Upload
dangkhanh
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA
KESADARAN MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE
PERGURUAN TINGGI PADA MASYARAKAT SEKARAN
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
Jurusan sosiologi dan antropologi
Pada universitas negeri semarang
Oleh
Siska Fajri Susiana
NIM. 3501405049
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Elly Kismini, M.Si Drs. Slamet Sumarto, M.Pd NIP. 19620306 198601 2 001 NIP. 196101271 98601 1 001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
Drs. MS. Mustofa, M.A NIP. 19630802 198803 1 001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Dr. Tri Marhaeni Puji Astuti, M.Hum NIP. 19650609 198901 2 001
Anggota I Anggota II
Dra. Elly Kismini, M.Si Drs. Slamet Sumarto, M.Pd NIP. 19620306 198601 2 001 NIP. 196101271 98601 1 001
Mengetahui:
Dekan,
Drs. Subagyo, M.Pd NIP. 19510808 198003 1 003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Februari 2010
Siska Fajri Susiana NIM. 3501405049
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
• “Akal adalah kekayaan utama, kebodohan adalah kemiskinan yang
menyedihkan, ilmu adalah warisan paling berharga” (Ali, ra)
• Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuanya untuk
mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan
menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah itu terjadi ( David Schwartz )
Persembahan :
1. Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan,
kasih sayang, dan do’a yang selalu menemani langkahku.
2. Keluarga besar, terima kasih atas motivasi dan doa yang
diberikan untukku.
3. Andrias yang tidak pernah bosan memberi dorongan dan
semangat, terima kasih atas kesabaranya.
4. Ndari, Caca dan Ba Arum, terima kasih atas dukungan dan
persahabatan kita.
5. Teman-teman Sosiologi dan Antropologi ’05 terima kasih
atas kebersamaanya.
6. Almamater UNNES yang tercinta.
vi
PRAKATA
Segala puji syukur senantiaa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisaan skripsi ini yang berjudul Faktor-faktor Penyebab
Rendahnya Kesadaran Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi pada
Masyarakat Sekaran. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan
skripsi ini untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri
Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, MSi, selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di
UNNES.
2. Drs. Subagyo, MPd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang yang telah member kemudahan dalam proses perijinan.
3. Drs. MS. Mustofa, M.A, selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dan memberikan
kemudahan dalam proses perijinan.
4. Dra. Elly Kismini, MSi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Slamet Sumarto, MPd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Perangkat desa, tokoh masyarakat dan masyarakat setempat yang memberikan
informasi untuk kelengkapan data dalam melakukan penelitian di Kelurahan
Sekaran Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang.
7. Semua dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi yang telah memberikan
ilmunya selama perkuliahan.
vii
8. Teman-teman Jurusan Sosiologi dan Antropologi ’05 yang telah memberikan
semangat persahabatan.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis pribadi dan bagi pembaca umumnya.
Semarang, Februari 2010
Penyusun
viii
SARI
Susiana, Siska Fajri. 2010. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Kesadaran Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi pada Masyarakat Sekaran. Skripsi, Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Dra. Elly Kismini, M.Si, Dosen Pembimbing II: Drs, Slamet Sumarto, MPd. 87 Halaman. Kata Kunci: Kesadaran Pendidikan, Perguruan Tinggi, Masyarakat Pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat menjadi indikator tingkat kehidupan sosial dalam masyarakat. Kesadaran pendidikan mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pendidikanya semakin tinggi pula status sosial yang didapat dalam masyarakat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1)Bagaimana gambaran umum pendidikan masyarakat Sekaran?. (2)Bagaimana persepsi masyarakat Sekaran terhadap keberadaan kampus UNNES sebagai pusat pendidikan?, (3)Apa faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran?. Penelitian ini bertujuan (1)untuk menjelaskan gambaran umum pendidikan masyarakat Sekaran. (2)untuk menjelaskan persepsi masyarakat Sekaran terhadap keberadaan kampus UNNES. (3)untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Subyek penelitian adalah anak muda yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, anak muda Sekaran yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, orang tua yang memiliki anak usia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Informan dalam penelitian ini adalah perangkat desa Sekaran dan masyarakat Sekaran pada umumnya yang dapat memberikan informasi tentang factor-faktor penyebab rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, kepustakaan dan dokumentasi. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pengumpulan data, pengeditan data, kategori data dan penarikan simpulan. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa (1)terdapat dua lembaga perguruan tinggi di kelurahan Sekaran yaitu AKBID dan UNNES namun keberadaannya kurang dimanfaatkan oleh warga Sekaran, di kalangan pemuda ada kecenderungan tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan berbagai sebab . (2)keberadaan kampus di kelurahan Sekaran di sambut baik oleh warganya, pemanfaatan keberadaan kampus oleh masyarakat sekitar meliputi bidang ekonomi sebagai salah satu sumber mata pencaharian baik secara langsung maupun tidak langsung, bidang sosial budaya dan keagamaan terlihat misalnya ketika ada event-event kesenian atau ceramah rohani masyarakat juga turut menyaksikan sekaligus bersosialisasi. (3)faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada
ix
masyarakat Sekaran meliputi tiga faktor yaitu faktor ekonomi, faktor pola perilaku anak serta faktor lingkungan dan kebiasaan setempat. Faktor ekonomi, dalam hal ini yang dimaksud faktor ekonomi tidak selalu karena ketiadaan materi tetapi sebagian besar justru karena karena mempunyai materi yang berupa aset usaha sehingga waktu pikiran dan tenaga tercurah untuk usahanya tersebut, yang kedua faktor pola perilaku anak yang mana rendahnya kesadaran pendidikan disebabkan oleh faktor intern dan kemauan dari si anak tersebut, yang ketiga faktor lingkungn dan kebiasaan setempat dimana pemahaman konsep pendidikan pada diri si anak dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan yang berlaku didalamnya . Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1)keberadaan kampus mempengaruhi kondisi-kondisi yang ada dalam masyarakat, dampak positif dari keberadaan kampus berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat, dampak negatif berupa pudarnya sifat gotong royong dan materialitis serta dekadensi moral. (2)pada umumnya masyarakat menyambut baik keberadaan kampus yang memberikan banyak manfaat di berbagai bidang. (3)faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran meliputi faktor ekonomi,faktor pola perilaku anak dan faktor lingkungan dan kebiasaan setempat. Saran dalam penelitian ini adalah (1)bagi pemerintah kelurahan Sekaran hendaknya pengarahan untuk masyarakat dalam bidang pendidikan lebih ditingkatkan (2)hendaknya masyarakat tetap menjaga solidaritas antar masyarakat yang satu dengan yang lain baik pendatang maupun mahasiswa dan agar tetap menjaga nilai-nilai dan adat istiadat yang pernah dilakukan sebelum adanya kampus.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan manusia.
Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
tinggi pula status sosialnya dalam masyarakat, walaupun tingkat sosial seseorang
ini tidak dapat diramalkan sepenuhnya berdasarkan pendidikan saja namun
pendidikan yang tinggi berkaitan erat dengan kedudukan sosial yang tinggi.
Pendidikan dianggap sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang
lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin
besar harapan untuk mencapai tujuan itu, dengan demikian terbuka kesempatan
meningkatkan golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai
kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke golongan yang lebih tinggi
(Nasution, 2004 : 38).
Kata pendidikan berasal dari kata latin educare yang secara harfiah
berarti “menarik keluar dari” sehingga pendidikan adalah sebuah aksi membawa
seorang pais (anak atau peserta didik) keluar dari kondisi tidak merdeka, tidak
dewasa dan tergantung, ke suatu situasi merdeka, dewasa, dapat menentukan diri
sendiri, dan bertanggung jawab. Pendidikan yang demokratis tidak bertujuan
menciptakan manusia siap kerja, tetapi membentuk manusia matang dan berwatak
yang siap belajar terus, siap menciptakan lapangan kerja dan siap mengadakan
transformasi sosial karena sudah lebih dulu mengalami transformasi diri lewat
2
pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses paedagogis (dari kata yunani
paispaidea) dimana seorang pais dibebaskan dari ketidakmatangan dan
kebodohan menjadi seorang yang human yaitu manusia matang, intelek dan
kultural ( Frietz R Tambunan, http://www.google.com, 25 mei 2009 ).
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan diartikan
sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan
nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskanya kepada generasi
berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam
suatu proses pendidikan. Bagaimanapun peradaban suatu masyarakat di dalamnya
terjadi suatu proses pendidikan, sebagai usaha manusia untuk mempertahankan
hidupnya. Dengan kata lain pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil
peradaban bangsa. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi cara berfikir
dan berperilaku warga negaranya. Pendidikan sebagai hasil peradaban bangsa
diwariskan secara turun temurun pada generasi berikutnya yang dalam
perkembanganya akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau
meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih
sempurna.
Untuk memajukan kehidupan manusia, pendidikan menjadi sarana utama
yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai
pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan
hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah mahkluk yang dinamis dan bercita-cita
3
ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas baik
lahiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrowi. Semakin tinggi cita-cita manusia
semakin menuntut pada peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai
cita-cita tersebut, antara kedudukan pendidikan yang dilembagakan dalam
berbagai bentuk model dalam masyarakat dengan dinamika masyarakat selalu
berinteraksi (saling mempengaruhi) sepanjang waktu.
Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa
Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan
dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola
dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan
mampu mempercepat jalanya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pada
pokok penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa, sesuai
dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam alinea IV pembukaan UUD 1945.
Dahulu banyak tugas pendidikan yang dipegang oleh keluarga dan lembaga-
lembaga lain yang lambat laun makin banyak dialihkan menjadi beban sekolah
seperti persiapan untuk mencari nafkah, kesehatan, agama, pendidikan
kesejahteraan keluarga dan lain-lain, namun pendidikan formal tidak dapat
diharapkan menanggung transmisi keseluruhan kebudayaan bangsa, masyarakat
masih akan memegang fungsi yang penting dalam pendidikan, transmisi
kebudayaan, pendidikan norma-norma, sikap adat istiadat, keterampilan sosial dan
lain-lain(Ikhsan, 2005 : 1,2).
Pendidikan sangat penting bagi manusia karena berkaitan langsung
dengan berbagai kebutuhan pokok manusia manusia akan sulit berkembang tanpa
4
pendidikan minimum dan bermutu. Sebagai makhluk yang berbudaya manusia
harus mengalami perubahan budaya, tanpa pendidikan manusia akan menjadi
primitif tidak dapat bertahan dari kekuatan dan kekuasaan alam karena tidak
mampu beradaptasi serta masih yakin pada kekuatan misteri dan mistis.
Begitu pentingnya pendidikan untuk kemajuan sebuah bangsa,tahun 1972
The International Comission for Education Development dari Unesco sudah
mengingatkan bangsa-bangsa, jika ingin membangun dan berusaha memperbaiki
keadaan sebuah bangsa, harus dimulai dengan pendidikan sebab pendidikan
adalah kunci. Tanpa kunci itu segala usaha akan sia-sia. Kesadaran akan
pentingnya pendidikan inilah yang membuat negara-negara maju memberi
prioritas tinggi akan pendidikan, mengadakan modernisasi dan penyempurnaan
lembaga-lembaga pendidikan, tidak segan-segan mengadakan pembaruan,
termasuk meningkatkan anggaran pendidikan secara progresif. Negara-negara
maju melihat investasi yang besar dibidang pendidikan akan menghasilkan high
rate of return di masa depan. Kini kemajuan sebuah negara diukur dengan makin
murahnya pendidikan yang bermutu sehingga tidak menjadi beban bagi warganya
( Frietz R Tambunan, http://www.google.com, 25 mei 2009).
Setiap bangsa setiap individu pastilah menginginkan kemajuan dan
kehidupan yang lebih baik, hal ini dapat diraih melalui pendidikan. Dengan
pendidikan (yang dimaksud di sini adalah pendidikan formal) makin banyak dan
makin tinggi pendidikan akan semakin baik. Bahkan kalau bisa hendaknya tiap
warga negara melanjutkan pendidikannya sepanjang hidup, terlebih lagi jika hal
5
ini juga didukung oleh keadaan yang kondusif dan ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai, lain halnya dengan yang terjadi di masyarakat sekaran.
Desa sekaran yang dilihat dari letak geografisnya terletak di kecamatan
Gunung Pati Semarang, berdiri kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Berangkat dari teori difusi atau teori persebaran budaya yaitu kebudayaan
menyebar dari tempat yang dekat dengan pusat kebudayaan kemudian secara
bertahap menuju ke tempat-tempat yang lebih jauh dari pusat kebudayaan
tersebut. Keberadaan kampus UNNES dianalogikan sebagai pusat kebudayaan,
sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah yang dekat dengan pusat pendidikan
yang sarat dengan atmosfir belajar, idealnya masyarakat Sekaran mempunyai
kesadaran pendidikan yang tinggi khususnya kesadaran untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Pada kenyataanya banyak pemuda-
pemudi sekaran yang selepas SMU tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi
walaupun ada lembaga pendidikan perguruan tinggi di depan mata. Data yang
didapat dari kelurahan Sekaran menunjukan bahwa presentase jumlah penduduk
yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi hanya 6,6 % dari
keseluruhan jumlah penduduk.
Bertitik tolak dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ”Faktor-faktor penyebab rendahnya Kesadaran
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran”.
6
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Kemajuan dan taraf hidup yang lebih baik menjadi idaman setiap orang,
salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh kemajuan dan kehidupan
yang lebih baik ini adalah melalui pendidikan. Masyarakat akan menjadi sadar
pendidikan apabila memahami seberapa penting peran pendidikan dalam
kehidupan manusia dan di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai,
namun yang terjadi pada masyarakat Sekaran yang notabene dekat dengan pusat
pendidikan yaitu UNNES justru berbanding terbalik, kesadaran untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi terbilang rendah. Jadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah apa faktor yang melatarbelakangi
rendahnya kesadaran melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi pada masyarakat
Sekaran Gunung pati Semarang.
C. Perumusan Masalah
Penelitian ini terbatas pada ketertarikan mengenai Faktor penyebab
rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada
masyarakat sekaran, dan berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka
permasalahan yang akan dikaji adalah:
1. Bagaimana gambaran umum pendidikan masyarakat Sekaran?
2. Bagaimana persepsi masyarakat Sekaran terhadap keberadaan kampus
UNNES sebagai pusat pendidikan?
3. Apa faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran?
7
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan gambaran umum pendidikan masyarakat sekaran.
2. Untuk menjelaskan pandangan masyarakat sekaran terhadap keberadaan
kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES).
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya
kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat
Sekaran.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.
1. Manfaat secara teoritis
a. Menambah pustaka ilmu pengetahuan mengenai sosiologi dan
antropologi pendidikan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pembanding
bagi penelitian-penelitian berikutnya yang sejenis serta dapat dijadikan
acuan untuk melakukan penelitian lanjutan.
