Upload
natanael-chandrasetiadi
View
67
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal auditor
Citation preview
PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN
SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP
PENDETEKSIAN KECURANGAN
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta)
Oleh:
Fakhri Hilmi
NIM : 105082002659
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
iSURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Fakhri Hilmi
NIM : 1050 8200 2659
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil atau karya penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 25 Januari 2011
Fakhri Hilmi
ii
PENG PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN
SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP
PENDETEKSIAN KECURANGAN
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta)
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana EkonomiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Fakhri Hilmi1050 8200 2659
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Azzam Jasin, M.B.A. Reskino, SE., Ak., M.Si.NIP: 197708142006042003
JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1432 H/2011 M
iii
Hari ini Senin Tanggal 14 Juni 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
nama Fakhri Hilmi, NIM : 105082002659 dengan judul skripsi PENGARUH
PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL
AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak.Penguji II Penguji III
Dr. Amilin, SE., Ak., M. SiPenguji I
iv
Hari Senin, Tanggal 07 Maret 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi atas
nama Fakhri Hilmi, NIM: 105082002659, dengan judul skripsi PENGARUH
PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL
AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Maret 2010Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Rahmawati, SE., MMKetua Sekretaris
Prof. Dr. Azzam Jasin M.B.A. Reskino, SE., Ak., M.SiPembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin SE., Ak., M.SiPenguji Ahli
vDAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Fakhri Hilmi
Tempat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 02 Juni 1987
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kp. Ketapang No. 12 Rt 02/04
Cipondoh, Tangerang
Banten 15147
No. Telepon : 0856 9770 3428
Email : [email protected]
B. Pendidikan
1. Pendidikan Formal
- 2005 2011 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jurusan Akuntansi
- 2002 2005 : Madrasah Aliyah Negeri 1 Tangerang
- 1999 2002 : Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Tangerang
- 1993 1999 : Sekolah Dasar Negeri Petir IV
2. Pendidikan Informal
- 2005 2007 : Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam, Ciputat
- 2002 2005 : Pondok Pesantren Salafi Roudlotus Salaam
C. Pengalaman Kerja
- Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bank Niaga, Tahun 2009
- Accurate Software Implementator, Tahun 2010
D. Pengalaman Organisasi
- Keluarga Mahasiswa Pesantren Luhur Sabilussalam (KMPLS)
- Pengurus Nahdlatul Ulama Ranting Ketapang
vi
PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISMEPROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN
KECURANGAN
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta)
Oleh: Fakhri Hilmi
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengalaman, pelatihan, danskeptisisme profesional auditor eksternal di wilayah Jakarta terhadap pendeteksiankecurangan yang mungkin terjadi dalam suatu perusahaan. Metode pemilihan sampelmenggunakan purposive sampling method, sedangkan metode analisis yang digunakandalam penelitian ini adalah metode regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh terhadap pendeteksiankecurangan dengan tingkat signifikansi 0,000; pelatihan tidak berpengaruh secarasignifikan terhadap pendeteksian kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,519;skeptisisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksiankecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000; dan pengalaman, pelatihan danskeptisisme profesional secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadappendeteksian kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Kata kunci: Pengalaman, Pelatihan, Skeptisisme Profesional Auditor, PendeteksianKecurangan
vii
THE INFLUENCE OF EXPERIENCE, TRAINING AND SKEPTICALAUDITOR BEHAVIORS ON FRAUD DETECTION
(Empirical Research on Public Auditor at Jakarta)
By: Fakhri Hilmi
ABSTRACT
The purpose of this research is analysis the influence of experience, training andskeptical auditor behaviors on fraud detection that may occur at the company. Thesampling method used in this research is purposive sampling method, while the analysismethod used to analyze data is multiple regression method.
The results of this research that experience has a significant influence on frauddetection with a significance rate 0.000; training did not have a significant influence onfraud detection with a significance rate 0.519; skeptical auditor behavior has asignificant influence on fraud detection with a significance rate 0.000; and experience,training, skeptical auditor behaviors have a significant influence simultaneously on frauddetection with a significance rate 0.000.
Keywords: Experience, Training, Auditor Professional Skepticism, Fraud Detection
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhammdulillaahirobbilalamiin, dengan mengucap syukur kepada Allah
Subhanahu Wataala yang telah memberikan kesehatan badan dan akal serta
bimbingan dan perlindungan-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
pada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam tauladan
sepanjang zaman. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul
Pengaruh Pengalaman, Pelatihan dan Skeptisisme Profesional Auditor
Terhadap Pendeteksian Kecurangan. Skripsi ini disusun guna memenuhi
sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Penulis juga banyak mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang
telah memberikan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi
ini. Selesainya skripsi ini juga tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan,
bimbingan dan dukungan baik dalam bidang akademis, material dan spiritual dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayah (Drs. Sukardi M.Pd.), Ibu (Dra. Yiyih Barihah), Adik (Hafiz Farihi,
Wardatul Ashfia dan Riziq Mubarok) yang telah memberikan semangat dalam
penyelesaian penyusunan skripsi ini (Im nothing without my family).
2. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, M.B.A. selaku Pembimbing I yang selalu
memberikan arahan kepada penulis sehingga selesainya penelitian ini.
3. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si., selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
5. Ibu Rahmawati,SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi
7. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. selaku pembimbing akademik
ix
8. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah
dan lainnya yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu.
9. Seluruh teman-teman di pesantren, teman kost, dan teman di Fakultas Eknomi
dan Bisnis khususnya teman-teman di jurusan akuntansi yang telah banyak
membantu penulis selama menuntut ilmu di kampus dan membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bagi semuanya, dan
juga bagi teman teman yang ingin melakukan penelitian berikutnya khususnya
untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Wassalamualaikum wr.wb
Jakarta, Januari 2011
Fakhri Hilmi
xDAFTAR ISI
Surat Pernyataan.................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif............................................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................................ iv
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... v
Abstrak .................................................................................................................. vi
Abstract ................................................................................................................. vii
Kata Pengantar ......................................................................................................viii
Daftar Isi................................................................................................................ x
Daftar Tabel ..........................................................................................................xiii
Daftar Gambar.......................................................................................................xiv
Daftar Lampiran .................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 6
1. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Audit ................................................................................................................ 8
1. Definisi Audit ............................................................................................ 8
2. Jenis-Jenis Audit ........................................................................................ 9
3. Tujuan Pemeriksaan Akuntansi (Audit) .................................................. 11
4. Jenis-Jenis Auditor .................................................................................. 11
B. Pengalaman, Pelatihan dan Skeptisisme Profesional Auditor ....................... 13
1. Pengalaman Auditor ................................................................................ 13
2. Pelatihan Auditor ..................................................................................... 15
3. Skeptisisme Profesional Auditor ............................................................. 17
xi
C. Kecurangan (Fraud) ....................................................................................... 19
1. Jenis-Jenis Kecurangan............................................................................ 21
2. Pemicu Terjadinya Kecurangan (Fraud).................................................. 22
3. Teknik Dalam Mencegah Tindakan Kecurangan .................................... 24
D. Keterkaitan Antar Variabel ............................................................................ 24
1. Pengalaman Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)............... 24
2. Pelatihan Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud) ................... 27
3. Skeptisisme Profesional Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud) ..... 29
E. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 37
B. Metode Penentuan Sampel............................................................................. 37
C. Metode Pengumpulan Data............................................................................ 38
D. Metode Analisis Data..................................................................................... 38
