Upload
phamthu
View
232
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN KERJA
PEGAWAI TETAP DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh :
NANIK SULISTYARINI
NIM : 109101000015
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H / 2013 M
ii
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, November 2013
Nanik Sulistyarini, NIM. 109101000015
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
xix + (148) halaman, (34) tabel, (2) bagan, (6) lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang. Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang penting untuk
diperhatikan oleh organisasi. Hal ini dikarenakan, kepuasan yang dirasakan pegawai dalam
pekerjaannya akan meminimalisir tingginya angka turn over dan kemangkiran pegawai serta
dapat meningkatkan produktivitas dan loyalitas pegawai pada organisasi.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif dan
dengan desain penelitian cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan dengan alat
bantu berupa kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai tetap yang
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 104 responden.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pegawai tetap yang merasa tidak puas bekerja di
Rumah Sakit Haji Jakarta sebesar 47,1%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat
8 variabel yang memiliki hubungan secara bermakna dengan kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta meliputi variabel gaji, pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan
interpersonal, jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja.
Saran. Pihak Rumah Sakit Haji Jakarta sebaiknya melakukan evaluasi terhadap sistim
penggajian yang berlaku dengan memberikan gaji yang sesuai dengan faktor umur, jenis
kelamin, pendidikan, masa kerja, tanggung jawab dan prestasi kerja pegawai. Selain itu,
pihak Rumah Sakit Haji Jakarta sebaiknya lebih mengembangkan sistim penghargaan yang
ada baik dalam bentuk materi maupun non materi, memberikan kesempatan seluas-luasnya
dalam kegiatan diklat, membenahi sistim pengembangan karir yang lebih terarah,
meningkatkan komunikasi yang terjalin dalam lingkungan kerja, memberikan jenis pekerjaan
yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki pegawai, mengembangkan faktor
kesejahteraan yang diberikan kepada pegawai, melakukan pengawasan secara rutin pada
pekerjaan yang dilakukan pegawai serta menciptakan kondisi kerja yang dapat meningkatkan
semangat kerja pegawai.
Kata Kunci : kepuasan kerja pegawai.
Daftar Bacaan : 48 (1995-2012).
iv
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH, JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
SPECIALIZATION IN HEALTH CARE MANAGEMENT
Thesis, November 2013
Nanik Sulistyarini, NIM. 109101000015
The Factors that are Related to Employee Job Satisfaction at Rumah Sakit Haji Jakarta
in 2013
xix + (148) pages, (34) tables, (2) charts, (6) attachments
ABSTRACT
Background. Job satisfaction is one of the important factors to be considered by the
organization. This is because the satisfaction feeling of the employees on the job will
minimize the high rate of employee turnover and absenteeism and increase productivity and
employee loyalty to the organization.
Method. This research used quantitative and analytical approach with a cross sectional study
design. The data was collected using questionnaire tool. The population in this study is all
full-time employees who work at Rumah Sakit Haji Jakarta. There are 104 respondents as
samples. The data was analyzed using univariate and bivariate analysis.
Results. Based on this research, it is known that permanent employees who are dissatisfied
working at Rumah Sakit Haji Jakarta is 47,1 %. The results also show that there are eight
variables that have significant relationships with employee job satisfaction at Rumah Sakit
Haji Jakarta, they are salary variable, recognition variable, organization policy variable,
interpersonal relationship variable, job type variable, job security variable, control and
working condition variable.
Suggestions. The hospital management should do an evaluation of the existing payroll
system to give salary according to age, gender, education, tenure, responsibilities and
job performance of employees. In addition, Rumah Sakit Haji Jakarta should do further
develop a reward system in the form of material and non material, provide greater
opportunities in education and training activities, improve a system that is more focused
career development, improve the communication that exists within the working environment,
provide the kind of work in accordance with the interests and talents of employees,
developing welfare factor which is given to an employee, regularly monitoring the work done
on employees and creating working conditions that can increase employee morale.
Keywords : employee satisfaction.
References : 48 (1995-2012).
v
vi
vii
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Nanik Sulistyarini.
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Juni 1991.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Agama : Islam.
Alamat : Komp. Taman Asri Blok E12 No.18 b RT 003/ RW
010 Kelurahan Gaga, Kecamatan Larangan, Ciledug
Kota Tangerang, Banten 15154.
No. Telp/ Hp : 021 731 6233 / 0838 0811 5577.
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
1. 1996 - 1997 : Taman Kanak-Kanak Kusuma Djaya.
2. 1997 - 2003 : SD Negeri Larangan Utara 03.
3. 2003 - 2006 : SMP Negeri 11 Tangerang.
4. 2006 - 2009 : SMA Negeri 12 Tangerang.
5. 2009 - sekarang : S1-Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
Riwayat Pendidikan Non Formal
I. Kursus
1. 2008 - 2009 : Kursus Bahasa Inggris di IEC Cabang Petukangan, Jakarta
Selatan.
2. 2010 - 2011 : Kursus Bahasa Inggris di LBPP LIA Cabang Ciputat,
Tangerang Selatan
3. 2012 - selesai : Kursus Bahasa Inggris di Alphabeth Ciputat, Tangerang
Selatan.
Riwayat Organisasi
1. 2006 - 2007 : Staf Hubungan Masyarakat Majelis Permusyawaratan
Kelas (MPK)-OSIS SMA Negeri 12 Tangerang.
2. 2007 - 2008 : Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 12 Tangerang.
3. 2008 - 2009 : Club Fisika SMA Negeri 12 Tangerang.
4. 2010 - 2012 : Bendahara Departemen Kesenian dan Olahraga Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. 2012 - sekarang : Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013”
dapat diselesaikan tepat waktu.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir mahasiswa semester VIII
(delapan) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM). Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara materil
maupun non materil dalam penyusunan penelitian skripsi ini.
2. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ir. Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Riastuti Kusuma Wardani, MKM dan Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam pelaksanaan
penelitian skripsi ini.
5. Fajar Ariyanti, Ph.D, Yuli Amran, MKM dan Dr. Dra. Delina Hasan, Apt, M.Kes selaku
penguji sidang skripsi yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
6. dr.Yuli Prapanca Satar, MARS selaku penanggung jawab Peminatan Manajemen
Pelayanan Kesehatan yang telah memberikan masukan dalam pelaksanaan
penelitian skripsi ini.
7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk para dosen tamu,
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.
x
8. dr. H. Chairul Radjab Nasution, Sp.Pd, K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes selaku
Direktur Rumah Sakit Haji Jakarta yang telah memberikan perizinan penelitian
skripsi ini.
9. Ns. Kusnanto, S.Kep yang telah membantu perizinan penelitian skripsi ini.
10. Seluruh staf Rumah Sakit Haji Jakarta khususnya Bapak Heri Haerudin, Bapak
Tatang, Ibu Devi, Bapak Abu, Bapak Ridwan, Ibu Melly, dll yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
11. Fachmi Rizky Ramadhan, S.Ds, mama Aban dan papa Mundir yang telah
membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini.
12. Kakak-kakakku Leni, Lisa dan Desti yang telah membantu pelaksanaan penelitian
skripsi ini.
13. Teman-temanku Indryani, Rahmi Fadhila, Mentary Putri, Amelia Marif, Nadia
Tahsinia, Seno Bayu, Nur Najmi Laila, Desi Nutrika, Lilik Muizah, Kiki
Chairani, Endrawati Ratna dan Kak Ami 2007, yang telah membantu pelaksanaan
penelitian skripsi ini.
14. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Angkatan 2009, khususnya teman-teman Peminatan Manajemen
Pelayanan Kesehatan (MPK).
15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan
dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari
semua pihak untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Jakarta, November 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................ .. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... .. 10
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................. .. 11
1. Pertanyaan Umum .............................................................. .. 11
2. Pertanyaan Khusus ................................................................. .. 11
D. Tujuan Penelitian .................................................................... .. 12
1. Tujuan Umum .................................................................... .. 12
2. Tujuan Khusus ....................................................................... .. 12
E. Manfaat Penelitian .................................................................. .. 13
1. Secara Teoritis ...................................................................... .. 13
2. Secara Aplikatif .................................................................... .. 13
3. Secara Metodologi ................................................................ .. 13
4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta .................................................... 14
xii
F. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSAKA ..................................................................... 15
A. Kepuasan Kerja ....................................................................... .. 15
1. Pengertian Kepuasan Kerja .................................................. .. 15
2. Teori Kepuasan Kerja .......................................................... .. 16
3. Faktor-faktor Kepuasan Kerja ............................................. .. 21
4. Pengukuran Kepuasan Kerja ................................................ .. 41
B. Kerangka Teori ........................................................................ .. 47
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN .......................................................... 48
A. Kerangka Konsep ..................................................................... .. 48
B. Definisi Operasional ................................................................. .. 52
C. Hipotesis Penelitian .................................................................. .. 58
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 59
A. Desain Penelitian ....................................................................... ... 59
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. ... 59
C. Populasi dan Sampel ................................................................ ... 59
1. Populasi ............................................................................... ... 59
2. Sampel .................................................................................. ... 60
D. Jenis dan Sumber Data .............................................................. ... 61
1. Data Primer ......................................................................... ... 61
2. Data Sekunder ..................................................................... ... 62
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .......................... ... 62
F. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... ... 64
1. Uji Validitas Data ................................................................ ... 64
2. Uji Reliabilitas Data ............................................................. ... 65
G. Pengolahan Data ....................................................................... ... 66
1. Menyunting Data (data editing) ............................................... 67
2. Mengkoding Data ................................................................. ... 67
xiii
3. Memasukkan Data (data entry)............................................. ... 68
4. Membersihkan Data (data cleaning)........................................ 68
H. Analisis Data ............................................................................. ... 69
1. Analisis Univariat ................................................................ ... 69
2. Analisis Bivariat .................................................................. ... 70
BAB V HASIL PENELITIAN ..................................................................... 71
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Haji Jakarta ............................. .. 71
1. Profil Rumah Sakit Haji Jakarta ............................................ .. 71
2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Haji Jakarta ................... .. 71
3. Ketenagaan Rumah Sakit Haji Jakarta .................................. .. 72
B. Analisis Univariat ....................................................................... .. 73
C. Analisis Bivariat ......................................................................... .. 82
D. Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat dan Analisis Bivariat .... .. 99
BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 102
A. Keterbatasan Penelitian ............................................................. ... 102
B. Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Tetap .............................. ... 103
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta .............................. ... 105
1. Umur .................................................................................. ... 105
2. Jenis Kelamin .................................................................... ... 107
3. Pendidikan ........................................................................ ... 111
4. Masa Kerja ........................................................................ ... 113
5. Gaji .................................................................................... ... 116
6. Pengakuan ........................................................................ ... 119
7. Kebijakan Organisasi ......................................................... ... 122
8. Hubungan Interpersonal .................................................... ... 124
9. Tanggung Jawab ................................................................ ... 126
10. Prestasi Kerja .................................................................... ... 129
11. Jenis Pekerjaan .................................................................. ... 131
12. Jaminan Pekerjaan .............................................................. ... 133
xiv
13. Pengawasan ........................................................................ ... 135
14. Kondisi Kerja ..................................................................... ... 137
BAB VII PENUTUP ....................................................................................... 140
A. Simpulan ............................................................................................ .... 140
B. Saran ................................................................................................. .... 140
1. Bagi Rumah Sakit ....................................................................... .... 140
2. Bagi Peneliti Lain ........................................................................ .... 141
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Nomor Halaman
2.1 Kerangka Teori 47
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 51
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Nomor Halaman
3.1 Definisi Operasional 52
4.1 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian 66
5.1 Komposisi dan Jumlah Sumber Daya Manusia 72
5.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 73
5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Umur Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 74
5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Jenis Kelamin Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 75
5.5 Distribusi Frekuensi Variabel Pendidikan Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 75
5.6 Distribusi Frekuensi Variabel Masa Kerja Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 76
5.7 Distribusi Frekuensi Variabel Gaji Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 76
5.8 Distribusi Frekuensi Variabel Pengakuan Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 77
5.9 Distribusi Frekuensi Variabel Kebijakan Organisasi Bagi
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 78
5.10 Distribusi Frekuensi Variabel Hubungan Interpersonal
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 78
5.11 Distribusi Frekuensi Variabel Tanggung Jawab Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 79
5.12 Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Kerja Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 79
xvii
5.13 Distribusi Frekuensi Variabel Jenis Pekerjaan Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 80
5.14 Distribusi Frekuensi Variabel Jaminan Pekerjaan Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 81
5.15 Distribusi Frekuensi Variabel Pengawasan Terhadap
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 81
5.16 Distribusi Frekuensi Variabel Kondisi Kerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2013 82
5.17 Analisis Hubungan Antara Umur dengan Kepuasan
Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2013 83
5.18 Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 84
5.19 Analisis Hubungan Antara Pendidikan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 85
5.20 Analisis Hubungan Antara Masa Kerja dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 86
5.21 Analisis Hubungan Antara Gaji dengan Kepuasan
Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2013 87
5.22 Analisis Hubungan Antara Pengakuan dengan Kepuasan
Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2013 88
5.23 Analisis Hubungan Antara Kebijakan Organisasi dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 89
xviii
5.24 Analisis Hubungan Antara Hubungan Interpersonal
dengan Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2013 91
5.25 Analisis Hubungan Antara Tanggung Jawab dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 92
5.26 Analisis Hubungan Antara Prestasi Kerja dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 93
5.27 Analisis Hubungan Antara Jenis Pekerjaan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 94
5.28 Analisis Hubungan Antara Jaminan Pekerjaan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 95
5.29 Analisis Hubungan Antara Pengawasan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 96
5.30 Analisis Hubungan Antara Kondisi Kerja dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 98
5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian 99
5.32 Hubungan Antara Variabel Independen dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013 100
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Kuesioner
Lampiran 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Haji Jakarta
Lampiran 3. Surat Permohonan Skripsi di Rumah Sakit Haji Jakarta
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Skripsi di Rumah Sakit Haji Jakarta
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Pengumpulan Data di Rumah Sakit Haji
Jakarta
Lampiran 6. Output Analisis Data
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan unsur sumber daya manusia merupakan kunci
keberhasilan organisasi. Rumah sakit sebagai institusi yang kompleks dengan
produk yang dihasilkan berupa pelayanan membuat kualitas pelayanan di
rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas pemberi pelayanan (Widodo,
2003).
Saat ini diketahui bahwa permasalahan pokok yang sering timbul
dalam manajemen sumber daya manusia adalah bagaimana mencari cara
terbaik untuk mencapai kepuasan kerja pegawai (Utomo, 2008). Sehingga,
permasalahan terkait kepuasan kerja perlu mendapat perhatian dan ditangani
secara sungguh-sungguh. Hal ini sebagai upaya untuk menghindari dampak
negatif yang mungkin akan dihadapi rumah sakit akibat permasalahan tersebut
(Widodo, 2003).
Menurut Handoko (2001) yang dimaksud dengan kepuasan kerja (job
satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan mereka.
Sedangkan, menurut Gitosudarmo (1997) kepuasan kerja adalah suatu
2
pernyataan emosional yang positif, yang berasal dari perkiraan pekerjaan dan
pengalaman kerja seseorang.
Kepuasan kerja memiliki arti penting bagi pegawai maupun
perusahaan. Hal ini dikarenakan kepuasan kerja merupakan cerminan
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi
dalam lingkungan kerjanya (Umar, 2008). Kepuasan kerja merupakan sikap
umum positif seseorang terhadap kehidupan organisasionalnya. Hal tersebut
akan terlihat dalam keadaan positif di lingkungan kerja perusahaan maupun
sikap positif pegawai terhadap pekerjaannya. Apabila kepuasan kerja pegawai
terpenuhi, mereka akan cenderung memiliki motivasi yang tinggi untuk
melakukan pekerjaannya secara optimal yang memiliki orientasi pada
pencapaian tujuan organisasi (Utomo, 2008).
Selain itu, kepuasan kerja pegawai merupakan salah satu aspek yang
penting untuk diperhatikan oleh organisasi dikarenakan dengan mengetahui
tingkat kepuasan kerja pegawai, organisasi dapat meningkatkan produktivitas
serta efisiensi melalui perbaikan sikap dan tingkah laku kerja pegawainya
(As’ad, 2004). Seseorang yang bekerja dalam suatu organisasi memiliki hasrat
yang kuat untuk mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan di tempat ia
bekerja. Kepuasan kerja tentunya akan dapat diperoleh oleh pegawai apabila
adanya korelasi antara harapan dengan kenyataan yang diperoleh di tempat ia
bekerja (Utomo, 2008).
Pada dasarnya setiap individu dalam organisasi memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada
3
dirinya. Dimana, semakin tinggi penilaian seseorang terhadap pekerjaan yang
dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi kepuasan
yang dirasakan (Rivai, 2006).
Kepuasan kerja yang dirasakan pegawai dalam organisasi ditandai
dengan rendahnya proporsi pegawai yang meninggalkan organisasi,
rendahnya angka absensi pegawai, meningkatnya produktivitas pegawai serta
kepuasan kerja akan meningkatkan loyalitas pegawai terhadap organisasi
(Davis dan Newstrom, 1995).
Sebaliknya, ketidakpuasan kerja pegawai dalam organisasi ditandai
dengan menurunnya loyalitas pegawai, tingginya tingkat perputaran pegawai,
kemangkiran pegawai dan tindakan-tindakan negatif vital personalia lainnya
yang dapat merugikan organisasi (Handoko, 2001). Dilain sisi, Siagian (2002)
mengemukakan bahwa penyebab ketidakpuasan kerja dapat beraneka ragam,
seperti kondisi kerja yang tidak memuaskan, penghasilan yang dirasa rendah,
hubungan yang tidak serasi antara atasan maupun rekan kerja serta faktor-
faktor lainnya.
Menurut Wexley dan Yulk (1977) dalam As’ad (2004), pekerjaan
terbaik bagi penelitian kepuasan kerja adalah dengan memperhatikan faktor
organisasi maupun faktor individu pekerja. Menurut Kaplan (1997) dalam
Nurhayani (2006) kepuasan kerja dipengaruhi oleh karakteristik individu
seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan, lama kerja, status jabatan dan
pendidikan. Sedangkan, menurut Robbins (2001) karakteristik organisasi yang
mempengaruhi kepuasan kerja seperti kondisi kerja yang mendukung, rekan
4
sekerja yang mendukung, upah kerja, kesempatan promosi, jenis pekerjaan
dan supervisi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa penelitian.
Penelitian Fitria (2004) mengenai “Kepuasan Kerja SDM Perawat
Unit Rawat Inap Rumah Sakit Islam Jakarta” menghasilkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, umur, pendidikan, lama kerja,
status pernikahan, tempat kerja dan jabatan terhadap kepuasan kerja perawat.
Dari seluruh variabel tersebut, variabel yang memiliki hubungan kuat dengan
kepuasan kerja adalah variabel pendidikan dan tempat kerja. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perawat dengan pendidikan rendah
memiliki persentase 16,7% terhadap ketidakpuasan kerja dan 83,3%
menyatakan puas terhadap pekerjaannya. Sedangkan, perawat dengan
pendidikan tinggi yang menyatakan tidak puas terhadap pekerjaannya sebesar
62,5% dan yang menyatakan puas terhadap pekerjaannya sebesar 37,5%. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan perawat, maka
semakin tinggi pula tingkat kepuasannya.
Sedangkan, untuk variabel tempat kerja diperoleh hasil bahwa perawat
yang bekerja pada kelas yang lebih tinggi memiliki persentase 78,57%
terhadap ketidakpuasan dan 21,42% puas terhadap pekerjaannya. Sedangkan,
perawat pada kelas yang lebih rendah memiliki persentase ketidakpuasan
sebesar 34,61% dan puas sebesar 65,38%. Hal ini menunjukkan bahwa
perawat yang bekerja pada kelas yang lebih tinggi cenderung merasakan tidak
puas dikarenakan banyaknya tuntutan pasien yang umumnya terjadi pada
5
ruang kelas yang lebih tinggi serta besarnya beban kerja yang dirasakan
dibandingkan dengan kelas rawat inap yang lebih rendah.
Penelitian lain dikemukakan oleh Vaundika (2010) mengenai “Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pegawai Non PNS Bidang
Pelayanan Penunjang Medis Terhadap Kompensasi yang diterima di RSUD
Pasar Rebo” menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
umur, jabatan, pendidikan, unit kerja, lama kerja, kondisi kerja, kebijakan
penentuan kompensasi dan gaji. Dari seluruh variabel tersebut, variabel yang
memiliki hubungan kuat terhadap kepuasan kerja adalah variabel unit kerja
dan kondisi kerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan sebesar 28,6%
pegawai puas pada unit tempat mereka bekerja dan 71,4% menyatakan tidak
puas pada unit tempat mereka bekerja. Sedangkan, untuk variabel kondisi
kerja terdapat 37,3% merasa puas pada kondisi kerja dan sebesar 62,7%
merasa tidak puas pada kondisi tempat mereka bekerja.
Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan rumah sakit swasta kelas B Non
Pendidikan yang memiliki visi “Menjadi Rumah Sakit Islami Berkelas
Dunia”. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Haji Jakarta diketahui bahwa jumlah pegawai tetap yang saat ini
dimiliki oleh Rumah Sakit Haji Jakarta adalah 758 pegawai.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
melalui observasi dan wawancara dengan bagian Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Haji Jakarta pada bulan Februari-April 2013, diperoleh beberapa
6
permasalahan terkait kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta, antara lain :
1. Tingginya angka turn over pegawai di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Haji Jakarta diketahui bahwa terdapat sejumlah pegawai
yang mengundurkan diri dari Rumah Sakit Haji Jakarta, yaitu pada tahun
2008 terdapat 7 orang pegawai yang mengundurkan diri, tahun 2009
terdapat 12 orang, tahun 2010 mengalami peningkatan dua kali lipat dari
tahun sebelumnya, yaitu terdapat 26 orang yang mengundurkan diri dari
Rumah Sakit Haji Jakarta, tahun 2011 terdapat 28 orang dan mengalami
penurunan pada tahun 2012, yaitu sebesar 14 orang dan pada bulan
Januari-Maret 2013 terdapat 4 orang yang mengundurkan diri dari Rumah
Sakit Haji Jakarta. Dapat dipastikan pula bahwa akan terjadi peningkatan
jumlah pegawai yang mengundurkan diri sampai dengan akhir tahun 2013.
Permasalahan terkait tingginya angka turn over pegawai, merupakan
indikasi terhadap adanya rasa ketidakpuasan yang dirasakan pegawai.
Dimana, hal ini dapat didukung dengan adanya teori yang dikemukakan
oleh Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa respons
terhadap ketidakpuasan kerja ditunjukkan seseorang melalui perilaku yang
diarahkan pada meninggalkan organisasi dengan cara mengundurkan diri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian Sumber Daya Manusia,
diketahui bahwa tingginya angka turn over pegawai diakibatkan karena
banyaknya pegawai yang mengundurkan diri dengan alasan adanya
7
peningkatan jenjang karir, yaitu pegawai diterima sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Menurut teori yang dikemukakan oleh Herzberg (1968)
dalam Utomo (2008) salah satu alasan utama yang menyebabkan pegawai
untuk mengundurkan diri adalah perkembangan karir yang diperoleh oleh
seseorang.
Hal lain yang mendasari mereka untuk meninggalkan Rumah Sakit
Haji Jakarta adalah rasa kejenuhan dan rasa tidak nyaman yang dirasakan
akan lingkungan kerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Hal tersebut dapat
menjadi suatu indikasi bahwa kepuasan kerja pegawai di Rumah Sakit
Haji Jakarta rendah yang mengakibatkan banyaknya pegawai yang
memilih untuk mengundurkan diri.
2. Permasalahan lain yang diperoleh adalah tingkat kedisiplinan pegawai di
Rumah Sakit Haji Jakarta masih tergolong rendah. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Bagian Sumber Daya Manusia menunjukkan bahwa pada
bulan Januari 2012 jumlah kemangkiran pegawai sebesar 7 %, pada bulan
Februari 2012 sebesar 6 %, Maret 2012 sebesar 5 %, April 2012 sebesar
4 %, Mei 2012 sebesar 5 %, Juni 2012 sebesar 7 %, Juli 2012 sebesar 6 %,
Agustus 2012 sebesar 9 %, September 2012 sebesar 5 %, Oktober 2012
sebesar 6 %, November 2012 sebesar 7 %, Desember 2012 sebesar 6 %,
Januari 2013 sebesar 7 %, Februari 2013 sebesar 6 % dan pada bulan
Maret 2013 sebesar 5 %.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan
pegawai masih tergolong rendah dan merupakan salah satu indikasi
8
terhadap ketidakpuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai. Dimana, hal
tersebut dapat didukung dengan adanya teori yang dikemukakan oleh
beberapa orang ahli seperti Handoko (2001), Davis dan Newstrom (1995),
Siagian (2008) dan Wibowo (2007) yang menyatakan bahwa
ketidakpuasan kerja pegawai terhadap suatu pekerjaan akan berdampak
pada tingginya angka kemangkiran pegawai dalam organisasi.
3. Banyaknya keluhan yang dikemukakan pegawai terkait gaji yang
diterimanya tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan maupun beban
pekerjaannya.
4. Keluhan pegawai akan rasa ketidakpuasan terhadap kebijakan organisasi
perihal promosi jabatan serta ketidakadilan yang dirasakan terhadap
kegiatan pendidikan dan pelatihan.
5. Keluhan pegawai akan rasa kejenuhan dan tidak nyaman pada lingkungan
pekerjaan. Dimana, dalam hal ini terjadi ketidakharmonisan hubungan
interpersonal yang terjalin antar pegawai.
6. Keluhan pegawai terhadap pengawasan supervisi yang sangat jarang
dilakukan. Hal ini membuat pegawai merasa pekerjaan mereka tidak
mendapat pengawasan. Sehingga, sebaik apapun pekerjaan yang mereka
lakukan, mereka tidak akan menerima reward, yang sebenarnya hal
tersebut dapat meningkatkan hasrat mereka untuk bekerja lebih baik.
Permasalahan terkait banyaknya keluhan pegawai tersebut dapat
didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Siagian (2002) yang
menyatakan bahwa sebab-sebab ketidakpuasan kerja dapat beraneka ragam,
9
seperti penghasilan rendah atau dirasa kurang memadai, kondisi kerja yang
kurang memuaskan, hubungan kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang tidak
sesuai serta berbagai faktor lainnya.
Penelitian kepuasan kerja ini dilakukan dengan melibatkan 14 variabel
penelitian. Dimana, didalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang
belum banyak diteliti oleh peneliti terdahulu seperti variabel prestasi kerja dan
jaminan pekerjaan. Prestasi kerja dan jaminan pekerjaan merupakan suatu
faktor yang juga penting untuk diteliti. Hal ini dikarenakan, seorang pegawai
yang menginginkan kemajuan karir dalam organisasi akan memiliki dorongan
untuk memberikan hasil kerja yang baik. Sehingga, prestasi kerja yang
dihasilkan akan membuat pegawai memperoleh pengembangan karir yang
lebih cepat.
