8
1 EVALUASI KETERSEDIAAN LAHAN PERTANIAN PADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : KABUPATEN PASURUAN) Oleh: Albertus Jefry Anthoni, M.Taufik, Wiweka 2 , Fadila Muchsin 2 Program Studi Teknik Geomatika FTSP-ITS,Surabaya, 60111,Indonesia Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional,Pekayon-Pasar Rebo,Jakarta,Indonesia 2 Email: [email protected] Abstrak Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu lumbung padi nasional yang berkontribusi besar terhadap perokonomian pertanian di Indonesia. Selain memiliki potensi pertanian yang baik, Kabupaten Pasuruan juga mengembangkan potensi di bidang industri. Dengan bertambahnya populasi industri maka akan terjadi kecenderungan atau tren bertambahnya kebutuhan akan lahan pemukiman dan perdagangan. Bertambahnya kebutuhan lahan akan menyebabkan kecenderungan untuk dilakukan konversi lahan pertanian. Maka dari itu diperlukan suatu evaluasi terhadap ketersediaan lahan pertanian padi. Analsisis secara multi temporal dengan teknologi penginderaan jauh dan sistem infomasi geografis merupakan metode yang efektif untuk memperoleh informasi tentang fenomena perkembangan lahan pertanian maupun pola perubahannya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat-7 ETM tahun 2000 dan 2003, citra SPOT-4 tahun 2007 dan 2009, peta rupa bumi indonesia, peta tututpan lahan kabupaten pasuruan tahun 2010, peta batas administrasi kabupaten pasuruan, DEM SRTM,data statistik pertanian padi kabupaten pasuruan. Hasil dari penelitian ini adalah terjadinya perubahan luas tutupan lahan pertanian padi/sawah di Kabupaten Pasuruan yaitu pada tahun 2000-2003 mengalami mengalami penurunan sebesar 9331 Ha, tahun 2003-2007 mengalami peningkatan sebesar 4725.19 Ha, tahun 2007-2009 mengalami peningkatan sebesar 6233.16 Ha. Selain itu adanya persamaan kecenderungan perubahan luas sawah dari tahun 2000-2009 namun dengan hasil luasan yang berbeda antara hasil klasifikasi dengan data pertanian dari BPS. Kata Kunci : Evaluasi, Multi Temporal, Penginderaan Jauh,Pertanian Padi PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki pertanian tangguh. Hal tersebut dapat dilihat dari sebagian besar mata pencaharian masyrakatnya adalah bertani, serta didukung oleh daerah-daerah yang luas untuk sektor atau lahan pertanian. Pertanian, secara khusus dalam komoditi padi merupakan sesuatu yang penting dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Kualitas dan kuantitas padi salah satunya ditentukan dengan adanya ketersediaan lahan pertanian atau sawah yang luas dan subur.Propinsi Jawa Timur, khususnya Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu lumbung padi nasional yang berkontribusi besar terhadap perokonomian pertanian di Indonesia. Selain memiliki potensi pertanian yang baik, Kabupaten Pasuruan juga mengembangkan potensi di bidang industri yaitu salah satunya dengan membangun kawasan industri PT Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) di Kecamatan Rembang seluas kurang lebih 550 ha yang dilengkapi dengan kawasan berikat. Sampai saat ini luas areal yang sudah dimanfaatkan lebih dari 200 ha (36%) dengan jumlah perusahaan sebanyak 48 perusahaan, sedangkan untuk kawasan berikat terdapat sekitar 26 perusahaan. (http:pasuruankab.go.id) Meningkatnya populasi idustri di Kabupaten Pasuruan tersebut menyebabkan kecenderungan alih fungsi lahan pertanian lahan pemukiman, perdagangan dan lain-lain. Alih fungsi lahan pertanian akan berdampak pada berkurangnya produksi padi yang menjadi sumber makanan pokok masyarakat. Maka dari itu diperlukan suatu evaluasi mengenai ketersediaan lahan pertanian padi itu sendiri agar selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan apabila akan dilakukan alih fungsi lahan. Analsisis multitemporal data satelit merupakan metode yang efektif untuk memperoleh informasi tentang fenomena perkembangan lahan pertanian padi maupun pola perubahannya. Penggabungan data penginderaan jauh dengan sistem informasi geografis sangat powerfull memberikan informasi yang berkualitas. Prakteknya, penggunaan data penginderaan jauh adalah pemanfaatan sifat satelit yang repetitive (berulang) mengindera

