebagai peraba. Ikan patin

memiliki keunggulan tersendiri, yaitu memiliki fekunditas yang tinggi, bersifat

omnivora, laju pertumbuhan yang cepat sehingga dapat diproduksi secara masal,

Page 5: Filet Ikan

5

tidak bersisik, durinya relatif sedikit dan dagingnya putih kemerahan serta mudah

dikuliti sehingga relatif mudah dibuat fillet yang baik.

B. FILLET IKAN PATIN

Fillet merupakan bahan setengah jadi dari daging ikan yang akan diolah

lagi menjadi makanan lain seperti abon, bakso, sosis, dan juga dapat digunakan

untuk fortifikasi berbagai aneka produk olahan. Secara teknis, proses pengolahan

ikan patin menjadi fillet tidak sulit. Menurut Peranginangin et.al. (1999), prinsip

dasarnya adalah daging ikan diambil, dibersihkan dari bahan-bahan yang tidak

diinginkan (tulang, sisik, kulit, dan lain-lain), dicuci, dan dibekukan. Selanjutnya

fillet dapat langsung diolah menjadi produk olahan lain.

Berikut ini beberapa keuntungan penggunaan fillet :

1. Dapat digunakan langsung untuk pengolahan produk-produk makanan

seperti bakso, sosis, kamaboko, burger dan lain-lain.

2. Tidak berbau, bebas tulang dan duri, sehingga produk-produk olahannya

mudah dikonsumsi oleh berbagai tingkat usia.

3. Suplai dan harganya relatif stabil karena fillet dapat disimpan lama dan

ini memudahkan perencanaan olahannya.

4. Biaya penyimpanan, distribusi dan transportasi lebih murah, karena fillet

merupakan bagian ikan yang bermanfaat saja.

5. Menghemat waktu dan tenaga kerja karena penanganannya lebih mudah.

6. Masalah pembuangan limbah yang relatif lebih mudah diatasi.

Satu hal penting yang perlu diperhatikan, bahwa dalam mengolah fillet

diperlukan daging ikan yang bermutu tinggi. Karena itu, cara yang ditempuh

harus selalu disertai upaya mempertahankan mutu daging ikan tetap tinggi.

Dalam hal ini penggunaan suhu rendah merupakan hal yang mutlak diperlukan,

baik selama penyiangan, pencucian, hingga pengemasan. Pencuciannya pun

menggunakan air bersih yang didinginkan (dengan es atau dengan cara lain).

Keteledoran dalam menerapkan sistem rantai dingin ini dapat berakibat

penurunan sifat fungsional fillet, yaitu kemampuan dalam membentuk gel

(Peranginangin et.al.,1999).

Page 6: Filet Ikan

6

C. STUDI KELAYAKAN

Studi kelayakan merupakan evaluasi pendahuluan yang bertujuan untuk

menghemat waktu dan biaya evaluasi sehingga investor dapat menentukan

apakah proyek masih berarti untuk dilanjutkan atau harus dihentikan. Laporan

studi kelayakan haruslah meyakinkan, dengan disertai tentang harapan

keberhasilan proyek, dengan didukung oleh bukti-bukti realistis dan dengan tidak

lupa menunjukkan berbagai resiko yang mungkin dihadapi (Sutojo,1993).

Menurut Husnan dan Suwarsono (1997), studi kelayakan adalah penelitian

tentang dapat tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil.

Umumnya penelitian studi kelayakan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar,

teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara.

Tolak ukur studi kelayakan adalah nilai moneter. Dalam studi kelayakan,

semua komponen manfaat dan biaya dinilai dengan harga pasar. Penilaian

terhadap keadaan dan prospek suatu industri dilakukan atas kriteria tertentu yang

disusun dengan mempertimbangkan manfaat bagi perusahaan dan negara.

Kriteria-kriteria tersebut mencakup aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis

teknologis, aspek manajemen operasional dan aspek finansial (Sutojo, 1993).

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Menurut Sutojo (1993), dalam melakukan analisa aspek pasar dan

pemasaran terdapat lima hal yang diteliti yaitu kedudukan produk yang

direncanakan akan diluncurkan, komposisi dan perkembangan permintaan

dari masa yang telah lampau hingga sekarang, proyeksi permintaan produk di

masa mendatang, kemungkinan persaingan dengan industri sejenis serta

peranan pemerintah dan swasta dalam menunjang perkembangan pemasaran

produk. Husnan dan Suwarsono (1997) menambahkan, bahwa analisa aspek

pasar dan pemasaran terhadap usulan suatu proyek ditujukan untuk

mendapatkan gambaran mengenai besar pasar potensial yang tersedia untuk

masa yang akan datang, besar pangsa pasar yang dapat diserap oleh proyek

tersebut dari keseluruhan pasar potensial, serta perkembangan pangsa pasar

tersebut di masa yang mendatang dan gambaran mengenai strategi pemasaran

yang digunakan untuk mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan.

2. Aspek Teknis Teknologis

Page 7: Filet Ikan

7

Aspek teknis teknologis merupakan aspek yang berkenaan dengan

proses pembangunan industri secara teknis dan operasi setelah industri itu

dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1997). Ditambahkan oleh Sutojo (1993),

evaluasi aspek teknis teknologis meliputi penentuan kapasitas produksi

ekonomis proyek, jenis teknologi yang paling cocok serta penggunaan mesin

dan peralatan. Di samping itu perlu diteliti dan diajukan saran tentang tempat

dan tata letak pabrik.

Dari hasil analisa aspek teknologis maka dapat diketahui rancangan

awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Pelaksanaan

dari evaluasi aspek teknologis seringkali tidak memberikan keputusan yang

baku, atau dengan kata lain masih tersedia berbagai alternatif jawaban.

Karenanya sangat perlu diperhatikan suatu atau beberapa pengalaman pada

proyek lain yang serupa dilokasi lain dengan menggunakan teknik dan

teknologi serupa. Keberhasilan penggunaan teknologi serupa di tempat lain

sangat membantu dalam pengambilan keputusan akhir, setidaknya

memperhatikan pengalaman di tempat lain tidak dapat begitu saja

ditinggalkan (Husnan dan Suwarsono, 1997).

a. Pemilihan Teknologi

Biasanya suatu produk tertentu dapat diproses dengan lebih dari

satu cara. Ketepatan pemilihan teknologi yang sesuai menggunakan

kriteria derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat ekonomi yang

diharapkan, bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penerapan

teknologi sejenis di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam

pengoperasiannya, dan pertimbangan kemungkinan teknologi lanjutan.

b. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya

diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal, dengan

mengkombinasikan faktor internal dengan faktor eksternal perusahaan.

Faktor eksternal adalah pangsa pasar yang mungkin diraih, sedangkan

faktor internal adalah usaha pemasaran yang dilakukan dan variabel

teknik yang berkaitan langsung dengan proses produksi (Husnan dan

Suwarsono, 1997).

Page 8: Filet Ikan

8

Faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan kapasitas produksi

adalah :

1. Batasan permintaan, yang telah diketahui dalam dalam

penghitungan pangsa pasar.

2. Tersedianya kapasitas mesin yang dibatasi oleh kapasitas teknis atau

kapasitas ekonomis.

3. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja

4. Kemampuan finansial dan manajemen

5. Antisipasi terhadap kemungkinan perubahan teknologi.

c. Penentuan Lokasi

Lokasi penting bagi perusahaan, karena mempengaruhi kedudukan

perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup

perusahaan tersebut. Penentuan lokasi yang kurang tepat merupakan

salah satu penyebab perusahaan beroperasi secara tidak efisien dan

efektif, sehingga biaya operasi menjadi tinggi. Oleh karena itu dalam

penentuan lokasi suatu industri diperlukan suatu pengkajian terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dari industri tersebut. Lokasi

suatu industri sangat dipengaruhi oleh strategi pemerintahan, letak

sumber bahan baku, daerah pemasaran, serta faktor lingkungan (Sutojo,

1993).

Menurut Husnan dan Suwarsono (1997), variabel yang perlu

diperhatikan dalam penentuan lokasi proyek dibedakan menjadi 2 (dua)

golongan, yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer akan

berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi dan distribusi

dari proyek yang akan didirikan. Faktor primer tersebut adalah :

1. Ketersediaan bahan baku

2. Letak pasar yang dituju

3. Tenaga listrik dan air

4. Ketersediaan tenaga kerja

5. Fasilitas transportasi

Faktor sekunder yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan

lokasi proyek adalah :

Page 9: Filet Ikan

9

1. Hukum dan peraturan yang berlaku

2. Iklim, keadaan tanah

3. Sikap dari masyarakat setempat, termasuk adat istiadatnya

4. Rencana masa depan perusahaan, dalam kaitannya dengan perluasan

d. Perencanaan Tata Letak Mesin dan Ruangan

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan

penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Perencaan ini

bertujuan untuk mengoptimalkan keterkaitan antar pekerja, aliran bahan,

aliran informasi dan metoda yang dibutuhkan dalam rangka mencapai

tujuan perusahaan secara efisien, ekonomis dan aman (Apple, 1990).

Keterkaitan aktivitas akan menjadi pedoman dalam perancangan

tata letak ruang suatu pabrik secara menyeluruh. Derajat hubungan

aktivitas dapat diberi sandi sebagai berikut :

A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antar

kegiatan yang satu harus saling berdekatan dan bersebelahan

dengan kegiatan yang lain

E (especially important) menunjukkan bahwa letak antar

kegiatan harus bersebelahan

I (important) menunjukkan bahwa letak antara satu kegiatan

dengan kegiatan lain cukup berdekatan

O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara satu kegiatan

dengan kegiatan lain tidak harus saling berdekatan

U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara satu kegiatan

dengan kegiatan lain bebas dan tidak saling terkait

X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara satu kegiatan

dengan kegiatan lain tidak boleh saling berdekatan, atau harus

saling berjauhan.

Derajat keterkaitan ini kemudian digunakan dalam bagan

keterkaitan antar aktivitas. Berdasarkan bagan keterkaitan antar aktivitas

kemudian disusun suatu tata letak fasilitas. Tabel 1 menunjukkan alasan

dalam penilaian derajat hubungan aktivitas.

Page 10: Filet Ikan

10

Tabel 1. Derajat hubungan antar aktivitas.

Sandi Alasan

1 Urutan Kerja

2 Penggunaan Peralatan Yang Sama

3 Penggunaan Ruang Yang Sama

4 Penggunaan Pekerja Yang Sama

5 Efisiensi Jarak, Waktu dan Kerja

6 Kemudahan Melakukan Pengawasan

7 Adanya Kontak Kerja

8 Adanya Komunikasi Lisan Atau

Tulisan

Sumber : Apple (1990)

3. Aspek Manajemen Operasional

Menurut Ariyoto (1980), manajemen adalah cara mencapai tujuan dari

sumber-sumber yang ada. Sumber-sumber ini adalah uang (modal), mesin

dan peralatan, tenaga kerja, dan material. Dalam aspek manajemen dan

operasi ini terutama dibahas tentang pertimbangan-pertimbangan pokok

dalam membentuk organisasi, bentuk kepemilikan, struktur organisasi,

deskripsi tugas, tenaga kerja dan persyaratannya, dan jadwal proyek.

Analisa aspek manajemen operasional dimaksudkan untuk memberikan

gambaran mengenai struktur organisasi dan perusahaan sehingga akan

diketahui tenaga manajemen apa dan berapa yang diperlukan untuk

mengelola proyek secara berhasil (Sutojo, 1993).

4. Aspek Finansial

Menurut Edris (1983) masalah yang hendak dikaji dalam aspek

finansial adalah masalah keuntungan proyek. Kesehatan keuangan

perusahaan ditentukan oleh profitabilitas dan likuiditas, namun profitabilitas

adalah yang terpenting. Evaluasi finansial dimaksudkan untuk

memperkirakan jumlah dana yang diperlukan, baik untuk dana tetap

maupun modal kerja awal. Selain itu pada evaluasi aspek finansial juga

dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan,

Page 11: Filet Ikan

11

sumber dana modal yang digunakan, berapa bagian dari jumlah kebutuhan

dana tersebut yang wajar dibiayai dari pinjaman pihak ketiga serta dari

mana sumbernya dan berapa besarnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisa finansial adalah

diantaranya modal investasi, modal kerja, dan penyusutan (Ariyoto, 1980).

Menurut Kadariah et al (1987), analisa finansial suatu proyek memandang

perbandingan pengeluaran uang dan perolehan keuntungan dari proyek

tersebut. Bila analisa tersebut menunjukkan net benefit yang positif, maka

proyek tersebut dapat dilanjutkan. Bila sebaliknya, yaitu jika net benefit

bernilai negatif, maka proyek tersebut sebaiknya dibatalkan.

Menurut Gray et al (1997), analisa finansial dalam kerangka evaluasi

proyek lebih bersifat analisa tentang arus dana, baik dana tetap maupun

modal kerja awal. Proyek dikatakan layak dijalankan secara finansial

dengan melihat kriteria-kriteria investasi sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV), yaitu selisih antara nilai sekarang dari

penerimaan (benefit) dengan nilai sekarang dari pengeluaran (cost)

pada tingkat suku bunga tertentu.

2. Internal Rate Of return (IRR), yaitu suatu tingkat bunga modal yang

mengakibatkan nilai sekarang dari aliran uang suatu proyek sama

dengan nol.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), yaitu perbandingan antara NVP

positif terhadap NVP negatif.

4. Break Even Point (BEP), waktu pengembalian investasi awal dimana

keputusan yang diambil berdasarkan kriteria waktu.

5. Analisa sensitifitas, analisa mengenai sensitifitas proyek terhadap

perubahan kenaikan biaya operasional maupun perubahan harga jual

produk.

5. Aspek Yuridis

Aspek yuridis juga merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya

dalam hal pendirian usaha karena dalam aspek yuridis seperti yang

diterangkan oleh Ariyoto (1980) dibahas mengenai perijinan usaha, status

Page 12: Filet Ikan

12

usaha, pajak dan lain sebagainya. Aspek ini sangat berkaitan langsung

dengan langkah yang diambil oleh badan usaha. Untuk menampung aspirasi

dalam tujuan usaha diperlukan suatu wadah untuk melegalisasi usaha.