Sedangkan, dengan adanya jaminan pekerjaan yang diberikan oleh
organisasi akan membuat pegawai mengabdikan diri lebih lama dalam
organisasi. Hal ini dikarenakan, jaminan pekerjaan yang diberikan oleh
organisasi di luar gaji pokok pegawai membuat pegawai merasa nyaman dan
mendapat perhatian dalam bekerja pada suatu organisasi yang nantinya akan
menimbulkan kepuasan kerja. Oleh karena itu, didalam penelitian ini variabel
prestasi kerja dan jaminan pekerjaan perlu diteliti. Dimana, kedua variabel
tersebut merupakan variabel yang di adopsi dari teori yang dikemukakan oleh
Herzberg. Penelitian ini juga merupakan penelitian yang belum pernah
dilakukan oleh peneliti lain di Rumah Sakit Haji Jakarta sejak tahun 2002.
10
Berdasarkan pada uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai
tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan atas
dasar tingginya angka turn over pegawai, tingkat kedisiplinan pegawai yang
masih tergolong rendah serta banyaknya keluhan yang diungkapkan pegawai
akan rasa ketidakpuasan terhadap pekerjaannya di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta, peneliti menganggap perlu untuk mengangkat
bahasan terkait kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Hal ini dikarenakan pegawai merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan
organisasi, bila kepuasan kerja yang ada dalam diri pegawai tinggi maka
rumah sakit akan semakin mudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Hal yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya
permasalahan yang terjadi di Rumah Sakit Haji Jakarta yang merupakan
indikasi terhadap ketidakpuasan kerja pegawai tetap. Dimana, hal ini dapat
ditunjukkan dengan adanya 91 orang yang mengundurkan diri dari Rumah
Sakit Haji Jakarta yang terjadi sejak tahun 2008 hingga Maret 2013. Diketahui
pula bahwa tingkat kedisplinan pegawai yang bekerja di Rumah Sakit Haji
Jakarta masih tergolong rendah.
11
Selain itu, hal lain yang melatarbelakangi permasalahan untuk
dilakukannya penelitian ini adalah banyaknya keluhan yang dikemukakan
pegawai akan gaji yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaan yang telah
dilakukan, keluhan pada ketidakadilan kebijakan organisasi terkait pemberian
kesempatan dalam promosi jabatan dan kegiatan pendidikan dan pelatihan,
rasa kejenuhan dan tidak nyaman pada lingkungan pekerjaan dimana hal
tersebut didasarkan pada hubungan interpersonal antar pegawai tidak berjalan
dengan baik serta rasa ketidakpuasan akan pengawasan dari supervisi.
Dalam mengatasi permasalahan yang terjadi, maka Rumah Sakit Haji
Jakarta perlu memperhatikan kepuasan kerja pegawainya. Berdasarkan pada
hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2013”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Pertanyaan Umum
Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013?
2. Pertanyaan Khusus
a. Bagaimana gambaran kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta tahun 2013?
12
b. Bagaimana gambaran faktor karakteristik individu (umur, jenis
kelamin, pendidikan dan masa kerja) pegawai tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta tahun 2013?
c. Bagaimana gambaran faktor organisasi (gaji, pengakuan, kebijakan
organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja,
jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja) di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2013.
b. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik individu (umur, jenis
kelamin, pendidikan dan masa kerja) pegawai tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta tahun 2013.
c. Diketahuinya gambaran faktor organisasi (gaji, pengakuan, kebijakan
organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja,
jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja) di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013.
13
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan
ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan kepuasan kerja pegawai yang
merupakan pengembangan dari teori yang telah ada.
2. Secara Aplikatif
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak Rumah Sakit Haji
Jakarta untuk mengetahui informasi terkait kepuasan kerja pegawai
tetap.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak Rumah Sakit Haji
Jakarta sebagai rekomendasi dalam pengambilan keputusan serta
membuat strategi kebijakan dan program peningkatan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
3. Secara Metodologi
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti-peneliti lain dalam
mengembangkan penelitian lebih lanjut serta sebagai media pembelajaran
dan bahan referensi tentang kepuasan kerja pegawai di rumah sakit yang
memiliki karakteristik yang sama dengan Rumah Sakit Haji Jakarta.
14
4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
a. Terlaksananya salah satu upaya untuk mengimplementasikan Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu akademik, penelitian dan pengabdian
masyarakat.
b. Dapat memberikan masukan dan menjadi bahan referensi bagi
mahasiswa mengenai kepuasan kerja pegawai.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja pegawai
tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013. Penelitian ini dilakukan oleh
mahasiswi Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
tetap yang bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan studi
kepustakaan. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Jakarta pada bulan
Juni-Juli 2013.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuasan Kerja
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Hasibuan (2005) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap emosional
yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Dimana, sikap tersebut
ditunjukkan dengan moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Hal tersebut
senada dengan yang dikemukakan oleh Kreitner dan Kinnicki (2001) dalam
Wibowo (2007) yang mengungkapkan bahwa kepuasan kerja adalah respons
affective atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang. Definisi
ini menunjukkan bahwa job satisfaction bukan merupakan konsep tunggal.
Melainkan seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan
tidak puas dengan satu atau lebih aspek pekerjaan lainnya.
Menurut Church (1992) dalam Setyawan (2005), kepuasan kerja adalah
hasil dari berbagai macam sikap (attitude) yang dimiliki oleh pegawai. Dalam
hal ini, yang dimaksud dengan sikap tersebut adalah segala hal yang
berhubungan dengan pekerjaan seperti pengawasan/supervisi, gaji dan
tunjangan, kesempatan promosi dan kenaikan pangkat, kondisi kerja,
pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja yang adil dan tidak
merugikan, hubungan sosial di dalam pekerjaan yang baik, penyelesaian yang
16
cepat terhadap keluhan dan perlakuan yang baik dari pimpinan terhadap
pegawai.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli terkait
kepuasan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah
perasaan emosional yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang
dirasakan pegawai dalam pekerjaannya.
2. Teori Kepuasan Kerja
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat
sebagian orang lebih puas terhadap pekerjaannya daripada beberapa lainnya.
Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap
kepuasan kerja (Wibowo, 2007). Menurut Wexley dan Yulk (1977) dalam
As’ad (2004) teori-teori tentang kepuasan kerja terbagi menjadi tiga macam,
yaitu :
a. Discrepancy Theory (Teori Perbedaan)
Teori ini dipelopori oleh Porter (1961). Teori ini mengukur kepuasan
kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya
dengan kenyataan yang dirasakan. Locke (1969) dalam As’ad (2004)
menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung kepada
discrepancy antara should be (expectation, needs or values) dengan apa
yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai
melalui pekerjaan. Dengan demikian, orang akan merasa puas bila tidak
17
ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan,
karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi.
Apabila kepuasan diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka
orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, tetapi
merupakan discrepancy yang positif. Sebaliknya, semakin jauh kenyataan
yang dirasakan di bawah standar minimum sehingga menjadi negative
discrepancy, maka semakin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap
pekerjaan. Kepuasan kerja pegawai tergantung pada selisih antara sesuatu
yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.
b. Equity Theory (Teori Keadilan)
Teori keadilan ini dikembangkan oleh Adams (1963). Teori ini
mengemukakan bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak puas,
tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi,
khususnya situasi kerja. Perasaan akan equity dan inequity atas suatu
situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan
orang lain yang sederajat dengannya dalam suatu situasi yang sama
maupun berbeda.
Menurut Rivai (2006) komponen utama dalam teori keadilan adalah
input, out comes (hasil), equity (keadilan) dan in equity (ketidak adilan).
Yang dimaksud dengan input adalah “is anything of value that an
employee perceives that he contributes to his job”. Ini berarti input dalam
teori ini adalah segala sesuatu atau faktor-faktor yang bernilai atau
berharga yang dirasakan seseorang yang dianggap mendukung
18
pekerjaannya, seperti faktor pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah
tugas dan peralatan atau perlengkapan yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaannya.
Adapun yang dimaksud dengan out comes (hasil) dari teori ini adalah
“is anything of value that the employee perceives he obtains from the
job”. Artinya, hasil dalam teori ini adalah segala sesuatu yang dianggap
bernilai atau berharga oleh seseorang yang diperoleh dari pekerjaannya
seperti gaji, keuntungan sampingan, simbol, status, penghargaan dan
kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Menurut teori ini, setiap
orang akan membandingkan rasio input dan hasil dari dirinya dengan rasio
input dan hasil dari orang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil,
maka pegawai akan merasa puas. Bila perbandingan tersebut tidak
seimbang tetapi menguntungkan, hal ini dapat menimbulkan kepuasan,
tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang akan
timbul ketidakpuasan.
c. Two Factor Theory Frederick Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori dua faktor merupakan teori yang dikemukakan oleh Frederick
Herzberg dalam As’ad (2004). Berdasarkan atas hasil penelitiannya dalam
mengembangkan teori ini, Herzberg membagi situasi yang mempengaruhi
sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok satisfiers atau motivator dan kelompok dissatisfiers atau
hygiene factors.
19
Kelompok satisfiers atau motivator ialah faktor-faktor atau situasi
yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari
prestasi kerja, tanggung jawab, kepuasan pada pekerjaannya sendiri,
pengakuan dan peluang untuk maju dan berkembang dalam pekerjaan.
Sedangkan, kelompok dissatisfiers atau hygiene factors ialah faktor-faktor
yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari kebijakan
organisasi, pengawasan/supervisi, gaji, hubungan interpersonal, kondisi
kerja, status dan jaminan pekerjaan. Perbaikan terhadap kondisi tersebut
akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan
menimbulkan kepuasan karena faktor-faktor tersebut bukan merupakan
sumber kepuasan kerja.
Hasil penelitian Herzberg juga menunjukkan bahwa jika para pegawai
berpandangan positif terhadap tugas pekerjaan mereka, maka tingkat
kepuasan yang mereka rasakan tinggi. Sebaliknya, jika pegawai
memandang tugas pekerjaannya secara negatif, maka dalam diri mereka
tidak akan merasa puas (Siagian, 2002).
Dapat disimpulkan bahwa dalam teori dua faktor terdapat faktor
pendorong yang berkaitan dengan perasaan positif terhadap pekerjaannya
yang dapat memberikan kepuasan kerja dan faktor yang dapat
mengakibatkan ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan motivator
internal yang berkaitan dengan pekerjaan dari pekerja itu sendiri,
sedangkan ketidakpuasan berkaitan dengan lingkungan pekerja dimana
pekerja harus merasa puas agar tetap berada dalam organisasi.
20
Selain teori-teori yang telah dikemukakan diatas, terdapat teori lain yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja menurut ahli lainnya, yaitu :
a. Teori Kepuasan Kerja Menurut Gibson (1997)
Teori yang dikemukakan oleh Gibson (1997) menyatakan bahwa
perilaku individu memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja individu
tersebut dalam bekerja pada suatu organisasi. Dalam menjelaskan teori
terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, Gibson
membaginya kedalam tiga kelompok sebagai berikut :
1. Faktor Individu
Faktor individu merupakan faktor-faktor yang terdiri dari karakteristik
demografi seperti umur, jenis kelamin, ras/suku serta faktor-faktor
karakteristik individu lainnya seperti pendidikan dan pengalaman.
2. Faktor Psikologi
Yang termasuk dalam faktor psikologi menurut Gibson adalah
persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.
3. Faktor Organisasi
Faktor organisasi yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja menurut
Gibson adalah desain pekerjaan, kebijakan dan aturan, imbalan,
hubungan langsung antara manajer dengan pegawai (supervisi),
hubungan sosial diantara pegawai dan situasi kerja.
21
b. Teori Kepuasan Kerja Menurut Baron dan Byrne (2005)
Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa teori terkait faktor
kepuasan kerja diklasifikasikan kedalam dua kelompok faktor, yaitu faktor
individu dan faktor organisasi. Faktor individu atau karakteristik pegawai
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja terbagi dalam dua prediktor
penting, yaitu faktor status dan senioritas. Semakin lama seseorang
bekerja dalam bidang pekerjaannya dan semakin tinggi statusnya, maka
semakin besar pula kepuasan yang dirasakan. Begitu pula, jika pekerjaan
seseorang semakin cocok dengan minatnya, maka semakin besar kepuasan
kerja yang diperoleh.
Sebaliknya, status kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan
mendorong pegawai untuk mencari pekerjaan lain. Hal tersebut berarti dua
faktor yang ada dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja dan pegawai
yang memiliki ketertarikan dan tantangan kerja akan merasa puas dengan
hasil kerjanya apabila mereka dapat menyelesaikan dengan maksimal.
Sedangkan, faktor organisasi yang dapat menimbulkan kepuasan kerja
terdiri dari faktor kebijakan organisasi dan iklim kerja.
3. Faktor-faktor Kepuasan Kerja
Banyak faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai.
Faktor-faktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan kerja
kepada pegawai tergantung pada pribadi masing-masing pegawai (As’ad
2004). Wexley dan Yulk (1977) dalam As’ad (2004) menyatakan bahwa
22
pekerjaan terbaik bagi penelitian terkait kepuasan kerja pegawai adalah
dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada baik faktor organisasi maupun
faktor individu dari pekerja.
a. Faktor Individu yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai
Menurut Baron dan Byrne (2005) serta Gibson (1997), terdapat
beberapa faktor atau karakteristik individu yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja, yaitu :
1. Umur
Gibson (1997) mengungkapkan bahwa hubungan umur dengan
kepuasan kerja menunjukkan hubungan yang positif, artinya semakin
tua umur pegawai semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya, setidak-
tidaknya sampai umur pegawai menjelang pensiun pada pekerjaan
yang dikuasainya.
Greenberg dan Baron dalam Nurhayani (2006) mengemukakan
pendapat bahwa kepuasan kerja meningkat pada usia 30-an, kemudian
menurun pada usia 40-an dan akan meningkat lagi pada usia 50-an
sampai mereka pensiun. Ghiselli dan Brown (1950) dalam As’ad
(2004) mengungkapkan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan umur pegawai. Umur diantara 25 tahun sampai 34 tahun dan
umur 40 sampai 45 tahun merupakan umur yang dapat menimbulkan
perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Gilmer (1966) dalam As’ad
(2004) yang menyatakan bahwa rendahnya kepuasan kerja timbul pada
23
saat pegawai berusia 25-30 tahun. Pernyataan tersebut juga didukung
oleh pendapat dari Atliselli & Brown (1955) dalam As’ad (2004) yang
memberi batasan umur antara 25-30 tahun sebagai masa timbulnya
rasa kurang puas seseorang terhadap pekerjaannya.
Hasibuan (2005) dan Moekijat (1995) dalam Tauhid (2004),
Siagian (2008), Handoko (2001) dan Davis dan Newstrom (1995)
menyatakan bahwa pekerja yang berumur lebih tua memiliki
kecenderungan puas terhadap pekerjaannya dibandingkan dengan
pekerja yang berumur lebih muda. Hal ini dikarenakan terjadinya
penurunan harapan dan penyesuaian yang lebih baik terhadap situasi
pekerjaan. Sebaliknya, pekerja-pekerja yang masih berusia muda
cenderung kurang puas karena tingginya harapan, penyesuaian yang
kurang dan sebab-sebab lainnya.
Siagian (2008) mengungkapkan bahwa terdapat berbagai alasan
yang sering dikemukakan menjelaskan fenomenon ini antara lain :
a. Bagi pegawai yang telah memasuki usia lanjut akan semakin sulit
memulai karir baru di tempat lain,
b. Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, harapan,
keinginan dan cita-cita,
c. Gaya hidup yang telah mapan,
d. Sumber penghasilan yang relatif terjamin,
e. Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang
bersangkutan dengan rekan-rekannya dalam organisasi.
24
Penelitian Erminda (2003) dan Tauhid (2004) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kepuasan kerja
seseorang. Sementara, penelitian Widodo (2003) menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kepuasan
kerja seseorang.
2. Jenis Kelamin
Gibson (1997) mengungkapkan bahwa berkaitan dengan jenis
kelamin, dapat dikatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan
yang signifikan antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja. Penelitian
yang dilakukan oleh Gleen, Taylor, dan Wlaver (1977) dalam As’ad
(2004) menemukan dalam penelitiannya adanya perbedaan kepuasan
kerja diantara pria dan wanita, yang mana kebutuhan wanita untuk
merasa puas dalam bekerja ternyata lebih rendah dibandingkan dengan
pria.
Sementara, Wicaksono (1982) dalam As’ad (2004) menyimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan antara kepuasan kerja pegawai pria dengan
wanita. Hal tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Utomo (2008), Erminda (2003), Widodo (2003) dan Tauhid (2004)
terkait kepuasan kerja menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara variabel jenis kelamin dengan kepuasan kerja
seseorang, baik berjenis kelamin pria maupun wanita.
25
3. Ras/suku
Menurut Gibson (1997) ras/suku merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Seseorang akan lebih
merasa puas dalam bekerja dengan adanya kesamaan ras/suku dengan
rekan kerjanya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografis yang
perlu untuk dipertimbangkan karena jenjang pendidikan seseorang
memberi pengaruh dalam menentukan posisi dalam pekerjaannya
kelak. Penelitian Adib Farchan (1984) dalam As’ad (2004)
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan positif antara tingkat
pendidikan dengan kepuasan kerja. Hal serupa juga dikemukakan oleh
Klein & Maher (1996) dalam Abdurrahman (2000) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan dan
kepuasan kerja.
Dilain sisi, Gilmer (1966) dalam As’ad (2004) menyimpulkan
bahwa pegawai yang berpendidikan lanjutan atas merasa sangat puas
dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Sementara itu, penelitian lain
yang dilakukan oleh Widodo (2003), Erminda (2003) dan Tauhid
(2004) terkait kepuasan kerja menunjukkann bahwa tidak ada
hubungan antara status pendidikan dengan kepuasan kerja seseorang.
26
5. Masa Kerja
Greenberg dan Baron (2003) dalam Nurhayani (2006) menyatakan
bahwa pegawai dengan masa kerja lebih lama memiliki kepuasan kerja
lebih tinggi dibandingkan dengan pegawai dengan masa kerja baru.
Menurut Robbins (2001) bukti menunjukkan bahwa antara masa kerja
dan kepuasan saling berhubungan positif. Bila masa kerja tinggi maka
akan diperoleh kepuasan kerja yang tinggi dan sebaliknya bila masa
kerja rendah maka kepuasan kerja rendah. Seseorang yang telah
bekerja sekian lama akan mampu melakukan penyesuaian diri
terhadap lingkungan pekerjaannya sehingga dapat mencapai kepuasan
dalam menjalankan pekerjaannya.
Menurut Simmamora (2004), pegawai dengan masa kerja di bawah
10 tahun merupakan pegawai dalam tahap karir awal. Dalam masa
mempersiapkan karir dikemudian hari, karir awal pegawai tidak akan
selalu berjalan dengan mulus, dimana dalam menjalani karir tersebut
seseorang dapat memperoleh masalah yang mungkin timbul, seperti :
a. frustasi dan ketidakpuasan yang disebabkan karena
pengharapannya tidak sesuai dengan realita yang ada.
b. penyelia yang tidak kompeten.
c. intensitivitas terhadap aspek politis organisasi.
d. pasivitas dan kegagalan dalam memantau lingkungan internal dan
eksternal.
27
e. pengabaian kriteria sesungguhnya untuk pengevaluasian kinerja
dari pegawai yang baru diangkat atau baru memulai karir.
f. ketegangan antara professional muda dengan yang lebih tua serta
manajer yang diakibatkan oleh perbedaan pengalaman, kebutuhan
dan minat.
g. ketidakpastian mengenai tipe dan batasan loyalitas yang dituntut
oleh organisasi.
h. kegelisahan mengenai integritas, komitmen dan dependensi.
i. dilemma etis.
Simmamora (2004) juga mengemukakan bahwa pegawai dengan
masa kerja di atas 20 tahun dalam tahap karir akhir, yaitu bersiap-siap
untuk memasuki usia pensiun, dimana ada sebagian pegawai mulai
melepaskan diri dari belitan-belitan tugas. Namun, ada juga sebagian
pegawai tetap produktif dan menyiapkan diri untuk pensiun yang
efektif, sehingga kepuasan kerja pegawai yang bersangkutan masih
tinggi dibandingkan pegawai dengan masa kerja di bawah 10 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Tauhid (2004) menunjukkan tidak
ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan kepuasan kerja
pegawai. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2003)
dan Erminda (2003) terkait kepuasan kerja menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kepuasan kerja
seseorang.
28
6. Status kepegawaian
Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa status kerja yang
rendah dan pekerjaan yang rutin akan mendorong pegawai untuk
mencari pekerjaan lain. Sebaliknya, semakin tinggi status
pekerjaannya semakin besar pula kepuasan yang dirasakan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Utomo (2008)
memperoleh hasil bahwa status pekerjaan tidak memiliki pengaruh
pada kepuasan kerja seseorang. Hal ini dikarenakan pegawai dengan
status kontrak maupun tetap memperoleh fasilitas yang sama dalam
organisasi terkecuali bagi mereka yang memiliki jabatan tertentu.
Penelitian Widodo (2003) menunjukkan bahwa pegawai dengan
status pekerjaan honorer cenderung tidak puas dibandingkan dengan
pegawai dengan status pekerjaan pegawai tetap. Sementara, penelitian
Erminda (2003) menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara
status pegawai dengan kepuasan kerja pegawai.
b. Faktor Psikologis yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai
Menurut Gibson (1997) faktor-faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja antara lain :
1. Persepsi
Gibson (1997) menyebutkan bahwa kepuasan kerja berhubungan
dengan persepsi perilaku seseorang. Persepsi itu sendiri merupakan
29
proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang
melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan
dalam suatu pengalaman psikologis. Hal serupa juga dikemukakan
oleh Robbins (2001) yang menyatakan bahwa persepsi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka.
Dimaksudkan bahwa persepsi dari seseorang merupakan suatu
bentuk dari pengalaman psikologis pekerja dalam usaha memahami
lingkungan disekitarnya dengan menggunakan penafsiran yang ada
dalam dirinya. Artinya, persepsi psikologis seseorang dapat diketahui
melalui bagaimana penafsiran seseorang terhadap kehidupan
organisasionalnya yang terkait dengan lingkungan pekerjaan serta
pengalaman kerja yang dirasakan selama bekerja pada suatu instansi.
2. Sikap
Gibson (1997) menyatakan bahwa sikap sebagai perasaan positif
atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada
respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih
merupakan determinan perilaku seseorang dalam merasakan sesuatu,
sebab sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.
30
3. Kepribadian
Gibson (1997) menyatakan bahwa kepribadian merupakan
himpunan karakteristik dan kecendrungan yang stabil dalam
menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang.
Tinjauan determinan yang membentuk kepribadian menunjukkan
bahwa para pimpinan diharapkan mampu untuk memperhatikan
permasalahan yang menggerakkan emosi yang kuat pada pegawainya,
karena emosi yang kuat seringkali mengubah persepsi seseorang.
Perilaku pegawai tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan
konsep kepribadian seseorang.
4. Belajar
Robbins (2001) menyatakan belajar merupakan perubahan perilaku
yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari suatu
pengalaman. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses yang melibatkan perubahan dan perubahan tersebut harus
relatif permanen dan pembelajaran berlangsung ketika terjadi
perubahan tindakan. Dimana, perubahan tindakan tersebut didasarkan
pada pengalaman yang dirasakan seseorang.
5. Motivasi
Gibson (1997) menjelaskan bahwa motivasi merupakan konsep
yang digunakan untuk menggambarkan dorongan yang timbul pada
diri seseorang yang mampu menggerakkan dan mengarahkan
perilakunya. Konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan
31
perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku dan untuk
menunjukkan arah tindakan. Seorang pimpinan sering kali lebih
menyukai memotivasi karyawannya secara positif agar pegawai
tersebut dapat menjalankan pekerjaannya. Sehingga, pegawai yang
termotivasi akan menghasilkan pekerjaan yang memiliki kualitas
tinggi.
c. Faktor Organisasi yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai
Menurut Baron dan Byrne (2005), Herzberg (1968) dalam Utomo
(2008) serta Gibson (1997), faktor-faktor organisasi yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja antara lain :
1. Gaji
Menurut Gibson (1997) gaji adalah sejumlah uang yang diterima
dan dianggap wajar oleh pegawai. Sedangkan, Hasibuan (2005)
menjelaskan gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik
kepada pegawai tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Dengan
kata lain, gaji akan tetap dibayarkan walaupun pekerja tersebut tidak
masuk kerja. Gilmer (1966) dalam As’ad (2004) menyatakan bahwa
gaji lebih banyak menimbulkan ketidakpuasan dan jarang orang
mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang
diperolehnya.
32
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa bagi
pegawai, gaji merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan
diri sendiri dan keluarganya. Gaji selain berfungsi memenuhi
kebutuhan pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan untuk
menjadi daya dorong bagi para pegawai agar dapat bekerja dengan
penuh semangat. Tidak ada satupun organisasi yang dapat
memberikan kekuatan baru bagi tenaga kerjanya atau meningkatkan
produktifitas, jika tidak memiliki sistem kompensasi yang realistis.
Gaji bila digunakan dengan benar akan memberikan kepuasan bagi
pegawai itu sendiri.
Dalam hal ini, hal penting yang harus diperhatikan adalah gaji
yang baik adalah gaji yang dianggap adil dan jumlahnya memuaskan.
Namun, gaji juga dapat menimbulkan ketidakpuasan apabila sistem
kompensasi yang ada tidak memadai (Simmamora, 2004). Penelitian
yang dilakukan oleh Nurhayani (2006) menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif antara gaji dengan kepuasan kerja seseorang.
2. Pengakuan
Amstrong (2003) dalam Utomo (2008) mengartikan pengakuan
sebagai kebutuhan untuk diakui atas apa yang telah dicapai. Menurut
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) sumber pengakuan dapat
berasal dari atasan, manajemen, klien, group, kolega professional atau
publik. Oleh karena itu, seseorang yang memperoleh pengakuan akan
dapat meningkatkan semangat pegawai itu dalam bekerja. Sebagai
33
catatan, celaan dan kritik termasuk dalam kriteria pengakuan, biasanya
disebut pengakuan negatif. Sedangkan pengakuan positif dapat berupa
pujian, promosi atau kenaikan gaji.
Penelitian yang dilakukan oleh Locke (1976) dalam As’ad (2004)
menunjukkan bahwa pengakuan dapat menimbulkan kepuasan kerja
seseorang, terutama bagi mereka yang merupakan pegawai golongan
rendah. Hal ini dikarenakan kebutuhan untuk merasa dihargai akan
terpenuhi sebagaimana halnya dengan kebutuhan harga diri dan
konseptualisasi diri. Penelitian Muhaimin (1985) dalam As’ad (2004)
juga menyebutkan bahwa semakin tinggi penghargaan yang diterima
seseorang atas pengakuan dirinya dalam organisasi akan semakin
meningkatkan kepuasan kerja yang dimilikinya.
