Upload
trantruc
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM
PERUSAHAAN SEKTOR CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI
ISSI PERIODE 2011-2014
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
SANDRA DESTIAWATI
NIM: 1112084000003
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1437 H/2016 M
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
a. Nama Lengkap : Sandra Destiawati
b. Tempat, Tanggal Lahir : Purwakarta, 02 Desember 1994
c. Alamat : Jalan Industri km 11 Ds Cilangkap
Kec Babakancikao Kab Purwakarta
41151
d. Telepon : 081563359798
e. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
a. 2000-2006 : SD Plus Al Barokah, Purwakarta
b. 2006-2009 : MTs Darussalam Subang
c. 2009-2012 : MA Darussalam Subang
d. 2012-Sekarang : S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
a. 2011-2012 : Ketua Gugus Depan (GUDEP)
Pondok Pesantren Darussalam
Subang 27.002-27.014
b. 2013-2014 : Divisi Kemahasiswaan Himpunan
Mahasiswa Jurusan IESP
IV. KEPANITIAAN DAN PENGALAMAN KERJA
a. Panitia OPAK IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013
b. Divisi Konsumsi Harkrab IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014
c. Panitia Muktamar III IAEI Kemenkeu, 2015
d. BTN Syariah KCPS Ciputat, 2016
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
a. Seminar Ekonomi Syariah UNIVERSAL 2013 diselenggarakan
oleh Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
1
b. Panitia “Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi (Mengenal Lebih
Dekat dengan Jurusan Sendiri) diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HMJ
IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
c. Seminar Nasional Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia Indonesia
(IAEI) “Penyiapan SDM Berbasis Kompetensi Syariah dalam
Pengembangan Perbankan Syariah Era MEA 2015”
diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)
bekerjasama dengan Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama).
d. Seminar Nasional “Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro yang
Berdaya Saing dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean) 2015” diselenggarakan oleh Social Trust Fund UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
e. Seminar Internasional Ekonomi Islam “Building Strategic Alliance
in Islamic Economics, Finance and Business Policies”
diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI).
f. Speaker at The International Seminar on Thoughts of Schumpeter
and Islamic Economics diselenggarakan oleh Austrian Embassy
Jakarta dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
g. Sekolah Pasar Modal Syariah diselenggarakan oleh Indonesia
Stock Exchange (IDX).
h. Talkshow Nasional “Inspire to Aspire, Pemuda Indonesia
Menginspirasi Dunia” Economy Expo 2015 diselenggarakan oleh
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i. The Basic Training Sharia Banking Program diselenggarakan oleh
Center for Islamic Economics Studies (C.O.I.N.S) bekerjasama
dengan SBTC Career Center (Bank Syariah Mandiri, Bank
2
Muamalat, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Panin
Syariah and Bank BTN Syariah).
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
a. Ayah : Rodih
b. Tempat, Tanggal Lahir : Purwakarta, 05 Juli 1969
c. Ibu : Racih
d. Tempat, Tanggal Lahir : Purwakarta, 07 Juni 1978
e. Alamat : Jalan Industri km 11 Ds Cilangkap
Kec Babakancikao Kab Purwakarta
41151
f. Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
i
ABSTRACT
This study aimed to analyze the effect of the Return on Assets (ROA), Return
on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) and Earning Per
Share (EPS) on Stock Price Sharia of Company in sector Consumer Goods Listed
ISSI quarterly from 2011-2014. The analysis method used in this study using
Autoregression Vector (VAR) and Vector Error Correction Model (VECM) using
Eviews 9.
These results indicate that in the long term and short term only variable
Return On Equity (ROE), which has a positive and significant relationship to the
stock price. While the variable Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER),
and Current Ratio (CR) have a relationship that negative and significant impact on
the stock price of sharia Companies sector consumer goods registered in ISSI from
the 1st quarter of 2011 up to Quarter 4 years 2014. Meanwhile for the variable
Earning Per Share (EPS) on a long-term relationship that is significant and positive.
While in the short term EPS does not significantly influence stock prices.
Keywords: ROA, ROE, DER, CR, EPS, Stock Prices, VECM, VAR
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return on Asset (ROA),
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) dan
Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Syariah Perusahaan Sektor
Consumer Goods yang Terdaftar di ISSI dari kuartal 1 tahun 2011 hingga kuartal 4
tahun 2014. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode Vector
Autoregression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM) dengan
menggunakan Eviews 9.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada jangka panjang maupun jangka
pendek hanya variabel Return On Equity (ROE) yang memiliki hubungan yang
positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangakan variabel Return On Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Current Ratio (CR) memiliki hubungan
yang negatif dan signifikan terhadap harga saham syariah perusahaan sektor
consumer goods yang terdaftar di ISSI dari kuartal 1 tahun 2011 hingga kuartal 4
tahun 2014. Sementara itu untuk variabel Earning Per Share (EPS) pada jangka
panjang memiliki hubungan yang signifikan dan positif. Sedangkan pada jangka
pendek EPS tidak signifikan terhadap harga saham.
Kata Kunci: ROA, ROE, DER, CR, EPS, Harga Saham, VECM, VAR
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan penerus perjuangan-Nya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan, bimbingan, semangat
serta do’a dari orang-orang terbaik yang senantiasa menemani penulis selama proses
penyelesaian skripsi. Oleh karenanya penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, kekuatan dan kasih sayang-
Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Terima
kasih karena selalu mengabulkan do’a dan harapan penulis.
2. Orang tua tercinta yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan doa
kepada penulis. Untuk ayah yang selalu sabar dan berusaha keras mencari
nafkah demi keluarga, terima kasih atas sifat sabar dan penyayangmu. Untuk
mama yang selalu menemani dan memberikan kasih sayang yang teramat tulus,
terima kasih surgaku.
3. Adikku, Robby Awaluddin yang sedang mencari ilmu agama di perantauan,
semoga Allah merahmatimu. Terima kasih atas do’a disepertiga malammu.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.
5. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan
dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu, memberi arahan dan ilmu
yang bermanfaat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi. Terimak
kasih banyak pak, semoga Allah memberikan kebahagiaan untuk bapak dan
keluarga.
iv
6. Bapak Rizkon Halal Syah Aji, M.Si selalu Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan serta Dosen seminar penelitian penulis. Terima kasih atas ilmu
yang telah bapak berikan.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.
8. Seluruh jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu penulis selama proses perkuliahan hingga selesainya
skripsi ini.
9. Hilda Rahmawati, terima kasih atas segala bantuan dan kesabarannya
menghadapi sikap saya. Semoga Allah menghadiahimu hidup yang indah.
10. Waldi Hanafi, terima kasih atas perhatian dan kebaikannya dalam segala hal.
Semoga Allah mengabulkan setiap do’a mu.
11. Wilda Mulya, terima kasih selalu memberi saran dan nasihat yang baik.
Semoga setiap impianmu tercapai.
12. Fahmi Rizal, teman opak terima kasih senantiasa menghadirkan tawa di setiap
moment. Memberi kebahagiaan berhadiahkan pahala, semoga Allah
memberimu umur panjang.
13. Yayang Saras dan Vinnie Aulya, sahabat saya dari awal perkuliahan. Terima
kasih selalu jadi teman terbaik dan saling mendukung. Semoga Allah
memberikan kebahagiaan dunia akhirat untuk kalian.
14. Rizky Malvin, partner dalam segala urusan, terimakasih. Semoga Allah
melancarkan urusanmu.
15. Teman-Teman Ekonomi Syariah, terima kasih untuk 3 semester yang penuh
tawa. Semoga Allah memberi kesuksesan untuk kita.
16. Teman-teman IESP 2012 yang selalu saling menolong dalam segala hal.
Semoga kita dapat mengamalkan ilmu kita.
17. Teman-teman KKN INVENTOR, terima kasih karena menghadirkan kenangan
indah selama satu bulan bersama. Semoga Allah mengabulkan keinginan
kalian.
18. Wawa Wibawa, terima kasih atas kedewasaan, kesabaran dan senantiasa
menemani dan memberi semangat. Semoga Allah melapangkan rezekimu.
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan hasanah
keilmuan penulis. Penulis harapkan segala bentuk saran dan kritik untuk kebaikan
bagi penulis dan pihak lainnya di masa depan nanti.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Jakarta, Nopember 2016
Sandra Destiawati
vi
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ........................................................................... 9
C. Perumusan Masalah ............................................................................ 10
D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Syariah ........................................................................... 13
1. Pengertian Pasar Modal Syariah ................................................... 13
2. Landasan Pasar Modal Syariah ..................................................... 16
3. Instrumen Pasar Modal Syariah .................................................... 19
vii
B. Indeks Sektoral dalam Pasar Modal Syariah ....................................... 22
C. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) .............................................. 23
D. Harga Saham ....................................................................................... 24
E. Analisis dan Variabel Fundamental Perusahaan ................................. 26
1. Analisis Fundamental Perusahaan................................................. 26
2. Variabel Fundamental Perusahaan ................................................ 29
F. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 34
G. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 38
H. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 41
B. Metode Pengumpulan Sampel............................................................. 42
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 44
D. Metode Analisis Data .......................................................................... 44
1. Uji Stasioneritas ........................................................................... 49
2. Penentuan Lag Optimal ................................................................ 50
3. Uji Kointegrasi ............................................................................. 51
4. Uji Kausalitas Granger .................................................................. 54
5. Estimasi VAR/VECM .................................................................. 53
6. Impulse Response Function ......................................................... 53
7. Variance Decomposition .............................................................. 54
E. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 55
viii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 57
B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 68
1. Uji Stasioneritas ........................................................................... 68
2. Uji Derajat Integrasi ...................................................................... 69
3. Uji Lag Length ............................................................................. 70
4. Uji Kointegrasi .............................................................................. 71
5. Uji Kausalitas Granger ................................................................. 73
6. Uji Estimasi VECM ..................................................................... 80
7. Uji Impulse Response Function ................................................... 86
8. Uji Variance Decomposition ........................................................ 93
C. Analisis Ekonomi ................................................................................ 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 103
B. Saran .................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 107
LAMPIRAN ................................................................................................... 111
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Kapitalisasi Saham Syariah .................................................. 6
Tabel 2.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia ........................................................ 22
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 34
Tabel 3.4 Sampel Penelitian Saham Sektor Consumer GoodsError! Bookmark not defined.
Tabel 4.5 Upah Minimum Regional dan Tingkat Konsumsi Indonesia...................... 56
Tabel 4.6 Harga Saham Perusahaan Consumer Goods ............................................... 58
Tabel 4.7 Return On Asset Perusahaan Consumer Goods .......................................... 60
Tabel 4.8Return On Equity Perusahaan Consumer Goods ......................................... 61
Tabel 4.9 Debt to Equity Ratio Perusahaan Consumer Goods ................................... 63
Tabel 4.10 Current Ratio Perusahaan Consumer Goods ............................................ 64
Tabel 4.11 Earning Per Share Perusahaan Consumer Goods .................................... 66
Tabel 4.12 Hasil Uji Stasioneritas pada Level ............................................................ 68
Tabel 4.13 Hasil Uji Derajat Integrasi (Stasioneritas pada difference) ....................... 69
Tabel 4.14 Hasil Uji Lag Length................................................................................. 70
Tabel 4.15 Hasil Uji Johansen Cointegrasion ............................................................. 71
Tabel 4.16 Hasil Uji Granger Causality ...................................................................... 72
Tabel 4.17 Hasil Uji VECM ....................................................................................... 79
Tabel 4.18 Shock pada Impulse Response Function ................................................... 88
Tabel 4.19 Hasil Uji Variance Decomposition ........................................................... 94
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan Saham Syariah di Indonesia ............................................. 3
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 38
Gambar 4.3 Grafik Response Harga Saham terhadap guncangan variable ROA, ROE,
DER, CR, EPS ............................................................................................................ 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor yang cukup penting
dalam membangun perekonomian nasional, terbukti dari banyaknya industri-
industri dan perusahaan-perusahaan yang menyerap investasi melalui instrumen
pasar modal tersebut. Pasar modal di Indonesia terbagi menjadi pasar modal
syariah dan pasar modal konvensional. Pengertian pasar modal konvensional
menurut Sunariyah (2011: 4) yaitu merupakan suatu pasar yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga
lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek. Sedangkan menurut UU
Pasar Modal No 8 Tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Kegiatan investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan
dalam Islam, karena dalam berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif
dan dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain. Dimana dalam Al Qur’an
dengan tegas melarang aktivitas penimbunan (iktinaz) harta yang dimiliki.
Penimbunan harta merupakan hal yang menyianyiakan ciptaan Allah SWT dan
secara ekonomi akan membahayakan karena akan terjadi pemusatan kekayaan di
golongan tertentu. Sebagai upaya untuk menghindari aktivitas penimbunan
2
(iktinaz) maka dibutuhkan sebuah sarana yaitu berupa lembaga untuk investasi,
salah satunya dalam bentuk penanaman modal di pasar modal syariah.
Pasar modal syariah resmi dibuka pada Desember 2003. Hal ini
merupakan perkembangan dari proses Islamisasi ekonomi umat Islam di
Indonesia. Sejak diizinkannya bank non bunga untuk beroperasi di Indonesia
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (UUP)-
setelah sebelumnya dalam pakto disebutkan bolehnya menerapkan bunga nol.
Terbentuknya ekonomi Islam di Indonesia dimulai dengan berdirinya
Bank Muamalat Indonesia sebagai “yang pertama sesuai dengan syariah”.
Dengan berdirinya Bank Muamalat, merupakan jendela dan unit syariah bagi
bank konvensional, hingga berlanjut ke asuransi syariah, obligasi syariah,
reksadana syariah dan yang terakhir adalah pasar modal syariah dan Badan
Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI). Dengan berdirinya pasar modal
syariah berbagai peluang dan tantangan sangat mungkin terbuka untuk
didiskusikan ataupun diteliti.
Pasar modal syariah diterapkan dengan berlandaskan fatwa Dewan Syariah
Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), beberapa di antaranya Fatwa
Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal dan Fatwa Nomor 80/DSN-
MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme
Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
Pasar modal syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif dalam
menerapkan perilaku bisnis sesuai ajaran Islam. Pasar modal syariah juga hadir
3
karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Muslim yang mana masih
meragukan kehalalan dalam berinvestasi di pasar modal karena dianggap
mengandung unsur riba dan spekulasi. Berdasarkan hal tersebut, maka pasar
modal syariah hanya menjualbelikan saham-saham perusahaan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Saham yang termasuk dalam saham syariah
tersebut akan dicatatkan dalam Daftar Efek Syariah sehingga akan
mempermudah investor muslim untuk berinvestasi.
Berdasarkan data OJK pada tahun 2014, jumlah saham yang tergabung
dalam Daftar Efek Syariah sebanyak 334 saham. Berikut merupakan grafik
Perkembangan Saham Syariah tahun 2007-2015.
Investasi syariah di pasar modal mempunyai peran penting dalam
meningkatkan pangsa pasar industri keuangan syariah di Indonesia. Meskipun
perkembangannya relatif baru dibandingkan dengan perbankan syariah maupun
asuransi syariah tetapi seiring dengan pertumbuhan yang signifikan di industri
Gambar 1.1 Perkembangan Saham Syariah di Indonesia
4
pasar modal Indonesia, maka diharapkan investasi syariah di pasar modal
Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang pesat. Jumlah investor pasar
modal syariah terus mengalami pertumbuhan secara signifikan, tercatat investor
ISSI saat ini masih kurang dari 500.000 investor dengan 4.908 investor syariah.
Pada tahun 2013 jumlah pemodal pasar modal syariah baru mencapai 803
investor dan pada tahun 2014 tumbuh menjadi 2.795 investor. Jumlah tersebut
kembali meningkat menjadi 4.908 investor di tahun 2015.
Kenaikan investor yang terjadi selama tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 memperlihatkan bahwa pasar modal syariah sudah menjadi sarana investasi
yang cukup menguntungkan. Investor-investor tersebut menanamkan sahamnya
pada beberapa sektor saham yang diperjualbelikan (Indeks Sektoral), yang terdiri
dari Sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri,
Industri Barang Konsumsi, Properti dan Real Estate, Transportasi dan
Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan, Jasa dan Investasi. Dari kesepuluh sektor
tersebut, sektor consumer goods bisa dianggap merupakan sektor industri yang
paling aman dan menjanjikan.
Dengan produk-produk yang selalu dipenuhi permintaan yang cukup
tinggi. Pada awal tahun, sektor consumer goods naik 14,08% dengan kapitalisasi
pasar Rp1.264,01 triliun mengalahkan perbankan Rp1.186,78 triliun. Kenaikan
sektor consumer goods juga dikarenakan adanya kenaikan daya beli masyarakat
seiring meningkatnya upah minimum regional (UMR). Saham di sektor
consumer goods cenderung kebal krisis, tekanan krisis ekonomi global yang
5
berlanjut ke sejumlah industri di dalam negeri serta terus melemahnya nilai tukar
rupiah tidak menurunkan kinerja perusahaan di sektor barang-barang konsumsi.
Selain terdiri dari beberapa sektor saham yang diperjualbelikan atau
disebut dengan Indeks Sektoral, pasar modal syariah juga memiliki dua indeks
saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yaitu Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII).
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah indeks saham yang
mencerminkan keseluruhan saham yang tercatat di BEI. Berdasarkan data OJK,
ISSI meningkat 1,13% ke level 168,64 dibandingkan triwulan III-2014 namun
nilai kapitalisasi pasar saham mengalami penurunan 0,27% dibandingkan
triwulan III-2014 menjadi sebesar Rp 2.946,9 triliun atau sekitar 56,37% dari
total kapitalisasi pasar saham.
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks saham yang mencerminkan
30 saham yang terdiri dari saham-saham syariah paling liquid dan memiliki
kapitalisasi pasar yang besar. Berdasarkan data, JII mengalami peningkatan
sebesar 0,50% ke level 691,04. Sementara itu nilai kapitalisasi pasar saham JII
juga menurun menjadi sebesar 3,07% dibandingkan triwulan III-2014 menjadi
sebesar Rp 1.944,5 triliun atau sekitar 37,19% dari total kapitalisasi pasar
saham. Berikut merupakan tabel perkembangan kapitalisasi saham syariah.
6
Tabel 1.1 Perkembangan Kapitalisasi Saham Syariah
Tahun JII ISSI IHSG
2010 1.134.632,00 3.247.096,78
2011 1.414.983,81 1.968.091,37 3.537.294,21
2012 1.671.004,23 2.451.334,37 4.126.994,93
2013 1.672.099,91 2.557.846,77 4.219.020,24
2014 Triwulan I 1.830.136,14 2.803.512,82 4.717.501,94
Triwulan II 1.911.008,85 2.821.554,16 4.840.505,73
Triwulan III 2.006.178,59 2.954.724,03 5.116.202,72
Triwulan IV 1.944.531,70 2.946.892,79 5.228.043,48
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Saham merupakan instrumen investasi yang bersifat fluktuatif. Pergerakan
harga saham tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor
internal perusahaan ataupun faktor eksternal perusahaan. Karena sifat harga
saham yang berfluktuatif maka diperlukan suatu analisis untuk mengukur nilai
saham yang berguna bagi investor sebagai informasi dalam mengambil
keputusan investasi, yaitu dengan analisis teknikal dan analisis fundamental.
Ahmad Rodoni (2005: 50) mendefinisikan analisis teknikal sebagai studi tentang
tindakan atau aksi pasar, dengan bantuan grafik-grafik tertentu. Analisis ini
dibuat dengan melihat keadaan harga, fluktuasi pasar serta analisis perkiraan
(estimasi) menggunakan pola yang dibentuk oleh grafik dan atau perhitungan
matematis mengenai pergerakan harga di waktu yang akan datang. Sedangkan
analisis fundamental merupakan suatu proses yang memerlukan waktu yang
lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi, politik, sosial, industri dan laporan
keuangan perusahaan. Analisis fundamental dilakukan pada perusahaan itu
sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan
memperoleh keuntungan (Ahmad rodoni, 2005: 61).
7
Tita Deitiana (2011: 57-66) mendefinisikan analisis teknikal sebagai upaya
untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga tersebut
di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah (1) harga
saham mencerminkan informasi yang relevan (2) informasi tersebut ditunjukan
perubahan harga di waktu lalu (3) perubahan harga saham akan mempunyai pola
tertentu dan berulang. Sedangkan Analisis Fundamental mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara (1)
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham
di masa yang akan datang dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel
tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada
fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknik ini menitikberatkan pada rasio
finansial dan kejadian–kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung
mepengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Analisis fundamental berkaitan
dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan
dalam mencapai sasarannya. Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat
digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio
likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas (Lukman Syamsuddin, 2009: 45).
Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai pasar, Current
Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Book Value
(BV), Debt Equity Ratio (DER), Debt Asset Ratio (DAR), Deviden Earning,
Price Earning Ratio (PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan
likuiditas saham. Adapun pada penelitian ini, faktor fundamental yang
8
digunakan dalam menganalisis harga saham yakni Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Current ratio (CR) dan
Earning Per Share (EPS), dikarenakan ke lima variabel ini dapat dijadikan
bahan pertimbangan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi.
Return On Asset menunjukan hubungan antara tingkat keuntungan yang
dihasilkan manajemen atas dana yang ditanam baik oleh pemegang saham
maupun kreditor. ROA mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga
dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukan
kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan
laba. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin efektif suatu
perusahaan.
Return On Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham agar bisa terlihat
seberapa besar kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba. Indikator
ROE sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang
akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang
sesuai dengan tingkat yang diharapkan investor. Dalam menentukan pilihannya,
investor biasanya akan mempertimbangkan perusahaan yang mampu
memberikan kontribusi ROE yang lebih besar. Bagi investor semakin tinggi
ROE menunjukkan risiko investasi kecil.
Menurut Sawir dalam Rengga, Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio
yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total utang dengan
9
modal sendiri dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal
sendiri untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas bertujuan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya
dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi
aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya.
Earning per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa
dibagikan kepada pemegang saham. Tetapi dalam praktiknya, tidak semua
keutungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan.
Earning per Share (EPS) merupakan rasio perbandingan antara laba bersih
sebelum pajak dengan harga per lembar saham. Earning per Share (EPS)
menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diberikan perusahaan kepada
investor dari setiap lembar saham yang dimilikinya (A. Zubaidi Indra, 2006:
248).
Berdasarkan pemaparan tersebut maka penelitian mengenai “FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PERUSAHAAN
SEKTOR CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI ISSI PERIODE
2011-2014” menjadi hal yang cukup penting untuk dilakukan.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis membatasi masalah
yang akan dibahas sebagai berikut :
10
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham pada penelitian ini
dibatasi pada Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt
Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS).
2. Variabel Dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Harga
Saham.
3. Penelitian ini hanya menggunakan saham-saham pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di ISSI selama periode 2011-2014.
C. Perumusan Masalah
Terjadinya fluktuasi nilai saham yang terjadi pada perusahaan consumer
goods yang terdaftar di ISSI selama periode 2011-2014 dipengaruhi oleh banyak
faktor baik fundamental maupun teknikal. Dalam penelitian ini lebih difokuskan
pada faktor fundamental yang diperkirakan memegang peranan penting dalam
mempengaruhi pergerakan nilai saham perusahaan consumer goods yang ada di
ISSI, seperti Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt Equity
Ratio (DER), Current Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS) baik secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi harga saham perusahaan
consumer goods yang ada di ISSI pada periode 2011-2014. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh jangka panjang dan jangka pendek variable ROA,
ROE, DER, CR, dan EPS terhadap harga saham perusahaan sector
consumer goods yang terdaftar di ISSI periode 2011-2014?
11
2. Bagaimana pola dinamis akibat pengaruh antara variable ROA, ROE,
DER, CR, dan EPS terhadap harga saham perusahaan sector consumer
goods yang terdaftar di ISSI periode 2011-2014?
3. Berapa besar guncangan (shock) yang ditimbulkan variable ROA, ROE,
DER, CR, dan EPS terhadap harga saham perusahaan sector consumer
goods yang terdaftar di ISSI periode 2011-2014?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh jangka pangjang dan jangka pendek variable
ROA, ROE, DER, CR, dan EPS terhadap harga saham perusahaan sector
consumer goods yang terdaftar di ISSI periode 2011-2014.
2. Menganalisis pola dinamis akibat pengaruh antar variable ROA, ROE,
DER, CR, dan EPS terhadap harga saham perusahaan sector consumer
goods yang terdaftar di ISSI periode 2011-2014.
3. Menganalisis pengaruh guncangan (shock) yang ditimbulkan variable
ROA, ROE, DER, CR, dan EPS terhadap harga saham perusahaan sector
consumer goods yang terdaftar di ISSI periode 2011-2014.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam bidang pasar modal khususnya mengenai karakteristik
perusahaan consumer goods, harga saham syariah dan faktor fundamental
12
perusahaan karena penelitian ini merupakan sarana pengaplikasian ilmu
yang telah diperoleh peneliti.
2. Bagi Akademisi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi literatur
hasanah keilmuan dalam mengembangkan pengetahuan manajemen
keuangan dan pasar modal. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
tambahan referensi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya tentang harga
saham syariah perusahaan consumer goods.
3. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi media
informasi dan referensi dalam berinvestasi di pasar modal syariah,
khususnya dalam saham perusahaan consumer goods.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Syariah
1. Pengertian Pasar Modal Syariah
Definisi Investasi adalah menanamkan aset, baik berupa harta
maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil
pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang
(Muhammad Firdaus dkk, 2005: 12). Investasi merupakan kegiatan
muamalah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dengan investasi maka
harta menjadi lebih produktif. Terdapat beberapa landasan syariah yang
mendasari investasi, di antaranya :
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”(QS Al Baqarah:
275)
Nabi Muhammad SAW juga menekankan umatnya untuk
melakukan upaya kerja produktif dan pengembangan harta kekayaan
dengan berinvestasi. Khalifah Umar bin Khatab juga menganjurkan kaum
muslimin untuk menggunakan modal mereka secara produktif dengan
mengatakan:“Mereka yang mempunyai uang perlu menginvestasikannya,
dan mereka yang mempunyai tanah hendaknya ia mengeluarkannya.”
Ahmad Rodoni (2009: 39) menjelaskan beberapa prinsip-prinsip
umum dalam investasi syariah yang harus dipenuhi umat Islam, yaitu :
14
(a) prinsip halal dan thayyib (QS Al Baqarah: 168)
”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nyata
bagimu”.(QS Al Baqarah: 168)
(b) prinsip transparansi guna menghindari gharar dan maysir, (c) prinsip
keadilan serta persamaan (QS Al A’raf: 29)
“Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan
(katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan
sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya.
Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian
pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)”. (QS Al A’raf: 29)
Berbagai macam sarana investasi yang sesuai syariah telah
berkembang dalam kegiatan ekonomi saat ini, salah satunya melalui pasar
modal syariah. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
utang, ekuitas (saham), intrumen derivatif, maupun instrumen lainnya.
Pasar modal juga merupakan sarana pendanaan untuk perusahaan maupun
institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana untuk kegiatan
berinvestasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana
15
dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya (Tjipto
Darmadi dan Hendy M Fakhrudin, 2006: 1).
Sedangkan pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan
dengan perdagangan efek syariah perusahan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya,
dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah (Ahmad Rodoni, 2009: 62).
Bapepam mendeskripsikan Pasar Modal Syariah sebagai pasar
modal yang berparadigma islami, setiap transaksi harus dilandasi aturan
hukum-hukum Islam (syariah) karena transaksi adalah manifestasi amal
manusia yang bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Dalam kaidah
muamalah, semua hal diperbolehkan kecuali ada larangannya. Ini berarti
ketika transaksi baru muncul, maka transaksi tersebut dapat diterima,
kecuali ada dalil Al-Qur’an dan Al-Hadist yang melarangnya.
Investasi di pasar modal syariah tidak terlalu berbeda dengan
investasi di pasar modal konvensional. Namun, ada beberapa prinsip
mendasar yang membedakan antara investasi syariah dan investasi
konvensional di pasar modal tersebut. Pertama, investasi di pasar modal
syariah tidak boleh mengandung unsur riba (bunga). Larangan riba ini
dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imran: 130
16
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu
beruntung.” (QS. Ali Imran: 130)
Kedua, investasi di pasar modal syariah tidak boleh mengandung
unsur gharar (ketidakpastian). Larangan ini dijelaskan dalam Hadits
Riwayat Muslim dari Abu Hurairah “Rasulullah SAW telah melarang jual
beli gharar”. Serta Hadits Riwayat Abu Daud dari Ali “Rasulullah SAW
pernah melarang jual beli orang yang terpaksa, jual beli gharar dan
penjualan buah sampai dipetik”.
Ketiga, investasi di pasar modal syariah tidak boleh mengandung
unsur maysir (judi), hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al
Qur’an surat Al Maidah ayat 90
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
maisir (berjudi), (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 90)
2. Landasan Pasar Modal Syariah
Berdasarkan ajaran Islam, kegiatan investasi dapat dikategorikan
sebagai kegiatan ekonomi yang termasuk dalam kegiatan muamalah, yaitu
suatu kegiatan yang mengatur hubungan antar sesama manusia. Sementara
17
itu dalam kaidah fiqhiyah disebutkan bahwa hukum asal dari kegiatan
muamalah adalah mubah (boleh), kecuali yang jelas ada larangannya
dalam Al Qur’an dan Hadits.
Pasar modal syariah memiliki beberapa landasan dalam
penerapannya. Landasan ini dijadikan sebagai rujukan ditetapkannya efek
syariah sebagai dasar untuk menetapkan prinsip-prinsip syariah yang dapat
diterapkan di pasar modal. Prinsip-prinsip hukum Islam dalam kegiatan di
bidang Pasar Modal berdasarkan fatwa DSN-MUI, baik fatwa yang
ditetapkan dalam peraturan Bapepam dan LK maupun fatwa yang telah
diterbitkan sebelum ditetapkan peraturan ini, sepanjang fatwa dimaksud
tidak bertentangan dengan peraturan ini dan atau peraturan Bapepam dan
LK lain yang didasarkan pada fatwa DSN-MUI (Peraturan OJK No.
IX.A.13 tetang Penerbitan Efek Syariah). Beberapa fatwa terkait investasi
syariah di pasar modal, antara lain:
a. Fatwa DSN-MUI No.20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah
b. Fatwa DSN-MUI No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
c. Fatwa DSN-MUI No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
Mudharabah
d. Fatwa DSN-MUI No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan
Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
e. Fatwa DSN-MUI No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah
Ijarah
18
f. Fatwa DSN-MUI No.59/DSN-MUI/Iv/2007 tentang Obligasi
Syariah Mudharabah Konversi
g. Fatwa DSN-MUI No.65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu Syariah (HMETD Syariah)
h. Fatwa DSN-MUI No.66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah
i. Fatwa DSN-MUI No.69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara
j. Fatwa DSN-MUI No.70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode
Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
k. Fatwa DSN-MUI No.71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease
Back
l. Fatwa DSN-MUI No.72/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara Ijarah Sale and Lease Back
m. Fatwa DSN-MUI No.76/DSN-MUI/VI/2010 tentang Surat Berharga
Syariah Negara Ijarah Asset To Be Leased
n. Fatwa DSN-MUI No.80/DSN-MUI/VI/2011 tentang Penerapan
Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat
Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek
o. Fatwa DSN-MUI No.94/DSN-MUI/IV/2014 tentang Repo Surat
Berharga Syariah berdasarkan Prinsip Syariah
p. Fatwa DSN-MUI No.95/DSN-MUI/VII/2014 tentang Surat Berharga
Syariah Negara Wakalah
19
3. Instrumen Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah memiliki beberapa instrumen yang
diperjualbelikan, instrumen tersebut merupakan instrumen-instrumen yang
memenuhi kriteria syariah, antara lain saham syariah, obligasi syariah dan
reksadana syariah.
a. Saham Syariah
Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling
populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan
ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Saham juga
merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor
karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik
(Martalena dan Maya, 2011).
Sedangkan saham syariah menurut fatwa DSN-MUI No.40/DSN-
MUI/X/2003 merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan
suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha
maupun cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Saham ditinjau dari prinsip ekonomi Islam merupakan konsep yang
memiliki banyak persamaan dengan syirkah. Syirkah atau Al
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan (Erik Mahfud, 2013: 15).
20
Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan
Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis
kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah
Islam adalah:
1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2) Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep
ribawi, jual beli resiko yang mengandung unsur gharar dan
maysir.
3) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan barang atau jasa yang haram karena zatnya,
barang atau jasa yang haram bukan karena zatnya yang
ditetapkan oleh DSN-MUI, serta barang atau jasa yang merusak
moral dan bersifat mudarat.
4) Melakukan investasi pada perusahaan yang saat transaksi
memiliki tingkat hutang kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan
kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam kategori syariah
adalah sebagai berikut:
1) Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana diuraikan diatas.
21
2) Tidak melakukan perdagangan yang tidk disertai dengan
penyerahan barang atau jasa dan perdagangan dengan
penawaran dan permintaan palsu.
3) Tidak melebihi rasio: total hutang berbasis bungan
dibandingkan dengan ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang
berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 45% :
55%). Dan total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal
dibandingkan dengan total pendapatan tidk lebih dari 10%.
b. Obligasi Syariah
Obligasi atau bonds secara konvensional merupakan bukti utang
dari emiten dengan janji pembayaran bunga serta pelunasan pokok
pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo. Pendapatan yang
diperoleh pemegang obligasi yaitu berupa bunga yang biasanya lebih
tinggi dari pada bunga tabungan atau deposito. Pemegang obligasi akan
mendapatkan hak untuk dilunasi terlebih dahulu apabila emiten bangkrut
(Andri Soemitra, 2009: 140).
Sedangkan obligasi syariah sesuai dengan fatwa DSN-MUI
No.32/DSN-MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah, yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, marjin, atau berupa
fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
22
c. Reksadana Syariah
Reksadana adalah suatu sarana yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal dan kemudian di
investasikan dalam bentuk portofolio efek yang dikelola oleh manajer
investasi (Abdul Hamid, 2009: 78).
Adapun reksadana syariah adalah reksadana yang pengelolaannya
dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam. Reksadana
syariah tidak menginvestasikan dananya pada instrumen investasi dari
perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan
syariat Islam, misalnya pabrik minuman beralkohol, industri peternakan
babi, jasa keuangan yang melibatkan sistem riba dalam operasionalnya
serta bisnis hiburan yang berbau maksiat.
B. Indeks Sektoral dalam Pasar Modal Syariah
Indeks sektoral merupakan indeks yang menggambarkan semua
perusahaan yang tercatat di BEI. Indeks ini diperkenalkan pada tanggal 2
Januari 1996. Perusahaan-perusahaan ini diklasifikasikan kedalam 9 sektor,
sektor-sektor tersebut antara lain:
Tabel 2.2 Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia
Sektor Utama Pertanian
Pertambangan
Sektor Kedua Industri Dasar dan Kimia
Aneka Industri
Industri Barang Konsumsi
Sektor Ketiga Properti dan Real Estate
Transportasi dan Infrastruktur
Keuangan
Perdagangan, Jasa dan Investasi Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
23
Selain kesembilan sektor itu, BEI juga menghitung indeks perusahaan
manufaktur atau pengolahan yang mewakili kumpulan saham yang
diklasifikasikan kedalam sektor 3, sektor 4 dan sektor 5. Setiap sektor
perusahaan memiliki kekuatan masing-masing dalam investasi. Ini didorong
oleh karakteristik dari perusahaan-perusahaan tersebut. Oleh karena itu investor
perlu memilih dengan tepat dalam menanamkan sahamnya pada perusahaan di
sektor tertentu.
C. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga
saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan
investasi di pasar modal, khususnya saham. Korelasi indeks harga saham dalam
jangka panjang antar pasar modal antar negara digunakan untuk mengetahui
tingkat dan perkembangan integrasi pasar modal (Jeina Mailangkay, 2013: 724).
PT Bursa Efek Indonesia bersama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia
dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia meluncurkan Fatwa Mekanisme
Syariah Perdagangan Saham sekaligus Indeks Saham Syariah Indonesia pada
tahun 2011. Fatwa itu adalah fatwa No.80/DSN-MUI/VI/2011 tentang
Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat
Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Fatwa tersebut disahkan Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) pada 8 Maret 2011. Dan Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang
24
mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES).
Metode perhitungan ISSI sama dengan metode perhitungan indeks lainnya
di BEI, yakni menggunakan market capitalization weighted average. Konstituen
ISSI adalah keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI dan terdaftar dalam
Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan satu kali,
yaitu pada bulan Mei dan November, akan tetapi konstituen ISSI akan
melakukan penyesuaian apabila ada saham yang baru tercatat atau dihapuskan
dari DES. Saham-saham yang masuk dalam ISSI telah melalui proses seleksi
yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diantaranya adalah:
1. Tidak melakukan kegiatan usaha yang dilarang secara syariah dan
tercatat di BEI
2. Rasio utang berbasis bunga dibandingkan total aset ≤ 45%
3. Rasio pendapatan non halal terhadap total pendapatan ≤ 10%
D. Harga Saham
Menurut Sunariyah dalam Rescyana (2012: 106), harga saham adalah
harga selembar saham yang berlaku dalam pasar saat ini di bursa efek.
Sedangkan menurut Jogiyanto (2008: 143) harga saham adalah harga yang
terjadi di pasar bursa pada suatu waktu yang ditentukan oleh pelaku pasar serta
oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan.
1. Harga Nominal
Harga nominal merupakan harga yang tercatat dalam sertifikat saham yang
telah ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang
25
dikeluarkan. Besarnya harga nominal memiliki arti penting, karena dividen
yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai
nominal.
2. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga pada waktu saham dicatat di bursa efek
dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut
dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana
biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan perusahaan
publik yang terdaftar di bursa (emiten).
3. Harga Pasar
Menurut Sawidji Widoatmojo (2009: 13), harga pasar adalah harga jual
dari masing-masing investor (investor yang satu dengan investor yang lain.
Harga ini terbentuk setelah saham dicatatkan di bursa efek. Transaksi
disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga ini disebut
sebagai harga di pasar sekunder, dimana harga tersebut benar-benar
mewakili harga perusahaan penerbitnya. Harga yang setiap hari
diumumkan di surat kabar atau media lain merupakan harga pasar yang
tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek
Indonesia yang akan digunakan sebagai harga saham pembukaan keesokan
harinya saat pembukaan bursa.
26
E. Analisis dan Variabel Fundamental Perusahaan
1. Analisis Fundamental Perusahaan
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada
fundamental ekonomi suatu perusahaan. Analisis ini menitikberatkan pada
rasio finansial dan kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kinerja perusahaan.
Agus Sartono (2008: 113) dalam bukunya menerangkan bahwa menilai
harga saham dengan melihat kepada rasio keuangan perusahaan akan
memberikan indikasi seberapa banyak perusahaan tersebut memiliki kas
yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya utang yang
cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran,
prestasi yang baik dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham akan tercapai. Analisis
keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan
kekuatan di bidang finansial tentu sangat membantu guna menilai prestasi
manajemen masa lalu dan prospeknya di masa yang akan datang.
Analisis fundamental melihat perkembangan rasio-rasio keuangan dan
kebijakan keuangan perusahaan dalam melakukan investasi dan pendanaan.
Guna mengetahui kesehatan keuangan perusahaan, pemodal dapat
mempelajari laporan keuangan, rasio keuangan dan cash flow perusahaan
tersebut. Menurut Mamduh M Hanafi dalam Erik (2014: 22), pada dasarnya
27
analisis rasio keuangan bisa dikelompokan ke dalam lima macam kategori,
yaitu:
a. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
keuntungan dari kegiatan usahanya (Danang Sunyoto, 2013: 113). Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang memberikan pemahaman kepada
penggunanya tentang seberapa baik sebuah perusahaan dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan profit dan
meningkatkan kesejahteraan pemegang sahamnya. Semakin tinggi rasio
profitabilitas, maka semakin baik perusahaan tersebut di mata investor.
Akan tetapi sebuah perusahaan yang dikatakan baik tidak hanya dapat
dilihat dari seberapa besar rasio profitabilitasnya saja melainkan seberapa
konsisten perusahaan tersebut mampu mempertahankan kinerjanya di masa
yang akan datang. Salah satu dari beberapa ukuran rasio ini yaitu dengan
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Gross Profit Margin
(GPM) dan lain-lain.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya berupa utang jangka
pendek dan utang jangka panjang, baik perusahaan tersebut masih berjalan
maupun dalam keadaan dilikuidasi atau dibubarkan. Rasio ini terbukti
penting karena mengukur utang jangka panjang dan utang jangka pendek.
Ketika kondisi keuangan perusahaan baik dalam jangka pendek tidak
28
menjamin adanya kondisi keuangan yang akan baik juga dalam jangka
panjang. Tardapat beberapa ukuran yang umumnya digunakan dalam
menentukan solvabilitas perusahaan, yaitu Debt to Equity Ratio (DER),
Debt to Asset Ratio (DAR), Long Term Debt to Equity Ratio dan lain
sebagainya.
c. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah sebuah ukuran yang menunjukan kemampuan
suatu perusahaan untuk melunasi semua kewajibannya atau utang jangka
pendeknya. Umumnya semakin besar nilai rasio likuiditas, maka akan
semakin baik perusahaan. Terdapat dua cara yang umumnya dipakai untuk
menghitung rasio likuiditas, yaitu rasio lancar (Current Ratio) dan rasio
cepat (Quick Ratio).
d. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas merupakan rasio yang menggambarkan aktivitas yang
dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam penjualan,
pembelian dan kegiatan lainnya. Rasio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam merubah akun-akun tertentu yang ada dalam neracanya
menjadi uang atau pendapatan. Rasio ini tidak hanya digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi melainkan pula tingkat efektivitas suatu
perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan pendapatan.
e. Rasio Pasar
Rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap
nilai buku (David Sukardi Kodrat dan Kurniawan, 2010: 240). Rasio pasar
29
menunjukan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku saham
yang digambarkan di neraca. Maka semakin besar nilai rasio pasar,
semakin besar pula minat investor membeli saham.
2. Variabel Fundamental Perusahaan
a. Return On Asset (ROA)
ROA didefinisikan sebagai rasio yang menunjukan perbandingan antara
laba dengan total aset suatu perusahaan, rasio ini menunjukan tingkat
efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh perusahaan yang
bersangkutan (Dwi Nur’aini Ihsan, 2013: 101).
Dalam pengertian lain Return On Asset (ROA) merupakan rasio
keuangan untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaan dengan
menggunakan skala tertentu atau suatu alat untuk menilai apakah seluruh
aset yang dimiliki perusahaan sudah digunakan semaksimal mungkin untuk
mendapatkan keuntungan (Andy Porman Tambunan, 2007: 147). Nilai
ROA yang semakin besar menunjukan kinerja yang semakin baik dan
menunjukan suatu perusahaan semakin efisien dalam memanfaatkan
aktivanya untuk memperoleh laba, sehingga nilai perusahaan meningkat.
Model matematis untuk menghitung ROA dirumuskan sebagai berikut:
30
1) Hubungan Return on Asset (ROA) dan Harga Saham
ROA merupakan salah satu indikator penting bagi investor
guna melihat kinerja dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang. Nilai ROA yang semakin besar menunjukan semakin baik
produktifitas aset dalam memperoleh keuntungan. Hal ini juga
akan meningkatkan daya tarik perusahaan sehingga akan
berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut. Menurut
Maharani dan Toto dalam Alvin (2015: 39), angka ROA dapat
dikatakan baik apabila > 2%.
Dari pernyataan tersebut, terlihat jelas bahwa hubungan
antara ROA terhadap harga saham adalah positif, dimana ketika
hasil pengembalian atas aset bertambah maka investor cenderung
akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga
tentu akan menaikan harga saham perusahaan tersebut.
b. Return On Equity (ROE)
Menurut Agnes (2009: 64), ROE merupakan rasio yang
memperlihatkan sejauh mana perusahaan dapat mengelola modal sendiri
secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah
dilakukan pemilik modal sendiri ataupun pemegang saham suatu
perusahaan. Return On Equity (ROE) mengukur efisisensi perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitas untuk memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini bisa dapat
dirumuskan sebagai berikut:
31
2) Hubungan Return on Equity (ROE) dan Harga Saham
Bagi para investor, semakin besar rasio ini maka
menandakan semakin baik kinerja perusahaan karena dapat
memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar untuk
investor. Return on equity dijadikan salah satu indikator penting
para investor guna mempertimbangkan dana investasinya. Jadi,
hubungan antara ROE terhadap harga saham adalah positif,
dimana ketika hasil pengembalian atas ekuitas bertambah maka
harga saham akan naik.
c. Debt Equity Ratio (DER)
Debt Equity Ratio menunjukan besarnya biaya total aktiva yang
pembiayaannya berasal dari total utang (liabilitas). Semakin besar rasio ini
maka semakin besar pula jumlah pinjaman yang digunakan untuk
membiayai aktiva perusahaan. DER dikatakan baik apabila jumlah modal
lebih besar dari jumlah utang (liabilitas) atau minimal sama.
3) Hubungan Debt Equity Ratio (DER) dan Harga Saham
Debt to Equity Ratio adalah rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menutupi sebagian atau seluruh
utang-utangnya baik dalam jangka panjang atau jangka pendek,
dengan dana yang berasal dari modal sendiri. Hubungan pengaruh
32
DER terhadap harga saham adalah negatif, dimana nilai rasio
yang rendah menjelaskan kemampuan perusahaan yang semakin
baik dalam membayar kewajiban jangka panjang. Dan ini akan
berpengaruh pada harga saham.
d. Current Ratio (CR)
Rasio ini digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu
perusahaan. Current Rasio adalah rasio yang dihasilkan dari perbandingan
antara aktiva lancar dengan utang (liabilitas) lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dan utang (liabilitas) lancar, maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Model matematis untuk menghitung CR dirumuskan sebagai berikut:
Menurut Alvin (2015: 30), CR yang baik akan memuaskan
perusahaan sebesar 200% artinya bahwa setiap utang lancar Rp 1 akan
dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 2. Jika CR suatu perusahaan
kurang dari 100%, dapat dipastikan bahwa setiap utang lancar perusahaan
tersebut tidak dapat dijamin penuh atau dibawah 100%.
4) Hubungan Current Ratio (CR) dan Harga Saham
Tingkat pertumbuhan CR tergantung dari kemampuan
manajemen perusahaan. Perusahaan dikatakan mempunyai kinerja
yang bagus dan berkembang apabila terdapat peningkatan Current
Ratio (CR) dari satu periode ke periode berikutnya. Semakin besar
33
nilai CR menunjukan kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya semakin baik.
e. Earning Per Share (EPS)
Tandelilin mendefinisikan EPS sebagai laba bersih yang siap
dibagikan kepada pemegang saham dan dibagi dengan jumlah lembar
saham. Sedangkan menurut Syafri, Earning Per Share (EPS) adalah rasio
yang menunjukan seberapa besar kemampuan perlembar saham dalam
menghasilkan laba.
EPS merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan.
Semakin tinggi EPS yang diberikan perusahaan, maka investor akan
semakin percaya pada kemampuan perusahaan untuk memberikan tingkat
pengembalian yang cukup baik. Hal ini akan mendorong investor untuk
melakukan investasi yang lebih besar lagi dari sebelumnya dan pada
akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga saham.
5) Hubungan Earning Per Share (EPS) dan Harga Saham
EPS menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, maka
ketika EPS yang dibagikan besar dapat menandakan bahwa
perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan
yang baik kepada investor. Sedangkan apabila EPS yang
dibagikan rendah maka perusahaan gagal memberikan tingkat
34
kesejahteraan yang diharapkan. Jadi hubungan antara EPS
terhadap harga saham adalah positif, yaitu ketika besar laba yang
diberikan dalam setiap lembar saham bertambah maka akan
menyebabkan harga saham naik.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkenaan dengan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti.
Kontribusi penelitian-penelitian tersebut menunjukan peran penting dari faktor-
faktor yang mempengaruhi harga saham. Beberapa penelitian memiliki
perbedaan dalam penggunaan variabel ataupun perusahaan yang diteliti. Berikut
merupakan tabel yang menggambarkan penelitian-penelitian yang dijadikan
sebagai bahan referensi bagi peneliti:
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Variabel Metode Hasil Penelitian
1 Sudi
Bawa
Suwita
(2010)
Tesis “Peranan
Faktor
Fundamental
dalam Nilai
tukar Rupiah
Terhadap
Dolar Amerika
Januari 2000-
Desember
2009 ”
-Nilai tukar
rupiah/USD
-PDB riil
-JUB
-Cadangan
devisa
-Ekspor
-Impor
-Investasi
asing
langsung
-Investasi
asing tidak
langsung
Metode
Analisis
Vektor
Auto
Regressio
n (VAR)
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
pengaruh faktor
fundamental terhadap nilai
tukar rupiah terhadap
dolar Amerika, selama
periode pengamatan,
secara umum sesuai
dengan teori. Hasil yang
agak berbeda ditunjukkan
oleh investasi asing
langsung, dimana
guncangan pada variabel
ini direspon sesuai teori
pada awal periode, secara
umum respon yang terjadi
justru sebaliknya.
35
2. Ribut
Wahyudi
(2009)
Skripsi
“Analisis
Vector
Autoregressive
(VAR)
Transaksi
Instrumen
Moneter
Syariah
terhadap
Kinerja
Perbankan
Syariah di
Indonesia
-Aset
Perbankan
Syariah,
-Dana Pihak
ketiga
-pembiayaan
perbankan
syariah
-NPF
-SWBI
-PUAS
Metode
Analisis
Vektor
Auto
Regressio
n (VAR)
Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa
aset merespon positif
akibat shock yang terjadi
pada PUAS, DPK tidak
merespon akibat shock
yang terjadi pada PUAS,
NPF merespon positif
shock yang terjadi pada
PUAS dan pembiayaan
merespon positif akibat
shock yang terjadi pada
PUAS. Setiap variabel
independen
memperlihatkan
kontribusi yang berbeda-
beda terhadap transaksi
instrumen moneter
syariah dari persentase
yang sangat rendah
sampai persentase yang
cukup tinggi.
3. Haris
Muhajir
(2008)
Tesis ”Analisis
Kointegrasi:
Keterkaitan
Jakarta Islamic
Indeks dengan
IHSG dan SBI
di Bursa Efek
Jakarta
(Periode April
2005 – Juli
2007)
-Jakarta
Islamic Index
-Indeks
Harga Saham
Gabungan
(IHSG)
-Sertifikat
Bank
Indonesia
(SBI)
Analisis
Kointegr
asi dan
VECM
Hasil penelitian
menjelaskan bahwa JII
lebih berisiko namun
mempunyai kinerja yang
lebih baik dibandingkan
dengan IHSG. Model
trivariat dan bivariat
kointegrasi menjelaskan
bahwa JII mempunyai
hubungan jangka
panjang dengan IHSG
dan SBI. Namun,
dengan menggunakan
metode VECM yang
menjelaskan hubungan
kausalitas dan jangka
pendek menyatakan
bahwa JII tidak
mempunyai hubungan
jangka pendek dengan
IHSG dan SBI. Hal ini
menyimpulkan bahwa JII
lebih dipengaruhi faktor
lain di pasar modal,
36
selain IHSG dan faktor
tingkat bunga yang
diwakili oleh Sertifikat
Bank Indonesia.
4. Sri
Zuliarni
(2012)
Jurnal
“Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Return On
Asset (ROA),
Price Earning
Ratio (PER),
Dividen
Payout Ratio
(DPR)
terhadap Harga
Saham pada
Perusahaan
Mining and
Mining Service
di Bursa Efek
Indonesia
(BEI)”
-Harga
Saham
-Return On
Asset (ROA)
-Price
Earning
Ratio (PER)
-Dividen
Payout Ratio
(DPR)
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
variabel ROA dan PER
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga
saham. Sedangkan
variabel DPR tidak
berpengaruh terhadap
harga saham.
5. Alvin
Febianto
(2015)
Skripsi
“Pengaruh
Return on
Asset (ROA),
Current Ratio
(CR), Debt to
Equity Ratio
(DER),
Dividen, Laba
Bersih dan
Dividen
Payout
Ratio(DPR)
terhadap Harga
Saham Syariah
pada
Perusahaan
yang Terdaftar
di Jakarta
Islamic Index
2009-2014”
-Harga
Saham
- Return On
Asset (ROA)
-Current
Ratio (CR)
-Debt to
Equity Ratio
(DER)
-Dividen
-Laba Bersih
-Dividen
Payout Ratio
(DPR)
Analisis
Regresi
Data
Panel
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa
variabel DER dan DPR
berpengaruh positif dan
signiffikan terhadap harga
saham. Sedangkan
variabel ROA, CR,
Dividen, dan Laba Bersih
tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
37
6. Giovanni
Budialim
(2013)
Jurnal
“Pengaruh
Kinerja
Keuangan dan
Risiko terhdap
Return Saham
Perusahaan
Sektor
Consumer
Goods di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2007-
2011”
-Return
Saham
-Current
Ratio
-Debt to
Equity Ratio
-Return on
Asset
-Return on
Equity
-Earnings per
Share
-Book Value
per Share
-Beta
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
variabel CR, DER, ROA,
ROE, EPS, BVPS
berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap
return saham. Sedangkan
variabel Beta berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap return saham.
7. Ema
Novasari
(2013)
Skripsi
“Pengaruh
PER, EPS,
ROA dan DER
terhadap Harga
Saham
Perusahaan
Sub-Sektor
Industri Textile
yang Go Public
di Bursa Efek
Indonesia
Tahun 2009-
2011
-PER
-EPS
-ROA
-DER
-Harga
Saham
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Hasil penelitian untuk
PER menunjukkan bahwa
tidak ada pengaruh yang
signifikan terhadap harga
saham, hal yang sama
untuk EPS yang
menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh yang
signifikan dengan harga
saham perusahaan.
Hasil penelitian untuk
ROA menunjukkan
pengaruh yang signifikan.
Hasil penelitian untuk
DER menunjukkan tingakt
yang signifikan juga,
berarti bahwa ada
pengaruh yang signifikan
antara Profitabilitas
dengan naiknya harga
saham. Dari hasil uji F (F
Test), diperoleh hasil
bahwa PER, EPS, ROA,
dan DER secara
simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap naiknya harga
saham.
38
G. Kerangka Pemikiran
Menururt Sekaran dalam Zulganef (2008: 46) menerangkan bahwa
kerangka pemikiran adalah sebuah model konseptual mengenai bagaimana
seseorang berteori mengenai hubungan-hubungan antara beberapa faktor atau
konsep untuk menjawab masalah penelitian.
VECM
Harga Saham (Y)
ROA
(X1)
ROE
(X2)
DER
(X3)
CR
(X4)
EPS
(X5)
Uji Stasioneritas Stasioner pada Level Stasioner pada First
Difference
Uji Kausalitas Granger
Estimasi VAR/VECM
Impulse Response Function
Variance Decomposition
Penentuan Lag
Optimum
Uji Kointegrasi
VAR in Difference
Interpretasi Hasil dan
Kesimpulan
VAR
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
39
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis ini merupakan pendapat sementara dari suatu penelitian serta
pedoman dalam penelitian yang disusun berdasarkan teori terkait, dimana suatu
hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua
variabel atau lebih. Sedangkan menurut Good dan Scates dalam Suharyadi
(2008: 82) Hipotesis adalah sebuah dugaan atau referensi yang dirumuskan serta
diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati dan
digunakan sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan
perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Diduga adanya pengaruh baik dalam jangka pendek ataupun jangka
panjang antara variable Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), Debt Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) dan Earning Per
Share (EPS) secara simultan terhadap Harga Saham.
a. H0= Tidak terdapat pengaruh hubungan jangka pendek antara Return
On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio
(DER), Current Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS) secara
simultan terhadap Harga Saham.
H1=Terdapat pengaruh hubungan jangka pendek antara Return On
Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER),
Current Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan
terhadap Harga Saham.
40
b. H0= Tidak terdapat pengaruh hubungan jangka panjang antara Return
On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio
(DER), Current Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS) secara
simultan terhadap Harga Saham.
H1=Terdapat pengaruh hubungan jangka panjang antara Return On
Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER),
Current Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan
terhadap Harga Saham.
2. Diduga adanya pola dinamis yang terbentuk secara simultan akibat dari
guncangan (shocks) pada variable Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) dan
Earning Per Share (EPS) secara simultan terhadap Harga Saham.
3. Diduga adanya kontribusi guncangan (shocks) secara simultan dan
dominan antara variable Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), Debt Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) dan Earning Per
Share (EPS) secara simultan terhadap Harga Saham.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan 5 variabel independen yang terdisi dari Return
On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Current
Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS) dan satu variable dependent yaitu
harga saham dari 20 perusahaan sektor consumer goods dengan ruang lingkup
sebagai berikut:
1. Fokus penelitian merupakan saham emiten yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
2. Objek yang diteliti adalah saham emiten sektor consumer goods yang
terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia.
3. Penelitian ini menggunakan Harga Saham sebagai variabel dependen dan
variabel-variabel fundamental perusahaan, yaitu Return onAsset (ROA),
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio
(CR) dan Earning per Share (EPS) sebagai variabel independen.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
data yang didapat berdasarkan informasi yang telah disusun dan dipublikasi oleh
institusi tertentu. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data
panel. Adapun data yang digunakan adalah data time series berupa data kuartal
dari tahun 2011 sampai dengan 2014, dan data cross section yaitu 20 perusahaan
consumer goods.
42
B. Metode Pengumpulan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi.
Sedangkan menurut Sarwoko (2007: 51), sampling adalah proses pemilihan
sejumlah elemen dari populasi sehingga dengan mempelajari sampel tersebut
kita dapat memahami sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik subjek dan
kemudian kita dapat memperluas keberlakuan sifat-sifat itu kepada elemen-
elemen populasi.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh
kenyataan data-data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, sedangkan
metode pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder.
Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber yang sudah ada atau
sudah tersedia. Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan dan
harga saham dari perusahaan sektor consumer goods selama periode 2011-2014
secara kuartal. Data laporan keuangan diperoleh dari website Bursa Efek
Indonesia www.idx.co.id, website The Indonesia Capital Market Institute
(TICMI) www.ticmi.co.id atau website perusahaan terkait. Sedangkan data
harga saham diperoleh dari www.yahoofinance.com.
D. Metode Analisis Data
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini maka metode
penelitian yang digunakan merupakan metode analisis kuantitatif, dimana data
yang diteliti berbentuk angka dan penghitungannya menggunakan software
43
Eviews 9. Selanjutnya untuk memperoleh parameter dari pengaruh perubahan
antar variabel dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pendekatan panel
VAR atau VECM. Pendekatan panel VAR atau VECM digunakan untuk melihat
intensitas dan speed of adjustment atau respon dari masing-masing variabel
dalam penelitian. Secara teknis dalam ekonometrika terdapat beberapa kesamaan
dalam estimasi panel VAR atau VECM dengan model VAR biasa. Seluruh
variabel dalam model panel VAR dapat menjadi variabel endogen seperti dalam
model VAR (Canova dan Ciccarelli, 2013).
Perbedaan struktur data pada model VAR terdapat pada unit individu yang
dimiliki, model panel VAR memiliki unit individu lebih dari satu atau struktur
datanya sama dengan struktur data pada model data panel (terdapat pooling dari
pengamatan data time series dan cross section). Data cross section sendiri
merupakan data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu,
perusahaan, negara dan lain-lain. Kemudian, data time series adalah data yang
dikumpulkan dalam beberapa waktu terhadap suatu individu
Vector Autoregression (VAR) merupakan salah satu model ekonometrika
yang menjadikan suatu peubah sebagai fungsi linear dari konstanta dan log dari
peubah itu sendiri serta nilai lag dari pengubah lain yang terdapat dalam suatu
sistem persamaan tertentu. VAR pertama kali ditemukan oleh Christopher Sims
(1980) yang dikembangkan sebagai kritik atas metode simultan. Besarnya
jumlah variabel dan klasifikasi endogen serta eksogen pada metode simultan
merupakan dasar dari kritikan Sims. Menurutnya, jika memang simultan pada
suatu kelompok variabel seharusnya semua variabel mempunyai posisi yang
44
sama. Konsekuensinya variable dalam persamaan simultan sulit dibedakan
antara endogen dan eksogen. (Gujarati: 2003). Keuntungan metode VAR
dibandingkan dengan metode ekonometrika konvensional adalah sebagai berikut
(Hadi, 2003):
1. Mengembangkan model secara bersamaan dalam suatu system yang
kompleks (multivatiate) sehingga dapat menangkap hubungan secara
keseluruhan di dalam persamaan.
2. Estimasi sederhana dimana metode OLS biasa digunakan pada setiap
persamaan secara terpisah.
3. Uji VAR yang multivariate dapat menghindari parameter yang biasa akibat
tidak dimasukkannya variabel yang relevan.
4. Uji VAR dapat mendeteksi hubungan antar variabel dalam sistem
persamaan dengan menjadikan seluruh variabel sebagai variabel
endogenous.
5. Karena didasarkan pada data, maka metode VAR terbebas dari berbagai
batasan teori ekonomi yang sering muncul termasuk gejala perbadaan palsu
(spurious variable endogenity and exogenity) di dalam model ekonometrika
konvensional teruatama pada persamaan simultan sehingga menghindari
penafsiran yang salah.
Metode VAR memperlakukan seluruh variabel secara sama tanpa
mempermasalahkan variabel dependen dan independen (Sims dalam Gujarati,
2003). Dalam penelitian ini model panel VAR digunakan untuk menganalisis
45
pengaruh ROA, ROE, DER, CR EPS terhadap harga saham yang terdaftar dalam
Indeks Saham Syariah Indonesia sektor consumer goods.
Metode dalam penelitian ini menggunakan VAR dalam model yang telah
terrestriksi atau lebih di dikenal dengan Vector Error Correction Model
(VECM). Restriksi tambahan harus diberikan karena keberadaan bentuk data
yang tidak stasioner pada tingkat level dan data terkointegrasi. VECM kemudian
memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifikaisnya.
VECM sering disebut sebagai VAR bagi series non stasioner yang memiliki
hubungan kointegrasi.
VECM merestriksi hubungan jangka panjang variabel endogen agar
konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap membiarkan
keadaan dinamisasi jangka pendek. Istilah kointegrasi juga dikenal sebagai error
karena adanya deviasi terhadap keseimbangan jangka panjang dikoreksi secara
bertahap melalui series parsial penyesuaian jangka pendek, persamaan
matematis standar VECM yang didapat dari model VAR adalah sebagai berikut:
∆Xt-1 = μt + ПXt-1 + ∑ ∆ Xt-1 + μt
П dan Γ adalah fungsi dari Ai, matriks П dapat didekomposisi ke dalam 2
matriks berdimensi (n x r) α dan β: П = αβT, dimana α disebut matriks
penyesuaian dan β sebagai vector kointegrasi dan r adalah rank kointegrasi. Hal
ini dapat diuji dengan menggunakan uji akar unit. Saat tidak bias ditemukan
akar unit maka metode ekonometrik tradisional dapat diterapkan.
46
Model yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari model yang
digunakan oleh Casseli et al (1996), Hesse (2008), Aditya dan Acharyya (2013)
serta Faizal Amir (2016). Variabel yang digunakan untuk menganalisis pengaruh
ROA, ROE, DER, CR EPS terhadap harga saham yang terdaftar dalam Indeks
Saham Syariah Indonesia sektor consumer goods. Adapun model yang terbentuk
adalah sebagai berikut:
[
]
[
]
∑
[
]
[
]
[
]
Dimana:
α0 = Intersep
α1- α2 = Koefisien variable
Hrg sahamit = Harga saham perusahaan i pada tahun t (rupiah)
ROAit = Return of Asset perusahaan i pada tahun t (persen)
ROEit = Return on Equityperusahaan i pada tahun t (persen)
DERit = Debt to Equity Ratioperusahaan i pada tahun t (persen)
CRit = Current Ratioperusahaan i pada tahun t (persen)
EPSit = Earning per Shareperusahaan i pada tahun t (persen)
ν0-ν5 = Error term
t = tahun 2011-2014
i = Perusahaan Consumer goods ISSI
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan pengujian pada model
fungsi harga saham untuk melihat hubungan antar variabel harga saham, ROA,
47
ROE, DER, CR, dan EPS. Pengujian awal dilakukan dengan menggunakan uji
akar unit dengan menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan
Philips-Peron (PP). jika data hasil analisis menunjukkan data adalah stasioner
pada tingkat level, apabila data pada tingkat level tidak stasioner, tetapi
stasioner pada tingkat differensiasi yang sama, maka harus dilanjutkan dengan
uji kointegrasi menggunakan metode Johansen. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah data tersebut mempunyai hubungan dalam jangka panjang
atau tidak.
Pada kasus data yang stasioner pada tahap differensiasi namun terdapat
kointegrasi antar variabel maka dapat dibentuk model VAR dengan data
diferensiasi (VAR in difference). Namun jika terdapat kointegrasi maka bentuk
Vector Error correction Model (VECM) yang tepat untuk melanjutkan
penelitian. VECM merupakan model VAR terestriksi (restricted VAR)
mengingat adanya kointegrasi yang menunjukkan hubungan jangka panjang
antar variabel dalam model VAR.
Dalam model VECM merestriksi hubungan jangka panjang antar variabel
agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi, namun tetap membiarkan
perubahan yang dinamis dalam jangka pendek. Pemahaman kointegrasi ini
dikenal sebagai koreksi kesalahan (error correction) karena jika terjadi deviasi
terhadap keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi melalui penyesuaian
parsial jangka pendek secara bertahap. Adapun tahapan yang digunakan dalam
melakukan analisis dengan pendekatan panel VAR atau panel VECM adalah
sebagai berikut:
48
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioner dalam analisis time series dilakukan dengan menguji akar-
akar unit. Data yang tidak stasioner akan mempunyai akar-akar unit, sebaliknya
data yang stasioner tidak akan terdapat akar-akar unit. Dengan tidak
stasionernya data maka akan menghasilkan hubungan variabel yang
nampaknya signifikan secara statistik namun dalam kenyataanya tidak
demikian (spurious) atau hubungannya tidak sebesar regresi yang dihasilkan
tersebut (Laksani, 2004).
Uji stasioneritas pada penelitian ini digunakan dengan menggunakan
Augmented Dickey Fuller (ADF), Levin Lin chu, dan Philip Peron (PP).
Apabila setelah estimasi dilakukan dan data tidak stasioner (tingkat level) pada
uji tersebut maka solusi yang dapat dilakukan adalah dengan difference non
stasionary process. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan akurasi dari analisis
apabila data yang diamati tidak stasioner pada tingkat level. Sementara itu hasil
data yang stasioner pada tingkat level maka akan berujung pada penggunaan
panel VAR dengan metode standar.
Data yang dikatakan stasioner jika memiliki rata-rata dan varians yang
konstan dari waktu ke waktu dan nilai kovarian diantara dua periode waktu
bergantung hanya pada jarak atau kelembaban antara dua periode waktu
tersebut. Sedangkan jika data yang tidak stasioner maka akan menghasilkan
data yang spurious (lancung), selain itu koefisien regresi penaksir juga jadi
tidak efisien.
49
2. Penentuan Lag Optimal
Sebelum melakukan uji kointegrasi perlu menentukan panjang lag optimal,
karena uji kointegrasi sangat peka terhadap panjang lag, maka penentuan lag
yang optimal menjadi salah satu prosedur yang harus dilakukan dalam
pembentukan model. Pengujian panjang lag sangat berguna untuk
menghilangkan maslaah autokorelasi dalam sistem panel VAR. Panjang lag
optimal akan dicari dengan cara otomatis yaitu menggunakan indikator nilai
SIC (Schwartz Information Criterion). Model VAR akan diestimasi dengan
tingkat lag yang berbeda-beda dan selanjutnya nilai SIC terkecil akan
digunakan sebagai lag yang optimal.
3. Uji Kointegrasi
Penelitian dengan menggunakan variable non stasioner kemungkinan besar
akan terdapat hubungan jangka panjang antar variable. Kointegrasi merupakan
suatu penyesuaian untuk keseimbangan jangka panjang antar variabel,
meskipun data tidak stasioner secara individual, tetapi kombinasi linier antar
interval dapat menjadi stasioner. Ada beberapa metode yang digunakan untuk
melakukan uji kointegrasi dalam model panel VAR, seperti Kao test, Pedroni
test dan Johansen Fisher Panel Cointegrasion test.
Dalam penelitian ini akan menggunakan Kao Residual Cointegration Test
untuk menguji ada atau tidaknya kointegrasi dalam persamaan model. Uji
kointegrasi Kao Residual Cointegration Test berbasis pada Engle-Granger
yang didasarkan pada model uji kointegrasi Pedroni, yaitu menguji residual
apakah memiliki sifat integrated pada first difference I(1). Jika residual
50
memiliki derajat stasioneritas I(0), maka persamaan tersebut terkointegrasi.
Adapun perbedaan antara uji kointegrasi Pedroni dan Kao yaitu pada uji
kointegrasi Kao memiliki intercept yang spesifik lintas sector dan memiliki
koefisien yang homogen atas regresor tingkat pertamanya.
Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel yang tidak stasioner akan
terkointegrasi bila kombinasinya juga linier sejalan dengan berjalannya waktu.
Meskipun bisa terjadi masing-masing variabelnya bersifat non-stasioner. Bila
variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka
panjang, bila dua seri non stasioner yang terdiri dari Xt dan Yt terkointegrasi,
maka akan ada representasi khusus sebagai berikut:
Yt = β0 + β1X1 + ε ................................................................................. (3.3)
Sedemikian rupa hingga εt (error term) stasioner, I(0). Adanya
kemungkinan dari kombinasi linier variable yang terintegrasi menjadi
stasioner, variabel tersebut dinyatakan berkointegrasi. Equilibrium jangka
panjang dari himpunan variable-variabel (static equilibrium), direpresentasikan
dalam persamaan berikut ini:
β1X1 + β2X2 + …. + βnXni = 0ei = βiXi................................................... (3.4)
Dalam persamaan diatas, jika terdapat keseimbangan equilibrium yang baik
maka error term stasioner. Di dalam uji kointegrasi diasumsikan ada satu
himpunan variabel yang tersusun secara runtut waktu berupa variabel Xt,
komponen dari vector Xt dikatakan berkointegrasi pada order (d, b) atau ditulis
Xt(d, b), apabila: 1) seluruh komponen dari Xt terintegrasi pada orde d; 2)
terdapat vector β’ yang didapat dari kombinasi linear β’Xt dari orde (d, b),
51
dimana b>0 (β’ disebut vector kointegrasi), sehingga jika X=I(1) dan Y=I(2)
maka tidak terkointegrasi.
Uji Kao Residual cointegration Test yang dilakukan dalam penelitian ini
akan diamati dengan menggunakan software Eviews 9. Dari nilai statistic uji
kointegrasi data panel Kao (ADF), kemudian dibandingkan dengan nilai t-
statistik pada probability value 5%. Jika nilai statistiknya lebih besar daripada
nilai kritis atau nilai probabilitasnya, maka variable yang diamati saling
berkointegrasi atau mempunyai hubungan jangka panjang. Demikian pula jika
diperoleh hasil sebaliknya maka variable yang diamati tidak berkointegrasi.
4. Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas granger (Granger Causality Test) dilakukan untuk melihat
apakah dua variabel memiliki hubungan timbal balik atau tidak. Dengan kata
lain, apakah suatu variabel memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel
lainnya secara signifikan. Hal ini karena setiap variabel dalam penelitian
memiliki kesempatan untuk menjadi variabel endogen maupun eksogen. Uji
kausalitas dalam penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dengan
menggunakan taraf nyata sebesar 5%.
5. Estimasi VAR/VECM
Uji stasioneritas dan kointegrasi pada tahapan sebelumnya ditujukkan
untuk menentukan metode VAR yang akan dipakai dalam melakukan estimasi,
apakah VAR in level atau akan menggunakan metode Vector Error Correction
Model. Jika dalam pengujian sebelumnya didapatkan bahwa data tidak stasioner
dan memiliki kointegrasi dengan variabel lain, maka metode yang akan
52
digunakan dalam penelitian adalam metode VECM. Metode VECM pada
dasarnya menggunakan bentuk VAR yang terestriksi. Restriksi tambahan ini
harus diberikan karena adanya bentuk data yang tidak stasioner namun data
terkointegrasi. Dalam VECM kemudian memanfaatkan informasi restriksi
kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasi model. Karena itu VECM sering
disebut juga dengan model VAR bagi data time series yang bersifat non
stasioner dan memiliki hubungan kointegrasi.
6. Impulse Response Function
IRF digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel
endogen, sehingga dapat diketahui shock atas suatu variabel dengan adanya
informasi baru yang akan mempengaruhi variabel itu sendiri atau variabel
lainnya dalam model VAR/VECM. Dengan menggunakan IRF, peneliti dapat
mengetahui shock yang terjadi dalam periode.
Respon dari variable endogen dapat diketahui melalui uji IRF dalam model
VAR karena adanya suatu shock atau perubahan dalam variabel gangguan yang
selanjutnya dapat melihat lamanya pengaruh dari shock terhadap variabel lain
hingga pengaruhnya hilang dan kembali konvergen. Menurut Enders (1995)
fungsi impulse response didapat melalui model VAR yang diubah menjadi
vector moving average dimana koefisien merupakan respon terhadap adanya
inovasi.
7. Variance Decomposition
Uji variance decomposition digunakan untuk mengukur perkiraan varian
error suatu variabel yaitu seberapa besar kemampuan suatu variable dalam
53
memberikan penjelasan pada variabel lainnya ataupun pada variabel itu sendiri.
Variance decomposition memberikan metode yang berbeda dalam
menggambarkan sistem dinamis VAR dibandingkan dengan analisis IRF.
Dalam analisis IRF digunakan untuk melacak dampak shock dari variabel
endogen terhadap variabel lain, sedangankan dalam analisis variance
decomposition menggambarkan relative pentingnya setiap variabel dalam suatu
model VAR yang diakibatkan karena adanya shock atau seberapa kuat
komposisi dari peranan variabel tertentu terhadap variabel lain. Selain itu
variance decomposition juga digunakan untuk memprediksi kontribusi
presentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu
dalam model VAR.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen : Harga Saham (Y)
Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan juga oleh permintaan dan
penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Pengukuran harga
saham menggunakan harga penutupan (closing price) pada periode.
2. Variabel Independen
a. Return on Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio keuangan untuk menilai
kondisi keuangan suatu perusahaan dengan menggunakan skala tertentu
atau suatu alat untuk menilai apakah seluruh aset yang dimiliki
perusahaan sudah digunakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan
54
keuntungan. Model matematis untuk menghitung ROA dirumuskan
sebagai berikut:
b. Return on Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) mengukur efisisensi perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitas untuk memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Semakin besar
rasio ini maka menandakan semakin baik kinerja perusahaan karena
dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar untuk
investor. Rumus untuk menghitung nilai ROE adalah:
c. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt Equity Ratio menunjukan besarnya biaya total aktiva yang
pembiayaannya berasal dari total utang (liabilitas). Semakin besar rasio
ini maka semakin besar pula jumlah pinjaman yang digunakan untuk
membiayai aktiva perusahaan.
d. Current Ratio (CR)
Current Rasio adalah rasio yang dihasilkan dari perbandingan
antara aktiva lancar dengan utang (liabilitas) lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dan utang (liabilitas) lancar, maka semakin
55
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
CR dapat dihitung dengan model matematis seperti dibawah ini:
e. Earnings perShare (EPS)
Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukan seberapa
besar kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba. Semakin
tinggi EPS yang diberikan perusahaan, maka investor akan semakin
percaya pada kemampuan perusahaan untuk memberikan tingkat
pengembalian yang cukup baik.
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan consumer goods yang terdaftar di ISSI selama periode 2011-
2014 merupakan perusahaan yang memiliki tingkat perdagangan cukup tinggi,
karena produk yang dihasilkan merupakan barang kebutuhan sehari-hari
sehingga prospek jangka panjangnya cukup baik dan hal ini juga menyebabkan
permintaan terhadap produknya tidak akan berkurang sehingga investasi di
perusahaan ini dapat menjadi sarana investasi yang aman bagi investor. Belum
lagi kenaikan Upah Minimum Regional yang akan berdampak pada tingkat
konsumsi masyarakat sehingga akan menaikan permintaan di perusahaan sektor
consumers goods. Seiring dengan terjadinya kenaikan Upah Minimum Regional
di Indonesia maka akan memberikan dampak yang cukup baik pada tingkat
konsumsi masyarakat (makanan ataupun bukan makanan). Naiknya tingkat upah
cenderung akan meningkatkan daya beli masyarakat yang memicu adanya
permintaan barang/jasa yang semakin meningkat. Hal ini dapat menjadi acuan
investor dalam memutuskan keputusan investasi di sektor consumer goods. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Upah Minimum Regional dan Tingkat Konsumsi Indonesia
Tahun Upah Minimum
Regional/Propinsi (Rupih)
% Pengeluaran per kapita
Makanan Bukan Makanan
2011 Rp 988.829 49,45 50,55
2012 Rp 1.088.903 51,08 48,92
2013 Rp 1.296.908 50,66 49,34
2014 Rp 1.584.391 49,96 50,04 Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)
57
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia saham syariah perusahaan sektor
consumer goods yang terdaftar di ISSI selama tahun 2011-2014 berjumlah 29
perusahaan yang dikelompokan menjadi empat sub sektor antara lain: Makanan
& Minuman (Food and Beverages);Farmasi (Pharmaceuticals); Kosmetik dan
Barang Kebutuhan Rumah Tangga (Cosmetics & Household); dan Barang
Perabotan Rumah Tangga (Houseware)
Akan tetapi dalam penelitian ini hanya akan menggunakan perusahaan-
perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga
diperoleh 20 perusahaan sector consumer goods yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini yang tetrdiri dari:
1. Enam saham perusahaan sub sektor makanan dan minuman (Food and
Beverages)
2. Delapan saham perusahaan sub sektor farmasi (Pharmaceuticals)
3. Empat saham perusahaan sub sektor kosmetik dan barang kebutuhan
rumah tangga (Cosmetics and Household)
4. Dua perusahaan sub sektor barang perabotan rumah tangga
(Houseware).
1. Perkembangan Harga Saham Perusahaan Consumer Goods
Harga saham syariah adalah harga suatu saham yang terjadi di bursa efek
untuk saham-saham yang terdaftar dalam saham syariah. Harga saham
syariah merupakan hasil kinerja perusahaan yang terbentuk dari permintaan
dan penawaran. Selama periode penelitian rata-rata perkembangan harga
saham syariah dapat dilihat pada tabel berikut:
58
Tabel 4.5 Harga Saham Perusahaan Consumer Goods
Harga Saham
Perusahaan 2011 2012 2013 2014
DVLA 1150 1690 2200 1690
ICBP 5200 1690 2200 1690
INAF 163 315 153 355
INDF 4600 5850 6600 6750
KAEF 340 720 590 1465
KICI 180 270 270 268
KLBF 3400 1030 1250 1830
LMPI 205 255 215 175
MBTO 410 380 305 200
MERK 132500 152000 189000 160000
MRAT 500 490 465 350
MYOR 14250 19600 26000 20900
PYFA 176 172 147 135
SKLT 140 180 180 300
SQBB 127500 238000 304000 315000
STTP 690 1140 1550 2880
TCID 7700 11000 11900 17525
TSPC 2550 3675 3250 2865
ULTJ 1080 1380 4500 3720
UNVR 18800 21200 26000 32300
Jumlah 321534 461037 580775 570398
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah)
Pada tabel 4.6 yang menunjukan perkembangan rata-rata harga saham
syariah di perusahaan selama periode 2011-2014 menunjukan bahwa rata-
rata harga saham syariah cenderung mengalami kenaikan kecuali pada tahun
2014 yang menunjukan adanya penurunan harga saham syariah. Kenaikkan
tertinggi dialami oleh saham SQBB dari Rp127.500 sampai dengan
Rp238.000 yang hampir 100% kenaikannya.
Sementara itu secara keseluruhan peningkatan terjadi pada tahun 2012
dan 2013 yang mengindikasikan bahwa saham-saham syariah sektor
59
consumer goods memiliki pertumbuhan yang baik dan dapat memberikan
keuntungan bagi para investor. Kenaikan harga saham terjadi karena adanya
volume permintaan saham yang lebih banyak sehingga hal ini berakibat
pada naiknya harga saham syariah perusahaan sektor consumer goods. Akan
tetapi pada tahun 2014 rata-rata harga saham mengalami sedikit penurunan
sebesar Rp 348,35. Penurunan ini masih memberikan nilai harga saham
yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai harga saham pada tahun 2011.
Penurunan harga saham pada tahun ini hanya terjadi pada 10 perusahaan
saja, sedangkan perusahaan yang lain masih mampu memberikan harga
saham yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Ini terjadi karena perbedaan
karakteristik perusahaan dalam mengatasi masalah internal dan eksternal
perusahaan.
2. Perkembangan Return of Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio keuangan yang
dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh investor dalam menilai suatu
perusahaan guna mempertimbangkan keputusan investasi.
Return on Asset (ROA) mengukur sejauh mana perusahaan mampu
mengelola aset yang dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan. Semakin
tinggi nila ROA maka menunjukan efisiensi pengelolaan aset yang sangat
baik oleh manajemen perusahaan. Perkembangan rata-rata Return on Asset
(ROA) pada 20 perusahaan consumer goods tahun 2011-2014 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
60
Tabel 4.6 Return On Asset Perusahaan Consumer Goods
Return of Asset
Perusahaan 2011 2012 2013 2014
DVLA 13.03 13.86 10.57 6.55
ICBP 13.57 12.86 10.51 10.16
INAF 3.31 3.57 4.19 0.09
INDF 9.13 8.06 4.38 5.99
KAEF 9.57 9.88 8.72 7.97
KICI 0.41 2.38 7.55 4.86
KLBF 18.41 18.85 17.41 17.07
LMPI 0.79 0.29 1.46 0.21
MBTO 7.88 7.47 2.64 0.47
MERK 39.56 18.93 25.17 25.32
MRAT 6.60 6.75 1.52 1.48
MYOR 7.33 8.97 10.44 3.98
PYFA 4.38 3.91 3.54 1.54
SKLT 2.79 3.19 3.77 4.97
SQBB 33.19 34.06 35.50 35.88
STTP 4.57 5.97 7.78 7.26
TCID 12.38 11.92 10.92 9.41
TSPC 13.32 13.55 11.81 10.45
ULTJ 4.65 14.60 11.56 9.71
UNVR 39.73 40.38 40.10 40.18
Jumlah 244.562 239.41 229.557 203.551 Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ROA
mengalami penurunan disetiap tahunnya. Rata-rata nilai ROA berada di
kisaran 10,18%-12,23%. Dari 20 emiten syariah yang diteliti, UNVR
menjadi perusahaan dengan nilai ROA yang terbesar selama periode
penelitian dari tahun 2011-2014. Penurunan yang terjadi pada nilai ROA
menggambarkan adanya penurunan kinerja perusahaan dalam
memanfaatkan aset untuk menghasilkan laba bagi investor. Dalam hal ini
manajemen perusahaan kurang efektif dalam mengelola aset yang dimiliki
61
sehingga berakibat pada penurunan nilai ROA disetiap tahunnya atau dapat
disebabkan oleh faktor-faktor lainnya. Bila melihat pada laporan keuangan
masing-masing perusahaan dapat dilihat bahwa total aset perusahaan
cenderung mengalami peningkatan tetapi berlainan dengan laba perusahaan
yang nilainya berfluktuatif. Hal ini menyebabkan nila ROA yang tidak
mengalami peningkatan selama periode penelitian.
3. Perkembangan Return on Equity (ROE)
Return On Equity menggambarkan sejauh mana perusahaan mampu
mengelola modal yang dimilikinya dalam menghasilkan laba bagi investor.
ROE yang semakin tinggi menunjukan kinerja perusahaan yang semakin
baik pula. Selama periode pengamatan nilai ROE tentu mengalami
perubahan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7Return On Equity Perusahaan Consumer Goods
Return on Equity
Perusahaan 2011 2012 2013 2014
DVLA 16.61 17.69 13.75 8.41
ICBP 19.29 19.04 16.85 16.83
INAF 6.06 6.52 9.18 0.20
INDF 15.47 14.00 8.90 12.48
KAEF 13.71 14.38 13.28 13.06
KICI 0.55 3.39 10.03 5.98
KLBF 23.37 24.08 23.18 21.61
LMPI 1.33 0.57 3.03 0.43
MBTO 10.65 10.48 3.58 0.64
MERK 46.78 25.87 34.25 32.77
MRAT 7.77 7.97 1.77 1.92
MYOR 19.94 24.27 26.03 9.99
PYFA 6.28 6.05 6.60 2.75
SKLT 4.86 6.15 8.17 10.75
62
SQBB 39.69 41.57 43.08 44.68
STTP 8.71 12.87 16.49 15.10
TCID 13.72 13.71 13.54 13.58
TSPC 18.58 18.73 16.53 14.14
ULTJ 7.22 21.08 16.13 12.51
UNVR 113.13 121.94 125.81 124.78
Jumlah 393.75 410.36 410.17 362.61
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah)
Perkembangan nilai rata-rata ROE periode 2011-2014 berada diantara
nilai 18,13%-20,51%. Adanya kenaikan nilai ROE pada tahun 2012
menunjukan perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam mengelola
modalnya. Hal ini tentu akan memberikan keuntungan bagi investor.
Pada tahun 2013 nilai ROE tidak mengalami peningkatan(stagnan) dan
pada tahun 2014 ada penurunan yang terjadi pada nilai ROE sebesar 2,38%.
Nilai ini bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai ROE pada
tahun 2011. Hal ini mengindikasikan kurangnya efisiensi penggunaan modal
sendiri pada tahun tersebut. Berdasarkan laporan keuangan masing-masing
perusahaan, ekuitas masing-masing perusahaan mengalami peningkatan
maka seharusnya hal ini memberikan dampak positif pada nilai ROE. Akan
tetapi hal tersebut tidak terjadi karena masing-masing perusahaan juga
cenderung mengalami penurunan laba sehingga berdampak negatif terhadap
nilai ROE.
4. Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara hutang-hutang
dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan. Rasio ini menunjukan sejauh
mana perusahaan mampu mengelola modalnya untuk memenuhi seluruh
63
kewajibannya. Adapun data selama periode penelitian dapat dilihat
perkembangan nilai DER adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Debt to Equity Ratio Perusahaan Consumer Goods
Debt to Equity Ratio
Perusahaan 2011 2012 2013 2014
DVLA 27.53 27.70 30.10 28.45
ICBP 42.14 48.11 60.32 65.63
INAF 83.01 82.84 119.11 110.88
INDF 69.52 73.75 103.51 108.45
KAEF 43.25 44.04 52.70 63.88
KICI 35.96 42.67 32.87 22.96
KLBF 26.99 27.76 33.12 26.56
LMPI 68.48 99.08 106.88 102.66
MBTO 35.24 40.25 35.55 36.50
MERK 18.25 36.64 36.06 29.42
MRAT 17.87 18.03 16.36 29.91
MYOR 172.20 170.63 149.37 150.97
PYFA 43.25 54.89 86.49 78.89
SKLT 74.32 92.88 116.26 116.20
SQBB 19.59 22.06 21.36 24.53
STTP 90.74 115.60 111.79 107.95
TCID 10.82 15.02 23.92 44.39
TSPC 39.22 38.17 40.00 35.34
ULTJ 55.38 44.39 39.52 28.78
UNVR 184.77 202.01 213.73 210.53
Jumlah 1158.53 1296.53 1429.03 1422.88
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah)
Perkembangan rata-rata nilai DER yang digambarkan dalam tabeldiatas
menunjukan rata-rata nilai terendah ada pada tahun 2011, selanjutnya pada
tahun 2012 dan 2013 rata-rata nilai DER mengalami peningkatan meskipun
pada tahun 2014 ada sedikit penurunan dari rata-rata nilai DER tersebut.
Berdasarkan tabel diatas rata-rata nilai DER berada pada 57,95%-71,45%.
64
Peningkatan dan penurunan nilai DER disebabkan oleh kenaikan dan
penurunan penggunaan hutang dalam mendanai kegiatan investasi yang
lebih besar dibandingkan dengan memanfaatkan modal sendiri. Peningkatan
nilai DER bila dilihat pada laporan keuangan masing-masing perusahaan
menunjukan bahwa setiap tahunnya manajemen perusahaan selalu
meningkatkan tingkat liabilitas ataupun ekuitas perusahaan untuk
membiayai kegiatan investasinya. Hal ini cenderung buruk bila manajemen
perusahaan tidak mampu mengelolanya dengan efektif karena dapat
menyebabkan semakin besarnya hutang yang dimiliki perusahaan.
5. Perkembangan Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) merupakan rasio yang menghitung kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tersebut. Atau bisa
juga dikatakan bahwa Current Ratio (CR) merupakan rasio yang
memperlihatkan tingkat likuiditas dari kegiatan perusahaan.
Adapun gambaran nilai rata-rata perkembangan Curent Ratio selama
periode 2011-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 Current Ratio Perusahaan Consumer Goods
Current Ratio
Perusahaan 2011 2012 2013 2014
DVLA 483.04 431.02 424.18 518.13
ICBP 287.11 276.25 241.06 218.32
INAF 153.79 210.25 126.52 130.36
INDF 190.95 200.32 166.73 180.74
KAEF 274.75 280.31 242.67 238.70
65
KICI 725.97 479.99 577.41 790.40
KLBF 365.27 340.54 283.93 340.36
LMPI 147.72 123.95 119.35 124.03
MBTO 408.10 371.02 399.14 395.46
MERK 751.52 387.12 397.95 459.00
MRAT 627.07 601.71 605.41 361.28
MYOR 221.87 276.11 240.21 201.86
PYFA 253.99 241.34 153.68 162.68
SKLT 169.74 141.48 123.39 118.38
SQBB 437.29 485.46 496.79 437.29
STTP 103.47 99.75 114.24 148.42
TCID 1174.00 772.65 357.32 179.82
TSPC 308.30 309.33 296.19 300.22
ULTJ 152.09 201.82 247.01 334.46
UNVR 68.67 66.83 69.64 71.49
Jumlah 7304.72 6297.25 5682.80 5711.39
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah)
Tabel diatas merupakan gambar perkembangan nilai rata-rata CR
periode 2011-2014 yang berada diantara 284,14%-365,24%. Nilai rata-rata
CR menunjukan penurunan disetiap tahunnya kecuali pada tahun 2014 yang
mengalami kenaikan meskipun tidak begitu signifikan. Penurunan Current
Ratio terjadi karena perusahaan belum mampu melunasi kewajiban-
kewajiban finansial jangka pendeknya. Selain itu kenaikan kewajiban jangka
pendek perusahaannya tidak sebanding dengan kenaikan aset lancarnya.
Semakin tinggi nilai CR maka menunjukan semakin baik kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek dan
sebaliknya semakin rendah nilai CR maka menunjukan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang
semakin rendah pula.
66
6. Perkembangan Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share suatu perusahaan menunjukan seberapa besar laba
perusahaan yang dapat dibagikan kepada seluruh pemegang saham. Nilai
EPS yang tinggi menunjukan prospek yang lebih baik bagi perusahaan itu
sendiri. Perkembangan nilai rata-rata Earning Per Share (EPS) dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Tabel 4.10 Earning Per Share Perusahaan Consumer Goods
Earning Per Share
Perusahaan 2011 2012 2013 2014
DVLA 107.96 132.95 112.32 72.52
ICBP 354.38 391.42 383.31 434.18
INAF 11.91 13.68 17.50 0.38
INDF 557.11 544.33 389.12 586.11
KAEF 30.93 36.93 38.63 42.59
KICI 2.59 16.37 53.76 34.08
KLBF 149.96 34.96 42.04 45.25
LMPI 5.37 2.32 11.93 1.70
MBTO 39.87 42.54 15.11 2.73
MERK 10.32 4.81 7.83 8.10
MRAT 65.11 71.85 15.65 17.22
MYOR 630.70 971.10 1133.29 458.24
PYFA 9.67 9.92 11.58 4.97
SKLT 8.65 11.52 16.50 23.86
SQBB 11.72 1.32 1.46 1.61
STTP 32.58 56.97 87.36 94.25
TCID 696.48 747.88 796.49 866.95
TSPC 125.79 139.54 141.90 129.84
ULTJ 35.08 122.36 112.56 98.10
UNVR 545.78 634.23 701.52 752.10
Jumlah 3431.94 3987.00 4089.85 3674.77
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah)
67
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata EPS pada
periode 2011-2014 berada diantara 171,60-204,49. Nilai rata-rata EPS
meningkat cukup tinggi pada tahun 2012 dan pada tahun berikutnya juga
mengalami peningkatan. Ini merupakan kabar baik bagi investor karena nilai
EPS yang tinggi tentu akan memberikan keuntungan pada investor. Tetapi
pada tahun 2014 nilai rata-rata EPS mengalami penurunan yang disebabkan
oleh laba masing-masing perusahaan yang cenderung menurun sehingga
berdampak pada nilai EPS.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Stasioneritas
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menguji stasioneritas dari masing-masing variabel. Uji stasioneritas
dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata variance data konstan
sepanjang waktu dan kovarian antara dua atau lebih data runtun waktu
hanya tergantung pada kelambanan antara dua atau lebih periode waktu
tersebut.
Pengujian masing-masing variabel diuji dengan menggunakan
Augmented Dickey Fuller (ADF), Levin Lin Chu dan Philip Peron (PP).
jika probabilitas dari ketiga test lebih kecil dari tingkat α = 5%, maka
artinya tidak ada stasioneritas (data stasioner) pada variabel dengan derajat
yang sama (level atau different), begitupun sebaliknya jika probabilitas
berada lebih dari α = 5% maka data tidak stasioner. Adapun hasil uji
68
stasioneritas untuk variabel harga saham, ROA, ROE, DER, CR, dan EPS
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioneritas pada Level
Variabel Prob (Levin Lin Chu) Prob ADF Prob (PP) Keterangan
Harga saham 0.8286 0.9725 0.9295 Tidak Stasioner
ROA 0.0001 0.0001 0.0876 Stasioner
ROE 0.6238 0.0116 0.2947 Tidak Stasioner
DER 0.9901 0.9987 0.9770 Tidak Stasioner
CR 0.0003 0.0063 0.0019 Stasioner
EPS 1.0000 0.4086 0.2732 Tidak Stasioner Sumber: Eviews 9 (data diolah)
Dari hasil uji stasioneritas diatas pada tingkat level dapat diketahui
bahwa ada setidaknya 2 variabel yang stasioner pada tingkat level atau
I(0). Karena masih ada beberapa variabel yang belum stasioner maka
pengujian stasioneritas harus dilanjutkan dengan menggunakan uji derajat
kointegrasi pada first different.
2. Uji Derajat Integrasi
Uji derajat integrasi dilakukan untuk mendapatkan data yang stasioner.
Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan dari uji stasioneritas pada tingkat
level, atau disebut juga uji derajat integrasi first difference. Sama halnya
dengan uji stationeritas, dalam uji derajat integrasi variabel yang stasioner
adalah variabel yang memiliki probabilitas dibawah α = 5%. Jika
probabilitas data lebih dari α = 5%, maka data tidak stasioner. Adapun
hasil uji derajat integrasi first difference untuk variabel harga saham,
ROA, ROE, DER, CR dan EPS sebagai berikut:
69
Tabel 4.12 Hasil Uji Derajat Integrasi (Stasioneritas pada difference)
Variabel Prob (Levin Lin Chu) Prob ADF Prob (PP) Keterangan
Harga saham 0.0000 0.0000 0.0000 Stasioner
ROA 0.0000 0.0000 0.0000 Stasioner
ROE 0.0000 0.0000 0.0000 Stasioner
DER 0.0000 0.0000 0.0000 Stasioner
CR 0.0000 0.0000 0.0000 Stasioner
EPS 0.0000 0.0000 0.0000 Stasioner Sumber: Eviews 9 (data diolah)
Dari hasil uji derajat integrasi first difference pada tabel diatas
diketahui bahwa variabel telah stasioner untuk harga saham, ROA, ROE,
DER, CR, dan EPS. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas masing-
masing variabel yang lebih kecil dari α = 5% baik itu untuk Levin Lin Chu
test, ADF test maupun PP test.
3. Uji Lag Length
Pendekatan VAR/VECM sangat sensitif terhadap jumlah panjang lag
yang digunakan, maka dari itu perlu di tentukan jumlah lag yang optimal.
Penentuan lag optimum ini digunakan dalam metode IRF (Impulse
responses function) dan VC (Variance Decomposition). Penentuan lag
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan antara lain Likelihood
Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion
(AIC), Schwarz Information Criterion (SC) dan Hannan-Quinn
Information Criterion. Adapun hasil uji lag length secara lengkap adalah
sebagai berikut:
70
Tabel 4.13 Hasil Uji Lag Length
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -8833.474 NA 3.95e+24 73.66228 73.74930 73.69734
1 -7877.196 1856.772 1.84e+21 65.99330 66.60241 66.23873
2 -7605.570 513.8256 2.59e+20 64.02975 65.16096 64.48555
3 -7437.329 309.8441 8.61e+19 62.92774 64.58105 63.59390
4 -6894.214 973.0816* 1.26e+18* 58.70178* 60.87718* 59.57831* * indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
Sumber: Eviews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, hasil penghitungan panjang lag dengan LR,
FPE, AIC, SC dan HQ menunjukkan panjang lag yang sama yaitu pada lag
4. Ketika hasil estimasi lag terbanyak menunjukkan hasil yang sama maka
dapat disimpulkan lag terpanjang adalah lag empat.
4. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi merupakan uji yang dilakukan setelah uji stasioneritas
dan telah berintegrasi dengan derajat yang sama. Uji kointegrasi dilakukan
dengan cara menguji stasioneritas dari residual agar terjadi suatu
penyesuaian menuju keseimbangan jangka panjang antar variabel. Dalam
penelitian ini uji kointegrasi menggunakan Kao Residual Cointegration
Test.
Adanya kointegrasi akan mengkoreksi fluktuasi variabel pada jangka
pendek menuju kestabilan pada keseimbangan jangka panjang. Variabel-
variabel ekonomi dalam jangka pendek dimungkinkan pengaruhnya tidak
71
sesuai dengan keinginan pelaku ekonomi. Berdasarkan hasil uji ini
diketahui bahwa nilai p-value lebih kecil dari α = 5%.
Tabel 14 Hasil Uji Kao Residual Cointegrasion
Kao Residual Cointegration Test
Series: HARGASAHAM ROA ROE DER CR EPS
Date: 04/14/17 Time: 19:19
Sample: 2011Q1 2014Q4
Included observations: 320
Null Hypothesis: No cointegration
Trend assumption: No deterministic trend
Automatic lag length selection based on AIC with a max lag of 3
Newey-West automatic bandwidth selection and Parzen kernel t-Statistic Prob.
ADF -3.149413 0.0008 Residual variance 1.64E+08
HAC variance 1.43E+08
Hasil uji Kao Residual Cointegration Test dapat diketahui bahwa
terdapat kointegrasi pada model penelitian sehingga panel VECM dipilih
sebagai alat estimasi untuk menjawab tujuan penelitian.
5. Uji Kausalitas Granger
Tahapan selanjutnya dalam model VAR/VECM adalah dengan
melakukan uji kausalitas Granger (Granger Causality). Pengujian ini
bertujuan untuk menguji hubungan antar variabel dan bukan untuk
melakukan estimasi terhadap model. Hal ini dilakukan karena sejalan
dengan tujuan penelitian yang ingin mengetahui hubungan kausalitas antar
variabel. Hasil uji kausalitas dengan metode Granger Causality dapat
dilihat dari tabel berikut ini.
72
Tabel 15 Hasil Uji Granger Causality
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 03/02/17 Time: 20:28
Sample: 2011Q1 2014Q4
Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. ROA does not Granger Cause HARGASAHAM 240 5.01623 0.0007
HARGASAHAM does not Granger Cause ROA 1.86843 0.1168 ROE does not Granger Cause HARGASAHAM 240 2.21491 0.0682
HARGASAHAM does not Granger Cause ROE 0.69007 0.5995 DER does not Granger Cause HARGASAHAM 240 1.83816 0.1223
HARGASAHAM does not Granger Cause DER 0.32031 0.8642 CR does not Granger Cause HARGASAHAM 240 1.32402 0.2618
HARGASAHAM does not Granger Cause CR 1.01743 0.3991 EPS does not Granger Cause HARGASAHAM 240 0.79169 0.5316
HARGASAHAM does not Granger Cause EPS 0.24419 0.9130 ROE does not Granger Cause ROA 240 3.97031 0.0039
ROA does not Granger Cause ROE 7.24379 2.E-05 DER does not Granger Cause ROA 240 2.32964 0.0569
ROA does not Granger Cause DER 10.7260 5.E-08 CR does not Granger Cause ROA] 240 1.97592 0.0990
ROA does not Granger Cause CR 2.15577 0.0748 EPS does not Granger Cause ROA 240 0.26707 0.8989
ROA does not Granger Cause EPS 1.31021 0.2669 DER does not Granger Cause ROE 240 3.94397 0.0041
ROE does not Granger Cause DER 20.1846 3.E-14 CR does not Granger Cause ROE 240 2.91380 0.0222
ROE does not Granger Cause CR 0.68350 0.6040 EPS does not Granger Cause ROE 240 0.78186 0.5380
ROE does not Granger Cause EPS 2.75079 0.0290 CR does not Granger Cause DER 240 0.64565 0.6305
DER does not Granger Cause CR 0.63394 0.6388 EPS does not Granger Cause DER 240 3.71014 0.0060
DER does not Granger Cause EPS 2.53829 0.0408 EPS does not Granger Cause CR 240 2.07433 0.0850
CR does not Granger Cause EPS 0.80518 0.5229
Sumber: Eviews 9
73
Berdasarkan tabel kausalitas di atas dapat diketahui bahwa secara
statistik terdapat beberapa hubungan kausalitas antar variabel. Hal ini
dapat dilihat dari nilai p-value yang dihasilkan, yaitu sebagai berikut:
a) Hasil uji kausalitas antara Return of Asset (ROA) dan Harga
Saham
Berdasarkan hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui
bahwa secara statistik variabel ROA signifikan mempengaruhi
harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang
kurang dari nilai α = 5%, yaitu sebesar 0.0007. Sementara itu harga
saham tidak mempengaruhi ROA secara signifikan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai probabilitas yang lebih besar dari α = 5%. Maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan satu arah antara
variabel ROA dan harga saham.
b) Hasil uji kausalitas antara Return of Equity (ROE) dan Harga
Saham
Dari hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui bahwa
secara statistik variabel ROE tidak signifikan mempengaruhi harga
saham. Begitupun sebaliknya, harga saham tidak mempengaruhi
ROE secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas
yang lebih besar dari α = 5%. Yang dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan kausalitas pada variable ROE dan Harga saham.
74
c) Hasil uji kausalitas antara Debt to Equity Ratio (DER) dan
Harga Saham
Berdasarkan hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui
bahwa secara statistik variabel DER tidak signifikan
mempengaruhi harga saham. Begitupun sebaliknya, harga saham
tidak mempengaruhi DER secara signifikan. Hal ini dapat dilihat
dari nilai probabilitas yang lebih besar dari α = 5%. Yang dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas pada variable
DER dan Harga saham.
d) Hasil uji kausalitas antara Current Ratio (CR) dan Harga
Saham
Dari hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui bahwa
secara statistik variable CR tidak signifikan mempengaruhi harga
saham. Begitupun sebaliknya, harga saham tidak mempengaruhi
CR secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas
yang lebih besar dari α = 5%. Yang dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan kausalitas pada variable CR dan Harga saham.
e) Hasil uji kausalitas antara Earning Per Share (EPS) dan Harga
Saham
Dari hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui bahwa
secara statistic variabel EPS tidak signifikan mempengaruhi harga
saham. Begitupun sebaliknya, harga saham tidak mempengaruhi
EPS secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas
75
yang lebih besar dari α = 5%. Yang dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan kausalitas pada variable EPS dan Harga saham.
f) Hasil uji kausalitas antara Return of Asset (ROA) dan Return
of Equity (ROE)
Berdasarkan hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui
bahwa secara statistik variabel ROE secara signifikan
mempengaruhi ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitasnya yang kurang dari nilai α = 5%, yaitu sebesar
0.0039. Sementara itu ROA tidak mempengaruhi ROE secara
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang lebih
besar dari α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan satu arah antara variablel ROA dan ROE.
g) Hasil uji kausalitas antara Return of Asset (ROA) dan Debt to
Equity Ratio (DER)
Dari hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui bahwa
secara statistik variabel DER tidak signifikan mempengaruhi ROA.
Begitupun sebaliknya, ROA tidak mempengaruhi DER secara
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang lebih
besar dari α = 5%. Yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan kausalitas pada variabel DER dan ROA.
76
h) Hasil uji kausalitas antara Return of Asset (ROA) dan Current
Ratio (CR)
Dari hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui bahwa
secara statistik variabel CR tidak signifikan mempengaruhi ROA.
Begitupun sebaliknya, ROA tidak mempengaruhi CR secara
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang lebih
besar dari α = 5%. Yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan kausalitas pada variabel CR dan ROA.
i) Hasil uji kausalitas antara Return of Asset (ROA) dan Earning
Per Share (EPS)
Berdasarkan hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui
bahwa secara statistik variabel EPS tidak signifikan mempengaruhi
ROA. Begitupun sebaliknya, ROA tidak mempengaruhi EPS
secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang
lebih besar dari α = 5%. Yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan kausalitas pada variabel EPS dan ROA.
j) Hasil uji kausalitas antara Debt to Equity Ratio (DER) dan
Return of Equity (ROE)
Dari hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui bahwa
secara statistik variabel DER secara signifikan mempengaruhi
ROE. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang kurang
dari nilai α = 5%, yaitu sebesar 0.0041. Sementara itu ROE tidak
mempengaruhi DER secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
77
nilai probabilitas yang lebih besar dari α = 5%. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan satu arah antara variabel
ROE dan DER.
k) Hasil uji kausalitas antara Current Ratio (CR) dan Return of
Equity (ROE)
Berdasarkan hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui
bahwa secara statistik variabel CR secara signifikan mempengaruhi
ROE. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang kurang
dari nilai α = 5%, yaitu sebesar 0.0222. Sementara itu ROE tidak
mempengaruhi CR secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas yang lebih besar dari α = 5%. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan satu arah antara variabel ROE dan CR.
l) Hasil uji kausalitas antara Earning Per Share (EPS) dan
Return of Equity (ROE)
Berdasarkan hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui
bahwa secara statistik variabel EPS tidak signifikan mempengaruhi
ROE. Sementara itu ROE mempengaruhi EPS secara signifikan.
Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang kurang dari
nilai α = 5%, yaitu sebesar 0.0290. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan satu arah antara variabel ROE dan EPS.
78
m) Hasil uji kausalitas antara Debt to Equity Ratio (DER) dan
Current Ratio (CR)
Dari hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui bahwa
secara statistik variabel DER tidak signifikan mempengaruhi CR.
Begitupun sebaliknya, CR tidak mempengaruhi DER secara
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang lebih
besar dari α = 5%. Yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan kausalitas pada variabel CR dan DER.
n) Hasil uji kausalitas antara Debt to Equity Ratio (DER) dan
Earning Per Share (EPS)
Dari hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui bahwa
secara statistik variabel EPS signifikan mempengaruhi DER. Hal
ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang kurang dari nilai α
= 5%, yaitu sebesar 0.0060. Begitupun sebaliknya, DER
mempengaruhi EPS secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitas yang lebih kecil dari α = 5%, yaitu sebesar
0.0408. Yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kausalitas
dua arah pada variabel EPS dan DER.
o) Hasil uji kausalitas antara Earning Per Share (EPS) dan
Current Ratio (CR)
Dari hasil uji kausalitas granger di atas dapat diketahui bahwa
secara statistik variabel EPS tidak signifikan mempengaruhi CR.
Begitupun sebaliknya, CR tidak mempengaruhi EPS secara
79
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang lebih
besar dari α = 5%. Yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan kausalitas pada variabel EPS dan CR.
6. Uji Estimasi VECM
Estimasi VECM dapat menjelaskan pengaruh jangka panjang maupun
jangka pendek antara variabel harga saham, ROA, ROE, DER, CR, dan
EPS. Hasil estimasi VECM terhadap harga saham menggunakan lag 4
sebagai lag optimal. Sedangakan untuk menganalisis pengaruh variable-
variabel di dalam model dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi
secara parsial dengan t-statistik atau uji signifikansi secara bersama-sama
dengan f-statistik. Uji t dilakukan pada level of significant (α) = 5% dan
(α) = 10% dengan nilai t tabel masing-masing sebesar1.967405, dan
1.649629. Adapun hasil estimasi VECM pada persamaan harga saham
dengan lag 4 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.16 Hasil Uji VECM
Variabel Koefisien T-Statistik Keterangan
Jangka Panjang
HARGASAHAM(-1) 1.000000
ROA(-1) -24306.03 -5.69134 Signifikan
ROE(-1) 7480.012 3.64129 Signifikan
DER(-1) -1799.992 -4.64664 Signifikan
CR(-1) -371.5566 -5.24629 Signifikan
EPS(-1) 127.5381 2.53061 Signifikan
C 269090.6
Jangka Pendek
D(HARGASAHAM(-1)) -0.082624 -1.44116 Tidak Signifikan
D(HARGASAHAM(-2)) 0.225213 5.41596 Signifikan
D(HARGASAHAM(-3)) 0.469095 12.1856 Signifikan
D(HARGASAHAM(-4)) -0.136357 -3.31751 Signifikan
D(ROA(-1)) -1282.566 -2.16720 Signifikan
80
D(ROA(-2)) -534.1166 -0.88444 Tidak Signifikan
D(ROA(-3)) -640.1151 -1.01182 Tidak Signifikan
D(ROA(-4)) -383.8168 -0.63122 Tidak Signifikan
D(ROE(-1)) 905.2398 1.98108 Signifikan
D(ROE(-2)) 651.2584 1.39269 Tidak Signifikan
D(ROE(-3)) 672.2333 1.36755 Tidak Signifikan
D(ROE(-4)) 565.7843 1.17891 Tidak Signifikan
D(DER(-1)) 32.86402 0.53936 Tidak Signifikan
D(DER(-2)) 11.92448 0.25112 Tidak Signifikan
D(DER(-3)) -109.5610 -2.25846 Signifikan
D(DER(-4)) 22.25194 0.46441 Tidak Signifikan
D(CR(-1)) -26.27582 -2.77461 Signifikan
D(CR(-2)) -39.82398 -4.78784 Signifikan
D(CR(-3)) -19.30371 -2.36246 Signifikan
D(CR(-4)) -39.10523 -5.49983 Signifikan
D(EPS(-1)) -1.105765 -0.13968 Tidak Signifikan
D(EPS(-2)) -6.353223 -0.74848 Tidak Signifikan
D(EPS(-3)) 0.744323 0.09178 Tidak Signifikan
D(EPS(-4)) -7.689935 -0.82875 Tidak Signifikan
C -785.1009 -1.51925 Tidak Signifikan
CointEq1
D(HARGASAHAM) -0.025080 -2.55210 Signifikan
D(ROA) 1.36e-05 3.91701 Signifikan
D(ROE) 1.65e-05 3.39653 Signifikan
D(DER) 2.46e-05 1.66525 Tidak Signifikan
D(CR) 0.000154 1.93922 Tidak Signifikan
D(EPS) 9.54e-05 1.12896 Tidak Signifikan Sumber: Eviews 9 (data diolah)
a) Analisa Speed of Adjustment
Berdasarkan hasil estimasi Kao Residual Cointegration
Test, dapat diketahui bahwa diantara ke enam variable dalam
penelitian ini terdapat kointegrasi yang diketahui melalui nilai
probabilitas 0.0008 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi
α=5%. Dengan demikian, dari hasil uji kointegrasi
mengindikasikan bahwa di antara harga saham, ROA, ROE,
DER, CR, dan EPS memiliki keseimbangan jangka panjang.
81
Nilai speed of adjustment dari persamaan harga saham
bernilai -0.025080. Hal ini berarti penyesuaian harga saham
untuk kembali ke ekuilibrium cukup lambat. Nilai koefisien
sebesar -0.025080 bagi harga saham menunjukkan bahwa di
ekuilibrium triwulan lalu akan dikoreksi pada triwulan
sekarang sebesar 2,508 persen, dengan kata lain harga saham
tidak begitu cepat kembali ke kondisi keseimbangannya.
Sehingga dibutuhkan 50 triwulan untuk dapat kembali ke
kondisi keseimbangan.
Selanjutnya nilai speed of adjustment untuk persamaan
Return of Asset (ROA) bernilai 0.0000136. Hal ini berarti
penyesuaian Return of Asset (ROA) untuk kembali ke
ekuilibrium cukup lambat. Nilai koefisien sebesar 0.0000136
bagi Return of Asset (ROA) menunjukkan bahwa di
ekuilibrium triwulan lalu akan dikoreksi pada triwulan
sekarang sebesar 0.013 persen, dengan kata lain Return of
Asset (ROA) tidak begitu cepat kembali ke kondisi
keseimbangannya.
Nilai speed of adjustment dari persamaan Return on Equity
(ROE) bernilai 0.0000165. Hal ini berarti penyesuaian Return
on Equity (ROE) untuk kembali ke ekuilibrium cukup lambat.
Nilai koefisien sebesar 0.0000165 bagi Return on Equity
(ROE) menunjukkan bahwa di ekuilibrium triwulan lalu akan
82
dikoreksi pada triwulan sekarang sebesar 0.016 persen, dengan
kata lain Return on Equity (ROE) tidak begitu cepat kembali ke
kondisi keseimbangannya.
b) Analisa Persamaan Jangka Panjang
Berdasarkan hasil estimasi persamaan jangka panjang dapat
diketahui bahwa dalam jangka panjang variabel ROA memiliki
hubungan yang negatif dan signifikan terhadap variabel harga
saham pada taraf nyata 5% dan 10%. Signifikansi ini dapat
dilihat dengan cara membandingkan t statistic dengan t table
sebesar 1.967405, dengan nilai koefisien untuk variable ROA
sebesar -24306.03. Koefisien negatif menunjukkan bahwa
ketika terjadi kenaikkan ROA sebesar 1% maka akan
menyebabkan penurunan harga saham sebesar 24306%.
Dalam jangka panjang hubungan antara ROE dan harga
saham adalah positive dan signifikan pada taraf nyata 5% dan
10%. Hal ini dapat dilihat dari nilai t stastistik yang lebih kecil
dari t table 1.967405. dengan koefisien ROE sebesar 7480.012
menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikkan ROE sebesar 1%
maka akan menyebabkan kenaikkan harga saham sebesar
7480%.
Pada variable DER dalam jangka panjang berdasarkan hasil
analisis diketahui bahwa DER memiliki hubungan yang
negative dan signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat
83
dilihat dari nilai t stastistik yang lebih kecil dari t table
1.967405. dengan koefisien DER sebesar -1799.992. artinya
ketika terjadi kenaikkan DER sebesar 1% maka akan
menyebabkan penurunan harga saham sebesar 1799%.
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara CR dan harga
saham adalah negatif dan signifikan pada taraf nyata 5% dan
10%. Hal ini dapat dilihat dari nilai t stastistik yang lebih kecil
dari t table 1.967405. dengan koefisien CR sebesar -371.5566
yang menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikkan CR sebesar
1% maka akan menyebabkan penurunan harga saham sebesar
371%.
Sementara itu variable lainnya dalam penelitian ini yaitu
EPS memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap harga
saham pada taraf nyata 5% dan 10% dengan nilai koefisien
sebesar 127.5381. Artinya ketika terjadi kenaikkan EPS sebesar
1% maka akan menyebabkan kenaikkan harga saham sebesar
127.5%.
c) Analisa Persamaan Jangka Pendek
Sesuai dengan hasil penghitungan lag di awal penelitian,
didapatkan bahwa lag optimal dalam penelitian ini adalah lag
empat yang kemudian digunakan untuk analisa dalam
persamaan jangka pendek.
84
Pada analisa persamaan ROA untuk jangka pendek, ROA
pada lag pertama secara negative dan signifikan pada taraf
nyata 5% dan 10% yaitu sebesar -1282.566. Artinya apabila
terjadi kenaikkan harga saham pada lag pertama sebesar 1%,
maka harga saham pada periode berjalan akan menurun sebesar
1282%.
Pada lag kedua, variable ROA negative dan tidak signifikan
terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai t statistic
sebesar -0.88444 yang lebih kecil dari t table 1.967405. pada
lag ketiga dan keempat untuk varibel ROA juga masih negative
dan tidak signifikan dengan nilai t statistic sebesar -1.01182
(lag ketiga) dan -0.63122 (lag empat) yang masih lebih kecil
dari t table 1.967405.
Selanjutnya untuk variable ROE didapatkan hasil dari
analisis pada lag pertama bahwa variable ROE bernilai positif
dan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai t statistiknya yang
sebesar 1.98108 yang lebih besar dari t table 1.967405. Nilai
koefisien yang didapat untuk varibel ROE adalah sebesar
905.2398 yang artinya jika ROE pada satu bulan lalu
meningkat sebesar 1%, maka harga saham akan meningkat
sebesar 905.23%.
Pada lag kedua, ketiga dan keempat untuk variable ROE
bersifat positif dan tidak signifikan. Hal ini berdasarkan pada
85
nilai t statistic yang lebih kecil dari t table yaitu sebesar
1.39269 (pada lag dua), 1.36755 (pada lag ketiga) dan 1.17891
(pada lag keempat).
Untuk variable berikutnya yaitu DER didapatkan dari hasil
analisis pada lag pertama positif dan tidak signifikan. Hal ini
berdasarkan pada nilai t statistic yang lebih kecil dari t table
yaitu sebesar 0.53936. Hal serupa terjadi pada lag kedua,
variable DER positif dan tidak signifikan dengan nilai t statistic
sebesar 0.25112.
Pada lag ketiga untuk variable DER, didapatkan hasil yang
negative dan signifikan dengan nilai t statistic sebesar -2.25846
yang berda di luar dari nilai t table -1.967405 dan 1.967405.
Dengan koefisien sebesar -109.5610, artinya jika DER pada
satu bulan lalu mengalami kenaikkan sebesar 1% maka akan
terjadi penurunan harga saham sebesar 109%.
Pada lag keempat untuk variable DER didapatkan hasil
yang positif dan tidak signifikan dengan nilai t statistic sebesar
0.46441 yang lebih kecil dari t table 1.967405.
Selanjutnya analisis untuk variable CR ditemukan hasil
pada lag pertama variable CR negatif dan signifikan terhadap
harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai t statistic sebesar -
2.77461, dengan nilai koefisien sebesar -26.27582. Nilai
86
koefisien ini berarti jika CR pada satu bulan lalu naik sebesar
1%, maka akan menurunkan harga saham sebesar 26.27%
Hal yang sama terjadi pada analisis CR pada lag kedua
bersifat negative dan signifikan dengan t statistic sebesar -
4.78784 dan koefisien sebesar -39.82396. Artinya jika CR pada
satu bulan lalu naik sebesar 1%, maka akan menurunkan harga
saham sebesar 39.83%
Pada lag ketiga variable CR juga bersifat negative dan
signifikan dengan t statistic sebesar -2.36246 dan koefisien
sebesar -19.30371. Artinya jika CR pada satu bulan lalu naik
sebesar 1%, maka akan menurunkan harga saham sebesar
19.30%.
Pada lag keempat variable CR juga bersifat negative dan
signifikan dengan t statistic sebesar -5.49983 dan koefisien
sebesar -39.10523. Artinya jika CR pada satu bulan lalu naik
sebesar 1%, maka akan menurunkan harga saham sebesar 39%.
7. Uji IRF (Impulse Response Function)
Impulse Response Function Test (IRF) digunakan untuk melihat
pengaruh shock dari suatu variable terhadap variable lain. Suatu shock
pada variabel endogen akan mempengaruhi variabel itu sendiri dan
akan menjalar ke variabel-variabel endogen lainnya. IRF memberikan
arah hubungan besarnya pengaruh antar variabel endogen. Estimasi
yang dilakukan dalam IRF dititikberatkan pada respon suatu variabel pada
87
perubahan satu standar deviasi dari variabel itu sendiri maupun dari
variabel lainnya yang terdapat dalam model VECM.
Sumbu horizontal merupakan waktu dalam periode hari kedepan
setelah terjadinya shock, sedangkan sumbu vertikal adalah nilai respon.
Secara mendasar dalam analisis ini akan diketahui respon positif atau
negative dari suatu variable terhadap variable lainnnya. Respon yang
dihasilkan dalam jangka pendek biasanya cukup signifikan dan cenderung
fluktuatif. Impulse Response function memberikan gambaran bagaimana
respon suatu variable di masa mendatang jika terjadi gangguan pada suatu
variable lainnya (BAPEPAM, 2008 dalam Dini Nur Oktaviani 2011).
Adapun grafik dari hasil uji impulse response function adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.3Grafik Response Harga Saham terhadap guncangan variable ROA,
ROE, DER, CR, EPS
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to HARGASAHAM
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to ROA
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to ROE
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to DER
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to CR
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to EPS
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to HARGASAHAM
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to ROA
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to ROE
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to DER
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to CR
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to EPS
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to HARGASAHAM
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to ROA
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to ROE
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to DER
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to CR
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to EPS
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to HARGASAHAM
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to ROA
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to ROE
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to DER
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to CR
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to EPS
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to HARGASAHAM
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to ROA
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to ROE
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to DER
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to CR
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to EPS
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to HARGASAHAM
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to ROA
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to ROE
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to DER
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to CR
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to EPS
Response to Cholesky One S.D. Innovations
88
Sumber : Eviews 9 (data diolah)
Analisis impulse response function mampu melacak respon dari variabel
endogen yang diakibatkan oleh adanya shock atau guncangan dalam variabel
gangguan. Untuk lebih rinci dalam melihat shock yang terjadi dalam setiap
variabel, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.17 Shock pada Impulse Response Function
Response of HARGASAHAM:
Period HARGASAHAM ROA ROE DER CR EPS 1 6751.624 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 5593.609 410.2483 1432.723 1213.864 -734.1818 -216.7277
3 6773.824 1048.732 1644.752 1976.173 -1992.925 -321.4880
4 9454.583 1251.803 1620.503 1316.782 -2297.324 -27.84003
5 7674.914 1787.316 2906.095 3467.941 -3918.563 -264.9394
6 8912.670 1375.073 2742.052 3167.531 -3762.964 5.030115
7 9274.191 2101.826 2701.907 3697.357 -4062.536 -0.657560
8 8505.250 2654.608 3078.233 4141.974 -3999.312 -56.88564
9 9233.998 2947.278 3253.443 4409.576 -3879.555 -206.7181
10 9020.013 3221.674 3402.866 4471.558 -3615.449 -298.6499
11 8689.891 3879.018 3502.222 4902.547 -3497.366 -473.3050
12 9080.335 4282.138 3591.450 4609.796 -2993.958 -526.8956
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to HARGASAHAM
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to ROA
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to ROE
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to DER
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to CR
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to EPS
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to HARGASAHAM
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to ROA
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to ROE
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to DER
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to CR
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to EPS
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to HARGASAHAM
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to ROA
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to ROE
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to DER
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to CR
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to EPS
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to HARGASAHAM
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to ROA
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to ROE
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to DER
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to CR
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to EPS
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to HARGASAHAM
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to ROA
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to ROE
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to DER
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to CR
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to EPS
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to HARGASAHAM
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to ROA
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to ROE
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to DER
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to CR
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to EPS
Response to Cholesky One S.D. Innovations
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to HARGASAHAM
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to ROA
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to ROE
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to DER
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to CR
-5,000
0
5,000
10,000
5 10 15 20 25 30 35
Response of HARGASAHAM to EPS
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to HARGASAHAM
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to ROA
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to ROE
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to DER
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to CR
-1
0
1
2
3
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROA to EPS
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to HARGASAHAM
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to ROA
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to ROE
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to DER
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to CR
-2
0
2
4
6
5 10 15 20 25 30 35
Response of ROE to EPS
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to HARGASAHAM
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to ROA
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to ROE
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to DER
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to CR
-5
0
5
10
5 10 15 20 25 30 35
Response of DER to EPS
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to HARGASAHAM
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to ROA
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to ROE
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to DER
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to CR
-40
-20
0
20
40
60
5 10 15 20 25 30 35
Response of CR to EPS
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to HARGASAHAM
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to ROA
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to ROE
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to DER
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to CR
0
100
200
5 10 15 20 25 30 35
Response of EPS to EPS
Response to Cholesky One S.D. Innovations
89
13 8713.951 4661.154 3925.929 4914.507 -2966.020 -761.0162
14 8707.893 4764.429 3970.703 4831.677 -2677.331 -811.2381
15 8722.711 5157.190 3978.308 4898.459 -2489.350 -883.5489
16 8503.819 5446.633 4169.742 4794.576 -2256.528 -920.9537
17 8541.133 5569.128 4286.216 4792.597 -2159.492 -1023.521
18 8502.073 5592.731 4308.605 4741.309 -2010.732 -1009.254
19 8346.380 5795.045 4332.001 4813.069 -1931.840 -1021.957
20 8386.708 5917.047 4433.246 4623.884 -1763.278 -987.1666
21 8335.823 5962.303 4515.486 4627.724 -1751.068 -1038.221
22 8300.385 5915.743 4510.117 4622.772 -1691.941 -983.4804
23 8285.887 5992.419 4497.320 4623.056 -1643.734 -951.4431
24 8245.635 6062.002 4613.436 4506.278 -1580.542 -904.9440
25 8259.388 6049.896 4641.658 4489.437 -1590.052 -923.5074
26 8264.795 5986.119 4614.095 4505.051 -1576.210 -851.5855
27 8225.044 6011.533 4611.564 4518.925 -1567.318 -815.4980
28 8229.126 6046.926 4716.290 4414.316 -1536.273 -766.4978
29 8249.112 6027.227 4720.019 4404.736 -1561.138 -777.5501
30 8248.199 5968.368 4683.870 4447.856 -1570.221 -705.8096
31 8240.206 5966.572 4679.842 4450.947 -1565.534 -674.8270
32 8232.248 5997.408 4790.381 4368.662 -1555.089 -637.0561
33 8258.391 5980.369 4774.371 4364.317 -1580.384 -648.2217
34 8267.709 5932.911 4728.344 4416.509 -1592.532 -580.1312
35 8254.742 5922.297 4732.021 4420.909 -1590.283 -561.9298
36 8248.590 5952.055 4844.727 4345.769 -1584.031 -535.6745
37 8277.687 5942.664 4813.558 4344.929 -1605.990 -548.5857
38 8282.544 5907.194 4762.348 4405.758 -1617.967 -485.2692
39 8273.498 5890.950 4770.845 4405.563 -1612.486 -479.1703
40 8263.129 5922.513 4887.341 4334.367 -1607.375 -463.4811
41 8291.779 5919.605 4843.609 4337.191 -1626.074 -477.0145
42 8296.981 5892.573 4787.136 4401.416 -1635.317 -416.4845
43 8286.070 5872.964 4801.473 4398.079 -1627.858 -421.6397
44 8273.224 5905.597 4921.087 4327.401 -1622.135 -414.1604
45 8302.979 5907.249 4865.796 4332.951 -1638.360 -426.3298
46 8305.978 5885.964 4805.696 4400.439 -1645.874 -367.2137
47 8294.641 5863.040 4825.202 4393.191 -1636.788 -382.0874
48 8279.814 5896.569 4947.814 4321.605 -1630.345 -380.8816
49 8310.183 5901.203 4881.983 4330.353 -1645.439 -390.1397
50 8312.213 5883.212 4818.884 4400.314 -1651.688 -331.2435
51 8299.883 5857.358 4843.636 4389.430 -1641.833 -354.8414
52 8283.599 5891.741 4969.105 4316.248 -1634.698 -358.4450
53 8315.452 5898.223 4893.144 4328.212 -1649.403 -363.5676
54 8316.212 5882.024 4827.968 4400.823 -1655.070 -304.3289
55 8303.073 5853.503 4857.949 4386.256 -1644.816 -335.9529
56 8285.868 5889.019 4986.163 4311.056 -1636.964 -343.3136
57 8319.334 5896.704 4900.416 4326.538 -1651.853 -343.4793
58 8319.013 5881.215 4833.838 4401.839 -1657.261 -283.6575
59 8305.013 5850.384 4869.178 4383.535 -1646.804 -322.8902
60 8287.118 5887.438 5000.073 4306.128 -1638.178 -333.2502 Sumber: Eviews 9 (data diolah)
90
a) Analisis Impulse Response function untuk Harga Saham
Pada gambar 4.1 menunjukkan guncangan yang terjadi dalam
variable ROA yang direspon positif sepanjang periode peramalan.
Guncangan terjadi pada periode 6, lalu kestabilan harga saham
dalam menghadapi guncangan ROA mulai terlihat pada periode 7.
Dalam teorinya, harga saham mencerminkan ekspektasi atau
harapan investor akan aktivitas ekonomi riil di masa mendatang.
Peningkatan ROA akan meningkatkan daya tarik perusahaan dan
akan berakibat pada tingginya permintaan atas saham sehingga
meningkatkan harga saham.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gatiningsih
(2009) yang menguji bahwa dalam jangka pendek, semakin tinggi
ROA maka akan semakin baik keadaan perusahaan sector
consumer goods dan menunjukkan bahwa perusahaan lebih efektif
dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan laba. Sedangkan
dalam jangka panjang, peningkatan ROA negative dan signifikan
terhadap harga saham syariah. Pernyataan ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Stella (2009) dan Subiyanto dan
Andreani (2003) yang menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh
terhadap harga saham dalam jangka panjang.
Guncangan untuk variable ROE direspon positif oleh harga
saham selama periode peramalan hal ini dapat dilihat terhjadi pada
periode 4, artinya ketika terjadi peningkatan ROE maka akan
91
terjadi pula peningkatan harga saham. Hal ini sejalan dengan teori
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara ROE dan harga saham syariah. Selain itu
didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Astuti
(2002) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham yang listing di Bursa Efek
Indonesia. ROE merupakan rasio yang memberikan informasi pada
para investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal
dari perusahaan berdasarkan kinerja perusahaan menghasilkan
laba.
Semakin tinggi nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin
menguntungkan oleh para investor. Sebab itu investor
kemungkinan akan mencari saham ini sehingga menyebabkan
permintaan bertambah dan harga penawaran dipasar sekunder
tergolong naik (Chastina Yolana dan Dwi Martani, 2005).
Respon yang positif kembali di tunjukkan oleh variable
lainnya dalam penelitian ini yaitu DER. Guncangan terjadi pada
periode 3, lalu mulai mengalami peningkatan yang signifikan pada
periode 5. DER (Debt to Euity Ratio) mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang.
92
Namun menurut Fara Dharmastuti (2004), Debt to Equity
Ratio perusahaan yang tinggi cenderung mengakibatkan harga
saham yang menurun. Hal ini dikarenakan perusahaan cenderung
untuk menggunakan laba perusahaan untuk membayar utangnya
dibandingkan dengan membagi dividen. Sebaliknya, Debt to
Equity Ratio (DER) yang kecil menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan semakin baik dan hal ini yang menyebabkan tingkat
pengembalian yang semakin tinggi dan berpengaruh terhadap
minat investor untuk membeli saham pada perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, DER berpengaruh terhadap perubahan harga
saham.
Respon lainnya di tunjukkan oleh Current Ratio (CR), respon
variable CR atau harga saham akibat adanya shock pada harga
saham atau CR secara grafis dapat ditunjukkan pada gambar 4.1.
Grafik menunjukkan adanya respon negative harga saham terhadap
variable CR. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikkan harga saham
akan menyebabkan menurunnya CR. Respon negative CR
ditunjukkan sejak awal periode yaitu periode 2 dan terus
mengalami penurunan yang drastic. Adapun sedikit peningkatan
terjadi pada periode 11, dan terus meningkat secara berkala.
Menurut Sawir (2005) current ratio (CR) yang rendah
biasanya menunjukkan adanya masalah dalam likuiditas
perusahaan sehingga menurunkan harga saham perusahaan yang
93
bersangkutan, karena investor akan memilih saham perusahaan
yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Namun current ratio
yang terlalu tinggi belum tentu menunjukkan keadaan perusahaan
dalam kondisi baik. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan terdapat
banyak dana perusahaan yang tidak diputar baik itu karena
penurunan produktivitas perusaan ataupun pendapatan laba
perusahaan.
Respon yang cenderung negative juga ditunjukkan oleh
variable EPS terhadap harga saham. Guncangan dimulai dari awal
periode 2 dan terus berfluktuasi hingga periode 9. Padahal dalam
jangka panjang EPS menunjukkan pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap harga saham. Dalam periode penelitian EPS
menunjukkan hasil yang berpengaruh terhadap harga saham.
Dalam praktiknya, EPS sangat penting untuk melakukan
penilaian berapa perkiraan potensi pendapatan yang dapat diterima
jika membeli suatu saham. EPS (Earning Per Share) menunjukan
kemampuan dalam mengahasilkan keuntungan bersih dalam setiap
lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS maka akan meningkatkan
harga saham dan akan menguntungkan perusahaan (Fica
Marcellyna, 2013). Penelitian lain yang menunjukkan hal yang
sama dilakukan oleh Mas’ud Machfoed (1994) dan Roma Uly
Juliana sulardi (2003) yang menyatakan bahwa EPS dapat
94
digunakan sebagai prediktor harga saham yang akan datang yang
mempunyai pengaruh positif.
8. Uji VD (Variance Decomposition)
Analisis variance decomposition dapat menggambarkan
pentingnya peran dari setiap variable di dalam system VAR atau
VECM karena adanya shock. Variance decomposition berguna untuk
memprediksi variable tertentu di dalam system VAR. Secara umum,
shock terbesar yang mempengaruhi keragaman dari masing-masing
variable adalah shock yang berasal dari variable itu sendiri.
Dengan menggunakan analisis VD dalam penelitian ini maka
diperoleh gambaran bagaiana pengaruh perkembangan variable ROA,
ROE, DER, CR, EPS terhadap harga saham perusahaan consumer
goods. Hasil output variance decomposition diperoleh melalui program
Eviews 9 dapat diliha t pada table berikut ini:
Tabel 4.18 Hasil Uji Variance Decomposition
Variance Decomposition of HARGASAHAM:
Period S.E. HARGASAHAM ROA ROE DER CR EPS 1 6751.624 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 9008.516 94.72547 0.207390 2.529403 1.815657 0.664203 0.057879
3 11782.34 88.42712 0.913493 3.427306 3.874508 3.249287 0.108285
4 15473.14 88.60934 1.184186 3.084118 2.970804 4.088443 0.063112
5 18368.84 80.33185 1.787018 4.691363 5.672334 7.451853 0.065585
6 21223.87 77.80766 1.758337 5.183269 6.476265 8.725335 0.049133
7 24049.03 75.47209 2.133314 5.299241 7.407715 9.649370 0.038267
8 26464.53 72.65240 2.767831 5.728960 8.566728 10.25202 0.032062
9 28973.22 70.77314 3.344049 6.040745 9.463757 10.34647 0.031841
10 31239.75 69.21289 3.939937 6.382514 10.18914 10.23899 0.036527
11 33395.20 67.33785 4.796953 6.685017 11.07144 10.05669 0.052051
12 35488.29 66.17582 5.703759 6.943874 11.49128 9.617134 0.068136
13 37496.93 64.67645 6.654285 7.316069 12.01090 9.240073 0.102222
14 39388.89 63.49989 7.493490 7.646344 12.38947 8.835753 0.135056
15 41242.77 62.39257 8.398576 7.904847 12.71134 8.423578 0.169082
95
16 43003.05 61.29968 9.329278 8.211143 12.93509 8.023425 0.201388
17 44724.49 60.31869 10.17548 8.509669 13.10680 7.650807 0.238556
18 46367.55 59.48177 10.92196 8.780731 13.23997 7.306246 0.269326
19 47957.29 58.63249 11.67002 9.024188 13.38397 6.992149 0.297177
20 49501.19 57.90260 12.38225 9.272124 13.43466 6.689678 0.318698
21 51003.46 57.21303 13.03013 9.517770 13.47816 6.419275 0.341637
22 52447.94 56.60960 13.59450 9.740195 13.52284 6.174622 0.358240
23 53856.82 56.05355 14.13055 9.934569 13.56143 5.948944 0.370951
24 55228.64 55.53256 14.64206 10.14495 13.56184 5.738983 0.379600
25 56569.45 55.06302 15.09995 10.34300 13.55640 5.549163 0.388470
26 57870.87 54.65390 15.49841 10.51874 13.55954 5.376569 0.392848
27 59140.82 54.26611 15.87318 10.67987 13.56730 5.218376 0.395172
28 60387.06 53.90641 16.22749 10.85358 13.54745 5.069930 0.395141
29 61609.21 53.58169 16.54714 11.01419 13.52645 4.934988 0.395547
30 62801.55 53.29137 16.82795 11.15618 13.51931 4.811892 0.393301
31 63969.95 53.02174 17.08880 11.28756 13.51408 4.697614 0.390194
32 65121.04 52.76192 17.33819 11.43317 13.49059 4.590034 0.386091
33 66253.12 52.52797 17.56551 11.56509 13.46743 4.491414 0.382583
34 67362.94 52.31776 17.76719 11.67985 13.45718 4.400528 0.377497
35 68452.62 52.11956 17.95454 11.78883 13.44925 4.315514 0.372313
Sumber: Eviews 9 (data diolah)
Dari table hasil variance decomposition di atas dapat dilihat bahwa
kontribusi terbesar yang mempengaruhi variable harga saham adalah
variable itu sendiri sebesar 100%. Kontribusi varian variable harga
saham terus menurun hingga akhir periode (periode 35), bahkan di
akhir periode variable harga saham masih berkontribusi lebih dari
setengahnya. Penurunan kontribusi varian variable harga saham
dimulai dari periode 2 menjadi sebesar 95.72547%, dan sisanya
dipengaruhi oleh variable ROA sebesar 0.207390%, ROE sebesar
2.529403%, DER sebesar 1.815657%, CR sebesar 0.664203% dan
EPS sebesar 0.057879%.
Pada periode 4 dan 5 terjadi penurunan kontribusi yang cukup
berarti untuk variable harga saham, yaitu dari 88.60934% pada periode
4 ke 80.33185% pada periode 5. Kontribusi variable lain dalam
periode 4 adalah ROA sebesar 1.184186%, ROE sebesar 3.084118,
96
DER sebesar 2.970804%, CR sebesar 4.088443 dan EPS sebesar
0.063112%. Sementara itu kontribusi variable lain yang terjadi pada
periode 5 adalah ROA sebesar 1.787018%, ROE sebesar 4.691363%,
DER sebesar 2.970804%, CR sebesar 7.451853%, dan EPS sebesar
0.065585%. Ketika terjadi penurunan kontribusi pada variable harga
saham pada periode 4 dan 5, di waktu yang sama kontribusi untuk
variable ROA, ROE, DER, CR, dan EPS malah meningkat untuk
masing-masing variabel.
Penurunan kontribusi terus terjadi untuk variable harga saham.
Pada periode 11 dan 12, kontribusi harga saham menurun dari
67.33785% ke 66.17582%. Hal yang berbeda terjadi pada ROA yang
mengalami peningaktan kontribusi dari 4.796953% ke 5.703759%,
ROE dari 6.685017% ke 6.943874%, DER dari 11.07144% ke
11.49128% dan EPS dari 0.052051% ke 0.068136%. Sementara untuk
variable CR terjadi perubahan kontribusi, dari awalnya terjadi
kenaikan kontribusi, pada periode ini CR mulai mengalami penurunan
kontribusi, yaitu CR dari 10.05669% ke 9.617134%.
Pada periode 29 dan 30, hal yang sama masih terjadi pada variable
harga saham yang kontribusinya menurun dari 53.58169% ke
53.29137%. Variable ROA mengalami kenaikkan kontribusi dari
16.54714% ke 16.82795%, ROE dari 11.01419% ke 11.15618%,
sedangakan untuk variable lainnya mengalami penurunan kontribusi,
yaitu DER dari 13.52645% ke 13.51931%, EPS dari 0.395547% ke
97
0.393301. Sementara itu untuk variable CR terus mengalami
penurunan kontribusi hingga 4.934988% ke 4.811892%.
C. Analisis Ekonomi
Naik turunnya harga saham dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi dan
beberapa faktor seperti pergantian struktur manajerial/direksi, rasio keuangan,
ataupun citra perusahaan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, factor
yang dipercaya memiliki pengaruh dalam naik turunnya harga saham adalah
Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt to Equity (DER),
Current Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS).
Berdasarkan uji VECM yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dalam
jangka panjang, semua variable yaitu Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE), Debt to Equity (DER), Current Ratio (CR) dan Earning Per
Share (EPS) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
perusahaan consumer goods. Dimana untuk variable ROA, DER dan CR
memiliki pengaruh yang negative dan ROE, EPS memiliki pengaruh yang
positif. Adapun rincian pengaruh dan analisis ekonomi untuk masing-masing
variable adalah sebagai berikut:
1. Return On Asset (ROA)
Dalam jangka panjang, berdasarkan hasil uji VECM, untuk
variable ROA berpengaruh negative dan signifikan terhadap harga
saham. Sehingga setiap peningkatan pada ROA akan menyebabkan
penurunan pada harga saham. Pernyataan ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Stella (2009) dan Subiyanto dan
98
Andreani (2003) yang menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh
terhadap harga saham dalam jangka panjang.
Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dan aktiva untuk mengukur tingkat pengambilan
investasi total (Stoner dan Sirait, 1994). Artinya semakin tinggi ROA
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan.
ROA menjadi hal yang dipertimbangkan oleh investor dalam
berinvestasi karena berperan sebagai indikator efisiensi perusahaan.
Dalam penelitian ini, ROA berpengaruh sebaliknya (nagatif dan
signifikan) baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Elis Darnita(2013). Nilai
ROA yang fluktuatif tidak sebanding dengan harga saham yang selalu
mengalami peningkatan. Dalam kondisi ini menggambarkan bahwa
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba sangat rendah.
Karena perusahaan lebih banyak memiliki aktiva daripada laba bersih.
Baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, variable ROA
menunjukkan koefisien yang negative, artinya jika ROA mengalami
peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan. Akan
tetapi bukan berarti semakin tinggi ROA akan selalu meningkatkan
harga saham. Artinya perusahaan masih perlu lebih baik dalam
pengelolaan asset untuk menghasilkan laba, semakin tinggi ROA tidak
mempengaruhi harga saham yang ditentukan, begitu juga sebaliknya.
99
2. Return On Equity (ROE)
Berdasarkan hasil uji VECM didapatkan hasil bahwa dalam jangka
pendek dan jangka panjang variable Return On Equity (ROE)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Rasio ROE
merupakan rasio laba bersih yang dibandingkan dengan modal sendiri
yang digunakan sebagai ukuran atas upaya perusahaan dalam
menghasilkan laba untuk diberikan kepada para pemegang saham.
Menurut Chan et al (2012) ROE yang terus meningkat
menunjukkan bahwa manajemen memberikan pemegang saham
keuntungan yang meningkat setiap tahun untuk investasi mereka.
Dalam penelitian Kalunda dan Haryati (2012) didapatkan bahwa ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan dengan perusahaan
consumer goods dalam penelitian ini. Hasil ini membuktikan bahwa
investor percaya ROE dapat menunjukkan efisiensi kinerja perusahaan
dan merupakan salah satu obyek investasi yang aman. ROE yang
mengalami kenaikkan akan mampu menarik minat pemodal untuk
berinvestasi pada saham perusahaan sehingga harga saham akan
mengalami peningkatan.
3. Debt to Equity Ratio (DER)
Berdasarkan hasi uji VECM dari penelitian ini adalah DER
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham baik
100
dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Artinya ketika terjadi
peningkatan pada variabel DER sebesar 1% maka akan menurunkan
harga saham perusahaan consumer goods.
Dalam praktiknya debt to equity ratio (DER) digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk dijadikan jaminan semua
hutang dengan membandingkan total hutang perusahaan dengan modal
asli. Peningkatan DER akan menimbulkan dampak yang buruk
terhadap kinerja perusahaan karena tingkat hutang yang semakin tinggi
berarti beban bunga semakin besar, yang berarti akan mengurangi
keuntungan perusahaan dan hal ini berpengaruh terhadap minat
investor untuk membeli saham pada perusahaan tersebut.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa DER
berpengaruh negatif terhadap harga saham. Nilaia DER yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan sangat bergantung pada pihak luar
dalam mendanai kegiatan sehingga beban perusahaan juga meningkat.
Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Suroto (2012) yang menyatakan bahwa DER memiliki
pengaruh negative dan signifikan terhadap harga saham.
4. Current Ratio (CR)
Berdasarkan uji VECM yang telah dilakukan dalam penelitian ini
didapatkan hasil yang menunjukan bahwa CR berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham dalam jangka panjang dan pendek.
101
Current Ratio (CR) berfungsi untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar. Artinya semakin besar nilai CR, maka
akan semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan.
Hal inilah yang nantinya akan menyebabkan dana menganggur
yang cukup tinggi dan menyebabkan perusahaan kehilangan
kesempatan untuk memanfaatkan dana yang menganggur demi
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) yang menemukan bahwa
CR berpengaruh negative dan signifikan terhadap harga saham.
5. Earnings Per Share (EPS)
Hasil uji VECM yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
syariah pada jangka panjang. Hal ini berarti bila terjadi peningkatan
terhadap EPS sebesar 1% maka juga akan meningkatkan harga saham
syariah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan ketika nilai EPS
meningkat maka harga saham syariah juga akan meningkat atau
berhubungan positif.
Dalam jangka pendek hubungan antara EPS dan harga saham
adalah tidak signifikan. Hal ini karena EPS menggambarkan
keuntungan yang akan diperoleh investor atas jumlah saham yang
dimilikinya sesuai dengan semua hal yang telah diraih perusahaan.
102
Ketika besar laba yang diberikan dalam setiap lembar saham
bertambah maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk
berinvestasi terhadap harga saham perusahaan tersebut sehingga
permintaan terhadap harga saham akan naik dan tentu menyebabkan
naiknya harga saham.
Dalam jangka panjang maka penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putu dan Suaryana (2013) yang
menyatakan bahwa EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham. Penelitin ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan
Brigham dan Houston dalam Mamik bahwa perubahan dalam
penggunaaan hutang juga akan berakibat pada perubahan EPS
sehingga akan mengakibatkan perubahan harga saham, artinya jika
suatu perusahaan kurang baik dalam melakukan pengelolaan
penggunaan hutang maka akan berdampak pada penurunan laba
perlembar saham yang dibagikan pada investor, walaupun harga
sahamnya tinggi.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dan fakta-fakta yang ditemukan pada penelitian
tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan
Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di ISSI Periode 2011-2014” hasil
analisis ini dilakukan terhadap sampel 20 emiten syariah sektor consumer goods
selama kuartal 1 2011 sampai degnan kuartal 4 2014 adalah sebagai berikut:
1. Bedasarkan hasil analisis secara grafik dari impulse response function
dapat diketahui bahwa untuk variabel Return On Asset (ROA) shock
yang terjadi pada variable ROA dalam periode 2011-2014 secara
kuartal akan direspon positif oleh harga saham dari 20 perusahaan
consumer goods yang terdaftar di ISSI. Peningkatan ROA dipercaya
akan meningkatkan daya tarik perusahaan sehingga akan
meningkatkan harga saham, walaupun tentunya peningkatan harga
saham tergantung dari kinerja perusahaan dan faktor lain yang
mempengaruhinya.
2. Bedasarkan hasil analisis secara grafik dari impulse response function
dapat diketahui bahwa untuk variabel Return On quity (ROE) shock
yang terjadi pada variable ROE dalam periode 2011-2014 secara
kuartal akan direspon positif oleh harga saham dari 20 perusahaan
consumer goods yang terdaftar di ISSI.Semakin tinggi nilai ROE
104
maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan oleh para
investor
3. Bedasarkan hasil analisis secara grafik dari impulse response function
dapat diketahui bahwa untuk variabel Debt to Equity Ratio (DER)
shock yang terjadi pada variable DER dalam periode 2011-2014 secara
kuartal akan direspon positif oleh harga saham dari 20 perusahaan
consumer goods yang terdaftar di ISSI. Akan tetapi DER yang terus
meningkat cenderung mengakibatkan harga saham yang menurun. Hal
ini dikarenakan perusahaan cenderung untuk menggunakan laba
perusahaan untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi
dividen
4. Bedasarkan hasil analisis secara grafik dari impulse response function
dapat diketahui bahwa untuk variabel Current Ratio (CR) shock yang
terjadi pada variable CR dalam periode 2011-2014 secara kuartal akan
direspon negatif oleh harga saham dari 20 perusahaan consumer goods
yang terdaftar di ISSI. Current ratio yang tinggi belum tentu akan
menaikka harga saham perusahaan, karena current ratio yang tinggi
belum tentu menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan yang cukup
baik. Hal ini karena ada kemungkinan terdapat banyak dana
perusahaan yang tidak diputar baik itu karena penurunan produktivitas
perusaan ataupun pendapatan laba perusahaan.
5. Bedasarkan hasil analisis secara grafik dari impulse response function
dapat diketahui bahwa untuk variabel EarningPer Share (EPS) shock
105
yang terjadi pada variable EPS dalam periode 2011-2014 secara
kuartal akan direspon cenderung positif oleh harga saham dari 20
perusahaan consumer goods yang terdaftar di ISSI. Artinya semakin
tinggi nilai EPS maka akan meningkatkan harga saham dan akan
menguntungkan perusahaan
6. Dalam hasil uji variance decomposition, variable ROA, ROE, DER,
CR, EPS cenderung memberikan varian perubahan yang cukup pada
perubahan harga saham. Pengaruh perubahan yang cukup besar dalam
mempengaruhi harga saham adalah variable ROA dan ROE dalam
jangka waktu 3 tahun. Sedangakan variable lainnya terutama CR
memberikan pengaruh yang terus menurun dalam setiap periode yang
dialami 20 perusahaan consumer goods yang terdaftar di ISSI dari
tahun 2011-2014.
B. Saran
Dari hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh, maka hendaknya investor
atau calon investor lebih mempertimbangkan berbagai macam faktor yang
mempengaruhi harga saham. Investor juga harus lebih selektif lagi dalam
menilai laporan keuangan suatu perusahaan karena dikhawatirkan laporan
keuangan yang ada tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.
Selanjutnya perusahaan harus lebih maksimal dalam memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki dan dipercayakan kepadanya untuk meningkatkan
pertumbuhan usaha, sehingga para investor lebih percaya lagi untuk
menanamkan modalnya dan perusahaan juga harus memperhatikan rasio
106
solvabilitas perusahaan dengan mengoptimalkan penggunaan dana yang
diperoleh dari hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek untuk operasi
perusahaan sehingga beban yang ditanggung perusahaan tidak terlalu berat.
Perusahaan juga harus selalu memperhatikan setiap keputusan yang diambil
terutama keputusan yang mempengaruhi profitabilitas dan likuiditas perusahaan.
Hal ini dikarenakan profitabilitas dan likuiditas perusahaan memiliki pengaruh
positif terhadap harga saham. Sebisa mungkin perusahaan harus mengambil
keputusan yang dapat meningkatkan keduanya agar harga saham syariah juga
meningkat pula.
Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, hendakanya lebih memperpanjang
jumlah periode pengamatan serta memperhitungkan kondisi makroekonomi dan
faktor lainnya dan juga menggunakan jenis perusahaan yang berbeda sehingga
dapat diketahui pengaruhnya terhadap perusahaan disektor-sektor lain dan dapat
dilakukan suatu perbandingan.
107
DAFTAR PUSTAKA
Biyanti, Arini Faranisa RT Thresna, ”Analisis Pengaruh EPS, ROA dan Financial
Leverage Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Consumer Goods yang
Terdaftar di ISSI Periode Januari 2009-Desember 2011”, Jurnal Bijak Vol.
XI No 2, Sekolah Tinggti Ilmu Administrasi Mandala Indonesia, 2014.
Bungin, M Burhan, “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi
dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”, Jakarta: Prenada
Media Group, 2008.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M Fakhruddin, “Pasar Modal Indonesia (Edisi
Kedua)”, Jakarta: Salmeba Empat, 2006.
Deitiana, Tita, “Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Deviden
terhadap Hrga Saham”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13 No 1, STIE
Trisakti, 2011.
Divisi Edukasi PT Bursa Efek Indonesia, Sekolah Pasar Modal Syariah, 2015.
Fathoni, Erik Mahfud, “Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental terhadap Harga
Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013”, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014.
Febianto, Alvin, “Pengaruh ROA, CR, DER, Dividen, Laba Bersih dan DPR
Terhadap Harga Saham Syariah pada Perusahaan yang Terdaftar di JII
Periode 2009-2014“, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015.
Firdaus, Muhammad dkk, “Sistem Keuangan dan Investasi Syariah”, Jakarta:
Renaisan, 2005.
Hamid, Abdul, “Pasar Modal Syariah”, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009.
Hamja, Yahya, “Materi Kuliah Ekonometri”, Jakarta: Global Future Institute
Cetakan Kedua, 2014.
Hanafi, Waldi, “Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan, Suku Bunga
dan Kurs (IDR/USD) Terhap Beta Saham Syariah (Studi Kasus pada JII
Tahun 2010-2014)”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2016.
Hutami, Rescyana Putri, “Pengaruh DPS, ROE dan NPM Terhadap Harga Saham
Perusahaan Industri Manufaktur yang Tercatat di BEI Periode 2006-2010”,
Jurnal Nominal Vol I No I, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta, 2012.
108
Ihsan, Dwi Nur’aini, “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2013.
Indra, A Zubaidi, “Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Risiko
Saham”, Jurnal Bisnis dan Manajemen: ISSN 1411-9366, 2006.
Jija, Shochrul R,dkk, “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Jakarta: Salemba Empat,
2011.
Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi Ketiga)”, Yogyakarta:
BPFE, 2008.
Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan Indinanjaya, “Manajemen Investasi:
Pendekatan Teknikal Dan Fundamental Untuk Analisis Saham (Edisi
Pertama), Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Laporan Otoritas Jasa Keuangan Triwulan IV 2014.
Mailangkay, Jeina, “Integrasi Pasar Modaldan Beberapa Bursa di Dunia Periode
Januari 2013-Maret 2013”, Jurnal EMBA Vol.1 No 3: ISSN 2303-1174,
2013.
Martalena dan Maya Malinda, “Pengantar Pasar Modal”, Yogyakarta: Andi,
2011.
Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, “Penggunaan Teknik
Ekonometri (Edisis Revisi)”, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008.
Pujiati, Amin, “Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Karesidenan Semarang Era
Desentralisasi Fiskal”, Jurnal Ekonomi Pembangunan (Kajian Ekonomi
Negara Berkembang), Universitas Negeri Semarang, 2007
Rodoni, Ahmad, “Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal”,
Jakarta: Center for Social Econimicst Studies (CSES) Press, 2005.
Rodoni, Ahmad, “Investasi syariah”, Jakarta (Lembaga Penelitian UIN Jakarta),
2009.
Sakina Rakhma Diah Setiawan, “Jumlah Investor Pasar Modal Syariah terus
Meningkat”, www.kompas.com (4 maret 2016- 22.20).
Sartono, Agus, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi Empat”,
Yogyakarta: BPFE 2008.
Sarwoko, “Statistik Inferensiuntuk Ekonomi dan Bisnis”, Yogyakarta: Andi, 2007.
Sawir, Agnes, “Analisa Kinerja KeuangandanPerencanaan Keuangan
Perusahaan” , Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Setiawan dan Dwi Endah Kusrini, “Ekonometrika”, Yogyakarta: Andi, 2010.
109
Sodik, Jamzani, “Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional:
Studi kasus Data Panel di Indonesia”,Jurnal Ekonomi Pembangunan
(Kajian Ekonomi Negara Berkembang), UPN Veteran Yogyakarta, 2007
Soemitra, Andri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Jakarta: Kencana,
2009.
Subiyantoro, Edi dan Fransisca Andreani, “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Harga Saham (Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar
dalam Pasar Modal Indonesia)”, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol.
5 No 2, Jurusan Ekonomi dan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Petra, 2003.
Sugiarto, Rengga Jeni Ery, “Pengaruh DER, DPS, ROA terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Telekomunikasi di BEI”, Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen Vol. 3 No 9, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA), 2014.
Suharyadi dan Purwanto, “Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern (Edisi
Kedua)”, Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Sunariyah, “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”, Yogyakarta: UPP STIM
YPKN, 2011.
Sunyoto, Danang, “Analisis Laporan Keuangnauntuk Bisnis (Teori dan Kasus),
Yogyakarta: CAPS, 2013.
Syamsuddin, Lukman, “Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi
dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan (Edisi
Baru)”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Tambunan, Andy Porman, “Menilai Harga Saham“, Jakarta: PT Alex
Komputindo, 2007.
Tandelilin, Eduardus, “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi (Edisi
Pertama)“, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Undang-Undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995
Widarjono, Agus, “Ekonometrika Pengantar dan Apknya Edisis Ketiga”,
Yogyakarta: Ekonisia, 2009.
Widoatmojo, Sawidji, ”Pasar Modal Indonesia”, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.
Winarno, Wing Wahyu, “AnalisisEkonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Yogyakarta: UPP Sekolah Tinggi Imu Manajemen YKPN, 2007.
www.idx.co.id
www.kompas.com
110
www.ojk.go.id
www.ticmi.co.id
www.yahoofinance.com
Zulganef, “Metode Penelitian Sosial dan Bisnis“, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
111
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Uji Stasioneritas pada Level
a) Harga Saham
Panel unit root test: Summary
Series: HARGASAHAM
Date: 02/24/17 Time: 14:53
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 3
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* 0.94877 0.8286 20 290
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 24.6977 0.9725 20 290
PP - Fisher Chi-square 27.6976 0.9295 20 300 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
b) Return On Asset (ROA)
Panel unit root test: Summary
Series: ROA
Date: 02/24/17 Time: 14:54
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 3
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -3.61790 0.0001 20 247
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 83.5837 0.0001 20 247
PP - Fisher Chi-square 52.5993 0.0876 20 300 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
112
c) Return On Equity (ROE)
Panel unit root test: Summary
Series: ROE
Date: 02/24/17 Time: 14:56
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 3
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* 0.31543 0.6238 20 248
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 62.9981 0.0116 20 248
PP - Fisher Chi-square 44.3106 0.2947 20 300 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
d) Debt to Equity Ratio
Panel unit root test: Summary
Series: DER
Date: 02/24/17 Time: 14:57
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 3
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* 2.33091 0.9901 20 273
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 18.2640 0.9987 20 273
PP - Fisher Chi-square 24.2059 0.9770 20 300 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
113
e) Current Ratio
Panel unit root test: Summary
Series: CR
Date: 02/24/17 Time: 14:57
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 3
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -3.44131 0.0003 20 276
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 65.7580 0.0063 20 276
PP - Fisher Chi-square 70.7480 0.0019 20 300 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
f) Earning Per Share
Panel unit root test: Summary
Series: EPS
Date: 02/24/17 Time: 14:58
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 3
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* 5.76874 1.0000 20 252
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 41.4182 0.4086 20 252
PP - Fisher Chi-square 44.9238 0.2732 20 300 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
114
Lampiran 2
Hasil Uji Stasioneritas pada First Difference
a) Harga Saham
Panel unit root test: Summary
Series: D(HARGASAHAM)
Date: 02/24/17 Time: 14:53
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 2
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -17.3950 0.0000 20 274
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 262.314 0.0000 20 274
PP - Fisher Chi-square 275.584 0.0000 20 280 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
b) Return On Asset (ROA)
Panel unit root test: Summary
Series: D(ROA)
Date: 02/24/17 Time: 14:55
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 2
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -67.6113 0.0000 20 243
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 371.223 0.0000 20 243
PP - Fisher Chi-square 456.757 0.0000 20 280 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
115
c) Return On Equity (ROE)
Panel unit root test: Summary
Series: D(ROE)
Date: 02/24/17 Time: 14:56
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 2
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -69.6542 0.0000 20 245
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 400.643 0.0000 20 245
PP - Fisher Chi-square 446.075 0.0000 20 280 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
d) Debt to Equity Ratio (DER)
Panel unit root test: Summary
Series: D(DER)
Date: 02/24/17 Time: 14:57
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 2
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -15.4627 0.0000 20 260
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 293.516 0.0000 20 260
PP - Fisher Chi-square 319.712 0.0000 20 280 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
116
e) Curretn Ratio (CR)
Panel unit root test: Summary
Series: D(CR)
Date: 02/24/17 Time: 14:58
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 2
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -14.5280 0.0000 20 262
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 314.195 0.0000 20 262
PP - Fisher Chi-square 329.452 0.0000 20 280 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
f) Earning Per Share (EPS)
Panel unit root test: Summary
Series: D(EPS)
Date: 02/24/17 Time: 14:58
Sample: 2011Q1 2014Q4
Exogenous variables: None
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 2
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -35.4589 0.0000 20 246
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 386.434 0.0000 20 246
PP - Fisher Chi-square 435.951 0.0000 20 280 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
117
Lampiran 3
Hasil Uji Lag Length
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: HARGASAHAM ROA ROE DER CR EPS
Exogenous variables: C
Date: 03/02/17 Time: 20:24
Sample: 2011Q1 2014Q4
Included observations: 240 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -8833.474 NA 3.95e+24 73.66228 73.74930 73.69734
1 -7877.196 1856.772 1.84e+21 65.99330 66.60241 66.23873
2 -7605.570 513.8256 2.59e+20 64.02975 65.16096 64.48555
3 -7437.329 309.8441 8.61e+19 62.92774 64.58105 63.59390
4 -6894.214 973.0816* 1.26e+18* 58.70178* 60.87718* 59.57831* * indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
118
Lampiran 4
Hasil Uji Kao Residual Cointegration Test
Kao Residual Cointegration Test
Series: HARGASAHAM ROA ROE DER CR EPS
Date: 04/14/17 Time: 19:19
Sample: 2011Q1 2014Q4
Included observations: 320
Null Hypothesis: No cointegration
Trend assumption: No deterministic trend
Automatic lag length selection based on AIC with a max lag of 3
Newey-West automatic bandwidth selection and Parzen kernel t-Statistic Prob.
