51
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku 30%, lingkungan 45%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%. 1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologik, dan lingkungan sosio kultural. 2 Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana air bersih. 3 Transisi lingkungan dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan “traditional hazard” akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban keluarga, pemukiman sehat, vektor penyakit, dll. 4,5 Disamping itu, mulai muncul ”modern hazard” yang berupa pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi serta penerapan teknologi pembangunan. 4,5 Beban ganda (traditional dan 1

Evrog SAB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

evprog

Citation preview

Page 1: Evrog SAB

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu

maupun kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang

ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku 30%, lingkungan 45%,

pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara

optimal bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal

pula. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain yaitu sumber daya

alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu

kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan

masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologik, dan

lingkungan sosio kultural.2 Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program

kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui

cakupan pengawasan sarana air bersih.3

Transisi lingkungan dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan

“traditional hazard” akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban

keluarga, pemukiman sehat, vektor penyakit, dll.4,5 Disamping itu, mulai muncul ”modern

hazard” yang berupa pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi serta

penerapan teknologi pembangunan.4,5 Beban ganda (traditional dan modern hazard) ini

makin diperburuk dengan adanya berbagai krisis yang sampai saat ini belum dapat diatasi.3

Sementara itu, Indonesia juga sedang mengalami “transformasi kesehatan” yang ditandai

dengan peningkatan penyakit berbasis lingkungan, yakni penyakit yang berkaitan dengan

lingkungan fisik, penyakit-penyakit ini cenderung meningkat bila tidak diambil langkah-

langkah antisipatif. (Departemen kesehatan RI,2002).

Angka kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan (Depkes 2010) antara lain

Typhoid sebesar 1,6% dan Diare sebesar 9,0% dari total jumlah penduduk.6 Sedangkan di

Wilayah Kerja Puskesmas Loji, kejadian Diare sebesar 2,06 %, Gangguan kulit 6,70 %,

Typhoid 0,05 % dan ISPA 6,55 % pada tahun 2013. Tingginya kejadian penyakit berbasis

lingkungan, mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan

lingkungan, dimana salah satunya adalah kebutuhan akan air bersih.

1

Page 2: Evrog SAB

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari, yang digunakan

sebagai air minum atau keperluan rumah tangga dan memenuhi syarat kesehatan. Mengingat

bahwa air dapat menjadi sumber penularan berbagai penyakit, maka tujuan utama penyediaan

air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penularan penyakit melalui air.

Sarana Air Bersih (SAB) dikelola oleh dua departemen utama, yaitu Departemen

Pekerjaan Umum dan Departemen Kesehatan.7 Konstruksi dan teknis SAB menjadi tanggung

jawab Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan Departemen Kesehatan meningkatkan

kualitas manusia pemanfaat Sarana Air Bersih.

Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 menunjukkan penggunaan sumber air

untuk memenuhi keperluan rumah tangga, yaitu : air ledeng/PAM (19,5%), air ledeng eceran

(1,3%), sumur bor/pompa (22,2%), sumur gali terlindung (27,9%), sumur gali tak terlindung

(10,2%), mata air terlindung (8,4%), mata air tak terlindung (3,7%), penampungan air hujan

(1,6%), air sungai/danau/irigasi (4,9%), dan lainnya (0,4%). Dikatakan sarana air bersih

apabila sumber airnya berasal dari air ledeng/PAM, air ledeng eceran, sumur bor/pompa,

sumur gali terlindung, dan mata air terlindung. Dari data tersebut daerah perkotaan memiliki

cakupan Sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar 67,6 %.6

Data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air minum

kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan tidak berbau) di

perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (92,0%).2,3,4

Sedangkan cakupan pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Kecamatan Tempuran

pada tahun 2014 sebesar 53,79 % dengan target 80 %.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

- Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan di Indonesia,

Typhoid sebesar 1,6 % dan Diare sebesar 9,0 %

- Masih rendahnya penggunaan sarana air bersih untuk kebutuhan sehari-hari oleh

masyarakat, terutama di pedesaan sebesar 67,6 %.

- Data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air

minum kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa,

dan tidak berbau) di perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di

perdesaan (92,0%).

2

Page 3: Evrog SAB

- Masih rendahnya pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas

Tempuran sebesar 53,79 % selama tahun 2014. Pengambilan sampel air dan

pemeriksaan laboratorium dan bakteriologis masih belum dilakukan.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum :

Mengetahui masalah dan cara penyelesaian masalah dari program pengawasan sarana

air bersih agar dapat meningkatkan mutu dan jangkauan program pengawasan sarana air

bersih secara optimal di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April

2015 dengan harapan dapat menurunkan angka kematian dan angka kesakitan akibat

faktor risiko kesehatan lingkungan.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1.3.2.1 Diketahuinya cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih untuk

keperluan sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014

sampai dengan April 2015.

1.3.2.2 Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di

wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.

1.3.2.3 Diketahuinya cakupan jumlah sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang

rendah di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Januari sampai dengan

Desember2014.

1.3.2.4 Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air di wilayah kerja Puskesmas

Tempuran periode Januari sampai dengan Desember2014.

1.3.2.5 Diketahuinya cakupan jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang

memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Januari

sampai dengan Desember2014.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Evaluator :

- Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.

