14
PENDAHULUAN Pada zaman sekarang ini, penyakit tidak menular (PTM) sudah semakin banyak diderita oleh masyarakat baik skala nasional maupun internasional. Di Indonesia, penyakit tidak menular (PTM) menjadi salah satu masalah kesehatan nasional yang menjadi perhatian. Prevalensi kejadian penyakit tidak menular setiap tahun meningkat. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi penyakit tidak menular pada tahun 2007 meningkat menjadi 59,5% dibandingkan pada tahun 1995 yaitu sebesar 41,7%. Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular setiap tahunnya berkaitan dengan pola hidup, usia dan genetik. Seiring berkembangnya zaman, masyarakat mulai kurang memperhatikan kesehatan diri. Pola hidup yang kurang diperhatikan adalah faktor utama perkembangan penyakit tidak menular pada saat ini. Asupan kalori yang berlebihan dan kurang sehat adalah salah satu pola hidup yang kurang tepat. Apabila hal tersebut tidak diseimbangi dengan dengan aktivitas fisik yang baik maka akan menyebabkan obesitas yang akan berdampak pada timbulnya penyakit tidak menular. Seiring bertambahnya usia pada seseorang, kualitas struktur dan fungsi organ akan menurun dan ini juga mempengaruhi perkembangan timbulnya penyakit tidak menular. Beberapa penyakit tidak menular juga bisa disebabkan oleh faktor genetik, diantaranya asma, gout atau asam urat dan lain sebagainya.

Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

f

Citation preview

Page 1: Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang ini, penyakit tidak menular (PTM) sudah semakin

banyak diderita oleh masyarakat baik skala nasional maupun internasional. Di

Indonesia, penyakit tidak menular (PTM) menjadi salah satu masalah kesehatan

nasional yang menjadi perhatian. Prevalensi kejadian penyakit tidak menular setiap

tahun meningkat. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi penyakit tidak menular pada

tahun 2007 meningkat menjadi 59,5% dibandingkan pada tahun 1995 yaitu sebesar

41,7%. Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular setiap tahunnya berkaitan

dengan pola hidup, usia dan genetik. Seiring berkembangnya zaman, masyarakat

mulai kurang memperhatikan kesehatan diri.

Pola hidup yang kurang diperhatikan adalah faktor utama perkembangan

penyakit tidak menular pada saat ini. Asupan kalori yang berlebihan dan kurang sehat

adalah salah satu pola hidup yang kurang tepat. Apabila hal tersebut tidak

diseimbangi dengan dengan aktivitas fisik yang baik maka akan menyebabkan

obesitas yang akan berdampak pada timbulnya penyakit tidak menular. Seiring

bertambahnya usia pada seseorang, kualitas struktur dan fungsi organ akan menurun

dan ini juga mempengaruhi perkembangan timbulnya penyakit tidak menular.

Beberapa penyakit tidak menular juga bisa disebabkan oleh faktor genetik,

diantaranya asma, gout atau asam urat dan lain sebagainya.

Saat ini sudah beragam penyakit tidak menular yang diderita oleh masyarakat.

Penyakit tidak menular tersebut seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit

sendi dan masih banyak contoh PTM lainnya. Menurut Riskesdas 2007, tujuh

penyakit tidak menular yang mempunyai prevalensi tertinggi yaitu hipertensi (31,7%),

penyakit sendi (30,3%), stroke (8,3%), penyakit jantung (7,2%), diabetes mellitus

(6,8%), kanker/tumor (4,3%) dan asma (3,5%). Oleh karena prevalensi yang besar

tersebut maka penyakit-penyakit tersebut menjadi fokus bagi instansi kesehatan dan

para tenaga kesehatan.

Tingginya prevalensi penyakit tidak menular di masyarakat, tenaga kesehatan

mempunyai peran penting untuk menanggulangi masalah tersebut. Dokter keluarga

adalah salah satu tenaga kesehatan yang secara strategis dapat melakukan pendekatan

yang baik untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut. Dimana dengan peran

dokter keluarga diharapkan dapat lebih baik dalam mengarahkan dan memberikan

Page 2: Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

perubahan ke arah yang lebih baik agar individu serta keluarga tersebut dapat

menanggulangi, mengobati dan mencegah penyakit tidak menular tersebut. Tingkat

keberhasilan pendekatan dokter keluarga yang baik membuat tingkat penyakit tidak

menular dapat menurun.

ILUSTRASI KASUS

Tn. S, usia 59 tahun, adalah seorang pasien di puskesmas Sukmajaya, Depok.