2. Manfaat secara praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kesadaran
melanjutkan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran.
8
b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah kelurahan Sekaran agar lebih meningkatkan kesadaran
pendidikan masyarakatnya khususnya kesadaran pendidikan dalam
jenjang perguruan tinggi.
F. Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal,
bagian isi dan bagian akhir.
1. Bagian awal skripsi berisi halaman judul, uraian halaman judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, halaman
motto dan persembahan, prakata, sari, daftar isi, daftar bagan, daftar tabel,
daftar gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi terdiri atas Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV dan Bab V.
Bab I PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran menyeluruh dari
skripsi yang meliputi : latar belakang, identifikasi dan pembatasan
masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika skripsi.
Bab II TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK, pada bab
ini berisi mengenai telaah pustaka dari sejumlah teori yang relevan dengan
tema dalam penulisan skripsi.
Bab III METODE PENELITIAN, pada bab ini mencakup dasar penelitian,
fokus penelitian, sumber data penelitian, teknik sampling,
teknikpengumpulan data dan prosedur penelitian.
9
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN, dalam bab ini berisi mengenai
hasil penelitian.
Bab V PENUTUP, bab ini berisi simpulan mengenai kesimpulan yang
ditarik dari analisis data dalam bagian ini dan saran atau masukan sebagai
hasil dari rekomendasi.
3. Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
PENELAAHAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA
TEORITIK
A. Penelaahan Kepustakaan
1. Pendidikan
Menurut Ihsan (2005:39-41) Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dalam masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan
juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu
pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar
utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia, pendidikan seumur
hidup dikelola atas tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masing-masing lembaga tersebut mempunyai kaitan tanggung jawab yang
terpadu dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Lingkungan
keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi
individu, pendidikan di lingkungan keluarga ini berfungsi untuk
memberikan dasar dalam menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk
11
individu, sosial, susila, dan religius. Sekolah adalah lingkungan kedua bagi
anak, disekolah anak mendapatkan pendidikan yang intensif.
Disinilah potensi anak akan ditumbuhkembangkan. Sekolah
merupakan tumpuan dan harapan orang tua dan masyarakat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, anak yang cerdas adalah anak yang
mampu berinisiatif. Untuk menghasilkan anak yang cerdas sekolah perlu
membekali mereka dengan penalaran, keterampilan, dan sikap ilmiah yang
memadai. Dilingkungan masyarakat anak mendapat pendidikan.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga yang ikut bertanggung
jawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di Kota Semarang pendidikan menjadi prioritas utama, data dari
BPS menyebutkan bahwa sasaran pembangunan pendidikan sampai
dengan tahun 2009 adalah meningkatnya akses masyarakat terhadap
pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan. Sasaran tersebut
ditetapkan dengan mempertimbangkan proyeksi peningkatan jumlah
penduduk dan perubahan struktur penduduk sampai dengan tahun 2009 (
BPS, http://www.google.com, 25 mei 2009). Pada tataran daerah yang
lebih spesifik yaitu di kelurahan Sekaran yang mana di desa ini berdiri
beberapa perguruan tinggi diantaranya adalah AKBID Abdi Husada dan
Universitas Negeri Semarang (UNNES) keadaan pendidikan cukup
memprihatinkan, meskipun terletak di sekitar lembaga pendidikan namun
kesadaran pendidikan masyarakatnya cenderung rendah hal ini terjadi
karena berbagai faktor.
12
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan dalam Masyarakat
Nasution (2004:40-43) mengatakan bahwa dalam dunia pendidikan
ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi keberadaan pendidikan itu
sendiri dalam suatu masyarakat, faktor-faktor tersebut antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Faktor tujuan
Dalam praktek pendidikan ada tujuan-tujuan atau motif-motif
tertentu yang melatarbelakangi proses pendidikan tersebut, diantaranya
adalah motif ekonomi yaitu adanya keinginan untuk mendapatkan taraf
hidup yang lebih baik melalui pendidikan yang tinggi, selain itu juga
ingin mendapatkan prestise dalam masyarakat dengan tingkat
pendidikan yang tinggi.
b. Faktor ekonomi
Dalam proses pendidikan tak dapat dipungkiri faktor ekonomi
memegang peranan yang sangat besar, tanpa dukungan ekonomi
pendidikan tidak akan dapat berjalan dengan lancar. Tujuan atau motif
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari adanya keinginan untuk
mendapatkan kemudahan dalam mencari pekerjaan guna memperoleh
penghidupan yang lebih baik kelak melalui pendidikan.
c. Faktor lingkungan
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan.
Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, lingkungan teknis,
lingkungan sosiokultural. Dalam hal-hal dimana situasi lingkungan ini
13
berpengaruh secara negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu
menjadi pembatas pendidikan.
d. Faktor Metode Pendidikan
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif
.Agar interaksi ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan bahan atau
materi pendidikan yang tepat maka perlu dipilih metode yang tepat
pula. Metode sendiri yaitu cara yang didalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan apakah sebuah metode
dapat disebut baik maka diperlukan patokan atau kriteria yang
bersumber dari beberapa faktor, adapun faktor utama yang menentukan
adalah tujuan yang akan dicapai.
e. Faktor Peserta Didik
Peserta didik atau individu merupakan elemen terpenting dalam
pendidikan secara teoritis peserta didik bisa berkembang secara
optimal jika mendapatkan lingkungan pendidikan yang optimal pula.
Di sekolah yang ideal dimana siswa dituntut untuk aktif sekaligus
menghayati dan mengaplikasikan nilai-nilai.
f. Faktor Pendidik
Secara umum pendidik dibedakan menjadi dua yaitu pendidk
menurut kodrat yaitu orang tua dan pendidik menurut jabatan yaitu
guru. Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik
pertama dan utama, karena secara kodrat anak manusia dilahirkan oleh
14
orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya, hanya dengan
pertolongan dan bantuan orang tua anak manusia dapat hidup dan
berkembang makin dewasa. Hubungan orang tua dan anaknya dalam
hubungan edukatif mengandung dua unsur dasar yaitu unsur kasih
sayang pendidik terhadap anak dan unsur kesadaran serta tanggung
jawab dari pendidik untuk menunutun perkembangan anak. Adapun
guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari
tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat, dan negara. Tanggung jawab
dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan bahwa guru mampu
memberikn pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan
pesrta didik dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar sikap-
sikap dan sifat-sifat yang normatif sebagai kelanjutan dari sikap dan
sifat orang tua pada umumnya.
3. Strata Sosial Berdasarkan Pendidikan
Stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokan para
anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat) salah satu ukuran yang
dominan yang dipakai untuk mengukur strata sosial adalah pendidikan.
Ukuran pendidikan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu
pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial
masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya
terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang
15
disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor
ataupun gelar profesional seperti profesor
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam menjalani
kehidupan, pendidikan menjadi tolok ukur dalam berbagai hal salah satu
contohnya adalah dalam hal mencari pekerjaan. Menurut Von Thumen
(dalam Ace Suryadi 2001: 4), dengan diperolehnya pendidikan yang lebih
tinggi sebagai proksi dari meningkatnya kemampuan dan keterampilan,
ditambah lagi dengan bentuk-bentuk modal fisik yang lebih baik,
seseoarang akan memperoleh penghasilan lebih tinggi dibandingkan
dengan seseorang yang berpendidikan rendah atau tidak sama sekali.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai pemberi informasi dan
keterampilan saja namun lebih luas dari itu sehingga mencakup semua
usaha untuk kebutuhan dan kemampuan individu, sehingga tercipta pola
hidup pribadi sosial yang memuaskan. Pendidikan bagi seorang anak
adalah sebagai sarana persiapan kehidupan yang akan datang, pendidikan
akan memberikan bekal pendidikan yang setinggi-tingginya bagi anak.
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki, karena
memiliki pendidikan maka individu akan memiliki kemampuan dan
kepribadian yang berkembang. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Salim
2003;128) pendidikan harus dilakukan melalui tiga lingkungan meliputi
persekolahan (Pendidikan formal), pendidikan luar sekolah (pendidikan
nonformal), dan pendidikan keluarga (Pendidikan informal).
16
Menurut Ihsan (2005:26-28) Pendidikan yang tinggi adalah
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat
akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan ,
mengembangkan, meningkatkan kesejahteran manusia. Pendidikan tinggi
mempunyai tujuan yang majemuk, dalam rangka kebutuhan masyarakat
yang beraneka ragam dan menampung calon mahasiswa yang minat dan
kemampuanya berbeda-beda karena itu perguruan tinggi di Indonesia
disusun dengan multistrata.
Kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi biasanya
karena motif atau dorongan-dorongan tertentu termasuk harapan-harapan
masa depan sebagai antisipasi bagi kehidupanya kelak. dengan pendidikan
tinggi diharapkan akan dapat memperbaiki kehidupan keluarg sehingga
lebih baik untuk kedepanya. Selain itu melalui pendidikan tinggi di
harapkan status sosial dalam masyarakat juga meningkat.
4. Masyarakat Desa
Menurut Shadily (1993:47) masyarakat adalah suatu kelompok
individu yang tinggal disuatu tempat saling berinteraksi dan mempunyai
identitas yang sama. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri
dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian
secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.
17
Masyarakat desa adalah sekelompok individu mempunyai identitas
yang sama dan saling berinteraksi, bertempat tinggal di pedesaan dengan
karakteristik gemeinschaft dan solidaritas mekanik. Hal ini semakin
diperkuat ketika masyarakat mempunyai hubungan lebih erat dan
mendalam serta mempunyai satu kehidupan berkelompok atas dasar
kekeluargaan (Soekanto 1994;167).
Menurut Tonnies (dalam Soekanto 2003:132) paguyuban atau
gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah
serta bersifat kekal. Adapun ciri pokok gemeinschaft adalah sebagai
berikut :
a. Intimate, hubungan menyeluruh yang mesra.
b. Private, hubungan yang bersifat pribadi yaitu khusus untuk beberapa
orang saja.
c. Exclusive, hubungan tersebut hanya untuk “kita” saja tidak untuk orng-
orang lain diluar “kita”.
Dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu diantara
tiga tipe paguyuban ( gemeinschaft ), yaitu :
a. Gemeinschaft by blood yaitu paguyuban yang merupakan ikatan yang
didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh : keluarga,
kelompok kekerabatan.
18
b. Gemeinschaft of place yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-
orang yang berdekatan tempat tinggal, sehingga dapat saling tolong
menolong, contoh : rukun tetangga, rukun warga, arisan.
c. Gemeinschaft of mind yaitu paguyuban karena jiwa pikiran merupakan
suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak
mempunyai hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdekatan,
akan tetapi mereka mempunyai jiwa pikiran yang sama. Paguyuban
semacam ini biasanya ikatanya tidak ekuat paguyuiban karena darah
atau keturunan.
Menurut Siagian (dalam Yuliati 2003:29) cirikhas masyarakat
pedesaan adalah sebagai berikut:
a. Kehidupan berhubungan erat dengan alam, mata pencaharian
bergantung dari alam serta terikat oleh alam.
b. Setiap anggota keluarga mengambil bagian dalam kegiatan bertani,
walaupun keterlibatanya berbeda.
c. Orang desa sangat terikat pada desa dan lingkunganya apa yang ada di
desa sukar dilupakan, perasaan rindu akan desanya merupakan ciri
yang nampak.
d. Di pedesaan segala sesuatu seolah-olah membawa hidup yang rukun,
perasaan sepenanggungan dan jiwa tolong menolong sangat kuat
dihayati.
e. Corak feodalisme masih nampak walaupun derajatnya sudah mulai
berkurang.
19
f. Hidup di desa banyak bertautan dengan adat istiadat dan kaidah-kaidah
yang diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga
masyarakat desa cenderung statis.
g. Di beberapa daerah jiwa masyarakat terbuka kepada perkara-perkara
rohani sehingga mereka tidak mudah melepaskan keterikatanya dan
ketakutanya terhadap ilah-ilah dalam kehidupan sehari-hari.
h. Karena keterikatanya pada lingkungan dan kebiasaan-kebiasaan yang
ada, mereka mudah curiga terhadap sesuatu hal yang lain dari biasa,
terutama terhadap hal-hal yang menuntut rasionalitas.
5. Konsep perubahan sosial
Perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern dari
masyarakat, menurut Hawley (dalam Sztompka 2004:3) perubahan sosial
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung pada sudut
pengamatan apakah dari sudut aspek, fragmen, atau dimensi sistem
sosialnya. Ini disebabkan keadaan sistem sosial itu tidak sederhana, tidak
hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan
hasil keadaan berbagai komponen seperti berikut :
a. Unsur-unsur pokok (misalnya jumlah dan jenis individu, serta tindakan
mereka).
b. Hubungan antara unsur (misalnya : ikatan sosial, loyalitas,
ketergantungan, hubungan antar individu, integrasi).
20
c. Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya : peran pekerjaan
yang dimainkan oleh individu atau perlakuanya tindakan tertentu untuk
melestarikan ketertiban sosial).
d. Pemeliharaan batas (misalnya : kriteria untuk menentukan siapa saja
yang termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam
kelompok, prinsip rekruitmen dalam organisasi dsb).
e. Subsistem (misalnya : jumlah dan jenis seksi, segmen atau divisi
khusus yang dapat dibedakan).
f. Lingkungan (misalnya : keadaan alam atau lokasi geopolitik).
Setiap masyarakat semasa hidupnya pasti mengalami perubahan-
perubahan. Ada perubahan yang tidak menarik perhatian orang, ada yang
pengaruhnya luas. Ada yang terjadi lambat dan ada pula yang berjalan
dengan sangat cepatnya. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat
mengenai norma-norma, nilai-nilai, pola-pola perilaku orang, organisai,
susunan dan stratifikasi kemasyarakatan (Yuliati,dkk 2003:122).
