Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN
KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PETUGAS PUSKESMAS TANGAN - TANGAN
KABUPATEN ABDYA TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH
LINDA NURITA
NIM : 08C10104170
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI KEBIJAKAN
KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS
TEUKU UMAR MEULABOH
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat indonesia peran strategis ini diperoleh karena puskesmas adalah
fasilitas kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar sehingga masyarakat
bisa memperoleh suatu kepuasan yang memadai (Aditama,2009).
Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan di
mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaan. Secara empirik dapat
produktivitas, kepuasan kerja yang tinggi dapat membuat karyawan bekerja yang
lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas.Kepuasan kerja
adalah sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul
berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja( Hasibuan, 2007).
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu.Kerja adalah pengorbanan
jasa, jasmani, dan pikiran untuk menghasilkan barang –barang atau jasa–jasa
dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu(Dharma, 2006).
Menurut Bernardin dan Russel dalam tulisan Edy Sutrisno (2009) memberikan
definisi tentang prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
fungsi- fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu
1
2
tertentu. Prestasi kerja adalah tingkat kecakapan seseorang pada tugas-tugas
yang mencakup pada pekerjaannya.
Penilaian prestasi karyawan mutlak harus dilakukan untuk mengetahui
prestasi yang dapat dicapai dengan kriteria penilaian karyawan baik, sedang, atau
kurang, penilaian prestasi penting bagi setiap karyawan dan berguna bagi
perusahaan untuk menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya. prestasi sangat
berpengaruh dalam kepuasan kerja karena apa bila pretasi kurang baik maka hasil
kerjanya juga kurang memuaskan dan dapat merugikan suatu organisasi,begitu hal
nya di puskesmas juga penting di lihat perkembangan prestasi kerja petugas
supaya hasil kinerja petugas memuaskan pasien.
Tenaga kesehatan berperan besar dalam menentukan pembangunan
kesehatan. Di Indonesia, terdapat ribuan tenaga kesehatan di Puskesmas yang
telah bekerja dengan sungguh-sungguh dan menunjukkan prestasi kerja yang
sebaik-baiknya. Mereka adalah pahlawan bangsa yang menunaikan tugasnya
untuk mencapai visi kita bersama, yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan. Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A,
MPH, di hadapan 130 tenaga kesehatan (Nakes) teladan di Puskesmas tingkat
Nasional 2012, di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Aceh Barat Daya (ABDYA) salah satu kabupaten hasil pemekaran dari
Kabupaten Aceh Selatan, yang dkatagorikan sedang berkembang yang memiliki
organisasi pemerintah yang masih belum lengkap, dan begitu juga Sumber Daya
Manusia (SDM).Yang masih dalam tahap perkembangan yang dikatagorikan
belum cukup baik.
3
PuskesmasTangan-Tangan adalah salah satu puskesmas yang terdapat di
Kabupaten Aceh Barat Daya dengan jumlah tenaga kesehatan 37 orang,yang
terdiri dari 25 orang PNS, 10 orang BIDES, 2 orang tenaga honorer. Puskesmas
Tangan-tanganmerupakan Puskesmas rawat jalan yang memiliki fungsi
sebagai penggerak pembangunankesehatan(daftar data pegawai Puskesmas
Tangan-Tangan, Juni 2013).
Hasil survei awal yang peneliti lakukan pada tanggal 9 bulan agustus
2012, setelah wawancaradengan wakil kepala puskesmas dan berdasarkan
Observasi peneliti lakukan sendiri bahwa tingkat kepuasan terhadap prestasi kerja
mereka masih belum cukup baikkarna disebabkan oleh fasilitas yang belum
lengkap sehingga dapat mengganggu pekerjaan mereka sehingga berdampak pada
prestasi kerja dan akan menurunkan kepuasan kerja mereka.,dan kemampuan
kecakapan, keahlian, keberanian, serta ketrampilan mereka masih belum baik
sehingga membuat mereka kurang profesional, hal ini akan berdampak negatif
terhadap wilayah kerja Puskesmas Tangan-Tangan kabupaten Aceh Barat Daya.
Dari latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui lebih lanjut terkait
denganPengaruh Kepuasan Kerja Terhadap prestasi Kerja Karyawan di
Puskesmas Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya 2013”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut
1. Bagaimanakahpengaruhkepuasankerjapetugasyangterdiriatasfaktor
individual, kemampuan, faktor hubunganantar petugas.
4
2. Bagaimana perkembangan prestasi petugas di Puskesmas Tangan-
Tangan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap prestasi kerja dipuskesmas
Tangan – tangan.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui gambaran kepuasan kerj petugas PuskesmasTangan – tangan.
