Upload
vinton-ianda
View
66
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Faktor Pembatas terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.docx
Citation preview
Faktor Pembatas terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan TanamanSuatu keadaan yang melampaui batas-batas toleransi disebut keadaan yang
membatasi atau faktor pembatas. Faktor pembatas dapat mencapai nilai ekstrim
maksimum maupun minimum dengan ukuran kritis. Faktor pembatas bervariasi dan
berbeda untuk setiap tumbuhan maupun hewan dengan nilai ekstrim tertentu, sehingga
terjadilah pengelompokan dan perkembangan serta penyebaran organisme tersebut.
Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang dibutuhkan apabila
mendekati keadaan minimum kritis cendrung menjadi pembatas. Ditambahkannya
bahwa cahaya, suhu, zat makanan dan unsur-unsur utama meyebabkan hilangnya
vegetasi pada ketinggian tertentu di pegunungan atau hilangnya beberapa tumbuhan
dalam wilayah yang dinaungi.
Bukan sekadar terlalu sedikitnya sesuatu yang menjadi faktor pembatas seperti
yang dinyatakan Liebig, tetapi juga terlalu banyak faktor seperti panas, cahaya dan air.
Oleh sebab itu organime mempunyai sifat minimum dan maksimum lingkungannya.
Jarak antara kedua batas nilai minimum dan maksimum lingkungan ini menunjukkan
batas toleransi.
Konsep pengaruh batas maksimum maupun minimum bersama-sama dimasukkan ke
dalam Hukum Toleransi oleh Shelford dalam tahun 1913. beberapa perinsip Hukum
Toleransi dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Suatu organisme mempunyai toleransi yang besar terhadap satu faktor dan kecil
terhadap faktor lainnya.
2. Organisme yang mempunyai toleransi yang besar terhadap semua faktor memiliki
daerah penyebaran yang luas.
3. Bila satu faktor lingkungan tidak optimum untuk suatu jenis organisme, mak
toleransi berkurang terhadap faktor-faktor lingkungan lainnya. Misalnya Penman
1
(1956) melaporkan bahwa, bila tanah dengan kandungan Nitrogen yang terbatas
maka daya tahan rumput terhadap kekeringan berkurang.
4. Dalam banyak hal, interaksi populasi seperti kompetisi, predator, parasit dan lainnya
mencegah organisme dari pengambilan keuntungan terhadap kondisi lingkungan
fisik yang optimum.
5. Pembiakan merupakan masa yang kritis bila faktor-faktor lingkungan menjadi
terbatas. Keadaan reproduktif seperti: biji, telur, embrio, kecambah, dan larva pada
umumnya mempunyai batas toleransi yang sempit.
Faktor pembatas mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dan generatif
tumbuhan. Faktor lingkungan menjadi faktor pembatas, baik itu abiotik maupun biotik.
Diantaranya adalah Cahaya, Suhu, Air, Tanah dan banyak lagi.Setiap 1 faktornya juga
bisa terbagi lagi, misalnya Cahaya : Intensitas Cahaya, Kualitas Cahaya dll.
1. Cahaya
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi
utama bagi ekosistem. Struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan
oleh radiasi matahari yang sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi yang
berlebihan dapat pula menjadi faktor pembaas, menghancurkan sistem jaringan tertentu.
Ada tiga aspek penting yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya
dengan sistem ekologi, yaitu:
a. Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
b. Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
c. Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap
hari.
Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan
morfologi dari tumbuhan. Memang pada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering
berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air, tetapi pengaruh
2
yang khusus sering merupakan pengendali yang sangat penting dalam lingkungannya.
Kurangnya cahaya bagi tanaman pada masa pertumbuhan vegetatif akan menyebabkan
tanaman mengalami etiolasi, batang akan tumbuh tinggu tetapi pucat dan lemah.
2. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi
akan menahan dan mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah
cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Stratifikasi vertikal dari suatu ekosistem, dengan
demikian, merupakan hasil dari total energi cahaya yang tersedia dan kondisi komunitas
itu sendiri.
Dalam ekosistem perairan intensitas cahaya berkurang secara cepat ke arah yang
semakin dalam. Air memantulkan dan menyerap cahaya dengan efisiens sekali. Pada air
yang bening dan tidak bergerak 50% cahaya mampu mencapai kedalaman lebih dari 15
meter. Bila air bergerak atau keruh cahaya akan menembus kedalaman yang lebih
dangkal lagi, situasi ini mampu untuk menahan laju fotosintesis.
Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas.
Cahaya yang kuat sekali dapat merusak ensima akibat foto – oksidasi, ini mengganggu
metabolisme organisme – organisme terutama kemampuan dalam sintesis protein.