EVALUASI KETERSEDIAAN LAHAN PERTANIAN … ke .Shp Basis Data Spasial Ekspor ke .Shp Direlasikan Tabulasi Dalam Ms.Excel Perhitungan Luas Areal Sawah Basis Data Tabular Analisa SIG

Embed Size (px)

Citation preview

1

EVALUASI KETERSEDIAAN LAHAN PERTANIAN PADI DENGAN MENGGUNAKAN

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

(STUDI KASUS : KABUPATEN PASURUAN)

Oleh:

Albertus Jefry Anthoni, M.Taufik, Wiweka2, Fadila Muchsin

2

Program Studi Teknik Geomatika FTSP-ITS,Surabaya, 60111,Indonesia

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional,Pekayon-Pasar Rebo,Jakarta,Indonesia2

Email: [email protected]

Abstrak

Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu lumbung padi nasional yang berkontribusi besar terhadap

perokonomian pertanian di Indonesia. Selain memiliki potensi pertanian yang baik, Kabupaten Pasuruan juga

mengembangkan potensi di bidang industri. Dengan bertambahnya populasi industri maka akan terjadi

kecenderungan atau tren bertambahnya kebutuhan akan lahan pemukiman dan perdagangan. Bertambahnya

kebutuhan lahan akan menyebabkan kecenderungan untuk dilakukan konversi lahan pertanian. Maka dari itu

diperlukan suatu evaluasi terhadap ketersediaan lahan pertanian padi. Analsisis secara multi temporal dengan

teknologi penginderaan jauh dan sistem infomasi geografis merupakan metode yang efektif untuk memperoleh

informasi tentang fenomena perkembangan lahan pertanian maupun pola perubahannya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat-7 ETM tahun 2000 dan 2003, citra SPOT-4

tahun 2007 dan 2009, peta rupa bumi indonesia, peta tututpan lahan kabupaten pasuruan tahun 2010, peta batas

administrasi kabupaten pasuruan, DEM SRTM,data statistik pertanian padi kabupaten pasuruan.

Hasil dari penelitian ini adalah terjadinya perubahan luas tutupan lahan pertanian padi/sawah di

Kabupaten Pasuruan yaitu pada tahun 2000-2003 mengalami mengalami penurunan sebesar 9331 Ha, tahun

2003-2007 mengalami peningkatan sebesar 4725.19 Ha, tahun 2007-2009 mengalami peningkatan sebesar

6233.16 Ha. Selain itu adanya persamaan kecenderungan perubahan luas sawah dari tahun 2000-2009 namun

dengan hasil luasan yang berbeda antara hasil klasifikasi dengan data pertanian dari BPS.

Kata Kunci : Evaluasi, Multi Temporal, Penginderaan Jauh,Pertanian Padi

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris

yang memiliki pertanian tangguh. Hal tersebut

dapat dilihat dari sebagian besar mata

pencaharian masyrakatnya adalah bertani, serta

didukung oleh daerah-daerah yang luas untuk

sektor atau lahan pertanian. Pertanian, secara

khusus dalam komoditi padi merupakan sesuatu

yang penting dalam memenuhi kebutuhan pangan

masyarakat. Kualitas dan kuantitas padi salah

satunya ditentukan dengan adanya ketersediaan

lahan pertanian atau sawah yang luas dan

subur.Propinsi Jawa Timur, khususnya Kabupaten

Pasuruan merupakan salah satu lumbung padi

nasional yang berkontribusi besar terhadap

perokonomian pertanian di Indonesia.

Selain memiliki potensi pertanian yang

baik, Kabupaten Pasuruan juga mengembangkan

potensi di bidang industri yaitu salah satunya

dengan membangun kawasan industri PT

Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) di

Kecamatan Rembang seluas kurang lebih 550 ha

yang dilengkapi dengan kawasan berikat. Sampai

saat ini luas areal yang sudah dimanfaatkan lebih

dari 200 ha (36%) dengan jumlah perusahaan

sebanyak 48 perusahaan, sedangkan untuk

kawasan berikat terdapat sekitar 26 perusahaan.

