57
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RS BETHESDA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Dian Pertiwi NIM : 148114094 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN INFEKSISALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RS BETHESDA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Dian Pertiwi

NIM : 148114094

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN INFEKSISALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RS BETHESDA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Dian Pertiwi

NIM : 148114094

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu ku jadikan pegangan hidup

Bapak, Ibu, dan kakak tercinta sebagai rasa terima kasih dan baktiku

Para sahabat tersayang dan teman teman terkasih

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

v

Bersukacitalah senantiasa.

Tetaplah berdoa.

Mengucap syukurlah dalam

segala hal,

Sebab itulah yang dikehendaki

Allah di dalam Kristus Yesus bagi

kamu

1 Tesalonika 5:16-18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

pertolongan serta karunia-Nya dan Bunda Maria yang senantiasa mendampingi

dalam setiap langkah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Infeksi Saluran

Kemih di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm) di

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan sarana dan

prasarana kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.2. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, dukungan, dan semangat selama

penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Dita Maria Virginia, S. Farm., M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang

telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK. selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini5. Orang tua tercinta Bapak Hendrikus Ruswadi dan Ibu Sri Sulastri serta

Kakak tersayang Buntoro yang senantiasa memberikan semangat dalam

doa dan tindakan serta selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. 6. Bude Hartuti, Pakde Jonet, Mas Imam, Mas Yunan, ponakan tersayang

Alle zeeo dan Nathan yang selalu memberikan semangat, menemani

penulis dan membantu dalam segala keperluan penulis selama di Jogja. 7. Teruntuk alm. simbok Sarjilah Atmo Harjono, alm. Bude Fransiska

Hartati, alm. Kakek R. Sarjiman Atmo Harjono yang semasa hidupnya

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vii

PRAKATA ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xiii

ABSTRAK ...................................................................................... xiv

ABSTRACT ...................................................................................... xv

PENDAHULUAN ............................................................................. 1

METODE PENELITIAN ................................................................... 2

Desain Penelitian ...................................................................... 2

Teknik Sampling ....................................................................... 3

Analisis Data ............................................................................. 4

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 5

Profil pasien dewasa ISK yang melakukan perawatan pada

tahun 2016 di RS Bethesda Yogyakarta ................................... 5

Profil penggunaan antibiotika pada pasien dewasa ISK di RS

Bethesda Yogyakarta ................................................................ 6

Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotika menurut

Kemenkes ................................................................................. 7

KESIMPULAN ................................................................................ 16

SARAN ............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 17

LAMPIRAN ..................................................................................... 20

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................... 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Presentase karakteristik berdasarkan usia dan jenis kelamin .... 6

Tabel II. Ketepatan Dosis pada Pasien Dewasa ISK di Instalasi Rawat

Inap RS. Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 ....................................... 10

Tabel III. Lama Pemberian Antibiotika .............................................. 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Bagan sampel penelitian pasien ISK kelompok dewasa di

instalasi rawat inap RS Bethesda Yogyakarta tahun 2016 .................... 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearence ................................................................... 20

Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian RS Bethesda Yogyakarta .............. 21

Lampiran 3. Terapi Antibiotika untuk Infeksi Saluran Kemih .................... 22

Lampiran 4. Dosis berdasarkan IONI 2014 ................................................. 23

Lampiran 5. Terapi Tunggal Antibiotika dalam penelitian .......................... 24

Lampiran 6. Terapi Kombinasi Antibiotika dalam penelitian ..................... 25

Lampiran 7. Definisi Operasional ............................................................. 26

Lampiran 8. Lembar Instrument data pasien................................................ 27

Lampiran 9. Check List Ketepatan Penggunaan Antibiotika ....................... 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

xiv

ABSTRAK

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang terjadi akibat

berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Di Indonesia,

jumlah penderita ISK adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduknya atau sekitar

180.000 kasus baru setiap tahunnya. Antibiotika merupakan golongan obat yang

banyak digunakan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri. Hampir 30-80% pasien

dirumah sakit mendapatkan terapi antibiotika dan sekitar 20-65% penggunaan

antibiotika tersebut tidak tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

profil pasien dewasa ISK, profil penggunaan antibiotika, dan evaluasi penggunaan

antibiotika pada pasien ISK kelompok dewasa di RS Bethesda pada tahun 2016.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif non eksperimental

dengan rancangan penelitian case report menggunakan data retrospektif. Data

yang diambil adalah sebanyak 207 rekam medis pasien dewasa usia 15-64th

dengan diagnosis utama ISK. Dalam penelitian ini, perempuan lebih banyak

terkena infeksi dibanding laki laki. Antibiotika yang paling banyak digunakan

adalah golongan sefalosporin yaitu seftriakson sebanyak 38 kasus (19%). Hasil

evaluasi penggunaan aantibiotika diketahui 202 kasus (98%) tepat pemilihan

antibiotika, 174 kasus (84%) tepat dosis, 137 kasus (66%) tepat interval waktu

pemberian, 135 kasus (66%) tepat lama pemberian, dan 39 (87%) kasus tepat

penilaian kondisi pasien.

Kata kunci : Infeksi saluran kemih, antibiotika, evaluasi penggunaan

antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

xv

ABSTRACT

Urinary Tract Infection (UTI) is an infection that occurs due to the

development of microorganisms in urinary tract. In Indonesia, the number of UTI

patients is 90-100 cases per 100,000 population or about 180,000 new cases each

year. Antibiotics is a class of drugs widely used to treat bacterial infections.

Nearly 30-80% of hospital patients get antibiotic therapy and about 20-65% of

these antibiotics are inappropriate. The aim of this study was to determine the

profile of antibiotic use, the profile of UTI in adult patients, and evaluation of

antibiotic use in adult patients with UTI at Bethesda Hospital in 2016.

This research is a non experimental evaluative descriptive research with

case report design using retrospective data. The data were taken as many as 207

medical records of adult patients aged 15-64 years with a major diagnosis of UTI.

In this study, women were more affected by infection than men. The most widely

used antibiotics is cephalosporin groups namely ceftriaxone as many as 38 cases

(19%). The results of the evaluation of antibiotics use were known to 202 cases

(98%) of precise selection of antibiotics, 174 cases (84%) precise doses, 137

cases (66%) of exact intervals, 135 cases (66%) exact duratiom of therapy,39

cases(87%) exact patient condition.

Keywords: Urinary tract infections, Antibiotics, Evaluation of antibiotic use

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

1

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang terjadi akibat

berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih (Fish, 2009).

Bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK.

Ketika virulensi meningkat atau pertahanan inang menurun, adanya inokulasi

bakteri dan kolonisasi, maka infeksi pada saluran kemih dapat terjadi (IAUI,

2015). Berdasarkan letaknya, ISK dibedakkan menjadi ISK bagian bawah

(cystitis) dan ISK bagian atas (pyelonephritis). Infeksi saluran kemih bagian

bawah (cystitis) adalah infeksi yang terjadi pada vesika urinari. Infeksi bagian atas

(pyelonephritis) adalah respon inflamasi yang terjadi pada parenkim ginjal dan

pielum yang disebabkan karena naiknya mikroorganisme dari saluran kemih

bawah (Purnomo, 2008).

ISK merupakan infeksi yang paling sering ditemui pada pasien dewasa dan

hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya (Rajabnia et al, 2012). Di

Indonesia, jumlah penderita ISK adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduknya

atau sekitar 180.000 kasus baru setiap tahunnya (Depkes RI, 2014). Data

penelitian epidemologi klinik melaporkan 25-35% perempuan dewasa pernah

mengalami Infeksi Saluran Kemih (ISK) (Febrianto, Mukaddas, dan Faustina,

2013). Infeksi saluran kemih paling sering disebabkan oleh bakteri gram negatif

dari saluran cerna. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang paling

banyak menyebabkan ISK sekitar 75-90%, sedangkan bakteri Staphylococci

hanya sekitar 5-20% pada wanita (Alldredge et al, 2009). Antibiotika merupakan

golongan obat yang paling banyak digunakan untuk mengatasi infeksi akibat

bakteri. Penggunaan terapi antibiotika pada pasien di rumah sakit sekitar 30-80%

dan 20-65% penggunaan antibiotika tersebut tidak tepat (Lestari et al, 2011).

Penggunaan antibiotika yang tidak tepat dapat menyebabkan timbulnya efek

samping atau toksisitas yang tidak perlu, mempercepat terjadinya resistensi,

menyebarluasnya infeksi dengan kuman yang lebih resisten, terjadinya risiko

kegagalan terapi, bertambah beratnya penyakit dan bertambah lamanya pasien

sakit, serta meningkatkan biaya pengobatan (Munaf, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien dewasa yang

terdiagnosis ISK meliputi umur dan jenis kelamin, mengetahui profil penggunaan

antibiotika, serta megevaluasi ketepatan penggunaan antibiotika meliputi tepat

pemilihan obat, tepat dosis, tepat interval waktu pemberian obat, tepat lama

pemberian obat, dan tepat penilaian kondisi pasien pada pasien ISK kelompok

dewasa di instalasi rawat inap RS Bethesda Yogyakarta pada tahun 2016.

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ISK di RS Bethesda

Yogyakarta dilakukan karena dari penelitian sebelumnya diketahui masih terdapat

penggunaan antibiotika yang tidak tepat pada pasien ISK di salah satu rumah sakit

di Yogyakarta. Penelitian terkait ketepatan penggunaan antibiotika menggunakan

metode Penggunaan Obat Rasional (POR) pada pasien ISK kelompok dewasa

pernah dilakukan di salah satu rumah sakit di Yogyakarta pada tahun 2015. Hasil

dari penelitian tersebut didapatkan tidak tepat pemilihan obat (1,03%), tidak tepat

dosis (13,85%), tidak tepat lama pemberian (16,92%), dan tidak tepat penilaian

kondisi pasien (6,15%) (Adriani, 2017).