Page 13: Filet Ikan

13

III. METODE PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Ikan patin digolongkan sebagai salah satu komoditas unggulan sub-sektor

perikanan yang dapat digunakan untuk menanggulangi krisis moneter dan

ekonomi dikarenakan mempunyai sifat yang menguntungkan yaitu ukuran per

individu yang besar, kebiasaan makan yang omnivora, mudah bertelur, serta

memiliki mutu daging yang digemari masyarakat luas.

Selain itu ikan patin pun memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan untuk

membuat fillet yang baik. Hal tersebut menyebabkan kegiatan usaha fillet ikan

patin memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Kajian Usaha fillet Ikan

Patin dilakukan agar dapat memberikan gambaran kepada pihak-pihak yang

terkait dalam pendirian usaha fillet ikan patin sejauh mana usaha ini dapat

memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Gambaran selengkapnya

mengenai kerangka pemikiran ada pada Lampiran 1.

B. METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran dan

keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan studi kelayakan yang akan

dikaji, sehingga diharapkan data-data yang diperoleh dapat digunakan untuk

pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan.

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan survei lapangan dengan

instansi serta para pakar pada bidang terkait, diantaranya dengan Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, diskusi dan pencatatan data

dengan pimpinan usaha serta karyawan Usaha fillet Ikan Patin “Patin Kita”, serta

pengamatan terhadap kegiatan usaha fillet ikan patin beku. Data primer yang

dikumpulkan meliputi komponen dan nilai investasi, biaya tetap, biaya variabel,

modal investasi, teknik pembenihan, pemasaran hasil usaha, serta komponen

keputusan penentuan lokasi usaha.

Data sekunder berupa informasi-informasi yang berhubungan dengan objek

penelitian yang diperoleh dari studi pustaka, serta laporan dari berbagai instansi.

Data sekunder meliputi data potensi dan keadaan umum wilayah, harga tanah,

Page 14: Filet Ikan

14

pajak bumi dan bangunan, data volume perdagangan ikan patin dan fillet ikan,

serta biaya tetap dan tidak tetap. Data sekunder diperoleh melalui pencatatan

data yang telah tersedia di instansi-instansi terkait seperti data dari Biro Pusat

Statistik (BPS), BAPPEDA Kabupaten Bogor, departemen kelautan dan

perikanan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, perpustakaan,

kantor kecamatan, serta instansi terkait lainnya.

C. ANALISA DATA

Analisa data bertujuan untuk meyederhanakan data dalam bentuk yang

mudah dipahami. Analisa data meliputi analisa aspek pemasaran, analisa aspek

teknis teknologis, analisa aspek manajemen operasional, analisa aspek yuridis,

dan analisa aspek finansial. Data yang sudah terkumpul diolah dengan bantuan

komputer dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk

mengelompokkan dan mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah dalam

melakukan analisa data.

1. Analisa Pasar dan Pemasaran

Analisa pasar dan pemasaran berpedoman pada Husnan dan Suwarsono

(1997), yang menyatakan bahwa aspek pasar dan pemasaran mempelajari :

a. Permintaan produk serta proyeksi permintaan produk tersebut pada masa

yang kan datang.

b. Supply yang berasal dari dalam negri maupun impor dan

perkembangannya, serta faktor yang mempengaruhinya seperti produk

saingannya.

c. Harga produk dan perbandingannya dengan barang-barang impor atau

produksi dalam negri lainnya, serta kecenderungan harga tersebut.

2. Analisa Teknis dan Teknologis

Analisa teknis dan teknologis mengkaji pemilihan teknologi, penentuan

kapasitas produksi, pemilihan lokasi pabrik, serta tata letak mesin dan ruangan.

Kapasitas produksi ditentukan dari hasil analisa aspek pemasaran. Kebutuhan

ruang dan tata letak ditentukan dengan menggunakan konsep lay out produk

(lay out garis) dimana mesin dan peralatan disusun berdasarkan urutan operasi

pembuatan produk dan derajat hubungan antar aktivitasnya.

3. Analisa Manajemen Operasional

Page 15: Filet Ikan

15

Kajian aspek manajemen operasional ini meliputi :

a. Rencana struktur organisasi yang sesuai

Struktur organisasi perusahaan formal dapat membantu

menjelaskan tugas, wewenang, dan tanggung jawab manajemen.

b. Pelaporan

Segala bentuk kegiatan perusahaan akan dicatat. Hal ini diperlukan

untuk mengendalikan perusahaan agar dapat berjalan dengan baik.

c. Kebutuhan tenaga kerja dan spesifikasinya

Setiap tenaga kerja dibutuhkan persyaratan tertentu ditinjau dari

pendidikan, pengalaman, kesehatan dan lain sebagainya yang

menunjang fungsi tugas dari pekerjaannnya.

4. Analisa Finansial

Analisa finansial mengkaji jumlah dan sumber dana yang digunakan, serta

keuntungan yang didapat setelah proyek berjalan. Dari perhitungan tersebut

dapat diperoleh sebuah keputusan apakah proyek bisa menguntungkan secara

finansial bagi investor. Faktor-faktor yang dikaji adalah sebagai berikut :

a. Net Present Value (NPV)

NPV adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang

investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih

(operasional maupun terminal arus kas) di masa yang akan datang. Untuk

menghitung nilai sekarang, tingkat bunga yang dianggap relevan perlu

ditentukan terlebih dahulu. Tingkat bunga tersebut dapat diperoleh dengan

memelihara tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang berlaku di pasar

modal atau dengan mempergunakan tingkat bunga pinjaman yang harus

dibayar oleh pemilik proyek (Gray et al, 1997).

Menurut Gray et al (1997), formula yang digunakan untuk menghitung

NPV adalah :

NPV = 0 (1 )

n

tt

Bt Cti=

−+∑

dimana

Page 16: Filet Ikan

16

Bt = benefit social bruto pada tahun t

C = biaya social bruto sehubungan dengan proyek pada tahun t

i = tingkat suku bunga pada periode-i

t = periode investasi (t=0, 1, 2, 3, ...,n)

Dari hasil perhitungan nilai NPV, akan memunculkan tiga

kemungkinan, yaitu apabila hasil perhitungan nilai NPV dalam evaluasi

suatu proyek didapatkan nilai yang lebih besar atau sama dengan nol, maka

artinya proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Apabila hasil

perhitungan NPV menghasilkan nilai sama dengan nol, proyek tersebut

akan mengembalikan biaya persis sebesar opportunity cost faktor produk

modal. Sedangkan apabila dari hasil perhitungan NPV mengahasilkan nilai

kurang dari nol, hal ini berarti bahwa proyek tidak dapat menghasilkan

senilai biaya yang dipergunakan dan oleh karena itu pelaksanaannya harus

ditolak (Gray et al, 1997).

b. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Sutojo (1993), IRR adalah tingkat bunga yang bila

dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun

operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi

proyek. Pada dasarnya IRR menggambarkan persentase laba nyata yang

dihasilkan proyek. IRR adalah nilai discount rate social yang membuat

NPV proyek sama dengan nol. Formula matematik IRR menurut Gray et al

(1997) adalah :

0 (1 )

n

tt

Bti= +∑

= 0 (1 )

n

tt

Cti= +∑

atau 0 (1 )

n

tt

Bt Cti=

−+∑

= 0

dimana

Bt = benefit social bruto pada tahun t

Ct = biaya social bruto sehubungan dengan proyek pada tahun t

i = tingkat suku bunga (%)

n = umur ekonomis proyek

Page 17: Filet Ikan

17

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan angka perbandingan antar jumlah present value

yang positif dengan present value yang negatif. Secara umum Gray et al

(1997) menjelaskan rumus Net B/C sebagai berikut :

0 (1 )

n

tt

Bt Cti=

−+∑

untuk Bt Ct− > 0

Net B/C =

0 (1 )

n

tt

Ct Bti=

−+∑

untuk Bt Ct− < 0

Kriteria kelayakan proyek adalah jika Net B/C lebih besar sama

dengan satu dan dikatakan tidak layak apabila kurang dari satu.

d. Break Even Point (BEP)

Menurut Sotojo (1993), proyek dikatakan impas apabila jumlah hasil

penjualan produk pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya

yang ditanggung dimana proyek tersebut tidak mengalami kerugian tetapi

juga tidak mengalami untung. Jumlah hasil penjualan minimal yang harus

dilampaui dapat dihitung dengan rumus :

N = BT

h bv−

dimana

N = jumlah penjualan yang dicari

BT = jumlah biaya yang ditanggung oleh proyek tiap masa

operasi tertentu

h = harga jual yang direncanakan untuk setaip satuan produk

bv = jumlah biaya variable tiap satuan produk

e. Jangka Waktu Pengembalian Modal (Pay Back Period)

Page 18: Filet Ikan

18

Pay Back Period menunjukkan berapa lama modal yang ditanam

dalam investasi akan kembali, dimana pengembalian modal ini

dipandang dari arus kas masuk (cash in flow). Penilaian terhadap Pay

Back Period dilakukan dengan menggunakan rumus

0

0( )( / , , ) 0Rk Ek P F i k P− − >∑ dimana :

m = nilai pay back period

R = pendapatan bersih untuk periode ke-i

E = pengeluaran untuk periode ke-k

P = investasi awal

f. Analisa Sensitivitas

Analisa sensitivitas bertujuan untuk mengkaji sejauh mana

perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial mempengaruhi keputusan

yang diambil. Gray et al (1997) menambahkan bahwa analisa sensitivitas

diperlukan apabila terjadi kesalahan dalam menilai suatu biaya atau

manfaat serta untuk mengantisipasi terjadinya perubahan suatu unsur

harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu

dilakukan mengingat proyeksi-proyeksi yang dilaksanakan mengandung

unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi dimasa yang akan datang.

Gray et al (1997) menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang

mungkin terjadi adalah sebagai berikut :

• Kenaikan dalam biaya kontruksi (cost over-run) karena perhitungan

yang terlalu rendah dimana kemudian ternyata pada saat

pelaksanaan biaya-biaya meningkat karena peningkatan harga

peralatan, mesin dan bahan bangunan.

• Perubahan dalam harga hasil produksi, misalnya karena turunnya

harga produk di pasaran umum.

• Terjadinya penurunan pelaksanaan pekerjaan (produktivitas

menurun), dan lain-lain.

Page 19: Filet Ikan

19

Page 20: Filet Ikan

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISA PASAR DAN PEMASARAN

Fillet patin merupakan bahan baku untuk industri pengolahan lanjutan

lainnya, seperti industri pengolahan sosis dan industri pengolahan bakso. Oleh

karena itu, pangsa pasarnya adalah industri-industri pengolahan lanjutan lainnya,

baik skala besar maupun kecil. Fillet patin merupakan produk baru, di Kabupaten

Bogor industri pengolahan fillet patin hanya terdapat di Kecamatan Dramaga,

yaitu industri pengolahan fillet patin “Patin Kita” yang merupakan proyek

percontohan milik IPB, sedangkan di wilayah Indonesia lainnya sampai saat ini

belum tercatat di departemen perindustrian dan perdagangan.

1. Permintaan dan Penawaran

Data permintaan dan penawaran fillet ikan patin tidak tercatat di

Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta di Departemen Kelautan

dan Perikanan, begitu pula di Dinas Perindustrian dan Perdagangan maupun

di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Hal ini karena fillet

patin merupakan produk baru.

Begitu pula data permintaan dan penawaran fillet ikan untuk pasar

domestik tidak tercatat di Departemen Kelautan dan Perikanan maupun

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Data yang tercatat pada kedua

departemen tersebut adalah data perkembangan ekspor komoditi hasil

perikanan, untuk fillet/hasil perikanan lainnya yaitu sebesar 11.571.942 kg

pada tahun 2001 dan 15.622.156 kg pada tahun 2002, atau naik sebesar 35

persen. (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004). Data selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 2.

Dalam beberapa tahun terakhir ini ekspor komoditi perikanan Indonesia

terus menunjukkan laju kenaikan. Berbeda dengan komoditi lain yang

mengalami kemerosotan ekspor sebagai dampak krisis moneter, ekspor

produk perikanan hampir tidak terpengaruh oleh resesi ekonomi bahkan

nilainya cenderung meningkat. Dari data ekspor perikanan tahun 1994 – 1998

menunjukkan kenaikan 7,01 % pertahun (volume) dan 4,9 % pertahun (nilai)

(Ditjen Perikanan, 2000). Kecenderungan ini nampaknya disebabkan karena

Page 21: Filet Ikan

21

kandungan lokal komoditi perikanan sangat tinggi sehingga daya saingnya di

pasaran global lebih kuat. Selain itu pula kekurangan pasokan ikan di pasaran

dunia ikut mempengaruhi kecenderungan tersebut, dimana menurut FAO

diperkirakan kekurangan tersebut hingga tahun 2010 dapat mencapai 2 juta

ton pertahun.

Tabel 2. Perkembangan ekspor komoditi hasil perikanan menurut komoditas utama Tahun 2001-2002.

Komoditas Utama Volume (kg)

Tahun 2001 Tahun 2002 Kenaikan (%)

Udang Tidak Beku 3 373 201 2 958 277 -12,30

Udang Beku 36 257 874 36 214 324 -0,12

Udang Dalam Kaleng 642 544 1 463 510 127,77

Tuna Segar 7 907 122 8 976 410 13,52

Tuna/Cakalang Beku 5 419 738 6 702 690 23,67

Tuna Dalam Kaleng 9 828 919 9 579 144 -2,54

Ikan Lainnya Hdp/Sgr 24 050 819 22 943 870 -4,60

Ikan Lainnya Beku 23 537 753 26 904 991 14,31

Ikan Kering/Asin/Asap 2 660 913 3 327 317 25,04

Ikan Lainnya Kaleng 479 008 347 628 -27,43

Kepiting Segar/Dingin 1 483 339 1 275 554 -14,01

Kepiting Beku 912 723 1 076 996 18,00

Kepiting Dalam Kaleng 1 534 120 2 185 679 42,47

Paha Kodok 1 008 247 1 316 591 30,58

Ubur-ubur Kering/Asin 1 791 964 3 417 153 90,69

Siput/Bekicot 1 087 090 952 654 -12,37

Kerupik Udang 1 846 251 2 280 585 23,53

Lemak dan Minyak Ikan 7 429 120 692 1524,61

Rumput Laut Kering 9 204 296 8 192 820 -10,99

Koral dan Kulit Kerang 1 008 462 1 256 292 24,58

Mutiara 14 204 2 616 -81,58

Ikan Hias 1 103 818 1 389 040 25,84

Ikan Kering Teri Asin 1 980 805 1 999 450 0,98

Hasil Perikanan Lain 11 571 942 15 622 156 35,00

Jumlah Total 148 711 861 160 506 443 7,93

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2004.

