Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEWASA
TERDIAGNOSIS INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN METODE
GYSSENS DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Juita Saraswati
NIM : 158114038
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEWASA
TERDIAGNOSIS INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN METODE
GYSSENS DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Juita Saraswati
NIM : 158114038
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Memang berjuang itu melelahkan.
Berbahagialah orang yang mampu
berjuang hingga titik keberhasilan.
-Yoseph-
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sebagai sumber kekuatanku
Bapak, Ibu, dan Kakak serta keluarga tercinta sebagai baktiku
Para sahabat dan teman terkasih
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan
Antibiotik pada Pasien Dewasa Terdiagnosis Infeksi Saluran Kemih dengan
Metode Gyssens di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan apabila tidak
ada bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Yustina Sri Hartini, Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
Akademik.
2. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing
skripsi yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, arahan, waktu,
dan sara selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
1. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. dan Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D.,
Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, waktu, kritik
dan saran yang membangun selama penyelesaian skripsi ini.
2. Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan izin dan
kepercayaan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
3. Tim Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
yang telah memberikan arahan dan izin terkait pembuatan Ethical
Clearance pada penulis.
4. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah memberikan pengarahan dan pengetahuan
selama penulis belajar di bangku kuliah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
5. Kedua orang tuaku, Bapak Yoseph Setiyarno dan Ibu Christiana Puji
Hastuti, serta Kakakku Christina Ramya Hening yang senantiasa
mendoakan dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Rekan skripsi Pak Wawan (Claresta, Indian, Alberta, Graciella, Patric, dan
Misty) yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama proses
penyusunan skripsi ini.
7. Semua pihak yang memberikan dukungan, doa, dan semangat yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
meminta maad apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan kata terkait dengan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik lagi.
Yogyakarta, 19 April 2019
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRAK
Infeksi saluran kemih (ISK)merupakan suatu kondisi dimana satu atau
lebih bagian dari sistem kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra)
terinfeksi oleh bakteri. Penyebab ISK non komplikasi adalah E. Coli (80-90 %),
Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella pneumoniae, Proteus spp.,
Pseudomonas aeruginosa, dan Enterococcus spp. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien dewasa yang
terdiagnosis infeksi saluran kemih menggunakan metode Gyssens di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta tahun 2018.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang menggunakan
desain metode deskriptif evaluatif dengan pengambilan data secara retrospektif.
Data yang diambil berasal dari data rekam medis pasien ISK dewasa yang dirawat
di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda tahun 2018. Data yang diperoleh kemudian
dievaluasi dengan diagram alir Gyssens.
Hasil yang diperoleh yaitu sebesar 43,75% penggunaan antibiotik rasional
dan sebesar 56,25% penggunaan antibiotik tidak rasional dengan rincian
penggunaan antibiotik terlalu lama (6,25%), penggunaan antibiotik terlalu singkat
(12,5%), dan terdapat antibiotik lain yang lebih efektif (37,5%).
Kata kunci: Infeksi saluran kemih, antibiotik, Gyssens
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Urinary tract infection (UTI) is an infection in any part of urinary system.
Non-complicated UTI usually caused by E. coli. Other pathogens include
Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella pneumoniae, Proteus spp.,
Pseudomonas aeruginosa, and Enterococcus spp. The objective of this study is to
find out the rasionality of antibiotic use in hospitalized adult patients with UTI at
Bethesda Hospital in 2018.
This study was non experimental with descriptive design, and data were
collected retrospectively. The data are the inpatient medical records of UTI
during Januari-Desember 2018. And then the data were evaluated qualitatively
using Gyssens flowchart.
Based on this study, we can conclude that 43,75% antibiotic prescribing
were rational (Gyssens category 0) and 56,25% were irrational (6,25% duration
too long; 12,5% duration too short; and 37,5% more effective alternative agent).
Keywords: urinary tract infection, antibiotic, Gyssens
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... vii
PRAKATA ............................................................................................................. viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
ABSTRACT .............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI............................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 2
Desain Penelitian ................................................................................................ 2
Pengambilan Data ............................................................................................... 3
Analisis Data ...................................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 4
KESIMPULAN ........................................................................................................ 10
SARAN .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11
LAMPIRAN............................................................................................................. 14
BIOGRAFI PENULIS .............................................................................................. 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Jenis Antibiotik Pasien ISK ..................................................................... 5
Tabel II. Hasil Evaluasi Antibiotik ....................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan Pengambilan Data ..................................................................... 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ethical Clearance ........................................................................... 14
Lampiran 2 Surat Perizinan Penelitian RS Bethesda Yogyakarta ........................ 15
Lampiran 3 Definisi Operasional ........................................................................ 16
Lampiran 4 Diagram Alir Gyssens ..................................................................... 17
Lampiran 5 Kriteria Gyssens .............................................................................. 18
Lampiran 6 Pengambilan Data Pasien ................................................................ 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering menyerang pria
maupun wanita dari berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis dan episode.
(IAUI, 2015). Infeksi saluran kemih merupakan suatu kondisi dimana satu atau
lebih bagian dari sistem kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra) terinfeksi
oleh bakteri (Puca, 2014). Berdasarkan letaknya, ISK dibagi menjadi ISK bagian
bawah (sistitis) dan ISK bagian bawah (pielonefritis). Sistitis adalah infeksi yang
terjadi pada vesika urinari. Sedangkan pielonefritis adalah respon inflamasi yang
terjadi pada parenkim ginjal dan pielum yang disebabkan karena naiknya
mikroorganisme dari saluran kemih bawah (Purnomo, 2008).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu infeksi bakteri yang
paling umum, 150 juta orang mengalami gejala ISK setiap tahunnya di seluruh
dunia (Flores-Mireles et al., 2015). Di Indonesia, terdapat 90-100 kasus per 100.000
penduduk atau sekitar 180.000 kasus ISK baru setiap tahunnya (Depkes RI, 2014).