Beliau adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai satu orang istri dan 3 orang

anak. Keseharian beliau lebih banyak di dalam rumah meskipun beliau adalah seorang

wiraswasta. Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada pertemuan pertama,

Tn. S mempunyai riwayat penyakit hipertensi, gout/asam urat dan asma. Penyakit

yang diderita olehnya telah berlangsung cukup lama. Penyakit asma yang dimiliki

oleh oleh Tn. S akan timbul bila cuaca disekitar sangat tidak mendukung seperti cuaca

yang sangat dingin atau panas yang terlalu terik serta bila pasien terlalu lelah setelah

melakukan aktivitas.

Penyakit hipertensi dan gout yang diderita oleh pasien telah mendapat

perawatan dari pihak puskesmas. Namun, pasien tidak rutin mengkonsumsi obat-obat.

Pola hidup pasien yang juga tidak menunjang kesehatan pasien pun masih rutin

dilakukan. Dalam kesehariannya, Tn. S rutin mengkonsumsi ikan asin, makanan yang

digoreng, gajih dan beberapa makanan lainnya yang dapat memicu tingginya kadar

tekanan darah pasien. Pasien adalah seorang perokok aktif. Dalam sehari, pasien dapat

mengkonsumsi 1 bungkus rokok. Dahulu, pasien dapat mengkonsumsi 2 bungkus

rokok dalam satu hari. Setiap hari minggu, Tn. S rutin melakukan olahraga pagi

dengan jalan pagi keliling sekitar lingkungan rumah pasien. Meskipun pasien

mempunyai riwayat penyakit gout, pasien tidak terlalu memperhatikan penyakit

tersebut. Terkadang, beliau masih mengkonsumsi makanan yang dapat menimbulkan

kekambuhan penyakit tersebut.

Tak hanya Tn. S, Istri dari Tn. S, Ny. M yang berusia 55 tahun. Beliau juga

menderita penyakit yang sama dengan suaminya, yaitu hipertensi dan juga asam urat.

Dahulu, Ny. M pernah mengalami stroke ringan akibat tekanan darah yang sangat

tinggi. Ny. M juga mengeluh kalau wajah bagian kanan sering kedutan dengan

Page 3: Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

sendirinya. Dahulu beliau telah mengobati keluhan tersebut namun kurang lebih

setahun yang lalu Ny. M memutuskan untuk menyudahi pengobatan karena ia

menganggap dirinya sudah lebih baik.

Setelah Ny. M mengetahui bahwa beliau menderita penyakit hipertensi dan

gout, beliau mulai memperhatikan pola hidup. Ny. M mulai mengurangi makanan-

makanan yang dapat memicu kekambuhan penyakitnya. Beliau pun rutin

mengkonsumsi obat darah tinggi untuk menjaga tekanan darahnya agar tetap stabil.

Setiap minggu, Ny. M rutin melakukan jalan pagi di sekililing rumahnya bersama Tn.

S.

Tn. S dan Ny. M mempunyai seorang cucu, An. F yang berusia 12 tahun.

Anak tersebut menderita penyakit asma. Anamnesa mengenai An. F dilakukan

melalui ibu pasien yaitu Ny. Y. Menurut Ny. Y penyakit asma yang diderita oleh

anaknya adalah penyakit turunan yang diderita oleh kakeknya yaitu Tn. S. Asma yang

diderita anak ini kambuh apabila cuaca yang ekstrim, kondisi tubuh yang terlalu lelah

dan juga dalam keadaan stress. Saat An. F masih kecil, ia rutin dibawa oleh orang

tuanya ke rumah sakit untuk diuap. Namun sudah 2 tahun ini penyakit tersebut sudah

tidak kambuh lagi dan An. F tidak ke rumah sakit lagi untuk diuap.

Setelah anamnesa usai, dilakukanlah pemeriksaan fisik pertama. Pemeriksaan

fisik meliputi tanda vital, tinggi badan, berat badan serta pemeriksaan head to toe. Tn.

S mempunyai berat badan (BB) 60 kg dan tinggi badan (TB) 155 cm. Pada

pemeriksaan tanda vital meliputi tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 80 kali/menit,

suhu 36,5oC dan respiration rate (RR) 20 kali/ menit. Pada pemeriksaan head to toe,

ditemukan ruam pada bagian dada tengah atas, menurut beliau ruam tersebut ada

karena pasien alergi terhadap obat asma yang ia konsumsi. Kelainan yang lainnya

tidak ditemukan pada saat pemeriksaan fisik. Setelah Tn. S selesai pemeriksaan fisik

kemudian dilanjutkan pemeriksaan pada Ny. M. Ny. M mempunyai berat badan (BB)

53 kg dengan tinggi 148 cm. Pada pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 140/100

mmHg, nadi 72 kali/menit, suhu 36,5oC dan respiration rate (RR) 18 kali/menit. Pada

pemeriksaan head to toe ditemukan adanya kelainan dibagian wajah pasien sebelah

kanan, dengan hipotesis adanya gangguan pada saraf fasialis. Selain kelainan tersebut

tidak ditemukan kelainan yang lainnya.