Pasar domestik cukup besar, dari produksi perikanan 1998 tercatat 4,7

juta ton yang dipasarkan dalam negeri dan ini masih belum cukup memenuhi

Page 22: Filet Ikan

22

kecukupan pangan penduduk akan ikan. Berdasarkan tingkat konsumsi ikan

per kapita penduduk Indonesia pada tahun 1998 baru mencapai 19,25

kg/kapita/tahun atau 72,5 % dari standar kecukupan pangan akan ikan

sebesar 26,55 kg/kapita/tahun (Kusumastanto, 2001). Dengan ditargetkan 22

kg/kapita saja, pasar domestik masih memerlukan tambahan pasok ikan lebih

0,5 juta ton/tahun (Suboko, 2001).

Dari data-data diatas maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

peluang pasar produk olahan hasil perikanan masih luas. Untuk menentukan

kapasitas produksi yang direncanakan, akan menggunakan data referensi dari

Unit Usaha fillet ‘Patin Kita’ yang merupakan unit usaha yang sejenis

dengan industri yang akan didirikan. Kapasitas produksi unit usaha fillet

‘Patin Kita’ mencapai 144 ton per tahunnya.

2. Penentuan Harga Jual

Fillet patin yang akan dipasarkan, dikemas dalam kemasan plastik.

Harga jual yang ditetapkan sebesar Rp. 19.300,- per kg berdasarkan harga

jual dengan margin keuntungan sebesar 35%. Penghitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 2. Dalam penentuan harga jual, margin

ditentukan dengan angka dari 1-100% dan margin yang diinginkan

dinyatakan dalam persentase (Ibrahim, 1998).

Pada tahun 2003, harga ikan patin di wilayah Kabupaten Bogor di

tingkat petani adalah Rp. 6000,- per kg, sedangkan harga di tingkat pengecer

berkisar antara Rp. 7000 – Rp. 7500 per kg. Oleh karena itu penetapan harga

bahan baku untuk industri fillet patin ini menggunakan harga bahan baku

terendah di tingkat pengecer, yaitu sebesar Rp. 7000,- per kg.

3. Konsep Produk

Menurut Peranginangin (1999), fillet ikan merupakan bahan setengah

jadi dari daging ikan yang nantinya akan dijadikan lagi menjadi makanan lain

seperti bakso, abon, dan sosis. Oleh karena itu target pasar yang akan

dijadikan sebagai konsumen untuk industri fillet ikan patin ini adalah

produsen pengolahan makanan berbahan dasar daging atau ikan.

Konsumsi fillet untuk konsumen rumah tangga tidaklah populer di

Indonesia dikarenakan harga fillet yang relatif lebih mahal dibandingkan

Page 23: Filet Ikan

23

harga ikan atau daging segar. Sebagai perbandingan, harga ikan patin segar di

pasaran berkisar diantara Rp. 9000 – Rp. 11.000,- per kg, sedangkan harga

fillet di iusaha yang akan direncanakan ini adalah Rp. 19.3000 per kg.

Sedangkan untuk industri pengolahan makanan, fillet mempunyai beberapa

kelebihan, yaitu biaya penyimpanan, distribusi, dan transportasi yang lebih

murah karena fillet merupakan bagian ikan yang bermanfaat saja, serta

menghemat waktu dan tenaga kerja karena penanganannya lebih mudah.

Dalam proses produksi, bahan baku ikan patin yang digunakan

berukuran 1 – 2 kg. Kemudian dari ikan patin berukuran 1 kg didapat fillet

ikan berukuran 0,65 kg yang dikemas dalam ukuran 2 kg. Kemasan 2 kg

dipilih untuk mempercepat proses pembekuannya. Hal ini diperhitungkan

karena penggunaan suhu rendah merupakan hal mutlak untuk menjaga mutu

fillet, semakin cepat fillet mencapai suhu yang diinginkan dalam

penyimpanan maka semakin baik mutu fillet. Jika fillet dikemas dalam

ukuran lebih besar dari 2 kg maka semakin lama waktu yang dibutuhkan

untuk membekukannya sehingga mutunya menjadi kurang baik.

Begitu pula dalam proses pendistribusiannya penggunaan suhu rendah

juga adalah hal penting. Oleh karena itu selama proses distribusi produk ke

konsumen yang ditargetkan digunakan mobil boks berpendingin.

B. ANALISA TEKNIS TEKNOLOGIS

1. Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan

efisiensi transportasi, sifat bahan baku atau produk, dan kemudahan

mencapai konsumen. Dengan kata lain, lokasi menentukan besaran biaya

produksi. Oleh karena itu penentuan lokasi mempengaruhi kedudukan

perusahaan dalam persaingan dan kelangsungan hidup di masa yang akan

datang.

Menurut Husnan dan Suwarsono (1997), dalam penentuan lokasi pabrik

terkadang sering terjadi perbedaan antara bobot faktor ketersediaan bahan

mentah dan letak pasar yang dituju, artinya suatu pabrik kadang-kadang

memerlukan kedekatan dengan bahan mentah tetapi karenanya harus

berjauhan dengan pasar yang dituju atau sebaliknya. Lokasi yang dipilih

Page 24: Filet Ikan

24

untuk pendirian industri ini adalah Kabupaten Bogor karena lokasi ini dekat

dengan konsumen yang akan dibidik, yaitu industri pengolahan hasil

perikanan.

Kriteria pemilihan lokasi pabrik yang akan didirikan antara lain :

a. Kedekatan dengan jalan raya.

Karena pabrik yang akan dibangun ini mengutamakan kedekatan

dengan konsumen, maka kedekatan dengan jalan raya menuju

lokasi konsumen merupakan faktor penting untuk kemudahan

sarana transportasi.

b. Tenaga listrik dan air.

Pasokan tenaga listrik penting dalam industri ini mengingat faktor

pembekuan sangat penting untuk mutu produk fillet. Ketersediaan

air selain dibutuhkan dalam proses produksi juga dibutuhkan

untuk kolam penampungan bahan baku untuk menjaga

kesegarannya. Oleh karena itu kedekatan dengan sumber air

seperti sungai atau waduk turut menjadi faktor yang

diperhitungkan.

c. Lingkungan

Karena dalam proses produksi dan hasil akhir produk

mementingkan kebersihan sebagai bahan baku untuk produk

konsumsi, maka lokasi pabrik yang didirikan pun harus bersih

dan jauh dari lokasi pembuangan sampah atau pembuangan

limbah. Selain itu untuk kelancaran proses produksi, maka lokasi

pabrik harus jauh dari lokasi yang sering terkena bencana alam

seperti banjir, longsor, atau gempa bumi.

2. Perencanaan Kapasitas

Walaupun tidak tersedia data fillet ikan untuk pasar domestik,

berdasarkan analisa pasar dan pemasaran disimpulkan masih luasnya

peluang pasar untuk produk pengolahan hasil perikanan. Dalam penentuan

kapasitas produksi digunakan data produksi pada unit usaha fillet ‘Patin

Kita’, yang menggambarkan jumlah permintaan fillet ikan patin yang ada di

unit usaha tersebut.

Page 25: Filet Ikan

25

Produksi fillet pada unit usaha ‘Patin Kita’ tahun 2002 sebesar 80 ton,

sedangkan pada tahun 2003 sebesar 144 ton. Pada tahun 2002 produksi fillet

tersebut belum berjalan optimal karena unit usaha tersebut baru berdiri di

tahun 2002, sedangkan pada tahun 2003 kapasitas produksi telah berjalan

sesuai dengan kapasitas yang direncanakan. Oleh karena itu, kapasitas

produksi untuk industri yang akan didirikan ini sebesar 144 ton per tahun.

Untuk menghasilkan 144 ton fillet per tahun, maka bahan baku berupa

ikan patin segar yang dibutuhkan adalah sebanyak 221.540 kg. Jumlah ini

akan dapat terpenuhi mengingat jumlah penawaran ikan patin di kabupaten

Bogor pada tahun 2003 mencapai 759.910 kg. Data penawaran ikan patin di

Kabupaten Bogor pada tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Jumlah penawaran ikan patin di Kabupaten Bogor tahun 2003 Bulan Jumlah (kg)

Januari -

Februari 59.650

Maret 68.900

April 68.900

Mei 68.900

Juni 68.900

Juli 64.900

Agustus 64.900

September 68.900

Oktober 72.350

November 75.590

Desember 74.020

Total 759.910

Sumber : Laporan Tahunan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2003

3. Neraca Massa

Efektifitas proses produksi yang telah berjalan dapat di awasi dengan

memperhatikan necara massa dan diagram alir proses produksi perusahaan.

Neraca massa terdiri dari sejumlah jumlah input dan output bahan dalam suatu

rangkaian proses. Selain berfungsi sebagai upaya pengendalian ketika proses

telah berjalan, neraca ini juga berfungsi untuk menentukan kapasitas produksi

Page 26: Filet Ikan

26

dari jumlah bahan baku yang tersedia atau besaran jumlah bahan baku yang

dibutuhkan untuk dapat memenuhi kapasitas produksi yang diinginkan.

Diagram alir dan neraca massa dari proses pengolahan fillet patin beku dapat

dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Page 27: Filet Ikan

27

Gambar 2. Neraca massa proses pengolahan fillet ikan patin

Air 1200 g

Air 850 g Air 850 g

Loss 160 Gram

(Buang Kulit & Tulang)

Ikan patin 1000 gram

Pencucian

Penyiangan

Fillet Patin 650 gram

Air 1200 g

Loss 190 Gram

Pencucian

Skinning/Boning

Pencucian

(Buang Kepala & Isi Perut)

Air 1200 g Air 1200 g

Page 28: Filet Ikan

28

Gambar 3. Diagram alir proses pengolahan Fillet patin

Air Kotor & darah ikan patin

Penimbangan

Pencucian

Penyiangan (Buang Kepala & Isi

Perut)

Pencucian (Pembersihan Darah)

Pemisahan Kulit & Tulang

(Skinning/Boning)

Pencucian (Pembersihan Darah)

Packing/Pengemasan

Penimbangan

Pembekuan/Freezer

Ikan Patin

Fillet Patin Beku

Air

Air

Air Kotor

Kepala & isi perut ikan patin

Air Kotor & darah ikan patin

Kulit & tulang ikan patin

Air

Page 29: Filet Ikan

29

4. Teknologi Proses Produksi

Fillet merupakan daging yang telah dibersihkan dan dicuci berulang-

ulang sehingga sebagian besar bau, darah, pigmen, dan lemak hilang. Khusus

untuk fillet ikan, mutu kesegaran ikan yang digunakan harus benar-benar

terjaga. Penggunaan ikan yang kurang segar maupun ikan yang telah

dibekukan akan menurunkan mutu fillet.

Secara teknis semua jenis ikan dapat dijadikan fillet. Menurut

Peranginangin (1999), jenis ikan yang akan memberikan hasil fillet yang lebih

baik setidaknya memiliki klasifikasi ikan yang berdaging putih, tidak berbau

lumpur dan tidak terlalu berbau amis serta mempunyai kemampuan

membentuk gel yang bagus. Bahan dasar (ikan) yang dipilih untuk industri ini

adalah ikan patin (Pangasius hypophthalmus) karena ikan ini mempunyai sifat

yang memenuhi kesesuaian yang dibutuhkan untuk menghasilkan fillet yang

baik. Berikut ini adalah tahapan proses yang dibutuhkan dalam pengolahan

fillet patin :

a. Persiapan Bahan Baku

Tahapan ini terdiri dari proses penerimaan ikan patin hidup,

penimbangan, penampungan, serta pencucian. Ikan patin hidup yang

dibawa dari petani/pengecer disimpan di kolam penampungan yang

tersedia. Hal ini dibutuhkan untuk menjaga kesegaran ikan yang akan

diolah. Ikan yang siap dipotong terlebih dahulu dicuci untuk

menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin menempel dikulitnya.

Pencucian ini termasuk penting agar kotoran-kotoran tersebut tidak

mencemari daging saat dilakukan proses penyiangan.

b. Penyiangan

Proses penyiangan bertujuan untuk menghilangkan kepala dan isi

perut lalu dicuci bersih. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati agar isi

perut tidak mencemari daging. Bagian kepala dan isi perut banyak

mengandung enzim protease dan lemak serta menjadi sumber bakteria

yang dapat menurunkan mutu ikan dan akibatnya dapat menurunkan

kemampuan fillet dalam membentuk gel. Selain itu, isi perut ikan dapat

berpengaruh terhadap penampakan produk karena mengakibatkan warna

Page 30: Filet Ikan

30

fillet dan produk olahannya menjadi gelap. Contoh daging patin yang telah

disiangi dan dicuci bersih nampak pada Gambar 4. di bawah ini.

Gambar 4. Daging patin yang telah disiangi.

c. Pemisahan Kulit dan Tulang (Skinning & Boning)

Ikan patin yang digunakan sebagai bahan baku berukuran minimal 1

kg sehingga lebih mudah dalam membuang kulit dan tulangnya. Proses

pembuangan kulit dan tulang adalah sebagai berikut: ikan diletakkan

dengan posisi miring, lalu menggunakan pisau, daging pada pangkal insang

dipotong sampai ke tulang. Selanjutnya ikan dibalik dan daging disayat

dari arah ekor ke kepala. Agar tidak banyak daging yang tertinggal di

tulang, pisau agak ditekan menempel ke tulang. Setelah daging terpisah

dari tulang, kulit ikan dipisahkan sehingga diperoleh daging yang bebas

tulang dan kulit.

