8
RESUME ISOLASI SENYAWA ALKALOID, TERPENOID, FLAVONOID, DAN STEROID DARI BAHAN ALAM 1. Alkaloid dari Jurnal Extraction and Isolation of Indole Alkaloids from Tabernaemontana catharinensis: Technical and Economical Analysis Leishmaniasis merupakan salah satu penyakit infeksi yang cukup menjadi perhatian dunia setelah menyerang 12 juta orang dengan peningkatan 2 juta kasus baru secara signifikan. Di antara senyawa yang dianalisis dari Tabernaemontana catharinensis, senyawa coronaridine dan voacangine merupakan alkaloid indole yang berfungsi sebagai antileishmaniasis. Pada jurnal ini, analisis teknik dan ekonomi ekstraksi dan isolasi senyawa alkaloid indol dari tanaman Tabernaemontana catharinensis diperlihatkan. Ekstraksi menggunakan superkritis CO 2 sebagai pelarut dan etanol sebagai kosolven (9,2% m/m). Data yang diambil, laju pelarut total adalah 6,1 x 10 -5 kg/s, tekanan 300 bar, dan suhu 318,15 K atau 45,15C. ekstrak kemudian difraksinasi dan dianalisis menggunakanKromatografi lapis tipis ( KLT) dan kromatografi gas (KG)/Spektrometri massa(SM). Analisis ekonomi mengambil pertimbangan terhadap harga manufaktur yang dapat dianggap sebagai investasi jangka panjang, tenaga operasional, bahan mentah, pengolahan limbah, dan peralatan. Bahan dan Metode Bahan Mentah Cabang yang kurus dan daun dari Tabernaemontana catharinensis dikumpulkan oleh FIOCRUZ (RJ Brazil) di daerah Campinas (SP, Brazil). Bahan mentah dikeringkan pada kondisi ambient di bawah bayang (tidak terkena matahari langsung) dan kemudian ditriturasi. Setelah itu, bahan mentah dikirim ke LASEFI-DEA/FEA- UNICAMP, dikondisikan di bawah vakum pada kantung plastic dan disimpan pada freezer domestic (Metalfrio, double action, São Paulo, Brazil) pada suhu -15C. ukuran distribusi partikel ditentukan menggunakan agitator mekanis (Abrosinox, Granutest, Santo Amaro, Brazil) dengan rheostat diatur selama 10 menit sebanyak 10 kali. Digunakan Sieves of 24, 32 and 48 mesh (Tyler series). Prosedur Eksperimental SFE

FATIMAH AZZAHRA_N11111002

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FATIMAH AZZAHRA_N11111002

RESUME ISOLASI SENYAWA ALKALOID, TERPENOID, FLAVONOID, DAN STEROID DARI BAHAN ALAM

1. Alkaloid dari Jurnal Extraction and Isolation of Indole Alkaloids from Tabernaemontana catharinensis: Technical and Economical Analysis