Page 4: Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

Pada pertemuan kedua, pemeriksaan dilakukan kembali. Pada pertemuan kali

ini penyakit asma Tn. S sedang kambuh dan mengeluh batuk terus menerus sejak

kemarin. Dua hari sebelum kunjungan kedua, Tn. S kurang beristirahat dan makan

makanan yang memicu kadar asam uratnya meningkat. Pada pemeriksaan tanda vital

ditemukan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 72 kali/menit, suhu dalam batas

normal. Saat dilakukan auskultasi pada terdengar suara ronkhi. Kemudian dilakukan

pemeriksaan kadar kolestrol, asam urat dan gula darah. Hasil pemeriksaan yaitu kadar

kolestrol Tn. S adalah 311, kadar asam urat 8,4 dan gula darah 115. Dari hasil

pemeriksaan tersebut kadar kolestrol dan asam urat Tn. S adalah diatas normal.

Kemudian pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan Ny. S. Tanda vital Ny. S

pada tekanan darah 130/100 mmHg, Nadi 80 kali/menit, suhu dalam batas normal.

Pada pemeriksaan kolestrol ditemukan hasilnya yaitu 215, kadar asam urat 6,7 serta

gula darah 92. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukan kadar kolestrol dan asam urat

Ny. M diatas normal.

Pada pertemuan ketiga, pemeriksaan dilakukan kembali. Pemeriksaan tanda

vital pada Tn. S didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg kemudian nadi, suhu dan

RR dalam batas normal. Pemeriksaan kadar kolestrol, asam urat dan gula darah

dilakukan kembali. Hasil pemeriksaan tersebut sebagai berikut kadar kolestrol 334,

asam urat 7,4 dan gula darah 122. Kadar kolestrol pasien saat ini meningkat dari

pemeriksaan sebelum. Kemudian pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan Ny.

M. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan semua hasilnya dalam batas normal. Pada

emeriksaan kadar kolestrol, asam urat dan gula darah hasilnya sebagai berikut

kolestrol 233, gula darah 106 dan asam urat 6,3.

PENILAIAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI KELUARGA

Kelurga Tn. S terdiri dari satu orang istri, 3 anak kandung berjenis kelamin

perempuan, 2 orang menantu namun 1 orang telah meninggal dunia serta 4 orang

cucu. Namun yang tinggal bersama dengan Tn. S dalam satu rumah hanya Ny. M dan

1 orang anak.

Page 5: Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

Penilaian Terhadap Keluarga

Dalam penatalaksanaan penyakit pasien, diperlukan peran serta dan peran aktif

seluruh anggota keluarga. Keluarga berperan dalam hal memperingatkan untuk

mengonsumsi makan makanan yang sehat dan menjauhi makanan yang memperparah

keadaan hipertensi, naiknya kadar asam urat, dan kadar kolesterol dari kedua pasien.

Peran istri sangat berperan dalam hal menyediakan asupan makanan setiap harinya

walaupun istri juga sebagai pasien. Peran istri juga penting dalam mengingatkan

suami untuk mengurangi mengonsumsi rokok setiap harinya agar tidak memicu

terjadinya asma. Keluarga juga seharusnya banyak mengetahui mengenai hal yang

berhubungan dengan penyakitnya sehingga dapat mencegahnya dengan cara mengatur

pola makan, mengetahui makanan yang dihindari dan yang boleh dikonsumsi, selain

itu selalu cek rutin untuk tekanan darah, kolesterol dan asam urat. Agar tujuan dapat

tercapai dalam menangani pasien dengan melibatkan keluarga dalam perawatan serta

untuk mendeteksi faktor resiko yang berkaitan dengan masalah fisik, psikologik,

sosial, dan lingkungan keluarga, maka dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 5

Desember, 16 Desember, dan 5 Januari 2015.

Identifikasi Masalah Keluarga

1. Masalah dalam fungsi biologis: pasien 1 yaitu Bapak Sukirman memiliki

asma, hipertensi, kadar kolesterol yang tinggi, dan kadar asam urat yang

tinggi. Pasien 2 yaitu Ibu Maimunah memiliki hipertensi, bels palsy regio

dextra, kadar kolesterol yang tinggi, dan disertai kadar asam urat yang juga

tinggi.