1. Uji Kualitas Data ..................................................................................... 38
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 40
3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 42
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................... 44
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 48
1. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................. 48
2. Demografi Responden ............................................................................. 50
B. Uji Kualitas Data ........................................................................................... 53
1. Uji Validitas ............................................................................................. 53
2. Uji Reliabilitas ......................................................................................... 57
C. Uji Asumsi Klasik.......................................................................................... 57
1. Uji Normalitas ......................................................................................... 57
2. Uji Multikolonieritas ............................................................................... 59
3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................ 59
xii
D. Hasil Uji Hipotesis......................................................................................... 61
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 61
2. Hasil Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) ................................................... 62
3. Hasil Uji Signifiknsi Simultan (Uji F) ..................................................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 66
B. Implikasi ........................................................................................................ 67
C. Keterbatasan dan Saran.................................................................................. 68
1. Keterbatasan ............................................................................................ 68
2. Saran ........................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor 2.1 Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan .............................................. 17
Nomor 2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 32
Nomor 3.1 Operasional Variabel Penelitian ..................................................... 46
Nomor 4.1 Wilayah dan Nama KAP ................................................................ 49
Nomor 4.2 Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ............................... 49
Nomor 4.3 Jenis Kelamin Responden ............................................................... 50
Nomor 4.4 Pendidikan Responden.................................................................... 51
Nomor 4.5 Jabatan Responden.......................................................................... 52
Nomor 4.6 Lama Berprofesi Sebagai Auditor .................................................. 52
Nomor 4.7 Uji Validitas Pengalaman ............................................................... 53
Nomor 4.8 Uji Validitas Pelatihan .................................................................... 54
Nomor 4.9 Uji Validitas Skeptisisme Profesional Auditor............................... 54
Nomor 4.10 Uji Validitas Skeptisisme Profesional Auditor (Setelah
Pengeliminasian Pertanyaan Kuesioner Yang Tidak Valid)
55
Nomor 4.11 Uji Validitas Pendeteksian Kecurangan ......................................... 56
Nomor 4.12 Hasil Uji Reliabilitas....................................................................... 57
Nomor 4.13 Uji Multikolonieritas ...................................................................... 59
Nomor 4.14 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 61
Nomor 4.15 Uji Regresi Secara Parsial (Uji t).................................................... 62
Nomor 4.16 Uji Signifiknsi Simultan (Uji F) ..................................................... 65
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 36
Nomor 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot......................... 58
Nomor 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik
Scatterplot ....................................................................................... 60
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .......................................................................72
Lampiran 2 Matriks Tabulasi Data Penelitian....................................................78
Lampiran 3 Hasil Uji Data Penelitian Dengan Software SPSS .........................82
1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan
keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (mistatement) yang material dan
juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas
aktiva perusahaan. Salah saji itu terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan
(error) dan kecurangan (fraud). Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-
tahun belakangan ini memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit
yang membawa akibat serius bagi masyarakat bisnis. Kasus seperti itu terjadi
pada perusahaan besar seperti Enron, Global Crossing, dan Worldcom di
Amerika Serikat yang mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar modal,
kasus serupa juga terjadi di Indonesia seperti yang terjadi pada PT Kimia
Farma. Meski beberapa salah saji yang terjadi belum tentu terkait dengan
kecurangan, tetapi faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh
manajemen terbukti ada pada kasus-kasus ini.
Faktor pengalaman memegang peranan yang penting agar auditor
dapat mendeteksi adanya tindak kecurangan, karena pengalaman yang lebih
akan menghasilkan pengetahuan yang lebih (Christ, 1993 dalam Noviyani dan
Bandi, 2002). Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik
daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup atas tugasnya.
2Libby (1995) dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa pekerjaan auditor
adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Semakin
berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan
kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk
dalam mengungkap tindakan kecurangan (fraud) yang kerap terjadi dalam
suatu perusahaan.
Penelitian Sularso dan Naim (1999) tentang analisis pengaruh
pengalaman akuntan pada pengetahuan dan penggunaan intuisi dalam
mendeteksi kekeliruan didapat hasil akuntan pemeriksa berpengalaman
memiliki ketelitian yang lebih tinggi mengenai kekeliruan, dan akuntan
pemeriksa berpengalaman menggunakan intuisi lebih banyak dibandingkan
dengan akuntan pemeriksa yang tidak berpengalaman.
Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor juga
dilakukan oleh Noviyani dan Bandi (2002). Penelitian dilakukan untuk
melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan
auditor tentang kekeliruan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengalaman
akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis
kekeliruan. Hal senada juga ditemukan pada penelitian Bulchia (2008) yang
menemukan bahwa auditor yang memiliki pengalaman cenderung lebih dapat
mendeteksi kecurangan dibanding dengan auditor yang memiliki kurang
pengalaman.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional,
auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut dapat berupa
3kegiatan-kegiatan seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan dan
kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan para
auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan situasi yang akan ditemui (Noviyani dan Bandi, 2002).
Lebih jauh, Noviyani dan Bandi (2002) juga mendapatkan hasil bahwa
pelatihan lebih yang didapatkan oleh auditor akan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap perhatian auditor pada departemen tempat kekeliruan
terjadi.
Eynon dkk (1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002) mengatakan
bahwa pelatihan perlu dilakukan untuk membangun kesuksesan akuntan dan
pendapat Boner dan Walker (1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002) yang
menyatakan bahwa pengalaman yang didapat dari program khusus, dalam hal
ini melalui program pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam
peningkatan keahlian daripada yang didapat dari program tradisional, dalam
hal ini hanya dengan kurikulum yang ada tanpa pelatihan.
Fullerton dan Durtschi (2004) melakukan penelitian mengenai
pengaruh skeptisisme profesional auditor dan pelatihan auditor terhadap
kemampuan auditor dalam mengungkap kecurangan dan mendapatkan hasil
bahwa dalam jangka pendek pelatihan auditor akan membuat kemampuan
auditor internal untuk dapat mengungkap kecurangan menjadi meningkat.
Noviyanti (2007) dalam Herman (2009) menyatakan bahwa seorang
auditor dalam menjalankan penugasan audit di lapangan, seharusnya tidak
hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit,
4tetapi juga harus disertai dengan sikap skeptisisme profesional sebagai sikap
auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Seorang auditor yang tidak skeptis,
tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan
pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek
yang dipermasalahkan. Tanpa menerapkan skeptisisme profesional, auditor
hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja dan
sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena
kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya.
Fullerton dan Durtschi (2004) menemukan bahwa auditor yang
memiliki sikap skeptisisme profesional yang tinggi akan membuat auditor
tersebut untuk selalu mencari informasi yang lebih banyak dan lebih
signifikan daripada auditor yang memiliki tingkat skeptisisme profesional
yang rendah, dan hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki tingkat
skeptisisme profesional yang tinggi akan lebih dapat mendeteksi adanya fraud
karena informasi tambahan yang mereka miliki tersebut.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Herman
(2009), dan Fullerton dan Durtschi (2004). Herman (2009) meneliti tentang
pengaruh pengalaman dan skeptisisme profesional auditor terhadap
pendeteksian kecurangan, sedangkan Fullerton dan Durtschi (2004) meneliti
tentang pengaruh skeptisisme profesional auditor terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan.
5Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu:
Fullerton dan Durtschi (2004) melakukan penelitiannya di Canada, Amerika
Serikat sedangkan penelitian ini dilakukan di Jakarta, Indonesia. Fullerton dan
Durtschi (2004) mengambil sampel penelitian terbatas hanya pada auditor
internal sedangkan penelitian ini mengambil sampel hanya pada auditor
eksternal, karena tanggung jawab untuk dapat mengungkap kecurangan
(fraud) bukan hanya milik auditor internal namun juga auditor eksternal.
