Upload
marcelladeviana
View
39
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
evprog
Citation preview
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang
ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku 30%, lingkungan 45%,
pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara
optimal bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal
pula. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain yaitu sumber daya
alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu
kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologik, dan
lingkungan sosio kultural.2 Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program
kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui
cakupan pengawasan sarana air bersih.3
Transisi lingkungan dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan
“traditional hazard” akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban
keluarga, pemukiman sehat, vektor penyakit, dll.4,5 Disamping itu, mulai muncul ”modern
hazard” yang berupa pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi serta
penerapan teknologi pembangunan.4,5 Beban ganda (traditional dan modern hazard) ini
makin diperburuk dengan adanya berbagai krisis yang sampai saat ini belum dapat diatasi.3
Sementara itu, Indonesia juga sedang mengalami “transformasi kesehatan” yang ditandai
dengan peningkatan penyakit berbasis lingkungan, yakni penyakit yang berkaitan dengan
lingkungan fisik, penyakit-penyakit ini cenderung meningkat bila tidak diambil langkah-
langkah antisipatif. (Departemen kesehatan RI,2002).
Angka kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan (Depkes 2010) antara lain
Typhoid sebesar 1,6% dan Diare sebesar 9,0% dari total jumlah penduduk.6 Sedangkan di
Wilayah Kerja Puskesmas Loji, kejadian Diare sebesar 2,06 %, Gangguan kulit 6,70 %,
Typhoid 0,05 % dan ISPA 6,55 % pada tahun 2013. Tingginya kejadian penyakit berbasis
lingkungan, mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan
lingkungan, dimana salah satunya adalah kebutuhan akan air bersih.
1
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari, yang digunakan
sebagai air minum atau keperluan rumah tangga dan memenuhi syarat kesehatan. Mengingat
bahwa air dapat menjadi sumber penularan berbagai penyakit, maka tujuan utama penyediaan
air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penularan penyakit melalui air.
Sarana Air Bersih (SAB) dikelola oleh dua departemen utama, yaitu Departemen
Pekerjaan Umum dan Departemen Kesehatan.7 Konstruksi dan teknis SAB menjadi tanggung
jawab Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan Departemen Kesehatan meningkatkan
kualitas manusia pemanfaat Sarana Air Bersih.
Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 menunjukkan penggunaan sumber air
untuk memenuhi keperluan rumah tangga, yaitu : air ledeng/PAM (19,5%), air ledeng eceran
(1,3%), sumur bor/pompa (22,2%), sumur gali terlindung (27,9%), sumur gali tak terlindung
(10,2%), mata air terlindung (8,4%), mata air tak terlindung (3,7%), penampungan air hujan
(1,6%), air sungai/danau/irigasi (4,9%), dan lainnya (0,4%). Dikatakan sarana air bersih
apabila sumber airnya berasal dari air ledeng/PAM, air ledeng eceran, sumur bor/pompa,
sumur gali terlindung, dan mata air terlindung. Dari data tersebut daerah perkotaan memiliki
cakupan Sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar 67,6 %.6
Data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air minum
kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan tidak berbau) di
perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (92,0%).2,3,4
Sedangkan cakupan pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Kecamatan Tempuran
pada tahun 2014 sebesar 53,79 % dengan target 80 %.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
- Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan di Indonesia,
Typhoid sebesar 1,6 % dan Diare sebesar 9,0 %
- Masih rendahnya penggunaan sarana air bersih untuk kebutuhan sehari-hari oleh
masyarakat, terutama di pedesaan sebesar 67,6 %.
- Data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air
minum kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa,
dan tidak berbau) di perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di
perdesaan (92,0%).
2
- Masih rendahnya pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas
Tempuran sebesar 53,79 % selama tahun 2014. Pengambilan sampel air dan
pemeriksaan laboratorium dan bakteriologis masih belum dilakukan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Mengetahui masalah dan cara penyelesaian masalah dari program pengawasan sarana
air bersih agar dapat meningkatkan mutu dan jangkauan program pengawasan sarana air
bersih secara optimal di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April
2015 dengan harapan dapat menurunkan angka kematian dan angka kesakitan akibat
faktor risiko kesehatan lingkungan.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1.3.2.1 Diketahuinya cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih untuk
keperluan sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014
sampai dengan April 2015.
1.3.2.2 Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di
wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.
1.3.2.3 Diketahuinya cakupan jumlah sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang
rendah di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Januari sampai dengan
Desember2014.
1.3.2.4 Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air di wilayah kerja Puskesmas
Tempuran periode Januari sampai dengan Desember2014.
1.3.2.5 Diketahuinya cakupan jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang
memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Januari
sampai dengan Desember2014.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator :
- Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
3
- Menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program
pengawasan sarana air bersih di Puskesmas dalam lingkup wilayah kerjanya.
