46
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ABSTRAK Oleh: Nanda Dwi Yantono Saputra NPM : 0851031039 Telepon : 085269167870 Email : [email protected] Pembimbing I : Kiagus Andi, S.E., M.Si, Akt. Pembimbing II : Reni Oktavia, S.E., M.Si Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba perusahaan. Manajemen laba merupakan variabel dependen yang diproksikan dengan discretionary accrual menggunakan indeks jones. Sampel perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006- 2010. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 30 perusahaan yang menjadi sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kepemilkan institusional, corporate governance yang terdiri dari komisaris independen dan komite audit dan juga ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap kualitas manajemen laba, (2) kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba (3) komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba (4) komite audit berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba (5) sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. (6) Implikasi dari

fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

  • Upload
    dodung

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

ABSTRAK

Oleh:

Nanda Dwi Yantono SaputraNPM : 0851031039

Telepon : 085269167870Email : [email protected]

Pembimbing I : Kiagus Andi, S.E., M.Si, Akt.Pembimbing II : Reni Oktavia, S.E., M.Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba perusahaan. Manajemen laba merupakan variabel dependen yang diproksikan dengan discretionary accrual menggunakan indeks jones.

Sampel perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 30 perusahaan yang menjadi sampel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kepemilkan institusional, corporate governance yang terdiri dari komisaris independen dan komite audit dan juga ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap kualitas manajemen laba, (2) kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba (3) komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba (4) komite audit berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba (5) sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. (6) Implikasi dari penelitian ini adalah manajemen laba masih sering dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI walaupun sudah memiliki suatu kepemilikan institusional dan sudah suatu sistem corporate governance yang sudah dibentuk oleh perusahaan tersebut berdasarkan aturan BAPEPAM. Oleh karena itu, diperlukan standar yang baik dan jelas dalam pembentukan corporate governance yang terdiri dari komisaris independen dan komite audit yaitu penunjukkan siapa saja yang pantas dalam menduduki posisi tersebut agar perusahaan yang sudah go publik semakin baik dan terpercaya di mata publik khususnya dalam suatu pelaporab keuangan yang jujur.

Kata kunci: kepemilikan institusional, corporate governance, komisaris independen, komite audit dan ukuran perusahaan.

Page 2: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

THE EFFECT OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP, CORPORATE GOVERNANCE AND COMPANY SIZE TOWARD EARNING

MANAGEMENT IN MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

ABSTRACT

By :

Nanda Dwi Yantono SaputraNPM : 0851031039

Telepon : 085269167870Email : [email protected]

Pembimbing I : Kiagus Andi, S.E., M.Si, Akt.Pembimbing II : Reni Oktavia, S.E., M.Si

This research aims to examine the effect of institutional ownership, corporate governance and company size on company’s earning management. Earning management is independent variable using discretionary accrual with jones index.

The sample of this research is manufacturing company listed in Indonesia Stock Exchange 2006-2010 period. According to purposive sample method, total sample are 30 companies.

The results indicate that (1) institutional ownership, corporate governance which consist of independent commissioner and audit committee, also company size did not affect simultaneously towards earning management, (2) institutional ownership positively insignificant affect earning management, (3) independent commissioner positively insignificant affect earning management, (4) audit committe positively insignificant affect earning management, (5) while company size negatively significant affect earning management. (6) Implication from this research is earning management still often done by manufacting companies in Indonesia Stock Exchange eventhough they already have institutional ownership dan corporate governance system inside their companies as BAPEPAM regulations. Therefore, it is needed good and clear standard in forming corporate governance which consist of independent commissioner and audit committee by appointing qualified person for those positions in order to make public company better and trusted well by society, especially in a good financial reporting.

Keywords: institutional ownership, corporate governance, independent commissioner, audit committee and company size.

Page 3: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi tujuan utama suatu perusahaan adalah bagaimana

perusahaan dapat memajukan dan memaksimalkan kinerja perusahaan. Salah satu

aspek untuk melihat kondisi keuangan suatu perusahaan adalah laporan keuangan.

Dalam pembuatan laporan keuangan, manajemen perusahaan seringkali

melakukan manajemen laba. Adapun tujuan dari manajemen laba adalah untuk

melaporkan laba secara maksimal kepada pengguna laporan keuangan (Scoot,

2000).

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang dapat

menyebabkan perusahaan tidak melakukan manajemen laba. Untuk itu penulis

mengindentifikasi bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan tidak

melakukan tindak manajemen laba adalah kepemilikan institusional, corporate

governance yang terdiri dari komisaris independen dan komite audit, dan juga

ukuran perusahaan, penulis melakukan studi di perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Alasan penulis memilih faktor-faktor tersebut adalah berasal

penelitian sebelumnya menyatakan hanya lerverage, kualitas audit dan

profitabilitas yang mempengaruhi perusahaan melakukan tindak manajemen laba

sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit,

komisaris independen, independensi dan ukuran perusahaan tidak mempengaruhi

suatu perusahaan melakukan tindak manajemen laba (Welvin, 2010).

Untuk itu menjawab penelitian ini, apakah benar faktor-faktor tersebut dapat

menyebabkan perusahaan tidak melakukan tindak manajemen laba di perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI, penelitian ini berjudul “Pengaruh

Kepemilikan Institusinal, Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

BEI” .

