Upload
nur-hikmah-ramadhani
View
48
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fentanil
Citation preview
Fentanil
Golongan/Kelas Terapi
Analgesik Narkotik
Nama Dagang- Duragesic - Fentanyl
Indikasi
Nyeri sebelum operasi,selama & paska operasi, penanganan nyeri pada kanker, sebagai suplemen anestesi sebelum operasi untuk mencegah atau menghilangkan takipnea dan delirium paska operasi emergensi.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Parentral :
Sebelum operasi : 50-100 mcg IM, 30-60 menit sebelum operasi
Sebagai tambahan anestesi umum :
Dosis rendah (operasi minor) IV 2 mcg/kg
Dosis sedang ((operasi mayor) awal 2-20 mcg/kg, tambahan dosis IV/IM 25-100 mcg jika perlu
Dosis tinggi (operasi jantung terbuka, saraf atau prosedur ortopedi) awal 20-50 mcg/kg, tambahan dosis 25 mcg - 1½ dosis awal jika perlu
Farmakologi
Metabolisme terutama dalam hati. Ekskresi melalui urin sebagai metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12%. Pada kerusakan ginjal terjadi akumulasi morfin-6-glukoronid yg dpt memperpanjang aktivitas opioid. Kira-kira 7-10% melalui feses. Ekskresi melalui urin sebagai metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12%. Pada kerusakan ginjal terjadi akumulasi morfin-6-glukoronid yg dpt memperpanjang aktivitas opioid. Kira-kira 7-10% melalui feses.
Stabilitas Penyimpanan
Sediaan injeksi disimpan dalam suhu ruangan, terlindungi cahaya.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, depresi pernapasan yang parah, Sediaan transdermal tidak direkomendasikan pada nyeri akut atau paska operasi, nyeri kronis ringan atau intermiten atau pasien yg belum pernah menggunakan
opioid & toleran thd opioid.
Efek Samping
Depresi pernapasan.
Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang.
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi
Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural
Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yang tidak terkoordinasi, delirium atau disorientasi, halusinasi
Lain-lain : Berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan.
Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : potensiasi efek depresi sistem saraf pusat.
Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular.
Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.
Diuretik : Opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung.
Amfetamin : Dekstroamfetamin dapat meningkatkan efek analgetik agonis opioidDaftar Pustaka
AHFS Drug Information 2005
Martindale, 34 th edition
Asetosal
Golongan/Kelas Terapi
Analgesik Non Narkotik
Nama Dagang- Aptor - Aspilets - Aspimec - Aspirin Bayer- Astika - Bodrexin - Cardio Aspirin - Farmasal- Procardin - Restor - Thrombo Aspilets - Ascardia
Indikasi
Nyeri :
Sakit kepala, nyeri-nyeri ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi. Nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan, sakit gigi, dismenore. Demam Penyakit Inflamasi, Rheumatoid arthritis, juvenile arthritis, osteo atrhritis, SLE, kondisi poli arthritis, psoriatic arthritis/Reiter's syndrome, Demam Rematik Mencegah terjadinya Tromboemboli TIA & AIS, Menurunkan risiko Transient Ischemic Attacks & menurunkan risiko stroke yang lebih parah dari Acute Ischemic Stroke, CAD & MI, Pencegahan Sekunder Coronary Artery Disease & Myocardial Infarction, Emboli yang berhubungan dengan Atrial Fibrilation & atau Mitral Valve Disease, Trombosis pada Arteri lain, Trombosis Mikrosirkular, Prostthetic Heart Valves, Trombosis Vena, Kondisi trombosis lain, Perikarditis, Kawasaki Disease, Komplikasi pada kehamilan (menurunkan faktor resiko preeklamsia, dll), Pencegahan kanker colorectal, Penggunaan lain.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Nyeri & Demam :
Dewasa : 650mg-1,3g setiap 8 jam, tidak lebih dari 3,9g/hari.
Swa-medikasi :
Migrain/sakit kepala ringan sampai berat : 500mg/hari. Hentikan jika telinga berdenging atau tidak mendengar, atau alergi
Penyakit Inflamasi :
Dosis awal : 2,4-3,6g/hari dalam dosis terbagi dapat ditingkatkan 325mg-1,2g/hari.
Dosis pemeliharaan : 3,6-5,4g/hari.
Gejala Juvenile Arthritis :
Dosis awal :
Anak-anak dengan BB < 25kg : 60-130mg/kg BB/hari.
Anak-anak dengan BB > 25kg : 2,4-3,6g/hari dalam dosis terbagi
Dosis pemeliharaan : 80-100mg/kg BB/hari dapat ditingkatkan hingga 130mg/kg BB/hari disesuaikan dengan respon Pasien, toleransi & konsentrasi salisilat dalam serum.
Demam Rematik :
Dosis awal :
Dewasa : 4,9-7,8g/hari
Anak-anak : 90-130mg/kg BB/hari setiap 4-6 jam (dalam dosis terbagi) selama 1-2 minggu. Kemudian dosis diturunkan menjadi 60 - 70mg/kg BB/hari
Penyesuaian dosis tergantung pada respon, toleransi & konsentrasi salisilat dalam serum.
Transient Ischemic Attacks & Acute Ischemic Stroke :
Untuk mengurangi resiko berulangnya TIA, stroke, kematian : 50 - 325mg/hari
AIS : 160-325mg/hari dimulai dalam waktu 48 jam setelah stroke terjadi, dilanjutkan hingga 2-4 minggu. Pencegahan AIS sekunder adalah dengan dosis rendah.