- Mengetahui berbagai kendala yang dihadapi dalam menjalankan program
Puskesmas khususnya mengenai pengawasan sarana air bersih dan merangsang
cara berfikir kritis dan ilmiah.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi :
- Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi
- Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
- Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana ( UKRIDA ) sebagai universitas
yang menghasilkan dokter yang berkualitas.
1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi :
- Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program pengawasan sarana air
bersih disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahannya.
- Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal.
1.4.4 Bagi Masyarakat :
- Terciptanya pelayanan kesehatan lingkungan yang bermutu, khususnya bagi
masyarakat yang kekurangan air bersih.
- Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai
penyakit yang ditularkan langsung oleh air (penyakit kolera, demam tifoid,
disentri, dan diare), penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air (Penyakit kulit:
kudis, panu), dan penyakit yang ditularkan melalui vektor (penyakit malaria,
demam berdarah)di wilayah kerja Puskesmas Tempuran sehingga tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tempuran.
1.5 Sasaran
Seluruh sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran periode Mei
2014 sampai dengan April 2015.
4
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
5
Materi yang dievaluasi terdiri dari hasil laporan kegiatan bulanan Puskesmas
mengenai program Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tempuran, Kabupaten Karawang periode Mei 2014 sampai dengan April 2015 yang
terdiri dari :
1. Pendataan jumlah sarana air bersih yang ada.
2. Pendataan jenis sarana air bersih yang ada.
3. Pendataan jumlah rumah yang menggunakan sarana air bersih.
4. Inspeksi sarana air bersih yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tempuran
5. Pemeriksaan sarana air bersih yang diinspeksi yang memenuhi syarat / yang memiliki
tingkat risiko pencemaran tinggi.
6. Pengambilan sampel air dari sarana air bersih yang diinspeksi.
7. Pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.
8. Pencatatan dan Pelaporan
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara mengadakan pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan
sistem, lalu dilihat apakah terdapat perbedaan antara pencapaian tiap-tiap variabel dalam
sistem pada program pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Tempuran periode Mei
2014 sampai dengan April 2015 terhadap tolok ukur yang ditetapkan sehingga dapat
ditentukan masalah yang ada dari pelaksanaan program lalu dapat dibuat usulan dan
saran sebagai pemecahan dari masalah yang ditemukan berdasarkan penyebab masalah
yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.
Bab III
Kerangka Teoritis
6
Lingkungan
Masukan Proses Keluaran
Umpan balik
Dampak
1 2 3
5
4
6
3.1. Kerangka Teoritis
Gambar 3. 1. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja yang diterapkan pada waktu
menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Sistem terbentuk dari elemen yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan
(machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi
(information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola sistem tapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
5. Umpan balik (feedback) adalah elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan
yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
3.2. Variabel dan Tolok Ukur
7
Merupakan nilai acuan / standart yang telah ditetapkan yang digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem yang meliputi masukan, proses,
keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada Program Pengawasan Sarana Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup sehari- hari. Air
yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau keperluan rumah
tangga lainnya harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas dari kuman penyakit
dan tidak mengandung bahan beracun. Air minum memenuhi syarat kesehatan sangat
penting dalam mempertinggi derajat kesehatan masyarakat.
Jenis- jenis sarana air bersih meliputi Sumur Gali (SGL),Sumur Pompa Tangan
(SPT), Sumur Pompa Tangan Dalam (SPT- DL), Penampungan Air Hujan (PAH),
Perlindungan Mata Air (PMA), Pompa Listrik, Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM).
Bab IV
Penyajian Data
4.1. Sumber Data
8
Sumber data dalam evaluasi ini berupa data primer dengan wawancara dengan pihak
terkait yaitu petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran dan data sekunder
yang diperoleh dari data kependudukan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran;
Laporan Tahunan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Puskesmas Tempuran periode
Mei 2014 sampai dengan April 2015; Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) \
tahun 2014.
4.2. Data Umum
4.2.1 Data Wilayah Geografi
1) Lokasi Puskesmas
1. Lokasi dan Batas-batas wilayah Puskesmas :
a. Lokasi : Gedung Puskesmas Tempuran terletak di Jl. Pasar
Tempuran, Kecamatan Tempuran Wetan, Kabupaten Karawang
Barat
b. Batas wilayah kerja Puskesmas Tempuran
Sebelah Utara : berbatasan dengan Puskesmas Lemahduhur
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Jawa Ciparagejaya
Sebelah Barat : berbatasan dengan Puskesmas Kertamukti
Sebelah Timur : berbatasan dengan Puskesmas Pasirukem
2. Wilayah Administrasi
Luas wilayah kerja Puskesmas Tempuran adalah 581 km2, terdiri dari 38
Dusun, 38 RW, 121 RT yang mencakup 9 desa yaitu:
Desa Sumber Jaya
Desa Tanjung Jaya
Desa Tempuran
Desa Ciparage Jaya
Desa Cikuntul
Desa Pagadungan
Desa Panca Karya
Desa Purwajaya
Desa Jayanegara
9
4.2.2 Data Demografis: (Lampiran II)
4.2.2.1 Topografi
Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris seluas 35.256 Ha
yang semuanya terdiri dari tanah datar yang terbagi menjadi tanah sawah seluas
16.766 Ha, tanah kering 9.654 Ha dan empang atau tambak seluas 8.836 Ha.
4.2.2.2 Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran, Kabupaten Karawang berada pada
dataran rendah yang sesuai untuk pertanian dan berdekatan dengan laut.