Penelitian ini diharapkan dapat digunakaan sebagai sumber informasi

mengenai penggunaan antibiotika pada pasien ISK kelompok dewasa dan dapat

digunakan oleh tenaga kesehatan sebagai bahan evaluasi dalam penggunaan

antibiotika untuk ISK di RS Bethesda Yogyakarta, sehingga dapat meningkatkan

mutu pelayanan pengobatan pada pasien ISK kelompok dewasa.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Jenis penelitian evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien infeksi

saluran kemih di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta pada tahun 2016

merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan metode deskriptif.

Pengambilan data dalam penelitian ini secara retrospektif yaitu dengan cara

melakukan penelusuran data terdahulu yaitu pada lembar rekam medis pada

pasien dewasa dengan diagnosis ISK di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

3

Yogyakarta pada tahun 2016. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien

dewasa yang berusia 15-64 tahun dengan diagnosis utama infeksi saluran kemih

tanpa penyakit penyerta atau dengan penyakit penyerta non infeksi dengan catatan

rekam medis dan/tanpa adanya hasil pemeriksaan laboratorium yang mendapatkan

terapi antibiotik selama dirawat inap. Pengelompokan usia pasien didapatkan dari

rentang usia dewasa menurut RS. Bethesda Yogyakarta. Kriteria eksklusi

penelitian ini yaitu data yang tidak lengkap seperti jam waktu pemberian.

Pemilihan antibiotika disesuaikan dengan letak terjadinya infeksi saluran

kemih. Letak terjadinya infeksi saluran kemih dilihat oleh peneliti dengan

menggunakan acuan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) (2015) dan Aulia

(2004). Acuan IAUI digunakan untuk melihat keluhan infeksi saluran kemih

bawah (cystitis) atau infeksi saluran kemih atas (pyelonephritis). Diagnosis sistitis

akut non komplikasi dapat ditegakkan berdasarkan riwayat gejala iritatif (IAUI,

2015). Pada Aulia (2004), mengatakan bahwa leukosit gelap akan muncul jika

terjadi infeksi saluran kemih bawah sedangkan jika pada infeksi saluran kemih

atas, leukosit yang akan muncul pada pemeriksaan adalah lekosit pucat.

Penelitian terkait evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien infeksi

saluran kemih di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta telah

mendapatkan izin dari RS Bethesda dengan nomor surat 8576/KC.217/2017 dan

sudah memenuhi kode etik yang telah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dengan nomor surat

462/C.16/FK/2017.

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random

sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak berdasarkan kelompok

subjek dari suatu populasi dan setiap individu memiliki kesempatan yang sama

untuk dapat dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini. Pada penelitian ini total

sampel yang digunakan sejumlah 207 kasus. Jumlah sampel data yang harus

diambil didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

4

Jumlah minimal sampel yang dibutuhkan

= = 207 kasus

N = populasi, e = batas toleransi kesalahan

Jumlah sampel ± 10% = 207+(207x10%)

= 227 kasus

Berikut bagan mengenai alur pengambilan sampel dapat dilihat pada

Gambar I.

Gambar I. Bagan Sampel Penelitian Pasien ISK Kelompok Dewasa di Instalasi

Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Tahun 2016

Data dipilih secara random dengan menggunakan Microsoft excel sesuai

dengan jumlah sampel yang telah ditentukan. Data yang diambil berupa data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

5

pasien pada rekam medis yang berisi nomor rekam medis, jenis kelamin, usia,

BB, keluhan utama, diagnosis utama, hasil laboratorium dan catatan pengobatan

yang diterima pasien selama pasien dirawat inap meliputi jenis antibiotik, dosis,

aturan pakai, jam pemberian antibiotika dan rute pemberian. Identitas subjek pada

sampel penelitian dirahasiakan seperti nama dan alamat pasien. Keterbatasan

penulis adalah sejumlah rekam medis yang tidak bisa dibuka.

Analisis Data

Data profil penggunaan antibiotika pada pasien ISK kelompok dewasa

yang digunakan dikelompokkan berdasarkan golongan dan jenis antibiotika. Data

profil pasien dewasa meliputi jenis kelamin dan usia pasien. Analisis dilakukan

dengan menghitung persentase antara laki laki dan perempuan serta persentase

usia pasien berdasarkan usia yang dikelompokkan oleh RS Bethesda. Analisis

dengan menghitung jumlah kasus pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh kasus

lalu dikali 100%. Data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel yang akan

disusun dan dikelompokkan dalam jumlah dan persentase.

Data terapi antibiotika yang didapat akan dievaluasi berdasarkan kriteria

tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat interval waktu pemberian obat, tepat lama

pemberian dan tepat penilaian kondisi pasien. Dipilih lima kriteria tersebut

berdasarkan kondisi data yang terdapat dalam rekam medis pasien. Literatur yang

digunakan adalah Diagnosis And Treatment Of Acute Uncomplicated Cystitis

(Colgan and Williams, 2011), Diagnosis And Management Of Acute

Pyelonephritis In Adults (Ramakrishnan and Scheid, 2005), Informatorium Obat

Nasional Indonesia (IONI) (BPOM, 2015), dan guideline penatalaksanaan infeksi

saluran kemih dan genitalia pria (IAUI, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kejadian ISK pada tahun 2016 sebanyak 428 kasus yang terjadi pada

pasien dewasa. Pada penelitian ini dibutuhkan sebanyak 207 kasus. Untuk

mendapatkan 207 kasus yang memenuhi kriteria inklusi, peneliti membuka 257

rekam medis. Dari 257 rekam medis ini terdapat 45 kasus tidak termasuk kriteria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

6

inklusi dan terdapat 5 kasus termasuk kriteria eksklusi yaitu data yang tidak

lengkap seperti tidak tercantum jam pemberian antibiotika selama pasien dirawat

inap.

Profil pasien dewasa ISK yang melakukan perawatan pada tahun 2016 di RS

Bethesda Yogyakarta

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang sering dialami pria ataupun

wanita dari berbagai usia (IAUI, 2015). Pria memiliki insidensi ISK yang jauh

lebih rendah dibandingkan dengan perempuan (5 per 10.000 per tahun)

(Sumolang, Porotu, dan Soeliongan, 2013). Perempuan lebih berisiko terkena ISK

dibandingkan pria karena bakteri lebih mudah masuk mencapai kandung kemih

wanita. Hal ini disebabkan uretra wanita lebih pendek dan lebih luas serta

memiliki kedekatan dengan anus. Bakteri dari rektum dapat dengan mudah

melakukan perjalanan ke uretra dan menyebabkan infeksi (Okonko et al, 2009).

Pada laki-laki disamping uretranya yang lebih panjang juga karena adanya cairan

prostat dimana memiliki sifat bakterisidal sebagai pelindung terhadap infeksi oleh

bakteri (Zand Rountree dan Walton, 2003; Corwin, 2008). Distribusi karakteristik

usia dan jenis kelamin dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel I. Persentase karakteristik berdasarkan usia dan jenis kelamin

Karakteristik

pasien

Usia (tahun)

Jenis kelamin Total

Laki laki perempuan

n= 71 %= 34 n= 136 %= 66 n= 207 %= 100

15-24 30 14 57 28 87 42

25-44 20 10 31 15 51 25

45-64 21 10 48 23 69 33

Kejadian ISK tertinggi terjadi pada penelitian ini pada usia 15-24 tahun

sebesar 87 (42%) dan terendah pada rentang usia 25-44 tahun sebesar 51 (25%)

(Tabel I). Perempuan dengan umur 15-24 th menduduki posisi paling tinggi yang

menderita ISK yaitu sebanyak 57 kasus (28%). Rentang usia tersebut merupakan

rentang usia produktif, dimana seseorang sibuk bekerja dan beraktivitas, kurang

istirahat, stress, atau asupan nutrisi tidak teratur yang dapat menyebabkan

melemahnya respon imunitasnya sehingga mengganggu sistem pertahanan tubuh,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

7

akibatnya seseorang mudah terinfeksi (Ramadheni, Tobat, dan Zahro, 2016). ISK

pada usia muda sering dipicu oleh faktor kebersihan organ intim, hubungan

seksual, dan penggunaan kontrasepsi atau gel spermisida dapat meningkatkan

risiko ISK, akibat perubahan flora normal vagina dan kolonisasi periuretra oleh

bakteri uropathogenic (Febrianto et al,2013).

Profil penggunaan antibiotika pada pasien dewasa ISK di RS Bethesda

Yogyakarta

Didapatkan hasil dari penelitian dimana antibiotika yang digunakan pada

pasien dewasa ISK di RS Bethesda Yogyakarta dikelompokkan menjadi 5

golongan antibiotika dan 17 jenis antibiotika. Pada penggunaannya ada yang

menggunakan terapi antibiotika tunggal dan terapi antibiotika kombinasi. Terapi

antibiotika tunggal sebanyak 153 kasus (74%) sedangkan terapi antibiotika

kombinasi sebanyak 20 kasus (10%). Didapatkan adanya terapi pergantian

antibiotika sebanyak 34 kasus (16%).