Fillet lalu dicuci bersih dalam suatu wadah dengan air dingin, untuk

menghilangkan kotoran dan sisa darah. Bak fiber glass merupakan pilihan

yang baik sebagai medium wadah karena mudah dibersihkan, dipindahkan,

dan dikeringkan. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah selama proses ini

dan seterusnya adalah penambahan es secukupnya secara kontinyu untuk

menghambat penurunan kesegaran ikan.

d. Penimbangan

Sebelum tahapan penimbangan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan

pemeriksan kebersihan daging, apakah telah benar-benar bersih dari kulit,

tulang, dan kotoran lainnya. Proses penimbangan diperlukan untuk proses

pengemasan. Daging ditimbang dan dipotong untuk ukuran 2 kg. Gambar 5

Page 31: Filet Ikan

31

di bawah ini, memperlihatkan contoh fillet ikan patin sebelum dilakukan

langkah pengemasan.

Gambar 5. Fillet sebelum dikemas

e. Pengemasan

Setelah daging dipotong, maka tahapan berikutnya adalah

memasukkannya ke dalam kantong plastik kemasan berukuran 2 kg dan

diletakkan dalam wadah pre-cooling yang berisi es sebelum dipindahkan

ke ruang penyimpanan. Contoh fillet ikan patin yang telah dikemas dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Fillet yang telah dikemas

Page 32: Filet Ikan

32

f. Pembekuan

Fasilitas pendingin yang digunakan adalah freezer (alat pembeku).

Suhu yang dibutuhkan adalah -20°C agar fillet dapat bertahan hingga 3

bulan atau lebih, tanpa banyak mengalami perubahan sifat fungsionalnya.

Bahkan, apabila proses pengolahan berjalan benar, pembekuan berjalan

cepat dan penyimpanan memenuhi standar persyaratan, maka fillet dapat

bertahan hingga 1 tahun. Apabila suhu penyimpanan sekitar -10°C, fillet

hanya dapat bertahan hingga 1 bulan, namun tidak dapat dipakai lagi

setelah 3 bulan karena sifat fungsional (kemampuan membentuk gel) fillet

telah rusak.

Fasilitas pendingin yang tersedia dipasaran terdiri dari berbagai jenis

daya, mulai dari 350 watt, 500 watt, 700 watt, dan 1000 watt. Dengan daya

350 watt maka dapat menurunkan suhu fillet hingga -20°C dalam waktu 12

jam sebanyak 99 kg fillet daging. Kapasitas dari freezer dengan daya 350

watt tersebut adalah sebesar 50 kg daging. Dengan kapasitas produksi yang

direncanakan sebesar 144 ton/tahun atau sekitar 600 kg/harinya maka

dibutuhkan 12 unit freezer dan cadangan freezer sebanyak 3 unit untuk

mengantisipasi kerusakan freezer dan kelebihan produksi yang mungkin

terjadi. Karena fluktuasi suhu yang terjadi selama proses penyimpanan

dapat menurunkan kemampuan fillet dalam membentuk gel, maka

penyediaan gen-set dibutuhkan agar dapat memasok penyediaan listrik jika

terjadi sesuatu pada pasokan listrik dari PLN.

5. Bahan Baku dan Input

Bahan baku utama yang digunakan dalam industri ini adalah ikan patin

(Pangasius hypophthalmus) hidup. Berdasarkan analisa penentuan jumlah

kapasitas produksi yang telah dilakukan, maka jumlah bahan baku yang

dibutuhkan adalah 221.540 kg per tahun, setara dengan 4.615 kg ikan patin per

minggu, atau sebanyak 923 kg per hari. Jumlah penawaran ikan patin di

Kabupaten Bogor sebagian besar berasal dari pengecer dari waduk cirata,

waduk saguling dan waduk jatiluhur. Produksi ikan patin di waduk jatiluhur

sebesar 10 ton/bulan (Dinas Kukm Jabar, 2003), sedangkan produksi ikan

Page 33: Filet Ikan

33

patin di waduk cirata sebesar 12 ton/bulan dan di waduk saguling sebesar 15

ton/bulan (Hikmayani et.al, 2003).

Bahan baku berupa ikan patin hidup diperoleh dari petani produsen

yang ada di wilayah kabupaten Bogor, serta dari penyalur yang berasal dari

wilayah di luar kabupaten Bogor. Jumlah yang dibutuhkan sebanyak 4.615 kg

ikan patin per minggu. Pengiriman bahan baku ini diantar langsung menuju

pabrik secara rutin oleh penyalur setiap harinya dengan jumlah rata-rata 923

kg.

6. Pemilihan Mesin dan Peralatan

Untuk pengolahan fillet, peralatan yang diperlukan dapat sederhana dan

dapat pula berupa peralatan serba mesin tergantung pada skala dan bentuk

usaha. Skala yang dipilih untuk industri fillet patin ini adalah skala kecil

karena adanya keterbatasan pasar dan penekanan biaya investasi. Jika memilih

bentuk usaha dengan skala besar, maka biaya investasi yang diperlukan untuk

peralatan akan semakin besar. Susunan peralatan yang dibutuhkan dapat dilihat

pada Tabel 4 berikut ini.

Page 34: Filet Ikan

34

Tabel 4. Kebutuhan Alat Berdasarkan proses/diagram alir.

Proses Peralatan Spesifikasi Jumlah

Bahan Baku -Timbangan gantung - Kapasitas 100 kg 1

-Gentong Timbang - Kapasitas 50 l 1

Pencucian -Bak Segi Empat - Ukuran 70 cm x 60 cm

x 50 cm

2

Penyiangan/Pencucian

Darah

- Pisau - Pisau Daging 5

- Meja pengolahan - Terbuat dari ubin,

ukuran 3 m x 1 m x

0.75 m

2

-Bak/Ember penampung

limbah

- Kapasitas 50 kg 2

- Baki penampung daging - Ukuran 0.75 m x 0.5 m

x 0.5 m

2

- Baki dorong - Kapasitas 100 kg 2

Pemisahan Kulit dan

daging

- Meja pengolahan - Stainless steel, 3 m x 1

m x 0.75 m

2

- Pisau - Pisau Daging 5

Penimbangan -Timbangan digital - Kapasitas 50 kg 1

Packing -Wadah pre-Cooling - Ukuran t = 0.75 m;

d = 1.5 m

1

Pembekuan/penyimpanan - Freezer - ukuran 1.5 m x

0.75 m x 0.6 m

15

7. Kebutuhan Ruangan

Ruangan yang dibutuhkan oleh industri mencakup 2 (dua) jenis ruangan,

yaitu ruangan untuk produksi (pabrik) dan ruangan non-produksi. Ruangan

produksi adalah tempat pengolahan ikan patin menjadi fillet, sedangkan

ruangan non-produksi, yaitu ruangan untuk kegiatan yang secara langsung

tidak berkaitan dengan proses produksi tetapi mendukung kegiatan produksi

meliputi ruangan perkantoran dan kegiatan lainnya.

Page 35: Filet Ikan

35

a. Ruangan Produksi

Penentuan kebutuhan ruangan yang akan digunakan mengacu pada

dasar perhitungan sebagai berikut :

Kebutuhan luas ruangan mesin adalah maksimum panjang mesin/alat

dikalikan maksimum lebarnya.

Kebutuhan luas ruangan untuk operator adalah maksimum panjang

peralatan dikalikan satu meter.

Kebutuhan luas ruangan untuk bahan disesuaikan dengan bentuk

wadah/bahannya.

Kelonggaran yang dipakai adalah 150%, kelonggaran ini

dipergunakan untuk jarak antar peralatan serta lorong untuk

pergerakan orang dan barang. (Apple,1990).

Kebutuhan luas ruangan untuk proses produksi fillet patin dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan luas ruangan di industri pengolahan fillet patin

Lokasi Luas (m²) Peralatan Operator Sub

Total Kelonggaran٭

Penimbangan 0.44 0.75 1.19 1.785 Pencucian dan Penyiangan 6.43 3 9.43 14.145 Skinning/Boning & Pencucian

4.5 3 7.5 11.25

Penimbangan 0.25 1 1.25 1.875 Packing 1.77 3 4.77 7.155

Total 36.21 kelonggaran = Sub Total x 150%(٭

b. Ruangan Non-Produksi

Ruangan non-produksi meliputi kantor, kolam penampungan

(penyimpanan bahan baku), tempat pembekuan (penyimpanan barang jadi),

pos keamanan, dan lahan parkir. Kebutuhan luas ruangan non-produksi

dalam industri pengolahan fillet patin dapat dilihat di Tabel 6.

Page 36: Filet Ikan

36

Tabel 6. Kebutuhan luas ruangan non-produksi industri pengolahan fillet patin.

Ruangan Luas

(m²)

Jumlah

(Unit)

Total

(m²)

R. Direktur 9 1 9

R. Ka.Bag 9 1 9

R.Staff 9 1 9

R. Tamu 9 1 9

Kamar Kecil 6 1 6

Musholla 6 1 6

Dapur 6 1 6

Gudang Genset 2 1 2

Kolam Penyimpanan 200 3 600

Tempat Pembekuan 55.5 1 55.5

Pos Keamanan 6 1 6

Lahan Parkir 70 1 70

Total 787.5

8. Perencanaan Tata Letak

Perencanaan tata-letak industri pengolahan industri pengolahan fillet

patin ini menggunakan derajat keterkaitan aktivitas menurut Apple (1990),

yang terdiri dari ruangan produksi dan ruangan non-produksi.

C. ANALISA MANAJEMEN OPERASIONAL

1. Struktur Organisasi

Industri pengolahan fillet patin ini akan dijalankan oleh seorang direktur

dengan dibantu oleh tiga kepala bagian, yaitu kepala bagian produksi, kepala

bagian administrasi dan keuangan, dan kepala bagian pemasaran. Struktur

Page 37: Filet Ikan

37

organisasi industri fillet patin yang akan dikerjakan dapat dilihat pada Gambar

10.

Deskripsi tugas dari masing-masing personel jabatan adalah sebagai

berikut :

1.1. Direktur.

Direktur adalah pimpinan utama dari pelaksanaan kegiatan sehari-hari.

Seorang direktur mempunyai tanggung jawab sebagai pengambil

keputusan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Selain bertanggung

jawab terhadap semua pelaksanaan kegiatan produksi, direktur juga

bertindak sebagai perwakilan perusahaan untuk kegiatan di luar

perusahaan yang berhubungan dengan pejabat pemerintahan setempat,

lingkungan setempat maupun dengan perusahaan lain.

1.2. Kepala Bagian Produksi

Kepala bagian produksi bertanggung jawab langsung dalam segala teknis

teknologis proses produksi, juga melakukan pengawasan terhadap jumlah

dan mutu bahan baku yang diterima perusahaan. Berikut ini adalah tugas

dari kepala bagian produksi :

a. Menyusun perencanaan produksi.

b. Melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap pelaksanaan proses

produksi.

c. Membuat rencana-rencana produksi berupa rehabilitasi investasi

terhadap alat maupun sarana pendukung lainnya.

d. Melakukan perencanaan dan pembelian bahan baku yang dibutuhkan

untuk proses produksi.

e. Mengawasi jumlah dan mutu bahan baku yang diterima dari penyalur.

f. Melakukan kontrol terhadap keadaan bahan baku yang ada di kolam

penampungan perusahaan.

g. Melakukan inventaris perusahaan penyalur yang bisa menyediakan

bahan baku yang sesuai dengan standar mutu yang diinginkan

perusahaan.

1.3. Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan.

Page 38: Filet Ikan

38

Tanggung jawab dari kepala bagian administrasi dan keuangan adalah

mengatur dan mengawasi cash flow perusahaan. Tugas dari kepala bagian

administrasi dan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Menghitung biaya produksi pabrik setiap akhir tahun.

b. Menghitung perkiraan rugi-laba perusahaan

c. Melakukan perkiraan setiap persediaan barang

d. Mengkoordinasikan pembiayaan antara bagian produksi dan bagian

penjualan.

Kepala bagian administrasi dan keuangan akan dibantu oleh staff yang

selain membantu tugas-tugas seperti di atas, juga bertugas dalam

administrasi perusahaan seperti untuk menyediakan surat-surat yang

dibutuhkan perusahaan, dokumentasi dan tugas lainnya.

1.4. Kepala Bidang Pemasaran

Kepala bidang pemasaran bertanggung jawab mengelola bidang

pemasaran dari semua bentuk produk perusahaan. Tugas dan tanggung

jawab kepala bidang pemasaran adalah sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pemasaran produk.

b. Menetapkan ketentuan pelaksanaan di bidang saluran distribusi.

c. Mengelola administrasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

bidang pemasaran.

2. Pelaporan

Pelaporan merupakan salah satu bentuk pengawasan kegiatan

perusahaan secara keseluruhan. Melalui aktivitas pelaporan akan diketahui

produktifitas perusahaan dan berbagai hambatannya, sehingga dapat

dilakukan evaluasi untuk mengatasinya atau untuk pengembangan

perusahaan. Sistem pelaporan yang direncanakan akan dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu laporan harian, laporan bulanan, dan laporan tahunan.

Page 39: Filet Ikan

39

1.1. Laporan Harian.

Berisi mengenai kegiatan perusahaan pada hari yang bersangkutan.

Laporan ini disusun oleh setiap level manajemen yang kemudian

diserahkan kepada level manajemen diatasnya. Laporan harian

berguna untuk mengevalusi kegiatan pada hari tersebut dan

mengantisipasi setiap kesalahan yang mungkin timbul.

1.2. Laporan Bulanan.

Laporan harian yang telah disusun, kemudian direkapitulasi menjadi

laporan bulanan. Laporan ini disusun oleh bagian administrasi dan

akan menjadi bahan untuk laporan tahunan. Laporan bulanan juga

dapat dievaluasi oleh perusahaan untuk menentukan strategi

perusahaan di bulan-bulan berikutnya.

1.3. Laporan Tahunan.

Laporan tahunan disusun berdasarkan rekapitulasi laporan bulanan.

Dari laporan tahunan dapat diketahui perkembangan perusahaan

selama satu tahun dan pencapaian target perusahaan. Laporan tahunan

dapat memberikan gambaran kepada direktur perusahaan apakah

perusahaan telah berjalan sesuai target atau tidak, sehingga dapat

menentukan strategi jangka panjang perusahaan.