3

Page 4: Evrog SAB

- Menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program

pengawasan sarana air bersih di Puskesmas dalam lingkup wilayah kerjanya.

- Mengetahui berbagai kendala yang dihadapi dalam menjalankan program

Puskesmas khususnya mengenai pengawasan sarana air bersih dan merangsang

cara berfikir kritis dan ilmiah.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi :

- Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi

- Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.

- Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana ( UKRIDA ) sebagai universitas

yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi :

- Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program pengawasan sarana air

bersih disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahannya.

- Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar

keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal.

1.4.4 Bagi Masyarakat :

- Terciptanya pelayanan kesehatan lingkungan yang bermutu, khususnya bagi

masyarakat yang kekurangan air bersih.

- Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai

penyakit yang ditularkan langsung oleh air (penyakit kolera, demam tifoid,

disentri, dan diare), penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air (Penyakit kulit:

kudis, panu), dan penyakit yang ditularkan melalui vektor (penyakit malaria,

demam berdarah)di wilayah kerja Puskesmas Tempuran sehingga tidak lagi

menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tempuran.

1.5 Sasaran

Seluruh sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran periode Mei

2014 sampai dengan April 2015.

4

Page 5: Evrog SAB

Bab II

Materi dan Metode

2.1 Materi

5

Page 6: Evrog SAB

Materi yang dievaluasi terdiri dari hasil laporan kegiatan bulanan Puskesmas

mengenai program Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Tempuran, Kabupaten Karawang periode Mei 2014 sampai dengan April 2015 yang

terdiri dari :

1. Pendataan jumlah sarana air bersih yang ada.

2. Pendataan jenis sarana air bersih yang ada.

3. Pendataan jumlah rumah yang menggunakan sarana air bersih.

4. Inspeksi sarana air bersih yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tempuran

5. Pemeriksaan sarana air bersih yang diinspeksi yang memenuhi syarat / yang memiliki

tingkat risiko pencemaran tinggi.

6. Pengambilan sampel air dari sarana air bersih yang diinspeksi.

7. Pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.

8. Pencatatan dan Pelaporan

2.2 Metode

Evaluasi program ini dilakukan dengan cara mengadakan pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan

sistem, lalu dilihat apakah terdapat perbedaan antara pencapaian tiap-tiap variabel dalam

sistem pada program pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Tempuran periode Mei

2014 sampai dengan April 2015 terhadap tolok ukur yang ditetapkan sehingga dapat

ditentukan masalah yang ada dari pelaksanaan program lalu dapat dibuat usulan dan

saran sebagai pemecahan dari masalah yang ditemukan berdasarkan penyebab masalah

yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.

Bab III

Kerangka Teoritis

6

Page 7: Evrog SAB

Lingkungan

Masukan Proses Keluaran

Umpan balik

Dampak

1 2 3

5

4

6

3.1. Kerangka Teoritis

Gambar 3. 1. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja yang diterapkan pada waktu

menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Sistem terbentuk dari elemen yang saling

berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut, yaitu:

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana

(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan

(machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi

(information).

2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan

berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari

unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan

(actuating), dan pemantauan (controlling).

3. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam

sistem.

4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola sistem tapi

mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

5. Umpan balik (feedback) adalah elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan

sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan

yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.

6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

3.2. Variabel dan Tolok Ukur

7

Page 8: Evrog SAB

Merupakan nilai acuan / standart yang telah ditetapkan yang digunakan sebagai

target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem yang meliputi masukan, proses,

keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada Program Pengawasan Sarana Air Bersih

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup sehari- hari. Air

yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau keperluan rumah

tangga lainnya harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas dari kuman penyakit

dan tidak mengandung bahan beracun. Air minum memenuhi syarat kesehatan sangat

penting dalam mempertinggi derajat kesehatan masyarakat.

Jenis- jenis sarana air bersih meliputi Sumur Gali (SGL),Sumur Pompa Tangan

(SPT), Sumur Pompa Tangan Dalam (SPT- DL), Penampungan Air Hujan (PAH),

Perlindungan Mata Air (PMA), Pompa Listrik, Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM).

Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

8

Page 9: Evrog SAB

Sumber data dalam evaluasi ini berupa data primer dengan wawancara dengan pihak

terkait yaitu petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran dan data sekunder

yang diperoleh dari data kependudukan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran;

Laporan Tahunan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Puskesmas Tempuran periode

Mei 2014 sampai dengan April 2015; Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) \

tahun 2014.