(http:pasuruankab.go.id)

Meningkatnya populasi idustri di

Kabupaten Pasuruan tersebut menyebabkan

kecenderungan alih fungsi lahan pertanian lahan

pemukiman, perdagangan dan lain-lain. Alih

fungsi lahan pertanian akan berdampak pada

berkurangnya produksi padi yang menjadi sumber

makanan pokok masyarakat. Maka dari itu

diperlukan suatu evaluasi mengenai ketersediaan

lahan pertanian padi itu sendiri agar selanjutnya

dapat dijadikan bahan pertimbangan apabila akan

dilakukan alih fungsi lahan.

Analsisis multitemporal data satelit

merupakan metode yang efektif untuk

memperoleh informasi tentang fenomena

perkembangan lahan pertanian padi maupun pola

perubahannya. Penggabungan data penginderaan

jauh dengan sistem informasi geografis sangat

powerfull memberikan informasi yang

berkualitas. Prakteknya, penggunaan data

penginderaan jauh adalah pemanfaatan sifat

satelit yang repetitive (berulang) mengindera

2

suatu wilayah luas dalam waktu tertentu.

Sedangkan sistem informasi geografis berfungsi

untuk menganalisa perubahan secara

multitemporal.

Rumusan Permasalahan

Perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Bagaimana mengevaluasi secara kuantitatif

luasan lahan pertanian padi dengan menggunakan

teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi

geografis.

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan

citra Satelit LANDSAT-7ETM akusisi tahun

2000 dan 2003 serta SPOT-4 akusisi tahun

2007 dan 2009.

2. Penelitian hanya mencakup lahan pertanian

padi/sawah secara kuantitatif di Kabupaten

Pasuruan.

3. Data pendukungnya berupa data hasil

produksi padi Kabupaten Pasuruan per tahun.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melakukan evaluasi dan analisa ketersediaan

lahan pertanian padi di Kabupaten Pausuruan.

2. Menunjukkan pola perkembangan dan

perubahan lahan pertanian di Kabupaten

Pasuruan.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Kabupaten Pasuruan adalah salah satu

Kabupaten di wilayah Propinsi Jawa

Timur,Indonesia. Ditinjau dari kondisi geografis

wilayahnya terletak pada 112ᵒ30' - 113ᵒ30' BT

dan 7ᵒ30' - 8ᵒ30' LS Luas wilayah daratannya

adalah 1.474 km² (147,401.50 Ha). Batas

administrasi Kabupaten Pasuruan adalah :

- Sebelah Utara : Kabupaten

Sidoarjo dan Laut Jawa

- Sebelah Barat daya : Kota Batu

- Sebelah Selatan : Kabupaten Malang

- Sebelah Barat : Kabupaten Probolinggo,

Kabupaten Mojokerto

Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian, Kabupaten

Pasuruan

(Sumber : http://umkm-pasuruankab.com )

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode klasifikasi citra

terselia (supervised classification) untuk

pembuatan peta lahan pertanian padi dan metode

analisa overlay dengan menggunakan Sistem

Informasi Geografis.

Peralatan dan Bahan

a. Peralatan

Perangkat Keras (Hardware) :

1. Komputer AMD Turion X2, Memori DDR2 3

GB

2. Printer Canon iP 1980.

Perangkat Lunak (Software) :

1. Sistem Operasi Windows 7 Ultimate

2. ER Mapper 7.0 untuk pengolahan citra.

3. Microsoft Word dan Microsoft Excel 2007.

4. Autodesk Land Desktop 2006.

5. ArcGis9.3

6. LPNgeorec.exe

7. Koreksi_Ortho_V21.exe

b. Bahan

1. Citra Satelit LANDSAT-7 ETM,

Kabupaten Pasuruan akusisi tahun 2000

dan 2003

2. Citra Satelit SPOT 4, Kabupaten Pasuruan

akusisi tahun 2007 dan 2009.

3. Peta Rupa Bumi Indonesia, Kabupaten

Pasuruan skala 1:25.000, nomer 1608-

(121-124), 1608-(131-134), 1608-(141-

143).