1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Maka pokok permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Kepemilikan Institusional mempunyai pengaruh signifikan

terhadap tindak Manajemen Laba?

Page 4: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

2. Apakah Komisaris Independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap

tindak Manajemen Laba?

3. Apakah Komite Audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap tindak

Manajemen Laba?

4. Apakah Ukuran Perusahan mempunyai pengaruh signifikan terhadap

tindak Manajemen Laba?

1.2.2 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang

lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai

berikut:

1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan

bergerak di sektor industri Manufaktur. Menggunakan sampel perusahaan

manufaktur karena penelitian tentang manajemen laba lebih akurat

dilakukan pada perusahaan industri manufaktur daripada perusahaan

industri seperti jasa karena di perusahaan jasa tidak ada persediaan dan

tidak banyak menggunakan aktiva tetap yang merupakan sumber accrual

Jogiyanto (2004).

2. Variabel Independen yang diteliti hanya Kepemilikan Institusional,

Corporate Governance: Komisaris Independen dan Komite Audit dan

Ukuran Perusahaan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Menganalisis apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap

manajemen laba.

2. Menganalisis apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap

manajemen laba.

3. Menganalisis apakah Komite Audit berpengaruh terhadap manajemen

laba.

4. Menganalisis apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap

manajemen laba.

Page 5: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang

berguna bagi pihak yang berkepentingan, antara lain :

1. Bagi akademisi, Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

sebagai bahan referensi untuk penelitian salanjutnya. Dapat digunakan

untuk meneliti penelitian yang sejenis.

2. Bagi Investor, Penelitian ini diharapakan dapat membantu para investor

untuk mencermati laporan keuangan yang terdapat dalam perusahaan go

public terutama yang berkaitan dengan struktur kepemilikan dalam hal ini

kepemilikan institusional, penerapan corporate governance yang

didalamnya terdiri dari komisaris independen dan komite audit dan ukuran

suatu perusahaan dalam kaitannya untuk pengambilan investasi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Laba (Earnings Management)

2.1.1 Pengertian Manajemen Laba

Menurut Schipper (1989) Manajemen laba adalah campur tangan dalam

proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk

mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. Fisher dan Rosenzweig (1995)

Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan

(menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya

tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan

jangka panjang. Mayangsari (2001) manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu

tindakan manajemen yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan

manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka

panjang hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan

perusahaan.

2.1.2 Faktor-faktor pendorong Manajemen Laba

Faktor-faktor yang mendorong praktik manajemen laba menurut Watt and

Zimmerman (1986) dalam Halim (2005), yaitu:

Page 6: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

a. Bonus Plan Hypotheses

Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer akan

lebih memilih menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga

dapat menaikkan laba masa sekarang karena manajer lebih menyukai

pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.

b. Debt Covenant Hypotheses

Pada perusahaan yang memiliki rasio debt to equity yang tinggi, manajer

perusahaan cenderung untuk meningkatkan pendapatan atau laba. hal ini

dilakukan untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak

eksternal. Perusahaan yang memiliki rasio debt to equity tinggi akan

mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak

kreditor. Semakin dekat suatu perusahaan pada waktu pelanggaran

perjanjian hutang, maka para manajer akan cenderung untuk memilih

metode akuntansi yang dapat memindahkan laba mendatang ke periode

berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan

mengalami pelanggaran kontrak utang Halim dkk (2005).

2.1.3 Teknik Manajemen Laba

Menurut penelitian Na’im (1996), teknik manajemen laba dapat dilakukan

dengan tiga teknik yaitu :

a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan)

terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak

tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi

aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain

b. Mengubah metode akuntansi

Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu

transaksi, contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode

depresiasi garis lurus ke metode depresiasi angka tahun.

c. Menggeser periode biaya atau pendapatan

Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat

atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai

pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda

Page 7: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau

menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan

aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

2.1.4 Pola Manajemen Laba

Pola manajemen laba menurut Scoot (2000) dapat dilakukan dengan cara :

a. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO

baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini

diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.

b. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang

tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun

drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

c. Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income

maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk

tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang

melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

d. Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan

sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena

pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.5 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak

manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi

manajemen laba, persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat

mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup

kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen

(Gideon,2005). Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa dalam

hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki

kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan

investor individual.

Page 8: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

2.1.6 Corporate Governance

FCGI (2001) dan OECD (2004) mendefinisikan corporate governance

sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang

saham, pengurus pihak kreditur, pemerintah, serta pemegang kepentingan intern

dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau

dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Corporate Governance juga berisi hubungan antara banyak pemain yang terlibat

(the Stakeholders) dan tujuan untuk apa perusahaan diatur. Price Waterhouse

Coopers dalam Yustiavandana (2006:26) mendefinisikan bahwa corporate

governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif, dibangun

melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan

dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang

menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan kepentingan stakeholders.

2.1.7 Komisaris Independen

Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memiliki tanggung

jawab dan kewenangan penuh atas pengurusan perusahaan. Fungsi dewan

komisaris termasuk di dalamnya komisaris independen antara lain melakukan

pengawasan terhadap direksi dalam pencapaian tujuan perusahaan dan

memberhentikan direksi untuk sementara bila diperlukan Warsono (2009)..

