139
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2013) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: ANJAR NOFIANI 1111101000052 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1463 H/ 2015 M

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

ANEMIA PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI INDONESIA

(ANALISIS DATA RISKESDAS 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

ANJAR NOFIANI

1111101000052

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1463 H/ 2015 M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

i

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, Juni 2015

Anjar Nofiani, NIM : 1111101000052

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Balita Usia 12-59 Bulan di

Indonesia (Analisis data Riskesdas 2013)

xvi + 122 halaman, 9 tabel, 2 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK

Prevalensi anemia pada balita di Indonesia mengalami peningkatan dari

tahun 2006 sebesar 26,3% menjadi 28,1% pada tahun 2013. Diketahui bahwa

anemia dapat berdampak pada perkembangan dan fungsi kognitif yang terhambat

serta menurunkan fungsi imun. Hasil penelitian menunjukkan anemia balita dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor baik disebabkan karena karakteristik balita itu

sendiri, faktor maternal, maupun sosiodemografi. Namun masih terdapat hasil

penelitian yang kontradiktif sehingga penelitian ini perlu dilakukan agar dapat

diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia balita di Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor

yang berhubungan dengan anemia pada balita. Penelitian ini merupakan analisis

lanjut dari Riskesdas tahun 2013. Desain yang digunakan adalah cross-sectional

dengan jumlah responden 884 ibu balita. Kemaknaan hubungan dilihat

menggunakan tingkat kepercayaan 95% Confidence Interval (CI) yang diperoleh

dari uji chi square.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa prevalensi anemia balita

mencapai 31,56%. Umur balita kurang dari 36 bulan [OR 2,62 (1,96-3,50)],

BBLR [OR 2,62 (1,96-3,50)], sunting [OR 1,36 (1, 01-1,85)], dan tidak Imunisasi

DPT [OR 1,80 (1,15-2,84)] berhubungan signifikan dengan kejadian anemia

balita.

Oleh karena itu disarankan kepada Dinas Kesehatan di kabupaten/kota

untuk melakukan pemeriksaan anemia usia 9-12 bulan dan usia 15-18 bulan atau

pemeriksaan tambahan setiap 1 tahun sekali pada usia 2-5 tahun sebagai bagian

dari upaya penyelenggaraan Kesehatan Ibu dan Anak.

Daftar Bacaan :64 (1997 – 2015)

Kata Kunci : Anemia, balita, prevalensi, faktor yang berhubungan

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

iii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

SPECIALIZATION OF EPIDEMIOLOGY

Undergraduate Thesis, June 2015

Anjar Nofiani, NIM : 1111101000052

Associated Factors with Anemia Among Toddler 12–59 Months Old In Indonesia

(Basic Health Survey 2013)

xvi+ 122 pages, 9 tables, 2 chart,3 attachments

ABSTRACT

The prevalence with Anemia in Indonesia has increased from 26,3% in

2006 to 28,1% in 2013. It is well known that anemia leads to damaging

consequences such as hindered physical and cognitive development and weakened

immune system. The results showed anemic children can be affected by various

factors caused both children characteristic, maternal and sociodemographic

factors. Previous study showed contadictive result, so that this research needs to

be done in order to know the associated factors of anemia among toddler in

Indonesia.

The purpose of this study were to determine the prevalence and associated

factors with anemia among toddler. This study is a further analysis of basic health

survey 2013. The design was cross-sectional with a number of respondents was

884 mothers. Significance relationship seen using 95% Confidence Interval (CI)

were obtained from the chi square test.

Based on the result, prevalence of anemia was 31,56%. Aged less than 36

months [OR 2.62 (1.96 to 3.50)], LBW [OR 2.62 (1.96 to 3.50)], stunting [OR

1.36 (1, 01- 1.85)], and no Immunization DPT [OR 1.80 (1.15 to 2.84)] were

significantly associated with anemia.

It is recommended to the Health Department in the district to check

hemoglobin initially between the ages of 9 to 12 months and 15-18 months or

screening between the ages of 1 and 5 years to effort implementation of Maternal

and Child Health Care.

References : 64 (1997 – 2015)

Keywords : Anemia, toddlers, prevalence, associated factors

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA

BALITA USIA 12-59 BULAN DI INDONESIA TAHUN 2013 (ANALISIS

DATA RISKESDAS 2013)

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Juli 2015

Mengetahui

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

v

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Anjar Nofiani

TTL : Bogor, 22 November 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Direktorat Polisi Satwa RT 02/ RW 14 No. 32 Depok

No.Tlp : 081806215939

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2011-sekarang : S1- Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

2008-2011 : SMK Analis Kesehatan DITKESAD, Jakarta Timur

2005-2008 : SMPN 103 Jakarta Timur

1999-2005 : SDN Tugu 5 Kota Depok

Publikasi Jurnal

2015 : Pengetauan, Sikap dan Perilaku Ibu Terkait Pemberian

Imunisasi pada anak 12-48 bulan di Kecamatan Pamulang,

Kota Tangerang Selatan Tahun 2013 (Presentasi oral di

Bangkok, Thailand)

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

vii

Pengalaman Penelitian

2015 : Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada balita

usia 12-59 bulan di Indonesia (Analisis data Riskesdas 2013)

2014 : Masalah kesehatan perempuan dan pencarian pengobatan pada

mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

2014 Penyusunan Rencana Program Penanggulangan Status Gizi

Kurang Dan Gizi Buruk Pada Balita Di Kelurahan Bakti Jaya,

Muncul Keranggan Kecamatan Setu, Kota Tanggerang

Selatan Tahun 2014 (pendekatan one health)

2014 Cakupan Layanan Posyandu Terkait Gizi dan Analisis Spasial

Luas Jangkauan Layanan Posyandu Pada Kasus Gizi Kurang

dan Gizi Buruk Balita (Studi Ekologi Di Kelurahan

Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan Tahun

2014)

2014 : Peran Pusat Penanggulangan Krisis Regional Jakarta dalam

Manajemen Bencara tahun 2013

2013 : Pelaksanaan Surveilans Kanker Payudara di Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Selatan Tahun 2013

2013 : Pengetauan, Sikap dan Perilaku Ibu Terkait Pemberian

Imunisasi pada anak 12-48 bulan di Kecamatan Pamulang,

Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

Pengalaman Organisasi

2013-2014 : Anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia

Epidemiologi Student Assosiation (ESA)

Pengalaman Kepanitiaan

2014 : Anggota tim riset Seminar Profesi Kesehatan Masyarakat

Peminatan Epidemiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Kerja

2015 : Praktik Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan Kota Depok

2014 : Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas Ciputat Timur,

Kota Tanggerang Selatan

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

viii

2014 : Orientasi Kerja di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan

2011 : Freelancer tenaga analis kesehatan di Tirta Medical Center

Laboratorium Kuningan

2011 : Freelancer tenaga pengajar di Rumah Baca Panter, Depok

2010 : Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium Rumah Sakit Haji

Jakarta

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas rahmat dan karuniaNya sehingga laporan

penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan skripsi dengan

judul ―Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada balita usia 12-59

bulan di Indonesia tahun 2013” ditujukan untuk menjelaskan secara ilmiah faktor-

faktor apa saja yang berhubungan dengan anemia pada balita di Indonesia,

sehingga kedepannya diharapkan dapat dilaksanakan penanggulangan dan

pengendalian yang tepat.

Penulis sangat menyadari bahwa laporan skripsi ini tidak akan terselesaikan

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Orangtua yang senantiasa memberikan dukukungan moral, materi dan doa

yang tiada henti sehingga penulis menjadi lebih bersemangat dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini.

2. Ibu Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D dan Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran, arahan dan

motivasi.

3. Laboratorium data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik

Indonesia yang telah memenuhi permintaan data Riskesdas tahun 2013

sebagai bahan penelitian.

4. Ibu Febrianti , M.Si, ibu Catur Rosidati, MKM, dan Ibu Farihah Sulasiah,

MKes, selaku dosen penguji sisang skripsi yang telah memberikan saran dan

arahan untuk perbaikan.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

x

5. Ibu Iting Shofwati, MKKK selaku dosen penasihat akademik yang telah

memberikan saran dan motivasi selama proses perkuliahan.

6. Seluruh teman-teman kesmas angakatan 2011 khususnya untuk peminatan

epidemiologi yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan skripsi

ini, dimana tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Dalam pembuatan skripsi ini tentu masih memiliki keterbatasan dan perlu

perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kemajuan penelitian selanjutnya.

Ciputat, Juni 2015

Anjar Nofiani

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

xi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT sang

pencipta alam semesta kupersembahkan tulisan ini untuk

setiap tetes keringat dan letih bapak yang tiada terhitung

untukku dan untuk setiap doa dan pelukan hangat dari

mama. Terimakasih atas kasih sayang yang selalu kalian

berikan untukku, tiada kata yang mampu menggambarkan

rasa syukurku memiliki orangtua seperti kalian. Tak

mungkin dapat terbalaskan hanya dengan selembar kertas

ini. Namun semoga ini menjadi langkah awal untuk

membuat kalian bangga…

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................. Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 17

A. Latar Belakang ........................................................................................ 17

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1. Tujuan Umum ........................................................................................ 5

2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

1. Manfaat bagi Kementrian Kesehatan ...................................................... 6

2. Manfaat bagi Dinas Kesehatan di Indonesia ........................................... 6

3. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................... 6

F. Ruang lingkup ........................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

A. Anemia ..................................................................................................... 7

1. Definisi Anemia ..................................................................................... 7

2. Etiologi Anemia ..................................................................................... 7

B. Karakteristik Balita ................................................................................. 10

1. Umur Balita ......................................................................................... 10

2. Jenis Kelamin ...................................................................................... 11

3. Berat Badan Lahir ................................................................................ 12

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

xiii

4. Riwayat Penyakit Malaria .................................................................... 12

5. Status Gizi ........................................................................................... 14

6. Status Pemberian Vitamin A ................................................................ 16

7. Status Imunisasi DPT ........................................................................... 17

C. Faktor Maternal ....................................................................................... 17

1. Pendidikan Ibu ..................................................................................... 17

2. Pekerjaan Ibu ....................................................................................... 19

3. Umur Ibu ............................................................................................. 20

D. Sosiodemografi ....................................................................................... 21

1. Jumlah Keluarga .................................................................................. 21

2. Tempat Tinggal ................................................................................... 22

E. Kerangka Teori ....................................................................................... 24

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL DAN HIPOTESIS

.......................................................................................................................... 25

A. Kerangka Konsep .................................................................................... 25

B. Definisi Oprasional ................................................................................. 26

C. Hipotesis ................................................................................................. 30

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 31

A. Desain penelitian ..................................................................................... 31

B. Waktu dan lokasi penelitian ..................................................................... 31

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 31

D. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 35

E. Pengukuran Variabel Penelitian ............................................................... 36

F. Manajemen Data ..................................................................................... 39

G. Analisis Data ........................................................................................... 44

BAB V HASIL .................................................................................................. 46

A. Prevalensi Kejadian Anemia pada Balita di Indonesia Tahun 2013 .......... 46

B. Gambaran Kejadian Anemia berdasarkan Karakteristik Balita di Indonesia

Tahun 2013 .................................................................................................... 46

C. Gambaran Kejadian Anemia berdasarkan Faktor Maternal dan Faktor

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013 ............................... 48

D. Hubungan Kejadian Anemia dengan Karakteristik Balita di Indonesia

Tahun 2013 .................................................................................................... 50

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

xiv

E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor

Sosiodemografi pada Balita di Indonesia Tahun 2013 ..................................... 52

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................. 55

F. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 55

G. Prevalensi Kejadian Anemia pada Balita di Indonesia Tahun 2013 .......... 56

H. Gambaran Kejadian Anemia Berdasarkan Karakteristik Balita di Indonesia

Tahun 2013 .................................................................................................... 59

D. Gambaran Kejadian Anemia Berdasarkan Faktor Maternal dan

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013 ............................... 64

E. Hubungan Kejadian Anemia Berdasarkan Karakteristik Balita di Indonesia

Tahun 2013 .................................................................................................... 68

F. Hubungan Kejadian Anemia Berdasarkan Faktor Maternal dan

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013 ............................... 81

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 89

A. Simpulan ................................................................................................. 89

B. Saran ....................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 92

LAMPIRAN ...................................................................................................... 97

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Kaerangka Teori ............................................................................... 24

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep ............................................................................. 25

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Jumlah Sampel Penelitian ................................................................. 34

Tabel 4. 2 Variabel dan Kuesioner .................................................................... 40

Tabel 4. 3 Pengkodean Ulang Data Penelitian ................................................... 41

Tabel 4. 4 Variabel Baru dalam Data Penelitian ................................................ 43

Tabel 5. 1 Prevalensi Kejadian Anemia pada Balita di Indonesia Tahun 2013 ... 46

Tabel 5. 2 Distribusi Kejadian Anemia berdasarkan Karakteristik Balita di

Indonesia Tahun 2013....................................................................... 46

Tabel 5. 3 Distribusi Kejadian Anemia berdasarkan Faktor Maternal dan Faktor

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013 ................. 49

Tabel 5. 4 Hubungan Kejadian Anemia dengan Karakteristik Balita di Indonesia

Tahun 2013 ...................................................................................... 50

Tabel 5. 5 Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013 ................. 53

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara global, prevalensi anemia pada anak-anak usia pra-sekolah

berdasarkan laporan WHO tahun 1993-2005 mencapai 47,4% (WHO,2008),

sedangkan di Indonesia berdasarkan survei masalah gizi mikro di 10 provinsi

pada tahun 2006 menemukan 26,3% balita mengalami anemia (Kemenkes,

2013). Prevalensi anemia balita di Indonesia mengalami peningkatan pada

tahun 2013 menjadi 28,1% berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) (Kemenkes RI, 2013). Selain itu hasil South East Asian

Nutritional Survey (SEANUTS) pada tahun 2011 menemukan angka

prevalensi anemia di Indonesia pada anak berusia < 2 tahun sebesar 55%

(Sandjaja dkk, 2013).

Penelitian Santos (2011) menjelaskan bahwa anemia mengakibatkan

kurangnya asupan oksigen ke jaringan tubuh terutama jaringan otak. Pada

anak-anak di bawah usia lima tahun kekurangan oksigen ke jaringan otak

dapat mengakibatkan menurunnya fungsi kognitif, menghambat pertumbuhan

dan perkembangan psikomotorik. Hal ini juga telah dibuktikan dengan

eksperimen pada hewan percobaan, hasilnya menunjukkan bahwa hewan yang

anemia mengalami penurunan aktivitas spontan (Booth dan Auket, 1997).

Anemia pada balita juga dapat menganggu sistem imun sehingga mudah

terserang penyakit infeksi (Sanou dan Ngnie-Teta, 2012).

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

2

Anemia pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor. Fakor yang dapat

mempengaruhi terjadinya anemia yaitu karakteristik balita itu sendiri seperti

usia (Ayoya dkk, 2013; Leite dkk, 2013; Ewusie dkk, 2014; Santos dkk, 2011)

jenis kelamin (Habte dkk, 2013; Baranwal dkk, 2014), berat badan lahir (Leite

dkk, 2013), riwayat penyakit malaria (Ewusie dkk, 2014; Green dkk, 2011),

status gizi balita berdasarkan indikator berat badan per usia (BB/U) (Leite

dkk, 2013), tinggi badan per usia (TB/U) (Ayoya dkk, 2013), berat badan per

tinggi badan (BB/TB) (Leite dkk, 2013), vitamin A (Semba dkk, 2002; Habte

dkk, 2013; Amati dkk, 2013) dan imunisasi DPT (Habte dkk, 2013). Namun,

beberapa penelitian tidak menemukan hubungan antara usia balita (Habte dkk,

2013), jenis kelamin (Kumar dkk, 2014; Ewusie dkk, 2014), berat badan lahir

(Ewusie dkk, 2014), riwayat penyakit malaria (Kounnavong dkk, 2011; Leite

dkk, 2013), BB/U (Ayoya dkk, 2013), TB/U (Leite dkk, 2013) BB/TB (Ayoya

dkk, 2013) dan vitamin A (Woodruff dkk, 2005).

Selain karakteristik balita, faktor maternal dapat menjadi fakor risiko

anemia balita. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia

balita ditemukan lebih besar pada ibu yang tidak sekolah (Leite dkk, 2013;

Habte dkk, 2013; Baranwal dkk, 2014). Pada penelitian di populasi lain, anak-

anak akan semakin berisiko tinggi mengalami anemia apabila memiliki ibu

yang buta huruf (Assefa dkk, 2014; Guatema dkk, 2014). Selain itu, anemia

balita ditemukan lebih tinggi pada ibu yang bekerja (Baranwal dkk, 2014).

Akan tetapi tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara anemia

balita dengan status pekerjaan ibu (Kounnavong dkk, 2011). Anemia pada

balita juga ditemukan lebih besar pada kelompok usia ibu yang lebih muda,

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

3

yaitu 15-19 tahun (Habte dkk, 2013). Namun, berdasarkan penelitian di Brazil

dan Kuwait tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anemia pada balita

dengan usia ibu (Konstantyner dkk, 2011; Al-Qaoud dkk, 2014).

Selain faktor maternal, status sosial dan demografi juga dapat

mempengaruhi anemia pada balita. Jumlah keluarga 5 juga memiliki

hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia pada balita (Leite dkk,

2013) anak-anak yang berasal dari jumlah keluarga <5 memiliki efek proteksi

terhadap anemia (Guatema dkk, 2014). Prevalensi anemia di Indonesia pada

wilayah perkotaan ditemukan lebih tinggi yaitu 30,3% dibandingan dengan

wilayah pedesaan yaitu sebesar 25,8% (Kemenkes RI, 2013). Akan tetapi

penelitian di negara Malaysia, India dan Kenya menemukan bahwa wilayah

pedesaan lebih berisiko untuk menimbulkan anemia (Ngui dkk, 2012; Foote

dkk, 2013; Baranwal dkk, 2014).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, masih terdapat hasil yang

kontradiktif, sehingga penelitian ini perlu dilakukan agar dapat diketahui

dengan jelas faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia balita di

Indonesia. Penelitian ini menggunakan data survei Riskesdas tahun 2013 yang

dapat mencakup seluruh wilayah di Indonesia sebagai bahan analisis. Analisis

ini dapat memberikan gambaran awal faktor yang dapat mempengaruhi

anemia pada balita di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Prevalensi anemia pada balita di Indonesia mengalami peningkatan

berdasarkan survei dari tahun 2006 dan tahun 2013. Hasil penelitian

menunjukkan anemia balita dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

4

disebabkan karena karakteristik balita itu sendiri, faktor maternal, maupun

sosiodemografi. Walaupun begitu beberapa peneilitian justru menunjukkan

hasil yang kontradiktif terhadap hal tersebut sehingga belum ada konsistensi

terkait faktor risiko anemia balita, sehingga penelitian untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia balita di Indonesia dirasa

penting untuk dilakukan.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimankah prevalensi kejadian anemia balita di Indonesia berdasarkan

data Riskesdas tahun 2013?

2. Bagaimanakah distribusi kejadian anemia balita berdasarkan karakteristik

balita (jenis kelamin, usia, berat badan lahir, riwayat penyakit malaria,

status gizi, status pemberian vitamin A dan status imunisasi DPT) di

Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013?

3. Bagaimanakah distribusi kejadian anemia balita berdasarkan faktor

maternal (pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan usia ibu) dan faktor

sosiodemografi (jumlah keluarga dan tempat tinggal) di Indonesia

berdasarkan data Riskesdas tahun 2013?

4. Bagaimanakah hubungan antara kejadian anemia balita dengan

karakteristik balita (usia, jenis kelamin, berat badan lahir, riwayat penyakit

malaria, status gizi, status pemberian vitamin A dan status imunisasi DPT)

di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013?

5. Bagaimanakah hubungan antara kejadian anemia balita dengan faktor

maternal (pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan usia ibu) dan faktor

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

5

sosiodemografi (status ekonomi, jumlah keluarga, tempat tinggal) di

Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada

balita usia 12-59 bulan di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun

2013.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya prevalensi kejadian anemia balita di Indonesia

berdasarkan data Riskesdas tahun 2013

b. Diketahuinya distribusi kejadian anemia balita berdasarkan

karakteristik balita (usia, jenis kelamin, berat badan lahir, riwayat

penyakit malaria, status gizi, status status pemberian vitamin A dan

status imunisasi DPT) di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun

2013

c. Diketahuinya distribusi kejadian anemia balita berdasarkan faktor

maternal (pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan usia ibu) dan faktor

sosiodemografi (jumlah keluarga dan tempat tinggal) di Indonesia

berdasarkan data Riskesdas tahun 2013

d. Diketahuinya hubungan antara kejadian anemia balita dengan

karakteristik balita (usia, jenis kelamin, berat badan lahir, riwayat

penyakit malaria, status gizi, status status pemberian vitamin A dan

status imunisasi DPT) di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun

2013

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

6

e. Diketahuinya hubungan antara kejadian anemia balita dengan faktor

maternal (pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan usia ibu) dan faktor

sosiodemografi (jumlah keluarga dan tempat tinggal) di Indonesia

berdasarkan data Riskesdas tahun 2013

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Kementrian Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

pembuatan program pencegahan dan penanggulangan masalah anemia di

Indonesia, khususnya dalam menentukan program yang tepat untuk

kesehatan balita.

2. Manfaat bagi Dinas Kesehatan di Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

memberikan intervensi yang tepat dalam menyelesaikan masalah anemia

pada balita di masing-masing wilayah otoritas dinas kesehatan.

3. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi terkait faktor

risiko kejadian anemia pada balita sebagai dasar pengembangan penelitian

lebih lanjut.

F. Ruang lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain

cross sectional. Penelitian ini dan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013 sebagai bahan analisis lanjut untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2015.

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

7

Responden dalam penelitian ini adalah wanita usia 10-54 tahun dan unit

analisisnya adalah balita usia 12-59 bulan yang berjumlah 884.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia

1. Definisi Anemia

Menurut WHO, anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel

darah merah atau kapasitas oksigen tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan fisiologis, yang bervariasi menurut umur, jenis kelamin,

ketinggian, merokok, dan status kehamilan (WHO, 2014). Anemia adalah

penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin

di dalam sirkulasi darah. Anemia dapat terjadi pada semua tahap

kehidupan, tetapi lebih umum terjadi pada anak-anak dan wanita hamil.

Berikut adalah kategori status anemia berdasarkan kadar hemoglobin pada

balita usia 6-59 bulan (WHO, 2008):

a. Normal : 11 gr/dl

b. Anemia ringan : 10-10,9 gr/dl

c. Anemia sedang : 7-9,9 gr/dl

d. Anemia berat : < 7 gr/dl

2. Etiologi Anemia

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu gangguan

pembentukan eritrosit, perdarahan dan hemolisis. Gangguan pembentukan

eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral

(besi, tembaga), vitamin (A, B12, asam folat), asam amino, serta gangguan

pada sumsum tulang. Kemudian perdarahan baik akut maupun kronis

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

9

mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi darah

yang menyebabkan anemia serta hemolisis yaitu proses penghancuran

eritrosit (Hensbroek dkk, 2010).

Pendapat lain mengatakan bahwa anemia dapat diklasifikasikan

menurut produksi eritrosit (eritropoiesis) yaitu sebagai akibat gangguan

proliferasi prekursor-sel darah merah atau saat pematangan eritrosit,

meningkatnya proses penghancuran sel darah merah (hemolisis) atau

kehilangan darah atau keduanya. Proses ini secara umum ditentukan oleh

gizi, penyakit menular, dan genetik. Meskipun defisiensi besi diduga

menjadi penyebab utama anemia, namun keterbatasan indikator dalam

mengukur status zat besi pada tingkat populasi dan keterbatasan data yang

ada, sehingga defisiensi besi hanya diperkirakan saja (Balarajan, 2011).

Sembulingan dkk (2011) juga berpendapat bahwa secara umum

anemia disebabkan karena penurunan produksi sel darah merah,

peningkatan hemolisis dan perdatahan. Klasifikasi anemia dapat dibagi

menjadi dua, yaitu berdasarkan morfolgi dan etiologinya. Morfologi

klasifikasi yaitu berdasarkan ukuran dan warna sel darah merah.