2. Masalah dalam fungsi psikologis: pasien 1 sulit untuk mengatur pola makan

dan sulit untuk mengurangi konsumsi rokok walaupun sudah dipengeringatkan

oleh istri pasien. Pasien 2 sudah sadar akan keadaannya sehingga sudah mulai

untuk mengontrol pola makan sehari-harinya.

3. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Dalam keluarga

ini terdapat ketergantungan finansial pada kepala keluarga yang

pengahasilannya cukup. Selain itu, kebutuhan keluarga juga dipenuhi dengan

dibantu dari anak yang telah berumah tangga dan berpenghasilan. Kepala

keluarga dulunya bekerja sebagai tukang bengkel, tetapi sekarang sudah tidak

lagi dan hanya bekerja jika ada panggilan untuk bekerja.

Page 6: Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

4. Masalah perilaku kesehatan: Keluarga cukup mengerti akan pentingnya

kesehatan dan pemeliharaan kesehatan, usaha dalam mengatasi masalah

kesehatan dari kedua pasien sudah cukup maksimal, tetapi masih sedikit tidak

maksimal dalam kebiasaan pola makan. Pola makan keluarga agak kurang

terkontrol, sulit untuk menghindari makanan yang seharusnya dihindari.

5. Masalah lingkungan: berhubungan dengan penyakit pasien 1 yang mengidap

asma, walaupun kebersihan lingkungan rumah sudah bersih, tetapi keadaan

rumah sedikit kurang pencahayaan yang masuk, terutama pencahayaan dan

ventilasi untuk kamar, serta jarak antara rumah satu dan yang lain terlalu dekat

dan padat, sehingga mudah menjangkitkan penyakit–penyakit infeksi.

6. Kondisi lingkungan ditinjau dari kondisi rumah. Rumah yang dihuni adalah

rumah pribadi yang berada di daerah padat. Karakteristik rumah yang dihuni

adalah luas rumah kurang lebih 90 m2 dengan rumah berbentuk L. Jumlah

orang dalam satu rumah adalah 3 orang, memiliki halaman rumah yang dapat

memuat sekitar 4 motor, tidak bertingkat, lantai rumah dari keramik, dinding

rumah dari tembok. Penerangan rumah pada siang hari terdapat 2 jendela

berbentuk memanjang, untuk penerangan kamar hanya satu jendela yang kecil

untuk kamar depan, dan satu jendela kecil untuk kamar anak dimana jendela

tersebut telah berhadapan dengan rumah tetangga dengan jarak yang sempit.

Ventilasi rumah memanfaatkan pintu rumah depan, 2 jendela rumah, dan

masing-masing satu jendela kecil untuk kamar tidur, dan juga 1 pintu untuk

keluar rumah dari dapur dan 1 jendela di dapur. Kondisi lemembapan dalam

rumah tidak lembab, dan terdapat bantuan ventilasi di dalam rumah, tetapi

sedikit kurang ventilasi untuk kamar. Tata letak ruangan untuk kedua kamar

terlalu berdekatan dengan dapur. Kebersihan di dalam rumah sudah bersih.

Tata letak barang di dalam rumah juga tertata rapi. Sumber air rumah; air

minum dari pam

7. Penerangan rumah pada siang hari hanya dari satu jendela di sisi depan

rumah, pada malam hari menggunakan lampu listrik. Ventilasi rumah

memanfaatkan pintu rumah depan dan satu jendela rumah, kondisi

kelembapan dalam rumah lembap, dan tidak ada bantuan ventilasi di dalam

rumah. Kebersihan di dalam rumah masih kurang. Tata letak barang dalam

rumah kurang tertata rapi, barang-barang tertumpuk di satu tempat. Sumber air

rumah; air minum, air cuci dan masak dari air pam. Kamar mandi keluarga

Page 7: Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

tersedia di dalam rumah berjumlah 1 buah dengan jamban jongkok 1 buah.

Sampah dibuang ke tempat sampah di luar rumah. Kesan kebersihan

lingkungan pemukiman bersih.

Diagnosis Holistik

Aspek Personal : Kedua pasien memiliki harapan untuk sembuh dan

penyakitnya tidak dialami oleh anak dan cucunya.

1. Pasien 1 memiliki kekhawatiran untuk kambuh asma

dan khawatir kesemutan yang dialami makin parah bila

kadar kolesterol tidak terkontrol.