Perbedaan lainnya antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
bahwa Herman (2009) dan Fullerton dan Durtschi (2004) menggunakan 2
variabel independen, yaitu: Herman (2009) menggunakan variabel
pengalaman dan skeptisisme profesional auditor serta Fullerton dan Durtschi
(2004) menggunakan variabel skeptisisme profesional auditor dan pelatihan
auditor. Sedangkan penelitian ini menggunakan 3 variabel independen, yaitu:
pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional auditor. Penggunaan
ketiga variabel tersebut dirasa perlu oleh peneliti mengingat kemampuan
auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan didapat bukan saja dari teori
pemeriksaan akuntansi (auditing) yang didapatnya selama masa kuliah, tetapi
lebih banyak didapat dari pengalaman selama melakukan audit dan dari
pelatihan yang diikutinya sehingga pengetahuan dan wawasan auditor
mengenai kecurangan (fraud) bertambah. Selain itu, auditor harus memiliki
sikap skeptisisme profesional agar auditor dapat mendeteksi kecurangan,
bahkan American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) memberi
6penekanan khusus mengenai skeptisisme profesional tersebut dalam SAS No.
99.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk
meneliti lebih jauh mengenai Pengaruh Pengalaman, Pelatihan dan
Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas,
penulis mencoba membahas dan membatasi permasalahan. Adapun
perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian kecurangan?
2. Apakah pelatihan auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian kecurangan?
3. Apakah skeptisisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan
terhadap pendeteksian kecurangan?
4. Apakah pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kecurangan?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
yang hendak di capai dalam penelitian ini antara lain :
7a. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pengalaman auditor
terhadap pendeteksian kecurangan.
b. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pelatihan auditor
terhadap pendeteksian kecurangan.
c. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh skeptisisme
profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan.
d. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pengalaman,
pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian
kecurangan.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan kontribusi pada pengembangan teori auditing, terutama
kajian mengenai pendeteksian kecurangan yang terjadi pada
perusahaan oleh auditor eksternal.
b. Memberikan pemahaman dan kesadaran mengenai pengaruh
pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap
kemampuan auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan.
c. Dapat dijadikan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pengalaman, pelatihan dan
skeptisisme profesional auditor terhadap kemampuan auditor untuk
mendeteksi kecurangan.
8BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Audit
1. Definisi Audit
Pengertian audit yang terdapat dalam report of the Comittee on
Basic Auditing Concept of the American Accounting Association
(Accounting Review, vol. 47) dalam Boynton, Johnson dan Kell (2006:4)
adalah sebagai berikut:
Audit is a systematic process of objectively obtaining andevaluating evidence regarding assertions about economic actions andevents to ascertain the degree of correspondence between those assertionsand established criteria and communicating the results to interested users.
Sedangkan definisi audit yang dikemukakan oleh Elder, Beasley
dan Arens (2008:4) adalah:
Audit is the accumulation and evaluation of evidence aboutinformation to determine and report on the degree of correspondencebetween the information and established criteria. Auditing should be doneby a competent, independent person.
Dari kedua definisi di atas dapat diperoleh pengertian bahwa
kegiatan pemeriksaan akuntansi (audit) merupakan suatu proses sistematis
yang berupa rangkaian langkah atau prosedur logis, berkerangka dan
terorganisasi untuk dapat mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti
audit. Pengumpulan bukti audit tersebut dilakukan secara objektif dan
dengan sikap yang profesional dan independen, lalu auditor tersebut harus
dapat menilai kesesuaian antara laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
9perusahaan yang diaudit dengan standar akuntansi yang berlaku
berdasarkan temuan dan bukti audit yang berhasil dikumpulkan dan
dievaluasi oleh auditor. Setelah auditor tersebut memberi penilaian atas
kesesuaian laporan keuangan auditee dengan standar keuangan yang
berlaku, maka kemudian auditor akan menyampaikan hasil laporan
auditnya kepada pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaan seperti kreditor, investor, maupun para pemegang saham.
2. Jenis-Jenis Audit
Boynton, Johnson dan Kell (2006:5) membagi jenis-jenis audit
menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) berkaitan
dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-
laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat
apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles).
b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk meneteapkan apakah
kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan
persyaratan, ketentuan atau peraturan tertentu. Kriteria yang
ditetapkan dalam audit jenis ini berasal dari berbagai sumber. Sebagai
10
contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan
yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dalam program
pensiun, serta pertentangan kepentingan.
c. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional (Operational Audit) atau audit manajemen
(Management Audit) adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan
efektivitas operasi perusahaan. Dalam konteks audit manajemen,
manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan yang harus
dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang memiliki
wewenang yang lebih tinggi. (Bayangkara, 2008:2)
Ketiga jenis audit yang disebutkan di atas pada dasarnya memiliki
kegiatan inti yang sama, yaitu untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
fakta yang terjadi dengan standar yang telah ditetapkan. Audit laporan
keuangan (financial statement audit) menetapkan tingkat keseuaian antara
laporan keuangan dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
audit kepatuhan (compliance audit) menetapkan tingkat kesesuaian antara
suatu pelaksanaan dan kegiatan pada perusahaan dengan peraturan yang
berlaku seperti peraturan pemerintah, ketetapan manajemen atau peraturan
lainnya, sedangkan audit operasional (operational audit) menetapkan
tingkat kesesuaian antara operasional usaha pada bagian tertentu di
perusahaan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang telah ditetapkan
manajemen.
11
3. Tujuan Pemeriksaan Akuntansi (Audit)
Tujuan pemeriksaan akuntansi sebagaimana yang dijelaskan oleh
Bayangkara (2008:7) adalah sebagai berikut:
Audit keuangan dilakukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporankeuangan yang disajikan oleh perusahaan (manajemen) telah disusunmelalui proses akuntansi yang berlaku umum dan menyajikan dengansebenarnya kondisi keuangan perusahaan pada tanggal pelaporan dankinerja manajemen pada periode tersebut. Dari hasil audit ini kemudianakuntan (auditor) memberikan opini sebagai tanda pengesahan atas laporantersebut, untuk dapat digunakan oleh sebagian besar pemakai laporankeuangan.
Sedangkan menurut AICPA dalam SAS No. 1, tujuan pemeriksaan
akuntansi adalah:
The objective of the ordinary examination of financial statement by theindependent auditor is the expression of an opinion on the fairness withwhich they present, in all material respects, financial position, results ofoperations, and cash flows in conformity with generally acceptedaccounting principles.
Jadi, tugas utama auditor eksternal adalah untuk dapat membuat
penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan apakah sudah sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku dan juga untuk memberi penilaian
bahwa laporan keuangan tersebut telah bebas dari salah saji material baik
yang disebabkan oleh kekeliruan (error) maupun kecurangan (fraud).
4. Jenis-Jenis Auditor
Secara umum Elder, Beasley dan Arens (2008:14)
mengklasifikasikan auditor menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Akuntan Publik Terdaftar
Akuntan publik menjual jasa terutama dalam bidang pemeriksaan
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya juga menjual jasanya
12
sebagai konsultasi pajak, konsultan di bidang manajemen, penyusunan
sistem akuntansi serta penyusunan laporan keuangan.
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah merupakan auditor yang bekerja pada pemerintah
yang tugasnya tidak berbeda dengan tugas Kantor Akuntan Publik
(KAP). Selain mengaudit informasi laporan keuangan seringkali
melakukan evaluasi efisiensi dan efektifitas operasi sebagai program
pemerintah dan BUMN.
c. Auditor Pajak
Auditor pajak merupakan auditor-auditor khusus dalam Kantor
Akuntan Publik (KAP) dan penyidikan pajak (Karipka) yang
mempunyai tanggung jawab melakukan audit terhadap para wajib
pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan
perundangan perpajakan
d. Auditor Intern
Auditor intern merupakan auditor yang bekerja di satu perusahaan
untuk melakukan audit bagi kepentingan menejemen perusahaan.
Auditor intern wajib memberikan informasi yang berharga bagi
manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
operasi perusahaan.
Perbedaan antara keempatnya terletak pada tugas dan tempat kerja
dimana auditor tersebut bekerja, auditor yang bekerja untuk suatu
perusahaan disebut auditor internal, auditor yang bekerja pada lembaga
13
pemerintahan disebut auditor pemerintah, auditor yang bekerja sebagai
lembaga tersendiri disebut auditor eksternal, sedangkan auditor yang
bertugas untuk melakukan penyidikan pajak disebut auditor pajak.
B. Pengalaman, Pelatihan dan Skeptisisme Profesional Auditor
1. Pengalaman Auditor
Menurut The Oxford English Dictionary (1978) pengalaman adalah
pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau
partisipasi dalam suatu peristiwa dan aktivitas yang nyata, sedangkan
menurut Longman Advanced American Dictionary (2008) pengalaman
adalah kejadian dan pengetahuan yang dialami atau dibagi kepada orang
lain dalam kelompok tertentu. Dari dua pengertian di atas dapat diambil
pengertian bahwa pengalaman merupakan pengetahuan, keahlian atau
kejadian yang dialami sendiri atau orang lain yang terjadi dalam suatu
peristiwa dan aktivitas yang nyata.
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan
pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan
formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Sedangkan menurut Suraida (2005), pengalaman audit dapat diartikan
sebagai pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik
dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah
ditangani. Pengalaman audit akan membentuk seorang akuntan publik
menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan.
14
Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan bahwa pengalaman kerja telah
dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja
akuntan publik sehingga faktor pengalaman dimasukkan sebagai salah satu
persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu
No. 43/KMK.017/1997).
Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas
kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang
sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan
tersebut, dan semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang,
pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas dan memungkinkan
peningkatan kinerja auditor.
Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman
auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu. Sehingga auditor yang
telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor yang
berpengalaman. Karena semakin lamanya bekerja menjadi auditor, maka
akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor di bidang
akuntansi dan auditing.
Begitu pula dengan banyaknya jumlah penugasan yang telah
dilakukan oleh auditor dapat meningkatkan pengetahuan karena adanya
kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit. Pengalaman
berdasarkan lama bekerja dan banyaknya jumlah penugasan saling
berkaitan erat, karena semakin lamanya seseorang menjadi auditor,
tentunya jumlah penugasan yang pernah dilakukan pun akan semakin
15
banyak. Libby (1995) dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa pekerjaan
auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Semakin
berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan
kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks,
termasuk dalam mengungkap tindakan kecurangan (fraud) yang kerap
terjadi dalam suatu perusahaan. Dan menurut Mayangsari (2003) auditor
yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal pendeteksian
kesalahan, memahami kesalahan secara akurat dan mencari penyebab
kesalahan.
2. Pelatihan Auditor
Definisi pelatihan menurut Tanjung dan Arep (2002) dalam
Bulchia (2008) adalah sebagai berikut:
Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber dayamanusia, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan(ability), keahlian (skill) dan sikap (attitude).
Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang
tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus
seseorang atau kelompok orang (Notoatmodjo, 1998 dalam Ayuni, 2008).
Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana staf
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang
terbatas (Mangkunegara, 2000 dalam Ayuni, 2008).
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pelatihan merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek guna
16
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
khusus agar mampu untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan yang harus
dimiliki dan didapat oleh auditor tersebut yaitu pengetahuan mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan tindakan kecurangan (fraud), sehingga tindak
kecurangan (fraud) yang kerap terjadi dalam suatu organisasi dapat
dicegah dan di deteksi keberadaannya.
Pelatihan di bidang fraud auditing merupakan salah satu kegiatan
pengembangan auditor untuk meningkatkan kualitas auditnya. Dengan
adanya pelatihan ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan
produktifitas auditor, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas
Kantor Akuntan Publik (KAP) secara keseluruhan. Sebaiknya pelatihan
dan pengembangan auditor dilakukan secara berkala dan teratur.
Pelatihan perlu dibedakan dari pendidikan. Menurut Notoatmodjo
(1998) dalam Ayuni (2008) pendidikan adalah suatu proses pengembangan
kemampuan ke arah yang diinginkan. Pendidikan di sini adalah pendidikan
jangka panjang atau pendidikan formal yang telah didapat oleh seorang
auditor. Sedangkan pendidikan jangka pendek disebut dengan pelatihan.
Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi secara
teori dapat dilihat pada tabel berikut:
17
Tabel 2.1Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan
No. Uraian Pendidikan Pelatihan
a Pengembangan Kemampuan Menyeluruh Spesifik
b Area KemampuanKognitif, afektif
dan psikomotorPsikomotor
c Jangka waktu pelaksanaan Panjang Pendek
d Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus
ePenekanan penggunaan
metode belajar mengajarKonvensional Inkonvensional
f Penghargaan akhir proses Gelar Sertifikat
3. Skeptisisme Profesional Auditor
Skeptisme profesional (professional scepticism) sebagaimana yang
didefinisikan dalam PSA No. 70 tentang pertimbangan atas kecurangan
dalam audit laporan keuangan adalah (PSA No. 70, paragraf 27):
Suatu sikap yang mencakup pikiran bertanya dan penentuan secara kritisbukti audit
Sedangkan AICPA mendefinisikannya sebagai berikut (AU 316):
Professional skepticism in auditing implies an attitude that includes aquestioning mind and a critical assessment of audit evidence without beingobsessively suspicious or skeptical. The Auditors are expected to exerciseprofessional skepticism in conducting the audit, and in gathering evidencesufficient to support or refute managements assertion
Hurtt, Eining, dan Plumlee (2003) dalam Kopp, dkk (2003) telah
membangun sebuah model yang dapat menguraikan masalah skeptisisme
profesional dalam konteks audit laporan keuangan ini. Model yang mereka
buat tersebut mengatakan bahwa skeptisisme profesional auditor terdiri
dari 6 karakteristik, yaitu: (1) Pikiran yang selalu bertanya-tanya, (2) tidak
18
cepat mengambil keputusan, (3) selalu mencari tahu, (4) mengerti antar-
perorangan (5) percaya diri, dan (6) memiliki keteguhan hati. Kemudian
keenam hal ini akan membawa seorang auditor pada 4 peningkatan sikap
skeptis, yaitu peningkatan dalam hal pencarian tambahan, pendeteksian
hal-hal yang kontradiktif, alternatif hal-hal yang mungkin terjadi, dan
penelitian cermat atas keandalan suatu sumber.
Skeptisisme profesional perlu dimiliki oleh auditor terutama pada
saat memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. Auditor tidak boleh
mengasumsikan begitu saja bahwa manajemen adalah tidak jujur, tetapi
auditor juga tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen sepenuhnya
jujur (IAI, 2000, SA Seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Pernyataan yang
hampir sama juga terdapat pada ISA No. 200 (IFAC, 2004) yang
mengatakan bahwa auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit
dengan sikap skeptisisme profesional, dengan mengakui bahwa ada
kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan.
Skeptisisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor
dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran
yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama
proses audit, maka skeptisisme profesional harus digunakan selama proses
tersebut (IAI, 2000, SA seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Skeptisisme
merupakan manifestasi dari obyektivitas. Skeptisisme tidak berarti
bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik, atau melakukan penghinaan.
19
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
skeptisisme profesional auditor adalah sikap seorang auditor yang
seimbang antara curiga dan percaya atas informasi yang didapatnya selama
proses audit yang dilakukan.
C. Kecurangan (Fraud)
Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator
kecurangan yang memerlukan tindak lanjut auditor untuk melakukan
investigasi. Koroy (2008) menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan bukan
merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor. Atas literatur yang
tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi yang menjadikan
pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor gagal
dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor penyebab tersebut adalah:
1. Karakteristik terjadinya kecurangan
2. Standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan
3. Lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit
4. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian
kecurangan.