CAD & MI :
Pencegahan : 160-325mg/hari, dimulai paling lama 24 jam setelah MI terjadi kemudian diteruskan selama 30 hari paling sedikit
Angina stabil kronis :
Dosis : 75-325mg/hari segera setelah didiagnosa (kecuali ada kontraindikasi aspirin)
Perikarditis :
Dosis 160-325mg/hari kadang-kadang lebih
Batu ginjal Kalsium Oksalat : 200-300mg/hari
Farmakologi
Aspirin bekerja dengan mengasetilasi enzim prostaglandin H2 endoperoxide synthase (PGHS) & menghambat kerja enzim COX secara permanen. COX-1 umumnya ada di semua sel termasuk platelet. Aspirin relatif selektif menghambat COX-1 & sedikit COX-2. PGH2 dala platelet & endotel vaskular memproduksi tromboxan A2 (bertanggung jawab dalam agregasi platelet dan vasokonstriksi) & prostacyclin (bertanggung jawab dalam menghambat agregasi platelet & vasodilatasi) sehingga dosis sangat bervariasi.
Efek pada darah : Menghambat fase kedua agregasi platelet & mencegah pelepasan adenosin diphosphate (ADP) dari platelet & faktor 4 platelet.
Antitrombotik : Menghambat sintesa prostaglandin di vena. Aspirin dosis rendah dapat mencegah trombosis dengan cara menghambat secara selektif sintesa PGHS & tromboxan A2.
Stabilitas Penyimpanan
Stabil pada udara kering. Lembab, panas & perubahan pH dapat menghidrolisis Aspirin. Asprin stabil pada pH rendah (2-3). Simpan pada suhu 2-15°C & jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Kontraindikasi
Alergi terhadap Aspirin dan golongan salisilat
Efek Samping
Reye's syndrome : Iritasi lambung karena bersifat asam.
Efek terhadap Sistem syaraf : Nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi, agitasi, perubahan mental, koma, paralisis, pusing, limbung, depresi, bingung,amnesia, sulit tidur.
Efek lain : Demam, myopathy, epistaxis, kerusakan ginjal, penurunan fungsi ginjal, meningkatkan kreatinin, hematouria, oligouria, UTI, asidosis, asidosis metabolit, hiperfosfatemia, hipomag-nesemia, hiponatremia, hipernatremia, hipokalemia, hiperka-lemia hiperkalsemia, abnormalitis elektrolit. Tumor lisi sindrom sepsis, infeksi lain, Kerusakan jantung, gangguan pernafasan.
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Meningkatkan konsentrasi serum alopurinol sehingga dapat meningkatkan toksisitas allopurinol. Chlorpropamide : Meningkatkan reaksi hepatorenal, monitor hipoglikemi. Obat lain : Cotrimoxazole : Trombositopenia Cyclosporin : Meningkatkan konsentrasi cyclosporin dalam darah (penyesuaian dosis) .
- Dengan Makanan : Makanan & susu : Menurunkan efek merugikan terhadap saluran cerna.Daftar Pustaka
AHFS Drug Information 2005
Morfin
Golongan/Kelas Terapi
Analgesik Narkotik
Nama Dagang
- MST Continus - Morfin (Generik)
Indikasi
Nyeri akut yg berat, nyeri kronis sedang sampai berat, sebagai suplemen anestesi sebelum operasi, sebagai obat pilihan untuk nyeri pada infark miokard, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dgn dispnea
karena acute pulmonary edema & acute left ventricula
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Morfin harus diberikan dalam dosis efektif terkecil dan frekuensi minimal untuk mengurangi timbulnya toleran dan ketergantungan fisik. Dosis harus diturunkan pada pasien beresiko, gangguan hati, pasien yang menggunakan antidepresan saraf, gangguan ginjal, pasien sangat muda atau sangat tua. Pada pasien dengan nyeri yang parah & kronis, dosis harus disesuaikan dengan tingkat keparahan nyeri, respon dan toleransi pasien.
Dewasa :
Dosis lazim SK/IM 10 mg setiap 4 jam jika perlu, (5–20 mg setiap 4 jam jika perlu tergantung kebutuhan & respon pasien).
Dewasa IV 2.5–15 mg dilarutkan dlm 4-5 mL air steril, disuntik perlahan selama 4-5 menit.
Epidural :
Dosis awal 5 mg berselang.
Intratekal :
Kira-kira 1/10 dosis epidural.
Oral :
Tablet/larutan 10–30 mg setiap 4 jam, jika perlu.
Rektal :
10-20 mg setiap 4 jam, jika perlu.
Anak-anak :
SK/IM 0.1-0.2 mg/kg setiap 4 jam jika perlu (dosis tunggal maksimum 15 mg).
Anak-anak IV :
0.05-0.1 mg/kg disuntikkan perlahan
Farmakologi
Metabolisme terutama dalam hati. Ekskresi melalui urin sebagai metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12%. Pada kerusakan ginjal terjadi akumulasi morfin-6-glukoronid yg dpt memperpanjang aktivitas opioid. Kira-kira 7-10% melalui feses.
Stabilitas Penyimpanan
Sediaan injeksi simpan pada 15-30°C, terlindung cahaya, tidak boleh dibekukan. Sediaan oral simpan dalam wadah tertutup, terlindung cahaya, 15-30°C, jangan dibekukan
Kontraindikasi
Oral jangan diberikan pasien dengan paralytic ileus. Pasien dengan hipersensitivitas, depresi pernapasan yg parah. Injeksi intratekal & epidural tidak boleh digunakan pada kasus pemberian yg kontraindikasi dengan rute ini, seperti infeksi pada tempat penyuntikan, perdarahan diatesis yg tidak terkontrol, penggunaan antikoagulan atau penggunaan kortikosteroid injeksi dalam 2 minggu.