Penggunaan monoterapi antibiotika, golongan sefalosporin paling banyak

digunakan pada penelitian ini dimana seftriakson merupakan antibiotika yang

paling dominan yaitu sebanyak 38 kasus (18%). Sefiksim menempati urutan

kedua sebanyak 32 kasus (16%) dan levofloksasin urutan ketiga sebanyak 16

kasus (8%). Penggunaan kombinasi antibiotika yang paling dominan adalah

sefoperazon-sulbaktam sebanyak 4 kasus (2%) (Lampiran 5).

Pada penelitian ini umumnya pasien mendapatkan terapi golongan

Sefalosporin. Antibiotika golongan sefalosporin generasi kedua efektif terutama

terhadap bakteri gram negatif sedangkan sefalosporin generasi ketiga aktif dan

mempunyai spektrum yang luas terhadap enterobacteriaceae yang merupakan

bakteri dominan pada kasus ISK komunitas (Ramadheni, Tobat, dan Zahro, 2016).

Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotika Menurut Kemenkes

Tepat Pemilihan obat

Pemilihan obat yang tepat akan mendukung pengobatan yang efektif.

Berdasarkan letak organ yang terkena, infeksi saluran kemih terbagi menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

8

infeksi saluran kemih bagian bawah dan infeksi saluran kemih bagian atas.

Diagnosis sistitis akut non komplikasi dapat ditegakkan berdasarkan riwayat

gejala iritatif seperti disuria, frekuensi dan urgensi; dan tidak adanya discharge

atau iritasi vagina, pada wanita yang tidak memiliki faktor risiko. Pielonefritis

akut ditandai oleh menggigil, demam (>380C), nyeri pada daerah pinggang yang

diikuti dengan bakteriuria dan piuria yang merupakan kombinasi dari infeksi

bakteri akut pada ginjal (IAUI, 2015). Cystitis sering terjadi pada pasien yang

memiliki imunitas tubuh yang rendah seperti pasien diabetes mellitus (Purnomo,

2008). Evaluasi saluran kemih bagian atas (pyelonephritis) dengan pemeriksaan

USG dan foto BNO dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan obstruksi atau

batu saluran kemih. Pengujian urin dengan dipstik adalah sebuah alternatif dari

pemeriksaan urinalisis dengan mikroskop untuk diagnosis cystitis dan

pyelonephritis akut non komplikata (IAUI, 2015).

Letak infeksi saluran kemih dapat dipastikan dengan melihat lembar hasil

pemeriksaan imejing USG abdomen, hasil laboratorium berupa hasil sedimen

urine leukosit, dan/atau keluhan yang pasien rasakan. Pemberian antibiotika juga

harus memperhatikan pola resistensi kuman dan uji sensitivitasnya. Kultur bakteri

harus dilakukan sebelum terapi antimikroba dimulai, namun selama menunggu

hasil kultur dapat diberikan terapi empiris untuk mencegah eradikasi bakteri

(IAUI, 2015).

Pada penilitian ini menujukan ketepatan dalam pemilihan obat adalah

sebanyak 202 kasus (98%) dan yang tidak tepat sebanyak 5 kasus (2%). Hasil

dari penelitian ini terdapat 4 kasus yang mendapatkan terapi mikasin dan tidak

sesuai dengan standart acuan Diagnosis And Treatment Of Acute Uncomplicated

Cystitis (Colgan and Williams, 2011). Menurut acuan Diagnosis And Treatment

Of Acute Uncomplicated Cystitis (Colgan and Williams, 2011), pilihan antibiotika

golongan aminoglikosida sebagai terapi cystitis tidak tepat, dimana mikasin

digunakan sebagai terapi infeksi serius pada bakteri basil aerobik gram negatif

yang telah teridentifikasi resiten dengan gentamycin dan tobramycin (Hopkins,

2012). 1 Kasus cystitis mendapatkan terapi amoksisilin tunggal dimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

9

penggunaan amoksisilin tunggal sebaiknya dihindarkan karena efektifitasnya yang

rendah dibandingkan dengan agen lain yang tersedia sehingga perlu tindak lanjut

yang ketat (Colgan and Williams, 2011). Penting bagi klinisi untuk menghindari

monoterapi ampisilin dan amokisisilin karena meningkatnya prevalensi resistensi

terhadap agen-agen ini dimana menghasilkan efikasi yang rendah. Jika agen-agen

ini digunakan untuk pengobatan, pasien harus dipantau secara ketat menilai

respon terhadap terapi (Gupta et al, 2011).

Hasil yang ditemukan dimana terdapat 9 jenis antibiotika yaitu 8 jenis

merupakan antibiotika golongan sefalosporin dan 1 jenis merupakan golongan

imipenem yang mana merupakan antibiotika pilihan terakhir untuk kasus cystitis

dan perlu pertimbangan ulang dalam penggunaannya terkait tingkat resistensi di

negara Eropa dan Amerika yang telah dilaporkan pada jurnal Diagnosis and

treatment of acute uncomplicated cystitis (Colgan and Williams, 2011).

Pada terapi cystitis, dapat diberikan golongan beta laktam,

amoksilin/amoksisilin-klavulanat, sefdinir, sefaklor dan sefpodoksim sebagai

terapi alternatif (Colgan and Williams, 2011). Penggunaan asam pipemidat

(pipemidic acid) pada pasien cystitis dan pyelonephritis menunjukan eradikasi

yang baik sehingga dapat menjadi antibiotika yang efektif dalam pengobatan ISK

(Kamran et al, 1984). Terapi empirik untuk pyelonephritis akut dapat diberikan

antibiotika golongan florokuinolon. amoksilin-klavulanat, sefalosporin, dan

trimethoprim-sulfamethoksazol sebagai antibiotika alternatif (Ramakrishnan and

Scheid, 2005).

Keterbatasan dalam penelitian ini peneliti tidak menemukan data kultur

pada seluruh pasien ISK yang menjadi sampel penelitian sehingga tidak dapat

dipastikan bahwa antibiotika yang diberikan sesuai dengan bakteri penginfeksi.

Tepat Dosis

Antibiotika diharapkan mampu mencapai lokasi infeksi dengan kadar yang

cukup (melebihi kadar hambat minimal/KHM), masuk/penetrasi ke dalam sel

bakteri dan bekerja mengganggu proses metabolisme bakteri sehingga bakteri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

10

tersebut menjadi tidak aktif atau mati dengan efek toksik minimal pada sel host

(Medicinus,2014).

Evaluasi penggunaan antibiotika terhadap variabel ketepatan dosis

dilakukan dengan membandingkan jumlah dosis yang diberikan kepada pasien

dengan beberapa standar terapi yang digunakan sebagai acuan perhitungan dosis,

selain itu penilaian ketepatan dosis juga memperhatikan fungsi ginjal (nilai GFR)

pasien dan jika diperlukan dilakukan penyesuaian dosis. Acuan yang digunakan

adalah Diagnosis And Treatment Of Acute Uncomplicated Cystitis (Colgan and

Williams, 2011), Diagnosis And Management Of Acute Pyelonephritis In Adults

(Ramakrishnan and Scheid, 2005), IONI (BPOM,2015), dan Drug Information

Handbook 24th

ed (APA, 2015). Evaluasi dosis penggunaan sefalosporin dilakukan

dengan IONI berdasarkan aktifitas terhadap bakteri gram negatif. DIH digunakan

untuk menganalisis kebutuhan penyesuaian dosis berdasarkan nilai GFR pasien.

Tabel II. Ketepatan Dosis pada Pasien Dewasa ISK di Instalasi Rawat Inap RS.

Bethesda Yogyakarta Tahum 2016

Ketepatan Dosis Jumlah pasien

n=207

Persentase

(%)

Dosis Berlebih 19 9

Dosis Tepat 174 84

Dosis Kurang 14 7

Hasil penelitian menunjukan dosis berlebih sebanyak 19 kasus (9%),

dosis antibiotika yang tepat sebanyak 174 kasus (84%), dan dosis kurang

sebanyak 14 kasus (7%). Dosis berlebih (over dosage) paling banyak pada kasus

penggunaan levofloksasin untuk cystitis, dimana dosis yang diberikan adalah 500

mg sehari. Hal ini tidak sesuai dengan literatur Diagnosis And Treatment Of Acute

Uncomplicated Cystitis (Colgan and Williams, 2011) dan IONI (BPOM, 2015)

dimana dosis levofloksasin untuk cystitis adalah 250mg sehari. Dosis kurang

(underdosage) paling banyak terdapat pada kasus penggunaan sefuroksim dimana

dosis yang diberikan adalah 750mg 2x1 yang diberikan secara intravena. Dosis

cefuroxime menurut IONI (BPOM, 2015) adalah 750mg-1,5g tiap 6-8 jam secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

11

intravena, sehingga dosis cefuroxime intravena pada kasus kurang (under

dosage).

Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan akumulasi obat-obatan yang

diekskresikan lewat ginjal atau metabolit aktif yang diekskresikan sehingga dapat

meningkatkan risiko toksisitas obat antibiotika yang diberikan (IAUI, 2015).

Sebanyak 32 kasus terdapat nilai serum creatinin pada lembar pemeriksaan

laboratorium, dimana setelah dihitung menggunakan rumus Cockcroft-Gault tidak

perlu dilakukan penyesuaian dosis dan sudah sesuai dengan standar.

Penggunaan antibiotika kombinasi menggunakan dosis tunggal masing

masing antibiotika, lalu antibiotika tersebut digunakan bersama. Terdapat 20

kasus yang mendapatkan terapi kombinasi. Kombinasi antimikroba biasanya

digunakan untuk mencapai efektifitas kerja obat. Selain itu kombinasi diberikan

untuk mencapai efek sinergistik. Kombinasi yang digunakan menurut indikasi

yang tepat akan memberikan manfaat klinik yang besar. Kombinasi sefalosporin,

florokuinolon, dan metronidazol menghasilkan efek sinergis, yaitu kombinasi

antimikroba florokuinolon yang memiliki aktivitas yang sangat baik terhadap

bakteri gram negatif (Ramadheni, Tobat, dan Zahro, 2016).