Studi retrospektif yang dilakukan oleh Pertiwi di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta periode 2016 menunjukkan bahwa terdapat 428 kasus ISK pada pasien
usia dewasa. Penyebab paling umum ISK tanpa komplikasi adalah E. coli, sekitar
80% hingga 90% infeksi yang terdapat di komunitas. Penyebab lain diantaranya,
Staphylococcus saprophyticus (staphylococcus negatif koagulase), Klebsiella
pneumoniae, Proteus spp., Pseudomonas aeruginosa, dan Enterococcus spp (Wells
et al., 2015).
Penatalaksanaan infeksi saluran kemih non komplikasi untuk sistitis dan
pielonefritis menggunakan antibiotik (IAUI, 2015). Antibiotik merupakan
golongan obat yang paling banyak digunakan untuk mengatasi infeksi akibat
bakteri. Penggunaan antibiotika pada pasien yang dirawat di rumah sakit di negara
berkembang sekitar 30-80%, dan 20-65% diantaranya tidak tepat (Lestari dkk.,
2011). Penggunaan terapi antibiotika yang tidak tepat mengakibatkan pengobatan
menjadi tidak efektif, terjadi peningkatan morbiditas atau mortalitas, dan
peningkatan biaya perawatan (Yuniftiadi dkk., 2010).
Penelitian terkait ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien ISK
menggunakan metode Gyssens pernah dilakukan oleh Wiharsanti di RS “X”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Yogyakarta pada tahun 2017. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat 1
peresepan yang rasional dari total 41 peresepan. Selanjutnya pada penelitian yang
dilakukan oleh Mir’atunnisa (2017) di RS “Y” Semarang menunjukkan sebesar
56,52% penggunaan antibiotik rasional dan sebesar 43,48% tidak rasional. Selain
itu Utami (2017) juga melakukan penelitian serupa di RS “Z” Bantul dengan hasil
sebesar 69,23% penggunaan antibiotik rasional dan 30,77% tidak rasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan rasionalitas penggunaan
antibiotik pada pasien dewasa dengan infeksi saluran kemih menggunakan metode
Gyssens di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode tahun
2018.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif evaluatif dengan
pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan data dilakukan dengan melihat
data rekam medis pasien dewasa dengan diagnosis ISK yang dirawat inap di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta pada tahun 2018. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah pasien dewasa dengan diagnosis utama infeksi saluran kemih tanpa penyakit
infeksi penyerta lain dan mendapatkan terapi antibiotik. Kriteria eksklusi penelitian
ini adalah data yang tidak lengkap atau hilang, dan pasien yang melanjutkan
pengobatan di tempat lain.
Penelitian ini telah mendapat izin dari Rumah Sakit Bethesda dengan nomor
surat 2720/KC.92/2019 dan prosedur penelitian telah mendapat persetujuan dari
Komisi Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta
Wacana dengan nomor surat 938/C.16/FK/2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Gambar 1. Bagan Pengambilan Data Pasien ISK di RS Bethesda Yogyakarta
Pengambilan Data
Penelitian dilakukan tanpa adanya intervensi dan data yang digunakan
adalah data sekunder berupa rekam medis pasien rawat inap RS Bethesda.
Pengambilan data dilakukan secara populasi yaitu diambil seluruh data rekam
medis pasien dewasa terdiagnosis infeksi saluran kemih di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Januari-Desember 2018. Data yang
diambil terdiri dari nomor rekam medis, tanggal masuk dan keluar, nama, usia, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, anamnesis, diagnosis utama, tanda vital,
pemeriksaan urinalisa, dan obat yang diberikan.
Pencarian nomor rekam medis pasien didapat secara komputerisasi dengan
memasukkan jenis penyakit, usia, dan periode rawat inap. Kemudian dari nomor-
nomor rekam medis yang telah ditemukan dilakukan pencarian berkas fisik rekam
medis. Proses pencarian nomor rekam medis hingga pencarian berkas fisi dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
oleh pihak rumah sakit. Jumlah total rekam medis yang disediakan untuk peneliti
berjumlah 151 rekam medis. Dari 151 rekam medis tersebut yang sesuai dengan
kriteria inklusi sebanyak 10 rekam medis (Gambar 1.).
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan secara deskriptif menjadi dua
bagian yaitu jenis antibiotik yang digunakan dan evaluasi penggunaan antibiotik.
