121
SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA UNIT UTILITIES PT.PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT VI BALONGAN, INDRAMAYU TAHUN 2014 OLEH : RIKI AKBAR NIM : 107101002322 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

  • Upload
    hadat

  • View
    237

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN

PENDENGARAN PEKERJA UNIT UTILITIES PT.PERTAMINA (PERSERO)

REFINERY UNIT VI BALONGAN, INDRAMAYU TAHUN 2014

OLEH :

RIKI AKBAR

NIM : 107101002322

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat
Page 3: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Juli 2014

Riki Akbar, NIM : 107101002322

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities

PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014.

xvii + 87 halaman, 14 tabel, 2 bagan, 1 gambar, 4 lampiran.

ABSTRAK

Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat terpapar oleh bising yang

cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising

lingkungan kerja. Berdasarkan hasil pemeriksaan audiometri tahun 2013 di PT. Pertamina (Persero)

Refinery Unit VI Balongan terdapat 16 dari 56 pekerja di Unit Utilities yang mengalami gangguan

pendengaran.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pekerja Unit

Utilities PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu tahun 2014. Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni tahun 2014. Populasi dan sampel penelitian ini

adalah seluruh pekerja Unit Utilities PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan yang

masih aktif bekerja sampai tahun 2014 dan sampel yang digunakan sebanyak 55 pekerja.

Diketahui dari hasil penelitian terdapat pekerja menderita gangguan pendengaran sebanyak

16 (29,1%) pekerja dan berdasarkan analisis statistik bivariat menggunakan uji Chi Square bahwa

faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran ialah dosis kebisingan dengan pvalue 0.000.

Untuk mengurangi terjadinya gangguan fungsi pendengaran ialah perlu dilakukannya rotasi

kerja, pemberian barrier atau penghalang pada mesin yang mengeluarkan intensitas kebisingan diatas

NAB, pemakaian APT dengan NRR yang sesuai, pelatihan pemakain APT yang baik, pemberian

reward dan punishment terhadap penggunaan APT.

Daftar bacaan : 35 (1975-2011)

Page 4: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

iii

FACULTY MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

MAJOR OF OCCUPTIONAL SAFETY AND HEALTH

Underground Thesis, Juli 2014

Riki Akbar, NIM : 107101002322

Factors That Are Associated With Hearing Loss Worker The Utilities Unit PT.Pertamina

(Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu by 2014.

xvii + 87 pages + 14 tables + 2 chart + 1 picture + 4 appendix.

ABSTRAK

Hearing loss due to noise is caused due to noisy exposed by a fairly hard in quite a long

period of time and is usually caused by a noisy work environment. Based on the results of the

examination of the audiometry by 2013 in PT. Pertamina (Persero) Balongan Refinery Unit VI

there are 16 of 56 workers in Utilities Unit experiencing hearing loss.

Type of this research is quantitative with the design of cross sectional. This research aims

to know the factors that are associated with hearing impairment Utilities Unit workers

PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu by 2014. This research was

carried out in April until June 2014. Population and sample the study was the entire Unit PT

Utilities workersPertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan active work until 2014 and

samples that used as many as 55 workers.

Known from the results of the research there were workers suffering from hearing loss as

much as 16 (29.1%) of workers and based on the analysis of statistical test Chi Square bivariat

use that factors associated with hearing loss is the noise dose with a pvalue 0000.

To reduce the occurrence of disturbance of auditory function was he had to do a work

rotation, giving the barrier on the machines that dispense the intensity of noise above NAB, use

APT with appropriate training, the use of APT was good NRR, delivery of reward and

punishment against the use of APT.

Reading list 35 (1975-2011)

Page 5: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat
Page 6: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat
Page 7: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Riki Akbar

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Agustus 1989

Agama : Islam

Golongan Darah : A

Status Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Jl. Rempoa raya No.2 RT 01/05, Kelurahan Bintaro,

Kecamatan Pesanggrahan, Provinsi DKI Jakarta-Selatan 12330.

No. Telp : (021)-93463799 / (021)-7352486

E-Mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

1995 – 2001 SDN B intaro 014 PG

2001 – 2004 SLTP Muhammadiyah 17 Ciputat Tangerang Selatan

2004 – 2007 SMA Dua Mei Ciputat Tangerang Selatan

2007 – Sekarang S1 Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatan dan Kesehatan

kerja, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK),

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

vii

KATA PENGANTAR

بسماللهالرحمنالرحيم

اسالمعليكمىرحمةاللهىبركاته

Dengan menyebut nama ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang,

Segala puji kehadirat Allah SWT zat tunggal yang maha agung, yang telah meninggikan

langit tanpa tiang dan yang telah mengokohkan bumi tanpa pondasi. Syukur senantiasa

selalu terucapkan atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit

Utilities PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014”

ini dapat selesai dan tersusun dengan baik. Salawat dan salam selalu tercurah kepada

junjungan kita Habibana wa Habibana Nabi besar Muhammad SAW, yang telah

membimbing umatnya dari zaman jahilyah sampai zaman yang berilmu pengetahuan

seperti sekarang ini.

Penyusunan Skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan

banyak pihak yang telah memberikan supor, bantuan, bimbingan, motivasi, dan

semangat. Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Kedua orang tua yang selalu dirahmati ALLAH SWT, yang selalu mendoakan,

memberikan semangat, kasih sayang dan dukungan baik secara moril maupun

materil, sebagai teladan dalam menjalani kehidupan ini, semoga diberikan umur

panjang dalam iman dan islam serta sehat selalu.

Page 9: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

viii

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ibu Febrianti,SP,M.Si selaku dosen pembimbing I dan selaku ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Catur Rosidati,MKM, sebagai sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Penanggung Jawab Skripsi dan Sebagai Penguji Skripsi.

5. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK Selaku Penanggung Jawab Peminatan Kesehatan &

Keselamatan Kerja (K3).

6. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku dosen pembimbing II yang tak

pernah lelah dalam membimbing dan yang selalu memberikan kemudahan kepada

mahasiswa & mahasiswinya. Semoga ALLAH SWT selalu memberikan

kemudahan dalam setiap derap langkah bapak & keluarga, Aaaaamien…

7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

8. Bapak Mochamad Askar, selaku pembimbing lapangan dan selaku Occupatinal

Health Section Head serta staf-staf HSE PT. PERTAMINA (PERSERO) Refinery

Unit (RU) VI Balongan, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu

penulis selama melaksanakan kegiatan penelitian di perusahaan tersebut.

Page 10: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

ix

9. Bapak-bapak pekerja Unit Utilities yang telah meluangkan waktunya untuk

membantu peneliti selama berada di field.

10. Teman-teman dari UNHAS 2007, Dhea, Lily dan Ivone yang telah banyak

memberikan asupan makanan (Snack dll) selama di meja Perpus HSE

hahhahhah.....oh ya makasi juga atas pinjamian Camdig (Kamera digitalnya ye)

11. Teman baik ku pipit, yang seneng ngebanyol dan super humoris.

12. Nur Najmi Laila (Profesor/suhu Ami hehehe…,,) yang selalu membantu &

memberikan semangat kepada teman-teman seperjuangan. Ente dah kaya

pembimbing III w mi, thank’s berat ye mi, w hutang budi sama lw. Dan w rasa yg

lebih berhutang budi sama lw adalah Nurli Faiz (Faiz) hahahah… dan lw w ksh

predikat sebagai ibunya Faiz hihihih….

13. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2007 (Opus), Khususnya anak-anak

K3 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tetap Semangat Untuk Meraih Masa

Depan yang Gemilang.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun

pembaca lain.

والسالمعليكمىرحمةاللهىبركاته

Jakarta, Juli 2014

Penulis

Page 11: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

x

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan ……………............................................................................................. i

Abstrak ………………………………………………………………………….………....... ii

Lembar Persetujuan ……………………………………………………………….………... iv

Lembar Pengesahan ………………………………………………………………………… v

Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………………………… vi

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………...vii

Daftar Isi …………………………………………………………………………………… x

Daftar Tabel ……………………………………………………………………………….. xiv

Daftar Bagan ……………………………………………………………………...………. xvi

Daftar Gambar ……………………………………………………………………………. xvii

Daftar Lampiran ………………………………………………………………………...... xviii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 7

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................................ 7

1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................... 7

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................................... 9

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti .................................................................................... 9

1.5.2 Manfaat Bagi Perusahaan .............................................................................. 9

1.5.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan ................................................................ 9

1.6 Ruang Lingkup ................................................................................................................ 10

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Gangguan Pendengaran …………………………………............................................. 11

2.1.1 Gangguan Pendengaran Konduktif …………................................................. 12

2.1.2 Gangguan Pendengaran Sensori-Neural.......................................................... 12

2.1.3 Gangguan Pendengaran Campuran ……......................................................... 13

2.2 Anatomi dan Fisiologi Telinga ...................................................................................... 14

2.2 1 Anatomi Telinga …………………………………………...………….……. 14

Page 12: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

xi

2.2.2 Fisiologi Telinga ............................................................................................ 14

2.2.2.1 Telinga Bagian Luar ......................................................................... 15

2.2.2.2 Telinga Bagian Tengah ................................................................... 15

2.2.2.3 Telinga Bagian Dalam ..................................................................... 15

2.3 Mekanisme Pendengaran …………………………………………………..…………. 16

2.4 Dampak Gangguan Pendengaran ……………………………………..………...…….. 19

2.4.1 Dampak Auditorial Akibat Bising ……………………………………....... 19

2.4.2 Damak Non-Auditorial Akibat Bising ……………………………………. 22

2.5 Pemeriksaan Gangguan Pendengaran atau Pemeriksaan Audiometri ………………… 23

2.6 Pengendalian Kebisingan .............................................................................................. 24

2.6.1 Eliminasi ......................................................................................................... 24

2.6.2 Substitusi ........................................................................................................ 24

2.6.3 Engineering Control ....................................................................................... 25

2.6.3.1 Pengendalian Pada Sumber Bunyi ............................................... 26

2.6.3.2 Pengendalian Pada Jalannya Transmisi ....................................... 26

2.6.3.3 Pengendalian Pada Penerima Suara .............................................. 27

2.6.4 Administrasi Control ...................................................................................... 28

2.6.5 Alat Pelindung Telinga .................................................................................. 28

2.6.5.1 Ear Plug ..................................................................................... 29

2.6.5.2 Ear Muff ..................................................................................... 31

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran ...................................... 33

2.9.1 Dosis Kebisingan ........................................................................................... 34

2.9.2 Masa Kerja ..................................................................................................... 37

2.9.3 Usia Pekerja ................................................................................................... 38

2.9.4 Kebiasaan Merokok ....................................................................................... 39

2.9.5 Penggunaan Obat Ototoksik .......................................................................... 40

2.9.6 Riwayat Penyakit Telinga .............................................................................. 41

2.9.7 Penggunaan APT ........................................................................................... 42

2.8 Kerangka Teori ............................................................................................................. 43

BAB III Kerangka Konsep

3.1 Kerangka Konsep ......................................................................................................... 44

Page 13: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

xii

3.2 Definisi Operasional ................................................................................................... 45

3.3 Hipotesis ..................................................................................................................... 48

BAB IV Metodologi Penelitian

4.1 Jenis Penelitian ............................................................................................................ 49

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................................... .. 49

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................... 49

4.4 Pengumpulan Data ................................................................................................... .... 51

4.5 Instrument Penelitian ................................................................................................... 52

4.6 Pengolahan Data .......................................................................................................... 53

4.7 Analisis Data ................................................................................................................ 55

4.7.1 Analisis Univariat .......................................................................................... 55

4.7.2 Analisis Bivariat ............................................................................................ 56

BAB V Hasil

5.1 Gambaran Umum PT.PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan ………... 57

5.2 Analisis Univariat ……………………………………………………………………. 58

5.2.1 Gambaran Gangguan Pendengaran ……………………………………… 59

5.2.2 Gambaran Dosis Kebisingan …………………………………………….. 60

5.2.3 Gambaran Masa Kerja …………………………………………………… 60

5.2.4 Gambaran Usia Pekerja ………………………………………………….. 61

5.2.5 Gambaran Kebiasaan merokok ………………………………………….. 62

5.2.6 Gambaran Pemakaian APT ……………………………………………… 62

5.3 Analisis Bivariat ……………………………………………………………………... 63

5.3.1 Gambaran Dosis Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran

Pekerja Unit Utilities PT.PERTAMINA (Persero) Refinery

Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 ……………………………… 63

5.3.2 Gambaran Masa Kerja dengan Gangguan Pendengaran

Pekerja Unit Utilities PT.PERTAMINA (Persero) Refinery

Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 ……………………………… 64

5.3.3 Gambaran Usia Pekerja dengan Gangguan Pendengaran

Pekerja Unit Utilities PT.PERTAMINA (Persero) Refinery

Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 ……………………………… 65

Page 14: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

xiii

5.3.4 Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Pendengaran

Pekerja Unit Utilities PT.PERTAMINA (Persero) Refinery

Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 ……………………………… 66

5.3.5 Gambaran Pemakaian APT dengan Gangguan Pendengaran

Pekerja Unit Utilities PT.PERTAMINA (Persero) Refinery

Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 ……………………………… 67

BAB VI Pembahasan

6.1 Keterbatasan Penelitian …………………………………………………….……. 69

6.2 Gangguan Pendengaran ………………………………………………………….. 70

6.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran ………………. 72

6.4 Hubungan Antara Dosis Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran ………….. 72

6.5 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Pendengaran ………………… 75

6.6 Hubungan Antara Usia Pekerja dengan Gangguan Pendengaran …………….…. 77

6.7 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Pendengaran ….….… 80

6.8 Hubungan Antara Pemakaian APT dengan Gangguan Pendengaran …………… 81

BAB VII Simpulan dan Saran

7.1 Simpulan ………………………………………………………………………… 84

7.2 Saran …………………………………………………………………………….. 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan (Kepmenaker) …………………… 35

2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan (Kepmen LH) ………………….... 35

4.1 Coding Data ………………………………………………………… 54

5.1 Gambaran Distribusi Gangguan Pendengaran Pekerja Unit

Utilities PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan,

Indramayu Tahun 2014 …………………………………………………. 59

5.2 Gambaran Distribusi Dosis Kebisingan Pekerja Unit Utilities

PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu

Tahun 2014 ………………………………………………………… 60

5.3 Gambaran Distribusi Masa Kerja Pekerja Unit Utilities

PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu

Tahun 2014………………………………………………………………. 61

5.4 Gambaran Distribusi Usia Pekerja Unit Utilities PT.Pertamina

(Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 ……..… 61

5.5 Gambaran Distribusi Kebiasaan Merokok Pekerja Unit Utilities

PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu

Tahun 2014……………………………………………………………… 62

5.6 Gambaran Distribusi Pemakaian APT Pekerja Unit Utilities

PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu

Tahun 2014 …………….................................................................... 63

5.7 Gambaran Distribusi Hubungan Dosis Kebisingan dengan

Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT.Pertamina

(Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 ………. 64

5.8 Gambaran Distribusi Hubungan Masa Kerja dengan Gangguan

Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT.Pertamina (Persero)

Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 ………................... 65

5.9 Gambaran Distribusi Hubungan Usia Pekerja dengan Gangguan

Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT.Pertamina (Persero)

Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 …………………… 66

5.10 Gambaran Distribusi Hubungan Kebiasaan Merokok dengan

Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT.Pertamina

(Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 ............... 67

Page 16: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

xv

5.11 Gambaran Distribusi Hubungan Pemakaian APT dengan

Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT.Pertamina

(Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 .............. 68

Page 17: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

xvi

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori ……………………………………………………… 43

3.1 Kerangka Konsep ………………………………………………….... 44

Page 18: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Anatomi Telinga Manusia ………………………………………... 14

Page 19: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian & Surat Konfirmasi Izin Penelitian

Lampiran 2 Kwesioner

Lampiran 3 Dokumentasi Foto Penelitian (Skripsi)

Lampiran 4 Lembar Analisis Data Statistik (Output)

Page 20: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan pendengaran masih menjadi salah satu masalah utama Kesehatan

Masyarakat khususnya pada pekerja-pekerja yang bekerja di tempat yang

terpapar bising, misalnya pekerja dikawasan industi antara lain pertambangan,

perkapalan, penerbangan maupun mesin yang berada di pabrik-pabrik tekstil.