2. Mengetahui gambaran prestasi kerja petugas Puskesmas Tangan-tangan.
3. Mengetahui tngkat pengaruh kepuasan kerja terhadap prestasi kerja.
1.4. Mamfaat Penelitian
1. Bagi puskesmas: tempat dilakukan penelitian, hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk mengembangkan dan
pembinaan sumber daya manusia.
2. Bagi peneliti: hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam menerapkan teori –
teori yang didapat dibangku kuliah.
3. Bagi pihak lain: hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi untuk
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan sumber daya manusia.
5
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang
menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yag diterima pekerja dan
jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Robbin, 2003).
Menurut Riggio dalam Hadjam dan Nasiruddin (2003) kepuasan kerja
banyak didefinisikan sebagai perasaan dan perilaku individu berkenaan dengan
pekerjaannya. Semua aspek dari pekerjaan yangbaik maupun buruk, positif
maupun negatif akan berperan menciptakan perasaan kepuasan kerja.
Kepuasan kerja adalah sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya,
yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut dapat
dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya, penilaian dilakukan sebagai rasa
menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan.
Karyawan yang puas lebih menyukai situasi kerjanya daripada tidak
menyukainya(Sari, 2008).
Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah
dari kepuasan kerja (dari setiap aspek pekerjaan) dikalikan dengan derajat
pentingnya aspek pekerjaan bagi individu. Menurut Locke seorang individu akan
merasa puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya merupakan sesuatu yang
bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia mempersepsikan adanya
kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-keinginannya dengan hasil
keluarannya (yang didapatnya).
5
6
2.1.1Pengukuran kepuasan kerja
Pengukuran kepuasan kerja ternyata sangat bervariasi, baik dari segi
analisa statistik maupun dari segi pengumpulan datanya. Informasi yang didapat
dari kepuasan kerja ini biasanya melalui tanya jawab secara perorangan, dengan
angket maupun dengan pertemuan kelompok kerja (Riggio:2005).
Dalam semua kasus, kepuasan kerja diukur dengan kuesioner laporan diri
yang diisi oleh karyawan. Pengukuran kepuasan kerja dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan, yaitu kepuasan kerja dilihat sebagai konsep global,
kepuasan kerja dilihat sebagai konsep permukaan, dan sebagai fungsi kebutuhan
yang terpenuhkan.
1.Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai konsep global
Konsep ini merupakan konsep satu dimensi, semacam ringkasan psikologi
dari semua aspek pekerjaan yang disukai atau tidak disukai dari suatu jabatan.
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner satu pertanyaan (soal).
Cara ini memiliki sejumlah kelebihan, diantaranya adalah tidak ada biaya
pengembangan dan dapat dimengerti oleh mereka yang ditanyai. Selain itu cara
ini cepat, mudah diadministrasikan dan diberi nilai. Kuesioner satu pertanyaan
menyediakan ruang yang cukup banyak bagi penafsiran pribadi dari pertanyaan
yang diajukan. Responden akan menjawab berdasarkan gaji, sifat pekerjaan, iklim
sosial organisasi, dan sebagainya .
2. pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai konsep permukaan
Konsep ini menggunakan konsep facet (permukaan) atau komponen, yang
menganggap bahwa kepuasan karyawan dengan berbagai aspek situasi kerja yang
berbeda dapat bervariasi secara bebas dan harus diukur secara terpisah. Diantara
7
konsep facet yang dapat diperiksa adalah beban kerja, keamanan kerja,
kompetensi, kondisi kerja, status dan prestise kerja. Kecocokan rekan kerja,
kebijaksanaan penilaian perusahaan, praktek manejemen, hubungan atasan-
bawahan, otonomi dan tanggung jawab jabatan, kesempatan untuk menggunakan
pengetahuan dan keterampilan, serta kesempatan untuk pertumbuhan dan
pengembangan.
3.Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai kebutuhan yang terpenuhkan
Yaitu suatu pendekatan terhadap pengukuran kepuasan kerja yang tidak
menggunakan asumsi bahwa semua orang memiliki perasaan yang sama
mengenai aspek tertentu dari situasi kerja, pendekatan ini dikembangkan oleh
Porter. Kuesioner Porter didasarkan pada pendekatan teori kebutuhan akan
kepuasan kerja.
2.1.2.Teori kepuasan kerja
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat
sebagian orang lebih puas terhadap pekerjaannya dari pada beberapa lainnya.
Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan
kerja.
1. Two faktor theory
Teori dua faktor merupakan teori kepuasan kerja yang menganjurkan
bahwa satisfaction (kepuasan) dan disatisfakttion (ketidakpuasan)
merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda, yaitu motivators
dan hygiene faktor.
8
2. Value theory
Menurut konsep teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana
hasil pekerjaan diterima individu seperti diharapkan. Implikasikan teori ini
mengandung perhatian pada aspek pekerjaan yang perlu diubah untuk
mendapatkan kepuasan kerja.