4.2.2.3 Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya, Tempuran merupakan dataran rendah dengan
temperatur udara rata-rata 32-36ºC.
4.2.2.4 Hidrografi
Tempuran mempunyai banyak aliran sungai yang mengarah ke muara dan
langsung berhubungan dengan laut Jawa.
4.2.2.5 Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tempuran tahun
2014 berdasarkan data PKP adalah 46.650 jiwa, yang terdiri dari :
Jumlah penduduk laki-laki : 24.044 orang
Jumlah penduduk perempuan : 19.471 orang
Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tempuran adalah 9 desa dengan luas wilayah 581 km2, maka berarti rata-rata
kepadatan penduduk Kecamatan Tempuran adalah 1.48 Jiwa/ Ha.
Klasifikasi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Tempuran paling banyak adalah tak tamat SD yaitu sebesar
51,87% dan paling sedikit tamat SMA yaitu 9,72%
Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani sebesar
31.26%, pedagang sebesar 21,22%, buruh sebesar 7,8%, nelayan sebesar
7,4%, dan PNS/ABRI 2,2%.
Sebagian besar penduduk beragama Islam (99,9 %).
10
4.2.2.6 Jenis Sarana Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tempuran, antara lain:
a. Puskesmas UPTD : 1 buah
b. Puskesmas pembantu : 1 buah
c. Puskesmas keliling : 1 buah
d. Posyandu : 42 buah
e. Praktek perorangan
Dokter Umum : 2 orang
Dokter Gigi : 1 orang
Bidan : 20 orang
Perawat : 13 orang
Perawat Gigi : 1 Orang
Juru immunisasi : 0 Orang
Petugas Gizi : 1 Orang
Petugas Laboratorium : 1 Orang
Petugas Farmasi : 1 Orang
Pengemudi : 1 Orang
Petugas Kebersihan : 3 Orang
f. Fasilitas Kesehatan
Puskesmas : 1 Buah.
Pustu : 2 Buah.
Posyandu : 42 Buah.
Balai Pengobatan Swasta : 0 Buah
Bidan Praktek : 5 Orang
Dokter Praktek Swasta : 2 Orang
11
Polindes : 2 Orang
4.3.1 Masukan
A. Tenaga (Man)
Petugas Kesehatan Lingkungan : 1 orang merangkap sebagai koordinator
program kesehatan lingkungan, program pengawasan makanan-minuman, dan
program PAL (Practice Approach Lung & Heart)
B. Dana (Money)
Sumber pembiayaan kesehatan di UPTD Puskesmas Tempuran bersumber dari :
1. APBD :
2. BOK :
C. Sarana (Material)
Medis
- Sanitarian kit : Tidak ada
Non medis
- Infocus : 1 buah
- Layar : Ada
- Leaflet : Tidak Ada
- Lembar balik : Ada
- Poster : Ada
- Checklist pemeriksaan SAB : Ada
- Formulir pengiriman sampel : Tidak ada
- Botol steril, tas/kotak pengepakan botol : ada
- Alat tulis : cukup
- Buku pedoman Kesling : Ada
- Sarana transportasi : ada
D. Metode (Method)
12
Pendataan jumlah dan sarana air bersih
Data diambil dari data dasar pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.
Inspeksi dilakukan dengan syarat:
Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan ialah :
Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai/tanah, dibuat dari
tembok yang tidak tembus air/bahan kedap air dan kuat(tidak mudah retak/longsor)
untuk mencegah perembesan air yang telah tercemar ke dalam sumur. Kedalaman 3
m diambil karena bakteri pada umunya tidak dapat hidup lagi.
Kira-kira 1,5 m berikut ke bawah, dinding dibuat dari tembok yang tidak disemen,
tujuannya untuk mencegah runtuhnya tanah.
Diberi dinding tembok (bibir sumur), tinggi bibir sumur ± 1 meter dari lantai,
terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk mencegah agar air sekitarnya tidak
masuk ke dalam sumur, serta juga untuk keselamatan pemakai.
Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di sekeliling sumur ± l,5 m
dari tepi bibir sumur, agar air permukaan tidak masuk. Lantai sumur tidak
retak/bocor, mudah dibersihkan, dan tidak tergenang air, kemiringan 1-5%
ke arah saluran pembuanagan air limbah agar air bekas dapat dengan mudah
mengalir ke saluran air limbah.