Hal ini akan sangat merugikan para pekerja karena dapat menyebabkan ketulian

menetap.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa industri dan

mekanisasi tumbuh dan berkembang dalam rangka mewujudkan masyarakat

industri yang maju dan mandiri. Berbagai mesin dan peralatan canggih

dipergunakan dan diproduksi oleh industri-industri dan perusahaan-perusahaan.

Mesin-mesin dan peralatan tersebut di satu sisi sangat penting bagi

pembangunan namun juga ternyata membawa dampak negatif bagi kesehatan

manusia khususnya tenaga kerja (Depnaker, 1993).

Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat, maka

penggunaan alat-alat dan mesin modern menjadi suatu kebutuhan bagi suatu

industri. Salah satu dampak dari penggunaan mesin modern tersebut adalah

kebisingan yang disebabkan mesin tersebut. Suara-suara gaduh atau bunyi yang

bising merupakan salah satu penyebab penyakit akibat kerja dari golongan fisik

(Suma’mur, 1992).

Page 21: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

2

Penggunaan teknologi yang tinggi di tempat kerja dalam hal sarana dan

prasarana yang menghasilkan suara atau bunyi atau kegaduhan yang melebihi

standar akan menimbulkan gangguan kesehatan khususnya pada pekerja, yaitu

terjadinya penyakit akibat kerja. Bising yang sangat keras (di atas 85 dB untuk

daerah pabrik, industri dan sejenisnya) dapat menyebabkan kemunduran yang

serius pada kondisi kesehatan seseorang pada umumnya, dan bila berlangsung

lama dapat menyebabkan gangguan pendengaran sementara, yang lambat laun

dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Faktor-faktor yang

mempengaruhi timbulnya gangguan pendengaran antara lain adalah intensitas

kebisingan, frekuensi kebisingan, dan lamanya orang tersebut berada di tempat

atau di dekat sumber bunyi, baik dari hari ke hari atau seumur hidup (Azwar,

1990).

Kebisingan 75 dB untuk 8 jam per hari jika hanya terpapar satu hari saja

pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesehatan. Tetapi jika berlangsung setiap

hari terus menerus minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun

maka suatu saat akan melewati batas dimana paparan kebisingan tersebut akan

menyebabkan gangguan pendengaran (Sasongko, 2000).

Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan tahun 2000 sebanyak 250 juta

(4,2%) penduduk dunia menderita gangguan pendengaran dari dampak

kebisingan dalam berbagai bentuk. Angka itu diperkirakan akan terus

meningkat. Di Amerika Serikat terdapat sekitar 5-6 juta orang yang terancam

menderita tuli akibat bising. Sedangkan Belanda jumlahnya mencapai 200.000-

300.000 orang, di Inggris sekitar 0,2%, di Canada dan Swedia masing-masing

Page 22: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

3

sekitar 0,03% dari seluruh populasi. Dan sekitar 75 – 140 juta (50%) berada di

Asia Tenggara. Indonesia cukup dominan, yaitu nomer 4 di Asia Tenggara

sesudah Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India (6,3%) dan di Indonesia

diperkirakan sedikitnya (4,6%) dan akan terus meningkat (Budiono, 2003).

Sementara dari Survei Nasional pada tujuh propinsi di Indonesia, pada 1994-

1996, angka gangguan pendengaran 16,8% atau 35,28 juta penduduk dan

ketulian 0,4 % atau 840.000 penduduk (Komnas PGPKT, 2011).

Berdasarkan data yang didapat dari Balai Kesehatan Indera Masayarakat

atau BKIM Kota Semarang pada November 2007 yang dilakukan pada anak-

anak usia sekolah dasar, dari 467 siswa kelas satu yang diperiksa telinganya

ditemukan sebanyak 29,55% siswa mengalami gangguan pendengaran yang

diakibatkan serumen obsturan, Otitis media kronik Supuratif 1,28% dan

Sensory Neural Hearing Loss 0,21%.

Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan

kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya

adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Banyak hal

yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain

intensitas bising yang tinggi, berfrekuensi tinggi, lebih lama terpapar bising dan

faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian (Irwandi, 2007).

Kebisingan merupakan bahaya fisik yang mungkin terjadi dalam setiap

proses produksi dan lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat, misalnya

bising yang melebihi ambang batas yang merupakan salah satu faktor penyebab

timbulnya gangguan kesehatan terutama gangguan pendengaran. Batas yang

Page 23: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

4

sudah ditetapkan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-

51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja

adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja per harinya atau 40 jam kerja per minggunya.

Kebisingan selain dapat menimbulkan gangguan pendengaran juga akan

berdampak negatif lain seperti gangguan komunikasi, efek pada pekerjaan,

stress, kelelahan, dan sebagainya.

PT. PERTAMINA (Persero) Refiery Unit VI Balongan adalah

perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang pengolahan minyak bumi

dalam hal ini Crude Oil atau Minyak Mentah menjadi BBM (Bahan Bakar

Minyak) siap pakai. PT. PERTAMINA (Persero) Refiery Unit VI Balongan

memiliki banyak unit bisnis dalam pekerjaannya, salah satunya adalah unit

utilities. Di unit utilities terdapat 64 (enam puluh empat) mesin. Mesin-mesin

yang menjadi sumber-sumber kebisingan di area utilities adalah Pompa,

Kompresor, Boiler, Generator Plant dan Nitrogen Plant.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan januari 2013

didapatkan hasil pengukuran intensitas kebisingan di unit utilities

PT.PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan dengan menggunakan

Sound Level Meter (SLM) merk Larson Davis LxT2 sebesar 81 dB – 104 dB

dengan rata-rata intensitas kebisingan yang cukup besar (90,4 dB). Kemudian

berdasarkan hasil Tes Audiometri yang dilakukan pada pekerja Unit Utilities

PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2013

ditemukan adanya pekerja yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak

16 orang (29 %) dari 56 orang yang memeriksakan diri.

Page 24: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

5

1.2 Rumusan Masalah

Terjadi gangguan pendengaran pada pekerja, berdasarkan hasil Tes

Audiometri yang dilakukan pada pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA

(Persero) RU VI Balongan Tahun 2013 ditemukan adanya pekerja yang

mengalami gangguan pendengaran sebanyak 16 orang (29 %) dari 56 orang

yang memeriksakan diri. Hal ini didukung oleh hasil studi pendahuluan

yang telah dilakukan pada bulan Januari 2013 didapatkan hasil pengukuran

intensitas kebisingan di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) RU VI

Balongan sebesar 81 dB - 104 dB.

Hal inilah yang melandasi penulis untuk melakukan penelitian

mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran

pekerja di unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI

Balongan, Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran gangguan pendengaran yang dialami pekerja di

UnitUtilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun

2014?

2. Bagaimana gambaran dosis kebisingan yang diterima pekerja di Unit Utilities

PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014?

3. Bagaimana gambaran usia pekerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA

(Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014?

Page 25: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

6

4. Bagaimana gambaran masa kerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero)

Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014?

5. Bagaimana gambaran pemakaian APT di Unit Utilities PT. PERTAMINA

(Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014?

6. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok di Unit Utilities PT. PERTAMINA

(Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014?

7. Apakah ada hubungan antara dosis kebisingan dengan gangguan pendengaran

pada pekerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI

Balongan Tahun 2014?

8. Apakah ada hubungan antara usia pekerja dengan gangguan pendengaran pada

pekerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI

Balongan Tahun 2014?

9. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran pada

pekerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI

Balongan Tahun 2014?

10. Apakah ada hubungan antara pemakaian APT dengan gangguan pendengaran

pada pekerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI

Balongan Tahun 2014?

11. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan

pendengaran pada pekerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero)

Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014?

Page 26: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

7

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara usia pekerja, dosis kebisingan, masa

kerja, pemakaian APT dan kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi

pendengaran pada pekerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero)

Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran gangguan pendengaran yang dialami pekerja di Unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu

Jawa Barat tahun 2014”.

2. Diketahuinya gambaran dosis kebisingan pekerja di Unit Utilities PT.

PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Jawa Barat

tahun 2014”.

3. Diketahuinya gambaran usia di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero)

Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

4. Diketahuinya gambaran masa kerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA

(Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

5. Diketahuinya gambaran pemakaian APT di Unit Utilities PT. PERTAMINA

(Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

6. Diketahuinya gambaran kebiasaan merokok di Unit Utilities PT.

PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Jawa Barat

tahun 2014”.

Page 27: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

8

7. Diketahuinya hubungan antara dosis kebisingan dengan gangguan

pendengaran di Unit Utilities PT. PERTAMINA(Persero) Refinery Unit VI

Balongan, Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

8. Diketahuinya hubungan antara usia pekerja dengan gangguan pendengarandi

Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan,

Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

9. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengarandi

Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan,

Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

10. Diketahuinya hubungan antara pemakaian APT dengan gangguan

pendengaran di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI

Balongan, Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

11.Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan

pendengaran di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI

Balongan, Indramayu Jawa Barat tahun 2014”.

Page 28: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

9

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan kesempatan untuk

mengaplikasikan teori yang telah didapat selama dibangku perkuliahan, serta

sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti

selanjutnya.

1.5.2 Bagi Perusahaan

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti

tentang dampak kebisingan yang diterima pekerja akibat terpapar

intensitas kebisingan yang tinggi.

2. Sebagai masukan dan informasi bagi pekerja sehingga pekerja lebih

memahami tentang dampak kebisingan terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja bagi dirinya sehingga tumbuh kesadaran untuk mematuhi

peraturan menggunakan alat pelindung telinga.

1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah kapasitas dan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan

referensi mengenai gangguan pendengaran pada pekerja untuk mahasiswa

peminatan kesehatan dan keselamatan kerja.

Page 29: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara antara

usia pekerja, dosis kebisingan, masa kerja, pemakaian APT dan kebiasaan

merokok dengan gangguan pendengaran pada pekerja di Unit Utilities PT.

PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Jawa Barat

tahun 2014”. Hasil studi pendahuluan di bulan Januari tahun 2013 pada unit

utilities sebagian besar memiliki intensitas kebisingan yang melampaui NAB.

Berdasarkan hasil tes audiometri tahun 2013 terdapat 16 orang pekerja (29%)

yang mengalami gangguan pendengaran dari 56 orang pekerja yang mengikuti

pemeriksaan audiometri. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh

pekerja unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan

yang masih aktif bekerja sampai tahun 2014 dan sampel yang digunakan

sebanyak 55 pekerja. Penelitian ini akan dilaksanakan di unit utilities PT.

PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balogan selama bulan Maret-Juni

tahun 2014.

Page 30: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah menurunnya atau memburuknya fungsi

pendengaran. Tuli adalah memburuknya fungsi pendengaran yang lebih parah.

Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh masalah mekanis didalam liang

telinga atau telinga tengah yang menghalangi konduksi suara atau karena

rusaknya telinga dalam. (Billy, 2003). Sedangkan menurut Jenny Basharudin,

dkk (2007) gangguan pendengaran dapat diakibatkan dari gangguan atau

kerusakan pada salah satu telinga, gangguan pendengaran telinga saat bayi dan

anak-anak, gangguan pendengaran akibat bising dan gangguan pendengaran

akibat obat ototoksik.

Suara dapat mencapai telinga bagian dalam melalui hantaran udara ( Air

Conduction) dan hantaran tulang (Bone Conduction). Suara yang masuk dari

telinga luar kemudian melalui tulang pendengaran yang berada ditelinga bagian

tengah hingga mencapai cairan ditelinga bagian dalam, disebut sebagai hantaran

udara. Sedangkan hantaran tulang adalah suara yang mencapai telinga bagian

dalam melalui tulang tengkorak. Ada tiga kategori gangguan pendengaran, yaitu

gangguan pendengaran konduktif, gangguan pendengaran sensori-neural dan

gangguan pendengaran campuran (Widana, I Dewa Ketut Kerta, 2006).

Page 31: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

12

2.1.1 Gangguan Pendengaran Konduktif (Widana, I Dewa Ketut Kerta, 2006).

Gangguan pendengaran hantaran udara (conductive hearing loss), dimana

hasil test menunjukkan gangguan pada hantaran udara tetapi pada hantaran

tulang normal. Hal ini memberi ganbaran bahwa tidak terdapat kerusakan pada

struktur telinga bagian dalam. Gangguan pendengaran konduktif disebabkan oleh

adanya kelainan yang terdapat pada telinga bagian luar atau bagian tengah.

Kelainan ditelinga luar yang menyebabkan gangguan pendengaran konduktif

adalah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta

dan osteoma liang telinga. Kelainan ditelinga tengah yang menyebabkan

gangguan pendengaran konduktif adalah sumbatan tuba eustakhius, otitis media,

timpanosklerosis dan dislokasi tulang pendengaran

2.1.2 Gangguan Pendengaran Sensori-neural

Gangguan pendengaran saraf (sensori-neural hearing loss), dimana hasil

test menunjukkan gangguan pada hantaran udara maupun hantaran tulang. Hal

ini memberikan gambaran bahwa adanya kerusakan pada struktur telinga bagian

dalam. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan tejadinya gangguan

pendengaran saraf yaitu karena terpajan oleh tingkat kebisingan yang tinggi,

trauma pada kepala dan telinga, terpajan suara ledakan, penyakit yang

disebabkan oleh virus sepert mumps, rubella, diabetes, hipertensi dan obat-

obatan tertentu yang berefek pada pendengaran seperti streptomisin, aspirin dan

juga karena proses penuaan.

Page 32: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

13

2.1.3 Gangguan Pendengaran Campuran

Gangguan pendengaran campuran yaitu suatu kondisi dimana antara

gangguan pendengaran konduktif dan gangguan pendengaran sensorineural yang

terjadi secara bersamaan. Gangguan pendengaran campuran disebabkan karena

kombinasi gangguan pendengaran konduktif dan gangguan pendengaran saraf,

berupa penyakit radang telinga tengah dengan kompilasi ketelinga dalam atau

merupakan gangguan pendengaran saraf dengan radang telinga tengah.

Menurut International Standard Organization (ISO), dalam Istantyo

(2011) derajat gangguan pendengaran karena kebisingan adalah sebagai berikut :

a. Pendengaran Normal

Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB

b. Tuli Ringan

Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dB.

c. Tuli Sedang

Jika peningkatan ambang dengar antara 41-60 dB.

d. Tuli Berat

Jika peningkatan ambang dengar antara 61 - 90 dB.

e. Tuli Sangat Berat

Jika peningkatan ambang dengar antara ≥ 90 dB.

Page 33: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

14

2.2 Anatomi & Fisiologi Telinga

2.2.1 Anatomi Telinga

Gambar 2.1

Anatomi Telinga Manusia

2.2.2 Fisiologi Telinga

Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah

dan telinga dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan

gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan untuk

memperkuat energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam berisi dua

sistem sensorik yang berbeda yaitu: Koklea, yang mengandung reseptor-

reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi implus-implus saraf,

sehingga kita dapat mendengar, dan aparatus vestibularis, yang penting

untuk sensasi keseimbangan (Lauralee sherwood, 2001).

Page 34: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

15

2.2.2.1 Telinga Bagian Luar (Lauralee sherwood, 2001).

Telinga luar terdiri dari daun telinga (ear flap), liang

telinga (ear canal) yang panjangnya kurang lebih dua sentimeter

sampai dengan membran timpani (membrane tympanic).

2.2.2.2 Telinga Bagian Tengah

Teliga tengah (middle ear) terdapat tiga buah tulang yang

saling berhubungan (ossicular system) yaitu malleus, incus dan

stapes. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani,

maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes

terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.

2.2.2.3 Telinga Bagian Dalam

Telinga bagian dalam terdiri dari koklea (rumah siput)

yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri

dari tiga buah kanalis menghubungkan perilimfa skala timpani

dengan skala vestibuli. Skala vestibuli dan skala timpani berisi

cairan perilymph sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar

skala vestibuli (membran Reissner) dan dasar skala media

(membran basalis) terdapat organ korti yang merupakan organ

reseptor yang membangkitkan implus saraf sebagai respons

terhadap getaran membran basilar.

Page 35: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

16

Daun telinga berfungsi menangkap gelombang tekanan

suara dan meneruskan gelombang tersebut ke gendang telinga.

Ketika gelombang tekanan suara mencapai gendang telinga, maka

gendang telinga akan bergetar. Getaran suara itu akan diteruskan

sampai ke telinga tengah. Getaran suara yang sampai pada tulang-

tulang tersebut akan diteruskan sampai ke telinga bagian dalam.