2.1.3.Penyebab kepuasan kerja
Menurutkan (kreitner dan kinicki,2005) Terhadap 5 faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja.yaitu:
a. Meed fulfilmint ( pemenuhan kebutuhan)
Model ini dimaksdkan bahwa kepuasan ditentukan oleh tingkatan
karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk
memahami kebutuhannya.
b. Discrepancies (perbedaan)
Model ini menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi
harapan, pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang di
harapkan dan yang diperoleh individu dari pekerjaan.
c. Valueattainment (pencapaian nilai).
Gagasan value attainment adalah bahwa kepuasan merupakan hasil dari
persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang
penting.
d. Equit (keadilan)
Dalam model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan Fungsi dari
seberapa adil individu diperlukan ditempat kerja.
9
e. Dispositional / genetik componets (komponen genetik).
Beberapa rekan kerja atau teman tampak puas terhadap variasi lingkungan
kerja. Sedangkan lainnya kelihatan tidak puas, model ini didasarkan pada
keyakinan bahwa kepuasan sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan
faktor genetik.
2.1.4.Respon terhadap ketidakpuasan kerja
Dalam suatu organisasi dimana sebagian besar pekerjaannya memperoleh
kepuasan kerja, tidak tertutup kemungkinan sebagian kecil diantaranya merasakan
ketidakpuasan. Ketidakpuasan pekerja dapat ditunjukan dalam sejumlah cara.
Robbins (2003:32) 4 tanggapan yang berbeda satu sama lain. Dalam dimensi
konstruktif atau destruktif dan aktif atau fasif dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Exit (keluar)
Ketidakpuasan ditunjukan melalui prilaku diarahkan pada meninggalkan
organisasi, termasuk mencari posisi baru atau mengundurkan diri.
b. Voice (menyarankan)
Ketidakpuasan ditunjukkan melalui usaha secara aktif dan konstruktif
untuk memperbaiki keadaan termasuk menyarankan perbaikan,
mendiskusikan masalah dengan atasan dan berbagai bentuk aktivitas
perserikatan.
c. Loyalti (mengabaikan)
Ketidakpuasan ditunjukan secara pasif, tetapi optimistik dengan menunggu
kondisi untuk memperbaiki termasuk dengan berbicara bagi organisasi
dihadapan kritik eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemen
melakukan hal yang benar.
10
d. Neglect (kesetiayaan)
Ketidakpuasan ditunjukan tindakan secara pasif membiarkan kondisi
semakin buruk, mengurangi usaha dan meningkatkan tingkat kesalahan.
2.1.5.Pedoman meningkatkan kepuasan kerja
Green berg dan baron (2003: 159) memberikan saran untuk mencegah
ketidakpuasan dan meningkatkan kepuasan dengan cara sebagai berikut.
a. Membuat pekerjaan menyenangkan
Orang lebih puas dengan pekerjaan yang mereka senang kerjakan dari
pada yang membosankan.
b. Orang dibayar dengan jujur
Orang yang percaya bahwa sistem pengupahan tidak jujur cenderung tidak
puas dengan pekerjaanya.
c. Mempertemukan orang yang cocok dengan pekerjaannya yang cocok
dengan minatnya
Semakin banyak orang yang menemukan bahwa mereka yang memenuhi
kepentingannya sambil ditempat kerja semakin puas dengan pekerjaanya.
d. Menghindari kebosanan dan pekerjaan berulang–berulangan
Kebanyakan orang cenderung mendapatkan sedikit kepuasan dalam
melakukan pekerjaan yang sengat membosankan dan berulang.
2.1.6. Pengaruh kepuasan kerja
1. Terhadap Produktivitas
Orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan
meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja mungkin merpakan akibat dari
produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas yang tinggi menyebabkan
11
peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa
apa yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang mereka terima
(gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta diasosiasikan dengan performa kerja yang
unggul. Dengan kata lain bahwa performansi kerja menunjukkan tingkat kepuasan
kerja seorang pekerja, karena perusahaan dapat mengetahui aspek-aspek pekerjaan
dari tingkat keberhasilan yang diharapkan.
2. Ketidakhadiran (Absenteisme)
Menurut Porter dan Steers, ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang
mencerminkan ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan
kerja dengan ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu
motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir.
Sementara itu menurut Wibowo (2007:312) antara kepuasan dan
ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi negatif. Sebagai contoh
perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja dengan bebas tanpa sanksi atau
denda termasuk kepada pekerja yang sangat puas.
3. Keluarnya Pekerja (Turnover)
Sedangkan berhenti atau keluar dari pekerjaan mempunyai akibat
ekonomis yang besar, maka besar kemungkinannya berhubungan dengan
ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins (2004), ketidakpuasan kerja pada pekerja
dapat diungkapkan dalam berbagai cara misalnya selain dengan meninggalkan
pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri barang milik
perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab pekerjaan mereka
dan lainnya.
Ada empat cara tenaga kerja mengungkapkan ketidakpuasan Robbins (2003):
12
a. Keluar (Exit) yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekerjaan
lain.
b. Menyuarakan (Voice) yaitu memberikan saran perbaikan dan
mendiskusikan masalah dengan atasan untuk memperbaiki kondisi.
c. Mengabaikan (Neglect) yaitu sikap dengan membiarkan keadaan menjadi
lebih buruk seperti sering absen atau semakin sering membuat kesalahan.
d. Kesetiaan (loyality) yaitu menunggu secara pasif sampai kondisi menjadi
lebih baik termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari luar.
Newstroom (2002) merinci faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja seseorang, yaitu:
a. Usia.
Ketika para karyawan makin bertambah lanjut usianya. Mereka cenderung
sedikit lebih puas dengan pekerjaannya. karyawan yang lebih muda
cenderung kurang puas karena berpengharapan tinggi, kurang penyesuaian
dan berbagai sebab lain,
b. Tingkat pekerjaan.
Orang-orang dengan pekerjaan pada tingkat lebih tinggi cenderung merasa
lebih puas dengan pekerjaan mereka. Mereka biasanya memperoleh gaji dan
kondisi kerja lebih baik, dan pekerjaan yang dilakukan memberi peluang
untuk merasa lebih puas.
c. Ukuran organisasi.
Pada saat organisasi semakin besar, ada beberapa bukti yang menunjukkan
bahwa kepuasan kerja cenderung agak menurun apabila tidak diambil
tindakan perbaikan untuk mengimbangi kecenderungan itu.
13
2.2. Pengertian prestasi kerja.
Prabowo (2005) mengemukakan bahwa prestasi lebih merupakan tingkat
keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang
mencapai prestasi yang diukur atau dinilai. Suryabrata (2004) menyatakan bahwa
prestasi adalah juga suatu hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu
kegiatan.
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas–tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesengguhan serta waktu, yaitu kemampuan dan
minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi
tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Kerja adalah pengorbanan
jasa, jasmani, dan pikiran untuk menghasilkan barang –barang atau jasa–jasa
dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu. ( Hasibuan 2007).
2.2.1.Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja
Zeitz (dalam tulisan Baron & Byrne, 2007) mengatakan bahwa prestasi
kerja dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan)
dan faktor personal. Faktor organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas
pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik dari lingkungan
kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang paling penting
adalah faktor sistem imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan dalam
bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional kedua yang
juga penting adalah kualitas pengawasan (supervision quality), dimana seorang
bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten
dibandingkan dirinya.
14
Sementara faktor personal meliputi ciri sifat kepribadian (personality
trait), senioritas, masa kerja, kemampuan ataupun keterampilan yang berkaitan
dengan bidang pekerjaan dan kepuasan hidup. Untuk faktor personal, faktor ya ng
juga penting dalam mempengaruhi prestasi kerja adalah faktor status dan masa
kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan yang lebih
tinggi biasanya telah menunjukkan prestasi kerja yang baik. Status pekerjaan
tersebut dapat memberikannya kesempatan untuk memperoleh masa kerja yang
lebih baik, sehingga kesempatannya untuk semakin menunjukkan prestasi kerja
juga semakin besar.
Menurut Byars dan Rue dalam tulisan Edi Strisno (2009) mengemukakan ada dua
faktor yang mempengaruhi prestasi kerja, yaitu faktor individu dan faktor
lingkungan. Faktor-faktor individu yang dimaksud adalah :
1. Usaha (effort), yang menunjukkan sejumlah senergi fisik dan mental yang
digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas,
2. Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melaksanakan
suatu tugas,
3. Role atau Task Perception, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa
perlu oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Sedangkan faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi kerja
adalah kondisi fisik, peralatan, waktu, materil, pendidikan, supervisi, desain
organisasi, pelatihan dan keberuntungan.
Faktor-faktor lingkungan ini tidak langsung menentukan prestasi kerja
seseorang tetapi mempengaruhi faktor- faktor individu. Dapat dilihat bahwa
15
perilaku seseorang dalam organisasi merupakan hasil dari interaksi berbagai
variabel yaitu individual dan situasional
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
(ability), dan faktor motivasi ( motivation), hal ini sesuai dengan pendapat Kait
Davis (2001).
a. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dan kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya karyawan yang
memiliki IQ diatas rata-rata : (IQ 110 - 120) dengan pendidikan yang memadai
untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia
akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh sebab itu karyawan
perlu ditempatkan pada perkerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
b. Faktor Motivasi
Motivasi berbentuk dari sikap (atitude) seorang karyawan dalam
menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi menggerakkan diri
karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja)
(Anwar 2009).
c. Faktor produktivitas kerja
Produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu
mencari perbaikan terhadap apa yang telah. Suatu keyakinan bahwa seseorang
dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemaren dan hari esok
lebih baik hari ini (Tohardi 2002).
16
d. Faktor kedisiplinan kerja
Fathoni (2006:126) mengatakan bahwa: “Kedisiplinan Kerja adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku”. kedisiplinan mengandung dua makna yaitu
kesadaran dan kesediaan. Kesadaran merupakan sikap seseorang yang sadar akan
pentingnya aturan-aturan, sedangkan kesediaan merupakan sikap seseorang yang
mau melakukan atau patuh pada aturan dengan suka rela tanpa paksaan atau
tekanan dari orang lain. Setiap karyawan mempunyai motif tersendiri dalam
bekerja dan hampir tidak ada karyawan yang memiliki motif yang sama.
2.2.2.Penilaian prestasi kerja
Penilaian tentang prestasi kerja karyawan dalam akuntabilitasnya, dalam
persaingan global, perusahaan-perusahaan yang tinggi. Karyawan membutuhkan
umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman prilakunya dimasa datang,
penilaian kinerja secara keseluruhan merupakan proses yang berbeda dari evaluasi
pekerjaan (Job Evalityon). Penilaian kinerja bekenaan dengan seberapa baik
seseorang melakukan pekerjaan yag ditugaskannya. Tehnik paling tua yang
digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan kineja adalah penilaian
(appraisal), motivasi karyawan untuk bekerja, penilaian kinerja memberikan
mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan-
tujuan dan standar-standar serta memotivasi karyawan diwaktu berikutnya.
(Heman Sofiandi, 2008).
2.2.3.Evaluasi kenerja
Evaluasi kinerja dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap hasil
kerja atau prestasi kerja yang diperolehkan organisasi, tim / individu. Evaluasi
17
kinerja akan memberikan umpan balik terhadap tujuan dan sasaran kinerja,
perencanaan dan proses pelaksanaan kerja. Evaluasi kinerja merupakan pendapat
yang bersifat evaluatif atau sifat, prilaku seseorang atau prestasi sebagai dasar
untuk keputusan dan rencana pengembangan personil (kreitner dan kinicki
2005:300).
2.3. Hubungan Antara Kepuasan Kerja dan Prestasi Kerja
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja.
Sementara itu menurut Gibson (2004:110) menggambarkan hubungan timbal
balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja
menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih
produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau
prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.
Secara historis, sering dianggap bahwa karyawan yang mendapat kepuasan
kerja akan melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Memang sering ada
hubungan positif antara kepuasan kerja dan prestasi kerja, prestasi kerja
menimbulkan kepuasan kerja, banyak pendapat yang mengemukakan bahwa
kepuasan yang lebih tinggi terutama dihasilkan oleh prestasi kerja. Bila suatu
penghargaan dirasakan adil dan memadai, maka kepuasan karyawan akan
meningkat karena mereka menerima penghargaan dalam proporsi yang sesuai
dengan prestasi kerja mereka. kondisi kepuasan atau ketidakpuasan kerja tersebut
akan menjadi umpan balik yang akan mempengaruhi prestasi kerja diwaktu yang
akan datang. Jadi hubungan kepuasan kerja dan prestasi kerja menjadi suatu
sistem yang berlanjut ( Handoko 2003).
18
2.4. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini kerangka teori yang diambil pengaruh kepuasan
kerja terhadap prestasi kerja.
Menurut teori Davis dan Newstoon (2002)
Kepuasan kerja
Gambar 2.1. Kerangka Teori
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen(bebas) Variabel Dependen(terikat)
kepuasan kerja
2.6.Hipotesis Penelitian
Dalam hipotesis penelitian ini menggunakan hipotesis penelitian
1. Ada pengaruh kepuasan kerja terhadap prestasi kerja.
2. Ada pengaruh prestasi dengan kepuasan kerja
Prestasi kerja
Prestasi kerja
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukanbersifat analitik dengan desain penelitian
cross sectional (Notoatmojo, 2010). berhubungan dengan pengaruh kepuasan
kerja terhadap prestasi kerja di Wilayah kerja Puskesmas Tangan-Tangan
Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Tangan-Tangan Kabupaten
Aceh Barat Daya pada awal Bulan Juli 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas yang berkerja di
Wilayah Puskesmas Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
yang berjumlah 37orang.
3.3.2. Sampel
Karena populasi dapat dijangkau, maka peneliti mengambil sampel dengan total
sampling yaitu dari seluruh jumlah populasi yaitu 37 sampel.
3.4.Metode Pengumpulan data
3.4.1. Data primer
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini bersumber langsung dari
responden untuk mencari informasi dari responden peneliti menggunakan alat
19
20
pengumpulan data berupa lembaran kuesioner, tentang bagaimana pengaruh
kepuasan kerja terhadap prestasi kerja.
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data pendukung yang dibutuhkan peneliti yang berupa
data gambaran umum, lokasi penelitian tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap
prestasi kerja dari dinas kesehatan Aceh Barat Daya.
3.5. Definisi Operasional
No Variabel Keterangan
Variabel Independen
1 kepuasan kerja Definisi Cara ukur
Alat ukur Hasil ukur
Skala ukur
Kepuasan kerja didefinisikan sebaigai perasaan dan perilaku individu berkenaan dengan pekerjaannya.
wawancara Kuesioner
1.puas 2.tidak puas Ordinal
Variabel Dependen
1. prestasi kerja Definisi
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala ukur
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja
yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
wawancara Kuesioner
1. baik 2. kurang Ordinal
3.6. Aspek Pengukuran
Pada pengukuran variabel independen kepuasankerja terdiri dari
10pertanyaan tertutup dengan 2 kemungkinan jawaban yaitu, “ puas” dan “tidak
puas” dan untuk jawaban “puas” diberi skor 1, dan untuk jawaban “tidak puas”
diberi skor 0.
21
Untuk mengukur variabel dependen prestasi kerja petugas diukur dengan
mengajukan 8 pertanyaan dengan menggunakan skala Gutman yaitu dengan 2
kemungkinan jawaban yaitu, “ baik”, dan “kurang”, untuk jawaban “baik” diberi
skor 1 dan untuk jawaban “ tidak ” diberi skor 0. Nilai tertinggi yang diperoleh
adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. Jumlah kelas yang digunakan adalah 2 yaitu
“ya” dan “ tidak”.
Untuk menentukan rentang antar kelas digunakan rumus (hidayat,2007).
I = 𝐻−𝐿
𝐾
I : Interval
H : Nilai tertinggi
L : Nilai terendah
K : Jumlah kelas (Notoatmodjo, 2010)
Sehingga didapatkan :
I = 10−0
2
I= 5
Sehingga didapatkan kategori
1. Apabila nilai baik>5
2. Apabila kurang baik ≤5
22
3.7.pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah secara menual, dengan langkah- langkah
sebagai berikut:
1. Editing adalah pemeriksaan atau pengecekan kelengkapan data melalui
kuesioner yang telah dikumpulkan.
2. Coding adalah proses untuk memberikan kode pada jawaban-jawaban
responden atau ukuran-ukuran yang diperoleh unit analisis sesuai dengan
rancangan awalnya.
3. Skoring adalah pemberian skor dimana jawaban yang benar diberikan skor
1 dan yang salah skor 0, hasil jawaban responden yang telah diberikan
pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor kemudian
di presentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau angket yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan tertutup dengan
arternative yang telah ditentukan.
3.8. Analisa Data
3.8.1. Analisa Univariat
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan statistik sederhana yaitu persentase atau proposal (Eko
Budiarto,2001).
3.8.2. Analisa Bivariat
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan
variabel independen dengan variabel dependen melalui uji chisquare (𝑥2)
(Notoatmodjo,2010). Dengan menggunakan rumus komputeralisasi.
Adapun hipotesisnya adalah:
23
Pengolahan data akan dilakukan dengan bantuan komputerisasi.
1. Pada tabel 2x2 nilai yang di ambil adalah pearsonchi-square pada
kolom Asimp sig 2 side.
2. Bila tabel lebih dari 2x2 nilai yang di ambil adalah pearson chi-square
pada kolom Exact sig 2 side.
3. H0 diterima = jika 𝑥2 hitung < p value, artinya tidak ada pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependen
4. H0 ditolak = jika𝑥2 hitung > p value, artinya ada pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Letak geografis
Puskesmas Tangan–Tangan merupakan Puskesmas rawat jalan yang terletak di
Desa Ie Lhob Kecamatan Tangan –Tangan yang memiliki 17 ruangan, yang
berjarak sekitar 6 km dari kota Blang Pidie ibu kota Aceh Barat Daya
Adapun batas – batas wilayah adalah
1. Sebalah Barat berbatasan dengan Desa Tangan Cut
2. Sebelah Utara berbatasan dengan persawahan
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kuta Bak Drein
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Padang Bakjumpa
4.1.2.Kondisi demografi
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tangan – Tangan Kabupaten Aceh
Barat Daya Mencakup seluruh wilayah kecamatan tangan-tangan yang terdiri dari
17 Desa dalam 2 kemukiman 115 km.
4.1.3. Data kepegawaian
Tenaga yang bekerja memberikan pelayan kesehatan kepada masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat
Daya Sebanyak 37 orang, yang terdiri dari 25 orang PNS, 10 orang BIDES, 2 o
rang tenaga honorer. Puskesmas Tangan-tangan.
24
25
4.2. Hasil Penelitian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari Tanggal 02 sampai dengan05
Bulan Juli Tahun 2013 di Puskesmas Tangan–Tangan terhadap 37 orang
Responden didapatkan hasil sebagai berikut.
4.2.1 Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data responden dan
variabel penelitian secara tunggal. Variabel penelitian terdiri dari kepuasan kerja
dan prestasi kerja.
4.2.1.1 Variabel Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan
KerjaPetugasPuskesmas Tangan – Tangan Tahun 2013.
No Kepuasan kerja Frekuensi %
1 Puas 16 43,3
2 Tidak puas 21 56,7
Total 37 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa 21 orang (56,7%)menyatakan
tidak puas atas pekerjaan mereka.
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan prestasi kerja di Puskesmas
Tangan – Tangan Tahun 2013.
No Prestasi kerja Frekuensi %
1 Baik
2 Kurang baik
18 48,7
19 51,3
Total 37 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel diatas bahwa sebagian responden menyatakan kurang
baik terhadap prestasi petugas yang berjumlah 19 orang (51,3%).
26
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat menggunakan uji Chi Square χ² terhadap significansi
0,05 yaitu melihat variabel kepuasan kerja terhadap prestasi kerja.
4.2.2.1 Kepuasan kerja
Tabel 4.3 Hubungan Antara Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja
Petugas Puskesmas Tangan – Tangan Tahun 2013
Kepuasan
kerja
Prestasi kerja Total p value OR
Kurang Baik Baik
N % N % F%
0,000 142.500
Tidak puas 19 90,5 2 9,5 21100
Puas 1 6,2 15 93,8 16 100
Jumlah 20 54,1 17 45,9 37 100
Sumber : dari data primer ( diolah tahun 2013 ).
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang tidak puas dan
prestasinya kurang baik sebanyak 19 orang (90,5 %), dan dilihat dari responden
prestasinya baik dan mendapat kapuasan karja sebanyak 15 orang (93,8 %).
Dari hasil uji statistikdiperoleh nilai p=0,000 < (α =0,05), maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara kepuasan kerja terhadap prestasi kerja.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Kepuasan kerja
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari
tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-
beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu. Semakin
banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka
semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
27
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting untuk
diselidiki karena terbukti besar manfaatnya baik bagi kepentingan pegawai,
perusahaan atau organisasi dan masyarakat. Menurut Ghiselli dan Brown
(2003:110) faktor- faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karywan adalah:
a. Kedudukan
b. Pangkat/golongan
c. Jaminan Keuangan dan sosial
d. mutu pengawasan kerja yang dijalankan
Seseorang karyawan akan merasa puas dalam bekerja apabila ia
ditempatkan pada posisi dan golongan yang sesuai dengan keinginannya, tetapi
dalam hal ini manajemen juga harus melihat kemampuan karyawan tersebut agar
dapat bernilai positif. Disamping itu perusahaan juga harus menyediakan jaminan
keuangan dan sosial yang layak dan adil. Jaminan tersebut sangan penting artinya
bagi karyawan mengingat mereka bekerja bukan untuk diri mereka sendiri, tetapi
juga untuk memberikan kehidupan yang layak pada keluarga mereka.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas merasa kurang puas
terhadap pekerjaan mereka karena disebabakan fasilitas yang kurang lengkap dan
penempatan kedudukan tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Dan menurut
hasil kuesioner didapatkan responden yang menjawab tidak puas terhadap
pekerjaannya sebanyak 21 orang dari 37 responden. Dari hasil persentase
diperoleh nilai p=0,000 < (α = 0,05) oleh karena itu H0 diterima sehingga ada
hubungan antara pengaruh kepuasan kerja terhadap prestasi kerja petugas
Puskesmas Tangan – Tangan.
28
Penelitian ini sama dengan penelitian sanusi (2006) ada hubnungan antara
kepuasan kerja dan kinerja petugas. menurut sanusi (2006) bahwa meningkatnya
kepuasan kerja dan kinerja petugas dapat dilakukan melalui perbaikan suasana
kerja atau iklim organisasi dan penemptan kerja yang sesuai dengan kemampuan
mereka. oleh karena itu hubungan suasana kerja dan kinerja petugas mempunyai
arti penting bagi pihak manajemen puskesmas.
4.3.2. Prestasi kerja
Prabowo (2005) mengemukakan bahwa prestasi lebih merupakan tingkat
keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang
mencapai prestasi yang diukur atau dinilai
Dalam pencapaian prestasi kerja yang baik tentunya banyak faktor yang
mempengaruhi karyawan bekerja dengan produktif atau tidak bergantung pada
motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi fisik pekerjaan dan aspek-aspek
ekonomi, teknis serta perilaku lainnya. Dalam upaya meningkatkan prestasi kerja
karyawan harus mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu
dalam menyelesaikan pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2006) ada 3 faktor yang mempengaruhi pencapaian
prestasi kerja yaitu:
1. Faktor kemampuan
Secara psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi dan
kemampuan reality artinya pegawai yang memiliki pendidikan yang memadahi
untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka ia
akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu pegawai
perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlianya.
29
2. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja.
Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk
mencapai tujuan organisasi. Motivasi ini merupakan kondisi mental karyawan
artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan
utama target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dan menciptikan
situasi kerja.
3. Faktor situasi
Situasi yang dapat berpengaruh terhadap prestasi kerjanya, misalnya
adanya kondisi ruangan yang tentunya tenang, iklim.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi kerja petugas masih
kurang baik dilihat dari observasi penelitian melalui SPM, kerena prestasi kerja
mereka masih kurang disebabkan oleh tingkat kepuasan kerja mereka yang masih
kurang puas sehingga dapat menurunkan prestasi kerja dan akan berdampak pada
tingkat produktifitas puskesmas. Sedangkan menurut hasil kuesioner didapatkan
sebagian responden yang menjawab prestasi kerja kurang baik sebanyak 19 orang
dari 37 responden. Dari hasil persentase diperoleh nilai p=0,000 < (α = 0,05) oleh
karena itu H0 diterima sehingga ada hubungan antara prestasi kerja terhadap
kepuasan kerja.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan bahwa ada terdapat
hubungan Antara Tingkat Pengaruh kepuasan kerja Terhadap Prestasi kerja
petugas Puskesmas Tangan- tangan Kabupaten Aceh Barat Daya (p value =0,000,
nilai OR 142.500) artinya sebagian responden yang memiliki tingkat kepuasan
kerjanya masih kurang yang akan berdampak pada prestasi kerja, sehingga
prestasi kerja kurang baik.
5.2. Saran
Dari kesimpulan yang telah diambil peneliti memberi saran sebagai
berikut :
1. Kepada pihak manajemen puskesmas untuk meningkatkan prestasi kerja
petugas karna prestasi kerja petugas masik kurang baiksupaya dapat
meningkatkan produktivitas puskesmas labih baik untuk kedepannya.
2. Kepada petugas agar dapat meningkatkan lagi prestasi kerjanya supaya
terciptanya puskesmas yang teladan dibandingkan puskesmas yang lain.
3. kepada kepala puskesmas diharapkan supaya melengkapi fasilitas dan
ventilasi ruangan dan juga memberi gaji petugas tepat waktu supaya
petugas bisa mendapatkan kepuasan kerjanya sehingga prestasi kerja
mereka meningkat.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara, 2009 Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan,bandung
Edy Sutrisno, 2009Manajemen Sumber Daya Manusia, jakarta
Depkes RI, 2010 Tujuan Pembangunan Kesehatan, Jakarta.
Darma, 2006. Manajemen Kinerja. Pustaka pelajar. Yokyakarta
Gibson, 2004 Manajemen sumber daya manusia, Jakarta
Green berd dan Baron, 2003 Manajemen Kinerja. Jakarta Raja grafinda persada.
Fathoni 2006, Organisasi Manajemen Sumber Daya Manajemen, Bandung,
Rineka cipta, Jakarta.
Hasibuan, Malayu.2007 Manajemen sumber daya, Jakarta PT Bumi Aksara.
Handoko, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung
Herman Sofiandi, 2008 Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, graha ilmu.
Hidayat,2007, Metode Penelitian dan Analisa Statistik Untuk Kebidanan,Selemba
Medika. Jakarta
Kritner dan Kinecki, 2005 Manajemen kinerja,Jakarta Raja grafinda persada.
Iiqbal Hasan, 2001 pokok2 materi statistik 2, jakarta, PT Bumi Aksara edisi ke 2.
Nasiruddin, 2003 Manajemen sumber daya manusia kinerja, Jakarta
Newstroon,2002 Organisasi manajemen sumber daya manajemen, Bandung
Notoatmodjo, 2010 Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka cipta, Jakarta.
Profil Puskesmas Tangan-Tangan , 2011
Siagian, Sondang p,2007manajemen sumber daya manusia, Jakarta, PT Bumi
Aksara.
32
Riggio,2005Manajemen Sumber Daya Manusia Kinerja, Jakarta
Wibowo, 2007Manajemen Kinerja,Jakarta Raja grafinda persada.
Robbin, 2003 Majemen Kinerja,Jakarta Raja grafinda persada.