Sebaiknya sumur diberi penutup/atap agar air hujan dan kotoran lainnya tidak
dapat masuk ke dalam sumur, dan ember yang dipakai jangan diletakkan di
bawah/lantai tetapi digantung.
Adanya sarana pembuangan air limbah. Sarana pembuangan air limbah harus
kedap air, minimal 2% ke arah pengolahan air buangan/peresapan.
Persyaratan sumur pompa sebagai berikut :
Saringan atau pipa-pipa yang berlubang berada di dalam lapisan tanah
yang mengandung air.
Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa saringan
sekurang-kurang 3 m.
Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah dan
lebarnya ± 1½ m sekeliling pompa.
13
Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air, minimal 10 m
panjangnya.
Untuk mengambil air dapat dipergunakan pompa tangan atau pompa
listrik.
Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya, untuk sumur gali sampel diambil
dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air (sebaiknya pagi hari), dan untuk
PMA sampel diambil dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air dan untuk
Pompa Listrik air diambil dari kran tempat keluarnya air setelah dibuang selama lebih
kurang 5 menit. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter,
untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk
pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril dan bisa disterilkan
dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan dikirim
ke laboratorium. Prosedur pengambilan sampel secara lengkap terdapat di lampiran
SOP pengambilan sampel.
Jumlah sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, kemudian ditetapkan standar
kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416
tahun 1990.
Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang tinggi.
Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi AT (amat tinggi), T (tinggi), S
(sedang), R (rendah). Cara pemeriksaan lengkap terdapat di lampiran formulir
inspeksi sanitasi.
Pencatatan dan Pelaporan
- Pencatatan
Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format
pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang diperlukan)
seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk peta, grafik atau tabel
dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskemas (SP2TP).
- Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskemas (SP2TP) dan diberikan secara periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).
14
4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan, ada perencanaan tertulis mengenai:
1. Pendataan jumlah sarana air bersih
Terdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.
2. Pemeriksaan sarana air bersih
Pemeriksaan dilakukan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 10.00 WIB.
3. Pengambilan sampel air
Terdapat pengambilan sampel air sesuai dengan jenis sarana air bersih, hal pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/termos/botol steril,
tempat penyimpanan botol/kotak/termos, alat tulis dan formulir pengiriman sampel.
Kemudian, menentukan titik pengambilan sampel.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Terdapat pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel air yang dilakukan di
laboratorium yang telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis
sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990. Sedangkan persyaratan kualitas air minum
sesuai dengan Permenkes no 492 tahun 2010.
5. Pemeriksaan risiko pencemaran
Terdapat pemeriksaan sarana air bersih terhadap kemungkinan adanya pencemaran.
6. Pencatatan dan pelaporan :
Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada
pukul 08.00-10.00 WIB).
Pelaporan : akan dilakukan pada awal bulan (setiap tanggal 5)
4.3.2.2 Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggungjawab program,
melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian
programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
Pengorganisasian Program Pengawasan Sarana Air Bersih
di UPTD Puskesmas Tempuran
15Kepala PKM
Surisno, SKM
Bagan 2. Struktur organisasi bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran
4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Pendataan jumlah sarana air bersih
Dilakukan pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.
2. Pemeriksaan sarana air bersih
Dilakukan pemeriksaan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 10.00 WIB.
3. Pengambilan sampel air
Tidak dilakukan pengambilan sampel air.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis.
5. Pemeriksaan risiko pencemaran
Dilakukan pemeriksaan fisik terhadap adanya risiko pencemaran sesuai dengan
formulir inspeksi sanitasi.
6. Pencatatan dan pelaporan :
- Pencatatan: Dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul
08.00-10.00 WIB).
- Pelaporan: Dilakukan setiap awal bulan.
4.3.2.4 Pengawasan
Adanya pencatatan kegiatan pengawasan berkala tentang kualitas sarana dan air bersih
setiap satu bulan dan satu tahun. Kemudian dilaporkan ke tingkat Kabupaten minimal 3
16
Ka. Tata Usaha
Engkur
Koordinator & Pelaksana Program
Amirin, AMK
bulan sekali dan jika terjadi kejadian luar biasa yang timbul akibat penurunan kualitas
air.
4.3.3 Keluaran
1. Cakupan jumlah rumah yang menggunakan sarana air bersih
Jumlah rumah di lokasi yangmengunakan air dari sarana air bersih-------------------------------------------------- x 100%
Jumlah rumah di lokasi
13.307Cakupan : ---------------------- X 100 % = 57.16 %
23.278Target :80% dalam setahun (Berdasarkan Target Puskesmas Tempuran)
Metode : Pencatatan rumah yang menggunakan SAB setiap bulan dibalai desa wilayah
kerja Puskesmas Tempuran, Kabupaten Karawang periode 2014
2. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB)
Jumlah SAB yang diinspeksi ---------------------------------- x100% Jumlah SAB yang ada
7.226Cakupan :------------------ X 100 % = 59.20%
12.205
Target :80% dalam setahun (Berdasarkan Target Puskesmas Tempuran)
Metode : Mendatangi rumah penduduk yang menggunakan SAB di wilayah kerja
Puskesmas Tempuran, Kabupaten Karawang periode 2014, dan memberikan
Formulir Inspeksi Sanitasi untuk diiisi oleh kepala keluarga (perwakilan).