Sedangkan berdasarkan etiologinya anemia dibagi menjadi anemia

hemoragik, anemia hemoloitk, anemia defisiensi zat gizi, anemia aplastik

dan anemia akibat penyakit kronis.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

10

B. Karakteristik Balita

1. Umur Balita

Umur balita memiliki keterikatan dengan kejadian anemia. Balita

yang memiliki usia lebih tua dapat memiliki tingkat toleransi yang lebih

baik terhadap makanan yang mengandung besi serta peningkatan

kekebalan tubuh sehingga terlindungi dari penyakit infeksi yang dapat

menyebabkan anemia (Habte dkk, 2013). Beberapa penelitian menemukan

hubungan yang signifikan dengan umur balita (Leal dkk, 2011; Ayoya

dkk, 2013; Ewusie dkk, 2014; Santos dkk, 2011) dan balita yang berumur

<24 bulan lebih berisiko menderita anemia (Foote dkk, 2013). Pada hasil

penelitian di kota Gaza, Palestina, rata-rata anak-anak dalam komunitas ini

adalah 1,75 tahun, penjelasan mengenai penurunan kadar hemoglobin pada

anak-anak ini yaitu anak-anak sedang berada pada periode ledakan

pertumbuhan yang cepat tetapi kebutuhan gizi untuk pembentukan sel

darah merah tidak terpenuhi (Alzain, 2012).

Kelompok umur dibawah 24 bulan berisiko 2,6 kali lebih besar

mengalami anemia (p : 0,000 CI 1,7-3,8) (Assefa dkk, 2014). Berdasarkan

hasil penelitian, semakin tua umur anak maka akan memiliki efek proteksi

terhadap anemia (Leite dkk, 2013). Hal ini juga didukung oleh hasil

penelitian Shinoda (2012), semakin muda umur anak maka semakin tinggi

risikonya mengalami anemia. Anemia juga lebih banyak ditemukan pada

anak-anak usia 12-17 bulan dibandingkan dengan anak-anak usia 36-59

bulan (Singh dan Patra, 2014).

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

11

Namun penelitian di Ethiopia tidak menemukan hubungan yang

signifikan antara umur balita dengan anemia (Habte dkk, 2013). Penelitian

di Kuwait juga menemukan bahwa kelompok umur 5 tahun secara statistik

lebih tinggi di bandingkan dengan kelompok umur 4 tahun (p:0,038) (Al-

Qaoud dkk, 2014).

2. Jenis Kelamin

Salah satu faktor risiko anemia yaitu anak yang berjenis kelamin

laki-laki memiliki peningkatan risiko anemia dibandingkan dengan anak

perempuan. Seorang anak laki-laki ditemukan memiliki risiko lebih tinggi

untuk menderita anemia dari anak perempuan (OR: 1,215 (1,083, 1,362) p-

value <0.001) (Ngesa dan Mwambi, 2014). Penelitian lain juga

menemukan hubungan yang signifikan antara anemia dengan jenis

kelamin balita (Habte dkk, 2013; Baranwal dkk, 2014). Anak-anak laki-

laki lebih rentan terhadap anemia (Alzain, 2012). Pada anak laki-laki

rentan mengalami defisiensi zat besi dibanding anak perempuan karena

pertumbuhan yang lebih cepat pada bulan-bulan pertama kehidupan (Pita

dkk, 2014). Namun beberapa penelitian tidak menemukan hubungan

antara anemia dan jenis kelamin (Kumar dkk, 2014; Ewusie dkk, 2014).

Penelitian di Haiti menemukan bahwa anemia terjadi sedikit lebih

tinggi pada anak laki-laki di bandingkan dengan anak perempuan (Ayoya

dkk, 2013). Meskipun hasil penelitian tidak menemukan hubungan yang

signifikan, Penelitian Santos dkk (2011) juga menemukan prevalensi

anemia lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Pada

anak-anak kebutuhan terhadap besi cukup tinggi, tetapi mereka tidak dapat

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

12

mengatur pola makannya sendiri. Begitupun dengan penelitian di Papua

New Ginea tidak menemukan hubungan secara statistik antar jenis kelamin

balita dengan anemia (Shinoda dkk, 2012).

3. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir berhubungan dengan faktor maternal, ibu yang

mengalami anemia selama kehamilan cenderung untuk melahirkan anak

dengan berat badan lahir rendah (Leite dkk, 2013). Pada periode posnatal,

zat besi digunakan untuk pertumbuhan, proses konsumsi dan penyerapan

besi pada periode ini sangat cepat. Semakin cepat pertumbuhan, semakin

berisiko mengalami defisiensi zat besi. Anak-anak dengan berat lahir

rendah memiliki risiko lebih banyak. Pada kondisi ini mereka mulai

tumbuh dengan cadangan besi yang rendah, sedangkan terjadi

pertumbuhan posnatal yang cepat. Hubungan yang diamati antara berat

badan lahir rendah dan anemia pada anak usia 6-23 bulan menunjukkan

bahwa pencegahan berat bayi lahir rendah dapat mengurangi risiko

kematian dan anemia (Pita dkk, 2014). Namun penelitian lain tidak

menemukan hubungan antara anemia dan berat badan lahir rendah

(Konstantyner dkk, 2012).

4. Riwayat Penyakit Malaria

Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara anemia

dan riwayat penyakit malaria (Green dkk, 2011; Ewusie dkk, 2014).

Malaria merupakan penyumbang utama anemia di dunia. Meskipun

penyebab utama anemia dalam konteks malaria adalah hemolitik,

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

13

penelitian telah menunjukkan bahwa anemia akibat peradangan memiliki

peran penting dalam menimbulkan perubahan dalam distribusi dan

penyerapan zat besi (Shaw dan Frieman, 2011). Malaria memiliki

hubungan yang kuat dengan peningkatan prevalensi anemia karena

mekanisme penghancuran sel darah merah oleh parasit plasmodium. Akan

tetapi penelitian di Ethiopia tidak menemukan hubungan antara anemia

dan infeksi malaria. Hal ini dikarenakan rendahnya prevalensi malaria di

area penelitian. Meskipun begitu, anak yang menderita malaria 4,02 lebih

berisiko mengalami anemia (Gutema dkk, 2014).

Infeksi Plasmodium sp. menjadi infeksi yang dominan secara

signifikan menurunkan kadar hemogoblin dan meningkatkan risiko anemia

terlepas dari infeksi lain, umur dan jenis kelamin. Hasil analisis regresi

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan ketika anak-anak

terinfeksi > 5000 parasit/mikro liter darah. Semakin berat infeksinya

semakin berdampak pada rendahnya level hemoglobin. Siklus hidup

parasit plasmodium meningkatkan hemolisis sel darah merah secara

langsung atau pada proses inflamasi cytokine sehingga pada individu yang

terinfeksi, proses produksi sel darah merah yang baru tidak akan

mencukupi untuk mengganti sel darah yang rusak. Hasil penelitian lainnya

juga menemukan hubungan yang signifikan antara malaria dan anemia

0,001 di Lake Albert dan 0,004 di Lake Victoria.(Green dkk, 2011).

Pada penelitian di Sudan, sebagian besar anak-anak terinfeksi lebih

dari satu jenis malaria dalam periode satu tahun. Meskipun begitu, hasil

penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antar malaria

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

14

dan anemia. Malaria dapat menyebabkan anemia karena membuat sel

darah merah lisis atau hancur (Hussein dan Mohamed, 2014).

5. Status Gizi

Status gizi seorang anak dapat dilakukan melalui pengukuran

berdasarkan umur, berat badan dan tinggi badan. Balita yang kerdil atau

pendek cenderung mengalami anemia lebih cepat dibandingkan dengan

anak-anak yang normal, tinggi, atau kelebihan berat badan. Pada masa

balita, asupan nutrisi yang tepat dibutuhkan untuk menghambat

perkembangan anemia. Secara keseluruhan, kekurangan gizi anak-anak

terutama mereka yang termasuk dalam kelompok usia yang lebih rendah,

beresiko terhadap anemia (Gorospe dkk, 2014).

Stunting juga dapat dikaitkan dengan fraksi besar kasus anemia

ringan hingga anemia berat, stunting juga dapat terjadi karena adanya

infeksi di usus pada anak-anak (Foote dkk, 2013). Kemudian dari hasil

penelitian juga ditemukan bahwa anemia dengan tinggi rata-rata di semua

kelompok umur berhubungan secara signifikan (p <0,05). Begitupun

antara anemia dengan berat rata-rata di semua kelompok umur (p <0,05)

(Alzain, 2012). Hasil penelitian di Papua New Ginea, balita yang kurus

dan memiliki berat kurang berhubungan dengan anemia (Shinoda dkk,

2012). Hasil penelitian lain juga menemukan hubungan yang signifikan

antara anemia dengan indikator BB/U Leite dkk, 2013), TB/U (Ayoya

dkk, 2013) BB/TB (Leite dkk, 2013). Risiko anemia pada balita yang

kerdil dan kurus dengan kemungkinan 1,39 dan 1,23 (Gorospe dkk, 2014).

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

15

Anemia dan malnutisi biasanya muncul bersamaan, satu individu

dapat mengalami masalah gizi yang kompleks. Risiko balita stunting

mengalami anemia adalah 2,3 kali dibandingkan dengan balita yang

normal. Kemudian balita yang memiliki kelebihan berat badan (z score>

2,0) cenderung tidak mengalami anemia (Al-Qaoud dkk, 2014).

Peningkatan obesitas merupakan hasil dari transisi status gizi dan

epidemiologi. Meskipun anemia lebih dominan ditemukan pada anak yang

memiliki berat kurang, tetapi anemia juga ditemukan pada anak yang

memiliki berat lebih. Pola diet anak-anak yang memiliki berat lebih

biasanya cenderung mengkonsumsi kalori berlebihan dan kekurangan

asupan vitamin dan mineral. Penelitian di Brazil menemukan bahwa anak

yang menderita anemia juga memiliki tinggi badan yang pendek dan berat

kurang, meskipun hasil penelitian tidak menemukan hubungan yang

signifikan (Oliveira dkk, 2010). Penelitian lainnya di Brazil juga tidak

menemukan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan anemia.

Konstantinyer dkk (2012) menjelaskan studi antara anemia dan berat

lebih/obesitas juga telah dilaporkan di Brazil. Tingginya konsumsi

makanan yang berlebihan mengakibatkan kekurangan penyerapan dan

penyimpanan besi. Akan tetapi, pengukuran antropometri untuk indikator

obesitas yang digunakan dalam studi ini juga tidak menunjukkan

hubungan yang signifikan terhadap risiko anemia.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

16

6. Status Pemberian Vitamin A

Kekurangan vitamin A pada anak juga memiliki risiko

kemungkinan yang lebih tinggi untuk menderita anemia. Selain itu, asupan

riboflavin yang cukup dapat mencegah infeksi saluran pernapasan atas

serta faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko

anemia (Gorospe dkk, 2014). Hasil penelitian lainnya juga mengatakan hal

yang sama (Semba dan Bloem, 2002; Konstantinyer dkk, 2011; Habte dkk,

2013; Amati dkk, 2013). Penelitian lainnya menyebutkan bahwa

kekurangan vitamin A tidak berhubungan dengan anemia (Woodruff dkk,

2005; Foote dkk, 2013)

Survei gizi menunjukkan bahwa tingginya prevalensi defisiensi

vitamin A dan anemia biasanya terjadi bersama-sama dalam populasi yang

sama. Pada populasi berisiko kekurangan vitamin A, ada kemungkinan

mengalami kekurangan vitamin lainnya yang dapat menyebabkan anemia.

Bukti bahwa kekurangan vitamin A menyebabkan anemia yaitu melalui

modulasi metabolisme besi yang kuat dan didukung dengan pengamatan

dari hewan percobaan dan studi pada manusia. Defisiensi vitamin A

berkontribusi menimbulkan anemia melalui kekebalan tubuh terhadap

infeksi dan peningkatan anemia kronis. Namun indeks sel darah merah

mungkin tidak konsisten selama anemia defisiensi vitamin A karena faktor

lain, termasuk kekurangan zat besi, malaria, infeksi dan obat-obatan

lainnya (Semba dan Bloem, 2002). Kekurangan vitamin A dan anemia

berhubungan dengan angka kematian yang tinggi terutama pada balita

(Amati dkk, 2013).

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

17

7. Status Imunisasi DPT

Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit saluran pernapasan yang

sangat menular. Bordetella pertussis adalah agen penyebab batuk rejan

yang terjadi pada balita. Bakteri ini menempel pada selaput lendir di

saluran pernapasan dan menyebabkan peradangan dalam tubuh. B.

pertussis menghasilkan toksin pertusis dan endotoksin, pada kasus yang

parah komplikasi seperti demam tinggi, radang otak, kejang, pneumonia

dan kematian dapat terjadi (WHO, 2010). Hasil penelitian menemukan

bahwa toksin yang ditimbulkan oleh B. pertussis dapat meningkatkan

aktifitas hemolitik pada sel darah merah manusia (Bodade dkk, 2009).

Pemberian imunisasi DPT dapat menurunkan risiko penyakit menular

sehingga dapat menurunkan risiko anemia (Habte dkk, 2013).

C. Faktor Maternal

1. Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan ibu secara bermakna dikaitkan dengan risiko

anemia pada anak-anak (p-value, 0,001). Ibu dengan pendidikan menengah

memiliki efek proteksi terhadap risiko anemia pada anak-anak mereka.

Anemia berisiko 1,5 kali lebih besar pada anak-anak yang ibunya tidak

sekolah dibandingkan dengan anak yang ibunya memiliki tingkat

pendidikan menengah. Kemudian terjadi pengurangan risiko anemia pada

anak yang ibunya telah menyelesaikan pendidikan menengah menjadi 1,2

kali pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dibanding tingkat

pendidikan menengah (Ngesa dan Mwambi, 2014).

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

18

Hasil penelitian di Ethiopia menemukan bahwa pendidikan ibu

yang tinggi memiliki efek protektif terhadap anemia balita. Hal ini

disebabkan karena praktek pemberian makan dan perawatan anak yang

baik oleh ibu yang berpendidikan (Habte dkk, 2013). Berbagai penelitian

lainnya juga menunjukkan bahwa prevalensi anemia balita ditemukan

lebih besar pada ibu yang tidak sekolah (Leite dkk, 2013; Baranwal dkk,

2014) dan semakin tinggi risikonya apabila memiliki ibu yang buta huruf

(Assefa dkk, 2014; Guatema dkk, 2014).

Ibu dengan pendidikan rendah akan berpengaruh pada status gizi

anak, kurangnya kesadaran ibu tentang pemberian nutrisi dan kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang tidak sehat. (Assefa dkk, 2014). Penelitian

di daerah pedesaan Malaysia juga menemukan bahwa pendidikan formal

ibu yang kurang dari 6 tahun berhubungan signifikan (p: 0,002) dengan

anemia balita dan meningkatkan risiko sebesar 2,52 kali. Dalam kondisi

ini pendidikan orangtua khususnya ibu memiliki peranan penting dalam

kesehatan seorang anak, hasil penelitian menemukan bahwa anak-anak

yang memiliki ibu dengan pendidikan rendah cenderung mengalami

anemia defisisensi besi dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki ibu

dengan latar pendidikan yang tinggi.(Ngui dkk, 2012)

Meskipun begitu ada hasil penelitian yang menemukan antara

anemia pada anak-anak secara statistik tidak memiliki hubungan yang

signifikan dengan tingkat melek huruf (Hussein dan Mohamed, 2014).

Penelitian di daerah pedesaan Lao juga tidak menemukan hubungan yang

signifikan dengan anemia. Kemungkinan hal ini disebabkan karena variasi

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

19

pendidikan yang sedikit, dalam populasi studi tingkat angka melek

hurufnya rendah (Kounnavong dkk, 2011). Begitupun penelitian di Brazil

juga tidak menemukan hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian

anemia (Konstantyner dkk, 2012).

2. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan yang sering disebut sebagai profesi adalah sesuatu yang

dilakukan manusia yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar

dengan tujuan mendapatkan imbalan berbentuk uang untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Berdasarkan hasil penelitian, anemia balita ditemukan

lebih tinggi pada ibu yang bekerja (Baranwal dkk, 2014). Ibu yang bekerja

memiliki efek negatif pada status gizi dan kesehatan anak-anak mereka.

Beban kerja dapat mempengaruhi gizi ibu itu sendiri dan kesehatannya,

akibatnya terjadi penurunan kapasitas untuk melakukan kegiatan lain

seperti mengasuh anak. Kemudian karena keterbatasan waktu untuk

bekerja, kebutuhan gizi anak-anaknya kurang diperhatikan. Selain itu ada

kemungkinan untuk ibu yang bekerja, anak-anak mereka akan diasuh oleh

orang lain yang mungkin kurang baik dalam mengasuh anak (Abbie dkk,

2014).

Akan tetapi tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan

antara anemia balita dengan status pekerjaan ibu (Kounnavong dkk, 2011).

Begitupun dengan hasil penelitian di Cuba menemukan bahwa balita yang

ibunya tidak bekerja memiliki pola makan tidak teratur. Akibatnya balita

tersebut tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk

pertumbuhannya. Pada penelitian ini, tempat penitipan anak memiliki efek

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

20

proteksi terhadap kejadian anemia balita. Tempat penitipan anak biasanya

akan memberikan pengasuhan yang baik dan pola makan yang seimbang

(Pita dkk, 2014).

3. Umur Ibu

Keterkaitan antara anemia dan umur ibu yaitu apabila seorang

perempuan menikah dan hamil di usia remaja akan meningkatkan

kebutuhan besi. Hal ini disebabkan karena besi diperlukan untuk

perkembangan janin dan untuk pertumbuhan ibu itu sendiri yang masih

dalam usia remaja. Apabila kebutuhan besi yang tinggi ini tidak terpenuhi

maka dapat meningkatkan risiko anemia pada ibu muda dan bayinya

sebesar 68% (Unniceff, 2007).

Berdasarkan hasil penlitian, anemia pada balita ditemukan lebih

besar pada kelompok usia ibu yang lebih muda, yaitu 15-19 tahun (Habte

dkk, 2013). Ibu yang berusia < 20 tahun memiliki hubungan yang

signifikan baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan dengan kejadian

anemia pada balita (Leal dkk, 2011). Al-Qaoud dkk (2014) menemukan

bahwa umur ibu yang kurang dari 30 tahun cenderung memiliki anak yang

anemia dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Hasil penelitian ini juga

berkorelasi dengan pengalaman ibu serta kualitas pengasuhan anak.

Namun, berdasarkan penelitian di Brazil, tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara anemia pada balita dengan usia ibu (Konstantyner dkk,

2012)

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

21

D. Sosiodemografi

1. Jumlah Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian, balita dengan jumlah keluarga yang

besar 1,96 kali berisiko mengalami anemia. Jumlah keluarga secara

bermakna dikaitkan dengan tingginya prevalensi anemia adalah ukuran

keluarga besar (> 6 anggota). Pada penelitian ini, setengah dari subjek

anemia memiliki saudara kandung yang usianya tidak jauh berbeda dalam

satu rumah. Makanan pokok di lokasi penelitian ini adalah beras,

sedangkan makanan yang memiliki kandungan besi lebih tinggi seperti

kacang-kacangan dan produk daging dikonsumsi lebih sedikit serta

biasanya tidak tersedia. Meskipun distribusi pangan dalam rumah tangga

tampaknya sama, laki-laki dewasa dari keluarga cenderung untuk

mendapatkan lebih banyak manfaat daripada anak-anak karena norma-

norma budaya. Penduduk disini menganggap makanan selain nasi adalah

lauk, dan mereka tidak mempertimbangkan jumlah tertentu yang

diperlukan untuk setiap anggota keluarga (Kounnavong dkk, 2011). Hal

ini didukung oleh hasil berbagai penelitian lainnya yaitu jumlah keluarga >

5 juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia (Leite

dkk, 2013; Guatema dkk, 2014).

Penelitian di India juga menemukan bahwa prevalensi anemia

berhubungan signifikan dengan jumlah keluarga yang besar. Hal ini

disebabkan karena kurangnya perhatian dari anggota keluarga pada anak-

anak karena kesibukan mereka. Akibatnya anak-anak tidak mendapatkan

perhatian untuk makanan dan nutrisi yang tepat (Baranwal dkk, 2014).

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

22

Jumlah anggota keluarga yang besar dan banyaknya anak-anak (lebih dari

3) memiliki hubungan yang positif terhadap anemia. Pada negara

berkembang hal ini dapat dihubungkan dengan buruknya akses ke

perawatan antenatal dan nutisi saat kehamilan (Al-Qaoud dkk, 2014).

2. Tempat Tinggal

Wilayah tempat tinggal merupakan penggolongan unit wilayah

administrasi yang terkecil yaitu desa/kelurahan dimana seseorang

bertempat tinggal dan dibedakan menjadi wilayah perkotaan dan

perdesaan. Perkotaan adalah suatu wilayah administrasi setingkat desa/

kelurahan yang memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan.

Perdesaan adalah status suatu wilayah administrasi setingkat

desa/kelurahan yang belum memenuhi kriteria klasifikasi wilayah

perkotaan (BPS, 2010).

Hasil penelitian mengatakan bahwa wilayah pedesaan/rural lebih

berisiko untuk menimbulkan anemia (Foote dkk, 2013; Baranwal dkk,

2014). Penelitian di Lao menemukan tingginya prevalensi anemia

khususnya pada anak-anak yang jumlah anggota keluarganya banyak dan

tinggal di desa terpencil dimana prevalensi stunting juga tinggi,

kemiskinan, sulitnya akses ke sumber pangan dan rendahnya pengetahuan

tentang sumber pangan gizi yang baik (Kounnavong dkk, 2011). Menurut

Ngui dkk (2012) status sosioekonomi memiliki dampak terhadap status

gizi anak-anak di daerah pedesaan.

Penelitian di Brazil menemukan bahwa tempat tinggal memiliki

hubungan yang signifikan terhadap anemia (p: 0,004) (Konstantiyer dkk,

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

23

2012). Konstantiyer dkk (2012) menjelaskan meskipun berbeda dengan

hasil penelitian-penelitian sebelumnya, anak-anak yang berusia kurang

dari 24 bulan yang tinggal di daerah perkotaan berisiko tinggi mengalami

anemia. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh migrasi penduduk dari desa

ke kota dalam dekade baru-baru ini. Akibatnya penduduk hidup dalam

kondisi miskin di kota besar dan juga terjadi perubahan gaya hidup di

daerah perkotaan seperti moderenisasi, banyaknya industri makanan,

menurunnya kesadaran dan pengetahuan kebutuhan makanan balita serta

ketiadaan pengasuhan yang diberikan orang dewasa. Hal ini

mengakibatkan kualitas hidup dan kesehatan populasi di wilayah

perkotaan khususnya di kota bersiko karena adanya perubahan gaya hidup

dan mudahnya akses terhadap makanan hasil olahan indutri. Namun

penelitian di Papua New Ginea tidak menemukan hubungan yang

signifikan antara tempat tinggal dengan kejadian anemia (Shinoda dkk,

2012).

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

24

E. Kerangka Teori

Bagan 2. 1

Kaerangka Teori

Pemberian

Vitamin A

Mobilisasi besi

Jumlah keluarga

Tempat tinggal

Status gizi

Kekurangan nutrisi Malaria

Pertumbuhan

yang cepat

Anemia

Eritropoesis

Imunisasi

DPT

Pendidikan Ibu

Infeksi

Defisiensi besi

Jenis makanan Praktik mengasuh

balita

Praktik

pemberian makan

Ketahanan Pangan

Berat badan

lahir rendah

Umur

balita

Umur ibu

Anemia maternal

Jenis

kelamin

Hemolisis

Perdarahan

Pekerjaan Ibu

Sumber : (Hensbroek dkk, 2010; Habte

dkk, 2013; Abbie dkk, 2013; Uniceff,

2007; Kounnavong dkk, 2011; Pita dk,

2014; Alzain, 2012; Shaw dan Friedman,

2011; Semba dan Bloem, 2013)

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

25

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini akan meneliti karakteristik balita dan faktor maternas serta

sosiodemografi dengan anemia.