Suara yang sampai ke telinga bagian dalam akan diterima oleh

membran oval window. Membran ini meneruskan gelombang

suara ke dalam koklea, dimana di dalamnya terdapat cairan dan

25.000 sel-sel saraf. Selanjutnya gerakan fluida ini akan

menggetarkan ribuan sel berbentuk rambut halus (hair cells) yang

akan mengonversi getaran yang diterimanya menjadi implus bagi

saraf pendengaran. Oleh saraf pendengaran (audiory nerve),

implus tersebut akan dikirim ke otak untuk diterjemahkan menjadi

suara yang kita dengar (Bridger R.S, 1995).

2.3 Mekanisme Pendengaran (Pearce, 2002).

Suara ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang

suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak

melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membrana tympani bergetar.

Getaran tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes, melalui malleus

yang terikat pada membrana itu. Karena gerakan-gerakan yang timbul pada setiap

tulang ini sendiri, maka tulang-tulang itu memperbesar getaran. Yang kemudian

Page 36: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

17

disalurkan melalui fenestra vestibuler menuju perilimfe. Getaran perilimfe

dialihkan melalui membran menuju endolimfe dalam saluran kokhlea dan

rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam organ corti, untuk kemudian

diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius.

Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak atau tidak

enak, hingar bingar atau musikal. Istilah-istilah ini digunakan dalam artinya yang

seluas-luasnya. Gelombang suara yang tidak teratur menghasilkan keributan atau

kehingarbingaran, sementara gelombang suara berirama teratur menghasilkan

bunyi musikal enak. Suara merambat dengan kecepatan 343 m/detik dalam udara

tenang pada suhu 15, 50 C.

Menurut Budiono (2003) apabila telinga memperoleh rangsang suara, maka

sesuai dengan besarnya rangsangan akan terjadi proses:

a. Adaptasi, yang berlangsung 0-3 menit, yakni berupa kenaikan ambang dengar

sesaat. Jika rangsangan berhenti, ambang dengar akan kembali seperti semula.

b. Pergeseran ambang dengar sementara (temporary threshold shift), sebagai

kelanjutan proses adaptasi akibat rangsang suara yang lebih kuat dan dapat

dibedakan dalam dua tahap yakni kelelahan (fatigue) dan tuli sementara

terhadap rangsangan (temporary stimulation deafness). Kelelahan tersebut

akan pulih kembali secara lambat dan akan semakin bertambah lambat lagi

jika tingkat kelelahan semakin tinggi. Sedang tuli sementara akibat rangsang

suara terjadi akibat pengaruh mekanisme vibrasi pada koklea yang mengalami

rangsang suara dengan intensitas tinggi dan berlangsung lama.

Page 37: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

18

c. Pergeseran ambang dengar yang persisten (persistent treshold shift), yang

masih ada setelah 40 jam rangsang suara berhenti.

d. Pergeseran ambang suara yang menetap (permanent threshold shift),

meskipun rangsang suara sudah tidak ada. Pada keadaan ini sudah terjadi

kelainan patologis yang permanen pada koklea, umumnya pada kasus trauma

akustik dan akibat kebisingan di tempat kerja.

Proses pendengaran sangatlah menakjubkan. Getaran sumber bunyi

dihantarkan melalui media udara menggetarkan gendang dan tulang-tulang kecil

yang terletak dalam rongga telinga bagian tengah, yang kemudian

menghantarkan getaran ke dalam suatu sistem cairan yang terletak dalam putaran

rongga bangunan menyerupai rumah siput atau lebih dikenal sebagai koklea,

yang terletak bersebelahan dengan alat keseimbangan di dalam tulang temporalis.

Di dalam telinga bagian tengah juga terdapat sebuah otot terkecil dalam

tubuh manusia, yaitu tensor timpani, yang bertugas membuat tegang rangkaian

tulang pendengaran pada saat bunyi yang mencapai sistem pendengaran kita

berkekuatan lebih dari 70 dB, untuk meredam getaran yang mencapai sel-sel

rambut reseptor pendengaran manusia. Namun, otot ini yang bekerja terus

menerus juga tak mampu bertahan pada keadaan bising yang terlalu kuat dan

kontinu, dan terjadilah stimulasi berlebih yang merusak fungsi sel-sel rambut.

Kerusakan sel rambut dapat bersifat sementara saja pada awalnya sehingga

dapat terjadi ketulian sementara. Akan tetapi, kemudian bila terjadi rangsangan

terus menerus, terjadi kerusakan permanen, sel rambut berkurang sampai

menghilang dan terjadi ketulian menetap.

Page 38: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

19

Ketulian akan terjadi pada kedua telinga secara simetris dengan mengenai

nada tinggi terlebih dahulu, terutama dalam frekuensi 3000 sampai 6000 Hz.

Sering kali juga terjadi penurunan tajam (dip) hanya pada frekuensi 4000 Hz,

yang sangat khas untuk gangguan pendengaran akibat bising. Karena yang

terkena adalah nada yang lebih tinggi dari nada percakapan manusia, sering kali

pada awalnya sama sekali tidak dirasakan oleh penderitanya karena belum begitu

jelas gangguan pada saat berkomunikasi dengan sesama (Djelantik, 2004).

2.4 Dampak Gangguan Pendengaran

Dampak gangguan pendengaran pada manusia secara umum dapat

dibedakan menjadi dua golongan yaitu dampak auditorial atau Auditory Effects

dan dampak non-auditorial atau Non Auditory Effects (National Safety Council,

1975).

2.4.1 Dampak Auditorial Akibat Bising

Dampak auditori akibat bising adalah terjadinya gangguan

pendengaran. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced

Hearing Lose) adalah gangguan pendengaran yang berkembang secara

perlahan dalam jangka waktu yang cukup lama yang diakibatkan karena

terpajan kebisingan yang keras secara terus menerus atau terputus-putus

(ACOEM, 2002).

Ciri khas NIHL, menurut The American College of Occupational

and Environmental Medicine (ACOEM) antara lain sebagai berikut :

Page 39: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

20

a. Kerusakan bersifat sensori-neural, mempengaruhi sel-sel rambut

telinga bagian dalam.

b. Gangguan pendengaran terjadi secara bilateral.

c. Pajanan kebisingan tunggal tidak menyebabkan gangguan

pendengaran yang lebih besar dari pada 75 dB pada frekuensi tinggi

dan 40 dB pada frekuensi rendah.

d. Pada umumnya, pajanan kebisingan yang terus menerus selama

beberapa tahun lebih merusak dari pada pajanan kebisingan terputus-

putus. Akan tetapi, pajanan kebisingan pada tingkat tinggi walau

sesaat dapat mengakibatkan gangguan pendengaran yang bermakna.

Dampak Auditorial akibat bising, kemungkinan dapat berupa :

a. Trauma Akustik

Trauma akustik merupakan luka pada elemen sensori-neural

ditelinga bagian dalam. Akibat terpajan bising tinggi atau kuat yang

tiba-tiba seperti ledakan bom atau terjadi trauma langsung pada

kepala atau telinga menyebabkan robeknya membran timpani atau

terjadi dislokasi serta kerusakan tulang-tulang pendengaran disebut

denga trauma akustik (National Safety Council, 1975).

b. Perubahan Ambang Pendengaran Sementara atau Temporary

Threshold Shift (TTS)

Akibat terpajan bising ditempat kerja, mula-mula pekerja

merasa terganggu, tetapi lama kelamaan akan menjadi terbiasa dan

Page 40: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

21

suara bising yang tinggi tidak lagi dirasakan, artinya bahwa pekerja

tersebut telah mengalami gangguan pendengaran. Setelah pekerja

tersebut keluar dari tempat kerja yang bising, maka pendengarannya

sedikit demi sedikit akan pulih seperti semula. Hal tersebut berarti

gangguan pendengaran yang dialami bersifat sementara. Waktu yang

dibutuhkan untuk pemulihan sangat tergantung pada tingkat

kebisingan, lama pajanan, jenis bising, serta kerentanan atau

kepekaan seseorang. Biasanya dibutuhkan waktu beberapa menit

sampa paling lama 10 (sepuluh ) hari. Bila penurunan ambang

pendengaran kurang dari 30 dB, maka pemulihan biasanya terjadi

setelah 16 (enam belas) jam bebas dari bising (Bashiruddin, 2001).

c. Perubahan Ambang Pendengaran Menetap atau Permanent Threshold

Shift (PTS).

Pekerja yang mengalami perubahan ambang dengar

sementara, terus berlanjut terpajan oleh bising sebelum pemulihan

secara bertahap terjadi, maka akan terjadi sisa gangguan pendengaran.

Jika hal tersebut berlangsung secara berulang-ulang dan menahun

maka mengakibatkan gangguan pendengaran yang bersifat menetap.

Gangguan pendengaran menetap mula-mula terjadi pada frekuensi

4000 Hz, kemudian berkembang pada frekuensi 2000, 1000 dan 500

Hz yang merupakan frekuensi pembicaraan manusia. Jika ini terjadi

akibatnya pekerja akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

(National Safety Council, 1975).

Page 41: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

22

2.4.2 Dampak Non-Auditorial Akibat Bising

Akibat pajanan kebsingan, pada seluruh menit pertama tubuh

manusia akan melakukan penyesuaian fungsi biologi dengan cara

meningkatkan denyut jantung, yang akan mengakibatkan terjadinya nyeri

atau sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan frekuensi pernapasan.

Selain itu hormon adrenalin dan cortisol juga meningkat sehingga

meningkatkan kadar gula dalam dan lemak dalam darah. Dapat terjadinya

berbagai macam stres seperti mudah marah, penurunan tingkat

konsentrasi, kelelahan, depresi dan gangguan tidur. Juga terjadi

peningkatan peristaltik sistem gastrointestinal. Beberapa hasil penelitian

telah membuktikan bahwa kebisingan diatas 55 dB selain terasa

mengganggu juga mengakibatkan penurunan kinerja (Berglund, 1996).

Dampak lain akibat pajanan bising adalah meningkatnya

abseinteisme, penurunan tingkat produktifitas karena kelelahan dan

penurunan konsentrasi, peningkatan biaya produksi, penurunan kualitas

kerja, produksi dan gangguan komunikasi (Jeyaratman, 1996).

Kebisingan juga dapat berdampak terjadinya gangguan kenyamanan

(annoyance) bagi orang yang terpajan. Berbagai reaksi psikologis akan

timbul pada orang yang mengalami gangguan bising, biasanya reaksi

yang timbul bergantung pada status fisik, perilaku dan motifasi pribadi

seseorang (National Safety Council, 1975).

Sulit untuk memprediksi ganguan kenyamanan karena persepsi

dalam penerimaan bising seseorang dengan yang lainnya berbeda,

Page 42: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

23

seorang mungkin dapat menikmati bising sedangkan orang lainnya tidak

menghendaki. Umumnya, suara terputus-putus (intermuttent), intensitas

dan frekuensi bising yang tinggi sangat mengganggu.

2.5 Pemeriksaan Gangguan Pendengaran atau Pemeriksaan Audiometri

Berkurangnya pendengaran akibat bising terjadi secara perlahan-lahan,

bertahap dan tanpa terasa sehingga upaya pemeriksaan ketajaman pendengaran

perlu dilakukan secara berkala. Pemeriksaan Audiometri merupakan suatu

pemeriksaan untuk menilai kemampuan pendengaran seseorang (PT.Pertamina

Persero RU VI Balongan, 2009). Audiometri berfungsi untuk mengukur nilai

ambang pendengaran yaitu suara yang paling lemah yang masih dapat didengar

telinga. Alat untuk melakukan pemeriksaan audiometri digunakan Audiometer.

Tujuan dari pemeriksaan pendengaran ditempat kerja adalah untuk

mendapatkan status fungsi pendengaran karyawan, mengidentifikasi adanya

gangguan fungsi pendengaran, alat bantu untuk mendiagnosa, sebagai panduan

penatalaksanaan terhadap pasien dengan gangguan pendengaran, untuk

memonitor progresivitas penurunan fungsi pendengaran karyawan selama

bekerja di perusahaan dan untuk menerapkan program konservasi pendengaran

(National Safety Council, 1975).

Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada : (National Safety

Council, 1975).

a. Pemeriksaan sebelum bekerja (Pre-Employment Examination)

Page 43: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

24

Hasil audiometri ini berguna untuk mengevaluasi tingkat pendengaran

karyawan sebelum bekerja, sebagai data dasar (Baseline Audiometry), untuk

menilai adanya penurunan fungsi pendengaran atau menentukan ketulian

akibat kerja

b. Pemeriksaan Berkala (Periodic Examination)

Dilakukan setiap tahun atau dua tahun untuk memonitor penurunan

fungsi pendengaran pada karyawan yang bekerja di area bising.

c. Pemeriksaaan khusus pada waktu tertentu

Pemeriksaan ini dilakukan bila ditemukan indikasi ganguan

pendengaran pada pemeriksaan kesehatan berkala

d. Pemeriksaan Pada Akhir Masa Kerja

Pemeriksaan yang dilakukan pada akhir masa kerja karyawan, untuk

menilai tingkat penurunan atau hilang fungsi pendengaran yang mungkin

timbul selama bekerja. Hal ini berhubungan dengan masalah kompensasi.

2.6 Pengendalian Kebisingaan

2.6.1 Eliminasi

Eliminasi merupakan upaya pengendalian dengan cara

menghilangkan bahaya yang ada di lingkungan kerja.

2.6.2 Substitusi

Substitusi merupakan upaya pengendalian dengan cara mengganti

proses berbahaya dengan proses yang tidak berbahaya. Substitusi untuk

pengendalian kebisingan dapat juga berupa :

Page 44: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

25

a. Substitusi Mesin

Yaitu dengan cara mengganti mesin lain yang lebih tidak

menimbulkan bising. Dalam menerapkan metode substitusi mesin ini

harus dipertimbangkan pengeluaran dana yang harus dikeluarkan

perusahaan dan apakah mesin yang baru tidak menimbulkan bahaya

lain yang berbahaya.

b. Substitusi Proses

Yaitu dengan cara mengganti proses lain yang lebih baik tidak

menimbulkan bising. Substitusi proses ini harus mempertimbangkan

apakah proses yang baru dapat teruji dengan bunyi bising yang lebih

rendah dibandingkan dengan proses yang lama dan apakah dengan

proses yang baru ini tidak merubah kualitas dari hasil akhir produksi.

(Chandra, 2006)

2.6.3 Pengendalian Teknik (Engineering Control)

Pengendalian teknik merupakan suatu pengendalian bahaya

dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan pekerja selain

pekerja. Pengendalian ini bertujuan untuk mereduksi tingkat tekanan

suara pada sumber bising (Noise Source), transmisi suara (Sound Path)

dan pada si pendengarnya (Receiver), dengan cara-cara sebagai berikut :

Page 45: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

26

2.6.3.1 Pengendalian pada sumber bunyi (Noise Source)

Menurut Heru Subaris dan Haryono (2007), pengendalian

kebisingan pada sumber bunyi dapat dilakukan dengan cara

berikut ini :

a. Meredam bising atau getaran yang ada.

b. Mengurangi luas permukaan yang bergetar.

c. Mengatur kembali tempat sumber

d. Mengatur waktu operasi mesin.

e. Pengecilan atau pengurangan volume.

f. Pembatasan lalu lintas dan lainnya.

Sedangkan menurut Chandra (2006), pengendalian pada

sumber kebisingan dapat juga dilakukan dengan cara :

a. Melakukan modifikasi mesin atau bangunan.

b. Mengganti mesin dan menyusun perencanaan bangunan baru.

c. Bagian-bagian bergerak dari seluruh mesin, perlengkapan

dan peralatan senantiasa diberikan minyak pelumas.

2.6.3.2 Pengendalian pada jalanya transmisi (Sound Path)

Pengendalian kebisingan pada jalannya transmisi (Sound

Path) menurut Heru Subaris dan Haryono (2007) dapat dilakukan

dengan cara :

Page 46: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

27

a. Memperbesar jarak sumber bising dengan pekerjaan atau

pemukiman.

b. Memasang peredam suara pada dinding dan langit-langit.

c. Membuat ruang kontrol agar dapat dipergunakan mengontrol

pekerjaan dari ruang terpisah.

d. Bila sumber bising adalah lalu lintas, bisa dialkukan

pembatasan jalan dengan rumah atau gedung atau rumah sakit

dan lain-lain. Dengan penanaman pohon, pembuatan

gundukan tanah, pembuatan tembok atau pagar, pembuatan

jalur hijau, daerah penyangga dan lainnya.