3. Kualifikasi Tenaga Kerja

Kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan industri pengolahan fillet

patin dapat dilihat pada Tabel 8. Mengingat sebagian besar tenaga kerja

menggunakan tenaga manusia, maka jumlah tenaga kerja setiap harinya

adalah 8 (delapan) jam, dengan jumlah hari kerja 5 (lima) hari dalam satu

minggu.

Tabel 8. Kualifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan

Jabatan Jumlah Kualifikasi

Direktur 1 Sarjana

Kepala Bagian 3 Sarjana dengan disiplin ilmu yang

sesuai

Staff/teknisi 3 SMU/SMEA/STM

Tenaga Pelaksana 18 SMP

Bagian Umum dan satpam 3 SD/SMP

Page 40: Filet Ikan

40

D. ANALISA FINANSIAL

Industri pengolahan fillet patin ini direncanakan memiliki kapasitas

produksi sebesar 144.000 kg per tahun. Dengan menggunakan margin

keuntungan sebesar 35 %, maka harga jual produk ditetapkan sebesar

Rp.19.300,- per kg (Lampiran 2). Margin sebesar 35% ditetapkan dengan

mempertimbangkan harga jual produk sejenis yaitu produksi fillet ‘Patin Kita’

yaitu sebesar Rp. 22.000,-. Dengan margin 35% harga jual yang didapat masih

lebih rendah dibandingkan produk fillet ‘Patin Kita’, sehingga diharapkan

dapat menarik minat konsumen.

Panjangnya umur proyek ditetapkan selama 5 tahun, atau sama dengan

umur ekonomis mesin dan peralatan. Asumsi yang digunakan dalam analisa

finansial industri pengolahan fillet patin ini adalah :

a. Harga peralatan dan bahan baku yang digunakan dalam perhitungan adalah

harga konstan pada tahun pertama, data yang digunakan adalah harga pada

tahun 2004.

b. Kapasitas produksi pada tahun pertama adalah 60% dan pada tahun kedua

adalah 75% dari total produksi yang direncanakan, setelah tahun ketiga

produksi berjalan 100%. Strategi ini digunakan untuk mengantisipasi

permintaan pasar yang masih kurang mengenal produk fillet patin, sehingga

diharapkan pada tahun berikutnya pasar semakin mengenal produk ini dan

akan memicu peningkatan permintaan.

c. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metoda garis lurus, dengan nilai

sisa untuk fasilitas dan peralatan sebesar 10% dari nilai awal.

d. Masa tenggang waktu pembayaran kredit investasi dan modal kerja adalah

satu tahun setelah kredit diambil dengan cicilan yang besarnya sama setiap

tahun, dengan masa pembayaran untuk kredit modal kerja selama dua

tahun.

e. Perbandingan modal sendiri dengan modal pinjaman adalah 40% dari modal

sendiri dan 60% dari modal pinjaman. Hal ini berdasarkan adanya

kesempatan dari kebijakan pemerintah untuk menggalakkan industri skala

kecil dan menengah, yang dikembangkan melalui peningkatan pemberian

kredit pinjaman untuk usaha skala kecil dan menengah oleh berbagai bank

Page 41: Filet Ikan

41

f. Faktor tingkat suku bunga didasarkan pada tingkat suku bunga fasilitas

Kredit Mina Mandiri dari Bank Mandiri sebesar 19%.

g. Nilai tanah diasumsikan sama tiap tahunnya.

h. Biaya pemeliharaan untuk bangunan dan peralatan ditentukan sebesar 2%

dari nilai investasi bangunan dan peralatan.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi digunakan untuk keperluan pembelian tanah dan

perijinannya, pembangunan gedung dan bangunan lainnya, penyediaan

peralatan dan perlengkapan untuk proses produksi, alat transportasi, fasilitas

kantor, serta biaya pra-operasi. Rincian lengkap dari biaya investasi industri

pengolahan fillet patin ini dapat dilihat di Lampiran 4.

1.1. Pengadaan Lahan dan bangunan

Luas lahan yang dibutuhkan adalah 1000 m² dengan harga

Rp. 300.000,- per meter perseginya. Diperlukan pula biaya perijinan

yang besarnya 5% dari biaya lahan, sehingga total biaya pengadaan

lahan dan perijinannya adalah Rp. 315.000.000,-.

Bangunan yang diperlukan antara lain kolam penampungan seluas

600 m², dengan biaya pembangunan sebesar Rp. 150.000,- per meter

persegi, bangunan pabrik, gudang, kantor, lahan parkir, pagar dan pos

keamanan. Jumlah dana yang diperlukan untuk pembangunan pabrik

dan bangunan lainnya adalah Rp150.200.000,-.

1.2. Pengadaan Mesin dan Peralatan serta Fasilitas Kantor

Data harga mesin dan peralatan diperoleh dari beberapa tempat

penjualan mesin dan peralatan. Biaya penyediaan mesin dan peralatan

untuk industri fillet patin ini sebesar Rp. 45.205.000, sedangkan biaya

pengadaan fasilitas kantor sebesar Rp. 58.500.000,-.

1.3. Biaya Pra-Operasional.

Biaya pra-operasional dibutuhkan untuk membiayai kegiatan

sebelum investasi proyek dilaksanakan. Kegiatan tersebut antara lain

biaya penarikan tenaga kerja, studi kelayakan, menyewa jasa

konsultan, dan lain-lain. Biaya pra-operasional diasumsikan sebesar

Page 42: Filet Ikan

42

10% dari total biaya investasi, dalam industri fillet patin ini maka

besarnya biaya pra-operasional adalah Rp. 58.375.500,-.

2. Biaya Operasional

2.1. Biaya Tetap (Tahunan)

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap tahun dan

besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya

tersebut antara lain biaya tenaga kerja tak langsung, pembayaran listrik

dan air, telepon, dan biaya lainnya. Hasil penghitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 5.

2.2. Biaya Variabel (Tahunan)

Biaya variabel (biaya tidak tetap) adalah biaya yang dikeluarkan

tiap tahun dan besarnya tergantung dari jumlah produksi. Biaya yang

dimaksud adalah biaya pengadaan bahan baku dan input, serta biaya

tenaga kerja langsung. Bahan baku yang digunakan hanyalah ikan

patin tanpa penambahan zat lainnya, sedangkan jumlah tenaga kerja

langsung untuk berproduksi pada kapasitas 100% adalah 18 orang.

Jumlah biaya pengadaaan bahan baku dan input menjadi biaya yang

paling besar dalam biaya operasional industri fillet patin ini. Hasil

penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

3. Neraca Pembayaran Investasi

Investasi proyek dibiayai dari modal sendiri dan pinjaman Bank dengan

DER (Debt Equity Ratio) 60 persen : 40 persen. Kredit investasi seluruhnya

diterima pada tahun ke-0 proyek (masa konstruksi) dengan masa pinjaman

selama 5 tahun.

Masa tenggang waktu pembayaran kredit investasi adalah satu tahun

setelah kredit diambil, dengan cicilan pokok yang besarnya sama setiap

tahun dan pembayaran bunga dilakukan setiap tahun selama 5 tahun.

Pembayaran kredit investasi dapat dilihat pada Lampiran 9.

4. Analisa Finansial dan Sensitivitas

Penentuan kelayakan investasi suatu proyek ditentukan melalui

kelayakan secara finansial. Tolak ukur yang dipakai adalah nilai NPV, IRR,

Page 43: Filet Ikan

43

Net B/C ratio, dan BEP. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari analisa finansial

kelayakan investasi yang membandingkan antara manfaat dengan biaya.

Analisa dilakukan pada tingkat suku bunga 19 persen. Tingkat suku

bunga 19 persen adalah tingkat suku bunga investasi fasilitas Kredit Mina

Mandiri (KMM) Bank Mandiri. Kredit Mina Mandiri (KMM) adalah

program khusus yang dilakukan oleh bank Mandiri bekerja sama dengan

departemen kelautan dan perikanan sebagai pembina teknis dalam

membiayai sektor perikanan. Data pada Lampiran 11 memberikan

Gambaran kelayakan investasi industri fillet patin melalui nilai NPV, Net

B/C ratio, dan IRR.

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara present value benefit

dan present value biaya. Nilai NPV industri pengolahan fillet patin pada

tingkat suku bunga pinjaman 19 (sembilan belas) persen adalah Rp,

219.008.659,99-. Nilai ini menunjukkan bahwa laba bersih (net benefit)

yang diterima selama 5 tahun mendatang jika diukur dengan nilai sekarang,

yaitu sebesar Rp. 219.008.659,99,-. Karena nilai NPV bernilai positif maka

industri ini dinyatakan layak.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan nilai perbandingan anatar

nilai NPV positif dengan nilai NPV yang negatif. Apabila nilai Net B/C >1,

maka nilai NPV>0 , sehingga proyek layak untuk dilaksanakan. Nilai Net

B/C industri fillet patin ini adalah 1,24 sehingga proyek dinyatakan layak.

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu nilai suku bunga yang

membuat nilai NPV proyek sama dengan nol, atau tingkat suku bunga yang

menunjukkan jumlah NPV sama dengan jumlah keseluruhan ongkos

investasi proyek. Nilai IRR industri fillet patin ini adalah 27,02 persen.

Nilai ini lebih besar dari suku bunga yang berlaku, yaitu 19 persen,

sehingga proyek dinyatakan layak.

Dengan kapasitas produksi yang direncanakan, BEP dari industri fillet

patin ini adalah sebesar Rp. 437.203.794,33,-. Titik ini tercapai pada saat

produksi mencapai 22.653,05 kg (Lampiran 12).

Nilai PBP menunjukkan berapa lama modal yang ditanam dalam

investasi akan kembali, dimana pengembalian modal ini dipandang dari

Page 44: Filet Ikan

44

arus kas masuk (cash in flow). Industri fillet patin ini akan kembali modal

dalam waktu 22 bulan (1,87 tahun). Tabel 9 berikut ini menunjukkan nilai

dari kriteria investasi yang telah dilakukan.

Tabel 9. Nilai Kriteria Investasi

Kriteria Investasi Nilai

NPV (Rp) Rp. 219.008.659,99-.

Net B/C 1.24

IRR (%) 27.02%

BEP Rp. 437,203,794.33,-

PBP 1.87 tahun

Selain melakukan penghitungan kriteria investasi, juga diperlukan

analisa ketahanan industri ini terhadap perubahan pada komponen kriteria

investasi, misalnya perubahan pada harga jual dan harga bahan baku, yang

disebut dengan analisa sensitivitas. Perubahan ini mungkin terjadi setelah

proyek berjalan sehingga dapat mempengaruhi cash flow perusahaan secara

keseluruhan.

Nilai-nilai kriteria investasi yang diperoleh dari analisa sensitivitas

dapat dilihat pada Tabel 10. Dari analisa sensitivitas yang telah dilakukan,

maka dapat terlihat bahwa industri fillet patin ini masih bisa dikatakan layak

jika terjadi kenaikan harga bahan baku sampai dengan 5 persen. Akan tetapi

proyek ini sudah tidak layak lagi jika terjadi kenaikan harga bahan baku

sebesar 10 persen atau penurunan harga jual hingga 5 persen.

Tabel 10. Nilai kriteria Investasi dari analisa sensitivitas

Skenario Kriteria Investasi

NPV (Rp) IRR Net B/C PBP

Kenaikan Harga Bahan

Baku dan input 5%

102.930.078,41 23% 1,11 2,04 th

Kenaikan Harga Bahan

Baku dan Input 10%

-252.683.550,41 9,78% 0,74 2,74 th

Penurunan Harga Jual

5%

-197.047.260,25 11,32% 0,79 2,63 th

Page 45: Filet Ikan

45

E. ANALISA YURIDIS

1. Badan Usaha

Bentuk badan usaha yang akan dipilih ditentukan melalui beberapa

faktor, antara lain besarnya modal investasi, jenis perusahaan, pembagian

laba yang diinginkan oleh pemiliknya, resiko yang dapat ditanggung oleh

pemilik, serta pembagian pengawasan dan aturan penguasaaan perusahaan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka bentuk badan usaha yang sesuai

untuk industri pengolahan fillet patin ini adalah perseroan terbatas (PT).

2. Perijinan

Untuk mendirikan badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas, maka

diperlukan akta pendirian perseroan yang disahkan oleh menteri kehakiman

Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas, pasal delapan, menyatakan

bahwa akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain,

sekurang-kurangnya :

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan

warga kenegaraan pendiri,

b. Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat

tinggal, dan warga kenegaraan anggota direksi dan komisaris yang

pertama kali diangkat,

c. Nama pemegang saham yang mengambil bagian saham pada saat

pendirian.

Anggaran dasar perseroan memuat sekurang-kurangnya :

a. Nama dan tempat kedudukan perseroan,

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan,

c. Jangka waktu berdirinya perseroan,

d. Besarnya jumlah modal perseroan,

e. Susunan, jumlah dan nama anggota direksi dan komisaris,

f. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden.

Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, direksi perseroan wajib

mendaftarkan perusahaan, hal-hal yang harus didaftarkan :

Page 46: Filet Ikan

46

a. Akta pendirian beserta surat pengesahan menteri kehakiman Republik

Indonesia,

b. Akta perubahan Anggaran Dasar beserta laporan kepada menteri

kehakiman Republik Indonesia.

Untuk mendirikan suatu industri juga diperlukan ijin lokasi usaha, yang

dapat diperoleh dengan menyampaikan permohonan secara tertulis kepada

gubernur kepala daerah melalui kanwil BPN dengan dilengkapi :

a. Rekomendasi bupati/walikota daerah

b. Akte pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbadan hukum atau

surat ijin usaha bagi perusahaan perseorangan

c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

d. Lay out pabrik

e. Pernyataan kesanggupan memberikan ganti rugi dan atau menyediakan

penampungan bagi pemilik tanah

g. Surat persetujuan penanaman modal bagi perusahaan yang menggunakan

fasilitas penanaman modal

h. Pertimbangan aspek penatagunaan tanah

i. Peta rencana tata ruang lokasi yang bersangkutan

Selama persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi serta ditunjang

dengan jenis usaha yang meningkatkan nilai tambah pada bahan baku, dapat

meningkatkan pendapatan daerah, memperluas kesempatan kerja, dan

menunjang pembangunan di sektor non migas, maka tidak akan ada kesulitan

dalam memperoleh perijinan di atas.

3. Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang pajak

penghasilan, subyek pajak adalah badan yang terdiri dari perseroan terbatas

(PT), perseroan komanditer (CV), BUMN dan BUMD,

perseroan/perkumpulan lainnya, firma, kongsi, koperasi, yayasan/lembaga

dan bentuk usaha tetap. Oleh karena itu, industri pengolahan fillet patin ini

terkena kewajiban membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Penentuan besar pajak penghasilan yang diberlakukan berdasarkan

Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 tahun 2000, yaitu pajak keuntungan

Page 47: Filet Ikan

47

sampai dengan 10 persen untuk pendapatan sampai dengan Rp. 50 juta;

untuk pendapatan Rp. 50 juta sampai Rp. 100 juta maka dikenakan pajak 10

persen dari Rp. 50 juta ditambah dengan 15 persen dari pendapatan yang

telah dikurangi Rp. 50 juta; untuk pendapatan yang berada di atas Rp. 100

juta maka dikenakan pajak sebesar 10 persen dari Rp. 50 juta, ditambah 15

persen dari Rp. 50 juta, dan ditambah dengan 30 persen dari pendapatan yang

telah dikurangi Rp. 100 juta (Gunadi, 2000).

Page 48: Filet Ikan

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dalam pengumpulan data pasar dan pemasaran terdapat kendala yaitu

tidak tersedianya data permintaan dan penawaran fillet ikan patin baik di

tingkat kabupaten maupun nasional. Dengan demikian kapasitas produksi

yang direncanakan, menggunakan data referensi dari unit usaha fillet ikan

“Patin Kita” yaitu sebesar 144 ton/tahun. Jumlah ini setara dengan kurang dari

1% jumlah total pasokan ikan yang dibutuhkan untuk memenuhi target

konsumsi ikan per kapita di Indonesia yaitu sebesar 500.000 ton/tahun. Harga

jual ditentukan sebesar Rp. 19.300,- per kg.

Jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan 144.000 kg

fillet patin per tahun adalah 221.540 kg ikan patin. Lokasi pendirian pabrik

ditentukan di wilayah Kabupaten Bogor dengan luas lahan sebesar 1000 m².

Proses produksi untuk menghasilkan fillet patin ini adalah persiapan bahan

baku, penyiangan, pemisahan kulit dan tulang, penimbangan, pengemasan dan

penyimpanan. Badan usaha yang akan dibentuk adalah Perseroan Terbatas

(PT) dan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 28 orang. Jumlah pegawai

tersebut terdiri dari 1 orang direktur, 3 kepala bagian, 3 orang staf/teknisi, 18

tenaga operator, dan 3 orang bagian umum dan satpam.

Dana investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan industri ini adalah Rp.

1.092.243.637,50,- dengan perbandingan modal sendiri dan modal dari

pinjaman bank adalah 40 persen dan 60 persen. Kredit investasi seluruhnya

diberikan pada tahun ke-0 dengan masa pinjaman selama 5 tahun. Modal kerja

awal untuk tiga bulan produksi adalah Rp. 450.113.137,50,-.

Kriteria kelayakan investasi diberikan melalui nilai-nilai berikut ini:

1. Net Present Value (NPV) : Rp. Rp. 219.008.659,99-; pada tingkat suku

bunga 19 persen per tahun. Karena nilai lebih besar daripada nol, maka

proyek ini layak untuk didirikan.

2. Internal Rate of Return : 27,02 persen, lebih besar dari tingkat suku bunga

yang berlaku, sehingga proyek dinyatakan layak.

Page 49: Filet Ikan

49

3. Net B/C : 1,24 atau lebih besar dari pada 1, hal ini menunjukkan

perbandingan benefit proyek yang jauh lebih besar dari biaya yang

dibutuhkan.

4. Pay Back Period (PBP) : proyek ini kan balik modal dalam waktu 1 (satu)

tahun 10 (sepuluh) bulan.

5. Analisa sensitivitas menunjukkan bahwa proyek ini masih layak untuk

dilaksanakan jika terjadi perubahan kenaikan harga bahan baku hingga 5

persen, dan tidak layak lagi bila terjadi kenaikan harga bahan baku mulai

10% serta penurunan harga jual sebesar 5%.

Dari keseluruhan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa pendirian

industri pengolahan fillet patin di Kabupaten Bogor layak untuk dilaksanakan.

B. SARAN

Tidak adanya data mengenai jumlah permintaan dan penawaran fillet

patin dikarenakan industri pengolahan ikan yang menggunakan bahan dasar

fillet ikan patin masih sedikit terdapat di Indonesia. Permintaan fillet patin

yang tercatat hanya berdasarkan data referensi unit usaha fillet ‘Patin Kita’,

yaitu permintaan yang hanya berasal dari PT Kemfood Industries. Oleh karena

itu perlu dilakukan riset pemasaran yang lebih mendalam kepada konsumen

potensial yaitu industri pengolahan ikan.

Dalam pemilihan lokasi juga perlu dilakukan kajian lebih lanjut sehingga

lokasi pendirian pabrik telah mempertimbangkan berbagai kriteria yang

mempunyai bobot sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas

jalannya perusahaan, seperti ketersediaan tenaga kerja, rencana pengembangan

daerah, ketersediaan sarana transportasi, serta potensi and produktivitas bahan

baku.

Page 50: Filet Ikan

50

DAFTAR PUSTAKA

Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Terjemahan. Penerbit ITB, Bandung.

Ariyoto, K.1980. Feasibility Study. Penerbit Mutiara, Jakarta. Assauri, S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2001. Bogor Dalam

Angka. Bappeda, Bogor. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2002. Bogor Dalam

Angka. Bappeda, Bogor. Darwis, A. Azis. B. Djatmiko, D. Somaatmadja, A.T. Toyib, S. Hardjo, S.

Wijandi, Kuswandi dan E.G. Said. 1983. Pengembangan Agroindustri di Indonesia. IPB, Bogor.

Departemen Kelautan dan Perikanan RI. 2004. Perkembangan Ekspor Komoditi

Hasil Perikanan Menurut Komoditas Utama Tahun 2001-2002. Departemen Kelautan dan Perikanan RI

Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Jawa Barat. 2003. Sentra Ikan air

Tawar di Kabupaten Subang. Dapat dilihat di www.diskukm-jabar.go.id./1 maret 2003.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2002. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2002. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2003. Laporan Tahunan. Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. Promosi Peluang Usaha Di Bidang

Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta. Edris, M. 1983. Penuntun Menyusun Studi Kelayakan Proyek. Sinar Baru,

Bandung. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terjemahan. UI-

Press, Jakarta. Gray, C., P. Simanjuntak, L.K. Sabur,P.F.L. Maspaitella, dan R.C.G. Varley.

1997. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gunadi. 2000. Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Multi Utama Indojasa,

Jakarta.

Page 51: Filet Ikan

51

Hikmayani, S., Sonny K., Abdul W., dan Zahri N. 2003. Aspek Sosial Ekonomi

Dan Kelembagaan Sistem Usaha Perikanan (SUP) Budidaya Ikan Patin Di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume 9 No. 6 Tahun 2003.

Husnan, S. dan Suwarsono. 1997. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN,

Cetakan Kedua, Jakarta. Kadariah, I. Karlina dan C. Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kusumastanto, T., 2001. Potensi dan Peluang Industri Kelautan Indonesia.

Makalah Seminar Peluang Usaha dan Teknologi Pendukung pada Sektor Kelautan Indonesia 11 Juli 2001. Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. Jakarta.

Machfud, dan Y. Agung. 1990. Perencanaan Tata Letak Pada Industri Pangan.

PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Manning, W.A. 1984. Decison Making How a Microcomputer Aids The Process

Interface. Portland State University. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Peranginangin, R., S. Wibowo dan Y.N. Fawzya. 1999. Teknologi Pengolahan

Surimi. Instalasi Penelitian Perikanan Laut LIPI, Balai Penelitian Perikanan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.

Suboko, B., 2001. Kebutuhan Teknologi Pengolahan dan Delivery Bagi Pelaku

Usaha Industri Perikanan Di Indonesia. Makalah Seminar Peluang Usaha dan Teknologi Pendukung pada Sektor Kelautan Indonesia 11 Juli 2001. Departemen Kelautan dan Perikanan , Jakarta

Susanto, H. dan Amri, K. 1999. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutojo, 1993. Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Praktek. Gramedia, Jakarta. Umar, H. 2000. Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metoda dan Kasus. PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wibowo, S. 2000. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Page 52: Filet Ikan

52

Lampiran 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian

Tingkat Konsumsi Ikan yang Semakin Meningkat

Ikan Patin Sebagai Salah Satu Ikan yang banyak ditemukan di Indonesia

Keunggulan dari Ikan Patin yang Bisa dijadikan bahan membuat fillet yang baik

Industri Fillet Ikan Patin Beku

Analisa Kelayakan Investasi Analisa Pasar dan Pemasaran Analisa Teknis Teknologis Analisa Manajemen

Operasional Analisa Finansial Analisa Yuridis

Layak ? Pengkajian Ulang

Implementasi Kegiatan

Ya

Tidak

Page 53: Filet Ikan

53

Lampiran 2. Penentuan Harga jual

Penentuan Harga Pokok : Harga pokok = ( Biaya Variabel + Biaya Tetap ) Kapasitas Produksi = 1.617.740 + 181.830 144.000 = 12.497,02

Penentuan Harga jual :

Harga Jual = Harga polok 1- margin 100 = 19.226,18

Harga jual yang ditetapkan sebesar Rp. 19.300,-

Page 54: Filet Ikan

54

Lampiran 3. Penghitungan kebutuhan luas peralatan Nama Alat Diameter Panjang Lebar Luas Alas Jumlah Total (m) (m) (m) (m²) (unit) (m²) Gentong Timbang 0.75 - - 0.4415625 1 0.4415625 Bak segi 4 - 0.70 0.6 0.48 2 0.9 Meja Penyiangan - 3 0.75 2.25 2 4.5 Baki Limbah 0.6 - - 0.2826 1 0.2826 Baki Penampung - 0.75 0.5 0.375 2 0.75 Meja Pengolahan - 3 0.75 2.25 2 4.5 Timbangan Digital - 0.5 0.5 0.25 1 0.25 Freezer - 1.5 0.6 0.9 15 13.5 Cold Box -- 0.8 0.5 0.4 30 12 Wadah Pre-Cooling 1.5 - - 1.76625 1 1.76625 Kolam Penampungan - 20 10 200 3 600 Tinggi (m) Panjang (m) Luas dinding (m²) Jumlah (unit) Total (m²)Pembuatan dinding kolam penampungan 1 20 600 3 1800 (untuk biaya investasi)

Page 55: Filet Ikan

55

Lampiran 4. Perincian biaya investasi industri pengolahan fillet ikan patin

Uraian Jumlah Unit Harga/Unit Biaya Keterangan (Rp) (Rp)

Pengadaan Lahan 1. Lahan 1,000 m² 300,000 300,000,000 Survei di 5 kecamatan

di Kab. Bogor 2. Perizinan 1 15,000,000 15,000,000 5% dari biaya lahan

sub total 315,000,000 Bangunan 1. Kolam Penampungan 1800 m² 50,000 90,000,000 Kolam berdinding

tembok semen 2. Pabrik 53.00 m² 400,000 21,200,000 Kontraktor PT. Tiara

Citra Sejati 3. Tempat Penyimpanan 55.50 m² 400,000 22,200,000 sda 4. Kantor/R.Non-Prroduksi 55.00 m² 400,000 22,000,000 sda 5. Pos Keamanan 6 m² 200,000 1,200,000 sda

sub total 150,200,000 Peralatan 1. Timbangan Gantung 1 unit 300,000 300,000 Rataan harga di 3 toko

di Kota Bogor 2. Jaring Ikan 6 buah 100,000 600,000 sda 3. Gentong Timbang 1 buah 30,000 30,000 sda 4. Wadah Ikan Hidup 2 buah 50,000 100,000 sda 5. Golok/Pisau 15 buah 10,000 150,000 sda 6. Timbangan Digital 1 unit 700,000 700,000 sda 7. Sepatu Boots 20 pasang 50,000 1,000,000 sda 8. Jas/Pakaian Lab 20 buah 30,000 600,000 sda 9. Kain Saring 5 m 5,000 25,000 sda 10. Freezer/Lemari Pendingin 15 unit 2,000,000 30,000,000 Rataan hrg di 5 toko

di psr glodok Jakarta 11. Meja Stainless Steel 2 buah 3,000,000 6,000,000 Rataan Hrg. Di 3

bengkel Kota Bogor 12. Baki Dorong 2 buah 150,000 300,000 Rataan harga di 2 toko

di Kab. Bogor 13. Cold Box 30 buah 150,000 4,500,000 sda 14. Wadah Pre-Cooling 1 buah 900,000 900,000 CV. Prakasa Utama

sub total 45,205,000 Fasilitas 1. Komputer 1 pc 4,000,000 4,000,000 Rataan harga di 2 toko

di Kota Bogor 2. Meja dan Kursi Direktur 1 buah 350,000 350,000 sda 3. Meja dan Kursi Staff 6 buah 250,000 1,500,000 sda 4. Alat Tulis 200,000 sda 5. Telepon 1 unit 450,000 450,000 Beserta pemasangan 6. Kendaraan : - Mobil pick up 1 unit 35,000,000 35,000,000 Mobil th. ’92-‘95 - Pembuatan box berpendingin 1 unit 15,000,000 15,000,000 Rataan ongkos di 2

bengkel di Kab. Bgr. total 50,000,000

7. Gen-Set 1 unit 2,000,000 2,000,000 Rataan hrg di 5 toko di psr glodok Jakarta

TOTAL MODAL TETAP 583,755,000 Biaya Pra Oprasional (10%) 58,375,500.00 Modal Kerja (Biaya Operasi 3 bulan) 450,113,137.50

TOTAL INVESTASI 1,092,243,637.50

Page 56: Filet Ikan

56

Lampiran 5. Biaya operasional pembuatan fillet patin

Uraian Total Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Biaya Variabel 1. Bahan Baku 1,550,780,000 930,468,000 1,163,085,000 1,550,780,000 1,550,780,000 1,550,780,0002. Tenaga Kerja Langsung 64,800,000 38,880,000 48,600,000 64,800,000 64,800,000 64,800,0003. Plastik Kemasan 2,160,000 1,296,000 1,620,000 2,160,000 2,160,000 2,160,000

Sub Total 1,617,740,000 970,644,000 1,213,305,000 1,617,740,000 1,617,740,000 1,617,740,000Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Tak Langsung 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,0002. Listrik dan air 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,0003. Telepon 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,0004. Pajak Bumi dan Bangunan 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,0005. Pemasaran 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,8006. Pemeliharaan & Adm. 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,1007. BBM 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,0008. Penyusutan 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450

Sub Total 182,712,550 182,712,550 182,712,550 182,712,550 182,712,550 182,712,550Total 1,800,452,550 1,153,356,550 1,396,017,550 1,800,452,550 1,800,452,550 1,800,452,550Modal Kerja Awal (3 Bulan) 450,113,137.50

Page 57: Filet Ikan

57

Lampiran 6. Penyusutan bangunan, fasilitas, dan peralatan.