3. Cakupan pengambilan sampel air
Jumlah SAB yang diambil Sampelnya---------------------------------------------- x 100%Jumlah SAB yang ada
17
Cakupan : tidak dilakukan (0%)
Target : 80 %
4. Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan
Jumlah sampel air SAB yang memenuhi syarat bakteriologis---------------------------------------------------------------------------- x 100%Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis
Cakupan : tidak dilakukan (0%)
Target kualitas air bersih bebas bakteri patogen 100 %
5. Cakupan Perlindungan SAB yang mempunyai risiko pencemaran air
Jumlah SAB yang mempunyai risiko dan pencemaran tinggi & amat tinggi.---------------------------------------------------- x 100%Jumlah SAB sejenis yang diinspeksi
Cakupan : tidak dilakukan (0%)
Target : 95 %
6. Catatan dan pelaporan (kurang lengkap)
Laporan yang disajikan merupakan laporan absolut cakupan air bersih,
hasil inspeksi sarana air bersih dan laporan perlindungan sarana air
bersih yang mempunyai risiko pencemaran air yang rendah.
Tidak ada data mengenai perlindungan sarana air bersih yang
mempunyai risiko pencemaran tinggi dan amat tinggi
Tidak ada data mengenai pengambilan sampel air.
Tidak ada data mengenai jumlah sarana air bersih dengan kualitas
bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan.
4.3.4 Lingkungan
1. Fisik
Lokasi :
18
Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor pribadi) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor.
Iklim :
Sesuai dengan bentuk morfologinya, Tempuran merupakan dataran rendah
dengan temperatur udara rata-rata 32-36 ºC.
Kondisi Geografis :
Kondisi geografi dapat mempengaruhi program sarana air bersih.
Berdasarkan keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang
dihasilkan berwarna kecoklatan atau keruh, disebabkan karena lokasinya yang
dekat dengan persawahan.
2. Non fisik
Keadaan sosial ekonomi masyarakat.
Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani
sebesar 60.00% (31.541 orang) dan selebihnya adalah pedagang dan
buruh.
Tingkat Pendidikan.
Klasifikasi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tempuran paling banyak
adalah tamat SLTA yaitu sebesar 42,93% (4021 orang) dan paling sedikit
tamat Perguruan Tinggi yaitu 5,46% (512 orang).
Perilaku masyarakat.
Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi,
mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembuangan limbah keluarga.
Tidak terdapat data penggunaan air sungai sebagai sumber air minum.
4.3.5 Umpan Balik
1. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang
membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.
2. Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang
ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program
pengawasan sarana air bersih selanjutnya.
19
4.3.6 Dampak
1. Dampak langsung seperti menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan,
seperti, Penyakit kulit, Diare, Typhoid, belum dapat dinilai.
2. Dampak tidak langsung yaitu masalah penyediaan dan pengawasan air bersih
tidak lagi menjadi permasalahan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat
belum dapat dinilai.
20
Bab V
Pembahasan
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1 Keluaran :
- Cakupan Jumlah
rumah yang
menggunakan air dari
sarana air bersih
- Hasil inspeksi sarana
air bersih (SAB)
- Cakupan
pengambilan sampel
air
- Cakupan SAB dengan
kualitas bakteriologis
yang memenuhi
syarat kesehatan
- Perlindungan SAB
dari risiko
pencemaran
Target 1 Tahun
80 %
80 %
80 %
100 %
95 %
57.16 %
53,79 %
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(+)28.55 %
( + )26,21 %
( + )
( + )
( + )
21
2 Masukan :
- Tenaga (Man)
- Dana (Money)
⁻ Sarana (Material)
Tersedianya minimal 2
orang sebagai
koordinator dan
pelaksana program
pengawasan sarana air
bersih yang terampil di
bidangnya.
Tersedianya dana yang
cukup berasal dari
APBD dan BOK untuk
petugas, sebesar Rp
30.000,00 tiap RW.
- Formulir inspeksi
sanitasi air bersih
- Botol steril,
tas/kotak
pengepakan botol
- Formulir pengiriman
sampel
- Formulir hasil
pemeriksaan sample
- Alat tulis, sarana
transportasi
1 orang tenaga kesling
yang merangkap sebagai
koordinator dan
pelaksana pengawasan
sarana air bersih yang
terampil di bidangnya.
Tidak ada laporan
penggunaan, kurangnya
dana operasional
kegiatan.