Dengan adanya komisaris independen membuat suatu perusahaan akan

memperkecil tindak-tindak kecurangan karena adanya pantauan dari pihak

eksternal dalam tatanan organisasi perusahaan sehingga mengurangi tindak

kecurangan dari manajemen perusahaan.

2.1.8 Komite Audit

Komite audit dibentuk untuk membantu komisaris dan direktur individu

dalam melaksanakan tugasnya berkaitan dengan pengendalian internal, pelaporan

informasi keuangan, dan standar perilaku dalam perusahaan. Mayangsari (2004)

komite audit dibentuk dalam sebuah perusahaan berfungsi untuk memberikan

pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan

keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Selain itu komite audit berfungsi

membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak manajemen dalam

Page 9: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

menjalankan roda perusahaan. Komite audit juga berperan dalam memberikan

solusi untuk permasalahan keuangan yang ada dalam perusahaan agar perusahaan

dapat terus maju dan berkesinambungan.

2.1.9 Ukuran Perusahaan

Menurut Siregar dan Utama (2005) bahwa semakin besar ukuran perusahaan,

biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan

sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak.

Menurut Albrecth & Richardson (1990) dan Lee & Choi (2002) menemukan

bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan

perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan besar

dipandang lebih kriris oleh pihak luar.

2.2 Penelitan Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai corporate governance dan manajemen laba

telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Chtourou (2001) dan Klein

(2002) dalam penelitiannya menguji pengaruh corporate governance dengan

proksi komite audit dan karakteristik dewan direksi terhadap manajemen laba.

Hasil dari penelitian ini adalah kedua variabel yang dipilih memiliki pengaruh

signifikan terhadap manajemen laba.

Darmawati (2003) menguji mekanisme GCG dengan Proksi komite audit

dan komite dewan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak berbeda

dengan penelitian sebelumnya, yaitu berpengaruh signifikan. Sama halnya

dengan Darmawati, hasil enelitian Wilopo (2004) juga memiliki signifikansi

terhadap manajemen laba. Akan tetapi pada penelitian ini ditentukan arah

koefisiennya, yaitu negatif.

Hasil penelitian Chen (2005) adalah Ukuran auditor dan spesialisasi

industri auditor berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran

perusahaan berhubungan positif dengan manajemen laba. Leverage berhubungan

negatif dengan manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Carcello (2006) adalah Komite audit independent dengan keahlian keuangan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Page 10: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Penelitian lain juga dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007), hasil

penelitiannya yaitu komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan

berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba. Komite audit berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba. Nuryaman (2008) juga melakukan penlitian

mengenai pengaruh GCG terhadap manajemen laba. Hasil penelitiannya adalah

Konsentrasi kepemilikan, kualitas audit dengan proksi spesialisasi industri KAP

dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba,

komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.3 Desain Penelitian

2.4 Pengembangan Hipotesis

1. Kepemilikan Institusional dengan Manajemen Laba

Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh

institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pension dan investment

banking (Siregar dan Utama, 2005). Investor institusional dianggap shopisticated

investors yang tidak mudah “dibodohi” oleh tindakan manajer (Midiastuty dan

Machfoedz, 2003).. Teori ini semakin terdukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Jiambalvo dkk (1996) menemukan bahwa nilai absolut dari manjemen laba

berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional. Dengan adanya

kepemilikan institusional yang semakin besar memungkinkan semakin kecilnya

tindak manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Berdasarkan

uraian diatas hipotesis yang akan diajukan adalah :

Variabel Independen :

Kepemilikan Institusional (X1)

Komisaris Independen (X2)

Komite Audit (X3)

Ukuran Perusahaan (X4)

Manajemen Laba (Y)

Variabel Dependen :

Page 11: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen

laba.

2. Komisaris Independen dengan Manajemen Laba

Menurut Chtourou dkk (2001) dan Wedari (2004) menemukan bahwa dewan

komisaris yang independen akan membatasi aktivitas pengelolaan laba. Penelitian

ini didukung oleh penelitian Parulian (2004) menemukan bahwa komisaris

independen perusahaan di BEJ tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi

tindak manajemen laba. Komisaris independen bertugas memantau kegiatan

manajemen perusahaan dalam melakukan sistem pelaporan keuangan perusahaan

sehingga kemungkinan manajemen perusahaan melakukan tindak manajemen laba

lebih kecil. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang akan diajukan adalah :

H2 : Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

3. Komite Audit dengan Manajemen Laba

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Parulian (2004) menyimpulkan

bajwa komite audit memilki hubungan negatif dengan manajemen laba yang

negatif, tetapi tidak berhubungan signifikan dengan manajemen laba yang positif.