Leishmaniasis merupakan salah satu penyakit infeksi yang cukup menjadi perhatian dunia setelah menyerang 12 juta orang dengan peningkatan 2 juta kasus baru secara signifikan. Di antara senyawa yang dianalisis dari Tabernaemontana catharinensis, senyawa coronaridine dan voacangine merupakan alkaloid indole yang berfungsi sebagai antileishmaniasis. Pada jurnal ini, analisis teknik dan ekonomi ekstraksi dan isolasi senyawa alkaloid indol dari tanaman Tabernaemontana catharinensis diperlihatkan. Ekstraksi menggunakan superkritis CO2 sebagai pelarut dan etanol sebagai kosolven (9,2% m/m). Data yang diambil, laju pelarut total adalah 6,1 x 10-5 kg/s, tekanan 300 bar, dan suhu 318,15 K atau 45,15C. ekstrak kemudian difraksinasi dan dianalisis menggunakanKromatografi lapis tipis ( KLT) dan kromatografi gas (KG)/Spektrometri massa(SM). Analisis ekonomi mengambil pertimbangan terhadap harga manufaktur yang dapat dianggap sebagai investasi jangka panjang, tenaga operasional, bahan mentah, pengolahan limbah, dan peralatan.Bahan dan MetodeBahan MentahCabang yang kurus dan daun dari Tabernaemontana catharinensis dikumpulkan oleh FIOCRUZ (RJ Brazil) di daerah Campinas (SP, Brazil). Bahan mentah dikeringkan pada kondisi ambient di bawah bayang (tidak terkena matahari langsung) dan kemudian ditriturasi. Setelah itu, bahan mentah dikirim ke LASEFI-DEA/FEA-UNICAMP, dikondisikan di bawah vakum pada kantung plastic dan disimpan pada freezer domestic (Metalfrio, double action, São Paulo, Brazil) pada suhu -15C. ukuran distribusi partikel ditentukan menggunakan agitator mekanis (Abrosinox, Granutest, Santo Amaro, Brazil) dengan rheostat diatur selama 10 menit sebanyak 10 kali. Digunakan Sieves of 24, 32 and 48 mesh (Tyler series). Prosedur Eksperimental SFEEskperimen dijalankan dengan menghubungkannya pada unit SFE yang mengandung sel ekstaksi kira-kira 221 x 10-6 m3 (panjang of 37.5x10-2 m and diameter dalam 2.74 x 10-2 m) dan tekanan maksimum 400 bar dideskripsikan oleh Pasquel et al. [5]. Data yang diambil pada total solvent flow rate 6.1x10-5 kg/s, 300 bar, 45ºC, menggunakan ethanol sebagai co-solvent (9.2% m/m), dan metodologi dideskripsikan oleh Pereira [6].Fraksinasi Ekstrak SFEEsktrak SFE (CE) dilarutkan dalam HCl 5% (difumigasi 37%, Merck, P.A.) dan dicuci tiga kali dengan heksan (Merck, P.A., lot K26803774934), untuk menghilangkan lilin dan senyawa berlemak (HE). Ekstrak cair kemudian dibasakan dengan NH4OH (25%, P.A., Merck) dan dicuci tiga kali menggunakan kloroform (Merck, lot K2835045, P.A.), menjadi 2 fraksi :Fraksi organic atau fraksi alkaloid (AF) dan fraksi aqua (AqE). Fraksi alkaloid dievaporasi menggunakan Rotary evaporator (Laborota, model 4001, Viertrieb,Germany), dengan kontrol vakum (Heidolph Instruments GMBH, model Rotavac control, Viertrieb, Germany), direndam pada 40ºC thermostatic.

Page 2: FATIMAH AZZAHRA_N11111002

Kesimpulan

Pada percobaan ini, metodologi digunakan untuk mengestimasi harga ekstraksi dan fraksinasi alkaloid pada Tabernaemontana catharinensis yang menjadi antileishmanial. Tes in vivo pada tikus menunjukkan efektivitas alkaloid coronaridine Tabernaemontana catharinensis melawan leishmaniasis lebih rendah dibandingkan meglumin antimonat, tetapi efektivitas turunan metil dari coronaridine sangat mirip dengan obat komersial. Uji in vivo pada manusia harusnya menentukan takaran dosis dari alkaloid yang dibutuhkan untuk menyembuhkan penyakit ini beserta efek samping yang mungkin ditimbulkan. Penentuan dosis ini juga berpengaruh terhadap aspek ekonomis yang layak.

2. Flavonoid dari Jurnal Extraction, Purification, and Characterisation of flavonoids from Opuntia milpa alta Skin

Flavonoid yang terdapat pada kulit Opuntia milpa alta diekstraksi, dipurifikasi, dan diidentifikasi. Berdasarkan hasil eksperimental faktor tunggal, parameter ekstraksi dioptimisasi menggunakan desain orthogonal dan analisis yang bervariasi. Hasil menunjukkan bahwa nilai maksimum flavonoid (5,55% mg/g bobot kering) dapat diperoleh dengan menggunakan etanol 80% (v/v), suhu ekstraksi adalah 90C, dan pelarut untuk bahan mentah dengan rasio 25:1. Setelah pemurnian dengan resin AB-8, komponen utama ekstrak dikarakterisasi sebagai isorhamnetin 3-O-(2,6-dirhamnosyl) glukosida dan isorhamnetin 3-O-d-rutinosida dengan menggunakan HPLC dan Spektrofotometri UV-Vis.