Jenis antibiotik yang digunakan dihitung dengan cara membagi jumlah kasus
dengan jumlah seluruh kasus kemudian dikali 100%. Selanjutnya evaluasi
penggunaan antibiotik dibahas sesuai kategori Gyssens yaitu kelengkapan data
medis pasien, ada tidaknya antibiotik lain yang lebih efektif, ada tidaknya antibiotik
lain yang kurang toksik, ada tidaknya pilihan antibiotik yang lebih murah, ada
tidaknya antibiotik lain yang lebih spesifik, ketepatan durasi pemberian antibiotik,
ketepatan dosis, ketepatan interval pemberian antibiotik, ketepatan rute pemberian,
dan ketepatan waktu pemberian antibiotik dengan mengacu pada literatur. Literatur
yang digunakan adalah Diagnosis and Treatment of Acute Pyelonephritis in Women
(Colgan and Williams, 2011a), Diagnosis and Treatment of Acute Uncomplicated
Cystitis (Colgan and Williams, 2011b), dan Efficacy of Cefixime In The Treatment
of Urinary Tract Infection (Chaudhary et al., 2015). Apabila terapi antibiotik lolos
semua kategori metode Gyssens maka dikatakan rasional. Pada tahap analisis
dilakukan juga wawancara dengan apoteker RS Bethesda Yogyakarta untuk
mengetahui faktor pemilihan terapi antibiotik pada pasien dewasa terdiagnosis ISK.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 151 rekam medis yang disediakan oleh rumah sakit, didapatkan 10
rekam medis yang sesuai dengan kriteria inklusi, dengan 16 peresepan. Berdasarkan
Tabel I. antibiotik yang paling banyak digunakan adalah golongan cephalosporin,
yaitu cefixime dan ceftriaxone masing-masing sebesar 25%. Diikuti dengan
penggunaan ofloxacin sebesar 18,75%. Tidak digunakan antibiotik kombinasi pada
pasien dewasa terdiagnosis ISK di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda tahun 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tabel I. Jenis Antibiotik yang Diberikan pada Pasien Dewasa Terdiagnosis ISK
di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Tahun 2018
Antibiotik Jumlah Persentase (%)
Cephalosporin
Cefixime 4 25
Cefspan® (Cefixime) 1 6,25
Ceftriaxone 4 25
Broadced® (Ceftriaxone) 1 6,25
Cefotaxime 2 12,5
Quinolone
Ofloxacin 3 18,75
Cravit® (Levofloxacin) 1 6,25
Total 16 100
Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Pada penelitian ini didapatkan 10 kasus dengan 16 peresepan antibiotik dari
pasien dewasa terdiagnosis ISK yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta periode Januari-Desember 2018. Peresepan antibiotik kemudian
dievaluasi menggunakan diagram alir Gyssens dan digolongkan berdasarkan tiap
jenis antibiotik. Hasil evaluasi dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Hasil Evaluasi Peresepan Antibiotik Berdasarkan Metode Gyssens
Antibiotika Kategori Gyssens Total
0 IIIA III B IVA
Broadced®
(Ceftriaxone) 1 1
Cefspan®
(Cefixime) 1 1
Cravit®
(Levofloxacin) 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Cefixime 2 1 1 4
Cefixime 2 1 1 4
Cefotaxime 2 2
Ceftriaxone 2 1 1 4
Ofloxacin 1 2 3
Jumlah 7 1 2 6 16
Keterangan kategori
0 : Penggunaan antibiotik tepat/bijak
IIIA : Penggunaan antibiotik terlalu lama
IIIB : Penggunaan antibiotik terlalu singkat
IVA : Terdapat antibiotik lain yang lebih efektif
IVC : Terdapat alternatif antibiotik yang lebih murah
Kategori VI (data tidak lengkap)
Menurut Permenkes (2011) data tidak lengkap adalah data rekam medis
tanpa diagnosis kerja, terdapat halaman rekam medis yang hilang sehingga tidak
dapat dievaluasi. Tidak terdapat peresepan yang masuk dalam kategori ini.
Kategori V (tidak ada indikasi penggunaan antibiotik)
Penggunaan antibiotik tanpa indikasi yang dimaksud adalah tidak adanya
indikasi klinis pasien mengalami infeksi. Untuk penatalaksanaan infeksi saluran
kemih diperlukan terapi antibiotik (IAUI, 2015). Berdasarkan hasil evaluasi tidak
ditemukan kasus penggunaan antibiotik tanpa indikasi.
Kategori IVA (ada antibiotik lain yang lebih efektif)
Kategori ini diartikan terdapat antibiotik lain yang lebih direkomendasikan
untuk kondisi pasien karena dinilai dapat memberikan efek terapi optimal. Pada
penelitian ini, pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil urinalisis, bila bakteri
penginfeksi tidak diketahui maka diberikan antibiotik empirik. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa kasus 3a (ceftriaxone), 5a (cefixime), 5b (ofloxacin), 8
(cefotaxime), 9a (cefotaxime), dan 9b (ofloxacin) masuk dalam kategori ini.
Contoh pada kasus 3, di awal pasien mendapatkan terapi ceftriaxone
parenteral selama satu hari. Tidak didapatkan informasi letak infeksi pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
apakah termasuk sistitis atau pielonefritis pada rekam medis. Pada hasil urinalisis
ditemukan adanya lekosit gelap. Menurut Amna (2012) lekosit gelap menandakan
adanya peradangan pada traktus urinarius bagian bawah. Tidak ditemukan literatur
yang menyatakan bahwa ceftriaxone merupakan pilihan terapi untuk infeksi pada
traktus urinarius bagian bawah.
Kategori IVB (ada alternatif antibiotik lain yang kurang toksik)
Antibiotik yang tidak aman/toksik dilihat dari kontraindikasi terhadap
kondisi pasien, interaksi berbahaya dengan obat lain, dan alergi yang muncul pada
pasien. Selain itu kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis perlu
dipertimbangkan untuk menghasilkan terapi yang aman dan optimal bagi pasien
(Kenward, 2003). Berdasarkan hasil evaluasi, tidak ditemukan adanya kasus yang
masuk dalam kategori ini.