Pemberian dosis yang kurang akan mengakibatkan tidak berefeknya

antibiotik karena tidak dapat mencapai KHM (Konsentrasi Hambat Minimum)

dalam cairan tubuh, namun jika dosis lebih akan mengakibatkan resiko efek

samping yang tidak diinginkan pada pasien (Mycek et al, 2001). Bila dosis obat

tidak tepat maka obat dapat menjadi racun dalam darah yang dapat mempengaruhi

organ hati dan ginjal (Kee and Hayes, 2009).

Tepat interval waktu pemberian

Interval waktu pemberian obat dilihat dari kesesuaian jarak waktu pasien

dalam menerima obat pada jam pemberian pertama, kedua, dan seterusnya selama

dirawat inap di rumah sakit. Antibiotika yang harus diminum 3 x sehari harus

diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam

(Kemenkes, 2011). Pada penelitian ini ketepatan interval waktu pemberian obat

menunjukan tepat sebanyak 137 kasus (66%) dan sebanyak 70 kasus (34%) tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

12

tepat dalam jam pemberian antibotika. Interval waktu pemberian yang tidak tepat

dalam artian dimana jarak pemberian antibiotika dari jam pemberian pertama,

kedua dan seterusnya tidak sesuai dengan literatur. Dimana ceftriaxone

penggunaannya seharusnya tiap 24 jam dan cefuroxime injeksi digunakan tiap 6-8

jam. Namun pada kasus ini pemberian ceftriaxone dan cefuroxime adalah tiap 12

jam. Ceftriaxone, merupakan cephalosporin generasi ketiga yang memiliki

kelebihan waktu paruh eliminasinya panjang, sehingga pemberiannya cukup satu

kali sehari. Kedua golongan antibiotik tersebut merupakan antibiotik dengan

karakteristik time-dependent, yaitu suatu antibiotik yang efektivitas eradikasi

bakterinya ditentukan berdasarkan lamanya konsentrasi antibiotika di dalam tubuh

untuk tetap berada di atas Minimum Inhibitory Concentration (MIC) (Roberts &

Lipman, 2009).

Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari)

semakin rendah tingkat ketaatan minum obat (Kemenkes, 2011). Pemberian

antibiotik dengan frekuensi yang kurang dapat menyebabkan resistensi bakteri

karena ketidakmampuan antibiotik mencapai kadar KHM bakteri dalam darah,

sedangkan jika pemberian melebihi frekuensi akan meningkatkan resiko efek

samping dan meningkatkan biaya penggunaan obat (Febrianto, Mukaddas, dan

Faustina, 2013)

Tepat lama pemberian

Lama pemberian antibiotika pada Infeksi Saluran Kemih yang dirawat

inap RS Bethesda Yogyakarta tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III. Lama Pemberian Antibiotika

Lama terapi merupakan lama seorang penderita menjalani pengobatan.

Lama terapi antimikroba tergantung kepada tingkat keparahan dan jenis infeksi

Lama pemberian antibiotik pada cystitis tergantung dari obat yang digunakan dan

Lama pemberian Jumlah pasien

n=207

Persentase

(%)

Tepat 135 65

Tidak tepat 69 33

Tidak dapat dianalisis 3 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

13

berkisar 1-7 hari (IAUI, 2015). Tiga hari pengobatan biasanya cukup untuk

mengurangi gejala pada wanita dengan sistitis. Penggunaan antibiotik yang lebih

lama tidak akan mengurangi gejala secara signifikan, tetapi akan menyebabkan

munculnya efek samping seperti masalah gastrointestinal (perut dan usus) atau

ruam (Anonim, 2018). Lama pemberian antibiotika untuk pyelonephritis pada

dewasa berkisar antara 10-14 hari (IAUI, 2015). Lamanya pemberian antibiotik

empiris adalah dalam jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus dilakukan

evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data

penunjang lainnya (Kemenkes,2011). Jika respon klinik buruk perlu dilakukan re-

evaluasi bagi adanya faktor pencetus komplikasi dan efektivitas obat, serta

dipertimbangkan perubahan obat atau cara pemberiannya (IAUI, 2015).

Pemberian antibiotika selama 7-14 hari umumnya direkomendasikan untuk ISK

komplikasi, namun perpanjangan hingga 21 hari, menurut situasi klinis dapat

dilakukan (IAUI, 2015). Tidak tepat lama waktu pemberian diketahui setelah

menghitung lama waktu penggunaan antibiotika selama rawat inap dan obat

pulang tidak sesuai standart.

Pasien dengan diabetes yang terkontrol, episode sistitis yang sporadik atau

sistitis berulang dapat digolongkan non komplikata. Namun pada pasien dengan

diabetes yang lama tidak terkontrol kemungkinan akan berkembang menjadi

neuropati kandung kemih. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal ringan

sampai sedang tanpa abnormalitas struktur dan fungsi dari traktus urinarius, dan

sistitis sporadik yang berulang dapat dianggap sebagai sistitis non komplikata

(IAUI, 2015).

Durasi pemberian antibiotika sangat penting dikarenakan jika suatu

antibiotika tidak bekerja sesuai dengan lama penggunaannya akan mengakibatkan

toleransi pada mikroorganisme yang belum tuntas dimusnahkan sehingga menjadi

bakteri resisten (Mycek, 2001). Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu

lama dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan

(Kemenkes, 2011). Penggunaan antibiotik yang lebih lama tidak akan mengurangi

gejala secara signifikan, tetapi akan menyebabkan munculnya efek samping

seperti masalah gastrointestinal (perut dan usus) atau ruam (Anonim, 2018).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

14

Pada lama pemberian antibiotika hanya bisa menganalisis sebanyak 204

kasus, sedangkan 3 kasus lainnya tidak dapat dianalisis karena data di rekam

medis tidak terdapat informasi jumlah obat yang dibawa pulang. Hasil pada

penelitian ini adalah terdapat 135 (66%) tepat dalam lama pemberian dan

sebanyak 69 (34%) tidak tepat dalam lama pemberian antibiotika. Terdapat 59

kasus pyelonephritis, dimana terdapat 6 kasus pyelonephritis tepat dalam lama

pemberian dan 50 kasus pyelonephritis terlalu cepat dalam pemberiannya dengan

range 6-7 hari; 3 kasus tidak dapat dianalisis. Selain itu, terdapat sebanyak 148

kasus cystitis dimana 129 kasus tepat dalam lama pemberian dan 19 kasus cystitis

tidak tepat yaitu 8 kasus cystitis terlalu lama dalam pemberian antibiotika dengan

range sekitar 8-9 hari, 2 kasus terlalu cepat dalam lama pemberian levofloksasin

yaitu 2 hari, 9 kasus yang mendapatkan antibiotika levofloksasin dengan lama

pemberian yang terlalu lama yaitu 5 hari untuk ISK bawah dengan standar untuk

infeksi saluran kemih bawah diberikan 3 hari.

69 kasus yang tidak tepat lama waktu pemberian juga tidak dapat

diketahui munculnya efek samping. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu

perhitungan lama pemberian selama pasien menjalani rawat inap dan obat pulang

tidak semua dapat dianalisis. Lama pemberian tidak dianalisis secara menyeluruh

mulai dari obat rawat inap, obat yang dibawa pulang hingga pasien melakukan

kontrol kembali.

Tepat penilaian kondisi pasien

Kondisi pasien harus dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian

obat seperti kondisi fisiologis pasien karena respon individu terhadap efek obat

sangat beragam (Kemenkes, 2011). Penilaian kondisi pasien dilihat berdasarkan

uji sensitivitas bakteri, respon alergi, serta nilai SGPT, SGOT pasien. Dari 207

kasus, hanya terdapat 45 kasus yang dapat dianalisis untuk penilaian kondisi

pasien. Sebanyak 35 kasus dianalisis berdasarkan nilai SGPT, SGOT, serum

kreatinin pasien, 9 kasus berdasarkan hasil kultur bakteri penginfeksi, dan 1 kasus

berdasarkan respon alergi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

15

Hasil penelitian tedapat 39 kasus (87%) tepat dalam penilaian kondisi

pasien dan 6 kasus (13%) tidak tepat dalam penilaian kondisi pasien diantaranya

yaitu terdapat 1 kasus dimana pasien merasakan alergi (gatal) terhadap antibiotika

tersebut, 1 kasus resisten terhadap antibiotika, namun antibiotika tetap diberikan.

Terdapat 4 kasus memiliki hasil laboratorium dengan nilai SGPT, SGOT dan

serum kreatnin yang diatas normal mendapatkan terapi antibiotika levofloksasin

dimana dapat menyebabkan hepatotoksik. Florokuinolon salah satu antibiotika

yang dapat ditoleransi tetapi beberapa dapat berpotensi menjadi hepatotoksik.

Perlu diperhatikan fungsi hati pasien sebelum diberikan florokuinolon (Adikwu

dan Oputiri, 2012). Levofloksasin umumnya ditoleransi dengan baik dan memiliki

profil keselamatan yang baik. Levofloksasin menginduksi hepatotoksisitas

dilaporkan pada manusia. Levofloksasin juga dilaporkan menginduksi hepatitis

akut pada pasien dengan insufisiensi ginjal dan enzim hati meningkat (Carrascosa

et al, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

16

Kesimpulan

1. Dari 207 kasus, perempuan paling sering terkena infeksi dibanding

laki laki. Didapatkan perempuan dengan umur 15-24th sebanyak

57 kasus (28%).