3. Kebijakan Organisasi
Menurut Syafdewiyani (2002) kebijakan organisasi merupakan
aturan tertulis yang dibuat rumah sakit yang berisi tentang kebijakan
yang diberlakukan untuk seluruh pegawai. Kebijakan organisasi
sebaiknya diberitahukan kepada seluruh pegawai agar pegawai
memperoleh kejelasan tentang kebijakan organisasi yang ada.
Suatu kebijakan dibuat untuk meningkatkan hasil pekerjaan
pegawai yang optimal. Suatu kebijakan organisasi juga akan
membentuk iklim kerja yang sesuai dengan tujuan organisasi. Adapun
kebijakan organisasi yang diberikan kepada pegawai dapat berupa
kebijakan akan pemberian pendidikan dan pelatihan dalam upaya
34
meningkatkan kualitas kerja pegawai, kebijakan akan pemberian
pengembangan karir dan promosi, reward dan punishment serta
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
Apabila terjadi ketidaksesuaian dalam pemberian kebijakan
organisasi tersebut kepada pegawai maka hal tersebut dapat
menimbulkan konflik dalam diri pegawai dan pada akhirnya akan
menurunkan penampilan kerja mereka (Syafdewiyani, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Caugemi dan Claypool (1978) dalam
As’ad (2004) menemukan hal-hal yang menyebabkan ketidakpuasan
salah satunya adalah kebijakan organisasi.
4. Hubungan Interpersonal
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa untuk
dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh
suasana kerja atau hubungan kerja yang harmonis, yaitu terciptanya
hubungan yang akrab, kekeluargaan dan saling mendukung baik itu
hubungan antara sesama pegawai atau antara pegawai dengan atasan.
Faktor hubungan interpersonal merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh
Tauhid (2004) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja
seseorang.
35
5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan kesanggupan seseorang dalam
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan akurat
dan berani mengambil resiko atas keputusan yang dibuat atau tindakan
yang dilakukan. Tanggung jawab akan membentuk hubungan tertentu
antara pemberi wewenang dan penerima wewenang. Dimana, hal
tersebut sudah merupakan kewajiban bagi penerima wewenang untuk
mempertanggung jawabkan semua yang telah dilakukan kepada si
pemberi wewenang (Litwin & Meyer, 1971 dalam Syafdewiyani,
2002).
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa setiap
orang yang bekerja pada suatu organisasi ingin dipercaya memegang
jabatan dan tanggung jawab, serta wewenang yang lebih besar dari apa
sekedar yang telah diperolehnya. Tanggung jawab bukan saja atas
pekerjaan yang baik, tetapi juga tanggung jawab berupa kepercayaan
yang diberikan orang sebagai suatu potensi. Setiap orang ingin
diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang mempunyai
potensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan
siap memikul tanggung jawab yang lebih besar.
Davis dan Newstrom (1995) mengemukakan bahwa tingkat
tanggung jawab yang tinggi akan memberikan kepuasan kerja yang
tinggi pula. Penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2001)
36
menunjukkan bahwa tanggung jawab berhubungan secara bermakna
dengan kepuasan kerja.
6. Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara,
2009). Hal serupa juga dikemukakan oleh Ilyas (1999) yang
menyatakan bahwa prestasi kerja merupakan penampilan hasil karya
personel baik secara kuantitas dan kualitas dalam suatu organisasi.
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa setiap
orang menginginkan keberhasilan dalam tugas yang dilaksanakan.
Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan
menggerakkan seseorang untuk melakukan tugas-tugas berikutnya.
Hal ini dikarenakan prestasi kerja merupakan faktor yang penting
untuk meningkatkan dan mengembangkan karir pegawai. Dimana,
kemajuan karir sebagian besar pegawai tergantung pada prestasi kerja
yang dihasilkan pegawai tersebut.
Kreitner dan Kinicki (2001) dalam Wibowo (2007) menyatakan
bahwa prestasi kerja memiliki hubungan positif rendah terhadap
kepuasan kerja. Sedangkan, Gibson (2000) mengungkapkan bahwa
kemungkinan timbul hubungan timbal balik yang menunjukkan tidak
adanya arah atau hubungan yang spesifik antara kepuasan kerja
dengan prestasi kerja.
37
Davis dan Newstroom (1995) serta Siagian (2008) menyatakan
bahwa seorang pegawai yang puas tidak dengan sendirinya merupakan
pegawai yang berprestasi tinggi, melainkan sering hanya berprestasi
biasa-biasa saja. Seorang pegawai yang puas belum tentu terdorong
untuk berprestasi karena kepuasannya tidak terletak pada motivasinya,
akan tetapi terletak pada faktor lainnya, seperti imbalan yang diperoleh
oleh pekerja. Dimana, pegawai yang berprestasi akan memperoleh
imbalan yang sesuai dengan tingkat prestasinya.
Seorang pimpinan menurut Herzberg harus selalu mendorong
bawahannya agar mempunyai prestasi yang baik. Prestasi yang dicapai
seorang pegawai bukan saja untuk meningkatkan motivasi yang
bersangkutan, melainkan hal tersebut juga akan memberikan
keuntungan kepada rumah sakit dalam usaha meningkatkan
produktifitas.
7. Jenis Pekerjaan
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa pegawai
cenderung menyukai pekerjaan yang bersifat menarik dan bukan rutin.
Melalui teknik pemerkayaan pekerjaan dapat menjadi sarana motivasi
pegawai dan membuat pekerjaan itu menjadi menarik serta membuat
tempat bekerja menjadi lebih menantang dan memuaskan. Pegawai
dalam organisasi akan merasa puas apabila adanya kesesuaian tugas
yang diberikan oleh organisasi kepada pekerja. Dimana, jenis
pekerjaan yang diberikan harus sesuai dengan minat, bakat,
38
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Oleh karena itu,
organisasi harus mampu menempatkan pegawai pada tempat yang
tepat.
As’ad (2004) menyatakan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Faktor-faktor tersebut dalam
peranannya memberikan kepuasan kepada pegawai tergantung pada
pribadi masing-masing, yaitu tergantung pada jenis pekerjaannya.
8. Jaminan Pekerjaan
Menurut Ghiselli dan Brown (1950) dalam As’ad (2004)
menyatakan bahwa jaminan ini meliputi masalah finansial dan
masalah jaminan sosial. Tujuan utama dari jaminan pekerjaan adalah
untuk membuat pegawai mengabdikan hidupnya pada organisasi
dalam jangka panjang (Flippo, 1994 dalam Saragih, 2006). Jaminan
pekerjaan untuk pegawai diberikan berdasarkan kebijaksanaan
organisasi terhadap semua pegawai dalam usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka. Jaminan pekerjaan yang dapat diberikan kepada
pegawai dapat berupa tunjangan hari raya, uang pensiun, tunjangan
kesehatan bagi pegawai dan keluarganya, mengikutsertakan pegawai
ke dalam asuransi kesehatan serta izin memperoleh cuti (Hasibuan,
2005).
Jaminan pekerjaan lebih banyak dikaitkan dengan pemberian
kesejateraan dan penciptaan kondisi kerja sehingga pekerja menjadi
39
lebih merasa nyaman dan merasa mendapat perhatian dari atasan
(Wibowo, 2007).
9. Pengawasan
Pengawasan merupakan suatu kegiatan pembinaan dengan
menerapkan prinsip merencanakan, mengajar, mengarahkan,
membimbing, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, memerintah
dan mengevaluasi secara terus menerus pada setiap pegawai dengan
sabar, adil, bijaksana sehingga setiap pegawai dapat melakukan
pekerjaan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara
menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan tugas mereka
(Kron, 1997 dalam Syafdewiyani, 2002).
Menurut Azwar (1996) dalam Syafdewiyani (2002) pengawasan
merupakan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan dan apabila
ditemukan masalah segera diberikan petunjuk atau bantuan yang
bersifat langsung guna mengatasi permasalahan tersebut.
Dilain sisi, Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan
bahwa pengawasan yang dilakukan supervisi dikoordinasikan dalam
tiga hal penting, yaitu memberi pengarahan, memantau proses
pelaksanaan pekerjaan serta menilai hasil dari sistem kerja pegawai.
Dari definisi pengawasan yang telah dikemukakan oleh para ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan
kegiatan pimpinan dalam memberikan pengarahan, memberikan
40
perbaikan atas pekerjaan yang salah, memberikan dorongan untuk giat
bekerja, memantau dan menilai hasil pekerjaan yang dilakukan
pegawai secara berkala.
Menurut Ghiselli dan Brown (1950) dalam As’ad (2004) hubungan
antara pegawai dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam
menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan pegawai dapat ditingkatkan
melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada
bawahan, sehingga pegawai akan merasa bahwa dirinya merupakan
bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging).
Gilmer (1966) dalam As’ad (2004) mengemukakan bahwa
pengawasan yang buruk dapat berakibat pada ketidakpuasan kerja
yang ditunjukkan melalui absensi dan turn over yang tinggi. Penelitian
yang dilakukan oleh Widodo (2003) dan Nurhayani (2006)
menunjukkan adanya hubungan antara pengawasan dengan kepuasan
kerja.
10. Kondisi kerja
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa kondisi
kerja yang aman, nyaman dan tenang serta didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai tentu akan membuat pegawai betah untuk
bekerja. Dengan kondisi kerja yang nyaman, pegawai akan merasa
aman dan produktif dalam bekerja.
Menurut Robbins (2001) pegawai peduli akan lingkungan kerja,
baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
41
mengerjakan tugas yang baik. Banyak penelitian menyimpulkan
bahwa pegawai lebih menyukai keadaan fisik disekitarnya yang tidak
berbahaya atau merepotkan, temperatur, pencahayaan, kebisingan, dan
faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrem (terlalu banyak atau
sedikit).
Disamping itu, kebanyakan pegawai lebih menyukai bekerja dekat
rumah, fasilitas yang bersih dan relatif modern serta peralatan yang
memadai. Penelitian yang dilakukan oleh Tauhid (2004)
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kondisi kerja dengan kepuasan kerja pegawai.
4. Pengukuran Kepuasan Kerja
Pengukuran kepuasan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik
dari segi analisa statistik maupun dari segi pengumpulan datanya. Informasi
yang diperoleh dari kepuasan kerja biasanya dapat diperoleh dari tanya jawab
secara perorangan dengan angket maupun dengan pertemuan kelompok kerja.
Menurut Robbins (2001) terdapat dua macam pendekatan yang dapat
digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap kepuasan kerja, yaitu
sebagai berikut :
1. Single global rating
Robbins (2001) menyatakan bahwa single global rating merupakan
cara yang digunakan dengan meminta individu merespon atas suatu
pertanyaan seperti dengan mempertimbangkan semua hal. Sebagai contoh,
42
peneliti bertanya kepada responden tentang seberapa puas anda dengan
pekerjaan anda. Individu yang merupakan responden penelitian dapat
menjawab dengan menyatakan puas atau tidak puas.
2. Summation score
Robbins (2001) menyatakan bahwa cara ini dilakukan dengan
mengidentifikasi elemen kunci dalam pekerjaan dan menanyakan perasaan
pekerja tentang masing-masing elemen. Faktor spesifik yang
diperhitungkan adalah sifat dasar pekerjaan, supervisi, upah, kesempatan
promosi dan hubungan dengan rekan kerja.
Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Greenberg dan Baron
(2003) dalam Wibowo (2007) terkait cara untuk melakukan pengukuran
kepuasan kerja. Di mana kepuasan kerja dapat diukur dengan adanya tiga
cara yang dilakukan, yaitu :
1. Rating scales dan Kuesioner
Greenberg dan Baron (2003) dalam Wibowo (2007) menyatakan
bahwa rating scales dan kuesioner merupakan pendekatan pengukuran
kepuasan kerja yang paling umum dipakai dengan menggunakan alat ukur
berupa kuesioner. Di mana rating scales dalam kuesioner tersebut telah
ditetapkan. Dengan menggunakan metode ini, orang akan menjawab
pertanyaan yang memungkinkan mereka melaporkan reaksi mereka pada
pekerjaan mereka. Metode ini merupakan metode yang banyak digunakan
oleh peneliti. Hal ini dikarenakan metode ini lebih memudahkan peneliti
dalam mengumpulkan data.
43
2. Critical incidents
Greenberg dan Baron (2003) dalam Wibowo (2007) menyatakan
bahwa pengukuran kepuasan kerja dengan metode ini adalah individu
menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka yang
dirasakan terutama memuaskan atau tidak memuaskan. Jawaban mereka
dipelajari untuk mengungkap tema yang mendasari. Sebagai contoh,
apabila banyak pekerja menyebutkan situasi pekerjaan dimana mereka
mendapatkan perlakuan kurang baik oleh supervisor atau sebaliknya.
3. Interviews
Greenberg dan Baron (2003) dalam Wibowo (2007) menyatakan
bahwa interview merupakan metode yang digunakan dengan melakukan
wawancara tatap muka dengan pekerja. Dengan melakukan wawancara
tersebut diharapkan dapat diketahui sikap mereka secara langsung dan
dapat mengembangkan lebih dalam dengan menggunakan kuesioner
terstruktur. Dengan mengajukan pertanyaan secara hati-hati kepada
pekerja dan mencatat jawaban secara sistematis, hubungan pekerja dengan
sikap terhadap pekerjaan dapat diketahui. Dari segi biaya jauh lebih besar
dibandingkan dengan teknik lain.
Dalam mengukur kepuasan kerja juga dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Berikut ini akan diuraikan pengukuran kepuasan kerja yang
dikemukakan oleh para ahli yang dikutip dalam Mangkunegara (2009) :
44
1. Pengukuran Kepuasan Kerja dengan Skala Indeks Deskripsi Jabatan (Job
Description Indeks)
Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa skala pengukuran ini
dikembangkan oleh Smith, Kendall dan Hullin pada tahun 1969. Dalam
penggunaannya, pegawai ditanya mengenai pekerjaan maupun jabatannya
yang dirasakan sangat baik dan sangat buruk, dalam skala mengukur sikap
berdasarkan kondisi kerja, pengawasan dan gaji. Setiap pertanyaan yang
diajukan, harus dijawab oleh pegawai dengan cara menandai jawaban ya,
tidak atau tidak ada jawaban.
2. Pengukuran Kepuasan Kerja dengan Berdasarkan Ekspresi Wajah
Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa pengukuran kepuasan kerja
ini dikembangkan oleh Kunin pada tahun 1955. Skala ini terdiri dari seri
gambar wajah-wajah orang mulai dari sangat gembira, gembira, netral,
cemberut dan sangat cemberut. Pegawai diminta untuk memilih ekspresi
wajah yang sesuai dengan kondisi pekerjaan yang dirasakan pada saat itu.
3. Pengukuran Kepuasan Kerja dengan Kuesioner Minnesota (Minnesota
Satisfaction Questionnaire)
Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa pengukuran kepuasan kerja
ini dikembangkan oleh Weiss, Dawis dan England pada tahun 1967. Skala
ini terdiri dari pekerjaan yang dirasakan sangat tidak puas, tidak puas,
netral, memuaskan dan sangat memuaskan. Pegawai diminta memilih satu
alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi pekerjaannya.
45
B. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja diatas, diketahui bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja di klasifikasikan ke dalam tiga kelompok
faktor, yaitu faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi.
Dalam membuat kerangka konsep dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
kerangka teori yang diadaptasi dari kerangka teori yang dikemukakan oleh Baron
dan Byrne (2005), Gibson (1997) dan Herzberg (1968). Adapun alasan peneliti
menggunakan teori tersebut dikarenakan teori-teori tersebut telah
mengklasifikasikan kelompok faktor yang telah memenuhi variabel-variabel yang
ada dalam teori-teori lainnya yang dikemukakan oleh para ahli.
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
berdasarkan faktor individu menurut Baron dan Byrne adalah status pegawai dan
masa kerja. Sedangkan, menurut Gibson yang termasuk dalam faktor individu
adalah umur, jenis kelamin, ras/suku, pendidikan dan masa kerja. Diantara faktor
individu tersebut terdapat kesamaan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
menurut Baron dan Gibson, yaitu variabel masa kerja.
Selain faktor individu yang telah dikemukakan diatas, terdapat faktor
psikologis yang dikemukakan oleh Gibson, yaitu persepsi, sikap, kepribadian,
belajar dan motivasi. Adapun faktor organisasi yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja dalam penelitian ini didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh
Baron dan Byrne menyebutkan bahwa faktor organisasi yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja adalah kebijakan organisasi dan kondisi kerja.
46
Teori lain yang dikemukakan oleh Gibson terkait faktor organisasi yang
mempengaruhi kepuasan kerja terdiri dari jenis pekerjaan, kebijakan organisasi,
gaji, hubungan interpersonal dan kondisi kerja. Adapun teori lain yang
dikemukakan oleh Herzberg terkait faktor organisasi yang mempengaruhi
kepuasan kerja terdiri dari gaji, jaminan pekerjaan, kondisi kerja, kebijakan
organisasi, pengawasan, hubungan interpersonal, prestasi kerja, jenis pekerjaan,
pengakuan dan tanggung jawab. Diantara faktor-faktor organisasi yang telah
dikemukakan oleh para ahli tersebut terdapat beberapa kesamaan faktor, seperti
kebijakan organisasi, gaji, kondisi kerja, jenis pekerjaan dan hubungan
interpersonal.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang dimodifikasi
berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian terdahulu. Adapun kerangka teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
47
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Adaptasi Teori Baron & Bryne (2005) , Gibson (1997), Herzberg
(1968) dalam Utomo (2008) dan peneliti lain.
Kepuasan Kerja
Pegawai
Faktor Organisasi
1. Gaji
2. Pengakuan
3. Kebijakan organisasi
4. Hubungan interpersonal
5. Tanggung jawab
6. Prestasi kerja
7. Jenis pekerjaan
8. Jaminan pekerjaan
9. Pengawasan
10. Kondisi kerja
Faktor Individu
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Ras/suku
4. Pendidikan
5. Masa kerja
6. Status kepegawaian
Faktor Psikologi
1. Persepsi
2. Sikap
3. Kepribadian
4. Belajar
5. Motivasi
48
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori kepuasan kerja yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, yaitu pada Bab II. Maka, dalam penelitian ini digunakan
kerangka konsep yang disesuaikan dengan teori Baron dan Byrne (2005),
Gibson (1997) dan Herzberg (1968) dalam mempengaruhi kepuasan kerja
pegawai. Namun, dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang tidak
digunakan. Hal ini dikarenakan variabel yang akan digunakan dalam
penelitian telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Dalam penelitian ini faktor-faktor kepuasan kerja yang digunakan
adalah faktor individu dan faktor organisasi. Dimana, faktor individu dan
faktor organisasi merupakan variabel independen, sedangkan variabel
dependennya adalah kepuasan kerja pegawai tetap. Dalam penelitian ini faktor
individu yang akan diteliti adalah umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa
kerja. Sedangkan, variabel yang tidak diteliti pada faktor individu adalah
variabel ras/suku dan status kepegawaian. Alasan peneliti tidak meneliti
variabel ras/suku dikarenakan lokasi penelitian dilakukan di daerah urban atau
perkotaan. Dimana, karakteristik responden yang ada dalam wilayah
49
perkotaan saat ini sudah bersifat nasional. Sehingga, hal ini dimungkinkan
tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Sedangkan, variabel status kepegawaian tidak diteliti dikarenakan
homogen. Dimana, telah diketahui bahwa jumlah pegawai tetap jauh lebih
besar dibandingkan dengan pegawai kontrak, yaitu sebesar 758 orang dari 830
pegawai. Sedangkan, pegawai kontrak hanya berjumlah 72 orang atau hanya
sebesar 8,67%. Sehingga, telah diketahui bahwa permasalahan puas atau
ketidakpuasan terletak pada pegawai tetap. Selain itu, ketidakpuasan yang
dirasakan oleh pegawai kontrak tidak akan menjadi permasalahan bagi pihak
rumah sakit.
Pada faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian,
belajar dan motivasi semua variabel tidak dilakukan penelitian. Hal ini
dikarenakan semua variabel dalam faktor psikologis tersebut memiliki
kemiripan arti dengan variabel dalam faktor individu. Dikhawatirkan akan
terjadinya bias dalam penelitian. Sehingga, peneliti lebih memilih untuk
meneliti faktor individu dibandingkan dengan faktor psikologis dalam
mengukur kepuasan kerja pegawai tetap.
Sebagai contoh, variabel pendidikan dalam faktor individu dapat
menggambarkan variabel belajar dalam faktor psikologis. Dengan adanya
jenjang pendidikan formal yang pernah dilalui oleh pegawai hal ini dapat
memungkinkan pegawai untuk melakukan proses belajar secara individual.
Selain itu, variabel masa kerja juga dapat menggambarkan variabel persepsi,
sikap dan motivasi yang ada dalam faktor psikologi.
50
Dalam hal ini, lamanya pengalaman kerja yang dimiliki pegawai
dalam suatu organisasi akan membuat pegawai mampu untuk memahami
lingkungan kerjanya. Sehingga, pegawai memiliki persepsi terhadap
organisasi tempatnya bekerja, baik persepsi positif maupun persepsi negatif.
Dengan adanya persepsi yang dimiliki individu terhadap pekerjaannya
tentunya akan membentuk sikap pegawai terhadap pekerjaan di dalam
organisasi.
Apabila persepsi pegawai terhadap pekerjaan positif maka hal tersebut
akan membentuk sikap pegawai menjadi positif pula. Dengan adanya sikap
positif tersebut tentunya pegawai akan memberikan respon positif dalam
setiap keadaan dalam pekerjaannya. Dimana, telah diketahui pula bahwa sikap
merupakan determinan prilaku yang berkaitan dengan persepsi yang dirasakan
seseorang.
Disamping itu, persepsi dan sikap positif yang dirasakan pegawai
dapat menjadi suatu dorongan untuk menggerakkan dan mengarahkan
pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan adanya motivasi yang tinggi
tentunya pegawai akan memiliki kualitas pekerjaan yang tinggi. Selain itu,
lamanya pengalaman kerja pegawai juga dapat membentuk kepribadian
pegawai. Dimana, pegawai yang telah lama bekerja akan cenderung merasa
puas dalam bekerja pada suatu organisasi. Sedangkan, pegawai yang memiliki
pengalaman kerja baru cenderung akan memiliki hasrat untuk mencari
pekerjaan yang lebih memuaskan pada organisasi lain.
51
Selain itu, variabel umur juga dapat menggambarkan kepribadian
seseorang. Dimana, seseorang yang memiliki umur yang lebih muda
cenderung akan merasa tidak puas dibandingkan dengan umur yang lebih tua.
Hal ini dikarenakan masih banyaknya harapan-harapan yang diinginkan oleh
pegawai yang berumur muda tersebut.
Pada faktor organisasi variabel yang akan diteliti adalah seluruh
variabel yang terdapat dalam faktor organisasi. Dimana, dalam penelitian ini
faktor organisasi yang akan diteliti terdiri dari variabel gaji, pengakuan,
kebijakan organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja,
jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja. Adapun
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Faktor Individu
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
4. Masa Kerja
Faktor Organisasi
1. Gaji
2. Pengakuan
3. Kebijakan Organisasi
4. Hubungan Interpersonal
5. Tanggung Jawab
6. Prestasi Kerja
7. Jenis Pekerjaan
8. Jaminan Pekerjaan
9. Pengawasan
10. Kondisi Kerja
Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013
52
B. Definisi Operasional
Definisi operasional terkait penelitian ini dapat dilihat pada uraian dalam tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Dependen (Variabel Terikat)
Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap
Perasaan emosional yang
menyenangkan maupun
tidak menyenangkan yang
dirasakan pegawai dalam
pekerjaannya.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Tidak Puas : Total
skor < nilai
median.
2. Puas : Total skor ≥
nilai median.
Ordinal
Independen (Variabel Bebas)
Faktor Individu
Umur Usia responden yang
dihitung dari tanggal
kelahiran hingga ulang
tahun terakhir pada saat
penelitian.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. < 30 tahun
2. ≥ 30 tahun
(Erminda, 2003)
Ordinal
53
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Jenis Kelamin
Identitas seseorang dari
bentuk fisik atau
biologisnya apakah laki-
laki atau perempuan.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Pendidikan Jenjang pendidikan formal
yang pernah diperoleh
berdasarkan ijazah
terakhir.
Pengisisan
kuesioner
Kuesioner 1. SMA/SPK/ sederajat
2. Akademi/D3/
sederajat
3. Sarjana
- Pendidikan rendah :
< SMA/SPK/ sederajat
- Pendidikan tinggi :
≥ SMA/SPK/ sederajat
(Widodo, 2003)
Ordinal
Masa Kerja Sejumlah waktu yang
dihitung dalam tahun yang
menunjukkan lamanya
responden bekerja di RS
tempat penelitian.
Pengisisan
kuesioner
Kuesioner 1. < 10 tahun
2. ≥ 10 tahun
(Erminda, 2003)
Ordinal
54
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Organisasi
Gaji Jumlah uang yang diterima setiap
bulan sesuai dengan sistem yang
berlaku.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Tidak sesuai :
total skor < nilai
median
2. Sesuai : total
skor ≥ nilai
median
Ordinal
Pengakuan Pengakuan yang diberikan oleh
pihak rumah sakit kepada pegawai
atas pekerjaannya baik berupa
kritikan, kenaikan gaji maupun
promosi karir.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Tidak pernah :
total skor < nilai
median.
2. Pernah : total
skor ≥ nilai
median.
Ordinal
Kebijakan
organisasi
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kebijakan yang
diberlakukan oleh pihak rumah
sakit untuk seluruh pegawai.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Tidak sesuai :
total skor < nilai
median.
2. Sesuai : total
skor ≥ nilai
median.
Ordinal
55
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Hubungan
interpersonal
Penilaian pegawai terhadap
kerjasama yang terjalin antar
sesama rekan kerja baik antara
sesama pegawai maupun antara
pegawai dengan atasan.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Tidak
mendukung :
Total skor < nilai
median.
2. Mendukung :
Total skor ≥ nilai
median.
Ordinal
Tanggung
jawab
Kesanggupan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan yang
diserahkan kepadanya dengan
akurat dan berani mengambil
resiko atas tindakan yang
dilakukan.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Kecil : Total skor
< nilai median.
2. Besar : Total
skor ≥ nilai
median.
Ordinal
Prestasi kerja Hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh
pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Buruk : Total skor
< nilai median.
2. Baik : Total skor
≥ nilai median.
Ordinal
56
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Jenis pekerjaan Kesesuaian tugas yang diberikan
dengan minat, bakat, pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Tidak sesuai :
Total skor < nilai
median.
2. Sesuai : Total
skor ≥ nilai
median.
Ordinal
Jaminan
pekerjaan
Segala bentuk kompensasi yang
diberikan rumah sakit kepada
pegawai berupa tunjangan hari
raya, tunjangan kesehatan, uang
pensiun, asuransi kesehatan dan
cuti.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Tidak sesuai :
Total skor < nilai
median.
2. Sesuai : Total skor
≥ nilai median.