4. Data pendukung berupa data hasil produksi

padi dari tahun 2000-2010.

5. Peta Vektor Batas wilayah Kota/Kabupaten,

BAKOSURTANAL.

6. DEM SRTM 90x90

3

Tahapan Kegiatan Penelitian

Diagram alur penelitian ini secara garis

besar digambarkan pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Tahapan Kegiatan Penelitian

1. Tahap Persiapan

Beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini

adalah :

a. Studi Literatur

Yang dimaksud dengan studi literatur adalah

mempelajari dan mengumpulkan buku-buku

referensi dan hasil penelitian sejenis

sebelumnya yang pernah dilakukan oleh

orang lain yang berkaitan dengan

permasalahan evaluasi ketersediaan lahan

pertanian padi. Tujuannya ialah untuk

mendapatkan landasan teori mengenai

masalah yang akan diteliti.

b. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data

yang digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan dalam penelitian ini.

2. Tahap Pengolahan Data

Dalam tahap ini data diproses agar dapat

digunakan untuk analisa atau menghasilkan

informasi yang diinginkan. Data peta tematik

berupa peta raster, untuk mengubahnya menjadi

data vektor maka dilakukan proses digitasi dan

ekspor.

Pengolahan data citra LANDSAT 7 ETM+

dan SPOT 4 dilakukan untuk membuat peta

ketersediaan lahan pertanian padi Kabupaten

Pasuruan. Data citra satelit satelit dikoreksi secara

geometrik untuk meningkatkan ketelitian dan bisa

di-overlay dengan peta standar. Data tabular yang

sudah benar digabungkan dengan data spasial.

Penggabungan data spasial dengan data tabular

dialkukan dengan Sistem Informasi Geografis.

3. Tahap Analisa

Pada tahap ini dilakukan analisa data dan

uji statistik hasil pengolahan data.

4. Tahap Akhir

Pada tahap ini dilakukan pembuatan

laporan Tugas Akhir yang berisi dokumentasi dari

pelaksanaan Tugas Akhir.

5. Tahapan Pengolahan Data

Tahapan dari pengolahan data dari

penelitian ini digambarkan pada gambar di bawah

ini :

Citra Landsat

7 dan SPOT 4

Koreksi

Geometrik

RMS

≤1 PikselTidak

Mozaiking

Pemotongan Citra

Koreksi Radiometrik

Penajaman Citra

Pengambilan Training Sample

Klasifikasi Terselia

Uji Ketelitian

Akurasi

≥80%Tidak

Peta Tutupan

Lahan 1

Data Spasial

Peta RBI

Data Tabular

BPS

Scanning

Registrasi

Dijitasi

Topologi

Ekspor ke .Shp

Basis Data Spasial

Ekspor ke .Shp

Direlasikan

Tabulasi Dalam

Ms.Excel

Perhitungan

Luas Areal

Sawah

Basis Data Tabular

Analisa SIG

Informasi Ketersediaan Lahan

Pertanian Padi Kab. Pasuruan Pada

Tahun 200,2003,2007,2009

Ya

Ya

Citra

Terkoreksi

Majority

Filtering

Peta Tutupan

Lahan 2

Orthorektifikasi

GCP

DEM SRTM

90x90m

Ground Truth

Desain

Kekuatan Jaring

Gambar 3. Tahapan Pengolahan Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Perhitungan Kekuatan Jaring Titik Kontrol

Gambar 4. Desain Jaring

Besar SoF =

…….. (5)

Dari perhitungan kekuatan jaring diatas

hanya menggunakan sampel titik kontrol

permukaan sebanyak 10 titik pada masing-masing

citra, namun pada pekerjaan koreksi

geometriknya terdapat lebih dari 10 titik. Semakin

kecil bilangan faktor kekuatan jaring, maka akan

semakin baik konfigurasi jaring yang

bersangkutan, dan sebaliknya (Abidin, 2000).

Besar SoF yang dihasilkan jaring tersebut

mendekati nol sehingga desain jaring SoF

dianggap kuat.

2. Koreksi Geometrik

Koreksi geometrik dilakukan dengan

memberikan titik control permukaan atau biasa

disebut dengan ground control point (GCP) dari

citra referensi landsat-7 ETM ortho pansharpen

pada citra yang belum terkoreksi dan diproses

dengan menggunkan menu Geocoding Wizard

pada perangkat lunak ER Mapper 7.0.