Terbatasnya lokasi kampus UNNES yang berada di Jalan Kelud raya
menyebabkan kegiatan akademik dipindahkan ke kampus UNNES di
kawasan desa Sekaran kecamatan Gunungpati kodia Semarang, tak dapat
dipungkiri keberadaan kampus UNNES di desa ini membawa banyak
perubahan di berbagai bidang bagi masyarakat setempat baik bidang
ekonomi, sosial maupun pendidikan. Pada bidang yang terakhir yakni
bidang pendidikan keberadaan kampus UNNES sedikit banyak
mempengaruhi kesadaran pendidikan masyarakat Sekaran. Tahun 1998
21
pada masa mantan rektor UNNES, Prof.Dr.Rasdi Eko Siswoyo dan
Prof.Dr.H.A.T.Soegito mempunyai kebijakan khusus untuk masyarakat
Sekaran melalui program beasiswa Bina Lingkungan yaitu memberikan
beasiswa pada mahasiswa asli Sekaran dan memberikan prioritas dalam
proses penerimaan mahasiswa baru pada lulusan SLTA masyarakat
Sekaran untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi UNNES
dimana prioritas ini disesuaikan dengan potensi masing-masing lulusan
dengan prosentase diterima di kampus UNNES ini lebih dari 50 % . Tak
hanya memberikan beasiswa untuk tingkat mahasiswa saja UNNES juga
memberikan bantuan beasiswa untuk para siswa yang tidak mampu pada
sekolah-sekolah dasar di kelurahan Sekaran. Adanya bantuan dari pihak
UNNES ini tentu berpengaruh pada tingkat kesadaran pendidikan
masyarakat Sekaran. Orientasi pendidikan tidak lagi hanya pada tingkat
Sekolah Dasar saja akan tetapi meningkat sampai padajenjang SLTP dan
SLTA dan bahkan perguruan tinggi. Dari sini dapat dilihat bahwa
keberadaaan UNNES mempunyai pengaruh terhadap tingkat kesadaran
pendidikan masyarakat Sekaran.
B. Landasan Teori
Dalam mengkaji dan menganalisis “Faktor-faktor penyebab rendahnya
kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran”
peneliti menggunakan teori difusi. Teori difusi adalah persebaran budaya
selayaknya tetesan air menyebar dari tempat yang dekat dengan pusat kebudayaan
22
dan secara bertahap menuju ke tempat yang lebih jauh dari pusat kebudayaan.
Konsep kebudayaan sendiri terdiri dari tujuh unsur (seven cultural universal)
yakni sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian
hidup, sistem teknologi dan peralatan(Koentjaraningrat 1981:3). Namun dalam hal
ini persebaran kebudayaan yang dimaksud adalah unsur sistem pengetahuan
(pendidikan). Kaitanya dengan penelitian ini adalah keadaan di masyarakat
Sekaran dalam hal pendidikan. Seperti kita ketahui bersama Universitas Negeri
Semarang (UNNES) yang terletak di desa Sekaran adalah pusat pendidikan (pusat
kebudayaan). Masyarakat Sekaran notabene adalah masyarakat yang tinggal di
daerah pusat kebudayaan itu, idealnya masyarakat Sekaran mempunyai kesadaran
yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi sesuai
dengan teori difusi diatas.
Para sarjana tokoh teori difusi diantaranya adalah F.Graebner, W.Scmidt,
Rivers, Elliot Smith dan Perry. Sejarah teori difusi bermula dari adanya anggapan
dasar para sarjana bahwa kebudayaan manusia itu pangkalnya satu dan di suatu
tempat tertentu yaitu pada waktu makhluk manusia baru saja muncul di dunia ini.
Kemudian kebudayaan induk itu berkembang, menyebar dan pecah ke dalam
banyak kebudayaan baru karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu
(Koentjaraningrat 1987;111).
Menurut Smith dan Perry (dalam Koentjaraningrat 1987 : 119-120)
dalam sejarah kebudayaan dunia pada zaman purbakala pernah terjadi suatu
peristiwa difusi besar yang berpangkal di Mesir, yang bergerak ke arah timur dan
23
meliputi jarak yang sangat jauh,yaitu ke daerah-daerah di sekitar lautan tengah, ke
Afrika , India, Indonesia, Polinesia dan Amerika. Pandangan yang Mesir sentris
ini sebenarnya tidak begitu aneh pada zaman itu, yaitu sekitar zaman perang dunia
I, waktu orang Eropa sedang kagum-kagumnya pada peninggalan-peninggalan
kebudayaan Mesir kuno. Kekaguman Elliot Smith akan kebudayaan itu mulanya
karena sebagai ahli anatomi ia mulai melakukan penelitian terhadap otak-otak dan
mumi-mumi Mesir itu. Dari aktivitas itu ia mulai tertarik pada kebudayaan Mesir
kuno, dan selama ia memperdalam dirinya ke dalam buku-buku tentang
kebudayaaan itu, ia mendapat kesan bahwa banyak unsur dalam kebudayaan itu
menunjukan persamaan dengan unsur-unsur dalam kebudayaan-kebudayaan besar
lain di tempat-tempat lain di dunia pada zaman dahulu. Karena kekagumanya
terhadap kemegahan kebudayaan Mesir kuno itu, ia berpendapat bahwa unsur-
unsur yang tersebar luas di berbagai tempat di dunia itu tadi tentulah berasal dari
Mesir, dan telah dibawa oleh bangsa-bangsa yang berpindah dari satu tempat di
muka bumi ke tempat lain, untuk mencari kekayan dalam bentuk emas dan
mutiara. Maka timbulah teori heliolitik (dalam kebudayaan mesir kuno bangunan
batu besar atau megalith dan matahari atau helios menjadi unsur yang sangat
penting).
WJ Perry (dalam Koentjaraningrat 1981:120) mencoba meneliti jalan-
jalan difusi kebudayaan heliolitik, unsur-unsur kebudayaan yang tersangkut dalam
gerak persebaran itu, serta sebab-sebab dari difusi. Dalam persebaranya dari Mesir
ke arah timur sampai ke Amerika tengah dan selatan - waktu itu menjadi sangat
populer yaitu The children of the sun (1923).
24
Koentjaraningrat menyimpulkan bahwa proses difusi tidak hanya dari
sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain di
muka bumi saja tetapi terutama sebagai suatu proses dimana unsur-unsur
kebudayaan di bawa oleh individu-individu dari suatu kebudayaan dan harus
diterima oleh kebudayaan lain, maka terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi
dari satu unsur kebudayaan. Unsur-unsur itu selalu berpindah-pindah sebagai
suatu gabungan atau suatu kompleks yang tidak mudah dipisahkan.
Menurut Boas (dalam Koentjaraningrat 1987:126) pertumbuhan
kebudayaan menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru yang akan mendesak
unsur-unsur lama ke arah pinggir sekeliling daerah pusat pertumbuhan tadi.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir memaparkan dimensi pokok, kajian-kajian utama,
faktor-faktor kunci, variabel dan hubungan antara dimensi dalam bentuk narasi
atau grafis.Dalam penelitian kerangka berfikir dalam penelitian yang berjudul
“Faktor-faktor penyebab rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi” adalah sebagai berikut :
25
Bagan 01. Bagan kerangka berfikir
Keterangan :
: Keadaan seharusnya
: Keadaan yang diharapkan
Masyarakat Sekaran bermukim di sekitar lembaga pendidikan yaitu
AKBID dan Universitas Negeri Semarang (UNNES), di lingkungan yang sarat
dengan atmosfir pendidikan ini seyogyanyalah mempunyai kesadaran pendidikan
yang tinggi (dalam hal ini kesadaran melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi). Akan tetapi pada faktanya ternyata kesadaran pendidikan
masyarakat sekaran masih relatif rendah, hal ini disebabkan oleh adanya faktof-
faktor tertentu yang melatarbelakangi sehingga kesadaran masyarakat dalam hal
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi menjadi rendah.
Perguruan tinggi
Tidak melanjutkan
studi
masyarakat
Kesadaran pendidikan rendah
Faktor yang melatarbelakangi
26
Dengan melihat gambar dan narasi diatas diharapkan dapat memahami
kajian materi tentang “Faktor-faktor penyebab rendahnya kesadaran melanjutkan
ke perguruan tinggi pada masyarakat sekaran”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, dalam
penelitian ini mengambil data dan juga penjelasan berupa uraian dan analisis yang
mendalam. Menurut Bogdan dan Tylor (dalam Moleong 2004:3) metode kualitatif
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Pendekatan kualitatif pada hakekatnya adalah menguasi orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha memahami
bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan untuk
memahami peristiwa, kegiatan, perilaku, dan pelaku peristiwa dalam situasi
tertentu dan dalam situasi alamiah (natural). Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif karena secara langsung dapat menyajikan hubungan antara peneliti dan
respon lebih peka.
Menurut Moleong pendekatan kualitatif digunakan karena beberapa
pertimbangan, yaitu ;
1. Dengan pendekatan kualitatif maka peneliti lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda.
2. Pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden.
28
3. Pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan
banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadapa pola-pola nilai yang
dihadapi.
4. Dengan pendekatan kualitatif maka peneliti melakukan penelitian pada
latar ilmiah, maksudnya peneliti melihat kenyataan yang ada di lapangan.
5. Dengan pendekatan kualitatif tidak ada teori yang apriori artinya peneliti
dapat mempercayai apa yang dilihat sehingga bisa sejauh mungkin
menjadi netral.
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan
metode kualitatif yang bersifat fenomenologi. Data yang terkumpul selalu
berbentuk kata-kata tulisan yang mencakup catatan, laporan dan foto-foto.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan kegiatan
penelitianya. Terkait dengan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor penyebab
rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada
masyarakat Sekaran” maka peneliti mengambil lokasi penelitian di desa Sekaran
kecamatan Gunung Pati kota Semarang. Alasan peneliti mengambil lokasi
penelitian adalah karena keberadaan kampus UNNES di desa ini dan untuk
mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran.
29
C. Fokus Penelitian
Dalam hal ini yang menjadi fokus masalah adalah sebagai berikut :
1. Gambaran umum pendidikan masyarakat Sekaran.
2. Pandangan masyarakat Sekaran terhadap keberadaan kampus UNNES
sebagai pusat pendidikan.
3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran melanjutka
pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran terkait
keberadaan kampus UNNES sebagai lembaga pendidikan perguruan tinggi
yang ada di desa tersebut.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu atau manusia tempat percobaan atau
penelitian dilakukan. Subjek penelitian disini adalah:
1. Anak muda yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Anak-anak yang selepas pendidikan di SMA tetapi tidak
melanjutkan pendidikanya ke perguruan tinggi, anak muda yang dimaksud
disini adalah anak muda yang berdomisili di desa Sekaran.
2. Anak muda asli Sekaran yang melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi.
3. Orang tua yang mempunyai anak usia melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi.
30
E. Sumber Data Penelitian
1. Informan
Informan yang dapat memberikan informasi tentang objek kajian
yang diteliti adalah sebagai berikut :
a. Tokoh masyarakat setempat
Orang-orang yang bekerja sebagai perangkat desa, sesepuh desa,
ulama, atau orang yang dihormati oleh masyarakat setempat.
Tokoh masyarakat dianggap lebih mengetahui latar belakang dan
keadaan masyarakat desa Sekaran sebelum dan sesudah keberadaan
kampus UNNES.
b. Masyarakat Desa Sekaran pada umumnya
Masyarakat desa pada umumnya atau masyarakat biasa yang dapat
memberikan informasi mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya
kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada
masyarakat Sekaran.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui peninggalan tulisan
berupa arsip-arsip, buku-buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain-lain
sebagai bukti yang menunjukkan peristiwa atau kegiatan yang
berhubungan dengan penelitian ini. Peneliti akan menggunakan dokumen
sebagai berikut:
a. Sumber Buku
31
Sumber buku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
buku-buku, atau literature dan dokumen dari kantor kelurahan yang
berkaitan dengan “Faktor-faktor penyebab rendahnya kesadaran
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat
Sekaran”.
b. Foto
Sekarang ini foto sudah banyak dipakai sebagai alat untuk
keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai
keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya
sering dianalisis secara induktif. Ada dua kategori foto yang dapat
dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan
orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri (Bogdan dan
Diklen dalam Moleong, 2002:115).
Untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, proses
wawancara dan obyek-obyek yang berkaitan dengan penelitian tentang
faktor-faktor penyebab rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi diabadikan dalam bentuk gambar.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Dalam rangka mendapatkan data yang valid proses pengumpulan
data dilakukan dengan beberapa metode salah satunya adalah wawancara,
32
langkah pertama yaitu memilih atau menyeleksi individu yang akan
diwawancarai yang terdiri dari anak muda yang tidak melanjutkan
pendidikanya ke perguruan tinggi, anak muda asli Sekaran yang
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, orang tua yang mempunyai
anak usia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tokoh masyarakat
dan masyarakat pada umumnya yang dapat memberikan informasi
mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya kesadaran melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran. Kemudian
melakukan pendekatan terhadap individu yang telah diseleksi tersebut
untuk diwawancarai dan selanjutnya adalah mengembangkan suasana
lancar dalam wawancara dan berusaha menimbulkan pengertian dan
bantuan sepenuhnya dari orang yang akan diwawancarai.
Penentuan informan dilakukan dengan teknik sampling snowball
atau bola salju. Black dan Champion (1999:267) mendefinisikan sampling
snowball sebagai mendapatkan semua individu dalam organisasi atau
kelompok yang terbatas yang dikenal sebagai teman-teman atau kerabat
lainnya, sampai peneliti menemukan konstelasi persahabatan berubah
menjadi pola sosial yang lengkap.
Teknik sampling bola salju atau snowball bermanfaat dalam hal ini
yaitu mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak dan sample
dipilih berdasarkan petunjuk atau rekomendasi sebelumnya. Atas dasar
pertimbangan, maka informan yang dijadikan subjek dalam penelitian ini
adalah anak-anak muda yang selepas SMA tidak melanjutkan pendidikan
33
ke perguruan tinggi Sementara yang menjadi informan kunci meliputi
tokoh masyarakat setempat yang dianggap mengetahui secara pasti
keadaan masyarakatnya. Dari informan kunci ini, peneliti mendapat
informan yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian.
Pengambilan subyek penelitian berdasarkan karakteristik tertentu
yaitu dengan melihat ciri-ciri khusus sesuai dengan kebutuhan untuk
kelengkapan data dan menjawab pertanyaan, dipilih informan yang
kompeten terhadap permasalahan sehingga data yang dihasilkan nantinya
akan representatif. Dari beberapa informan yang direkomendasikan,
akhirnya peneliti mengambil sampel 30 anak muda yang tidak melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi untuk dijadikan sebagai subyek penelitian
dan beberapa orang tua terdiri orang tua yang anaknya melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi dan yang tidak.
Peneliti tidak hanya percaya dengan begitu saja pada apa yang
dikatakan informan, melainkan perlu mencek dalam kenyataan melalui
pengamatan. Itulah sebabnya cek dan recek dilakukan secara silih berganti
dari hasil wawancara ke pengamatan di lapangan, atau dari informan satu
ke informan lain (Bungin, 2001:62).
Teknik ini dilakukan secara akrab dengan pertanyaan-pertanyaan
terbuka. Kelonggaran ini akan mampu menggali dan mengungkap
kejujuran Informan dalm memberikan informasi yang dibutuhkan.
Untuk mendukung keberhasilan wawancara, peneliti mempergunakan
peralatan tertulis untuk mencatat informasi dari informan.