Uraian Jumlah Unit Harga/Unit Total Umur Nilai Sisa Nilai Buku Penyusutan

(Rp) Harga (Rp) Ekonomis (Rp) Tahun Ke-5

(Rp) per Tahun (Rp)

Bangunan 1. Pabrik 53.00 m² 400,000 21,200,000 10 2,120,000 11,660,000 1,908,0002. Tempat Penyimpanan 55.50 m² 400,000 22,200,000 10 2,220,000 12,210,000 1,998,0003. Kantor 55 m² 400,000 22,000,000 10 2,200,000 12,100,000 1,980,0004. Pos Keamanan 6 m² 200,000 1,200,000 10 120,000 660,000 108,0005. Kolam Penampungan 1,800 m² 50,000 90,000,000 10 9,000,000 49,500,000 8,100,000

sub total 69,200,000 6,920,000 38,060,000 6,228,000Peralatan 1. Timbangan Gantung 1 unit 300,000 300,000 5 15,000 15,000 57,0002. Jaring Ikan 6 buah 100,000 600,000 5 30,000 30,000 114,0003. Gentong Timbang 1 buah 30,000 30,000 5 1,500 1,500 5,7004. Wadah Ikan Hidup 2 buah 50,000 100,000 5 5,000 5,000 19,0005. Baki Dorong 2 buah 150,000 300,000 5 15,000 15,000 57,0006. Golok/Pisau 15 buah 10,000 150,000 5 7,500 7,500 28,5007. Timbangan Digital 1 unit 700,000 700,000 5 35,000 35,000 133,0008. Wadah Pre-Cooling 1 buah 900,000 900,000 5 45,000 45,000 171,0009. Sepatu Boots 20 pasang 50,000 1,000,000 5 50,000 50,000 190,00010. Jas/Pakaian Lab 20 buah 30,000 600,000 5 30,000 30,000 114,00011. Kain Saring 5 m 5,000 25,000 5 1,250 1,250 4,75012. Freezer/Lemari Pendingin 15 unit 2,000,000 30,000,000 5 1,500,000 1,500,000 5,700,00013. Meja Stainless Steel 2 buah 3,000,000 6,000,000 5 300,000 300,000 1,140,00014. Cold Box 30 buah 150,000 4,500,000 5 225,000 225,000 855,000

sub total 45,205,000 2,260,250 2,260,250 8,588,950

Page 58: Filet Ikan

58

Lanjutan Lampiran 6. Penyusutan bangunan, fasilitas, dan peralatan

Uraian Jumlah Unit Harga/Unit Total Harga Umur Nilai Sisa Nilai Buku Penyusutan

(Rp) (Rp) Ekonomis (Rp) Tahun Ke-5

(Rp) per Tahun (Rp)

Fasilitas 1. Komputer 1 pc 4,000,000 4,000,000 5 200,000 200,000 760,0002. Meja dan Kursi Direktur 1 buah 350,000 350,000 5 17,500 17,500 66,5003. Meja dan Kursi Staff 6 buah 250,000 1,500,000 5 75,000 75,000 285,0004. Telepon 1 unit 450,000 450,000 5 22,500 22,500 85,5005. Alat Tulis 200,000 5 10,000 10,000 38,0006. Kendaraan 1 unit 30,000,000 30,000,000 5 1,500,000 1,500,000 5,700,0007. Gen-Set 1 unit 2,000,000 2,000,000 5 100,000 100,000 380,000

sub total 38,500,000 1,925,000 1,925,000 7,315,000

TOTAL 132,655,000 10,092,750 41,232,750 18,284,450

Page 59: Filet Ikan

59

Lampiran 7. Total penyusutan

Uraian Tahun Ke-1

Tahun Ke-2

Tahun Ke-3

Tahun Ke-4

Tahun Ke-5

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Penyusutan Bangunan 6,228,000 6,228,000 6,228,000 6,228,000 6,228,0002. Penyusutan Fasilitas 8,588,950 8,588,950 8,588,950 8,588,950 8,588,9503. Penyusutan Peralatan 7,315,000 7,315,000 7,315,000 7,315,000 7,315,000

Total 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450

Page 60: Filet Ikan

60

Lampiran 8. Perincian biaya tenaga kerja

Uraian Jumlah Gaji per

Bulan Gaji per Tahun Total Biaya

Tahun Ke-1

Tahun Ke-2

Tahun Ke-3

Tahun Ke-4

Tahun Ke-5

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Tenaga Kerja Tak Langsung 1. Direktur 1 2,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,0002. Kepala Bagian 3 1,250,000 15,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,0003. Staff 3 600,000 7,200,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,0004. Satpam 2 250,000 3,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,0005. Bagian Umum 1 150,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000

sub total 10 4,250,000 51,000,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000Tenaga Kerja Langsung 1. Operator 18 300,000 3,600,000 64,800,000 38,880,000 48,600,000 64,800,000 64,800,000 64,800,000

sub total 18 300,000 3,600,000 64,800,000 38,880,000 48,600,000 64,800,000 64,800,000 64,800,000 Total 28 4,550,000 54,600,000 163,200,000 137,280,000 147,000,000 163,200,000 163,200,000 163,200,000

Page 61: Filet Ikan

61

Lampiran 9. Neraca Pembayaran Kredit

Anggaran Modal Tetap Dalam Rp

Tahun Jumlah Kredit Awal Tahun

Jumlah Kredit Akhir Tahun Angsuran Kredit

Bunga Tahun Ke-

Total Pembayaran

1 350,253,000.00 350,253,000.00 0.00 0.00 2 350,253,000.00 262,689,750.00 87,563,250.00 66,548,070.00 154,111,320.003 96,565,747.50 64,377,165.00 32,188,582.50 18,347,492.03 50,536,074.534 64,377,165.00 32,188,582.50 32,188,582.50 12,231,661.35 44,420,243.855 32,188,582.50 0.00 32,188,582.50 6,115,830.68 38,304,413.18

Modal Kerja

Tahun Jumlah Kredit Awal Tahun

Jumlah Kredit Akhir Tahun Angsuran Kredit

Bunga Tahun Ke-

Total Pembayaran

0 305,093,182.50 305,093,182.50 0.00 0.00 0.001 305,093,182.50 152,546,591.25 152,546,591.25 57,967,704.68 210,514,295.932 152,546,591.25 0.00 152,546,591.25 28,983,852.34 181,530,443.59

Page 62: Filet Ikan

62

Lampiran 10. Analisa rugi laba Dalam Rp. Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Penerimaan 1. Produksi Fillet (kg) 86,400.00 108,000.00 144,000.00 144,000.00 144,000.002. Harga Jual 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00

Nilai Penjualan 1,667,520,000.00 2,084,400,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 Biaya Variabel 1. Bahan Baku 930,468,000.00 1,163,085,000.00 1,550,780,000.00 1,550,780,000.00 1,550,780,000.002. Tenaga Kerja Langsung 38,880,000.00 48,600,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.003. Plastik Kemasan 1,296,000.00 1,620,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00

Sub Total 970,644,000.00 1,213,305,000.00 1,617,740,000.00 1,617,740,000.00 1,617,740,000.00Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Tak Langsung 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,0002. Listrik dan Air 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,0003. Telepon 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,0004. Pajak Bumi dan Bangunan 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,0005. Pemasaran 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,8006. Pemeliharaan & Adm. 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,1007. BBM 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,0008. Penyusutan 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450

Sub Total 182,712,550 182712550 182712550 182712550 182712550Total Biaya Produksi 1,153,356,550.00 1,396,017,550.00 1,800,452,550.00 1,800,452,550.00 1,800,452,550.00

Laba Operasi 514,163,450.00 688,382,450.00 978,747,450.00 978,747,450.00 978,747,450.00

Page 63: Filet Ikan

63

Lanjutan Lampiran 10. Analisa rugi laba Dalam Rp

Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Bunga Bank 1. Bunga Modal Tetap 0.00 66,548,070.00 18,347,492.03 12,231,661.35 6,115,830.682. Bunga Modal Kerja 57,967,704.68 28,983,852.34 0.00 0.00 0.00Total Pembayaran Bunga 57,967,704.68 95,531,922.34 18,347,492.03 12,231,661.35 6,115,830.68Laba Sebelum Pajak 456,195,745.33 592,850,527.66 960,399,957.98 966,515,788.65 972,631,619.33Pajak Penghasilan 119,358,723.60 160,355,158.30 270,619,987.39 272,454,736.60 274,289,485.80Laba Bersih Setelah Pajak 336,837,021.73 432,495,369.36 689,779,970.58 694,061,052.06 698,342,133.53 Laba Rata-Rata/tahun 570,303,109.45

Page 64: Filet Ikan

64

Lampiran 11. Hasil penghitungan kriteria investasi Uraian Tahun Ke-0 Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Kas Masuk 1. Laba Bersih 0.00 336,837,021.73 432,495,369.36 689,779,970.58 694,061,052.06 698,342,133.532. Penyusutan 0.00 18,284,450.00 13,560,206.00 13,560,206.00 13,560,206.00 13,560,206.003. Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 41,232,750.004. Modal Sendiri 436,897,455.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.005. Modal Pinjaman 655,346,182.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sub Total 1,092,243,637.50 355,121,471.73 446,055,575.36 703,340,176.58 707,621,258.06 753,135,089.53Kas Keluar 1. Modal tetap 583,755,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.002. Modal Kerja 450,113,137.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.003. Pra-operasional 58,375,500.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.004. Angsuran Kredit 0.00 152,546,591.25 240,109,841.25 32,188,582.50 32,188,582.50 32,188,582.50

Sub Total 1,092,243,637.50 152,546,591.25 240,109,841.25 32,188,582.50 32,188,582.50 32,188,582.50Aliran Kas Bersih -1,092,243,637.50 202,574,880.48 205,945,734.11 671,151,594.08 675,432,675.56 720,946,507.03Kumulatif -1,092,243,637.50 -889,668,757.02 -683,723,022.91 -12,571,428.83 662,861,246.73 1,383,807,753.76Df (19%) 1.00 0.84 0.71 0.59 0.50 0.42Present Value -1,092,243,637.50 170,230,992.00 145,431,632.03 398,271,969.64 336,817,168.98 302,112,180.24Df (40%) 1.00 0.71 0.51 0.36 0.26 0.19Laba Rata-Rata 570,303,109.45 Penyusutan 13,560,206.00 NPV IRR Net B/C Jumlah 583,863,315.45 219,008,659.99 27.02% 1.24 Total Investasi 1,092,243,637.50PBP 1.87

Page 65: Filet Ikan

65

Lampiran 12. Hasil analisa BEP Dalam Rp

Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Penerimaan 1. Produksi Fillet (kg) 86,400.00 108,000.00 144,000.00 144,000.00 144,000.002. Harga Jual 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00Nilai Penjualan 1,667,520,000.00 2,084,400,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 Biaya Variabel 1. Bahan Baku 930,468,000.00 1,163,085,000.00 1,550,780,000.00 1,550,780,000.00 1,550,780,000.002. Tenaga Kerja Langsung 38,880,000.00 48,600,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.003. Plastik Kemasan 1,296,000.00 1,620,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00Sub Total 970,644,000.00 1,213,305,000.00 1,617,740,000.00 1,617,740,000.00 1,617,740,000.00Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Tak Langsung 98,400,000.00 98,400,000.00 98,400,000.00 98,400,000.00 98,400,000.002. Listrik dan Air 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.003. Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.004. Pajak Bumi dan Bangunan 6,753,000.00 6,753,000.00 6,753,000.00 6,753,000.00 6,753,000.005. Pemasaran 32,354,800.00 32,354,800.00 32,354,800.00 32,354,800.00 32,354,800.006. Pemeliharaan & Adm. 5,075,100.00 5,075,100.00 5,075,100.00 5,075,100.00 5,075,100.007. BBM 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.008. Penyusutan 18,284,450.00 18,284,450.00 18,284,450.00 18,284,450.00 18,284,450.00Sub Total 80,887,000.00 182,712,550.00 182,712,550.00 182,712,550.00 182,712,550.00Total Biaya Produksi 1,153,356,550.00 1,396,017,550.00 1,800,452,550.00 1,800,452,550.00 1,800,452,550.00Break Event Point %BEP 0.116070865 0.209750429 0.157312822 0.157312822 0.157312822Jumlah Produksi (kg) 10,028.52 22,653.05 22,653.05 22,653.05 22,653.05Nilai Penjualan 193,550,488.52 437,203,794.33 437,203,794.33 437,203,794.33 437,203,794.33

Page 66: Filet Ikan

66

Lampiran 13. Hasil analisa rugi laba jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 5% Dalam Rp. Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Penerimaan 1. Produksi Fillet 86,400.00 108,000.00 144,000.00 144,000.00 144,000.002. Harga Jual 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00

Nilai Penjualan 1,667,520,000.00 2,084,400,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 Biaya Variabel 1. Bahan Baku 976,991,400.00 1,221,239,250.00 1,628,319,000.00 1,628,319,000.00 1,628,319,000.002. Tenaga Kerja Langsung 38,880,000.00 48,600,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.003. Plastik Kemasan 1,296,000.00 1,620,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00

Sub Total 1,017,167,400.00 1,271,459,250.00 1,695,279,000.00 1,695,279,000.00 1,695,279,000.00Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Tak Langsung 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,0002. Listrik dan Air 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,0003. Telepon 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,0004. Pajak Bumi dan Bangunan 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,0005. Pemasaran 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,8006. Pemeliharaan & Adm. 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,1007. BBM 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,0008. Penyusutan 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450