4.2. Data Umum

4.2.1 Data Wilayah Geografi

1) Lokasi Puskesmas

1. Lokasi dan Batas-batas wilayah Puskesmas :

a. Lokasi : Gedung Puskesmas Tempuran terletak di Jl. Pasar

Tempuran, Kecamatan Tempuran Wetan, Kabupaten Karawang

Barat

b. Batas wilayah kerja Puskesmas Tempuran

Sebelah Utara : berbatasan dengan Puskesmas Lemahduhur

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Jawa Ciparagejaya

Sebelah Barat : berbatasan dengan Puskesmas Kertamukti

Sebelah Timur : berbatasan dengan Puskesmas Pasirukem

2. Wilayah Administrasi

Luas wilayah kerja Puskesmas Tempuran adalah 581 km2, terdiri dari 38

Dusun, 38 RW, 121 RT yang mencakup 9 desa yaitu:

Desa Sumber Jaya

Desa Tanjung Jaya

Desa Tempuran

Desa Ciparage Jaya

Desa Cikuntul

Desa Pagadungan

Desa Panca Karya

Desa Purwajaya

Desa Jayanegara

9

Page 10: Evrog SAB

4.2.2 Data Demografis: (Lampiran II)

4.2.2.1 Topografi

Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris seluas 35.256 Ha

yang semuanya terdiri dari tanah datar yang terbagi menjadi tanah sawah seluas

16.766 Ha, tanah kering 9.654 Ha dan empang atau tambak seluas 8.836 Ha.

4.2.2.2 Geologi

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran, Kabupaten Karawang berada pada

dataran rendah yang sesuai untuk pertanian dan berdekatan dengan laut.

4.2.2.3 Iklim

Sesuai dengan bentuk morfologinya, Tempuran merupakan dataran rendah dengan

temperatur udara rata-rata 32-36ºC.

4.2.2.4 Hidrografi

Tempuran mempunyai banyak aliran sungai yang mengarah ke muara dan

langsung berhubungan dengan laut Jawa.

4.2.2.5 Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tempuran tahun

2014 berdasarkan data PKP adalah 46.650 jiwa, yang terdiri dari :

Jumlah penduduk laki-laki : 24.044 orang

Jumlah penduduk perempuan : 19.471 orang

Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Tempuran adalah 9 desa dengan luas wilayah 581 km2, maka berarti rata-rata

kepadatan penduduk Kecamatan Tempuran adalah 1.48 Jiwa/ Ha.

Klasifikasi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah kerja

Puskesmas Tempuran paling banyak adalah tak tamat SD yaitu sebesar

51,87% dan paling sedikit tamat SMA yaitu 9,72%

Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani sebesar

31.26%, pedagang sebesar 21,22%, buruh sebesar 7,8%, nelayan sebesar

7,4%, dan PNS/ABRI 2,2%.

Sebagian besar penduduk beragama Islam (99,9 %).

10

Page 11: Evrog SAB

4.2.2.6 Jenis Sarana Kesehatan

Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Tempuran, antara lain:

a. Puskesmas UPTD : 1 buah

b. Puskesmas pembantu : 1 buah

c. Puskesmas keliling : 1 buah

d. Posyandu : 42 buah

e. Praktek perorangan

Dokter Umum : 2 orang

Dokter Gigi : 1 orang

Bidan : 20 orang

Perawat : 13 orang

Perawat Gigi : 1 Orang

Juru immunisasi : 0 Orang

Petugas Gizi : 1 Orang

Petugas Laboratorium : 1 Orang

Petugas Farmasi : 1 Orang

Pengemudi : 1 Orang

Petugas Kebersihan : 3 Orang

f. Fasilitas Kesehatan

Puskesmas : 1 Buah.

Pustu : 2 Buah.

Posyandu : 42 Buah.

Balai Pengobatan Swasta : 0 Buah

Bidan Praktek : 5 Orang

Dokter Praktek Swasta : 2 Orang

11

Page 12: Evrog SAB

Polindes : 2 Orang

4.3.1 Masukan

A. Tenaga (Man)

Petugas Kesehatan Lingkungan : 1 orang merangkap sebagai koordinator

program kesehatan lingkungan, program pengawasan makanan-minuman, dan

program PAL (Practice Approach Lung & Heart)

B. Dana (Money)

Sumber pembiayaan kesehatan di UPTD Puskesmas Tempuran bersumber dari :

1. APBD :

2. BOK :

C. Sarana (Material)

Medis

- Sanitarian kit : Tidak ada

Non medis

- Infocus : 1 buah

- Layar : Ada

- Leaflet : Tidak Ada

- Lembar balik : Ada

- Poster : Ada

- Checklist pemeriksaan SAB : Ada

- Formulir pengiriman sampel : Tidak ada

- Botol steril, tas/kotak pengepakan botol : ada

- Alat tulis : cukup

- Buku pedoman Kesling : Ada

- Sarana transportasi : ada

D. Metode (Method)

12

Page 13: Evrog SAB

Pendataan jumlah dan sarana air bersih

Data diambil dari data dasar pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.

Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.

Inspeksi dilakukan dengan syarat:

Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan ialah :

Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai/tanah, dibuat dari

tembok yang tidak tembus air/bahan kedap air dan kuat(tidak mudah retak/longsor)

untuk mencegah perembesan air yang telah tercemar ke dalam sumur. Kedalaman 3

m diambil karena bakteri pada umunya tidak dapat hidup lagi.

Kira-kira 1,5 m berikut ke bawah, dinding dibuat dari tembok yang tidak disemen,

tujuannya untuk mencegah runtuhnya tanah.

Diberi dinding tembok (bibir sumur), tinggi bibir sumur ± 1 meter dari lantai,

terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk mencegah agar air sekitarnya tidak

masuk ke dalam sumur, serta juga untuk keselamatan pemakai.

Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di sekeliling sumur ± l,5 m

dari tepi bibir sumur, agar air permukaan tidak masuk. Lantai sumur tidak

retak/bocor, mudah dibersihkan, dan tidak tergenang air, kemiringan 1-5%

ke arah saluran pembuanagan air limbah agar air bekas dapat dengan mudah

mengalir ke saluran air limbah.

Sebaiknya sumur diberi penutup/atap agar air hujan dan kotoran lainnya tidak

dapat masuk ke dalam sumur, dan ember yang dipakai jangan diletakkan di

bawah/lantai tetapi digantung.

Adanya sarana pembuangan air limbah. Sarana pembuangan air limbah harus

kedap air, minimal 2% ke arah pengolahan air buangan/peresapan.

Persyaratan sumur pompa sebagai berikut :

Saringan atau pipa-pipa yang berlubang berada di dalam lapisan tanah

yang mengandung air.

Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa saringan

sekurang-kurang 3 m.

Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah dan

lebarnya ± 1½ m sekeliling pompa.

13

Page 14: Evrog SAB

Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air, minimal 10 m

panjangnya.

Untuk mengambil air dapat dipergunakan pompa tangan atau pompa

listrik.

Pengambilan sampel air

Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang

disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya, untuk sumur gali sampel diambil

dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air (sebaiknya pagi hari), dan untuk

PMA sampel diambil dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air dan untuk

Pompa Listrik air diambil dari kran tempat keluarnya air setelah dibuang selama lebih

kurang 5 menit. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter,

untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk

pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril dan bisa disterilkan

dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan dikirim

ke laboratorium. Prosedur pengambilan sampel secara lengkap terdapat di lampiran

SOP pengambilan sampel.

Jumlah sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan

Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, kemudian ditetapkan standar

kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416

tahun 1990.

Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang tinggi.

Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi AT (amat tinggi), T (tinggi), S

(sedang), R (rendah). Cara pemeriksaan lengkap terdapat di lampiran formulir

inspeksi sanitasi.

Pencatatan dan Pelaporan

- Pencatatan

Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format

pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang diperlukan)

seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk peta, grafik atau tabel

dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskemas (SP2TP).

- Pelaporan

Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu

Puskemas (SP2TP) dan diberikan secara periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).

14

Page 15: Evrog SAB

4.3.2. Proses

4.3.2.1 Perencanaan, ada perencanaan tertulis mengenai:

1. Pendataan jumlah sarana air bersih

Terdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah

pengguna.

2. Pemeriksaan sarana air bersih

Pemeriksaan dilakukan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh

petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 10.00 WIB.

3. Pengambilan sampel air

Terdapat pengambilan sampel air sesuai dengan jenis sarana air bersih, hal pertama

yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/termos/botol steril,

tempat penyimpanan botol/kotak/termos, alat tulis dan formulir pengiriman sampel.

Kemudian, menentukan titik pengambilan sampel.

4. Pemeriksaan bakteriologis

Terdapat pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel air yang dilakukan di

laboratorium yang telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis

sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990. Sedangkan persyaratan kualitas air minum

sesuai dengan Permenkes no 492 tahun 2010.

5. Pemeriksaan risiko pencemaran

Terdapat pemeriksaan sarana air bersih terhadap kemungkinan adanya pencemaran.

6. Pencatatan dan pelaporan :

Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada

pukul 08.00-10.00 WIB).

Pelaporan : akan dilakukan pada awal bulan (setiap tanggal 5)

4.3.2.2 Pengorganisasian

Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggungjawab program,

melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian

programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program.

Pengorganisasian Program Pengawasan Sarana Air Bersih

di UPTD Puskesmas Tempuran

15Kepala PKM

Surisno, SKM

Page 16: Evrog SAB

Bagan 2. Struktur organisasi bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran

4.3.2.3 Pelaksanaan

1. Pendataan jumlah sarana air bersih

Dilakukan pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah

pengguna.

2. Pemeriksaan sarana air bersih

Dilakukan pemeriksaan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh

petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 10.00 WIB.

3. Pengambilan sampel air

Tidak dilakukan pengambilan sampel air.

4. Pemeriksaan bakteriologis

Tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis.

5. Pemeriksaan risiko pencemaran

Dilakukan pemeriksaan fisik terhadap adanya risiko pencemaran sesuai dengan

formulir inspeksi sanitasi.

6. Pencatatan dan pelaporan :

- Pencatatan: Dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul

08.00-10.00 WIB).

- Pelaporan: Dilakukan setiap awal bulan.

4.3.2.4 Pengawasan

Adanya pencatatan kegiatan pengawasan berkala tentang kualitas sarana dan air bersih

setiap satu bulan dan satu tahun. Kemudian dilaporkan ke tingkat Kabupaten minimal 3

16

Ka. Tata Usaha

Engkur

Koordinator & Pelaksana Program

Amirin, AMK

Page 17: Evrog SAB

bulan sekali dan jika terjadi kejadian luar biasa yang timbul akibat penurunan kualitas

air.