34
2. Observasi Langsung
Observasi adalah mengamati (watching) dan mendengar (listening)
perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa memerlukan manipulasi
atau pengendalian, serta mencatat pertemuan yang memungkinkan atau
memenuhi syarat untuk digunakan dalam tingkat penafsiran analisis
(Black dan Champion, 1999:286). Tujuan utama observasi adalah untuk
mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa aktual, yang
memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses.
Observasi dalam proses penelitian tentang faktor-faktor penyebab
rendahnyakesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ini
dilakukan dengan mengamati aktivitas para subyek penelitian dan
informan serta obyek-obyek yang relevan dengan penelitian.
Pelaksanaan observasi di lakukan di desa Sekaran dan sekitarnya.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan setelah memperoleh ijin dari
pihak yang bersangkutan antara lain pihak UNNES dan Kepala Desa
Sekaran. Pelaksanaan observasi dimulai tanggal 20 November 2009
sampai 20 Januari 2010.
Fokus observasi dilakukan terhadap tiga komponen utama yaitu
tempat, pelaku, dan dampak. Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian
tentunya tidak terlepas dari beberapa pokok permasalahan yang akan
dibahas antara lain gambaran umum desa meliputi pemanfaatan lahan
desa, gambaran umum pendidikan masyarakat Sekaran meliputi lembaga
pendidikan tinggi yang ada di kelurahan Sekaran, persepsi masyarakat
35
Sekaran terhadap keberadaan kampus UNNES meliputi kegiatan
masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan keberadaan kampus oleh
masyarakat sekitar misal kegiatan yang dilakukan oleh para tenaga
security, cleaning service, orang-orang yang bekerja untuk UNNES serta
kegiatan yang berlangsung di kampus UNNES, dan faktor-faktor yang
melatarbelakangi rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran meliputi lingkungan kerja dan
kegiatan yang dilakukan oleh informan dan subyek penelitian.
Dalam menggunakan teknik observasi yang penting adalah
mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti. Akan tetapi untuk
mempermudah pengamatan dan ingatan maka penelitian ini menggunakan:
(1) catatan-catatan, (2) alat elektronik seperti tustel dan tape recorder, (3)
pengamatan, (4) pemusatan pada data-data yang tepat dan, (5) menambah
bahan persepsi tentang obyek yang diamati.
Adapun data yang diperoleh dari observasi langsung berupa
perincian atau deskriptif.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui peninggalan tulisan
berupa arsip-arsip, buku-buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain-lain
sebagai bukti yang menunjukkan peristiwa atau kegiatan yang
berhubsungan dengan penelitian ini. Penelitian ini diperlukan dokumen-
dokumen atau arsip yang dapat memberi keterangan dengan jelas
mengenai keberadaan dan keadaan masyarakat Sekaran.
36
Arsip yang berhasil peneliti kumpulkan antara lain berupa arsip
dari kelurahan, artikel di media massa dan informasi dari penelitian lain
yang relevan.
G. Validitas Data
Validitas data yang diharapkan dalam penelitian ini, digunakan teknik
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2002:178).
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pemeriksaan dengan memanfaatkan penggunaan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, dalam hal ini akan
diperoleh dengan jalan :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
Peneliti akan membandingkan hasil pengamatan yang diperolehnya dari
lapangan dengan hasil wawancara yang dilakukannya dengan informan,
sehingga diperoleh data yang valid.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi. Peneliti membandingkan data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan informan di depan umum dengan
37
hasill wawancara secara pribadi, sehingga dapat diketahui data mana yang
paling benar.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Peneliti akan membandingkan hasil wawancara informan dengan dokumen-
dokumen yang ada untuk mempermudah pengumpulan data.
H. Metode Analisis Data
Dalam melakukan analisis dipergunakan jalan pikiran Miles dan
Huberman (1992:16-19) yang menyatakan bahwa dalam melakukan proses
analisis komponen utama yang perlu diperhatikan setelah pengumpulan data
adalah:
a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakkan
dan transformasi data kasar dari catatan-catatan tertulis sehingga akhir
lengkap tersusun.
Data yang diperoleh mengenai gambaran umum pendidikan masyarakat
Sekaran, persepsi masyarakat Sekaran terhadap keberadaan kampus
UNNES, serta faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran.
Kemudian dipilih menjadi satuan-satuan sesuai dengan permasalahan
penelitian.
b. Penyajian data, yaitu kesimpulan informasi yang tersusun agar dapat
memberikan kesimpulan yang menarik. Dalam penyajian data ini
38
dilakukan setelah melakukan reduksi data yang akan dipergunakan sebagai
bahan laporan.
Data-data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan foto mengenai
gambaran umum pendidikan masyarakat Sekaran, persepsi masyarakat
Sekaran terhadap keberadaan kampus UNNES, serta faktor-faktor yang
melatarbelakangi rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran disajikan dalam bentuk naratif,
berisi mengenai uraian seluruh masalah yang dikaji. Di dalamnya tidak
semata-mata hanya berisi mengenai deskripsi secara naratif namun juga
proses analisis.
c. Penyajian data, yaitu kesimpulan informasi yang tersusun agar dapat
memberikan kesimpulan yang menarik. Dalam penyajian data ini
dilakukan setelah melakukan reduksi data yang akan dipergunakan sebagai
bahan laporan.
Data-data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan foto mengenai
gambaran umum pendidikan masyarakat Sekaran, persepsi masyarakat
Sekaran terhadap keberadaan kampus UNNES, serta faktor-faktor yang
melatarbelakangi rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran disajikan dalam bentuk naratif,
berisi mengenai uraian seluruh masalah yang dikaji. Di dalamnya tidak
semata-mata hanya berisi mengenai deskripsi secara naratif namun juga
proses analisis.
39
d. Menarik kesimpulan atau verifikasi, yaitu berupa intisari dari penyajian
data yang merupakan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian
kesimpulan awal yang sifatnya belum benar-benar matang (Miles,
1992:16-19). Kesimpulan dalam hal ini merupakan hasil akhir dari
penelitian tentang faktor-faktor penyebab rendahnya kesadaran
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka diketahui
bahwa kesadaran masyarakat Sekaran akan pendidikan tinggi masih
terbilang rendah, menurut data dari kelurahan setempat hanya 6,6 % dari
keseluruhan penduduk yang mengenyam pendidikan sampai ke tingkat
perguruan tinggi, pada umumnya masyarakat belum menyadari akan arti
penting pendidikan yang memadai dalam kehidupan. Adapun faktor yang
melatarbelakangi rendahnya kesadaran pendidikan pada masyarakat
Sekaran adalah faktor ekonomi.
Ketiga komponen ini merupakan satu kesatuan yang utuh dan
saling terkait, model analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah ”Analisis Interaksi” artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk
interaksi pada tiga komponen tersebut.
Dari uraian di atas dapat disederhanakan dengan bentuk bagan
sebagai berikut:
40
Bagan 02.
Bagan analisis data
(Sumber : Miles dan Huberman, 1992:20)
I. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini (Moleong, 2002), adalah
sebagai berikut :
a. Tahap Pra Lapangan, terdiri dari tujuh tahapan yaitu menyusun rancangan
penelitian dimana dilaksanakan dengan membuat proposal penelitian,
memilih lapangan penelitian dengan menentukan tempat yang akan
dijadikan lokasi penelitian yaitu di desa Sekaran, mengurus perizinan
dilaksanakan dengan membuat surat izin dari lembaga terkait yaitu
UNNES ditujukan kepada Kepala Desa Sekaran, tokoh masyarakat
setempat. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan dilaksanakan pada saat observasi, menyiapkan
Pengumpulan Data
Kesimpulan-kesimpulan
Reduksi
Penyajian
41
perlengkapan penelitian berupa daftar pertanyaan, kamera, maupun alat
tulis, serta persoalan etika penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan, terdiri dari tiga tahapan yaitu memahami latar
penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dilaksanakan pada bulan
November untuk observasi dan bulan Desember pelaksanaan wawancara,
dan berperan sambil mengumpulkan data.
c. Tahap Analisis Data, terdiri dari tiga tahapan yaitu konsep dasar analisis
data dengan jalan pengumpulan data dari lapangan, reduksi data, penyajian
data, serta verifikasi, menemukan tema dan merumuskan hipotesis, serta
menganalisis berdasarkan hipotesis.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran umum mengenai lingkungan fisik Desa Sekaran dapat
dijelaskan dengan melihat beberapa aspek, diantaranya letak administratif,
pemanfaatan lahan, aspek demografis, sarana prasarana dan kondisi sosial
ekonomi dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya, aspek-aspek tersebut akan
diuraikan satu persatu.
1. Letak administratif dan pembagian wilayah
Berdasarkan lokasinya secara administratif Desa Sekaran masuk
dalam wilayah pembagian Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang,
terletak 5 Km dari Kantor Kecamatan Gunung Pati dan 8 Km dari Pusat
Pemerintahan ibukota propinsi. Untuk menuju Kantor Kecamatan dan
Pusat Kota dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan kota karena
Desa Sekaran dekat dengan jalan raya dan kondisi jalan yang beraspal baik
memudahkan sarana transportasi menuju Kantor Kecamatan dan Pusat
Kota. Adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kalisegoro
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Patemon
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Srondol kulon
d. Sebelah Utara berbatasan dengan Sukorejo
43
Secara keseluruhan wilayah desa Sekaran terbagi menjadi 4 dukuh
( Sekaran, Banaran, Persen, Bantardowo ) sedangkan pembagian RW
adalah sebagai berikut :
a. RW I wilayah Sekaran bagian timur terdiri dari 4 RT.
b. RW II wilayah Sekaran bagian tengah terdiri dari 4 RT.
c. RW III wilayah Sekaran bagian barat terdiri dari 3 RT.
d. RW IV wilayah Banaran bagian selatan terdiri dari 3 RT.
e. RW V wilayah Banaran bagian utara terdiri dari 3 RT.
f. RW VI wilayah desa Bantardowo terdiri dari 4 RT.
g. RW VII wilayah desa Persen terdiri dari 4 RT.
Selain tingkat RW dan RT, di Desa sekaran terdapat lembaga desa
yang tidak kalah pentingnya seperti LKMD (Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa) yang merupakan sebuah lembaga yang bertujuan untuk
memperlancar kegiatan pemerintahan desa. Selain itu terdapat BPD
(Badan Perwakilan Desa) yang bertujuan untuk memonitoring seluruh
sistem-sistem pemerintahan desa serta lembaga-lembaga desa yang lainya
yang selayaknya ada dalam suatu desa.
2. Keadaan alam
Wilayah kelurahan Sekaran mempunyai topografi yang cukup
tinggi berada pada kurang lebih 200 meter diatas permukaan laut,
kelurahan Sekaran termasuk daerah beriklim basah yang mempunyai
intensitas curah hujan sebanyak 3300-3400 mm/ tahun, ini termasuk diatas
rata-rata mengingat curah hujan Indonesia yang berkisar antara 2000-3000
44
mm/tahun . Secara geografis Desa Sekaran terletak di Kecamatan Gunung
Pati, Kota Semarang, propinsi Jawa Tengah. Desa Sekaran berada di 75 M
dari permukaan air laut yang kondisi wilayahnya sebagian besar berupa
areal persawahan, pemukiman, tegalan dan perbukitan.
3. Aspek Demografis Desa Sekaran
Jumlah penduduk Desa Sekaran untuk tahun 2009 adalah 6119
jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki 3146 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 3.013 jiwa. Sesuai dengan komposisi umur dan
jenis kelamin, persebaran penduduk Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 1.
Komposisi Penduduk Desa Sekaran menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4
0 – 4 434 427 861
5 – 9 372 371 743
10 – 14 317 329 742
15 – 19 314 396 649
20 – 24 310 290 600
25 – 29 236 232 468
30 – 39 492 446 938
40 – 49 290 266 558
50 – 59 230 217 447
60 + 148 172 280
Jumlah 3146 3013 6159
Sumber: Data Statistik Desa Sekaran Tahun 2009
45
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa komposisi penduduk Desa
Sekaran dapat digolongkan ke dalam karakteristik penduduk yang bertipe
ekspansif yaitu sebagian besar penduduk masih didominasi oleh
kelompok umur muda. Presentase jumlah penduduk usia melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi adalah 20,3 % sedangkan presentase
jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi
adalah 6,6 %. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa kesadaran
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran
cenderung rendah hal ini terlihat dari presentase penduduk usia
melanjutkan sebesar 20,3 % adapun presentase jumlah penduduk yang
melanjutkan pendidikanya ke perguruan tinggi hanya 6,6 %.
4. Sarana dan Prasarana di Desa Sekaran
Desa Sekaran termasuk desa yang letaknya sangat strategis jika
dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Dengan keberadaan kampus
UNNES yang terletak di desa ini menyebabkan proses pembangunan Desa
Sekaran selalu mengalami perkembangan yang cepat dari waktu ke waktu
sehingga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Adapun sarana dan
prasarana yang mengalami perkembangan pesat yang merupakan dampak
dari keberadaan kampus UNNES di kelurahan Sekaran ini antara lain
sebagai berikut:
46
a. Jalan
Pembangunan sarana jalan untuk kepentingan mobilitas
masyarakat berkembang dengan pesat seiring keberadaan kampus
UNNES dimulai sejak tahun 1967 berupa jalan setapak jalur Sekaran-
Sumur jurang tiga tahun kemudian dilakukan pelebaran jalan pada
jalur ini . pada tahun 1983 jalan mulai dihotmix sehingga biasa
dilewati kendaraan roda 4. tahun 1977 jalur Semarang-Sekaran via
Sukorejo mulai dibuka, kemudian tahun 1983 bersamaan dengan
dibangunya kampus UNNES dilakukan pelebaran dan pengaspalan
jalan jalur Semarang-Sekaran.
b. Jaringan listrik
Jaringan listrik masuk ke kelurahan Sekaran pada tahun 1989
melalui jalur Ungaran-Gunungpati-Semarang..Jaringan listrik di Desa
Sekaran dapat dijangkau oleh dusun-dusun yang ada di Desa Sekaran.
Masyarakat dapat menggunakan alat-alat elektronik yang dapat
memberi informasi dan komunikasi dengan mudah sehingga
membantu perkembangan pembangunan baik perkembangan fisik
maupun non fisik. Akses keluar desa juga semakin lancar dan luas
seiring dengan adanya penerangan di Desa Sekaran yang tentunya
mempermudah mobilitas masyarakatnya.
c. Alat transportasi
Dengan letak Desa Sekaran yang sangat strategis menyebabkan
pengaksesan sarana prasarana transportasi sangat mudah di jangkau
47
oleh masyarakat. Sarana transportasi yang tersedia di kelurahan
Sekaran ini antara lain adalah Angkutan Kota (Angkot) dan bis kota,
Dengan adanya akses alat transportasi tersebut memudahkan setiap
warga yang akan bepergian dan memudahka hubungan dengan kota-
kota disekitarnya ssehingga semakin mendukung kemajuan desa
Sekaran.
5. Mata Pencaharian Masyarakat Desa sekaran
Sektor pertanian pada umumnya merupakan bidang mata
pencaharian utama bagi penduduk di hampir sebagian besar pedesaan
Indonesia yang menggantungkan kehidupanya dengan alam. Demikian
pula tentunya masyarakat Sekaran yang hidup dengan pertanian sebagai
mata pencaharian yang utama, walaupun telah mengalami perubahan-
perubahan dengan masuknya sektor perdagangan barang atau jasa seiring
dengan dibangunnya kampus UNNES yang secara otomatis membuka
berbagai peluang usaha yang luas bagi masyarakat sekitar.
Tabel di bawah ini menunjukkan persebaran penduduk Desa Sekaran yang
disusun menurut mata pencaharian pada Tahun 2009.
48
Tabel 2.
Persebaran Penduduk Desa Sekaran
Menurut Mata Pencaharian (umur 10 tahun lebih) sebelum dan sesudah
keberadaan kampus UNNES
No Jenis Pekerjaan Jumlah
sebelum %
Jumlah
sesudah %
1 Petani Sendiri 768 45,42 432 15,20
2 Buruh tani 315 18,63 927 32,62
3 Nelayan - - - -
4 Pengusaha - - - -
5 Buruh Industri 37 2,19 145 5,10
6 Buruh Bangunan 305 18,04 290 10,20
7 Pedagang 233 13,78 787 27,69
8 Pengangkutan - - - -
9 Pegawai Negeri 27 1,60 122 4,29
10 Pensiunan - - 25 0,89
11 Lain-lain 6 0,35 114 4,01
Jumlah 1691 100,00 2842 100,00
Sumber: Data Olahan Penelitian Statistik Desa Sekaran Tahun 1990 dan 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk
di Desa Sekaran di bidang pertanian menempati jumlah tertinggi di antara
mata pencaharian lain hal ini disebabkan tanah pertanian yang ada di Desa
sekaran ini sangat luas. Berdirinya kampus UNNES di desa ini
mempengaruhi mata pencaharian sebagian penduduk setempat, sehingga
banyak masyarakat yang beralih profesi dan bekerja sebagai pedagang
baik berdagang barang misalnya warung makan, toko, konter ataupun
49
menjual jasa misal jasa rumah kost, bengkel, warnet dan lain-lain, hal ini
terlihat dari presentase jumlah penduduk yang bermata pencaharian
sebagai pedagang yang mengalami kenaikan dua kali lipat dari sebelum
keberadaan kampus UNNES dan sesudahnya.
Walaupun tabel di atas telah menunjukkan persebaran penduduk
menurut mata pencaharian namun banyak di antara penduduk desa yang
memiliki mata pencaharian ganda ataupun lebih misalnya seorang guru
yang merangkap sebagai pedagang dan sebagainya.
6. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Sekaran
Masyarakat Desa Sekaran merupakan komunitas masyarakat
dengan karakteristik masyarakat pedesaan yang masih dipegang kuat,
seperti sikap tepa selira yang tinggi, rasa tolong-menolong, gotong royong
dan kebersamaan satu sama lain, maka tidak heran jika kebersahajaan dan
kekeluargaan tetap ada ditengah-tengah masyarakat meskipun hidup dalam
kesederhanaan, karena tetangga bagi masyarakat adalah seperti saudara.
Nilai-nilai kekeluargaan masih dipegang teguh oleh masyarakat Desa
Sekaran. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih eratnya hubungan
kekerabatan yang terjalin baik melalui interaksi-interaksi sosial antara
individu satu dengan individu lainnya di dalam masyarakat. Misalnya
apabila ada tetangga yang sedang memiliki hajatan seperti pernikahan,
maka masyarakat turut berpartisipasi di dalamnya baik dalam bentuk
materi (nyumbang) ataupun tenaga (sambatan atau rewang).
50
Selain itu masyarakat desa sekaran juga memiliki sikap toleransi
yang tinggi terhadap tetangga sekitarnya, hal ini dapat terlihat ketika salah
satu tetangga sedang mengalami musibah misalnya kematian, maka secara
suka rela mereka bersedia menyempatkan diri untuk mengunjungi dan
menghibur keluarga yang tertimpa musibah tersebut serta dengan
kebesaran hati mereka turut membantu menyiapkan tahlilan. Hal ini hanya
berlaku untuk pemeluk agama Islam. Namun hubungan kekerabatan juga
dilakukan para warga desa yang berbeda keyakinan. Perbedaan agama
maupun status tidak dipandang sebagai sesuatu hal yang perlu
dipertentangkan dalam masyarakat, melainkan dianggap sebagai
keindahan sehingga kebersamaan dan toleransi terjalin dengan baik.
Segala kebersamaan dan sikap saling antara masyarakat masih dipegang
hingga sekarang walaupun ada sedikit perbedaan antara dulu ketika belum
ada kampus UNNES dan sekarang ketika sudah ada kampus UNNES.
Dahulu sebelum kehadiran kampus UNNES di desa Sekaran ini
rasa kekeluargaan, sikap saling menghormati, toleransi, dan tolong
menolong masih sangat kental, kini dengan hadirnya kampus UNNES di
desa Sekaran ini rasa kekeluargaan, sikap saling menghormati, toleransi,
dan tolong menolong sudah mulai berkurang hal ini disebabkan karena
keberadaan kampus yang berimbas pada terbukanya lapangan pekerjaan
dan kesempatan ekonomi yang luas menjadikan warganya terpacu dan
berlomba-lomba untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang ada dan
mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya, bagi mereka time is
51
money waktu adalah uang, acara kumpul-kumpul dengan masyarakat
ataupun gotong royong hanya membuang waktu dan berarti mengurangi
pemasukan, sebagai akibatnya kebiasaan yang dulu sering dilakukan
seperti gotong royong cenderung dihindari, rapat yang sifatnya semi
formal dan formal pun kurang begitu diperhatikan, hal ini sangat
memprihatinkan para sesepuh desa dan perangkat desa, maka untuk
menyiasatinya perangkat desa menerapkan kebijakan barang siapa yang
tidak ikut gotong royong ataupun tidak menghadiri rapat maka akan
dikenakan sangsi berupa denda, dengan kebijakan ini diharapkan
masyarakat akan memberikan sedikit perhatianya namun ternyata yang
terjadi masyarakat justru cenderung lebih memilih membayar denda
daripada mengikuti gotong royong ataupun menghadiri pertemuan-
pertemuan desa.
Berikut petikan wawancara dengan Bapak Suharto (65 tahun)
selaku ketua RT 03 di kelurahan Sekaran ;
“Dulu sebelum ada kampus UNNES ini masyarakat sini gotong
royongnya bagus, mbangun jalan gotong royong,mau mbangun
apa-apa yang buat kepentingan bersama ya gotong royong, terus
setelah ada kampus kan jadi sibuk semua ya ada yang buka warung
makan ada yang jualan buka warung, jaga toko, buka konter
macam-macam lah jadi ndak pernah ikut gotong royong kok
gotong royong yang ngeluarin tenaga lhawong diundang kumpulan
sama rapat saja ndak pada datang mba, lha untuk mengatasi biar
kayak dulu lagi gitu diakali gimana caranya supaya bias seperti
dulu lagi gitu lah akhirnya diputuskan yang ndak ikut gotong
royong atau ndak datang rapat dikenakan denda, eh malah pada
52
lebih senang bayar denda daripada ikut gotong royong atau ikut
rapat”( wawancara 23 desember 2009 ).
Interaksi antara warga Sekaran dengan para pendatang baik
mahasiswa maupun pendatang yang bukan mahasiswa yang terus menerus
menimbulkan terjadinya keterlibatan hubungan yang terus menerus,
karena masyarakat kelurahan Sekaran mempunyai sifat keramahtamahan
yang tinggi. Suasana pedesaan di lingkungan Sekaran masih terasakan
sikap guyup dan rasa gotong royong cukup tinggi yang mewarnai
kehidupan masyarakat kelurahan Sekaran walaupun sedikit berbeda waktu
sebelum adanya kampus UNNES yang dahulu masih kental sikap guyup
dan kegotong royonganya.
Kehidupan ekonomi masyarakat Sekaran mengalami kemajuan
pesat pasca dibangunya kampus UNNES, keberadaan kampus memberikan
lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat sekitar sebagian masyarakat
membuka usaha warung makan, toko, konter dan lain-lain untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa, bagi yang mempunyai tanah
membangun rumah kost atau rumah tempat tinggalnya disewakan pada
mahasiswa,yang tidak punya tanah, modal dan keterampilan dapat bekerja
di kampus sebagai tenaga cleaning service, satpam, supir dan lain-lain.
53
Gambar 1.kampus UNNES tampak depan.
(dokumentasi Siska 21 desember 2009)
Keberadaan kampus UNNES membuat roda perekonomian dan
kehidupan sosial pada umumnya berjalan dinamis, kemajuan ekonomi
berjalan pesat, kehidupan masyarakatnya pun mengalami peningkatan
taraf, sarana dan prasarana umum ditingkatkan menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Wajah desa Sekaran berubah drastis menjadi lebih maju dari
sebelumnya seirinng dengan keberadaan kampus UNNES di kelurahan
Sekaran ini.
B. Gambaran umum pendidikan masyarakat Sekaran
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam
kehidupan suatu masyarakat. Kualitas, fasilitas dan sarana prasarana pendukung
pendidikan yang ada menjadi salah satu indikator penngukur untuk mengetahui
kondisi sosial masyarakat tersebut, semakin baik dan semakin tinggi kualitas
pendidikan maka semakin baik pula kehidupan soaial masyarakatnya, pada
54
umunya tingkat pendidikan ikut mempengaruhi status sosial seseorang dalam
suatu masyarakat. Adapun Sarana dan lembaga pendidikan yang terdapat di Desa
Sekaran adalah sudah cukup baik, hal ini dibuktikan dengan keberadaan dua
lembaga pendidikan yang berbeda jalur yaitu UNNES dan AKBID yang berada di
desa Sekaran ini dimana kualitas lembaganya sudah cukup memadai bagi
masyarakat setempat, bagi masyarakat yang berminat untuk melanjutkan
pendidikanya tinggal memilih salah satu diantaranya yang dikehendaki yang
sesuai dengan keinginan dan kemampuanya.
Berbagai sarana pendidikan yang terdapat di Desa Sekaran dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.
Sarana Pendidikan di Desa Sekaran
No Sarana Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
4.
TK
TPA
SD sederajat
Perguruan tinggi
3
4
4
2
Jumlah 13 Sumber: Data Monografi Desa Sekaran Tahun 2009
Namun tingkat kesadaran pendidikan masyarakatnya memegang
peranan yang sangat penting, tersedianya fasilitas dan sarana prasarana
pendidikan yang beerkualitas namun tidak dibarengi dengan kesadaran
masyarakat yang tinggi akan pendidikan maka tidak akan maksimal. Kesadaran
masyarakat Sekaran akan pendidikan di perguruan tinggi masih terbilang rendah,
55
menurut data dari kelurahan setempat hanya 6,6 % dari keseluruhan penduduk
yang mengenyam pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi.
Pada umumnya masyarakat belum menyadari akan arti penting
pendidikan yang memadai dalam kehidupan. Kekhwatiran bahwa nanti setelah
lulus belum tentu mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginan masih melekat
dalam pemikiran masyarakat setempat, adapun faktor yang melatarbelakangi
rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada
masyarakat Sekaran sebagian besar adalah karena faktor ekonomi, yangn
dimaksud faktor ekonomi disini tidak selalu karena ketiadaan materi namun
kebanyakan justru sebaliknya karena mempunyai banyak aset ekonomi waktu dan
fikiran tercurah untuk mengurusi usahanya.
Adapun persebaran tingkat pendidikan masyarakat Sekaran dapat di
lihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sekaran ( usia 5 tahun ke atas)
No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase
1 Tamat Akademi / PT 194 6,6 %
2 Tamat SLTA 644 21,8 %
3 Tamat SLTP 827 28 %
4 Tamat SD 864 29,2 %
5 Tidak Tamat SD 427 14,4 %
6 Belum Tamat SD
7 Tidak Sekolah
Jumlah 2.956 100 %
Sumber: Data Olahan Penelitian Statistik Desa Sekaran Tahun 2009
Presentase dihitung dengan rumus :
56
n x 100 %
∑ n
Dari tabel di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa Kesadaran
masyarakat Sekaran akan pendidikan di perguruan tinggi masih terbilang rendah,
menurut data dari kelurahan setempat hanya 6,6 % dari keseluruhan penduduk
yang mengenyam pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi, adapun
presentase jumlah penduduk lulusan SMA adalah 21,8 % dari sini dapat
disimpulkan bahwa kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi relatif
rendah.
Bagi tamatan SMA, masyarakat pada umumnya cenderung lebih
menyukai bekerja dari pada harus melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
walaupun di desa ini berdiri kampus UNNES yang tentunya memberikan banyak
keuntungan bagi masyarakat sekitar, selain letaknya yang dekat sehingga
memudahkan dalam proses belajar pihak UNNES juga memberikan prioritas
untuk mereka dalam tes seleksi penerimaan mahasiswa baru yang ketat, selain itu
tersedia berbagai beasiswa yang dikhususkan untuk masyarakat asli Sekaran yang
membutuhkan, namun semua itu agaknya kurang dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar.
Rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada
masyarakat Sekaran ini tidak terlepas dari pengetahuan dan persepsi orang tua
serta anak itu sendiri dalam memandang pentingnya pendidikan yang tinggi dalam
kehidupannya kelak, pada umunya mereka menafikan manfaat pendidikan,
mereka menganggap pendidikan pada akhirnya bertujuan untuk mencari uang,
57
sedangkan apa yang mereka lakukan sekarang sudah bisa menghasilkan uang,
seperti petikan wawancara dengan ibu Marmi (51 tahun) yang akrab disapa Mami,
seorang pemilik warung makan ;
“ Halah mbak anakku SMA wae cukup, lulusan kuliah yo akeh seng
nganggur mending mbantu ibuke dagang entuk duwek, kuliah rak yo
sokmben nggo golek duwek to, bocahe mbiyen tak tawani arep kuliah
po ora yo ora jare”. ( Alah mbak anakku SMA saja sudah cukup,
lulusan kuliah juga banyak yang menganggur lebih baik membantu ibu
berdagang sudah menghasilkan uang, kuliah juga nantinya untuk
mencari uang,dulu anaknya sudah saya tawari mau kuliah atau tidak
jawabnya tidak. wawancara, 20 desember 2009).
Pernyataan tersebut diamini oleh Nurhayati (24 tahun) putri ibu Marmi
yang diwawancarai di tempat terpisah beberapa saat kemudian, berikut petikan
wawancara dengan Nurhayati ;
“Saya sehari-hari ya begini ini mbak membantu ibu di warung,mau
kuliah kok rasanya aras-arasen wong saya ini ndak pinter, kalau
mbantu ibu kan lumayan tiap hari dikasih duit hasil warung, kalau ibu
si ndak nglarang juga ndak nyuruh kuliah semuanya terserah
saya”(wawancara,20 desember 2009)
Proses pendidikan akan berjalan dengan lancar apabila ada kasadaran
dari pihak orang tua, anak dan tersedia sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai, orang tua memberikan dukungan dan kesempatan namun apabila si
anak tidak punya kemauan maka tidak akan terjadi proses pendidikan pun
sebaliknya kemauan kuat dari anak tanpa sokongan dari orang tua hampir dapat
58
dikatakan sia-sia, keduanya harus berjalan selaras guna mencapai pendidikan yang
berkualitas.
Terbatasnya kesadaran terhadap arti penting pendidikan dalam kehidupan
tidak hanya didominasi oleh orang yang kurang mampu secara ekonomi,
kenyataan di lapangan menunjukan bahwa mereka yang sudah mapan secara
ekonomi pun masih enggan mengeluarkan uang untuk biaya pendidikan. Adanya
sikap pesimis yang sudah tertanam dalam benak mereka bahwa pendidikan hanya
menghabiskan harta dan belum tentu memperoleh pekerjaan yang layak adalah
pemahaman keliru yang terlanjur mengakar dalam pemahaman masyarakat
Sekaran pada saat ini, dari hasil penelitian ditemukan bahwa pada umumnya
semakin rendah tingkatan pendidikan dan pekerjaan orang tua maka semakin kecil
pula kesadaran pendidikan dan pemahaman akan arti penting pendidikan dalam
kehidupan yang dimilikinya. Sikap pesimis terhadap pendidikan sudah terlanjur
mengakar dalam pemikiran mereka.
Berikut petikan wawancara dengan takim (26 tahun ), pemilik konter Hp
dan penjaga rumah kost di bilangan gang waru ;
“Saya lebih senang cari duit daripada kuliah mba, kebetulan punya
tanah sepetak kecil gini saya jadikan konter itu saja sudah bisa
menghasilkan duit, dulu juga sempat mau kuliah tapi tak pikir lagi saya
jaga konter gini sehari saja sudah dapat duit, kalau kuliah kan harus
bertahun-tahun itupun nantinya kalau lulus belum tentu dapat kerja
enak, terus biaya yang buat kuliah kan bisa saya pakai nambah-
nambah beli deposit”( wawancara 24 desember 2009 ).
59
Gambar 2. Wawancara dengan pemilik konter hp
(dokumentasi Siska,24 desember 2009)
Petikan wawancara diatas menunjukan bahwa di kalangan masyarakat
pemahaman akan pendidikan sebagai investasi masa depan yang tidak lekang
oleh waktu masih sangat rendah, mereka tidak menyadari bahwa hanya
dengan pendidikan yang memadai manusia dapat survive menghadapi
derasnya arus kemajuan zaman serta pasar bebas dimana kita dituntut untuk
dapat bersaing melalui strategi adaptasi yang ketat. kebanyakan mereka
berorientasi pada keadaan sekarang tanpa berfikir bahwa usaha mereka bisa
saja merugi karena tertelan oleh kemajuan teknologi dan persaingan di masa
yang akan datang, maka secara otomatis kesadaran pendidikan pun juga
rendah walaupun tersedia materi dan waktu serta sarana dan prasarana
pendidikan yang mencukupi untuk biaya pendidikan.
C. Persepsi masyarakat Sekaran terhadap keberadaan kampus
UNNES
Terbatasnya lokasi kampus UNNES yang berada di Jalan Kelud raya
menyebabkan kegiatan akademik dipindahkan ke kampus UNNES dikawasan
60
desa Sekaran kecamatan Gunung Pati kota Semarang, tak dapat dipungkiri
keberadaan kampus UNNES di desa ini membawa banyak perubahan di berbagai
bidang bagi masyarakat setempat baik bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun
pendidikan.
Pada umumnya masyarakat Sekaran menyambut dengan baik kehadiran
kampus UNNES di desa mereka. Pada tahun 1964 sebelum adanya kampus
UNNES desa Sekaran merupakan daerah pedesaan terisolasi yang sebagian
masyarakatnya menggantungkan diri pada alam dengan bermata pencaharian
sebagai petani, mereka mendapatkan penghasilan dari penjualan hasil pertanian ke
kota ( kebanyakan pasar jatingaleh dan pasar Gunung Pati ). Pada masa itu sarana
transportasi belum seramai sekarang, bahkan akses jalan menuju ke perkotaan
hanya berupa jalan setapak yang terjal saja dan becek bila hujan, bagi masyarakat
yang ingin menjual hasil pertanianya ke perkotaan harus berjalan kaki dan
menggendong atau memikul barang daganganya melewati jalan setapak yang
terjal berliku dan menyeberangi sungai, baru kemudian pada tahun 1960 an
melalui program gerakan AMD ( ABRI Masuk Desa ) dilakukan pembangunan
jalan, yang tadinya jalan setapak di bangun menjadi jalan batu agar tidak becek
bila musim hujan. Seperti petikan wawancara dengan Bapak Suharto ( 65 tahun )
selaku ketua RT 03 desa Sekaran berikut ini ;
”Dengan dibangunya kampus UNNES di desa sini ya saya suka mba,
dulu itu sebelum adanya kampus UNNES desa ini ya kampung betul
pokoknya jalan ya masih jalan becek kalau mau kekota jualan hasil
bumi itu ya harus jalan kaki lewat dukuh persen belakangnya kampus
FIP itu, ya nyebrang sungai jalanya juga becek kalau hujan, baru
61
sekitar tahun 65 an itu ada gerakan AMD jalanya di bangun jadi jalan
batu- batu”. ( wawancara 23 desember 2009 ).
Gambar 3. Wawancara ketua RT 03 Sekaran
(dokumentasi Siska,23 desember 2009)
Sejak proses pembangunan hingga sekarang pihak UNNES selalu
melibatkan dan menggandeng masyarakat asli Sekaran, dari tenaga proyek
pembangunan, perbaikan sarana dan prasarana pendukung keberadaan kampus
( pembangunan akses jalan raya ) sampai perekrutan tenaga kerja yang
diperlukan di kampus. Hal ini dilakukan agar antara civitas akademika dan
masyarakat asli dapat hidup berdampingan dan meminimalisir terjadinya
gesekan-gesekan konflik yang mungkin akan terjadi antara masyarakat
pribumi asli dengan pendatang baik mahasiswa maupun non mahasiswa.
Keberadaan kampus UNNES di desa Sekaran memberikan banyak
manfaat bagi masyarakat sekitar misalnya manfaat di bidang ekonomi, sosial,
agama dan rekreasi. Secara ekonomi kehadiran kampus memberikan pengaruh
yang positif bagi masyarakat kelurahan Sekaran, keadaan sosial ekonomi
masyarakat Sekaran semakin menunjukan adanya peningkatan kesejahteraan
karena ditunjangg oleh pendapatan yang tinggi, dimana salah satu sumber
berasal dari mahasiswa UNNES. Dalam hal ini masyarakat mengalami
62
perubahan yang mengarah pada kemajuan ekonomi untuk meningkatkan
harkat dan martabat serta peningkatan taraf hidup menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Perubahan sangat terlihat dengan semakin terbukanya lapangan kerja
bagi masyarakat sekitar dari swausaha membuka warung makan, toko, konter,
menyewakan rumah kost sampai menjadi tenaga kerja di kampus sebagai
cleaning service, supir, karyawan TU, staff administrasi dan security. Pada
umumnya mereka bekerja secara turun temurun sejak kampus UNNES
didirikan. Berikut hasil wawancara dengan bapak Daryanto ( 33 tahun )
seorang tenaga security di kampus UNNES ;
“Saya bekerja disini jadi satpam itu dari saya umur 24 tahun mba,
dulunya bapak saya yang bekerja disini tapi jadi tukang kebun lha yang
bawa saya itu temanya bapak saya yang sudah jadi satpam. ( wawancara
23 desember 2009 ).
Gambar 4. Wawancara security kampus unnes.
(dokumentasi Siska,23 desember 2009)
63
Masyarakat Sekaran cepat tanggap dalam hal perubahan sosial ekonomi
yang terjadi sehingga dapat mengetahui dan memanfaatkan peluang usaha yang
dapat menghasilkan uang dan meningkatkan taraf hidup keluarga, dahulu rumah
warga sebelum adanya kampus UNNES hanya digunakan sebagai tempat tinggal
yang diperuntukan bagi kalangan keluarga saja tapi setelah masuknya kampus
UNNES di kelurahan Sekaran ini banyak warga yang mengalihkan fungsi
rumahnya untuk dikomersilkan karena lebih menjanjikan keuntungan, fungsi
rumah mulai berubah dari fungsi non ekonomi sebagai tempat tinggal menjadi
fungsi ekonomi sebagai rumah kost yang disewakan, seperti petikan wawancara
dengan Supardi ( 52 tahun ) seorang pemilik rumah kost di daerah Sekaran ;
“Dulu rumah saya di Sekaran nah begitu kampus dibuka rumah yang
disekaran saya sewakan untuk tempat kos-kosan supaya bisa jadi
uang,saya dan keluarga sendiri pindah ke patemon kebetulan punya
tanah warisan orang tua” ( wawancara 23 desember 2009 ).
Kehadiran kampus UNNES di desa Sekaran ini juga dimanfaatkan
sebagai ajang untuk berbagai kegiatan sosial, keagamaan, dan rekreasi oleh
masyarakat sekitar misalnya ada event-event kesenian atau ceramah rohani yang
mendatangkan tokoh-tokoh terkenal seperti caknur, kyai kanjeng dan lain-lain,
biasanya masyarakat juga turut menyaksikan sekaligus bersosialisasi dengan
sesama warga Sekaran atau dengan civitas akademika
64
Gambar 5.Kawasan rektorat kampus unnes.
(dokumentasi Siska, 20 desember 2009)
Setiap sore kawasan rektorat kampus UNNES seolah berubah menjadi
taman rekreasi , orang tua, anak muda dan anak kecil bercengkerama dan
bersantai , berolah raga atau sekedar berjalan-jalan dengan keluarga. Kawasan
bundaran FIP juga tak kalah ketinggalan menjadi tempat kongkow anak-anak
muda, mahasiswa atau menjadi tempat pertemuan perkumpulan motor. Hal ini
menunjukan bahwa ternyata kampus juga mempunyai peran ganda sebagai
lembaga pendidikan dan sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat disekitarnya.
Gambar 6. Kawasan rektorat kampus unnes.
(dokumentasi Siska, 20 desember 2009)
65
Dalam hal pendidikan keberadaan kampus UNNES di desa Sekaran ini
tak urung juga membawa pengaruh bagi masyarakat. Keberadaan kampus sedikit
banyak meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang perguruan tinggi walaupun prosentasenya kecil, sebagian anak muda
Sekaran juga mempunyai kesadaran melanjutkan pendidikan yang tinggi, pada
umumnya mereka sudah menyadari akan arti penting pendidikan dalam
kehidupanya di masa yang akan datang.
Selayaknya mata uang yang mempunyai dua sisi yang berlawanan,
keberadaan kampus UNNES di desa Sekaran ini tak hanya membawa dampak
positif tetapi juga dampak negatif, dampak positif berupa peningkatan
kesejahteraan dan peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitar baik secara
langsung maupun tidak langsung, Sumber daya manusianya pun ikut mengalami
peningkatan baik secara otodidak ( misal keterampilan berdagang ) maupun secara
formal dalam arti kata melalui lembaga pendidikan walaupun jumlahnya masih
sangat terbatas.
Adapun dampak negatif berupa berkurangnya hubungan kekeluargaan
antar sesama masyarakat, pudarnya sifat gotong royong berganti menjadi sifat
yang cenderung individualistis. Perubahan-perubahan tersebut sangat cepat
dialami oleh masyarakat Sekaran, pudarnya nilai-nilai kesopanan dan norma etika
yang dimiliki masyarakat pedesaan pada umunya dan hal-hal lain yang tidak dapat
diamati secara langsung tapi dapat dirasakan yang biasa adalah perubahan sikap
moral remaja yang sangat memprihatinkan.
66
Terjadinya krisis moral ini merupakan dampak negatif dari keberadaan
kampus UNNES di kelurahan Sekaran, namun seyogianyalah bila masyarakat
dapat memiih mana yang baik dan yang buruk namun yang terjadi masyarakat
cenderung kurang dapat menyerap perubahan yang positif dari keberadaan
kampus UNNES ini misalnya dalam hal pendidikan mereka cenderung tidak
peduli dan tetap pada keadaan semula yang memang tingkat kesadaran
pendidikanya rendah sedangkan perubahan yang sifatnya kurang baik misal gaya
berpakaian mahasiswa yang cenderung mini, perilaku menyimpang seperti
menggoda mahasiswa atau oaring yuang berlalu-lalang, minum-minuman keras
dan lain-lain sangat cepat ditiru.
Masuknya UNNES di kelurahan Sekaran sedikit banyak berpengaruh
terhadap hubungan yang terjadi antar masyarakat di kelurahan Sekaran, suatu
kebiasaan sonjo sudah tidak ada lagi di kalangan masyarakat kelurahan Sekaran,
kini yang ada hanya pertemuan-pertemuan yang sifatnya agak formal mulai dari
tingkat RT sampai ke tingkat kelurahan itupun sudah jauh menyusut
jumlahnya,banyak warga yang seringkali tidak mengikuti pertemuan-pertemua
desa dengan berbagai alasan,hal ini terjadi karena kini sikap masyarakat kelurahan
Sekaran mulai berorientasi pada penngambilan keuntungan ( materialistis ) yang
sudah mempunyai kesibukan sendiri-sendiri sejak keberadaan kampus UNNES di
desa mereka, sehingga sekarang yang terjadi sering tidak ada waktu untuk
melakukan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat yang pernah dilakukan
sebelum adanya kampus UNNES. Masyarakat kelurahan Sekaran sudah mulai
67
tidak saling mengenal antara satu orang dengan orang lain yang masih di
lingkungan kelurahan Sekaran.
Berikut petikan wawancara dengan Bapak Suharto ( 65 tahun ) seorang
ketua RT di daerah sekaran ;
“kalau pengaruh negatifnya ya khususnya dialami oleh anak-anak
mudanya yang dulunya ndak kenal minuman keras sakarang jadi kenal
yang dulunya sopan sama orang tua sekarang jadi kurang sopan
upamanya yang anak laki-laki minta kendaraan sama orang tua itu ya
maksa pokoknya harus dituruti harus punya, cara berpakaian juga sudah
seperti orang kota ya yang dulunya tertutup sekarang ya sudah berani
pakai yang ketat-ketat, kalau secara umum ya sifat gotong royang itu
sudah hilang kalau sekarang upamanya mau mbangun rumah ya
tenaganya harus mabayar kalau dulu kan sambatan saja sudah cukup
sekarang apa-apa pakai duit”( wawancara 23 desember 2009) .
Tak dapat dipungkiri budaya konsumerisme semakin tumbuh subur
seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, materi memegang
paranan penting dalam kehidupan zaman sekarang, segala sesuatu dinilai dengan
materi, budaya gotong royong dan saling menolong semakin pudar tergerus oleh
roda kemajuan zaman, terganti dengan budaya borjuis yang segala sesuatu
dihitung dengan uanng, kehidupan para mudanya pun tidak mempunyai filter
penyaring moral sehingga terbawa arus mengikuti perubahan-perubahan yang
kurang baik namun sebaliknya perubahan-perubahan yang positif justru kurang
diperhatikan.
Perubahan masyarakat tergantung dari lingkungan dan manusianya
sendiri. Dalam hidup tidak semua norma berubah secara serentak, melainkan
68
berubah secara bertahap sesuai dengansifat manusia yang selalu mempunyai
kebutuhan namun demikian adapula kebutuhan manusia yang tidak berubah.
Keadaan sosial penduduk masyarakat Sekaran menunjukan semakin
meningkatnya kesejahteraan sosialnya karena ditunjang dengan pendapatan yang
tinggi dimana salah satu sumber berasal dari usaha rumah kost yang disewakan
untuk para mahasiswa yang tinggal sementara didesa Sekaran.
Dalam hal ini masyarakat desa Sekaran mengalami perubahan
masyarakat yang mengarah kea rah kemajuan ( progress ) perubahan ke arah
kemajuan adalah perubahan yang mengarah pada kemajuan sosialuntuk
meningkatkan mrtabat manusiasehingga perubahan masyarakat diubah menjadi
kemajuan masyarakat. Perubahan dalam bidang materi lebih cepat terjadi daripada
perubahan mental karena perubahan mentalitas sangat sukar terjadi.
Urutan adaptasi pada manusia adalah dari adaptasi yang paling mudah
sampai adaptasi yang paling sukar terjadi, adapun perubahan yang paling mudah
terjadi adalah perubahan teknologi sedangkan yang paling sukar adalah perubahan
kebudayaan termasuk didalamnya pendidikan (Koentjaraningrat 1981:3 ) .
Terjadinya suatu perubahan sosial dalam suatu masyarakat dapat mengakibatkan
perubahan-parubahandi berbagai bidang yang lain. Dalam perubahan yang
multikomplek ini ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada masyarakat, dua
kemungkinan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Manusia dapat menyesuaikan diri dan menemukan sistem nilai dan
falsafah yang baruserta dapat memanfaatkanya.
69
2. Manusia dapat tenggelam dalam persoalan-persoalan yang dihadapinya
dan tidak dapat mengambil sikapterhadap keadaan yang baru
(perubahan masyarakat sebagai kemunduran )
Adapun yang terjadi dalam masyarakat Sekaran adalah yang kedua yaitu
perubahan-perubahan yang mengarah ke kemajuan di bidang akademik kurang
begitu mendapat perhatian dari masyarakat sekitar. Sifat cepat tanggap dalam hal
perubahan sosial dan ekonomi sehingga dapat memanfaatkan peluang dalam hal
mencari nafkah yang dimiliki oleh masyarakat Sekaran tidak diimbangi dengan
kepekaan dalam hal kesadaran pendidikan dan pemahaman akan arti penting
pendidikan dalam kehidupan di masa yang akan datang, pendidikan adalah senjata
untuk dapat tetap survive menghadapi tantangan zaman, namun yang terjadi di
masyarakat Sekaran justru sebaliknya yaitu demi orientasi kehidupan di masa kini
mereka rela meninggalkan pendidikan.
D. Faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
Kehidupan masyarakat Desa Sekaran mengalami perubahan yang
signifikan pasca dibangunya kampus UNNES, secara ekonomi tingkat
kesejahteraan masyarakat terbilang tinggi, kepemilikan barang-barang mewah
seperti kendaraan roda empat sudah menjadi hal yang lazim di desa Sekaran,
seiring dengan keberadaan kampus UNNES di desa Sekaran kehidupan yang
bernuansa agraris pedesaan berubah menjadi mayoritas perdagangan dengan
70
tingkat pendapatan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
umum.
Hal ini tidak terlepas dari kejelian dan kemampuan masyarakatnya dalam
melihat serta memanfaatkan peluang usaha yang mengekori kehadiran kampus
UNNES di desa Sekaran ini, sifat ulet dan rajin dalam bekerja yang dimiliki
masyarakatnya juga turut andil dalam prosesnya sehingga kini mayoritas
masyarakat Sekaran dapat dikategorikan sebagai orang yang berada, adanya
pendatang di kelurahan Sekaran baik pendatang yang invest, pendatang pedagang
ataupun mahasiswa serta pendatang yang menetap di kelurahan Sekaran
mengakibatkan terjadinya hubungan-hubungan fungsional dengan masyarakat
pribumi ( penduduk asli masyarakat kelurahan Sekaran ) karena pada dasarnya
mereka saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya, sebagai upaya untuk
kehidupan sehari-hari. Kalangan mahasiswa dari kampus UNNES yang berada di
kelurahan Sekaran membutuhkan tempat tinggal sementara, pendatang yang akan
berdagang harus kontrak, sewa rumah, sewa lahan yang kosong milik warga atau
membeli tanah warga yang nilainya ratusan juta rupiah, hal inilah yang
menjadikan masyarakat kelurahan Sekaran secara finansial meningkat pesat.
Terjadi kondisi-kondisi yang baru setelah adanya kampus UNNES di
kelurahan Sekaran dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya kampus UNNES
di kelurahan Sekaran dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya kampus
UNNES dan menyebabkan suatu perubahan-perubahan dasar dan baru bagi
masyarakat kelurahan Sekaran.
71
Perubahan masyarakat tergantung dari lingkungan dan manusianya
sendiri. Dalam hidup tidak semua norma berubah secara serentak, melainkan
berubah secara bertahap sesuai dengansifat manusia yang selalu mempunyai
kebutuhan namun demikian adapula kebutuhan manusia yang tidak berubah.
Kelompok manusia yang mengalami perubahan lebih cepat dari kelompok lain
dan dapat menyesuaikan diri disebut kelompok adaptif, sedangkan kelompok
masyarakat yang mengalami perubahan yang berlangsung lebih lama dari
kelompok lain disebut kelompok non adaptif. Kelompok adaptif adalah kelompok
yang mempunyai karakteristik mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi, sementara pada kelompok non adaptif sulit menyesuaikan diri dengan
perubahan sosial yang terjadi.
Keadaan sosial penduduk masyarakat Sekaran menunjukan semakin
meningkatnya kesejahteraan sosialnya karena ditunjang dengan pendapatan yang
tinggi dimana salah satu sumber berasal dari usaha rumah kost yang disewakan
untuk para mahasiswa yang tinggal sementara didesa Sekaran.
Dalam hal ini masyarakat desa Sekaran mengalami perubahan
masyarakat yang mengarah kearah kemajuan ( progress ), perubahan ke arah
kemajuan adalah perubahan yang mengarah ke arah kemajuan sosialuntuk
meningkatkan martabat manusia
Namun sangat disayangkan sifat cepat tanggap dalam hal perubahan
sosial dan ekonomi sehingga dapat memanfaatkan peluang dalam hal mencari
nafkah yang dimiliki oleh masyarakat Sekaran ini tidak diimbangi dengan
72
kepekaan dalam hal kesadaran pendidikan dan pemahaman akan arti penting
pendidikan dalam kehidupan di masa yang akan datang.
Kondisi yang ironis ini dapat dianalisis dengan konsep dari Clyde
Kluckhohn ( dalam Koentjaraningrat 2002:28 ) mengenai lima pokok masalah
kehidupan manusia sebagai berikut :
1. Nilai mengenai hakikat hidup manusia ( MH )
Mentalitas masyarakat Sekaran yang tingkat kesadaran
pendidikanya masih terbilang rendah kesulitan untuk meraba makna
hakikat kehidupan. Pada dasarnya mereka meyakini bahwa untuk bertahan
hidup manusia harus makan, untuk dapat makan manusia harus bekerja
dan bekerja dapat dilakukan tanpa bekal pendidikan yang memadai.
2. Nilai mengenai hakekat dari karya manusia ( MK )
Pada dasarnya bekerja tidak hanya untuk makan, namun lebih dari
itu adalah untuk memenuhi kebutuhan psikologis berupa sosialisasi,
afeksi, rekreasi dan lain sebagainya oleh karena itu konsersi bahwa bekerja
hanya untuk makan sama sekali tidak benar dan perlu diluruskan.
3. Nilai mengenai hakekat dan kedudukan manusia dalam ruang dan waktu (
MW )
Masyarakat pedesaan pada umunya mempunyai persepsi waktu
yang cenderung sempit, keputusan-keputusan penting dan arah hidup
ditentukan pada masa sekarang dan keadaan masa kini. Secara otomatis
kehidupan dimasa yang akan datang kurang di prioritaskan, motivasi hari
depan kalah oleh kebutuhan sekarang.
73
4. Nilai mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam ( MA )
Pemahaman bahwa alam tercipta untuk manusia dan akan terus
memenuhi apa yang menjadi kebutuhan manusia menyebabkan kurangnya
wawasan bahwa sumber kekayaan alam bias habis tanpa adanya
keseimbangan pemeliharaan, pemeliharaan sumber daya alam hanya dapat
dilakukan oleh sumber daya manusia yang memadai dan sumber daya
manusia yang berkualitas hanya dapat dilakukan melalui pendidikan.
5. Nilai mengenai hakekat dan hubungan manusia dengan sesama ( MM )
Konsep hidup kebersamaan dan gotong royong adalah cirri khusus
masyarakat tradisional. Solidaritas kelompok dan rasa social menyertai
hidupkeseharian dalam menghadapi suatu masalah.
Dalam kehidupan ini setiap orang pasti menginginkan kemajuan dan
kehidupan yang lebih baik, hal ini dapat diraih melalui pendidikan. Dengan
pendidikan (yang dimaksud di sini adalah pendidikan formal) makin banyak
dan makin tinggi pendidikan akan semakin baik, terlebih lagi jika hal ini juga
didukung oleh keadaan yang kondusif dan ketersediaan sarana dan prasarana
yang memadai. Pendidikan dapat dianalogikan dengan investasi masa depan
yang tidak akan lekang ditelan perubahan zaman, ibarat mata uang yang laku
dimana saja, dengan pendidikan yang berkualitas orang akan mendapatkan
pekerjaan dengan mudah dengan kemampuan berfikirnya akan dapat bertahan
menghadapi tantangan-tantangan yang datang dalam pekerjaan maupun
kehidupan pun akan dapat menciptakan strategi untuk mencapai kemajuan
dalam persaingan usaha yang sangat ketat.
74
Begitu besarnya manfaat pendidikan dalam pencapaian taraf hidup yang
lebih baik bagi kehidupan manusia, pendidikan adalah senjata untuk tetap
dapat bertahan hidup di masa yang serba sulit ini sehingga sudah selayaknya
diusahakan dan diperjuangkan apapun pengorbanan yang harus dilakukan
sebagai penebus pendidikan tersebut namun yang terjadi di masyarakat
sekaran justru sebaliknya, di desa sekaran yang menjadi lokasi berdirinya
kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebagai pusat pendidikan
yang sarat dengan atmosfir belajar ini idealnya masyarakat sekaran
mempunyai kesadaran pendidikan yang tinggi khususnya kesadaran untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi mengingat letak kampus
UNNES yang berada di wilayah ini selain itu bagi masyarakat setempat yang
ingin melanjutkan ke UNNES juga mendapatkan beberapa kemudahan
tertentu dalam proses penerimaan mahasiswa baru yang tidak didapatkan oleh
calon mahasiswa dari daerah lain, pada kenyataanya tidak sedikit pemuda-
pemudi sekaran yang selepas SMA tidak melanjutkan ke jenjang perguruan
tinggi walaupun ada lembaga pendidikan perguruan tinggi di depan mata.
Tidak ada asap bila tidak ada api, terbatasnya kesadaran melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran ini disebabkan oleh
beberapa faktor,antara lain sebagai berikut :
1. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi menempati urutan pertama penyebab rendahnya
kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat
Sekaran, pembenahan di bidang pendidikan perlu dilakukan mengingat
75
adanya kecenderungan anak-anak desa Sekaran yang tidak melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, alasan yang biasanya terlontar adalah
faktor ekonomi, dalam kasus masyarakat Sekaran ini yang dimaksud
dengan faktor ekonomi menjadi penyebab rendahnya kesadaran
malanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi bukanlah karena ketiadaan
materi untuk membiayai pendidikan namun justru sebaliknya karena
memiliki aset usaha yang menjanjikan penghasilan yang menggiurkan
membuat mereka lebih memilih mengelola usahanya ketimbang menuntut
ilmu di bangku kuliah, sikap pesimis bahwa kuliah hanya menghabiskan
waktu, tenaga, pikiran dan biaya serta belum tentu memperoleh pekerjaan
layak sudah mengakar dibenak dan pikiran, mereka beranggapan bahwa
menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada akhirnya bertujuan untuk
mencari pekerjaan dan uang sedangkan apa yang mereka lakukan sekarang
sudah bisa menghasilkan uang dan bahkan mungkin lebih besar nilainya
dari penghasilan lulusan sarjana.
Berikut petikan wawancara dengan andy ( 25 tahun, bukan nama
sebenarnya ) pemilik dua tempat usaha PS yang cukup besar di daerah
cempakasari dan Sampangan ;
76
Gambar 7.Wawancara pemilik tempat usaha play
station.(dokumentasi Siska,22 desenber 2009)
“gimana ya mba saya itu sudah malas berhubungan dengan dunia
akademik, dulu saya sempat mau kuliah lho mba sudah keterima di
UNNES Fakultas Ekonomi tapi tak pikir-pikir lagi mba kayaknya
saya lebih baik mengelola usaha PS saya penghasilanya malah
lebih gede daripada penghasilan PNS biaya kuliahnyapun bisa
untuk tambahan modal usaha dan waktupun tidak terbuang
percuma”( wawancara 22 desember 2009 ).