Kategori IVC (ada alternatif antibiotik yang lebih murah)
Pada kategori ini evaluasi dilakukan berdasarkan antibiotik yang digunakan,
apakah antibiotik generik atau bermerk dengan mempertimbangkan status bayar
pasien (BPJS atau mandiri). Sebagai contoh, pada kasus 6 pasien mendapatkan obat
bermerk yaitu Broadced® (ceftriaxone) dan Cefspan® (cefixime). Bila
dibandingkan harga Broadced® lebih mahal daripada ceftriaxone, begitu pula
antara Cefspan® dengan cefixime. Namun pada status bayar, pasien bukan
merupakan pasien BPJS sehingga tidak ditemukan adanya antibiotik yang masuk
dalam kategori ini.
Kategori IVD (ada pilihan antibiotik lain dengan spektrum lebih sempit)
Pemilihan antibiotik yang memiliki spektrum lebih sempit didasarkan dari
kultur spesimen yang relevan atau dari pola kultur kuman (Kemenkes, 2011).
Dalam penelitian ini tidak ditemukan kasus dengan uji kultur bakteri, sehingga
semua kasus dalam penelitian menggunakan antibiotik secara empirik sesuai
dengan Diagnosis and Treatment of Acute Pyelonephritis in Women (Colgan and
Williams, 2011a) dan Diagnosis and Treatment of Acute Uncomplicated Cystitis
(Colgan and Williams, 2011b).
Kategori IIIA (penggunaan antibiotik terlalu lama)
Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa kasus 3b (ofloxacin) masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kategori ini. Pada pasien tidak diketahui letak infeksi secara spesifik. Hasil
urinalisis pasien tidak menunjukkan adanya lekosit pucat, dimana lekosit pucat
menandakan adanya peradangan pada traktus urinarius bagian atas (Amna, 2012).
Menurut literatur Diagnosis and Treatment of Acute Uncomplicated Cystitis
(Colgan and Williams, 2011b) ofloxacin diberikan selama 3 hari. Sedangkan pasien
mendapat terapi selama 5 hari sehingga pemberian ofloxacin terlalu lama.
Kategori IIIB (penggunaan antibiotik terlalu singkat)
Kasus 1 (cefixime) masuk dalam kategori IIIB karena pemberiannya yang
terlalu singkat. Menurut penelitian Chaudhary et al. (2015) cefixime efektif bila
diberikan selama 7-10 hari, sedangkan pasien hanya menerima cefixime selama 3
hari. Sehingga pemberian antibiotik pada pasien terlalu singkat.
Kategori IIA (penggunaan antibiotik tidak tepat dosis)
Dosis yang terlalu rendah akan menyebabkan kurangnya ketersediaan
hayati obat sehingga durasi kerja obat menjadi lebih singkat dan dapat
mengakibatkan resistensi mikroorganisme (Cipolle, 2004). Sedangkan bila dosis
terlalu tinggi dapat menyebabkan toksisitas karena melebihi kadar toksik minimal.
Berdasarkan hasil evaluasi tidak ditemukan kasus yang masuk dalam kategori ini.
Kategori IIB (penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian)
Ketepatan interval antibiotik dilihat berdasarkan kesesuaian dengan
literatur. Antibiotik yang diberikan harus sesuai interval agar didapatkan kadar obat
yang konstan di dalam darah. Berdasarkan hasil evaluasi tidak ditemukan kasus
dengan interval pemberian yang tidak tepat.
Kategori IIC (pemberian antibiotik tidak tepat rute pemberian)
Rute pemberian dapat mempengaruhi outcome terapi yang dicapai. Rute
pemberian harus didasarkan pada keamanan dan manfaat bagi pasien (Kemenkes,
2011). Berdasarkan hasil evaluasi tidak ditemukan kasus dengan rute pemberian
tidak tepat.
Kategori I (penggunaan antibiotik tidak tepat waktu)
Penggunaan antibiotik dinilai tidak tepat waktu apabila waktu
pemberiannya tidak tepat setiap harinya. Tidak ditemukan adanya kasus yang
termasuk dalam kategori I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat/bijak)
Terapi antibiotik dikatakan tepat apabila memenuhi kriteria I-VI sesuai
diagram alir Gyssens. Berdasarkan hasil evaluasi kasus 4a (ceftriaxone), 4b
(cefixime), 6a (Broadced®), 6b (Cefspan®), 7 (Cravit®) 10a (ceftriaxone), dan 10b
(cefixime) masuk dalam kategori ini.
Salah satu contoh penggunaan antibiotik rasional yaitu kasus 4 (ceftriaxone
dan cefixime). Pada kasus 4 data rekam medis pasien lengkap sehingga lolos
kategori VI. Pasien terdiagnosis ISK karena itu lolos kategori V karena ada indikasi
penggunaan antibiotik. Pasien mendapatkan ceftriaxone parenteral selama 2 hari,
kemudian pada hari ke-3 diganti menjadi cefixime hingga hari ke-7. Ceftriaxone
parenteral merupakan salah satu pilihan antibiotik untuk ISK (Colgan and Williams,
2011a). Sedangkan pemilihan cefixime mengandalkan penilaian klinis dari rumah
sakit melalui wawancara dengan apoteker karena tingkat keberhasilan terapi yang
tinggi. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chaudhary et al.
(2015) cefixime memiliki efikasi, keamanan dan tolerabilitas baik untuk terapi ISK.