3. Lamanya Penyinaran
Lama penyinaran relatif antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fungsi dari tumbuhan secara luas. Jawaban dari organisme hidup
terhadap lamanya siang hari dikenal dengan fotoperiodisma. Dalam tetumbuhan jawaban
/ respon ini meliputi perbungaan, jatuhnya daun dan dormansi. Di daerah sepanjang
khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperioda akan konstan sepanjang tahun, sekitar
12 jam. Di daerah temperata / bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim
panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam
pada musim dingin. Perbedaan yang terpanjang antara siang dan malam akan terjadi di
daerah dengan garis lintang tinggi.
3
Berdasarkan respon ini, tumbuhan berbunga dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok
besar, yaitu:
a. Tumbuhan berkala panjang, yaitu tumbuhan yang memerlukan lamanya siang
lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan. Berbagai tumbuhan
temperate termasuk pada kelompok ini, seperti macammacam gandum (wheat
dan barley) dan bayam.
b. Tumbuhan berkala pendek, kelompok tumbuhan yang memerlukan lamanya
siang lebih pendek dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, dalam
kelompok ini termasuk tembakau dan bunga krisan.
c. Tumbuhan berhari netral, yaitu tumbuhan yang tidak memerlukan perioda
panjang hari tertentu untuk proses perbungaannya, misal tomat dan dandelion.
2. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir pada
setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses – proses kimia dalam
tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor –
faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan
menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme
hidup.
Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu
sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi
panas ketika cahaya diabsopsi oleh suatu substansi. Tambahan lagi suhu sering berperan
bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi – fungsi dari organisme.
Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk
menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum,
minimum atau keadaan harga rata – ratanya yang penting.
Kehidupan di muka bumi berada dalam suatu batas kisaran suhu antar 00 C
sampai 300 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum,
4
maksimum, dan optimum yang diperlukan untuk aktivitas metabolismenya. Suhu-suhu
tadi yang diperlukan organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal. Suhu tumbuhan
biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang
terusmenerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya. Kisaran toleransi suhu bagi
tumbuhan sangat bervariasi, untuk tanaman di tropika, semangka, tidak dapat
mentoleransi suhu di bawah 150 – 180 C
Suhu maksimum yang harus ditoleransi oleh tumbuhan sering merupakan
masalah yang lebih kritis jika dibandingkan dengan suhu minimumnya. Tumbuhan
biasanya didinginkan oleh kehilangan air dari tubuhnya, dengan demikian kerusakan
akibat panas terjadi apabila tidak tersedia sejumlah air dalam tubuhnya untuk proses
pendinginan tadi. Pada beberapa kasus umumnya kerusakan diinduksi oleh suhu yang
tinggi berasosiasi dengan kerusakan akibat kekurangan air, pelayuan. Dalam kejadian
seperti ini ensima menjadi tidak aktif dan metabolisme menjadi rendah.
Kebanyakan tumbuhan berhenti pertumbuhannya pada suhu dibawah 60 C.
Penurunan suhu dibawah suhu ini mungkin akan menimbulkan kerusakan yang cukup
berat. Protein akan menggumpal pada larutan di luar cairan sel mengakibatkan
ketidakatifan ensima. Bila suhu mencapai titik beku, akan terbetuk kristal es diantara
ruang sel dan air akan terisap keluar dari sel maka akan terjadi dehidrasi. Apabila
pembukuan terjadi secara cepat maka akan terbentuk kristal – kristal es dalam cairan sel
yang ternyata volumenya akan lebih besar dari ukuran sel tersebut. Sehingga sel rusak
dan mati akibat kebocoran dinding selnya. Hasilnya akan terjadi daerah yang berwarna
coklat pada tumbuhan, sebagai karakteristika dari kerusakan akibat pembekuan atau
frost.
3. Air
Air merupakan faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup
memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di sistem bumi kita ini
adalah terbatas dan dapat berubah – ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi
sulit untuk terjadi akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi dan
5
evaporasi yang berlangsung secara terus menerus. Bagi tumbuhan air adalah penting
karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai bagian dari
faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan
organ tumbuhan.
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu pada fase vegetatifnya dan
kelebihan air malah akan mengundang bakteri ataupun mikrobia lainnya sehingga
menyebabkan busuknya perakaran dan pangkal batang tanaman, sehingga dapat
menyebabkan kegagalan tumbuh tanaman.
4. Tanah
Tanah dapat didefinisikan sebagai bagian atas dari lapisan perak bumi yang
mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan dan hewan. Definisi ina
didasarkan atau ditekankan pada hubungan yang erat antara tanah dan organism hidup,
yang keduaya dipengaruhi oleh iklim dan topografi.
Tanah membentuk suatu bagian yang kompleks dari ekosistem yang ditempati
oleh organisme-organisme dengan toleransi yang luas. Kajian dari tanah dikenal dengan
pedologi. Tanah berfungsi sebagai penyedia unsur hara dan mineral bagi tanaman. Unsur
hara ada yang mikro dan makro. Kekurangan unsur hara tentu saja akan menyebabkan
pertumbuhan vegetatif tanaman tidak optimum.
6