ADF -3.149413 0.0008 Residual variance 1.64E+08
HAC variance 1.43E+08
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(RESID)
Method: Least Squares
Date: 04/14/17 Time: 19:19
Sample (adjusted): 2012Q1 2014Q4
Included observations: 240 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. RESID(-1) -0.290456 0.033853 -8.579921 0.0000
D(RESID(-1)) 0.046306 0.048001 0.964684 0.3357
D(RESID(-2)) 0.124427 0.043992 2.828405 0.0051
D(RESID(-3)) 0.369050 0.041353 8.924483 0.0000 R-squared 0.342648 Mean dependent var 842.5543
Adjusted R-squared 0.334292 S.D. dependent var 10941.10
S.E. of regression 8926.944 Akaike info criterion 21.04806
Sum squared resid 1.88E+10 Schwarz criterion 21.10607
Log likelihood -2521.767 Hannan-Quinn criter. 21.07144
Durbin-Watson stat 2.076455
119
Lampiran 5
Hasil Uji Granger Causality
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 03/02/17 Time: 20:28
Sample: 2011Q1 2014Q4
Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. ROA does not Granger Cause HARGASAHAM 240 5.01623 0.0007
HARGASAHAM does not Granger Cause ROA 1.86843 0.1168 ROE does not Granger Cause HARGASAHAM 240 2.21491 0.0682
HARGASAHAM does not Granger Cause ROE 0.69007 0.5995 DER does not Granger Cause HARGASAHAM 240 1.83816 0.1223
HARGASAHAM does not Granger Cause DER 0.32031 0.8642 CR does not Granger Cause HARGASAHAM 240 1.32402 0.2618
HARGASAHAM does not Granger Cause CR 1.01743 0.3991 EPS does not Granger Cause HARGASAHAM 240 0.79169 0.5316
HARGASAHAM does not Granger Cause EPS 0.24419 0.9130 ROE does not Granger Cause ROA 240 3.97031 0.0039
ROA does not Granger Cause ROE 7.24379 2.E-05 DER does not Granger Cause ROA 240 2.32964 0.0569
ROA does not Granger Cause DER 10.7260 5.E-08 CR does not Granger Cause ROA 240 1.97592 0.0990
ROA does not Granger Cause CR 2.15577 0.0748 EPS does not Granger Cause ROA 240 0.26707 0.8989
ROA does not Granger Cause EPS 1.31021 0.2669 DER does not Granger Cause ROE 240 3.94397 0.0041
ROE does not Granger Cause DER 20.1846 3.E-14 CR does not Granger Cause ROE 240 2.91380 0.0222
ROE does not Granger Cause CR 0.68350 0.6040 EPS does not Granger Cause ROE 240 0.78186 0.5380
ROE does not Granger Cause EPS 2.75079 0.0290 CR does not Granger Cause DER 240 0.64565 0.6305
DER does not Granger Cause CR 0.63394 0.6388 EPS does not Granger Cause DER 240 3.71014 0.0060
DER does not Granger Cause EPS 2.53829 0.0408 EPS does not Granger Cause CR 240 2.07433 0.0850
CR does not Granger Cause EPS 0.80518 0.5229
120
Lampiran 6
Hasil Uji Vector Error Correction Model (VECM)
Vector Error Correction Estimates
Date: 03/02/17 Time: 20:29
Sample (adjusted): 2012Q2 2014Q4
Included observations: 220 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 HARGASAHAM(-1) 1.000000
ROA(-1) -24306.03
(4270.70)
[-5.69134]
ROE(-1) 7480.012
(2054.22)
[ 3.64129]
DER(-1) -1799.992
(387.375)
[-4.64664]
CR(-1) -371.5566
(70.8228)
[-5.24629]
EPS(-1) 127.5381
(50.3981)
[ 2.53061]
C 269090.6
Error Correction: D(HARGASAH
AM) D(ROA) D(ROE) D(DER) D(CR) D(EPS) CointEq1 -0.025080 1.36E-05 1.65E-05 2.46E-05 0.000154 9.54E-05
(0.00983) (3.5E-06) (4.9E-06) (1.5E-05) (7.9E-05) (8.5E-05)
[-2.55210] [ 3.91701] [ 3.39653] [ 1.66525] [ 1.93922] [ 1.12896]
D(HARGASAHAM(-1)) -0.082624 8.30E-05 0.000118 -0.000117 0.001235 0.000673
(0.05733) (2.0E-05) (2.8E-05) (8.6E-05) (0.00046) (0.00049)
[-1.44116] [ 4.11069] [ 4.16739] [-1.35873] [ 2.66335] [ 1.36473]
D(HARGASAHAM(-2)) 0.225213 -9.68E-06 -9.24E-06 7.75E-05 -0.000107 0.000175
(0.04158) (1.5E-05) (2.1E-05) (6.2E-05) (0.00034) (0.00036)
[ 5.41596] [-0.66074] [-0.44938] [ 1.24138] [-0.31907] [ 0.48952]
D(HARGASAHAM(-3)) 0.469095 4.10E-06 4.19E-06 7.57E-05 -0.000726 -0.000115
(0.03850) (1.4E-05) (1.9E-05) (5.8E-05) (0.00031) (0.00033)
[ 12.1856] [ 0.30208] [ 0.21996] [ 1.30972] [-2.33216] [-0.34765]
D(HARGASAHAM(-4)) -0.136357 -2.47E-05 -3.90E-05 -3.68E-05 -0.000570 -0.000429
121
(0.04110) (1.4E-05) (2.0E-05) (6.2E-05) (0.00033) (0.00035)
[-3.31751] [-1.70642] [-1.91744] [-0.59629] [-1.71411] [-1.21474]
D(ROA(-1)) -1282.566 -0.862056 -0.353879 0.710762 3.419252 -6.381589
(591.807) (0.20849) (0.29258) (0.88831) (4.78497) (5.08982)
[-2.16720] [-4.13467] [-1.20952] [ 0.80013] [ 0.71458] [-1.25379]
D(ROA(-2)) -534.1166 -0.808729 -0.204919 -0.353411 -4.261953 -3.619011
(603.906) (0.21276) (0.29856) (0.90647) (4.88279) (5.19388)
[-0.88444] [-3.80118] [-0.68636] [-0.38988] [-0.87285] [-0.69678]
D(ROA(-3)) -640.1151 -1.030445 -0.647850 0.008754 -2.967495 -7.934566
(632.634) (0.22288) (0.31276) (0.94959) (5.11507) (5.44096)
[-1.01182] [-4.62336] [-2.07138] [ 0.00922] [-0.58015] [-1.45830]
D(ROA(-4)) -383.8168 -0.500189 -1.204839 -0.872922 -2.503276 -10.64520
(608.057) (0.21422) (0.30061) (0.91270) (4.91635) (5.22957)
[-0.63122] [-2.33494] [-4.00795] [-0.95642] [-0.50917] [-2.03558]
D(ROE(-1)) 905.2398 0.442288 -0.111371 -0.798977 3.846747 5.519743
(456.942) (0.16098) (0.22590) (0.68587) (3.69453) (3.92991)
[ 1.98108] [ 2.74745] [-0.49300] [-1.16491] [ 1.04120] [ 1.40455]
D(ROE(-2)) 651.2584 0.389285 -0.209244 0.184961 8.138002 3.292629
(467.625) (0.16475) (0.23119) (0.70191) (3.78092) (4.02180)
[ 1.39269] [ 2.36295] [-0.90509] [ 0.26351] [ 2.15239] [ 0.81870]
D(ROE(-3)) 672.2333 0.516808 0.053609 -0.114118 6.487226 6.215533
(491.560) (0.17318) (0.24302) (0.73783) (3.97443) (4.22765)
[ 1.36755] [ 2.98427] [ 0.22060] [-0.15467] [ 1.63224] [ 1.47021]
D(ROE(-4)) 565.7843 0.675996 1.244176 0.285445 6.391236 7.800766
(479.920) (0.16908) (0.23726) (0.72036) (3.88032) (4.12754)
[ 1.17891] [ 3.99816] [ 5.24385] [ 0.39625] [ 1.64709] [ 1.88993]
D(DER(-1)) 32.86402 -0.028568 -0.047206 -0.297725 0.879068 -0.221648
(60.9315) (0.02147) (0.03012) (0.09146) (0.49265) (0.52404)
[ 0.53936] [-1.33081] [-1.56710] [-3.25530] [ 1.78435] [-0.42296]
D(DER(-2)) 11.92448 -0.015434 0.013936 -0.149422 0.382037 0.278858
(47.4843) (0.01673) (0.02348) (0.07127) (0.38393) (0.40839)
[ 0.25112] [-0.92258] [ 0.59363] [-2.09644] [ 0.99508] [ 0.68283]
D(DER(-3)) -109.5610 -0.007351 0.011803 -0.074653 0.088575 0.415331
(48.5113) (0.01709) (0.02398) (0.07282) (0.39223) (0.41722)
[-2.25846] [-0.43011] [ 0.49216] [-1.02523] [ 0.22582] [ 0.99547]
D(DER(-4)) 22.25194 -0.025519 -0.031065 0.252527 -0.774426 0.548730
(47.9146) (0.01688) (0.02369) (0.07192) (0.38741) (0.41209)
[ 0.46441] [-1.51178] [-1.31143] [ 3.51122] [-1.99900] [ 1.33158]
D(CR(-1)) -26.27582 0.003553 0.001840 -0.001402 -0.106413 0.001403
(9.47009) (0.00334) (0.00468) (0.01421) (0.07657) (0.08145)
[-2.77461] [ 1.06490] [ 0.39294] [-0.09861] [-1.38977] [ 0.01722]
D(CR(-2)) -39.82398 -0.001203 -0.001986 0.000217 -0.027641 0.037166
(8.31773) (0.00293) (0.00411) (0.01248) (0.06725) (0.07154)
122
[-4.78784] [-0.41070] [-0.48308] [ 0.01737] [-0.41100] [ 0.51953]
D(CR(-3)) -19.30371 0.000995 0.002424 0.016139 -0.101573 0.189363
(8.17100) (0.00288) (0.00404) (0.01226) (0.06607) (0.07027)
[-2.36246] [ 0.34579] [ 0.59994] [ 1.31586] [-1.53746] [ 2.69462]
D(CR(-4)) -39.10523 0.002551 0.004557 -0.008655 0.318193 0.143295
(7.11026) (0.00250) (0.00352) (0.01067) (0.05749) (0.06115)
[-5.49983] [ 1.01833] [ 1.29649] [-0.81092] [ 5.53486] [ 2.34327]
D(EPS(-1)) -1.105765 -0.002590 0.003867 -0.000155 -0.092002 -0.171030
(7.91622) (0.00279) (0.00391) (0.01188) (0.06401) (0.06808)
[-0.13968] [-0.92879] [ 0.98807] [-0.01306] [-1.43741] [-2.51208]
D(EPS(-2)) -6.353223 -0.001177 0.005462 -0.002098 -0.105388 -0.094635
(8.48821) (0.00299) (0.00420) (0.01274) (0.06863) (0.07300)
[-0.74848] [-0.39357] [ 1.30152] [-0.16463] [-1.53560] [-1.29633]
D(EPS(-3)) 0.744323 -0.000756 0.006195 0.002867 -0.088770 -0.124486
(8.11019) (0.00286) (0.00401) (0.01217) (0.06557) (0.06975)
[ 0.09178] [-0.26443] [ 1.54503] [ 0.23549] [-1.35374] [-1.78471]
D(EPS(-4)) -7.689935 0.000314 0.006499 0.004522 -0.128657 0.838782
(9.27893) (0.00327) (0.00459) (0.01393) (0.07502) (0.07980)
[-0.82875] [ 0.09618] [ 1.41662] [ 0.32469] [-1.71489] [ 10.5106]
C -785.1009 -0.081258 -0.140783 1.360849 -2.976528 -2.689074
(516.767) (0.18206) (0.25548) (0.77567) (4.17824) (4.44444)
[-1.51925] [-0.44633] [-0.55105] [ 1.75442] [-0.71239] [-0.60504] R-squared 0.625163 0.859516 0.948583 0.835570 0.572089 0.851899
Adj. R-squared 0.576859 0.841413 0.941957 0.814380 0.516946 0.832814
Sum sq. resids 8.84E+09 1097.610 2161.443 19924.27 578117.5 654128.5
S.E. equation 6751.624 2.378610 3.337882 10.13422 54.58926 58.06717
F-statistic 12.94233 47.47774 143.1624 39.43322 10.37463 44.63666
Log likelihood -2238.190 -488.9654 -563.5059 -807.8338 -1178.296 -1191.884
Akaike AIC 20.58355 4.681504 5.359145 7.580307 10.94815 11.07167
Schwarz SC 20.98461 5.082569 5.760210 7.981372 11.34921 11.47274
Mean dependent 1033.695 0.628045 1.186045 1.475182 -5.730636 11.98150
S.D. dependent 10379.25 5.972952 13.85466 23.52221 78.54335 142.0138 Determinant resid covariance (dof adj.) 1.45E+17
Determinant resid covariance 6.81E+16
Log likelihood -6136.525
Akaike information criterion 57.25932
Schwarz criterion 59.75827
123
Lampiran 7
Hasil Uji Impulse Response Function (IRF)
Response of HARGASAHAM:
Period HARGASAHA
M ROA ROE DER CR EPS 1 6751.624 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 5593.609 410.2483 1432.723 1213.864 -734.1818 -216.7277
3 6773.824 1048.732 1644.752 1976.173 -1992.925 -321.4880
4 9454.583 1251.803 1620.503 1316.782 -2297.324 -27.84003
5 7674.914 1787.316 2906.095 3467.941 -3918.563 -264.9394
6 8912.670 1375.073 2742.052 3167.531 -3762.964 5.030115
7 9274.191 2101.826 2701.907 3697.357 -4062.536 -0.657560
8 8505.250 2654.608 3078.233 4141.974 -3999.312 -56.88564
9 9233.998 2947.278 3253.443 4409.576 -3879.555 -206.7181
10 9020.013 3221.674 3402.866 4471.558 -3615.449 -298.6499
11 8689.891 3879.018 3502.222 4902.547 -3497.366 -473.3050
12 9080.335 4282.138 3591.450 4609.796 -2993.958 -526.8956
13 8713.951 4661.154 3925.929 4914.507 -2966.020 -761.0162
14 8707.893 4764.429 3970.703 4831.677 -2677.331 -811.2381
15 8722.711 5157.190 3978.308 4898.459 -2489.350 -883.5489
16 8503.819 5446.633 4169.742 4794.576 -2256.528 -920.9537
17 8541.133 5569.128 4286.216 4792.597 -2159.492 -1023.521
18 8502.073 5592.731 4308.605 4741.309 -2010.732 -1009.254
19 8346.380 5795.045 4332.001 4813.069 -1931.840 -1021.957
20 8386.708 5917.047 4433.246 4623.884 -1763.278 -987.1666
21 8335.823 5962.303 4515.486 4627.724 -1751.068 -1038.221
22 8300.385 5915.743 4510.117 4622.772 -1691.941 -983.4804
23 8285.887 5992.419 4497.320 4623.056 -1643.734 -951.4431
24 8245.635 6062.002 4613.436 4506.278 -1580.542 -904.9440
25 8259.388 6049.896 4641.658 4489.437 -1590.052 -923.5074
26 8264.795 5986.119 4614.095 4505.051 -1576.210 -851.5855
27 8225.044 6011.533 4611.564 4518.925 -1567.318 -815.4980
28 8229.126 6046.926 4716.290 4414.316 -1536.273 -766.4978
29 8249.112 6027.227 4720.019 4404.736 -1561.138 -777.5501
30 8248.199 5968.368 4683.870 4447.856 -1570.221 -705.8096
31 8240.206 5966.572 4679.842 4450.947 -1565.534 -674.8270
32 8232.248 5997.408 4790.381 4368.662 -1555.089 -637.0561
33 8258.391 5980.369 4774.371 4364.317 -1580.384 -648.2217
34 8267.709 5932.911 4728.344 4416.509 -1592.532 -580.1312
35 8254.742 5922.297 4732.021 4420.909 -1590.283 -561.9298
36 8248.590 5952.055 4844.727 4345.769 -1584.031 -535.6745
37 8277.687 5942.664 4813.558 4344.929 -1605.990 -548.5857
38 8282.544 5907.194 4762.348 4405.758 -1617.967 -485.2692
39 8273.498 5890.950 4770.845 4405.563 -1612.486 -479.1703
40 8263.129 5922.513 4887.341 4334.367 -1607.375 -463.4811
41 8291.779 5919.605 4843.609 4337.191 -1626.074 -477.0145
42 8296.981 5892.573 4787.136 4401.416 -1635.317 -416.4845
43 8286.070 5872.964 4801.473 4398.079 -1627.858 -421.6397
44 8273.224 5905.597 4921.087 4327.401 -1622.135 -414.1604
45 8302.979 5907.249 4865.796 4332.951 -1638.360 -426.3298
46 8305.978 5885.964 4805.696 4400.439 -1645.874 -367.2137
124
47 8294.641 5863.040 4825.202 4393.191 -1636.788 -382.0874
48 8279.814 5896.569 4947.814 4321.605 -1630.345 -380.8816
49 8310.183 5901.203 4881.983 4330.353 -1645.439 -390.1397
50 8312.213 5883.212 4818.884 4400.314 -1651.688 -331.2435
51 8299.883 5857.358 4843.636 4389.430 -1641.833 -354.8414
52 8283.599 5891.741 4969.105 4316.248 -1634.698 -358.4450
53 8315.452 5898.223 4893.144 4328.212 -1649.403 -363.5676
54 8316.212 5882.024 4827.968 4400.823 -1655.070 -304.3289
55 8303.073 5853.503 4857.949 4386.256 -1644.816 -335.9529
56 8285.868 5889.019 4986.163 4311.056 -1636.964 -343.3136
57 8319.334 5896.704 4900.416 4326.538 -1651.853 -343.4793
58 8319.013 5881.215 4833.838 4401.839 -1657.261 -283.6575
59 8305.013 5850.384 4869.178 4383.535 -1646.804 -322.8902
60 8287.118 5887.438 5000.073 4306.128 -1638.178 -333.2502
125
Lampiran 8
Hasil Uji Variance Decomposition
Variance Decomposition of HARGASAHAM:
Period S.E. HARGASAHA
M ROA ROE DER CR EPS 1 6751.624 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 9008.516 94.72547 0.207390 2.529403 1.815657 0.664203 0.057879
3 11782.34 88.42712 0.913493 3.427306 3.874508 3.249287 0.108285
4 15473.14 88.60934 1.184186 3.084118 2.970804 4.088443 0.063112
5 18368.84 80.33185 1.787018 4.691363 5.672334 7.451853 0.065585
6 21223.87 77.80766 1.758337 5.183269 6.476265 8.725335 0.049133
7 24049.03 75.47209 2.133314 5.299241 7.407715 9.649370 0.038267
8 26464.53 72.65240 2.767831 5.728960 8.566728 10.25202 0.032062
9 28973.22 70.77314 3.344049 6.040745 9.463757 10.34647 0.031841
10 31239.75 69.21289 3.939937 6.382514 10.18914 10.23899 0.036527
11 33395.20 67.33785 4.796953 6.685017 11.07144 10.05669 0.052051
12 35488.29 66.17582 5.703759 6.943874 11.49128 9.617134 0.068136
13 37496.93 64.67645 6.654285 7.316069 12.01090 9.240073 0.102222
14 39388.89 63.49989 7.493490 7.646344 12.38947 8.835753 0.135056
15 41242.77 62.39257 8.398576 7.904847 12.71134 8.423578 0.169082
16 43003.05 61.29968 9.329278 8.211143 12.93509 8.023425 0.201388
17 44724.49 60.31869 10.17548 8.509669 13.10680 7.650807 0.238556
18 46367.55 59.48177 10.92196 8.780731 13.23997 7.306246 0.269326
19 47957.29 58.63249 11.67002 9.024188 13.38397 6.992149 0.297177
20 49501.19 57.90260 12.38225 9.272124 13.43466 6.689678 0.318698
21 51003.46 57.21303 13.03013 9.517770 13.47816 6.419275 0.341637
22 52447.94 56.60960 13.59450 9.740195 13.52284 6.174622 0.358240
23 53856.82 56.05355 14.13055 9.934569 13.56143 5.948944 0.370951
24 55228.64 55.53256 14.64206 10.14495 13.56184 5.738983 0.379600
25 56569.45 55.06302 15.09995 10.34300 13.55640 5.549163 0.388470
26 57870.87 54.65390 15.49841 10.51874 13.55954 5.376569 0.392848
27 59140.82 54.26611 15.87318 10.67987 13.56730 5.218376 0.395172
28 60387.06 53.90641 16.22749 10.85358 13.54745 5.069930 0.395141
29 61609.21 53.58169 16.54714 11.01419 13.52645 4.934988 0.395547
30 62801.55 53.29137 16.82795 11.15618 13.51931 4.811892 0.393301
31 63969.95 53.02174 17.08880 11.28756 13.51408 4.697614 0.390194
32 65121.04 52.76192 17.33819 11.43317 13.49059 4.590034 0.386091
33 66253.12 52.52797 17.56551 11.56509 13.46743 4.491414 0.382583
34 67362.94 52.31776 17.76719 11.67985 13.45718 4.400528 0.377497
35 68452.62 52.11956 17.95454 11.78883 13.44925 4.315514 0.372313