Karena itu ceftriaxone dan cefixime lolos kategori IVA (tidak ada alternatif
antibiotik lain yang lebih efektif) dan IVD (tidak ada alternatif antibiotik lain
dengan spektrum sempit). Baik ceftriaxone maupun cefixime tidak memiliki
interaksi berbahaya dengan obat lain yang digunakan oleh pasien (Medscape,
2018). Cefriaxone dan cefixime juga tidak kontraindikasi dengan kondisi pasien
sehingga lolos kategori IVB (tidak ada antibiotik lain yang kurang toksik).
Cefriaxone dan cefixime merupakan obat generik yang harganya lebih murah dari
obat bermerk sehingga lolos kategori IVC (tidak ada pilihan antibiotik yang lebih
murah).
Selama pasien dirawat total pemberian terapi antibiotik yang diterima
adalah selama 7 hari, hal ini sesuai dengan literatur dimana terapi yang dianjurkan
adalah selama 7-14 hari (Ramakrishnan and Scheid, 2005). Oleh karena itu lolos
kategori IIIA (pemberian antibiotik tidak terlalu lama) dan IIIB (pemberian
antibiotik tidak terlalu singkat). Dosis ceftriaxone parenteral yang dianjurkan
adalah 1000 mg satu kali sehari (Colgan and Williams, 2011a) dan dosis cefixime
yang dianjurkan adalah 50-100 mg dua kali sehari (PIONAS, 2015). Sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ceftriaxone dan cefixime lolos kategori IIA (pemberian antibiotik tepat dosis).
Interval pemberian ceftriaxone yang digunakan pasien sudah tepat satu kali sehari
(Colgan and Williams, 2011a). Interval pemberian cefixime juga sesuai setiap 12
jam karena cefixime paling efektif diberikan dalam interval merata (around the
clock) (Tufts Medical Center, 2018). Sehingga lolos kategori IIB (interval
pemberian antibiotik tepat). Rute pemberian ceftriaxone tepat yaitu secara intravena
dan cefixime secara peroral sehingga lolos kategori IIC (penggunaan antibiotik
tepat rute pemberian). Waktu pemberian antibiotik setiap harinya tepat dan
konsisten yaitu ceftriaxone setiap pukul 08:00 serta cefixime setiap pukul 08:00 dan
20:00 sehingga lolos kategori I (pemberian antibiotik tepat waktu pemberian).
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, kasus 4 masuk dalam kategori 0 yang
berarti penggunaan antibiotik rasional.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah data yang didapatkan
peneliti sedikit dan wawancara hanya dilakukan dengan Apoteker sehingga alasan
pertimbangan terapi dari dokter penulis resep tidak diketahui.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi rasionalitas penggunaan
antibiotik pada pasien dewasa dengan infeksi saluran kemih menggunakan metode
Gyssens di RS Bethesda Yogyakarta periode 2018 dapat disimpulkan bahwa
penggunaan antibiotik rasional sebesar 43,75% dan penggunaan antibiotik tidak
rasional sebesar 56,25% dengan rincian penggunaan antibiotik terlalu lama
(6,25%), penggunaan antibiotik terlalu singkat (12,5%), dan terdapat antibiotik lain
yang lebih efektif (37,5%).
SARAN
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan wawancara
dengan dokter penulis resep dan apoteker. Selain itu penelitian prospektif
diperlukan agar dapat memonitoring kondisi pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
DAFTAR PUSTAKA
Amna, F. dan Ana, M., 2012, Hubungan Penebalan Dinding Kandung Kemih pada
Ultrasonografi dengan Sedimen Urin Leukosit Pada Penderita Klinis Infeksi
Saluran Kemih, Portal Garuda, 12 (1), 16.
Chaudhary, M., Pandey, Godar, Gautam, and Gurung, 2015. Efficacy of Cefixime
in The Treatment of Urinary Tract Infection, World Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences, 4(4), 987-994.
Cipolle, R., Strand, Morley, 2004, Pharmaceutical Care Practice The Clinician’s
Guide, McGraw-Hill, New York.
Colgan, R., and Williams, M., 2011a, Diagnosis and Treatment of Acute
Pyelonephritis in Women, American Academy of Family Physician (AAFP),
84 (5), 519-526.
Colgan, R., and Williams, M., 2011b, Diagnosis and Treatment of Acute
Uncomplicates Cystitis, American Academy of Family Physician (AAFP),
84 (7), 771-776.
Depkes RI, 2014, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Jakarta: Depkes RI.
Flores-Mireles, A.L., Walker, J.N., Caparon, M. and Hultgren, S.J., 2015. Urinary tract
infections: epidemiology, mechanisms of infection and treatment
options. Nature Reviews Microbiology. 13, 1-16.
Gyssens, I, C., 2005. Audits for Monitoring the Quality of Antimicrobial
Prescriptions. In: Gould, I.M., Van der Meer, J.W. M., eds. Antibiotic
Policies. Boston, Springer, 197-219.
Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2015. IAUI - Guideline Penatalaksanaan Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria 2015. Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 23
(Oktober), 1, 22-26.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kenward, R., and Tan, 2003, Penggunaan Obat pada Gangguan Ginjal, PT. Elex
Media Komputindo Gramedia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Lestari, W., Almahdy, and Darwin, 2011. Studi Penggunaan Antibiotik
Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyssens Di Bangsal Penyakit
Dalam RSUP dr. Djamil Padang, Artikel Publikasi Fakultas Farmasi
Universitas Andalas, Padang.