Pada citra Landsat-7 ETM tahun 2000 dan

2003 titik kontrol permukaan (GCP) didapatkan

dari Australian Commonwealth Scientific and

Research Organization (CSIRO) pada proyek

kerjasama Indonesian National Carbon

Accounting System (INCAS) bersama Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Sedangkan untuk citra SPOT-4 penentuan titik

kontrol permukaan (GCP) ditentukan secara

manual.

Sistem proyeksi yang digunakan adalah

Universal Transverse Mercator zone 49s dan

datum yang dipakai adalah WGS 1984. Nilai

RMSerror rata-rata untuk koreksi geometrik dari

masing-masing citra dapat dilihat pada table di

bawah ini : Tabel 1. Nilai RMSerror

Menurut Purwadhi (2001), batas

kesalahan pada proses koreksi geometrik untuk

mendeteksi perubahan tutupan lahan yaitu 0.5

atau 1 piksel satu sama lain atau sekitar 15-30

meter (1piksel= 30x30meter) untuk citra Landsat-

7 ETM dan 10-20 meter (1 piksel= 20x20meter)

untuk citra SPOT-4. Sehingga jika pergeseran

titik lebih dari batas toleransi maka koreksi harus

diulang.

3. Orthorektifikasi

Setelah dilakukan koreksi geometrik untuk

posisi 2D atau koordinat X dan Y tahapan

selanjutnya adalah dilakukan koreksi kemiringan

dengan orthorektifikasi. Orthorektifikasi

berfungsi untuk membuat citra yang semula

miring akibat sudut sensor yang miring saat

perekaman objek dapat menjadi tegak ekivalen

dengan keadaan sebenarnya.

Dalam proses orthorektifikasi digunakan

dua perangkat lunak yaitu LPNgeorec.exe untuk

citra Landsat-7 ETM dan Koreksi_Ortho_V21.exe

untuk citra SPOT-4. Kedua perangkat lunak

tersebut dibawah lisensi LAPAN. Pada perangkat

lunak LPNgeorec.exe dibutuhkkan beberapa input

yaitu :

a. Citra Landsat-7 ETM yang belum terkoreksi

(6band)

b. Citra Landsat-7 ETM ortho yang sudah

terkoreksi (6band)

c. GCP dari CSIRO.

d. DEM SRTM 90x90m.

e. Image orientation angle dan viewing angle.

Sedangkan untuk perangkat lunak

Koreksi_Ortho_V21.exe dibutuhkan beberapa

input yaitu :

a. Citra SPOT-4 yang memiliki informasi GCP.

b. DEM SRTM 90x90m.

c. Sudut insiden dan sudut orientasi (dari

metadata).

5

Tabel 2. Hasil Orthorektifikasi

4. Koreksi Radiometrik

Koreksi radiometrik dilakukan dengan cara

konversi DN ke reflektan. Nilai DN yang

dikonversi ke nilai reflektan adalah nilai dari

saluran 6 band kecuali band thermal pada citra

Landsat-7 ETM dan 4 band pada citra SPOT-4 .

Persamaan yang digunakan adalah:

a. Landsat-7 ETM

L= Lmin+

– (1)

=

......................................... (2)

a. SPOT-4

L =

................................................. (3)

=

........................................ (4)

dimana:

L = Spectral Radiance in watts/(meter squared * ster *

μm)

= Max Detected Radiance Level

= Min Detected Radiance Level

= Max Pixel Value (=255)

= Min Pixel Value (=1)

= Digital Number

A = Absolut Calibration

G= Absolut Calibration Gains

= Unitless Planetary Reflectance

= Solar Zenith Angle in Degrees

= Mean Solar Exoatmospheric Irradiances

d2 = Earth-Sun Distance in Astronomical Units

5. Mozaiking

Dalam tahap ini dilakukan proses

penggabungan antara scene citra yang berbeda

agar diperoleh luas cakup citra sesuai dengan

daerah yang dikaji. Pada citra Landsat-7 ETM

tahun 2000 dan 2003 tidak perlu di mozaiking

karena areanya sudah mencukupi. Sedangkan

yang perlu dilakukan mozaiking adalah citra

SPOT-4 tahun 2007 yaitu scene 297/365 dan

297/366 serta citra SPOT-4 tahun 2009 yaitu

scene 297/365,297/366,298/366. Berikut hasil

dari mozaiking kedua citra tersebut :