Hal senada juga diungkapkan oleh Hariyanto ( 24 tahun )
wiraswasta brownies :
“jaman sekarang lulusan sarjana juga gak njamin dapat kerjaan
bagus, lebih baik berwiraswasta gak ngrepotin orang tua, dagang
brownies ini omsetnya lumayan lho mba, daripada kuliah kan lebih
baik modal kuliah buat modal brownies”( wawancara 29 desember
2009 ).
77
Petikan wawancara diatas menunjukan bahwa sebagian besar dari
mereka lebih memilih bekerja atau mengelola usahanya ketimbang
meneruskan pendidikan di bangku perguruan tinggi, pameo time is money
juga berlaku di kalangan ini mereka beranggapan bahwa kuliah hanya
menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan yang pasti biaya pun setelah
lulus tidak ada jaminan kahidupan yang lebih baik lain halnya dengan
bekerja, hanya dengan bermodalkan sepetak tanah sudah dapat
menghasilkan uang, dengan mengelola usaha waktu adalah uang setiap
waktu yang dilalui berarti perkalian dengan uang apabila menempuh
pendidikan di bangku kuliah dengan sendirinya waktu bekerja menjadi
berkurang otomatis pemasukan pun juga berkurang selain itu menurut
pemahaman mereka biaya yang seharusnya untuk pendidikan dapat
dijadikan tambahan modal usaha, semakin besar modal usaha maka
semakin besar pula pemasukan yang dihasilkan.investasi masa depan
biasanya berupa barang atau uang.
Padahal segalanya dapat terjadi usaha yang mereka jalani bisa saja
mengalami hambatan-hambatan atau persaingan dan bahkan gulung tikar,
untuk dapat bertahan di jaman yang tidak menentu pendidikan menjadi
investasi abadi yang dapat digunakan kapanpun dan dimanapun. Untuk
memajukan kehidupan manusia, pendidikan menjadi sarana utama yang
perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai
pandangan sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia
Namun hal ini kurang dipahami oleh masyarakat Sekaran, kebanyakan
78
mereka dalam menentukan dan mengambil keputusan-keputusan
didasarkan pada orientasi waktu dan keadaan sekarang, orientasi masa
yang akan datang kurang diperhatikan.
2. Faktor pola perilaku anak
Seorang anak atau pais memegang peranan penting dalam proses
pendidikan, berhasil tidaknya pendidikan di pengaruhi oleh karakter dan
kesadaran pendidikan dari pais tersebut. Rendahnya kesadaran
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran ini
juga di pengaruhi oleh faktor pola perilaku anak, seperti halnya apa yang
telah dilakukan oleh orang tuanya terdahulu dan orang-orang disekitarnya
maka seorang anak akan beranggapan bahwa bekerja ( mengelola usaha
keluarga, berwiraswasta dan lain sebagainya ) merupakan hal yang
menyenangkan dan memang sudah seharusnya, dapat menghasilkan uang
dan tidak memerlukan usaha pemikiran yang mendalam seperti halnya
belajar, selain itu faktor pergaulan dengan teman sebaya juga memegang
peran yang penting. Berikut petikan wawancara dengan Fahri (bukan nama
sebenarnya) 20 tahun, anak pemilik minimarket di daerah Sekaran ;
”uda bosen kuliah mba, tugasnya banyak sih pusing enggak kuat
enakan jaga toko,lagian aku suka banget main skate sama teman-
teman kalau masih kuliah gak ada waktu buat main skate ngerjain
tugas terus, orang tua sih pengenya saya tetap kuliah tapi ya
gimana mba udah males sih kalau dipaksa malah jadi
79
stress,akhirnya orang tua ngalah yang penting enggak ngedrugs aja
”( wawancara 22 desember 2009 ).
Gambar 8. Mini Market daerah sekaran. (dokumentasi Siska 22 desember 2009)
Petikan wawancara diatas menunjukan minimnya bekal
pemahaman dan pengarahan akan pentingnya pendidikan dari orang tua
menyebabkan si anak memilih jalan apa yang disenanginya tanpa
pertimbangan yang matang terlebih lagi dengan adanya dorongan teman
sebaya dan hobi serta kegemaranya tak dapat dipungkiri terkadang
pengaruh pergaulan dengan teman sebaya justru lebih besar daripada
pengaruh keluarga, oleh karena iru harus ada ketegasan dan bimbingan
serta perhatian yang besar dari orang tua kepada anaknya sejak dini
terutama dalam hal pendidikan, pengawasan dalam pergaulan juga
diperlukan selama masih dalam batas yang semestinya.
Adanya ketidak percayaan pada lembaga perguruan tinggi dalam
diri si anak juga menyebabkan si anak mencari kompensasi lain selain
80
lembaga perguruan tinggi, dari hasil penelitian banyak diantara mereka
yang lebih memilih jalur pendidikan informal seperti kursus dengan alasan
lebih efisien waktu, tenaga dan fikiran karena proses belajar mengajarnya
lebih singkat pun setelah itu keterampilan yang didapat langsung dapat
diterapkan, selain itu kurangnya motivasi dalam diri si anak untuk
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi turut menjadi faktor
rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Berikut petikan wawancara dengan Dewi 24 tahun, seorang
karyawan fotokopi di daerah Banaran ;
”saya dulu kursus menjait mba,mau kuliah gak punya dana,
kuliahnya juga lama, kalau kursus kan paling berapa bulan tok
paling lama ya setahun, sayanya juga gak pinter mba”( wawancara
30 januari 2010).
Hal senada juga terlontar dari Mustofiyah ( 23 tahun ) seorang
karyawan londri dan Rofiah ( 24 tahun ) karyawan sebuah hotel yang juga
lebih memilih kursus daripada kuliah.
Kesadaran akan pendidikan di jenjang perguruan tinggi perlu
ditumbuhkan dalam diri si anak, bahwa pendidikan sangat penting bagi
manusia karena berkaitan langsung dengan berbagai kebutuhan pokok
manusia, manusia akan sulit berkembang tanpa pendidikan minimum dan
bermutu. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki,
karena memiliki pendidikan maka individu akan memiliki kemampuan
dan kepribadian yang berkembang.
81
Pendidikan bagi seorang anak adalah sebagai sarana persiapan
kehidupan yang akan datang, pendidikan akan memberikan bekal
pendidikan yang setinggi-tingginya bagi anak dengan bekal pemahaman
akan pentingnya pendidikan dalam hidupnya maka si anak dengan
sendirinya akan termotivasi untuk berprestasi dan akan memprioritaskan
pendidikan daripada pergaulan, pacar ataupun hobinya dengan demikian
juga akan menghindarkan atau paling tidak meminimalisir kemungkinan si
anak akan terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan di masa remajanya.
Selain itu faktor lingkungan setempat serta kebisaan-kebiasaan
yanng ada dilingkungan si anak juga turut mempengaruhi persepsi anak
tentang pendidikan dalam kehidupanya.
3. Faktor lingkungan dan kebiasaan setempat
Salah satu sebab umum rendahnya kesadaran melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran adalah kebiasaan
masyarakat setempat, dimana pendidikan kurang begitu penting bila
dibandingkan dengan bekerja seolah-olah sudah menjadi suatu hal yang
lazim terjadi. Hal ini akan mempengaruhi persepsi individu terhadap
pendidikan apalagi bila didukung oleh keadaan, berikut petikan
wawancara dengan Fahri 20 tahun anak pemililik mini market di daerah
Sekaran ;
”tadinya mau berhenti kuliah mikir-mikir juga tapi saya lihat
teman-teman banyak juga yang gak kuliah terus teman-teman skate
juga banyak yang kuliah terus keluar gitu”( wawancara 22
desember 2009 ).
82
Senada dengan Fahri, Hariyanto 24 tahun wiraswasta brownies
juga mengungkapkan hal senada ;
”Dulu setelah lulus SMA saya juga mikir-mikir ini mau kuliah apa
enggak tapi saya melihat teman-teman saya kok banyak yang tidak
melanjutkan bahkan anaknya orang kaya saja tidak melanjutkan,
akhirnya saya memutuskan untuk wiraswasta saja jualan
brownies”( wawancara 29 desember 2009 ).
Petikan wawancara diatas menunjukan bahwa pemahaman tentang
konsep pendidikan dalam diri individu sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dengan segala kebiasaan yang ada di dalamnya.
Tak dapat dipungkiri faktor lingkungan dan pergaulan khususnya
dengan teman sebaya sangat berpengaruh pada perkembangan karakter
individu serta persepsinya dalam memandang dan memahami konsep-
konsep tertentu termasuk di dalamnya adalah konsep pendidikan.
Pengaruh lingkungan dan kebiasaan setempat serta pergaulan
dengan teman sebaya sangat besar. Seringkali seorang individu secara
pribadi memiliki opini dan pemahaman tersendiri mengenai suatu hal
namun karena opini masyarakat yang lazim ada dilingkunganya berbeda
maka individu tersebut terpengaruh dan menganggap bahwa apa yang ada
dilingkunganya dan dianut oleh orang banyak adalah yang benar.
83
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya
kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat
Sekaran, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Keberadaan perguruan tinggi yang ada di kelurahan Sekaran berpengaruh
terhadap kondisi-kondisi yang ada di dalam masyarakat tersebut, dalam
pemanfaatan kondisi sosial yang baru. Setiap orang dapat menciptakan dan
mengembangkan usaha-usaha yang berkaitan dengan pelayanan atau jasa
dan pemenuhan kebutuhan mahasiswa khususnya bidang-bidang yang
belum dikembangkan dan mempunyai prospek bagus yang dapat
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup bagi masyarakat setempat.
Keberadaan perguruan tinggi di desa Sekaran ini tak hanya
membawa dampak positif tetapi juga dampak negatif. Dampak positif
berupa peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar baik secara
langsung maupun tidak langsung serta peningkatan sumber daya manusia.
Dampak negatif berupa berkurangnya hubungan kekeluargaan antar
sesama masyarakat, pudarnya sifat gotong royong berganti menjadi sifat
yang cenderung individualistis. Nilai-nilai etika dan sopan santun
mengalami penurunan khususnya dikalangan remajanya
84
2. Pada umunya masyarakat Sekaran menyambut dengan baik keberadaan
kampus perguruan tinggi di desa Sekaran ini khususnya UNNES.
Kehadiran kampus memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar
misalnya manfaat di bidang ekonomi, sosial, agama dan rekreasi. Di
bidang ekonomi kehadiran kampus memberikan pengaruh yang positif
bagi masyarakat kelurahan Sekaran, keadaan sosial ekonomi masyarakat
berkembang pesat dengan hadirnya mahasiswa sebagai konsumen,
Kehadiran kampus UNNES di desa Sekaran ini juga dimanfaatkan sebagai
ajang untuk berbagai kegiatan sosial, keagamaan dan rekreasi bagi
masyarakat sekitar.
3. Rendahnya kesadaran pendidikan bagi masyarakat yang tidak
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ekonomi, dimana
sebagian besar dari mereka lebih senang bekerja mencari uang dan
mengelola usahanya daripada menempuh pendidikan di bangku kuliah,
faktor pola perilaku anak yaitu sebab yang bersal dari intern si anak yang
belum dapat memprioritaskan pendidikan karena kuranngnya pemahaman
tentang arti penting pendidikan bagi hidupnya di masa datang dan faktor
lingkungan dan kebiasaan setempat dimana kebisaan yang berlaku
dilingkungan setempat mempengaruhi pemikiran dan anggapan tentang
arti pendidikan secara otomatis mempengaruhi keputusan untuk
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau tidak.
85
B. Saran
Dari hasil kesimpulan di atas, maka muncul beberapa saran yaitu:
1. Bagi pemerintah desa Sekaran hendaknya pembenahan dan pengarahan
untuk masyarakat di bidang pendidikan segera dilaksanakan dan
diprioritaskan mengingat adanya kecenderunngan rendahnya kesadaran
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan strategi yang baik
untuk memberikan pemahaman bahwa pendidikan adalah senjata untuk
bertahan hidup bukan demi mempertahankan hidup yang sekarang rela
meninggalkan pendidikan. Bagi para orang tua untuk memahami dan
meresapi pentingnya pendidikan dalam kehidupan anak-anaknya di masa
yang akan datang, memberikan pengarahan dan pemahaman tentang
pendidikan kepada anaknya, membimbing dan mengawasi pergaulan
anaknya agar tidak mendapat pengaruh buruk dari pergaulan dengan teman
sebayanya. Jika anak memiliki hobi atau kegemaran khusus berikan
pengarahan dalam manajemen waktu agar seimbang antara hobi dan
pendidikan.
2. Hendaknya masyarakat tetap menjaga solidaritas antar masyarakat yang
satu dengan lainya baik itu pendatang maupun mahasiswa yang menetap di
Sekaran dengan adanya solidaritas tersebut dapat membentuk
kerjasama,sehingga menghasilkan keuntungan baik material maupun non
material.
3. Bagi masyarakat sekaran pada umunya dan para pemuda khususnya agar
tetap menjaga nilai-nilai adat istiadat yang pernah dilakukan oleh
86
masyarakat sebelum ada kampus UNNES. Guna menangkal dampak
negatif yang ditimbulkan dari lingkungan. Demi kemajuan bersama perlu
diadakan penyuluhan atau pembinaan masyarakat dari pihak kelurahan
maupun UNNES tentang kemasyarakatan, hubungan sosial, ekonomi,
strategi memanfaatkan peluang usaha, nilai sopan santun, teknologi tepat
guna yang mendukung keberadaan UNNES di Sekaran.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka cipta.
Black, James A dan J Champion. 1999. Metode dan masalah penelitian sosial. Bandung: Refika Aditama.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis kearah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Faisal, Sanapiah. 2005. Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Frietz R Tambunan. 2009. Proposal Paidea untuk Mendiknas.
Fuad, Ihsan. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Horton, B Paul dan Chester L Hunt. 1981. Sociology jilid 1. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 1981. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: UI Press.
--------------------, 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: UI Press.
Miles, B Mathew dan A Michael Houberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Moleong, J Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyana, Dedy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nasution, S .2004. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.
Poloma, Margaret. 1984. Sosiogi Kontemporer. Jakarta: Rinjeka Cipta.
Salim, Agus. 2003. Indonesia Belajarlah. Semarang : Unnes Press.
Shadily, Hasan. 1993. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Singarimbun, Masri. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
88
Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Stzompka, Piort. 2003. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media.
Sudjana. 2002. Metoda statistika. Bandung : Tarsito.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Suryadi, Ace. 2004. Kesetaraan Gender Dalam Bidang Penidikan. Bandung: PT.Grasindo.
Yuliati, Yayuk dan MS Mangku Poernomo. 2003. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.
http://www.google.com.