4.3.3 Keluaran

1. Cakupan jumlah rumah yang menggunakan sarana air bersih

Jumlah rumah di lokasi yangmengunakan air dari sarana air bersih-------------------------------------------------- x 100%

Jumlah rumah di lokasi

13.307Cakupan : ---------------------- X 100 % = 57.16 %

23.278Target :80% dalam setahun (Berdasarkan Target Puskesmas Tempuran)

Metode : Pencatatan rumah yang menggunakan SAB setiap bulan dibalai desa wilayah

kerja Puskesmas Tempuran, Kabupaten Karawang periode 2014

2. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB)

Jumlah SAB yang diinspeksi ---------------------------------- x100% Jumlah SAB yang ada

7.226Cakupan :------------------ X 100 % = 59.20%

12.205

Target :80% dalam setahun (Berdasarkan Target Puskesmas Tempuran)

Metode : Mendatangi rumah penduduk yang menggunakan SAB di wilayah kerja

Puskesmas Tempuran, Kabupaten Karawang periode 2014, dan memberikan

Formulir Inspeksi Sanitasi untuk diiisi oleh kepala keluarga (perwakilan).

3. Cakupan pengambilan sampel air

Jumlah SAB yang diambil Sampelnya---------------------------------------------- x 100%Jumlah SAB yang ada

17

Page 18: Evrog SAB

Cakupan : tidak dilakukan (0%)

Target : 80 %

4. Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat

kesehatan

Jumlah sampel air SAB yang memenuhi syarat bakteriologis---------------------------------------------------------------------------- x 100%Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis

Cakupan : tidak dilakukan (0%)

Target kualitas air bersih bebas bakteri patogen 100 %

5. Cakupan Perlindungan SAB yang mempunyai risiko pencemaran air

Jumlah SAB yang mempunyai risiko dan pencemaran tinggi & amat tinggi.---------------------------------------------------- x 100%Jumlah SAB sejenis yang diinspeksi

Cakupan : tidak dilakukan (0%)

Target : 95 %

6. Catatan dan pelaporan (kurang lengkap)

Laporan yang disajikan merupakan laporan absolut cakupan air bersih,

hasil inspeksi sarana air bersih dan laporan perlindungan sarana air

bersih yang mempunyai risiko pencemaran air yang rendah.

Tidak ada data mengenai perlindungan sarana air bersih yang

mempunyai risiko pencemaran tinggi dan amat tinggi

Tidak ada data mengenai pengambilan sampel air.

Tidak ada data mengenai jumlah sarana air bersih dengan kualitas

bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan.

4.3.4 Lingkungan

1. Fisik

Lokasi :

18

Page 19: Evrog SAB

Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada

(sepeda motor pribadi) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda

motor.

Iklim :

Sesuai dengan bentuk morfologinya, Tempuran merupakan dataran rendah

dengan temperatur udara rata-rata 32-36 ºC.

Kondisi Geografis :

Kondisi geografi dapat mempengaruhi program sarana air bersih.

Berdasarkan keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang

dihasilkan berwarna kecoklatan atau keruh, disebabkan karena lokasinya yang

dekat dengan persawahan.

2. Non fisik

Keadaan sosial ekonomi masyarakat.

Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani

sebesar 60.00% (31.541 orang) dan selebihnya adalah pedagang dan

buruh.

Tingkat Pendidikan.

Klasifikasi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tempuran paling banyak

adalah tamat SLTA yaitu sebesar 42,93% (4021 orang) dan paling sedikit

tamat Perguruan Tinggi yaitu 5,46% (512 orang).

Perilaku masyarakat.

Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi,

mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembuangan limbah keluarga.

Tidak terdapat data penggunaan air sungai sebagai sumber air minum.

4.3.5 Umpan Balik

1. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang

membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.

2. Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang

ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program

pengawasan sarana air bersih selanjutnya.

19

Page 20: Evrog SAB

4.3.6 Dampak

1. Dampak langsung seperti menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan,

seperti, Penyakit kulit, Diare, Typhoid, belum dapat dinilai.

2. Dampak tidak langsung yaitu masalah penyediaan dan pengawasan air bersih

tidak lagi menjadi permasalahan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat

belum dapat dinilai.

20

Page 21: Evrog SAB

Bab V

Pembahasan

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1 Keluaran :

- Cakupan Jumlah

rumah yang

menggunakan air dari

sarana air bersih

- Hasil inspeksi sarana

air bersih (SAB)

- Cakupan

pengambilan sampel

air

- Cakupan SAB dengan

kualitas bakteriologis

yang memenuhi

syarat kesehatan

- Perlindungan SAB

dari risiko

pencemaran

Target 1 Tahun

80 %

80 %

80 %

100 %

95 %

57.16 %

53,79 %

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

(+)28.55 %

( + )26,21 %

( + )

( + )

( + )

21

Page 22: Evrog SAB

2 Masukan :

- Tenaga (Man)

- Dana (Money)

⁻ Sarana (Material)

Tersedianya minimal 2

orang sebagai

koordinator dan

pelaksana program

pengawasan sarana air

bersih yang terampil di

bidangnya.

Tersedianya dana yang

cukup berasal dari

APBD dan BOK untuk

petugas, sebesar Rp

30.000,00 tiap RW.

- Formulir inspeksi

sanitasi air bersih

- Botol steril,

tas/kotak

pengepakan botol

- Formulir pengiriman

sampel

- Formulir hasil

pemeriksaan sample

- Alat tulis, sarana

transportasi

1 orang tenaga kesling

yang merangkap sebagai

koordinator dan

pelaksana pengawasan

sarana air bersih yang

terampil di bidangnya.