Gambar 5. Hasil Mozaiking citra SPOT-4 tahun 2007

Gambar 6. Hasil Mozaiking citra SPOT-4 tahun 2009

6. Cropping

Setelah hasil mozaiking didapatkan

selanjutnya dilakukan pemotongan atau cropping

sesuai dengan batas administrasi Kabupaten

Pasuruan berdasarkan peta vektor Bakosurtanal.

7. Penajaman Citra

a. Normalized Differential Vegetation Index

(NDVI)

NDVI diolah dengan menggunakan band 4

(NIR) dan 3 (Red) untuk citra Landsat-7 ETM

serta band 1(NIR) dan 3 untuk citra SPOT-4.

Pengolahan NDVI dikerjakkan pada keempat citra

dengan menggunakan model sebagai berikut :

……...(6)

………(7)

Hasil NDVI dapat dilihat pada gambar 7

berikut ini :

Gambar 7. Hasil NDVI tahun 2000(a), tahun 2003(b),

tahun 2007(c), tahun 2009(d)

6

b. Spasial Varians

Didapatkan dengan cara melakukan

filtering deviation 3x3 pada kanal NDVI dan

SWIR(Short Wave Infrared). Spasial varians

diharapkan mampu membantu ketelitian dalam

proses klasifikasi digital secara terselia. Berikut

adalah contoh hasil spasial varians dari kanal

NDVI dan SWIR pada citra Landsat-7 ETM

tahun 2000 :

(a) (b)

Gambar 8. Spasial varians NDVI (a) dan Spasial

Varians SWIR (b)

8. Klasifikasi

Klasifikasi dilakukan dengan metoda

klasifikasi terbimbing tipe maximum likellihood

dengan trainning sample lebih dari 150 area.

Jumlah kelas yang digunakan sejumlah 9 kelas

seperti dijelaskan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3. Kelas Tutupan Lahan

Dari pekerjaan klasifikasi didapatkan 4 tahun peta

tutupan lahan seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 9. Tahun 2000(a), 2003(b), 2007(c), 2009(d)

Analisa

1. Uji Ketelitian Klasifikasi

Uji ketelitian dilakukan untuk mengetahui

ketelitian hasil klasifikasi,metode yang digunakan

untuk perhitungan adalah confusion matrix.

Sebelum dilakukan uji ketelitian diperlukan

ground truth atau survei lapangan untuk masing-

masing kelas. Perhitungan uji ketelitian dengan

metode confusion matrix ini dilakukan dengan

dua macam cara yaitu dengan perangakat lunak er

mapper 7.0 dan perhitungan secara manual.

Berikut merupakan hasil perhitungan tersebut :

Tabel 4. Hasil Uji Ketelitian

2. Luas Tutupan Lahan Kabupaten Pasuruan

Berikut merupakan hasil tutupan lahan

Kabupaten Pasuruan berdasarkan hasil klasifikasi

citra tahun 2000, 2003, 2007, dan 2009. Serta

hasil tutupan lahan pertanian padi atau sawah dari

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan :

a. Luas Tutupan Lahan Klasifikasi Citra

Luas tutupan lahan Kabupaten Pasuruan

yang dihasilkan dari hasil klasifikasi terselia

(supervised) dengan menggunakan perangkat

lunak Er Mapper 7.0 dapat dilihat langsung pada

area summary report. Luas tutupan lahan untuk

masing-masing kelas pada citra Landsat-7 ETM

tahun 2000 dan 2003 serta citra SPOT4 tahun

2007 dan 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Luas Tutupan Lahan Kabupaten Pasuruan

Tahun 2000,2003,2007,dan 2009 menurut hasil

klasifikasi citra

Dari tabel 5. di atas dapat diketahui luasan total

pada tahun 2000-2003 mengalami penurunan

sebesar 602.936 Ha, tahun 2003-2007 mengalami

peningkatan sebesar 491.622 Ha, dan tahun 2007-

Ermapper 7.0 Survei lapangan

1 2000 93.85% 86.18%

2 2003 88.13% 81.56%

3 2007 90.92% 80.41%

4 2009 87.51% 80.38%

Ketelitian Klasifikasi (Confussion Matrix)No. Tahun

Tahun 2000 Tahun2003 Tahun 2007 Tahun 2009

Awan 11420.875 2803.188 1937.68 881.64

Badan Air 337.813 229.438 475.36 236.56

Empang 4260.625 3994.688 4248.32 4257.12

Hutan 2124.75 7926.5 9330.24 2225.88

Ladang 38766.25 52606.625 41424.8 48023.92

Pemukiman 11676.063 11704.313 15990.76 13560.52

Perkebunan 23845.25 17876.938 4898.88 16756.28

Sawah 41835.25 32524.25 37249.44 43482.6

Tanah Kosong/Semak Belukar 13173.438 17171.438 31773.52 18253.72

Total 147440.314 146837.378 147329 147678.24

LuasPenutup Lahan (Ha)Kelas Penutup Lahan

7

2009 mengalami peningkatan sebesar 349.24 Ha.

Hal tersebut dapat diakibatkan oleh adanya nilai

piksel dari citra yang tidak terbaca pada saat

proses klasifikasi secara dijital. Selain itu,

Kabupaten Pasuruan mengalami penurunan dan

penambahan daratan khususnya di daerah pesisir

yang kemungkinan merupakan hasil dari

sedimentasi. Sedangkan untuk luasan lahan

pertanian padi pada tahun 2000-2003 mengalami

penurunan sebesar 9331 Ha, hal ini kemungkinan

diakibatkan oleh adanya pembangunan industri

dan pemukiman yang jumlahnya juga mengalami

peningkatan. Pada tahun 2003-2007 lahan

pertanian padi mengalami peningkatan sebesar

4725.19 Ha, hal ini dimungkinkan ladang beralih

fungsi menjadi lahan pertanian padi. Pada tahun

2007-2009 lahan pertanian mengalami

peningkatan sebesar 6233.16 Ha, hal ini

dimungkinkan karena adanya alih fungsi hutan

menjadi lahan pertanian padi dan juga dapat

dikarenakan adanya awan tipis yang cukup luas

pada citra SPOT-4 tahun 2009.

b. Luas Tutupan Lahan Pertanian Padi

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten

Pasuruan luas lahan pertanian padi Kabupaten

Pasuruan yang dapat dilihat pada tabel 6 berikut

ini : Tabel 6. Luas Tutupan Lahan Pertanian Padi

Kabupaten Pasuruan

(Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan )

Terlihat pada tahun 2000-2003 luas tutupan

lahan pertanian padi mengalami penurunan

sebesar 1783 Ha, pada tahun 2003-2007

mengalami peningkatan sebesar 6342 Ha dan

pada tahun 2007-2009 mengalami peningkatan

sebesar 11979 Ha. Selain itu luasan total rata-rata

tutupan lahan pertanian padi dari BPS sebesar

76974 Ha atau sekitar 60% luas Kabuten

Pasuruan jauh berbeda dengan hasil dari

pengolahan citra yaitu hanya sebesar 38772.885

Ha atau sekitar 30% luas Kabupaten Pasuruan.

Hal ini kemungkinan dikarenakan data dari BPS

didapatkan dengan cara survei

langsung/wawancara kepada para petani tanpa

dilakukan pengukuran terestris sedangkan hasil

dari klasifikasi citra dilakukan secara

komputerisasi berdasarkan nilai piksel. Keduanya

masing-masing dapat memiliki nilai kebenaran

dan kesalahan, hal ini perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut untuk pembuktiannya.

c. Tutupan Lahan Kecamatan Hasil Klasifikasi

Citra

Berikut merupakan tutupan lahan pertanian

padi berdasarkan hasil klasifikasi citra pada

beberapa kecamatan .