Ordinal
Pengawasan Kegiatan pimpinan dalam
memberikan pengarahan,
memberikan perbaikan atas
pekerjaan yang salah, memberikan
dorongan untuk giat bekerja,
memantau dan menilai hasil
pekerjaan yang dilakukan pegawai
secara berkala.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Tidak baik :
Total skor < nilai
median
2. Baik : Total skor
≥ nilai median.
Ordinal
57
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Kondisi kerja Keadaan lingkungan kerja fisik
serta aktifitas kerja pegawai.
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Tidak
menunjang:
Total skor < nilai
median.
2. Menunjang :
Total skor ≥ nilai
median.
Ordinal
58
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara faktor individu (umur, jenis kelamin, pendidikan
dan masa kerja) dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta tahun 2013.
2. Ada hubungan antara faktor organisasi (gaji, pengakuan, kebijakan
organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja, jenis
pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja) dengan
kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013.
59
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
cross sectional. Dimana, analisis yang dilakukan terhadap variabel
independen maupun variabel dependen dilakukan pada saat yang bersamaan
dalam satu waktu, yaitu hanya pada tahun 2013 (Notoatmodjo, 2010). Adapun
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta tahun 2013.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli tahun 2013 di Rumah
Sakit Haji Jakarta yang beralamat di Jalan Raya Pondok Gede No.4, Jakarta
Timur.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai tetap yang
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta yang berjumlah 758 orang.
60
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil secara simple random sampling.
Dimana, setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel
yang dilakukan dengan menggunakan simple random sampling dilakukan
dengan cara mengundi anggota populasi atau dengan mengacak angka
anggota populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan perhitungan sampel yang dilakukan dengan menggunakan
rumus uji hipotesis beda dua proporsi sebagai berikut :
nsample = [ ⁄ √ ( ) √ ( ) ( )]
( )
Keterangan :
n = besar sampel minimal yang diperlukan
= derajat kemaknaan pada dua sisi (two tail), yaitu 5 % = 1.96
Z1-β = kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 80% = 0.84
P1 = proporsi pegawai yang memiliki hubungan interpersonal tidak
mendukung pelaksanaan pekerjaan dan merasa tidak puas
dalam bekerja pada penelitian sebelumnya yaitu 70,3%
(Tauhid, 2004).
61
P2 = proporsi pegawai yang memiliki hubungan interpersonal
mendukung pelaksanaan pekerjaan dan merasa tidak puas
dalam bekerja pada penelitian sebelumnya yaitu 43,3%
(Tauhid, 2004).
P = rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2} = 0.568
Dari hasil perhitungan dengan rumus besar sampel di atas maka diperoleh
jumlah sampel minimal sebesar 104 sampel.
D. Jenis dan Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung
oleh peneliti dengan menggunakan bantuan kuesioner. Dimana, kuesioner
tersebut sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas di Rumah
Sakit Haji Jakarta terhadap 30 orang pegawai tetap dengan tujuan uji
kuesioner tersebut untuk memperoleh informasi yang relevan dan
memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin.
Data primer dalam penelitian ini diambil dari hasil pengisisan
kuesioner yang dilakukan oleh pegawai tetap meliputi variabel umur, jenis
kelamin, pendidikan, masa kerja, gaji, pengakuan, kebijakan organisasi,
hubungan interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja, jenis pekerjaan,
jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja yang berhubungan
62
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari telaah
dokumen Rumah Sakit Haji Jakarta berupa profil rumah sakit yang
digunakan dalam menjelaskan gambaran umum rumah sakit, data
kepegawaian yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui jumlah
seluruh pegawai pada seluruh unit kerja yang ada di rumah sakit serta
digunakan sebagai kerangka frame dalam pengambilan sampel.
Data terkait uraian pekerjaan dan standar gaji yang ditetapkan oleh
pihak rumah sakit sebagai data acuan untuk membandingkan gaji yang
seharusnya diterima pegawai berdasarkan beban pekerjaannya. Selain itu,
data sekunder lainnya yang digunakan berupa data absensi serta data turn
over pegawai yang digunakan sebagai data pendukung dalam menjelaskan
adanya indikasi ketidakpuasan kerja pegawai di rumah sakit serta
dokumen pendukung lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Pengumpulan data primer diperoleh dari pengisian kuesioner yang
dilakukan oleh para pegawai tetap yang merupakan responden dalam
penelitian kepuasan kerja di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013.
Sedangkan, data sekunder diperoleh dari profil rumah sakit, data
63
kepegawaian, data uraian pekerjaan serta standar penetapan gaji pegawai, data
absensi dan turn over pegawai serta dokumen pendukung lainnya.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja secara
umum dengan cara mengadopsi dan mengadaptasi alat ukur kuesioner
terjemahan yang sudah baku, yaitu dengan menggunakan bentuk kuesioner
Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ). Data yang dihasilkan berskala
likert dengan pilihan jawaban sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas dan
sangat puas.
Dalam penelitian ini format jawaban yang digunakan hanya terdiri dari
empat kategori jawaban, yaitu sangat tidak puas, tidak puas, puas dan sangat
puas. Adapun alasan peneliti tidak menggunakan kategori netral dikarenakan
kategori tersebut digunakan sebagai asumsi untuk responden yang tidak
memberikan pilihan jawaban. Selain itu, kategori netral tidak digunakan
karena untuk menghindari banyaknya responden yang memberikan jawaban
tersebut yang nantinya akan menyulitkan peneliti dalam mengklasifikan
jawaban apakah jawaban responden yang menyatakan netral masuk ke dalam
kategori puas atau tidak puas.
Berdasarkan kategori jawaban yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu sangat tidak puas, tidak puas, puas dan sangat puas, maka skor untuk
pernyataan positif yang digunakan dalam instrument penelitian adalah :
Sangat Puas (SP) : 4
Puas (P) : 3
64
Tidak Puas (TP) : 2
Sangat Tidak Puas (STP) : 1
Berdasarkan skor tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
skor, maka semakin tinggi derajat kepuasan kerja yang dirasakan pegawai.
Sebaliknya, semakin rendah skor maka semakin rendah kepuasan kerja yang
dirasakan pegawai.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas Data
Menurut Notoatmodjo (2010) validitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang
diukur. Artinya, uji validitas merupakan suatu uji yang dilakukan untuk
mengukur ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur (kuesioner) dalam
mengukur suatu data penelitian. Uji validitas digunakan pada variabel-
variabel yang memiliki pertanyaan yang memungkinkan bersifat homogen
dan menggunakan skala likert. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan
pada variabel gaji, pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan
interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja, jenis pekerjaan, jaminan
pekerjaan, pengawasan, kondisi kerja dan kepuasan kerja.
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan
nilai r tabel. Nilai r hitung diperoleh dari hasil uji validitas dengan
menggunakan uji statistik, dimana hasilnya dapat dilihat pada kolom
corrected item total correlation. Sedangkan, nilai r tabel diperoleh
65
dengan menggunakan rumus df = n-2. Pada penelitian ini, uji kuesioner
dilakukan kepada 30 responden, sehingga nilai df = 30-2 = 28. Pada
tingkat kemaknaan 5%, maka didapatkan nilai r tabel sebesar 0,361 (two
tail). Masing-masing pertanyaan dibandingkan antara nilai r hitung yang
diperoleh dengan nilai r tabel, dimana pertanyaan dikatakan valid apabila
nilai r hitung > r tabel.
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan pada variabel gaji,
pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan interpersonal, tanggung
jawab, prestasi kerja, jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan,
kondisi kerja dan kepuasan kerja menunjukkan hasil bahwa nilai r hitung
(corrected item total correlation) > r tabel (0,361). Artinya, semua
pertanyaan yang digunakan untuk masing-masing variabel adalah valid
dan dapat digunakan dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas Data
Menurut Notoatmodjo (2010) reliabilitas ialah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu
tetap konsisten bila dilakukan pengukuran beberapa kali terhadap subyek
yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai
Cronbach Alpha pada uji statistik, dimana jika nilai Cronbach Alpha > 0,6
maka bersifat reliabel. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan diperoleh
hasil sebagai berikut :
66
Tabel 4.1
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian
No. Variabel α (alpha) Kesimpulan
1. Kepuasan kerja 0,933 Reliabel
2. Gaji 0,884 Reliabel
3. Pengakuan 0,854 Reliabel
4. Kebijakan Organisasi 0,903 Reliabel
5. Hubungan Interpersonal 0,824 Reliabel
6. Tanggung Jawab 0,847 Reliabel
7. Prestasi Kerja 0,742 Reliabel
8. Jenis Pekerjaan 0,652 Reliabel
9. Jaminan Pekerjaan 0,773 Reliabel
10. Pengawasan 0,896 Reliabel
11. Kondisi Kerja 0,711 Reliabel
Sumber : data primer
Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian diatas adalah baik dan
menunjukkan bahwa model pertanyaan mampu memberikan
konsistensi jawaban dengan baik sehingga dapat digunakan dalam
penelitian ini. Dengan demikian kuesioner kepuasan kerja ini
mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik untuk digunakan dalam
penelitian ini.
G. Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul dalam penelitian akan diolah melalui
tahap-tahap berikut ini :
67
1. Menyunting data (data editing)
Penyuntingan data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung oleh
peneliti terhadap kuesioner yang telah diisi oleh responden. Dimana,
dalam tahap ini peneliti memeriksa data yang telah terkumpul, apakah
pada kuesioner yang telah diisi oleh responden terdapat kekurangan
pengisian, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban dan konsistensi
pengisian setiap jawaban dalam kuesioner serta pengecekan pilihan
jawaban responden apakah responden mencentang diantara dua kolom
sehingga menimbulkan kesalahpahaman jawaban.
Pada penelitian ini data yang dilakukan editing adalah data
berdasarkan jawaban responden tentang umur, jenis kelamin, pendidikan,
masa kerja, gaji, pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan
interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja, jenis pekerjaan, jaminan
pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja.
2. Mengkoding data
Jika kelengkapan jawaban responden telah dilakukan, maka tahap
selanjutnya adalah pemberian kode pada setiap pernyataan sesuai dengan
petunjuk pengkodean. Pada tahap ini peneliti mengklasifikasikan jawaban
responden menurut macamnya dengan cara menandai masing-masing
jawaban dengan tanda kode tertentu.
Adapun data yang dilakukan koding adalah data berdasarkan jawaban
responden tentang umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, gaji,
pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan interpersonal, tanggung
68
jawab, prestasi kerja, jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan
kondisi kerja yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013. Saat pemberian kode dilakukan
pula penetapan bobot penilaian jawaban dari setiap pernyataan untuk
memudahkan dalam entry data.
3. Memasukkan data (data entry)
Pada tahap ini peneliti melakukan entry data dari kuesioner ke
software komputer. Dimana, data-data yang dientry adalah data skor dari
masing-masing jawaban dalam pertanyaan-pertanyaan terkait kepuasan
kerja yang terdiri dari variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, masa
kerja, gaji, pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan interpersonal,
tanggung jawab, prestasi kerja, jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan,
pengawasan dan kondisi kerja di Rumah Sakit Haji Jakarta .
4. Membersihkan data (data cleaning)
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan
pembersihan data dengan mengecek kembali apakah terdapat kesalahan
atau tidak dalam menginput data ke komputer. Cara yang dilakukan untuk
membersihkan data adalah dengan mengetahui missing data. Dimana,
missing data dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel
umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, gaji, pengakuan, kebijakan
organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja, jenis
pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja. Dengan
demikian, data yang digunakan dalam penelitian valid.
69
Selanjutnya, data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
dengan menggunakan analisa statistik, yaitu dengan program SPSS for
window.
H. Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang mudah dimengerti sehingga data tersebut mudah diinterpretasikan untuk
mencari makna dan hubungan yang lebih luas berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh. Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Dalam penelitian ini, analisis univariat dilakukan untuk melihat
distribusi frekuensi. Uji ini menggambarkan jumlah responden dalam
penelitian berdasarkan karakteristik demografi meliputi variabel umur,
jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, gaji, pengakuan, kebijakan
organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab, prestasi kerja, jenis
pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta. Hasil analisis univariat berupa distribusi tabel frekuensi
berdasarkan semua variabel, ukuran tendensi sentral, perhitungan rerata,
proporsi, presentase serta pembahasan tentang gambaran variabel yang
diamati.
70
2. Analisis Bivariat
Dalam penelitian ini, analisis bivariat dilakukan untuk analisis data
dua variabel yang bertujuan mencari kemaknaan hubungan antara variabel
independen (umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, gaji,
pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan interpersonal, tanggung
jawab, prestasi kerja, jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan
kondisi kerja) dan variabel dependen (kepuasan kerja pegawai tetap) untuk
masing-masing data variabel berdasarkan pengolahan statistik.
Untuk melakukan analisis bivariat, peneliti menggunakan crosstabs
(tabulasi silang). Sebelum melakukan analisis bivariat peneliti terlebih
dahulu melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji
kolmogorof-smirnov untuk pembuatan hipotesa. Kemudian, untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat uji
statistik yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah uji chi
square, hal ini dikarenakan variabel independen dan variabel dependen
merupakan data kategorik. Dalam uji ini menggunakan tingkat kemaknaan
(nilai alpha) sebesar 0,05. Sehingga, variabel yang memiliki p-value < α
berarti memiliki hubungan yang bermakna dengan kepuasan kerja.
71
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Haji Jakarta
1. Profil Rumah Sakit Haji Jakarta
Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan salah satu Rumah Sakit Haji yang
ada di Indonesia selain Rumah Sakit Haji Medan, Rumah Sakit Haji Ujung
Pandang dan Rumah Sakit Haji Surabaya. Rumah Sakit Haji Jakarta terletak
di Jalan Raya Pondok Gede No. 4 Jakarta Timur seluas 1 Ha. Keberadaan
Rumah Sakit Haji Jakarta tidak hanya diperuntukkan untuk melayani para
calon jamaah haji melainkan sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan
masyarakat yang juga melayani masyarakat umum tanpa memandang
perbedaan agama dan suku bangsa. Type Rumah Sakit Haji Jakarta
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : HK.03.05/I/274/2011
tertanggal 18 Januari 2011 ditetapkan sebagai rumah sakit umum kelas B Non
Pendidikan. Rumah Sakit Haji Jakarta dibangun atas 6 lantai dengan kapasitas
tempat tidur sejumlah 209 tempat tidur.
2. Struktur Organisasi
Sebuah rumah sakit yang baik harus memiliki struktur organisasi yang
jelas. Rumah Sakit Haji Jakarta dipimpin oleh seorang direktur dan dibantu
72
oleh bagian fungsional lainnya. Struktur organisasi Rumah Sakit Haji Jakarta
dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran.
3. Ketenagaan Rumah Sakit Haji Jakarta
Berikut ini akan diuraikan komposisi dan jumlah sumber daya manusia
yang ada di Rumah Sakit Haji Jakarta. Jumlah ketenagaan yang ada sewaktu-
waktu dapat berubah bila terjadi penambahan jumlah pegawai melalui proses
rekrutmen dan seleksi pegawai.
Tabel 5.1
Komposisi dan Jumlah Sumber Daya Manusia
No. Jenis Tenaga Purna
Waktu
Paruh
Waktu
Jumlah
1. Medis
a. Dokter Spesialis
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi Spesialis
d. Dokter Gigi
15
6
1
2
56
8
7
1
71
14
8
3
2. S2 Perumahsakitan (MARS) 1 - 1
3. Perawat 308 - 308
4. Bidan 29 - 29
5. Perawat Anaesthesi 4 - 4
6. Fisioterapis 7 - 7
7. Apoteker 6 - 6
8. Asisten Apoteker 41 - 41
9. Analis 23 - 23
10. Ahli Gizi 9 - 9
11. APRO 11 - 11
12. Terapi Wicara 2 - 2
13. Radiografer 10 - 10
14. Perekam Medis 2 - 2
15. Teknik Elektromedik 2 - 2
16. Teknisi Transfusi Darah 2 - 2
17. Sanitarian 2 - 2
18. Administrasi Kesehatan 14 - 14
19. Non Medis
a. POS
b. Administrasi Umum/
Teknisi
54
207
-
-
54
207
Jumlah 758 72 830
Sumber : Bagian Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Haji Jakarta
73
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sumber daya
manusia selaku pegawai Rumah Sakit Haji Jakarta berjumlah 830 orang.
Dimana, jumlah tersebut terdiri dari pegawai tetap dan pegawai kontrak.
Jumlah pegawai tetap yang bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta berjumlah
758 orang dan jumlah pegawai kontrak terdiri dari 72 orang.
B. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi tiap
variabel penelitian, baik pada variabel dependen maupun pada variabel
independen. Adapun hasil analisis univariat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.2
berikut ini :
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Kepuasan Kerja Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Tidak puas 49 47,1
Puas 55 52,9
Total 104 100,0
Sumber : data primer
74
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa jumlah responden yang
menyatakan puas lebih tinggi yaitu 52,9% dibandingkan dengan
responden yang menyatakan tidak puas.
2. Gambaran Faktor Karakteristik Individu Umur Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi umur pegawai tetap di Rumah
Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.3 berikut
ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Variabel Umur Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Umur Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
< 30 tahun 30 28,8
≥30 tahun 74 71,2
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa paling banyak responden
memiliki umur ≥ 30 tahun yaitu 71,2%.
3. Gambaran Faktor Karakteristik Individu Jenis Kelamin Pada
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi jenis kelamin pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.4
berikut ini :
75
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Variabel Jenis Kelamin Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Jenis Kelamin Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Laki-laki 40 38,5
Perempuan 64 61,5
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa paling banyak responden
mempunyai jenis kelamin perempuan yaitu 61,5%.
4. Gambaran Faktor Karakteristik Individu Pendidikan Pada Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi pendidikan pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.5
berikut ini :
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Variabel Pendidikan Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Pendidikan Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Rendah 14 13,5
Tinggi 90 86,5
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa paling banyak responden
mempunyai tingkat pendidikan tinggi yaitu 86,5%.
76
5. Gambaran Faktor Karakteristik Individu Masa Kerja Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi masa kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.6
berikut ini :
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Variabel Masa Kerja Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Masa Kerja Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
<10 tahun 34 32,7
≥10 tahun 70 67,3
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa paling banyak responden
mempunyai masa kerja ≥10 tahun yaitu 67,3%.
6. Gambaran Faktor Organisasi Gaji Pegawai Tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi gaji pegawai tetap di Rumah
Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.7 berikut
ini:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Variabel Gaji Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Gaji Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Tidak Sesuai 50 48,1
Sesuai 54 51,9
Total 104 100,0
Sumber : data primer
77
Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa paling banyak responden
mempunyai gaji sesuai dengan keinginan yaitu 51,9%.
7. Gambaran Faktor Organisasi Pengakuan Bagi Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi pengakuan yang diberikan
rumah sakit bagi pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013,
disajikan dalam bentuk tabel 5.8 berikut ini :
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Variabel Pengakuan Bagi Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Pengakuan Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 43 41,3
Pernah 61 58,7
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa paling banyak responden
pernah memperoleh pengakuan dari rumah sakit yaitu 58,7%.
8. Gambaran Faktor Organisasi Kebijakan Organisasi Bagi Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi kebijakan organisasi yang
diberikan kepada pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013,
disajikan dalam bentuk tabel 5.9 berikut ini :
78
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Variabel Kebijakan Organisasi Bagi Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Kebijakan Organisasi Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Tidak Sesuai 47 45,2
Sesuai 57 54,8
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.9 diatas diketahui bahwa paling banyak reponden
telah merasa kebijakan organisasi yang diberikan oleh pihak rumah sakit
sesuai dengan keinginannya yaitu 54,8%.
9. Gambaran Faktor Organisasi Hubungan Interpersonal di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi hubungan interpersonal di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.10
berikut ini :
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Variabel Hubungan Interpersonal
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Hubungan Interpersonal Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Tidak Mendukung 32 30,8
Mendukung 72 69,2
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.10 diatas diketahui bahwa paling banyak
responden merasa hubungan interpersonal yang terjalin antar sesama
rekan kerja di Rumah Sakit Haji Jakarta telah mendukung yaitu 69,2%.
79
10. Gambaran Faktor Organisasi Tanggung Jawab Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi tanggung jawab pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.11
berikut ini :
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Variabel Tanggung Jawab Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Tanggung Jawab Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Kecil 48 46,2
Besar 56 53,8
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.11 diatas diketahui bahwa paling banyak
responden mempunyai tanggung jawab besar yaitu 53,8%.
11. Gambaran Faktor Organisasi Prestasi Kerja Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi prestasi kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.12
berikut ini :
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Kerja Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Prestasi Kerja Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Buruk 29 27,9
Baik 75 72,1
Total 104 100,0
Sumber : data primer
80
Berdasarkan tabel 5.12 diatas diketahui bahwa paling banyak
responden mempunyai prestasi kerja baik yaitu 72,1%.
12. Gambaran Faktor Organisasi Jenis Pekerjaan Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi jenis pekerjaan pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.13
berikut ini :
Tabel 5.13
Distribusi Frekuensi Variabel Jenis Pekerjaan Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Jenis Pekerjaan Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Tidak Sesuai 16 15,4
Sesuai 88 84,6
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.13 diatas diketahui bahwa paling banyak
responden mempunyai jenis pekerjaan yang telah sesuai dengan
keinginannya yaitu 84,6
13. Gambaran Faktor Organisasi Jaminan Pekerjaan Bagi Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi jaminan pekerjaan yang
diberikan rumah sakit kepada pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta
tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.14 berikut ini :
81
Tabel 5.14
Distribusi Frekuensi Variabel Jaminan Pekerjaan Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Jaminan Pekerjaan Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Tidak Sesuai 20 19,2
Sesuai 84 80,8
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.14 diatas diketahui bahwa paling banyak
responden menyatakan jaminan pekerjaan yang diberikan pihak Rumah
Sakit Haji Jakarta telah sesuai dengan keinginan yaitu 80,8%.
14. Gambaran Faktor Organisasi Pengawasan di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi pengawasan yang dilakukan
atasan kepada pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013,
disajikan dalam bentuk tabel 5.15 berikut ini :
Tabel 5.15
Distribusi Frekuensi Variabel Pengawasan di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2013
Pengawasan Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Tidak Baik 30 28,8
Baik 74 71,2
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.15 diatas diketahui bahwa paling banyak
responden menyatakan pengawasan yang dilaksanakan oleh atasan telah
dilaksanakan dengan baik yaitu 71,2%.
82
15. Gambaran Faktor Organisasi Kondisi Kerja di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013
Analisis univariat distribusi frekuensi kondisi kerja di Rumah Sakit
Haji Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.16 berikut ini :
Tabel 5.16
Distribusi Frekuensi Variabel Kondisi Kerja di Rumah Sakit
Haji Jakarta Tahun 2013
Kondisi Kerja Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Tidak Menunjang 40 38,5
Menunjang 64 61,5
Total 104 100,0
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.16 diatas diketahui bahwa paling banyak
responden berpendapat kondisi kerja di Rumah Sakit Haji Jakarta dapat
menunjang pelaksanaan pekerjaan yaitu 61,5%.
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara masing-masing
variabel independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan
dengan menggunakan uji Chi-Square (X2) dengan tingkat kepercayaan
(confidence interval) sebesar 95%. Adapun hasil analisis bivariat dari tiap
variabel dalam penelitian ini baik variabel dependen maupun variabel
independen adalah sebagai berikut :
83
1. Analisis Hubungan Antara Umur dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara umur dengan
kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013
dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil analisis
tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.17 berikut ini :
Tabel 5.17
Analisis Hubungan Antara Umur dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Umur
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
< 30 tahun 13 43,3 17 56,7 30 100 0,807
0,783 ≥30 tahun 36 48,6 38 51,4 74 100 (0,344 - 1,896)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.17 diatas, diketahui bahwa responden yang
memiliki umur < 30 tahun dan merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit
Haji Jakarta adalah sebesar 13 dari 30 orang (43,3%). Sedangkan,
responden yang berumur ≥ 30 tahun dan merasa tidak puas bekerja di
Rumah Sakit Haji Jakarta ada 36 dari 74 orang (48,6%). Dari hasil uji
statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,783, artinya pada
α = 5% menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
umur dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
84
2. Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil
analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.18 berikut ini :
Tabel 5.18
Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Jenis
Kelamin
Kepuasan Kerja Total OR
(95%CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Laki-laki 21 52,5 19 47,5 40 100,0 1,421
0,504 Perempuan 28 43,8 36 56,2 64 100,0 (0,643 - 3,141)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.18 diatas, diketahui bahwa responden yang
berjenis kelamin laki-laki dan merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit
Haji Jakarta adalah sebesar 21 dari 40 orang (52,5%). Sedangkan,
responden yang berjenis kelamin perempuan dan merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta ada 28 dari 64 orang (43,8%). Dari
hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,504,
artinya pada α = 5% menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta.
85
3. Analisis Hubungan Antara Pendidikan dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pendidikan
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil
analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.19 berikut ini :
Tabel 5.19
Analisis Hubungan Antara Pendidikan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Pendidikan
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Rendah 5 35,7 9 64,3 14 100,0 0,581
0,528 Tinggi 44 48,9 46 51,1 90 100,0 (0,180 – 1,869)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.19 diatas, diketahui bahwa responden yang
memiliki pendidikan rendah dan merasa tidak puas bekerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta adalah sebesar 5 dari 14 orang (35,7%). Sedangkan,
responden yang memiliki pendidikan tinggi dan merasa tidak puas bekerja
di Rumah Sakit Haji Jakarta ada 44 dari 90 orang (48,9%). Dari hasil uji
statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,528, artinya pada
α = 5% menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta.
86
4. Analisis Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara masa kerja
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil
analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.20 berikut ini :
Tabel 5.20
Analisis Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Masa Kerja
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
<10 tahun 13 38,2 21 61,8 34 100,0 0,585
0,291 ≥10 tahun 36 51,4 34 48,6 70 100,0 (0,254 - 1,348)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.20 diatas, diketahui bahwa responden yang
memiliki masa kerja < 10 tahun dan merasa tidak puas bekerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta adalah sebesar 13 dari 34 orang (38,2%). Sedangkan,
responden yang memiliki masa kerja ≥ 10 tahun dan merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta ada 36 dari 70 orang (51,4%). Dari
hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,291,
artinya pada α = 5% menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta.
87
5. Analisis Hubungan Antara Gaji dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara gaji dengan
kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2013
dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil analisis
tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.21 berikut ini :
Tabel 5.21
Analisis Hubungan Antara Gaji dengan Kepuasan Kerja Pegawai Tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Gaji
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Sesuai 37 74,0 13 26,0 50 100,0 9,962
0,000 Sesuai 12 22,2 42 77,8 54 100,0 (4,048 - 24,514)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.21 diatas, diketahui bahwa responden yang
memperoleh gaji tidak sesuai dan merasa tidak puas bekerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta adalah sebesar 37 dari 50 orang (74%). Sedangkan,
responden yang memperoleh gaji sesuai dan merasa tidak puas bekerja di
Rumah Sakit Haji Jakarta ada 12 dari 54 orang (22,2%). Dari hasil uji
statistik, diperoleh bahwa nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,000,
artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang bermakna antara gaji dengan
kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
88
Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 9,962, artinya
responden yang memperoleh gaji tidak sesuai memiliki peluang 9,962 kali
untuk merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta.
6. Analisis Hubungan Antara Pengakuan dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengakuan
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil
analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.22 berikut ini :
Tabel 5.22
Analisis Hubungan Antara Pengakuan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Pengakuan
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Pernah 31 72,1 12 27,9 43 100,0 6,171
0,000 Pernah 18 29,5 43 70,5 61 100,0 (2,601 - 14,645)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.22 diatas, diketahui bahwa responden yang tidak
pernah memperoleh pengakuan dari rumah sakit atas hasil pekerjaan dan
merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta adalah sebesar 31
dari 43 orang (72,1%). Sedangkan, responden yang pernah memperoleh
pengakuan dari rumah sakit atas hasil pekerjaan dan merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta ada 18 dari 61 orang (29,5%). Dari
hasil uji statistik, diperoleh bahwa nilai probabilitas (p-value) sebesar
89
0,000, artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang bermakna antara
pengakuan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 6,171, artinya
responden yang tidak pernah memperoleh pengakuan dari rumah sakit atas
hasil pekerjaan memiliki peluang 6,171 kali untuk merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta.
7. Analisis Hubungan Antara Kebijakan Organisasi dengan Kepuasan
Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara kebijakan
organisasi dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta tahun 2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.
Adapun hasil analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.23 berikut
ini:
Tabel 5.23
Analisis Hubungan Antara Kebijakan Organisasi dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Kebijakan
Organisasi
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Sesuai 34 72,3 13 27,7 47 100,0 7,323
0,000 Sesuai 15 26,3 42 73,7 57 100,0 (3,070 - 17,471)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
90
Berdasarkan tabel 5.23 diatas, diketahui bahwa responden yang
merasa kebijakan organisasi yang diberikan tidak sesuai dengan harapan
dan merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta adalah sebesar
34 dari 47 orang (72,3%). Sedangkan, responden yang merasa kebijakan
organisasi yang diberikan telah sesuai dengan harapan dan merasa tidak
puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta ada 15 dari 57 orang (26,3%).
Dari hasil uji statistik, diperoleh bahwa nilai probabilitas (p-value) sebesar
0,000, artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang bermakna antara
kebijakan organisasi dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 7,323, artinya
responden yang merasa kebijakan organisasi yang diberikan tidak sesuai
dengan harapan memiliki peluang 7,323 kali untuk merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta.
8. Analisis Hubungan Antara Hubungan Interpersonal dengan
Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara hubungan
interpersonal dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta tahun 2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.
Adapun hasil analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.24 berikut
ini:
91
Tabel 5.24
Analisis Hubungan Antara Hubungan Interpersonal dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013
Hubungan
Interpersonal
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Mendukung 25 78,1 7 21,9 32 100,0 7,1413
0,000 Mendukung 24 33,3 48 66,7 72 100,0 (2,705 - 18,858)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.24 diatas, diketahui bahwa responden yang
merasa hubungan interpersonal yang terjalin antar sesama rekan kerja
tidak mendukung pekerjaan dan merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit
Haji Jakarta adalah sebesar 25 dari 32 orang (78,1%). Sedangkan,
responden yang merasa hubungan interpersonal yang terjalin antar sesama
rekan kerja mendukung pekerjaan dan merasa tidak puas bekerja di
Rumah Sakit Haji Jakarta ada 24 dari 72 orang (33,3%). Dari hasil uji
statistik, diperoleh bahwa nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,000,
artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan
interpersonal dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 7,1413, artinya
responden yang merasa hubungan interpersonal yang terjalin antar sesama
rekan kerja tidak mendukung pekerjaan memiliki peluang 7,1413 kali
untuk merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta.
92
9. Analisis Hubungan Antara Tanggung Jawab dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara tanggung jawab
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil
analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.25 berikut ini :
Tabel 5.25
Analisis Hubungan Antara Tanggung Jawab dengan Kepuasan
Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2013
Tanggung
Jawab
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Kecil 24 50,0 24 50,0 48 100,0 1,240
0,727 Besar 25 44,6 31 55,4 56 100,0 (0,572 - 2,686)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.25 diatas, diketahui bahwa responden yang
memiliki tanggung jawab kecil dan merasa tidak puas bekerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta adalah sebesar 24 dari 48 orang (50%). Sedangkan,
responden yang memiliki tanggung jawab besar dan merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta ada 25 dari 56 orang (44,6%). Dari
hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,727,
artinya pada α = 5% menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara tanggung jawab dengan kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta.
93
10. Analisis Hubungan Antara Prestasi Kerja dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara prestasi kerja
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil
analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.26 berikut ini :
Tabel 5.26
Analisis Hubungan Antara Prestasi Kerja dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Prestasi Kerja
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Buruk 14 48,3 15 51,7 29 100,0 1,067
1,000 Baik 35 46,7 40 53,3 75 100,0 (0,452 - 2,516)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.26 diatas, diketahui bahwa responden yang
memiliki prestasi kerja buruk dan merasa tidak puas bekerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta adalah sebesar 14 dari 29 orang (48,3%). Sedangkan,
responden yang memiliki prestasi kerja baik dan merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta ada 35 dari 75 orang (46,7%). Dari
hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 1,000,
artinya pada α = 5% menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara prestasi kerja dengan kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta.
94
11. Analisis Hubungan Antara Jenis Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara jenis pekerjaan
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil
analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.27 berikut ini :
Tabel 5.27
Analisis Hubungan Antara Jenis Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Jenis Pekerjaan
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Sesuai 12 75,0 4 25,0 16 100,0 4,135
0,031 Sesuai 37 42,0 51 58,0 88 100,0 (1,235 - 13,842)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.27 diatas, diketahui bahwa responden yang
memiliki jenis pekerjaan tidak sesuai dengan minat dan merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta adalah sebesar 12 dari 16 orang
(75%). Sedangkan, responden yang memiliki jenis pekerjaan sesuai
dengan minat dan merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta
ada 37 dari 88 orang (42%). Dari hasil uji statistik, diperoleh bahwa nilai
probabilitas (p-value) sebesar 0,031, artinya pada α = 5% terdapat
hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
95
Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 4,135, artinya
responden yang memiliki jenis pekerjaan tidak sesuai dengan minat
memiliki peluang 4,135 kali untuk merasa tidak puas bekerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta.
12. Analisis Hubungan Antara Jaminan Pekerjaan dengan Kepuasan
Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara jaminan
pekerjaan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta tahun 2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.
Adapun hasil analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.28 berikut
ini:
Tabel 5.28
Analisis Hubungan Antara Jaminan Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Jaminan
Pekerjaan
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Sesuai 15 75,0 5 25,0 20 100,0 4,412
0,011 Sesuai 34 40,5 50 59,5 84 100,0 (1,466 - 13,279)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.28 diatas, diketahui bahwa responden yang
merasa jaminan pekerjaan yang diberikan pihak rumah sakit tidak sesuai
dengan harapan dan merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji
Jakarta adalah sebesar 15 dari 20 orang (75%). Sedangkan, responden
96
yang merasa jaminan pekerjaan yang diberikan pihak rumah sakit telah
sesuai dengan harapan dan merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji
Jakarta ada 34 dari 84 orang (40,5%). Dari hasil uji statistik, diperoleh
bahwa nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,011, artinya pada α = 5%
terdapat hubungan yang bermakna antara jaminan pekerjaan dengan
kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 4,412, artinya
responden yang merasa jaminan pekerjaan yang diberikan pihak rumah
sakit tidak sesuai dengan harapan memiliki peluang 4,412 kali untuk
merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta.
13. Analisis Hubungan Antara Pengawasan dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengawasan
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil
analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.29 berikut ini :
Tabel 5.29
Analisis Hubungan Antara Pengawasan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji JakartaTahun 2013
Pengawasan
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Baik 24 80,0 6 20,0 30 100,0 7,840
0,000 Baik 25 33,8 49 66,2 74 100,0 (2,838 - 21,656)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
97
Berdasarkan tabel 5.29 diatas, diketahui bahwa responden yang
merasa pengawasan yang dilakukan oleh atasan tidak dilakukan dengan
baik dan merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta adalah
sebesar 24 dari 30 orang (80%). Sedangkan, responden yang merasa
pengawasan yang dilakukan oleh atasan telah dilakukan dengan baik dan
merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta ada 25 dari 74
orang (33,8%). Dari hasil uji statistik, diperoleh bahwa nilai probabilitas
(p-value) sebesar 0,000, artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang
bermakna antara pengawasan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 7,840, artinya
responden yang merasa pengawasan yang dilakukan oleh atasan tidak
dilakukan dengan baik memiliki peluang 7,840 kali untuk merasa tidak
puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta.
14. Analisis Hubungan Antara Kondisi Kerja dengan Kepuasan Kerja
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara kondisi kerja
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2013 dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Adapun hasil
analisis tersebut akan dijelaskan dalam tabel 5.30 berikut ini :
98
Tabel 5.30
Analisis Hubungan Antara Kondisi Kerja dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Kondisi Kerja
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) P-value Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Menunjang 29 72,5 11 27,5 40 100,0 5,800
0,000 Menunjang 20 31,2 44 68,8 64 100,0 (2,424 - 13,877)
Total 49 47,1 55 52,9 104 100,0 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.30 diatas, diketahui bahwa responden yang
merasa kondisi kerja yang ada di lingkungan Rumah Sakit Haji Jakarta
tidak dapat menunjang pelaksanaan pekerjaan dan merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta adalah sebesar 29 dari 40 orang
(72,5%). Sedangkan, responden yang merasa kondisi kerja yang ada di
lingkungan Rumah Sakit Haji Jakarta dapat menunjang pelaksanaan
pekerjaan dan merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta ada
20 dari 64 orang (31,2%). Dari hasil uji statistik, diperoleh bahwa nilai
probabilitas (p-value) sebesar 0,000, artinya pada α = 5% terdapat
hubungan yang bermakna antara kondisi kerja dengan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 5,800, artinya
responden yang merasa kondisi kerja yang ada di lingkungan Rumah Sakit
Haji Jakarta tidak dapat menunjang pelaksanaan pekerjaan memiliki
99
peluang 5,800 kali untuk merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji
Jakarta.
D. Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat dan Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil analisis univariat yang telah dikemukakan
sebelumnya, diperoleh gambaran distribusi responden berdasarkan variabel
penelitian sebagai berikut :
Tabel 5.31
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian
No. Variabel Kategori N %
1. Kepuasan Kerja Tidak puas
Puas
49
55
47,1
52,9
2. Umur
<30 tahun
≥30 tahun
30
74
28,8
71,2
3. Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
40
64
38,5
61,5
4. Pendidikan Rendah
Tinggi
14
90
13,5
86,5
5. Masa Kerja <10 tahun
≥10 tahun
34
70
32,7
67,3
6. Gaji Tidak Sesuai
Sesuai
50
54
48,1
51,9
7. Pengakuan Tidak Pernah
Pernah
43
61
41,3
58,7
8. Kebijakan Organisasi Tidak Sesuai
Sesuai
47
57
45,2
54,8
9. Hubungan Interpersonal Tidak Mendukung
Mendukung
32
72
30,8
69,2
10. Tanggung Jawab Ringan
Besar
48
56
46,2
53,8
11. Prestasi Kerja Kurang Baik
Baik
29
75
27,9
72,1
12. Jenis Pekerjaan Tidak Sesuai
Sesuai
16
88
15,4
84,6
13. Jaminan Pekerjaan Tidak Sesuai
Sesuai
20
84
19,2
80,8
14. Pengawasan Tidak Baik
Baik
30
74
28,8
71,2
15. Kondisi Kerja Tidak Menunjang
Menunjang
40
64
38,5
61,5
Sumber : data primer
100
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji
Chi-Square, diperoleh hasil analisis bivariat sebagai berikut :
Tabel 5.32
Hubungan Antara Variabel Independen dengan Kepuasan Kerja
Pegawai Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
No. Variabel Kategori
Kepuasan Kerja
P-value Tidak Ya
N % N %
1. Umur <30 tahun 13 43,3 17 56,7
0,783 ≥30 tahun 36 48,6 38 51,4
2. Jenis Kelamin Laki-laki 21 52,5 19 47,5
0,504 Perempuan 28 43,8 36 56,2
3. Pendidikan Rendah 5 35,7 9 64,3
0,528 Tinggi 44 48,9 46 51,1
4. Masa Kerja <10 tahun 13 38,2 21 61,8
0,291 ≥10 tahun 36 51,4 34 48,6
5. Gaji Tidak Sesuai 37 74 13 26
0,000 Sesuai 12 22,2 42 77,8
6. Pengakuan Tidak Pernah 31 72,1 12 27,9
0,000 Pernah 18 29,5 43 70,5
7. Kebijakan Organisasi Tidak Sesuai 34 72,3 13 27,7
0,000 Sesuai 15 26,3 42 73,7
8. Hubungan Interpersonal Tidak Mendukung 25 78,1 7 21,9
0,000 Mendukung 24 33,3 48 66,7
9. Tanggung Jawab Ringan 24 50 24 50
0,727 Besar 25 44,6 31 55,4
10. Prestasi Kerja Kurang Baik 14 48,3 15 51,7
1,000 Baik 35 46,7 40 53,3
11. Jenis Pekerjaan Tidak Sesuai 12 75 4 25
0,031 Sesuai 37 42 51 58
12. Jaminan Pekerjaan Tidak Sesuai 15 75 5 25
0,011 Sesuai 34 40,5 50 59,5
13. Pengawasan Tidak Baik 24 80 6 20
0,000 Baik 25 33,8 49 66,2
14. Kondisi Kerja
Tidak Menunjang 29 72,5 11 27,5
0,000 Menunjang 20 31,2 44 68,8
Sumber : data primer
101
Berdasarkan tabel 5.32 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 8
variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kepuasan kerja
pegawai tetap (p-value < 0,05) meliputi variabel gaji, pengakuan, kebijakan
organisasi, hubungan interpersonal, jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan,
pengawasan dan kondisi kerja.
102
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Di dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang
ditemui oleh peneliti. Dimana, keterbatasan penelitian yang ditemui tersebut
tidak dapat dihindari yang memungkinkan akan berpengaruh terhadap hasil
penelitian. Adapun keterbatasan penelitian yang ditemui oleh peneliti adalah :
1. Pengumpulan Data
a. Keterbatasan penelitian yang ditemui oleh peneliti terkait
pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner
adalah pengumpulan data dengan cara tersebut umumnya akan bersifat
subyektif, sehingga kebenaran data dalam pengisian kuesioner sangat
tergantung pada kejujuran, keterbukaan responden dalam memberikan
jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang dirasakan serta
pemahaman responden dalam memberikan pilihan jawaban sesuai
dengan opsi jawaban yang disediakan dalam kuesioner penelitian.
2. Instrumen Penelitian
Keterbatasan penelitian lainnya yang ditemui adalah terkait instrumen
penelitian. Dimana, jenis pertanyaan yang didesain secara tertutup
memungkinkan responden akan menjawab pertanyaan dengan
103
kecenderungan memusat (central tendency). Dalam hal ini, responden
penelitian akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan tidak
mempelajari isi pertanyaan terlebih dahulu dikarenakan adanya faktor
kebosanan atau tidak ingin mempersulit diri dalam melakukan pengisian
kuesioner.
3. Hasil Penelitian
Hal lain yang dapat menjadi keterbatasan penelitian adalah hasil
penelitian ini merupakan gambaran suatu keadaan hanya pada saat tertentu
dan tempat tertentu saja. Sehingga, hasil penelitian ini akan berbeda pada
waktu yang akan datang dan tidak dapat digeneralisasikan pada rumah
sakit lainnya.
B. Gambaran Kepuasan Kerja Pegawai Tetap
Kepuasan kerja merupakan suatu respons affective atau emosional
terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang. Kepuasan kerja bukan merupakan
konsep tunggal, melainkan seseorang dapat relatif puas dengan salah satu
aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek pekerjaan lainnya
(Kreitner dan Kinnicki, 2001 dalam Wibowo, 2007).
Pada penelitian ini, hasil uji univariat menunjukkan bahwa secara
umum pegawai tetap yang menilai puas atas pekerjaannya hampir sebanding
dengan pegawai yang menilai tidak puas. Dimana, berdasarkan hasil pada uji
univariat diketahui bahwa responden yang menilai puas adalah sebesar 52,9%
sedangkan responden yang menilai tidak puas adalah sebesar 47,1%.
104
Tingginya presentase ketidakpuasan yang dirasakan pegawai, yaitu
hampir mencapai 50% dari rasa kepuasannya tentunya akan mengakibatkan
pelayanan yang diberikan menjadi buruk. Selain itu, banyaknya pegawai yang
merasa tidak puas memungkinkan pegawai menjadi tidak loyal pada rumah
sakit. Hal ini akan mengakibatkan tingginya turn over pegawai. Tingginya
turn over pegawai tentunya akan membuat beban pekerjaan menjadi tinggi.
Tingginya beban pekerjaan pegawai akan mengakibatkan menurunnya
motivasi pegawai untuk bekerja dengan baik.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, maka pihak manajemen
Rumah Sakit Haji Jakarta perlu memperbaiki beberapa faktor yang
berhubungan secara bermakna dengan kepuasan kerja pegawai tetap. Dimana,
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta meliputi gaji, pengakuan, kebijakan organisasi,
hubungan interpersonal, jenis pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan
kondisi kerja. Sehingga, dalam meningkatkan kepuasan kerja pihak
manajemen Rumah Sakit Haji Jakarta perlu mengkaji delapan variabel yang
berhubungan dengan kepuasan kerja tersebut.
Dari delapan variabel yang memiliki hubungan secara bermakna
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta, diketahui
bahwa variabel gaji merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap
kepuasan kerja. Dimana, hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya nilai Odds
Ratio (OR) pada variabel gaji, yaitu sebesar 9,962. Artinya, variabel gaji
105
memberikan peluang sebesar 9,962 kali untuk merasa tidak puas dalam
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta.
C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai
Tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta
1. Umur
Menurut Gibson (1997) umur merupakan salah satu faktor demografis
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Sehingga, di dalam
pemeliharaan hubungan yang serasi antara organisasi dengan para
anggotanya, keterkaitan antara umur pegawai dengan kepuasan kerja perlu
diperhatikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki umur
≥ 30 tahun cenderung lebih merasa puas dibandingkan dengan responden
yang memiliki umur < 30 tahun. Dimana, diketahui bahwa terdapat 38
orang yang memiliki umur ≥ 30 tahun menyatakan puas bekerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta.
Hasil penelitian tersebut dapat didukung dengan adanya teori yang
dikemukakan oleh Hasibuan (2005) yang menyatakan bahwa pekerja yang
berumur lebih tua memiliki kecenderungan puas terhadap pekerjaannya
dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih muda. Hal ini
dikarenakan terjadinya penurunan harapan dan penyesuaian yang lebih
baik pada situasi pekerjaan. Sebaliknya, pekerja yang berumur muda
106
cenderung kurang puas karena tingginya harapan, penyesuaian yang
kurang dan sebab-sebab lainnya.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan
nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,783, artinya pada alpha 5% tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel umur pegawai tetap
yang bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta dengan kepuasan kerja pegawai
tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yulianingsih (1997) dan Widodo (2003) yang menyatakan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara umur dengan kepuasan kerja pegawai.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian lainnya, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Puspasari (2003) yang juga menyatakan
tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kepuasan kerja
perawat di Rumah Sakit Puri Cinere.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Abdurrahman (2000), Sutejo (2003) dan Tauhid (2004)
yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan proporsi
kepuasan kerja pegawai berdasarkan umur. Penelitian lain, Purnomowati
(1983) dalam As’ad (2004) juga menyimpulkan bahwa terdapat korelasi
yang positif antara umur dengan kepuasan kerja pegawai.
Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena
sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki umur ≥ 30 tahun.
Sehingga, data penelitian yang diperoleh kurang bervariasi. Selain itu, hal
107
lain yang mungkin dapat menyebabkan adanya perbedaan hasil penelitian
ini adalah berdasarkan hasil analisis statistik diketahui pula bahwa
pegawai yang memiliki umur ≥ 30 tahun memiliki proporsi ketidakpuasan
yang tinggi.
Hal tersebut sangat mungkin disebabkan adanya berbagai faktor yang
mempengaruhi rasa ketidakpuasan tersebut. Dimana, hal ini sangat
mungkin disebabkan karena pegawai berumur tua cenderung telah
memiliki banyak pengalaman pekerjaan. Selain itu, pegawai berumur tua
cenderung telah memiliki masa kerja yang cukup lama dalam suatu
institusi tempatnya bekerja.
Seorang pegawai yang telah lama bekerja serta memiliki banyak
pengalaman pekerjaan tentunya memiliki harapan lebih pada institusi
tempatnya bekerja, seperti gaji yang diperoleh harus dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hal ini membuat suatu institusi harus mampu
memenuhi kebutuhan pegawai tersebut dengan cara memberikan gaji yang
dirasakan sesuai dengan pengalaman kerja serta masa kerjanya.
2. Jenis Kelamin
Menurut Gibson (1997) jenis kelamin merupakan salah satu faktor
dalam karakteristik individu yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
Berkaitan dengan jenis kelamin, secara umum tidak terdapat perbedaan
antara laki-laki dan perempuan. Beberapa penelitian mengemukakan
bahwa kepuasan kerja yang dirasakan oleh perempuan lebih rendah
108
dibandingkan laki-laki. Dimana, perempuan memiliki lebih banyak
harapan-harapan dalam memenuhi kebutuhannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pegawai berjenis kelamin
perempuan yang menyatakan tidak puas dalam bekerja di Rumah Sakit
Haji Jakarta adalah sebesar 43,8%. Sedangkan, pegawai berjenis kelamin
laki-laki yang menyatakan tidak puas pada pekerjaannya adalah sebesar
52,5%.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diketahui
bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan antara pegawai berjenis
kelamin perempuan dan pegawai berjenis kelamin laki-laki terhadap
kepuasan kerja (p-value = 0,504). Dengan kata lain, hal ini dapat diartikan
bahwa presentase pegawai perempuan yang merasa puas dengan
pekerjaannya saat ini jumlahnya tidak berbeda secara signifikan dengan
presentase pegawai laki-laki yang merasa puas dengan pekerjaannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Abdurrahman (2000) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
proporsi kepuasan kerja antara responden berjenis kelamin perempuan
dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki di Rumah Sakit Umum
Sigli Kabupaten Pidie. Penelitian lain, Widodo (2003) dan Yulita (2004)
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kepuasan kerja
antara pegawai yang berjenis kelamin perempuan dengan pegawai yang
berjenis kelamin laki-laki.
109
Penelitian ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Gibson (1997) yang mengungkapkan bahwa berkaitan dengan jenis
kelamin, dapat dikatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja. Hal senada juga
diungkapkan oleh Bambang Haryo Wicaksono (1982) dalam As’ad (2004)
yang menyimpulkan tidak ada perbedaan antara kepuasan pegawai laki-
laki dengan perempuan. Hasil penelitian ini juga didukung dengan adanya
teori dari Robbins (2001) yang juga menyatakan bahwa tidak cukup bukti
untuk menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi kepuasan kerja.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Glen,
Taylor dan Walver (1997) dalam As’ad (2004) yang menunjukkan adanya
perbedaan kepuasan diantara laki-laki dan perempuan, dimana kebutuhan
perempuan untuk merasa puas dalam bekerja ternyata lebih rendah
dibandingkan laki-laki.
Perbedaan hasil temuan ini kemungkinan disebabkan karena tidak
seimbangnya jumlah proporsi responden penelitian. Dimana, diketahui
bahwa jumlah responden perempuan dalam penelitian ini lebih banyak (64
orang) dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki (40 orang) dalam
penelitian kepuasan kerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Sehingga, hal
inilah yang dimungkinkan membuat data yang diperoleh dalam penelitian
tidak bervariasi dan membuat tidak terlihatnya hubungan antara jenis
kelamin dengan kepuasan kerja.
110
Selain itu, hal lain yang menyebabkan tidak terlihatnya hubungan
antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja adalah berdasarkan hasil
analisis statistik diketahui bahwa responden berjenis kelamin laki-laki
memiliki rasa ketidakpuasan yang cukup tinggi. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Glen, Taylor dan Walver (1997) dalam As’ad (2004)
pegawai berjenis kelamin laki-laki cenderung lebih merasa puas
dibandingkan dengan pegawai perempuan. Namun, dalam penelitian ini
diketahui bahwa pegawai berjenis kelamin laki-laki memiliki rasa
ketidakpuasan yang tinggi pula.
Dimana, rasa ketidakpuasan yang dirasakan pegawai laki-laki hampir
sebanding dengan pegawai perempuan. Hal ini sangat mungkin
disebabkan karena adanya peningkatan kebutuhan hidup. Dimana, hal
tersebut dapat disebabkan karena statusnya yang telah menikah membuat
mereka membutuhkan penghasilan yang lebih tinggi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Terlebih lagi bagi mereka yang memiliki anak pra
sekolah yang tentunya membutuhkan biaya hidup yang lebih tinggi.
Sehingga, dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit disarankan untuk
lebih memperhatikan faktor gaji yang diberikan kepada pegawai laki-laki
khususnya bagi mereka yang telah menikah sebagai upaya untuk
meningkatkan kepuasan kerjanya.
111
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografis yang perlu
untuk dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan jenjang pendidikan yang
dimiliki seseorang memberi pengaruh dalam menentukan posisi seseorang
dalam pekerjaannya kelak pada suatu institusi.
Hasil uji statistik diperoleh bahwa responden yang memiliki
pendidikan tinggi yang merasa puas terhadap pekerjaan sebesar 51,1%.
Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,528, artinya
tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widodo (2003) yang
menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan
dengan kepuasan kerja pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah
Lubuklinggau. Peneliti lain, Yulianingsih (1997), Tauhid (2004), dan
Adline (2010) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan kepuasan kerja pegawai. Hasil penelitian juga dapat
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adib Farchan
(1984) dalam As’ad (2004) yang menyimpulkan bahwa tidak ada
hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Abdurrahman (2000), Hariyati (2001) dan Samy (2006) yang
menunjukkan bahwa variabel pendidikan mempengaruhi kepuasan kerja
pegawai. Penelitian lain, Mahatmi (1997) menunjukkan bahwa terdapat
112
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepuasan kerja di
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo.
Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena sebagian besar
responden merupakan pegawai dengan pendidikan tinggi, yaitu sebesar 90
orang. Data yang kurang bervariasi inilah yang menyebabkan tidak terlihat
adanya hubungan antara pendidikan dengan kepuasan kerja pegawai tetap
di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Selain itu, hal lain yang menyebabkan tidak terlihatnya hubungan
antara pendidikan dengan kepuasan kerja adalah berdasarkan hasil analisis
statistik diketahui bahwa pegawai dengan tingkat pendidikan tinggi
memiliki rasa ketidakpuasan yang cukup tinggi. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Gilmer (1966) dalam As’ad (2004) seseorang dengan
tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih merasa puas dibandingkan tidak
puas atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Namun, dalam penelitian ini diketahui bahwa pegawai dengan tingkat
pendidikan tinggi memiliki rasa ketidakpuasan yang cukup tinggi. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena tingginya tingkat pendidikan harus
diimbangi dengan penghasilan yang sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Selain itu, hal lain yang mungkin menyebabkan tingginya rasa
ketidakpuasan adalah tingginya tingkat pendidikan pegawai harus
diimbangi dengan kesesuaian jabatan yang dimiliki pegawai. Sehingga,
hal tersebut akan memungkinkan mereka untuk dapat mengaplikasikan
kemampuan yang mereka miliki dengan tepat.
113
Sehingga dalam hal ini pihak manajemen Rumah Sakit Haji Jakarta
disarankan untuk lebih memperhatikan kesesuaian gaji yang diberikan
kepada pegawai berdasarkan tingkat pendidikannya serta memperhatikan
jabatan yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki pegawai
dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawai.
4. Masa Kerja
Semakin lama pegawai melaksanakan tugas dan bertambahnya
pengalaman kerja, keinginan dan peluang untuk mendapatkan kedudukan
dalam struktur organisasi semakin kuat. Hal ini dikarenakan semakin lama
seseorang bekerja akan memperoleh penghasilan yang lebih baik, kondisi
kerja yang lebih nyaman dan pekerjaan yang mereka lakukan
memungkinkan mereka untuk dapat menggunakan kemampuan yang
mereka miliki, sehingga hal tersebut akan memberikan kepuasan kepada
mereka.
Berdasarkan uji statistik, diketahui bahwa responden yang bekerja
≥ 10 tahun lebih banyak yang menyatakan puas yaitu sebesar 34 dari 70
orang. Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,291,
artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan
kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Puspasari (2003), Samy
(2006) dan Adline (2010) yang menyatakan tidak ada hubungan antara
masa kerja dengan kepuasan kerja pegawai. Penelitian lain, Tauhid (2004)
114
juga menyimpulkan hal yang sama yang menunjukkan bahwa tidak
didapatkan hubungan antara masa kerja dengan tingkat kepuasan kerja
pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kota Metro.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Widodo
(2003) yang membuktikan bahwa variabel masa kerja mempengaruhi
kepuasan kerja pegawai. Peneliti lain, Zuhartoni (2000) dan Sutejo (2003)
menunjukkan bahwa masa kerja dan kepuasan kerja saling berkaitan
secara positif.
Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena dalam
penelitian ini diketahui bahwa proporsi responden terbesar merupakan
pegawai yang memiliki masa kerja ≥ 10 tahun yaitu sebesar 70 orang.
Sehingga, hal ini menyebabkan data penelitian yang diperoleh kurang
bervariasi. Terkait dengan hal ini telah diketahui pula bahwa rata-rata
masa kerja sebagian besar pegawai tetap yang bekerja di Rumah Sakit
Haji Jakarta memang ≥ 10 tahun.
Hal lain yang mungkin menyebabkan tidak terlihatnya hubungan
antara masa kerja dengan kepuasan kerja adalah proporsi pegawai dengan
masa kerja ≥ 10 tahun merasakan ketidakpuasan yang cukup tinggi.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Robbins (2001) pegawai yang
memiliki masa kerja lama akan cenderung merasa puas dibandingkan
dengan pegawai yang memiliki masa kerja baru.
Namun, dalam penelitian ini pegawai dengan masa kerja ≥ 10 tahun
merasakan ketidakpuasan yang cukup tinggi. Lamanya masa kerja
115
pegawai dalam suatu institusi harus diimbangi dengan adanya kesesuaian
penghasilan yang diberikan organisasi kepada pegawai. Selain itu,
lamanya masa kerja pegawai juga harus diimbangi dengan kemudahan
pegawai dalam meniti jenjang karir. Hal ini didukung dengan tingginya
angka Odds Ratio (OR) yang diperoleh dari hasil uji statistik pada variabel
gaji dan kebijakan organisasi. Dimana, didalam kebijakan organisasi yang
ditetapkan oleh pihak Rumah Sakit Haji Jakarta terdapat kebijakan berupa
peningkatan jenjang karir.
Tidak adanya hubungan antara masa kerja dengan kepuasan kerja juga
dapat disebabkan karena pegawai tetap yang telah lama bekerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta telah mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat
mereka bekerja. Sehingga, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pegawai
tetap yang bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta telah mampu
mengendalikan permasalahan terkait ketidakpuasan kerja yang dirasakan
dalam pekerjaannya secara positif.
Semakin lama seseorang bekerja di dalam institusi akan membuat
suatu pekerjaan menjadi rutin untuk dilakukan. Sehingga, pekerjaan yang
rutin tersebut membuat mereka menjadi terbiasa terhadap pekerjaan yang
dilakukan dan akhirnya rasa kepuasanlah yang mereka peroleh terhadap
pekerjaan tersebut.
116
5. Gaji
Gaji merupakan sesuatu yang berkaitan dengan uang yang diberikan
kepada pegawai (Dessler, 1997 dalam Samsudin, 2006). Gaji juga
merupakan faktor terpenting bagi pegawai. Hal ini dikarenakan gaji adalah
sejumlah uang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pegawai
dan keluarganya. Notabene, dengan adanya kesesuain gaji yang diberikan
oleh perusahaan kepada pegawai dapat menjadi daya dorong bagi pegawai
untuk bekerja.
Dari hasil analisis statistik, diketahui bahwa responden yang memiliki
gaji tidak sesuai adalah sebesar 74% dengan peluang sebesar 9,962 kali
untuk merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Besarnya
presentase jumlah responden yang merasa gaji yang diberikan oleh Rumah
Sakit Haji Jakarta tidak sesuai kemungkinan besar dikarenakan gaji yang
diterima tidak sesuai dengan harapan pegawai.
Berdasarkan uji chi-square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,000,
artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara gaji
dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurhayani (2006) dan Yulita
(2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara variabel gaji dengan kepuasan kerja dokter spesialis. Peneliti lain,
Sutejo (2003) juga mengemukakan hal yang sama dimana dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
117
antara variabel gaji dengan kepuasan kerja perawat di unit rawat inap
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung.
Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) menyatakan bahwa gaji
merupakan faktor penting bagi pegawai untuk dapat memenuhi kebutuhan
diri sendiri dan keluarga. Apabila gaji yang diberikan oleh rumah sakit
tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok pegawai, hal ini tidak akan
mendorong pegawai untuk bekerja dengan baik. Sehingga, hal penting
yang harus diperhatikan adalah gaji yang baik bagi pegawai merupakan
gaji yang dianggap adil dan jumlahnya memuaskan. Munandar (2001)
mengemukakan bahwa gaji yang adil merupakan gaji yang didasarkan
pada tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan
standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu.
Dilapangan masih ditemukan adanya keluhan pegawai yang
menyatakan bahwa gaji yang diberikan oleh Rumah Sakit Haji Jakarta
belum sesuai dengan harapan pegawai. Dimana, dalam hal ini pegawai
berharap pihak rumah sakit dapat memberikan gaji yang sesuai dengan
umur pegawai, jenis kelamin pegawai, masa kerja pegawai, tingkat
pendidikan, tanggung jawab, prestasi kerja serta beban pekerjaannya.
Dalam menghindari dampak yang terjadi akibat gaji yang diberikan
belum sesuai dengan harapan pegawai, maka pihak manajemen rumah
sakit dirasakan perlu untuk membenahi sistem penggajian yang ada
dengan adanya keadilan dalam pemberian gaji serta sesuai dengan standar
penggajian yang berlaku umum. Dengan adanya sistem penggajian yang
118
memadai, hal tersebut tentunya akan menimbulkan rasa kepuasan kerja
(Simmamora, 2004). Terlebih lagi diketahui bahwa kebutuhan pokok
kehidupan di kota besar membutuhkan biaya yang cukup besar. Apabila
gaji yang diterima oleh pegawai belum mampu memenuhi kebutuhan
pokok pegawai dan keluarganya hal ini cenderung akan membuat pegawai
merasa tidak puas dalam bekerja didalam suatu institusi.
Berdasarkan pada hal tersebut, pihak manajemen rumah sakit
disarankan untuk melakukan evaluasi terhadap sistim penggajian yang ada
saat ini. Dimana, dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit sebaiknya
memberikan gaji yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Dan pihak manajemen rumah sakit sebaiknya memperhatikan
pula unsur kelayakan yang dapat dilakukan dengan cara melakukan
benchmarking.
Unsur kelayakan yang dimaksud dalam hal ini adalah sistim
penggajian pada Rumah Sakit Haji Jakarta dibandingkan dengan standar
rata-rata sistim penggajian yang ada pada rumah sakit lainnya. Kelayakan
dalam sistim penggajian dapat dilakukan dengan menggunakan peraturan
pemerintah tentang sistim penggajian minimum atau dengan
menggunakan kebutuhan pokok minimum.
Perbandingan sistim penggajian dengan rumah sakit lainnya
dimaksudkan untuk menjaga “Eksternal Consistency” serta untuk tetap
menjaga adanya prinsip equal pay-equal job. Apabila gaji dalam Rumah
Sakit Haji Jakarta lebih rendah daripada rumah sakit lainnya, maka hal ini
119
dapat mengakibatkan Rumah Sakit Haji Jakarta mendapat kesulitan untuk
memperoleh tenaga kerja nantinya.
6. Pengakuan
Pengakuan merupakan suatu kebutuhan untuk diakui atas apa yang
telah dicapai. Seseorang yang memperoleh pengakuan akan dapat
meningkatkan semangat pegawai dalam bekerja. Locke (1976) dalam
As’ad (2004) menyatakan bahwa pengakuan dapat menimbulkan kepuasan
kerja seseorang terutama bagi mereka yang merupakan pegawai golongan
rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak pernah
memperoleh pengakuan adalah 72,1% dengan peluang sebesar 6,171 kali
untuk merasa tidak puas bekerja menjadi pegawai tetap di Rumah Sakit
Haji Jakarta. Berdasarkan uji chi-square, didapatkan nilai p-value sebesar
0,000, artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara
pengakuan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pancaputra (2001) yang
menunjukkan bahwa variabel pengakuan memiliki hubungan yang
bermakna terhadap kepuasan kerja pegawai di Rumah Sakit Umum FK
UKI. Peneliti lain, Hariyati (2001) menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara pengakuan yang diterima dengan kepuasan kerja tenaga perawat
pada unit rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Agung Jakarta.
120
Menurut Hasibuan (2005) asas pengakuan merupakan memberikan
penghargaan dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada pegawai atas
prestasi kerja yang dicapainya. Teori tingkat kebutuhan Maslow terkait
kebutuhan akan penghargaan menyebutkan bahwa setiap individu
memiliki keinginan untuk dihargai, semakin tinggi posisi seseorang maka
semakin tinggi pula kebutuhan akan penghargaan, begitu pula semakin
baik prestasi seseorang maka semakin tinggi pula penghargaan yang
diinginkan dan semakin individu tersebut dihargai maka semakin
terpenuhinya kepuasan pada sisi phsycologisnya yang dapat meningkatkan
kepuasan kerja yang dirasakannya.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Muhaimin (1985) dalam As’ad
(2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi penghargaan yang
diterima seseorang atas pengakuan dirinya dalam organisasi akan semakin
meningkatkan kepuasan kerja yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin
rendah pengakuan yang diberikan organisasi kepada pegawainya maka hal
tersebut akan meningkatkan rasa ketidakpuasan pegawai terhadap
pekerjaannya di organisasi tersebut.
Diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengakuan
dengan kepuasan kerja pegawai. Maka dalam mengatasi permasalahan
tersebut pihak manajemen rumah sakit disarankan untuk lebih
memperhatikan faktor ini. Pengakuan yang diberikan kepada pegawai
perlu ditindaklanjuti dengan tindakan yang konkrit dalam bentuk
121
pengakuan yang dapat dirasakan langsung oleh pegawai, baik pengakuan
yang dikaitkan dengan materi maupun non materi.
Dalam memberikan pengakuan kepada pegawai pihak manajemen
rumah sakit dapat membuat suatu program pemilihan pegawai teladan
yang dapat didasarkan pada hasil evaluasi pekerjaan maupun hasil dari
penilaian prestasi kerja pegawai. Dalam memberikan pengakuan kepada
pegawai pihak rumah sakit sebaiknya terlebih dahulu menetapkan sistim
manajemen dan administrasi yang mengatur cara maupun jumlah dan
bentuk penghargaan yang akan diberikan kepada pegawai yang tertata dan
tersusun dengan baik seperti bagaimana bentuk dan cara memberi
pengakuan kepada pegawai yang rajin dan menunjukkan prestasi yang
baik.
Adapun penghargaan yang akan diberikan kepada pegawai dapat
berupa adanya gaji tambahan, adanya piagam yang didedikasikan bagi
pegawai teladan, adanya hadiah berupa paket liburan atau pergi haji bagi
pegawai-pegawai yang memiliki prestasi lebih tinggi dibandingkan
pegawai lainnya serta pengakuan lainnya yang dapat meningkatkan
kepuasan pegawai sehingga memiliki kinerja yang lebih baik lagi maupun
penghargaan berupa peningkatan jenjang karir yang lebih cepat.
Kesempatan pegawai untuk maju dapat menjadi motivasi bagi pegawai
untuk dapat maju dan meningkatkan kepuasan kerja karena merasa
dihargai.
122
7. Kebijakan Organisai
Menurut Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) kebijakan organisasi
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
pegawai. Kebijakan organisasi merupakan suatu faktor yang sangat
penting untuk menjamin keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan uji statistik, diketahui bahwa responden yang berpendapat
kebijakan organisasi yang dirasakan tidak sesuai dengan harapan pegawai
adalah 72,3% dengan peluang sebesar 7,323 kali untuk merasa tidak puas
bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Berdasarkan uji chi-square,
diperoleh nilai p-value sebesar 0,000, artinya pada alpha 5% terdapat
hubungan yang bermakna antara kebijakan organisasi dengan kepuasan
kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baron
dan Byrne (2005) yang menyatakan bahwa kebijakan organisasi
merupakan salah satu faktor yang positif memberikan pengaruh terhadap
kepuasan kerja. Selain itu, penelitian lain Yulita (2012) menyatakan
bahwa ada perbedaan proporsi antara kebijakan organisasi dengan
kepuasan kerja dokter spesialis di Rumah Sakit OMNI Alam Sutra.
Pinfield dalam Nurhayani (2006) menyatakan bahwa kebijakan
organisasi yang diberikan kepada pegawai memiliki relevansi langsung
bagi efektivitas organisasi dan bagi kepuasan anggota organisasi.
Sehingga, pihak manajemen harus memberikan kebijakan secara adil
kepada seluruh anggotanya agar tercipta kepuasan didalam diri mereka.
123
Dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawai pihak manajemen
rumah sakit sebaiknya lebih memperhatikan lagi adanya faktor kebijakan
organisasi yang diberikan kepada pegawainya. Berdasarkan masalah yang
terjadi dilapangan, diketahui bahwa terdapat pegawai yang mengeluh akan
rasa ketidakadilan pihak manajemen rumah sakit dalam memberikan
kebijakan organisasi kepada para pegawainya, seperti kebijakan dalam
memberikan kegiatan pendidikan dan pelatihan dan kebijakan terkait
dengan promosi karir.
Dalam mengatasi permasalahan terkait hal tersebut, pihak manajemen
rumah sakit disarankan untuk memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada pegawai untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan. Dimana, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan pegawai. Dalam menjalankan kegiatan ini,
pihak manajemen rumah sakit sebaiknya menyediakan anggaran khusus
yang disediakan untuk pengembangan sumber daya manusia. Selain itu,
pihak manajemen rumah sakit sebaiknya membuat sistim promosi karir
yang lebih adil dan terarah setiap kali adanya perubahan dalam sistim
manajemen serta membuat peningkatan jenjang karir dapat dilalui dengan
cepat bagi pegawai-pegawai yang selalu memiliki prestasi kerja lebih
tinggi dibandingkan pegawai lainnya yang dapat menjadi suatu bentuk
reward dari rumah sakit kepada pegawai.
124
8. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal yang berjalan dengan baik akan menciptakan
hubungan yang harmonis, akrab dan kekeluargaan diantara rekan sekerja.
Dengan terbentuknya hal tersebut akan menumbuhkan kepuasan didalam
diri pegawai. Hal serupa diungkapkan oleh Robbins (2001) yang
menyatakan bahwa bagi sebagian besar pegawai, bekerja adalah cara yang
digunakan untuk mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Dengan
demikian, sudah menjadi kewajaran bila memiliki rekan sekerja yang
ramah. Dimana, hal tersebut merupakan suatu sumber dukungan yang
menghantarkan pada kepuasan kerja.
Hasil uji statistik, diketahui bahwa responden yang berpendapat
hubungan interpersonal yang terjalin diantara rekan sekerja tidak
mendukung adalah 78,1% dengan peluang 7,1413 kali untuk merasa tidak
puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Berdasarkan uji chi-square,
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000, artinya pada alpha 5% terdapat
hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan kepuasan
kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Soemardjo (1981) dan
Dwi Padmiyarti (1981) dalam As’ad (2004) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikam antara kepuasan kerja
dengan hubungan interpersonal. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Tauhid (2004) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan kepuasan
125
kerja pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kota Metro. Hasil penelitian ini
juga didukung dengan penelitian Hariyati (2001), Abidin (2003) dan Samy
(2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja.
Munandar (2001) menyebutkan bahwa hubungan interpersonal yang
terjalin antara bawahan dan atasan serta hubungan interpersonal yang
terjalin antar rekan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan puas dan tidak puasnya seorang pegawai. Sehingga, dalam
meningkatkan kepuasan kerja pegawai pihak manajemen rumah sakit
disarankan untuk lebih meningkatkan komunikasi yang terjalin antar
sesama rekan kerja baik antara atasan dengan bawahan maupun antar
sesama pegawai.
Hubungan komunikasi tersebut dapat ditingkatkan melalui adanya
sifat ramah dari pimpinan kepada bawahan yang dapat dimulai dengan
tegur sapa satu sama lain, mendengar pendapat pegawai terkait pekerjaan
yang akan dilakukan serta menunjukkan minat pribadi kepada mereka
dengan cara sistim pintu terbuka bagi mereka yang ingin mengutarakan
pendapat. Selain itu, hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan
mengadakan pertemuan secara rutin antara atasan dan bawahannya yang
dapat dilakukan setiap bulan serta dengan adanya suatu program sosial
yang dirancang untuk menyatukan kebersamaan antara atasan dengan
bawahan.
126
9. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Apabila dalam suatu organisasi
seseorang diberikan tanggung jawab yang besar maka hal tersebut akan
meningkatkan kepuasan kerjanya. Tanggung jawab bukan saja merupakan
banyaknya pekerjaan yang diberikan organisasi kepada pegawai,
melainkan tanggung jawab juga dapat berupa kepercayaan yang diberikan
organisasi kepada pegawainya.
Dari hasil analisis hubungan antara tanggung jawab dengan kepuasan
kerja diperoleh hasil bahwa pegawai yang mendapat tanggung jawab besar
merasa puas lebih banyak (55,4%) dibandingkan dengan pegawai yang
mendapat tanggung jawab kecil (50%). Hal ini sesuai dengan apa yang
telah dikemukakan oleh Herzberg (1968) dalam Utomo (2008) yang
mengemukakan bahwa tanggung jawab merupakan faktor intrinsik dari
pekerjaan yang merupakan faktor motivator. Bila faktor ini dirasakan telah
diberikan kepada pegawai maka hal ini akan menimbulkan kepuasan
kerja.
Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square diperoleh bahwa
nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,727, berarti pada alpha 5% tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara tanggung jawab dengan
kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Wijasa (1997) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tanggung jawab
127
dengan kepuasan kerja perawat di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit
Umum Pusat Persahabatan. Penelitian lain, Pancaputra (2001) juga
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tanggung jawab dengan
kepuasan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum FK
UKI.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Hamzah (2001) dan penelitian Sutejo (2003) yang menunjukkan bahwa
tanggung jawab berhubungan secara bermakna dengan kepuasan kerja.
Hal yang menyebabkan adanya perbedaan hasil penelitian ini adalah
berdasarkan teori seorang pegawai yang memiliki tanggung jawab besar
cenderung memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Namun, dalam penelitian
ini ketidakpuasan yang dirasakan oleh pegawai yang memiliki tanggung
jawab besar juga tinggi.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena seseorang yang memiliki
tanggung jawab besar cenderung merupakan pegawai yang memiliki masa
kerja lama. Selain itu, seorang pegawai yang memiliki tanggung jawab
besar merupakan pegawai yang memiliki jabatan tinggi. Lamanya masa
kerja pegawai serta tingginya jabatan pegawai membuat pihak rumah sakit
harus memberikan gaji yang dirasa sesuai dan layak bagi pegawai serta
pihak rumah sakit harus memberikan insentif jabatan yang sesuai dengan
harapan pegawai. Sehingga, pihak manajemen Rumah Sakit Haji Jakarta
harus lebih memperhatikan faktor gaji serta insentif jabatan yang
diberikan kepada pegawai dengan melihat masa kerja serta jabatan
128
pegawai dalam upaya agar pegawai dengan tanggung jawab besar lebih
merasakan kepuasan kerja.
Selain itu, hal lain yang mungkin menjadi perbedaan terhadap hasil
penelitian adalah kurangnya pemahaman responden dalam penelitian ini
akan artinya tanggung jawab besar dan tanggung jawab kecil. Dimana,
dalam hal ini dapat dikarenakan masih kurangnya informasi tentang
kriteria pemberian tanggung jawab.
Dalam penelitian ini diketahui pula bahwa jumlah responden yang
memiliki tanggung jawab besar yang merasa tidak puas juga tinggi. Hal
ini kemungkinan disebabkan karena responden mengartikan tanggung
jawab besar hanya sebatas pemberian pekerjaan secara berlebihan dan hal
ini kurang dikaitkan dengan adanya pemberian penghargaan dan
penghasilan tambahan yang memadai sesuai dengan harapan mereka atas
tanggung jawab yang mereka emban.
Sesungguhnya tanggung jawab besar dapat meliputi hal lain, seperti
kepercayaan dalam mengikutsertakan pegawai pada pekerjaan yang
bersifat penting yang mungkin tidak semua pegawai dapat menerimanya,
kepercayaan untuk memikul tanggung jawab pada lebih dari satu jenis
pekerjaan maupun kepercayaan yang diberikan untuk memegang suatu
pekerjaan khusus yang bersifat penting.
Sesungguhnya besar atau kecilnya tanggung jawab yang diberikan
kepada pegawai dalam melaksanakan pekerjaan telah ditetapkan dalam
standar operasional prosedur pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pihak
129
rumah sakit. Sehingga, besar atau kecilnya tanggung jawab tergantung
pada beban pekerjaan dalam unit kerja terlebih lagi apabila didalam unit
kerja mengalami kekurangan sumber daya manusia yang tentunya akan
membuat beban pekerjaan yang ada dalam unit bertambah. Sehingga, hal
ini memungkinkan pegawai memikul tanggung jawab yang lebih besar
terhadap suatu pekerjaan.
10. Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan salah satu faktor yang diproyeksikan
mempengaruhi kepuasan kerja. Kemajuan karir pegawai dalam suatu
organisasi didasarkan pada prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai
tersebut. Pencapaian prestasi yang diraih oleh pegawai dalam melakukan
pekerjaan dapat menjadi suatu alat yang dapat menggerakkan pegawai
untuk melakukan tugas selanjutnya. Sehingga, dapat dipastikan bahwa
prestasi kerja merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan dan
mengembangkan karir pegawai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki
prestasi kerja baik dan merasa puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta
ada 40 dari 75 orang (53,3%). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan
uji chi-square, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 1,000, berarti
pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara prestasi
kerja dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
130
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zebua (2001) yang
menyatakan bahwa prestasi kerja tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan kerja pegawai di Universitas Kristen Indonesia Jakarta.
Penelitian ini juga sesuai dengan teori Gibson (2000) yang
mengungkapkan bahwa kemungkinan timbul hubungan timbal balik yang
menunjukkan tidak adanya arah atau hubungan yang spesifik antara
kepuasan kerja dengan prestasi kerja.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Caugemi dan Claypoll (1978) dalam As’ad (2004) yang
mengemukakan bahwa prestasi merupakan salah satu faktor yang diyakini
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Selain itu, hasil penelitian ini
juga tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Davis dan
Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa prestasi kerja merupakan salah
satu faktor yang turut menyumbang timbulnya kepuasan kerja yang tinggi
bagi pegawai.
Perbedaan hasil penelitian yang terjadi dilapangan kemungkinan
disebabkan karena pegawai yang memiliki prestasi kerja baik dan merasa
tidak puas dalam bekerja juga memiliki presentase yang tinggi. Tingginya
presentase ketidakpuasan yang dirasakan oleh pegawai yang memiliki
prestasi kerja baik kemungkinan dikarenakan seorang pegawai yang selalu
memiliki prestasi kerja baik harus diimbangi dengan adanya pemberian
reward dari pihak manajemen rumah sakit. Dimana, reward tersebut dapat
berupa adanya peningkatan jenjang karir bagi pegawai.
131
Meningkatnya jenjang karir pegawai juga harus diimbangi dengan
adanya pemberian gaji yang sesuai. Sehingga, dalam meningkatkan
kepuasan kerja pegawai tetap yang memiliki prestasi kerja baik pihak
Rumah Sakit Haji Jakarta disarankan untuk lebih memperhatikan para
pegawai yang memiliki prestasi kerja baik. Hal ini dikarenakan adanya
faktor lain yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai tetap yang
memiliki prestasi kerja baik seperti faktor gaji dan reward. Dimana, hal
ini didukung dengan tingginya nilai Odds Ratio (OR) pada variabel gaji
dan variabel kebijakan organisasi yang mengatur pemberian reward bagi
pegawai. Sehingga, diyakini kedua faktor tersebut memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap variabel lain.
11. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai (As’ad, 2004). Pegawai akan lebih
menyukai pekerjaan yang memberi peluang kepada mereka untuk
menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan
keberagaman tugas, kebebasan dan umpan balik tentang bagaimana
kinerja mereka. Karakteristik-karakteristik tersebut membuat pekerjaan
secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan
kebosanan, tetapi yang terlalu banyak tantangan menciptakan frustasi dan
perasaan gagal. Pada kondisi tantangan sedang, kebanyakan pegawai akan
mengalami kesenangan dan kepuasan (Robbins, 2001).
132
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpendapat
jenis pekerjaannya tidak sesuai dengan minat adalah 75% dengan peluang
sebesar 4,135 kali untuk merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji
Jakarta. Berdasarkan uji chi-square, didapatkan nilai p-value sebesar
0,031, artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara
jenis pekerjaan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Herzberg (1968) dalam Utomo
(2008) yang menyatakan bahwa pegawai dalam organisasi akan merasa
puas apabila adanya kesesuain tugas yang diberikan oleh organisasi
kepadanya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Tauhid
(2004) yang menyatakan bahwa variabel jenis pekerjaan mempunyai
pengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai di Kantor Dinas Kesehatan
Kota Metro. Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung dengan adanya
penelitian yang dilakukan oleh Samy (2006) yang menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan tingkat kepuasan
kerja pegawai di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang.
Pegawai cenderung menyukai pekerjaan yang bersifat menarik dan
bukan rutin. Selain itu, pegawai dalam organisasi akan merasa puas
apabila adanya kesesuaian tugas yang diberikan oleh organisasi kepada
pegawainya. Oleh karena itu, pihak manajemen rumah sakit disarankan
untuk lebih memperhatikan kesesuaian pekerjaan yang diberikan dengan
minat, bakat, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pegawai.
133
Dimana, hal ini sebagai upaya agar pegawai dapat memberikan hasil kerja
yang sesuai dengan harapan organisasi.
Dilain sisi, dengan adanya kesesuain jenis pekerjaan yang diberikan
pegawai diharapkan dapat meningkatkan minat kerja pegawai serta
pegawai diharapkan akan memiliki target dalam pencapaian keberhasilan
dalam pekerjaan serta pegawai sadar akan pentingnya pekerjaan yang
diberikan kepadanya bagi rekan kerja dan organisasi.
12. Jaminan Pekerjaan
Menurut Ghiselli dan Brown (1950) dalam As’ad (2004) jaminan
pekerjaan merupakan salah satu faktor yang diyakini dapat mempengaruhi
kepuasan kerja. Jaminan pekerjaan yang diberikan oleh pihak organisasi
dimaksudkan untuk memberikan rasa nyaman kepada pegawai. Sehingga,
hal ini membuat pegawai merasa mendapat perhatian dari pihak
manajemen organisasi.
Berdasarkan uji statistik, diketahui bahwa responden yang berpendapat
jaminan pekerjaan yang diberikan rumah sakit tidak sesuai dengan
harapan adalah sebesar 75% dengan peluang sebesar 4,412 kali untuk
merasa tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta. Berdasarkan uji
chi-square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,011, artinya pada alpha 5%
terdapat hubungan yang bermakna antara jaminan pekerjaan dengan
kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
134
Hasil penelitian ini dapat disesuaikan dengan teori yang dikemukakan
oleh Ghiselli dan Brown (1950) dalam As’ad (2004) yang menyatakan
bahwa variabel jaminan pekerjaan diyakini dapat mempengaruhi kepuasan
kerja pegawai. Selain itu, teori yang dikemukakan oleh As’ad (2004) juga
menyatakan bahwa jaminan pekerjaan yang diberikan organisasi kepada
pegawainya merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan rasa
kepuasan kerja pegawai dalam bekerja pada suatu institusi.
Berkaitan dengan kepuasan kerja pegawai, jaminan pekerjaan dapat
menimbulkan kepuasan kerja apabila jaminan pekerjaan yang diberikan
oleh pihak rumah sakit dikaitkan dengan pemberian kesejahteraan diluar
kesejahteraan yang diberikan dalam lingkungan internal rumah sakit.
Dimana, hal ini dapat menjadi suatu bentuk perhatian khusus dari
pimpinan kepada pegawainya (Wibowo, 2007).
Dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawai pihak manajemen
rumah sakit disarankan untuk membuat suatu kebijakan baru dalam
memberikan kesejahteraan kerja kepada pegawainya. Dimana, hal ini
dapat dilakukan dengan cara pihak rumah sakit lebih mengembangkan
pemberian pelayanan tertentu secara berkesinambungan kepada
pegawainya dengan adanya program-program baru, seperti kredit
perumahan, pinjaman dengan bunga rendah, rekreasi bersama dengan
keluarga, pusat titipan anak serta adanya anggaran yang disediakan bagi
pegawai yang memiliki anak berprestasi di sekolah dan program-program
135
kesejahteraan lainnya yang dapat meningkatkan kepuasan mereka dalam
bekerja diluar gaji pokok yang telah diberikan.
13. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu faktor organisasi yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Menurut Azwar (1996) dalam
Syafdewiyani (2002) pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh
atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan.
Dari hasil analisa statistik antara pengawasan dan kepuasan kerja
diperoleh bahwa ketidakpuasan kerja pada pegawai tetap yang mendapat
pengawasan secara tidak baik adalah sebesar 80%. Berdasarkan nilai OR
(Odd Ratio), diketahui bahwa responden yang merasa mendapat
pengawasan secara tidak baik memiliki peluang 7,840 kali untuk merasa
tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta dibandingkan dengan
responden yang merasa mendapat pengawasan secara baik.
Berdasarkan uji chi-square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,000,
berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan dengan
kepuasan kerja pegawai tetap. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widodo (2003) yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara pengawasan dengan kepuasan kerja
pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah Lubuklinggau. Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian Yulianingsih (1997) dan Nurhayani (2006)
136
yang juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengawasan dengan kepuasan kerja pegawai.
Hasil penelitian ini juga dapat disesuaikan dengan teori yang
dikemukakan oleh Gilmer (1966) dalam As’ad (2004) yang
mengemukakan bahwa pengawasan yang buruk dapat berakibat pada
ketidakpuasan kerja. Hal ini berarti jika seorang pimpinan melakukan
pengawasan dengan baik hal tersebut akan memberikan kepuasan kepada
pegawai yang mendapatkannya. Dengan adanya pengawasan yang
dilakukan dengan baik melalui perhatian dan hubungan interpersonal yang
baik dari pimpinan kepada bawahan, pegawai akan merasa bahwa dirinya
merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging).
Selain itu, dengan pengawasan yang dilakukan dengan baik oleh atasan
dapat meningkatkan produktifitas kerja pegawai.
Dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawai pihak manajemen
rumah sakit disarankan untuk melakukan pengawasan secara berkala.
Dimana, dalam hal ini pengawas harus memberikan pengarahan terhadap
pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pegawai. Selain itu, pengawas
sebaiknya meluangkan waktu untuk dapat memberikan penjelasan dalam
hal melakukan perbaikan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh
pegawai yang dirasa belum benar.
Dilain sisi, pengawas harus memiliki kemampuan dalam memotivasi
pegawai serta adanya obyektivitas dalam memberikan penilaian kepada
pegawai. Dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawainya, pihak
137
manajemen rumah sakit juga disarankan untuk mengikutsertakan para
pimpinan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sebagai
upaya untuk memberikan pengetahuan tambahan dalam melakukan
pengawasan dengan baik.
Disamping itu, dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawai tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta sebaiknya pengawas memiliki kesediaan dalam
menciptakan suasana kekeluargaan dengan sesama rekan kerja yang dapat
dilakukan dengan selalu menjaga hubungan interpersonal yang terjalin
melalui komunikasi yang baik. Selain itu, pengawas juga harus memiliki
ketegasan dalam menegakkan disiplin kerja kepada seluruh pegawainya.
Jika hal tersebut dilakukan besar kemungkinan akan meningkatnya
kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai.
14. Kondisi Kerja
Pegawai peduli akan lingkungan kerja, baik untuk kenyamanan pribadi
maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Penelitian-
penelitian menyimpulkan bahwa pegawai lebih menyukai keadaan fisik
disekitarnya tidak merepotkan dan berbahaya, temperatur, pencahayaan,
keributan dan faktor-faktor lain seharusnya tidak ekstrim. Disamping itu,
kebanyakan pegawai lebih menyukai bekerja dekat rumah, fasilitas yang
bersih dan relatif modern dan peralatan yang memadai (Robbins, 2001).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 40 responden
berpendapat kondisi kerja di Rumah Sakit Haji Jakarta tidak menunjang
138
pekerjaan, dimana responden yang berpendapat kondisi kerja di Rumah
Sakit Haji Jakarta tidak menunjang dan merasa tidak puas bekerja di
Rumah Sakit Haji Jakarta adalah sebesar 72,5%. Dari hasil uji statistik,
diperoleh bahwa nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,000, berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara kondisi kerja dengan kepuasan kerja
pegawai tetap di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 5,800,
artinya responden yang berpendapat bahwa kondisi kerja di Rumah Sakit
Haji Jakarta tidak menunjang memiliki peluang 5,800 kali untuk merasa
tidak puas bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta dibandingkan dengan
responden yang berpendapat bahwa kondisi kerja di Rumah Sakit Haji
Jakarta menunjang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tauhid (2004) dan
penelitian Yulita (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara variabel kondisi kerja dengan kepuasan kerja
pegawai. Penelitian lain, Samy (2006) menunjukkan bahwa didapat
hubungan antara kondisi kerja dan kepuasan kerja pegawai di Balai Besar
Laboratorium Kesehatan Palembang. Selain itu, hasil penelitian ini juga
didukung oleh penelitian Suharto (1999) yang menyatakan bahwa kondisi
kerja berhubungan dengan kepuasan kerja dokter militer di RSPAD Gatot
Subroto.
Kondisi kerja yang tidak menunjang dalam pelaksanaan pekerjaan
tentunya akan berdampak pada rasa ketidakpuasan kerja yang dirasakan
139
pegawai. Oleh karena itu, pihak rumah sakit seharusnya berupaya untuk
menciptakan kondisi kerja yang dapat memenuhi kebutuhan fisik pegawai
sebagai upaya dalam meningkatkan semangat kerja pegawai yang dapat
dilakukan dengan cara membuat suasana tempat bekerja yang lebih
nyaman, aman dan tenang, menyediakan fasilitas penunjang yang dapat
mendukung pelaksanaan pekerjaan, melengkapi peralatan medis maupun
non medis yang dibutuhkan oleh pegawai dalam menunjang pelaksanaan
pekerjaan serta mengganti peralatan yang dianggap telah usang atau tidak
layak pakai yang nantinya akan membutuhkan biaya yang cukup besar
dalam melakukan perbaikan.
140
BAB VII
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ketidakpuasan kerja pegawai tetap di RS Haji Jakarta berkaitan dengan
faktor gaji, pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan interpersonal, jenis
pekerjaan, jaminan pekerjaan, pengawasan dan kondisi kerja.
2. Pegawai tetap yang merasa tidak puas dalam bekerja di RS Haji Jakarta
sebesar 47,1%.
3. Sebagian besar pegawai tetap yang bekerja di RS Haji Jakarta berumur
≥30 tahun, berjenis kelamin perempuan, berpendidikan tinggi dan
memiliki masa kerja ≥10 tahun.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
a. Pihak manajemen RS Haji Jakarta sebaiknya lebih meningkatkan
kepuasan kerja pegawai tetap dengan melakukan evaluasi terhadap
sistim penggajian yang berlaku saat ini dengan memperhatikan faktor
umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, besarnya tanggung jawab
pegawai dalam pekerjaan, prestasi kerja yang dihasilkan pegawai serta
unsur kelayakan dan keadilan dalam memberikan gaji yang sesuai
kepada seluruh pegawai.
141
b. Pihak manajemen RS Haji Jakarta sebaiknya lebih mengembangkan
sistim penghargaan yang ada baik dalam bentuk materi maupun non
materi, memberikan kesempatan yang seluas-luasnya secara adil
kepada seluruh pegawai dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan,
membenahi sistim pengembangan karir yang lebih terarah,
meningkatkan komunikasi yang terjalin antara pihak manajemen
dengan pegawai, menyesuaikan jenis pekerjaan yang diberikan kepada
pegawai, mengembangkan kesejahteraan yang diberikan di luar gaji
pokok, melakukan pengawasan secara rutin dan menyeluruh terhadap
setiap pekerjaan yang dilakukan pegawai serta menciptakan kondisi
kerja yang mampu meningkatkan semangat kerja pegawai.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara
kualitatif. Dimana, hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil penelitian
yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepuasan kerja pegawai.
142
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Saifuddin. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan
Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Sigli Kabupaten Pidie Tahun 2000. Tesis
Program Pasca Sarjana FKM-UI. Depok.
Abidin, Zaenal. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Perawat di Rumah Sakit Umum Palabuhanratu Sukabumi. Skripsi Program
Sarjana FKM-UI. Depok.
Adline, Resky Wandhikasasri. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Zahirah Tahun 2010. Skripsi
Program Sarjana FKM-UI. Depok.
As’ad, Moh. 2004. Psikologi Industri. Edisi keempat. Yogyakarta : Liberty.
Baron, Robert A dan Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Alih Bahasa Ratna
Djuwita. Edisi 10, Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Erminda. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Perawat di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. M. Rabain Muara Enim Kabupaten Muara
Enim Tahun 2003. Tesis Program Pasca Sarjana FKM-UI. Depok.
Fitria, Rina. 2004. Kepuasan Kerja SDM Perawat Unit Rawat Inap Rumah Sakit
Islam Jakarta Tahun 2004. Skripsi Program Sarjana FKM-UI. Depok.
143
Gibson, James L. John M. Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr. 2000. Organisasi.
Jakarta : Erlangga.
Gibson, James L. John M. Ivancevich dan James H. Donnelly. 1997. Organisasi :
Perilaku – Struktur – Proses. Jilid 2. Edisi Kedelapan. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Gitosudarmo, Indiryo dan Sudita Nyoman. 1997. Prilaku Keorganisasian.
Yogyakarta : BPFE.
Hamzah, H. 2001. Hubungan Antara Supervisi, Tanggung Jawab, Pengembangan
Diri dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSU Labuang Baji
Makassar. Tesis Program Pasca Sarjana FIK-UI. Depok.
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2.
Yogyakarta : BPFE.
Hariyati, Luluk. 2001. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Tenaga Perawatan Pada Unit Rawat Inap dan Rawat Jalan Rumah Sakit Agung
Jakarta. Skripsi Program Sarjana FKM-UI. Depok.
Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.
Jakarta : Bumi Aksara.
Ilyas, Yaslis. 1999. Kinerja : Teori, Penilaian dan Penelitian. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
144
Mahatmi, Krishna. 1997. Kepuasan Kerja Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap
RSUD Pasar Rebo Jakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi
Rumah Sakit FKM-UI. Depok.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta :
UI-Press.
Newstroom, John W and Keith Davis. 1995. Perilaku dalam Organisasi. Edisi
ketujuh. Jakarta : Erlangga.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Nurhayani, Susi. 2006. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Dokter Spesialis di Poliklinik Rawat Jalan RSU DR. Kanujoso Djatiwibowo
Kota Balikpapan Tahun 2006. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat-Universitas Diponegoro. Semarang.
Pancaputra, Aldrin Neilwan. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Kerja Tenaga Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU FK-UKI Jakarta. Tesis
Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit FKM-UI. Depok.
145
Puspasari, Paramita. 2003. Hubungan Kepuasan Kerja Perawat dengan Keterikatan
Terhadap Organisasi di RS Puri Cinere Tahun 2003. Tesis Program Pasca
Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit FKM-UI. Depok.
Rivai, Veithzal. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. Edisi kedepalan, Jilid 1. Jakarta : PT.
Prenhallindo.
RS Haji Jakarta. 2013. Gambaran Umum RS Haji Jakarta. RS Haji Jakarta, Jakarta.
Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : CV Pustaka
Setia.
Samy, Alwi. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Karyawan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang Tahun 2006.
Tesis Program Pasca Sarjana FKM-UI. Depok.
Saragih, Priska. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Pegawai RS Ketergantungan Obat Jakarta Tahun 2006. Tesis Program Pasca
Sarjana FKM-UI. Depok.
Setyawan, Donny. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
dan Relevansinya Terhadap Komitmen Organisasi. Tesis Program Pasca
Sarjana Magister Manajemen-Universitas Diponegoro. Semarang.
146
Siagian, Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Siagian, Sondang. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Simmamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke-3.
Yogyakarta : STIE YKPN.
Suharto, Aloysius. 1999. Hubungan Antara Karakteristik Pribadi dan Kondisi Kerja
dengan Kepuasan Kerja Dokter Militer : Suatu Studi di RSPAD Gatot Subroto.
Tesis Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit FKM-UI.
Depok.
Sutejo, Bambang. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Perawat di Unit Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung
Tahun 2003. Skripsi Program Sarjana FKM-UI. Depok.
Syafdewiyani. 2002. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan
Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RS MH. Thamrin Jakarta Pusat
Tahun 2002. Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan FIK-UI. Depok.
Tauhid, Mohamad. 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
Kepuasan Kerja Karyawan di Kantor Dinas Kesehatan Kota Metro Tahun
2004. Tesis Program Pasca Sarjana FKM-UI. Depok.
Umar, Husein. 2008. Desain Penelitian Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Salemba Empat.
147
Utomo, Wahyudi. 2008. Kepuasan Kerja Karyawan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
Pada Kecamatan Bogor Timur, Bogor (Pada Karyawan Tetap dan Kontrak).
Tesis Program Pasca Sarjana FISIP-UI. Depok.
Vaundika, Dinda Prita. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan
Pegawai Non PNS Bidang Pelayanan Penunjang Medis Terhadap Kompensasi
yang Diterima di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Tahun 2010. Skripsi
Program Sarjana FKM-UI. Depok.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Widodo, Agus S. 2003. Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Rumah Sakit Umum
Daerah Lubuklinggau Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan
Tahun 2003. Tesis Program Pasca Sarjana FKM-UI. Depok.
Wijasa, I.G.K. 1997. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Perawat di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Jakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit
FKM-UI. Depok.
Yulianingsih. 1997. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Perawat di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSAB “Harapan Kita” Tahun 1997.
Skripsi Program Sarjana FKM-UI. Depok.
148
Yulita, Dian. 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Perawat di Instalasi Rawat Inap B Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta.
Skripsi Program Sarjana FKM-UI. Depok.
Yulita, Maria Theresia. 2012. Analisis Faktor-faktor Manajemen yang Berhubungan
dengan Kepuasan Kerja Dokter Spesialis di Rumah Sakit OMNI Alam Sutra
Tahun 2012. Tesis Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit
FKM-UI. Depok.
Zebua, Arkian. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Pegawai
Universitas Kristen Indonesia-Jakarta Berdasarkan Teori Motivasi Dua Faktor
Frederick Herzberg. Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Administrasi FISIP-UI.
Depok.
Zuhartoni. 2000. Analisis Perbandingan Pengukuran Kepuasan Kerja dengan
Metode Single Global Rating dan Summation Score Serta Faktor-faktor yang
Berhubungan (Sebuah Studi Kepuasan Kerja Tenaga Pengajar Institusi
Pendidikan Nakes di Kodya Banda Aceh Tahun 2000). Tesis Program Pasca
Sarjana FKM-UI. Depok.
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Pegawai Tetap di
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013
Saya, Nanik Sulistyarini (Mahasiswi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta), bermaksud mengadakan penelitian mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2013.
Sehubungan dengan maksud tersebut diatas, dengan segala kerendahan hati kami
mohon dengan hormat kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi daftar
pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kenyataan yang dirasakan
Bapak/Ibu/Saudara/i dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari di RS Haji Jakarta.
Selanjutnya perlu diberitahukan bahwa setiap jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i pada
kuesioner ini dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
keilmuan semata. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
berguna bagi pengelolaan Sumber Daya Manusia di RS Haji Jakarta.
Peneliti sangat mengharapkan partisipasi dari Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian
ini. Atas perhatian serta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini
saya ucapkan terima kasih.
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah membaca penjelasan diatas, saya memahami tujuan dan manfaat dari
penelitian ini. Saya mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi
hak-hak saya sebagai responden dan saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan
berdampak negatif kepada saya.
Saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar
manfaatnya bagi peningkatan kepuasan kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Haji
Jakarta. Maka, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Jakarta, Juni 2013
Responden
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI TETAP DI RS HAJI JAKARTA
TAHUN 2013
PENJELASAN
1. Pertanyaan berikut mengenai data pribadi dan data yang terkait dengan pekerjaan
Bapak/Ibu/Saudara/i serta data yang berhubungan dengan kepuasan kerja
Bapak/Ibu/Saudara/i dalam bekerja.
2. Bapak/Ibu/Saudara/i tidak diminta untuk menulis nama, jawaban yang
Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan tetap dirahasiakan.
3. Jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan hanya akan berarti apabila
Bapak/Ibu/Saudara/I menjawab setiap pertanyaan dengan jujur sesuai dengan
fakta yang ada.
4. Jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan tidak akan mempengaruhi penilaian
kepegawaian Bapak/Ibu/Saudara/i.
5. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja
Bapak/Ibu/Saudara/i dalam bekerja di Rumah Sakit Haji Jakarta.
BAGIAN 1
1. Pertanyaan berikut ini mengenai data pribadi Bapak/Ibu/Saudara/i.
2. Isilah jawaban pada tempat yang kosong.
3. Beri tanda (lingkaran atau check list) pada jawaban yang dipilih.
Nomor Responden : ………… (Diisi oleh peneliti)
A. Umur saya sekarang ……………. tahun.
B. Jenis kelamin
a) Laki-laki
b) Perempuan
C. Pendidikan terakhir yang diselesaikan
a) SMA/SPK/ sederajat
b) Akademi/D3/ sederajat
c) Sarjana
D. Telah bekerja di RS Haji Jakarta selama …….. tahun.
E. Pangkat/jabatan saya di RS Haji Jakarta sebagai ………………..
F. Gaji pokok yang saya terima dari RS Haji Jakarta setiap bulan
a. < 2.200.000,-
b. ≥ 2.200.000,-
BAGIAN II
Dibawah ini terdapat pertanyaan terkait sikap dan kebijakan rumah sakit. Berilah
tanda (X) pada salah satu kolom dari lima pilihan yang disediakan disebelah kanan
pernyataan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya ada di RS Haji Jakarta,
dengan ketentuan :
1 = STS : Sangat Tidak Setuju, artinya kondisi kerja yang anda harapkan sangat
tidak sesuai dengan pernyataan yang tertulis.
2 = TS : Tidak Setuju, artinya kondisi kerja yang anda harapkan tidak sesuai
dengan pernyataan yang tertulis.
3 = S : Setuju, artinya kondisi kerja yang anda harapkan sesuai dengan pernyataan
yang tertulis.
4 = SS : Sangat Setuju, artinya kondisi kerja yang anda harapkan sangat sesuai
dengan pernyataan yang tertulis.
G. Gaji
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
G1. Gaji yang saya terima sesuai dengan tuntutan
pekerjaan yang diberikan kepada saya (menyangkut
waktu dan tanggung jawab atas pekerjaan).
G2. Gaji yang saya terima sesuai dengan kemampuan
yang saya miliki.
G3. Gaji yang saya terima sesuai dengan pengalaman
kerja saya.
G4. Gaji yang saya terima sesuai dengan tingkat
pendidikan saya.
G5. Gaji yang saya terima di RS Haji ini cukup bersaing
dengan pekerjaan yang sama pada rumah sakit lain.
H. Pengakuan
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
H1. Saya memperoleh kenaikan jabatan atas ketekunan,
kerajinan dan ketrampilan saya dalam melakukan
pekerjaan saya di rumah sakit.
H2. Saya memperoleh kenaikan gaji atas prestasi kerja
yang saya raih.
H3. Saya memperoleh kritikan dari teman sekerja dan
atasan saya terhadap pekerjaan yang saya lakukan.
I. Kebijakan Organisasi
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
I1. Saya memiliki banyak kesempatan yang diberikan
rumah sakit dalam pengembangan karir saya melalui
pendidikan dan pelatihan.
I2. Saya memperoleh program pendidikan dan pelatihan
yang diadakan unit kerja saya dalam rangka
meningkatkan keterampilan dan keahlian saya.
I3. Saya memiliki banyak kesempatan untuk meniti
jenjang karir yang lebih tinggi.
I4. Saya menerima penghargaan (reward) dari atasan
atas prestasi kerja yang saya raih.
I5. Saya menerima hukuman (punishment) atas
pelanggaran disiplin yang saya lakukan.
I6. Saya memperoleh jaminan kesehatan dan
keselamatan kerja di rumah sakit tempat saya
bekerja.
I7. Pekerjaan saya memungkinkan saya mendapat
kesempatan untuk melanjutkan tugas belajar.
J. Hubungan Interpersonal
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
J1. Atasan dan pegawai saling menghargai pendapat satu
sama lain dalam menyelesaikan pekerjaan.
J2. Atasan dan bawahan saling bekerjasama dalam
menyelesaikan pekerjaan.
STS TS S SS
J3. Rekan sekerja saya membantu pelaksanaan pekerjaan
saya.
J4. Saya mempunyai cukup waktu dan kesempatan untuk
berdiskusi tentang pekerjaan dengan teman sekerja
dalam unit kerja yang sama.
K. Tanggung Jawab
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
K1. Saya diberi kepercayaan untuk melaksanakan lebih
dari satu jenis pekerjaan.
K2. Atasan selalu mengikutsertakan saya pada pekerjaan
yang bersifat penting yang tidak semua pegawai
dapat mengikutinya.
K3. Atasan selalu menyerahkan pekerjaan yang tidak
dapat diselesaikan oleh teman sekerja dalam unit
kerja yang sama kepada saya.
K4. Resiko yang terjadi pada pekerjaan menjadi tanggung
jawab saya.
L. Prestasi Kerja
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
L1. Saya dapat menyelesaikan pekerjaan saya tepat
waktu.
L2. Saya dapat mengerjakan setiap pekerjaan yang
diberikan atasan kepada saya.
STS TS S SS
L3. Saya selalu memberikan hasil kerja sesuai dengan
keinginan atasan.
L4. Saya memperoleh nilai prestasi kerja lebih dari 90
dalam penilaian P2K2.
M. Jenis Pekerjaan
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
M1. Jenis pekerjaan saya saat ini telah sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang saya miliki.
M2. Pekerjaan yang saya lakukan memberi kesempatan
kepada saya untuk mepraktikkan kemampuan dan
keterampilan saya.
M3. Pekerjaan saya saat ini mampu meningkatkan minat
kerja saya.
N. Jaminan Pekerjaan
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
N1. Rumah sakit memberikan tunjangan hari raya (THR)
kepada seluruh pegawai.
N2. Rumah sakit telah menyediakan dana pensiun bagi
pegawai.
N3. Rumah sakit telah mengikutsertakan saya dalam
program Jamsostek.
STS TS S SS
N4. Saya dan keluarga memperoleh jaminan kesehatan
untuk melakukan pengobatan di rumah sakit tempat
saya bekerja.
N5. Rumah sakit memberikan izin maupun cuti kepada
pegawai untuk meninggalkan pekerjaan dengan
alasan yang dapat diterima dan tetap mendapat gaji.
O. Pengawasan
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
O1. Atasan selalu memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada pegawai terkait pekerjaan yang
diberikan.
O2. Atasan selalu membantu pegawai dalam
menyelesaikan masalah yang terkait dengan
pekerjaannya.
O3. Atasan selalu memberikan dukungan kepada setiap
pegawainya dalam unit untuk melaksanakan
pekerjaannya.
O4. Atasan selalu melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai.
O5. Atasan selalu melakukan penilaian kinerja pegawai.
P. Kondisi Kerja
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
P1. Keadaan lingkungan tempat saya bekerja terasa
nyaman dan aman.
P2. Fasilitas dan peralatan yang disediakan oleh RS
menunjang pekerjaan saya.
P3. Kebersihan ruangan tempat saya bekerja selalu
terjaga.
P4. Ruangan tempat saya bekerja memiliki pencahayaan
yang cukup, sirkulasi udara yang baik, kerapihan
yang selalu terjaga dan terhindar dari kebisingan
yang tinggi.
KUESIONER KEPUASAN KERJA (Minnesota Satisfaction Questionaire)
BAGIAN III
Dibawah ini terdapat pertanyaan terkait sikap dan kebijakan rumah sakit. Berilah
tanda (X) pada salah satu kolom dari lima pilihan yang disediakan di sebelah kanan
pernyataan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya ada di RS Haji Jakarta,
dengan ketentuan :
1 = STP : Jika anda Sangat Tidak Puas terhadap kondisi kerja yang anda rasakan.
2 = TP : Jika anda Tidak Puas terhadap kondisi kerja yang anda rasakan.
3 = P : Jika anda Puas terhadap kondisi kerja yang anda rasakan.
4 = SP : Jika anda Sangat Puas terhadap kondisi kerja yang anda rasakan.
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STP TP P SP
Q1. Gaji yang saya terima sesuai dengan pekerjaan yang saya
lakukan.
Q2. Gaji yang saya terima di RS ini besarnya relatif sama
dengan pekerjaan yang sama pada rumah sakit lain.
Q3. Saya diberi insentif diluar gaji yang memadai berdasarkan
beban kerja unit kerja (ruangan) dimana saya bekerja.
Q4. Saya memperoleh penghargaan dari rumah sakit atas
prestasi kerja yang saya raih.
Q5. Saya merasa puas karena atasan saya selalu melakukan
teguran pada pegawai yang melakukan kesalahan.
Q6. Saya merasa puas dengan kebijakan promosi karir di
rumah sakit ini.
Q7. Saya merasa puas karena selalu mendapatkan kesempatan
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
bidang pekerjaan saya.
Q8. Setiap perubahan peraturan dan kebijakan di RS
diberitahukan kepada seluruh karyawan.
Q9. Saya merasa puas karena diberikan kesempatan untuk
memberikan masukan dalam penyusunan kebijakan RS.
Q10. Saya merasa aman dalam bekerja karena rumah sakit
memberikan perlindungan hukum kepada saya.
Q11. Rekan sekerja saya dengan senang hati membantu
pelaksanaan tugas saya.
Q12. Saya merasa puas karena pekerjaan ini mengharuskan
saya untuk bekerjasama dengan teman-teman sekerja.
STP TP P SP
Q13. Saya merasa puas karena diberi kesempatan untuk
mengambil keputusan sesuai dengan tugas dan wewenang
saya.
Q14. Saya merasa termotivasi karena pekerjaan ini membuat
saya lebih berkembang.
Q15. Saya merasa puas dapat bekerja dengan baik karena beban
kerja yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya.
Q16. Setiap pegawai bertanggung jawab atas resiko yang terjadi
dalam pekerjaannya.
Q17. Saya merasa kemampuan yang saya miliki mendorong
saya menjadi kreatif dalam bekerja.
Q18. Saya mampu menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung
jawab saya.
Q19. Saya merasa puas karena pekerjaan ini tidak bertentangan
dengan hati nurani saya.
Q20. Saya merasa puas dengan jaminan kesehatan/asuransi
kesehatan untuk pegawai dan keluarga yang telah
ditetapkan oleh RS.
Q21. Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan rumah sakit
telah sesuai dengan keinginan saya.
Q22. Saya merasa puas dengan adanya dana pensiun dan
Jamsostek yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Q23. Cuti yang diberikan telah sesuai dengan keinginan saya.
Q24. Saya diberikan bimbingan dan arahan oleh atasan..
Q25. Atasan membantu saya dalam menyelesaikan masalah
yang terkait dengan pekerjaan.
Q26. Saya merasa puas dengan pemantauan yang dilakukan
atasan terhadap pekerjaan saya.
STP TP P SP
Q27. Saya merasa puas dengan hasil penilaian kinerja pegawai
yang dilakukan oleh pihak manajemen RS.
Q28. Kondisi ruangan (suhu, pencahayaan, sirkulasi udara dan
kebersihan) tempat saya bekerja telah menunjang
pekerjaan saya.
Q29. Saya merasa puas dengan fasilitas (kantin, koperasi,
tempat ibadah, tempat parkir) yang telah disediakan pihak
RS.
TERIMA KASIH
A. OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1. Kepuasan Kerja
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.933 29
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
Q1 80.9667 74.102 .738 .928
Q2 81.0333 74.723 .678 .929
Q3 80.9667 74.723 .673 .929
Q4 80.3000 76.700 .449 .932
Q5 80.6333 78.999 .380 .932
Q6 81.0667 74.754 .557 .931
Q7 81.0667 74.754 .557 .931
Q8 80.3667 79.620 .366 .933
Q9 80.4667 76.533 .470 .932
Q10 80.6333 77.275 .643 .930
Q11 80.0333 76.516 .560 .930
Q12 80.4333 78.530 .410 .932
Q13 80.2667 78.202 .382 .933
Q14 80.4667 77.775 .579 .931
Q15 80.7000 78.148 .443 .932
Q16 80.6000 79.352 .363 .933
Q17 80.2667 78.616 .405 .932
Q18 80.6000 78.662 .477 .932
Q19 80.4667 76.809 .502 .931
Q20 80.2667 77.375 .481 .931
Q21 80.6000 75.559 .668 .929
Q22 80.6000 76.800 .523 .931
Q23 80.5667 79.357 .415 .932
Q24 80.6333 73.689 .849 .927
Q25 80.6000 74.800 .757 .928
Q26 80.6667 74.299 .748 .928
Q27 80.2333 75.771 .396 .934
Q28 80.7667 70.047 .829 .926
Q29 80.8000 71.683 .736 .928
2. Gaji
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
G1 9.9667 3.964 .735 .856
G2 10.0333 3.689 .776 .847
G3 10.0333 3.964 .832 .834
G4 9.7667 4.599 .618 .882
G5 10.3333 4.161 .665 .872
3. Pengakuan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.854 3
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
H1 5.6333 1.068 .740 .784
H2 5.7333 1.099 .802 .724
H3 5.8333 1.247 .643 .870
4. Kebijakan Organisasi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.884 5
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.903 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
I1 16.2000 11.890 .605 .900
I2 16.2667 10.892 .777 .882
I3 16.2333 10.944 .769 .883
I4 16.2333 10.254 .752 .886
I5 16.2000 11.131 .810 .880
I6 15.9000 11.679 .628 .898
I7 15.9667 10.723 .690 .893
5. Hubungan Interpersonal
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.824 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
J1 9.6667 2.437 .898 .641
J2 9.7000 2.700 .837 .679
J3 9.5333 4.464 .371 .878
J4 10.1000 3.541 .548 .822
6. Tanggung Jawab
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.847 4
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
K1 7.6667 5.264 .637 .831
K2 7.9333 4.961 .671 .815
K3 8.3000 3.528 .831 .740
K4 8.2000 4.372 .659 .819
7. Prestasi Kerja
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.742 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
L1 9.0333 1.068 .734 .549
L2 8.9667 1.482 .685 .610
L3 8.8000 1.614 .409 .752
L4 9.1000 1.817 .377 .759
8. Jenis Pekerjaan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.652 3
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
M1 6.0333 .378 .399 .754
M2 6.0667 .616 .670 .470
M3 6.1667 .489 .497 .508
Item-Total Statistics
9. Jaminan Pekerjaan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.773 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
N1 12.9667 2.240 .372 .785
N2 13.2333 1.840 .581 .720
N3 13.0000 1.931 .692 .686
N4 12.7667 1.771 .677 .682
N5 12.9667 2.171 .430 .768
10. Pengawasan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.896 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
O1 12.0667 3.857 .891 .838
O2 12.1333 3.637 .909 .833
O3 12.1333 3.844 .811 .860
O4 12.0667 4.754 .652 .892
O5 12.0000 5.724 .567 .917
11. Kondisi Kerja
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 85.7
Excludeda 5 14.3
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.711 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1 8.9667 1.826 .514 .649
P2 9.1333 1.499 .638 .561
P3 9.1000 1.679 .521 .637
P4 8.9000 1.541 .383 .747
B. OUTPUT UJI NORMALITAS
1. Kepuasan Kerja
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kepuasankerja 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
kepuasankerja Mean 79.1827 .85896
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 77.4791
Upper Bound 80.8862
5% Trimmed Mean 79.1752
Median 79.0000
Variance 76.733
Std. Deviation 8.75975
Minimum 55.00
Maximum 117.00
Range 62.00
Interquartile Range 11.00
Skewness .382 .237
Kurtosis 3.362 .469
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kepuasankerja .100 104 .013 .941 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Gaji
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
gaji 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Statistic Std. Error
gaji Mean 12.9135 .25236
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 12.4130
Upper Bound 13.4140
5% Trimmed Mean 13.0128
Median 14.0000
Variance 6.624
Std. Deviation 2.57362
Minimum 6.00
Maximum 19.00
Range 13.00
Interquartile Range 4.75
Skewness -.613 .237
Kurtosis -.207 .469
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
gaji .183 104 .000 .915 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
3. Pengakuan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengakuan 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
pengakuan Mean 8.2788 .13695
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 8.0072
Upper Bound 8.5505
5% Trimmed Mean 8.3226
Median 9.0000
Variance 1.951
Std. Deviation 1.39664
Minimum 4.00
Maximum 12.00
Range 8.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.797 .237
Kurtosis 1.160 .469
Tests of Normality
Descriptives
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengakuan .284 104 .000 .849 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
4. Kebijakan Organisasi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kebijakan_organisasi 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Statistic Std. Error
kebijakan_organisasi Mean 18.5865 .28322
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 18.0248
Upper Bound 19.1482
5% Trimmed Mean 18.6090
Median 19.0000
Variance 8.342
Std. Deviation 2.88824
Minimum 11.00
Maximum 28.00
Range 17.00
Interquartile Range 4.00
Skewness -.072 .237
Kurtosis .755 .469
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kebijakan_organisasi .105 104 .007 .972 104 .026
a. Lilliefors Significance Correction
5. Hubungan Interpersonal
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
hubungan_interpersonal 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
Statistic Std. Error
hubungan_interpersonal Mean 11.7981 .15116
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 11.4983
Upper Bound 12.0979
5% Trimmed Mean 11.7436
Median 12.0000
Variance 2.376
Std. Deviation 1.54153
Minimum 8.00
Maximum 16.00
Range 8.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .395 .237
Kurtosis 1.297 .469
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hubungan_interpersonal .284 104 .000 .872 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
6. Tanggung Jawab
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tanggung_jawab 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
tanggung_jawab Mean 10.8846 .33812
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 10.2140
Upper Bound 11.5552
5% Trimmed Mean 10.5748
Median 11.0000
Variance 11.889
Std. Deviation 3.44811
Minimum 6.00
Maximum 42.00
Range 36.00
Interquartile Range 3.00
Skewness 7.243 .237
Kurtosis 65.315 .469
Tests of Normality
Descriptives
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tanggung_jawab .306 104 .000 .433 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
7. Prestasi Kerja
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
prestasi_kerja 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Statistic Std. Error
prestasi_kerja Mean 12.0865 .13185
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 11.8250
Upper Bound 12.3480
5% Trimmed Mean 11.9850
Median 12.0000
Variance 1.808
Std. Deviation 1.34461
Minimum 10.00
Maximum 16.00
Range 6.00
Interquartile Range 1.00
Skewness 1.525 .237
Kurtosis 2.618 .469
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
prestasi_kerja .362 104 .000 .760 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
8. Jenis Pekerjaan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenis_pekerjaan 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
Statistic Std. Error
jenis_pekerjaan Mean 9.0385 .12062
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 8.7992
Upper Bound 9.2777
5% Trimmed Mean 9.0641
Median 9.0000
Variance 1.513
Std. Deviation 1.23007
Minimum 4.00
Maximum 12.00
Range 8.00
Interquartile Range .00
Skewness -.553 .237
Kurtosis 4.205 .469
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jenis_pekerjaan .339 104 .000 .756 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
9. Jaminan Pekerjaan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jaminan_pekerjaan 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
jaminan_pekerjaan Mean 15.8269 .18707
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 15.4559
Upper Bound 16.1979
5% Trimmed Mean 15.7500
Median 15.0000
Variance 3.640
Std. Deviation 1.90779
Minimum 13.00
Maximum 20.00
Range 7.00
Interquartile Range 1.75
Skewness 1.005 .237
Kurtosis .104 .469
Tests of Normality
Descriptives
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jaminan_pekerjaan .283 104 .000 .842 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
10. Pengawasan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengawasan 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Statistic Std. Error
pengawasan Mean 14.3942 .20921
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 13.9793
Upper Bound 14.8091
5% Trimmed Mean 14.5556
Median 15.0000
Variance 4.552
Std. Deviation 2.13350
Minimum 5.00
Maximum 20.00
Range 15.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -1.930 .237
Kurtosis 7.268 .469
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengawasan .323 104 .000 .724 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
11. Kondisi Kerja
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kondisi_kerja 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
Statistic Std. Error
kondisi_kerja Mean 11.1923 .17662
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 10.8420
Upper Bound 11.5426
5% Trimmed Mean 11.2479
Median 12.0000
Variance 3.244
Std. Deviation 1.80117
Minimum 4.00
Maximum 16.00
Range 12.00
Interquartile Range 2.00
Skewness -.934 .237
Kurtosis 2.664 .469
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kondisi_kerja .288 104 .000 .842 104 .000
a. Lilliefors Significance Correction
C. OUTPUT UJI UNIVARIAT
1. Kepuasan Kerja
kategori_kepuasankerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak puas 49 47.1 47.1 47.1
puas 55 52.9 52.9 100.0
Total 104 100.0 100.0
2. Umur
kategori_umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <30 30 28.8 28.8 28.8
>=30 74 71.2 71.2 100.0
Total 104 100.0 100.0
3. Jenis Kelamin
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 40 38.5 38.5 38.5
perempuan 64 61.5 61.5 100.0
Total 104 100.0 100.0
Tests of Normality
Descriptives
4. Pendidikan
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid rendah 14 13.5 13.5 13.5
tinggi 90 86.5 86.5 100.0
Total 104 100.0 100.0
5. Masa Kerja
kategori_masa_kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <10 34 32.7 32.7 32.7
>=10 70 67.3 67.3 100.0
Total 104 100.0 100.0
6. Gaji
kategori_gaji
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak sesuai 50 48.1 48.1 48.1
sesuai 54 51.9 51.9 100.0
Total 104 100.0 100.0
7. Pengakuan
kategori_pengakuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 43 41.3 41.3 41.3
pernah 61 58.7 58.7 100.0
Total 104 100.0 100.0
8. Kebijakan Organisasi
kategori_kebijakan_organisasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak sesuai 47 45.2 45.2 45.2
sesuai 57 54.8 54.8 100.0
Total 104 100.0 100.0
9. Hubungan Interpersonal
kategori_hubungan_interpersonal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak mendukung 32 30.8 30.8 30.8
mendukung 72 69.2 69.2 100.0
Total 104 100.0 100.0
10. Tanggung Jawab
kategori_tanggung_jawab
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ringan 48 46.2 46.2 46.2
besar 56 53.8 53.8 100.0
Total 104 100.0 100.0
11. Prestasi Kerja
kategori_prestasi_kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid buruk 29 27.9 27.9 27.9
baik 75 72.1 72.1 100.0
Total 104 100.0 100.0
12. Jenis Pekerjaan
kategori_jenis_pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak sesuai 16 15.4 15.4 15.4
sesuai 88 84.6 84.6 100.0
Total 104 100.0 100.0
13. Jaminan Pekerjaan
kategori_jaminan_pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak sesuai 20 19.2 19.2 19.2
sesuai 84 80.8 80.8 100.0
Total 104 100.0 100.0
14. Pengawasan
kategori_pengawasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak baik 30 28.8 28.8 28.8
baik 74 71.2 71.2 100.0
Total 104 100.0 100.0
15. Kondisi Kerja
kategori_kondisi_kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak menunjang 40 38.5 38.5 38.5
menunjang 64 61.5 61.5 100.0
Total 104 100.0 100.0
D. OUTPUT UJI BIVARIAT
1. Umur dan Kepuasan Kerja
kategori_umur * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_umur <30 Count 13 17 30
% within kategori_umur
43.3% 56.7% 100.0%
>=30 Count 36 38 74
% within
kategori_umur 48.6% 51.4% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within
kategori_umur 47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .242a 1 .623
Continuity Correctionb .076 1 .783
Likelihood Ratio .243 1 .622
Fisher's Exact Test .669 .392
Linear-by-Linear Association .240 1 .624
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
14.13.
b. Computed only for a 2x2
table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_umur (<30 / >=30) .807 .344 1.896
For cohort kategori_kepuasan_kerja = tidak
puas .891 .556 1.427
For cohort kategori_kepuasan_kerja = puas 1.104 .752 1.619
N of Valid Cases 104
2. Jenis Kelamin dan Kepuasan Kerja
jenis_kelamin * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
jenis_kelamin laki-laki Count 21 19 40
% within jenis_kelamin 52.5% 47.5% 100.0%
perempuan Count 28 36 64
% within jenis_kelamin 43.8% 56.2% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within jenis_kelamin 47.1% 52.9% 100.0%
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .756a 1 .384
Continuity Correctionb .446 1 .504
Likelihood Ratio .756 1 .384
Fisher's Exact Test .424 .252
Linear-by-Linear Association .749 1 .387
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
18.85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jenis_kelamin (laki-laki / perempuan)
1.421 .643 3.141
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
tidak puas 1.200 .800 1.799
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas .844 .571 1.248
N of Valid Cases 104
3. Pendidikan dan Kepuasan Kerja
pendidikan * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
pendidikan rendah Count 5 9 14
% within pendidikan 35.7% 64.3% 100.0%
tinggi Count 44 46 90
% within pendidikan 48.9% 51.1% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within pendidikan 47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .844a 1 .358
Continuity Correctionb .398 1 .528
Likelihood Ratio .857 1 .355
Fisher's Exact Test .402 .266
Linear-by-Linear Association .836 1 .361
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pendidikan (rendah / tinggi)
.581 .180 1.869
For cohort kategori_kepuasan_kerja
= tidak puas .731 .351 1.522
For cohort kategori_kepuasan_kerja
= puas 1.258 .810 1.952
N of Valid Cases 104
4. Masa Kerja dan Kepuasan Kerja
kategori_masa_kerja * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_masa_kerja <10 Count 13 21 34
% within kategori_masa_kerja
38.2% 61.8% 100.0%
>=10 Count 36 34 70
% within
kategori_masa_kerja 51.4% 48.6% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_masa_kerja
47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.599a 1 .206
Continuity Correctionb 1.113 1 .291
Likelihood Ratio 1.611 1 .204
Fisher's Exact Test .218 .146
Linear-by-Linear Association 1.583 1 .208
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 16.02.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_masa_kerja
(<10 / >=10) .585 .254 1.348
For cohort kategori_kepuasan_kerja = tidak puas
.743 .458 1.206
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas 1.272 .889 1.819
N of Valid Cases 104
Risk Estimate
5. Gaji dan Kepuasan Kerja
kategori_gaji * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_gaji tidak sesuai Count 37 13 50
% within kategori_gaji 74.0% 26.0% 100.0%
sesuai Count 12 42 54
% within kategori_gaji 22.2% 77.8% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_gaji 47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 27.933a 1 .000
Continuity Correctionb 25.894 1 .000
Likelihood Ratio 29.314 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 27.665 1 .000
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.56.
b. Computed only for a 2x2
table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_gaji (tidak
sesuai / sesuai) 9.962 4.048 24.514
For cohort kategori_kepuasan_kerja = tidak puas
3.330 1.969 5.631
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas .334 .205 .545
N of Valid Cases 104
6. Pengakuan dan Kepuasan Kerja
kategori_pengakuan * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_pengakuan tidak
pernah
Count 31 12 43
% within kategori_pengakuan 72.1% 27.9% 100.0%
pernah Count 18 43 61
% within kategori_pengakuan 29.5% 70.5% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_pengakuan 47.1% 52.9% 100.0%
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 18.356a 1 .000
Continuity Correctionb 16.687 1 .000
Likelihood Ratio 18.900 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 18.180 1 .000
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 20.26.
b. Computed only for a 2x2
table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_pengakuan (tidak pernah / pernah)
6.171 2.601 14.645
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
tidak puas 2.443 1.589 3.756
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas .396 .238 .657
N of Valid Cases 104
7. Kebijakan Organisasi dan Kepuasan Kerja
kategori_kebijakan_organisasi * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_kebijakan
_organisasi
tidak sesuai Count 34 13 47
% within
kategori_kebijakan_
organisasi
72.3% 27.7% 100.0%
sesuai Count 15 42 57
% within
kategori_kebijakan_
organisasi
26.3% 73.7% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_kebijakan_
organisasi
47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 21.899a 1 .000
Continuity Correctionb 20.091 1 .000
Likelihood Ratio 22.694 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 21.689 1 .000
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 22.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_kebijakan_organisasi
(tidak sesuai / sesuai) 7.323 3.070 17.471
For cohort kategori_kepuasan_kerja = tidak
puas 2.749 1.720 4.394
For cohort kategori_kepuasan_kerja = puas .375 .231 .611
N of Valid Cases 104
8. Hubungan Interpersonal dan Kepuasan Kerja
kategori_hubungan_interpersonal * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_hubungan_interpersonal
tidak mendukung Count 25 7 32
% within
kategori_hubungan_interpersonal 78.1% 21.9% 100.0%
mendukung Count 24 48 72
% within
kategori_hubungan_interpersonal 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within
kategori_hubungan_interpersonal 47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 17.838a 1 .000
Continuity Correctionb 16.086 1 .000
Likelihood Ratio 18.550 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 17.667 1 .000
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
15.08.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_hubungan_interpersonal
(tidak mendukung / mendukung)
7.143 2.705 18.858
For cohort kategori_kepuasan_kerja = tidak puas
2.344 1.611 3.409
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas .328 .167 .644
N of Valid Cases 104
9. Tanggung Jawab dan Kepuasan Kerja
kategori_tanggung_jawab * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_tanggung_jawab ringan Count 24 24 48
% within kategori_tanggung_jawab
50.0% 50.0% 100.0%
besar Count 25 31 56
% within
kategori_tanggung_jawab 44.6% 55.4% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_tanggung_jawab
47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .298a 1 .585
Continuity Correctionb .122 1 .727
Likelihood Ratio .298 1 .585
Fisher's Exact Test .694 .364
Linear-by-Linear Association .295 1 .587
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
22.62.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
kategori_tanggung_jawab (ringan /
besar)
1.240 .572 2.686
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
tidak puas 1.120 .746 1.681
For cohort kategori_kepuasan_kerja = puas
.903 .625 1.305
N of Valid Cases 104
Risk Estimate
10. Prestasi Kerja dan Kepuasan Kerja
kategori_prestasi_kerja * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_prestasi_kerja kurang baik
Count 14 15 29
% within
kategori_prestasi_kerja 48.3% 51.7% 100.0%
baik Count 35 40 75
% within
kategori_prestasi_kerja 46.7% 53.3% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_prestasi_kerja
47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .022a 1 .883
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .022 1 .883
Fisher's Exact Test 1.000 .528
Linear-by-Linear
Association .022 1 .883
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 13.66.
b. Computed only for a
2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_prestasi_kerja (kurang baik / baik)
1.067 .452 2.516
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
tidak puas 1.034 .661 1.619
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas .970 .643 1.462
N of Valid Cases 104
11. Jenis Pekerjaan dan Kepuasan Kerja
kategori_jenis_pekerjaan * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_jenis_pekerjaan tidak
sesuai
Count 12 4 16
% within kategori_jenis_pekerjaan 75.0% 25.0% 100.0%
sesuai Count 37 51 88
% within kategori_jenis_pekerjaan 42.0% 58.0% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_jenis_pekerjaan 47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.901a 1 .015
Continuity Correctionb 4.652 1 .031
Likelihood Ratio 6.076 1 .014
Fisher's Exact Test .027 .015
Linear-by-Linear Association 5.844 1 .016
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.54.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_jenis_pekerjaan (tidak sesuai / sesuai)
4.135 1.235 13.842
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
tidak puas 1.784 1.227 2.594
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas .431 .181 1.027
N of Valid Cases 104
12. Jaminan Pekerjaan dan Kepuasan Kerja
kategori_jaminan_pekerjaan * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_jaminan_pekerjaan tidak
sesuai
Count 15 5 20
% within kategori_jaminan_pekerjaan 75.0% 25.0% 100.0%
sesuai Count 34 50 84
% within kategori_jaminan_pekerjaan 40.5% 59.5% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_jaminan_pekerjaan 47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 7.727a 1 .005
Continuity Correctionb 6.404 1 .011
Likelihood Ratio 7.952 1 .005
Fisher's Exact Test .006 .005
Linear-by-Linear Association 7.653 1 .006
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 9.42.
b. Computed only for a 2x2 table
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_jaminan_pekerjaan (tidak
sesuai / sesuai)
4.412 1.466 13.279
For cohort kategori_kepuasan_kerja = tidak puas
1.853 1.290 2.662
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas .420 .193 .916
N of Valid Cases 104
13. Pengawasan dan Kepuasan Kerja
kategori_pengawasan * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja
Total tidak puas puas
kategori_pengawasan tidak
baik
Count 24 6 30
% within kategori_pengawasan
80.0% 20.0% 100.0%
baik Count 25 49 74
% within
kategori_pengawasan 33.8% 66.2% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_pengawasan
47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 18.299a 1 .000
Continuity Correctionb 16.491 1 .000
Likelihood Ratio 19.145 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 18.123 1 .000
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 14.13.
b. Computed only for a
2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori_pengawasan
(tidak baik / baik) 7.840 2.838 21.656
For cohort kategori_kepuasan_kerja = tidak puas
2.368 1.643 3.414
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas .302 .145 .629
N of Valid Cases 104
Risk Estimate
14. Kondisi Kerja dan Kepuasan Kerja
kategori_kondisi_kerja * kategori_kepuasan_kerja Crosstabulation
kategori_kepuasan_kerja Total
tidak puas puas
kategori_kondisi_kerja tidak menunjang Count 29 11 40
% within
kategori_kondisi_kerja 72.5% 27.5% 100.0%
menunjang Count 20 44 64
% within
kategori_kondisi_kerja 31.2% 68.8% 100.0%
Total Count 49 55 104
% within kategori_kondisi_kerja
47.1% 52.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 16.810a 1 .000
Continuity Correctionb 15.195 1 .000
Likelihood Ratio 17.276 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.648 1 .000
N of Valid Casesb 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 18.85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
kategori_kondisi_kerja (tidak menunjang / menunjang)
5.800 2.424 13.877
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
tidak puas 2.320 1.539 3.497
For cohort kategori_kepuasan_kerja =
puas .400 .236 .679
N of Valid Cases 104