2. Dari 207 kasus, antibiotika yang paling banyak digunakan adalah

golongan sefalosporin yaitu seftriakson yaitu sebanyak 38 kasus

(19%).

3. Hasil evaluasi penggunaan antibiotika diketahui 202 kasus (98%)

tepat pemilihan antibiotika dari 207 kasus, 174 kasus (84%) tepat

dosis dari 207 kasus, 137 kasus (66%) tepat interval waktu

pemberian dari 207 kasus, 135 kasus (66%) tepat lama pemberian

dari 204 kasus, dan 39 kasus tepat penilaian kondisi pasien (87%)

dari 45 kasus yang dapat dianalisis.

Saran

Untuk pihak RS, disarankan untuk membuat clinical pathway. Untuk

penelitian selanjutnya, disarankan ketika melakukan evaluasi harus

dilakukan secara menyeluruh dari obat rawat inap, obat yang dibawa

pulang, sampai pemeriksaan ulang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

17

DAFTAR PUSTAKA

Adikwu, E dan Oputiri Deo, 2012, Floroquinolones Reported Hepatotoxicity,

Pharmacology & Pharmacy, p.328.

Adriani, K. P., 2017, Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pasien Infeksi

Saluran Kemih Dewasa di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda

Yogyakarta Tahun 2015, Naskah Publikasi, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Alldredge, B. K., Koda kimble, M. A., Corelli, R. L., Young, L.Y., Guglielmo, B.

J., Jacobson, P.A., Kradjan, W.A., 2009, Applied therapeutics: the

clinical use of drugs (9th Ed), USA : Lippincott Williams & Wilkins, p.

1802.

American Pharmacist Association, 2015, Drug Information Handbook, 24th

Edition, Lexicompp Drug Reference Handbook, USA.

Anonim, 2018, Are antibiotics effective against acute cystitis?,

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0072585/

Aulia, D, 2004, Pemeriksaan dan Penilaian Kimia Urine dengan Carik Celup,

Kumpulan Makalah Lokakarya Aspek Praktis Urinalisis. Pendidikan

Berkesinambungan Patologi Klinik, FKUI, Jakarta, hal. 23-30.

BPOM, 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Colgan, R., and Williams, M., 2011, Diagnosis and Treatment of Acute

Uncomplicated Cystitis, American Academy Of Family Physician

(AAFP), 84 (7), pp. 771-776

Corwin, E. J., 2008, Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition, diterjemahkan

oleh Nike Budhi Subekti, Egi Komara Yudha (editor), hal. 718, EGC,

Jakarta.

Carrascosa, M. I. Lucena, R. J. Andrade, J. S. Caviedes, A. C. Lavin, J. C. Mones,

A. P. Vicente, B. Serrano and V. B. Serrano, 2009, Fatal Acute

Hepatitis after Sequential Treatment with Levofloxacin, Doxycycline,

and Napro- xen in a Patient Presenting with Acute Mycoplasma Pneu-

monia Infection, Clinical Therapeutics Vol. 31, No. 5, pp. 1014-1019.

Depkes RI. 2014. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta :Depkes

RI.

Febrianto, A. W., Mukaddas, A., dan Faustina, I., 2013, Rasionalitas Penggunaan

Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Instalasi Rawat

Inap RSUD Undata Palu Tahun 2012, Online Journal of Natural

Science, Vol. 2 (3) , hal. 20-29.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

18

Fish, D. N., 2009, Urinary Tract Infection, in Koda Kimble, M. A. et al., (Eds),

Applied Therapeutics :The Clinical Use of Drugs, 9th Edition,

Lippincott Williams & Wilkins, USA, pp. 64.1-64.4.

Gupta K, Thomas M. Hooton Kurt G. Naber Björn Wullt Richard Colgan Loren

G. Miller Gregory J. Moran Lindsay E. Nicolle Raul Raz Anthony J.

Schaeffer David E. Soper, 2011, International clinical practice

guidelines for the treatment of acute uncomplicated cystitis and

pyelonephritis in women: a 2010 update by the Infectious Diseases

Society of America and the European Society for Microbiology and

Infectious Diseases. Clin Infect Dis.

Hopkins, J., 2012, Antimicrobial Use Guidelines,

http://www.uwhealth.org/files/uwhealth/docs/antimicrobial/antimicrobi

alUseGuidelinesincludingallappendices.pdf diakses pada tanggal 10

Febuari 2018.

IAUI, 2015, Penatalaksanaan Infeksi saluran kemih dan genitalia pria, edisi ke-2,

hal 24, 26, 31.

Juwita, D. A., Helmi A., dan Nelfa Y., 2017, Kajian Deskriptif Retrospektif

Regimen Dosis Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di RSUP. Dr. M.

Djamil Padang, Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 128-133.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Pelayanan

Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta, Hal. 1.

Kee, J.L., dan Hayes, E.R., 2009, Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan,

Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, hal. 28.

Lestari, W. A., Almahdy, Z. N., and Darwin, D., 2011, Studi Penggunaan

Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di

Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang, Artikel

Publikasi Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang.

Munaf, S., 2008, Pengantar Farmakologi dalam Kumpulan Kuliah Farmakologi,

Edisi 2, EGC, Jakarta, hal.10-11.

Okonko, I. O., Ijandipe, L. A., Ilusanya, O. A., Donbraye-Emmanuel, O. B.,

Ejembi J., Udeze A. O., Egun O. C., Fowotade A. and Nkang A. O.,

2009, Incidence of urinary tract infection(UTI) amongpregnant women

in Ibadan,South-Western Nigeria, African Journal of Biotechnology, 8

(23), pp. 6649-6657.

Purnomo, Basuki B, 2008, Dasar Dasar Urologi: Infeksi Urogenitalia, 2nd

ed,

Jakarta: CV Sagung Seto, hal. 35-40.

Rajabnia, M., Gooran, S., Fazeli, F., Dashipour, A., 2012, Antibiotic resistance

pattern in urinary tract infections in Imam-Ali hospital Zahedan (2010-

2011), Zahedan Journal of Research in Medical Science: Zahedan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

19

Ramakrishnan, K., and Scheid, D.C., 2005, Diagnosis And Management Of Acute

Pyelonephritis In Adults, American Academy Of Family Physician

(AAFP), 71 (5), pp. 933-942.

Ramadheni P., Tobat S.R., dan Zahro F., 2016, Analisis Penggunaan Antimikroba

Parenteral pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di Bangsal Penyakit

Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia,

5(3), Padang, hal 184-195.

Roberts, J.A., & Lipman, J., 2009, Pharmacokinetic issues for antibiotics in the

critically ill patient, Crit Care Med. 37(3):840-51.

Sumolang, S. A. Ch., Porotu’o, J., dan Soeliongan, S., 2013, Pola Bakteri pada

Penderita Infeksi Saluran Kemih di BLU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou

Manado, Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 1, No.1, hal. 597.

Zand, J.N.D., Rountree R.M.D. and Walton, R., 2003, Urinary Tract Infection,

Smart Medicine for a Healthier Child, 2nd Edition, Putnam

Group,USA, pp. 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

20

Lampiran 1. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

21

Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian RS Bethesda Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

22

Lampiran 3. Terapi Antibiotika untuk Infeksi Saluran Kemih

Antibiotika untuk infeksi saluran kemih bawah (Cystitis)

Tahapan Jenis Antibiotik Dosis

Lini pertama Fosfomycin

Nitrofurantion

Trimethoprin/sulfamethoxazole

3 g dosis tunggal

100 mg tiap 12 jam selama 5 hari

160/800 mg tiap 12 jam selama 3

hari

Lini kedua Ciprofloxacin

Ciprofloxacin extended release

Levofloxacin

Ofloxacin

250 mg tiap 12 jam selama 3 hari

500 mg/hari selama 3 hari

250 mg/hari selama 3 hari

200 mg/hari selama 3 hari atau

400mg dosis tunggal.

Lini ketiga Amoxicilin/ clavulanate

Cefdinir

Cefpodoxime

500/125 mg tiap 12 jam selama 7

hari

300 mg tiap 12 jam selama 10

hari

100 mg tiap 12 jam selama 7 hari

(Colgan and Williams, 2011).