Identifikasi atas faktor-faktor penyebab, menjadi dasar untuk kita
memahami kesulitan dan hambatan auditor dalam menjalankan tugasnya
untuk mendeteksi kecurangan. Meski demikian faktor-faktor itu tidaklah
menjadi alasan untuk menghindarkan upaya pendeteksian kecurangan yang
lebih baik.
20
Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kekeliruan (error).
Perbedaan antara kecurangan (fraud) dan kekeliruan (error) terdapat pada
tindakan yang mendasarinya, apakah tindakan yang dilakukan dilakukan
dengan sengaja atau tidak. Kekeliruan dapat dideskripsikan sebagai
unintentional mistakes (kesalahan yang tidak disengaja). Kekeliruan dapat
terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, dari terjadinya
transaksi, pendokumentasian, pencatatan, pengikhtisaran hingga proses
menghasilkan laporan keuangan. Kekeliruan (error) berarti salah saji
(misstatement) atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan yang tidak disengaja. Sedangkan kecurangan sebagaimana yang
didefinikan oleh AICPA (AU 316) adalah:
Fraud is an intentional act that results in a material misstatement in financialstatements that are the subject of an audit
Definisi yang dikemukakan AICPA di atas memberi pengertian bahwa
kecurangan adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan
mengakibatkan adanya salah saji material dalam laporan keuangan dimana
laporan keuangan ini adalah subjek utama dalam audit.
Kesengajaan merupakan salah satu unsur yang harus ada agar suatu
tindakan dapat dikatakan tindakan kecurangan (fraud). Dan salah satu
kesulitan terbesar bagi auditor dalam mengungkap fraud adalah bagaimana
cara mengevaluasi dan menilai apakah salah saji material yang terjadi
dilakukan dengan dasar kesengajaan atau tidak. Bagaimanapun, kegiatan audit
bukan ditujukan untuk menentukan adanya kesengajaan atau tidak, kewajiban
auditor yang paling utama adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan
21
audit sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mendapatkan bukti yang
cukup dan memadai untuk kemudian dapat menilai apakah laporan keuangan
audittee bebas dari salah saji material atau tidak tanpa peduli salah saji
material tersebut disengaja atau tidak.
Untuk dapat mencegah dan mengungkap tindak kecurangan, terlebih
dahulu seorang auditor harus mengetahui jenis-jenis kecurangan, faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya kecurangan, serta teknik dalam mencegah
tindakan kecurangan
1. Jenis-Jenis Kecurangan
Kecurangan (Fraud) dibagi menjadi 3 bagian (Hall dan Singleton,
2007:285), yaitu:
a. Kecurangan Dalam Laporan Keuangan (fraudulent statement)
Kecurangan Dalam Laporan Keuangan (fraudulent statement) meliputi
tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan
atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang
sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh
keuntungan.
b. Korupsi (corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja
sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi. Kecurangan (Fraud)
jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang
bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Korupsi
22
meliputi penyuapan (bribery), konflik kepentingan (conflict of
interest), pemberian tanda terima kasih yang tidak sah (Illegal
Gratuity), dan pemerasan secara ekonomi (Economic Extortion).
c. Penyalahgunaan Aset (Asset misappropriation)
Penyalahgunaan Aset (Asset misappropriation) meliputi
penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain.
Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena
sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).
Segala tindak kecurangan yang terjadi dalam perusahaan perlu
untuk dapat dideteksi dan dicegah oleh auditor, karena segala tindak
kecurangan yang terjadi dalam perusahaan dapat merugikan baik bagi
perusahaan maupun bagi orang yang memiliki kepentingan terhadap
perusahaan seperi kreditor, pemegang saham dan lain sebagainya.
2. Pemicu Terjadinya Kecurangan (Fraud)
Dalam rangka membuat keputusan mengenai penilaian auditor atas
risiko adanya kecurangan, seorang auditor harus mengerti bahwa ada tiga
hal yang menjadi pemicu terjadinya kecurangan. Ketiga hal ini disebut
sebagai segitiga kecurangan (Hall dan Singleton, 2007:264), yaitu:
a. Kesempatan (Opportunity)
Faktor kesempatan merupakan faktor utama yang menyebabkan
terjadinya tindakan kecurangan (fraud). Risiko adanya kesempatan
bagi pegawai untuk dapat melakukan tindak kecurangan (fraud) dapat
diperkecil dengan adanya pengendalian internal (internal control) yang
23
memadai dan terus melakukan pengawasan atas pengendalian internal
tersebut.
b. Tekanan Situasional/Motivasi (Situational Pressure/Motivation)
Motivasi merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam hal terjadinya
kecurangan, yang termasuk ke dalam kategori ini dapat berupa
kebutuhan finansial, tantangan untuk dapat melakukan kecurangan
tanpa terdeteksi atau tindakan balas dendam atas perlakuan perusahaan
yang dinilai tidak adil
c. Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi (Rationalization) merupakan pembenaran atas tindak
kecurangan yang dilakukan. Contohnya adalah mereka (pelaku tindak
kecurangan) mungkin akan bekerja lebih giat atau membayar di
kemudian hari untuk membayar tindak kecurangan yang telah mereka
lakukan tersebut.
Ada satu pendapat menarik mengenai segitiga kecurangan (the
fraud triangle) yang dikemukakan oleh Koletar (2006:104), yaitu:
Fraud occurs when pressure, opportunity and rationalization cometogether. Most people have pressures. Everyone rationalizes. Wheninternal control are absent or overridden, everyone also has anopportunity to commit fraud.
Kecurangan terjadi ketika secara bersamaan ada dorongan,
kesempatan dan hal yang mendasari pikiran si pelaku kecurangan untuk
melakukan kecurangan. Setiap orang pasti memiliki tekanan atau masalah
dalam hidup yang dijalaninya dan kadang ada saja alasan bagi setiap orang
untuk dapat melakukan kecurangan, ketika ada kelemahan dalam
24
pengendalian internal perusahaan yang diketahui oleh orang, maka orang
tersebut memiliki kesempatan untuk dapat melakukan kecurangan. Jadi,
ketiga hal ini, yaitu: dorongan, alasan/rasionalisasi dan kesempatan
memiliki peranan yang penting bagi orang untuk dapat melakukan
kecurangan.
3. Teknik Dalam Mencegah Tindakan Kecurangan
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, maka tindakan
kecurangan dapat dicegah dengan (Trijayanti, 2008):
a. Membina, memelihara dan menjaga mental atau moral pegawai agar
senantiasa bersikap jujur, disiplin, setia, beretika dan berdedikasi
b. Membangun mekanisme sistem pengendalian intern yang efisien dan
efektif
Jadi, untuk dapat mencegah adanya tindakan kecurangan ada 2
sektor utama yang harus dibenahi oleh pihak manajemen, yaitu
pembinaaan mental dan moral setiap pegawai yang bekerja pada
perusahaan tersebut dan pembangunan sistem pengendalian internal yang
cukup dan memadai agar kemungkinan dan risiko terjadinya tindak
kecurangan dapat semakin diperkecil.
D. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengalaman Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)
Sehubungan dengan variabel pengalaman kerja, hasil penelitian
mengenai pengalaman yang telah dikutip dari Sularso dan Naim (1999)
telah dilakukan oleh Hayesroth (1975), Hutchinson (1983), dan Murphy
25
dan Wright (1984) yang memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih
banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak
hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu
pemahaman yang baik mengenai frekuensi relatif peristiwa-peristiwa.
Butt (1988) dalam Sularso dan Naim (1999) mengungkapkan
bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgement
frekuensi relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang
akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Demikian pula Frederick
(1991) mendokumentasikan bahwa jumlah komponen pengendalian yang
disebut (recall) oleh akuntan pemeriksa yang berpengalaman lebih banyak
ketimbang yang belum. Marchant (1989) menemukan bahwa akuntan
pemeriksa yanng berpengalaman mampu mengidentifikasi secara lebih
baik mengenai kesalahan-kesalahan dan review analitik.