Tidak ada laporan

penggunaan, kurangnya

dana operasional

kegiatan.

Medis- Sanitarian kit :

Tidak ada Non medis- Infocus :

Ada. 1 buah- Layar :

Ada- Leaflet :

Ada- Lembar balik :

Ada- Poster :

Ada- Checklist

pemeriksaan SAB : Ada

- Formulir pengiriman sampel : Tidak ada

- Botol steril, tas/kotak pengepakan botol : Tidak ada

- Alat tulis : cukup

( + )

( + )

( + )

( - )

( - )

( - )

( - )

( - )

( - )

( + )

( + )

( - )

( - )

22

Page 23: Evrog SAB

- Metode (Method) 1. Dilakukan

pendataan SAB

2. Dilakukan

pemeriksaan SAB

3. Dilakukan

pengambilan

sampel air

4. Dilakukan

pemeriksaan

bakteriologis air

5. Dilakukan

pemeriksaan risiko

pencemaran air

- Buku pedoman Kesling : Ada

- Sarana transportasi: cukup

Pendataan jumlah dan

jenis SAB

Metode pemeriksaan

kualitas air bersih

dilakukan berdasarkan

kriteria fisik saja,

tidak berbau, tidak

berwarna, dan tidak

berasa

Tidak dilakukan

pengambilan sampel,

pemeriksaan

bakteriologis.

( - )

( + )

( + )

( + )

( + )

3. Proses

⁻ Pengorganisasian Dibentuk struktur

organisasi, kepala

puskesmas sebagai

penanggungjawab

program, melimpahkan

kekuasaan kepada

Koordinator program

(programmer),

kemudian melakukan

koordinasi dengan

pelaksana program.

Bentuk Struktur

Organisasi

Ka Puskesmas

(Surisno, S.KM)

Koordinator Kesehatan

Lingkungan

(Amirin, AMK)

- struktur organisasi

sudah jelas,

( + )

23

Page 24: Evrog SAB

namun koordinasi

belum maksimal.

- Pelaksanaan

- Pengawasan

Sesuai dengan rencana

dan metode yang telah

ditetapkan,

dilaksanakan secara

berkala : pengumpulan

data 1 x setahun dan

pengawasan kualitas air

bersih 2 x setahun.

Dilakukan pengambilan

sampel sesuai dengan

jenis sarana air bersih,

kemudian dilakukan

pemeriksaan

laboratorium untuk

menilai kandungan

bakteriologi/kimia dan

serta dilakukan

pemeriksaan risiko

pencemaran air.

Adanya pencatatan tiap

bulan/tahunan dan

pelaporan secara

berkala tentang kegiatan

pengawasan kualitas air

ke tingkat Kabupaten

minimal 3 bulan sekali

dan apabila terjadi

kejadian luar biasa

karena penurunan

kualitas air.

Tidak dilakukan

pengambilan sampel,

pemeriksaan

bakteriologi.

Pencatatan tiap bulan dan

tiap tahun dan laporan

hasil pemeriksaan ke

dinas kesehatan tiap 3

bulan sekali sudah

dilakukan, namun data

yang disajikan berbeda-

beda dengan hasil

laporan bulanan, 3

bulanan dan tahunan

(2014)

( + )

( + )

24

Page 25: Evrog SAB

4. Lingkungan

- Fisik

- Non-Fisik

Kondisi geografis

dapat

mempengaruhi

kualitas air

1. Keadaan sosial

ekonomi

masyarakat dapat

mempengaruhi

keberhasilan

program

2. Tingkat pendidikan

dapat mem-

pengaruhi

keberhasilan

program.

3. Perilaku

masyarakat dalam

menggunakan air

bersih dapat

mempengaruhi

keberhasilan

program.

Berdasarkan

keterangan petugas:

pada penggalian/

pengeboran air yang

dihasilkan berwarna

kecoklatan atau keruh,

disebabkan karena

lokasinya yang dekat

dengan persawahan.

1. Sebagian besar

penduduk bermata

pencaharian petani

dan dari total jumlah

penduduk merupakan

masyarakat miskin,

hal tersebut dapat

mempengaruhi akses

untuk mendapatkan

sarana air bersih yang

memadai.

2. Karena sebagian besar

penduduk masih

kurang pengetahuan

tentang kualitas air

dan sarana air bersih.

3. Sebagian masyarakat

masih menggunakan

air sungai untuk

keperluan mandi,

mencuci, tempat

buang air besar, dan

( + )

( + )

( + )

( + )

25

Page 26: Evrog SAB

tempat pembungan

limbah keluarga.

Tidak ada data

penggunaan air sungai

sebagai sumber air

minum.

Keterangan : Tabel Lengkap di Lampiran

26

Page 27: Evrog SAB

Bab VI

Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi Program Pengawasan Air bersih di UPTD

Puskesmas Tempuran Periode Mei 2014 sampai dengan April 2015, adalah :

a. Masalah pada Keluaran

- Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-

hari yakni 57.18 % dari target 80%.

Besar masalah = 28,55 %

- Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 59.20 % dari target 80%.

Besar masalah = 26 %

⁻ Cakupan pengambilan sampel air yang tidak dilakukan

⁻ Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan

tidak dilakukan.