2. Pasien 2 memiliki kekhawatiran dalam hal parahnya

keadaan bels palsy dan khawatir keadaan hipertensinya

memperparah sehingga mempengaruhi keadaan

jantungnya.

Aspek Klinis : 1. Bapak Sukirman, memiliki asma, hipertensi derajat

satu (JNC-VII), kadar kolesterol dan asam urat yang

tinggi.

2. Ibu Maymunah, terdapat bels palsi, hipertensi derajat 1

(JNC-VII), kadar kolesterol dan asam urat yang tinggi.

Aspek Individual : 1. Pasien adalah seorang kepala keluarga berusia 59

tahun, yang memiliki masalah dalam mencegah dari

memperparahnya penyakit yang ada, yaitu dalam

mengontrol makanan yang dikonsumsinya. Pasien

tetap mengonsumsi rokok walaupun ia tahu mengenai

asma.

Pasien juga bermasalah dengan kesadaran untuk rutin

mengonsumsi obat hipertensi.

2. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga berusia 54

tahun, memiliki masalah dalam mencegah dari

memperparahnya penyakit yang ada, yaitu dalam

mengontrol makanan yang dikonsumsinya.

Aspek Psikososial : Kurangnya kesadaran akan kesehatan yang rendah dari

Page 8: Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

pada pasien 1.

Kurangnya partisipasi keluarga dalam penatalaksanaan

kesehatan pasien.

Lingungan rumah padat

Pencahayaan kurang, ventilasi sedikit kurang.

Aspek Fungsional : Derajat fungsional untuk kedua pasien yaitu 0. Pasien mampu

melakukan seluruh aktifitas tanpa dibatasi permasalahan fisik,

mental, sosial, emosional.

Diagnosis Keluarga

Keluarga inti dengan pasangan kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan

dengan penghasilan cukup, dan beban keluarga di tanggung oleh kepala keluarga

juga di bantu oleh dua anaknya yang sudah memiliki keluarga masing – masing dan

satu anak yang masih tinggal bersama.

Kepala keluarga memiliki penyakit Asthma yang bersifat genetik yang di

derita juga oleh cucu pertamanya. Kepala keluarga juga memiliki penyakit asam urat,

darah tinggi dan kadar kolestrol yang cukup tinggi. Istri juga memiliki penyakit darah

tinggi, asam urat dan kolestrol yang cukup tinggi. Kadar kolestrol yang cukup tinggi

dan tekanan darah yang tinggi disebabkan karna makanan yang di konsumsi di

keluarga tersebut yang setiap harinya mengkonsumsi ikan asin.

Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan Keluarga

Peningkatan mutu hidup pasien dan kondisi yang lebih baik dari keluhan-

keluhan pasien.

Indikator Keberhasilan

Tekanan darah terkontrol dengan baik dengan batas normal. Kadar kolestrol

dalam batas normal dan Asthma yang terkontrol dengan melakukan pencegahan

dengan mengatahui penyebab-penyebabnya. Pasien di berikan edukasi yang tepat

Page 9: Field Visit Kelaurga Bpk Sukirman Kel 1 a1

untuk mengatasi keluhan-keluhan yang di rasa untuk mengurangi faktor-faktor

kebiasan yang memicu timbulnya gejala.

Pasien memahami makanan-makanan apa saja yang dapat mempengaruhi

peningkatan tekanan darah seperti ikan asin, kebiasaan minum kopi dan lain-lain.

Pasien juga di sarankan untuk mematuhi untuk mengurangi rokok agar tidak

terjadinya asthma kambuhan. Pasien memahami makanan-makanan yang harus

dihindarkan karena dapat meningkatkan kadar asam urat seperti, melinjo, emping dan

lain-lain.

Setiap anggota keluarga memahami pentingnya peranan keluarga untuk saling

mengingatkan dan mendukung setiap saran yang diberikan untuk dilaksanakan agar

terjadinya peningkatan mutu hidup yang sehat.

Tindak Lanjut Terhadap Pasien dan Keluarga

Untuk menindaklanjuti permasalahan klinis dan keluarga maka dilakukan

rencana penatalaksanaan pasien da keluarga. Masalah klinis pasien direncanakan

dengan tatalaksana non farmakologis dengan pembinaan terhadap keluarga. Keluhan

pada pasien yaitu tekanan darah tinggi, asam urat dan kadar kolestrol yang tinggi yang

disebabkan karna faktor makanan yang dikonsumsi perlu pembinaan keluarga. Maka,

tindak lanjut pada pasien yaitu dengan cara memberikan edukasi yang baik tentang

makanan-makanan sehat agar menghindari dari keluhan-keluhan tesebut