Antibiotika untuk infeksi saluran kemih atas (pyelonephritis)

Jenis antibiotik Dosis oral

(mg)

Dosis IV Interval

Penicillins

Amoxicillin 500 Setiap 8-12 jam

Amoxicillin- clavulanate

potassium

500/125 Setiap 8-12 jam

Ampicillin- sulbactam 150-200 mg/kg

per hari

Setiap 4-6 jam

Aztreonam 1-2 g Setiap 6-8 jam

Imipenem 0,5g Setiap 6 jam

Piperacillin 3g Setiap 6 jam

Piperacillin- tazobactam 3,375g/4,5g Setiap 6-8 jam

Ticarcillin- clavulanate 3,1g Setiap 4-6 jam

Cephalosporins

Cefotaxime 1-2g Setiap 8-12 jam

Ceftriaxone 1-2g Setiap 24 jam

Cephalexin 500 Setiap 6 jam

Floroquinolones

Ciprofloxacin 500 400mg Setiap 12 jam

Enoxacin 400 Seiap 24 jam

Gatifloxacin 400 Setiap 24 jam

Levofloxacin 250-750 250-750 mg Setiap 24 jam

Lomefloxacin 400 Setiap 24 jam

Norfloxacin 400 Setiap 12 jam

Ofloxacin 400mg Setiap 12 jam

Aminoglycosides

Amikacin 75mg/kg iv Setiap 12 jam

Gentamycin 5-7mg/kg iv Setiap 24 jam

Tobramicyn 5-7 mg/kg iv Setiap 24 jam

Antibiotika lain

TMPT-SMX 160/800 8-10mg/kg Setiap 12 jam

(Ramakrishnan and Scheid, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

23

Lampiran 4. Dosis antibiotika menuurut IONI 2014

No Nama Antibiotika Dosis

Golongan cephalosporin

1 Sefuroksim Peroral : 125mg tiap 12 jam

Intravena : 750mg-1,5g tiap 6-8 jam

2 Sefixime 50-100mg tiap 12 jam, bisa ditingkatkan 200mg tiap

12 jam

3 Sefoperazon 2-4 g tiap hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam

4 Sefotaksim 1g tiap 12 jam

5 Seftazidim 0,5-1g tiap 12 jam

6 Seftriakson 2-4g tiap hari dosis tunggal

7 Seftizoksim 0,5-2g per hari terbagi 2-4 dosis

8 Sefepim 1g tiap 12 jam

Golongan floroquinolon

1 Siprofloksasin 250-500 mg dua kali sehari; untuk akut tanpa

komplikasi 250 mg dua kali sehari selama 3 hari

2 Ofloksasin 200-400mg/hari dapat ditingkatkan 400mg tiap 12 jam

3 Levofloksasin 250mg sehari

4 Pefloksasin 250-500 mg dua kali sehari (untuk akut tanpa

komplikasi, 250 mg dua kali sehari selama 3 hari).

5 Asam Pipemidat 400mg tiap 12 jam

Golongan Aminoglikosida

1 Amikasin 5-7,5mg/kg/dose tiap 8 jam

Golongan Penicilin

1 Amoksisilin 250-500mg tiap 8 jam atau 500-875mg tiap 12 jam

2 Amoksisilin-asam klavulanat Intravena :1g tiap 8 jam

PO: 250-500mg tiap 8 jam

Golongan Imipenem

1 Meropenem 500mg tiap 8 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

24

Lampiran 5. Terapi tunggal antibiotika dalam penelitian

Terapi Tunggal Antibiotik Jumlah Persentase

(%)

Gol penicilin amoksilin 1 0

amoksilin-as.klavulanat 4 2

Gol sefalosporin sefuroksim 10 5

sefiksim 32 15

sefoperazon 4 2

sefotaksim 3 1

seftazidim 9 4

seftriakson 38 18

seftizoksim 11 5

sefepim 8 4

Gol. Floroquinolon siprofloksasin 4 2

ofloksasin 5 2

levofloksasin 16 8

pefloksasin 1 0

asam pipemidat 2 1

Gol. Aminoglikosida amikasin 4 2

Gol. Imipenem meropenem 1 0

TOTAL 153 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

25

Lampiran 6. Terapi Kombinasi Antibiotika dalam penelitian

Antibiotika Jumlah Presentase

sefepim+pefloksasin 3 1

sefoperazon+sulbaktam 4 2

sefuroksim + ofloksasin 3 1

sefiksim + seftriakson 1 0

levofloksasin+meropenem 1 0

seftriakson+ kloramfenikol 1 0

Amoksisilin klavulanat + sefiksim 1 0

sefiksim + stabaktam 1 0

seftizoksim+pefloksasin 2 1

levofloksasin + asam pipemidat 1 0

asam pipemidat + seftriakson 1 0

sefotaksim+ofloksasin 1 0

seftizoksim - sefepim 1 0

Mikasin-cefotaxime- mikasin 1 0

seftizoksim- meropenem 1 0

seftriakson - levofloksasin 2 1

sefuroksim- sefiksim 1 0

seftriakson-seftriakson+ofloksasin 1 0

seftizoksim- seftizoksim+pefloksasin 1 0

sefotaksim- mikasin 1 0

seftriakson-amoksisillin 1 0

sefixime+ofloksasin-Ofloksasin 1 0

seftriaksone- seftriaksone+sefiksim 1 0

seftriaksone+siprofloxacin - siprofloksasin 1 0

sefepime-meropenem 1 0

sefuroksim-pefloksasin 1 0

vancomycin-tygecylin 1 0

sefuroksim-seftizoksim 1 0

seftriakson- sefiksim+levofloksasin 1 0

sefiksim-pefloxacin 1 0

seftazidim-levofloxacin+sefiksim 1 0

seftriakson-sefiksim 7 3

sefiksim-levofloksasin 1 0

sefoperazon-sefixim 1 0

seftazidim-levofloksasin 1 0

seftizoksim- seftizoksim+pefloxacin 1 0

seftriakson-seftazidim 1 0

sefuroksime-sefepim 1 0

seftizoksim+ofloksasin – seftizoksim 1 0

Total 54 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

26

Lampiran 7. Definisi Operasional Penelitian

1. Profil pasien dewasa yang terdiagnosis ISK meliputi umur dan jenis

kelamin.

2. Rasionalitas penggunaan antibiotik yang akan dievaluasi dalam

penelitian ini berdasarkan kriteria Kemenkes (2011) yaitu :

a. Tepat pemilihan obat yaitu antibiotika yang dipilih sesuai

dengan letak terjadinya infeksi saluran kemih (cystitis atau

pyelonephritis).

b. Tepat dosis yaitu dosis antibiotika yang diberikan

merupakan dosis optimal yang disesuaikan dengan kondisi

tiap pasien dan menggunakan acuan literatur Diagnosis And

Treatment Of Acute Uncomplicated Cystitis (Colgan and

Williams, 2011), Diagnosis And Management Of Acute

Pyelonephritis In Adults (Ramakrishnan and Scheid, 2005)

dan IONI (BPOM, 2015).

c. Tepat interval waktu pemberian yaitu jarak pemberian

antibiotika telah sesuai dengan waktu paruh antibiotika dan

sesuai dengan guideline Diagnosis And Treatment Of Acute

Uncomplicated Cystitis (Colgan and Williams, 2011),

Diagnosis And Management Of Acute Pyelonephritis In

Adults (Ramakrishnan and Scheid, 2005) dan IONI

(BPOM, 2015).

d. Tepat lama pemberian yaitu lamanya pemberian antibiotika

yang optimal dalam terapi infeksi dan sesuai dengan

guideline Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI, 2015).

Lama waktu pemberian antibiotika dihitung mulai

penggunaan obat rawat inap dan dilanjutkan dengan obat

pulang setelah rawat inap.

e. Tepat penilaian kondisi pasien yaitu kondisi pasien harus

dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian obat

seperti kondisi fisiologis pasien karena respon individu

terhadap efek obat sangat beragam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

27

Lampiran 8. Lembar Instrument Data Pasien

Data Pasien

No RM 01995372

Nama/Sex Soebeno / L

Umur/Tgl lahir 53 th

BB 60kg

Tgl masuk 6/7/16

Tgl keluar 9/7/16

R. rawat HIB/II

Keluhan/RPS Perut s/d pinggang kiri nyeri sekali

Kondisi klinis awal

GCS: 456 Nafas : 20

Suhu : 36,4 TD : 120/90

Nadi : 92

Skala nyeri : 3

Diagnosis utama/ICD10 ISK / N 39.0 ; stress acute / N29.9

Diagnosis

sekunder/ICD10

DM /E14.9 , HT/ I10, Hipernatremia /E87.1, hipokalemia/ E87.6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

28

Tanda Vital

Obat

Obat (Jumlah) Dosis Aturan

Pakai

Tanggal (p,si,so,mlm) dan jam minum

6 7 8 9

Ceftriaxone 1g 2x1 iv 12,24 08,20 08

Cefixime (X) 100mg 2x1 po Mulai

tgl 6 7 8 9

Nadi

(x/menit)

90

80

100

98

95

92

80

88

80

89

88

Nafas

(x/menit)

20

20

22

20

20

20

20

18

18

20

20

Suhu

(ᴼC)

36,4

36,6

38,7

36,7

36,5

36,5

38,1

37,6

37,2

38,3

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

29

Hasil Laboratorium

Tanggal : 6/7/16 Bahan: Darah

Tanggal 6/7/16 Bahan: Urin

Tanggal 7/7/16 Bahan: Darah

Tanggal 8/7/16 Bahan: Darah

Tanggal 9/7/16 Bahan: Darah

Hasil Pemeriksaan Imejing USG Abdomen

7/7 /16: Tanda hydronefrosis sinistra gr 3 disertai giant hydoureter pars proximal dengan

pus didalamnya ec adanya stenosis ureter disertai tanda kronik renal disease dan cystitis

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Lekosit 22,94 H ribu/mmk 4,5-11,5

Eosinofil 0.0 L % 2-4

Limfosit 2,6 L % 18-42

Kalium 6,85 HH

Ureum 106,8 H

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Lekosit gelap 1+

Lekosit pucat Negatif

Bakteria 2+

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Kalium 6,87 H

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Natrium 131,8 L

creatinin 2,00 H mg/dL 0,55-1,02

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Natrium 132,0 L

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

30

Resume pasien keluar

- Alasan dirawat (diagnosa dan comorbiditas)

ISK

- Tindakan/prosedur untuk diagnosis/terapi

- Ringkasan riwayat & pemeriksaan fisik (yang penting/berhubungan)

Perut s/d pinggang kiri nyeri sekali

- Hasil laboratorium/PA, rontgen, USG, dll

Lekosit gelap 1+

Bacteria 2+

- Terapi/pengobatan

Cefixime 100mg 2x1 po 10tab

Ranitidin

- Anjuran : kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

Lampiran 9. Check list ketepatan penggunaan antibiotika

NO Nomorrekammedis

Antibiotik Letak infeksi Lama Kriteria Rasionalitas

Tepatpemilihan

obat

Tepatdosis

Tepat intervalwaktu

pemberian

Tepat lamapemberian

Tepat penilaiankondisi pasien

1 1115613 Amoxicillin-clavulanat 3x1g Cystitis 4hr V V V V -

2 1941342 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -

3 1941342 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -

4 704746 cefixime 2x100mg po Cystitis 3hr V V V V V

5 2035956 cefixime 2x100mg po Cystitis 7hr V V V V -

6 1146838 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V -

7 2034524 mikasin 1x1 iv Cystitis 3hr X V V V -

8 2044295 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) V

9 769825 Amoxicillin - clavulanat 3x1g iv Cystitis 5hr V V V V -

10 1919526 cefixime 2x100mg po Cystitis 4hr V V V V -

11 1997874 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 3hr V V V X (cpt) -

12 2037885 ceftizoxime 2x1g iv Pyelonephritis 5hr V V V X (cpt) -

13 902405 Cefuroxime 750mg 2x1 iv Pyelonephritis 8hr V X(U) X X(cpt) -

14 2041209 ceftazidime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -

15 1133042 cefoperazone+sulbactam 2gr 2x1 iv Cystitis 4hr V V V V -

16 2036292 cefoperazone+sulbactam 2x 2g iv Cystitis 4hr V V V V -17 2039369 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -

18 1145833 meropenem 500mg 3x1 Cystitis 3hr V V V V -

levofloxacin 250mg 1x1 po

19 454214 ceftizoxime 2x1g ivCefepime 2x1g iv

Cystitis 6hr V V V V -

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

20 1063457 cefepime 2x1g iv Cystitis 7hr V V V V -

21 2036304 cefoperazone 2x1g iv Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) -

22 2036903 mikasin 500mg 2x1 iv Cystitis 4hr V V V V -

23 2034106 ceftriaxone 1gr 2x1 iv Pyelonephritis 7hr V V X X(cpt) -

cefixime 2x100mg po.pc

24 2046345 ofloxacin 400 2x1/2 po Pyelonephritis 8hr V V V X(cpt) -

25 1127507 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -

26 2034789 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 6 hr V V V V -

meropenem 500mg 3x1

27 2011858 levofloxacin 250mg 1x1 po cystitis 2hr V V X V -

ceftriaxone 1gr 2x1 iv

28 1006607 pefloxacin 400mg 2x1 po cystitis 7 hr V V V V -

ceftizoxime 2x1 iv

29 1901698 Cefuroxime 750mg 2x1 iv Pyelonephritis 3hr V X(U) X X (cpt) -

30 2038665 Cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 5hr V X(U) X V V

cefixime 2x100mg po

31 2045263 cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 5hr V X(U) X V V

32 2046083 Ciprofloxacin 500mg 2x1 po Pyelonephritis 13 hr V V V V -

33 1145833 Levofloxacin 1x500mg iv Cystitis 3hr V X(O) V V -

34 1128572 Cefoperazone+sulbactam 3g 2x1 iv Cystitis 3 hr V V V V -

35 1916092 ceftriaxone 1gr 2x1 iv Pyelonephritis 6hr V V X X(cpt) V

ofloxacin 400mg 2x200mg

36 555287 ceftriaxone 1gr 2x1 iv Cystitis 6hr V V X V -

37 699646 cefuroxime 750mg 2x1 iv cystitis 6hr V X(U) X V -

Ofloxacin 400mg 2x1 po

38 694375 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 5 hr V V V X(lma) -

32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

39 01060769 cefoperazone 2x1g iv Cystitis 7 hr V V V V -

40 2007879 cefixime 2x100mg po Cystitis 3 hr V V V V -

41 1953827 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 2hr V V V X(cpt) -

42 1920915 cefixime 100mg 2x1po Cystitis 6hr V V V V -

43 150838 ceftriaxone 1gr 2x1 iv Pyelonephritis 5hr V V X X(cpt) V

44 1079651 ceftriaxone 1gr 1x1 iv Cystitis 9hr V V X X(lma) V

45 2035591 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 6hr V V V V -

pefloxacin 400mg 2x1 po

46 2046208 Cefuroxime 750mg 2x1 iv Pyelonephritis 6hr V X(U) X X(cpt) -

ofloxacin 200mg 2x1 po

47 2035699 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 4hr V V X V V

48 2035699 ceftizoxime 2x1g iv Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) -

49 2038353 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) -

50 2035383 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V V V -

51 1123422 cefotaxime 2x1g iv Pyelonephritis 10hr V V V V -

mikasin inj 2x500 mg iv

52 2037203 ceftazidime 2x1g iv cystitis 3hr V V V V -

53 678191 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 7hr V V X V -

54 150838 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 7hr V V X X(cpt) V

55 1991137 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 7hr V X(O) X V X

levofloxacin 500mg 1x1 po

56 2042801 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -

57 2036197 co-amox 250mg 3x1 po.pc Cystitis 5hr V V V V -

cefixime 2x100mg po.pc

58 2035396 ceftriaxone 2x1g iv cystitis 6hr V V X V -

cefixime 2x1 iv

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

59 1134710 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V X V -

ceftriaxone 2x1g iv

60 2041937 ceftriaxone 2x1g iv cystitis 5hr V V X V -

amoxicilin 3x500mg po

61 715707 cefixime 2x100mg po cystitis 3hr V X(O) V V -

ofloxacin 2x400mg po

62 2047217 cefoperazone+sulbactam 2x1g iv Pyelonephritis 4hr V V V X(cpt) -

63 481224 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 6hr V V X V V

64 2034814 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 7hr V V X V -

65 939092 ceftriaxone 1x1g iv Pyelonephritis 10hr V V X V -

66 2044043 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 4hr V V X X(cpt) V

cefixime 100mg 2x1po

67 1130562 cefuroxime 250mg 2x1 po Pyelonephritis 2hr V V V - -

68 1910544 cefixime 100mg 2x1 po Cystitis 5hr V V V V -

69 1130746 mikasin 500mg 2x1 iv Cystitis 6hr x V V V -

70 2035154 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 4hr V X(O) V V -

pipemidic acid 400mg 2x1 po.pc

71 937909 co-amox 500mg 3x1 po.pc Cystitis 3hr V V V V -

72 2040186 ceftizoxime 2x1g po Cystitis 3hr V V V V -

73 994262 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V -

74 656093 ofloxacin 400mg 2x200mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) -

75 530990 cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 3hr V X(U) X V -

76 300291 ceftriaxone 1x1g iv Cystitis 4hr V V X V V

77 1027420 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 4hr V V V X(cpt) V

78 695710 pipemidic acid 400mg 2x1 po.pc Cystitis 3hr V V V V V

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

79 1056689 ceftazidime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V V

80 1137630 cefixime 2x1 iv Cystitis 3hr V V V V -

81 2034591 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 2hr V V V V V

82 2044958 ceftriaxone 2x1g iv Cystitiscomplicated

BSK

8hr V V X V -

83 2040833 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 6hr V X(O) X V -

ciprofloxacin 500mg 2x1 po

84 1128526 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V V V -

85 2035506 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 8hr V V X X(cpt) -

86 396876 cefoperazone+sulbactam 2x1g iv Cystitis 7hr V V V V V

cefixime 2x100mg po

87 396876 cefixime 2x100mg po Cystitis 4hr V V V V -

88 1710206 meropenem 1g 3x1 Cystitis 5hr V X(U) V V V

meropenem 1g 2x1

cefepime 2x1g iv

89 1034846 cefuroxime 750mg 2x1iv Cystitis 7hr V X(U) X V -

pefloxacin 400mg 2x1 po

90 1128039 vancomycin 3x1g iv Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) V

tygacyl 2x1 iv

91 2046419 ciprofloxacin 500 mg 2x1 Cystitis 3hr V X(O) V V -

92 1129323 pipemidic acid 400mg 2x1 po.pc Cystitis 7hr V V V V V

93 1033756 cefepime 2g 2x1 iv Pyelonephritis 6hr V V X X(cpt) V

94 1108121 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V V

95 1134031 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 7hr V X(O) X V -

cefuroxime 2x500mg po

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

96 2046470 ceftizoxime 2x1 iv Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) -

pefloxacin 400mg 2x1 po

97 993940 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V V V -

98 1016616 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritishamil

6hr V V X X(cpt) -

99 2019087 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 3hr V V V X (cpt) V

100 2043547 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 7hr V V X V X

cefixime 2x100mg po

levofloxacin 1x500mg po

101 559026 ceftazidime 2x1g iv Pyelonephritis 3hr V V V - -

102 1146234 cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 3hr V X(U) V V V

ofloxacin 200mg 2x1 po.pc

103 705104 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 7hr V V X X(cpt) -

104 500810 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 4hr V V X V -

105 2040185 ceftriaxone 1gr dlm Nacl 2x1 iv Pyelonephritis 8hr V V X X(cpt) -

106 2041284 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 3hr V V X X (cpt) -

cefoperazone 2x1g iv

107 2044836 cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 4hr V X(U) X V V

108 2044836 cefixime 100mg 2x1 Cystitis 6hr V V V V -

109 1998312 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) -

110 2040147 mikasin 500mg 2x1 iv Cystitis 4hr X V V V -

111 2037895 cefotaxime 2x1gr iv Cystitis 5hr V V V V -

112 674608 ceftazidime 2x1g iv Pyelonephritis 9hr V V V X(cpt) -

113 1127112 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 1hr V V V - -

114 2035679 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 5hr V V V X(cpt) -

115 2034465 mikasin 2x1 iv Cystitis 8hr X V V X(lma) -

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

116 2033516 pefloxacin 400mg 2x1 po Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) -

cefixime 2x100mg po

117 2040171 ceftazidime 2x1g Pyelonephritis 13hr V V V V V

cefixime 2x100mg

118 1068423 cefixime 2x10mg po Cystitis 3hr V V V V V

119 2036607 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V V V V

120 2021996 ceftriaxone 1x1 g ivcefixime 2x100mg po

Cystitis 4hr V V X V -

121 703367 ofloxacin 400mg 2x1po Pyelonephritis 5hr V V V X(cpt) -

122 598097 cefixime 2x100mg po Cystitis 9 hr V V X X(lma) - ceftriaxon 2x1g

123 2035599 cefixime 2x1po Cystitis 5hr V V V V -

124 962888 cefepime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V V

125 2037498 ofloxacin 400mg 2x1 po Cystitis 3hr V X(O) V V -

126 1143826 cefuroxime 750mg 2x1 ivofloxacin 2x1 po

Cystitis 4hr V X(U) X V V

127 1998064 ceftriaxone 1x1g iv Cystitis 3hr V V X V -

128 2039581 cefoperazone 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -

129 1018806 cefoperazone 2x1gr iv Cystitis 4hr V V V V V

130 1020446 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 9hr V V X X(cpt) -

cefixime 2x100mg po

131 1020446 ceftriaxone 2x1 iv Cystitis 5hr V V X V V

132 1144154 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 5hr V V V X(cpt) -

133 1013451 ofloxacin 400mg 2x1po Cystitis 4hr V X(O) V V -

134 743139 cefixime 2x100mg po Cystitis 5hr V X(O) V V -

levofloxacin 500mg 1x1 po

135 1006781 levofloxacin 500 mg 1x1 iv Cystitis 7hr V X(O) V V -

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

levofloxacin 250mg 1x1 po

136 746001 cefixime 2x100mg po pc Cystitis 6hr V V V V V

137 919659 amoxicilin 3x500mg po Cystitis 4hr X V V V -

138 433409 ceftriaxone 1x1g iv Cystitis 3hr V V X V V

139 1010001 pefloxacin 400mg 2x1 po Cystitis 6hr V V V V V

140 2099711 ceftazidime 2x1g inj Cystitis 3hr V V V V -

141 2016944 ciprofloxacin 500mg 2x1 po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) V

142 2016944 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) V

143 1032059 amoxiclav 500mg/125mg 3x1 Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) V

144 702851 cefixime 2x100mg Cystitis 6hr V V V V -

145 1092511 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 8hr V V X X(cpt) -

146 1065757 cefoperazone 2x1 iv Cystitis 8hr V V V X(lma) -

cefixime 2x100mg po

147 2011216 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) -

148 1947494 ceftriaxone 1x1g iv Pyelonephritis 7hr V V X X (cpt) V

149 1119466 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V V

150 2040330 ceftriaxone 2x1g po Cystitis 4hr V V X V X (resisten)

151 2013495 ceftriaxone 2x1 iv Cystitis 7hr V V X V V

cefixime 2x100mg po

152 2044267 cefuroxime 750mg 2x1 iv Pyelonephritis 7hr V X(U) X X(cpt) -

153 2043036 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 9hr V V V X(cpt) -

154 686609 ciprofloxacin 500mg 2x1po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) V

155 1943886 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) X

156 1072358 ceftriaxone 2x1gr iv Pyelonephritis 9hr V V X X(cpt) V

157 1995372 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 7hr V V X X(cpt) V

cefixime 2x100mg po

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

158 2045666 ceftriaxone 2x1gr iv Cystitis 9hr V V X X(lma) V

Cefixime 2x100mg po

159 1126922 ceftazidime 2x1g inj Cystitis 8hr V V V V -

160 2044790 ceftriaxone 2x1 iv Pyelonephritis 9hr V V X X(cpt) -

161 2042172 ceftriaxone 2x1 iv Pyelonephritis 10hr V V X V -

162 674057 ceftazidime 2x1g inj Pyelonephritis 10hr V V V V V

levofloxacin 500mg 1x1 po

163 767192 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 6hr V V X V V

164 2043140 ceftriaxone 2x1gr iv Cystitis 5hr V V X V V

165 2041660 levofloxacin 500mg 1x1 iv Cystitis 4hr V X(O) V X(lma ) V

166 2041027 cefotaxime 2x1g iv Cystitis 7hr V X(O) V V -

ciprofloxacin 500mg 2x1 po

167 1143919 ceftizoxime 2x1g po Cystitis 8hr V V V X (lma) V

pefloxacin 2x1 iv

168 2046788 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 3hr V V X V -

169 152595 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 4hr V V X V -

170 549287 Ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 5hr V V X V -

171 157604 cefotaxime 2x1g iv Cystitis 3hr V V V V -

172 2014796 ofloxacin 400mg 2x1/2 Pyelonephritis 4hr V V V X(cpt) -

173 1030820 cefepime 2x1g iv Cystitis 8hr V V V X(lma) -

174 665140 levofloxacin 750mg 1x1 iv Cystitis 6hr V X(O) V X(lma) -

levofloxacin 500mg 1x1

175 2039880 levofloxacin 500mg 1x1 Pyelonephritis 3hr V V V X(cpt) -

176 1996970 levofloxacin 500mg 1x1 Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) -

177 1147201 ceftriaxone 2x1 ivcefixime 2x100mg po

Cystitis 8hr V V X V -

39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

cefixime 2x100mg po

178 2033875 ceftriaxone 2x1 iv Pyelonephritis 9hr V V X X(cpt) V

cefixime 2x100mg po

179 1068718 ceftriaxone 2x1 iv Cystitis 4hr V V X V -

180 1054671 meropenem 3x1g iv Cystitis 5hr V V V V V

181 155215 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) V

182 1065579 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -

183 1932266 cefotaxime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -

184 2045296 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V -

185 188155 ceftriaxone 2x1 iv Cystitis 3hr V V X V -

186 2035467 ceftazidime 2x1g iv Pyelonephritis 4hr V V V X(cpt) -

187 647125 ceftriaxone 2x1g iv levofloxacin 250mg 1x1 po

Cystitis 7hr V V X V V

188 2040686 ceftriaxone 1x1g iv Cystitis 2hr V V X V -

189 1140838 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 2hr V V V V -

190 1132324 cefixime 2x100mg po Cystitis 8hr V V V X(lma) -

191 2042754 cefixime 2100mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) -

192 1143322 cefixime 2x100mg po Cystitis 3hr V V V V -

193 2036041 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 3hr V V X V -

ceftazidime 2x1g iv

194 905351 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 2hr V V V V V

195 2040924 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 2hr V V X V -

196 2045666 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -

197 647728 cefuroxime 750mg 3x1 iv Cystitis 4hr V V V V -

198 1126525 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 4hr V V X V -

199 1942778 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika

Keterangan :

O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis

pefloxacin 2x1

200 02045296 Levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 5hr V V V X(lma) -

201 2035895 ceftazidime 2x1g iv Cystitis 3hr V V V V X (Alergi)

202 1094165 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V -

203 966430 Cefuroxime 750mg 2x1 ivofloxacin 400mg 2x1 po

Cystitis 7hr V X(U) X V -

204 1025452 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 5hr V V V X(cpt) V

205 1115286 pefloxacin 400mg 2x1 po Cystitis 4hr V V V V -

206 1015222 ceftizoxime 2x1 iv Cystitis 4hr V V V V V

ofloxacin 200mg 2x1 po

207 1145300 cefixime 2x100mg po Cystitis 2hr V V V V -

Tepat 202 174 137 135 39

% Tepat 98% 84% 66% 66% 87%

Tidak tepat 5 33 70 69 6

% Tidak tepat 2% 16% 34% 34% 13%

41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Dian Pertiwi, lahir di

Jakarta pada tanggal 29 Juli 1996. Penulis merupakan

anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan

Hendrikus Ruswadi dan Christina Sri Sulastri.

Penulis telah menempuh pendidikan yaitu TK di TK

Bunda Hati Kudus Jakarta Barat (2001-2002), tingkat

Sekolah Dasar di SD Bunda Hati Kudus Jakarta Barat

(2003- 2008), tingkat Sekolah Menengah Pertama di

SMP Bunda Hati Kudus Jakarta Barat (2008-2011),

tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Bunda Hati

Kudus Jakarta Barat (2011-2014).Tahun 2014,Penulis melanjutkan pendidikannya

ke jenjang perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Selama masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti berbagai

kegiatan kepanitiaan baik di Fakultas Farmasi, Universitas maupun di luar

Universitas, yaitu Panitia Fesadha (2016), panitia Komunitas Sadar Sehat (2016),

Panitia Faction (2016), Panitia USD Speak UP (2016), Panitia Mawapres (2016).

Mengikuti USD Mengajar (2016) dimana menjadi relawan untuk membantu

dalam mengajar di SD, Pelatihan dan pengembangan Kepribadian Mahasiswa I,

LKMM I dan II (2014), dan pengalaman menjadi asisten dosen pada Praktikum

Komunikasi Farmasi tahun 2017. Penulis tidak hanya aktif dikampus namun juga

memiliki kegiatan diluar kampus yaitu sebagai model dimana telah meraih

prestasi seperti Fashion show di Den Haag, Belanda dalam Wastra Indonesia pada

tahun 2017, Harapan 1 top model by LT Pro 2017, juara 2 dan juara Favorit Jogja

Model Hunt Yogyakarta 2017, dan menjadi The Supermodel Congeniality 2018.

42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI