Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)
SAHABAT DESA BARING KECAMATANSEGERI
KABUPATEN PANGKEP
Disusun dan Diusulkan Oleh :
A DWI GUNA
Nomor Induk Mahasiswa: 10564 02184 15
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
EVALUASI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)
SAHABAT DESA BARING KECAMATANSEGERI
KABUPATEN PANGKEP
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun Dan Diusulkan Oleh :
A DWI GUNA
Nomor Induk Mahasiswa: 10564 02184 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : A Dwi Guna
Nomor Induk Mahasiswa : 10564 02184 15
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 20 Agustus 2021
Yang Menyatakan,
A Dwi Guna
v
ABSTRAK
A Dwi Guna. 2021. Evaluasi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Sahabat Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep. (dibimbing oleh
Andi Rosdianti Razak dan Nur Khaerah).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Evaluasi Pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Sahabat.dilaksanakan di Desa Baring Kecamatan
Segeri Kabupaten Pangkep dengan jenis penelitian kualitatif dan tipe penelitian
deskriptif. Teknik pengambilan Informan mengunakan pourposive sampling
dengan jumlah 6 (enam) orang dengan pengumpulan data yang digunakan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian dianalisis mengunakan tahap
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menujukan bahwa Evaluasi secara konteks
pengelolaan BUMDes dalam melaksanakan kebijakan terkadang tidak sesuai
dengan aturan dan tujuan BUMDes Sahabat, begitupun dalam mengkoordinir
pelaksanaan kegiatan unit usaha tentang laporan kegiatan, laporan keuangan, dan
pembagian dana BUMDes yang tidak terkoordinir dengan baik sehingga
pengelolaan BUMDes ini tidak sesuai tujuan BUMDes Sahabat secara konteks.
Secara input atau masukan masih ada sebgian kecil masyarakat yang belum
maksimal dalam pengembalian modal yang telah diberikan oleh pengelola
BUMDes. Sehingga diperlukan kerjasama semua pihak yang terlibat agar
BUMDes dapat berkembang dan mensejahterahkan masyarakat.Secara Proses
menunjukkan pelaksanaan program dilaksanakan belum sesuai dengan rencana
pelaksanaan baik dari sisi jadwal maupun pelaksana program belum mampu
menangani kegiatan selama program berlangsung sehingga unit usaha belum
inovatif dan kreatif. Evasluasi produk dari pengelola BUMDes dibuktikan dengan
laporan secara administrasi yang rutin dilaporkan sekali dalam setahun, dengan
pertanggungjawaban usahanya berupa Simpan Pinjam dengan produk Modal
Usaha, Penyewaan dengan produk Alat Musik Cayya-Cayya, Hand Traktor, dan
Perdagangan dengan produk Bumdesmart. Faktor pendukung dari segi komitmen
pemerintah dalam pengelolaan BUMDes sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan
suntikan dana BUMDes berasal dari dana desa, APBD Kabupaten, APBD
Provinsi dan kementerian terkait. Sedangkan factor penghambat yaitu anggaran
yang dimiliki desa dalam menjalankan usaha BUMDes ada, namun masih sangat
kecil untuk mengembangkan usaha yang besar.
Kata Kunci :Evaluasi, Context,Input,Process,Product, BUMDes
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh
makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi
kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman.
Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sahabat Desa
Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep”. Skripsi ini merupakan tugas
akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu
Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiayah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat Ibu Dr. Hj. Andi Rosdianti Razak, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu
Nur Khaerah, S.IP.,M.IP selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang Ayahanda Amiruddin A. Madjid
dan Ibunda Marlina Hamzah yang sangat berjasa dalam membersarkan, merawat
dan memberikan pendidikan sampai jenjang saat ini, yang tidak pernah bosan
vii
untuk mendoakan, menyemangati, memotivasi serta memberikan bantuan moril
maupun materil. Dan tak lupa pula kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tidak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas Muhammadiyah
Makassar
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis selama menempuh
perkuliahan.
5. Pihak Pemerintah Desa Baring dan BUMDes Sahabat yang telah banyak
memberikan informasi dan data yang dibutuhkan selama penelitian
berlangsung.
6. Serta teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan angkatan 2015 selaku sahabat
seperjuangan dalam meraih cita-cita yang telah banyak memberikan saran,
dukungan, motivasi dan selalu setia menemani saya dalam membantu dan
mendukung terselesaikannya skripsi ini.
viii
Dan seluruh rekan serta pihak yang penulis tidak sebutkan namanya satu
persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan
doanya.Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi
ini sangatlah jauh dari kata sempurna.Dan demi kesempurnaan skripsi ini, saran
dan kritik yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Semoga karya
skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak
yang membutuhkan.
Makassar, 20 Agustus 2021
Penulis,
A Dwi Guna
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian. .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian. ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 7
B. Tinjauan Teori / Konsep ....................................................................... 11
C. Kerangka Pikir ...................................................................................... 22
D. Fokus Penelitian ................................................................................... 24
E. Deskripsi FokusPenelitian. ................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian. .............................................................. 26
B. Jenis Dan Tipe Penelitian. .................................................................... 26
C. Sumber Data. ........................................................................................ 27
D. Informan Penelitian. ............................................................................. 28
E. Teknik Pengumpulan Data. .................................................................. 28
F. Teknik Analisis Data. ........................................................................... 30
G. Keabsahan Data .................................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................... 34
B. Evaluasi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sahabat
Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep ............................. 43
x
C. Faktor pendukung dan penghambat Evaluasi penegelolaan
BUMDes Sahabat Desa Bariang Kecamatan Segeri Kabupaten
Pangkep. .................................................................................................. 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 71
B. Saran ....................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BUMDes adalah sebuah inovasi terobosan setiap desa sebagai upaya
meningkatkan PADes atau pendapatan asli desa. BUMDes lahir sebagai suatu
pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa berdasarkan kebutuhan
dan potensi desa. Pengelolaan BUMDes sepenuhnya dilaksanakan oleh
masyarakat desa, yaitu dari desa, oleh desa, dan untuk desa. Upaya meningkatkan
kemakmuran dan kesejahtetraan rakyat diperlukan adanya pembangunan ekonomi
yang adil dan seimbang, guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat dari tingkat desa sehingga desa tidak hanya bergantung kepada Pemerintah
Pusat, Dengan demikian desa tumbuh menjadi kekuatan yang mampu
mengantarkan masyarakat menuju kemakmuran dan kesejahteraan. Salah satu
inovasi atau terobosan baru dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ialah
pembentukan program BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Bumdes atau badan
usaha milik desa dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010, BUMDes
merupakan usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa dimana
kepemilikan modal dan pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerintah desa dan
masyarakat. Tujuan dari dibentuknya BUMDes merupakan upaya pemerintah
untuk meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat perdesaan. Keberadaan BUMDes ini
2
juga diperkuat oleh UU Nomor 6 Tahun 2014 yang dibahas dalam BAB X pasal
87-90 antara lain menyebutkan bahwa pendirian BUMDes disepakati melalui
musyawarah desa dan dikelola dengan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
Maka bisa dikatakan bahwa BUMDes memiliki dua fungsi utama yaitu
sebagai lembaga sosial dan lembaga komersial desa.BUMDes sebagai lembaga
sosial memiliki kontribusi sebagai penyedia pelayanan sosial, sementara fungsi
sebagai lembaga komersial memiliki arti bahwa BUMDes bertujuan untuk
mencari keuntungan melalui penawaran sumber daya local (barang dan jasa) ke
pasar (Wijanarko, 2012).
Undang–Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa mengamanatkan, Badan
Usaha Milik desa (BUMDes) adalah badan usaha yang secara keseluruhan atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui pernyertaan secara lansung
yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan dan usaha lainnya sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat
desa. Cara kerja BUMDes adalah dengan jalan menampung kegiatan-kegiatan
ekonomi masyarakat dalam sebuah bentuk kelembagaan atau badan usaha yang
dikelola secara profesional, namun tetap bersandar pada potensi asli desa. Hal ini
dapat menjadikan usaha masyarakat lebih produktif dan efektif. BUMDes
kedepan akan berfungsi sebagai pilar kemandirian bangsa yang sekaligus menjadi
lembaga yang menampung kegiatan ekonomi masyarakat yang berkembang
menurut ciri khas desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa.
3
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) terbanyak di Indonesia. BUMDes di Sulawesi Sealatan
terdata sebanyak 1524 unit atau 67,4% dari total desa yang tersebar di Sulawesi
Selatan. Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah mengatakan bahwa,
BUMDes dalam perkembangannya di Sulawesi Selatan terbukti memperkuat
perekonomian, utamanya sektor pertanian. Berdasatkan fakta ini, BUMDes
didorong terus bersinergi dengan semua pihak yang terkait. Salah satu kabupaten
di Sulawesi Selatan yang perkembangan BUMDes nya sangat baik ialah
Kabupaten Pangkep (NewBisnis.com.Rabu, 19/08/2020).
Kabupaten Pangkep memiliki 65 unit BUMDes dengan rincian status atara
lain 11 unit dengan status pemula, 32 unit dengan status berkembangan dan 22
unit dengan status maju. Dari 65 unit BUMDes di Kabupaten Pangkep, tiga
diantaranya telah terpilih untuk menjalin kemitraan dengan Tokopedia, salah satu
perusahaan dibidang bisnis marketplace di Indonesia tiga BUMDes tersebut ialah
BUMDes Pitue, BUMDes Padalampe, BUMDes Manakku. Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (DPMPD) Pangkep, Haris Has
mengatakan bahwa kemitraan antara BUMDes dengan Tokopedia merupakan
yang pertama di Kabupaten Pangkep, bahkan di lingkup Provinsi Sulawesi
Selatan kemitraan ini diharapkan menjadi percontohan untuk kerja sama
mendatang di daerah lain.
Diantara 32 BUMdes berkembang di Kabupaten Pangkep, salah satunya
ialah BUMDes Sahabat yang berada di Desa Baring Kecamatan Segeri BUMDes
Sahabat dibentuk pada musyawarah desa tanggal 18 Desember 2014 dan termuat
4
dalam Peraturan Desa No. 01 tentang pembentukan BUMDes. BUMDes Sahabat
Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep ini memiliki unit usaha
sebagai berikut: Simpan Pinjam dengan produk Modal Usaha, Penyewaan dengan
produk Alat Musik Cayya-Cayya, Hand Traktor, dan Perdagangan dengan produk
Bumdesmart.
Menurut Pengawas BUMDes Sahabat, Drs. Surya Alam, diantara antara dua
unit usaha dari BUMDes Sahabat ini, adalah unit usaha simpan pinjam yang
kemudia sudah lama berjalan dan berkembang pesat Sedangkan unit usaha
Bumdesmart sudah berjalan namun belum berkembang dan stagnan, sedangkan
menurut Kepala Desa Baring Andi Muhammad Arsyad A.G., bahwa BUMDes
hadir untuk kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan warga desa dan
desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki desa, serta
implementasinya sudah sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Pangkep tentang pembentukan dan pengelolaan BUMDes
(NewsMetropol.Selasa,18/08/2020).
Pelembagaan BUMDES untuk pemberdayaan dan penggerakan potensi
ekonomi desa, bertujuan untuk mendukung kebijakan makro pemerintah (Undang-
Undang No.32/2004) dalam upaya pengentasan kemiskinan khususnya di
pedesaan. Pemberdayaan BUMDes secara melembaga ditingkat desa diharapkan
akan mendinamisasikan segala potensi desa untuk kesejahteraan masyarakatnya.
BUMDes diharapkan dapat menyejahterakan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam kegiatan membangun dan mensejahterakan desa-desa mereka. Karena
BUMDES dapat menjadi wadah bagi pemerintah desa untuk memberdayakan dan
5
memanfaatkan sumberdayaan potensi yang ada di desa dengan itu, masyarakat
diharapkan dapat menjadi masyarakat yang mandiri dengan berwirausaha.
Dengan dibentuknya Badan Usaha Milik Desa ini pemerintah desa berharap
dapat meningkatkan kemandirian masyarakat dan memperkuat ekonomi desa
dengan meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD). Namun dalam proses
sosialisasi program kepada masyarakat, pemilihan calon pengurus BUMDes,
perencanaan program, pembentukan sampai pelaksanaan program tersebut tentu
masyarakat dan pemerintah desa akan menemukan hambatan-hambatan.
Oleh karena itu penulis menyarankan kepada pengurus BUMDes Sahabat
beserta Pemerintah Desa untuk kemudian mengevaluasi bagaimana pengelolaan
BUMDes Sahabat. Sebagaimana teori dari Boyle (dalam Suharto, 2005) evaluasi
dilakukan untuk dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan
kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana strategi yang dapat dinilai dan
dipelajari untuk menjadi acuan perbaikan dimasa mendatang. Kemudian Suharto
dalam Apriliani (2016) menjelaskan bahwa evaluasi dapat dilihat melalui
beberapa tahapan, secara umum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: Evaluasi Tahap
Perencanaan, Evaluasi Tahap Pelaksanaan, Evaluasi Tahap Pasca Pelaksanaan.
Melihat kondisi BUMDes Sahabat Desa Baring Kecamatan Segeri telah
berjalan 5 Tahun dan telah memiliki beberapa unit usaha, maka penulis tertarik
melakukan pengkajian secara ilmiah mengenai BUMDes Sahabat yang ada di
Desa Baring melalui penelitian dengan judul “Evaluasi Pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Sahabat Desa Baring Kecamatan Segeri
Kabupaten Pangkep”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang tersebut, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana evaluasi pengelolaan BUMDes Sahabat Desa Baring Kecamatan
Segeri kabupaten Pangkep?
2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat evaluasi pengelolaan BUMDes
Sahabat Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pengelolaan BUMDes Sahabat Desa
Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam evaluasi
pengelolaan BUMDes Sahabat Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten
Pangkep.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan kegunaan secara
teoritis dan praktis sebagai berikut :
1. Kegunaan secara Teoritis, adalah untuk memperkaya dan menambah
pengetahuan penulis tentang bagaimana evaluasi pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) jika di kaitan dengan konsep dan teori Evaluasi.
2. Kegunaan secara Praktis, Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan memberikan masukan bagi pemerintah
Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep mengenai BUMDes.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
terkait BUMDes antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulul Hidayah, Sri Mulatsih, Yeti List
Purnamadewir pada tahun 2019, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor. Penelitian dengan judul “Evaluasi Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes): Studi Kasus BUMDes Harapan Jaya Desa Pagelaran,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor”. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembentukan BUMDes
Harapan Jaya Tahun 2015-2016 mengalami kebangkrutan yang disebabkan
oleh tidak adanya komitmen pengurus, Kemudian pada tahun 2017
pelaksanaan BUMDes Harapan Jaya mencanangkan 6 unit usaha dan hingga
akhir 2018 yang dapat terealisasi hanya 4 unit usaha, keempat unit usaha yang
berjalan belum mampu memberdayakan masyarakat dan mengurangi tingkat
pengangguran di Desa Pagelerang, karena total penyerapan tenaga kerja dari
unit-unitr usaha tertsebut hanya 20 orang. Omset BUMDes sudah bagus namun
profit yang diperoleh sangat kecil sehingga belum mampu memberikan
kontribusi terhadap pendapatan (Hidayah, Ulul. Dkk. 2019).
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan ialah pada fokus penelitian evaluasi BUMDes. Sedangkan
8
perbedaannya pada studi kasus dan teori yang digunakan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Lestari, Mappamiring, dan Abdi tahun
2018, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar. Penelitian dengan
judul “Manajemen Strategik dalam Pengembangan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Desa Sugiwaras Kecamatan Monomulyu Kabupaten Poliwali
Mandar”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Proses perencanaan strategik Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) dikatakan ideal karena sudah dilakukan secara
matang dengan mempertimbangkan berbagai macam faktor baik dari dalam
maupun dari luar BUMDes. Proses pelaksanaan strategik Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) tergolong tidak ideal karena belum representatif. Meskipun
sudah melibatkan elemen-elemen luar pemerintahan juga internal pemerintahan
yang bersangkutan. Masih terdapat beberapa kendala dalam proses
pelaksanaannya, implementor utama adalah pengurus dan pelaku usaha Badan
Usaha Milik Desa Sugihwaras Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali
Mandar (Lestari, Diyan.Dkk. 2018).
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis
lakukan ialah sama-sama meneliti bagaimana pengelolaan BUMDes,
sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitiannya. Fokus penelitian
ini adalah manajemen strategik pengembangan BUMDes Desa Sugiwaras
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Poliwali Mandar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Agung Tri Prabowo pada tahun 2018,
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “Evaluasi
9
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) (Studi Kasus BUMDes Desa Pojong
Kecamatan Pojong Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2017)”. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian mengetakan bahwa pengelolaan BUMDes Hanyukupi
dievaluasi dalam tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap pasca pelaksanaan.Penegelolaan BUMDes hanyukupi Desa Pojong sudah
sesuai mulai dari perencanaan sampai pasca pelaksanaan sudah mencapai
tujuan utama yaitu kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Desa Pojong
(Prabowo, A. Tri. 2018).
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis
lakukan ialah pada fokus penelitian evaluasi pengelolalaan BUNDes.
Sedangkan perbedaannya terletak pada teori yang digunakan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Apriliana pada tahun 2016, mahasiswa
Universitas Lampung. Penelitian dengan judul “Evaluasi Program Nasional
Pemberdayaan Perempuan (PNPM) Mandiri Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
dalam Meningkatkan Kesejahteraan dan Perekonomian Masyarakat (Studi
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu)”. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program simpan pinjam (SPP) ini
dapat membantu rumah tangga miskin yang memiliki usaha produktif untuk
mngembangkan aneka usaha yang ada, Memberi kemudahan akses permodalan
baik kepada masyarakat sebagai pemanfaat kelompok usaha, Menambah
kesempatan kerja.Menumbuh kembangkan usaha produktif dan kelompok
10
perempuan, Mempertinggi kualitas sumberdaya manusia dan kelompok untuk
mencapai masyarakat yang sejahtera, meningkatkan pertumbuhan masyarakat,
menumbuhkan rasa persaudaraan yang saling membutuhkan satu dengan yang
lainnya (Apriliana. 2016).
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan ialah pada evaluasi program. Sedangkan perbedaannya ialah pada
program yang diteliti dan teori yang digunakan.
5. Penelitian yang dlakukan oleh Subaidah pada tahun 2019, mahasiswa Pasca
Sarjana Universitas Tadulako. Penelitian dengan judul “Evaluasi Pengelolaan
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kabupaten
Sigi (Studi pada Gapoktan Sigampa Desa Kaleke Kecamatan Dolo Barat)”.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan program PUAP
kelompok tani Gapoktan Sigampa Desa Kaleke kecamatan Dolo Barat
Kabupaten Sigi dari sisi input, yakni tujuan, dan mekanisme penyaluran dana
sudah sesuai dengan yang diharapkan di dalam Pedoman Umum Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PEDUM PUAP) (Subaidah.
2019).
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti ialah pada fokus penelitian evaluasi pengelolaan program.
Sedangkan perbedaannya pada program dan teori yang digunakan dalam
menganalisis. Adapun dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mengkaji
bagaimana pengelolaan BUMDes Sahabat Desa Baring Kabupaten Pangkep.
11
B. Tinjauan Teori/Konsep
1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan pembangunan
masyarakat (community development) dimaksudkan sebagai pemberdayaan
masyarakat yang sengaja dilakukan pemerintah untuk memfasilitasi
masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola
sumberdaya yang dimiliki sehingga pada akhirnya mereka memiliki
kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial secara
berkelanjutan. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya
berkaitan erat dengan sustainable development yang membutuhkan pra-syarat
keberlanjutan kemandirian masyarakat secara ekonomi, ekologi dan sosial
yang selalu dinamis.
Pembangunan masyarakat, menurut Dirjen Bangdes pada hakekatnya
merupakan proses dinamis yang berkelanjutan dari masyarakat untuk
mewujudkan keinginan dan harapan hidup yang lebih sejahtera dengan strategi
menghindari kemungkinan tersudutnya masyarakat desa sebagai penanggung
akses dari pembangunan regional/daerah atau nasional. Menurut Soelaiman
dalam Suyatno (2003), Pengertian tersebut mengandung makna, betapa
pentingnya inisiatif lokal, partisipasi masyarakat sebagai bagian dari model-
model pembangunan yang dapat menyejahterakan masyarakat desa. Program
pembangunan masyarakat ini tidak berpusat pada birokrasi melainkan berpusat
pada masyarakat atau unit dan komunitasnya sendiri, pemberian kekuasaan
pada inisiatif lokal dan pasrtisipasi masyarakat menjadi kata kunci dalam
12
pembangunan masyarakat.
Berkaitan dengan batasan pengertian di atas ada beberapa unsur dalam
pengertian pembangunan masyarakat, yaitu menitikberatkan pada komunitas
sebagai satu kesatuan, mengutamakan prakarsa dan sumber daya setempat,
sinergi antara sumber daya internal dan eksternal serta terintegrasinya
masyarakat lokal dan nasional, pada dasar tersebut pengembangan komunitas
diarahkan pada peningkatan kapasitas masyarakat dalam identifikasi kebutuhan
mereka, kapasitas mengidentifikasi sumber daya dan peluang dan peningkatan
kapasitas dalam pengelolaan pembangunan. Pendek kata, peningkatan
kapasitas masyarakat diarahkan pada kemampuan individu untuk memproses
keseluruhan pengalaman sosialnya, termasuk pemahamannya terhadap realitas
di sekelilingnya dan merealisasikan gagasan, target atau proyeknya.
Esensi yang terkandung dalam pembangunan masyarakat pada
hakekatnya tidak sekedar membantu masyarakat dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan yang mereka hadapi, namun lebih dari itu pembangunan masyarakat
merupakan usaha untuk membentuk kemandirian mereka, sehingga dapat
mengatasi permasalahannya sendiri. Implisit di dalamnya, manusia merupakan
unsur pokok di dalam proses pembangunan. Dengan demikian, selain bertujuan
meningkatkan taraf hidup warga masyarakat, maka secara ideal pembangunan
masyarakat juga mempersyaratkan adanya partisipasi, kreatifitas dan inisiatif
dari masyarakat. Pembangunan akan berhasil guna ketika mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat di dalamnya. Oleh karena itu, salah satu
indikator keberhasilan pembangunan masyarakat juga harus diukur dengan ada
13
atau tidaknya partisipasi masyarakat di dalamnya, peningkatan kapasitas
masyarakat menjadi titik sentral dalam pembangunan masyarakat.
Asumsi yang dibangun dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat ini
adalah melihat komunitas sebagai suatu unit kerja, dan adanya unit-unit usaha
yang dilakukan salah satunya ialah seperti usaha susu kedelai. Kegiatan
didasarkan pada prakarsa lokal, sumber-sumber lokal dan kepemimpinan lokal,
dengan adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) segala aspek di ambil alih
untuk dikelola dalam pengembangan masyarakat, pembangunan masyarakat
berarti menaruh kepercayaan kepada kemampuan yang ada padanya.
Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan
memilih dan kekuasaan untuk memutuskan (empowerment). Kondisi ini akan
menciptakan daya gerak dalam diri masyarakat, sehingga secara terus menerus
akan bergerak membangun dirinya secara mandiri. Adanya kemandirian dari
masyarakat berarti mengurangi ketergantungan mereka dengan pihak luar.
Pada aras ini, inventaris dari luar harus dilakukan dengan tujuan utama
memberikan stimulant kepada masyarakat untuk lebih berdaya, sehingga
jangan sampai intervensi ini justru menyebabkan ketergantungan dan
mandulnya kreativitas mereka. Kedudukan orang luar hanya sebagai fasilitator
yang tidak menganggap dirinya jauh lebih pandai dari masyarakat, akan tetapi
ia bersedia belajar dari masyarakat.
Suyatno (2003), konsep pembangunan masyarakat pada hakekatnya
memiliki beberapa aspek sebagai berikut :
a. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dibuat
14
ditingkat lokal.
b. Fokus utama adalah memperkuat kemampuan masyarakat miskin dalam
mengawasi dan mengerahkan asset-asset untuk memenuhi kebutuhan sesuai
dengan potensi daerah mereka sendiri.
c. Memiliki toleransi terhadap perbedaan dan memgakui arti penting pilihan
nilai individu dan pembuatan keputusan yang telah terdistribusi.
d. Dalam rangka mencapai kebutuhan pembangunan dan pengembangan sosial
dilakukan melalui proses belajar sosial (sosial learning) dimana individu
berinteraksi satu sama lain menembus batas-batas organisatoris dan dituntun
oleh kesadaran kritis individual.
Budaya kelembagaan ditandai dengan adanya organisasi yang mengatur diri
sendiri (adanya unit-unit lokal) yang mengelola dirinya sendiri.
e. Jaringan koalisi dan komunikasi pelaku (aktor) lokal dan unit-unit lokal
yang mengelola diri sendiri, mencakup kelompok penerima manfaat lokal,
organisasi pelayanan daerah, pemerintah daerah, bank-bank pedesaan dan
lain-lain akan menjadikan basis tindakan-tindakan lokal yang diserahkan
untuk memperkuat pengawasan lokal yang mempunyai dasar luas atas
sumber-sumber dan kemampuan lokal untuk mengelola sumber daya
mereka.
Konsep pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya menawarkan suatu
proses perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada partisipasi,
kemampuan dan masyarakat lokal. Dalam konteks ini, maka masyarakat perlu
dilibatkan pada setiap tahap pelaksanaan pembangunan dari perencanaan,
15
pelaksanaan, dan evaluasi program yang mereka lakukan.Hal ini memiliki arti,
menempatkan masyarakat sebagai aktor (subyek) pembangunan dan tidak
sekedar menjadikan mereka sebagai penerima pasif pelayanan jasa.
Pembangunan masayarakat yang berkesinambungan pada hakekatnya
merupakan suatu proses yang disengaja dan terarah, mengutamakan
pendayagunaan kreatifitas-inisiatif serta pasrtisipasi masayarakat. Seperti apa
yang telah diuraikan di atas, pembangunan masyarakat merupakan model
pembangunan alternatif yang merupakan antitesis dari model pembangunan
konvensional. Inti dari model pembangunan alternatif adalah pemberdayaan,
sedangkan model pembangunan konvensional mengutamakan pada
pertumbuhan.
2. Konsep Evaluasi Program
a. Pengertian evaluasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, evaluasi adalah proses untuk
menemukan nilai layanan informasi atau produk sesuai dengan kebutuhan
konsumen atau pengguna. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif
dan negatif atau juga gabungan dari keduanya (Badan Pengembangan
Bahasa dan Perbukuan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia: 2016). Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan
terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan
digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan
pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih
bersifat melihat kedepan dari pada melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu,
16
dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan
program, dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau
penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.
Menurut Yusuf (2000) evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur
dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang
direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan
menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan.
Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi dari segi manajemen,
dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur manajemen,
yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen lainnya,
yaitu perencanaan. Selain itu menurut Jones (dalam Suharto: 2005)
mengungkapkan evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk
menimbang manfaat program dalam spesifikasi kriteria, teknik pengukuran,
metode analisis dan bentuk rekomendasi. Boyle (dalam Suharto, 2005)
evaluasi dilakukan untuk dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil,
kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana strategi
yang dapat dinilai dan dipelajari untuk menjadi acuan perbaikan dimasa
mendatang. Lebih jauh lagi, evaluasi berusaha mengidentifikasikan
mengenai apa yang sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan atau
penerapan program.
b. Evaluasi Program
Menurut Tyler yang dikutip oleh Arikunto dan CepiSafruddin Abdul
Jabar (2009), evaluasi program adalah proses untukmengetahui apakah
17
tujuan pendidikan telah terealisasikan. Selanjutnya menurut Cronbach dan
Stufflebeam yang dikutip oleh Suharsimi Arikuntodan Cepi Safruddin
Abdul Jabar (2009), evaluasi program adalah upayamenyediakan informasi
untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat kita katakana bahwa evaluasi
program adalah proses pengumpulan data atau informasi ilmiah yang
hasilnya dapat dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pengambilan keputusan guna menentukan kebijakan alternative.
c. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Program
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011), evaluasi program dilakukan
dengan tujuan untuk:
1) Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program
yang sama ditempat lain.
2) Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah
program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.
Dilihat dari tujuannya, yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu,
makaevaluasi program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk
penelitian evaluatif. Oleh karena itu, dalam evaluasi program, pelaksana
berfikir danmenentukan langkah bagaimana melaksanakan penelitian.
Menurut Wahab (2002) evaluasi memiliki tiga fungsi utama dalam
analisis kebijakan, yaitu: 1) Evaluasi memberi informasi yang salah dan
dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan,
18
nilai dan kesempatan yang telah dapat dicapai melalui tindakan publik.
Dalam hal ini evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu
dan target tertentu telah dicapai. 2) Evaluasi memberi sumbangan pada
klarifikasi dan kritik terhadap nilainilai yang mendasari pemilihan tujuan
dan target. Nilai diperjelas denganmendefenisikan dan mengoperasikan
tujuan dantarget. 3) Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-
metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan
rekomendasi. Informasi tentang tidak memadai kinerja kebijakan yang dapat
memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan.
Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan diatas,
maka dapatlah kita simpulkan tentang nilai evaluasi merupakan suatu proses
yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan
sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak
atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.
d. Model Evaluasi Program
Model-model evaluasi yang satu dengan yang lainnya memang
tampak bervariasi, akan tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan
kegiatanpengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek
yang dievaluasi, selanjutnya informasi yang terkumpul dapat diberikan
kepada pengambil keputusan agar dapat dengan tepat menentukan tindak
lanjut tentang programyang sudah dievaluasi.
Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutib oleh Suharsimi Arikunto
danCepi Safruddin Abdul Jabar (2009), membedakan model evaluasi
19
menjadidelapan, yaitu:
a) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
b) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
c) Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael
Scriven.
d) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
e) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
f) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi
dilakukan.
g) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam.
h) Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.
e. Evaluasi Program CIPP
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pengambilankeputusan yang dikembangkan oleh Stufflebeam yang dikenal
dengan CIPP Evaluation Model. CIPP merupakan singkatan dari Context,
Input, Process and Product. Dalam buku Riset Terapan oleh Endang
Mulyatiningsih (2011), mengemukakan bahwa evaluasi CIPP dikenal
dengan nama evaluasi formatif dengan tujuan untuk mengambil keputusan
dan perbaikan program. Komponen evaluasi CIPP meliputi:
1) Context, orientasi utama dari evaluasi konteks adalah mengidentifikasi
latar belakang perlunya mengadakan perubahan atau munculnya program
dari beberapa subjek yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
2) Input, evaluasi input dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai
20
kapabilitas sumber daya bahan, alat, manusia dan biaya, untuk
melaksanakan program yang telah dipilih.
3) Proces, evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasi atau
memprediksi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program.
4) Product, tujuan utama evaluasi produk adalah untuk mengukur,
menginterpretasikan dan memutuskan hasil yang telah dicapai oleh
program, yaitu apakah telah dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan atau belum.
3. Konsep BUMDes
Permen Desa No.4 Tahun 2015 menjelaskan bahwa pendirian BUMDes
dalam Pasal 2 menjelaskan bahwa Pendirian BUMDes dimaksudkan sebagai
upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum yang dikelola oleh desa dan/atau kerja sama antar-desa. Pendirian
BUMDes dalam Pasal 3 dijelaskan mengenai tujuan yang lebih mengarah pada:
a. meningkatkan perekonomian desa;
b. mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa;
c. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa;
d. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga;
e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga;
f. membuka lapangan kerja;
g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
21
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa; dan
h. meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa.
Kemudian Pasal 4 dalam Permendesa No.4 Tahun 2015 memaparkan
bahwa:
(1) Desa dapat mendirikan BUMDes berdasarkan peraturan desa tentang
pendirian BUMDes
(2) Desa dapat mendirikan BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan mempertimbangkan:
a. inisiatif Pemerintah desa dan/atau masyarakat desa;
b. potensi usaha ekonomi desa;
c. sumberdaya alam di desa;
d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUMDes; dan
e. penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan dan
kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari
usaha BUMDes.
Pelaksanaan operasional diatur pula dalam Pasal 12 bahwa :
1) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUMDes sesuai
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkewajiban:
22
3) melaksanakan dan mengembangkan BUMDes agar menjadi
lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan
umum masyarakat desa;
4) menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi desa untuk
meningkatkan pendapatan asli desa; dan
5) melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian
Desa lainnya.
Pembentukan dan pengelolaan BUMDes harus sesui dengan tujuannya
sebagaiman pasal 3 Permendes Tahun 2015. Dimana tujuan BUMDes dibentuk
dan dikelola ialah meningkatkan perekonomian desa; mengoptimalkan aset
desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa; meningkatkan usaha
masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa; mengembangkan
rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga;
menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan
umum warga; membuka lapangan kerja; meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi desa; dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan
asli desa.
C. Kerangka Pikir
Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah semenjak lama
dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program BUMDes lahir sebagai
suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa berdasarkan
kebutuhan dan potensi desa. untuk itu dibutuhkan Perancanaan dan
23
pelaksanaan strategik dalam menjalankan BUMDes agar berkembang dan
berhasil. Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep merupakan desa
yang telah memiliki BUMDes dengan nama “SAHABAT”. BUMDes Sahabat
dibentuk pada musyawarah desa tanggal 18 Desember 2014 dan termuat
dalam Peraturan Desa No. 01 tentang pembentukan BUMDes dan telah
dikelola kurang lebih lima tahun.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengkaji bagaimana
pengelolaan BUMDes Sahabat dengan menggunakan pendekatan evaluasi
CIPP (Context, Input, Process dan Product) Evaluation formatif (Endang
Mulyaningsih,2011). Sebagaimana bagan berikut:
Bagan Kerangka Pikir :
Gambar: 2.1 Kerangka Pikir
Evaluasi Pengelolaan
BUMDes Sahabat
Faktor
Pendukung
1. Komitmen
Pemerintah
2. Potensi
Sumber daya
Alam
Pengelolaan BUMDes SAHABAT
Desa Baring yang Baik
Model Evaluasi CIPP:
1. Contest
2. Input
3. Process
4. Product
Faktor
Penghambat
1. Anggaran
2. Sumber daya
Manusia
24
C. Fokus Penelitian
Berangkat dari kerangka pikir diatas, maka fokus penelitian ini ialah:
1. Evaluasi pengelolaan BUMDes Sahabat di Desa Baring Kecamatan Segeri
Kabupaten Pangkep,
2. Faktor pendukung serta penghambat apa saja yang ada dalam evaluasi
pengelolaan BUMDes Sahabat Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten
Pangkep.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Adapun deskripsi dari fokus penelitian ini antaralain:
1. Evaluasi Pengelolaan BUMDes Sahabat
Evaluasi pengelolaan yang dimaksud adalah usaha mengukur sejauh
mana pengelolaan yang dilakukan dengan tujuan awal yang ditetapkan dalam
suatu program dalam penelitian ini, pengelolaan yang dimaksud adalah
pengelolaan BUMDes Sahabat Desa Baring kecamatan Segeri Kabupaten
Pangkep. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah sesuai
dengan Permendes pasal 12 No. 4 tahun 2015. BUMDes Sahabat adalah Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dibentuk oleh oleh Pemerintah Desa dan
Masyarakat Desa Baring dan ditetapkan dengan PERDes No. 01 tahun 2014.
2. Model Evaluasi CIPP
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model CIPP
Evaluation Model. CIPP merupakan singkatan dari Context, Input, Process and
Product. Komponen evaluasi CIPP meliputi:
25
a. Context, orientasi utama dari evaluasi konteks adalah mengidentifikasi
latarbelakang perlunya mengadakan perubahan atau munculnya program
dari beberapa subjek yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
b. Input, evaluasi input dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai
kapabilitas sumber daya bahan, alat, manusia dan biaya, untuk
melaksanakan program yang telah dipilih.
c. Proces, evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasi atau memprediksi
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program.
d. Product, tujuan utama evaluasi produk adalah untuk mengukur,
menginterpretasikan dan memutuskan hasil yang telah dicapai oleh
program, yaitu apakah telah dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan atau belum.
3. Faktor Pendukung
Adapum faktor pendukung yang dimaksud dalam bagan kerangka pikir
penelitian ini adalah faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam pengelolaan
BUMDes Sahabat Desa Baring.
4. Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor yang menghambat dalam pengelolaan BUMDes Sahabat Desa
Baring.
5. Desa Baring merupakan salah satu desa di Kecamatan Segeri Kabupaten
Pangkep yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan nama
BUMDes Sahabat.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 03 februari 2021 sampai pada
tanggal 28 april 2021. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa
Baring dengan objek penelitian Evaluasi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) SAHABAT, karena disinilah kurang lebih 5 (lima) tahun BUMDes
SAHABAT Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan dibentuk dan dikelola.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif.
Dimana jenis penelitian ini menjelaskan mengenai suatu prosedur penelitian
yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tertulis dari
orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.
2. Tipe penelitian
Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Deskriptif Kualitatif. Tipe penelitian Kualitatif adalah tipe penelitian yang
mengamati tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia, dimana
penelitia mencoba untuk masuk ke dalam alam konseptual para subjek yang
ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka paham tentang bagaimana suatu
pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari kemudian dideskripsikan dalam bentuk tulisan.
27
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah proses mendapatkan informasi
dari subjek dan objek data, data yang dimaksud digolongkan menjadi dua
bagian yaitu data sekunder dan data primer, penggolongan ini dilakukan demi
menjaga keakuratan dan relevansi serta kekayaan data yang diperoleh di
lapangan sehubungan dengan objek penelitian ini. Sumber data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data yang didapatkan atau dikumpulkan dari
pihak pertama atau tangan pertama, tanpa melalui perantara.Data ini
berkaitan langsung dengan informan, data ini diperoleh dari hasil
pengamatan langsung terhadap objek dan subjek yang diteliti sumber
datanya melalui wawancara dan observasi langsung terhadap objek
penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak ke dua, ketiga
dan seterusnya. Misalnya dari sebuah instansi ataupun organisasi yang
bersangkutan, atau perorangan dari pihak yang telah mengumpulkan dan
mengalihnya, seperti data dokumentasi, data wawancara dengan
masyarakat, foto-foto, buku dan lain-lain yang relevan dengan penelitian.
Hal ini dapat dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data melalui
informan secara tertulis ataupun gambar-gambar dan tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan penelitian ini.
28
D. Informan Penelitian
Desain penelitian deskriptif kualitatif, jenis informan/responden ada dua
yaitu informan kunci (key informan) dan informan sekunder (secondary
informan). Informan kunci adalah mereka yang dianggap menguasai objek
penelitian.Sedangkan informan sekunder dibutuhkan untuk melengkapi
informasi data/data penelitian guna memperkaya analisis, tetapi tidak mesti
ada. Adapun informan dalam penelitian ini ialah:
Tabel 3.1 Informan
No Nama Inisial Jabatan Ket.
1. H. Syahrul Sipato. SH SS PLT KepalaDesa Baring 1 orang
2. Wahyuddin, S.Sos WU Sekretaris Desa Baring 1 orang
3. Maryani MY Pendamping Desa Baring 1 orang
4. Andi Ayu Masyta AAM Direktur BUMDes Sahabat 1 orang
5. Andi Rachmat AR Masyarakat
2 orang 6 Supardi SP Masyarakat
Total Informan 6 orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik ini berupa pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian guna memperoleh keterangan berupa informasi, data dan fakta
29
akurat yang berhubungan dengan objek penelitian, teknik ini juga digunakan
untuk mengetahui relevansi antara keterangan informan/responden dan data
dengan kenyataan yang ada dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian dan tetap mengontrol keabsahannya. Observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala atau masalah yang tampak pada objek penelitian.
2. Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran mengenai objek penelitian dengan cara tanya jawab secara
mendalam dan terbuka dengan bertatap muka langsung dengan
informan/responden. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan
itu.
3. Studi kepustakaan (Dokumen)
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data-data pendukung (data
sekunder) dari berbagai literatur baik berupa buku, artikel, skripsi, hasil
penelitian yang relevan, koran dan dokumen-dokumen tertulis lain sebagai
referensi yang berkaitan dengan objek penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam mengelola data adalah
dengan cara menggunakan teknik analisis data hasil observasi dan wawancara.
30
Setelah data dikumpulkan, maka selanjutnya dilakukan analisis data dengan
menyusun dengan menggunakan purposive sampling, artinya dengan memilih
narasumber yang benar-benar mengetahui kondisi internal dan eksternal Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) SAHABAT yang ada di Desa Baring. Sehingga
mereka dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) SAHABAT.
Analisis data dalam penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan, namun analisis data yang dilakukan oleh peneliti lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam
penelitian ini menggunakan konsep dari Hubberman dan Milles dalam
Sugiyono (2015), yaitu aktifivitas dalam analisis data kualitatif peneliti lakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga
datanya sudah jenuh. Aktivitas yang dilakukan peneliti dalam analisis data
yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti peneliti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan dan selanjutnya, reduksi data ini
berlanjut terus sesudah penelitian di lapangan sampai pada laporan akhir
lengkap tersusun.
31
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi oleh peneliti, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data ke dalam bentuk yang lebih sederhana seperti uraian
ringkas, bagan, hubungan antar indikator, tabel informan, gambar kerangka
pikir. Dengan penyajian maka sangat memudahkan peneliti untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami oleh peneliti. Dalam klasifikasi analisi ini, data
disusun sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan dalam penarikan
kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi (Conclusion Drawing)
Setelah data disajikan dan diolah oleh peneliti, maka akan
diperoleh kesimpulan yang tentatif, kabur, kaku, dan meragukan, sehingga
kesimpulan tersebut perlu untuk diverifikasi. Pada tahap ini peneliti tidak
meninggalkan selanjutnya, sehingga kesimpulan yang diambil berdasarkan
tahap yang sebelumnya, kesimpulan yang ditulis oleh peneliti senantiasa
diverifikasi selama penelitian berlangsung, agar kesimpulan yang dihasilkan
tidak diragukan dan dapat dipercaya.
G. Keabsahan Data
Untuk mengabsahkan data diperlukan teknik pemeriksaan dan reduksi
data, teknik keabsahan data di dasarkan pada empat kriteria yaitu kepercayaan,
keteralihan, ketergantungan, dan kepastian, untuk menetapkan keabsahan data
dalam penelitian di lapangan perlu data sebagai berikut:
32
1. Keikutsertaan peneliti di lapangan peneliti secara langsung ikut serta dalam
proses penelitian di lapangan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan
permasalahan yang dikaji dari respoden sebagai bentuk kepercayaan kepada
subjek bahwasannya data yang diteliti itu valid.
2. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
menggunakan orang lain (pakar, ahli, dan kompeten) dalam melakukan
pengecekan untuk perbandingan terhadap data. Triangulasi data yang
digunakan ialah:
a. Triangulasi data dengan sumber data, yaitu membandingkan data
mengecek data dengan baik tingkat kepercayaan dan akurasi data yang
diperoleh dari alat dan waktu yang berbeda.
b. Triangulasi data dengan pakar/ahli/kompeten, untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data agar tidak terjadi bias
dalam proses pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti menggunakan
cara sebagai berikut:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara yang
telah dilakukan.
2) Membandingkan pernyataan secara umum dan secara pribadi.
3) Membandingkan pernyataan responden dalam proses penelitian dan
sepanjang waktu.
c. Triangulasi Waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau
33
teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Waktu yang dimaksud
disini ialah adanya batasan yang dilakukan oleh peneliti baik waktu
dalam segi jam dan hari yang dilakukan pada saat penelitian, bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga ditemukan kepastian datanya.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Baring
a. Sejarah Singkat Asal Mula Nama Desa Baring
Setiap Desa atau daerah pasti memiliki sejarah dan latar belakang
tersendiri yang merupakan pencerminan dari karakter dan pencirian khas
tertentu suatu daerah. Sejarah Desa atau daerah sering kali tertuang di
dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut
sehingga sulit di buktikan secara fakta.
Nama Baring berawal/ berasal dari salah satu Kampung atau Wilayah
yang terletak di Desa Baring Bulu Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan daerah tersebut bernama Baringen yang artinya tangga yang
dilalui untuk menyembah sang raja, dimana Rajanya bernama A. Mappangile
Datu I Baringeng, menurut sejarahnya A. Mappangile mempunyai putra yang
bernama A. Mallorosang Raja II Baringeng dan A. Mallorosang mempunyai
lagi putra yang bernama A. Mattoana Petta Duppa Raja III Baringen,beliau
mempunyai putra yang bernama A. Paluseri Petta Pala.
Pada suatu hari A. Paluseri Petta Pala disuruh oleh neneknya yaitu A.
Mallorosang untuk pergi kesuatu tempat yakni di salah satu wilayah Kab.
Pangkajene Kec. Segeri untuk membangun sebuah kampung, dan sesuai
dengan amanah dari neneknya wilayah tersebut diberi nama yang sama dengan
asal beliau yang bernama Baringeng (Desa Baring Bulu Kecamatan Segeri
35
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan). Dengan berjalannya waktu nama
Baringeng berubah menjadi Baring yang pada Tahun 1963 resmi menjadi
sebuah Desa..
Beberapa aturan administratif lain yang menjadi latar belakang
Pembentukan Desa ini antara lain :
a) Undang-Undang No. 29 tahun 1959 tentang pembentukan daerah-daerah
tingkat II di Sulawesi
b) Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
c) Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang Desa.
Nama-Nama Kepala Desa
Sebelum Dan Sesudah Berdirinya Desa Baring
No Periode Nama Kepala Desa Keterangan
1 1963 - 1970 H.ANDI GAU Pengangkatan
Pejabat Desa
2 1970 - 2004
H.ANDI MUH AMIN Pengangkatan
Pejabat Desa
3 2005 - 2007 H.ANDI PANANGNGARENG Pengangkatan
Pejabat Sementara
Desa 4 2008 - 2013 H.ANDI PANANGNGARENG PILKADES I
5 2014 - 2019 ANDI MUH ARSYAD.HG PILKADES II
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
b. Batas Desa
Lokasi Desa Baring.berada di Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan dengan luas wilayah ± 34.146 Ha. dan luas desa 9.48 Ha
dengan batas-batas wilayah desa sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Parenreng
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tabo-Tabo
36
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kabupaten Barru
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bontomatene
c. Kondisi Geografis
Kondisi Geografis
No Uraian Keterangan
1 Luas wilayah : 34.146 Hektar
2 Jumlah Dusun : 2 (Dua)
1) Dusun Amputtang
2) Dusun Amung
3 Batas wilayah :
Utara : Desa Parenreng
Selatan : Desa Tabo-Tabo
Barat : Kel. Bonto Matene
Timur : Kab. Barru
4 Topografi
Secara umum Desa Baring adalah daerah
dataran sedang
Ketinggian di atas permukaan laut 37 m
5 Hidrologi :
Tergantung dari Hujan
6 Klimatologi :
Suhu 24 – 27 °C
Curah Hujan 38-93 mm/tahun
Kelembaban udara 24 °C
Kecepatan angina
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
d. Kondisi Sosial Budaya Desa
1) Kependudukan.
Jumlah Penduduk Laki-Laki lebih Sedikit di banding jumlah
penduduk Perempuan.
37
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
2) Kesejahteraan
Jumlah KK Sedang mendominasi yaitu 35% dari total KK, KK pra
sejahtera 13 %, KK sejahtera 12 % KK Kaya 10 %. dan KK Miskin 30 %.
Dengan banyaknya KK Miskin inilah maka Desa BARING termasuk dalam
Desa Tertinggal
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
3) Tingkat Pendidikan
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan 9
tahun baru terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP
mendominasi peringkat Pertama.
0500
1.0001.5002.0002.5003.0003.500
3.396
878 1.645 1.751
Series1
13% 12% 10%
35% 30%
38
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
4) Mata Pencaharian
Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani dan buruh
tani.hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa
masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan
menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak
punya pilihan lain selain menjadi buruh tani dan buruh bangunan.
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
0
263
246
167
30
Tingkat Pendidikan
a) SD
b) SLTP
c) SLTA
d) Diploma/Sarjana
MataPencarian
a) Petanib)
Peternakc)
Pedagangd) PNS
e) Lain-lain
65%
8% 20%
5% 2%
39
e. Keadaan Ekonomi
Desa Baring mangandalkan bidang pertanian dan perkebunan sebagai
tulang punggung ekonomi desa, terdiri dari lahan hutan, persawahan, tanah
kering, tanah perkebunan dengan komiditi padi dan hasil Pertanian sebagi
komiditi terbesar, selain itu juga dibudidayakan tanaman pangan seperti
jagung, Labu, ubi kayu dan ubi jalar serta tanaman buah-buahan berupa
mangga dan pisang dll. Tanaman perkebunan selain kakao antara lain kelapa,
dan gula merah, dua komiditi terakhir ini merupakan komiditi khas yang
umumnya potensial dikembangkan dipegunungan.Potensi ekonomi Desa yang
utama adalah Pertanian, Perkebunan Potensi Ekonomi desa yang lain adalah
peternakan, meliputi beragam jenis ternak, antara lain (diurut berdasarkan
jumlah populasinya): Sapi, Ayam (Ayam kampung / ayam Potong ) dan Bebek.
Pengelolaan potensi kehutanan, pertanian, perkebunan serta peternakan
hanya dilakukan dalam skala terbatas atau dalam skala rumah tangga tidak ada
investasi besar dalam pengelolaan tersebut sehingga produktivitasnya juga
terbatas, potensi perkebunan juga sangat bagus dikembangkan sehubungan
tersedianya media budidaya Perkebunan Lahan Perkebunan, dan sumber air
Sungai yang dapat dimanafaatkan.
Mengingat letaknya yang memiliki sungai, yaitu sungai Baring
menjadikan sungai tersebut juga memberikan kekayaan sumberdaya alam
berupa air pengairan persawahan dan pertanian serta bahan galian pasir dan
batu sungai, namun demikian banyak ruas jalan desa maupun jalan dusun yang
mengalami kerusakan, tapi sekarang sudah ada yang diperbaiki sebagaian.
40
Sejauh ini jalan tani semakin menjadi kebutuhan pula dalam hal pengembangan
jaringan jalan guna semakin memepermudah petani mengangkut hasil
pertanian mereka, kegiatan pertanian sangat bergantung pada curah hujan
mengingat banyaknya kegiatan, Pemerintah Desa perlu mendorong warga
untuk melakukannya secara partisipatif.
f. Kondisi Pemerintahan Desa
Wilayah Pemerintahan Desa Baring terbagi atas 2 dusun, 8 Rukun
Tetangga (RK) dan 16 Rukun Tetangga yaitu: Dusun Amputtang terbagi
Menjadi 4 Wilayah . RK 1 ,Rk 2, RK 3, RK7 Dusun Amung Juga Terbagi
Menjadi 4 Wilayah. RK 4, RK 5, RK 6, DAN RK 8.
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
41
2. Profil Badan Usaha Milik Desa ( BUMDesa ) “Sahabat”
a. Data Umum Desa
Nama Desa Baring
Nama Kecamatan Segeri
Nama Kepala Desa Andi Muhammad Arsyad, HG
Masa Jabatan Kepala
Desa
Dari Tahun 2014 s.d. 2020
Luas Desa ± 34.146 Ha Km2
Alamat Kantor Desa Jl Amputtang Desa Baring
No Telepon Kantor Desa
Email [email protected]
Batas-Batas Desa Sebelah Timur : Kab Barru
Sebelah Barat : Kel. Bontomate’ne
Sebelah Utara : Desa Parenreng
Sebelah Selatan : Desa Tabo-Tabo
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
b. Data Badan Usaha Milik Desa
Nama Badan Usaha Milik
Desa
Sahabat
Alamat Kantor Jl. Amputtang Desa Baring
No Telepon -
Email [email protected]
Luas Desa ± 34.146 Ha
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
c. Pendirian Badan Usaha Milik Desa
Tanggal Musyawarah Desa
Pembentukan BUMDesa
18 Desember 2014
Peraturan Desa Nomor : 01
Tanggal : 18 Desember 2014
Tentang : Pembentukan
BUMDES
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
42
d. Susunan Kepengurusan
Keputusan Kepala Desa Nomor : 08
Tanggal : 15 Januari 2018
Tentang : Susunan pengurus BUMDES
Penasehat Andi Muhammad Arsyad
Pelaksana Operational
Kepala Unit Usaha SPP
Kepala Unit Usaha Bumdesmart
Penyewaan Barang
Kepala Unit Usaha
Kepala Unit Usaha
Direktur : Anti Ayu Masyta
Sekretaris : Selpiana
Bendahara : Citra
Ernawati
Sulpikar
diisi dengan SK yang baru
diisi dengan SK yang baru
Pengawas Ketua : Drs Surya Alam
Wakil Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
e. Jenis Kegiatan Usaha Permodalan
Penyertaan Modal dari Pemerintah Desa
No Nama Unit Usaha Bentuk Penyertaan Modal Keterangan
1 Simpan Pinjam Uang SebesarRp. 40.000.000
Peraturan Desa
Nomor :
Tanggal :
Tahun :
Tentang :
Belum ada perdes
yang mendukung
penyertaan modal
baru berita acara
penyerahan
modal BUMDES
Barang / Aset Desa Berupa
Jasa pinjaman
(Cantumkan
Jumlah/Satuan
Barang)
2 Penyewaan
Barang
Uang SebesarRp.
100.000.000,-
Peraturan Desa
Nomor :
43
Tanggal :
Tahun :
Tentang :
Barang / Aset Desa Berupa
Alat Musik cayya-Cayya
Motor Viar
Hand Traktor
1 Paket
1 Unit
I Unit
3 Bumdesmart Uang SebesarRp. 50.000.000
Peraturan Desa
Nomor :
Tanggal :
Tahun :
Tentang :
Barang / Aset Desa Berupa
(Cantumkan
Jumlah/Satuan
Barang)
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
B. Evaluasi Pengelolaan BUMDes Sahabat Desa Bariang Kecamatan Segeri
Kabupaten Pangkep.
Evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program
yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan,
memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar
jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat kedepan dari pada melihat
kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan
kesempatan demi keberhasilan program, dengan demikian misi dari evaluasi itu
adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.
Sejalan dengan agenda prioritas Presiden untuk mewujudkan Nawacita,
khususnya Cita ke-3 yaitu: “Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan
Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan”,
44
maka Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
yang terbentuk berdasarkan pergeseran tugas dan fungsi dari Direktorat
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi yang sesuai dengan Visi, Misi Presiden/Wakil Presiden untuk
menentukan arah kebijakan, strategi, sasaran, outcome, kegiatan dan output
dalam rangka melaksanakan amanah mengawal implementasi Undang-Undang
Desa secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan untuk mewujudkan desa
yang kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat mempercepat
pembangunan.
Diantara 32 BUMdes berkembang di Kabupaten Pangkep, salah satunya
ialah BUMDes Sahabat yang berada di Desa Baring Kecamatan Segeri
BUMDes Sahabat dibentuk pada musyawarah desa tanggal 18 Desember 2014
dan termuat dalam Peraturan Desa No. 01 tentang pembentukan BUMDes.
BUMDes Sahabat Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep ini
memiliki unit usaha sebagai berikut: Simpan Pinjam dengan produk Modal
Usaha, Penyewaan dengan produk Alat Musik Cayya-Cayya, Hand Traktor,
dan Perdagangan dengan produk Bumdesmart, maka dengan itu diperlukan
Evaluasi Pengelolaan BUMDes Sahabat Desa Baring Kecamatan Segeri
Kabupaten Pangkep dengan indikator evaluasi Model CIPP terdiri dari empat
jenis evaluasi, yaitu: Evaluasi Konteks (Context Evaluation), Evaluasi
Masukan (Input Evaluation), Evaluasi Proses (Process Evaluation), dan
Evaluasi Produk (Product Evaluation).
45
1. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah mengidentifikasi latar
belakang perlunya mengadakan perubahan atau munculnya program dari
beberapa subjek yang terlibat dalam pengambilan keputusan mencakup analisis
masalah yang berkenaan dengan lingkungan program atau kondisi objektif
yang akan dilaksanakan berisi tentang kekuatan dan kelemahan objek tertentu.
Evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan
menilai kebutuhan, suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan
(discrepancy view) kondisi nyata (reality) dengan kondisi yang diharapkan
(ideality).
Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah
kekuatan dan kelemahan dari objek tertentu yang akan atau sedang berjalan.
Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam
perencanaan suatu program yang akan dilaksanakan selain itu, konteks juga
bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu
dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan
tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga
mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak
menimbulkan kerugian panjang.
Badan Usaha Milik Desa pada penelitian ini berada di Desa Baring
merupakan Desa yang mendirikan BUMDesa sebagai instrumen
pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi
pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
46
ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka. Hasil
wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Desa Baring terkait dengan
kegiatan Pelaksanaan BUMDes Sahabat adalah sebagai berikut:
“Baik jadi di desa Baring ini BUMDes Sahabat itu dari tahun 2014 sudah
di resmikan, di kukuhkan oleh bapak Bupati, saat itu kalau tidak salah
ada sekitar 32 desa yang di kukuhkan. hingga akhir ini BUMDes ini telah
melaporkan beberapa unit kegiatannya termasuk Unit Simpan
Pinjamnya”. (Hasil wawancara dengan SS pada tanggal 13 Maret 2021).
Sesuai dengan uraian informan diatas dijelaskan bahwa BUMDes
Sahabat di Desa Baring diresmikan pada tahun 2014 oleh Bupati Pangkep
“Syamsuddin A.Hamid Batara” dan mengukuhkan 32 BUMDes di Kabupaten
Pangkep. Hingga saat ini BUMDes Sahabat telah melaporkan unit kegiatannya
yaitu Unit Usaha Simpan Pinjam. Badan Usaha Milik Desa di Desa Baring ini
didirikan pada tanggal 18 Desember disahkan.Jadi secara legalitas berdasarkan
Peraturan Desa dan AD/ART.
Pembentukan dan pengelolaan BUMDes harus sesui dengan tujuannya
sebagaiman pasal 3 Permendes Tahun 2015. Dimana tujuan BUMDes dibentuk
dan dikelola ialah meningkatkan perekonomian desa; mengoptimalkan aset
desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa; meningkatkan usaha
masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa; mengembangkan
rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga;
menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan
umum warga; membuka lapangan kerja; meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi desa; dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan
47
asli desa. Hasil Wawancara terkait dengan Pengawasan Pengelolaan BUMDes
terhadap Kepala Desa/Komisaris BUMDes Desa Baring adalah sebagai
berikut:
“Pengelolaan BUMDes itu setiap bulan ada laporannya, laporan kegiatan
yang terutama unit simpan pinjam yang banyak membantu masyarakat-
masyarakat kecil di BUMDes ini kita lebih prioritaskan pedagang-
pedagang seperti punya usaha toko, penjual ikan, penjual sayur dan
usaha-usaha lain”. (Hasil wawancara dengan WU pada tanggal 13 Maret
2021).
Sesuai dengan pernyataan dari wawancara informan diatas bahwa dalam
pengelolaan BUMDes dilakukan laporan kegiatan setiap bulannya, terutama
unit Simpan Pinjam yang banyak membantu masyarakat-masyarakat kecil
seperti pedagang-pedagang dan usaha-usaha lain yang lebih di proiritaskan di
Desa Baring.
Berdasarkan hasil Observasi peneliti bahwa dalam Pengawasan
Pengelolaan Laporan kegiatan tidak adanya Transparansi antara Pemerintah
Desa ke Badan Pengawas Desa (BPD), sehingga Pengelolaan BUMDes
tersebut tidak Efektif dan tidak berjalan sesuai dengan aturan, begitupun Hasil
wawancara terhadap Direktur BUMDes Sahabat Desa Baring adalah sebagai
berikut :
“Jadi tugas saya itu sebagai direktur BUMDes adalah Melaksanakan dan
Mengkoordnir Pelaksanaan Kegiatan Unit Usaha yang di Kelola oleh
BUMDes itu sendiri (Hasil wawancara dengan AM pada tanggal 15
Maret 2021).
Berdasarkan dengan uraian diatas, dijelaskan bahwa, tugas Ketua atau
direktur BUMDes adalah melaksanakan kebijakan yang telah ada dan
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan unit usaha yang di kelola oleh BUMDes
itu sendiri.
48
Di dalam prasyarat pelaksanaan BUMDes secara eksplisit telah
disebutkan peranan dari BUMDes yaitu sebagai bisnis ekonomi dan bisnis
sosial. Peranan secara ekonomi tentu saja meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa melalui usaha-usaha yang dikelola olehBUMDes serta
kontribusinya terhadap kas desa atau PADes, sedangkan peranan secara sosial
dapat terlihat dari bagaimana nantinya keberadaan BUMDes mampu
memberdayakan masyarakat, meningkatkan interaksi dan solidaritas yang telah
terbina selama ini melalui kegiatan BUMDes yang dikelola secara kolektif.
Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Desa Baring
terkait dengan pernan BUMDes adalah sebagai berikut:
“Peranan BUMDes ini juga tercantum di dalam UU Desa bahwa hasil
dari BUMDes dimanfaatkan selain untuk pengembangan usaha juga
dimanfaatkan untuk pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa,
dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan
sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa” (Hasil wawancara dengan SS pada
tanggal 13 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Peranan
BUMDes secara ekonomi tentu saja meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa melalui usaha-usaha yang dikelola oleh BUMDes serta kontribusinya
terhadap kas desa atau PADes. Sedangkan peranan secara sosial dapat tirlihat
dari bagaimana nantinya keberadaan BUMDes mampu memberdayakan
masyarakat, meningkatkan interaksi dan solidaritas yang telah terbina selama
ini melalui kegiatan BUMDes.
Maka bisa dikatakan bahwa BUMDes memiliki dua fungsi utama yaitu
sebagai lembagasosial dan lembaga komersial desa. BUMDes sebagai lembaga
49
sosial memiliki kontribusi sebagai penyedia pelayanan social, sementara fungsi
sebagai lembaga komersial memiliki artibahwa BUMDes bertujuan untuk
mencari keuntungan melalui penawaran sumber daya local (barang dan jasa) ke
pasar (Wijanarko, 2012).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dilapangan
bahwa berbeda dengan hasil wawancara di atas, terbukti di lapangan sebagai
direktur BUMDes Sahabat dalam melaksanakan kebijakan terkadang tidak
sesuai dengan aturan dan tujuan BUMDes Sahabat, begitupun dalam
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan unit usaha tentang laporan kegiatan,
laporan keuangan, dan pembagian dana BUMDes yang tidak terkoordinir
dengan baik sehingga evaluasi pengelolaan BUMDes ini tidak sesuai tujuan
BUMDes Sahabat secara konteks.
2. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Evaluasi input dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai kapabilitas
sumber daya bahan, alat, manusia dan biaya, untuk melaksanakan program
yang telah dipilih, evaluasi input untuk mengaitkan tujuan, konteks, input dan
proses dengan hasil program. Evaluasi ini juga menentukan kesesuaian
lingkungan dalam membantu pencapaian tujuan dan objektif program.
Disamping itu, evaluasi ini dibuat untuk memperbaiki program bukan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Evaluasi input dilakukan terhadap tersedianya
sumber daya program dalam hal ini anggaran, sumber daya manusia, sarana
dan prasarana yang digunakan. Singkatnya, input merupakan model yang
digunakan untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumber daya
50
yang ada bisa mencapai tujuan serta secara esensial memberikan informasi
tentang apakah perlu mencari bantuan dari pihak lain atau tidak. Hal ini juga
diperkuat oleh pernyataan pendamping Desa Baring sebagai berikut :
“Dalam usaha yang di lakukan BUMDes Sahabat Desa Baring itu untuk
mengembangkan usaha BUMDesnya iyalah salah satunya itu
memberikan modal usaha kepada masyarakat Desa `Baring, dalam hal ini
simpan pinjam. Cuman masyarakat sebagian masih banyak yang merasa
kalau pinjaman yang diberikan kepada mereka itu adalah anggaran dari
dana desa sehingga mereka tidak terlalu memikirkan untuk
mengembalikan modal yang diberikan oleh BUMDes Sahabat sehingga
proses pengembangan usaha dari BUMDes Sahabat tidak lancar (Hasil
wawancara dengan MY pada tanggal 14 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan pendamping desa peneliti
menyimpulkan bahwa dalam usaha yang dilakukan BUMDes Sahabat Desa
Baring itu untuk mengembangkan usaha BUMDesnya iyalah salah satunya itu
memberikan modal usaha kepada masyarakat Desa `Baring, dalam hal ini
simpan pinjam. Cuman masyarakat sebagian masih banyak yang merasa kalau
pinjaman yang diberikan kepada mereka itu adalah anggaran dari dana desa
sehingga mereka tidak terlalu memikirkan untuk mengembalikan modal yang
diberikan oleh BUMDes Sahabat sehingga proses pengembangan usaha dari
BUMDes Sahabat tidak lancar.
Sebelum memberikan simpan-pinjam, masyarakat diberikan dulu
simulasi atau pemahaman terkait program simpan pinjam yang akan dijalankan
selama beberapa waktu, sehingga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti pembyaran yang tersendat dan masyarakat diminta harus berusaha
professional untuk mengusahakan pembayaran tepat pada waktu yang telah
51
ditetapkan, sehingga program ini dapat berlangsung lama, dan berkembang
dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian
masyarakat masih belum mengetahui apa itu BUMDes atau kurangnya SDM
mengenai BUMDes, hal ini juga karna terlalu tingginya bunga pinjaman yang
diberikan kepada masyarakat. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Bapak
Kepala Desa Baring sebagai berikut :
“Dalam usaha simpan pinjam yang dilakukan BUMDes Baring ini cukup
memberatkan sebagian masyarakat karna bunga pinjamannya terlalu
tinggi yaitu 2,5% sehingga masyarakat sebagian tidak mengembalikan
bunga dari pinjaman yang mereka ambil dari BUMDes” (Hasil
wawancara dengan SS pada tanggal 13 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan juga bahwa
Dalam usaha simpan pinjam yang dilakukan BUMDes Baring ini cukup
memberatkan sebagian masyarakat karna bunga pinjamannya terlalu tinggi
yaitu 2,5% sehingga harapan masyarakat terhadap pengelola BUMDes dengan
menurunkan bunga dari simpan pinjam hal ini demi kenyamanan
masyarakatnya.
Para pengambil keputusan memakai evaluasi masukan dalam memilih
diantara rencana-rencana yang ada, menyusun proposal pendanaan, alokasi
sumber-sumber, menempatkan staf, menjadwalkan pekerjaan, menilai rencana-
rencana aktivitas, dan penganggaran, jadi orientasi utama dari evaluasi
masukan adalah untk membantu merencanakan sebuah program yang
digunakan untuk membawa perubahan yang dibutuhkan jenis penelitian harus
mengidentifikasi dan menilai pendekatan yang relevan (termasuk) yang sudah
52
beroperasi dan membantu dalam memberi penjelasan dan menentukan prioritas
yang akan digunakan untuk kelanjutan dari program tersebut. Hal ini sesuai
degan yang diemukakan oleh salah satu masyarakat sebagai berikut :
“Pengelola BUMDes harus disiplin seperti ketika jatuh tempo dalam
pembayaran pengelolaan BUMDes harus menagih kepada nasabah agar
nasabah mengingat waktu pembayaran dan jaga kalau bisa bunganya di
kurangi” (Hasil wawancara dengan AR pada tanggal 20 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan sslah satu masyarakat dapat
disimpulkan bahwa pengelola BUMDes harus disiplin seperti ketika jatuh
tempo dalam pembayaran pengelolaan BUMDes harus menagih kepada
nasabah agar nasabah mengingat waktu pembayarannya,usaha yang dilakukan
BUMDes Sahabat masih memilki hambatan seperti kurangnya sosialisasi
terhadap masyarakat megenai BUMDes dan juga bunga pinjaman simpan
pinjam itu terlalu tinggi.
Esensi yang terkandung dalam pembangunan masyarakat pada
hakekatnya tidak sekedar membantu masyarakat dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan yang mereka hadapi, namun lebih dari itu pembangunan masyarakat
merupakan usaha untuk membentuk kemandirian mereka, sehingga dapat
mengatasi permasalahannya sendiri. Implisit di dalamnya, manusia merupakan
unsur pokok di dalam proses pembangunan, dengan demikian, selain bertujuan
meningkatkan taraf hidup warga masyarakat, maka secara ideal pembangunan
masyarakat juga mempersyaratkan adanya partisipasi, kreatifitas dan inisiatif
dari masyarakat. Pembangunan akan berhasil guna ketika mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat di dalamnya. Oleh karena itu, salah satu
indikator keberhasilan pembangunan masyarakat juga harus diukur dengan ada
53
atau tidaknya partisipasi masyarakat di dalamnya.Peningkatan kapasitas
masyarakat menjadi titik sentral dalam pembangunan masyarakat.
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap pelaksanaan BUMDes Sahabat
Desa Baring sudah terlihat bentuk kerjasama yang baik antara pengelola
BUMDes dengan pemerintah desa, dalam hal ini berupa pemberian anggaaran
desa untuk program usaha, meskipun anggaran yag didapatkan masih minim.
Adapun indikator dari keberhasilan kerjasama yang telah dilakukan dengan
baik itu berupa usaha simpan pinjam yang dilakukan pada BUMDes dan
mengikuti syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BUMDes, meskipun
masih ada sebgian kecil masyarakat yang belum maksimal dalam
pengembalian modal yang telah diberikan oleh pengelola BUMDes.Sehingga
diperlukan kerjasama semua pihak yang terlibat agar BUMDes dapat
berkembang dan mensejahterahkan masyarakat Desa Baring.
3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasi atau memprediksi
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program. Evaluasi proses diarahkan
pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan sudah terlaksana sesuai dengan
rencana. Evaluasi proses menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan
dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab
program, “kapan” (when) kegiatan yang akan selesai. Evaluasi proses
dilakukan untuk melihat seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam
program sudah terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan program, standar
operasional prosedur, dan mekanisme pelaksanaan kegiatan termasuk jadwal
54
pelaksanaan. Berikut ini hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Baring
terkait dengan usaha yang dikelola yaitu sebagai berikut:
“Unit usaha yang telah dikelola dan dikembangkan yaitu ada tiga unit
usaha dalam hal ini simpan pinjam memberikan pinjam modal kepada
mmasyarakat, penyewaan barang berupa alat musik cayya-cayya, Motor
Viar dan Hand Traktor dan dibidang perdagangan BumdesMart” (Hasil
wawancara dengan SS pada tanggal 13 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas disimpulkan bahwa BUMDes
Sahabat Desa Baring unit usaha yang telah dikelola dan dikembangkan yaitu
ada tiga unit usaha dalam hal ini simpan pinjam memberikan pinjam modal
kepada mmasyarakat, penyewaan barang berupa alat musik Cayya-Cayya,
Motor Viar dan Hand Traktor dan dibidang perdagangan BumdesMart.
Evaluasi memberi informasi yang salah dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang
telah dapat dicapai melalui tindakan public, dalam hal ini evaluasi
mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah
dicapai masyarakat yang bergabung di BUMDes kurang aktif dalam
melaksnakan program-program BUMDes. Dari hasil pengamatan program-
program yang aktif yaitu simpan pinjam, penyewaan barang dan perdagangan.
Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan
direktur BUMDes Sahabat terkait pengelolaan usaha BUMDes yang dijalankan
yaitu sebagai berikut:
“Dalam pengelolaan BUMDes Sahabat pertama yang kita kelola itu
program simpan pinjam dan penyewaan barang sejak tahun 2017 sampai
saat ini, sedangkan program Bumdesmasrt itu baru berjalan atau
beroprasi pada tahun 2019” (Hasil wawancara dengan MY pada tanggal
15 Maret 2021).
55
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan direktur BUMDes Sahabat
disimpulkan bahwa pengelolaan BUMDes Sahabat pertama yang dikelola itu
program simpan pinjam dan penyewaan barang sejak tahun 2017 sampai saat
ini, sedangkan program Bumdesmasrt itu baru berjalan atau beroperasi pada
tahun 2019 dan belum memiliki efek yang begitu baik.
Dalam sehari-harinya kegiatan perekonomian masyarakat Desa Baring
ada yang bertani, nelayan, dan berdagang, selain itu juga ada yang berprofesi
sebagai pegawai. Dari pengamatan, banyak mayarakat yang berprofesi sebagai
nelayan, artinya dalam sehari-harinya masyarakat membagi waktu untuk ke
laut dan berdagang. Adapun kendala yang dialami selama pelaksanaan program
BUMDes yang dikemukakan oleh Direktur BUMDes Sahabat seperti berikut:
“Dalam usaha simpan pinjam, terkadang di bagian proses
pengembaliannya yang terkadang tidak tepat waktu karena masyarakat
diberi waktu selama sepuluh bulan. Kemudian dibulan pertama dan
kedua itu masih melakukan pembayaran dengan tepat waktu, tetapi
dibulan-bulan berikutnya itu sudah tersendak dan juga anggaran yang
dikelola itu selama dua tahun cuma 40 juta rupiah dan itu minim sekali
untuk dikelola dalam kurung waktu dua tahun. Pengurus BUMDes
beranggapan apa yang mereka kelola itu adaalah hak milik pribadi dalam
artian SDMnya masih rendah contoh dalam usaha simpan pinjam
bunganya terlalu tinggi dengan bunga 2,5% selain itu juga pemasangan
harga untuk penyewaan barang di luar Desa Baring”. (Hasil wawancara
dengan AAM pada tanggal 15 Maret 2021)..
Hasil yang diamati oleh peneliti diantaranya program-program Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Baring. Kegiatan perekonomian masyarakat
sekitar, pemberdayaan masyarakat setelah gabung di BUMDes, dan proses
dalam pelaksanaan program BUMDes. Dalam usaha simpan pinjam, terkadang
di bagian proses pengembaliannya yang terkadang tidak tepat waktu karena
masyarakat diberi waktu selama sepuluh bulan. Kemudian dibulan pertama dan
56
kedua itu masih melakukan pembayaran dengan tepat waktu, tetapi dibulan-
bulan berikutnya itu sudah tersendak dan juga anggaran yang dikelola itu
selama dua tahun cuma 40 juta rupiah dan itu minim sekali untuk dikelola
dalam kurung waktu dua tahun. Pengurus BUMDes beranggapan apa yang
mereka kelola itu adaalah hak milik pribadi dalam artian SDMnya masih
rendah contoh dalam usaha simpan pinjam bunganya terlalu tinggi dengan
bunga 2,5% selain itu juga pemasangan harga untuk penyewaan barang di luar
Desa Baring.
Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan
suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk
meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program
kedepannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat kedepan dari
pada melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya
peningkatan kesempatan demi keberhasilan program, dengan demikian misi
dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas
suatu program.
Meningkatkan penghasilan BUMDes yang dijiwai oleh semangat
kebersamaan dan self help dalam upayamemperkuat ekonomi kelembagaannya
akan bergerak seiring dengan peningkatan sumbersumberpendapatan asli desa
dengan tergeraknya kegiatan ekonomi masyarakat di bawahnaungan BUMDes.
Dengan adanya kebersamaan dan mekanisme self help ini akanmengurangi
peran free rider yang seringkali meningkatkan biaya transaksi ekonomi
denganpraktek rente di masyarakat (Prasetyo, 2016).
57
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan pelaksanaan program
dilaksanakan belum sesuai dengan rencana pelaksanaan baik dari sisi jadwal
maupun pelaksana program belum mampu menangani kegiatan selama
program berlangsung. Potensi desa belum dimanfaatkan secara
maksimal.Omset masih rendah, hanya bisa untuk membayar petugas/karyawan
yang menjaga warung BUMDesa. Tidak ada keuntungan untuk kas BUMDesa
sehingga unit usaha belum inovatif dan kreatif.
4. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk bertujuan untuk identifikasi hasil yang diharapkan dan
tidak diharapkan, menghubungkan dengan tujuan, kebutuhan, konteks, input,
dan proses informasi, dan menilai penyelesaian dengan menentukan beberapa
faktor seperti kualitas, kesesuaian, keadilan, kesetaraan, biaya, keamanan, dan
siginifikansi. Dan evaluasi produk ini berfungsi untuk memutuskan apakah
meneruskan, memodifikasi, atau memfokuskan kembali program, dan
menyajikan catatan yang jelas mengenai efek dibandingkan dengan kebutuhan,
tujuan, dan biaya.
Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis maupun administrative pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi
produktif desa yang dilakukan secara akuntabel. Oleh karena itu perlu upaya
serius untuk menjadikan pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan
secara efektif, efisien, professional, mandiri dan bertanggungjawab untuk
mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan
58
(produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan
jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini
diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat BUMDes akan menjadi
usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Lembaga
ini juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (di luar
desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar
pasar.Artinya terdapat mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati
bersama, sehingga tidak menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan
disebabkan usaha yang dijalankan oleh BUMDes. Hasil wawancara dengan
Kepala Desa Baring terkait dengan keputusan atau kebijakan yang melibatkan
partisipasi masyarakat yaitu sebagai berikut:
“Sejauh ini saya melihat partisipasi masyarakat masih kurang
kerjasamanya dengan pemerintah desa dan pengurus BUMDes, disisi lain
keikutsertaan masyarakat terhadap program simpan pinjam lebih menarik
minat masyarakat karena banyak masyarakat yang merasa terbantu
dengan program tersebut”. (Hasil wawancara dengan SS pada tanggal 13
Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sejauh ini
partisipasi masyarakat masih kurang kerjasamanya dengan pemerintah desa
dan pengurus BUMDes, disisi lain keikutsertaan masyarakat terhadap program
simpan pinjam lebih menarik minat masyarakat karena banyak masyarakat
yang merasa terbantu dengan program tersebut tetapi belum mampu
memberikan efek bagi pendapatan desa.
Peran pemerintah dalam pembangunan nasional memiliki peranan yang
dominan dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah selaku
stabilisator, innovator, modernisator, pelopor, dan pelaksana suatu kegiaatan
59
pembangunan tertentu. Hal ini sesuai dengan apa yang di ungkapkan oleh
Pendamping Desa Bariang terkait dengan keputusan atau kebijakan yang
melibatkan partisipasi masyarakat, yaitu :
“Secara regulasi semuanya dilibatkan setiap melakukan terobosan dan
sebagainya pasti bermusyawarah dengan anggotanya dan juga BPD dan
kepala Desa termasuk juga masyarakat pastinya” (Hasil wawancara
dengan MY pada tanggal 14 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan pendamping desa Baring
peneliti menyimpulkan bahwa Secara regulasi semuanya dilibatkan setiap
melakukan terobosan dan sebagainya pasti bermusyawarah dengan anggotanya
dan juga BPD dan kepala Desa termasuk juga masyarakat pastinya, Hal ini
memiliki arti, menempatkan masyarakat sebagai aktor (subyek) pembangunan
dan tidak sekedar menjadikan mereka sebagai penerima pasif pelayanan jasa.
Pembangunan masayarakat yang berkesinambungan pada hakekatnya
merupakan suatu proses yang disengaja dan terarah, mengutamakan
pendayagunaan kreatifitas-inisiatif serta pasrtisipasi masayarakat.
BUMDes merupakan lembaga usaha desa yang dikelola oleh mayarakat
dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan
dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Sehingga Wawancara diatas
menunjukkan bahwa dalam proses kegiatan usahanya selalu melibatkan pihak
masyarakat dan juga aparat Desa lainnya. Adapun hasil wawancara penulis
dengan salah satu tokoh masyarakat mengenai pengaruh BUMDes terhadap
perekonomiannya yaitu sebagai berikut:
“Alhamdulillah semenjak saya mengikuti BUMDes ini, saya merasa
sangat terbantu. Karena BUMDes memberikan pinjman modal kepada
masyarakaat untuk mengelolah serta mengembangkan usahanya.Karena
60
awalnya, saya memiliki kendala dipermodalan, sehingga saya terhambat
untuk menambah stok jualan saya” (Hasil wawancara dengan SP pada
tanggal 20 Maret 2021).
Beradasarakan hasil wawancara dengan salah satu masyarakat dapat
disimpulkan bahwa hadirnya BUMDes Sahabat sangat berpengaruh karena
memiliki program atau produk memberikan pinjman modal kepada
masyarakaat untuk mengelolah serta mengembangkan usahanya.
Secara umum kondisi masyarakat di desa Baring masih tergolong
menengah kebawah, sehingga masih banyak masyarakat yang membutuhkan
bantuan dari program ini sehingga dibutuhkan kolaborsi atau kerjasama antara
pemerintah dengan masyarakat untuk mewujudkan kemandirian ekonomi.
Bersama dengan itu pendapat tersebut didukung oleh pernyataan dari
Sekretaris Desa Baring bahwa :
“Proses kerja pengurus BUMDes sudah cukup bagus kalau secara
laporan para aparat pegurus bumdes sudah dilaksanakan sesuai dengan
tugasnya.Jadi secara umum semuanya bagus terkait kinerja” (Hasil
wawancara dengan WU pada tanggal 13 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan degan beberapa
informan, hasil observasi saya di lapangan menunjukkan bahwa kehadiran
BUMDes di tengah-tengah gemelut perekonomian masyarakat, ternyata sangat
membantu perkembangan usahanya, terutama dalam program simpan pinjam,
sehingga untuk kedepannya masyarakat diharapkan dapat bekerjasama dan
bersinergi dengan pemerintah dan pengeola BUMDes dalam mengembangkan
usaha yang dikelolanya untuk mencapai tujuan awal dibentuknya BUMDes,
sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang lebih mandiri.
61
Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan evaluasi produk
ditunjukkan dengan komitmen untuk memberdayakan BUMDes sebagai
lembaga yang mengelola perekonomian ditingkat desa dan peran pemerintah
sebagai pelaksana pembangunan khususnya dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat untuk membantu peningkatan perekonomian masyarakat
yang sepenuhnya diserahkan kepada BUMDes telah berjalan sesuai dengan
perencanaan pemerintah desa. Dari hasil sudut pandang peneliti melihat
evasluasi produk dari pengelola BUMDes ke pemerintah desa dapat dibuktikan
dengan laporan secara administrasi yang rutin dilaporkan sekali dalam setahun,
adapun pertanggungjawaban dalam bentuk lain yaitu penerapan dari bentuk
usahanya berupa Simpan Pinjam dengan produk Modal Usaha, Penyewaan
dengan produk Alat Musik Cayya-Cayya, Hand Traktor, dan Perdagangan
dengan produk Bumdesmart.
C. Faktor pendukung dan penghambat Evaluasi penegelolaan BUMDes
Sahabat Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep.
Berdasarkan teori dan kerangka pikir di atas, adapun faktor pendukung
dan faktor penghambat evaluasi penegelolaan BUMDes Sahabat Desa Bariang
Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep sebagai berikut:
1. Faktor pendukung
Faktor pendukung yaitu hal-hal yang mempengaruhi, memajukan,
menambah, dan menjadi lebih dari sebelumnya, adapun faktor pendukung erat
kaitannya dalam Pengelolaan BUMDes Sahabat dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
62
a. Komitmen Pemerintah
Pengelolaan BUMDes dalam mengembangkan usaha dan
perekonomian masyarakat desa memerlukan penanganan yang
komprehensif, sehingga tumbuhnya ekonomi nasional ditopang kokoh oleh
perekonomian desa yang kokoh dan terarah. Komitmen pemerintah terhadap
keberlansungan BUMDes dibuktikan dengan pemberian dana dalam usaha
mengembangkan BUMDes berdasarkan wawancara mendalam dengan
Kepala Desa Bariang menyebutkan bahwa:
“Peran pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dan
pemberdayaan desa melalui BUMDes sangat tinggi. Ini dibuktikan
dengan suntikan dana BUMDes berasal dari dana desa, APBD
Kabupaten, APBD Provinsi dan kementerian terkait. Pemerintah
sangat mendukung peningkatan kesejahteraan pada tingkat desa.Selain
program BUMDes pemerintah melaksanakan program-program lain
yang berbasis pada masyarakat desa” (Hasil wawancara dengan SS
pada tanggal 13 Maret 2021).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa BUMDes ini
merupakan usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa
dimana kepemilikan modal serta pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah
desa dan masyarakat.BUMDes ini diharapkan dapat menstimulasi dan
menggerakkan roda perekonomian di pedesaan, bersama dengan itu
pendapat tersebut didukung oleh pernyataan dari pendamping Desa Baring
menyebutkan bahwa :
“Pemerintah sudah cukup berperan dan berkontribusi kepada
BUMDes dengan memberikan modal kepada BUMDes setiap
tahunnya, agar kiranya BUMDes mampu mengelolah dengan baik apa
yang menjadi programnya (Hasil wawancara dengan MY pada tanggal
14 Maret 2021).”.
63
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut, komitmen pemerintah terhadap BUMDes secara umum
dapat dikatakan sudah maksimal walaupun masih ada beberapa hal masih
perlu ditigkatkan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010
tentang Badan Usaha Milik Desa, menyebutkan bahwa: untuk meningkatkan
kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai
kegiatan usaha ekonomi masyarakat pedesaan, didirikan badan usaha milik
desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.
b. Tersedianya potensi Sumberdaya Alam
Desa saat ini sudah diberikan kebebasan untuk mengatur wilayah,
ekonomi dan masyarakatnya sendiri. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.Saat ini desa diberikannya kewenangan
untuk mengatur wilayahnya sendiri, desa juga sudah dapat mengembangkan
perekonomiannya sendiri.
Ada banyak cara untuk mengembangkan ekonomi desa, salah satunya
adalah melalui pemanfaatan aset desa sebagai potensi desa. Desa memiliki
asetaset asli desa yang dapat berbentuk tanah, kolam, sumber mata air
ataupun sumber daya alam lainnya. Keberadaan BUMDes sendiri memiliki
tujuan yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2015 tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran
Badan Usaha Milik Desa.
64
Keberadaan peraturan ini diperkuat dalam meningkatkan
perekonomian desa, mengoptimalkan penggunaan aset desa dan
meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa.
Tujuan lain yang dapat dicapai oleh kehadiran BUMDes adalah
mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga, menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung
kebutuhan layanan umum warga, membuka lapangan kerja, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi desa, meningkatkan pendapatan masyarakat desa
dan pendapatan asli desa. Adapun potensi yang di miliki desa ada 3 yaitu,:
1. Potensi tambang golongan C seperti : Batu gunung, Pasir,Sirtu, Batu
Bara, Tanah Merah Semua ini merupakan Aset desa yang perlu
dimanfaatkan dan dikelola dengan baik untuk menunjang peningkatan
pendapatan masyarakat. Dan meningkatkan Pendapatan Asli Desa (
PADes ).
2. Potensi Kelompok Simpan Pinjam.Potensi ini cukup besar berpengaruh
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kalau dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik.Management pengelolaan kelompok SPP
sangat menentukan arah dan masa depan anggota Kelomok SPP untuk itu
diperlukan pembinaan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia pengelola kelompok SPP.
3. Potensi hasil pertanian dan peternakan, Hasil pertanian dan peternakan
merupakan potensi terbesar di Desa Baring karena sebagian besar sumber
65
penghasilan masyarakat adalah bertani dan berternak. Masyarakat Desa
Baring yang mayoritas bertani selain menanam tanaman pangan juga
menanam tanaman hortikultura seperti sayuran dan cabe. Tanaman
hortikultura biasanya ditanam pada musim hujan dan kemarau, namun
tidak semua masyarakat melakukan karena faktor air.
Potensi ini diharapkan dapat menjadi tenaga pendorong kemajuan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Baring dimasa yang akan
datang. Berdasarkan wawancara mendalam dengan Direktur BUMDes
Sahabat menyebutkan bahwa :
“BUMDes mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa
dan/atau dengan pihak ketiga, menciptakan peluang dan jaringan pasar
yang mendukung kebutuhan layanan umum warga, membuka
lapangan kerja dengan pemanfaatan aset desa sebagai potensi
desa.Desa memiliki aset-aset asli desa yang dapat berbentuk tanah,
kolam, sumber mata air ataupun sumber daya alam lainnya” (Hasil
wawancara dengan AAM pada tanggal 15 Maret 2021).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa BUMDes ini
merupakan usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa
dimana kepemilikan modal serta pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah
desa dan masyarakat, dengan adanya sumber daya yang cukup memadai
BUMDes ini diharapkan dapat menstimulasi dan menggerakkan roda
perekonomian di pedesaan. Hal ini diungkapkan juga oleh Kepala Desa
Baring bahwa :
“Desa memiliki banyak potensi sumber daya alam, seperti sumber
daya air yang dapat didayagunakan secara maksimal karena sumber
daya air merupakan potensi yang bisa dikelola untuk menggerakkan
ekonomi desa, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan
pendapatan desa dan masyarakat” (Hasil wawancara dengan SS pada
tanggal 13 Maret 2021).
66
Dari hasil wawancara di atas sebagaimana diatur Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 78 bahwa pemanfaatan sumber
daya alam merupakan salah satu aspek utama dalam mencapai tujuan
pembangunan desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan.
Musyawarah pembentukan BUMDes pada tanggal 18 Desember 2014
denganagenda penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD-ART) BUMDes. Dihadiri oleh para pemangku kepentingan dalam
pembangunan desa, musyawarah tersebut menghasilkan sebuah nama
lembaga BUMDes “SAHABAT”, sebagai ruang harapan masyarakat untuk
mencapai kejayaan ekonomi. BUMDes Sahabat berkedudukan dan berada
pada wilayah kerja Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep.
BUMDes Sahabat memiliki unit usaha Modal Usaha, Penyewaan Barang,
dan Produk Alat Musik Cayya-Cayya, Hand Traktor, dan Perdagangan
dengan produk BUMDesmart. Masyarakat Desa Baring mayoritas mata
pencahariannya adalah Petani dan Buruh tani. Dapat dilihat dari table
dibawah :
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani 65%
2. Peternak 8%
3. Pedagang 20%
4. PNS 5%
5. Lain-lain 2%
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
67
Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Desa
Baring sebagian besar bekerja di sektor pertanian.Dalam hal ini masayarakat
yang awalnya bertani secara tradisional di mudahkan setelah berdirinya
BUMDes. Adapun progress BUMDes dari tahun 2014 sampai dengan tahun
2021 yaitu,:
1. Unit Simpan Pinjam, Unit simpan pinjam BUMdes Sahabat adalah
menyalurkan dana kredit ke anggota dan masyarakat dengan bunga
rendah. Dimana dana ini digunakan untuk menjadi modal kegiatan usaha
yang produktif, seperti untuk kegiatan membuka usaha atau memperluas
kegiatan usaha. Dengan mendukung adanya kegiatan yang produktif ini,
di harapkan mampu menciptakan sebuah kegiatan yang menghasilkan
peningkatan pendapatan ekonomi di masyarakat desa. Sehingga pada
akhirnya akan tercapainya kesejahteraan sosial yang merata dan
menurunkan angka kemiskinan di masyarakat desa.
2. Unit Penyewaan Barang, Hasil dari penelitian melihat terdapat perbedaan
pendapatan petani setelah menggunakan hand traktor yakni pendapatan
lebih besar, ada perbedaan nilai tukar petani setelah menggunakan hand
traktor yakni petani lebih sejahtera, serta ada perbedaan dari penggunaan
tenaga kerja setelah penggunaan hand traktor yakni lebih efisien
dibandingkan dengan tenaga kerja sebelum menggunakan hand traktor.
3. Bumdesmart, Unit usaha BUMDesmart adalah unit usaha yang paling
baru, awal mula dibentuk unit usaha ini berfokus pada toko kelontong
yang bertujuan memenuhi kebutuhan pokok warung-warung kecil yang
68
ada di Desa Baring sebagai mitra usaha. Hal tersebut membuat
masyarakat dapat memperoleh barang kebutuhan pokok dengan harga
yang relatif lebih murah di banding dengan toko swalayan lainnya.
2. Faktor penghambat
Faktor penghambat dari evaluasi penegelolaan BUMDes Sahabat Desa
Bariang Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep.
a. Faktor Anggaran
Keberadaan BUMDes dalam meaksanakan program dan usaha tidak
bisa lepas dari anggaran yang dimiliki.Sebagai lembaga usaha keberadaan
modal usaha salah satu nadi untuk hidup dan berkembang. Kesiapan dana
usaha terbatas memiliki tingkat kemampuan pengelola usahapun akan
mengalami kemunduran.Adapun anggaran yang digunakan BUMDes pada
tanggal 15 Januari 2018 dapat dilihat dari table dibawah :
Tabel anggaran :
Sumber : Profil Desa Baring, 2020.
Berdasarkan table diatas disertai wawancara mendalam dengan
Direktur BUMDes Sahabat mengatakan bahwa:
“Keberadaan program BUMDes di desa kami masih terbatas dengan
usaha Simpan Pinjam dengan produk Modal Usaha, Penyewaan
dengan produk Alat Musik Cayya-Cayya, Hand Traktor, dan
Perdagangan dengan produk Bumdesmart, keberadaan anggaran yang
kami olaeh itu masih minim sehingga kami masih kesulitan dalam
mengembangkan usaha lainnya, sehinga usaha yang kami kelola itu
sesuai dengan anggaran yang kami miliki” (Hasil wawancara dengan
AAMpada tanggal 15 Maret 2021).
1
2 1.200.000 100.000.000
3 - 50.000.000
Penyewaan Barang 2016-2017
Bumdesmart 2019
-
-
-
No. Modal Usaha BUMDes Profit BUMDes
Unit Simpan Pinjam 2014 6.240.000 40.000.000
Omzet tahun 2018Tahun UsahaUnit Usaha
69
Berdasarkan hasil wawanara diatas dapat disimpulkan juga bahwa
keberadaan BUMDes dalam pengangaran yang diberikan oleh pemerintah
Desa masih minim sehingga dalam pengembangan usaha BUMDes itu
masih cecil sesuai dengan modal yang diberikan. Hal senada dari
wawancara mendalam dengan Kepala Desa menyebutkan bahwa :
“Anggaran yang dimiliki desa dalam menjalankan usaha BUMDes
ada, namun masih sangat kecil untuk mengembangkan usaha yang
besar. Oleh karena itu, diperlukan adanya terobosan dari pengelola
BUMDes dalam memilih usaha yang sesuai dengan anggaran yang
dimiliki.(Hasil wawancara dengan SS pada tanggal 13 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
keberadaan BUMDes dalam mengelola program usaha di tengah masyarakat
masih mengalami kendala terutama terbatasnya anggara yang dimiliki.
BUMDes sudah cukup berperan dan berkontrbusi bagi masyarakat hanya
saja belum dapat dikataan maksimal, yakni masih adanya ketimpangan
kesejahteraan antar masyarakat.Hal itu dikarenakan masih banyaknya
kendala yaitu seperti kurangnya modal, pengetahuan masyarakat dan kurang
maksimalnya kinerja serta manajemen BUMDes itu sendiri.
b. Faktor Sumber Daya Manusia Pengelola
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan
pembangunan masyarakat (community development) dimaksudkan sebagai
pemberdayaan masyarakat yang sengaja dilakukan pemerintah untuk
memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan
mengelola sumberdaya yang dimiliki sehingga pada akhirnya mereka
memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial
70
secara berkelanjutan. Otonomi desa merupakan peluang bagi desa dalam
mengembang desa sesuai dengan potensi yang dimiliki. Keberadaan
BUMDes sebagai instrument dalam meningkatkan kesejahtera dengan
melibatkan masyarakat dalam pengelolaan. Berdasarkan faktor penghambat
di atas berikut wawancara dilakukan dengan Direktur BUMDes sebagai
berikut :
“Keterlibatan masyarakat BUMDes sangat terbuka, akan tetapi masih
ada kendala di masyarakat yaitu masih rendah pada tingkat sumber
daya manusia pengelola. Usaha dilakukan dari kami dengan
melakukan sosialisasi mengenai BUMDes yang mendukung program
BUMDes yang sedang kelola.(Hasil wawancara dengan AAM pada
tanggal 15 Maret 2021).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sekretaris Desa Baring
sebagai berikut :
“Program Badan Usaha Milik Desa menitik beratkan pada bidang
usaha dari simpan pinjam dan tingkat perkembangan usahanya rendah
karena tigkat sumber daya manusia dan tanggung jawab pihak desa
dalam memanfaaatkan program dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat” (Hasil wawancara dengan WU pada tanggal 13 Maret
2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
keberadaan BUMDes masih membutuhkan dukungan semua pihak dalam
meningkatkan sumberdaya manusia pengelola. Keberadaan BUMDes
Sahabt belum mampu memberikan manfaat dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini karena minimnya Sumberdaya Manusia
dan tata kelola yang tidak berkelanjutan.Sinergi pengelola Badan Usaha
Milik Desa dan masyarakat dalam partisipasi secara aktif dari dalam
perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi guna memberikan manfaat
keberadaan BUMDes ditengah masyarakat.
71
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
mengenai evaluasi pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sahabat
Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Evaluasi secara konteks pengelolaan BUMDes dalam melaksanakan kebijakan
terkadang tidak sesuai dengan aturan dan tujuan BUMDes begitupun dalam
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan unit usaha tentang laporan kegiatan,
laporan keuangan, dan pembagian dana BUMDes yang tidak terkoordinir
dengan baik. Secara input atau masukan diperlukan kerjasama semua pihak
yang terlibat agar BUMDes dapat berkembang dan mensejahterahkan
masyarakat. Secara Proses menunjukkan pelaksanaan program dilaksanakan
belum sesuai dengan rencana pelaksanaan baik dari sisi jadwal maupun
pelaksana program belum mampu menangani kegiatan selama program
berlangsung sehingga unit usaha belum inovatif dan kreatif. Dan evasluasi
produk dari pengelola BUMDes dibuktikan dengan laporan secara administrasi
yang rutin dilaporkan sekali dalam setahun, dengan pertanggungjawaban
usahanya berupa Simpan Pinjam dengan produk Modal Usaha, Penyewaan
dengan produk Alat Musik Cayya-Cayya, Hand Traktor, dan Perdagangan
dengan produk Bumdesmart.
72
2. Faktor pendukung dari segi komitmen pemerintah dalam pengelolaan BUMDes
sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan suntikan dana BUMDes berasal dari dana
desa, APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan kementerian terkait. Sedangkan
factor penghambat yaitu anggaran yang dimiliki desa dalam menjalankan usaha
BUMDes ada, namun masih sangat kecil untuk mengembangkan usaha yang
besar.
B. Saran
Dengan mengacu pada kesimpulan penelitian ini, maka peneliti
mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah desa dan pihak pengelola BUMDes agar lebih efektif dan
inovatif lagi dalam menjalankan unit-unit usaha lain dengan memberi pelatihan
kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sekaligus dalam mencapai tujuan dari BUMDes itu sendiri untuk
mensejahterahkan masyarakat.
2. Meningkatkan kerjasama antar pemerintah Desa dan pengelola BUMDes
terutama terkait dengan pendanaan, agar pengelolaan BUMDes dapat dikelola
dengan lancar tanpa hambatan dari faktor manapun.
3. Bagi pengelola BUMDes, harus mengevaluasi terkait kepuasan masyarakat
terhadap program yang ada. Misalnya dalam program simpan-pinjam, masih
ada masyarakat yang mengeluh terhadap bunga yang diberikan oleh BUMDes,
sehingga sebagian masyarakat justru terbebani dengan hal ini.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., & Jabar, C. S. A. (2009).Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa
dan Praktisi Pendidikan.
Apriliana, (2016), Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(Pnpm) Mandiri Simpan Pinjam Perempuan (Spp) Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Dan Perekonomian Masyarakat (Studi Kecamatan
Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu). Lampung : Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas LampungBandar Lampung.
BPBP Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.2016. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta; Balai Pustaka.
Hidayah, dkk (2019). “Evaluasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes): Studi
Kasus BUMDes Harapan Jaya Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas,
Kabupaten Bogor”. JSHP VOL. 3 NO. 2.
Jones, Charles. O. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy). Jakarta; Radja
Grafindo Persada.
Lestari, Dian dkk (2018).“Manajemen Strategik dalam Pengembangan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Sugiwaras Kecamatan Monomulyu
Kabupaten Poliwali Mandar”. Makassar: Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Mulyatiningsih, E. (2011). Analisis Model-Model Pendidikan Karakter Untuk
Usia Anak-Anak, Remaja Dan Dewasa. Yogyakarta: UNY, dari http://staff.
uny. ac. id/sites/default/files/penelitian/Dra-Endang-Mulyatiningsih,-M.
Pd./13B_Analisis-Model-Pendidikan-karakter. pdf, diakses pada, 8.
Prabowo, T. Agung (2001). “Evaluasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) (Studi
Kasus BUMDes Desa Pojong Kecamatan Pojong Kabupaten Gunung
Kidul Tahun 2017)”. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Prasetyo, R. A. (2016). Peranan BUMDES dalam Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pejambon Kecamatan Sumberrejo
Kabupaten Bojonegoro.Jurnal Dialektika, 11(1), 86-100.
Suyatno,(2003). Dasar-Dasar Pengkreditan. Jakarta; Gramedia
Suharto, Edi. (2005).Membangun Masyarakat Memberdaya Rakyat. Bandung:
Rafika Aditama,
74
Subaedah (2019).“Evaluasi Pengelolaan Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kabupaten Sigi (Studi pada Gapoktan
Sigampa Desa Kaleke Kecamatan Dolo Barat)”.E-Jurnal Katalogis,
Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 159-178.
Wahab, Solichin Abdul. (2002). Analisis Kebijakan (Dari Reformulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara).Jakarta; Bumi Aksara.
Wijanarko, Agung Septiawan. (2012). Peran Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Pandan Krajan Kecamatan
Kemlagi Kabupaten Mojokerto (Skripsi). Surabaya: Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”.
Yusuf, Farida. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Renika Cipta
Undang-undang:
Peratura Desa Sigi nomor 01 tahun 2014 tentang pembentukan badan usaha milik
Desa.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan
Dan Pengelolaan,
Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa. Undang-undang No 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daearh Undang-undang No 6 tahun 2014 Tentang
Desa
Website:
NewBisnis.com, “Bumdes Sulsel Diarahkan Dukung Hilirisasi Pertanian”.19
Agustus 2020.
NewsMetropol.com, “Tokopedia Jalin Kemitraan dengan 3 BUMDes di
Pangkep”.18 Agustus 2020.
75
L
A
M
P
I
R
A
N
76
77
LAMPIRAN
Foto dengan pejabat desa
Foto dengan Pejabat BUMDes Sahabat
78
Foto Dengan Masyarakat
79
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Dwi Guna adalah Nama penulis skripsi ini lahir dari
orang tua Bapak Amiruddin A. Madjid dan Ny Ibu
Marlina Hamzah, sebagai anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis di lahirkan di Kelurahan Segeri, Kecematan
Segeri Kabupaten Pangkep pada tanggal 12 maret 1996. Penulis
menempuh pendidikan dimulai dari SDN 4 Segeri lulus pada tahun 2008,
melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Segeri lulus pada tahun 2011, dan
SMA Negri 1 Segeri selesai pada tahun 2014, kemudian di tahun di 2015
melanjutkan pendidikan tinggi di Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar lulus pada
tahun 2021.Penulis aktif di beberapa kegiatan intra kampus maupun ekstra
kampus, penulis juga kerap kali aktif di beberapa kegiatan aktivitas geraka
social juga lingkungan hidup.
Berkat petunjuk yang Maha Kuasa serta Doa orang tua tercinta juga
bantuan serta bimbingan para keluarga, saudara, sahabat, dan kerabat,
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sahabat Desa Baring
Kecematan Segeri Kabupaten Pangkep”.