Bagan 3. 1

Kerangka Konsep

Faktor Maternal

1. Pendidikan ibu

2. Pekerjaan ibu

3. Umur ibu

Karakteristik Balita

1. Jenis kelamin

2. Umur balita

3. Berat badan lahir

4. Riwayat malaria

5. Status gizi

a. BB/U

b. TB/U

c. BB/TB

6. Status pemberian

vitamin A

7. Status imunisasi

DPT

Status Anemia

Sosiodemografi

1. Jumlah keluarga

2. Tempat tinggal

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

26

B. Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Status

anemia

Hasil pengukuran kadar hemoglobin

dengan menggunakan darah kapiler, cut-

of point anemia mengacu pada standar

kadar hemoglobin balita usia 6-59 bulan

(WHO,2008)

Pengukuran

menggunakan alat

Hemocue

1. Tidak anemia : hb 11

gr/dL

2. Anemia : <11 gr/dL

Ordinal

2 Jenis

Kelamin

Jenis kelamin anak berdasarkan

pengakuan dari pendamping saat

wawancara

Wawancara

menggunakan kuesioner

1. Perempuan

2. Laki-laki

Nominal

3 Umur

balita

Jumlah bulan kehidupan balita terhitung

sejak tanggal lahir hingga kegiatan

wawancara dilakukan berdasarkan

kalender Masehi dengan pembulatan ke

bawah

Wawancara

menggunakan kuesioner

atau observasi dokumen

Usia dalam Bulan Rasio

4 Berat

badan

lahir

Berat badan yang ditimbang dalam kurun

waktu 24 jam setelah bayi lahir

Observasi dengan

melihat catatan/dokumen

berat badan lahir

1. Tidak BBLR : ≥2500 gram

2. BBLR : <2500 gram

Ordinal

5 Riwayat

penyakit

malaria

Pernah didiagnosis menderita Malaria

yang sudah dipastikan dengan

pemeriksaan darah oleh tenaga kesehatan

Wawancara

menggunakan kuesioner

1. Tidak

2. Ya, < 12 bulan saat

wawancara

Ordinal

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

27

No Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

(dokter/ perawat/ bidan)

6 Status gizi

balita

berdasark

an

indikator

BB/U

Status gizi pada balita yang diukur

berdasarkan berat badan dan umur

kemudian angka berat badan setiap balita

dikonversikan ke dalam nilai terstandar

(Zscore) menggunakan baku

antropometri anak balita WHO tahun

2005

Wawancara

menggunakan kuesioner

dan timbangan digital

merek Fesco

1. Gizi buruk : Zscore <-3,0

2. Gizi kurang : Zscore -3,0

s/d Zscore < -2,0

3. Gizi baik : Zscore -2,0 s/d

2,0

4. Gizi Lebih : Zscore >2,0

Ordinal

7 Status gizi

balita

berdasark

an

indikator

BB/U

Status gizi pada balita yang diukur

berdasarkan tinggi badan dan umur

kemudian tinggi berat badan setiap balita

dikonversikan ke dalam nilai terstandar

(Zscore) menggunakan baku

antropometri anak balita WHO tahun

2005

Wawancara

menggunakan kuesioner

dan alat pengukur

tinggi/panjang badan

multifungsi

1. Sangat pendek : Zscore <-

3,0

2. Pendek : Zscore -3,0 s/d

Zscore < -2,0

3. Normal : Zscore -2,0 s/d

2,0

4. Tinggi : Zscore >2,0

Ordinal

8 Status gizi

balita

berdasark

an

indikator

BB/U

Status gizi pada Balita yang diukur

berdasarkan berat badan dan tinggi badan

kemudian angka berat badan dan tinggi

badan setiap balita dikonversikan ke

dalam nilai terstandar (Zscore)

menggunakan baku antropometri anak

balita WHO tahun 2005

Timbangan digital merek

Fesco dan alat pengukur

tinggi/panjang badan

multifungsi

1. Sangat kurus : Zscore <-3,0

2. Kurus : Zscore ≥-3,0 s/d

Zscore <-2,0

3. Normal : Zscore ≥-2,0 s/d

Zscore ≤ 2,0

4. Gemuk : Zscore >2,0

Ordinal

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

28

No Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

9 Status

pemberian

vitamin A

Status pemberian kapsul vitamin A pada

anak dalam 6 bulan terakhir saat

wawancara dilakukan

Wawancara

menggunakan kuesioner

1. Ya

2. Tidak

Ordinal

10 Status

imunisasi

DPT

Status pemberian imunisasi DPT 1, DPT

2, dan DPT 3

Observasi cacatan

imunisasi atau

Wawancara

menggunakan kuesioner

1. Lengkap : 3 kali imunisasi

DPT

2. Tidak lengkap : <3 kali

imunisasi DPT

3. Tidak diberikan imunisasi

DPT

Ordinal

11 Pendidika

n ibu

Status pendidikan tertinggi yang

ditamatkan oleh ibu dari balita

Wawancara

menggunakan kuesioner

1. Tamat perguruan tinggi

2. Tamat SMA/Sederajat

3. Tamat SMP

4. Tamat SD

5. Tidak memiliki ijazah

Ordinal

12 Pekerjaan

ibu

Status pekerjaan ibu balita atau kegiatan

terbanyak yang dilakukan ibu balita baik

di rumah maupun di luar rumah dan

memperoleh penghasilan/imbalan.

Wawancara

menggunakan kuesioner

1. Bekerja

2. Tidak bekerja

Nominal

13 Umur ibu Jumlah tahun yang dihitung sejak lahir

hingga ulang tahun terakhir berdasarkan

Wawancara

menggunakan kuesioner

Usia dalam tahun Rasio

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

29

No Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

kalender Masehi dengan pembulatan ke

bawah

14 Jumlah

keluarga

Jumlah semua orang yang bertempat

tinggal di suatu rumah tangga sudah ≥6

bulan atau < 6 bulan, tetapi berniat

tinggal hingga ≥6 bulan termasuk

pembantu rumah tangga, sopir, tukang

kebun yang tinggal dan makan di rumah

majikannya

Wawancara

menggunakan kuesioner

1. <5 anggota keluarga

2. 5 anggota keluarga

Ordinal

15 Tempat

tinggal

Klasifikasi tempat tinggal anak saat

wawancara dilakukan sudah ≥6 bulan

atau < 6 bulan, tetapi berniat tinggal

hingga ≥6 bulan.

Penetuan daerah perkotaan atau

perkotaan sesuai dengan catatan

penggolongan kota/desa pada form

RKD13.BANGSEN

Wawancara

menggunakan kuesioner

1. Desa

2. Kota

Ordinal

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

30

C. Hipotesis

1. Adanya hubungan antara kejadian anemia balita dengan karakteristik

balita (umur balita, jenis kelamin balita, berat bayi lahir, status gizi, status

pemberian vitamin A dan status imunisasi DPT) di Indonesia berdasarkan

data Riskesdas tahun 2013.

2. Adanya hubungan antara kejadian anemia balita dengan faktor maternal

(pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan usia ibu) dan faktor

sosiodemografi (jumlah keluarga dan tempat tinggal) di Indonesia

berdasarkan data Riskesdas tahun 2013.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

31

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain

cross sectional. Desain penelitian ini mengikuti desain penelitian Riskesdas.

Penelitian ini merupakan analisis lanjutan dengan memanfaatkan data

Riskesdas tahun 2013 untuk meperoleh penjelasan awal mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan anemia pada Balita di Indonesia tahun 2013.

B. Waktu dan lokasi penelitian

Riskesdas 2013 dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013.

Selanjutnya, data Riskesdas yang dimanfaatkan peneliti akan dianalisis pada

bulan April hingga Juni 2015.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang berusia 12-

59 bulan dari setiap rumah tangga di Indonesia yang terpilih sebagai

responden Riskesdas tahun 2013 tingkat nasional. Adapun jumlah balita

tersebut adalah 986 balita sebagai unit analisis. Sedangkan responden

dalam penelitian ini adalah wanita berusia 10-54 tahun yang berjumlah

884

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

32

2. Sampel

a. Sampel Riskesdas

Pada survei Riskesdas tahun 2013, pengukuran kadar

hemoglobin merukapan data biomedis sehingga untuk perhitungan

sampel menggunakan estimasi nasional dengan melakukan penarikan

sampel dua tahap berstrata dan subsampel dari estimasi provinsi.

Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut (Kemenkes RI,

2013) :

1) Tahap pertama, memilih 250 kabupaten/kota secara probability

proportional to size with replacement (PPS WR). Metode ini

memanfaatkan informasi jumlah rumah tangga

perkabupaten/kota hasil SP 2010 sebagai ukuran (size) yang

dijadikan sebagai dasar peluang dalam pemilihan sampel. Dari

hasil penarikan sampel, jumlah realisasi sampel yang efektif

(effective sample size) sebanyak 177 kabupaten/kota.

2) Tahap kedua, dari setiap kabupaten/kota terpilih, dilakukan

pemilihan blok sensus (BS) secara systematic sampling dari

daftar BS sampel Riskesdas Modul MDG’s. Dengan demikian,

BS terpilih Modul Biomedis merupakan subsampel dari BS yang

digunakan dalam Modul Provinsi sejumlah 1000 BS. Rumah

tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas Modul Biomedis

adalah sebanyak 25 rumah tangga yang terpilih pada Modul

Provinsi di BS sampel Modul Biomedis.

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

33

b. Sampel penelitian

Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah semua sampel penelitian yang terkumpul dalam Riskesdas

2013, yaitu balita yang berusia 12-59. Akan tetapi, balita sebagai unit

analisis belum memiliki pemahaman yang cukup untuk menjawab

pertanyaan di lembar kuesioner, maka ibu dari setiap balita tersebut

yang menjadi responden dalam penelitian ini. Untuk keperluan

analisis dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisis balita

termuda yang dimiliki oleh responden. Berikut adalah kriteria inklusi

dan eksklusi dalam penelitian ini :

1) Kriteria inklusi

Wanita 10-54 tahun yang memiliki balita termuda berusia

12-59 bulan.

2) Kriteria eksklusi

a) Responden tidak melengkapi jawaban kuesioner atau terdapat

data variabel yang diteliti pada balita dalam dataset tidak

lengkap (missing) maka akan dikeluarkan (drop out).

b) Terdapat nilai ekstrimitas yang tinggi pada variabel numerik.

Variabel yang kemungkinan terdapat nilai ekstrimitas yaitu

variabel status anemia dengan standar dari WHO tahun 2008

dan variabel status gizi dengan standar buku saku

antropometri tahun 2010.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

34

Setelah menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi, jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 1

Jumlah Sampel Penelitian

No. Variabel Jumlah (n) Missing

1 Status Anemia 884 0

2 Jenis Kelamin Balita 884 0

3 Usia Balita 884 0

4 Berat Badan Lahir 842 42

5 Riwayat Malaria 883 1

6 Status gizi BB/U 868 16

7 Status gizi BB/U 848 36

8 Status gizi BB/U 841 43

9 Pemberian vitamin A 852 32

10 Imunisasi DPT 836 48

11 Pendidikan Ibu 884 0

12 Pekerjaan Ibu 884 0

13 Usia Ibu 884 0

14 Jumlah Keluarga 884 0

16 Tempat Tinggal 884 0

Perhitungan sampel dilakukan kembali untuk memperoleh nilai

kekuatan uji dan derajat kemaknaan yang sesuai dengan besar sampel

penelitan ini. Hal ini karena penelitian ini bertujuan untuk menguji

hipotesis. Oleh karena itu, rumus perhitungan besar sampel minimal

yang digunakan adalah uji beda dua proporsi, pada data survei maka

harus dikalikan dengan efek desain (design effect/deff). Efek desain

merupakan perbandingan (rasio) antara varians yang diperoleh pada

pengambilan sampel secara kompleks dengan varians yang diperoleh

jika pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple

random sampling). Oleh karena itu, rumus perhitungan besar sampel

sebagai berikut:

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

35

n = Z1-α/2 2P(1-P)+Z1-β P1(1-P1)+ P2(1-P2)

2

P1- P2 2x 𝑑𝑒𝑓𝑓

Keterangan:

N : Jumlah sampel minimal

Zα : Nilai Z pada derajat kemakanaan α

Digunakan nilai Z pada derajat kemakanaan α sebesar 5% (Zα=1,96)

Zβ : Nilai Z pada kekuatan uji 1-β

Digunakan nilai Z pada kekuatan uji 1-β dengan β sebesar 80%

(0,84)

P1 :Proporsi anemia pada kelompok 1 yang bersumber dari

kepustakaan/ penelitian sebelumnya

P2 :Proporsi anemia pada kelompok 2 yang bersumber dari

kepustakaan/ penelitian sebelumnya

P : Proporsi total = (P1+P2)/2

deff : 2

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut

diketahui bahwa dengan jumlah sampel sebesar 884, proporsi anemia

pada laki-laki dan perempuan secara berturut-turut sebesar 0,65 dan 0,35

(Habte dkk, 2013) sehingga derajat kemaknaan yang diperoleh adalah

sebesar 5% dengan kekuatan uji sebesar 96%.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas tahun 2013.

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara observasi data yang

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

36

diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)

Kementerian Kesehatan Indonesia.

E. Pengukuran Variabel Penelitian

1. Variabel status anemia

Pengukuran kadar Hemoglobin dalam Riskesdas tahun 2013

dilakukan di lapangan dengan menggunakan alat Hemocue dan dilakukan

oleh tenaga analis/perawat serta didampingi oleh dokter pendamping.

Penggunaan instumen ini telah dilakukan uji validitas terlebih dahulu.

2. Variabel jenis kelamin balita

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner rumah tangga pada

blok IV dengan kode B4K4. Enumerator Riskesdas tahun 2013

menentukan jenis kelamin berdasarkan observasi langsung dan kartu

keluarga serta bertanya langsung pada responden.

3. Variabel usia balita

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner rumah tangga pada

blok IV dengan kode B4K7BLN Riskesdas 2013. Usia ditanyakan

langsung pada responden dan dihitung dengan pembulatan ke bawah

berdasarkan kalender masehi. . Enumerator Riskesdas 2013 melakukan

probing melalui dokumen atau catatan kelahiran/akte kelahiran dan kartu

pengenal seperti KTP, SIM, dan sebagainya ketika responden tidak

mengetahui usianya dengan pasti atau lupa.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

37

4. Variabel berat badan lahir

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner individu Riskesdas

2013 dengan melihat catatan atau dokumen berat lahir anak dengan

menanyakan pada responden.

5. Variabel riwayat malaria

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner individu Riskesdas

2013 dengan kode A09 dan A10. Pertanyaan A09 adalah apakah anak

anda pernah di diagnosis malaria oleh tenaga medis dengan pilian dalam

satu bulan terakhir, dua belas bulan terakhir atau tidak pernah. Kemudian

kode A10 merupakan pertanyaan jenis malaria yang ditemukan apabila

pernah terdiagnosis malaria yaitu malaria tropicana (P. falciparum),

malaria tertiana (P. vivax) dan malaria lainnya.

6. Variabel Status gizi

Untuk pengukuran berat badan Riskesdas 2013 menggunakan

timbangan digital merek Fesco dengan ketepatan 0,1 kg. Tinggi badan

diukur menggunakan alat ukur tinggi badan multifungsi dengan kapasitas

ukur dua meter dan ketelitian 0,1 cm. Alat ukur tersebut dikalibrasi setiap

hari. Kemudian untuk menentukan status gizi berdasarkan indikator BB/U,

TB/U dan BB/TB, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap anak

balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku

antropometri anak balita WHO 2005.

7. Varibel status pemberian vitamin A

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner individu Riskesdas

2013 dengan kode Ja27. Pertanyaan yang ditanyakan pada responden

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

38

adalah apakah anak anda mendapat kapsul vitamin A dengan menunjukkan

kartu peraga.

8. Variabel status imunisasi DPT

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner individu Riskesdas

2013 dengan cara observasi dokumen imunisasi kemudian mencatat

tanggal imunisasi DPT 1 sampai 3.

9. Variabel pendidikan ibu

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner rumah tangga pada

blok IV dengan kode B4K8. Enumerator Riskesdas menanyakan langsung

pada responden terkait pendidikan apa yang terakhir kali ditamatkan

responden.

10. Variabel pekerjaan ibu

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner rumah tangga

Riskesdas 2013 pada blok 4 dengan kode B4K9 dan B4K10. B4K9

memuat pertanyaan terkait status pekerjaan responden yang ditujukan pada

responden yang berusia ≥10. Sedangkan, B4K10 memuat pertanyaan

tentang status pekerjaan utama bagi yang menjawab ―bekerja‖ pada B4K9.

Jenis pekerjaan yang diukur adalah PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD,

pegawai swasta, wiraswasta, petani, nelayan, buruh, dan lainnya, apabila

tidak termasuk dalam kode 1 s/d 6.

11. Variabel usia ibu

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner rumah tangga

Riskesdas 2013 pada blok IV dengan kode B4K7THN. Usia ditanyakan

langsung pada responden dan dihitung dengan pembulatan ke bawah atau

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

39

ulang tahun yang terakhir berdasarkan kalender masehi. . Enumerator

Riskesdas 2013 melakukan probing melalui dokumen atau catatan

kelahiran/akte kelahiran dan kartu pengenal seperti KTP, SIM, dan

sebagainya ketika responden tidak mengetahui usianya dengan pasti atau

lupa

12. Variabel jumlah keluarga

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner rumah tangga

Riskesdas 2013 pada blok IV pertanyaan BR2R. jumlah anggota rumah

tangga ditanyakan langsung pada responden.

13. Variabel tempat tinggal

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner rumah tangga

Riskesdas 2013 pada blok I dengan kode B1R5. Penentuan desa atau

kotamengikuti dari hasil sensus penduduk tahun 2010 (SP2010).

F. Manajemen Data

Berikut beberapa kegiatan manajemem data yang dilakukan peneliti

setelah menerima dataset Riskesdas tahun 2013 sebelum data dianalisis lebih

lanjut:

1. Filter (menyaring data)

Peneliti menyaring data yang tidak dibutuhkan dalam penelitian.

Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi pertanyaan pada kuesioner

Riskesdas 2013 yang berkaitan dengan kejadian anemia Balita berdasarkan

hasil penelitian-peelitian sebelumnya. Berikut adalah variabel yang

dibutuhkan dalam penelitian ini :

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

40

Tabel 4. 2

Variabel dan Kuesioner

No. Variabel Kode Variabel Kuesioner

1 Status Anemia O01-02 RKD13.IND

2 Pendidikan Ibu B4K8 RKD13.RT

3 Pekerjaan Ibu B4K9, B4K10 RKD13.RT

4 Usia Ibu B4K7THN RKD13.RT

5 Jumlah Keluarga BR2R RKD13.RT

6 Tempat Tinggal B1R5 RKD13.RT

7 Jenis Kelamin Balita B4K4 RKD13.RT

8 Usia Balita B4K7BLN RKD13.RT

9 Berat Badan Lahir JA01,JA02 RKD13.IND

10 Riwayat Malaria A09,A10 RKD13.IND

11 Status gizi K01A, K01B, K02A,

K02B

RKD13.IND

12 Pemberian vitamin A JA27 RKD13.IND

13 Imunisasi DPT JA20C_K2,

JA20D_K2,

JA20E_K2, JA21H

RKD13.IND

2. Cleaning (pembersihan data)

Peneliti memeriksa data dengan cara dilakukan tabulasi frekuensi

dari masing-masing variabel independen (faktor maternal, sosiodemografi,

dan karakteristik Balita,) dan variabel dependen (status anemia).

Kemudian, secara otomatis software pengolah data akan menampilkan

nilai missing. Setiap variabel yang memiliki nilai missing akan ditinjau

kembali untuk kemudian dihilangkan missing data dengan memanfaatkan

menu select data pada software sehingga dapat terseleksi secara otomatis.

Setelah dilakukan tabulasi frekuensi faktor maternal dan sosiodemografi

tidak ditemukan missing data. Namun, pada faktor karakteristik Balita

ditemukan missing data pada variabel berat badan lahir, riwayat penyakit

malaria, status gizi, status pemberian vitamin A dan status imunisasi DPT.

Setelah itu, penghilangan dilakukan pada masing-masing variabel yang

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

41

ditemukan missing data sehingga ketika melakukan analisis, jumlah

sampel pada tiap variabel berbeda. Jumlah sampel dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

3. Recoding (Pengkodean ulang)

Peneliti membuat kode baru atau pengkodean ulang pada beberapa

variabel yang membutuhkan perubahan tetentu sesuai kebutuhan

penelitian. Beberapa variabel numerik yang dikategorikan membutuhkan

kode baru yaitu variabel status anemia, jumlah keluarga, usia ibu, usia

Balita dan berat badan lahir. Kemudian variabel lainnya yang

membutuhkan pengkodean ulang yaitu pekerjaan ibu dan pendidikan ibu.

Pengkodean ulang disesuaikan dengan definisi oprasional penelitian agar

memudahkan dalam analisis data. Tabel 4.5 menjelaskan pengkodean yang

dilakukan peneliti.

Tabel 4. 3

Pengkodean Ulang Data Penelitian

No. Variabel Kode Awal Kode Akhir Keterangan

1 Status

Anemia

Data Numerik

(gram/dL)

1. Tidak anemia : hb 11

gr/dL

2. Anemia : <11 gr/dL

Kategorisasi data

numeric

2 Pendidikan

Ibu

1. Tidak

sekolah/belum

pernah sekolah

2. Tidak tamat

SD/MI

3. Tamat SD/MI

4. Tamat

SLTP/MTs

5. Tamat

SLTA/MA

6. Tamat D1, D2,

D3

7. Tamat

1. Tamat perguruan tinggi

2. Tamat SMA/Sederajat

3. Tamat SMP

4. Tamat SD

5. Tidak memiliki ijazah

Penggabungan kategori

tidak sekolah (5) dan

tidak tamat SD/MI (2)

menjadi satu kategori,

yaitu ―tidak memiliki

ijazah‖ (5)

Penggabungan kategori

tamat D1, D2, D3 (6)

dengan kategori tamat

perguruan tinggi (7)

menjadi ―tamat

perguruan tinggi‖ (1)

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

42

No. Variabel Kode Awal Kode Akhir Keterangan

perguruan tinggi

3 Usia Ibu Data numerik

(tahun)

1. 45-54 tahun

2. 35-44 tahun

3. 25-34 tahun

4. 15-24 tahun

Kategorisasi data

numerik

4 Jumlah

Keluarga

Data Numerik

(individu)

1. <5 anggota keluarga

2. 5 anggota keluarga

Kategorisasi data

numeric

5 Usia Balita Data Numerik

(bulan)

1. 47-59

2. 36-47

3. 24-35

4. 12-23

Kategorisasi data

numerik

6 Berat

badan lahir

Data Numerik

(gram)

1. Tidak BBLR : ≥2500

gram

2. BBLR : <2500 gram

Kategorisasi data

numeric

7 Riwayat

penyakit

malaria

1. Ya, dalam ≤ 1

bulan saat

wawancara

dilakukan

2. Ya, dalam > 1

bulan sampai <

12 bulan saat

wawancara

3. Tidak

1. Tidak

2. Ya, < 12 bulan saat

wawancara

Penggabungan kategori

Ya, dalam ≤ 1 bulan

saat wawancara

dilakukan (1) dan Ya,

dalam > 1 bulan sampai

< 12 bulan saat

wawancara (2) menjadi

―ya, , < 12 bulan saat

wawancara (1).

Perubahan kategori

tidak (3) menjadi ―tidak

(2)‖.

4. Compute

Peneliti membuat variabel baru dari beberapa variabel yang ada

pada data sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu variabel indikator

status gizi (BB/U, TB/U dan BB/TB) yang terdiri dari variabel berat

badan, tinggi badan dan usia balita serta variabel. Variabel status imunisasi

DPT dengan mengobservasi catatan tanggal imunisasi DPT 1 sampai 3

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

43

kemudian membuat variabel baru jumlah sampel melakukan imunisasi

DPT.