Sub Total 182,712,550 182712550 182712550 182712550 182712550Total Biaya Produksi 1,199,879,950.00 1,454,171,800.00 1,877,991,550.00 1,877,991,550.00 1,877,991,550.00

Laba Operasi 467,640,050.00 630,228,200.00 901,208,450.00 901,208,450.00 901,208,450.00

Page 67: Filet Ikan

67

Lanjutan Lampiran 13. Hasil analisa rugi laba jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 5% Dalam Rp

Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Bunga Bank 1. Bunga Modal Tetap 0.00 66,548,070.00 18,347,492.03 12,231,661.35 6,115,830.682. Bunga Modal Kerja 57,967,704.68 28,983,852.34 0.00 0.00 0.00Total Pembayaran Bunga 57,967,704.68 95,531,922.34 18,347,492.03 12,231,661.35 6,115,830.68Laba Sebelum Pajak 409,672,345.33 534,696,277.66 882,860,957.98 888,976,788.65 895,092,619.33Pajak Penghasilan 105,401,703.60 142,908,883.30 247,358,287.39 249,193,036.60 251,027,785.80Laba Bersih Setelah Pajak 304,270,641.73 391,787,394.36 635,502,670.58 639,783,752.06 644,064,833.53 Laba Rata-Rata/tahun 523,081,858.45

Page 68: Filet Ikan

68

Lampiran 14. Hasil penghitungan kriteria investasi pada kenaikan harga bahan baku 5%

Uraian Tahun Ke-0 Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Kas Masuk 1. Laba Bersih 0.00 304,270,641.73 391,787,394.36 635,502,670.58 639,783,752.06 644,064,833.532. Penyusutan 0.00 18,284,450.00 13,560,206.00 13,560,206.00 13,560,206.00 13,560,206.003. Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 41,232,750.004. Modal Sendiri 436,897,455.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.005. Modal Pinjaman 655,346,182.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sub Total 1,092,243,637.50 322,555,091.73 405,347,600.36 649,062,876.58 653,343,958.06 698,857,789.53Kas Keluar 1. Modal tetap 583,755,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.002. Modal Kerja 450,113,137.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.003. Pra-operasional 58,375,500.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.004. Angsuran Kredit 0.00 152,546,591.25 240,109,841.25 32,188,582.50 32,188,582.50 32,188,582.50

Sub Total 1,092,243,637.50 152,546,591.25 240,109,841.25 32,188,582.50 32,188,582.50 32,188,582.50Aliran Kas Bersih -1,092,243,637.50 170,008,500.48 165,237,759.11 616,874,294.08 621,155,375.56 666,669,207.03Kumulatif -1,092,243,637.50 -922,235,137.02 -756,997,377.91 -140,123,083.83 481,032,291.73 1,147,701,498.76Df (19%) 1.00 0.84 0.71 0.59 0.50 0.42Present Value -1,092,243,637.50 142,864,286.12 116,685,092.23 366,062,961.47 309,750,775.56 279,367,311.82Df (40%) 1.00 0.71 0.51 0.36 0.26 0.19Laba Rata-Rata 523,081,858.45 Penyusutan 13,560,206.00 NPV IRR Net B/C Jumlah 536,642,064.45 102,930,078.41 0.23 1.11 Total Investasi 1,092,243,637.50PBP 2.04

Page 69: Filet Ikan

69

Lampiran 15. Hasil analisa BEP pada kenaikan harga bahan baku 5%

Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)Penerimaan 1. Produksi Fillet 86,400.00 108,000.00 144,000.00 144,000.00 144,000.002. Harga Jual 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00Nilai Penjualan 1,667,520,000.00 2,084,400,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 Biaya Variabel 1. Bahan Baku 976,991,400.00 1,221,239,250.00 1,628,319,000.00 2,469,600,000.00 2,469,600,000.002. Tenaga Kerja Langsung 38,880,000.00 48,600,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.003. Plastik Kemasan 1,296,000.00 1,620,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00Sub Total 970,644,000.00 1,213,305,000.00 1,617,740,000.00 1,617,740,000.00 1,617,740,000.00Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Tak Langsung 98,400,000.00 98,400,000.00 98,400,000.00 98,400,000.00 98,400,000.002. Listrik dan Air 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.003. Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.004. Pajak Bumi dan Bangunan 6,753,000.00 6,753,000.00 6,753,000.00 6,753,000.00 6,753,000.005. Pemasaran 32,354,800.00 32,354,800.00 32,354,800.00 32,354,800.00 32,354,800.006. Pemeliharaan & Adm. 5,075,100.00 5,075,100.00 5,075,100.00 5,075,100.00 5,075,100.007. BBM 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.008. Penyusutan 18,284,450.00 18,284,450.00 18,284,450.00 18,284,450.00 18,284,450.00Sub Total 80,887,000.00 182,712,550.00 182,712,550.00 182,712,550.00 182,712,550.00Total Biaya Produksi 1,153,356,550.00 1,396,017,550.00 1,800,452,550.00 1,800,452,550.00 1,800,452,550.00Break Event Point %BEP 0.116070865 0.209750429 0.157312822 0.157312822 0.157312822Jumlah Produksi (kg) 10,028.52 22,653.05 22,653.05 22,653.05 22,653.05Nilai Penjualan 193,550,488.52 437,203,794.33 437,203,794.33 437,203,794.33 437,203,794.33

Page 70: Filet Ikan

70

Lampiran 16. Hasil analisa rugi laba jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 10% Dalam Rp. Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Penerimaan 1. Produksi Fillet 86,400.00 108,000.00 144,000.00 144,000.00 144,000.002. Harga Jual 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00 19,300.00

Nilai Penjualan 1,667,520,000.00 2,084,400,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 2,779,200,000.00 Biaya Variabel 1. Bahan Baku 1,023,514,800.00 1,279,393,500.00 1,705,858,000.00 1,705,858,000.00 1,705,858,000.002. Tenaga Kerja Langsung 38,880,000.00 48,600,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.003. Plastik Kemasan 1,296,000.00 1,620,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00

Sub Total 1,063,690,800.00 1,329,613,500.00 1,772,818,000.00 1,772,818,000.00 1,772,818,000.00Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Tak Langsung 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,0002. Listrik dan Air 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,0003. Telepon 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,0004. Pajak Bumi dan Bangunan 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,0005. Pemasaran 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,8006. Pemeliharaan & Adm. 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,1007. BBM 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,0008. Penyusutan 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450

Sub Total 176,712,550 176712550 176712550 176712550 176712550Total Biaya Produksi 1,333,450,150.00 1,622,634,550.00 2,104,608,550.00 2,104,608,550.00 2,104,608,550.00

Laba Operasi 334,069,850.00 461,765,450.00 674,591,450.00 674,591,450.00 674,591,450.00

Page 71: Filet Ikan

71

Lanjutan Lampiran 16. Hasil analisa rugi laba jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 10% Dalam Rp

Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Bunga Bank 1. Bunga Modal Tetap 0.00 66,548,070.00 18,347,492.03 12,231,661.35 6,115,830.682. Bunga Modal Kerja 57,967,704.68 28,983,852.34 0.00 0.00 0.00Total Pembayaran Bunga 57,967,704.68 95,531,922.34 18,347,492.03 12,231,661.35 6,115,830.68Laba Sebelum Pajak 276,102,145.33 366,233,527.66 656,243,957.98 662,359,788.65 668,475,619.33Pajak Penghasilan 65,330,643.60 92,370,058.30 179,373,187.39 181,207,936.60 183,042,685.80Laba Bersih Setelah Pajak 210,771,501.73 273,863,469.36 476,870,770.58 481,151,852.06 485,432,933.53 Laba Rata-Rata/tahun 385,618,105.45

Page 72: Filet Ikan

72

Lampiran 17. Hasil penghitungan kriteria investasi pada kenaikan harga bahan baku 10% Uraian Tahun Ke-0 Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)Kas Masuk 1. Laba Bersih 0.00 210,771,501.73 273,863,469.36 476,870,770.58 481,151,852.06 485,432,933.532. Penyusutan 0.00 18,284,450.00 13,560,206.00 13,560,206.00 13,560,206.00 13,560,206.003. Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 41,232,750.004. Modal Sendiri 436,897,455.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.005. Modal Pinjaman 655,346,182.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sub Total 1,092,243,637.50 229,055,951.73 287,423,675.36 490,430,976.58 494,712,058.06 540,225,889.53Kas Keluar 1. Modal tetap 583,755,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.002. Modal Kerja 450,113,137.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.003. Pra-operasional 58,375,500.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.004. Angsuran Kredit 0.00 152,546,591.25 240,109,841.25 32,188,582.50 32,188,582.50 32,188,582.50

Sub Total 1,092,243,637.50 152,546,591.25 240,109,841.25 32,188,582.50 32,188,582.50 32,188,582.50Aliran Kas Bersih -1,092,243,637.50 76,509,360.48 47,313,834.11 458,242,394.08 462,523,475.56 508,037,307.03

Kumulatif -1,092,243,637.50-

1,015,734,277.02 -968,420,442.91 -510,178,048.83 -47,654,573.27 460,382,733.76Df (19%) 1.00 0.84 0.71 0.59 0.50 0.42Present Value -1,092,243,637.50 64,293,580.23 33,411,365.10 271,928,283.37 230,646,004.05 212,892,713.92Df (40%) 1.00 0.71 0.51 0.36 0.26 0.19Laba Rata-Rata 385,618,105.45 Penyusutan 13,560,206.00 NPV IRR Net B/C Jumlah 399,178,311.45 -252,683,550.41 9.78% 0.74 Total Investasi 1,092,243,637.50PBP 2.74

Page 73: Filet Ikan

73

Lampiran 18. Hasil analisa rugi laba jika terjadi penurunan harga jual sebesar 5% Dalam Rp. Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Penerimaan 1. Produksi Fillet 86,400.00 108,000.00 144,000.00 144,000.00 144,000.002. Harga Jual 18,335.00 18,335.00 18,335.00 18,335.00 18,335.00

Nilai Penjualan 1,584,144,000.00 1,980,180,000.00 2,640,240,000.00 2,640,240,000.00 2,640,240,000.00 Biaya Variabel 1. Bahan Baku 930,468,000.00 1,163,085,000.00 1,550,780,000.00 1,550,780,000.00 1,550,780,000.002. Tenaga Kerja Langsung 38,880,000.00 48,600,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.003. Plastik Kemasan 1,296,000.00 1,620,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00

Sub Total 970,644,000.00 1,213,305,000.00 1,617,740,000.00 1,617,740,000.00 1,617,740,000.00Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Tak Langsung 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,000 98,400,0002. Listrik dan Air 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,0003. Telepon 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,0004. Pajak Bumi dan Bangunan 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,000 6,753,0005. Pemasaran 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,800 32,354,8006. Pemeliharaan & Adm. 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,100 5,075,1007. BBM 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,0008. Penyusutan 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450 18,284,450

Sub Total 182,712,550 182712550 182712550 182712550 182712550Total Biaya Produksi 1,153,356,550.00 1,396,017,550.00 1,800,452,550.00 1,800,452,550.00 1,800,452,550.00

Laba Operasi 347,411,450.00 479,942,450.00 700,827,450.00 700,827,450.00 700,827,450.00

Page 74: Filet Ikan

74

Lanjutan Lampiran 18. Hasil analisa rugi laba jika terjadi penurunan harga jual sebesar 5%

Dalam Rp Uraian Tahun ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Bunga Bank 1. Bunga Modal Tetap 0.00 66,548,070.00 18,347,492.03 12,231,661.35 6,115,830.682. Bunga Modal Kerja 57,967,704.68 28,983,852.34 0.00 0.00 0.00Total Pembayaran Bunga 57,967,704.68 95,531,922.34 18,347,492.03 12,231,661.35 6,115,830.68Laba Sebelum Pajak 289,443,745.33 384,410,527.66 682,479,957.98 688,595,788.65 694,711,619.33Pajak Penghasilan 69,333,123.60 97,823,158.30 187,243,987.39 189,078,736.60 190,913,485.80Laba Bersih Setelah Pajak 220,110,621.73 286,587,369.36 495,235,970.58 499,517,052.06 503,798,133.53 Laba Rata-Rata/tahun 401,049,829.45

Page 75: Filet Ikan

75

Lampiran 19. Hasil penghitungan kriteria investasi pada penurunan harga jual 5% Uraian Tahun Ke-0 Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Kas Masuk 1. Laba Bersih 0.00 220,110,621.73 286,587,369.36 495,235,970.58 499,517,052.06 503,798,133.532. Penyusutan 0.00 18,284,450.00 13,560,206.00 13,560,206.00 13,560,206.00 13,560,206.003. Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 41,232,750.004. Modal Sendiri 436,897,455.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.005. Modal Pinjaman 655,346,182.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sub Total 1,092,243,637.50 238,395,071.73 300,147,575.36 508,796,176.58 513,077,258.06 558,591,089.53Kas Keluar 1. Modal tetap 583,755,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.002. Modal Kerja 450,113,137.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.003. Pra-operasional 58,375,500.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.004. Angsuran Kredit 0.00 152,546,591.25 240,109,841.25 32,188,582.50 32,188,582.50 32,188,582.50

Sub Total 1,092,243,637.50 152,546,591.25 240,109,841.25 32,188,582.50 32,188,582.50 32,188,582.50Aliran Kas Bersih -1,092,243,637.50 85,848,480.48 60,037,734.11 476,607,594.08 480,888,675.56 526,402,507.03

Kumulatif -1,092,243,637.50-

1,006,395,157.02 -946,357,422.91 -469,749,828.83 11,138,846.73 537,541,353.76Df (19%) 1.00 0.84 0.71 0.59 0.50 0.42Present Value -1,092,243,637.50 72,141,580.23 42,396,535.64 282,826,483.48 239,804,155.41 220,588,639.43Df (40%) 1.00 0.71 0.51 0.36 0.26 0.19Laba Rata-Rata 401,049,829.45 Penyusutan 13,560,206.00 NPV IRR Net B/C Jumlah 414,610,035.45 -197,047,260.25 11.32% 0.79 Total Investasi 1,092,243,637.50PBP 2.63