Medis- Sanitarian kit :
Tidak ada Non medis- Infocus :
Ada. 1 buah- Layar :
Ada- Leaflet :
Ada- Lembar balik :
Ada- Poster :
Ada- Checklist
pemeriksaan SAB : Ada
- Formulir pengiriman sampel : Tidak ada
- Botol steril, tas/kotak pengepakan botol : Tidak ada
- Alat tulis : cukup
( + )
( + )
( + )
( - )
( - )
( - )
( - )
( - )
( - )
( + )
( + )
( - )
( - )
22
- Metode (Method) 1. Dilakukan
pendataan SAB
2. Dilakukan
pemeriksaan SAB
3. Dilakukan
pengambilan
sampel air
4. Dilakukan
pemeriksaan
bakteriologis air
5. Dilakukan
pemeriksaan risiko
pencemaran air
- Buku pedoman Kesling : Ada
- Sarana transportasi: cukup
Pendataan jumlah dan
jenis SAB
Metode pemeriksaan
kualitas air bersih
dilakukan berdasarkan
kriteria fisik saja,
tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak
berasa
Tidak dilakukan
pengambilan sampel,
pemeriksaan
bakteriologis.
( - )
( + )
( + )
( + )
( + )
3. Proses
⁻ Pengorganisasian Dibentuk struktur
organisasi, kepala
puskesmas sebagai
penanggungjawab
program, melimpahkan
kekuasaan kepada
Koordinator program
(programmer),
kemudian melakukan
koordinasi dengan
pelaksana program.
Bentuk Struktur
Organisasi
Ka Puskesmas
(Surisno, S.KM)
Koordinator Kesehatan
Lingkungan
(Amirin, AMK)
- struktur organisasi
sudah jelas,
( + )
23
namun koordinasi
belum maksimal.
- Pelaksanaan
- Pengawasan
Sesuai dengan rencana
dan metode yang telah
ditetapkan,
dilaksanakan secara
berkala : pengumpulan
data 1 x setahun dan
pengawasan kualitas air
bersih 2 x setahun.
Dilakukan pengambilan
sampel sesuai dengan
jenis sarana air bersih,
kemudian dilakukan
pemeriksaan
laboratorium untuk
menilai kandungan
bakteriologi/kimia dan
serta dilakukan
pemeriksaan risiko
pencemaran air.
Adanya pencatatan tiap
bulan/tahunan dan
pelaporan secara
berkala tentang kegiatan
pengawasan kualitas air
ke tingkat Kabupaten
minimal 3 bulan sekali
dan apabila terjadi
kejadian luar biasa
karena penurunan
kualitas air.
Tidak dilakukan
pengambilan sampel,
pemeriksaan
bakteriologi.
Pencatatan tiap bulan dan
tiap tahun dan laporan
hasil pemeriksaan ke
dinas kesehatan tiap 3
bulan sekali sudah
dilakukan, namun data
yang disajikan berbeda-
beda dengan hasil
laporan bulanan, 3
bulanan dan tahunan
(2014)
( + )
( + )
24
4. Lingkungan
- Fisik
- Non-Fisik
Kondisi geografis
dapat
mempengaruhi
kualitas air
1. Keadaan sosial
ekonomi
masyarakat dapat
mempengaruhi
keberhasilan
program
2. Tingkat pendidikan
dapat mem-
pengaruhi
keberhasilan
program.
3. Perilaku
masyarakat dalam
menggunakan air
bersih dapat
mempengaruhi
keberhasilan
program.
Berdasarkan
keterangan petugas:
pada penggalian/
pengeboran air yang
dihasilkan berwarna
kecoklatan atau keruh,
disebabkan karena
lokasinya yang dekat
dengan persawahan.
1. Sebagian besar
penduduk bermata
pencaharian petani
dan dari total jumlah
penduduk merupakan
masyarakat miskin,
hal tersebut dapat
mempengaruhi akses
untuk mendapatkan
sarana air bersih yang
memadai.
2. Karena sebagian besar
penduduk masih
kurang pengetahuan
tentang kualitas air
dan sarana air bersih.
3. Sebagian masyarakat
masih menggunakan
air sungai untuk
keperluan mandi,
mencuci, tempat
buang air besar, dan
( + )
( + )
( + )
( + )
25
tempat pembungan
limbah keluarga.
Tidak ada data
penggunaan air sungai
sebagai sumber air
minum.
Keterangan : Tabel Lengkap di Lampiran
26
Bab VI
Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi Program Pengawasan Air bersih di UPTD
Puskesmas Tempuran Periode Mei 2014 sampai dengan April 2015, adalah :
a. Masalah pada Keluaran
- Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-
hari yakni 57.18 % dari target 80%.
Besar masalah = 28,55 %
- Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 59.20 % dari target 80%.
Besar masalah = 26 %
⁻ Cakupan pengambilan sampel air yang tidak dilakukan
⁻ Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan
tidak dilakukan.
⁻ Cakupan sarana air bersih yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah tidak
dilakukan.
b. Masalah pada Input
- Tenaga ( Man )
Satu orang merangkap sebagai koordinator program kesehatan lingkungan,
program pengawasan makanan-minuman, dan program PAL (Practice Approach
Lung & Heart), hal ini sangat menyulitkan dalam pemeriksaan terhadap 7.984
Sarana Air Bersih yang tersebar di 7 desa, dengan area kerja seluas 35.256 Ha.
- Dana ( Money )
Dana dari APBD hanya mencukupi inspeksi beberapa sarana air bersih, tidak
cukup jika menginspeksi seluruh sarana air bersih. Tidak ada dana untuk
melakukan pemeriksaan laboratorium air bersih untuk menilai kualitas air di
⁻ Sarana (Material)
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu program pengawasan
sarana air bersih, seperti tidak adanya sanitarian kit, formulir pengiriman sampel
dan tas/kotak pengepakan botol untuk pemeriksaan kualitas air.
- Metode (Method)
Tidak dilakukannya pengambilan sampel air, pemeriksaan bakteriologis.
27
c. Masalah pada proses
- Pengorganisasian
Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator program
(programmer) sudah ada, namun kurang koordinasi. Kurangnya koordinasi lintas
program antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes,
pusling dan bidan desa.
- Pelaksanaan
Sudah dilakukan pengumpulan data setiap bulannya. Namun tidak dilakukan
pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi dan tingkat risiko pencemaran air.
- Pengawasan dan pelaporan
Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil pemeriksaan ke dinas
kesehatan tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan, namun data yang disajikan
berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan dan 3 bulanan.
d. Masalah pada Lingkungan
- Fisik
Kondisi geografis
Berdasarkan keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang
dihasilkan berwarna kecoklatan atau keruh, disebabkan karena lokasinya yang
dekat dengan persawahan, pada musim kemarau air sering tidak keluar.
⁻ Non-Fisik
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan sebagian penduduk
merupakan masyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk
mendapatkan sarana air bersih yang memadai
Karena sebagian besar penduduk pengetahuan tentang kualitas air dan sarana
air bersih masih kurang.
Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi,
mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan limbah keluarga.
Tidak terdapat data penggunaan air sungai sebagai sumber air minum.
28
Bab VII
Prioritas Masalah
Masalah menurut keluaran
A. Cakupan jumlah rumah yang memakai sarana air bersih 57.16 % dari target 80%.
Besar masalah 28.55 %
B. Cakupan inspeksi sarana air bersih 59.20 % dari target 80%. Besar masalah 26 %
C. Cakupan pengambilan sampel air yang tidak dilakukan.
D. Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan yang
tidak dilakukan.
E. Cakupan sarana air bersih yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah tidak
dilakukan.
No Parameter Masalah
A B C D E
1 Besarnya masalah 5 5 5 5 5
2 Berat ringannya masalah 4 5 2 2 2
3 Keuntungan sosial karena terselesainya masalah 5 5 3 3 3
4 Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah 3 3 3 3 3
5 Teknologi yang tersedia 5 3 3 3 3
Jumlah 22 21 16 16 16
Tabel 7.1: Prioritas masalah
Keterangan derajat masalah :
5 : Sangat Penting
4 : Penting
3 : Cukup Penting
2 : Kurang Penting
1 : Sangat Kurang Penting
29
Yang menjadi prioritas masalah adalah :
1. Cakupan jumlah rumah yang memakai sarana air bersih 57.16 % dari target 80%.
Besar masalah 28.55 %
2. Cakupan inspeksi sarana air bersih 59.20 % dari target 80%. Besar masalah 26 %
30
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Masalah 1 :
Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari yakni
57.18 % dan besar masalah 28.55 %
Penyebab masalah ini adalah :
Tenaga
Kurangnya tenaga yang terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas
Tempuran.
Dana
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima, dana operasionalnya masih
kurang, yakni Rp 25.000,00 per RW untuk pengawasan sarana air bersih yang
diberikan 2 kali setahun.
Pengorganisasian
Kurangnya koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator, koordinator
dengan pelaksana program dan kurangnya koordinasi lintas program antara
pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes dan bidan desa.
Pelaksanaan
Tidak dilakukan pengambilan sampel (laboratorium) dan pemeriksaan
bakteriologi.
Pengawasan dan pelaporan
Data yang dilaporkan dari hasil pencatatan berbeda-beda dengan hasil laporan
bulanan tentang pengawasan air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tempuran
Penyelesaian Masalah
Tenaga
1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas.
2. Penyehatan tenaga kesehatan diluar Puskesmas (tenaga kontrak)
31
Dana
Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada
Puskesmas, mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas.
Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala Puskesmas) dengan
koordinator program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan
koordinasi lintas program dengan staf Puskesmas yang lain.
Pelaksanaan
Hal ini sebenarnya disebabkan keterbatasan dana operasional dan teknologi yang
mendukung. Sehingga perlu penambahan dana serta pengadaan teknologi yang
mendukung.
Pengawasan dan pelaporan
Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan data.
Masalah 2 :
Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 59.20 % dari target 80% dan besar
masalah 26%
Penyebab masalah ini adalah :
Tenaga
Tenaga yang kurang untuk melakukan inspeksi kualitas sarana air bersih. Petugas
bukan sanitarian, melainkan perawat, serta merangkap jabatan sebagai
Koordinator Program dan Pelaksana Program. Selain itu, petugas juga
menjalankan multiprogram. Ini membuat pekerjaan inspeksi sarana air bersih
kadang kurang optimal
Bahan
Tidak ada sanitary kit, formulir pengecekan air di puskesmas.
Pengorganisasian
Kurangnya koordinasi antara penanggung jawab dengan pusat, penanggung
jawab dengan koordinator, koordinator dengan pelaksana program dalam
program pengawasan SAB.
32
Penyelesaian Masalah
Tenaga
Penambahan tenaga kesehatan lingkungan yang direkrut dari bagian lain di
Puskesmas atau perekrutan tenaga yang ahli dalam bidang kesehatan lingkungan
yang berasal dari luar puskesmas
Bahan
Mengkoordinasi dengan pusat untuk bahan-bahan yang diperlukan dari dinas
kesehatan.
Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala Puskesmas) dengan
koordinator program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan
koordinasi lintas program dengan staf Puskesmas yang lain.
33
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Tempuran belum mencapai target, Kabupaten Karawang pada periode Mei
2014 sampai dengan April 2015. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi masalah,
yaitu:
a. Cakupan rumah yang memakai sarana air bersih pencapaiannya 57.18 % dari target
80% dengan besar masalah 28.55 % karena tenaga dan dana yang kurang, kurangnya
koordinasi antara penanggung jawab dan pelaksana program.
b. Cakupan inspeksi sarana air bersih pencapaiannya hanya 59.20 % dari target 80%
dengan besar masalah 26% karena tenaga yang kurang, tidak ada sanitasi kit dan
kurangnya koordinasi antara penanggung jawab dan pelaksana program.
c. Cakupan pengambilan sampel air tidak dilakukan sedangkan targetnya adalah 80 %
karena kurangnya tenaga dan dana.
d. Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan tidak
dilakukan sedangkan targetnya adalah 100 % karena kurangnya tenaga dan dana.
e. Cakupan sarana air bersih yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah tidak
dilakukan sedangkan target 95% karena kurangnya tenaga dan dana dalam
pelaksanaan kegiatan.
f. Tidak adanya pelaporan penggunaan dana dan dana operasionalnya yang masih
kurang.
g. Sarana yang kurang memadai.
h. Tidak adanya koordinasi yang baik antara programmer pengawasan SAB dengan staf
lainnya.
i. Hasil laporan yang disajikan berbeda-beda.
j. Kondisi geografis yang dekat dengan area persawahan sehingga menghasilkan air
yang kurang baik.
k. Masih banyaknya masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah serta kebiasaan
masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari.
34
Dengan prioritas masalah :
a. Cakupan inspeksi sarana air bersih pencapaiannya hanya 55.05 %. Besar masalah
26%
b. Cakupan rumah yang memakai sarana air bersih pencapaiannya 57.18 %. Besar
masalah 28.55 %
9.2 Saran
9.2.1 Saran bagi kepala Puskesmas
Memantau kegiatan pengawasan sarana air bersih.
Memotivasi petugas kesehatan lingkungan untuk memberdayakan masyarakat
dalam pengawasan sarana air bersih
Menggalakkan promkes untuk memberikan penyuluhan yang intensif kepada
masyarakat tentang pentingnya sarana air bersih.
9.2.2 Saran bagi pemegang program pengawasan sarana air bersih
Meningkatkan koordinasi dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) terutama kebiasaan mencuci tangan dengan sabun (lintas program)
Melakukan pelatihan dan memotivasi untuk memberdayakan kader masyatakan
dalam pengawasan sarana air bersih (lintas sektoral)
Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan
untuk pengawasan sarana air bersih.
Peningkatan dalam ketelitian penulisan serta kelengkapan penyajian data hasil
kegiatan.
9.2.3 Saran bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang
Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat
berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana.
Memfasilitasi pelatihan terhadap tenaga kesehatan guna menambah tenaga
pelaksana program.
Melakukan tinjauan langsung untuk melihat perkembangan mengenai pelaksaan
program kesehatan lingkungan di setiap puskesmas yang ada.
35
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan sarana air bersih pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai
tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.
36
Daftar Pustaka
1. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman
Teknis Kesehatan Lingkungan Buku II. 2004
2. WHO/UNICEF. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000
Report.Geneva. 2000
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Nasional
(SUSENAS) tahun 2004. Jakarta : Depkes RI, 2009
4. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 6 April 2015 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi.
Jakarta : Depkes RI, 2004
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit yang Ditularkan Melalui Air.
Jakarta : Depkes RI, 2007
7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja
Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006
37