Tabel 4. 4

Variabel Baru dalam Data Penelitian

No. Variabel Data Awal Variabel Baru Keterangan

1 Status gizi

balita

Data numerik

BB : kilogram

TB : sentimeter

Usia : bulan

A. Indikator BB/U

1. Gizi buruk :

Zscore <-3,0

2. Gizi kurang :

Zscore -3,0 s/d

Zscore < -2,0

3. Gizi baik : Zscore

-2,0 s/d 2,0

4. Gizi Lebih :

Zscore >2,0

B. Indikator TB/U

1. Sangat pendek :

Zscore <-3,0

2. Pendek : Zscore -

3,0 s/d Zscore < -

2,0

3. Normal : Zscore -

2,0 s/d 2,0

4. Tinggi : Zscore

>2,0

C. Indikator BB/TB

1. Sangat kurus :

Zscore <-3,0

2. Kurus : Zscore ≥-

3,0 s/d Zscore <-

2,0

3. Normal : Zscore ≥-

2,0 s/d Zscore ≤

2,0

4. Gemuk : Zscore

>2,0

A. Status gizi berdasarkan berat

badan dan usia setiap balita

dikonversikan ke dalam nilai

terstandar (Zscore)

menggunakan baku

antropometri anak balita

WHO 2005

B. Status gizi berdasarkan Tinggi

badan dan usia setiap balita

dikonversikan ke dalam nilai

terstandar (Zscore)

menggunakan baku

antropometri anak balita

WHO 2005

C. Status gizi berdasarkan berat

badan dan tinggi badan setiap

balita dikonversikan ke dalam

nilai terstandar (Zscore)

menggunakan baku

antropometri anak balita

WHO 2005

2 Imunisasi

DPT 1, 2, 3

Tanggal

imunisasi DPT

1, 2, 3

Status imunisasi DPT

1. Lengkap : 3 kali

imunisasi DPT

2. Tidak lengkap : <3

kali imunisasi DPT

3. Tidak diberikan

imunisasi DPT

Ketegori tidak lengkap apabila

balita tidak diberikan imunisasi

DPT, kategori tidak lengkap

apabila balita hanya diberikan 1

sampai 2 kali imunisasi DPT dan

ketegori lengkap apabila balita

diberikan 3 kali imunisasi DPT

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

44

G. Analisis Data

Data penelitian yang sudah dikumpulkan dan diolah kemudian dianalisis.

Analisis yang dilakukan ada dua macam, yaitu analisis univariat dan bivariat.

Analisis data dilakukan dengan mengggunakan program komputer,

yaitu software komputer khusus untuk uji statistik.

1. Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menyajikan dan

mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel dependen yaitu

prevalensi anemia dengan variabel independen seperti karakterisrik balita

yaitu berat badan lahir, riwayat malaria dan jenis malaria yang diderita,

status gizi (berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB), status

pemberian vitamin A serta Status imunisasi DPT. Faktor maternal yaitu

pendidikan ibu, pekerjaan ibu (status dan jenis pekerjaan) dan rata-rata

usia ibu. Kemudian faktor sosiodemografi yaitu jumlah keluarga, dan

tempat tinggal. Hasil analisis univariat berupa distribusi frekuensi atau

persentase dan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis

penelitian. Semua variabel dependen dan independen pada penelitian ini

berbentuk kategorik, maka analisis bivariat yang digunakan adalah dengan

membuat tabel silang antara variabel dependen (status anemia) dan

variabel independen seperti karakterisrik balita yaitu berat badan lahir,

status gizi (berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB), status

pemberian vitamin A serta Status imunisasi DPT. Faktor maternal yaitu

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

45

pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan kategori usia ibu. Kemudian

faktor sosiodemografi yaitu jumlah keluarga dan tempat tinggal.

Pada variabel usia balita dikelompokan kembali menjadi 2 kategori

yaitu usia 12-35 bulan dan usia 36-59 bulan. Kemudian variabel status gizi

dikelompokan menjadi underweight, stunting dan wasting.

Pengelompokan status gizi tersebut berdasarkan nilai zscore <-2 pada

masing-masing indikator. Untuk mengetahui adanya kemaknaan hubungan

antara dua variabel maka dilihat berdasarkan odds ratio (OR) dengan

menggunakan tingkat kepercayaan 95% Confidence Interval (CI) yang

diperoleh dari uji chi square. Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk

tabel yang memuat persentase, nilai OR dan 95% CI.

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

46

BAB V

HASIL

A. Prevalensi Kejadian Anemia pada Balita di Indonesia Tahun 2013

Hasil penelitan menemukan bahwa prevalensi anemia pada balita di

Indonesia mencapai 31,56% dan disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5. 1

Prevalensi Kejadian Anemia pada Balita di Indonesia Tahun 2013

Status Anemia Frekuensi (n) Persentase (%)

Anemia 279 31,56

Tidak Anemia 605 68,44

Jumlah 884 100

B. Gambaran Kejadian Anemia berdasarkan Karakteristik Balita di

Indonesia Tahun 2013

Karakteristik balita yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu jenis

kelamin, umur balita, status berat badan lahir, riwayat penyakit malaria, status

gizi, status pemberian vitamin A dan status imunisasi DPT. Analisis ini

bertujuan untuk mengetahui distribusi kejadian anemia berdasarkan

karakteristik balita dan dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5. 2

Gambaran Kejadian Anemia berdasarkan Karakteristik Balita di

Indonesia Tahun 2013

Variabel

Status Anemia

Anemia

n (%)

Tidak Anemia

n (%)

Jenis Kelamin

1. Perempuan 132 (47,31) 312 (51,57)

2. Laki-laki 147 (52,69) 293 (48,43)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

47

Variabel

Status Anemia

Anemia

n (%)

Tidak Anemia

n (%)

Umur Balita 1. 48-59 Bulan 69 (24,73) 220 (36,36)

2. 36-47 Bulan 50 (17,92) 180 (29,75)

3. 24-35 Bulan 81 (29,03) 124 (20,49)

4. 12-23 Bulan 79 (28,32) 81 (13,40)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Status Berat Badan Lahir

1. Tidak BBLR 211 (79,62) 545 (94,45)

2. BBLR 54 (20,38) 32 (5,55)

Jumlah 265 (100,00) 577 (100,00)

Riwayat Penyakit Malaria 1. Tidak 276 (98,92) 598 (99,00)

2. Ya 3 (1,08) 6 (1,00)

Jumlah 279(100,00) 604 (100,00)

Jenis Malaria

1. Vivax 0 (0,00) 2 (33,33)

2. Falcifarum 2 ( 66,67) 2 (33,33) 3. Falcifarum dan Vivax 1 (33,33) 1 (16,67)

4. Lainnya 0 (0,0) 1 (16,67)

Jumlah 3 (100,00) 6 (100,00)

Status Gizi Balita (BB/U)

1. Gizi Lebih 1 (0,37) 14 (2,36) 2. Gizi Baik 221 (80,07) 440 (74,32)

3. Gizi Kurang 44 (15,94) 112 (18,93)

4. Gizi buruk 10 (3,62) 26 (4,39)

Jumlah 276 (100,00) 592 (100,00)

Status Gizi Balita (TB/U)

1. Tinggi 6 (2,25) 9 (1,55) 2. Normal 158 (59,18) 389 (66,95)

3. Pendek 70 (26,22) 108 (18,59)

4. Sangat pendek 33 (12,35) 75 (12,91)

Jumlah 267(100,00) 581 (100,00)

Status Gizi Balita (BB/TB)

1. Gemuk 8 (3,01) 36 (6,25) 2. Normal 235 (88,68) 487 (84,55)

3. Kurus 16 (6,01) 37 (6,42)

4. Sangat kurus 6 (2,30) 16 (2,78)

Jumlah 265 (100,00) 576 (100,00)

Status Pemberian Vitamin A

1. Ya 199 (73,70) 438 (75,26) 2. Tidak pernah 71 (26,30) 144 (24,74)

Jumlah 270 (100,00) 582 (100,00)

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

48

Variabel

Status Anemia

Anemia

n (%)

Tidak Anemia

n (%)

Status Imunisasi DPT 1. Lengkap 198 (73,06) 449 (79,47)

2. Tidak lengkap 34 (12,55) 67 (11,86)

3. Tidak Diberikan 39 (14,39) 49 (8,67)

Jumlah 271 (100,00) 565 (100,00)

Berdasarkan Tabel 5.2, anemia lebih banyak terjadi pada anak laki-laki

(52,7%) dan paling banyak terjadi pada kelompok umur 24-35 bulan (29%).

Meskipun begitu, proporsi pada masing-masing kelompok umur hampir

terdistribusi sama besar. Kemudian sebagian besar balita dengan anemia tidak

memiliki riwayat BBLR (79,6%) dan riwayat penyakit malaria (98,9%).

Berdasarkan status gizi BB/U, anemia lebih banyak terjadi pada balita dengan

gizi baik (80%) hanya 3,6% yang memiliki status gizi buruk. Begitupun

dengan status gizi berdasrkan TB/U dan BB/TB, anemia lebih banyak terjadi

pada balita dengan tinggi normal (59,2%) dan berat normal (88,7%). Selain

itu, anemia juga lebih banyak terjadi pada balita yang diberikan vitamin A

setiap 6 bulan sekali ( 73,7%) dan memiliki status imunisasi DPT lengkap

(73%).

C. Gambaran Kejadian Anemia berdasarkan Faktor Maternal dan Faktor

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013

Tabel 5.3 menjelaskan distribusi kejadian anemia berdasarkan faktor

maternal dan sosiodemografi ibu. Faktor maternal yang dianalisis dalam

penelitian ini yaitu pendidikan, pekerjaan, jenis pekerjaan dan umur ibu

sedangkan sosiodemografi yang dianalisis yaitu jumlah keluarga, serta tempat

tinggal.

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

49

Tabel 5. 3

Gambaran Kejadian Anemia berdasarkan Faktor Maternal dan Faktor

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013

Variabel

Status Anemia

Anemia

n (%)

Tidak Anemia

n (%)

Pendidikan Ibu

1. Tamat perguruan tinggi 11 (3,94) 36 (5,95)

2. Tamat SMA/Sederajat 72 (25,81) 178 (29,42)

3. Tamat SMP 72 (25,81) 136 (22,48)

4. Tamat SD 87 (31,18) 177 (29,26)

5. Tidak memiliki ijazah 37 (13,26) 78 12,89)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Pekerjaan Ibu

1. Bekerja 105 (37,64) 209 (34,55)

2. Tidak bekerja 174 (62,36) 396 (65,45)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Jenis Pekerjaan Ibu 1. PNS/TNI/Polri/BUMD/ BUMN 3 (2,81) 9 (4,31)

2. Pegawai swasta 14 (13,08) 28 (13,40)

3. Wiraswasta 23 (21,49) 56 (26,79)

4. Petani/nelayan/buruh 58 (54,21) 91 (43,54)

5. Lainnya 9 (8,41) 25 (11,96)

Jumlah 107 (100,00) 209 (100,00)

Umur Ibu

1. 45-54 tahun 7 (2,51) 19 (3,14)

2. 35-44 tahun 85 (30,46) 189 (31,24)

3. 25-34 tahun 136 (84,75) 325 (53,71)

4. 15-24 tahun 51 (18,27) 72 (11,91)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Jumlah Keluarga

1. <5 anggota keluarga 222 (79,57) 472 (78,02)

2. 5 anggota keluarga 57 (20,43) 133 (21,98)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Tempat Tinggal

1. Desa 139 (49,82) 262 (43,30)

2. Kota 140 (50,18) 343 (56,70)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

50

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa hanya 4% balita anemia yang

memiiki ibu dengan pendidikan tamat perguruan tinggi. Meskipun begitu,

proporsi balita yang anemia hampir terdistribusi sama besar pada tiap jenjang

pendidikan yang ditamatkan ibu. Selain itu, 37,64% ibu yang bekerja memiliki

balita yang mengalami anemia dan sebagain besar bekerja sebagai

petani/nelayan/buruh (54,2%). Kemudian anemia balita lebih banyak terjadi

pada ibu dengan kelompok umur 25-34 tahun (84,7%) dan pada jumlah

anggota keluarga <5 (79,5%). Begitupun berdasarkan tempat tinggal,

sebanyak 50,18% balita anemia tinggal di kota.

D. Hubungan Kejadian Anemia dengan Karakteristik Balita di Indonesia

Tahun 2013

Tabel 5.4 menunjukkan hubungan antara kejadian anemia dengan

karakteristik balita. Pada variabel riwayat penyakit malaria tidak dilakukan

analisis bivariat karena hampir seluruh balita tidak memiliki riwayat malaria

(homogen). Kemudian pada variabel status gizi BB/U dikelompokan menjadi

normal dan berat kurang, dan pada variabel status gizi TB/U juga

dikelompokan menjadi normal dan stunting. Begitu juga pada variabel status

gizi BB/TB dikolpokan menjadi normal dan kurus.

Tabel 5. 4

Hubungan Kejadian Anemia dengan Karakteristik Balita di Indonesia

Tahun 2013

Variabel

Status Anemia

OR (95% CI) Anemia

n (%)

Tidak Anemia

n (%)

Jenis Kelamin

1. Perempuan 132 (47,31) 312 (51,57) 1,00 (Reference)

2. Laki-laki 147 (52,69) 293 (48,43) 1,18 (0,89 - 1,57)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

51

Variabel

Status Anemia

OR (95% CI) Anemia

n (%)

Tidak Anemia

n (%)

Umur Balita 1. 36-59 Bulan 119 (42,63) 400 (66,10) 1,00 (Reference)

2. 12-35 Bulan 160 (57,37) 205 (33,90) 2,62 (1,96-3,50)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Status Berat Badan Lahir

1. Tidak BBLR 211 (79,62) 545 (94,45) 1,00 (Reference)

2. BBLR 54 (20,38) 32 (5,55) 4,36 (2,74 -6,94)

Jumlah 265 (100,00) 577 (100,00)

Status Gizi Balita (BB/U)

1. Normal 222 (80,47) 454 (76,76) 1,00 (Reference)

2. Berat kurang 54 (19,53) 138 (23,24) 0,80 (0,56- 1,14)

Jumlah 276 (100,00) 592 (100,00)

Status Gizi Balita (TB/U)

1. Normal 164 (61,38) 389 (68,50) 1,00 (Reference)

2. Stunting 103 (38,72) 183 (31,50) 1,36 (1, 01-1,85)

Jumlah 267(100,00) 581 (100,00)

Status Gizi Balita (BB/TB)

1. Normal 243 (91,66) 523 (90,79) 1,00 (Reference) 2. Kurus 22 (8,34) 53 (9,21) 0,89 (0,53-1,50)

Jumlah 265 (100,00) 576 (100,00)

Status Pemberian Vitamin A

1. Ya 199 (73,70) 438 (75,26) 1,00 (Reference)

2. Tidak pernah 71 (26,30) 144 (24,74) 0,92 (0,66-1,28)

Jumlah 270 (100,00) 582 (100,00)

Status Imunisasi DPT

1. Lengkap 198 (73,06) 449 (79,47) 1,00 (Reference) 2. Tidak lengkap 34 (12,55) 67 (11,86) 1,15 (0,74-1,79)

3. Tidak Diberikan 39 (14,39) 49 (8,67) 1,80 (1,15-2,84)

Jumlah 271 (100,00) 565 (100,00)

Hubungan antara kejadian anemia dengan karakteristik balita dilihat

berdasarkan odds rasio dan 95% CI yang diperoleh dari uji chi square. Hasil

analisis menemukan bahwa risiko anemia pada anak laki-laki ditemukan

sedikit lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan namun secara

statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan kejadian

anemia OR 1,18 (95%CI 0,89 - 1,57). Kemudian berdasarkan umur balita,

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

52

terjadi peningkatan risiko pada kelompok umur balita yang lebih muda (12-35

bulan) sebesar 2,62 kali dibandingkan kelompok umur 36-59 bulan dan secara

statistik ditemukan hubungan yang signifikan antara kejadian anemia dengan

umur balita (95% CI 1,96-3,50). Begitupun dengan balita yang BBLR berisiko

4,36 lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan balita yang tidak

BBLR (95%CI 2,74-6,94).

Berdasarkan status gizi balita, hanya status gizi berdasarkan indikator

TB/U yang secara statistik ditemukan adanya hubungan yang signifikan

dengan kejadian anemia OR 1,36 (95% CI 1, 01-1,85), sedangkan berdasarkan

BB/U (95% CI 0,56- 1,14) dan BB/TB (95% CI 0,53-1,50) tidak ditemukan

hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia. Begitupun antara kejadian

anemia dan status pemberian vitamin A secara statistik juga tidak ditemukan

hubungan yang signifikan (5% CI 0,66-1,28). Namun berdasarkan status

imunisasi DPT, terjadi peningkatan risiko anemia pada balita yang memiliki

status imunisasi DPT tidak lengkap (OR 1,15) dan semakin meningkat pada

balita yang tidak diberikan imunisasi DPT (OR 1,80) meskipun hanya pada

kategori tidak diberikan imunisasi DPT yang ditemukan berhubungan dengan

anemia secara statistik (95% CI 1,15-2,84).

E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor

Sosiodemografi pada Balita di Indonesia Tahun 2013

Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisis bivariat antara kedanian anemia

dengan faktor maternal dan sosiodemografi. Pada variabel pekerjaan ibu,

hanya menganalisis status pekerjaan saja sedangkan jenis pekerjaan hanya

dilakukan analisis univariat.

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

53

Tabel 5. 5

Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013

Variabel

Status Anemia

OR (95% CI) Anemia

n (%)

Tidak Anemia

n (%)

Pendidikan Ibu

1. Tamat perguruan tinggi 11 (3,94) 36 (5,95) 1,00 (Reference)

2. Tamat SMA/Sederajat 72 (25,81) 178 (29,42) 1,32 (0,64-2,74)

3. Tamat SMP 72 (25,81) 136 (22,48) 1,73 (0,83-3,60)

4. Tamat SD 87 (31,18) 177 (29,26) 1,69 (0,78-3,31)

5. Tidak memiliki ijazah 37 (13,26) 79 12,89) 1,55 (0,71-3,89)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Pekerjaan Ibu

1. Bekerja 106 37,64) 209 (34,55) 1,00 (Reference)

2. Tidak bekerja 174 (62,36) 396 (65,45) 0,87 (0,65-1,17)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Umur Ibu

1. 45-54 tahun 7 (2,51) 19 (3,14) 1,00 (Reference)

2. 35-44 tahun 85 (30,46) 189 (31,24) 1,22 (0,295-3,01)

3. 25-34 tahun 136 (84,75) 325 (53,71) 1,14 (0,47-2,76)

4. 15-24 tahun 51 (18,27) 72 (11,91) 1,92 (0,75-4,91)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Jumlah Keluarga

1. <5 anggota keluarga 222 (79,57) 472 (78,02) 1,00 (Reference)

2. 5 anggota keluarga 57 (20,43) 133 (21,98) 0,91 (0,64-1,29)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Tempat Tinggal

1. Kota 139 (49,82) 262 (43,30) 1,00 (Reference)

2. Desa 140 (50,18) 343 (56,70) 1,30 (0,98-1,72)

Jumlah 279 (100,00) 605 (100,00)

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa balita dengan ibu yang hanya

menamatkan pendidikan SMP memiliki risiko paling besar (OR 1,73) menderita

anemia dibandingkan jenjang pendidikan lainnya dan risikonya semakin menurun

apabila semakin tinggi tingkat pendidikan ibu. Meskipun demikian, secara

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

54

statistik tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kejadian anemia

dengan pendidikan ibu. Begitupun dengan status pekerjaan ibu tidak ditemukan

adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia (95% CI 0,65-1,17).

Kemudian terjadi peningkatan risiko yang signifikan antara anemia balita dengan

umur ibu, kelompok umur ibu 15-24 tahun memiliki risiko paling besar (OR 1,92)

dibandingkan dengan kelompok umur ibu yang lebih tua. Namun kejadian anemia

secara statistik tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan umur ibu pada

setiap kelompok umur.

Kemudian berdasarkan sosiodemografi ibu, tidak ada perbedaan risiko

yang signifikan antara jumlah anggota keluarga <5 dan 5 dengan kejadian

anemia (OR 0,91). Berdasarkan tempat tinggal juga tidak ditemukan adanya

perbedaan risiko yang signifikan antara desa dan kota dengan kejadian anemia

balita (OR 1,3) dan tidak ditemukan adanya hubungan antara tempat tinggal

dengan kejadian anemia (95% CI 0,98-1,72).

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

55

BAB VI

PEMBAHASAN

F. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi

keterbatasan penelitian dan berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini, beberapa variabel yang berhubungan langsung dengan

anemia seperti praktik pengasuhan dan konsumsi makanan tidak di analisis

karena tidak tersedia dalam dataset Riskesdas 2013.

2. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas tahun 2013 dimana ada

beberapa pengukuran variabel yang berpotensi bias informasi karena

dilakukan dengan metode wawancara yaitu pada pengukuran pemberian

vitamin A. Bias pada pengukuran pemberian viatamin A dapat disebabkan

karena responden diharuskan untuk mengingat apakah anaknya diberikan

kapsul vitamin A setiap 6 bulan sekali. Namun untuk memudahkan

responden dibantu dengan kartu peraga. Selain itu bias informasi juga

dapat terjadi pada pengukuran status imunisasi DPT, apabila responden

tidak dapat menunjukkan dokumen/kartu imunisasi maka responden harus

mengingat kembali riwayat imunisasi balita. Pengukuran riwayat penyakit

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

56

malaria juga berpotensi bias informasi karena hanya berdasarkan hasil

wawancara tanpa validasi pencatatan diagnosis penyakit tersebut. Namun

untuk meminimalisir bias informasi maka dilakukan pertanyaan ulangan

(probing). Selain itu penggunaan instrumen penelitian telah diuji validitas

dan reliabilitasnya.

3. Analisis pada beberapa karakteristik individu tidak dilakukan pada setiap

sampel penelitian yaitu pada variabel berat badan lahir dimana responden

tidak memiliki atau tidak dapat menunjukkan dokumen cacatan kelahiran

balita. Selain itu, terdapat beberapa balita yang tidak dilakukan

pengukuran antropometri. Pada variabel riwayat penyakit malaria,

pemberian vitamin A dan imunisasi DPT juga tidak dilakukan analisis

pada beberapa sampel karena responden tidak mengetahui atau tidak dapat

mengingat jawaban variabel tersebut. Jumlah sampel yang dapat dianalisis

dijelaskan pada Tabel 4.1. Selain itu, Penelitian ini juga terbatas hanya

pada balita termuda yang dimiliki oleh responden.

G. Prevalensi Kejadian Anemia pada Balita di Indonesia Tahun 2013

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan jumlah sel darah

merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah,

sehingga kapasitas oksigen tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

fisiologis (WHO,2014). Hasil penelitian menemukan bahwa prevalensi anemia

pada balita di Indonesia mencapai 31,56%. Hasil survei prevalensi anemia di

Indonesia lainnya pada tahun 2006 menemukan anemia balita sebesar 26,3%.

Pada penelitian ini, penentuan status anemia menggunakan pengukuran kadar

hemoglobin berdasarkan usia 6-59 bulan. Balita dikatakan mengalami anemia

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

57

apabila hasil pengukuran kadar hemoglobin <11 gr/dl (WHO,2008).

Hemoglobin merupakan bagian yang ada di dalam sel derah merah, oleh sebab

itu anemia dapat didiagnosis melalui pengukuran kadar hb (Enger dkk, 2007).

Prevalensi anemia balita di Indonesia pada penelitian ini ditemukan lebih

rendah dibandingkan dengan hasil penelitian di Brazil (51,2%) dan di

Banglades (40,9%) (Leite dkk, 2013; Uddin dkk, 2010). Meskipun prevalensi

anemia di Indonesia tidak termasuk masalah kesehatan masyarakat yang berat,

namun berdasarkan hasil survei sebelumnya telah terjadi peningkatan

prevalensi anemia pada penelitian ini. Selain itu, populasi pada penelitian ini

adalah balita berusia 12-59 bulan. Berbeda dengan penelitian lainnya yang

menemukan prevalensi anemia tinggi karena populasi dalam penelitian

tersebut adalah balita yang berusia 6-59 bulan. Seperti diketahui bahwa balita

berusia >12 bulan berisiko anemia lebih besar sehingga hasil penelitian

dengan populasi balita berusia 6-59 bulan berpeluang menemukan prevalensi

lebih tinggi (Habte dkk, 2013; Santos dkk 2011).

Secara teori, anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu gangguan

pembentukan eritrosit, perdarahan dan hemolisis. Gangguan pembentukan

eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral

(besi, tembaga), vitamin (A, B12, asam folat), asam amino, serta gangguan

pada sumsum tulang. Kemudian perdarahan baik akut maupun kronis

mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi darah yang

menyebabkan anemia serta hemolisis yaitu proses penghancuran eritrosit

(Hensbroek dkk, 2010).

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

58

Anemia dapat mengakibatkan jaringan tubuh terutama otak kekurangan

asupan oksigen. Pada anak-anak di bawah usia lima tahun kekurangan oksigen

ke jaringan otak dapat mengakibatkan menurunnya fungsi kognitif,

menghambat pertumbuhan dan perkembangan psikomotorik (Santos, 2011).

Hasil ekperimen pada hewan percobaan juga membuktikan bahwa hewan yang

anemia mengalami penurunan aktivitas spontan (Booth dan Auket, 1997).

Selain itu, anemia juga berpengaruh pada sistem kekealan tubuh balita,

sehingga balita yang anemia akan mudah terserang penyakit infeksi (Sanou

dan Ngnie-Teta, 2012).

The American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan melakukan

pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) setidaknya satu kali pada

usia 9-12 bulan dan diulang 6 bulan kemudian pada usia 15-18 bulan atau

pemeriksaan tambahan setiap 1 tahun sekali pada usia 2-5 tahun. Pemeriksaan

tersebut dilakukan pada populasi dengan risiko tinggi seperti bayi dengan

kondisi prematur, berat lahir rendah, riwayat mendapat perawatan lama di unit

neonatologi, dan anak dengan riwayat perdarahan, infeksi kronis, etnik

tertentu dengan prevalensi anemia yang tinggi, mendapat asi ekslusif tanpa

suplementasi, mendapat susu sapi segar pada usia dini, dan faktor risiko sosial

lainnya (Kumar, 2001). Dengan demikian, diharapkan bagi pemerintah baik

pusat maupun daerah agar dapat membuat suatu program skrining untuk

mendeteksi anemia pada balita. Hal ini bertujuan untuk melalukan diteksi dini

terhadap anemia dan faktor risikonya, khususnya pada balita sehingga

penanggulangan dapat segera dilakukan.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

59

H. Gambaran Kejadian Anemia Berdasarkan Karakteristik Balita di

Indonesia Tahun 2013

1. Jenis Kelamin Balita

Hasil penelitian menemukan bahwa proporsi anemia pada anak

laki-laki lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan. Konsistensi

hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil survei nasional di Brazil

dan di Ghana yang menemukan bahwa anemia paling banyak terjadi pada

anak laki-laki (Leite dkk, 2013; Ewusie dkk, 2014). Penelitian lainnya di

Haiti juga menemukan hal yang sama bahwa anemia terjadi sedikit lebih

tinggi pada anak laki-laki di bandingkan dengan anak perempuan (Ayoya

dkk, 2013). Begitupun dengan penelitian Santos dkk (2011) juga

menemukan prevalensi anemia lebih tinggi pada anak laki-laki

dibandingkan perempuan. Berdasarkan konsistensi hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa anemia cenderung terjadi pada anak

laki-laki.

2. Usia Balita

Berdasarkan karakteristik usia, proporsi balita anemia lebih banyak

ditemukan pada usia 24-35 bulan sedangkan proporsi balita yang tidak

anemia anemia lebih banyak ditemukan pada usia 48-59 bulan. Beberapa

hasil penelitian lainnya juga menemukan hal yang serupa. Proporsi balita

anemia paling banyak terjadi pada kelompok usia ≤35 bulan (Leite dkk,

2013; Ewusie dkk, 2014; Santos dkk, 2011). Begitupun dengan penelitian

Santos dkk (2011) yang menemukan bahwa prevalensi anemia balita

semakin tinggi pada kelompok usia yang lebih muda. Berdasarkan

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

60

konsistensi hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa anemia balita

cenderung terjadi pada usia ≤35 bulan.

3. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir pada penelitian ini diukur berdasarkan dokumen

catatan kelahiran, hasil analisis pada penelitian ini menemukan bahwa

proporsi anemia lebih bayak ditemukan pada balita yang tidak BBLR.

Namun pada proporsi tidak anemia, mayoritas balita tidak memiliki

riwayat BBLR. Hasil ini juga sesuai dengan hasil survei pada balita

pribudi di Brazil yang menemukan bahwa proporsi anemia pada balita

BBLR dan tidak BBLR sama besar (Leite dkk, 2013). Penelitian Lofoz

dkk (2012) juga menemukan bahwa balita anemia cenderung memiliki

riwayat BBLR.

4. Riwayat Penyakit Malaria

Riwayat penyakit malaria berdasarkan hasil diagnosis dokter yang

dikumpulkan melalui wawancara. Berdasarkan hasil analisis pada

penelitian ini, 98,9% balita yang anemia tidak memiliki riwayat penyakit

malaria. Hal ini dimungkinkan karena daerah endemis malaria di

Indonesia hanya sebesar 15% yaitu provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur,

Papua Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku (Riskesdas, 2013).

Pada dasarnya, malaria merupakan penyumbang utama anemia di

dunia (Shaw dan Frieman, 2011). Malaria memiliki hubungan yang kuat

dengan peningkatan prevalensi anemia karena mekanisme penghancuran

sel darah merah oleh parasit plasmodium. Penyebab anemia pada penderita

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

61

malaria disebabkan karena parasit menempati sel darah merah sehingga

membuat sel hemolisis. Malaria berat disertai dengan defisit glukosa-6-

fosfat dehidrogenase (G6PDD) sangat berisiko memperparah hemolisis

(Hussein dan Mohammed, 2014).

Penelitian di Ethiopia tidak menemukan hubungan antara anemia

dan infeksi malaria. Hal ini dikarenakan rendahnya prevalensi malaria di

area penelitian (Gutema dkk, 2014). Namun penelitian pada balita di

wilayah rural di Kenya menemukan 32,5% balita anemia terinfeksi malaria

(Foote dkk, 2013).Penelitian di Sudan juga menemukan sebagian besar

balita terkena beberapa serangan malaria pada tahun sebelum tanggal

penelitian. Hal ini disebabkan karena Sudan merupakan wilayah endemis

malaria (Hussein dan Mohammed, 2014).

Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa sebesar sebesar 66,7%

balita yang memiliki riwayat penyakit malaria Tropicana/ falcifarum

menderita anemia. Berbagai spesies Plasmodium menyebabkan malaria,

namun P. falciparum adalah yang paling sering menimbulkan anemia pada

anak-anak. Bertentangan dengan anemia defisiensi besi yang berkembang

perlahan, P. falciparum menyebabkan anemia berat dan mendalam dalam

waktu hanya 48 jam setelah demam. Plasmodium lain juga berkontribusi

terhadap malaria termasuk P. vivax dan P malaria namun tidak separah P.

falciparum (Sanou dan Ngnie-Teta, 2012)

Menurut teori, infeksi Plasmodium sp. menjadi infeksi yang

dominan secara signifikan menurunkan kadar hemogoblin dan

meningkatkan risiko anemia. Semakin berat infeksinya semakin

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

62

berdampak pada rendahnya level hemoglobin. Siklus hidup parasit

plasmodium meningkatkan hemolisis sel darah merah secara langsung atau

pada proses inflamasi cytokine sehingga pada individu yang terinfeksi,

proses produksi sel darah merah yang baru tidak akan mencukupi untuk

mengganti sel darah yang rusak (Green dkk, 2011).

5. Status Gizi Balita

Status gizi balita dihitung berdasarkan indikator usia, berat badan

dan tinggi badan menggunakan alat timbangan digital dan alat pengukur

tinggi badan. Kemudian angka berat badan dan tinggi badan setiap balita

dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku

antropometri anak balita WHO 2005 sehingga terdapat 4 kategori pada

masing-masing indikator. Berdasarkan hasil analisis status gizi BB/U,

anemia lebih banyak terjadi pada balita dengan gizi baik hanya 3,6% yang

memiliki status gizi buruk. Begitupun dengan status gizi berdasrkan TB/U

dan BB/TB, anemia lebih banyak terjadi pada balita dengan tinggi normal

dan berat normal.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan di Maroko yang menemukan distribusi balita anemia lebih

banyak memiliki status gizi yang baik (Houi, 2008). Begitupun dengan

hasil penelitian sebelumnya di wilayah Indonesia juga menemukan hal

yang serupa, hanya sebagian kecil balita anemia yang memiliki status gizi

buruk, sangat pendek dan sangat kurus (Howard dkk, 2007; Semba dkk,

2008). Namun hasil penelitian lainnya menemukan bahwa distribusi

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

63

anemia lebih banyak pada balita yang stunting dan kurus (Foote dkk,

2013; Shinoda dkk, 2012).

6. Status Pemberian Vitamin A

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi anemia lebih banyak

terjadi pada balita yang diberikan vitamin A setiap 6 bulan sekali. Hasil ini

serupa dengan penelitian sebelumnya di Indonesia yang menemukan

bahwa 55,9% anemia ditemukan pada balita yang mendapat suplementasi

vitamin A (Sougandis dkk, 2012). Berbeda dengan hasil penelitian di

Kenya menemukan bahwa 75,9% anemia terjadi pada balita yang

defisiensi vitamin A (Foote dkk, 2013).

Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan karena perbedaan

pengukuran, penelitian di Kenya mengukur defisiensi vitamin A

berdasarkan kadar retinol di plasma darah sedangkan penelitian ini hanya

mengukur status pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali. Secara teori,

defisiensi vitamin A berpotensi menyebabkan anemia yang disebabkan

infalamasi kronis karena vitamin A berperan dalam imunitas (Semba,

2008). Selain itu vitamin A juga berperan penting dalam eritropoesis yang

menghasilkan hemoglobin (Balarajan dkk, 2011).

7. Status Imunisasi DPT

Hasil penelitian menemukan bahwa proporsi anemia lebih banyak

terjadi pada balita yang diberikan imunisasi DPT lengkap. Hasil penelitian

ini berbeda dengan hasil penelitian di Ethiopia yang menemukan bahwa

anemia lebih banyak terjadi pada balita yang tidak mendapatkan imunisasi

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

64

DPT (Habtde dkk, 2013). Namun apabila dibandingkan dengan antara

proporsi anemia dan tidak anemia, pada balita yang tidak berikan

imunisasi DPT cenderung mengalami anemia lebih besar. Hal ini juga

didukung oleh hasil penelitian Ozkaya dkk (2013) yang menemukan

bahwa anemia lebih banyak terjadi pada balita yang tidak memiliki

imunisasi DPT lengkap.

D. Gambaran Kejadian Anemia Berdasarkan Faktor Maternal dan

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013

1. Pendidikan Ibu

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hanya 4% balita anemia

yang memiiki ibu dengan pendidikan tamat perguruan tinggi. Meskipun

begitu, proporsi balita yang anemia hampir terdistribusi sama besar pada

tiap jenjang pendidikan yang ditamatkan ibu. Hal ini dapat diartikan

bahwa balita yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi

cenderung tidak mengalami anemia. Hasil ini juga diperkuat dengan

temuan bahwa ibu yang tingkat pendidikan formalnya <6 tahun cenderung

memiliki balita yang anemia (84,9%) (Ngui dkk, 2012). Begitupun dengan

hasil penelitian lainnya di Indonesia, proporsi anemia balita paling banya

ditemukan pada ibu yang pendidikannya hanya 1-6 tahun (Suganidia dkk,

2012). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anemia balita terjadi

ketika memiliki ibu yang hanya lulus SMP. Hasil penelitian lainnya juga

menemukan bahwa sebagian besar anemia balita memiliki ibu dengan

tingkat pendidikan terbawah (Al-Qoud dkk, 2014).

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

65

2. Pekerjaan Ibu

Analisis pekerjaan berdasrkan status pekerjaan ibu dan jenis

pekerjaan ibu. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa 37,64% ibu

yang bekerja memiliki balita yang mengalami anemia dan sebagain besar

bekerja sebagai petani/nelayan/buruh. Hasil ini juga sesuai dengan temuan

di Maroko, pada balita anemia lebih banyak ditemukan pada ibu yang

bekerja kasar./buruh (Houi dkk, 2008). Penelitian cross-sectional di

wolayah Ghana juga menemukan bahwa pada ibu yang bekerja, proporsi

anemia balita sebagian besar terjadi pada ibu yang bekerja sebagai

petani/pedagang/pemgrajin (Vanbuskirk dkk, 2014)

Selain itu penelitian di Cuba juga menemukan proporsi anemia

balita hanya sebesar 34,6% pada ibu yang bekerja (Pita dkk, 2014).

Begitupun dengan penelitian di Kuwait, proporsi anemia pada ibu yang

bekerja ditemukan lebih rendah dibandingkan dengan iu yang tidak

bekerja (Al-qaoud dkk, 2014). Sejalan dengan hasil penelitian lainnya,

proporsi anemia balita lebih banyak ditemukan pada ibu yang bekerja di

luar rumah (Kounnavong dkk, 2011). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa anemia cenderung terjadi pada ibu yang tidak bekerja.

3. Usia Ibu

Hasil penelitian menemukan bahwa proporsi anemia balita

mayoritas terjadi pada ibu dengan usia 25-34 tahun. Hasil penelitian

lainnya justru menemukan proporsi anemia terbanyak yaitu pada ibu usia

15-19 tahun (Habte dkk, 2013). Penelitian sebelumnya di wilayah

perkotaan Indonesia juga menemukan sebesar 27% anemia balita memiliki

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

66

ibu berusia 25-28 tahun (Semba dkk, 2008). Penelitian lainnya di

Indonesia justru menemukan bahwa proporsi anemia balita paling besar

pada kelompok usia ≤24 tahun (Souganidis dkk, 2012). Penelitian Al-

Qaoud dkk (2014) menemukan bahwa usia ibu yang kurang dari 30 tahun

cenderung memiliki anak yang anemia dibandingkan dengan ibu yang

lebih tua. Perbedaan hasil penelitian dimungkinkan karena karateristik ibu

pada penelitian ini mayoritas adalah berusia 25-34 bulan.

4. Jumlah Keluarga

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar anemia balita

ditemukan pada jumlah anggota keluarga <5 orang. Penelitian Al-Qaoud

dkk (2014) juga menemukan hasil yang sama. Namun hal ini berbeda

dengan hasil berbagai penelitian lainnya yang menemukan bahwa anemia

balita lebih banyak terjadi pada jumlah keluarga >5 (Leite dkk, 2013;

Guatema dkk, 2014; Kounnavong dkk, 2011). Penelitian di India juga

menemukan bahwa prevalensi anemia cenderung terjadi pada keluarga

yang besar. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dari anggota

keluarga pada anak-anak karena kesibukan mereka. Akibatnya anak-anak

tidak mendapatkan perhatian untuk makanan dan nutrisi yang tepat

(Baranwal dkk, 2014).

Perbedaan hasil ini mungkin dikarenakan mayoritas proporsi

jumlah keluarga pada penlitian ini berjumlah <5 anggota keluarga. Hal ini

mungkin juga disebabkan karena pemerintah di Indonesia memiliki

program untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu dengan

melakukan program keluarga berencana (KB). Program KB menganjurkan

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

67

hanya memiliki 2 anak saja. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, penduduk

yang melakukan KB sebesar 597%, sehingga kemungkinan berdampak

pada karakteristik jumlah keluarga di Indonesia yang berjumlah 4 anggota

keluarga termasuk ayah dan ibu serta 2 orang anak.

5. Tempat Tinggal

Hasil penelitian menemukan bahwa proporsi anemia balita 50,18%

tinggal di wilayah pedesaan. Hail ini menunjukkan bahwa proporsi anemia

balita baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan tidak berbeda. Hasil

penelitian lainnya juga menemukan hal yang sama, 51,6% balita anemia

tinggal di desa (Habte dkk, 2013). Hasil penelitian juga mengatakan

bahwa anemia terjadi di wilayah pedesaan/rural sebesar 62,4% (Foote dkk,

2013; Baranwal dkk, 2014). Begitupun dengan hasil penelitian

sebelumnya di Indonesia menemukan bahwa 18,3% anemia ditemukan di

wilayah perkotaan dan 15,5% anemia ditemukan di wilayah pedesaan

(Sougandini, 2012). Penelitian lainnya di Indonesia juga menemukan

prevalensi anemia balita di wilayah pedesaan sebesai 56,1% dan di

wilayah perkotaan sebesar 58,7% (Howard dkk, 2007; Semba dkk, 2008).

Dapat disimpulkan bahwa anemia dapat terjadi dimana saja dan tidak

bergantung pada karakteristik tempat tinggal.

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

68

E. Hubungan Kejadian Anemia Berdasarkan Karakteristik Balita di

Indonesia Tahun 2013

1. Jenis Kelamin Balita

Jenis kelamin merupakan karakteristik yang tidak dapat

dimodifikasi dan selalu ada pada individu. Berdasarkan hasil penelitian,

risiko anemia pada anak laki-laki ditemukan sedikit lebih besar

dibandingkan dengan anak perempuan (OR 1,18 ) dan secara statistik tidak

ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan

kejadian anemia (95%CI 0,89 - 1,57). Dapat dikatakan bahwa anemia

dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan dan tidak

terdapat perbedaan risiko yang signifikan antara anak laki-laki dan

perempuan.

Umumnya anak laki-laki lebih berisiko terhadap anemia (Alzain,

2012). Pada anak laki-laki rentan mengalami defisiensi zat besi dibanding

anak perempuan karena pertumbuhan yang lebih cepat pada bulan-bulan

pertama kehidupan (Pita dkk, 2014). Helmyati dkk (2007) menjelaskan

bahwa pertambahan berat bayi laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan

bayi perempuan, akibatnya zat besi yang dimiliki lebih cepat terpakai

untuk proses pertumbuhan pada bayi laki-laki.

Besi merupakan zat yang dibutuhkan dalam pembentukan

hemoglobin dalam sel darah merah, khususnya pada saat pembentukan

heme (Sembulingan, 2012). Anemia dapat terjadi apabila seseorang

kekurangan zat besi. Hal ini disebabkan karena besi merupakan inti atom

molekul hemoglobin, seseorang yang mengalami defisisensi zat besi tidak

dapat mencukupi kebutuhan produksi hemoglobin. Oleh sebab itu mereka

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

69

dapat mengalami anemia meskipun jumlah sel darah merahnya normal

(Enger dkk, 2007).

Teori tersebut juga didukung oleh hasil dari beberapa penelitian

yang menyebutkan bahwa anak laki-laki ditemukan memiliki risiko lebih

tinggi untuk menderita anemia daripada anak perempuan (OR: 1,215

(1,083, 1,362) p-value <0.001 (Ngesa dan Mwambi, 2014). Penelitian lain

juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara anemia dengan

jenis kelamin balita (95% CI 48,9-52,0) (Habte dkk, 2013).

Meskipun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian

sebelumnya, namun ada pendapat yang menyebutkan bahwa pada anak-

anak terjadi kebutuhan besi yang cukup tinggi untuk pertumbuhan mereka,

tetapi mereka tidak dapat mengatur pola makannya sendiri. Sehingga

anak-anak menjadi rentan terhadap anemia baik itu pada anak laki-laki

maupun perempuan (Santos dkk, 2011). Hal ini juga didukung oleh hasil

penelitian di Papua New Ginea yang juga tidak menemukan hubungan

secara statistik antara jenis kelamin balita dengan anemia (Shinoda dkk,

2012). Penelitian lainnya juga tidak menemukan hubungan antara anemia

dan jenis kelamin (Kumar dkk, 2014; Ewusie dkk, 2014). Selain itu, hasil

analisis univariat pada penelitian ini juga menemukan bahwa anemia

cenderung terjadi pada anak laki-laki. Oleh karena itu, disarankan kepada

peneleiti selanjutnya untuk melakukan penelitian kembali antara jenis

kelamin dengan anemia, namun peneliti dapat mengkontrol faktor lain

yang dapat mempengaruhi.

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

70

2. Usia balita

Usia merupakan faktor risiko seseorang untuk terkena anemia.

Menurut WHO (2008) anemia dapat terjadi pada seluruh tahap kehidupan

manusia namun lebih berisiko terjadi pada balita dan ibu hamil. Hasil

penelitian menemukan bahwa terjadi peningkatan risiko pada kelompok

usia balita yang lebih muda (12-35 bulan) sebesar 2,62 kali dibandingkan

kelompok usia 36-59 bulan dan secara statistik ditemukan hubungan yang

signifikan antara kejadian anemia dengan usia balita (95% CI 1,96-3,50).

Hasil penelitian ini telah memenuhi kriteria kausalitas Hill dengan

menunjukkan kekuatan hubungan secara statistik.

Hubungan antara usia balita dengan kejadian anemia dalam

penelitian ini terlihat pada distribusi masing-masing kelompok anemia dan

tidak anemia. Sebanyak 57,4% dari kelompok anemia adalah balita berusia

12-35 bulan. Sedangkan hanya 34% dari kelompok tidak anemia yang

berusia 12-35 bulan. Berdasarkan kemampuan alat pencernaan dan juga

kebutuhan gizinya, balita terbagi menjadi dua, yaitu balita yang berusia

12-35 bulan dan balita berusia 36-60 bulan. Pada anak balita yang berusia

12-35 bulan bisa disebut sebagai konsumen pasif karena hanya menerima

makanan dari pengasuhnya, sedangkan pada balita 36-60 bulan adalah

konsumen aktif karena dapat menentukan makanan dalam variasi yang

berbeda sesuai keinginannya (Prikasih dan Suganti, 2009). Dapat

disimpulkan bahwa anemia pada balita 12-36 bulan kemungkinan juga

disebabkan karena praktik pemberian makanan dari orangtua.

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

71

Pendapat lain mengatakan bahwa balita yang memiliki usia lebih

tua umumnya memiliki tingkat toleransi yang lebih baik terhadap makanan

yang mengandung besi serta peningkatan kekebalan tubuh sehingga

terlindungi dari penyakit infeksi yang dapat menyebabkan anemia (Habte

dkk, 2013). Andriana dan Sumarmi (2006) menjelaskan pada

penelitiannya di Sidoarjo bahwa pada usia 12–23 bulan merupakan masa

peralihan antara penyusuan dan makanan dewasa serta masa yang paling

kritis karena adanya bahaya ketidakcukupan gizi dan penyakit infeksi pada

balita. Selain itu, pada masa di atas satu tahun anak-anak memerlukan

makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, sehingga balita

rentan mengalami anemia terutama anemia gizi.

Hasil pada penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian

lainnya yang menemukan hubungan yang signifikan antara anemia dengan

umur balita, Leal dkk (2011) menemukan bahwa balita usia 6-24 bulan

lebih berisiko anemia baik pada wilayah urban [OR 2,4 (95% CI 1.92-

2.94)] maupun wilayah rural [OR 3.0 (95% CI 2.46-3.63)]. Hasil

penelitian lainnya juga menemukan hal yang sama (Ayoya dkk, 2011;

Foote dkk, 2013). Kelompok umur dibawah 24 bulan berisiko 2,6 kali

lebih besar mengalami anemia (p : 0,000 CI 1,7-3,8) (Assefa dkk, 2014).

Pada hasil penelitian di kota Gaza Palestina, rata-rata anemia balita

dalam komunitas ini terjadi pada usia 1,75 tahun. Penjelasan mengenai

penurunan kadar hemoglobin pada anak-anak ini yaitu anak-anak sedang

berada pada periode ledakan pertumbuhan yang cepat tetapi kebutuhan

gizi untuk pembentukan sel darah merah tidak terpenuhi (Alzain, 2012).