Penelitian Sularso dan Naim (1999) tentang analisis pengaruh
pengalaman akuntan pada pengetahuan dan penggunaan intuisi dalam
mendeteksi kekeliruan didapat hasil akuntan pemeriksa berpengalaman
memiliki ketelitian yang lebih tinggi mengenai kekeliruan, dan akuntan
pemeriksa berpengalaman menggunakan intuisi lebih banyak
dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang tidak berpengalaman.
Penelitian Bulchia (2008) tentang analisis pengaruh pengalaman
dan pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi
kecurangan didapat hasil bahwa semakin besar pengalaman auditor dalam
melaksanakan audit, semakin besar pula kecenderungan auditor untuk
26
dapat mendeteksi kecurangan, hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki
pengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan dibanding
dengan auditor yang memiliki kurang pengalaman.
Suraida (2005) juga menyebutkan beberapa penelitian mengenai
pengalaman. Diantaranya, Butt J.L (1988) mengungkapkan bahwa akuntan
pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif baik
dalam tugas-tugas profesional dibandingkan dengan akuntan pemeriksa
yang belum berpengalaman, Merchant G.A (1989) menemukan bahwa
akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasikan
secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik,
sedangkan Libby dan Frederick (1990) menemukan bahwa semakin
banyak pengalaman, auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam
dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor juga
dilakukan oleh Noviyani dan Bandi (2002). Penelitian dilakukan untuk
melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan
auditor tentang kekeliruan. Penelitian dilakukan terhadap 39 auditor di
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa yang memiliki posisi partner,
supervisor dan asisten auditor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor
tentang jenis kekeliruan.
Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan
mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada
27
di perusahaan yang menjadi kliennya. Penelitian ini juga memberikan
bukti bahwa pelatihan yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan
keahlian mereka untuk melakukan audit. Keahlian audit dan kemampuan
untuk mengetahui kekeliruan merupakan salah satu bagian dari kompetensi
auditor.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa auditor yang
berpengalaman lebih memiliki kemampuan untuk mendeteksi kecurangan
(fraud) dibanding dengan auditor yang kurang/tidak berpengalaman,
sehingga peneliti mengajukan hipotesis:
Ha1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap pendeteksian
kecurangan
2. Pelatihan Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)
Akuntan memerlukan berbagai keterampilan dan keahlian tertentu
dalam rangka meraih kesuksesan dalam karirnya sebagai auditor eksternal,
kurikulum yang ada belum cukup membangun kesuksesan akuntan, masih
diperlukan pelatihan-pelatihan melalui kursus-kursus pendidikan
profesional lanjutan (Eynon dkk, 1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002).
Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus
menjalani pelatihan teknis yang cukup (IAI, 2004). Program pelatihan
mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keahlian
auditor.
Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta, yang akhirnya akan
28
menimbulkan perubajan perilaku aspek-aspek kognitif, keterampilan dan
sikap (Harmalik, 2000 dalam Noviyani dan Bandi, 2002). Peningkatan
pengetahuan yang didapat dari penambahan pelatihan formal sama
bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus (Bonne dan
Walker, 1994 dalam Noviyani dan Bandi, 2002). Personel auditor baru
yang menerima pelatihan dan umpan balik tentang deteksi kecurangan
menunjukkan tingkat skeptis dan pengetahuan tentang kecurangan yang
lebih tinggi dan mampu mendeteksi kecurangan dengan lebih baik
dibanding dengan personel audit yang tidak menerima perlakuan tersebut
(Carpenter, 2002).
Pelatihan bagi akuntan publik meliputi jenis dan kualitas pelatihan.
Materi pelatihan harus dirancang dengan sebaik-baiknya. Pelatihan harus
dibuat sistematis dan berjenjang sesuai dengan tingkatan auditor yang ada
di Kantor Akuntan Publik (KAP). Pelatihan terhadap junior auditor akan
berbeda dengan pelatihan bagi manajer auditor. Pelatihan bisa
diselenggarakan oleh organisasi profesi atau dilakukan secara mandiri oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap staf auditor. Pelatihan harus
dilakukan untuk mengisi kekurangan dan memberikan penekanan pada
praktik auditing dan standar akuntansi bagi staf auditor di Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Pendidikan dalam arti luas meliputi pendidikan formal, pelatihan
atau pendidikan berkelanjutan. Pelatihan lebih yang didapatkan oleh
29
auditor akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perhatian
auditor terhadap kekeliruan yang terjadi (Noviyani dan Bandi, 2002).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa auditor yang
telah mengikuti pelatihan lebih banyak lebih memiliki kemampuan untuk
mendeteksi kecurangan (fraud) dibanding dengan auditor yang mengikuti
pelatihan lebih sedikit atau tidak sama sekali, sehingga peneliti
mengajukan hipotesis:
Ha2 : Pelatihan auditor berpengaruh terhadap pendeteksian
kecurangan
3. Skeptisisme Profesional Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)
Penelitian yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi tentang
pengaruh sikap skeptisisme profesional terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan pada auditor internal memberikan hasil bahwa auditor yang
memiki sikap skeptisisme profesional yang tinggi akan membuat auditor
tersebut untuk selalu mencari informasi yang lebih banyak dan lebih
signifikan daripada auditor yang memiliki tingkat skeptisisme profesional
yang rendah, dan hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki tingkat
skeptisisme profesional yang tinggi akan lebih dapat mendeteksi adanya
fraud karena informasi yang mereka miliki tersebut.
Hasil yang sama didapat dalam penelitian yang dilakukan oleh
Herman (2009) yang meneliti tentang pengaruh pengalaman dan
skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan yang
mendapatkan hasil bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh
30
signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, semakin
besar skeptisisme profesional seorang auditor maka semakin tinggi tingkat
kemampuan dalam mendeteksi kecurangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti pada tahun 2007 dalam
Herman (2009) tentang skeptisisme profesional auditor dalam mendeteksi
kecurangan, yaitu meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisisme
profesional auditor. Dengan kesimpulan bahwa jika auditor diberi
penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan skeptisisme
profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan, dan
kepribadian mempengaruhi sikap skeptisisme profesional auditor.
Ha3 : Skeptisisme profesional auditor berpengaruh terhadap
pendeteksian kecurangan
Berdasarkan seluruh uraian mengenai pengaruh pengalaman,
pelatihan dan skeptisisme profesional auditor yang telah disebutkan di
atas, peneliti mengajukan hipotesis penelitian yang mengasumsikan bahwa
faktor pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional auditor secara
simultan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan. Dengan
demikian, peneliti mengajukan hipotesis penelitian keempat, yaitu:
Ha4 : Pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor
berpengaruh secara simultan terhadap pendeteksian
kecurangan
Berikut ini penulis paparkan hasil penelitian yang telah dilakukan
berkaitan dengan pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme
31
profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan, seperti terlihat pada
tabel di bawah ini:
32
Tabel 2.2Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian
1 Edy Herman(2009)
Pengaruh Pengalamandan SkeptisismeProfesional AuditorTerhadap PendeteksianKecurangan
VariabelIndependen:Pengalaman,SkeptisismePofesional Auditor
VariabelDependen:PendeteksianKecurangan
VariabelIndependen:Pelatihan Auditor
Analisisregeresiberganda
Pengalaman danSkeptisisme ProfesionalAuditor berpengaruhsecara signifikan baiksecara parsial maupunsimultan terhadappendeteksian kecurangan
2 Bulchia(2008)
Pengaruh Pengalamandan Pelatihan AuditorTerhadap PengetahuanAuditor DalamMendeteksiKecurangan
VariabelIndependen:Pengalaman,Pelatihan Auditor
VariabelIndependen:SkeptisismePofesionalAuditor
VariabelDependen:PendeteksianKecurangan
Analisisregeresiberganda
Terdapat pengaruh yangsignifikan antarapengalaman dan pelatihanauditor terhadappengetahuan auditor dalammendeteksi kecurangan Pengalaman auditor
mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadappengetahuan auditor dalammendeteksi kecurangan Pelatihan auditor tidak
berpengaruh secara
33
Tabel 2.2Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian
signifikan terhadappengetahuan auditor dalammendeteksi kecurangan
3 RosemaryFullerton danCindyDurtschi(2004)
The Effect ofProfessional Skepticismon The Fraud DetectionSkills of InternalAuditors
VariabelIndependen:Pelatihan,SkeptisismePofesionalAuditor
VariabelDependen:PendeteksianKecurangan
VariabelIndependen:Pengalaman
Analisisregeresiberganda
Internal auditor yangmemiliki tingkat skeptisismeprofesional yang tinggimemiliki kemampuan yanglebih tinggi dalammendeteksi kecurangan Pelatihan memiliki pengaruh
jangka pendek terhadapkemampuan auditor internaluntuk mendeteksi fraud
4 PutriNoviyani danBandi(2002)
Pengaruh Pengalamandan Pelatihan TerhadapStruktur PengetahuanAuditor TentangKekeliruan
VariabelIndependen:Pengalaman,Pelatihan
VariabelIndependen:SkeptisismePofesional Auditor
VariabelDependen:Pendeteksian
Analisisregeresiberganda
Pengalaman berpengaruhpositif terhadap pengetahuanauditor tentang jenis-jeniskekeliruan yang berbedayang diketahuinya Tidak ada pengaruh yang
positif dan signifikan antarapelatihan dengan
34
Tabel 2.2Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian
Kecurangan jenis-jenis kekeliruan yangberbeda yang diketahuiauditor Pengalaman tidak
mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadapperhatian auditor padadepartemen tempatkekeliruan terjadi Pelatihan lebih yang
didapatkan oleh auditorakan memberikanpengaruh yang signifikanterhadap perhatian auditorpada departemen tempatkekeliruan terjadi
5 Sri Sularsodan AinunNaim(1999)
Analisis PengaruhPengalaman Akuntanpada Pengetahuan danPenggunaan Intuisidalam MendeteksiKekeliruan
VariabelIndependen:PengalamanAuditor
VariabelIndependen:Pelatihan,SkeptisismePofesionalAuditor
Analisisregeresiberganda
Pengalaman berpengaruhpositif terhadappengetahuan auditortentang jenis-jeniskekeliruan yang berbedayang diketahuinya
35
Tabel 2.2Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian
VariabelDependen:KemampuanAuditor DalamMengidentifikasiJenis Kekeliruan,Ketelitian,PengetahuanKekeliruan YangTidak Lazim, danPenggunaanIntuisi
VariabelDependen:PendeteksianKecurangan
Tidak ada pengaruh yangpositif dan signifikanantara pelatihan denganjenis-jenis kekeliruan yangberbeda yang diketahuiauditor Pengalaman tidak
mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadapperhatian auditor padadepartemen tempatkekeliruan terjadi Pelatihan lebih yang
didapatkan oleh auditorakan memberikanpengaruh yang signifikanterhadap perhatian auditorpada departemen tempatkekeliruan terjadi
36
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dapat dituangkan dalam sebuah model
penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1Kerangka Pemikiran
Pengalaman Auditor (X1)
Pelatihan Auditor (X2)
Skeptisisme Profesional
Auditor (X )
Pendeteksian
Kecurangan (Y)
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di wilayah Jakarta. Penelitian dilakukan dengan
mengambil beberapa sampel dari populasi yang telah peneliti tetapkan
tersebut, yaitu auditor eksternal yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di wilayah Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
seberapa besar pengaruh pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional
auditor terhadap pendeteksian kecurangan.
Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan
publik (KAP) di wilayah Jakarta. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian
karena lokasi ini lebih mudah dijangkau, memiliki kondisi sosial ekonomi
yang relatif sama serta diharapkan dengan memilih daerah tersebut sebagai
lokasi penelitian, penulis bisa memperoleh jumlah responden yang lebih
banyak sehingga kekuatan generalisasinya lebih tinggi.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling
yang termasuk dalam nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Metode ini dapat
38
mengambil sampel dari elemen populasi yang tidak terbatas yang bersedia
memberikan informasi yang dibutuhkan (Indriantoro dan Supomo, 2002:130).
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2002:146). Data
primer yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner yang
disampaikan secara langsung kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
ada di Jakarta dan mengkonfirmasi langsung ke KAP untuk memperoleh
tingkat pengembalian yang tinggi atas kuesioner tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan
Supomo, 2002:147). Data sekunder dapat berupa buku dan majalah,
publikasi pemerintah mengenai indikator ekonomi, data sensus, ikhtisar
statistik, database, media, laporan tahunan perusahaan dan sebagainya
(Sekaran, 2006:65)
D. Metode Analisis Data
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa baik ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen untuk mengukur konsep yang seharusnya
39
diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
(Indriantoro dan Supomo, 2002:181). Setiap butir pertanyaan
dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari
perhitungan lebih besar atau sama dengan r kritis. Untuk menentukan r
hitung didapatkan dari perhitungan dengan menggunakan Pearson
Correlation yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini
dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden melalui
pertanyaan yang diberikan. Suatu kuesioner dikatakan reliable
(handal) jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama
diperoleh hasil yang tidak berbeda (Jogiyanto, 2009:120). Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alpha cronbach karena
menggunakan jenis data likert.
Penelitian menggunakan bantuan program SPSS dalam menghitung
Cronbach Alpha untuk menginterprestasikan nilai alpha yang
diperoleh. Jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar
dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran
instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya,
40
jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka
butir pertanyaan tersebut tidak reliable.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2005:110). Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari
diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak
menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Multikolinieritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
menemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
41
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Dalam penelitian ini uji multikolinieritas digunakan untuk
menguji apakah ada korelasi di antara variabel pengalaman auditor,
pelatihan auditor dan skeptisisme profesional auditor. Model regresi
yang tidak ada multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai besaran
korelasi antar variabel bebas kurang dari 95%, VIF Variance Inflation
factor) kurang dari angka 1.0 dan mempunyaii nilai tolerance lebih
dari 0.1 atau 10% (Ghozali, 2005:91).
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model
regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat
dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot. Dasat pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005:105)
42
3. Uji Hipotesis
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka data yang telah diperoleh
perlu dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi
berganda (multiple regression analysis). Model ini digunakan karena
penulis ingin mengetahui pengaruh variabel pengalaman auditor (X1),
pelatihan auditor (X2) dan skeptisisme profesional auditor (X3) terhadap
pendeteksian kecurangan. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
= + + + +Keterangan:
Y : pendeteksian kecurangan
a : konstanta
b1 b2 b3 : koefisien regresi
X1 : pengalaman auditor
X1 : pelatihan auditor
X3 : skeptisisme profesional auditor
e : error
Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik
terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi berganda, uji statistik
ini meliputi:
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
43
Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Moddel
Summary dan tertulis Adjusted R Square.
Nilai R2 sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat
dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang
menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar antara
0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel
independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen. (Ghozali,
2005:83)
b. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen untuk mengambil keputusan
hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan tingkat
signifikasi sebesar 0,05.
Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak
dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan
kata lain variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2005:84)
c. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan
44
tingkat signifikasi 5% atau () = 0,05. Jika probability t lebih besar
dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika
nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan).
E. Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan
mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara
singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau
pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan skala likert.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas (independent variable)
Pengertian variabel independen yaitu variabel yang bebas dan
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah pengalaman auditor, pelatihan auditor dan skeptisisme profesional
auditor.
a. Pengalaman Auditor (X1)
Pengalaman merupakan rentang waktu yang telah digunakan oleh
auditor terhadap pekerjaan atau tugas mengaudit. Penggunaan
pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan
secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar
melakukannya dengan lebih baik.
45
b. Pelatihan Auditor (X2)
Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber
daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge),
kemampuan (ability), keahlian (skill) dan sikap (attitude).
Peatihan di sini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperti seminar,
simposium, lokakarya, pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang
keterampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan
yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor junior juga bisa
dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan.
c. Skeptisisme Profesional Auditor (X3)
Skeptisisme profesional yaitu sikap auditor yang akan membawa
tindakannya pada tindakan yang akan selalu menanyakan dan menaksir
secara kritis terhadap bukti audit.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain. Yang menjadi variabel terikat (dependent variabe) dalam
penelitian ini adalah pendeteksian kecurangan (fraud). Kecurangan adalah
salah saji atau hilanngnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan yang dilakukan dengan sengaja.
46
Tabel 3.1Operasional Variabel Penelitian
Variabel Subvariabel Indikator Skala NomorKuesioner
Pengalaman Auditor(Syamsiah, 2008)
Lama kerja Lama kerja sebagai auditor Interval 1Intensitas tugas dan pengembangankarir
Dapat mengembangkan karir Interval 2Seringnya melakukan tugas audit Interval 3
Kemampuan kerja
Mampu mengetahui kekeliruan dankecurangan Interval 4
Mampu mengatasi permasalahan Interval 5Dapat mendeteksi kecurangan Interval 6
Membuat keputusan Mampu membuat keputusan Interval 7Pembelajaran dari Pengalamanorang lain
Peningkatan kompetensi sebagai auditordengan belajar dari pengalaman auditor lain Interval 8
Pelatihan Auditor(Cholifah, 2010) Intensitas Pelatihan yang diikuti
Intensitas seminar yang diikuti auditor Interval 9Intensitas lokakarya yang diikuti auditor Interval 10Intensitas symposium yang diikuti auditor Interval 11Intensitas pelatihan audit yang diikutiauditor Interval 12
Pernah mengikuti brevet pajak Interval 13Pernah mengikuti pelatihan perbankan Interval 14
Skeptisisme ProfesionalAuditor (Hurtt, Eining,
dan Plumlee, 2003)Evaluasi bukti audit
Pikiran yang penuh pertanyaan Interval 15Memiliki penilaian kritis Interval 16Tidak terlalu cepat mengambil keputusan Interval 17
47
Tabel 3.1Operasional Variabel Penelitian (Lanjutan)
Skeptisisme ProfesionalAuditor (Hurtt, Eining,
dan Plumlee, 2003)
Memahami penyedia bukti Mengerti antarperorangan Interval 18Tindakan yang diambil berdasarbukti audit
Bersikap percaya diri Interval 19Memiliki keteguhan hati Interval 20
Sikap skeptis
Memperluas lingkup pencarian informasi Interval 21Menemukan bukti audit yang kontradiktif Interval 22Melihat solusi alternatif Interval 23Meningkatkan kecermatan Interval 24
PendeteksianKecurangan (Fullerton)
Indikator Kecurangan PadaPerusahaan Budaya perusahaan yang kurang baik Interval 25 - 28
Indikator Kecurangan PadaPelaksana
Adanya kesempatan untuk melakukankecurangan Interval 29 - 31
Adanya motivasi atau dorongan untukmelakukan kecurangan Interval 32 - 35
Adanya rasionalisasi untuk melakukankecurangan Interval 36 - 42
Indikator Kecurangan Pada BagianAkuntansi
Indikator kecurangan pada praktek akuntansi Interval 43 - 46Indikator kecurangan pada laporan keuangan Interval 47 - 50
48
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Kantor Akuntan Publik adalah lembaga yang memiliki izin dari
Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam
menjalankan pekerjaannya. Secara vertikal bagian-bagian Kantor Akuntan
Publik dapat terdiri dari berbagai satu atau dua akuntan yang menjadi
partner dalam kantor tersebut. Partner ini dibantu oleh beberapa
pembantu (staff) yang memiliki fungsi pengawasan atas pelaksanaan
pemeriksaan (supervisory staff) dan pembantu-pembantu pelaksana
(auditor junior).
Penelitian ini dilakukan di 11 Kantor Akuntan Publik yang berada
di Jakarta. Penelitian ini menganalisis pendeteksian kecurangan dengan
pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor sebagai
variabel yang mempengaruhinya.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung kepada para responden di Kantor Akuntan
Publik serta melalui teman yang bekerja sebagai auditor di Kantor
Akuntan Publik.
Daftar nama dan wilayah penyebaran kuesioner dapat ditunjukkan
dalam tabel berikut:
49
Tabel 4.1Wilayah dan Nama KAP
No Nama Kantor Akuntan Publik KuesionerDikirim Kembali1 Ishak Saleh Soewando & Rekan 5 52 Tasnim Ali Widjanarko & Rekan 5 43 Abdul Hamid & Khairunnas 6 64 Drs. Usman & Rekan 5 35 Drs. Iwan Kurniawan 5 56 Drs. Sutopo Insja 6 47 Ratna Widjaja 5 48 Murni & Bakhtiar 5 59 Herman, Dody, Tanumihardja & Rekan 7 510 Noor Salim, Nursehan & Sinarahardja 5 411 Drs. Wirawan & Rekan 6 3
Penyebaran kuesioner dilakukan pada pertengahan bulan Oktober
2010 sampai dengan bulan Desember 2010. Kuesioner yang disebar
sebangak 60 buah dan dari jumlah tersebut yang kembali sebanyak 51
buah kuesioner dan kuesioner yang kembali serta dapat diolah berjumlah
48 buah kuesioner. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.2Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang dikirim 60 100%
Kuesioner yang kembali 51 85%
Kuesioner yang tidak kembali 9 15%
Kuesioner kembali dan diolah 48 80%
Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 60 kuesioner yang
disebarkan yang dapat terkumpul sebanyak 51 buah kuesioner dengan
tingkat pengembalian sebesar 85% dari total kuesioner. Kuesioner yang
tidak kembali sebanyak 9 kuesioner atau sebesar 15%. Hal ini
50
menunjukkan tingkat pengembalian kuesioner yang cukup tinggi karena
peneliti peneliti menelepon terlebih dahulu ke Kantor Akuntan Publik
sebelum peneliti datang untuk melakukan penyebaran kuesioner.
2. Demografi Responden
Penjelasan demografi responden memberikan gambaran mengenai
karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang
menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan presentase mengenai
jabatan, jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya bekerja sebagai auditor
di Kantor Akuntan Publik.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin responden
dapat dilihat dalam table 4.3 berikut:
Tabel 4.3Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 33 68,75%
Perempuan 15 31,25%
Jumlah 48 100,00%
Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa jumlah responden
berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak
33 orang atau sebesar 63%, sedangkan sisanya sebanyak 15 orang atau
51
sebesar 37% dari seluruh responden penelitian merupakan auditor
yang berjenis kelamin perempuan.
b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan responden
Deskripsi responden berdasarkan pendidikan responden dapat
dilihat dalam table 4.4 berikut:
Tabel 4.4Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah PersentaseD3 4 8,33%S1 39 81,25%S2 5 10,42%S3 0 0%
Jumlah 48 100%
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden
berdasarkan jenjang pendidikan terakhir tersebar pada pendidikan D3
sebanyak 4 orang atau sebesar 8,33%, responden yang memiliki
pendidikan terakhir Strata Satu (S1) memiliki jumlah yang terbanyak
yaitu sebanyak 39 orang atau sebesar 81,25%, sedangkan responden
yang