Medscape, 2018. Drug Interaction Checker, https://reference.medscape.com/drug-
interactionchecker, diakses pada 2 Juli 2019.
Mir’atunnisa, 2017, Evaluasi Penggunaan Antibiotik dengan Metode Gyssens pada
Pasien Infeksi Saluran Kemih Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang, Naskah Publikasi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sultan Agung Semarang.
Pertiwi, D., 2018, Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta, Naskah Publikasi,
Fakultas Farmasi, Univertas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pionas, 2015. Sefiksim http://pionas.pom.go.id/monografi/sefiksim, diakses pada 1
Juli 2019.
Puca, E., 2014. Urinary Tract Infection in Adults. Clinical Microbiology: Open
Access, 3 (6), 1-2.
Purnomo, B., 2008, Dasar Dasar Urologi: Infeksi Urogenitalia, Edisi Kedua.
Ramakrishnan, K., and Scheid, D.C., 2005, Diagnosis and Management of Acute
Pyelonephritis in Adults. American Academy of Family Physician (AAFP),
71 (5), 933-942.
Utami, D., 2017. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Alur Gyssens pada
Pasien Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan
Senopati Bantul Tahun 2015, Naskah Publikasi, Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Wells, B.G., Dipiro J.T., Schwinghammer T.L., and Dipiro, C.V., 2015.
Pharmacotherapy Handbook. 9th Ed.
Wiharsanti, B.A., 2018, Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens
pada Pasien Geriatri Terdiagnosis Infeksi Saluran Kemih di RS Bethesda
Yogyakarta, Naskah Publikasi, Fakultas Farmasi, Univertas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Yuniftiadi, F., Jati, L., dan Endang, S., 2010, Kajian Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik di Intensive Care Unit RSUP dr. Kariadi Semarang Periode Juli-
Desember 2009, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Lampiran 1. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian RS Bethesda Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lampiran 3. Definisi Operasional
1. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data rekam medis pasien dewasa
terdiagnosis infeksi saluran kemih yang menjalani rawat inap di RS Bethesda
Yogyakarta periode 2018 dengan kode ICD 10 N39.0 yang memenuhi kriteria
inklusi
2. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan menggunakan kriteria Gyssens yang
kemudian dimasukkan ke dalam kategori 0-VI yaitu tepat indikasi, tepat waktu
pemberian, tepat dosis, tepat interval pemberian, tepat cara/rute pemberian, dan
tepat lama pemberian antibiotik.
3. Literatur utama yang digunakan adalah Diagnosis and Treatment of Acute
Pyelonephritis in Women (Colgan and Williams, 2011a), Diagnosis and
Treatment of Acute Uncomplicated Cystitis (Colgan and Williams, 2011b), dan
Efficacy of Cefixime In The Treatment of Urinary Tract Infection (Chaudhary et
al., 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lampiran 4. Diagram Alir Gyssens (Gyssens, 2005)
(Gyssens, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Lampiran 5. Tabel Kriteria Gyssens
Kategori 0 penggunaan antibiotik tepat/bijak
Kategori I penggunaan antibiotik tidak tepat waktu
Kategori IIa penggunaan antibiotik tidak tepat dosis
Kategori IIb penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian
Kategori IIc penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute pemberian
Kategori IIIa penggunaan antibiotik terlalu lama
Kategori IIIb penggunaan antibiotik terlalu singkat
Kategori IVa ada antibiotik lain yang lebih efektif
Kategori IVb ada antibiotik lain yang kurang toksik/lebih aman
Kategori IVc ada antibiotik lain yang lebih murah
Kategori IVd ada pilihan antibiotik lain dengan spektrum lebih sempit
Kategori V tidak ada indikasi penggunaan antibiotik
Kategori VI data rekam medik tidak lengkap untuk dievaluasi
(Gyssens, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 6. Pengambilan Data Pasien
Kasus 1
No RM : 02067742
Tanggal Masuk : 18/2/18
Tanggal Pulang : 19/2/18
Nama
Jenis Kelamin
Umur/BB
CS
P
22/50
Status Pulang Perbaikan
Keluhan Sudah 3 hari demam, mual, muntah
Diagnosa Utama ISK
Tanda Vital TD
100/60 mmHg Suhu
38°C
Nadi
80
Nafas
22
URINALISIS
Tanggal : 18/2/18 Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Warna Kuning
Berat jenis 1,025 1,003 – 1,030 pH 6 4.5 – 8.0 Protein 2+ mg/dL Negatif
Sedimen
Lekosit pucat
Lekosit gelap
Eritrosit
Epitel
Bakteria
4+ (30 sel – ½ LPB)
2+ (5-9 sel/LPB)
2+ (5-9 sel/LPB)
2+ (5-9 sel/LPB)
2+ (Banyak/LPK)
Obat & Rute Jumlah Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
18/2/18 19/2/18
Primperan®
parenteral 2x1
Sistenol® po 3x1
Ranitidine po 2x1
Vomitas® po 3x1
Cefixime
100 mg po 6 2x1
08:00
20:00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Kasus 2
No RM 01064173
Tanggal Masuk : 20/3/18
Tanggal Pulang : 22/3/18
Nama
Jenis Kelamin
Umur/BB
IK
P
23/40
Status Pulang Perbaikan
Keluhan Perut nyeri sudah 2 hari (skala 3)
Demam sudah 4 hari
Diagnosa Utama ISK
Tanda Vital TD
120/80 mmHg
Suhu
36,8°C
Nadi
100
Nafas
20
URINALISIS
Tanggal : 21/3/18 Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Warna Kuning keruh
Berat jenis 1,010 1,003 – 1,030
pH 6,0 4.5 – 8.0
Protein 2+ (100) mg/dL Negatif
Sedimen
Lekosit pucat
Lekosit gelap
Eritrosit
Epitel
2+ (5-9 sel/LPB)
3+ (10-29 sel/LPB)
3+ (10-29 sel/LPB)
2+ (5-9 sel/LPB)
Obat & Rute Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
20/3/18 21/3/18 22/3/18
Ceftriaxone
parenteral 2x1g 22:00
08:00
20:00
08:00
20:00
Ketorolac
parenteral 2x1amp
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Kasus 3
No RM 02000892
Tanggal Masuk : 30/1/18
Tanggal Pulang : 1/2/18
Nama
Jenis Kelamin
Umur/BB
IP
P
25/46
Status Pulang Perbaikan
Keluhan
Nyeri ulu hati skala 3
Mual
Muntah
Diagnosa Utama ISK
Gastritis
Tanda Vital TD
110/70 mmHg
Suhu
36,3°C
Nadi
78
Nafas
20
URINALISIS
Tanggal : 30/1/18 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Berat jenis 1,015 1,003 – 1,030 pH 6 4.5 – 8.0
Sedimen
Lekosit gelap
Eritrosit
Epitel
3+ (10-29 sel/LPB)
1+ (<4 sel/LPB)
2+ (5-9 sel/LPB)
Obat & Rute Jumlah Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
30/1/18 31/1/18 1/2/18
(a) Ceftriaxone
parenteral 2x1g 12:00
Ondansetron
parenteral 2x1
Ketorolac iv 2x1
(b) Ofloxacin
400mg po 10 2x1 20:00
08:00
20:00
08:00
20:00
Lansoprazole po 1x1
Domperidone po 3x1
Cliad® 2x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Kasus 4
No RM 00683116
Tanggal Masuk : 20/11/18
Tanggal Pulang : 23/11/18
Nama
Jenis Kelamin
Umur/BB
LH
P
55/61
Status Pulang -
Keluhan Nyeri perut
Badan lemas
Diagnosa Utama UTI
Tanda Vital TD
130/80 mmHg
Suhu
38,5°C
Nadi
100
Nafas
20
URINALISIS
Tanggal : 21/11/18 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Warna Kuning
Berat jenis 1,015 1,003 – 1,030 pH 8,0 4.5 – 8.0
Sedimen
Lekosit gelap
Eritrosit
Epitel
1+ (<4 sel/LPB)
1+ (<4 sel/LPB)
1+ (<4 sel/LPB)
Obat & Rute Jumlah Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
21/11/18 22/11/18 23/11/18
Ranitidin
parenteral 2x1
Ketorolac
parenteral 2x1
(a) Ceftriaxone
parenteral 1x1g 08:00 08:00
(b) Cefixime
100mg po 10 2x1
08:00
20:00
Ketoprofen 2x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Kasus 5
No RM 00802065
Tanggal Masuk : 13/4/18
Tanggal Pulang : 17/4/18
Nama
Jenis Kelamin
Umur/BB
LD
P
20/39
Status Pulang Perbaikan
Keluhan
Demam sejak kemarin
Nyeri pinggang kiri
Mual, muntah
Diagnosa Utama ISK
Tanda Vital TD
110/70 mmHg
Suhu
38,5°C
Nadi
89
Nafas
20
URINALISIS
Tanggal : 12/4/18 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Berat jenis 1,015 1,003 – 1,030 pH 6,0 4.5 – 8.0
Sedimen
Lekosit pucat
Lekosit gelap
Epitel
2+ (5-9 sel/LPB)
1+ (<4 sel/LPB)
1+ (<4 sel/LPB)
Obat & Rute Jumlah Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
13/4/18 14/4/18 15/4/18 16/4/18 17/4/18
(a)
Cefixime
po 100 mg
2x1
08:00
20:00 08:00
Buscopan
po 3x1
PCT po 3x1
(b)
Ofloxacin
po 400 mg
10 2x1 20:00 08:00
20:00
08:00
20:00 08:00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kasus 6
No RM 02067742
Tanggal Masuk : 18/9/18
Tanggal Pulang : 21/9/18
Nama
Jenis Kelamin
Umur/BB
MP
P
37/-
Status Pulang -
Keluhan Demam, mual, muntah sudah seminggu
Pusing sekali kemarin
Diagnosa Utama ISK
Tanda Vital TD
110/70 mmHg
Suhu
36,1°C
Nadi
88
Nafas
20
URINALISIS
Tanggal : 19/9/18 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Berat jenis 1,015 1,003 – 1,030 pH 6,5 4.5 – 8.0
Sedimen
Lekosit pucat
Lekosit gelap
Eritrosit
Epitel
1+ (<4 sel/LPB)
3+ (10-29 sel/LPB)
3+ (10-29 sel/LPB)
3+ (10-29 sel/LPB)
Obat & Rute Jumlah Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
18/918 19/9/18 20/9/18 21/9/18
(a) Broadced®
parenteral 1x1 20:00 20:00
Pacetik® (PCT)
po 3x1
Vomitas® 3x1
(b) Cefspan® po 10 2x1 20:00 08:00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Kasus 7
No RM 00659662
Tanggal Masuk : 7/2/18
Tanggal Pulang : 8/2/18
Nama
Jenis Kelamin
Umur/BB
NI
P
60/75
Status Pulang Perbaikan
Keluhan
Demam
Diare 5 hari yang lalu Nyeri ulu hati
Muntah 2 kali
Diagnosa Utama ISK
Tanda Vital TD
140/90 mmHg
Suhu
36,9°C
Nadi
88
Nafas
20
URINALISIS
Tanggal : 7/2/18 Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Warna Kuning keruh
Berat jenis 1,010 1,003 – 1,030
pH 6,5 4.5 – 8.0
Protein 2+ mg/dL Negatif
Sedimen
Lekosit pucat
Lekosit gelap
Eritrosit
Epitel
Bacteria
Sil. Leukosit
3+ (10-29 sel/LPB)
4+ (30 sel – ½ LPB)
2+ (5-9 sel/LPB)
1+ (<4 sel/LPB)
1+ (Sedikit/LPK)
1+ (1/LPK)
Obat & Rute Jumlah Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
7/2/18 8/2/18
Ondansetron iv 2 x 1amp
Ranitidin iv 2 x 1 amp
Paracetamol po 3x1
Cravit® po
(levofloxacin) 5 1x1 12:00 12:00
Lansoprazole 1x1
Analsix 3x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Kasus 8
No RM 01138696
Tanggal Masuk : 16/8/18
Tanggal Pulang : 18/8/18
Nama
Jenis Kelamin Umur
/BB
NP
P
20/44
Status Pulang -
Keluhan Pusing, badan lemas, mual, muntah
Diagnosa Utama UTI
Tanda Vital TD
110/80 mmHg
Suhu
36,3°C
Nadi
88
Nafas
20
URINALISIS
Tanggal : 17/08/18 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Warna Kuning
Berat jenis 1,020 1,003 – 1,030 pH 6.00 4.5 – 8.0
Sedimen
Lekosit gelap
Epitel
Ca oxalat
3+ (10-29 sel/LPB)
3+ (10-29 sel/LPB)
1+ (1-4/LPB)
Obat & Rute Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
16/8/18 17/8/18 18/8/18
Cefotaxime
parenteral 3 x 1 24:00
08:00
16:00
24:00
08:00
16:00
24:00
Ondansetron
parenteral 1 amp
Domperidone 3 x 1
Betahistin 6 mg 3 x 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Kasus 9
No RM 02067053
Tanggal Masuk : 23/8/18
Tanggal Pulang : 26/8/18
Nama
Jenis Kelamin
Umur/BB
RW
P
18/53
Status Pulang Perbaikan
Keluhan Demam selama 9 hari, tidak BAB 1 minggu, pusing,
badan lemas
Diagnosa Utama UTI
Tanda Vital TD
120/80 mmHg
Suhu
38,5°C
Nadi
88
Nafas
22
URINALISIS
Tanggal : 24/8/18 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Warna Kuning keruh
Berat jenis 1,015 1,003 – 1,030 pH 5,50 4.5 – 8.0
Sedimen
Lekosit pucat
Lekosit gelap
Eritrosit
Epitel
Bacteria
1+ (<4 sel/LPB)
2+ (5-9 sel/LPB)
2+ (5-9 sel/LPB)
2+ (5-9 sel/LPB)
2+ (Banyak/LPK)
Obat & Rute Jumlah Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
24/8/18 25/8/18 26/8/18
Ketorolac 1 amp
(a) Cefotaxime
parenteral
3x1
08:00
16:00
24:00
08:00
16:00
24:00
08:00
Pamol® po 3x1
(b) Ofloxacin
400 mg po 10 tab 2x1 20:00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Kasus 10
No RM 01989776
Tanggal Masuk : 18/5/18
Tanggal Pulang : 25/5/18
Nama
Jenis Kelamin
Umur/BB
RA
P
19
Status Pulang Perbaikan
Keluhan Nyeri perut skala 4 sudah 1 minggu
Demam naik turun
Diagnosa Utama ISK
Tanda Vital TD
100/70 mmHg
Suhu
36
Nadi
100
Nafas
20
URINALISIS
Tanggal : 19/5/18 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Berat jenis 1,030 1,003 – 1,030 pH 6 4.5 – 8.0
Sedimen
Lekosit gelap
Epitel
Bacteria
1+ (<4 sel/LPB)
1+ (<4 sel/LPB)
1+ (Sedikit/LPK)
Obat & Rute Dosis Tanggal & Waktu Pemberian
19/5/18 20/5/18 21/5/18 22/5/18 23/5/18 24/5/18
Ketorolac
parenteral 2x1
(a)
Ceftriaxone
parenteral
2x1
08:00
20:00
08:00
20:00
08:00
20:00
08:00
20:00 08:00
(b)
Cefixime
100mg po
2x1
20:00
08:00
20:00
Tramadol
po 2x1 20:00
08:00
20:00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Maria Juita Saraswati, lahir di
Rembang pada tanggal 02 Februari 1997. Penulis merupakan
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Yoseph dan
Christiana. Penulis telah menempuh pendidikan di TK St.
Maria Rembang (2002-2003), SD St. Maria Rembang
Rembang (2003-2009), SMP Ov. Slamet Riyadi Rembang
(2009-2012), SMA St. Maria Rembang (2012-2015), dan pada
tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah mengikuti
beberapa kegiatan kepanitiaan seperti Panitia KPU Farmasi (2015 dan 2018),
Panitia Workshop Jurnalistik (2016), dan pernah bergabung di Tim Media Farmasi
(2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI