51
SAB TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRESCHOOL OLEH : KELOMPOK 2 ALVIAN DHANI P AMELIA DWI W ANDITA MAHASURYA ANI SUSANTI BEYDHITA AYU NUGROHO BAGAS NOLENDRA ABRIYANTO NURUL WINDA NOVITA AYU NI PUTU NIA

Sab Prescool

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SAtuan Acara Bermain

Citation preview

Page 1: Sab Prescool

SAB

TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRESCHOOL

OLEH : KELOMPOK 2

ALVIAN DHANI P

AMELIA DWI W

ANDITA MAHASURYA

ANI SUSANTI

BEYDHITA AYU

NUGROHO BAGAS

NOLENDRA ABRIYANTO

NURUL WINDA

NOVITA AYU

NI PUTU NIA

POLITEKNIK KESEHATAN RUMAH SAKIT dr. SOEPRAOEN MALANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATA 2014

Page 2: Sab Prescool

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anak adalah individu yang dilihat tumbuh dengan kepolosan pribadi,

kesederhanaan pikiran dan proses belajar mereka dalam menangkap realitas

sosial yang tidak dapat dipaksakan. Anak dan bermain merupakan dua dunia

yang hampir tidak dapat dipisahkan. Usia Prasekolah adalah usia antara 4-6

tahun, dimana seorang anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan

sendiri, rentang perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri,

dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai

berbagi, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab,

mencoba untuk hidup berdasarkan aturan, bersikap lebih baik, dalam

permainan sudah mencoba mengikuti aturan, belajar menentukan arah

perkembangan dirinya, suatu fase yang mendasari bagaimana derajat

kesehatan, perkembangan emosional, derajat pendidikan, kepercayaan diri,

kemampuan bersosialisasi, serta kemampuan diri seorang anak di masa

mendatang.

Perilaku seorang anak sangat dipengaruhi oleh pembawaan anak sejak

lahir dan begitu bervariasinya faktor lingkungan. Pada masa toddler, faktor

lingkungan yang paling penting adalah bagaimana perilaku orang tua

sebagai individu yang keberadaanya paling dekat dengan sang anak dan

sebagai orang pertama yang mengenalkan sistem pendidikan sederhana dan

informal kepada seorang anak. Semua orang tua menginginkan anaknya

mempunyai perilaku yang baik.

Bermain merupakan kebutuhan dasar anak. Bermain merupakan

kegiatan gerak dari anak baik pasif maupun aktif untuk menyalurkan

Page 3: Sab Prescool

kreasinya dan menghilangkan konflik dari dalam diri anak yang disardari

atau pun yang tidak disadari. Selain sebagai cara penghilang konflik bagi

anak, bermain juga merupakan terapi dalam proses keperawatan. Melalui

proses bermain, tanpa disadari semua aspek perkembangan anak bisa

tumbuh dengan optimal sehingga bisa menjadi anak yang cerdas.

Aspek perkembangan anak dapat ditimbulkan secara optimal dan

maksimal melalui proses kegiatan bermain. Mengajak bermain di usia

dini/prasekolah dapat membantu perkembangan mental dan kecerdasan

anak. Dalam sub pokok bahasan yang kita angkat pada terapi bermain ini

adalah bermain ular tangga dengan sasaran anak usia prasekolah, dimana

dengan bermain ular tangga dapat melatih kreatifitas dan kesabaran anak.

2. Tujuan

a. Tujuan umum

Untuk mengetaui karakteristik dan gambaran perilaku bermain pada

anak prasekolah 4-6 tahun

b. Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik anak prasekolah

2. Mengetahui sikap anak prasekolah dalam bermain

3. Mengetahui pengaruh bermain dalam perkembangan pada anak

prasekolah

4. Mengetahui jenis permainan pada anak prasekolah

5. Mengetahi faktor yang mempengaruhi permainan anak

3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik anak prasekolah?

2. Bagaimana sikap anak prasekolah dalam bermain?

3. Apa pengaruh bermain dalam perkembangan pada anak prasekolah?

Page 4: Sab Prescool

4. Jenis permainan apa saja yang dapat digunakan anak prasekolah?

5. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi permainan anak?

4. Metode

Metode terapi bermain yang digunakan adalah individu di dalam

kelompok, dimana sejumlah anak prasekolah dikumpulkan dalam satu

permainan ular tangga terdiri dari 2-3 orang. Namun di dalam permainan ini

seorang anak diharapkan bermain secara individu dalam bentuk perlombaan.

Tujuannya: seorang anak dapat berperan individu dalam sebuah permainan

dan beradaptasi dengan sterss yang dialami dan lingkungan. Selain itu

diharapkan pada anak dapat mengasah daya kreatifitas kesabaran antara

sesama melalui permainan mewarnai gambar.

Page 5: Sab Prescool

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pertumbuh dan Perkembang

1. Pengertian

a. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran tubuh, yaitu tinggi dan

berat badan

b. Perkembangan adalah peningkatan kapasitas untuk berfungsi pada

tingkat yang lebih tinggi

2. Tahapan Usia

a. Tahap prenatal, yaitu dimulai dari konsepsi sampai lahir

b. Tahap masa bayi, yaitu dimulai dari lahir sampai usia 12 bulan

Neonates, yaitu bayi berusia 0 sampai 28 hari

Masa bayi, yaitu bayi berumur 29 hari sampai 12 bulan

c. Tahap masa kanak-kanak awal, yaitu usia 1 sampai 6 tahun

Masa toddler, yaitu usia 1 sampai 3 tahun

Usia prasekolah, yaitu usia 3 sampai 6 tahun

d. Tahap masa kanak-kanak pertengahan, yaitu anak usia 6 sampai

12 tahun

c. Tahap masa remaja, yaitu anak usia 12 sampai 18 tahun

3. Pola (kecenderungan) Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Merupakan pola yang pasti dan dapat diperkirakan

b. Pola arah perkembangan meliputi:

Page 6: Sab Prescool

(1)Perkembangan sefalokaudal (kepala-ke-kaki) terjadi sepanjang

garis tubuh. Pengendalian kepala, mulut, dan gerakan mata

mendahului kendali terhadap bagian atas tubuh, torso, dan kaki

(2)Perkembangan proksimadistal (garis tengah-ke-perifer)

berkembang dari bagian pusat tubuh sampai ke ekstremitas. Anak

mengembangkan gerakan lengan sebelum kemampuan jari-jari

motorik halus. Perkembangan terjadi secara simetris, dengan tiap

sisi berkembang kea rah yang sama pada saat bersamaan

(3)Perkembangan umum-ke-khusus (diferensiasi) terjadi saat anak

dapat menguasai gerakan sederhana sebelum gerakan yang rumit

c. Pola sequential melibatkan tahap pertumbuhan dan perkembangan

yang berurutan, dan setiap anak normal akan melewatinya. Pola ini

telah teridentifikasi untuk keterampilan motorik, seperti lokomotor

misalnya anak mulai merangkak sebelum berjalan, dan untuk perilaku,

seperti keterampilan bahasa dan social misalnya pada awalnya anak

bermain sendirian, kemudian dengan orang lain

d. Pola secular merupakan kecenderungan yang universal dalam

kecepatan dan usia kematangan. Secara umum, anak-anak matang

lebih dini dan tumbuh lebih besar daripada kerabat mereka pada

generasi sebelumnya.

4. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan

Para ahli teori beranggapan bahwa keterampilan emosional, sosial

kognitif, dan moral berkembang secara bertahap

a. Psikososial. Teori perkembangan psikososial Erik Eikson paling

sering digunakan. Pada setiap tahap, anak menghadapi krisis yang

Page 7: Sab Prescool

memerlukan integritas antara kebutuha dan ketrampilan pribadi

dengan tuntutan budaya dan sosial. Tiap tahap mempunyai dua

kemungkinan komponen, yang diskai dan tidak disukai.

b. Psikoseksual. Sigmund Freud menganggap penting naluri seksual

dalam perkembangan kepribadian. Pada setiap tahapan, bagian-bagian

tbuh dianggap sebagai sumber kekuatan psikologis yang signifikan.

c. Kognitif. Jean Piaget menyatakan ada empat tahap utama

perkembangan berpikir logis. Tiap tahap terjadi dan terbentuk dari

tahap sebelumnya sesuai kebiasaan terdahulu

e. Moral. Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg berdasarkan

perkembangan kognitif dan terdiri dari tiga tingkatan utama, masing-

masing tingkatan terdiri dari dua tahap.

5. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah (Usia 3-6

Tahun)

a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik

Anak usia prasekolah yang sehat adalah yang ramping, periang,

dan cekatan serta memiliki sikap tubuh yang baik. Pertambahan tinggi

rata-rata adalah 6,25-7,5 cm per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 4

tahun adalah 101,25 cm. Pertambahan berat badan rata-rata adalah 2,3

kg per tahun. Berat badan rata-rata anak usia 4 tahun adalah 16,8 kg.

b. Perkembangan motorik

Keterampilan motorik kasar bertambah baik. Anak usia

prasekolah dapat melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari

lebih lancer. Anak dapat mengembangkan kemampuan olahraga,

seperti meluncur dan berenang. Anak usia prasekolah dapat

Page 8: Sab Prescool

mengendarai sepeda roda tiga, menaiki tangga menggunakan kaki

bergantian, berdiri dengan satu kaki selama beberapa menit, dan

melompati sesuatu pada usia 3 tahun. Anak mampu melompat,

melompat dengan satu kaki, menangkap bola, dan menuruni tangga

dengan aki bergantian pada usia 4 tahun. Anak dapat melompat

dengan kaki bergantian, melempar dan menangkap bola, melompati

tali, dan berdiri seimbang satu kaki bergantian dengan mata tertutup

pada usia 5 tahun.

Keterampilan motorik halus menunjukkan perkembangan

utama yang ditunjukkan dengan meningkatkan kemampuan

menggambar. Anak dapat membangun menara 9 atau 10 balok,

membuat jembatan dari 3 balok, meniru bentuk lingkaran, dan

menggambar tanda silang pada usia 3 tahun. Anak dapat merekatkan

sepatu, meniru gambar bujur sangkar, menjiplak segilima, dan

menambahkan 3 bagian ke dalam gambar garis pada usia 4 tahun.

Anak dapat mengikat tali sepatu, menggunakan gunting dengan baik,

meniru gambar segilima dan segitiga, menambahkan 7 sampai

Sembilan bagian pada gambar garis, dan menulis beberapa huruf dan

angka serta nama depan pada usia 5 tahun.

c. Perkembangan psikososial

Erikson memberikan krisis yang dihadapi anak antara usia 3

dan 6 tahun disebut “inisiatif versus rasa bersalah”. Orang terdekat

anak usia prasekolah adalah keluarga. Anak normal telah menguasai

perasaan otonomi. Dengan dukungan orangtua dalam imajinasi dan

aktivitas, anak berupaya menguasai perasaan inisiatif. Anak

mengembangkan perasaan bersalah ketika orang tua membuat anak

Page 9: Sab Prescool

merasa bahwa imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat diterima.

Ansietas dan ketakutan terjadi ketika pemikiran dan aktivitas anak

tidak sesuai dengan harapan orang tua. Anak usia prasekolah adalah

pelajar yang enerjik, antusias, dan pengganggu dengan imajinasi yang

aktif. Anak menggali dunia fisik dengan semua indera dan

kekuatannya. Kesadaran moral (suara dari dalam hati yang

mengingatkan dan mengancam) mulai berkembang. Anak usia

prasekolah mulai untuk menggunakan alas an sederhana dan dapat

menoleransi penundaan kepuasan dalam periode yang lama.

Pengalaman anak selama periode usia prasekolah umumnya

lebih menakutkan dibanding dengan periode usia lainnya. Rasa takut

yang umumnya terjadi antara lain kegelapan, ditinggal sendiri

terutama pada saat menjelang tidur, binatang terutama yang besar,

hantu, mutilasi tubuh, nyeri, dan obyek serta orang-orang yang

berhubungan dengan pengalaman yang menyakitkan. Perasaan takut

anak usia prasekolah mudah muncul dan berasal tindakan dan

penilaian orang tua. Membiarkan anak tidur dengan lampu tetap

menyala dan menganjurkan bermain untuk menghalau rasa takut

dengan boneka atau mainan lain yang dapat membantu

mengembangkan kendali terhadap rasa takut. Menghadapkan anak

dengan objek yang membuatnya takut dalam lingkungan yang

terkendali, memberi anak kesempatan untuk menurunkan sensasi dan

mengurangi rasa takut

Hubungan anak dengan orang lain, selain orang tua meluas

termasuk kakek-nenek, saudara kandung, dan guru-guru di sekolah.

Anak memerlukan interaksi yang teratur dengan teman sebaya untuk

membantu mengembangkan keterampilan sosial. Tujuan utama

Page 10: Sab Prescool

program usia prasekolah adalah membantu mengembangkan

keterampilan sosial anak

Permainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif

(interaksi dan kooperatif). Anak usia prasekolah memerlukan

hubungan dengan teman sebaya. Aktifitas harus meningkatkan

pertumbuhan dan keterampilan motorik seperti melompat, berlari, dan

memanjat. Orang tua dapat menganjurkan mainan dan permainan

yang meningkatkan perkembangan motorik kasar dan halus seperti,

sepeda roda tiga, roda yang besar, peralatan senam, kolam renang

plastic, dan kotak pasir untuk meningkatkan keterampilan motorik

kasar. Balok-balok besar, permainan puzzle, pensil krayon, cat,

kerajinan tangan sederhana, dan permainan elektronik yang sesuai

usia untuk meningkatkan keterampilan motorik halus. Pakaian yang

dapat dilepas dan boneka, mainan peralatan rumah tangga, bermain

tenda, boneka tangan, serta peralatan dokter dan perawat untuk

meningkatkan permainan imitative dan imajinasi. Permainan

imitative, imajinatif dan dramatif adalah penting. Usia prasekolah

merupakan tahap khas untuk bermain dengan teman imajinatif. TV

dan bermain Video Game seharusnya hanya merupakan bagian dari

permainan anak dan orang tua harus memantau isi serta jumlah waktu

yang dihabiskan untuk kedua aktivitas ini. Anak usia prasekolah yang

aktif dan ingin tahu memerlukan pengawasan orang dewasa, terutama

di dekat air, peralatan senam, dan bahaya potensial lainnya.

d. Perkembangan Psikoseksual

Menurut tinjauan Freud, tahap fisik berlangsung dari usia 3-5

tahun. Kepuasan anak berpsat pada genitalia dan masturbasi. Anak

Page 11: Sab Prescool

mengalami apa yang oleh Freud disebut sebagai Konflik Odipus.

Fase ini ditandai dengan kecemburuan dan persaingan terhadap orang

tua sejenis dan cinta terhadap orang tua lain jenis. Tahap odipus

biasanya berakhir pada akhir periode usia prasekolah dengan

identifikasi kuat pada orang tua sejenis

Anak usia prasekolah membentuk hubungan dekat yang kuat

dengan orang tua lain jenis, tetapi mengidentifikasi orang tua sejenis.

Ketika identifikasi seksual berkembang, kesopanan mungkin menjadi

perhatian. Demikian halnya dengan ketakutan terhadap kastrasi. Anak

usia prasekolah merupakan pengawas yang cermat tetapi kemampuan

interpretasinya buruk sehingga anak dapat mengenali tetapi tidak

memahami aktifitas seksual. Sebelum menjawab pertanyaan anak

mengenai seks, orang tua harus mengklarifikasi kembali apa yang

sebenarnya ditanyakan dan difikirkan anak tentang subjek spesifik.

Orang tua harus menjawab pertanyaan anak mengenai seks dengan

sederhana dan jujur, hanya memberikan informasi yang anak

tanyakan; penjelasan dapat diberikan nanti

e. Perkembangan Kognitif

Menurut tinjauan Piaget, tahap berpikir praoperasional pada

perkembangan kognitif, dari usia 2 sampai 7 tahun, memiliki dua fase,

yaitu fase prokonseptual dan fase intuitif. Fase prakonseptual terjadi

pada anak usia 2 sampai 4 tahun. Anak membentuk konsep yang

kurang lengkap dan logis dibandingkan dengan konsep orang dewasa.

Anak membuat klasifikasi yang sederhana. Anak menghubungkan

satu kejadian dengan kejadian yang simultan (penalaran transduktif).

Anak menampilkan pemikiran egosentrik. Fase Intuitif terjadi pada

Page 12: Sab Prescool

usia 4-7 tahun. Anak menjadi mampu membuat klasifikasi,

menjumlahkan, dan menghubungkan objek-objek, tetapi tetap tidak

menyadari prinsip-prinsip di balik operasi tersebut. Anak

menunjukkan proses berpikir intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu

adalah benar, tetapi ia tidak dapat mengatakan alasannya). Anak tidak

mampu untuk melihat sudut pandang orang lain. Anak menggunakan

banyak kata yang sesuai, tetapi kurang memaknai kata sebenarnya.

Anak usia prasekolah menunjukkan cara berpikir magis dan percaya

bahwa semua pikirannya mengandung kekuatan. Mereka dapat merasa

bersalah dan bertanggung jawab terhadap pikiran-pikiran “buruk”,

yang kadang-kadang terjadi bersamaan dengan kejadian yang

diharapkan (misalnya anak mengharapkan adiknya mati dan pada saat

yang sama adiknya menjadi sakit dan dirawat di Rumah Sakit).

Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara

kalimat dengan tiga atau empat kata, dan berbicara terus menerus.

Rata-rata anak usia 4 tahun mengucapkan 1500 kata, mengatakan

cerita yang dilebih-lebihkan, dan bernyanyi lagu yang sederhana. Usia

4 tahun merupakan usia puncak untuk ertanyaan “mengapa”. Rata-rata

usia 5 tahun dapat mengucapkan 2100 kata, mengetahui empat warna

atau lebih, dan dapat menamakan hari-hari dalam satu minggu dan

bulan

f. Perkembangan Moral

Menurut tinjauan Kohlberg, anak sia prasekolah berada pada

tahap prakonvensional dalam perkembangan moral, yang terjadi

hingga usia 10 tahun. Pada tahap ini perasaan bersalah muncul, dan

penekanannya adalah pada pengendalian eksternal. Standar moral

Page 13: Sab Prescool

anak adalah apa yang ada pada orang lain, dan anak mengamati

mereka untuk menghindari hukuman atau mendapatkan penghargaan.

g. Penyakit dan Hospitalisasi

Anak prasekolah kurang dapat membedakan antara diri sendiri

dan orang lain. Mereka memiliki pemahaman bahasa yang terbatas

dan hanya dapat melihat sat aspek dari suatu objek atau situasi pada

satu waktu. Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak

berhubungan sebagai penyebab penyakit. Cara berpikir magis

menyebabkan anak usia praseekolah memandang penyakit sebagai

suatu hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah mengalami konflik

psikoseksual dan takut terhadap mtilasi, menyebabkan anak tertama

takut terhadap pengukuran suhu rectal dan kateterisasi urine.

Mekanisme pertahanan anak usia prasekolah adalah regresi.

Mereka akan bereaksi terhadap perpisahan dengan regresi dan

menolak untuk bekerja sama. Anak sia prasekolah merasa kehilangan

kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan mereka

sendiri. Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri mengarah kepada rasa

takut terhadap mutilasi dan prosedur yang menyakitkan. Keterbatasan

pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut yang khas;

sebagai contoh takut terhadap kastrasi (dicetuskan oleh enema,

pengukuran suhu rectal, dan kateter) dan takut bahwa kerusakan kulit

(missal jalur intravena dan prosedur pengambilan darah) akan

menyebabkan bagian dalam tubuhnya menjadi bocor. Anak usia

prasekolah mengiterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan

perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan kasih sayang

B. Teori Terapi Bermain

Page 14: Sab Prescool

1. Pengertian Bermain

Bermain adalah cara alamiah bagian anak mengungkapkan konflik

dalam dirinya yang tidak disadari. (Wholey and Wong, 1991). Bermain

adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk

memperoleh kesenangan. (Foster, 1989). Bermain adalah kegiatan yang

dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan

hasil akhir (Hurlock). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk

memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

2. Kategori Bermain

a. Bermain aktif: yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari

anak sendiri.

Contoh: bermain sepak bola.

b. Bermain pasif: energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu

melakukan aktivitas (hanya melihat)

Contoh: memberikan support.

3. Ciri-Ciri Bermain

a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda

b. Selalu ada timbal balik interaksi

c. Selalu dinamis

d. Ada aturan tertentu

e. Menuntut ruangan tertentu

4. Klasifikasi Bermain Menurut Isi

a. Social affective play

Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh

lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara

Page 15: Sab Prescool

memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan

dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

b. Sense of pleasure play

Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada

disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan

alat,misalnya bermain air atau pasir.

c. Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan

tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya

mengendarai sepeda.

d. Dramatika play role play

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah

atau ibu

5. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial

a. Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa

orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita

Toddler.

b. Paralel play

Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-

masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang

lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya

dilakukan oleh anak preischool.

Contoh: bermain balok

Page 16: Sab Prescool

c. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas

yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada

pembagian tugas, anak bermain sesukanya.

d. Kooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang

terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya

dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesen

6. Fungsi Bermain

Anak dapat melangsungkan perkembangannya:

a. Perkembangan sensori motorik

Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,

misalnya meraih pensil.

b. Perkembangan kognitif

Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk, kegunaan)

c. Kreatifitas

Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun

balok.

d. Perkembangan sosial

Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan

mempelajari belajar dalam kelompok.

e. Kesadaran diri (Self Awareness)

Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah

laku terhadap orang lain.

f. Perkembangan moral

Page 17: Sab Prescool

Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman

menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan

kejujuran.

g. Terapi

Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan

yang tidak enak misalnya: marah, takut, benci.

h. Komunikasi

Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat

mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain

peran.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan

b. Status kesehatan, anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif

terganggu

c. Jenis kelamin

d. Lingkungan → lokasi, negara, kultur.

e. Alat permainan → senang dapat menggunakan

f. Intelegensia dan status social ekonomi

8. Tahap Perkembangan Bermain

a. Tahap eksplorasi

Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

b. Tahap permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.

c. Tahap bermin sungguhan

Anak sudah ikut dalam perminan.

Page 18: Sab Prescool

d. Tahap melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan

berikutnya.

9. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan

a. Usia 1 bulan

Visual : Lihat dengan jarak dekat. Gantungkan benda yang

terang dan menyolok

Auditori : Bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam

Taktil : Memeluk, menggendong, memberi kesenangan

Kinetik : Mengayun, naik kereta dorong

b. Usia 2-3 bulan

Visual : Buat ruangan menjadi tenang, gambar, cermin

ditembok. Bawa bayi ke ruangan lain. Letakkan bayi agar

dapat memandang disekitar

Auditori : Bicara dengan bayi,beri mainan bunyi,ikut sertakan

dalam pertemuan keluarga.