2.6.3.3 Pengendalian Pada Penerima Suara (Receiver)

Pengendalian kebisingan pada penerima suara (Receiver)

menurut Heru Subaris dan Haryono (2007) dapat dilakukan

dengan cara :

a. Memberi alat pelindung diri seperti ear plug, ear muff dan

helmet.

b. Memberikan latihan dan pendidikan kesehatan dan

keselamatan kerja, khususnya tentang kebisingan dan

pengaruhnya.

c. Tindakan pengamanan juga dapat dilakukan dengan cara

memindahkan tenaga kerja yang terkena bising.

Page 47: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

28

2.6.4 Pengendalian Administratif (Administratif Control)

Pengendalian administratif merupakan suatu pengendalian bahaya

dengan cara melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan

lingkungan kerja. Penerapan pengendalian administrstif merupakan upaya

yang berdasarkan prilaku manusia, yakni upaya mengurangi pemaparan

bahaya yang didukung perilaku untuk bekerja selamat dan sehat.

Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan beberapa

cara, antara lain :

a. Pengaturan waktu kerja yaitu dengan di buat sistem shift.

b. Pengurangan waktu bekerja di tempat bising.

c. Pemeriksaan kesehatan pekerja.

d. Monitoring area pekerja atau pekerja.

e. Memberikan latihan dan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja,

khususnya tentang kebisingan dan pengaruhnya.

f. Memasang tanda-tanda atau peringatan keselamatan (Safety Sign).

g. Tindakan pengamanan juga dapat dilakukan dengan cara

memindahkan tenaga kerja yang terkena bising.

2.6.5 Alat Pelindung Telinga (APT)

Bekerja sebagai penghalang bising pada telinga. Alat pelindung

telinga ini umumnya dibagi menjadi dua jenis yaitu sumbat teling (ear

plug) dan tutup telinga (ear muff).

Page 48: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

29

Setiap alat pelindung telinga memiliki kemampuan tingkat

meredam kebisingan yang berbeda, tergantung dari jenis dan kebutuhan.

Dengan adanya perbedaan kemampuan meredam kebisingan tersebut ada

perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan tingkat

meredam kebisingan suatu alat pelindung telinga dapat digunakan

perhitungan sebagai berikut :

dB (A)’ = dB (A) - (NRR-7)

Keterangan :

dB (A)’ : standar kebisingan

dB (A) : tingkat kebisingan di area kerja

NRR : kemampuan mereduksi kebisingan dari suatu ear

protector

2.6.5.1 Sumbat Telinga (ear plug) Menurut Beranek, LL, 1992

Ukuran, bentuk dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap

individu berbeda, bahkan antara kedua telinga dari individu yang

sama berlainan pula. Oleh karena itu, sumbat telinga harus dipilih

sesuai bentuk, ukuran dan posisi saluran teling pemakainya.

Diameter saluran telinga berkisar antara 3 – 14 mm, tetapi

paling besar antara 5 – 11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga

adalah lonjong, tetapi beberapa diantaranya berbentuk bulat.

Page 49: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

30

Saluran manusia umumnya tidak lurus, walaupun sebagian kecil

dapat diketemukan berbentuk lurus. Penyebaran ukuran saluran

telinga laki-laki dalam hubungannya dengan ukuran-ukuran alat

sumbat telinga (ear plug) kurang lebih sebagai berikut : 5 %

sangat kecil, 15 % kecil, 30 % sedang, 30 % besar, 15 % sangat

besar dari sumbat telinga yang disuplai oleh pabrik-pabrik

pembuatnya.

Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, malam (wax),

plastik karet alami dan sintetik. Menurut cara pemakaiannya,

dibedakan jenis sumbat telinga yang hanya menyumbat lubang

masuk telinga luar (semi insert type) dan yang menutupi seluruh

telinga luar (insert type).

Menurut cara penggunaanya, dibedakan menjadi

“disposible ear plug” yaitu sumbat telinga yang digunakan sekali

pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas

dan malam. Dan “non-disposible ear plug” yaitu sumbat telinga

yang di gunakan untuk waktu yang lama yang dibuat dari karet

atau plastik yang dicetak.

Keuntungan dan kerugian sumbat telinga (ear plug) adalah

sebagai berikut :

1. Keuntungan

a. Mudah dibawa karena ukuranya yang kecil.

Page 50: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

31

b. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang panas.

c. Tidak mebatasi gerakan kepala

d. Harga relatif murah dari pada tutup telinga (ear muff).

e. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh

pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting dan rambut.

2. Kerugian

a. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telinga untuk

pemasangan yang tepat.

b. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga.

c. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah ia memakai atau

tidak. Oleh karena pemakaiannya sulit dilihat oleh pengawas.

d. Hanya dapat dipakai oleh saluran telinga yang sehat.

e. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga

kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena

iritasi.

2.6.5.2 Tutup Telinga (ear muff) Menurut Beranek, LL, 1992

Tutup telinga (ear muff) terdiri dari dua buah tudung untuk

tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk

menyerap suar berfrekuensi tinggi. Pada pemakaian yang lama,

sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang disebabkan

karena bantalannya mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan

Page 51: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

32

bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Reaksi ini juga dapat

terjadi pada sumbat telinga, sehingga pada pemilihan sumbat

telinga disarankan agar memilih jenis yang berukuran agak besar.

Keuntungan dan kerugian tutup telinga (ear muff) adalah

sebagai berikut:

1. Keuntungan

a. Atenuasi suara oleh ear muff umumnya lebih besar dari ear

plug.

b. Satu ukuran ear muff dapat digunakan oleh beberapa orang

dengan ukuran telinga yang berbeda.

c. Mudah dimonitor pemakainnya oleh pengawas.

d. Dapat dipakai pada telinga yang terkena infeksi ringan.

e. Tidak mudah hilang (terselip).

2. Kerugian

a. Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas

b. Efektifitas dan kenyaman pemakanya dipengaruhi pemakaian

kacamata, tutup kepala, anting-anting dan rambut yang

menutupi telinga.

c. Relatif tidak mudah dibawa atau disimpan.

d. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak

sempit.

e. Harganya relatif lebih mahal dari ear plug.

Page 52: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

33

f. Pada penggunaanya yang terlalu sering atau bila pita

penghubungnya yang berpegas sering ditekuk pemakainya,

daya atenuasinya akan berkurang.

Seorang yang pendengarannya normal bila berada

ditempat kerja yang bising (intensitas kebisingan 85 dB – 105

dB, kebisingan kontinu) dikatakan baginya untuk mengerti

pembicaraan orang lain bila ia memakai Alat Pelindung

Telinga. Tetapi bila orang tersebut telah kehilangan

pendengarannya pada suara frekuensi tinggi, atau bila tingkat

kebisingan tempat kerja kurang dari 80 dB, maka pemakaian

Alat Pelindung Telinga ditempat kerja dengan kebisingan

yang terputus-putus yang intensitasnya 85 dB – 105 dB

komunikasi dikatakan lebih mudah pada saat suara mengeras

dan komunikasi menjadi terganggu pada saat suara melemah

(A. Siswanto, 1983).

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran

Menurut Rangga Adi Leksono (2009) dalam poernomo (1996), banyak hal

yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpajan bising, antara lain :

Intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, jenis kebisingan, lamanya pajanan

perhari, masa kerja, usia pekerja dan kerentanan individu (individual

susceptibility). Kemudian Buchari (2007) mengemukakan bahwa faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja (occupational hearing loss) antara

Page 53: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

34

lain intensitas kebisingan, penyakit telinga sebelum bekerja, frekuensi kebisingan,

usia pekerja, masa kerja, jarak dari sumber suara dan gaya hidup diluar pekerjaan.

Kemudian Basharudin dan Soetirto (2007) menambahkan bahwa banyak

hal yang mempengaruhi gangguan pendengaran akibat bising antara lain intenitas

kebisingan, frekuensi kebisingan, lama paparan dan penggunaan obat ototoksik.

2.7.1 Dosis Kebisingan

Semakin besar dosis bising yang diterima oleh seorang pekerja,

maka semakin besar pula potensi terjadinya gangguan pendengaran. Nilai

ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima

tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan

dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau

40 jam seminggu (KEPMENAKER No.Kep-51 MEN/1999).

NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi

yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja

tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu

kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu

(A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003).

Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap Nilai Ambang Batas

atau NAB Kebisingan berdasarkan lampiran II Keputusan Menteri

Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika Di Tempat Kerja :

Page 54: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

35

Tabel 2.1

Nilai Ambang Batas Kebisingan

Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB walaupun hanya sesaat

Sumber : Kepmenaker No. 51/MEN/1999

Berikut Keptusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48/1996 tentang Nilai

Baku Tingkat Kebisingan di indonesia.

Tabel 2.2

Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu Pemajanan Per Hari Intensitas Kebisingan dalam dB

8,00 jam

4,00 jam

2,00 jam

1,00 jam

85

88

91

94

30,00 menit

15,00 menit

7,50 menit

3,75 menit

1,88 menit

0,94 menit

97

100

103

106

109

112

28,12 detik

14,06 detik

7,03 detik

3,52 detik

1,76 detik

0,88 detik

0,44 detik

0,22 detik

0,11 detik

115

118

121

124

130

133

136

139

No Peruntukan Kawasan / Lingkungan

Kesehatan

Tingkat Kebisingan dB

A

Peruntukan Kawasan

1. Perumahan dan pemukiman

2. Perdagangan dan jasa

3. Perkantoran dan perdagangan

4. Ruang terbuka hijau

5. Industri

6. Pemerintahan dan fasilitas umum

7. Rekreasi

8. Khusus :

55

70

65

50

70

60

70

Page 55: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

36

Sumber : Kepmen LH No. 48/1996

Adapun waktu paparan yang diizinkan akibat intensitas kebisingan dapat

dihitung dengan rumus berikut :

Keterangan :

T = Lama paparan kebisingan (Jam)

L = Tingkat kebisingan

85 dBA = Konstanta (NAB kebisingan per 8 jam)

2 = exchange rate

Dosis kebisingan dapat dilihat dari hasil pengukuran tingkat kebisingan

dengan waktu paparan kebisingan. Perhitungan dosis kebisingan dapat

dihitung dengan rumus dibawah ini:

B

Bandar udara

Stasiun Kereta api

Pelabuhan

Cagar budaya

Lingkungan Kegiatan

1. Rumah sakit atau sejenisnya

2. Sekolah atau sejenisnya

3. Rumah ibadah atau sejenisnya

70

60

70

60

55

55

55

23

T = L-85

2 3

2

C1 + C2 + Cn

D =

T1 + T2 + Tn

Page 56: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

37

Keterangan :

D = Jumlah dosis kebisingan (%)

T = Lama paparan kebisingan (Jam)

C = Konsentrasi kebisingan (Jam)

Dari hasil penelitian yang dilakukan Srisantyorini (2002) diketahui

bahwa terdapat hubungan antara tingkat kebisingan dengan terjadinya

penurunan pendengaran setelah bekerja dan lingkungan kerja yang sangat

bising berpeluang memberikan risiko terhadap terjadinya penurunan

pendengaran 5 kali dibandingkan dengan lingkungan kerja yang tidak bising.

Kemudian pada studi tentang hubungan antara kebisingan dengan ganggguan

pendengaran pekerja di Petrochina pada hasil analisis hubungan antara

intensitas kebisingan dengan status pendengaran diperoleh ada 2 orang dari 5

orang (28,6%) pekerja dengan intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA

mempunyai status pendengaran tidak normal. Pekerja dengan intensitas

kebisingan ≤ 85 dBA ada sebanyak 18 orang dari 30 orang (37,5%) yang

mempunyai status pendengaran tidak normal (Herman, 2000).

2.7.2 Masa Kerja

Semakin lama masa kerja sesorang pekerja, maka semakin besar

pula risiko terhadap terjadinya gangguan pendengaran. Menurut

(National Safety Council, 1975), Gangguan pendengaran terjadi 5 – 10

Page 57: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

38

tahun setelah pekerja bekerja di tempat bising. Menick, 1998,

menambahkan semakin lama pajanan kebisingan setiap tahunnya maka

semakin besar kerusakan yang terjadi pada pendengaran. Sedangkan

menurut Encyclopedia of Occupational Health and Safety, adanya

gangguan pendengaran karena kebisingan akan terlihat pada seseorang

sesudah ia bekerja dilingkungan kerja yang bising selama kurang lebih 3

– 4 tahun (Stellman, 1998).

Kemudian dari hasil penelitian diketahui bahwa masa kerja

mempunyai pengaruh yang bermakna dengan gangguan pendengaran.

Gangguan pendengaran lebih banyak terjadi pada pekerja yang

mempunyai masa kerja lebih dari 10 tahun. Pekerja dengan masa kerja

lebih dari 10 tahun mempunyai risiko 5 kali lebih besar dibandingkan

pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 10 tahun (Abdul

Baktiansyah, 2004).

2.7.3 Usia Pekerja

Menurut (Nasri, 1997) sensitivitas pendengaran seseorang akan

berkurang dengan bertambahnya usia, semakin tua usia maka semakin

besar terjadinya gangguan pendengaran. Pada usia tua relatif akan

mengalami penurunan kepekaan rangsangan suara karena adanya faktor

proses penuaan (Presbycusis) yaitu proses degeneratif organ pendengaran

yang umumnya dimulai sejak usia 40 tahun ke atas. Biasanya, sensitivitas

Page 58: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

39

pendengaran seseorang akan berkurang dengan bertambahnya umur

(Gloria dan Nixon, 1962 dalam WHO, 1980).

Kemudian Achmadi (1994) berpendapat bahwa orang yang

berusia 40 tahun akan lebih mudah mengalami gangguan pendengaran

akibat bising. Sedangkan menurut Iskandar (1996) pengaruh

usia terhadap terjadinya gangguan pendengaran terlihat pada usia 30

tahun.

2.7.4 Kebiasaan Merokok

Merokok dapat menyebabkan menurunnya fungsi pendengaran

melalui efek dari nikotin dan CO atau karbonmonoksida yang

mengganggu peredaran darah manusia. Nikotin merupakan zat yang yang

bersifat ototoksik secara langsung merusak sel saraf manusia pada organ

dalam telinga yang bernama koklea, sedangkan karbonmonoksida

menyebabkan iskemia melalui produksi karboksi-hemoglobin (ikatan

antara CO dan haemoglobin), dimana akibat terbentuknya ikatan tersebut,

hemoglobin menjadi tidak efisien mengikat oksigen. Akibatnya ialah

terjadinya gangguan suplai oksigen ke organ korti di koklea, dan

menimbulkan efek iskemia. Selain itu, efek lainnya adalah spasme

pembuluh darah, kekentalan darah, atau juga melalui terjadinya

arteriosklerosis (Ditalia, 2011)

Beberapa penelitian klinis membuktikan bahwa merokok menjadi

salah satu faktor pencetus terjadinya gangguan pendengaran, suatu

Page 59: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

40

penelitian pada tahun 2006 yang melibatkan lebih dari 1.500 remaja

Amerika Serikat yang berusia 12 – 19 tahun menunjukkan bahwa

merokok pasif berdampak langsung merusak telinga anak-anak muda.

Semakin besar paparan, semakin besar kerusakan yang ditimbulkan. Pada

beberapa kasus, keruakan tersebut cukup mengganggu kemampuan

seorang remaja untuk memahami pembicaraan (Mc Geaw-Hill, 2008).

2.7.5 Penggunaan Obat Ototoksik

Penggunaan obat-obatan lebih dari 14 hari baik diminum maupun

melalui suntikan menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran. Obat-

obatan yang mempengaruhi organ pendengaran pada umumnya adalah

jenis antibiotik aminoglikosid yang mempunyai efek ototoksik. Obat-

obatan tersebut adalah neomisin, kanamisin, amikasin dan

dihidrostreptomisin yang berpengaruh pada komponen akustik (Gan,

1999).