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

72

Berdasarkan hasil penelitian, semakin tua umur anak maka akan memiliki

efek proteksi terhadap anemia (Leite dkk, 2013). Hal ini juga didukung

oleh hasil penelitian Shinoda (2012), semakin muda umur anak maka

semakin tinggi risikonya mengalami anemia. Anemia juga lebih banyak

ditemukan pada anak-anak usia 12-17 bulan dibandingkan dengan anak-

anak usia 36-59 bulan (Singh dan Patra, 2014). Penelitian Ewusie dkk

(2014) juga mengatakan bahwa prevalensi anemia pada balita usia <3

tahun ditemukan paling tinggi (95% CI 8,44-8,98).

Meskipun usia balita merupakan faktor risiko anemia yang tidak

bisa dimodifikasi, bukan berarti tidak dapat dilakukan upaya pencegahan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang pemeriksaan anemia

pada balita pada setiap kelompok usia risiko, disarankan kepada

pemerintah khususnya pemerintah daerah untuk dapat melakukan kegiatan

skrining tersebut di Puskesmas atau Posyandu di masing-masing wilayah

sebagai bagian dari kegiatan penyelenggaraan kesehatan anak.

3. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir adalah pengukuran yang dilakukan sesaat setelah

bayi lahir. Standar berat badan lahir pada penelitian ini menggunakan

standar dari WHO, yaitu dikatakan BBLR apabila berat lahir <2500 gram

(WHO, 2015). Hasil analisis menunjukkan bahwa BBLR berhubungan

dengan kejadian anemia, balita yang BBLR berisiko 4,36 lebih tinggi

mengalami anemia dibandingkan dengan balita yang tidak BBLR (95% CI

2,74-6,94). Hal ini menunjukkan bahwa BBLR merupakan faktor risiko

trjadinya anemia pada balita.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

73

Pada dasarnya berat bayi saat lahir merupakan akibat langsung

dari status kesehatan dan gizi ibu sebelum dan selama kehamilan

(Uniceff, 2012). Berat badan lahir berhubungan dengan faktor maternal,

ibu yang mengalami anemia selama kehamilan cenderung untuk

melahirkan anak dengan BBLR (Leite dkk, 2013). Anemia merupakan

masalah yang sangat penting selama kehamilan karena dampak buruk yang

ditimbulkan yaitu BBLR. Hal ini disebabkan karena pada ibu hamil yang

anemia tidak mampu membawa nutrisi dan oksigen untuk kecukupan

perkembangan janin (Uchimura dkk, 2003).

Hasil penelitian di Brazil menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi

hemoglobin pada balita dengan BBLR adalah 9,7 gr/dl. Selain itu, balita

BBLR memiliki risiko 3,03 kali lebih besar menderita anemia. Hal ini

menunjukkan bahwa anak-anak dengan berat lahir di bawah 2.500 gram

tiga kali lebih mungkin mengalami anemia dibandingkan dengan berat

lebih dari 2.500 gram (Uchimura dkk, 2003). Penelitian di Cuba pada

tahun 2011 juga menemukan hubungan yang signifikan antara BBLR dan

anemia yaitu OR 1.74 (95% CI 1.04–2.92) (Pita dkk, 2011). Begitupun

dengan penelitan Konstantyner dkk (2012) juga menemukan hubungan

antara BBLR dan anemia (95% CI 3.23-3.33). Meskipun begitu, pada

penelitian lainnya tidak menemukan hubungan antara BBLR dengan

kejadian anemia baik diwilayah urban OR 1.2 (0.84;1.65) maupun di

wilayah rural OR 1.0 (0.66;1.38) (Leal dkk, 2011). Begitupun dengan

penelitian Assis dkk (2004) juga tidak menemukan hubungan antara

BBLR dan anemia (95% CI 0.82 0.49-1.37).

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

74

Uchimura dkk (2003) menjelaskan bahwa dalam studi berbasis

populasi, BBLR dan anemia selalu berkorelasi. Berat lahir merupakan

faktor yang sangat penting dalam penentuan anemia dan ketika terjadi

pertumbuhan yang cepat dari seorang balita BBLR maka juga dapat terjadi

anemia. Hal ini dapat dikarenakan bayi yang lahir dengan berat lahir

normal memiliki simpanan besi yang lebih banyak dibandingkan bayi

yang berat lahirnya kurang dari normal. Selain hal tersebut, berat bayi lahir

kurang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bayi

yang lahir dengan berat normal, sehingga simpanan besi yang mereka

miliki lebih cepat habis terpakai untuk proses metabolisme dibandingkan

bayi yang lahir dengan berat normal. Bayi yang BBLR mempunyai

cadangan besi lebih rendah dibandingkan dengan bayi normal. Oleh sebab

itu kebutuhan zat besi pada bayi ini lebih besar dari pada bayi normal. Jika

bayi BBLR mendapat makanan yang cukup mengandung zat besi, maka

pada usia 9 bulan kadar Hb akan dapat menyamai bayi yang normal

(Helmyati dkk, 2007).

Pada periode posnatal, zat besi digunakan untuk pertumbuhan,

proses konsumsi dan penyerapan besi pada periode ini sangat cepat.

Semakin cepat pertumbuhan, semakin berisiko mengalami defisiensi zat

besi. Anak-anak dengan berat lahir rendah memiliki risiko lebih banyak.

Pada kondisi ini mereka mulai tumbuh dengan cadangan besi yang rendah,

sedangkan terjadi pertumbuhan posnatal yang cepat (Pita dkk, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian, pencegahan terhadap BBLR dapat

mengurangi risiko kematian dan anemia (Pita dkk, 2014). Suplementasi

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

75

tablet besi merupakan salah satu cara yang bermanfaat dalam mengatasi

anemia khususnya anemia akibat kekurangan zat besi. Salah satu upaya

unuk mencegah terjadianya kekurangan gizi pada balita adalah yaitu

dengan program taburia. Taburia merupakan suplementasi multivitamin

dimana salah satu kandungannya adalah zat besi (Kemenkes, 2013). Oleh

sebab itu, disarankan kepada pemerintah untuk dapat memberikan taburia

kepada balita dengan faktor risiko yang tinggi seperti BBLR. Selain itu,

menurut IDI (2011) balita dengan berat lahir rendah yang tidak mendapat

formula yang difortifikasi besi perlu dipertimbangkan untuk melakukan

pemeriksaan Hb sebelum usia 6 bulan. Hal tersebut dilakukan untuk

menditeksi dan menanggulangi masalah anemia pada balita sehingga tidak

menimbulkan dampak yang buruk.

4. Status Gizi Balita

Pada penelitian ini, penentuan status gizi balita berdasarkan standar

baku antropometri anak balita WHO tahun 2005. Status gizi pada balita

yang diukur berdasarkan tinggi badan dan umur kemudian tinggi berat

badan setiap balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore).

Kemudian untuk penentuan status underweight yaitu apabila BB/U <-2

Zscore, stunting yaitu TB/U <-2 Zscore dan wasting yaitu BB/TB <-2

Zscore. Hasil penelitian menemukan bahwa stunting yang secara statistik

ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia OR

1,36 (95% CI 1, 01-1,85), sedangkan underweight (95% CI 0,56- 1,14)

dan wasting (95% CI 0,53-1,50) tidak ditemukan hubungan yang

signifikan dengan kejadian anemia.

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

76

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya,

Ayoya dkk (2013) menemukan hubungan yang signifikan antara stunting

dan anemia (95% CI 1,4-3,6), namun underweight (95% CI 0,4-2,2) dan

wasting (95% CI 0,4-3,3) tidak berhubungan secara statistik dengan

anemia. Begitupun dengan penelitian di Palesina yang hanya menemukan

hubungan signifikan antara stunting dan anemia (95%CI 1.22-2.04) dan

serupa dengan penelitian di Ghana, balita stunting berisiko 2 kali lebih

besar mengalami anemia dan ditemukan hubungan signifikan dengan

keduanya (95%CI1.03, 2.00) (Halileh dan Gordon, 2005; VanBuskirk dkk,

2014).

Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan

terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang, sedangkan

wasting dan underweight merupakan hasil dari kekurangan nutrisi pada

jangka waktu yang lebih pendek. Wasting dan underweight merupakan

status gizi yang menggambarkan besarnya masalah gizi pada saat ini

(Kemenkes, 2013). Berdasarkan hasil penelitian, hanya stunting yang

berhubungan dengan kejadian anemia.

Diketahui bahwa umumnya anemia dan malnutrisi biasanya

muncul bersamaan, satu individu dapat mengalami masalah gizi yang

kompleks (Al-Qaoud dkk, 2014). Masalah stunting berhubungan dengan

1000 hari pertama kehidupan, balita yang mengalami kekurangan gizi

pada saat itu kemungkinan akan menderita masalah gizi yang kompleks

termasuk anemia (Kemenkes, 2013). Defisiensi mikronutrien lainnya juga

dapat meningkatkan perkembangan anemia (Oliviera dkk, 2010).

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

77

Pada masa balita, asupan nutrisi yang tepat dibutuhkan untuk

menghambat perkembangan anemia (Gorospe dkk, 2014). Kemenkes

sendiri memiliki program untuk perbaikan gizi pada 1000 hari pertama

kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan

pertama bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, disarankan kepada

pemerintah daerah untuk mendukung kegiatan tersebut dengan cara

memberikan alokasi anggaran untuk mendukung program kesehatan ibu

dan anak. Alokasi anggaran dapat digunakan untuk memberikan PMT

pada ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK), pemberian tablet Fe pada

ibu hamil dan pemeriksaan antenatal care (ANC) untuk mencegah

malnutrisi pada saat kehamilan. Pemberian suplementas zat gizi juga dapat

dilakukan pada balita usia 6-59 bulan apabila berisiko tinggi anemia.

5. Status Pemberian Vitamin A

Pada penelitian ini, hanya menganalisis status pemberian kapsul

vitamin A setiap 6 bulan sekali yang diberikan pada balita usia 12 bulan.

Hasil penelitian menemukan bahwa kejadian anemia dan status pemberian

vitamin A secara statistik tidak ditemukan adanya hubungan yang

signifikan (95% CI 0,66-1,28). Selain itu, juga tidak terdapat perbedaan

risiko anemia antara balita yang mendapat kapsul vitamin A dan yang

tidak mendapat kapsul vitamin A. Pada dasarnya, kekurangan vitamin A

pada anak memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita anemia. Hal

ini disebabkan karena asupan riboflavin yang cukup dapat mencegah

infeksi saluran pernapasan atas serta faktor-faktor lain yang berkontribusi

terhadap peningkatan risiko anemia (Gorospe dkk, 2014).

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

78

Survei gizi menunjukkan bahwa tingginya prevalensi defisiensi

vitamin A dan anemia biasanya terjadi bersama-sama dalam populasi yang

sama. Pada populasi berisiko kekurangan vitamin A, ada kemungkinan

mengalami kekurangan vitamin lainnya yang dapat menyebabkan anemia.

Bukti bahwa kekurangan vitamin A menyebabkan anemia yaitu melalui

modulasi metabolisme besi. Vitamin A membantu mangangkut besi dari

liver ke sumsum tulang untuk proses eritropoesis atau pembentukan sel

darah merah. Apabila tubuh mengalami defisiensi vitamin A, maka proses

eritopoesis akan terganggu dan mengakibatkan anemia.

Selain itu defisiensi vitamin A juga berkontribusi menimbulkan

anemia melalui kekebalan tubuh terhadap infeksi dan peningkatan anemia

kronis. Namun indeks sel darah merah mungkin tidak konsisten selama

anemia defisiensi vitamin A karena faktor lain, termasuk kekurangan zat

besi, malaria, infeksi dan obat-obatan lainnya (Semba dan Bloem, 2002).

Kekurangan vitamin A dan anemia berhubungan dengan angka

kematian yang tinggi terutama pada balita (Amati dkk, 2013). Teori ini

juga didukung dengan hasil penelitian lainnya yang menemukan bahwa

kekurangan vitamin A berisiko 16,3 kali lebih tinggi mengalami anemia

dan ditemukan hubungan yang signifikan antara keduannya (95% CI 13.6

- 19.0) (Foote dkk, 2013). Penelitian Habte dkk (2013) juga menemukan

bahwa balita yang tidak diberikan vitamin A setiap 6 bulan sekali 1,24

berisiko lebih tinggi mengalami anemia dan terdapat hubungan yang

signifikan antara keduanya (95% CI 1,12-1,36).

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

79

Meskipun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian

sebelumnya, namun hasil penelitian lainnya juga mengatakan hal yang

sama. Penelitian Konstantinyer dkk (2011) tidak menemukan hubungan

yang signifikan antara anemia dan vitamin A (95% CI 0.86; 3.65).

Begitupun dengan penelitian di Benin juga tidak menemukan hubungan

yang signifikan antara anemia dan vitamin A (p value 0,209) ( Amati dkk,

2013). Perebedaan hasil penelitian ini dimungkinkan karena pengumpulan

data vitamin A hanya berdasarkan status pemberiannya saja tanpa

memperhatikan kadar retinol dalam darah. Kemungkinan dapat terjadi

gangguan metabolisme penyerapan vitamin A sehingga meskipun sudah

diberikan suplementasi masih berpotensi mengalami anemia.

6. Status Imunisasi DPT

Imunisasi DPT merupakan salah satu imunisasi dasar yang wajib

diberikan pada bayi yang baru lahir. Imunisasi DPT berguna untuk

mencegah penyakit Diphtheria, Pertusis, dan Tetanus. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan risiko anemia pada

balita yang memiliki status imunisasi DPT tidak lengkap (OR 1,15) dan

semakin meningkat pada balita yang tidak diberikan imunisasi DPT (OR

1,80). Namun hanya pada balita yang tidak diberikan imunisasi DPT yang

ditemukan berhubungan dengan anemia secara statistik (95% CI 1,15-

2,84). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

Ethiopia yang menyatakan bahwa pemberian imunisasi DPT dapat

menurunkan risiko penyakit menular sehingga dapat menurunkan risiko

anemia (Habte dkk, 2013).

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

80

Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit saluran pernapasan yang

sangat menular. Bordetella pertussis adalah agen penyebab batuk rejan

yang terjadi pada balita. Bakteri ini menempel pada selaput lendir di

saluran pernapasan dan menyebabkan peradangan dalam tubuh. B.

pertussis menghasilkan toksin pertusis dan endotoksin, pada kasus yang

parah komplikasi seperti demam tinggi, radang otak, kejang, pneumonia

dan kematian dapat terjadi (WHO, 2010). Hasil penelitian menemukan

bahwa toksin yang ditimbulkan oleh B. pertussis dapat meningkatkan

aktifitas hemolitik pada sel darah merah manusia. Aktifitas hemolitik

menyebabkan anemia karena menyebabkan peningkatan penghancuran sel

darah merah. Jika penghancuran sel darah merah melebihi

pembentukannya, maka akan terjadi anemia (Bodade dkk, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian pada balita yang pernah diimunisasi

meskipun tidak lengkap tidak menunjukkan hubungan yang signifikan

secara statistik dengan kejadian anemia. Balita yang sudah pernah

diimunisasi akan memiliki kekebalan tubuh lebih baik dibandingkan balita

yang tidak pernah diberikan imunisasi sama sekali. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa pemberian imunisasi DPT dapat menurunkan

risiko terinfeksi B. pertussis sehingga dapat menurunkan risiko anemia.

Oleh sebab itu, disarankan kepada pemerintah daerah untuk

mengoptimalkan kegiatan penyuluhan imunisasi di tingkat Puskesmas dan

Posyandu dengan pemberdayaan masyarakat (kaderisasi imunisasi).

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

81

F. Hubungan Kejadian Anemia Berdasarkan Faktor Maternal dan

Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013

1. Pendidikan Ibu

Pada penelitian ini, pendidikan ibu diukur berdasarkan jenjang

pendidikan formal di Indonesia yang ditamatkan ibu. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa secara statistik tidak ditemukan adanya hubungan

yang signifikan antara kejadian anemia dengan pendidikan ibu. Ibu yang

hanya menamatkan pendidikan SMP memiliki risiko paling tinggi

menderita anemia dibandingkan jenjang pendidikan lainnya dan risikonya

semakin menurun apabila ibu menamatkan pendidikannya hingga

perguruan tinggi.

Pada dasarnya tingkat pendidikan seorang ibu berpengaruh pada

kesehatan anak. Ibu berperan penting dalam pengasuhan balita termasuk

praktek pemberian makan. Pendidikan ibu juga dikaitkan dengan

pengetahuan tentang gizi. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan

seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Ibu

dengan pendidikan yang relatif tinggi cenderung memiliki kemampuan

untuk menggunakan sumber daya keluarga yang lebih baik dibandingkan

dengan ibu yang berpendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu

maka semakin tinggi pengetahuan tentang variasi makanan Variasi

makanan digunakan untuk mencukupi kebutuhan gizi pada balita

(VanBuskirk dkk, 2014).

Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

ibu secara bermakna dikaitkan dengan risiko anemia pada anak-anak (p

value 0,02). Ibu dengan pendidikan menengah memiliki efek proteksi

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

82

terhadap risiko anemia pada anak-anak mereka. Anemia berisiko 1,5 kali

lebih besar pada anak-anak yang ibunya tidak sekolah dibandingkan

dengan anak yang ibunya memiliki tingkat pendidikan menengah (Ngesa

dan Mwambi, 2014). Hasil penelitian di Ethiopia menemukan bahwa

pendidikan ibu yang tinggi memiliki efek protektif terhadap anemia balita.

Hal ini disebabkan karena praktek pemberian makan dan perawatan anak

yang baik oleh ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (Habte dkk,

2013).

Ibu dengan pendidikan rendah akan berpengaruh kesadaran ibu

tentang pemberian nutrisi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang

tidak sehat. (Assefa dkk, 2014). Hasil penelitian lainnya juga menemukan

bahwa anak-anak yang memiliki ibu dengan pendidikan rendah cenderung

mengalami anemia defisisensi besi dibandingkan dengan anak-anak yang

memiliki ibu dengan latar pendidikan yang tinggi (Ngui dkk, 2012).

Penelitian di daerah pedesaan Malaysia juga menemukan bahwa

pendidikan formal ibu yang kurang dari 6 tahun berhubungan signifikan

dengan anemia balita dan meningkatkan risiko sebesar 2,52 kali (p value

0,002).

Meskipun berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, namun

hasil penelitian ini menemukan bahwa ibu yang tamat perguruan tinggi

cenderung memiliki balita yang tidak anemia. Beberapa hasil penelitian

lain juga menemukan antara anemia pada balita secara statistik tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan pendidikan ibu, dalam

penelitian ini pendidikan diukur berdasarkan tingkat melek huruf (Hussein

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

83

dan Mohamed, 2014). Penelitian di daerah pedesaan Lao juga tidak

menemukan hubungan yang signifikan dengan anemia. Kemungkinan hal

ini disebabkan karena variasi pendidikan yang sedikit, dalam populasi

penelitian ini (Kounnavong dkk, 2011). Begitupun penelitian di Brazil

juga tidak menemukan hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian

anemia (Konstantyner dkk, 2012).

Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena

pendidikan ibu tidak berhubungan secara langsung dengan anemia pada

balita. Hal ini karena adanya peran pengetahuan, dimana tingkat

pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang, pengetahuan yang

baik kemudian akan menimbulkan kesadaran. Kesadaran ibu tentang

pemberian gizi yang baik pada balita (Konstantyner dkk, 2012). Oleh

sebab itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan

kembali penelitian antara pendidikan dan anemia balita dengan

mengkontrol variabel lainnya.

2. Pekerjaan Ibu

Hasil penelitian menemukan bahwa antara pekerjaan ibu dengan

anemia balita tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Hasil penelitian

juga ini sesuai dengan penelitian lainnya yang tidak menemukan adanya

hubungan yang signifikan antara anemia balita dengan status pekerjaan ibu

(Kounnavong dkk, 2011). Hasil univariat juga menunjukkan bahwa

anemia balita cenderung lebih banyak terjadi pada ibu yang tidak bekerja.

Begitupun dengan hasil penelitian di Cuba menemukan bahwa balita yang

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

84

ibunya tidak bekerja memiliki pola makan tidak teratur. Akibatnya balita

tersebut tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk

pertumbuhannya. Pada penelitian ini, tempat penitipan anak memiliki efek

proteksi terhadap kejadian anemia balita. Tempat penitipan anak biasanya

akan memberikan pengasuhan yang baik dan pola makan yang seimbang

(Pita dkk, 2014).

Ibu yang bekerja pada pada penelitian ini cenderung memiliki

balita yang tidak anemia. Hal ini bisa disebabkan karena adanya faktor lain

yang menunjang ibu yang bekerja memiliki anak dengan gizi yang baik

yaitu pendapatan keluarga. Dengan adanya ibu yang bekerja maka dapat

menambah pendapatan keluarga sehingga mempengaruhi daya beli

keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi balita. Keluarga dengan

pendapatan lebih kemungkinan besar akan baik bahkan berlebihan dalam

memenuhi kebutuhan makanan, sebaliknya keluarga dengan pendapatan

terbatas kemungkinan besar akan kurang dalam memenuhi kebutuhan

makanan terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi (Kounnavong dkk,

2011). Berbagai hasil penelitian juga menemukan bahwa anemia

berkorelasi dengan status ekonomi dimana ekonomi yang rendah

berpengaruh terhadap kejadian anemia (Habte dkk, 2013; Leite dkk, 2013;

Baranwal dkk, 2014; Asserfa dkk, 2014; Guatema dkk, 2014).

3. Umur Ibu

Berdasarkan hasil penelitian, terjadi peningkatan risiko yang

signifikan antara anemia balita dengan umur ibu, kelompok umur ibu 15-

24 tahun memiliki risiko paling besar dibandingkan dengan kelompok

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

85

umur ibu yang lebih tua. Meskipun hasil penelitian ini tidak menemukan

hubungan secara statistik, tetapi secara substansial usia ibu berkorelasi

dengan pengalaman serta kualitas pengasuhan anak. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena ibu yang lebih tua cenderung memiliki anak lebih dari

satu sehingga pengetahuan dan praktik pengasuhan anak menjadi lebih

baik (Konstantyner dkk, 2012). Hasil penelitian menemukan bahwa ibu

yang berusia < 20 tahun memiliki hubungan yang signifikan dengan

kejadian anemia pada balita (Leal dkk, 2011). Al-Qaoud dkk (2014)

menemukan bahwa umur ibu yang kurang dari 20 tahun cenderung

memiliki anak yang anemia dibandingkan dengan ibu yang lebih tua.

Disisi lain, antara usia ibu dan anemia balita juga memiliki

keterikatan dengan anemia maternal. Hasil penelitian menunjukkan

prevalensi anemia ibu cenderung terjadi antara usia <20 tahun dan usia

>35 tahun (Sugea dkk, 2001). Penelitian lainnya juga menemukan bahwa

ibu yang anemia juga berisiko memiliki balita anemia 1,8 kali lebih besar

(Ayoya dkk, 2013). Bayi yang lahir dari ibu yang anemia lebih besar

kemungkinannya mengalami anemia juga. Hal ini disebabkan karena

kebutuhan nutrisi janin pada ibu yang anemia tidak terpenuhi sehingga

terjadi gangguan perkembangan (Sougandis dkk, 2012)

4. Jumlah Keluarga

Hasil analisis berdasarkan sosiodemografi ibu, tidak menemukan

adanya perbedaan risiko yang signifikan antara jumlah anggota keluarga

<5 dan 5 dengan kejadian anemia dan secara statistik juga tidak

ditemukan adanya hubungan antara jumlah keluarga dengan kejadian

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

86

anemia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anemia balita cenderung

terjadi pada jumlah keluarga >5. Hal ini didukung oleh hasil penelitian lain

mengatakan bahwa jumlah keluarga yang besar dapat menurunkan risiko

anemia pada balita. Efek proteksi ini disebabkan karena semakin banyak

anggota keluarga maka semakin banyak pendapatan yang diterima oleh

keluarga tersebut (Foote, 2012).

Namun, Kounnavoung (2013) memiliki pendapat yang berbeda,

hasil penelitiannya menemukan bahwa balita dengan jumlah keluarga yang

besar 1,96 kali berisiko mengalami anemia. Jumlah keluarga secara

bermakna dikaitkan dengan tingginya prevalensi anemia adalah ukuran

keluarga besar. Pada penelitian ini, setengah dari subjek anemia memiliki

saudara kandung yang usianya tidak jauh berbeda dalam satu rumah

(Kounnavong dkk, 2011).

Penelitian di India juga menemukan bahwa prevalensi anemia

berhubungan signifikan dengan jumlah keluarga yang besar. Hal ini

disebabkan karena kurangnya perhatian dari anggota keluarga pada anak-

anak karena kesibukan mereka. Akibatnya anak-anak tidak mendapatkan

perhatian untuk makanan dan nutrisi yang tepat (Baranwal dkk, 2014).

Jumlah anggota keluarga yang besar dan banyaknya anak-anak memiliki

hubungan yang positif terhadap anemia. Pada negara berkembang hal ini

dapat dihubungkan dengan buruknya akses ke perawatan antenatal dan

nutisi saat kehamilan (Al-Qaoud dkk, 2014). Selain itu pada jumlah

keluarga yang besar, distribusi pangan dalam rumah tangga cenderung

lebih banyak untuk laki-laki dewasa dibandingkan anak-anak karena

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

87

norma dan budaya mereka. Penduduk dalam penelitian ini menganggap

makanan selain nasi adalah lauk, dan mereka tidak mempertimbangkan

jumlah tertentu yang diperlukan untuk setiap anggota keluarga

(Kounnavong dkk, 2011).

5. Tempat Tinggal

Hasil analisis berdasarkan tempat tinggal tidak menemukan adanya

perbedaan risiko yang signifikan antara kota dan desa dengan kejadian

anemia balita dan secara statistik juga tidak ditemukan adanya hubungan

antara tempat tinggal dengan kejadian anemia. Hasil ini didukung dengan

hasil penelitian di Papua New Ginea yang juga tidak menemukan adanya

hubungan antara tempat tinggal dengan kejadian anemia (Shinoda dkk,

2012).

Konstantiyer dkk (2012) berpendapat bahwa balita yang tinggal di

daerah perkotaan berisiko tinggi mengalami anemia. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh migrasi penduduk dari desa ke kota dalam dekade baru-

baru ini. Di Indonesia, diperkirakan pertambahan penduduk kota akan

mencapai 95% dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2025 (Santoso,

2006). Akibatnya adanya urbanisasi ini, penduduk hidup dalam kondisi

miskin di kota besar dan juga terjadi perubahan gaya hidup di daerah

perkotaan seperti moderenisasi, banyaknya industri makanan,

menurunnya kesadaran dan pengetahuan kebutuhan makanan balita serta

ketiadaan pengasuhan yang diberikan orang dewasa. Hal ini

mengakibatkan kualitas hidup dan kesehatan populasi di wilayah

perkotaan khususnya di kota bersiko karena adanya perubahan gaya hidup

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

88

dan mudahnya akses terhadap makanan hasil olahan industri (Konstantiyer

dkk 2012).

Selain itu, faktor risiko terjadinya anemia di perkotaan adalah

adanya polusi timbal. Timbal yang terhirup pada saat bernafas akan masuk

ke dalam pembuluh darah paru-paru. Logam timbal yang masuk ke paru-

paru akan terserap dan berikatan dengan darah. Sekitar 95% timbal dalam

darah diikat oleh sel darah merah. Hal ini dapat mengakibatkan keracunan

timbal yang berdampak pada biosintesis hem dan menghambat eritroblas

sehingga menimbulkan anemia. Pencemaran timbal di udara biasanya

disebabkan oleh industri dan gas buang kendaraan bermotor, seperti yang

terjadi di kota-kota Indonesia (Gusnita, 2010). Hal ini dapat meningkatkan

prevalensi anemia di wilayah perkotaan.

Akan tetapi hasil penelitian tidak menemukan hubungan antara

tempat tinggal dan anemia, pendapat lainnya mengatakan bahwa wilayah

pedesaan/rural lebih berisiko untuk menimbulkan anemia (Foote dkk,

2013; Baranwal dkk, 2014). Penelitian di Lao menemukan tingginya

prevalensi anemia pada balita yang tinggal di desa disebabkan karena

akses ke sumber pangan yang sulit dan rendahnya pengetahuan tentang

sumber pangan gizi yang baik (Kounnavong dkk, 2011).

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

89

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Prevalensi anemia pada balita di Indonesia berdasarkan data Riskesdas

tahun 2013 mencapai 31,56%

2. Distribusi kejadian anemia balita lebih banyak terjadi pada anak laki-laki

dan pada usia 24-35 bulan. Kemudian anemia balita sebagian besar tidak

memiliki riwayat BBLR dan mayoritas tidak memiliki riwayat penyakit

malaria. Berdasarkan status gizi BB/U, anemia lebih banyak terjadi pada

balita dengan gizi baik. Begitupun dengan status gizi berdasarkan TB/U

dan BB/TB, anemia lebih banyak terjadi pada balita dengan tinggi normal

dan berat normal. Proporsi anemia juga lebih banyak terjadi pada balita

yang diberikan vitamin A setiap 6 bulan sekali dan memiliki status

imunisasi DPT lengkap.

3. Distribusi anemia balita paling banyak terjadi pada balita yang memiliki

ibu tamat SD. Hanya sebagian kecil anemia balita terjadi pada ibu yang

bekerja dan sebagian besar anemia balita terjadi pada ibu yang bekerja

sebagai petani/nelayan/buruh. Kemudian anemia balita lebih banyak

terjadi pada ibu dengan kelompok usia 25-34 tahun. Distribusi kejadian

anemia mayoritas terjadi pada jumlah anggota keluarga <5, sedangkan

berdasarkan tempat tinggal, tidak ada perbedaan proporsi anemia balita di

desa atau kota.

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

90

4. Berdasarkan karakteristik balita, usia, BBLR, stunting dan tidak diberikan

imunisasi DPT berhubungan signifikan dengan kejadian anemia. Jenis

kelamin, underweight, wasting dan status pemberian vitamin A tidak

berhubungan secara statistik dengan kejadian anemia balita di Indonesia

berdasarkan data Riskesdas tahun 2013

5. Berdasarkan faktor maternal dan sosiodemografi pendidikan ibu, usia ibu,

jumlah anggota keluarga dan tempat tinggal tidak berhubungan secara

statistik dengan kejadian anemia balita di Indonesia

B. Saran

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Sebaiknya Kementerian Kesehatan membuat standar rekomendasi

pemeriksaan anemia berdasarkan usia pada balita sebagai upaya diteksi

dini dan pencegahan anemia (pedoman skrining anemia balita) serta

tatalkasana penderita anemia.

2. Bagi Dinas Kesehatan di Indonesia

a. Sebaiknya Dinas Kesehatan membuat kebijakan untuk melakukan

pemeriksaan anemia usia 9-12 bulan dan usia 15-18 bulan atau

pemeriksaan tambahan setiap 1 tahun sekali pada usia 2-5 tahun di

Puskesmas atau Posyandu masing-masing wilayah sebagai bagian dari

upaya penyelenggaraan Kesehatan Ibu dan Anak. Apabila ditemukan

balita yang mengalami anemia dapat ditatalaksana dengan memberikan

suplemen tambahan, selain itu skrining terhadap faktor risiko anemia

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

91

balita juga perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah

berkembangnya anemia.

b. Sebaiknya Dinas Kesehatan mendukung program pemerintah pusat

yaitu perbaikan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dengan cara

mengalokasikan anggaran untuk pengadaan PMT ibu hamil KEK,

tablet fe dan pemeriksaan ANC sebagai upaya pencegahan kekurangan

gizi pada awal kehidupan.

c. Sebaiknya Dinas Kesehatan dapat memberikan taburia kepada balita

dengan faktor risiko yang tinggi seperti BBLR dan melakukan

pemeriksaan Hb sebelum usia 6 bulan. Taburia merupakan suplemen

gizi yang berisi asam folat, vitamin A, vitamin B kompleks dan zat

besi. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan anemia balita.

d. Sebaiknya Dinas Kesehatan mengoptimalkan kegiatan penyuluhan

imunisasi di tingkat Puskesmas dan Posyandu dengan cara

pemberdayaan masyarakat (kaderisasi imunisasi)

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan pengukuran

analisis multivariat untuk mengontrol variabel confounding faktor yang

paling berpengaruh terhadap kejadian anemia pada balita di Indonesia.

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

92

DAFTAR PUSTAKA

Abbi, Rita, dkk. 2014. The Impact of Maternal Work Status on The Nutrition and

Health Status of Children. Online Acces at

http://archive.unu.edu/unupress/food/8f131e/8f131e03.htm.

Al-Qaoud, Nawal Mubarak, Dkk. 2014 Anemia And Associated Factors Among

Kuwaiti Preschool Children And Their Mothers. Alexandria Journal Of

Medicine.

Alzain, Bassam. 2012. Anemia and Nutritional Status of Pre-School Children in

North Gaza, Palestine. International Journal of Scientific & Technology

Research. Volume 1 Issue 11. Issn 2277-8616.

Amati, AO. dkk. 2013. Relationship Between Vitamin A Status And Anaemia

Among School Age Children In Benin. Niger Journal Paed. Volume 40

Number 4, pages 379-383.

Andriana, Dwi Dan Sri Sumarmi. 2006. Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan

Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia 13–36 Bulan. The

Indonesian Journal Of Public Health, Vol. 3, No. 1, hal: 19-23

Assefa, Selomon. dkk 2014. Prevalence And Severity Of Anemia Among School

Children In Jimma Town, Southwest Ethiopia. Biomed Central

Hematology. Volume 14. Number 3.

Assis, Ana Marlúcia O, dkk. 2004. Childhood Anemia Prevalence And Associated

Factors In Salvador, Bahia, Brazil. Cad. Saúde Pública, Rio De Janeiro,

20(6) hal :1633-1641

Ayoya, Mohamed Ag. dkk. 2013. Prevalence And Risk Factors Of Anemia Among

Children 6–59 Months Old In Haiti. Hindawi Publishing Corporation.

Badan Pusat Statistik. 2010. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37

Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Perkotaan Dan Perdesaan Di Indonesia.

Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS).

Balarajan, Yarlini. dkk. 2011. Anaemia In Low-Income and Middle-Income

Countries. The Lancet Journal Volume 378

Baranwal, Annu. dkk. 2014. Association Of Household Environment And

Prevalence Of Anemia Among Children Under-5 In India. Frontiers In

Public Health Child Health And Human Development Volume 2.

Bodade, R.D. dkk. 2009. Comparative study of hemolytic activity of Bordetella

species. Iranian Journal of Microbiology. Volume 1 Number 2, pages 26-

31

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

93

Booth, I W, dan M A Aukett. 1997. Iron Deficiency Anaemia In Infancy And

Early Chilhood. Archives of Disease in Childhood , Volume 76, pages

549–554.

Dia Sanou dan Ismael Ngnie-Teta. 2012. Risk Factors for Anemia in Preschool

Children in Sub-Saharan Africa, Anemia, Dr. Donald Silverberg (Ed.).

ISBN: 978-953-51-0138-3, InTech, Available from:

http://www.intechopen.com/books/anemia/risk-factors-for-anemia-in-

preschool-children-in-sub-saharan-africa

Enger, Eldon D. 2007. Concepts In Biology. New York : Mcgraw Hill

Ewusie, Joycelyne E. dkk. 2014. Prevalence Of Anemia Among Under-5 Children

In The Ghanaian Population: Estimates From The Ghana Demographic

And Health Survey. BMC Public Health. Volume 14:626.

Foote, Eric M, dkk. 2013. Determinants Of Anemia Among Preschool Children In

Rural, Western Kenya. American Journal Tropical Medicine And Hygiene.

Volume 88 Number 4, pages 757-767 .

Gorospe, Junero, dkk. 2014. Ordinal Logistic Regression Analyses On Anemia

For Children Aged 6 Months To 5 Years Old In The Philippines. DLSU

Research Congres. Manila: De La Salle University, Manila, Philippines.

Green, Helen K, dkk. 2011. Anaemia In Ugandan Preschool-Aged Children: The

Relative Contribution Of Intestinal Parasites And Malaria. Cambridge

University Press. Volume 138, pages 1534-1546.

Gutema, Bekele, dkk. 2012. Anemia And Associated Factors Among School-Age

Children In Filtu Town, Somali Region, Southeast Ethiopia. Biomed

Central Hematology. Volume 14 Number 13.

Gusnita, Desy. 2012. Pencemeran Logam Berat Timbal (PB) di Udara dan Upaya

Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3

Habte, Dereje, dkk. 2013. Maternal Risk Factors For Childhood Anaemia In

Ethiopia. African Journal Of Reproductive Health September. Volume 17

Number 3.

Halileh, S Dan N.H. Gordon. 2005. Determinants of Anemia in Pre-School

Children in The Occupied Palestinian Territory. Journal Of Tropical

Pediatrics Vol. 52, No. 113 page 12-18

Helmyati, Siti Dkk, 2007. Kejadian Anemia Pada Bayi Usia 6 Bulan Yang

Berhubungan Dengan Sosial Ekonomi Keluarga Dan Usia Pemberian

Makanan Pendamping Asi. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 23, No. 1

Hensbroek, Michae¨ L Boele Van, dkk. 2010. Pathophysiological Mechanisms Of

Severe Anaemia In Malawian Children. Plos One, 2010: Volume 5, Issue

9.

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

94

Howard, Caitlin T dkk. 2007. Association Of Diarrhea With Anemia Among

Children Under Age Five Living In Rural Areas Of Indonesia. Journal Of

Tropical Pediatrics Vol. 53, No. 4

Hussein, M.D., dan S. Mohamed. Prevalence Of Anaemia In Preschool Children

In Karma Albalad Area, Northern State, Sudan. Eastern Mediterranean

Health Journal. Volume 20 Number 1, pages 33-38

IDI. 2011. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Suplementasi Besi Untuk

Anak. Jakarta : Badan Penerbit Idai

Kai, O. K. Dan Roberts, D. J. 2008. The pathophysiology of malarial anaemia:

where have all the red cells gone? BMC Medicine. Volume 6.

Kemenkes RI. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan

Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

.______. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2013.

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI

Konstantyner, Tulio, 2012. Risk Factors For Anemia Among Brazilian Infants

From The 2006 National Demographic Health Survey. Hindawi

Publishing Corporation.

Kounnavong, Sengchanh, dkk. 2011. Anemia And Related Factors In Preschool

Children In The Southern Rural Lao People’s Democratic Republic.

Tropical Medicine And Health. Volume 39 Number 4, pages 95-103,

Kumar, Mudra Kohli. 2001. Screening for Anemia in Children: AAP

Recommendations—A Critique. Pediatrics Vol. 108 No. 3

Kumar, R., dkk. 2014. Prevalence And Etiology Of Nutritional Anemia In

Children Aged 6 Months To 60 Months In Fatehabad District Of Haryana.

International Journal Of Basic And Applied Medical Sciences. Volume 4

Number 1, pages 317-321

Leal, Luciana Pedrosa, dkk. 2011. Prevalence Of Anemia And Associated Factors

In Children Aged 6-59 Months In Pernambuco,Northeastern Brazil. Rev

Saúde Pública. Volume 45 Number 3.

Leite, Maurício S, dkk. 2013. Prevalence Of Anemia And Associated Factors

Among Indigenous Children In Brazil: Results From The First National

Survey Of Indigenous People’s Health And Nutrition. Bmc Nutrition

Journal, Vol :12 (69).

Nababan, Donal. 2015. Mother and Child Nutrition; (A Review of Stunting

Studies). 2015. IJSBAR vol 22 no 1

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

95

Ngesa, Oscar, dan Henry Mwambi. Prevalence And Risk Factors Of Anaemia

Among Children Aged Between 6 Months And 14 Years In Kenya. Plos

One | Doi:10.1371/Journal.Pone.0113756.

Ngui, Romano, dkk. 2012. Association Between Anaemia, Iron Deficiency

Anaemia,Neglected Parasitic Infections And Socioeconomic Factors In

Rural Children Of West Malaysia. Plos Negleted Tropical Disease, 2012:

Vol 6.

Oliveira, M. D. N., dkk. 2010. Risk factors associated with hemoglobin levels and

nutritional status among Brazilian children attending daycare centers in

Sao Paulo city, Brazil. Archivos latinoamericanos de nutricion, vol :60.

Prikasih, Nining dan Anti Apriliyanti Sugiarti.2009. Menu Sehat Balita. Jakarta :

Suka Buku

Sandjaja, Sandjaja, dkk. 2013. Food Consumption And Nutritional And

Biochemical Status Of 0·5–12-Year-Old Indonesian Children: The Seanuts

Study. British Journal Of Nutrition. Volume 110, S11–S20.

Santos, Rosemary Ferreira Dos, dkk. 2011. Prevalence Of Anemia In Under Five-

Year-Old Children In A Children's Hospital In Recife, Brazil. Rev Bras

Hematol Hemoter. Vol 33 (2), pages 100-104

Schellenberg, D. dkk 2003. The silent burden of anaemia in Tanzanian children:

a community-based study. Bulletin of the World Health Organization.

Volume 81.

Selenius, Olle dkk. 2013. Essentials Of Medical Geology: Revised Edition.

London : Springer

Semba, Rd, dan Mw Bloem. 2002. The Anemia Of Vitamin A Deficiency:

Epidemiology And Pathogenesis. European Journal Of Clinical Nutrition ,

Vol. 56, page: 271-281.

Semba, Richard D dkk. 2008. Diarrhea And Fever As Risk Factors For Anemia

Among Children Under Age Five Living In Urban Slum Areas Of

Indonesia. International Journal Of Infectious Diseases (2008) 12, 62—70

Sembulingan K. 2012. Essentials Of Medical Physiology Sixth Edition. New

Delhi : Jaypee Brothers Medical Publisher

Shaw, Julia G., dan Jennifer F. Friedman. 2011. Iron Deficiency Anemia: Focus

On Infectious Diseases In Lesser Developed Countries. Hindawi

Publishing Corporation.

Shinoda, N. dkk. 2012. Relationship between markers of inflammation and

anaemia in hildren of Papua New Guinea. Public Health Nutrition.

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

96

Singh, R. K. dan Patra, S. 2014. Extent of Anaemia among Preschool Children in

EAG States, India: A Challenge to Policy Makers. Hindawi Publishing

Corporation.

Souganidis, Ellie S dkk, 2012. Determinants Of Anemia Clustering Among

Mothers and Children In Indonesia. Journal of Tropical Pediatrics, Vol.

58, No. 3

Uddin, MK dkk. 2010. Prevalence of Anaemia in Children of 6 Months to 59

Months in Narayanganj, Bangladesh. Journal of Dhaka Medical Collage.

Vol 19. No 2

Uchimura, Taqueco T dkk. 2003. Anemia And Birthweight. Rev. Saúde

Pública Vol.37 No.4

Uniceff. 2007. National Strategy For Anaemia Prevention And Control In

Bangladesh. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 di

http://www.unicef.org/bangladesh/anaemia_strategy.PDF.

VanBuskirk, Kelley M. dkk. 2014. Pediatric Anemia In Rural Ghana: A Cross-

Sectional Study Of Prevalence And Risk Factors. Journal Of Tropical

Pediatrics Vol. 60, No. 4

WHO, 2015. Standard Formula For Low-Birth-Weight Infants Following

Hospital Discharge. Dikases pada tanggal 15 Juni 2015

Http://Www.Who.Int/Elena/Titles/Formula_Infants/En/

.____. 2014. Anaemia Prevention And Control. Dikases Pada Tanggal 12 Januari

2015 http://www.who.int/medical_devices/initiatives/anaemia_control/en/.

.____. 2010. The Immunological Bassis for Immunization Series. Department of

Immunization, Vaccines and Biologicals. Geneva : WHO.

._____.2008. Worldwide Prevalence Of Anaemia 1993-2005, Who Global

Database On Aanaemia. Geneva: WHO.

Woldie, Halie Dkk. 2015. Factors Associated With Anemia Among Children Aged

6–23 Months Attending Growth Monitoring At Tsitsika Health Center,

Wag-Himra Zone, Northeast Ethiopia Journal Of Nutrition And

Metabolism Volume 2015

Woodruff, Bradley A. dkk. 2005 "Anaemia, Iron Status And Vitamin A

Deficiency Among Adolescent Refugees In Kenya And Nepal." Public

Health Nutrition. Pages 26-34 Vol 9 No. 1.

Zulaekah, Siti Dkk. 2014. Anemia Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan

Anak Malnutrisi. Jurnal Kemas 9 (2) hal.106-114

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

97

LAMPIRAN

Hasil uji validitas dan reliabilitas Riskesdas 2013

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

98

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

99

Kuesioner

12 Terpilih sampel nasional 1. Ya 2. Tidak

Keterangan rumah tangga

1 Alamat rumah (Tulis dengan huruf kapital)

2 Banyaknya anggota rumah tangga : [ ] [ ]

Keterangan anggota rumah tangga

No. Urut ART

Nama anggota rumah tangga

Hubungan dengan kepala rumah tangga

[KODE]

Jenis Kelamin

Tanggal Lahir

Umur Jika umur <1bln isikan

dalam kotak“Hari” Jika

umur <5thn isikan dlm kotak“Bulan” Jika umur ≥5 thn isikan dlm kotak

“Tahun” dan umur ≥ 97 thn

isikan “97

Khusus ART >5 tahun

Status

Pendidikan tertinggi

yang ditamatkan

[KODE]

Khusus ART ≥ 10

tahun

Status Pekerjaan

[KODE]

Khusus ART ≥ 10 tahun

Jika Status

Pekerjaan=2 Sebutkan

Jenis Peker- jaan utama

[KODE]

[ ] [ ] [ ] Tgl : [ ] [ ] Bln : [ ] [ ] Thn: [ ][ ][ ][ ]

a. [ ] [ ] hr b. [ ] [ ] bln c. [ ] [ ] thn

[ ] [ ] [ ]

Kesehatan Lingkungan

2 Jenis sumber air utama untuk kebutuhan minum? 01 Air kemasan 05 Sumur bor/pompa 09 Mata air tidak terlindung 02 Air isi ulang 06 Sumur gali terlindung 10 Penampungan air hujan 03 Air ledeng/PDAM 07 Sumur gali tak terlindung 11 Air sungai/danau/irigasi 04 Air ledeng eceran/membeli 08 Mata air terlindung

[ ]

12 Apa jenis bahan bakar/energi utama yang digunakan untuk memasak?

1. Listrik 3. Minyak tanah 5. Kayu bakar 2. Gas/elpiji 4. Arang/briket/batok kelapa

[ ]

Pemukiman dan ekonomi

1 Apakah status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati?

1.Milik sendiri 4. Bebas sewa (milik orang lain) 2.Kontrak 5. Bebas sewa (milik orang tua/sanak/saudara 3. Sewa 6. Rumah dinas 7. Lainnya

[ ]

2 a. Luas Lantai bangunan rumah …………………m2

[ ] [ ] [ ] [ ]

4 Jenis lantai rumah terluas: 1. Keramik/ ubin/ marmer/ semen 2. Semen plesteran retak 3. Papan/ bambu/ anyaman bambu/ rotan 4. Tanah

[ ]

5 Jenis dinding terluas: 1. Tembok 3. Bambu 2. Kayu/papan/triplek 4. Seng

[ ]

6 Jenis plafon/langit-langit rumah terluas:

1. Beton 4. Kayu/ tripleks 2. Gypsum 5. Anyaman bambu 3. Asbes/GRC board 6. Tidak ada

[ ]

7 Apa jenis sumber penerangan rumah?

1. Listrik PLN 3. Petromaks/ aladin 5. lainnya 2. Listrik Non-PLN 4. Pelita/ sentir/ obor

[ ]

8 a. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar sebagian besar anggota rumah tangga:

1. Milik sendiri 3. Umum

2. Milik bersama 4. Tidak ada P.8c

[ ]

b. Jenis kloset yang digunakan: 1. Leher angsa 3. Cemplung/ cubluk/ lubang tanpa lantai 2. Plengsengan 4. Cemplung/ cubluk/ lubang dengan lantai

[ ]

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

100

c. Tempat pembuangan akhir tinja:

1. Tangki septik 5. Lubang tanah

2. SPAL 6. Pantai/tanah lapang/kebun 3. Kolam/sawah 7. Lainnya 4. Sungai/danau/laut

[ ]

9 Apakah [RUMAH TANGGA] memiliki barang-barang sebagai berikut:

a. Sepeda 1. Ya 2. Tidak [ ] f. pemanas air 1. Ya 2. Tidak [ ] b. Sepeda motor 1. Ya 2. Tidak [ ] g. tabung gas 12kg/lebih 1. Ya 2. Tidak [ ] c. Perahu 1. Ya 2. Tidak [ ] h. Lemari Es/Kulkas 1. Ya 2. Tidak [ ] 2. TV/ TVkabel 1. Ya 2. Tidak [ ] i. Perahu motor 1. Ya 2. Tidak [ ] 3. AC 1. Ya 2. Tidak [ ] j. Mobil 1. Ya 2. Tidak [ ]

PENGENALAN TEMPAT

Prov

[ ] [ ]

Kab/Kota

[ ] [ ]

Kec

[ ] [ ] [ ]

Des/Kel

[ ] [ ] [ ]

D/K

[ ]

Nomer Kode Sampel

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

No. bangunan sensus

[ ] [ ] [ ]

No.Urut Art

[ ] [ ]

Identifikasi Responden

1 Nama dan nomor urut ART Nama ………………………. Nomer Urut ART [ ] [ ]

2 Nama dan nomor urut Ibu kandung Nama ………………………. Nomer Urut ART [ ] [ ]

A. Penyakit menular

Malaria

A09 Apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Malaria yang sudah dipastikan dengan pemeriksaan darah oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?

1. Ya, dalam ≤ 1 bulan terakhir A14 2. Ya, > 1 bulan – 12 bulan A14 3. Tidak 8. Tidak tahu

[ ]

A10 Jenis malaria apa yang ditemukan dalam pemeriksan darah? (JAWABAN BISA > 1, JIKA > 1 JUMLAHKAN KODE JAWABAN)

1. Malaria tropica (P. falciparum) 2. Malaria tertiana (P. vivax) 3. Malaria lainnya 8. Tidak tahu

[ ]

Kesehatan Anak dan Imunisasi (0-59 bulan)

Ja01 Apakah [NAMA] mempunyai catatan/dokumen berat badan lahir? (Berat badan lahir adalah berat badan yang ditimbang dalam kurun waktu 24 jam setelah dilahirkan)

1. Ya

2. Tidak Ja03

[ ]

Ja02 Salin dari catatan/dokumen berat badan lahir [NAMA] ……………….. gram [ ] [ ] [ ] [ ]

Imunisasi

Ja14 Apakah [NAMA] pernah mendapat imunisasi 1. Ya Ja16 2. Tidak

8. Tidak tahu Ja16

[ ]

Ja19 Apakah di dalam KMS/ Buku KIA/ Buku Catatan Kesehatan Anak [NAMA] ada catatan imunisasi

1. Ya

2. Tidak Ja21 [ ]

Ja20 Salin dari KMS/Buku KIA/Buku Catatan Kesehatan Anak, tanggal/ bulan/ tahun, untuk setiap jenis imunisasi KODE KOLOM (2):

1. Diberikan imunisasi 2. Tidak diberikan imunisasi KE JENIS IMUNISASI BERIKUTNYA 7. Belum waktunya diberikan karena umur anak KE JENIS IMUNISASI BERIKUTNYA 8. Ditulis diberi imunisasi tetapi tgl/ bln/ thn tidak ada KE JENIS IMUNISASI BERIKUTNYA

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

101

Jenis imunisasi Ket TGL/BLN/THN IMUNISASI a. DPT-HB Combo 1 [ ] [ ] [ ]/ [ ] [ ]/ [ ] [ ] b. DPT-HB Combo 2 [ ] [ ] [ ]/ [ ] [ ]/ [ ] [ ] c. DPT-HB Combo 3 [ ] [ ] [ ]/ [ ] [ ]/ [ ] [ ]

Ja21 Apakah [NAMA] pernah mendapat imunisasi berikut: (INFORMASI BERDASARKAN INGATAN RESPONDEN)

h. Imunisasi DPT-HB combo (Diphteri Pertusis Tetanus-Hepatitis B combo) yang biasanya disuntikkan di paha dan biasanya mulai diberikan pada saat anak berusia 2 bulan bersama dengan Polio 2?

1. Ya 2. Tidak Ja21k 7. Belum waktunya (umur≤ 2

bulan)Ja21k 8. Tidak Tahu Ja21k

[ ]

i. Pada umur berapa (NAMA) pertama kali diimunisasi DPT-HB Combo. JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE ”88”

……….bulan

[ ] [ ]

j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo? ……….kali [ ]

Ja27 Apakah dalam 6 bulan terakhir [NAMA] pernah mendapatkan kapsul vitamin A? (GUNAKAN KARTU PERAGA)

1. Ya 2. Tidak pernah 7. Belum waktunya (umur ≤ 6 bulan) 8. Tidak Tahu

[ ]

Berat badan dan tinggi badan K01 a. Apakah ART ditimbang ? 1. Ya 2. Tidak [ ]

b. Berat Badan (kg) …………………kg [ ] [ ] [ ], [ ]

K02 a. Apakah ART diukurTinggi/Panjang Badan? 1. Ya 2. TidakK03 [ ]

b. Tinggi/Panjang Badan (Cm) …………………cm [ ] [ ] [ ], [ ]

c. KHUSUS UNTUK BALITA, (Posisi pengukuran TB/PB) 1. Berdiri 2. Terlentang [ ]

Pengambilan spesimen darah

O01 Apakah diambil spesimen darah 1. Ya 2. TidakO03 [ ]

O02 STIKER NOMOR DARAH TEMPEL STIKER DI SINI (XXXXXX)

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

102

status anemia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid anemia 279 31.6 31.6 31.6

tidak anemia 605 68.4 68.4 100.0

Total 884 100.0 100.0

Jenis kelamin * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

Jenis kelamin Laki-laki Count 147 293 440

% within status anemia 52.7% 48.4% 49.8%

Perempuan Count 132 312 444

% within status anemia 47.3% 51.6% 50.2%

Total Count 279 605 884

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.385(b) 1 .239

Continuity Correction(a)

1.220 1 .269

Likelihood Ratio 1.386 1 .239

Fisher's Exact Test .248 .135

Linear-by-Linear Association 1.384 1 .240

N of Valid Cases 884

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 138.87. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Jenis kelamin (Laki-laki / Perempuan)

1.186 .893 1.575

For cohort status anemia = anemia 1.124 .925 1.365

For cohort status anemia = tidak anemia .948 .866 1.037

N of Valid Cases 884

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

103

umur balita * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

umur balita 12-35 Count 160 205 365

% within status anemia 57.3% 33.9% 41.3%

36-59 Count 119 400 519

% within status anemia 42.7% 66.1% 58.7%

Total Count 279 605 884

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 43.364(b) 1 .000

Continuity Correction(a)

42.402 1 .000

Likelihood Ratio 43.069 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 43.315 1 .000

N of Valid Cases 884

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 115.20. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for umur balita (12-35 / 36-59) 2.623 1.961 3.509

For cohort status anemia = anemia 1.912 1.572 2.325

For cohort status anemia = tidak anemia .729 .658 .807

N of Valid Cases 884

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

104

status BBLR * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status BBLR

BBLR Count 54 32 86

% within status anemia 20.4% 5.5% 10.2%

tidak BBLR Count 211 545 756

% within status anemia 79.6% 94.5% 89.8%

Total Count 265 577 842

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 43.559(b) 1 .000

Continuity Correction(a)

41.957 1 .000

Likelihood Ratio 40.058 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 43.507 1 .000

N of Valid Cases 842

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27.07. D MALARIA * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

D MALARIA Ya Count 3 6 9

% within status anemia 1.1% 1.0% 1.0%

Tidak Count 276 598 874

% within status anemia 98.9% 98.8% 98.9%

Total Count 279 605 884

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for status BBLR (BBLR / tidak BBLR)

4.359 2.737 6.941

For cohort status anemia = anemia 2.250 1.844 2.745

For cohort status anemia = tidak anemia .516 .391 .682

N of Valid Cases 842

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

105

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square .418(a) 2 .811

Likelihood Ratio .420 2 .811 Linear-by-Linear Association

.061 1 .805

N of Valid Cases 884

a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.10.

Jenis malaria apa yang ditemukan dalam pemeriksan darah? * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

Jenis malaria apa yang ditemukan dalam pemeriksan darah?

Malaria Tertiana (P.Fivak) Count 0 2 2

% within status anemia .0% 33.3% 22.2%

Malaria Tropica (P.Falsiparum)

Count 2 2 4

% within status anemia 66.7% 33.3% 44.4%

malaria tropika dan tertiana

Count 1 1 2

% within status anemia 33.3% 16.7% 22.2%

Malaria lainnya Count 0 1 1

% within status anemia .0% 16.7% 11.1%

Total Count 3 6 9

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

status gizi berdasarkan BB/U * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status gizi berdasarkan BB/U

gizi buruk Count 10 26 36

% within status anemia 3.6% 4.4% 4.1%

gizi kurang Count 44 112 156

% within status anemia 15.9% 18.9% 18.0%

gizi baik Count 221 440 661

% within status anemia 80.1% 74.3% 76.2%

gizi lebih Count 1 14 15

% within status anemia .4% 2.4% 1.7%

Total Count 276 592 868

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

106

Crosstab

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status berat kurang

underweight Count 54 138 192

% within status anemia 19.6% 23.3% 22.1%

tidak Count 222 454 676

% within status anemia 80.4% 76.7% 77.9%

Total Count 276 592 868

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.533(b) 1 .216

Continuity Correction(a)

1.323 1 .250

Likelihood Ratio 1.558 1 .212

Fisher's Exact Test .254 .125

Linear-by-Linear Association 1.531 1 .216

N of Valid Cases 868

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 61.05. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for status berat kurang (underweight / tidak)

.800 .562 1.139

For cohort status anemia = anemia .856 .667 1.100

For cohort status anemia = tidak anemia 1.070 .965 1.186

N of Valid Cases 868

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

107

status gizi berdasarkan TB/U * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status gizi berdasarkan TB/U

sangat pendek Count 33 75 108

% within status anemia 12.4% 12.9% 12.7%

pendek Count 70 108 178

% within status anemia 26.2% 18.6% 21.0%

normal Count 158 389 547

% within status anemia 59.2% 67.0% 64.5%

tinggi Count 6 9 15

% within status anemia 2.2% 1.5% 1.8%

Total Count 267 581 848

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status stunting anak balita

stunting Count 103 183 286

% within status anemia 38.6% 31.5% 33.7%

tidak Count 164 398 562

% within status anemia 61.4% 68.5% 66.3%

Total Count 267 581 848

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.102(b) 1 .043

Continuity Correction(a)

3.791 1 .052

Likelihood Ratio 4.057 1 .044

Fisher's Exact Test .050 .026

Linear-by-Linear Association 4.097 1 .043

N of Valid Cases 848

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 90.05.

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

108

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for status stunting anak balita (stunting / tidak)

1.366 1.010 1.848

For cohort status anemia = anemia 1.234 1.009 1.509

For cohort status anemia = tidak anemia .904 .816 1.000

N of Valid Cases 848

status gizi berdasarkan BB/TB * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status gizi berdasarkan BB/TB

sangat kurus Count 6 16 22

% within status anemia 2.3% 2.8% 2.6%

kurus Count 16 37 53

% within status anemia 6.0% 6.4% 6.3%

normal Count 235 487 722

% within status anemia 88.7% 84.5% 85.9%

gemuk Count 8 36 44

% within status anemia 3.0% 6.3% 5.2%

Total Count 265 576 841

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

ststus kekurusan anak

wasting Count 22 53 75

% within status anemia 8.3% 9.2% 8.9%

tidak Count 243 523 766

% within status anemia 91.7% 90.8% 91.1%

Total Count 265 576 841

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

109

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .181(b) 1 .671

Continuity Correction(a)

.087 1 .768

Likelihood Ratio .183 1 .669

Fisher's Exact Test .795 .389

Linear-by-Linear Association .181 1 .671

N of Valid Cases 841

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.63. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for ststus kekurusan anak (wasting / tidak)

.893 .531 1.502

For cohort status anemia = anemia .925 .641 1.334

For cohort status anemia = tidak anemia 1.035 .888 1.207

N of Valid Cases 841

Apakah dalam 6 bulan terakhir [NAMA] pernah mendapatkan kapsul vitamin A? (GUNAKAN KARTU PERAGA) * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

Apakah dalam 6 bulan terakhir [NAMA] pernah mendapatkan kapsul vitamin A? (GUNAKAN KARTU PERAGA)

Ya Count 199 438 637

% within status anemia 71.3% 72.4% 72.1%

Tidak Pernah Count 71 144 215

% within status anemia 25.4% 23.8% 24.3%

Tidak Tahu Count 9 23 32

% within status anemia 3.2% 3.8% 3.6%

Total Count 279 605 884

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

110

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .236(b) 1 .627

Continuity Correction(a)

.161 1 .688

Likelihood Ratio .235 1 .628

Fisher's Exact Test .672 .343

Linear-by-Linear Association .236 1 .627

N of Valid Cases 852

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 68.13. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Apakah dalam 6 bulan terakhir [NAMA] pernah mendapatkan kapsul vitamin A? (GUNAKAN KARTU PERAGA) (Ya / Tidak Pernah)

.921 .663 1.282

For cohort status anemia = anemia .946 .757 1.182

For cohort status anemia = tidak anemia 1.027 .922 1.143

N of Valid Cases 852

j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo? * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo?

tidak imunisasi Count 39 49 88

% within status anemia 14.4% 8.7% 10.5%

tidak lengkap Count 34 67 101

% within status anemia 12.5% 11.9% 12.1%

lengkap Count 198 449 647

% within status anemia 73.1% 79.5% 77.4%

Total Count 271 565 836

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

111

j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo? * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo?

tidak imunisasi Count 39 49 88

% within j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo?

44.3% 55.7% 100.0%

lengkap Count 198 449 647

% within j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo?

30.6% 69.4% 100.0%

Total Count 237 498 735

% within j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo?

32.2% 67.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.670(b) 1 .010

Continuity Correction(a)

6.057 1 .014

Likelihood Ratio 6.381 1 .012

Fisher's Exact Test .015 .008

Linear-by-Linear Association 6.661 1 .010

N of Valid Cases 735

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.38. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo? (tidak imunisasi / lengkap)

1.805 1.148 2.838

For cohort status anemia = anemia 1.448 1.115 1.881

For cohort status anemia = tidak anemia .802 .661 .973

N of Valid Cases 735

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

112

j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo? * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo?

tidak lengkap Count 34 67 101

% within j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo?

33.7% 66.3% 100.0%

lengkap Count 198 449 647

% within j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo?

30.6% 69.4% 100.0%

Total Count 232 516 748

% within j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo?

31.0% 69.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .382(b) 1 .536

Continuity Correction(a)

.253 1 .615

Likelihood Ratio .378 1 .539

Fisher's Exact Test .564 .305

Linear-by-Linear Association .382 1 .537

N of Valid Cases 748

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.33. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for j. Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo? (tidak lengkap / lengkap)

1.151 .737 1.796

For cohort status anemia = anemia 1.100 .817 1.481

For cohort status anemia = tidak anemia .956 .824 1.108

N of Valid Cases 748

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

113

status pendidikan ibu * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status pendidikan ibu

tamat sma Count 72 178 250

% within status pendidikan ibu 28.8% 71.2% 100.0%

tamat PT Count 11 36 47

% within status pendidikan ibu 23.4% 76.6% 100.0%

Total Count 83 214 297

% within status pendidikan ibu 27.9% 72.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .572(b) 1 .449

Continuity Correction(a)

.335 1 .562

Likelihood Ratio .589 1 .443

Fisher's Exact Test .485 .286

Linear-by-Linear Association .570 1 .450

N of Valid Cases 297

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.13. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for status pendidikan ibu (tamat sma / tamat PT)

1.324 .639 2.743

For cohort status anemia = anemia 1.231 .708 2.139

For cohort status anemia = tidak anemia .930 .779 1.109

N of Valid Cases 297

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

114

status pendidikan ibu * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status pendidikan ibu

tamat smp Count 72 136 208

% within status pendidikan ibu 34.6% 65.4% 100.0%

tamat PT Count 11 36 47

% within status pendidikan ibu 23.4% 76.6% 100.0%

Total Count 83 172 255

% within status pendidikan ibu 32.5% 67.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.195(b) 1 .138

Continuity Correction(a)

1.714 1 .190

Likelihood Ratio 2.298 1 .130

Fisher's Exact Test .169 .093

Linear-by-Linear Association 2.186 1 .139

N of Valid Cases 255

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.30. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for status pendidikan ibu (tamat smp / tamat PT)

1.733 .832 3.607

For cohort status anemia = anemia 1.479 .853 2.563

For cohort status anemia = tidak anemia .854 .708 1.029

N of Valid Cases 255

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

115

status pendidikan ibu * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status pendidikan ibu

tamat sd Count 87 177 264

% within status pendidikan ibu 33.0% 67.0% 100.0%

tamat PT Count 11 36 47

% within status pendidikan ibu 23.4% 76.6% 100.0%

Total Count 98 213 311

% within status pendidikan ibu 31.5% 68.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.686(b) 1 .194

Continuity Correction(a)

1.273 1 .259

Likelihood Ratio 1.764 1 .184

Fisher's Exact Test .234 .129

Linear-by-Linear Association 1.681 1 .195

N of Valid Cases 311

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.81. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for status pendidikan ibu (tamat sd / tamat PT)

1.609 .781 3.313

For cohort status anemia = anemia 1.408 .816 2.429

For cohort status anemia = tidak anemia .875 .732 1.047

N of Valid Cases 311

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

116

status pendidikan ibu * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

status pendidikan ibu

tidak punya ijazah Count 37 78 115

% within status pendidikan ibu 32.2% 67.8% 100.0%

tamat PT Count 11 36 47

% within status pendidikan ibu 23.4% 76.6% 100.0%

Total Count 48 114 162

% within status pendidikan ibu 29.6% 70.4% 100.0%

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for status pendidikan ibu (tidak punya ijazah / tamat PT)

1.552 .711 3.388

For cohort status anemia = anemia 1.375 .769 2.458

For cohort status anemia = tidak anemia .886 .724 1.084

N of Valid Cases 162

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.231(b) 1 .267

Continuity Correction(a)

.846 1 .358

Likelihood Ratio 1.266 1 .261

Fisher's Exact Test .344 .179

Linear-by-Linear Association 1.223 1 .269

N of Valid Cases 162

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.93.

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

117

kategori umur ibu * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

kategori umur ibu

15-24 Count 51 72 123

% within status anemia 18.3% 11.9% 13.9%

25-34 Count 136 325 461

% within status anemia 48.7% 53.8% 52.2%

35-44 Count 85 189 274

% within status anemia 30.5% 31.3% 31.0%

45-54 Count 7 18 25

% within status anemia 2.5% 3.0% 2.8%

Total Count 279 604 883

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

kategori umur ibu * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

kategori umur ibu

35-44 Count 85 189 274

% within status anemia 92.4% 90.9% 91.3%

45-54 Count 7 19 26

% within status anemia 7.6% 9.1% 8.7%

Total Count 92 208 300

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .188(b) 1 .665

Continuity Correction(a)

.044 1 .833

Likelihood Ratio .192 1 .661

Fisher's Exact Test .825 .426

Linear-by-Linear Association .187 1 .665

N of Valid Cases 300

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.97.

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

118

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for kategori umur ibu (35-44 / 45-54) 1.221 .495 3.013

For cohort status anemia = anemia 1.152 .597 2.224

For cohort status anemia = tidak anemia .944 .738 1.208

N of Valid Cases 300

kategori umur ibu * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

kategori umur ibu

25-34 Count 136 325 461

% within status anemia 95.1% 94.5% 94.7%

45-54 Count 7 19 26

% within status anemia 4.9% 5.5% 5.3%

Total Count 143 344 487

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .079(b) 1 .779

Continuity Correction(a)

.004 1 .953

Likelihood Ratio .080 1 .777

Fisher's Exact Test 1.000 .487

Linear-by-Linear Association .079 1 .779

N of Valid Cases 487

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.63. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for kategori umur ibu (25-34 / 45-54) 1.136 .467 2.764

For cohort status anemia = anemia 1.096 .573 2.096

For cohort status anemia = tidak anemia .965 .758 1.227

N of Valid Cases 487

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

119

kategori umur ibu * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

kategori umur ibu

15-24 Count 51 72 123

% within status anemia 87.9% 79.1% 82.6%

45-54 Count 7 19 26

% within status anemia 12.1% 20.9% 17.4%

Total Count 58 91 149

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.909(b) 1 .167

Continuity Correction(a)

1.346 1 .246

Likelihood Ratio 1.987 1 .159

Fisher's Exact Test .191 .122

Linear-by-Linear Association 1.896 1 .169

N of Valid Cases 149

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.12. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for kategori umur ibu (15-24 / 45-54) 1.923 .753 4.911

For cohort status anemia = anemia 1.540 .790 3.001

For cohort status anemia = tidak anemia .801 .607 1.056

N of Valid Cases 149

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

120

Tempat tinggal * status anemia Crosstabulation

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

Tempat tinggal

desa Count 140 343 483

% within Tempat tinggal 29.0% 71.0% 100.0%

kota Count 139 262 401

% within Tempat tinggal 34.7% 65.3% 100.0%

Total Count 279 605 884

% within Tempat tinggal 31.6% 68.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.270(b) 1 .071

Continuity Correction(a)

3.012 1 .083

Likelihood Ratio 3.264 1 .071

Fisher's Exact Test .081 .041

Linear-by-Linear Association 3.266 1 .071

N of Valid Cases 884

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 126.56. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Tempat tinggal (desa / kota) .769 .579 1.023

For cohort status anemia = anemia .836 .689 1.015

For cohort status anemia = tidak anemia 1.087 .992 1.191

N of Valid Cases 884

Crosstab

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

Tempat tinggal

desa Count 140 343 483

% within status anemia 50.2% 56.7% 54.6%

kota Count 139 262 401

% within status anemia 49.8% 43.3% 45.4%

Total Count 279 605 884

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

121

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.270(b) 1 .071

Continuity Correction(a)

3.012 1 .083

Likelihood Ratio 3.264 1 .071

Fisher's Exact Test .081 .041

Linear-by-Linear Association 3.266 1 .071

N of Valid Cases 884

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 126.56. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Tempat tinggal (desa / kota) .769 .579 1.023

For cohort status anemia = anemia .836 .689 1.015

For cohort status anemia = tidak anemia 1.087 .992 1.191

N of Valid Cases 884

Crosstab

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

Status pekerjaan Tidak bekerja Count 174 396 570

% within status anemia 62.4% 65.5% 64.5%

Bekerja Count 105 209 314

% within status anemia 37.6% 34.5% 35.5%

Total Count 279 605 884

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29598/1/ANJAR... · E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor Sosiodemografi

122

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .795(b) 1 .372

Continuity Correction(a)

.666 1 .414

Likelihood Ratio .792 1 .374

Fisher's Exact Test .406 .207

Linear-by-Linear Association .795 1 .373

N of Valid Cases 884

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 99.10. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Status pekerjaan (Tidak bekerja / Bekerja)

.875 .651 1.174

For cohort status anemia = anemia .913 .748 1.114

For cohort status anemia = tidak anemia 1.044 .949 1.148

N of Valid Cases 884

Crosstab

status anemia Total

anemia tidak anemia anemia

Pekerjaan utama

PNS/TNI/Polri/BUMD Count 3 9 12

% within status anemia 2.8% 4.3% 3.8%

Pegawai swasta Count 14 28 42

% within status anemia 13.1% 13.4% 13.3%

Wiraswasta Count 23 56 79

% within status anemia 21.5% 26.8% 25.0%

Petani Count 27 64 91

% within status anemia 25.2% 30.6% 28.8%

Buruh Count 31 27 58

% within status anemia 29.0% 12.9% 18.4%

lainnya Count 9 25 34

% within status anemia 8.4% 12.0% 10.8%

Total Count 107 209 316

% within status anemia 100.0% 100.0% 100.0%