23
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2011

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO€¦  · Web viewLAPORAN PENDAHULUAN. ... Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000 ... Gangguan persepsi sensori:

  • Upload
    lelien

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

Oleh :

AGUNG NUGROHO

462008041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal

terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya

kemampuan menilai realitas.(Sunaryo, 2004)

Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman

persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 :

298).

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan

panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi

tanpa ada rangsangan dari luar ekternal.

Tanda dan Gejala:

1. Bicara, senyum, tertawa sendiri

2. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup

(mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata.

3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya

4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata

5. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.

6. Sikap curiga dan saling bermusuhan.

7. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.

8. Menarik diri menghindar dari orang lain.

9. Sulit membuat keputusan.

10. Ketakutan.

11. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti

pakaian, berhias yang rapi.

12. Mudah tersinggung, jengkel, marah.

13. Menyalahkan diri atau orang lain.

14. Muka marah kadang pucat.

15. Ekspresi wajah tegang.

16. Tekanan darah meningkat.

17. Nafas terengah-engah.

18. Nadi cepat

19. Banyak keringat.

2. Penyebab

Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara

lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan

kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri

dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada

dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus

eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan

stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu

terjadinya halusinasi.

Tanda dan gejala :

Aspek fisik :

Makan dan minum kurang

Tidur kurang atau terganggu

Penampilan diri kurang

Keberanian kurang

Aspek emosi :

Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil

Merasa malu, bersalah

Mudah panik dan tiba-tiba marah

Aspek sosial

Duduk menyendiri

Selalu tunduk

Tampak melamun

Tidak peduli lingkungan

Menghindar dari orang lain

Tergantung dari orang lain

Aspek intelektual

Putus asa

Merasa sendiri, tidak ada sokongan

Kurang percaya diri

3. Akibat

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya

sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak

lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini

terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami

panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-

benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan.

Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain

bahkan merusak lingkungan.

Tanda dan gejala :

- Muka merah

- pandangan tajam

- Otot tegang

- Nada suara tinggi

- Berdebat

- Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak

senang.

C. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Isolasi sosial : menarik diri

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah keperawatan

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

2. Data yang perlu dikaji

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

- Klien suka membentak dan menyerang orang yang

mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

- Mata merah, wajah agak merah.

- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,

menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.

- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

- Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Data Subjektif :

- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan

dengan stimulus nyata

- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang

nyata

- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

- Klien merasa makan sesuatu

- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

- Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif :

- Klien berbicara dan tertawa sendiri

- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

- Disorientasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,

Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun,

Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang

memperhatikan kebersihan

E. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

2. Isolasi sosial : menarik diri

F. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : Perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran

hubungan interaksi seanjutnya

Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar

klien

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Tindakan :

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke

kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara

2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya

a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar

b. Apa yang dikatakan halusinasinya

c. Katakan perawat percaya klien mendengar

suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.

d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang

seperti itu

e. Katakan bahwa perawat akan membantu

klien

2.4 Diskusikan dengan klien :

a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,

malam)

2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi

halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien

mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)

3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber

pujian

3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya

halusinasi:

a. Katakan “ saya tidak mau dengar”

b. Menemui orang lain

c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari

d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien

tampak bicara sendiri

3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya

secara bertahap

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih

3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

Tindakan :

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami

halusinasi

4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat

kunjungan rumah):

a. Gejala halusinasi yang dialami klien

b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk

memutus halusinasi

c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah,

diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,

bepergian bersama

d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu

mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko

mencederai diri atau orang lain

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan :

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi

dan manfaat minum obat

5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan

merasakan manfaatnya

5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek

samping minum obat yang dirasakan

5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi

5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri

Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan

diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak

menjawab.

1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-

buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan :

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-

tandanya

2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

penyebab menarik diri atau mau bergaul

2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda

serta penyebab yang muncul

2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaannya

3. 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan

berhubungan dengan orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan

dengan orang lain

3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan

dengan orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

dengan orang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan :

4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui

tahap :

- K – P

- K – P – P lain

- K – P – P lain – K lain

- K – Kel/Klp/Masy

4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam

mengisi waktu

4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain

Tindakan :

5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain

5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan

dengan orang lain

5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan :

6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

- Salam, perkenalan diri

- Jelaskan tujuan

- Buat kontrak

- Eksplorasi perasaan klien

6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

- Perilaku menarik diri

- Penyebab perilaku menarik diri

- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi dengan orang lain

6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk

klien minimal satu kali seminggu

6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh

keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,

1999

Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :

FIK UI. 1999

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,

RSJP Bandung, 2000

Lampiran

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

STRATEGI PELAKSANAAN : PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI

HALUSINASI

A. Kondisi Klien

Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar

Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri

Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya

tidak jelas serta melihat setan-setan.

B. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

C. Tujuan

Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-

cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi

dengan cara pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari UKSW yang akan merawat bapak Nama Saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa?””Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini””Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama dengan orang lain?”” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?” ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.””Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa” TERMINASI:”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya””Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:

bercakap-cakap dengan orang lain

Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?Kerja: “Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo

ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”Terminasi:“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:

melaksanakan aktivitas terjadwal

Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 ?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”

Kerja: “bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”