Efek Samping
Depresi pernapasan
Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi
Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural
Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yang tidak terkoordinasi, delirium atau disorientasi, halusinasi
Lain-lain : Berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan. Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : Potensiasi efek depresi sistem saraf pusat.
Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular.
Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.
Diuretik : Opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung.
Amfetamin : Dekstroamfetamin dapat meningkatkan efek analgetik agonis opioid
- Dengan Makanan : -
Daftar Pustaka
AHFS Drug Information 2005
Martindale, 34 th edition
Allopurinol
Golongan/Kelas Terapi
Antipirai
Nama Dagang- Algut - Alofar - Benoxuric - Hanoric- Hycemia - Isoric - Kemorinol - Licoric- Llanol - Nilapur - Omeric - Omeric- Puricemia - Puricemia - Reucid - Rinolic- Sinolic - Tylonic - Urica - Uricnol- Uroquad - Uroquad - Xanturic - Zyloric
Indikasi
Pirai primer & sekunder : Hyperuricemia karena penggunaan chemoterapi "Recurrent Renal Calculi". Lain-lain : Menurunkan hiperuricemia sekunder akibat ke-kurangan glucose-6-phosphatedehydrogenase, "Lesch-Nyhan syndrome", "Polycythemia vera", "Sarcoidosis", pemakaian thiazid & ethambutol.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral : Dosis tunggal, sebaiknya setelah makan & harus minum air yg banyak paling tidak 2L dalam sehari (kecuali Pasien CHF/penyakit lain yang tidak boleh minum banyak). Jika dosis melebihi 300mg, sebaiknya dalam dosis terbagi Gout : dosis awal 100mg/hr dapat ditingkatkan 100mg setiap minggu sampai kadar asam urat 6mg/dL atau sampai dosis mencapai 800mg/hr. Hyperuricemia karena penggunaan chemoterapi : Dewasa : 600-800mg/hr untuk 2-3 hr. Mulai 1-2 hr sebelum mulai khemoterapi. Dosis pada Pasien dengan kerusakan ginjal, dosis harus dikurangi tergantung dari creatinine clearance (Kc). Kc : 0 - Dosis pemberian (Dp) : 100mg setiap 3 hari, Kc : 10 - Dp : 100mg setiap 2 hari, Kc : 20 - Dp : 100mg setiap hari, Kc : 40 - Dp : 150mg setiap hari, Kc : 60 - Dp : 200mg setiap hari, Kc : 80 - Dp : 250mg setiap hari, Batu ginjal Kalsium Oksalat : 200-300mg/hari .
Farmakologi
Penghambat kerja enzim xantin oksidase yang mengkatalisasi perubahan hipoxantin menjadi xantin & perubahan xantin menjadi asam urat yang pada akhirnya menurunkan konsentrasi asam urat dalam serum & urin.
Stabilitas Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu 15-30 derajat Celsius Injeksi : setelah direkonstitusi & dilarutkan dalam Normal salin atau dextrose 5%, harus disimpan pada suhu 20-25°C & larutan harus
digunakan paling lambat 10 jam setelah direkonstitusi, tidak boleh disimpan dalam freezer.
Kontraindikasi
Alergi terhadap allopurinol.
Efek Samping
Efek terhadap kulit & efek lokal : Gatal, kemerahan, eksim, bentol, demam, selulit, bengkak, berkeringat. Alergi : demam, menggigil, leukopenia, eosinopili, kemerahan, gatal, mual & muntah, Stevens-Johnson syndrome, oligouria, CHF, tuli permanen. Efek terhadap hati : Meningkatkan SGOT & SGPT, nekrosis, kerusakan hati, hepatitis, hiperbilirubinemia, sakit kuning. Efek terhadap Saluran cerna : Mual, muntah, diare, sakit abdomen, sembelit, kembung, gastritis, dispepsi, pendarahan lambung & pankreas, bengkak kantung saliva, lidah bengkak. Efek terhadap Sistem syaraf : nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi, agitasi, perubahan mental, koma, paralisi, pusing, limbung, depresi, bingung,amnesia, sulit tidur. Efek lain : Demam, myopathy, epistaxis, kerusakan ginjal, penurunan fungsi ginjal, meningkatkan kreatini, hematouria, oligouria, UTI, asidosis, asidosis metabolit, hiperfosfatemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hipernatremia, hipokalemia, hiperkalemia, hiperkalsemia, abnormalitis elektrolit. abnormalitis elektrolit. Tumor lisi sindrom sepsis, infeksi lain, Kerusakan jantung, gangguan pernafasan.
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Obat antineoplastik : Dosis 300-600mg dapat meningkatkan toksisitas azathioprin dan mercaptopurin. Dosis obat antineoplastik harus diturunkan 25-33%. Obat yang meningkatkan konsentrasi asam urat seperti diuretik, pirazinamid, diazoxide, alkohol & mecamylamine, dosis allopurinol harus dinaikkan. Antikoagulan : Allopurinol menghambat metabolisme decumarol. Ampisilin & amoxisilin : Potensiasi efek alergi aminopenisilin. Diuretik & zat urikosurik : Zat urikosurik meningkatkan efek allopurinol (aditif). Diuretik seperti tiazid : Meningkatkan konsentrasi serum alopurinol sehingga dapat meningkatkan toksisitas allopurinol.Chlorpropamide : Meningkatkan reaksi hepatorenal, monitor hipoglikemi. Obat lain : Cotrimoxazole : Trombositopenia Cyclosporin : Meningkatkan konsentrasi cyclosporin dalam darah (penyesuaian dosis).
- Dengan Makanan : -
Daftar Pustaka
AHFS Drug Information 2005
ISO Tahun 2007
MIMS Edisi 6, 2006
Martindale, 34 th edition
Atropin
Golongan/Kelas Terapi
Obat Kardiovaskuler
Nama Dagang
Indikasi
Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic); mydriasis dan cyclopedia pada mata; premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi; mengembalikan bradikardi yang berlebihan; bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular, antidote untuk keracunan organophosphor ; cardiopulmonary resucitation.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Premedikasi, injeksi intra vena 300 – 600 mcg , segera sebelum induksi anestesia, anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Pemberian injeksi subcutan atau intramuscular 300 – 600 mcg 30 – 60 menit sebelum induksi; anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Intra-operative bradicardia , pemberian injeksi intravena, 300 – 600 mcg (dosis yang lebih besar pada kondisi emergensi); anak-anak (unlicensed indication) 1- 12 tahun 10 -20 mcg/kg Untuk mengendalikan efek muskarinic pada penggunaan neostigmin dalam melawan penghambatan neuromuskular kompetitif , pemberian injeksi intravena 0,6 – 1,2 mg ; anak-anak dibawah 12 tahun (tetapi jarang digunakan) 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg) dengan neostigmin 50 mcg/kg.
Farmakologi
Farmakodinamik/Farmakokinetik
Aksi onset : IV : cepat
Absorpsi : Lengkap
Distribusi : Terdistribusi secara luas dalam badan , menembus plasenta; masuk dalam air susu ; menembus sawar darah otak.
Metabolisme : hepatik
T½ eliminasi (half-life elimination) : 2-3 jam
Ekskresi : urin (30% hingga 50% dalam bentuk obat yang tidak berubah dan metabolitnya)
Stabilitas Penyimpanan
Atropin sulfat secara lambat dipengaruhi oleh cahaya. Simpan injeksi pada suhu ruang yang terkontrol pada suhu 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F); hindari dari suhu dingin dan lindungi dari cahaya. Jika dicampur pada syringe yang sama pada suhu kamar, injeksi atropin sulfat dilaporkan secara fisik kompatibel sedikitnya selama 15 menit dengan injeksi berikut : chlorpromazine hydrochloride, cimetidine hydrochloride, dimenhydrinate, diphenhydramine hydrochloride, droperidol, fentanyl citrate, glycopyrrolate, hydroxyzine hydrochloride, hydroxyzine hydrochloride dengan meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride dengan promethazine hydrochloride, morphine
supfate,opium alkaloid hydrochloride, pentazocine lactate, pentobarbital sodium, prochlorperazineedisylate, promazine hydrochloride, promethazine hydrochloride, propiomazine hydrochloride atau scopolamine hydrobromide. Kompatibilitas dengan larutan injeksi lain tergantung dari beberapa faktor seperti konsentrasi obat, pH akhir larutan dan temperatur.Atreopine sulfate injeksi dilaporkan secara fisik incompatible dengan norepinephrine bitartrate, sodium bicarbonate dan metaraminol bitartrate. Kerusakan atau endapan terjadi dalam 15 menit jika atropine sulfate dicampur dengan larutan methohexital sodium.
Kontraindikasi
Antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma ( glaukoma sudut sempit), myasthenia gravis ( tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat.
Efek Samping
Efek samping antimuscarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia ( diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi , fotophobia, mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan pusing.
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek/toksisitas : Antihistamin, fenotiazin, TCAs dan obat lain dengan aktivitas antikolinergik dapat meningkatkan efek antikolinergik dari atropin jika digunakan secara bersamaan. Amine sympathomimetic dapat menyebabkan tachyrrhytmias; hindari penggunaan secara bersamaan. Menurunkan efek: Efek antagonis terjadi dengan obat phenothiazine.Efek levodopa dapat diturunkan(data klinik tervalidasi terbatas).Obat-obat dengan mekanisme cholinergic(metochlopramide, cisapride, bethanecol) menurunkan efek antikolinergik atropin.
- Dengan Makanan : -
Daftar Pustaka
BNF 50
AHFS Drug Information 2005
IONI 2000
Drug Fact & Comparisons 2003
Drug Information Handboo
Ampisilin
Golongan/Kelas Terapi
Anti Infeksi
Nama Dagang
- Actesin inj - Ambripen
Indikasi
Pengobatan infeksi yang peka (non-betalaktamase-producting organisme); bakteri yang peka yang disebabkan oleh streptococci, pneumococci nonpenicillinase-producting staphilocochi, listeria, meningococci; turunan H.Influenzae, salmonella, Shigella, E.coli, Enterobacter, dan Klebsiella .
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
DOSIS ANAK:
Infeksi ringan – sedang: I.M., I.V.: 100 -150 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam. (maksimal:2-4 mg/hari). Oral: 50-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam (maksimal: 2-4 g/hari)
Infeksi berat/mengitis: I.M.,I,V: 200-400 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam (maksimal; 6-12 g/hari).
Endocarditis profilaxis: Gigi, mulut, saluran pernafasan atau esophagus: 50 mg/kg digunakan 30 menit sebelum penerapan protokol, Saluran kemih, GI: pasien resiko tinggi: 50 mg/kg (maksimal 2 g) digunakan 30 menit sebelum penerapan protokol. Pasien risiko tinggi: 50 mg/kg digunakan 30 menit sebelum prosedur operasi.
DOSIS DEWASA
Dosis lazim:
Oral : 250 – 500 mg tiap 6 jam.IM.IV: 50-100 mg/kg/hari setiap 6 jam.
Sepsis/meningitis: IM.IV: 150-250 mg/kg/24 jam dosis terbagi setiap 3-4 jam (rentang:6-12g/hari).
PENYESUAIAN DOSIS.
ClCr >50 mL/menit: diberikan tiap 6 jam. ClCr 10-50 mL/menit diberikan setiap 6-12 jam. ClCr <10 mL/menit diberikan setiap 12-24 jam.
Lama pemberian:
Lama pemberian ampicillin tergantung pada tipe dan tingkat kegawatan serta tergantung juga pada respon klinis dan bakteri penginfeksinya. Seperti contoh umum jika ampisillin digunakan untuk penanganan infeksi gonore maka ampicillin diberikan tidak kurang dari 48 – 72 jam setelah pasien mengalami gejala infeksi maupun sesuai temuan hasil uji laboratorium. Untuk infeksi persisten, kemungkinan diberikan untuk beberapa minggu.
CARA PEMBERIAN:
Disesuaikan dengan jeda waktu yang telah ditetapkan untuk mempertahankan kadar obat dalam plasma. Diberikan dalam keadaan perut kosong untuk memaksimalkan absorpsi (1 jam sebelum makan dan 2 jam setelah makan).
Farmakologi
Absorbsi: oral: 50%.
Distribusi: empedu, dan plasma jaringan; menembus ke cairan serebrospinal terjadi hanya ketika terjadi inflamasi meningitis.
Ikatan protein: 15 – 25%
T½ eliminasi:
Anak – anak dan dewasa: 1-1.8 jam.
Anuria/ARF:7-20 jam.
T max: Oral: 1-2 jam
Eksresi: urin (90% bentuk utuh) dalam 24 jam.
Dialisis: Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial dialisis: 20-50%
Stabilitas Penyimpanan
Ampisilin kapsul, serbuk oral suspensi disimpan pada wadah kedap dengan suhu antara 15-30°C, setelah mengalami pencampuran, ampisilin trihidrat disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu antara 2-8°C dan akan bertahan selama 14 hari, tapi jika disimpan dalam suhu ruangan maka akan bertahan selama 7 hari. Ampisilin injeksi, setelah mengalami pelarutan sebaiknaya digunakan kurang dari 1 jam setelah pencampuran. Stabilitas ampisilin injeksi setelah dilarutkan tergantung kenaikan konsentrasinya, ampisillin peka sekali dengan cairan yang mengandung dextrose, karena akan mengakibatkan efek katalitik dan menghidrolisis obat.
Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau komponen lain dalam sediaan.
Efek Samping
SSP : Demam, penisilin encephalitis, kejang.
Kulit : Erythema multifom, rash, urticaria.
GI : Lidah hitam berambut, diare, enterochollitis, glossitis, mual, pseudomembranouscollitis, sakit mulut dan lidah, stomatitis, muntah.
Hematologi : Agranulositosis, anemia, hemolitik anemia, eosinophilia, leukopenia, trombocytopenia
purpura.
Hepatik : AST meningkat.
Renal : Interstisisal nephritin (jarang)
Respiratory : Laringuela stidor
Miscellaneous : Anaphilaxis.
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek toksik:
1. Disulfiran dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar ampisilin.
2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar ampisilin
3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat meningkatkan efek ruam.
Menurunkan efek:
1. Dicurigai ampisilin juga dapat menurunkan efek obat kontrasepsi oral.
- Dengan Makanan : Makanan dapat menurunkan tingkat absorbsi ampisillin, sehingga kemungkinan akan menurunkan kadar ampisillin.
Daftar Pustaka
Drug information hand book. (DIH). 2006.
AHFS DRUG. 2005
Farmakope Indonesia IV. 1995.
ISO. INDONESIA. Volume 41 2006.
Amoksisilin
Golongan/Kelas Terapi
Anti Infeksi
Nama Dagang- Abdimox - Aclam - Amobiotic - Amocomb
Indikasi
Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif (Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella). Amoksisilin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri positif (seperti; Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase-producing staphylococci, Listeria) tetapi walaupun demikian, aminophenisilin, amoksisilin secara umum tidak dapat digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streprococcus dan staphilococcal.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
DOSIS ORAL ANAK:
Umum: Anak < 3 bulan: 20-30 mg/kg/hari terpisah setiap 12 jam.Anak >3 bulan dan <40kg; dosis antara 20-50 mg/kg/hari dosis terpisah setiap 8-12 jam. Khusus: Infeksi hidung,tenggorokan,telinga,saluran kemih dan kulit: ringan sampai sedang: 25 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam atau 20 mg/kg/hari setiap 8 jam.Gawat: 45 mg/kg/hari setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari setiap 8 jam. Otitis media akut: 80-90 mg/kg/hari setiap 12 jam.Infeksi saluran nafas bawah: 45 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari setiap 8 jam.
DOSIS DEWASA:
Umum: Rentang dosis antara 250 – 500 mg setiap 8 jam atau 500 – 875 mg dua kali sehari.Khusus: Infeksi telinga, hidung, tenggorokan, saluran kemih, kulit: Ringan sampai sedang: 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg setiap 8 jam.Berat: 875 mg setiap 12 jam atau 500 mg setiap 8 jam.Infeksi saluran nafas bawah: 875 mg setiap 12 jam atau 500 mg setiap 8 jam.Endocarditis profilaxis: 2 g sebelum prosedur operasi. Eradikasi Helicobacter pylori: 1000 mg dua kali sehari, dikombinasikan dengan satu antibiotik lain dan dengan proton pump inhibitor atau H2 bloker.
DOSIS BERDASARKAN FUNGSI GINJAL: Dosis 875 mg tidak diberikan pada pasien dengan : Clcr <30 mL/menit; Clcr 10-30 mL/menit; 250-500mg setiap 12 jam; Clcr <10 mL/menit: 250 – 500 mg setiap 24 jam.
PEMBERIAN:
Antibiotik amoksisilin termasuk antibiotik time deppendent sehingga untuk menjaga konsentrasi obat dalam plasma tetap berada pada kadar puncak, maka obat diberikan sesuai dengan jadwal waktu yang telah dibuat. Obat dapat diberikan bersamaan dengan makanan.
LAMA PEMBERIAN
Tergantung pada jenis dan tingkat kegawatan dari infeksinya, juga tergantung pada respon klinis dan respon bakteri penginfeksi. Sebagai contoh untuk infeksi yang persisten, obat ini digunakan selama beberapa minggu. Jika amoksisilin digunakan untuk penanganan infeksi yang disebabkan oleh grup A ß-hemolitic streptococci, terapi digunakan tidak kurang dari 10 hari guna menurunkan potensi terjadinya demam reumatik dan glomerulonephritis. Jika amoksisilin digunakan untuk pengobatan ISK (infeksi saluran kemih) maka kemungkinan bisa lebih lama, bahkan beberapa bulan setelah menjalani terapi pun,
tetap direkomendasikan untuk diberikan.
Farmakologi
Absorbsi : cepat dan hampir sempurna, tidak dipengaruhi oleh makanan.
Distribusi : secara luas terdistribusi dalam seluruh cairan tubuh serta tulang; penetrasi lemah kedalam sel mata dan menembus selaput otak; konsentrasi tinggi dalam urin; mampu menembus placenta; konsentrasi rendah dalam air susu ibu.
Ikan protein : 17-20%
Metabolisme : secara parsial melalui hepar.
Metabolisme : secara parsial melalui hepar.
Bayi lahir sempurna: 3,7 jam
Anak-anak : 1-2 jam.
Dewasa: fungsi ginjal normal 0.7-1,4 jam.
ClCr <10 mL/menit: 7-12 jam.
Time Peak; kapsul 2 jam; suspensi 1 jam.
Eksresi: urin (80% bentuk utuh); pada neonates eksresi lebih rendah
Diálisis:
Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial diálisis: 20-50%
Diálisis melalaui Arteriovenous atau venovenous mampu memfilter 50mg/ liter amoksisilin.
Stabilitas Penyimpanan
Stabilitas obat: amoksilin 125 dan 250 mg kapsul, chewable tablet, dan serbuk suspensi oral harus disimpan dalam suhu 20°C atau lebih rendah. Amosisilin 200 dan 400 mg chewable tablet dan salut tipis disimpan pada suhu 25°C atau lebih rendah
Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau komponen lain dalam obat.
Efek Samping
Susunan Saraf Pusat : Hiperaktif, agitasi, ansietas, insomnia, konfusi, kejang, perubahan perilaku, pening.
Kulit : Acute exanthematous pustulosis, rash, erytema multiform, sindrom stevens-johnson, dermatitis, tixic ephidermal necrolisis, hypersensitif vasculitis, urticaria.
GI : Mual, muntah, diare, hemorrhagic colitis, pseudomembranous colitis, hilangnya warna gigi.
Hematologi : Anemia, anemia hemolitik, trombisitopenia, trombositopenia purpura, eosinophilia, leukopenia, agranulositosi.
Hepatic : AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat, cholestatic joundice, hepatic cholestatis, acute cytolitic hepatitis.
Renal : Cristalluria
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek toksik:
1. Disulfiram dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar amoksisilin.
2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar amoksisilin
3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat meningkatkan efek ruam kulit.
- Dengan Makanan : -
Daftar Pustaka
Drug information hand book. (DIH). 2006.
AHFS DRUG. 2005
Farmakope Indonesia IV. 1995.
ISO. INDONESIA.
Volume 41 2006
Pethidin
Pethidin
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia:
Ethyl 1-methyl-4-phenylpiperidine-4-carboxylate hydrochloride. C15H21NO2.HCL
- Sifat Fisikokimia : Serbuk kristal putih, agak pahit, sangat larut dalam air dan larut dalam alkohol- Keterangan : -
Golongan/Kelas Terapi
Analgesik Narkotik
Nama Dagang
Indikasi
Nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dgn dispnea karena acute pulmonary edema & acute left ventricular failure
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral/ IM,/SK :
Dewasa :
Dosis lazim 50–150 mg setiap 3-4 jam jika perlu,
Injeksi intravena lambat : dewasa 15–35 mg/jam.
Anak-anak oral/IM/SK :
1.1–1.8 mg/kg setiap 3–4 jam jika perlu. Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 – 100 mg IM/SK
Farmakologi
Petidin dimetabolisme terutama di hati
Stabilitas Penyimpanan
Simpan pada suhu < 40°, terlindung cahaya. Tablet : 15-30°C, injeksi : 15-25°C
Kontraindikasi
Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14 hari sebelumnya (menyebabkan koma, depresi pernapasan yg parah, sianosis, hipotensi, hipereksitabilitas, hipertensi, sakit kepala, kejang) Hipersensitivitas. Pasien dengan gagal ginjal lanjut ,
Efek Samping
Depresi pernapasan,
Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang,
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi,
Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural,
Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria.
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yg tidak terkoordinasi, delirium atau disorintasi, halusinasi.
Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Isoniazid : Meningkatkan efek samping isoniazid.
Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan.
Kontraseptik oral & estrogen : Menghambat metabolisme petidin.
MAO inhibitor : Penggunaan bersama petidin menyebabkan serotonin sindrom (agitasi, sakit kepala, hipertensi, hipotensi, konvulsi, hiperpireksia, koma),
Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : Potensiasi efek depresi sistem saraf pusat.
Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular.
Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.
Diuretik : opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung
- Dengan Makanan : -
Ibuprofen
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Non Narkotik Nama Dagang - Dofen - Dolofen Forte - Farsifen - Febryn- Fenris - Helafen - Iprox - Nofena- Ostarin - Profen - Proris - Ribunalm Shelrofen- AnafenIndikasi
Nyeri & radang pada penyakit artritis (rheumatoid arthritis, juvenile arthritis, osteoarthritis) & gangguan non sendi (otot kerangka), nyeri ringan sampai berat termasuk dismenorea, paska
bedah, nyeri & demam pada anak-anak
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dewasa :
Artritis : 400-800 mg 3-4 kali sehari (maksimun 3.2 g/hari)
Juvenile artritis : 30-40 mg/kg berat badan per hari dalam 3-4 dosis terbagi (maksimum 50 mg/kg berat badan)
Nyeri ringan s/d sedang : 200-400 mg tiap 4-6 jam, bila perlu (max 1,2 g/hari)
Farmakologi
Aktivitas anti inflamasi, antipiretik & analgetik. Mekanisme kerja : menghambat sintesis prostaglandin
Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam kemasan tertutup rapat
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah, angioudema
Efek Samping
Gangguan saluran cerna : dispepsia, heartburn, mual, muntah, diare, konstipasi, anoreksia dll.
Gangguan sistem saraf : sakit kepala, pusing,
Gangguan pendengaran & penglihatan : tinitus, penurunan pendengaran, gangguan penglihatan sakit kuning, kenaikan SGOT & SGPT.
Lain-lain : retensi cairan, gagal jantung kongestif, tekanan darah meningkat, hipotensi, aritmia, reaksi hipersenstivitas, mulut kering
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Antikoagulan & antitrombotik : Meningkatkan efek samping perdarahan saluran cerna.
Aspirin : Meningkatkan efek samping & menurunkan efek kardioprotektif dari aspirin.
Litium : Meningkatkan konsentrasi litium dalam plasma & serum dan dapat menurunkan klirens
- Dengan Makanan : -
Ketopropen
Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid Nama Dagang - Anrema - Anrema - Fetik - FetikIndikasi
Penyakit inflamasi :
Rheumatoid arthritis, Juvenile Arthritis, Osteo, Arthritis, Ankylosing Spondilitis.
Kondisi inflamasi lain :
Penanganan nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan,ortopedi & nyeri karena kanker. Dismenore (rasa krg nyaman/nyeri saat haid). Demam untuk Pasien usia 16thn atau lebih. Pemakaian lain : menurut studi cohort pemakaian dosis rendah Ketoprofen selama 2 tahun atau lebih pada Pasien Geriatri dapat menurunkan prevalensi penyakit alzheimer
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis disesuaikan dengan keadaan Pasien (sangat individual)
Penyakit inflamasi :
Dosis awal untuk penanganan gejala rheumatoid arthritis & osteo arthritis akut maupun kronis adalah 75mg, 3X sehari atau 50 mg 4 kali sehari atau kapsul lepas lambat 200mg sekali sehari. Dosis ini dapat digunakan untuk penanganan ankylosing spondilitis
Nyeri & Dismenore :
Pasien dewasa : 25mg atau 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal & hati :
Untuk Pasien dengan kerusakan ginjal/hati sedang, dosis tertinggi sehari adalah 150mg.
Untuk Pasien dengan kerusakan ginjal/hati berat (kadar creatinin clearence <25mL/mnt per 1.73m2 atau konsentrasi albumin <3.5g/dL, dosis tertinggi 100mg. Jika memiliki kerusakan ginjal & hipoalbuminemia sekaligus, sebaiknya dimulai dengan dosis rendah & diawasi dengan ketat.
Farmakologi
Menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat kerja enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 & COX-2 pada jalur arachidonat tidak melalui jalur opiat
Stabilitas Penyimpanan
Sediaan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, panas dan lembab pada suhu kamar (25°C), masa kadaluarsa adalah 3 tahun sejak diproduksi
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap Ketoprofen. Adanya riwayat gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien hamil trimester ke-3. Pasien menyusui (atau hentikan menyusui). Pasien di bawah usia 12 tahun
Efek Samping
Saluran cerna : (terjadi pada 10-30% Pasien) Keluhan saluran cerna, tukak peptik, mual, diare, sakit pada bagian abdomen, sembelit, kembung, tidak ada nafsu makan, mulut kering, gastritis, pankreatitis, sampai pendarahan pada saluran cerna. Sistim Syaraf Pusat : (lebih dari 3% Pasien) Sakit kepala, eksitasi (insomnia, bermimpi, cemas, takut), pusing, depresi, sulit berkonsentrasi, lelah, bingung, migrain, rasa berputar, halusinasi. Ginjal & Saluran kemih : (3-8% Pasien) Meningkatkan serum kreatinin, BUN, pendarahan saluran kemih, edema. Mata & telinga : (1-3% Pasien) Gangguan penglihatan & tinitus. Gangguan jantung : (2% Pasien) peripheral edema. Kulit : (1-3% Pasien) Gatal, eksim dll
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Obat antikoagulan & antitrombosis : Sedikit memperpanjang waktu prothrombin & Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor.
Lithium : Meningkatkan toksisitas Lithium
Obat yg terikat pada protein plasma : Menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga dapat
meningkatkan munculnya efek samping
Obat Diuretik : Meningkatkan risiko kerusakan ginjal
AINS : Meningkatkan efek samping
Probenesid : meningkatkan toksisitas Ketorolac.
Metotreksat : Meningkatkan toksisitas Metotreksat dengan menurunkan eliminasi di ginjal.
- Dengan Makanan : -
Sulfasalazin
Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi Nama Dagang - Azulfidine EN - Sulfazine - Sulfazine EC - AzulfidineIndikasi
Untuk pengobatan ulseratif kolitis; obat salut enterik dapat digunakan untuk rheumatoid arthritis (termasuk juvenile rheumatoid arthritis) pada pasien yang tidak cukup merespon terhadap analgetika maupun NSAIDs.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis penggunaan oral:
Anak-anak:
Anak > 2 tahun:
ulseratif kollitis: dosis awal 40-60 mg/kg/hari dalam 3-6 dosis terbagi;
untuk dosis pemeliharaan 20-30 mg/kg/hari dalam 4 dosis terbagi.
Anak > 6 tahun:
juvenil reumathoid artritis: tablet salut enterik dosis: 30-50 mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi;
dosis awal: dimulai dengan ¼ sampai 1/3 hingga dicapai dosis pemeliharaan;
dosis dapat ditingkatkan tiap minggu; maksimal 2 g/hari.
Dewasa:
Ulseratif kollitis: dosis awal: 1 g 3-4 kali/hari, dosis pemeliharaan: 2 g/hari dalam dosis terbagi. Dosis awal juga dapat dimulai dengan 0.5-1 g/hari.
Reumatoid artritis: tablet salut enterik: dosis awal 0.5 -1 g/hari ditingkatkan setiap minggu, sebagai dosis pemeliharaan 2 g/hari dalam 2 dosis terbagi; maksimal 3 g/hari (jika 2 g/hari selama 12 minggu belum memberikan hasil yang cukup baik).
Dosis penyesuaian pada gangguan ginjal:
ClCr 10-30 mL/menit: diberikan 2 kali sehari.
ClCr <10 mL/menit: diberikan satu kali sehari.
Dosis pada gagal hati: hindarkan penggunaan obat.
Penggunaan: digunakan bersamaan dengan makanan (gannguan pencernaan pada penggunaan hari pertama merupakan gejala umum terjadi pada penggunaan obat ini).
Farmakologi
Absorbsi: 10%-15%. Dalam bentuk utuh melalui usus.
Distribusi: dalam jumlah sedikit masuk dalam feses dan air susu ibu.
Metabolisme: melalui flora normal usus terhadap sulfapiridina dan 5-aminosalisilic acid (5-ASA); selama absorbsi dalam usus sulfapiridin mengalami N-acetilasi dan cincin hidroksilasi ketika 5-ASA mengalami N-asetilasi.
T½ eliminasi: 5.7-10 jam.
Eksresi obat: utamanya melalui urin dalam bentuk utuh dan metabolit hasil asetilasi
Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam suhu kamar dan terhindar dari cahaya.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap sulfasalazin, golongan sulfa lainya, salisilat, atau dengan komponen lain dalam obat; pasien tenderita porfiria; kerusakan saluran pencernaan dan saluran urin; wanita
hamil.
Efek Samping
> 10%.
SSP : Sakit kepala (33%).
Dermatologi : Fotosensitivitas.
Saluran cerna : Anoreksia, mual, muntah, diare (33%), gastric distress.
Genitauria : Oligosperma – reversible (33%).
< 3% (membahayakan tetapi terkadang hilang dengan sendirinya).
Alopecia, anafilaksis, anemia aplastik, ataksia, kristaluria, depresi, nekrosis epidermal , dermatitis exfoliatif , granulositopenia, halusinasi, anemia hemolitik, hepatitis, interstisial nephritis, jaundice, leukopenia, lyell’s síndrome,myelodespatik sindrom, nephropaty (akut), enterocolitis neutropeni, pancreatitis, neuropati perifer, fotosensitisasi, pruritos rabdolimilisis, kejang, perubahan warna kulit, síndrom stevens-johnson, trombositopenia, gangguan fungsi tiroid, perubahan warna urine, urtikaria, vasculitis, vertigo.
ESO lain yang pernah dilaporkan: cholestatic jaundice, eosinophilia pneumotitis, eritema multiform, fibrosing alveoli, nekrosis hati, síndrom Kawasaki, SLE sindrome, perikarditis, kejang, transverse myelitis.
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek hidantoin. Meningkatkan efek tiopental, hipoglikemik oral, dan antikoagulan oral. Dapat meningkatkan myelosupressi jika digunakan dengan azathiopren, mercaptopurin, thioguanine, atau TPMT inhibitor. Kemungkinan meningkatkan efek toksis metotreksat. Meningkatkan efek trombositopenia jika digunakan bersamaan tiazid oral. Dengan metenamin kemungkinan meningkatkan risiko kristal uria. Menurunkan efek : kemungkinan efek obat jika digunakan bersamaan dengan mineral besi, digoksin, PABA atau metabolit obat PABA (prokain, proparakain, tetrakain).
- Dengan Makanan : Kemungkinan menganggu absorbsi folat (disarankan untuk menggunakan 1 mg/hari suplemen folat).