Taktil : Memandikan, mengganti popok, menyisir rambut

dengan lembut, gosok dengan lotion/bedak

Kinetik : Jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air

c. Usia 4-6 bulan

Visual : Bermain cermin, anak nonton TV. Beri mainan dengan

warna terang

Auditori : Anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama,

remas kertas didekat telinga, pegang mainan bunyi.

Taktil : Beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur

Kinetik : Bantu tengkurap, sokong waktu duduk

Page 19: Sab Prescool

d. Usia 6-9 bulan

Visual : Mainan berwarna, bermain depan cermin, ”ciluk ….ba”.

Beri kertas untuk dirobek-robek.

Auditori : Panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan

bagian tubuh, beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk

tangan dan beri perintah sederhana.

Taktil : Meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main

air mengalir, berenang

Kinetik : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk

mengambilnya.

e. Usia 9-12 bulan

Visual : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai

tempat. bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.

Auditori : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan

suara binatang

Taktil : Beri makanan yang dapat dipegang. Kenalkan dingin,

panas dan hangat.

Kinetik : Beri mainan

Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan

Blockies warna-warni jumlah, ukuran.

Buku dengan gambar menarik

Balon, cangkir dan sendok

Boneka bayi

Mainan yang dapat didorong dan ditarik

f. Todler ( 2-3 tahun )

Page 20: Sab Prescool

Mulai berjalan, memanjat, lari, dapat memainkan sesuatu dengan

tangannya, senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu,

perhatiannya singkat, mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”,

karakteristik bermain “Paralel Play”, toddler selalu brtengkar saling

memperebutkan mainan/sesuatu, senang musik/irama

Mainan Untuk Toddler

Mainan yang dapat ditarik dan didorong

Alat masak

Malam, lilin

Boneka, Blockies, Telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang

dapat dipukul, krayon, kertas.

g. Pre-school

Cross motor and fine motors, dapat melompat, bermain dan

bersepeda. Sangat energik dan imaginative. Mulai terbentuk

perkembangan moral. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan

bermain dgn kelompok

Karakteristik bermain

Assosiative play

Dramatic play

Skill play

Laki-laki aktif bermain di luar

Perempuan didalam rumah

Mainan untuk Pre-schooL

Peralatan rumah tangga

Sepeda roda Tiga

Page 21: Sab Prescool

Papan tulis/kapur

Lilin, boneka, kertas

Drum, buku dengan kata simple, kapal terbang, mobil, truk

h. Usia Sekolah

Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin

Dapat belajar dengan aturan kelompok

Belajar Independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.

Karakteristik “Cooperative Play”

Laki-laki: Mechanical

Perrempuan: Mother Role

Mainan untuk Usia Sekolah

6-8 TAHUN Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk

melukis, mencatat, sepeda.

8-12 TAHUN Buku, mengumpulkan perangko, uang logam,

pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda,

sepatu roda.

C. Bermain dan Mainan dalam Tumbuh Kembang Anak

1. Bayi (0-1 tahun)

Bayi mengembangkan keterampilan sensorik dan motorik degan

memanipulasi mainan dan benda lain. Tujuannya adalah untuk

menstimulus perkembangan psikologis, memberi pengalihan dari rasa

bosan, nyeri, dan ketidaknyamanan, menyediakan alat untuk komunikasi

dan mengekspresikan perasaan, membantu mengembangkan

keterampilan sensorik motorik

Mainan bayi harus aman dan sesuai dengan usianya. Keamanan yang

harus diperhatikan adalah mainan tersebut tidak mempnyai bagian ujung

Page 22: Sab Prescool

yang runcing dan tidak memiliki bagian yang kecil atau dapat dilepas.

Mainan yang sesuai usia bayi cocok untuk rentan perhatian bayi yang

pendek dan mempunyai cirri warna terang untuk member stimulasi

2. Usia Prasekolah

Permainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif (interaksi

dan kooperatif). Anak usia prasekolah memerlukan hubungan dengan

teman sebaya. Aktifitas harus meningkatkan pertumbuhan dan

keterampilan motorik seperti melompat, berlari, dan memanjat. Orang tua

dapat menganjurkan mainan dan permainan yang meningkatkan

perkembangan motorik kasar dan halus seperti, sepeda roda tiga, roda

yang besar, peralatan senam, kolam renang plastic, dan kotak pasir untuk

meningkatkan keterampilan motorik kasar. Balok-balok besar, permainan

puzzle, pensil krayon, cat, kerajinan tangan sederhana, dan permainan

elektronik yang sesuai usia untuk meningkatkan keterampilan motorik

halus. Pakaian yang dapat dilepas dan boneka, mainan peralatan rumah

tangga, bermain tenda, boneka tangan, serta peralatan dokter dan perawat

untuk meningkatkan permainan imitative dan imajinasi. Permainan

imitative, imajinatif dan dramatif adalah penting. Usia prasekolah

merupakan tahap khas untuk bermain dengan teman imajinatif. TV dan

bermain Video Game seharusnya hanya merupakan bagian dari

permainan anak dan orang tua harus memantau isi serta jumlah waktu

yang dihabiskan untuk kedua aktivitas ini. Anak usia prasekolah yang

aktif dan ingin tahu memerlukan pengawasan orang dewasa, terutama di

dekat air, peralatan senam, dan bahaya potensial lainnya.

Page 23: Sab Prescool

BAB III

SAB ( Satuan Acara Bermain )

3.1 SAB TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan :Terapi bermain pada anak di RS Poltekkes dr. Soepraoen Malang

Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain anak usia preschool (4-6 tahun)

Tujuan : Mengoptimalkan tingkat perkembangan anak melalui bermain

Tempat : Ruang Anak 2A RS Poltekkes dr. Soepraoen Malang

Waktu : 45 menit (Jam . . . s/d . . )

Sasaran : 1. Klien “An . . . umur . . tahun . . .

2. Klien “An . . . umur . . tahun . . .

3. Klien “An . . . umur . . tahun . . .

Metode : Membuat berbagai bentuk dari plastisin/malam

Media : Mewarnai gambar

Pembagian Tugas Kelompok :

Leader : Amelia Dwi

CO Leader : Ani Susanti

Fasilitator : Andita Mahasurya

Nugroho Bagas

Observer : Nurul Winda

Page 24: Sab Prescool

3.2 TUJUAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUMMengoptimalkan tingkat perkembangan anak.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :1. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak2. Mengekspresikan emosi anak sehingga anak memberikan respon

kooperatif3. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan4. Mengurangi dampak hospitalisasi

I. KARAKTERISTIK BERMAINAssosiative Play

II. JENIS PERMAINANPlastisin

III. METODEMembuat berbagai bentuk dari plastisin/malam

IV.SASARAN1. Anak usia preschool (4-6 tahun) laki – laki / perempuan2. Anak setuju / bersedia3. Anak tidak terpasang infuse4. Kondisi anak stabil5. Anak sudah mampu mobilisasi secara aktif6. Anak tidak mengidap penyakit menular

V. PROSES SELEKTIF1. Merekrut anak yang berusia 4-6 tahun2. Identifikasi anak yang termasuk kriteria anggota bermain

Page 25: Sab Prescool

3. Meminta persetujuan anak dan orang tua untuk mengikuti terapi bermain4. Membuat kontrak dengan anak dan orang tua berkaitan dengan waktu

pelaksanaan terapi bermain

VI.ALAT BERMAINBuku mewarnai dan pensil warna

VII. SETTING

KETERANGAN :I : LeaderII: Co-leaderIII: Observer1 : Fasilitator A : Peserta SAB2 : Fasilitator B : Peserta SAB3 : Fasilitator C : Peserta SAB

C 3

1 2

I A

B

II

III

Page 26: Sab Prescool

VIII. ATURAN BERMAIN1. Anak di kumpulkan dalam satu lingkaran2. Masing – masing anak berespon terhadap benda / mainan yang ada di

hadapannya3. Anak mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir4. Anak meminta izin kepada terapis bila ingin meninggalkan ruang terapi

bermain5.

IX. PERILAKU YANG DIHARAPKAN DARI ANAK1. Anak dapat berinteraksi dengan baik dengan teman sebayanya2. Anak senang selama / setelah bermain3. Selama terapi bermain berlangsung, anak konsentrasi terhadap permainan

yang dilaksanakan

X. HAL- HALYANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN1. Bermain / alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat

pada keterampilan yang lebih majemuk4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak inggin bermain5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit

Page 27: Sab Prescool

XI. RENCANA PELAKSANAAN

No. Terapis Kegiatan Terapis Subjek Terapis Waktu

1 Persiapan (Pre Interaksi)a. Menyiapkan ruanganb. Menyiapkan alat – alatc. Menyiapkan anak dan keluarga

Menseting ruangMenyiapkan kertas lipat dan lain-lain‘’Anak menunggu di luar ruangan

Ruangan, alat, anak, dan keluarga siap

5 menit

2 Fase Orientasia. Leader membuka proses terapi

bermain dengan mengucapkan salam

b. Leader memperkenalkan diri dan anggota terapis yang lain

c. Leader memberikan kesempatan masing – masing anak untuk

“Assallamuallaiku.Selamat pagi adik-adik, bagaimana kabarnya hari ini,semua sehat..?”“Sebelumnya kakak perkenalkan nama kakak Melki dan ini teman-teman saya”“Karena kakak sudah

Menjawab salam dan menjawab petanyaan

Mendengarkan

Memperkenalka-n diri

15 menit

Page 28: Sab Prescool

memperkenalkan dirinya (menyebutkan nama, umur, alamat) serta menyebut nama teman yg ada disampingnya

d. Leader membuat kontrak waktu, tempat dan tujuan terapi bermain pada anak dan keluarga

e. Leader menjelaskan aturan bermain

memperkenalkan diri sekarang gentian adik-adik”Ayo adik “A,B,C” siapa nama lengkapnya,nama panggilannya siapa, umurnya berapa, alamatnya dimana.’’Disini kita akan melakukan terapi bermain selama 45 menit dan tujuannya agar adik-adik merasa senang”“Aturan mainnya adik-adik tidak boleh meninggalkan ruangan ini sebelum acara selesai”“Jika ingin keluar harus ijin dulu”“Untuk adik-adik yangi ngin buang air kecil, silahkan ke toilet dulu”

Mendengarkan

Mendengarkan

Page 29: Sab Prescool

3 a. Leader menjelaskan cara menggunakan alat permainan yang benar dan di bantu oleh co leader dan fasilitator

b. Leader memberi contoh

c. Leader meminta fasilitator membagi alat permainan kepada peserta terapi bermain

d. Terapis mendampingi setiap anak

e. Mengajak anak bermainf. Terapis memperhatikan keadaan

umum peserta terapi bermain

“Ini namanya buku mewarnai, nanti adek bisa mewarnai gambar sesuai warna yang adek suka”“Nanti jadinya akan seperti ini”“Tolong kakak-kakaknya membagi buku mewarnai ini ke adik-adiknyaTerapis mendampingi setiap anakMengajak anak bermainTerapis memperhatikan keadaan umum peserta terapi bermain“gimana sudah selesai, coba kakak lihat hasilnya”

Memperhatikan

Memperhatikan

Menerima buku mewarnai

Didampingi terapis

Anak bermainBermain bersama dengan antusias

15 menit

4 Penutup (1 menit )a. Leader mengevaluasi secara subyektif

dan obyektif dengan menanyakan perasaan masing-masing anak

Bagaimana perasaannya, senang/tidak,

Menjawab pertanyaan10 menit

Page 30: Sab Prescool

terhadap terapi bermain yang telah dilaksanakan.

b. Terapi memberikan reward atau pujian atas keberhasilan peserta terapi bermain dengan bertepuk tangan

c. Leader menyampaikan rencana tindak lanjut

d. Leader menyampaikan terimakasih dan mengucapkan salam

“Berhubung buatan adik A lebih bagus maka adik A akan diberi gambar smile”“Tepuk tangan”“Permainan ini bisa dilakukan di rumah bersama mama ya adik-adik”“Terimakasih atas partisipasinya mengikuti terapi bermain ini. Semoga bermanfaat”Sebelum di akhiri mari kita burtepuk tangan adik-adik.WassallamuallaikumSelamat pagi

Bertepuk tangan

Memperhatikan

Memperhatikan

Bertapuk tangan

Menjawab salam

XII. DESKRIPSI TUGAS

Page 31: Sab Prescool

a.Leader-Memimpin jalannya acara-Membuka pertemuan- Mengatur seting tempat- Menutup kegiatan bermain

b.Co. Leader- Membantu tugas dari leader- Menggantikan posisi leader bila diperlukan

c.Fasilitator-Sebagai pemandu jalannya acara- Sebagai tempat bertanya leader dan co. leader tentang kegiatan yang akan dilakukan-Memberipetunjuk dalam acara supaya berlangsung baik

d.Observer- Mengopservasi jalan nya acara- Memberikan penilaian(dengan memberikan tanda bintang)- Memberi saran dan kritik setelah acara selesai- Mengevaluasi dan umpan balik kepada leader dan co.leader

DAFTAR PESERTA TERAPI BERMAIN

Page 32: Sab Prescool

NO NAMA ALAMAT TTD

KESIMPULAN :

LEMBAR OBSERVASI

NO KEGIATAN ANAK 1 ANAK 2 ANAK 3 ANAK 4 ANAK 5

Page 33: Sab Prescool

1 Mampu menyebutkan nama lengkap

2 Mampu menyebutkan nama panggilan

3 Mampu menyebutkan umur

4 Mampu menyebutkan alamat

5 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

6 Bersikap baik kepada teman

7 Mampu menyebutkan nama teman

8 Kooperatif dengan terapis, teman, lingkungan

9. Dapat melakukan permainan dengan baik

Keterangan:1. Pada kolom peserta di tulis nama panggilan masing-masing peserta terapi bermain

Page 34: Sab Prescool

2. Setiap poin yang dilakukan anak, di isi dengan tanda ( √ )3. Poin yang tidak dilakukan di isi dengan ( - ) sesuaidengan kolom yang telah di sediakan

Kesimpulan :

Evaluasi :