Gambar 10. Tutupan Lahan Kecamatan

Tabel 7. Luas Tutupan Lahan Ladang,Pemukiman dan

Sawah berdasarkan Klasifikasi Citra

Tahun 2000 Tahun2003 Tahun 2007 Tahun 2009

Purwodadi 2,986 2,691 3,030 3,339

Tutur 64 62 61 57

Puspo 9 85 29 40

Tosari - - - -

Lumbang 991 1,672 930 1,432

Pasrepan 2,356 2,080 2,276 3,493

Kejayan 5,415 5,386 7,322 8,777

Wonorejo 3,262 3,511 4,003 4,013

Purwosari 5,060 4,376 6,436 6,816

Prigen 4,173 3,173 3,294 3,608

Sukorejo 5,989 5,659 5,927 6,410

Pandaan 5,648 5,328 5,837 6,315

Gempol 4,194 3,623 3,870 4,266

Beji 5,041 4,381 4,700 5,801

Bangil 2,617 2,699 2,481 2,698

Rembang 4,972 5,255 4,596 6,058

Kraton 5,342 5,990 5,916 5,649

Pohjentrek 1,258 1,280 1,247 1,513

Gondang Wetan 2,647 2,894 3,548 5,161

Rejoso 3,697 3,822 3,462 4,170

Winongan 2,633 2,614 3,187 4,227

Grati 1,766 1,861 2,477 2,397

Lekok 732 651 832 932

Nguling 1,293 1,269 1,243 1,511

TOTAL 72,145 70,362 76,704 88,683

LUAS PANEN (Ha)KECAMATAN

8

Dapat dilihat pada tabel 7 di atas hasil

perhitungan berdasarkan klasifikasi citra berbeda

dengan hasil dari BPS. Hal tersebut terlihat jelas

pada Kecamatan Beji dan Sukorejo, pada hasil di

BPS luas tutupan lahan sawah diatas 5000 Ha,

sedangkan menurut peta vektor Bakosurtanal luas

kedua Kecamatan ini berkisar pada 4000 Ha.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Nilai strength of figure(SOF) pada citra

Landsat-7 ETM tahun 2000 dan 2003 serta

citra SPOT-4 tahun 2007 dan 2009 adalah

di bawah nilai 1.

2. Nilai rata-rata RMS error pada citra

Landsat-7 ETM tahun 2000 dan 2003 serta

citra SPOT-4 tahun 2007 dan 2009

memenuhi toleransi yaitu ≤ 1 piksel.

3. Hasil uji ketelitian klasifikasi dengan

menggunakan perangkat lunak ermapper

7.0 dan berdasarkan survei lapangan

memenuhi toleransi yaitu ≥ 80% untuk

peta tutupan lahan tahun 2000,2003,2007

dan 2009.

4. Luas total Kabupaten Pasuruan pada tahun

2000-2003 mengalami penurunan sebesar

602.936Ha, tahun 2003-2007 mengalami

peningkatan sebesar 491.622Ha, dan tahun

2007-2009 mengalami peningkatan sebesar

349.24Ha.

5. Luas tutupan lahan pertanian padi pada

tahun 2000-2003 mengalami penurunan

sebesar 9331 Ha, tahun 2003-2007 tutupan

lahan pertanian padi mengalami

peningkatan sebesar 4725.19Ha, tahun

2007-2009 tutupan lahan pertanian

mengalami peningkatan sebesar

6233.16Ha.

6. Adanya kesamaan kecenderungan

perubahan luas penutup lahan pertanian

padi berdasarkan klasifikasi citra dan dari

BPS.

7. Adanya perbedaan luas tutupan lahan

pertanian padi/sawah antara hasil

klasifikasi dengan data pertanian BPS

Saran

1. Penginderaan jauh dan sistem informasi

geografis merupakan metode baru yang

dapat digunakan sebagai data pembanding

dengan data yang ada.

2. Perlu dilakukan koordinasi dengan pihak

terkait diantaranya Dinas Pertanian dan

BPS untuk penyusunan standar operasioanl

dalam pembuatan data luas lahan pertanian

padi.

3. Untuk penelitian selanjutnya perlu

dilakukan evaluasi mengenai alih fungsi

sawah kategori subur dan produktif, serta

pertanian padi secara kualitasnya dengan

menggunakan metode yang berbeda yaitu

dengan klasifikasi berdasarkan

kenampakan visual.

LAMPIRAN