Pembentukan komite audit yang dikepalia oleh komisaris independen akan lebih

baik daripada pemebentukan komite audit yang tidak dikepalai oleh komisaris

independen karena hal tersebut dapat mendorong manajemen perusahaan

melakukan tindak manajemen laba lebih tinggi. Berdasarkan uraian diatas

hipotesis yang akan diajukan adalah :

H3 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

4. Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba

Menurut Albrecth & Richardson (1990) dan Lee & Choi (2002) menemukan

bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan

perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan besar

dipandang lebih kriris oleh pihak luar. Penelitian ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan di Indonesia kembali oleh Siregar dan Utama (2005) menemukan

bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan natural logarritma

total aset perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap

besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar perusahaan semakin kecil tindak

Page 12: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

manajemen labanya. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang akan diajukan

adalah :

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen. Dalam penelitian ini, manajemen laba sebagai variabel dependen

menggunakan model Modified Jones Dechow dkk (1996) yang merupakan

penyempurnaan dari Jones Model.

Pada model ini, manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary

accruals yang digambarkan dengan menggunakan the residual error term

Reichelt dan Francis (2002) dari persamaan model regresi OLS. Model

perhitungannya sebagai berikut:

Langkah pertama, menghitung total akrual dengan cara sebagai berikut:

TAit = NIit – OCFit

Langkah kedua, meregresikan total akrual dan total aset dengan cara berikut:

TAit / Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔREVit/Ait-1) + β3 (PPEit / Ait-1) + eit

Keterangan :

TAit : Total Accruals perusahaan i pada periode t. Accruals

adalah akun-akun yang pencatatannya dilakukan setiap

terjadi transaksi.

NI it : net income perusahaan i pada periode t

OCFit : Operating Cash Flow perusahaan i pada periode t

Ait-1 : Total aset perusahaan i pada periode t-1

ΔREVit : perubahan pendapatan perusahaan i dalam tahun t

PPEit : Nilai aset tetap (gross) perusahaan i pada periode t

eit : error term pada perusahaan i tahun t (digunakan sbg

Page 13: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

proksi DA)

Secara empiris, nilai Discreationary Accruals dapat bernilai nol,

positif, negatif. Nilai nol menunjukkan manajemen laba dilakukan

dengan pola perataan laba (income smoothing) sedangkan nilai positif

menunjukkan adanya manajemen laba dengan peningkatan laba (income

increasing) dan nilai negatif menunjukkan manajemen laba dengan pola

penurunan laba (income decreasing) (Sulistyanto, 2008).

3.1.2 Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kepemilikan institusional, corporate governance yang berisi komisaris

independen dan komite audit karena berdasarkan peraturan Bursa Efek

Indonesia (BEI) mengeluarkan peraturan tanggal 1 Juli 2001 yang

mengatur tentang pembentukan dewan komisaris dan komite audit.

Variabel terakhir adalah ukuran perusahaan.

3.1.2.1 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan

oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pension

dan investment banking (Siregar dan Utama, 2005). Kepemilikan

institusional diukur dengan melihat total persenatase saham institusional

yang ada dalam perusahaan tersebut.

3.1.2.2 Komisaris Independen

Komisaris independen diukur dengan menggunakan skala rasio

melalui presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar

perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan

Isnanta (2008).

3.1.2.3 Komite Audit

Komite audit menurut Kep. 29/PM/2004 merupakan komite audit yang

dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan

Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaanKI =

Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan

Page 14: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

perusahaan. Komite audit dalam penelitian ini diukur dengan melihat jumlah

komite audit yang ada di perusahaan tersebut.

3.1.2.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan nilai log natural total asset

perusahaan pada akhir tahun. Penggunaan nilai log natural pada total asset

bertujuan untuk menghindari problem data natural yang tidak berdistribusi

normal.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

dalam Bursa Efek Indonesia. “because it was the largest sector (52%) listed in the

directory. It accounted for 26% of the Indonesian gross domestic product. A total

of 146 manufacturing companies were listed” (Lau, 2005). Sedangkan untuk

pengambilan sampel, digunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling

yaitu sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-

kriteria tersebut adalah:

1. Perusahaan sampel terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah

menerbitkan laporan keuangan tahun 2006 - 2010.

2. Perusahaan yang periode laporan keuangan berakhir per 31 Desember.

Kriteria ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa dalam sampel tidak

terdapat laporan keuangan parsial serta laporan keuangannya sudah

diaudit, sehingga dapat lebih dipercaya.

3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap dan

berturut-turut selama tahun 2006-2010 dengan akhir periode keuangan 31

Desember.

4. Perusahaan yang tidak mengalami delisting selama periode pengamatan.

5. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data mengenai harga saham, laba

bersih, arus kas operasi, total aset, pendapatan, piutang, dan aset tetap.

Berikut ini disajikan tabel rincian perusahaan manufaktur berdasarkan

kriteria.

Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel Penelitian

No. Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 163

Page 15: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

selama periode tahun 2006-2010.

2 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak dipublish secara

lengkap oleh Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2010

(33)

3 Periode laporan keuangan tidak berakhir 31 Desember. (9)

4 Tidak tersedia data saham kepemilikan institusional selama

penelitian.

(91)

Jumlah Perusahaan Manufaktur yang Dijadikan sampel 30

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang

diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yaitu mengenai

kepemilikan institusional, corporate governance yang berisi komisaris

independen dan komite audit dan juga ukuran perusahaan. Data juga diperoleh

dari soft copy annual report perusahaan yang berasal dari homepage BEI, yaitu

www.idx.co.id mengenai keberadaan komite audit.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian

ini, yaitu:

a. Data perusahaan dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan

data mengenai keberadaan komite audit yang berasal dari homepage BEI,

yaitu www.idx.co.id.

b. Telaah Literatur yaitu sumber-sumber data yang diperoleh dari berbagai

bahan bacaan tertulis baik di buku, internet, penelitian terdahulu, ataupun

sumber tertulis yang lainnya.

3.5 Metode Analisis

Untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel

dependen yaitu manajemen laba, maka digunakan metode analisis regresi linier

berganda dengan model sebagai berikut :

DA = α + β1INS + β2KI + β3KMA + β4 Ln ASSET + ε

Keterangan :

DA : discretionary accrual (proksi dari manajemen laba)

α : konstanta

Page 16: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

β1,2,3,4, : koefisien regresi

INS : jumlah saham institusi perusahaan tersebut

KI : jumlah komisaris independen dari seluruh total dewan komisaris

KMA : jumlah seluruh komite audit

LnASSET : log natural total asset, yang menunjukkan ukuran perusahaan

ε : tingkat kesalahan acak

i : perusahaan ke i

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu data

yang dilihat melalui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2009). Skewness

mengukur kemencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari distribusi

data. Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness dan

kurtosis mendekati nol (Ghozali, 2009).

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini digunakan model regresi linier berganda, sehingga

untuk tahap awal harus dilakukan uji-uji asumsi klasik seperti normalitas,

multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik

dilakukan agar dapat diketahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan

benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas,

dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang

tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator)

yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak

terdapat autokorelasi( Sudrajat , 1988).

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

variabel independent, variabel dependent atau keduanya mempunyai distribusi

normal apa tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau

mendekati normal.Uji dilakukan melalui analisis Kalmogorov Smirnov. Apabila

diperoleh nilai signifikan, uji Kalmogorov Smirnov lebih besar dari (>) 0,05 maka

dinyatakan normal.

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas

Page 17: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi atau keterkaitan antar variabel independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Jika

variabel independen bebas saling berkorelasi maka variabel-variabel tersebut tidak

orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar

sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk melihat apakah ada

multikolinieritas dalam penelitian ini maka akan dilihat dari nilai Variance

Inflation Factor multikolinieritas (VIF). Batas nilai VIF yang diperbolehkan

adalah maksimal 10 dan minimal 0. Batas nilai tolerance yag diperbolehkan

adalah > 0,1 (Ghozali, 2009).

3.5.2.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan

berdasarkan waktu.Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan

antara gangguan atau distribusi yang masuk dalam regresi. Uji autokorelasi

bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian

data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) . Untuk mendeteksi

terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson

dengan melihat koefisien korelasi Durbin Watson test.

3.5.2.4 Uji Heterokodestisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yang

dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh dari model

regresi sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen dalam

model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas

dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan

tidak terjadi heteroskedastisitas (Sumodiningrat. 2001).

3.5.3 Pengujian Hipotesis

Page 18: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Pengujian hipotesis didalam penelitian ini dilakukan dengan uji Koefisien

Determinasi (Uji R2), uji secara simultan (Uji F) dan uji secara parsial (Uji T).

3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Pengujian Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk melihat seberapa

besar pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain,

koefisien determinasi digunakan untuk mengukurbesarnya pengaruh dari variabel

bebas terhadap variabel terikat (Y). Koefisien Determinasi (R2) berkisar antara 0

sampai dengan 1 (0 ≤ R2≤ 1). Bila R2mendekati 0, maka pengaruh dari variabel

bebas terhadap variabel terikat adalah kecil, dan bila R2mendekati 1, maka

pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat adalah besar.

3.5.3.2 Uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat

kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih

besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif yang menyatakan

bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

3.5.3.3 Uji T (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen

secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Derajat

signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari

derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan

bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai

maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel.

Page 19: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

150 ,00 ,60 ,0182 ,05899

INS 150 ,13 ,97 ,6568 ,22340

150 ,25 ,75 ,3950 ,10677

KMA 150 2,00 4,00 3,0267 ,19888

SIZE 150 22,66 32,12 27,8734 2,12714

Valid N (listwise) 150

Berdasarkan data hasil statistik deskriptif dapat dilihat bahwa dengan

N=150 ( berasal dari jumlah sampel 30 perusahaan selama kurun waktu 5 tahun

2006-2010), manajemen laba memiliki nilai rata-rata 0,0182 dengan nilai

minimum 0,00 yang merupakan nilai manajemen laba dari perusahaan PT Holcim

Indonesia Tbk. Sedangkan nilai maksimum 0,60 yang merupakan nilai manajmen

laba dari perusahaan PT Sierad Produce Tbk. Standar deviasi dari manajemen laba

sebesar 0,05899.

Variabel Kepemilikan Institusional dengan N=150 ( berasal dari jumlah

sampel 30 perusahaan selama kurun waktu 5 tahun 2006-2010), memiliki nilai

rata-rata sebesar 0,6568 dengan nilai minimum sebesar 0,13 yang merupakan nilai

kepemilikan institusional dari perusahaan PT Inter Delta Tbk . Sedangkan nilai

maksimum sebesar 0,97 merupakan nilai kepemilikan institusional dari

perusahaan PT Citra Tubindo Tbk. Standar deviasi dari kepemilikan institusional

sebesar 0,22340.

Variabel Komisaris independen dengan N=150 ( berasal dari jumlah sampel

30 perusahaan selama kurun waktu 5 tahun 2006-2010), memiliki nilai rata-rata

sebesar 0,3950 dengan nilai minimum sebesar 0,25 yang merupakan nilai

komisaris independen dari perusahaan PT Citra Tubindo Tbk dan PT Tira

Austenite Tbk. Sedangkan nilai maksimum sebesar 0,75 merupakan nilai

Page 20: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

komisaris independen dari perusahaan PT Unilever Tbk. Standar deviasi dari

komisaris independen sebesar 0,10677.

Variabel Komite audit dengan N=150 ( berasal dari jumlah sampel 30

perusahaan selama kurun waktu 5 tahun 2006-2010), memiliki nilai rata-rata

sebesar 3,0267 dengan nilai minimum sebesar 2,00 yang merupakan nilai komite

audit dari perusahaan PT Sierad Produce Tbk . Sedangkan nilai maksimum

sebesar 4,00 merupakan nilai komite audit dari perusahaan PT Astra International

Tbk dan PT Lautan Luas Tbk. Standar deviasi dari komite audit sebesar 0,19888

Variabel Ukuran perusahaan dengan N=150 ( berasal dari jumlah sampel 30

perusahaan selama kurun waktu 5 tahun 2006-2010), memiliki nilai rata-rata

sebesar 27,8734 dengan nilai minimum sebesar 22,66 yang merupakan nilai

ukuran perusahaan dari perusahaan PT Myoh Technology Tbk. Sedangkan nilai

maksimum sebesar 32,12 merupakan ukuran perusahaan dari perusahaan PT Astra

International Tbk. Standar deviasi dari ukuran perusahaan sebesar 2,12714.

4.2. Uji Asumsi Klasik

4.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

variabel independent, variabel dependent atau keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Uji normalitas harus terpenuhi sebelum melanjutkan ke uji

hipotesis, karena jika tetap diteruskan maka uji statistik menjadi tidak valid.

Uji normalitas di dalam penelitian ini menggunakan normal probability

plot dan uji Kolmogorov-Smirnov yang menggunakan fungsi distribusi kumulatif.

Uji normalitas terpenuhi jika Sig. (2-tailed) > 0,05. Akibat data yang tidak

terdistribusi dengan normal, maka dilakukan transform untuk membuat data

menjadi terdistribusi dengan normal. Hasil setelah dilakukan semilog

ditampilkan di bawah ini:

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Normal Probability plot

Page 21: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov SmirnovOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

150

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 2,21362224

Most Extreme Differences Absolute ,064

Positive ,064

Negative -,044

Kolmogorov-Smirnov Z ,790

Asymp. Sig. (2-tailed) ,561

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari hasil uji normalitas dengan normal probability plot terlihat bahwa

titik-titik menyebar mengikuti garis diagonalnya. Hal ini menunjukkan bahwa

data terdistribusi secara normal dan model regresi yang diuji dengan

menggunakan grafik tersebut telah memenuhi asumsi normalitas. Di dalam hasil

pengujian ini nilai Kolmogorov-Smirnovsebesar 0,790 dan Sig. (2-tailed)

menunjukkan nilai sebesar 0,561 > 0,05. Sehingga dapat dinyatakan data tersebar

secara normal.

4.2.2. Uji Multikolineritas

Multikoleniaritas bertujuan untuk mengetahui bahwa variabel independent

yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling

berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala

multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance

Page 22: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Inflation Factor) untuk setiap variabel bebas. Jika dalam model regresi yang

terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas

maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier. Model

regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independe

Dari hasil uji multikolinearitas diketahui bahwa VIF (Variance Inflation

Factor) dari masing-masing variabel tidak ada yang melebihi 10, sehingga dapat

dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel-variabel

independen.

4.2.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara

anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series).

Jika terjadi autokorelasi maka tidak dapat dilanjutkan ke pengujian hipotesis.

Uji Autokorelasi di dalam penelitian ini menggunakan Run Test. Pengujian Run

Test ini untuk mendeteksi apakah terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolineritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -1,816 3,418 -,531 ,596

,062 ,825 ,006 ,075 ,940 ,995 1,005

1,990 1,768 ,094 1,126 ,262 ,949 1,054

KMA ,044 ,948 ,004 ,046 ,963 ,951 1,051

SIZE -,194 ,091 -,183 -2,139 ,034 ,906 1,104

a. Dependent Variable: DAit

Page 23: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea 5,20720b

Cases < Test Value 149

Cases >= Test Value 1

Total Cases 150

Number of Runs 3

,116

Asymp. Sig. (2-tailed) ,907

a. Mode

b. There are multiple modes. The mode with the

largest data value is used.

Pada hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test diperoleh Asymp. Sig. (2-

tailed) sebesar 0,907 yang berarti lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat dikatakan

bahwa di dalam model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.

4.2.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Jika variance dari residual pengamatan satu dengan lainnya

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat

heteroskedastisitas maupun homoskedastisitas (Ghozali, 2009)

Gambar 4.2

Dari hasil pengujian scatter plot pada gambar 4.2 yang merupakan salah satu

cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas, dapat dilihat bahwa tidak ada

Page 24: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

pola yang jelas dan titik-titik menyebar antara di bawah 0 sampai di atas 0

pada sumbu Y. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak

terkena heteroskedastisitas.

4.3. Pengujian Hipotesis

4.3.1. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi atau R2 menggambarkan kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sehingga uji koefisien

determinasi merupakan sebuah uji yang penting di dalam regresi.

Tabel 4.5 Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

dimension0 ,186a ,034 ,008 2,24395

a. Predictors: (Constant), SIZE, INS, KMA, KI

b. Dependent Variable: DAit

Nilai Adjusted R Square menunjukkan nilai sebesar 0,008, yang berarti

bahwa 0,8% manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel

kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit dan ukuran

perusahaan sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.

4.3.2. Uji F-statistik

Hasil analisis regresi yang dihasilan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Signifikan Model RegresiANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 26,060 4 6,515 1,294 ,275a

Residual 730,118 145 5,035

Total 756,178 149

a. Predictors: (Constant), SIZE, INS, KMA, KI

b. Dependent Variable: DAit

Hasil regresi ini diperoleh F-hitung sebesar 1,294 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,275. Karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka dapat dikataan

bahwa manajemen laba tidak dipengaruhi secara bersama-sama oleh kepemilikan

Page 25: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

institusional, komisaris independen, komite audit dan ukuran perusahaan. Dapat

disimpulkan juga bahwa model penelitian ini tidak signifikan.

4.3.3. Uji t-statistik

Hasil yang didapat dari uji koefisien regresi secara parsial adalah

Tabel 4.7 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

(Constant) -1,816 3,418 -,531 ,596

,062 ,825 ,006 ,075 ,940

1,990 1,768 ,094 1,126 ,262

KMA ,044 ,948 ,004 ,046 ,963

SIZE -,194 ,091 -,183 -2,139 ,034

a. Dependent Variable: DAit

4.3.4. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis yang pertama dari penelitian ini menduga bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh negatif dan terhadap manajemen laba perusahaan.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel kepemilikan institusional

mempunyai koefisien regresi sebesar 0,62 dengan p=0,940. Dengan koefisien

yang bernilai positif, berarti setiap peningkatan kepemilikan institusional

sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan manajemen laba sebesar 0,62

dengan asumsi variabel lainya adalah tetap. Penelitian ini menggunakan

tingkat signifikansi α=5% dan hasil p(0,940) > 0,05. Sehingga dapat

dikatakan bahwa secara statistik H1 positif sehingga penelitian tidak

terdukung.

4.3.5. Pengujian Hipotesis Kedua

Page 26: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Hipotesis yang kedua dari penelitian ini menduga bahwa komisaris

independen berpengaruh negatif dan terhadap manajemen laba perusahaan.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H2 : Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel komisaris independen

mempunyai koefisien regresi sebesar 1,990 dengan p=0,262. Dengan

koefisien yang bernilai positif, berarti setiap peningkatan komisaris

independen sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan manajemen laba

sebesar 1,990 dengan asumsi variabel lainya adalah tetap. Penelitian ini

menggunakan tingkat signifikansi α=5% dan hasil p(0,262) > 0,05. Sehingga

dapat dikatakan bahwa secara statistik H2 positif sehingga penelitian tidak

terdukung.

4.3.6. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis yang ketiga dari penelitian ini menduga bahwa komite audit

berpengaruh negatif dan terhadap manajemen laba perusahaan. Hipotesisnya

adalah sebagai berikut:

H3 : Komite Audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel komite audit mempunyai

koefisien regresi sebesar 0,044 dengan p=0,963. Dengan koefisien yang

bernilai positif, berarti setiap peningkatan komisaris independen sebesar 1%

akan mengakibatkan peningkatan manajemen laba sebesar 0,044 dengan

asumsi variabel lainya adalah tetap. Penelitian ini menggunakan tingkat

signifikansi α=5% dan hasil p(0,963) > 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa

secara statistik H3 positif sehingga penelitian tidak terdukung.

4.3.7. Pengujian Hipotesis Keempat

Hipotesis yang ketiga dari penelitian ini menduga bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh negatif dan terhadap manajemen laba perusahaan. Hipotesisnya

adalah sebagai berikut:

H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel ukuran perusahaan

mempunyai koefisien regresi sebesar -0,194 dengan p=0,034. Dengan

koefisien yang bernilai negatif, berarti setiap peningkatan ukuran perusahaan

Page 27: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan manajemen laba sebesar 0,194

dengan asumsi variabel lainya adalah tetap. Penelitian ini menggunakan

tingkat signifikansi α=5% dan hasil p(0,034) < 0,05. Sehingga dapat

dikatakan bahwa secara statistik H4 negatif sehingga penelitian terdukung.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pada hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada bab

sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen dan Komite Audit

berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba perusahaan.

2. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

perusahaan.

5.2 Saran

Saran perbaikan yang penulis usulkan kepada para peneliti lain adalah :

1. Menambah sampel yang digunakan untuk memperluas cakupan penelitian.

2. Menambahkan variabel dalam bagian Corporate Governance seperti

reputasi KAP dan reputasi auditor dalam penelitian agar lebih akurat

Page 28: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

DAFTAR PUSTAKA

Albrecth, W.D. and F.M., Richardson. 1990 Income Smoothing by Economy Sector. Journal of Business Finance Accounting 17 (5) Winter, hlm. 713-730.

Badan Pengawas Pasar Modal. 2012. website: http://www.bapepam.go.id

C.M Lau, M. Sholihin. 2005.” Financial and nonfinancial performance measures : How do they affect job satisfaction?”. The British Accounting Review, page 401

Carcello. 2006. “Audit Committee Financial Expertise, Compoeting Corporate Governance Mechanisms, and Earning Management”.

Chen. 2005. “Audit Quality and Earning Mangement for Taiwan IPO Firms”.

Chtourou, S.M., J. Bedard. 2001. Corporate Governance and Earnings Manajement. http:/www.ssrn.com.

Darmawati, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 5. No. 1. April 2003.

Dechow, P.M., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney (Spring 1996), “Causes and Consequences of Earnings Manipulation: Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by The SEC”, Contemporary Accounting Research, page 1-36.

FCGI, Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), 2001.

Fischer, Marly dan Kenneth Rozenzweigg (1995). “Attitude of Student Practitiones Concerting the Ethical Acceptability of Earnings Management”, Journal of Business Ethic 14 ; 433-444.

Ghozali, Prof. Dr. Imam M. Com., Akt. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gideon S.B.. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII

Halim, dkk. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk Dalam LQ 45. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.

Page 29: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Healy, P. 1985. The effect of bonus schemes on accounting decisions. Journal of Accounting and Economics 7, 85-107.

Herwidayatmo. 2000. Implementasi Good Corporate governance untuk Perusahaan Publik Indonesia.. The Essence of Good Corporate governance: Usahawan No. 10 Tahun XXIX Oktober 2000.

Isnanta, R. 2008. “Skripsi Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”.

Jiambalvo, James. ( Spring 1996), “Discussion of Causes and Consequences of Earnings Manipulation: An Analysis of Firm Subject to Enforcement Actions by The SEC”, Contemporary Accounting Research, page 37-47.

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi 2007. Badan Penerbit Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Klein. 2002. Audite Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management. Journal of Accounting and Economics 33, hlm 375-400.

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum GoodCorporate Governance.” http://www.governance-indonesia.or.id/main.

Mayangsari. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order Hypothesis. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 1 No. 3, hlm. 1-26

Mayangsari. 2004. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, Serta Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya 16-17 Oktober, 2003, Hal : 1255-1269.

Midiastuty, P.P. dan M. Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Makalah SNA VI, hlm. 176-199.

Na’im, A. 1996. "The Effect of Antitrust Investigation on the Management of Earnings A Further Empirical Test of Political Cost Hypothesis”. Kelola 13/V. pp. 126—141.

Nasution dan Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”.

Nuryaman. 2008.“Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”.

OECD.2004. “OECD Principles of Corporate Govrenance.”

Page 30: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Parulian, S.R. 2004. Analisis Hubungan Antara Komite Audit dan Komisaris Independen dengan praktik Manajemen Laba : Studi Empiris Perusahaan di BEJ. Tesis Pascasarjana FEUI.

Porter, G. 1992. “Accounting Earnings Announcement, Institusional Investors Concentration and Common Stock Returns.” Journal of Accounting Research, Vol 30. No. 1. P. 146-155

Rachmawati dan Triatmoko, Hanung. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Seminar Nasional Akuntansi 9 Padang, 1-26.

Rajgopal, Shivaram., Mohan Venkatachalam. 1998. “The Role Institusional Investor in Corporate Governance: An Empirican Investigation”. Working Paper. University of Washington. October

Reichelt, Ken and Jere R. Francis. 2002. The Effects of Fee Dependence On Big 5 Clients’ Accruals. University of Missouri, Coloumbia.

Reiter, Independent Directors, Ivey Business Journal, 1999

Schipper, Katherine. (1989). Comentary Katherine on Earnings Management. Accounting Horizon.

Scoot. 2000. Financial Accounting Theory, 2nd, Scarborough, Ontario: Prentice Hall Canada, Inc.

Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Siddharta Utama, 2005, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management), Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Sudrajat. 1988. Mengenal Ekonometrika Pemula. Bandung

Sulistyanto, H Sri. 2008. MANAJEMEN LABA: Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Sumodiningrat. 2001. Metode Statistika. Jakarta : Pusat Sinar Harapan.

Ujiyanto, M. Arif dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan, Simposium Nasional

Akuntansi X.

Warsono. 2009. “Corporate Governance, Concept and Model”. Yogyakarta: Center for Good Corporate Governance.

Watts, R.L. & Zimmerman. J.L. 1986. Positive Accounting Theory. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Wedari, Linda Kusumaning. 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi 7. Denpasar.

Page 31: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../20112012-0851031039.docx · Web viewSampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di sektor industri Manufaktur

Welvin & Herawaty. 2010. “Pengaruh Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor lainnya terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 1, April 2010, Hlm. 53-68

Wilopo. 2004. “The Analysis of Relationship of Independent Board of Director, Audit Committee, Corporate Governance, and Discretionary Accruals”.

Yustiavandana. 2006. “Penerapan Good Corporate Governance: Menfesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”. Jakarta: Lembaga kajian Pasar Modal dan Keuangan Fakultas Hukum Universitas Indonesia