Gangguan akustik ini tidak selalu terjadi pada kedua telinga

sekaligus. Pada mulanya kepekaan terhadap gelombang frekuensi tinggi

akan berkurang dan tidak disadari. Gejala dini berupa tinitus bernada

tinggi dapat bertahan sampai dua minggu setelah pemberian

aminoglikosid dihentikan. Patologi kerusakan akustik terutama berupa

degenerasi berat sel rambut organ corti mulai di bagian basilar menjalar

ke apeks (Gan, 1999).

Page 60: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

41

Gangguan akustik akibat streptomisin bila terapi lebih dari satu

minggu, gentamisin, tobramisin dan amikasin tergantung dosis dan faktor

lain. Neomisin paling mudah menyebabkan tuli saraf, dan amikasin

menyebabkan gangguan pendengaran terutama bila pengobatan lebih dari

14 hari (Gan, 1999).

2.7.6 Riwayat Penyakit Telinga

1) Otitis Media

Yaitu suatu peradangan telinga tengah yang terjadi akibat

infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae, Haemopilus

influenzae, atau Staphylococcus aureus. Otitis media juga dapat

timbul akibat infeksi virus (otitis media infeksiosa) yang biasanya

diobati dengan antibiotik, atau terjadi akibat alergi (otitis media

serosa) yang dapat diobati dengan antihistamin dengan atau tanpa

antibiotik (Corwin, 2000).

Peradangan telinga tengah terjadi apabila tuba eustakhius

yang secara normal mengalirkan sekresi telinga tengah ke

tenggorokan tersumbat. Hal ini menyebabkan penimbunan sekresi

telinga tengah. Sewaktu tuba tersebut membuka kembali, tekanan

di telinga yang mengalami kongesti tersebut dapat menarik

sekresi hidung yang tercemar melalui tuba eustakhius untuk

masuk ke telinga tengah sehingga terjadi infeksi telinga tengah.

Infeksi telinga tengah yang terjadi berulang-ulang dapat

Page 61: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

42

menyebabkan pembentukan jaringan parut di gendang telinga dan

hilangnya pendengaran secara permanen (Corwin, 2000).

2) Tinnitus

Tinnitus adalah suara berdenging di satu atau kedua

telinga. Tinnitus dapat timbul pada penimbunan kotoran telinga

atau presbiakusis, kelebihan aspirin dan infeksi telinga (Corwin,

2000).

2.7.7 Pemakaian Alat Pelindung Telinga

Pengendalian kebisingan terutama ditujukan bagi mereka yang

dalam kesehariannya menerima kebisingan. Karena daerah utama

kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah pendengaran (telinga

bagian dalam), maka metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat

bantu yang bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga

bagian luar dan bagian tengah sebelum masuk ke telinga bagian dalam

(Sasongko, 2000).

Alat pelindung telinga berupa tutup telinga (Ear Muff) lebih efektif

daripada tipe sumbat telinga (Ear Plug), karena dapat mengurangi

intensitas suara hingga 20 s/d 30 dB. Namun pelindung telinga tipe Ear

Muff kurang efektif dipakai untuk orang yang berkacamata dan bertopi

keras, agak berat dan panas dibanding pelindung telinga tipe Ear Plug

(Budiono, 2003).

Page 62: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

43

2.8 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Buchari (2007) ; Rangga Adi Leksono (2009) ; Basharudin dan

Soetirto (2007).

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Dosis Kebisingan

Masa Kerja

Usia Pekerja

Kebiasaan Merokok

Penggunaan Obat Ototoksik

Riwayat Penyakit Telinga

Pemakaian Alat

Pelindung Telinga

Gangguan Pendengaran

Page 63: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

44

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan

gangguan pendengaran pekerja di Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero)

Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014. Variabel independen yang di

teliti adalah dosis kebisingan, masa kerja, usia pekerja, kebiasaan merokok dan

pemakaian APT. Untuk variabel penggunaan obat ototoksik dan riwayat penyakit

telinga tidak diteliti dikarenakan harus melewati serangkaian fase uji klinis yang

kompleks, seperti pemeriksaan penunjang (pemeriksaan darah, radiologi atau ct

scan), dan dikhawatirkan terjadi bias data jika dilakukan recall atau wawancara

tanpa didukung data medical check up yang valid.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Dosis Kebisingan

Masa Kerja

Usia Pekerja

Kebiasaan Merokok

Gangguan Pendengaran

Pemakaian Alat Pelindung Telinga

Page 64: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

45

3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Gangguan

Pendengaran

adalah berkurangnya atau

hilangnya pendengaran seseorang

yang terdapat pada kedua telinga

atau dapat juga ditemukan pada

salah satu sisi telinga saja.

Tes Audiometri

Pemeriksaan

ambang dengar pada

frekuensi 250 Hz,

500 Hz, 1000 Hz,

2000 Hz, 4000 Hz

dan 8000 Hz.

Audiometer

(Jibelmed

AS5-AOM)

1. Menderita gangguan pendengaran

(> 25 dB)

2. Tidak Menderita gangguan

pendengaran (≤ 25 dB)

(ISO, dalam Istantyo 2011).

Ordinal

Page 65: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

46

Dosis

Kebisingan

Total jumlah pajanan bising yang

dihasilkan oleh sumber bunyi dari

kegiatan pengoperasian.

Pengukuran kebisingan

dengan cara

memasangkan alat

Personal Noise

Dosimeter / PND pada

para pekerja dengan

posisi PND berada di

pundak pekerja selama

8 jam kerja.

PND

( Larson

Davis Spark

706)

1. > 100 %

(Nilai TWA yang melebihi NAB)

2. ≤ 100 %

(Nilai TWA yang tidak melebihi

NAB)

(KEPMENAKER,

No.Kep-51 MEN/1999).

Ordinal

Masa Kerja Lamanya pekerja bekerja diarea

bising, dihitung dari waktu

pertama diterima diperusahaan

sampai dengan saat pengambilaan

data penelitian dilakukan.

Wawancara Kuesioner 1. > 10 Tahun

2. ≤ 10 Tahun

(Baktiansyah, 2004).

Ordinal

Page 66: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

47

Usia Pekerja Jumlah tahun lahir para pekerja,

yang dihitung sejak tanggal lahir

sampai dengan saat pengambilaan

data penelitian dilakukan.

Wawancara Kuesioner 1. > 40 Tahun

2. ≤ 40 Tahun

(Achmadi, 1994).

Ordinal

Kebiasaan

Merokok

Kegiatan menghisap atau

mengkonsumsi bahan tembakau

dan hasil olahannya (rokok)

dalam sehari.

Wawancara Kuesioner 1. Merokok

2. Tidak Merokok

Ordinal

Pemakaian

APT

Dipakainya Alat Pelindung

Telinga (APT) pada saat bekerja

dengan baik dan benar.

Wawancara dan

Observasi

Kuesioner 1. Tidak Pernah

2. Kadang-kadang

3. Selalu

Ordinal

Page 67: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

48

3.3 Hipotesis

1. Adanya hubungan antara dosis kebisingan dengan gangguan pendengaran pekerja Unit

Utilities PT.PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014.

2. Adanya hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran pekerja Unit Utilities

PT.PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014.

3. Adanya hubungan antara usia pekerja dengan gangguan pendengaran pekerja Unit

Utilities PT.PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014.

4. Adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan pendengaran pekeeja Unit

Utilities PT.PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014.

5. Adanya hubungan antara pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT) dengan gangguan

pendengaran pekerja Unit Utilities PT.PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI

Balongan, Indramayu Tahun 2014.

Page 68: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

49

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain study cross sectional dimana penelitian terhadap variabel independen dan

variabel dependen dilakukan pada waktu yang bersamaan.

4.2 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret sampai bulan Juli tahun 2014

di unit Utilities PT.PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan,

Indramayu.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja unit Utilities

PT.PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan sebanyak 83 pekerja dan

masih aktif bekerja sampai tahun 2013.

Page 69: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

50

Dalam pengambilan sampel digunakan rumus uji hipotesis beda dua

proporsi, yaitu :

n = Besar sampel

Z1-α = derajat kepercayaan yaitu 95 %, jadi Z = 1,96

Z1-β = 0,84 pada kekuatan uji 80 %

P1 = 0,369 (proporsi pekerja yang mengalami gangguan pendengaran

dengan masa kerja >10 tahun di PT. SMART Tbk Padang oleh Siti

Ftimah Dalimunthe tahun 2010)

P2 = 0,053 (proporsi pekerja yang mengalami gangguan pendengaran

dengan masa kerja ≤10 tahun di PT. SMART Tbk Padang oleh

Siti Ftimah Dalimunthe tahun 2010)

P = Proporsi rata-rata (0,369+0,053) = 0,211

2

n = {1,96√2x0,211 (1-0,211)+0,84√0,369 (1-0,369)+0,053 (1-0,053)}2

(0,369-0,053)2

n = 25x2= 50 pekerja

Page 70: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

51

Untuk menghindari missing jawaban dari responden dan untuk kebutuhan

analisis data maka jumlah sampel tersebut perlu di tambahkan menjadi 55

pekerja.

4.4 Pengumpulan Data

Metodologi pengumpulan data yang dilakukan adalah :

1. Gangguan pendengaran

Cara mengetahui derajat gangguan pendengaran yang terjadi pada para

pekerja adalah dengan melihat data skunder (data audiometri) para pekerja

yang wajib mengikuti pemeriksaan kesehatan setahun sekali, yang terdapat

di Rumah Sakit PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan,

Indramayu. sebelum melakukan pemeriksaan audiometri ini pekerja

diliburkan satu hari dengan maksud agar para pekerja terbebas dari

kebisingan.

2. Dosisi kebisingan

Pengukuran dosis kebisingan dengan menggunakan Personal Noise

Dosimeter (PND) merk Larson Davis tipe atau model Spark 706 serial

02786, yang sebelumnya sudah dikalibrasi dengan alat kalibrator dengan

merk yang sama. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan cara menjepitkan

PND disaku baju para pekerja dengan harapan agar memudahkan para

Page 71: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

52

pekerja untuk bergerak dan memberikan kenyamanan selama 8 jam kerja

mulai pukul 08.00 pagi sampai pukul 16.00 sore.

Setelah pekerja selesai dengan pekerjaanya barulah di lihat hasil record

yang terdapat di display Personal Noise Dosimeter (PND), dari data tersebut

kita dapat melihat Time Wight Average (TWA) atau nilai rata-rata tingkat

keterpaparan itensitas kebisingan selama 8 jam. dan dari nilai TWA tersebut

itulah yang dijadikan patokan apakah dosis kebisingan yang diterima pekerja

melebihi 100% atau tidak.

3. Faktor Risiko lainnya

Pengukuran faktor resiko lainnya seperti masa kerja, usia pekerja,

kebiasaan merokok dan pemakaian APT dilakukan dengan metode kuesioner

yang diisi oleh subjek yang telah ditetapkan sebagai sampel penelitian.

Disamping pengisian kuesioner untuk menghindari bias karena informasi,

dilakukan juga wawancara dan observasi langsung terhadap subyek

penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam hal

pengumpulan data. Jenis instrumen dalam penelitian ini antara lain audiometer

untuk mengetahui pekerja yang mengalami gangguan pendengaran, sound level

meter untuk mengetahui kebisingan dari setiap mesin yang beroperasi dan

Personal Noise Dosimeter untuk mengetahui dosis bising. Sedangkan metode

Page 72: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

53

pengumpulan data tentang faktor resiko lainnya menggunakan instrumen berupa

kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada subyek penelitian

dengan maksud agar mendapatkan data primer langsung dari subyek yang diteliti

dengan cara mewawancarai pekerja.

4.6 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu

sebagai berikut :

1. Editing Data

Editing data merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan pada

setiap pertanyaan yang ada pada kuesioner. Sebelum data diolah, data

terlebih dahulu perlu diedit dengan tujuan untuk mengoreksi data yang

meliputi kelengkapan pengisian jawaban kuesioner, konsistensi atas jawaban

dan kesalahan jawaban pada kuesioner. Sehingga dapat diperbaiki jika

dirasakan ada kesalahan data.

2. Coding Data

Coding data merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan yang terdapat pada jawaban kuesioner

guna mempermudah proses pengolahan dalam proses komputerisasi. Pada

proses coding, variabel independent dan dependent akan diberi kode untuk

memudahkan dalam menganalisa yaitu :

Page 73: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

54

Tabel 4.1

Coding data

No Variabel Hasil Coding

1

Gangguan pendengaran Ada

Tidak ada

[1]

[2]

2

Dosis bising > 100 %

≤ 100 %

[1]

[2]

3

Masa kerja > 10 Tahun

≤ 10 Tahun

[1]

[2]

4

Usia pekerja > 40 Tahun

≤ 40 Tahun

[1]

[2]

5

Kebiasaan merokok Merokok

Tidak Merokok

[1]

[2]

6

Pemakaian APT Tidak Pernah

Kadang-Kadang

Selalu

[1]

[2]

[3]

3. Entry Data

Setelah semua kuesioner terisi dengan benar, serta sudah melewati

pengkodingan, maka selanjutnya adalah memproses data agar dapat

dianalisis dengan cara mengentry dari data kuesioner kedalam program

komputer untuk selanjutnya akan diolah.

Page 74: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

55

4. Cleaning Data

Pembersihan data (Cleaning data) merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada atau tidak kesalahan data.

Kesalahan tersebut kemungkinan terjadi pada saat memasukkan data ke

komputer. Tahapan cleaning data terdiri dari mengetahui missing data,

mengetahui variasi data dan mengetahui konsistensi data.

4.7 Analisis Data

Setelah melakukan pengolahan data mentah, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan analisis data. Analisis data tidak secara langsung dapat

memberikan jawaban penelitian, sehingga perlu diinterpretasikan terlebih dahulu,

yang bertujuan untuk menjelaskan hasil analisis data guna memperoleh makna

atau arti yang bermanfaat bagi pemecahan masalah penelitian. Proses analisis

data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.7.1 Univariat

Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi

dan presentase dari setiap varibel yang diamati kemudian disajikan dalam bentuk

tulisan, tabel maupun grafik.Variabel yang di analisis ialah variabel dependent

dan independent. Variabel tersbut antara lain gangguan pendengaran, dosis

kebisingan, masa kerja, usia pekerja, kebiasaan merokok dan pemakaian APT.

Page 75: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

56

4.7.2 Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk menguji hipotesis, pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dengan derajat kemaknaan

yang digunakan p value ≤ 0,05 maka dapat berarti data sampel mendukung

adanya hubungan antara variabel independent dan dependent, sebaliknya apabila

p value > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara vriabel independent dan

variabel dependent.

Uji yang digunakan untuk data kategorik yaitu uji Chi-square dengan

derajat kemaknaan 5 %. Pada uji Chi-square dilakukan pada variabel dosis

kebisingan, masa kerja, usia pekerja, kebiasaan merokok dan pemakaian APT

untuk mengetahui hubungan dengan gangguan pendengaran.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan probabilitas kejadianya. Jika P

value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel

tersebut. Sebaliknya jika P value ≤ 0,05 berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara kedua variabel tersebut.

Page 76: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

57

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PT.PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan.

PT. PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan merupakan salah satu

unit pengolahan dari tujuh unit pengolahan yang dimiliki Pertamina. PT. PERTAMINA

(persero) Refinery Unit VI dibangun tahun 1990 dibalongan diatas lahan seluas 250 Ha

dengan nama EXOR I (Export Oriented Refinery I), namun seiring dengan

perkembangannya setelah operasi, nama tersebut diganti dengan Pertamina Refinery

Unit VI Balongan. PT.Pertamina RU VI ini mulai beroperasi pada tahun 1995 dengan

tujuan mengolah minyak mentah (Crude Oil) dari Duri dan Minas dengan kapasitas

125.000 BPSD (Barrel Per Stream Day) menjadi produk siap pakai seperti (Pertamax,

Premium, Kerosene, Diesel Oil, LPG, Propylene, Sulfur).

Guna memberi paduan dalam menjalankan usahanya maka manajemen PT.

PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan menetapkan visi, misi dan tujuan

perusahaan, yaitu :

1) Visi

Menjadi kilang Unggulan

Page 77: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

58

2) Misi

a) Mengolah minyak bumi untuk memproduksi BBM, non BBM secara tepat,

jumlah mutu, waktu dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk

memenuhi kebutuhan pasar.

b) Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara : aman,

andal, efisien serta berwawasan lingkungan.

c) Mengelola aset RU VI secara professional yang didukung sistem manajemen

yang tangguh berdasarkan ; semangat kebersamaan, keterbukaan,

kepercayaan dan prinsip bisnis saling menguntungkan.

