Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
62
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SAHAM
JANGKA PENDEK PERUSAHAAN IPO YANG LISTING DI
BURSA EFEK INDONESIA MENGGUNAKAN MODEL BINER
Natra Zulfikar Diaz
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya
ABSTRACT
Development or expansion by the company certainly requires a lot of capital to
fund the company's business operations for the purpose of which has been planned, for
it needs it’s important to think an appropriate funding sources for the company. The
alternative way that can be taken to fullfill the needs of the company's funds is withhold
corporate profits, loan to the bank, and increase the amount of ownership by issuing
new stock to the capital market. This analysis aims to determine the performance of
short-term stock, the influence of the period of stock’s sale in the primary market
(IPOP), the age of the company, and market volatility. This research is a quantitative
research by using secondary data. The results of the analysis in this study shows that
the variable period of stock sale in the primary market is not significant to the
performance of short-term stock. While the variable age of the company significantly
influence the performance of short-term stock. And the variable of market volatility
have a significant effect on short-term stock performance. The conclusion from this
research is the period of sale of shares in the primary market (IPOP) has not been able
to influence the performance of short-term stock. While the age of the company and the
volatility of the market can affect the performance of the stock, this will be a
consideration for prospective buyers of stock to buy stock in the secondary market.
Keywords: Stocks, IPOP, Age, Volatility
PENDAHULUAN
Pengembangan atau ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan tentunya
membutuhkan banyak modal guna membiayai operasional bisnis perusahaan tersebut
untuk tujuan yang telah direncanakan, untuk itu perlu dipikirkan sumber pendanaan
yang tepat bagi perusahaan, alternatif yang bisa diambil dalam memenuhi kebutuhan
dana perusahaan atara lain menahan laba perusahaan, meminjam ke bank, dan
menambah jumlah kepemilikan dengan menerbitkan saham baru ke pasar modal.
Menambah jumlah kepemilikan dengan melakukan penerbitan saham baru dan
menjualnya ke pasar modal, adalah salah satu cara alternatif yang digunakandengan
tujuan meningkatkan keuangan perusahaan.Penerbitan saham perdana perusahaan dan
menjualnya ke pasar modal dinamakan penawaran umum perdana (Initial Public
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
63
Offering). Penambahan modal dengan cara IPO ini relatif menarik bagi perusahaan,
terbukti berdasarkan statistik IPO dari tahun 2010 sampai 2015, ada 142 perusahaan
yang melaksanakan IPO selama periode tersebut yaitu di tahun 2010 terdapat 23
perusahaan, untuk tahun 2011 terdapat 25 perusahaan, tahun 2012 terdapat 22
perusahaan, tahun 2013 terdapat 30 perusahaan, tahun 2014 terdapat 26 perusahaan dan
tahun 2015 sebanyak 16 perusahaan yang terdiri dari beberapa sektor Yaitu,
pertambangan, keuangan, pertanian, aneka industri, barang konsumen, industri kimia,
infrastruktur transportasi, perdagangan jasa dan investasi, serta properti dan real estate.
Hal yang dapat diharapkan untuk memperbaiki prospek perusahaan yang terjadi
karena ekspansi yang akan dilakukan yaitu melakukan Initial Public Offering (IPO),
karena harga saham yang ditawarkan akan menjadi lebih tinggi dengan membaiknya
prospek perusahaan. Investor memerlukan informasi atau history mengenai kinerja
perusahaan sebelum IPO untuk dapat mengetahui perkembangan kinerja perusahaan
tersebut sesudah perusahaan melakukan IPO. Adanya reaksi dari pasar modal muncul
karena adanya uji kelayakan dan kebenaran informasi dari pengumuman perusahaan
setelah melakukan IPO dan return adalah bukti jika terdapat reaksi dari pasar modal.
Terdapat fenomena yang sering terjadi setelah perusahaan melakukan IPO dalam
waktu yang berjangka pendek yaitu keadaan harga saham di pasar perdana jauh lebih
rendah penawarannya daripada penawaran harga saham yang terjadi di pasar sekunder
(underpricing) dan juga terdapat kejadian dimana total return saham di periode tertentu
lebih sedikit dibandingkan total return di pasar, kejadian ini disebut kinerja yang
menurun (underperformance). Underpricing juga dapat disebabkan oleh penilaian
yang berlebihan dari investor pada suatu saham yang sudah diberikan harga yang sesuai
oleh emiten. Dengan kata lain, perusahaan sudah memberikan harga penawaran yang
sesuai, namun investor menilai secara berlebihan sehingga memiliki kemauan untuk
membayar lebih tinggi. Dalam pasar yang efisien, penilaian yang berlebihan tersebut
akan terkoreksi yang menyebabkan harga saham perusahaan IPO tersebut mengalami
penurunan.
Salah satu faktor yang berpotensi menandai naik atau turunnya kinerja saham
adalah waktu saham tersebut diperdagangkan. Faktor yang biasanya terjadi di
perusahaan yang melakukan IPO yaitu Initial Public Offering Period (IPOP) yang
artinya periode dimana perusahaan sebelum listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
64
membuka penawaran dan menjual sahamnya di pasar primer dengan cara menunjukkan
di media masa seperti koran dan mempresentasikan antar calon investor sehingga
investor dapat memesan saham melalui agen. Jika perusahaan membutuhkan waktu
yang lama untuk menjual saham, para investor akan berfikir kembali untuk membeli
saham karena mereka berasumsi saham tersebut tidak laku dijual sehingga
membutuhkan waktu lebih lama.
Terdapat faktor lain yang berpotensi mempengaruhi kinerja saham yaitu umur
perusahaan yaitu lamanya atau rentan waktu sebuah perusahaan berdiri, berkembang
dan bertahan yang dimana selisih periode tanggal perusahaan yang akan listing di Bursa
Efek dengan tanggal perusahaan itu berdiri. Semakin lama umur perusahaan, semakin
banyak informasi yang telah diperoleh calon investortentang perusahaan tersebut yang
berarti bahwa perusahaan yang telah lama didirikan memberikan kepercayaan kepada
investor sehingga nilai saham perdana dianggap lebih murah.
Volatilitas pasar juga dapat berpotensi dalam mempengaruhi kinerja saham
jangka pendek, karena kondisi pasar yang masih fluktuasi atau tidak menetu di saat
inisehingga menjadikan beberapa perusahaan menetapkan untuk mengurangi porsi IPO.
Latar belakang keputusan perusahaan mengurangi porsi saham IPO harus di ketahui
oleh investor, karena hal tersebut dapat membantu investor saat memilih saham IPO.
Latar belakang keputusan perusahaan tersebut yaitu karena adanya strategi tertentu dari
perusahaanatau karena situasi yang disebabkan global. Kebijakan yang dilakukan di
negara bersangkutan juga dapat memengaruhi harga saham. Kenaikan dan penurunan
tingkat bunga ataupun kenaikan uang beredar juga sangat memengaruhi harga saham.
Aktivitas dalam negeri sepenuhnya memengaruhi harga saham tersebut. Kebijakan yang
dilakukan negara lain juga turut memengaruhi karena kebijakan tersebut memengaruhi
kebijakan dalam negeri. Jika Volatilitas tinggi, maka hal tersebut akan berdampak
dengan buruknya kinerja saham.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, terdapat sebuah riset yang berpotensi
terdapat gap yang ditemukan karena masih adanya perbedaan hasil penelitian yang
berpengaruh terhadap kinerja saham jangka pendek sehingga menarik untuk diteliti
kembali. Selain itu adanya fenomena baru yang ditemukan juga perlu untuk diuji lebih
lanjut. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara variabel Periode
Penjualan Saham di Pasar Primer (IPOP), Umur Perusahaan, Volatilitas Pasar dengan
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
65
kinerja saham jangka pendek perusahaan IPO yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2010-2015.
KAJIAN PUSTAKA
Teori Signalling
Signalling theory dalam penelitian ini lebih mengutamakan suatu informasi atau
sinyal yang didapatkan dari suatu perusahaan agar informasi tersebut dapat
mempengaruhi tindakan calon investor. Setiap investor membutuhkan suatu informasi
agar dapat mengetahui suatu keadaan perusahaan tersebut di masa lalu dan menngetahui
kinerja perusahaan yang akan datang. Investor membutuhkan informasi yang tepat,
relevan dan akurat agar mereka memiliki gambaran dalam berinvestasi. Investor mampu
menganalisa suatu informasi sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad
news) saat informasi tersebut telah diumumkan, di waktu bersamaan terjadi perubahan
volume perdangan saham.
Teori Keagenan
Teori keagenan adalah suatu gambar atau keadaan dimana perusahaan tersebut
sebagai penghubung antara pemilik perusahaan dengan underwriter. Dalam teori agensi
di kasus underwiter, ini terjadi antara agen (underwriter) dengan pemilik perusahaan
yang dimana pemilik perusahaan mempunyai informasi yang dalam di perusahaan
sedangkan agen ini melakukan opersional di internal perusahaan tersebut sehingga
mengetahui secara keseluruhan perusahaan tersebut, hal seperti ini dapat terjadi suatu
kepentingan menghasilkan keuntungan sendiri.
Informasi Asimetri
Asymetry Information adalah suatu keadaan dimana terdapat informasi yang
tidak sama atau seimbang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, antara informasi
yang dimiliki oleh pihakdalam perusahan (emiten) dan pihak luar (investor). Karsana
(2009), asimetri informasi disebabkan adanya perbedaan informasi yang dimiliki oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam penawaran perdana emiten dan underwriter.
Underwriter memiliki informasi yang lebih baik tentang pasar modal, sedangkan pihak
emiten merupakan pihak yang tidak memiliki informasi tentang pasar modal sehingga
apabila di antara mereka tidak memiliki informasi yang lengkap maka akan terjadi
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
66
perbedaan harga. Perbedaan harga di kedua pasar tersebut mestinya dapat dihindarkan
apabila penentu harga di kedua pasar memiliki informasi yang sama.
Pasar Modal
Perusahaan pasti memerlukan dana untuk membeli kebutuhan jangka panjang
atau pendek, salah satu tindakan perusahaan adalah menjual saham di pasar modal yang
diamana merupakan sarana interaksi antara penjual (perusahaan) dengan pembeli
(investor). Pasar modal sendiri mempunyai keuntungan bagi perusahaan maupun calon
investor, yaitu bagi perusahaan sebagai sarana untuk mencari dana untuk membeli
kebutuhan perusahaan dengan menjual saham di investor. Calon investor juga
mendapatkan keuntungan di pasar modal yaitu sebagai sarana investasi di instrument
keuangan seperti saham, obligasi dan reksa dana sehingga mereka dapat menganalisis
keuntungan yang didapatkan dan risiko yang akan dihadapi.
Corporate Action
Corporate action sebagai “An event initiated by a company that affects its
share.” Artinya adalah corporate action merupakan suatu event yang digagas oleh
sebuah perusahaan yang mempengaruhi pangsa pasarnya sendiri. Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI) yang memiliki keterlibatan dalam proses corporate action
emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memberikan definisi tentang corporate
action yaitu, “Setiap tindakan perusahaanterdaftar yang memberikan hak kepada seluruh
pemilik manfaat atas efek dari jenis dan kelas yang sama seperti hak untuk memperoleh
dividen tunai, dividen saham, bunga. Darmadji dan Fakhruddin (2001:98) menyatakan
bahwa corporate action merupakan berita yang umumnya menarik pihak-pihak yang
terkait di pasar modal, khususnya para pemegang saham.
Initial Public Offering (IPO)
Penawaran Umum Perdana merupakan alternative pendanaan melalui
penambahan jumlah kepemilikan dengan menerbitkan saham baru ke pasar modal untuk
pertama kalinya kepada masyarakat baik perorangan maupun lembaga.
Kinerja Saham
Kinerja saham adalah suatu hasil atas aktivitas investasi saham yang dilalui
dengan beberapa resiko dan dapat diukur dengan menggunakan return dalam periode
tertentu. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui keberhasilan suatu saham tersebut.
Pengukuran kinerja saham dapat dilakukan dengan menggunakan return saham yang
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
67
dapat dihitung dengan menjumlahkan semua aliran kas yang diterima (penjumlahan
dividen periode investasi dengan selisih perubahan nilai pasar) dan kemudian dibagi
dengan nilai pasar saham pada awal periode. Penawaran umum perdana merupakan
salah satu faktor dalam mengukur kinerja suatu saham, hal tersebut disebabkan karena
dengan adanya penawaran umum perdana maka terbentuklah suatu return sebagai
imbalan atas waktu dan yang terkait dengan investasi tersebut.
Pengaruh periode penjualan saham perdana di pasar primer (IPOP) terhadap
kinerja saham jangka pendek
Perera dan Kulendran (2016) mengatakan bahwa periode pembukaan sampai
penutupan penjualan saham di pasar primer berpotensi mempengaruhi kinerja saham.
Penelitian membuktikan bahwa periode saham perdana di pasar primer berpengaruh
negatif terhadap kinerja saham, jika perusahaan membutuhkan waktu yang lama untuk
menjual saham, para investor akan berfikir kembali untuk membeli saham karena
mereka berasumsi saham tersebut tidak laku dijual sehingga membutuhkan waktu lebih
lama. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Periode penjualan saham perdana di pasar primer (IPOP) memiliki
kecenderungan yang menurunkan kinerja saham jangka pendek yang negatif.
Pengaruh umur perusahaan terhadap kinerja saham jangka pendek
Pada penelitian yang dilakukan Florentina (2014) mengatakan bahwa umur
perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja saham jangka pendek karena
perusahaan yang beroperasi lebih pendek maka harga saham di perusahaan tersebut
akan mengalami fluktuatif yang dimana akan disukai oleh calon investor untuk
menanam saham. Hasil yang sama juga yang dilakukan Arman (2013) yang hasil
penelitiannya bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap return kinerja
saham jangka pendek karena Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh suatu
perusahaan, maka akan membuat perusahaan tersebut semakin berkompeten dan
semakin lama perusahaan tersebut berdiri dan bertahan, maka perusahaan itu akan
semakin diakui keberadaan dan keunggulannya bagi investor. Berdasarkan uraian di
atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Umur perusahaan memiliki kecenderungan yang menurunkan kinerja saham
jangka pendek yang negatif.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
68
Pengaruh volatilitas pasar terhadap kinerja saham jangka pendek
Menurut penelitian yang dilakukan Perera dan Kulendran (2016) mengatakan
bahwa volatilitas pasar berpotensi besar mempengaruhi kinerja saham karena dengan
kondisi pasar yang fluktuatif itu dapat menyebabkan naik atau turunnya harga saham.
Penelitian yang dilakukan Perera dan Kulendran (2016) membuktikan bahwa volatilitas
pasar berpengaruh positif terhadap kinerja saham jangka pendek. Hasil yang sama pada
penilitian Vong dan Trigueiros (2010) bahwa volatilitas pasar berpengaruh signifikan
terhadap return kinerja saham. Hasil peter (2015) yang melakukan penelitian
perusahaan IPO di Sri Lanka mengatakan bahwa volatilitas pasar berpengaruh positif
terhadap kinerja saham jangka pendek karena kondisi pasar yang fluktuatif atau tidak
menentu sehingga perusahaan menetapkan unuk mengurangi porsi saham IPO, dan
investor dengan mudah memilih dan membeli saham.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Volatilitas pasar memiliki kecenderungan yang meningkatkan kinerja saham
jangka pendek yang positif
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian yang biasanya digunakan meneliti atau menganalisa hal yang
berkaitan dengan populasi dan sampel tertentu yaitu penelitian kuantitatif,
www.idx.co.id dan history harga saham yang bersumber di www.yahoofinance.co.i data
yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian dikumpulkan dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan alat uji statistik untuk
mendapatkan kesimpulan atas rumusan masalah yang diajukan (Sugiyono, 2012: 8).