⁻ Cakupan sarana air bersih yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah tidak

dilakukan.

b. Masalah pada Input

- Tenaga ( Man )

Satu orang merangkap sebagai koordinator program kesehatan lingkungan,

program pengawasan makanan-minuman, dan program PAL (Practice Approach

Lung & Heart), hal ini sangat menyulitkan dalam pemeriksaan terhadap 7.984

Sarana Air Bersih yang tersebar di 7 desa, dengan area kerja seluas 35.256 Ha.

- Dana ( Money )

Dana dari APBD hanya mencukupi inspeksi beberapa sarana air bersih, tidak

cukup jika menginspeksi seluruh sarana air bersih. Tidak ada dana untuk

melakukan pemeriksaan laboratorium air bersih untuk menilai kualitas air di

⁻ Sarana (Material)

Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu program pengawasan

sarana air bersih, seperti tidak adanya sanitarian kit, formulir pengiriman sampel

dan tas/kotak pengepakan botol untuk pemeriksaan kualitas air.

- Metode (Method)

Tidak dilakukannya pengambilan sampel air, pemeriksaan bakteriologis.

27

Page 28: Evrog SAB

c. Masalah pada proses

- Pengorganisasian

Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator program

(programmer) sudah ada, namun kurang koordinasi. Kurangnya koordinasi lintas

program antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes,

pusling dan bidan desa.

- Pelaksanaan

Sudah dilakukan pengumpulan data setiap bulannya. Namun tidak dilakukan

pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi dan tingkat risiko pencemaran air.

- Pengawasan dan pelaporan

Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil pemeriksaan ke dinas

kesehatan tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan, namun data yang disajikan

berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan dan 3 bulanan.

d. Masalah pada Lingkungan

- Fisik

Kondisi geografis

Berdasarkan keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang

dihasilkan berwarna kecoklatan atau keruh, disebabkan karena lokasinya yang

dekat dengan persawahan, pada musim kemarau air sering tidak keluar.

⁻ Non-Fisik

Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan sebagian penduduk

merupakan masyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk

mendapatkan sarana air bersih yang memadai

Karena sebagian besar penduduk pengetahuan tentang kualitas air dan sarana

air bersih masih kurang.

Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi,

mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan limbah keluarga.

Tidak terdapat data penggunaan air sungai sebagai sumber air minum.

28

Page 29: Evrog SAB

Bab VII

Prioritas Masalah

Masalah menurut keluaran

A. Cakupan jumlah rumah yang memakai sarana air bersih 57.16 % dari target 80%.

Besar masalah 28.55 %

B. Cakupan inspeksi sarana air bersih 59.20 % dari target 80%. Besar masalah 26 %

C. Cakupan pengambilan sampel air yang tidak dilakukan.

D. Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan yang

tidak dilakukan.

E. Cakupan sarana air bersih yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah tidak

dilakukan.

No Parameter Masalah

A B C D E

1 Besarnya masalah 5 5 5 5 5

2 Berat ringannya masalah 4 5 2 2 2

3 Keuntungan sosial karena terselesainya masalah 5 5 3 3 3

4 Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah 3 3 3 3 3

5 Teknologi yang tersedia 5 3 3 3 3

Jumlah 22 21 16 16 16

Tabel 7.1: Prioritas masalah

Keterangan derajat masalah :

5 : Sangat Penting

4 : Penting

3 : Cukup Penting

2 : Kurang Penting

1 : Sangat Kurang Penting

29

Page 30: Evrog SAB

Yang menjadi prioritas masalah adalah :

1. Cakupan jumlah rumah yang memakai sarana air bersih 57.16 % dari target 80%.

Besar masalah 28.55 %

2. Cakupan inspeksi sarana air bersih 59.20 % dari target 80%. Besar masalah 26 %

30

Page 31: Evrog SAB

Bab VIII

Penyelesaian Masalah

Masalah 1 :

Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari yakni

57.18 % dan besar masalah 28.55 %

Penyebab masalah ini adalah :

Tenaga

Kurangnya tenaga yang terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas

Tempuran.

Dana

Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima, dana operasionalnya masih

kurang, yakni Rp 25.000,00 per RW untuk pengawasan sarana air bersih yang

diberikan 2 kali setahun.

Pengorganisasian

Kurangnya koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator, koordinator

dengan pelaksana program dan kurangnya koordinasi lintas program antara

pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes dan bidan desa.

Pelaksanaan

Tidak dilakukan pengambilan sampel (laboratorium) dan pemeriksaan

bakteriologi.

Pengawasan dan pelaporan

Data yang dilaporkan dari hasil pencatatan berbeda-beda dengan hasil laporan

bulanan tentang pengawasan air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Tempuran

Penyelesaian Masalah

Tenaga

1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas.

2. Penyehatan tenaga kesehatan diluar Puskesmas (tenaga kontrak)

31

Page 32: Evrog SAB

Dana

Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada

Puskesmas, mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas.

Pengorganisasian

Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala Puskesmas) dengan

koordinator program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan

koordinasi lintas program dengan staf Puskesmas yang lain.

Pelaksanaan

Hal ini sebenarnya disebabkan keterbatasan dana operasional dan teknologi yang

mendukung. Sehingga perlu penambahan dana serta pengadaan teknologi yang

mendukung.

Pengawasan dan pelaporan

Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan data.

Masalah 2 :

Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 59.20 % dari target 80% dan besar

masalah 26%

Penyebab masalah ini adalah :

Tenaga

Tenaga yang kurang untuk melakukan inspeksi kualitas sarana air bersih. Petugas

bukan sanitarian, melainkan perawat, serta merangkap jabatan sebagai

Koordinator Program dan Pelaksana Program. Selain itu, petugas juga

menjalankan multiprogram. Ini membuat pekerjaan inspeksi sarana air bersih

kadang kurang optimal

Bahan

Tidak ada sanitary kit, formulir pengecekan air di puskesmas.

Pengorganisasian

Kurangnya koordinasi antara penanggung jawab dengan pusat, penanggung

jawab dengan koordinator, koordinator dengan pelaksana program dalam

program pengawasan SAB.

32

Page 33: Evrog SAB

Penyelesaian Masalah

Tenaga

Penambahan tenaga kesehatan lingkungan yang direkrut dari bagian lain di

Puskesmas atau perekrutan tenaga yang ahli dalam bidang kesehatan lingkungan

yang berasal dari luar puskesmas

Bahan

Mengkoordinasi dengan pusat untuk bahan-bahan yang diperlukan dari dinas

kesehatan.

Pengorganisasian

Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala Puskesmas) dengan

koordinator program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan

koordinasi lintas program dengan staf Puskesmas yang lain.

33

Page 34: Evrog SAB

Bab IX

Kesimpulan dan Saran

9.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem

dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Tempuran belum mencapai target, Kabupaten Karawang pada periode Mei

2014 sampai dengan April 2015. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi masalah,

yaitu:

a. Cakupan rumah yang memakai sarana air bersih pencapaiannya 57.18 % dari target

80% dengan besar masalah 28.55 % karena tenaga dan dana yang kurang, kurangnya

koordinasi antara penanggung jawab dan pelaksana program.

b. Cakupan inspeksi sarana air bersih pencapaiannya hanya 59.20 % dari target 80%

dengan besar masalah 26% karena tenaga yang kurang, tidak ada sanitasi kit dan

kurangnya koordinasi antara penanggung jawab dan pelaksana program.

c. Cakupan pengambilan sampel air tidak dilakukan sedangkan targetnya adalah 80 %

karena kurangnya tenaga dan dana.

d. Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan tidak

dilakukan sedangkan targetnya adalah 100 % karena kurangnya tenaga dan dana.

e. Cakupan sarana air bersih yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah tidak

dilakukan sedangkan target 95% karena kurangnya tenaga dan dana dalam

pelaksanaan kegiatan.

f. Tidak adanya pelaporan penggunaan dana dan dana operasionalnya yang masih

kurang.

g. Sarana yang kurang memadai.

h. Tidak adanya koordinasi yang baik antara programmer pengawasan SAB dengan staf

lainnya.

i. Hasil laporan yang disajikan berbeda-beda.

j. Kondisi geografis yang dekat dengan area persawahan sehingga menghasilkan air

yang kurang baik.

k. Masih banyaknya masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah serta kebiasaan

masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari.

34

Page 35: Evrog SAB

Dengan prioritas masalah :

a. Cakupan inspeksi sarana air bersih pencapaiannya hanya 55.05 %. Besar masalah

26%

b. Cakupan rumah yang memakai sarana air bersih pencapaiannya 57.18 %. Besar

masalah 28.55 %

9.2 Saran

9.2.1 Saran bagi kepala Puskesmas

Memantau kegiatan pengawasan sarana air bersih.

Memotivasi petugas kesehatan lingkungan untuk memberdayakan masyarakat

dalam pengawasan sarana air bersih

Menggalakkan promkes untuk memberikan penyuluhan yang intensif kepada

masyarakat tentang pentingnya sarana air bersih.

9.2.2 Saran bagi pemegang program pengawasan sarana air bersih

Meningkatkan koordinasi dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) terutama kebiasaan mencuci tangan dengan sabun (lintas program)

Melakukan pelatihan dan memotivasi untuk memberdayakan kader masyatakan

dalam pengawasan sarana air bersih (lintas sektoral)

Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan

untuk pengawasan sarana air bersih.

Peningkatan dalam ketelitian penulisan serta kelengkapan penyajian data hasil

kegiatan.

9.2.3 Saran bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang

Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat

berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana.

Memfasilitasi pelatihan terhadap tenaga kesehatan guna menambah tenaga

pelaksana program.

Melakukan tinjauan langsung untuk melihat perkembangan mengenai pelaksaan

program kesehatan lingkungan di setiap puskesmas yang ada.

35

Page 36: Evrog SAB

Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program

pengawasan sarana air bersih pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai

tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.

36

Page 37: Evrog SAB

Daftar Pustaka

1. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman

Teknis Kesehatan Lingkungan Buku II. 2004

2. WHO/UNICEF. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000

Report.Geneva. 2000

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Nasional

(SUSENAS) tahun 2004. Jakarta : Depkes RI, 2009

4. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 6 April 2015 dari:

http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi.

Jakarta : Depkes RI, 2004

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit yang Ditularkan Melalui Air.

Jakarta : Depkes RI, 2007

7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja

Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006

37