Bahan dan Preparasi Sampel

Opuntia milpa alta diperoleh dari Shinhai LinHui Biotechnology Ltd. (Shanghai, China). Semua senyawa kimia dan pelarut digunakan untuk tahap analisis. O. milpa alta dikupas secara hati-hati, dan hasil kupasan dipotong kecil-kecil dan dikeringkan pada oven terventilasi suhu 60C. Setelah kering,fragmen kulit dimasukkan pada penggiling kopi domestic beberapa menit dan diayak. Semua sampel diuji dan ditempatkan pada ekstraktor Soxhlet dan direfluks pada suhu 60C selama 8 jam untuk menghilangkan minyak dan klorofil, dan kemudian dianginkan selama 12 jam. Setelah itu, eter dievaporasi, fragmen kulit diayak menggunakan nomor mesh berbeda, partikel diusahakan pada ukuran antara mesh 20 ( 0,84 mm) dan mesh 28 (0,6 mm) dipilih dan disimpan pada kemasan vakum dalam kantung polietilen pada suhu -20C hingga waktu ekstraksi.

Penentuan Kadar Flavonoid Total

Metode modifikasi digunakan (Chen 1988): 1 ml larutan encer mengandung flavonoid, 0,7 ml dari 5%(w/w) NaNO2 dan 10 ml30%(v/v) etanol dicampur dan diaduk selama 5 menit dan kemudian 0,7 ml dari 10% AlCl3 (w/w) ditambahkan pada campuran yang diaduk. Enam menit

Page 3: FATIMAH AZZAHRA_N11111002

kemudian, 5 ml dari 1 mol/L NaOH ditambahkan. Kemudian, larutan diencerkan dengan ditambahkan hingga 25 ml dari 30% (v/v) etanol secara seksama. Setelah 10 menit, absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 500 nm dengan spektrofotometer Unico WFJ2000. Kadar flavonoid ditunjukkan dalam mg rutin per gram bobot kering dengan perbandingan dari kurva baku rutin.

Pemurnian dan Identifikasi Flavonoid Utama

Ekstrak mentah/kasar disaring dan etanol kemudian dievaporasi. Larutan ini dituang pada kolom (400 x 2,5 cm i.d) dikemas bersama pretreated AB-8 resin. Setelah absorpsi sempurna dari larutan, kolom dicuci dengan air suling secukupnya untuk menghilangkan karbohidrat, dan lebih jauh dicuci dengan etanol 65% untuk mengelusi flavonoid. Hasil eluat pada flavonoid dikumpulkan dan dijenuhkan pada suhu 40 C dengan Rotavapor Laborata 4000 hingga terbentuk endapan. Setelah itu, dikumpulkan dan dikeringkan menggunakan vakum pada suhu 40C, endapan merupakan bentuk padat flavonoid dari kulit O. ficus-indica.

Kromatografi fase terbalik (Lichrospher C18, 5μm, 250 mm x 416 mm, Schwabah, Germany) digunakan untuk memisahkan flavonoid dan mengumpulkan komponen utama berdasarkan waktu retensinya (Rt). Fase gerak untuk HPLC terdiri dari CH3COOH (v/v) (A) dan 0,5% CH3CN (v/v) (B) menggunakan gradien linear 0-80 menit, 5% A-70% A. Volume injeksi 50μL. Flow rate 0,8 ml/min. Panjang gelombang diatur 350 nm. Flavonoid utama dari produk diidentifikasi menggunakan Spektra UV-Vis dan Spektra massa ionisasi spray. Sampel yang dimurnikan (sekitar 10 g) dilarutkan dalam methanol dan diencerkan hingga 25 ml untuk identifikasi.

Kesimpulan

Studi terbaru mengindikasikan bahwa flavonoid dalam kulit O. ficus-indica dapat diproduksi dengan ekstraksi menggunakan larutan etanol. Diperoleh desain orthogonal dan analisis yang beragam, kondisi optimal untuk memperoleh flavonoid dari kulit O. ficus-indica memasukkan parameter berikut: volume fraksi etanol 80%, suhu ekstraksi 90C, pelarut untuk bahan mentah dengan rasio 25:1. Dengan kondisi tersebut, hasil praktik yang dperoleh 5,55 mg/g. hasil LC-MS dan reagen diagnostic flavon mengindikasikan bahwa flavonoid yang terekstraksi adalah isorhamnetin 3-O-(2,6-dirhamnosyl)glucoside dan isorhamnetin 3-O-d-rutinosida.

3. Isolasi Steroid dari Ekstrak Aseton Ficus iteophylla

Ficus iteophylla merupakan bagian dari family moraceae. Kulitnya digunakan untuk mengobati disentri dan nyeri rematik (Burkill,1997). Akarnya memiliki banyak kegunaan untuk mengobati tuberculosis paralisis, epilepsy, konvulsi, spasme, dan kelainan pulmonary (Burkill, 1997). Bagian daun dilaporkan memiliki aktivitas analgesic, anti-inflamasi dan antibakteri. Juga dilaporkan bahwa tanaman ini mengandung dua furanocoumarine dan dua glikosida flavonoid.

Page 4: FATIMAH AZZAHRA_N11111002

Bahan Tanaman: Sampel tanaman dikumpulkan dari Ahmadu Bello University, Zaria Nigeria di bulan Maret 2006.

Proses Ekstraksi: Serbuk daun (850 g) diekstraksi dengan petroleum eter (60-80 º C) dengan menggunakan alat Soxhlet, hasilnya dikeringkan dan diekstraksi dengan etanol (96%) dengan cara yang sama. Pelarut dalam keduanya dihilangkan dengan mengurangi tekanan untuk mendapatkan masing-masing 15 dan 50 g untuk Petroleum Eter (PE) dan etanol. Ekstrak Etanol (EE) dipartisi dengan aseton diikuti oleh metanol untuk memberikan ekstrak aseton kode EEAc (8 g) dan ekstrak metanol kode EEM (16 g).

Kromatografi kolom ekstrak aseton dari ekstrak etanolik: Ekstrak aseton dari ekstrak etanol (EEAc) dilarutkan dalam sejumlah kecil aseton dan diadsorpsi pada silika gel. Ini dibiarkan kering dan digiling menjadi bubuk halus. Serbuk halus ditaburkan di atas kolom silika gel G yang sudah dikemas dengan baik (60-120 mesh size). Kolom kemudian dielusi dengan campuran Hexane: Etil asetat, dengan meningkatkan polaritas secara bertahap. Eluen dikumpulkan sebagai fraksi 30 mL dan kemajuan pemisahan dipantau dengan kromatografi lapisan tipis, fraksi yang sama dikumpulkan bersama-sama.

Instrumen: Titik leleh ditentukan dengan menggunakan Gallemkemp kapiler dan alat penentu titik leleh. Spektra 600 MHz H-NMR dicatat dalam CDCl3 dengan Teramethyl silan (TMS) sebagai standar internal. The 13C NMR dan DEPT dicatat di 400MHz. The DEPT percobaan digunakan untuk menentukan multiplicities atom karbon. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan pada KLT Silica gel 60 F254 pre-coated (Merck). Noda divisualisasikan dengan penyemprotan dengan 10% H2SO4 diikuti dengan pemanasan pada 100 º C selama 5 menit.

Berdasarkan bukti pada jurnal, dua senyawa ditemukan. Senyawa pertama diidentifikasi sebagai 3β-cholest-5-ene-3, 23diol dan senyawa kedua 24-ethyl cholest-5ene-3β-ol. Kedua senyawa ini diprediksi yang memberi efek analgesic dan anti-inflamasi yang dilaporkan.

4. Isolasi Unsur Terpenoid dari Lippia nodiflora menggunakan metode HPTLCpreparatif

Terdapat sejumlah senyawa bioaktif pada tanaman , seperti alkaloid , tanin , flavonoid , sterol , triterpen , dll , tercatat memiliki peran utama dalam gizi , fisiologi dan pengendalian penyakit . Triterpenoid merupakan salah satu kelas senyawa yang paling khusus pada tumbuhan tingkat tinggi . Tugas penting dan utama dalam paradigma ini adalah skrining senyawa ini di pabrik . Penelitian kromatografi senyawa berfungsi untuk menjadi sumber yang sangat berguna dan dapat diandalkan dalam proses skrining senyawa bioaktif pada tumbuhan . Menurut informasi ethnobotanical , telah dilaporkan bahwa tanaman Lippia nodiflora memiliki potensi antihipertensi . Oleh karena itu dalam penelitian ini , upaya telah dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan fitokimia L. nodiflora menggunakan TLC dan metode derivatisasi kimia . Selanjutnya , isolasi senyawa yang sama dilakukan oleh HPTLC preparatif menggunakan

Page 5: FATIMAH AZZAHRA_N11111002

sistem pelarut terstandar yaitu , heksana : . Toluen : etil asetat ( 2:15:0.5 ) . Konfirmasi isolasi dilakukan dengan GC - MS .

Bahan Mentah: tanaman segar diperoleh dari Shree bapalal Vaidhya Botanical Garden, India. Seluruh tanaman dicuci di bawah keran dengan air mengalir diikuti air sulind dan dikeringkan pada suhu 40C di oven selama 3 hari. Tanaman kering diserbukkan menjadi serbuk halus dan diayak menggunakan mesh 30 dan disimpan.

Preparasi Ekstrak: Bahan tanaman dasar kemudian diekstraksi dengan metanol menggunakan alat soxhlet. Dihasilkan ekstrak metanol kasar disaring dengan melewati kertas saring Wattman no.3 diikuti oleh penjenuhan dalam vakum pada suhu 40 ° C menggunakan rotary evaporator dan dilakukan freeze-drying. Sampel beku kering ini digunakan untuk analisis lebih lanjut (Reddy dan Mishra, 2012).

Senyawa kimia dan Reagen: Ethyl Acetate, hexane and toluene dibeli dari Merck. Plat Silika KLT dibeli dari Merck of HPTLC Grade.

Skrining Triterpenoid: Screening awal dari triterpenoid dalam ekstrak metanol dilakukan dengan uji kualitatif dasar untuk triterpenoid , di mana 0,5 ml dari ekstrak dicampur dengan anhidrida asetat , dipanaskan dan didinginkan . 1 ml H2SO4 pekat ditambahkan sepanjang sisi tabung dan pembentukan warna ungu menunjukkan adanya triterpen. Selanjutnya, kromatografi lapis tipis dari ekstrak dilakukan dengan modifikasi dalam metode yang diberikan oleh Wagner dan Bladt ( 1996 ) . Sistem pelarut terpilih , Hexane : Toluene : asetat Etil ( 2:15:0.5 ) . Dalam prosedur Screening TLC , strip tipis 3 × 10 cm dari TLC Silica pelat ( TLC Silica gel 60 F254 , Merck ) , diambil dan diresapkan dengan ekstrak . Plat kemudian dikeringkan dan disimpan dalam chamber kromatografi yang berisi 10 ml sistem pelarut yang sudah disiapkan . Setelah proses pengembangan , plat diperiksa di bawah UV 366 nm . Kehadiran unsur triterpen dikonfirmasi oleh derivatisasi kimia , di mana lempeng disemprot dengan anisaldihyde asam sulfat ( Wagner dan Bladt , 1996) .

HPTLC Preparatif ekstrak: Dari plat KLT yang berhasil dielusi dengan sistem pelarut, High Performance Thin Layer Chromatography preparative dari ekstrak dilakukan dengan HPTLC Sistem CAMAG III. Sebelum aplikasi sampel, 20 × 10 cm pelat HPTLC (HPTLC Silica gel 60 F254, Merck) diaktifkan pada suhu 110 ° C selama 30 menit. 2000 μL ekstrak kemudian digunakan sebagai band tunggal dari 180 mm panjang pelat HPTLC diaktifkan menggunakan CAMAG III otomatis TLC sampler III (CAMAG III, Swiss). Plat kemudian dielusi dengan 10 ml dari sistem pelarut standar, Hexane: Toluene: Ethyl acetate (2:15:0.5) di chamber kembar. Setelah terelusi, plat diperiksa di bawah UV pada 366 nm.

Isolasi Unsur triterpen: Setelah pengembangan pelat itu dikenakan untuk isolasi triterpenoid. Pita ini kemudian dipilih dengan ujung grafit menggunakan penanda berskala 1 sampai 10 cm,

Page 6: FATIMAH AZZAHRA_N11111002

dan kemudian dikeruk bersama dengan silika menggunakan pisau bedah yang tajam dan dielusi dengan metanol dalam tabung Eppendorf. Isi tabung tersebut kemudian dikumpulkan untuk membentuk satu sampel yang kemudian diberi kode "LN-1". Konsentrasi kelebihan metanol diuapkan dengan menempatkan tabung terbuka pada suhu kamar sampai volume akhir dipertahankan menjadi 1/3 dari volume asli (Markham, 1975; Hostettman et al, 1998.). LN 1 kemudian di-ko-kromatografi dengan ekstrak kasar untuk konfirmasi pita di Rf yang sama.

Kesimpulan: Disimpulkan bahwa L.nodiflora memang mengandung triterpenoid.