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Dependen
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu kinerja saham jangka
pendek. Kinerja saham mencerminkan tingkat pengembalian saham yang diterima oleh
investor di perusahaan IPO. Untuk menghitung hasil kinerja saham, dapat menggunakan
rumus return sebagai berikut:
Return =
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
69
Return : Pengembalian Saham
Pt : Harga Saham Sekarang
(Pt-1) : Harga Saham Kemarin
Variabel Independen
Periode penjualan saham dipasar primer (X1)
Periode penjualan saham di pasar primer (IPOP) yaitu suatu periode dimana
perusahaan yang menjual sahamnya di pasar perdana seperti mempresentasikan kepada
calon investor dan juga mempromosikan di media cetak seperti koran agar calon
investor tertarik dan dapat memesan saham di agen perusahaan.
Variabel ini dapat dihitung dengan rumus berikut:
IPOP =
IPOP : Initial Public Offering Period (Periode Penjualan Saham di Pasar
Perdana)
Umur Perusahaan (X2)
Untuk menghitung variabel umur perusahaan, bisa dihitung dengan mengurangi
tahun perusahaan tersebut melakukan IPO dengan tahun pada saat perusahaan tersebut
berdiri pertama kali., atau dapat menghitung dengan rumus berikut:
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 = 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐼𝑃𝑂 − 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎
Volatilitas Pasar (X3)
Variabel ini dapat dihitung secara matematis, historical volatility untuk setiap
saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus simpangan baku
Keterangan:
S : deviasi standar
i : urutan data indeks harga saham gabungan
n : jumlah sampel indeks harga saham gabungan xi : data pertama indeks harga saham gabungan
: data rata-rata indeks harga saham gabungan
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
70
Teknik Analisis Data
Program aplikasi SPSS (Statistical Program for Social Science) adalah program
yang digunakan untuk menganalisis regresi logistik yang digunakan dalam penelitian
inidengan tingkat signifikansi 5% (α = 5%). Tingkat signifikansi 5% di penelitian ilmu
sosial adalah tingkat signifikansi yang umum. Sama seperti yang ada di regresi linier
berganda, untuk dapat menegtahui hubungan antar variabel terikat (Y) dengan variabel
bebas (X) ialah fungsi yang digambarkan di hubungan antar variabel. Menurut Ghozali
(2013) langkah-langkah yang diambil dalam regresi logistik yaitu sebagai berikut.
α + β1IPOP + β2 UMUR + β3 VOL + €
Keterangan:
α : Konstanta
β : Koefisien Regresi
: kinerja saham jangka pendek, dummy 1 untuk hasil positif, dan 0
untuk hasil negatif
IPOP : Periode saham di pasar primer
UMUR : Umur perusahaan
VOL : Volatilitas pasar
€ : error estimate
HASIL
Tahapan analisis telah dilakukan pada bagian sebelumnya sehingga didapatkan
hasil olah persamaan regresi sebagai berikut:
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IPOP 116 0.03 0.47 0.1147 0.06127
AGE 116 2 90 19.13 14.953
VOL 116 1.7321 479.5832 41.094179 54.0005281
Valid N
(listwise) 116
Sumber : Output SPSS (2017)
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
71
Analisis model
Tabel 2
Nilai Koefisien Regresi Logistik
B S.E. Exp (B)
Step
1a
IPOP -0.385 3.145 0.680
AGE -0.031 0,015 0.970
VOL 0.014 0.006 1.014
Constant 0.229 0.535 1.258
Sumber : Output SPSS (2017)
Berdasarkan Tabel 2 maka persamaan regresi yang dihasilkan adalah
Probabilitas (RP/RN) = 1/1 + 2,71- (0,229– 0,385IPOP – 0,031 AGE+0,014VOL)
Uji Kesesuaian Mode
Tabel 3
Hosmer and Lomeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 5.917 8 0.657
Sumber : Output SPSS (2017)
Tabel 3 menampilkan nilai signifikansi sebesar 0,657 yang lebih dari 0,05, yang
dimana dapat disimpulkan model ini dinyatakan fit dan diterima. Uji Chi-Square
Hosmer and Lomeshow dilakukan agar dapat mengetahui perbedaan antara nilai
observasi dengan nilai variabel dependen yang dimana semakin kecil perbedaan maka
semakin baik. Output SPSS menampilkan nilai Chi-Square Hosmer and Lomeshow
sebesar 5,917 dengan nilai signifikansi 0,657 yang menunjukan Ho diterima karena nilai
signifikansi 0,05. Hal ini dapat disimpulkan model tersebut layak dan diterima.
Tingkat Keakuratan Model
Tabel 4
Tingkat Keakuratan Model
Sumber : Output SPSS (2017)
Observed
Predicted
Kinerja Saham Percentage
Correct Negatif Positif
Kinerja
Saham
Negatif 31 24 56.4
Positif 18 43 70.5
Overall
Percentage 63.8
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
72
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa tingkat keakuratan analisis regresi logistik
dalam memprediksi yaitu sebesar 63,8 %. Kemampuan model dalam memprediksi
perusahaan yang secara hasil observasi kinerja saham untuk tetap mendapatkan hasil
return positif atau return negatif adalah 70,5%. Namun untuk kemampuan model dalam
memprediksi perusahaan yang secara hasil observasi kinerja saham untuk mendapatkan
hasil yang return negatif adalah 56,4 %
Uji Hipotesis
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 5
Koefisien Determinasi
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
1 148.645a 0.097 0.130
Sumber : Output SPSS 92017)
Dari Tabel 5 di dapatkan nilai Nagelkerke R Square adalah 0,130 yang berarti variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 13 %. Sedangkan
sisanya sebesar 87 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel-variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini.
Pengujian Hipotesis
Tabel 6
Pengujian Regresi Logistik Secara Parsial
Variabel B Wald Sig. 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
IPOP -0.385 0.015 0.903 0.001 323.195
AGE -0.031 4.464 0.035 0.942 0.998
VOL 0.014 4.458 0.035 1.001 1.026
Sumber : Output SPSS (2017)
PEMBAHASAN
Pengaruh periode penjualan saham di pasar perdana terhadap kinerja saham
jangka pendek
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel
periode penjualan saham di pasar perdana tidak memiliki kecenderungan terhadap
kinerja saham jangka pendek karena IPOP bukan menandakan atau menjamin prospek
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
73
perusahaan di pasar sekunder, jika perusahaan yang menjual saham perdana lebih cepat
daripada perusahaan lainnya, terdapat alasan seperti kinerja tenaga kerja atau agen
perusaahan bekerja lebih baik dan saham yang dijual lebih sedikit sehingga tidak
memerlukan waktu yang lebih lama. Sedangkan perusaahan yang memerlukan waktu
yang lebih lama untuk menjual saham di pasar perdana terdapat alasan seperti porsi
saham yang dijual lebih banyak.
Hasil penelitian ini menunjukkan walaupun hasil perusahaan menjual saham di
pasar perdana membutuhkan waktu yang lama atau sebentar ini tidak memiliki
kecenderungan bagi kinerja saham jangka pendek, ada beberapa perusahaan yang
prospektusnya tidak lengkap dalam menampilkan informasi periode penjualan saham di
pasar perdana sehingga banyak calon investor tidak mengetahui porsi saham perusahaan
tersebut. Hal ini berkesimpulan bahwa periode penjualan saham di pasar primer (IPOP)
tidak menandakan atau mempengaruhi untuk kinerja saham, ini hanya sebagai kegiatan
atau tindakan pemasaran perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini juga tidak mendukung teori signalling yang mengungkapkan
penjelasan bahwa informasi yang dikeluarkan perusahaan merupakan sinyal bagi pihak
eksternal perusahaan, terutama bagi calon pemegang saham untuk perusahaan IPO yaitu
prospektus saham. Bagi investor prospektus sangat penting karena akan dianalisis untuk
melihat kinerja perusahaan dan mempertimbangkan keputusan investasi selanjutnya.
Pengaruh umur perusahaan terhadap kinerja saham jangka pendek
Berdasarkan hasil penelitian ini menyatakan umur perusahaan memiliki
kecenderungan yang menurunkan kinerja saham jangka pendek negatif yang berarti
bahwa perusahaan yang beroperasi yang lebih lama, maka lebih besar mendapatkan
return yang negatif daripada perusahaan yang beroperasi lebih sebentar
Berpengaruhnya umur perusahaan terhadap kinerja saham menunjukkan bahwa reputasi
perusahaan yang berdiri lebih lama tidak menjamin calon investor untuk menanam
saham walaupun kinerja perusahaan itu dikatakan baik, karena semakin banyak
pengalaman yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka akan membuat perusahaan
tersebut semakin berkompeten dan semakin lama perusahaan tersebut berdiri dan
bertahan, maka perusahaan itu akan semakin diakui keberadaan dan keunggulannya
bagi investor, terdapat faktor eksternal yang menjadi alasan calon investor tersebut tidak
membeli saham di perusahaan yang beroperasi lebih lama yaitu harga saham yang susah
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
74
untuk berubah sehingga investor akan lebih lama mendapatkan keuntungan membeli
saham tersebut.
Salah satu perusahaan yang mendapatkan return negatif adalah perusahaan
Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang berumur 62 tahun melakukan IPO di tahun 2011,
hal ini karena harga saham pada saat itu cenderung tetap dan mahal sehingga investor
kurang berminat membeli saham dan terdapat masalah internal sehingga reputasi di nilai
kurang memuaskan. Hal ini dapat berkaitan dengan teori siklus hidup perusahaan yang
dimana terdapat tahap kedewasaan dari siklus hidup perusahaan adalah maturity. Pada
tahap ini, perusahaan digambarkan sebagai orang yang dewasa, perusahaan akan
mengalami kenaikan laba tetapi juga terdapat perusahaan yang mengalami penurunan
laba penjualan atau pemasaran karena persaingan pasar yang ketat. Pada tahap maturity
ini terdapat tindakan perusahaan seperti meningkatkan layanan, memperbarui atau
memodifikasi produk barang yang dijual agar hal ini dapat membuat reputasi semakin
baik sehingga investor berminat membeli saham perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan teori keagenan yang bahwa
perusahaan yang berdiri atau beroperasi lebih lama akan lebih besar mendapatkan
return yang positif karena para investor lebih percaya ke perusahaan yang lebih lama
beroperasi karena sudah kelihatan kinerja perusahaannya tetapi di penelitian ini
perusahaan yang sebentar masa operasinya lebih menarik minat calon investor.
Pengaruh volatilitas pasar terhadap kinerja saham jangka pendek
Berdasarkan hasil penelitian ini menyatakan terdapat kecenderungan yang
meningkatkan volatilitas pasar terhadap kinerja saham jangka pendek positif yang
berarti bahwa semakin tinggi volatilitas pasar perusahaan tersebut, maka lebih besar
mendapatkan return yang positif. Hal ini yang diinginkan oleh pemegang saham karena
semakin tinggi fluktuatif harga saham, maka semakin cepat atau ada kesempatan yang
lebih bagi pemegang saham mendapatkan keuntungan.
Hal ini berkaitan dengan konsep high risk high return yang dimana tingkat
pegembalian yang diharapkan mencerminkan tingkat risiko investasi yang
bersangkutan. Apabila suatu bentuk investasi mempunyai risiko yang lebih tinggi, maka
sudah tentu investasi tersebut akan menghasilkan tingkat retrun yang lebih tinggi pula.
Investor seperti riks taker (seeker) adalah investor yang senang menghadapi risiko, bila
dihadapkan dengan dua pilihan investasi dengan tingkat pengembalian yang sama
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
75
namun risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan risiko yang lebih
tinggi.
Hasil ini juga berhubungan dengan teori signalling yang dimana apabila nilai
dari harga saham meningkat, maka ini dapat meningkatkan return saham dari sebuah
perusahaan. Hal ini dapat dijadikan signal bagi para investor untuk melakukan investasi
pada perusahaan dengan kondisi seperti ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Peter (2015) yang melakukan penelitian perusahaan IPO di Sri Lanka
mengatakan bahwa volatilitas pasar berpengaruh positif terhadap kinerja saham jangka
pendek karena alasan untuk pengembalian berlebih awal dianalisis, volatilitas pasar,
ketidakpastian pasar privatisasi dan non privatisasi semuanya berdampak pada besarnya
imbal hasil awal yang berlebih yang dimana kondisi pasar yang fluktuatif atau tidak
menentu.
SIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Periode penjualan saham di pasar perdana tidak memiliki kecenderungan terhadap
kinerja saham jangka pendek karena hal ini bukan menandakan prospek perusahaan
untuk menarik minat calon investor membeli saham di pasar sekunder
2. Umur perusahaan terdapat kecenderungan yang menurunkan kinerja saham jangka
pendek negatif, perusahaan yang berdiri lebih lama tidak menjamin calon investor
untuk percaya menanam saham di perusahaan tersebut karena harga saham
perusahaan yang beroperasi lebih lama akan susah untuk berubah sehingga investor
akan lebih lama mendapatkan keuntungan membeli saham tersebut.
3. Volatilitas pasar terdapat kecenderungan yang meningkatkan kinerja saham jangka
pendek positif, volatilitas pasar yang fluktuatif lebih disukai oleh investor karena
terdapat kesempatan yang lebih cepat bagi pemegang saham untuk mendapatkan
keuntungan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran yang dapat
digunakan untuk peneliti selanjutnya, yaitu penelitian selanjutnya agar dapat
menambahkan variabel untuk mengetahui tingkat signifikansi yang lebih besar seperti
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
76
reputasi underwriter dan ukuran perusahaan serta membandingkan perusahaan yang
melakukan kinerja saham jangka pendek dengan kinerja saham jangka panjang tersebut
menggunakan uji beda.
DAFTAR PUSTAKA
Arman, A. 2011. “Pengaruh Umur dan Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter, dan
Return on Equity Terhadap Tingkat Underpricing Saham di Bursa Efek
Indonesia”. Proceeding For Call People-Pekan Ilmiah Dosen-UKSW, Vol. 1(3):
hal. 107–120.
Darmadji, Tjipto dan Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat
Florentina, M. N. 2014. ”Karakteristik Penawaran Umum Saham Perdana: Kinerja
Saham Jangka Pendek dan Kinerja Saham Jangka Panjang Pada Pasar Modal
Indonesia”. E-Journal Graduate Unpar, Vol. 1(2): hal. 150–161.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19.
Edisi Kelima. Semarang: Universitas Diponegoro.
Guntoro, Harahap. 2008. “Analisis Perbedaan Kinerja Saham Jangka Pendek dan
Jangka Panjang Pada Perusahaan Initial Public Offering (IPO) di Pasar Modal
Indonesia”. Journal Riset Bisnis Indonesia, Vol. 4(2): hal.65–78.
Hartono, Jogiyanto. 2014. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan.
Cetakan Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Husnan, Suad. 2009. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Karsana, Yusef Widya. 2009. “Analisis Kinerja Saham Emiten Dalam Periode Satu
Tahun Setelah Penawaran Perdana”. Media Riset, Auditing & Informasi, Vol.
9(3): hal. 39–56.
Nuroh, S. A. 2013. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Initial Return dan Return 7
Hari Setelah IPO”. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, Vol. 2(5): hal. 1–14.
Perera, W., & Kulendran, N. 2016. “Evaluation of Short-Run Market Performance and
its Determinants Using Marginal Analysis and Binary Models: Evidence from
Australian Initial Public Offerings”. Journal of Insurance and Financial
Management, Vol. 2(6): pp. 1–29.
Peter, S. 2015. “Explaining Short Run Performance of Initial Public Offerings in an
Emerging Frontier Market: Case of Sri Lanka”. International Journal of
Economics, Business and Finance, Vol. 3(1): pp 1–13.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
77
Prastiwi, A. dan I.J. Kusuma. 2001. “Analisis Kinerja Surat Berharga Setelah
Penawaran Perdana (IPO) di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia,
Vol. 16(2): hal. 177–178.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Buku 1, Edisi Keempat.
Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA.
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam. Yogyakarta.
UPP STIM YKPN.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Vong, A. P. I., & Trigueiros, D. 2010. “The short-run price performance of initial public
offerings in Hong Kong: New evidence”. Global Finance Journal, Vol. 21(3):
pp 253–261.