3) Tujuan :

a) Menyelesaikan permasalahan pemasaran minyak mentah (Crude Oil) Duri.

b) Mengantisipasi kebutuhan produk BBM nasional (terutama daerah DKI

Jakarta, Jawa Barat dan sekitarnya), regional dan international.

c) Menghasilkan produk dengan nilai taambah tinggi

d) Pengembangan daerah.

5.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi analisa deskriptif data

gangguan pendengaran, masa kerja, dosis kebisingan, pemakaian APT, status

merokok dan usia.

Page 78: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

59

5.2.1 Gambaran Gangguan Pendengaran pekerja

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui gangguan pendengaran

pada penelitian ini adalah dengan melakukan pemeriksaan tes Audiometri. Pada

pemeriksaan tes audiometri pekerja akan dilakukan pemeriksaan kedua telinga

mulai dari frekuensi 250 Hz sampai dengan 8000 Hz. Sehingga dari hasil

pemeriksaan responden dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu menderita dan

tidak menderita. Gambaran gangguan pendengaran dapat dilihat pada table 5.1

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja terdapat 16

(29,1%) pekerja yang mengalami gangguan pendengaran.

Tabel 5.1

Gambaran Distribusi Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities

PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun

2014

Gangguan Pendengaran Jumlah %

Menderita gangguan

pendengaran 16 29,1

Tidak menderita gangguan

pendengaran 39 70,9

Total 55 100

Page 79: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

60

5.2.2 Gambaran Dosis Kebisingan

Untuk mengetahui gambaran dosis kebisingan yang diterima pekerja di

unit utilities PT. PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI dilakukan

pengukuran dosis kebisingan yang diterima pekerja menggunakan Personal

Noise Dosimeter (PND). Dosis kebisingan pekerja dikategorikan menjadi 2 (dua)

yaitu >100% dan ≤100%. Gambaran dosis kebisingan dapat dilihat pada table 5.2

Tabel 5.2

Gambaran Distribusi Dosisi Kebisingan Pekerja Unit Utilities

PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun

2014

Dosis Kebisingan Jumlah %

> 100% 30 54,5

< 100% 25 45,5

Total 55 100

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 30

(54,5%) pekerja yang terpapar dosis kebisingan > 100%.

5.2.3 Gambaran Masa Kerja

Masa kerja pada pekerja dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu >10 tahun

dan <10 tahun. Gambaran masa kerja dapat dilihat pada table 5.3

Page 80: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

61

Tabel 5.3

Gambaran Distribusi Masa Kerja Pekerja Unit Utilities PT.

PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun

2014

Masa Kerja Jumlah %

> 10 Tahun 30 54,5

< 10 Tahun 25 45,5

Total 55 100

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 30

(54,5%) pekerja dengan masa kerja >10 tahun.

5.2.4 Gambaran Usia Pekerja

Usia pada pekerja dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu >40 Tahun dan <

40 Tahun. Gambaran masa kerja dapat dilihat pada table 5.4

Tabel 5.4

Gambaran Distribusi Usia Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA

(Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014

Usia Pekerja Jumlah %

> 40 Tahun 16 29,1

< 40 Tahun 39 70,9

Total 55 100

Page 81: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

62

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 16

(29,1%) pekerja dengan usia >40 tahun.

5.2.5 Gambaran Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok pada pekerja dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu

merokok dan tidak merokok. Gambaran status merokok dapat dilihat pada table

5.5

Tabel 5.5

Gambaran Distribusi Kebiasaan Merokok Pekerja Unit Utilities

PT. PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun

2014

Kebiasaan Merokok Jumlah %

Merokok 34 61,8

Tidak Merokok 21 38,2

Total 55 100

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 34

(61,8%) pekerja yang merokok.

5.2.6 Gambaran Pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT)

Pemakaian APT pada pekerja dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu tidak

pernah, kadang-kadang, dan selalu. Gambaran pemakaian APT dapat dilihat pada

table 5.6

Page 82: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

63

Tabel 5.6

Gambaran Distribusi Pemakaian APT Pekerja Unit Utilities PT.

PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014

Pemakaian APT Jumlah %

Tidak Pernah 19 34,5

Kadang-Kadang 21 38,2

Selalu 15 27,3

Total 55 100

Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 19

(34,5%) pekerja yang tidak pernah memakai alat pelindung telinga.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Gambaran Dosis Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun

2014

Gambaran dosis kebisingan dengan gangguan pendengaran pekerja di

unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan dapat

dilihat pada tabel 5.7

Page 83: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

64

Tabel 5.7

Gambaran Dosis Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar dosis kebisingan >

100% dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 16 (53,3%) pekerja. Sedangkan

pekerja yang terpapar dosisi kebisingan < 100% dan menderita gangguan pendengaran

sebanyak 0 (0%) pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue

sebesar 0,000 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan

antara dosis kebisingan dengan gangguan pendengaran.

5.3.2 Gambaran Masa Kerja dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun

2014

Gambaran masa kerja dengan gangguan pendengaran pekerja di unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan dapat dilihat

pada table 5.8

Dosis Kebisingan

Gangguan Pendengaran

Total P value

Menderita Tidak

Menderita

n % n % n %

> 100% 16 53,3 14 46,7 30 100 0,000

< 100% 0 0 25 25 25 100

Page 84: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

65

Tabel 5.8

Gambaran Masa Kerja dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014

Masa Kerja

Gangguan Pendengaran

Total P value

Menderita Tidak

Menderita

n % n % n %

> 10 Tahun 10 33,3 20 60,7 30 100 0,645

< 10 Tahun 6 24,0 19 76,0 25 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki masa kerja >

10 tahun dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 10 (33,3%) pekerja,

Sedangkan pekerja memiliki masa kerja < 10 tahun dan menderita gangguan

pendengaran sebanyak 6 (24,0%) pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi

Square didapatkan Pvalue sebesar 0,645 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan

tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan gangguan

pendengaran.

5.3.3 Gambaran Usia Pekerja dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun

2014

Gambaran usia pekerja dengan gangguan pendengaran pekerja di unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan dapat dilihat

pada tabel 5.9

Page 85: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

66

Tabel 5.9

Gambaran Usia Pekerja dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014

Usia

Gangguan Pendengaran

Total P value

Menderita Tidak

Menderita

n % n % n %

>40 Tahun 6 37,5 10 62,5 16 100 0,515

<40Tahun 10 25,6 29 74,4 39 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berusia > 40 tahun dan

menderita gangguan pendengaran sebanyak 6 (37,5%) pekerja, Sedangkan

pekerja yang berusia ≤40 tahun dan menderita gangguan pendengaran sebanyak

10 (25,6%) pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue

sebesar 0,515 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara usia pekerja dengan gangguan pendengaran.

5.3.4 Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Pendengaran Pekerja

Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan

Tahun 2014

Gambaran kebiasaan merokok dengan gangguan pendengaran pekerja di

unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan dapat

dilihat pada tabel 5.10

Page 86: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

67

Tabel 5.10

Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Pendengaran Pekerja

Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun

2014

H

H

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang merokok dan

menderita gangguan pendengaran sebanyak 10 (29,4%) pekerja, Sedangkan

pekerja yang tidak merokok dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 6

(28,6%) pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue

sebesar 1,000 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan pendengaran.

5.3.5 Gambaran Pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT) dengan Gangguan

Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery

Unit VI Balongan Tahun 2014

Gambaran pemakaian alat pelindung telinga dengan gangguan

pendengaran pekerja di unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit

VI Balongan dapat dilihat pada tabel 5.11

Status Merokok

Gangguan Pendengaran

Total P value Menderita

Tidak

Menderita

n % n % n %

Merokok 10 29,4 24 70,6 34 100 1,000

Tidak Merokok 6 28,6 15 71,4 21 100

Page 87: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

68

Tabel 5.11

Gambaran Pemakaian APT dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit

Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014

H

A

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang tidak pernah memakai

APT dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 8 (42,1%) pekerja,

Sedangkan pekerja yang kadang-kadang memakai APT dan menderita gangguan

pendengaran sebanyak 6 (28,6%) pekerja, dan pekerja yang selalu memakai APT

dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 2 (13,3%) pekerja. Berdasarkan

hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,186 artinya pada α =

5% dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pemakaian

APT dengan gangguan pendengaran.

Pemakaian APT

Gangguan Pendengaran

Total P value

Menderita Tidak

Menderita

n % n % n %

Tidak Pernah 8 42,1 11 57,9 19 100 0,186

Kadang-Kadang 6 28,6 15 71,4 21 100

Selalu 2 13,3 13 86,7 15 100

Page 88: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

69

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti tidak dapat mengeliminasi faktor bising yang memapar pekerja

sebelum dilakukannya pemeriksaan audiometri yang terjadi sebelum

memasuki rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan pendengaran

pekerja. Kemungkinan disebabkan oleh bising yang tidak diperlukan

seperti bising kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan raya saat

menuju rumah sakit.

2. Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran pekerja dalam

menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner karena khawatir

memberikan jawaban yang fiktif.

Page 89: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

70

6.2 Gangguan Pendengaran pada Pekerja

Gangguan pendengaran adalah menurunnya atau memburuknya fungsi

pendengaran. Tuli adalah memburuknya fungsi pendengaran yang lebih parah.

Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh masalah mekanis didalam telinga

tengah yang menghalangi konduksi suara atau karena rusaknya telinga bagian

dalam (Billy, 2003). Sedangkan menurut Jenny Basharudin, dkk, 2007, gangguan

pendengaran dapat diakibatkan dari gangguan atau kerusakan pada salah satu

telinga, gangguan pendengaran telinga saat bayi dan anak-anak, gangguan

pendengaran akibat bising dan gangguan pendengaran akibat obat ototoksik.

Berdasarkan hasil tabel 5.1 analisis univariat tentang gambaran distribusi

gangguan pendengaran pada pekerja unit utilities PT.Pertamina (Persero)

Refinery Unit VI, Balongan indramayu tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat

16 (29,1%) dari 55 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran. Menurut

International Standard Organization (ISO), dalam Istantyo (2011) jika dilihat

berdasarkan derajat gangguan pendengaran yang dialami pekerja kebanyakan

pekerja mengalami gangguan pendengaran ringan yaitu terjadi peningkatan

ambang dengar antara 26-40 dB.

Gangguan pendengaran bisa saja terjadi akibat paparan bising yang

sementara ataupun kronis. Paparan bising yang sementara akan menimbulkan

kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahan-lahan dan akan

kembali seperti semula. Paparan bising yang sementara ini bisa disebut ketulian

Page 90: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

71

sementara atau Temporary Threshold Shift. Sedangkan paparan bising kronis

dapat menyebabkan ketulian tetap atau Permanent Threshold Shift (Rambe,

2003). Ketulian menetap ini atau tuli akibat bising merupakan gangguan

pendengaran yang sifatnya permanent kumulatif, akibat pajanan bising terus-

menerus selama jangka waktu yang panjang, biasanya untuk beberapa tahun dan

hampir mengenai kedua telinga (Harrianto, 2009).

Sehingga disarankan pemeriksaan audiometri bagi pekerja lebih

diintensifkan lagi, guna mengetahui pekerja-pekerja yang mengalami gangguan

pendengaran. Dengan begitu para pimpinan perusahaan dapat mengambil

keputusan ataupun kebijakan yang mengedepankan aspek kesehatan pekerja,

seperti rotasi kerja dari tempat yang mempunyai intensitas kebisingan tinggi ke

tempat yang mempunyai intensitas kebisingan lebih rendah.

Menurut Suma’mur (1996), mula-mula efek kebisingan pada

pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah

dihentikannya kerja ditempat bising. Tetapi kerja terus menerus ditempat bising

berakibat daya dengar yang menetap dan tidak bisa pulih kembali.Biasanya

dimulai pada frekuensi-frekuensi sekitar 4000 Hz dan kemudian menghebat dan

meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi-frrekuensi yang

digunakan untuk percakapan.

Page 91: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

72

6.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Gangguan Pendengaran Pekerja

Utilities PT Pertamina Persero Refinery Unit VI Balongan, Indramayu

Tahun 2014

Hubungan antara Dosis Kebisingan, Masa Kerja, Usia Pekerja, Kebiasaan

Merokok, dan Pemakaian APT dengan Gangguan Pendengaran Pekerja akan

dijelaskan pada pembahasan berikut ini.

6.3.1 Hubungan Antara Dosis Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran

Pekerja Utilities PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan,

Indramayu Tahun 2014

Gambaran dosis kebisingan yang diterima pekerja di unit utilities PT.

PERTAMINA (persero) Refinery Unit VI dilakukan dengan cara pengukuran

dosis kebisingan yang diterima pekerja menggunakan Alat Personal Noise

Dosimeter (PND). Dosis kebisingan pekerja dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu

>100% dan ≤100%, gambaran dosis kebisingan dapat dilihat pada table 5.2.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja terdapat 30

(54,5%) pekerja yang terpapar dosis kebisingan > 100%. Sedangkan pekerja

yang terpapar dosis kebisingan < 100% sebanyak 25 (45,5%) pekerja.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,000,

artinya pada alpha 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara

dosis kebisingan dengan gangguan pendengaran.

Sistem waktu kerja yang dilaksanakan di Unit Utilites 8 jam sehari dalam

7 hari seminggu dengan sistem pembagian shift sebanyak 4 shift kerja. Nilai

Ambang Batas standar faktor tempat kerja yang dapat diterima pekerja tanpa

Page 92: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

73

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari

untuk waktu kerja tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

(Kepmenaker No.Kep-51 MEN/1999.Untuk system waktu kerja, jika

dibandingkan dengan kepmenaker hal ini masih sesuai dengan standar yang di

tetapkan oleh kepmenaker.

Pada Tabel 5.2 diketahui lebih banyak pekerja yang terpapar dosis

kebisingan > 100% dibandingkan dengan yang terpapar dosis kebisingan <

100%. Hal ini dikarenakan di unit utilities memang terdapat 64 buah mesin yang

dimana menjadi sumber kebisingan. Adapun mesin-mesin yang menjadi sumber

kebisingan di area utilities adalah mesin pompa, compressor, boiler, generator

plant dan nitrogen plant. Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan yang

dilakukan di tempat tersebut didapatkan juga rata-rata intensitas kebisingan yang

cukup besar (90,4 dB). Hal ini lah yang menyebabkan banyaknya pekerja yang

terpapar dosis kebisingan > 100%.

Semakin besar dosis bising yang diterima oleh seorang pekerja, maka

semakin besar pula potensi terjadinya gangguan pendengaran. Di dalam telinga

bagian tengah terdapat sebuah otot terkecil dalam tubuh manusia, yaitu tensor

timpani, yang bertugas membuat tegang rangkaian tulang pendengaran pada saat

bunyi yang mencapai sistem pendengaran kita berkekuatan lebih dari 70 dB,

untuk meredam getaran yang mencapai sel-sel rambut reseptor pendengaran

manusia. Namun, otot ini yang bekerja terus menerus juga tak mampu bertahan

pada keadaan bising yang terlalu kuat dan kontinu, dan terjadilah stimulasi

berlebih yang merusak fungsi sel-sel rambut. Kerusakan sel rambut dapat bersifat

Page 93: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

74

sementara saja pada awalnya sehingga dapat terjadi ketulian sementara. Akan

tetapi, kemudian bila terjadi rangsangan terus menerus, terjadi kerusakan

permanen, sel rambut berkurang sampai menghilang dan terjadi ketulian

menetap.

Ketulian akan terjadi pada kedua telinga secara simetris dengan mengenai

nada tinggi terlebih dahulu, terutama dalam frekuensi 3000 sampai 6000 Hz.

Sering kali juga terjadi penurunan tajam (dip) hanya pada frekuensi 4000 Hz,

yang sangat khas untuk gangguan pendengaran akibat bising. Karena yang

terkena adalah nada yang lebih tinggi dari nada percakapan manusia, sering kali

pada awalnya sama sekali tidak dirasakan oleh penderitanya karena belum begitu

jelas gangguan pada saat berkomunikasi dengan sesama (Djelantik, 2004).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Srisantyorini (2002) diketahui

bahwa terdapat hubungan antara tingkat kebisingan dengan terjadinya penurunan

pendengaran setelah bekerja dan lingkungan kerja yang sangat bising berpeluang

memberikan risiko terhadap terjadinya penurunan pendengaran 5 kali

dibandingkan dengan lingkungan kerja yang tidak bising. Kemudian pada studi

tentang hubungan antara kebisingan dengan ganggguan pendengaran pekerja di

Petrochina pada hasil analisis hubungan antara intensitas kebisingan dengan

status pendengaran diperoleh ada 2 dari 5 orang (28,6%) pekerja dengan

intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA mempunyai status pendengaran tidak

normal. Pekerja dengan intensitas kebisingan ≤ 85 dBA ada sebanyak 18 orang

dari 30 orang (37,5%) yang mempunyai status pendengaran tidak normal

(Herman, 2000).

Page 94: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

75

Pada Penelitian ini, berdasarkan hasil analisis bivariat, didapatkan dosis

diketahui dapat mempengaruhi gangguan pendengaran. Dengan demikian

hipotesis awal yang menyatakan bahwa ada hubungan antara dosis kebisingan

dengan gangguan pendengaran dapat terbukti. Meskipun begitu, walaupun dari

55 pekerja yang ada, dan 16 orang terpapar kebisingan dengan dosis lebih dari

100 persen dan mengalami gangguan pendengaran, hal tersebut harus

diperhatikan agar tidak bertambah lagi pekerja yang mengalami hal tersebut.

Sehingga disarankan bagi pihak pengelola, agar memperhatikan sumber

kebisingan yang ada, jika memungkinkan pada alat yang menimbulkan kebisingan

dapat diberikan barier atau penghalang. Pengawasan dan penggunaan APT pada

pegawai juga harus dilakukan untuk mengurangi dosis yang diterima pekerja.

6.3.2 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Pendengaran Pekerja

Utilities PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu

Tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 30

Pekerja (54,5%) dengan masa kerja yang sudah lebih dari 10 tahun. Sedangkan

pekerja dengan masa kerja yang kurang dari 10 tahun sebanyak 25 (45,5%)

pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar

0,645 artinya pada alpha 5% dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran.

Semakin lama masa kerja sesorang pekerja, maka semakin besar pula

risiko terhadap terjadinya gangguan pendengaran. Menurut (National Safety

Page 95: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

76

Council, 1975), Gangguan pendengaran terjadi 5 – 10 tahun setelah pekerja

bekerja di tempat bising. Menick, 1998, menambahkan semakin lama pajanan

kebisingan setiap tahunnya maka semakin besar kerusakan yang terjadi pada

pendengaran. Sedangkan menurut Encyclopedia of Occupational Health and

Safety, adanya gangguan pendengaran karena kebisingan akan terlihat pada

seseorang sesudah ia bekerja dilingkungan kerja yang bising selama kurang lebih

3 – 4 tahun (Stellman, 1998).

Pada Penelitian ini, sebagian besar pekerja sudah bekerja lebih dari 10

tahun. Adapun dari hasil perhitungan statistik analisis bivariat, diperoleh tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan gangguan

pendengaran pada pekerja. Dengan demikian maka hipotesis awal yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan

pendengaran tidak terbukti. Hal ini dimungkinan pekerja yang sudah bekerja

lebih dari 10 tahun sudah terpapar kebisingan lebih lama ditempat pekerjaan

mereka sebelum di Pertamina dibanding pekerja yang bekerja kurang dari 10

tahun.

Meski begitu, walaupun masa kerja dalam penelitian ini tidak

berhubungan, akan tetapi para pekerja yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun

patut diperhatikan kesehatan pendengarannya, jika dilihat pada table 5.8 pada

pekerja yang telah bekerja lebih dari 10 tahun, terdapat 10 pekerja yang

menderita gangguan pendengaran dari 16 orang yang mengalami gangguan

pendengaran.

Page 96: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

77

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masa kerja mempunyai

pengaruh yang bermakna dengan gangguan pendengaran. Gangguan

pendengaran lebih banyak terjadi pada pekerja yang mempunyai masa kerja lebih

dari 10 tahun. Pekerja dengan masa kerja lebih dari 10 tahun mempunyai risiko 5

kali lebih besar dibandingkan pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari

10 tahun (Abdul Baktiansyah, 2004).

Tentunya hal ini harus diwaspadai agar tidak bertambah lagi pekerja

dengan masa kerja lebih dari 10 tahun yang mengalami gangguan pendengaran.

Sehingga disarankan bagi pihak pengelola, agar memperhatikan pekerja yang

sudah bekerja lebih dari 10 tahun agar dilakukan pemeriksaan rutin terhadap

adanya gangguan pendengaran, pemberian dan pengawasan terhadap

penggunaan APT juga perlu diperhatikan, dan jika memungkinkan adanya rotasi

pegawai atau pemberian barrier atau penghalang bagi alat yang menjadi sumber

kebisingan dilingkungan kerja.

6.3.3 Hubungan Antara Usia dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Utilities PT

Pertamina Persero Refinery Unit Balongan Indramayu Tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja terdapat 16

(29,1%) pekerja dengan usia lebih dari 40 tahun. Sedangkan pekerja dengan usia

kurang dari 40 tahun sebanyak 39 (70,9%) pekerja. Berdasarkan hasil uji

statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,515 artinya pada α = 5% dapat

disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia pekerja dengan

gangguan pendengaran.

Page 97: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

78

Menurut (Nasri, 1997) sensitifitas pendengaran seseorang akan berkurang

dengan bertambahnya usia, semakin tua usia maka semakin besar terjadinya

gangguan pendengaran. Pada usia tua relatif akan mengalami penurunan

kepekaan rangsangan suara karena adanya faktor proses penuaan (Presbycusis)

yaitu proses degeneratif organ pendengaran yang umumnya dimulai sejak usia 40

tahun ke atas. Biasanya, sensitivitas pendengaran seseorang akan berkurang

dengan bertambahnya umur (Gloria dan Nixon, 1962 dalam WHO, 1980).

Kemudian Achmadi (1994) berpendapat bahwa orang yang berusia 40

tahun akan lebih mudah mengalami gangguan pendengaran akibat bising.

Sedangkan menurutIskandar (1996) pengaruh usia terhadap terjadinya gangguan

pendengaran terlihat pada usia 30 tahun.

Pada Penelitian ini, pekerja dengan usia lebih dari 40 tahun hanya

terdapat 6 orang yang menderita gangguan pendengaran. Jumlah ini lebih sedikit

dibandingkan dengan pekerja dengan usia kurang dari 40 tahun yang menderita

gangguan pendengaran (10 orang).

Adapun dari hasil perhitungan statistik analisis bivariat, diperoleh bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara usia pekerja dengan gangguan

pendengaran pada pekerja. Dengan demikian maka hipotesis penelitian yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara usia pekerja dengan gangguan

pendengaran tidak terbukti, hal ini dimungkinkan karena pekerja yang usianya

kurang dari 40 tahun lebih sedikit dibandingkan dengan usia pekerja yang lebih

dari 10 tahun.

Page 98: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

79

Meski begitu, walaupun usia pekerja dalam penelitian ini tidak

berhubungan, pada pekerja dengan usia dibawah 40 tahun lebih banyak

menderita gangguan pendengaran dibandingkan dengan yang diatas 40 tahun

walaupun secara teori pekerja yang berusia lebih dari 40 tahun dan terpapar

kebisingan akan lebih rentan mengalami gangguan pendengaran dibandingkan

pekerja yang berusia di bawah 40 tahun.

Menurut asumsi peneliti, pekerja yang berusia dibawah 40 tahun biasanya

merupakan pekerja yang dalam masa produktif, sehingga biasanya bekerjanya

lebih mobile dibandingkan dengan pekerja yang usianya lebih dari 40 tahun.

Kemungkinan hal ini lah yang menyebabkan pekerja yang berusia kurang dari 40

tahun lebih banyak mengalami gangguan pendengaran. Hal ini tentunya harus

tetap diperhatikan agar pekerja yang usianya dibawah 40 tahun tidak bertambah

lagi yang mengalami gangguan pendengaran.

Sehingga disarankan bagi pihak pengelola, agar memperhatikan pekerja

yang berusia kurang dari 40 tahun agar dilakukan pemeriksaan rutin terhadap

adanya gangguan pendengaran, pemberian dan pengawasan terhadap

penggunaan APT juga perlu diperhatikan, dan jika memungkinkan adanya rotasi

pegawai atau pemberian barrier atau penghalang bagi alat yang menjadi sumber

kebisingan dilingkungan kerja.

Page 99: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

80

6.3.4 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Pendengaran

Pekerja Utilities PT Pertamina Persero Refinery Unit Balongan Indramayu

Tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja terdapat 34

(61,8%) pekerja yang merokok. Sedangkan pekerja yang tidak merokok

sebanyak 21 (38,2%) pekerja.. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square

didapatkan Pvalue sebesar 1,000 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan tidak

ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan

pendengaran.

Merokok dapat menyebabkan menurunnya fungsi pendengaran melalui

efek dari nikotin dan CO atau karbonmonoksida yang mengganggu peredaran

darah manusia. Nikotin merupakan zat yang yang bersifat ototoksik secara

langsung merusak sel saraf manusia pada organ dalam telinga yang bernama

koklea, sedangkan karbonmonoksida menyebabkan iskemia melalui produksi

karboksi-hemoglobin (ikatan antara CO dan haemoglobin), dimana akibat

terbentuknya ikatan tersebut, hemoglobin menjadi tidak efisien mengikat

oksigen. Akibatnya ialah terjadinya gangguan suplai oksigen ke organ korti di

koklea, dan menimbulkan efek iskemia. Selain itu, efek lainnya adalah spasme

pembuluh darah, kekentalan darah, atau juga melalui terjadinya arteriosklerosis

(Ditalia, 2011)

Pada Penelitian ini, berdasarkan hasil perhitungan statistik analisis

bivariat, diperoleh tidak terdapat hubungan yang signifikan antara merokok

dengan gangguan pendengaran pada pekerja. Dengan demikian maka hipotesis

Page 100: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

81

awal yang menyatakan bahwa ada hubungan antara merokok dengan gangguan

pendengaran tidak terbukti. Hal ini di karenakan pekerja yang merokok setiap

harinya hanya menghisap rokok 3-4 batang dan juga rata-rata pekerja yang

merokok hanya baru satu tahun aktif merokok.

Meski begitu, walaupun merokok dalam penelitian ini tidak berhubungan,

akan tetapi para pekerja yang merokok dan menderita gangguan pendengaran lebih

banyak dibandingkan dengan yang tidak merokok. Beberapa penelitian klinis

membuktikan bahwa merokok menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya

gangguan pendengaran, suatu penelitian pada tahun 2006 yang melibatkan lebih

dari 1.500 remaja Amerika Serikat yang berusia 12 – 19 tahun menunjukkan bahwa

merokok pasif berdampak langsung merusak telinga anak-anak muda. Semakin besar paparan,

semakin besar kerusakan yang ditimbulkan. Pada beberapa kasus, kerusakan tersebut cukup

mengganggu kemampuan seorang remaja untuk memahami pembicaraan.(McGraw-Hill; 2008).

Sehingga disarankan bagi pihak pengelola, agar memperhatikan pekerja

yang merokok agar mengurangi atau bahkan untuk tidak merokok. Sehingga

gangguan pendengaran yang ada dapat berkurang dan tidak bertambah.

5.3.5 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT) dengan Gangguan

Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA (Persero) Refinery

Unit VI Balongan Tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 19

(34,5%) pekerja yang tidak pernah memakai alat pelindung telinga. Sedangkan

pekerja yang kadang-kadang memakai alat pelindung telinga sebanyak 21

Page 101: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

82

(38,2%) pekerja dan pekerja yang selalu memakai alat pelindung telinga

sebanyak 15 (27,3%) pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square

didapatkan Pvalue sebesar 0,186 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan tidak

ada hubungan yang signifikan antara pemakaian APT dengan gangguan

pendengaran.

Pemakaian alat pelindung telinga merupakan alternatif terakhir bila

pengendalian yang lain telah dilakukan. Tenaga kerja dilengkapi dengan sumbat

telinga yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi dan penurunan

intensitas kebisingan yang diharapkan. Potensi bahaya yang terdapat disetiap

perusahaan berbeda-beda. Hal ini tergantung pada jenis produksi, jenis teknologi

yang digunakan, bahan produksi dan proses produksi (Palsapah, 2010).

Di Refinery Unit ini sendiri memberikan ear plug sebagai alat pelindung

telinga terhadap pekerja dari kebisingan tempat kerja. Pada Penelitian ini,

sebagian besar pekerja yang tidak menggunakan APT lebih banyak yang

mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan pekerja yang selalu

menggunakan APT, begitu juga dengan pekerja yang kadang-kadang

menggunakan APT lebih banyak yang mengalami gangguan pendengaran

dibandingkan yang selalu menggunakan.

Adapun dari hasil perhitungan statistik analisis bivariat, diperoleh tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan APT dengan gangguan

pendengaran pada pekerja. Dengan demikian maka hipotesis awal yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan APT dengan gangguan

Page 102: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

83

pendengaran tidak terbukti. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya infeksi ringan

pada telinga pekerja yang mana sebelum pekerja menggunakan APT jarang

sekali yang menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan dengan sabun.

Meski begitu, jika dilihat dari dari table 5.11 proporsi yang tidak pernah

megunakan APT lebih banyak yang mengalami gangguan pendengaran. Karena

Pengendalian kebisingan terutama ditujukan bagi mereka yang dalam

kesehariannya menerima kebisingan, karena daerah utama kerusakan akibat

kebisingan pada manusia adalah pendengaran (telinga bagian dalam), maka

metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi

tingkat kebisingan yang masuk ke telinga bagian luar dan bagian tengah sebelum

masuk ke telinga bagian dalam (Sasongko, 2000).

Sehingga jika para pekerja tidak menggunakan APT maka kemungkinan

akan mengalami gangguan pendengaran, tentunya hal ini harus diwaspadai.

Sehingga disarankan bagi pihak pengelola, agar memperhatikan pemberian dan

pengawasan terhadap penggunaan APT pada pekerja, selain itu dapat pula

dilakukan pelatihan pemakaian APT yang baik dan benar serta penjelasan

pentingnya penggunaan APT di tempat yang terpapar kebisingan. Saran

selanjutnya yang dapat diberikan adalah jika memungkinkan diperusahaan dapat

pula memberlakukan system reward dan Punishment terhadap pekerja atas

penggunaan APT sehingga para pekerja selalu menggunakan APT ketika

bekerja.

Page 103: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

84

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka didapatkan

kesimpulan antara lain :

Dengan menggunakan uji statistik univariat diketahui bahwa sebanyak 55

pekerja unit utilities PT.Pertamina (Persero) RU VI tahun 2014 yang diteliti

terdapat :

a. Pekerja yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak (29,1%).

b. Pekerja yang terpapar dosis kebisingan > 100% sebanyak (54,5 %).

c. Pekerja dengan masa kerja > 10 tahun sebanyak (54,5 %).

d. Pekerja yang berusia > 40 tahun sebanyak (29,1 %).

e. Pekerja yang merokok sebanyak (61,8 %).

f. Pekerja yang tidak pernah memakai alat pelindung telinga sebanyak (34,5%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji statistik bivariat dengan uji

Chi Square antar variabel dependent dan independent maka diketahui bahwa;

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan dengan gangguan

pendengaran pada pekerja dengan melihat nilai P value < 0,05.

Page 104: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

85

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja, usia pekerja,

kebiasaan merokok dan pemakaian alat pelindung telinga dengan gangguan

pendengaran pada pekerja dengan melihat nilai P value > 0,05.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka terdapat

beberapa saran terkait dengan permasalahan kebisingan antara lain :

1. Bagi perusahaan

a. Jika memungkinkan diperlukan adanya rotasi kerja dari tempat yang

dosis kebisingan tinggi ke tempat dosis kebisingan rendah, sehingga dosis

yang diterima pekerja tidak melebihi dosis kebisingan.

b. Perlu dilakukan pelatihan pemakaian APT yang baik dan benar dan

penjelasan pentingnya penggunaan APT

c. Pemberian reward dan punishment terhadap pekerja atas penggunaan

APT sehingga para pekerja selalu menggunakan APT ketika bekerja.

d. dan jika memungkinkan pemberian barrier atau penghalang bagi alat

yang menjadi sumber kebisingan dilingkungan kerja.

2. Bagi Peneliti

a. Perlu melakukan pemeriksaan tes lababoratorium terkait variabel

penggunaan obat ototoksik pada setiap pekerja.

Page 105: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, UF. 1994. Kesehatan Lingkungan Kerja : Lingkungan Fisik. Jakarta : Depkes

Republik Indonesia.

Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber

Widya.

Baktiansyah, Abdul. 2004. Tesis. Hubungan Merokok dengan Gangguan Pendengaran

di Kalangan Pekerja Pria PT. X. Jakarta. Program Studi Kedokteran Okupasi.

Bashiruddin, Jenny, 2002. Pengaruh Bising dan Getaran pada Fungsi Keseimbangan

dan Pendengaran, Bagian THT Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Berglund, Birgitta, 1996. Workshop I : Noise and Pollution, Aircraft Noise And Health.

In the second Airport Regions Conferens VantaaFinland ; City Of Vantaa.

Bridger R.S., 1995. Hearing, Sound and Noise : Introduction to Ergonomic, Mc Graw-

Hill, Inc. Singapore.

Budiono, A.M. Sugeng. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Semarang; Universitas Diponegoro.

Chandra, Budiman.2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.

Corwin, Elzabeth J.2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Departemen Tenaga Kerja,1993. Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang

Kesehatan Kerja, Proyek peningkatan Pengawasan Norma Kesehatan dan

Keselamatan Kerja. Jakarta: Depnaker.

Page 106: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi RI, Nomor : Kep-51/Men/1999 tentang Nilai Ambang batas

Faktor Fisika di Tempat Kerja, Jakarta.

Ditalia, 2011. Pengaruh Rokok Terhadap Pendengaran. Artikel

Djelantik-Soejoto, Ayu Bulantrisna. 2004. Memelihara Pendengaran, Menjaga

Kesehatan : http://www.kompas.com. Diakses pada tanggal 22 Mei 2010.

Gan, Sulistia. 1999. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Harrianto, Ridwan. Buku Ajar Kesehatan Kerja. EGC: Jakarta, 2009

Herman, Mulyadi. 2002. Studi Tentang Hubungan Gangguan Pendengaran Pekerja Di

PT. Petrochina Tahun 2002. Depok. Program Studi Magister Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

Iskandar N., 1996. Kebisingan dan Kesehatan Telinga, Majalah Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Vol. XXIX No.3 Juli-September 1996.

Istantyo, Dan. 2011. Skripsi. Pengaruh Dosis Kebisingan dan Faktor Determinan

Lainnya Terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Operator PLTU

Unit 1-4 PT. Indonesia Power UBP. Suralaya.

Jenny, Basharudin dan Indro, soetirto. Gangguan Pendengaran akibat Bising dalam

THT kepala leher. Edisi ke 6. 2007: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jeyaratman J., Koh david, 1996. Auditory Effects : Texbook of Occupational Medicine.

Komnas PGPKT., 2011, Sayangi Pendengaran Anda, BKKKS, Batam.

Page 107: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Leksono, Rangga Adi. 2009. Tesis. Gambaran Kebisingan di Area Kerja Shop C-D Unit

Jembatan Usaha PT.Bukaka Teknik Utama.

Mesie, Billy, 2003. Tuli Bisa Datang Bertahap atau Tiba-tiba, Media Indonesia, Jakarta.

Nasri S.M, 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja,

Pusat Kajian dan Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

National Safety Council, 1975. Industrial Noise and Hearing Conservation, Chicago.

Pearce Evelyn C. 202. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.

P.K Suma’mur, 1992. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. CV. Haji

Masagung, Jakarta.

Practice, World Scince, Publishing Co.Pte.Ltd.Singapore-NewJersey-London-

Hongkong.

PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI, Balongan, 2009. Pedoman Program

Conservasi Pendengaran, Indramayu, Jawa Barat.

Rambe, Andriana Yuniati Murni. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Usu Digital

Library: FK Bagian Ilmu Penyakit THT Universitas Sumatra Utara, 2003.

Sasongko, Dwi P. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sherwood L, 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem (Human Physiology : From

Cell to Systems). Trans. Jakarta.

Siswanto .A. 1983. Alat Pelindung Diri. Majalah Hygene perusahaan kesehatan dan

keselamatan kerja. XIV.

Page 108: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Srisantyorini, Triana. Tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran pada

karyawan PT. friesche vlag Indonesia tahun 2002. Tesis. Pasca Sarjana Prodi

Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKM, Universitas Indonesia. 2002.

Stellman, Jeanne Mager, 1998. Encyclopedia of Occupational health and Safety,

Internatinal Labour Office, Geneva.

Subaris Heru, Haryono. 2007. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta : Mitra Cendikia

press.

World Health Organization, 1980, Environmental Health Criteria, Noise, Geneva.

Widana, I Dewa Ketut Kerta. Pengaruh Kebisingan terhadap Terjadinya Gangguan

Pendengaran Pada Pekerja Teknisi (Ground Crew) Pesawat Tempur TNI AU di

Lanud Iswahyudi Tahun 2006. Tesis. Pasca Sarjana Prodi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, FKM, Universitas Indonesia. 2006.

Page 109: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Assalamualaikum Wr, Wb.

Bersama ini, saya mahasiswa Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Program Studi

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, ingin menyampaikan bahwa ingin melaksanakan penelitian dengan judul “Faktor-

faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pekerja unit utilities PT.Pertamina (Persero)

Refinery Unit VI Balongan, Indramayu tahun 2014.” Yang merupakan penelitian untuk skripsi syarat S1

Kesehatan Masyarakat. Untuk itu, Saya mohon kesediaan anda untuk menjawab pertanyaan dibawah ini

dengan jujur tanpa pengaruh dari pihak manapun, karena jawaban anda dapat mencerminkan keadaan

yang sebenarnya sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan program Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) diperusahaan tempat anda bekerja. Saya menjamin kerahasiaan atas jawaban

yang saudara berikan.

Atas perhatian dan kerjasama saudara, saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,

Riki Akbar

Kuesioner Penelitian

No. Responden : ………………….(Di isi Peneliti)

Nama : …………………………………..

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

NIP/No Pekerja : …………………………………..

Unit/Bagian Kerja : …………………………………..

Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3)

Penelitian

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pekerja unit utilities

PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu tahun 2014.”

Page 110: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

A. Gangguan Pendengaran

1. Status gangguan pendengaran anda? (Dilakukan tes Audiometri)

…………………………………… A1[ ]

2. Apakah akhir-akhir ini anda merasa ada gangguan pendengaran dalam berkomunikasi?

1. Ya 2. Tidak A2[ ]

3. Apakah telinga anda sering berdenging?

1. Ya 2. Tidak A3[ ]

4. Apakah anda terganggu bekerja dalam suasana bising ?

1. Ya 2. Tidak A4[ ]

B. Dosis Kebisingan

1. Dosis kebisingan anda ? (Dilakukan pengukuran)

……………………………… B1[ ]

C. Masa Kerja

1. Mulai tahun berapa anda bekerja di bagian tersebut?

…………………………………………… C1[ ]

2. Sebelum anda bekerja dibagian sekarang, di bagian manakah anda bekerja?

………………………………………….... C2[ ]

3. Apakah di bagian anda bekerja mengalami kebisingan saat anda bekerja?

1. Ya 2. Tidak C3[ ]

D. Usia Pekerja

1. Tanggal, bulan dan tahun berapa anda lahir?

……………………………………… D1[ ]

Page 111: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

E. Kebiasaan Merokok

1. Apakah anda merokok? (Jika ya, ke pertanyaan ke-3)

1.Merokok 2. Tidak Merokok E1[ ]

2. Jika tidak, apakah anda pernah merokok sebelumnya?

1. Ya 2. Tidak E2[ ]

3. Mulai tahun berapa anda merokok?

………………………………….. E3[ ]

4. Sejak tahun berapa anda berhenti merokok? (jika masih merokok, kepertanyaan ke-5)

………………………………….. E4[ ]

5. Berapa banyak batang rokok yang anda habiskan setiap hari?

……………………………….batang/hari E5[ ]

F. Pemakaian APT

1. Apakah anda menggunakan earplug saat bekerja? (jika tidak pernah, berhenti d isini)

1. Tidak Pernah 2. Kadang-kadang 3.Selalu F1[ ]

2. Disaat situasi seperti apa anda menggunakan earplug?

…………………………………………………… F2[ ]

3. Apakah anda menggunakan earplug dengan baik dan benar?

1. Tidak 2. Ya F3[ ]

4. Apakah sebelum mengunakan earplug anda mencuci tangan anda?

1. Tidak 2. Ya F4[ ]

-Terima kasih-

Page 112: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

DOKUENTASI PENGUKURAN DOSIS KEBISINGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT

PND (PERSONAL NOISE DOSIMETER)

Page 113: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

FREQUENCIES VARIABLES=masa_kerja pemakaian_APT status_merokok usia Gangguan_Kebisingan Dosis_Kebisia

ngan

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Masa Kerja

Pekerja

Pemakaian Alat

Pelindung

Telinga

Status Merokok

Pekerja Usia Pekerja

Gangguan

Pendengaran

Pada Pekerja Dosis Kebisingan

N Valid 55 55 55 55 55 55

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Masa Kerja Pekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih dari 10 tahun 30 54.5 54.5 54.5

kurang dari sama dengan 10

tahun 25 45.5 45.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

Pemakaian Alat Pelindung Telinga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak pernah 19 34.5 34.5 34.5

kadang-kadang 21 38.2 38.2 72.7

selalu 15 27.3 27.3 100.0

Total 55 100.0 100.0

Page 114: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Status Merokok Pekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid merokok 34 61.8 61.8 61.8

tidak merokok 21 38.2 38.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

Usia Pekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih dari 40 tahun 16 29.1 29.1 29.1

kurang dari sama dengan 40

tahun 39 70.9 70.9 100.0

Total 55 100.0 100.0

Gangguan Pendengaran Pada Pekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid menderita gangguan 16 29.1 29.1 29.1

tidak menderita gangguan 39 70.9 70.9 100.0

Total 55 100.0 100.0

Dosis Kebisingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih dari 100 persen 30 54.5 54.5 54.5

kurang dari sama dengan

100 persen 25 45.5 45.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

Page 115: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

CROSSTABS

/TABLES=masa_kerja pemakaian_APT status_merokok usia Dosis_Kebisiangan BY Gangguan_Kebisingan

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK

/CELLS=COUNT ROW

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Masa Kerja Pekerja * Gangguan Pendengaran Pada

Pekerja 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%

Pemakaian Alat Pelindung Telinga * Gangguan

Pendengaran Pada Pekerja 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%

Status Merokok Pekerja * Gangguan Pendengaran Pada

Pekerja 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%

Usia Pekerja * Gangguan Pendengaran Pada Pekerja 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%

Dosis Kebisingan * Gangguan Pendengaran Pada Pekerja 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%

Masa Kerja Pekerja * Gangguan Pendengaran Pada Pekerja

Crosstab

Gangguan Pendengaran Pada Pekerja

Total

menderita gangguan

tidak menderita

gangguan

Masa Kerja Pekerja lebih dari 10 tahun Count 10 20 30

% within Masa Kerja

Pekerja 33.3% 66.7%

100.0

%

kurang dari sama dengan 10

tahun

Count 6 19 25

% within Masa Kerja

Pekerja 24.0% 76.0%

100.0

%

Total Count 16 39 55

% within Masa Kerja

Pekerja 29.1% 70.9%

100.0

%

Page 116: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .576a 1 .448

Continuity Correctionb .212 1 .645

Likelihood Ratio .581 1 .446

Fisher's Exact Test .556 .324

Linear-by-Linear Association .565 1 .452

N of Valid Casesb 55

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.27.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Masa Kerja

Pekerja (lebih dari 10 tahun /

kurang dari sama dengan 10

tahun)

1.583 .481 5.210

For cohort Gangguan

Pendengaran Pada Pekerja =

menderita gangguan

1.389 .587 3.288

For cohort Gangguan

Pendengaran Pada Pekerja =

tidak menderita gangguan

.877 .627 1.227

N of Valid Cases 55

Page 117: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Dosis Kebisingan * Gangguan Pendengaran Pada Pekerja

Crosstab

Gangguan Pendengaran Pada

Pekerja

Total

menderita

gangguan

tidak menderita

gangguan

Dosis Kebisingan lebih dari 100 persen Count 16 14 30

% within Dosis Kebisingan 53.3% 46.7% 100.0%

kurang dari sama dengan 100

persen

Count 0 25 25

% within Dosis Kebisingan .0% 100.0% 100.0%

Total Count 16 39 55

% within Dosis Kebisingan 29.1% 70.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 18.803a 1 .000

Continuity Correctionb 16.307 1 .000

Likelihood Ratio 24.871 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 18.462 1 .000

N of Valid Casesb 55

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.27.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Gangguan

Pendengaran Pada Pekerja =

tidak menderita gangguan

.467 .318 .684

N of Valid Cases 55

Page 118: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Usia Pekerja * Gangguan Pendengaran Pada Pekerja

Crosstab

Gangguan Pendengaran Pada

Pekerja

Total

menderita

gangguan

tidak menderita

gangguan

Usia Pekerja lebih dari 40 tahun Count 6 10 16

% within Usia Pekerja 37.5% 62.5% 100.0%

kurang dari sama dengan 40

tahun

Count 10 29 39

% within Usia Pekerja 25.6% 74.4% 100.0%

Total Count 16 39 55

% within Usia Pekerja 29.1% 70.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .773a 1 .379

Continuity Correctionb .305 1 .581

Likelihood Ratio .753 1 .386

Fisher's Exact Test .515 .286

Linear-by-Linear Association .759 1 .384

N of Valid Casesb 55

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.65.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Usia Pekerja

(lebih dari 40 tahun / kurang

dari sama dengan 40 tahun)

1.740 .503 6.021

For cohort Gangguan

Pendengaran Pada Pekerja =

menderita gangguan

1.462 .639 3.348

Page 119: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

For cohort Gangguan

Pendengaran Pada Pekerja =

tidak menderita gangguan

.841 .551 1.282

N of Valid Cases 55

Status Merokok Pekerja * Gangguan Pendengaran Pada Pekerja

Crosstab

Gangguan Pendengaran Pada Pekerja

Total

menderita gangguan

tidak menderita

gangguan

Status Merokok Pekerja merokok Count 10 24 34

% within Status Merokok

Pekerja 29.4% 70.6% 100.0%

tidak merokok Count 6 15 21

% within Status Merokok

Pekerja 28.6% 71.4% 100.0%

Total Count 16 39 55

% within Status Merokok

Pekerja 29.1% 70.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .004a 1 .947

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .004 1 .947

Fisher's Exact Test 1.000 .598

Linear-by-Linear Association .004 1 .947

N of Valid Casesb 55

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.11.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 120: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Status

Merokok Pekerja (merokok /

tidak merokok)

1.042 .314 3.459

For cohort Gangguan

Pendengaran Pada Pekerja =

menderita gangguan

1.029 .438 2.417

For cohort Gangguan

Pendengaran Pada Pekerja =

tidak menderita gangguan

.988 .699 1.398

N of Valid Cases 55

Pemakaian Alat Pelindung Telinga * Gangguan Pendengaran Pada Pekerja

Crosstab

Gangguan Pendengaran Pada

Pekerja

Total

menderita

gangguan

tidak menderita

gangguan

Pemakaian Alat Pelindung

Telinga

tidak pernah Count 8 11 19

% within Pemakaian Alat

Pelindung Telinga 42.1% 57.9% 100.0%

kadang-kadang Count 6 15 21

% within Pemakaian Alat

Pelindung Telinga 28.6% 71.4% 100.0%

selalu Count 2 13 15

% within Pemakaian Alat

Pelindung Telinga 13.3% 86.7% 100.0%

Total Count 16 39 55

% within Pemakaian Alat

Pelindung Telinga 29.1% 70.9% 100.0%

Page 121: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25648/1/Riki... · Gangguan pendengaran akibat bising ialah disebabkan akibat

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 3.368a 2 .186

Likelihood Ratio 3.555 2 .169

Linear-by-Linear Association 3.303 1 .069

N of Valid Cases 55

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 4.36.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Pemakaian

Alat Pelindung Telinga (tidak

pernah / kadang-kadang)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.