20
1 EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR PERIODE SEPTEMBER 2015 – JUNI 2016 DALAM PROYEK PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI PERKOTAAN (Program Disaster Risk Reduction oleh Plan International Indonesia dan Yayasan Tanggul Bencana Indonesia di Jakarta) Viera Sarah Maghfiroh dan Wisni Bantarti Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok E-mail: [email protected] Abstrak Artikel ini membahas mengenai evaluasi pencapaian tujuan dan dampak keberlanjutan kegiatan pelatihan bagi youth ambassador periode September 2015 – Juni 2016 dalam Proyek Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan pada Program Disaster Risk Reduction oleh Plan International Indonesia dan Yayasan Tanggul Bencana Indonesia di Kelurahan Duri Utara dan Kota Bambu Utara, Jakarta Barat serta Kelurahan Klender, Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif pada tahap outcome dengan metode kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa beberapa kegiatan yang terkait dalam outcome 3 belum mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga proyek ini belum berdampak secara optimal di masyarakat. Evaluation of Training Activities for Youth Ambassador Period September 2015 – June 2016 in Urban Disaster Risk Reduction (Disaster Risk Reduction Program by Plan International Indonesia and Yayasan Tanggul Bencana Indonesia in Jakarta) Abstract This paper discusses about the evaluation of goal achievement and sustainability outcomes of training activities for youth ambassador period September 2015 – June 2016 in Urban Disaster Risk Reduction Project, Disaster Risk Reduction Program by Plan International Indonesia and Yayasan Tanggul Bencana Indonesia in Kelurahan Duri Utara and Kota Bambu Utara, West Jakarta, and Kelurahan Klender, East Jakarta. This research is evaluative research in outcomes phase with qualitative methods through in-depth interview, observation, and literature studies. Evaluation results show that some of the activities related to outcome 3 have not reached the goal, so this project has not impacted optimally in communities. Keywords: Disaster risk reduction; outcome evaluation; training activities; youth. Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

1    

EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR PERIODE SEPTEMBER 2015 – JUNI 2016 DALAM PROYEK

PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI PERKOTAAN (Program Disaster Risk Reduction oleh Plan International Indonesia dan

Yayasan Tanggul Bencana Indonesia di Jakarta)

Viera Sarah Maghfiroh dan Wisni Bantarti

Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,

Depok E-mail: [email protected]

Abstrak Artikel ini membahas mengenai evaluasi pencapaian tujuan dan dampak keberlanjutan kegiatan pelatihan bagi youth ambassador periode September 2015 – Juni 2016 dalam Proyek Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan pada Program Disaster Risk Reduction oleh Plan International Indonesia dan Yayasan Tanggul Bencana Indonesia di Kelurahan Duri Utara dan Kota Bambu Utara, Jakarta Barat serta Kelurahan Klender, Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif pada tahap outcome dengan metode kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa beberapa kegiatan yang terkait dalam outcome 3 belum mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga proyek ini belum berdampak secara optimal di masyarakat. Evaluation of Training Activities for Youth Ambassador Period September 2015 – June

2016 in Urban Disaster Risk Reduction (Disaster Risk Reduction Program by Plan International Indonesia and Yayasan

Tanggul Bencana Indonesia in Jakarta)

Abstract

This paper discusses about the evaluation of goal achievement and sustainability outcomes of training activities for youth ambassador period September 2015 – June 2016 in Urban Disaster Risk Reduction Project, Disaster Risk Reduction Program by Plan International Indonesia and Yayasan Tanggul Bencana Indonesia in Kelurahan Duri Utara and Kota Bambu Utara, West Jakarta, and Kelurahan Klender, East Jakarta. This research is evaluative research in outcomes phase with qualitative methods through in-depth interview, observation, and literature studies. Evaluation results show that some of the activities related to outcome 3 have not reached the goal, so this project has not impacted optimally in communities.

Keywords: Disaster risk reduction; outcome evaluation; training activities; youth.

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 2: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

2    

Pendahuluan

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasarkan

data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Strategi Internasional

Pengurangan Risiko Bencana (United Nations Office for Disaster Risk Reduction/UN-ISDR).

Dari data BNPB (2016) di bawah ini, terlihat bahwa kejadian bencana di setiap provinsi di

Indonesia tidaklah sama dan daerah paling rawan bencana di Indonesia yaitu di Pulau Jawa,

Sumatera, dan Sulawesi (lihat gambar 1.1.).

Gambar 1. Data Jumlah Kejadian Bencana di Indonesia pada Tahun 2014 sampai Juni 2016

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2016.

Kemudian, selama kurun waktu 5 tahun antara tahun 2010 – 2014 jumlah kejadian

bencana di Indonesia mencapai 1.907 kejadian bencana, terdiri dari 1.124 bencana alam, 626

bencana nonalam dan 157 bencana sosial (Masdianto, 2015). Sedangkan berdasarkan data

pada gambar 1.2. untuk tahun 2014 hingga bulan Juni 2016 jumlah kejadian bencana

sebanyak 1089 kejadian, terdiri dari 227 bencana alam (49%), 197 bencana non alam (44%)

dan 32 bencana sosial (7%). Kejadian bencana tersebut menimbulkan jumlah korban

sebanyak 1.699.247 orang, terdiri dari 957 orang korban meninggal, 1.932 orang luka

berat/dirawat inap, 694.305 orang luka ringan/rawat jalan, 391 orang hilang dan 1.001.662

pengungsi. Berikut statistik bencana di Indonesia yang menjelaskan jumlah kejadian bencana

dan jumlah korban yang ditimbulkan (lihat gambar 1.2. pada halaman berikut ini).

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 3: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

3    

Gambar 2. Statistik Bencana di Indonesia dari tahun 2014 hingga Juni 2016

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2016. Jumlah kerugian yang diakibatkan bencana alam, baik itu korban jiwa maupun harta

sebanyak ini sudah sebaiknya ditekan sedini mungkin, sehingga diperlukan adanya upaya

penanggulangan bencana yang baik, tepat, akurat untuk mengurangi kerugian yang lebih.

Dalam melaksanakan penanggulangan bencana menurut Naryanto (2001) tujuan

penanggulangan bencana adalah meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

menanggulangi akibat bencana sehingga mengurangi jumlah korban serta kerugian materi.

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 penanggulangan bencana merupakan urusan bersama

pemerintah, masyarakat, dunia usaha, organisasi non-pemerintah, internasional, maupun

pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

Salah satu organisasi nonpemerintah internasional di Indonesia yang memiliki fungsi

sama dalam penanggulangan bencana ialah Plan International Indonesia. Plan International

Indonesia sejak tahun 2008 mulai menginisiasi proyek Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

salah satunya yaitu proyek Urban Disaster Risk Reduction/Pengurangan Risiko Bencana di

Perkotaan yang diimplementasikan di Jakarta melibatkan kelompok pemuda setempat yang

telah direkrut. Pemuda yang disebut youth ambassador ini dilatih dalam serangkaian kegiatan

pelatihan. Terhitung sejak September 2015 hingga Juni 2016, mereka telah mengikuti 11

kegiatan pelatihan. Kemudian, pada satu tahun terakhir ini mereka akan membuat aksi-aksi

sosial berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang mereka telah dapatkan dari kegiatan

pelatihan tersebut. Dengan kondisi kegiatan pelatihan yang telah berakhir dan youth

ambassador masih menjalankan perannya untuk mengajak masyarakat lebih peduli pada

program PRB dan Perubahan Iklim, maka penelitian evaluatif sumatif dapat dilakukan.

Dalam setiap rancangan program terdapat tahap evaluasi. Kenyataan itu

menunjukkan bahwa evaluasi merupakan bagian penting dalam rangkaian sebuah program.

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 4: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

4    

Evaluasi menurut Cesley dan Kumar dalam Oakley dan Clayton (2001) merupakan suatu

penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi dan dampak dari suatu proyek dikaitkan

dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga penelitian ini diperlukan karena

berangkat dari kebutuhan lembaga itu sendiri dalam menilai keberhasilan dan dampak dari

implementasi kegiatan pelatihan tersebut, terutama karena kegiatan pelatihan ini sudah selesai

dilaksanakan selama setahun (tahun kedua proyek PRB di Perkotaan) dan masih ada tahun

ketiga.

Selanjutnya menurut Hawe (1995) penelitian evaluatif penting dilakukan terkait tujuan

pembangunan yaitu untuk meningkatkan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan

menguntungkan. Evaluasi ini juga menjadi penting karena menjadi sumber pengetahuan dan

pengarahan dalam meningkatkan mutu/kualitas pelayanan kesejahteraan sosial, untuk tahu

mana program yang harus dilanjutkan atau tidak, komponen mana yang menunjang

keberhasilan atau tidak, untuk tahu apa yang telah dicapai, untuk mengukur kemajuan,

kelemahan, dan kekuatan, untuk mengkritik pekerjaan sendiri, ke mana kita sekarang atau apa

yang perlu diubah, dan memperbaiki metode mentoring. Selanjutnya Pietrzak, Ramler,

Renner, Ford, dan Gilbert (1990) mengemukakan bahwa evaluasi dibedakan menjadi tiga

yaitu: Pertama, evaluasi input yang berfokus pada beberapa bagian dan masukan program

yang dapat mempengaruhi atau memperbaiki kinerja program, sehingga hasil yang diharapkan

akan lebih baik; Kedua, evaluasi proses yakni pengukuran cara lembaga dalam melaksanakan

program dan melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen program serta

merancangkan kembali suatu program; Ketiga, evaluasi yang menekankan pada dampak

program secara keseluruhan pada sasaran dan tujuan suatu program.

Lebih lanjut mengenai evaluasi outcome Bigman dalam Suchman (1997) dapat

membedakan evaluasi outcome menjadi tiga tingkatan yaitu 1) Immediate Outcomes, (2)

Intermediate Outcomes; dan (3) Long Term Outcomes. Evaluasi Immediate Outcomes adalah

hasil perubahan terjadi pada diri peserta pelatihan dalam hal pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang segera diketahui setelah program pendididkan dan pelatihan dilaksanakan.

Sedangkan evaluasi Intermediate Outcomes adalah perubahan yang diperoleh dari peserta

pelatihan setelah melaksanakan tugas yang sebenarnya ini dapat dilakukan melalui

pengamatan dan pemantauan kinerja (observasi). Adapun evaluasi Long Term Outcomes

adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada organisasi/ instansi peserta dalam hal ini dapat

dilakukan melalui perhitungan waktu yang makin efisien atau biaya yang semakin menurun.

Dengan demikian penelitian ini akan menjadi evaluasi outcomes dari kegiatan pelatihan bagi

youth ambassador dalam proyek PRB dengan mengacu pada intermediate outcomes.

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 5: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

5    

Adapun outcome pada tahun kedua ini terdapat 3 outcomes, yakni outcome 1

membangun kesadaran dan kapasitas dari target sasaran, outcome 2 meningkatkan

pengetahuan dan kapasitas sistem nasional PRB dengan fokus mendukung BPBD dan

pemerintah daerah, dan outcome 3 menerapkan langkah dan mengimplementasikan mitigasi

bencana di segala unsur target sasaran dalam aksi komunitas. Dari ketiga outcome tersebut

outcome yang dapat melihat dampak dari kegiatan pelatihan adalah outcome 3, sehingga

penelitian ini akan mengacu pada outcome 3.

Program PRB di daerah perkotaan seperti DKI Jakarta masih sangat jarang

dilaksanakan, bahkan berdasarkan wawancara (pada 12 November 2016) dengan salah satu

youth ambassador yang sangat aktif dan telah berpartisipasi lebih dari 10 konferensi regional,

nasional, dan internasional terkait PRB menyatakan bahwa kegiatan PRB di Perkotaan yang

melibatkan pemuda seperti ini baru pertama kali diadakan di DKI Jakarta. Sehingga proyek

ini dinilai dapat menjadi sebuah pembelajaran yang baik untuk melihat apakah strategi PRB

di perkotaan yang dilakukan oleh kelompok pemuda pada level komunitas mampu

membangun kesadaran serta kapasitas masyarakat sekitar dan pemuda di bidang pengurangan

risiko bencana, seperti tujuan dari dibentuknya proyek ini. Hal ini tentunya bisa menjadi

masukan dan referensi baru dalam dunia PRB terkait aktivitas mitigasi bencana yang

melibatkan kaum muda, serta memberikan inspirasi bagi para praktisi dan pemangku

kepentingan yang terkait untuk mengadaptasi kegiatan serupa di masa yang akan datang. Oleh

karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas kegiatannya agar tercapainya tujuan dari proyek ini. Dengan demikian

rumusan dari permasalahan dalam penelitian ini yaitu: bagaimana pencapaian tujuan dan

dampak keberlanjutan dari kegiatan pelatihan dalam proyek pengurangan risiko bencana di

perkotaan bagi youth ambassador periode September 2015 – Juni 2016 khusus di Kelurahan

Duri Utara, Kelurahan Kota Bambu Utara, dan Kelurahan Klender, DKI Jakarta?

Tinjauan Teoritis 1. Hubungan Kesejahteraan Sosial dan Manajemen Penanggulangan Bencana

Keterkaitan antara kesejahteraan sosial dan penanggulangan bencana ada dalam

usaha kesejahteraan sosial itu sendiri yaitu manajemen penanggulangan bencana melalui

pemberdayaan masyarakat. Keterkaitan antara ilmu kesejahteraan sosial dengan manajemen

penanggulangan bencana, khususnya terkait dengan model penanggulangan bencana terbaru

yaitu pemberdayaan. Dalam melakukan manajemen bencana khususnya terhadap bantuan

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 6: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

6    

darurat dikenal ada dua model pendekatan yaitu “konvensional” dan “pemberdayaan.

Perbedaan kedua pendekatan tersebut terutama terletak kepada cara “melihat” : (1)

kondisi korban, (2) taksiran kebutuhan, (3) kecepatan dan ketepatan, (4) fokus yang

dibantukan; (5) target akhir.

Pada intinya paradigma konvensional menempatkan masyarakat sebagai korban dan

penerima bantuan sehingga menimbulkan ketidakberdayaan dan ketergantungan yang

akhirnya tanpa disadari akan memperlambat proses pemulihan karena tidak ada

keswadayaan. Sehingga pemberdayaan masyarakat salah satunya adalah menempatkan

masyarakat sebagai pusat penanggulangan bencana, tidak hanya menjadi obyek, tapi juga

subyek (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2012). Oleh karena

itu, ilmu kesejahteraan sosial memiliki peran penting dalam manajemen penanggulangan

bencana.

2. Pengurangan Risiko Bencana

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dalam Pasal

35 huruf b pengurangan risiko bencana dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang

mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Adapun

kegiatan yang dilakukan dalam pengurangan risiko bencana meliputi (a) Pengenalan dan

pemantauan risiko bencana; (b) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; (c)

Pengembangan budaya sadar bencana PRB; (d) Peningkatan komitmen terhadap pelaku

penanggulangan bencana; dan (e) Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan

penanggulangan bencana. 3. Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas

Salah satu strategi yang dikembangkan dalam mengurangi risiko bencana dan

meningkatkan kewaspadaan masyarakat menurut Naryanto (2011) adalah membuat sistem

pengembangan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) di level

masyarakat sendiri, yang menitikberatkan kepada pendayagunaan potensi lokal, termasuk

pemuda dan organisasi pemuda. Kemandirian ini dipupuk melalui pengorganisasian potensi

lokal secara efektif dan efisien, dengan tujuan agar masyarakat mampu mengolah potensinya

sendiri untuk menumbuhkan budaya aman dalam masyarakat sendiri

Selanjutnya menurut Naryanto (2011) ada beberapa pertimbangan yang mendasari

diperlukannya pengembangan PRBBK dalam masyarakat:

a. Keterbatasan sumber daya para pemangku kepentingan, baik pemerintah, masyarakat,

maupun nonpemerintah di semua level, baik level mikro (individu yang terkumpul

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 7: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

7    

dalam komunitas), level mezzo (kelompok komunitas/organisasi /forum di bawah

negara), maupun level makro (negara) mendorong disatukannya semua elemen sumber

daya untuk menciptakan masyarakat yang aman, tanggap, dan tangguh terhadap

ancaman bencana. Dalam hal pengembangan PRBBK, jika semua elemen dalam

komunitas disatukan untuk bekerja dalam penanggulangan bencana, maka harapannya

komunitas menjadi kekuatan sosial yang mandiri untuk penanggulangan bencana.

b. Semua pihak dapat berpotensi terkena bencana. Masyarakat dapat menderita akibat

menjadi korban, menderita kerusakan dan kerugian serta mengalami gangguan

psikologis, akses, dan lain-lain. Aktivitas ekonomi dunia usaha dapat terganggu

karena rusak atau hilangnya aset usaha. Sedangkan aktivitas pemerintahan dapat

berhenti. Jika pengurangan risiko bencana berbasis komunitas dikembangkan, maka

inisiatif-inisiatif awal untuk melakukan pertolongan pertama dapat dilakukan sendiri

oleh komunitas tersebut hingga bantuan eksternal datang.

c. Ketika terjadi bencana, masyarakat adalah pihak yang merasakan langsung akibat

bencana, sehingga masyarakatlah yang paling mengetahui kebutuhan-kebutuhannya

untuk bertahan dan bangkit. Untuk itulah perencanaan penanggulangan berbasis

masyarakat menjadi alat kontrol yang diharapkan efektif untuk menanggulangi

bencana.

Menurut Naryanto (2011) pengorganisasian PRBBK dilakukan dengan 4 (empat)

langkah di bawah ini:

a. Bentuk pengorganisasian masyarakat (community organizer) dari kalangan pemuda

(seperti karang Taruna, Remaja Masjid, Pemuda Gereja atau yang lain);

b. Kenali pihak-pihak yang berpotensi mendukung PRBBK (masyarakat umum maupun

tokoh masyarakat), maupun pihak-pihak yang tidak berpotensi mendukung PRBBK.

c. Ajak dan dekati semua pihak yang mendukung maupun tidak mendukung PRBBK.

d. Berdayakan semua pihak untuk PRBBK.

4. Peran Pemuda dalam Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana

Peranan pemuda dan organisasi pemuda sebagai pelopor dalam kegiatan

pengurangan risiko bencana menurut Naryanto (2011) adalah menggerakkan masyarakat

untuk menciptakan masyarakat yang aman terhadap bencana. Tentunya, keberhasilan

menggerakan masyarakat ini ada ukuran/indikatornya. John Twigg (2007) dalam Naryanto

(2011) memberikan tonggak-tonggak penting untuk keberhasilan pengurangan risiko bencana

berbasis komunitas, seperti pada tabel 2.1 (lihat halaman selanjutnya).

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 8: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

8    

Tabel 1. Tingkat Keberhasilan Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana

Tingkat 1 Hanya ada sedikit kesadaran akan isu-isu risiko atau motivasi untuk menangani isu-

isu tersebut. Kegiatan/aksi terbatas pada tanggap situasi krisis.

Tingkat 2 Ada kesadaran akan isu-isu risiko bencana dan kemauan untuk menangani isu-isu

tersebut. Kapasitas untuk bertindak (pengetahuan dan keterampilan-keterampilan,

sumber daya manusia, material dan sumber-sumber daya lain) masih terbatas.

Intervensi cenderung satu kali, terpisah-pisah dan jangka pendek.

Tingkat 3 Pengembangan dan penerapan solusi-solusi. Kapasitas untuk bertindak telah

meningkat dengan berarti. Intervensi berjumlah banyak dan jangka panjang.

Tingkat 4 Koherensi dan integrasi. Intervensi bersifat meluas, mencakup semua aspek-aspek

utama permaslaahan, dan intervensi-intervensi ini saling terhubungkan satu sama

lain dalam sebuah strategi jangka panjang yang koheren.

Tingkat 5 Para pemangku kepentingan telah hidup dalam ‘budaya keamanan’ di mana PRB

terpadukan di dalam semua kebijakan, perencanaan, praktik, sikap-sikap dan

perilaku yang relevan

Sumber: Andriyanto (2011)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena data yang dihasilkan

berupa penyataan dari objek yang diteliti baik secara tertulis atau lisan. Berdasarkan

tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan kenyataan

yang terjadi sebagai dampak (outcome) pelaksanaan kegiatan pelatihan selama tahun kedua

(dari bulan September 2015 – Juni 2016) dalam proyek PRB di perkotaan. Untuk lokasi

penelitian, kelurahan yang dipilih yaitu kelurahan yang berada di zona merah, dalam arti

kelurahan yang paling rentan terjadi bencana dibandingkan dengan kelurahan yang rentan

bencana lainnya. Pemilihan kelurahan ini berdasarkan hasil analisis dan rujukan dari pihak

implementer yaitu YTBI. Ketiga kelurahan tersebut adalah Kelurahan Duri Utara dan

Kelurahan Kota Bambu Utara, untuk Kotamadya Jakarta Barat, dan Kelurahan Klender untuk

Kotamadya Jakarta Timur. Adapun rentang waktu dalam melakukan penelitian ini sendiri

dimulai sejak bulan Agustus 2016 hingga Desember 2016.

Kemudian, dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian evaluatif. Penelitian

evaluatif ini bertujuan untuk melihat dampak/outcome dari serangkaian kegiatan pelatihan

yang telah dilaksanakan dalam sebuah proyek pada suatu program melalui tujuan jangka

menengah yang telah ditetapkan di awal kegiatan. Lebih lanjutnya penelitian evaluatif ini

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 9: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

9    

mengevaluasi outcomes kegiatan pelatihan bagi youth ambassador, sehingga penilaian

outcomes ini dilihat dari tingkat klien.

Selanjutnya, teknik pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan

data sekunder. Teknik pengumpulan data primer melalui wawancara mendalam dan observasi.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan wawancara mendalam (indepth

interview). Dengan melakukan wawancara mendalam mendapatkan data deskriptif, baik

berupa hasil wawancara maupun tingkah laku yang ditunjukkan oleh terwawancara

(interviewee). Sedangkan dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan agar dapat

menggambarkan proses kegiatan pelatihan dalam dalam proyek UDRR/PRB di Perkotaan

pada Program DRR oleh Plan International Indonesia dan YTBI. Selanjutnya, teknik

pengumpulan data sekunder didapat dari pengumpulan data melalui literatur buku, jurnal,

situs internet, dan dokumen resmi dan laporan yang dimiliki oleh perusahaan dan lembaga.

Lalu, teknik pemilihan informan dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan metode non-probability sampling. Di antara beberapa tipe non-probability

sampling yang ada, penelitian ini menggunakan tipe purposive or judgemental sampling atau

teknik purposif. Berdasarkan teknik purposif ini orang-orang yang akan dijadikan informan

adalah mereka yang dapat menjelaskan dan memberikan informasi utuh mengenai pencapaian

tujuan dari kegiatan pelatihan dan mengukur dampak keberlanjutan dalam proyek PRB di

perkotaan bagi youth ambassador. Oleh karena itu, penulis menetapkan 7 jenis informan,

yaitu project leader, field officer, fasilitator youth ambassador, youth ambassador,

keluarga/teman youth ambassador, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah.

Hasil Penelitian 1. Evaluasi Kegiatan Penilaian Ancaman, Risiko, Kerentanan, dan Kapasitas Wilayah

Sesuai Logical Framework Analysis (LFA) Proyek Pengurangan Risiko Bencana di

Perkotaan yang telah disetujui oleh Plan International Indonesia dan YTBI untuk periode

tahun kedua, deskripsi kegiatan pada outcome 3.1. yaitu pelaksanakan penilaian ancaman

risiko, kerentanan, dan kapasitas (HVCA) partisipatif dengan anak-anak/youth dan orang

dewasa, terutama mengidentifikasi dan membuat strategi untuk kelompok yang paling rentan

seperti anak-anak, wanita hamil, orang tua/lansia, kelompok disabilitas, dan tunawisma, serta

mengembangkan rencana mitigasi risiko bencana di masyarakat. Dengan indikator yaitu

penilaian ancaman risiko, kerentanan, dan kapasitas (HVCA) partisipatif bagi anak/youth

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 10: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

10    

dan orang dewasa, melibatkan 10 komunitas rentan dan disabilitas, 25 youths, 3 fasilitator

youth, 5 keluarga, 2 pemerintah daerah, dan 3 tokoh masyarakat per kelurahan.

Kemudian, berdasarkan Laporan Tahunan Proyek Pengurangan Risiko Bencana di

Perkotaan (tahun kedua) yang dirumuskan oleh Tim YTBI (pada 24 Juli 2016), kegiatan

penilaian ancaman risiko, kerentanan, dan kapasitas (HVCA) partisipatif ini telah diadakan di

3 kelurahan yang diteliti. Untuk Kelurahan Klender, pelaksanaan ini diadakan pada Sabtu, 5

Maret 2016 di RW 07 Kantor Lurah Klender. Kemudian untuk Kelurahan Kota Bambu Utara,

diadakan pada Jumat, 11 Maret 2016 di Taman Kota Bambu Utara (KBU). . Sedangkan di

Kelurahan Duri Utara kegiatan penilaian HVCA ini dilaksanakan pada Sabtu, 19 Maret 2016

di Sasana Krida Karang Taruna (SKKT) Kelurahan Duri Utara.

Menurut RMI (Pimpinan Youth Kel. Klender), HVCA dilakukan agar bisa

mengetahui daerah yang rawan bencana, dan melihat kapasitas apa yang dimiliki daerah

tersebut sehingga bisa mengurangi korban yang mungkin terdampak saat terjadi bencana.

RMI juga menambahkan bahwa di Kelurahan Klender rentan terjadi banjir, karena padat

penduduk. Sebelum mengembangkan strategi mitigasi risiko bencana bagi kelompok rentan,

para peserta berdiskusi dan diberikan pemahaman mengenai menggambarkan ancaman risiko,

kerentanan, dan kapasitas di daerah mereka masing-masing, lalu identifikasi dan pendataan

kelompok rentan didapat dari data kelurahan.

Menurut YWN, salah satu fasilitator youth dari Kelurahan Klender, mengaku tidak

tahu persis apakah kelompok rentan di wilayah Klender sudah terdata semua atau belum,

karena saat pendataan pihak kelurahan tidak mau memberikan data mengenai kelompok

rentan. Akhirnya ia dan youth ambassador mencari satu per satu kelompok rentan di daerah

masing-masing 2. Evaluasi Kegiatan Pendistribusian Perlengkapan Kesiapsiagaan dan Keselamatan Dasar

Rumah Tangga

Sesuai Logical Framework Analysis (LFA) Proyek Pengurangan Risiko Bencana

(PRB) di Perkotaan yang telah disetujui oleh Plan International Indonesia dan Yayasan

Tanggul Bencana Indonesia (YTBI) untuk periode tahun kedua, deskripsi kegiatan pada

outcome 3.2. yaitu mengatur pertemuan anak/youth untuk mengembangkan strategi rencana

kesiapsiagaan masyarakat dan mendistribusikan perlengkapan kesiapsiagaan dan kesalamatan

dasar rumah tangga (seperti pelampung, alat pemadam api ringan (APAR), kotak kontainer).

Dengan indikator yaitu (1) mengadakan pertemuan untuk strategi pengembangan rencana

kesiapsiagaan keluarga bagi 5 youth ambassador, 5 keluarga, 3 fasilitator youth, 10 tokoh di

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 11: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

11    

masyarakat, 2 guru/ komite sekolah, 2 pemerintah lokal, dan 2 BPBD/KPBK; dan (2)

Pendistribusian perlengkapan kesiapsiagaan dan keselamatan kebutuhan dasar keluarga, 50

keluarga per kelurahan (pelampung, alat pemadam kebakaran ringan (APAR), kotak

kontainer).

Berdasarkan Laporan Tahunan Proyek Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan

(tahun kedua) yang dirumuskan oleh Tim YTBI (pada 24 Juli 2016), pertemuan untuk

membahas strategi pengembangan rencana kesiapan keluarga di 3 kelurahan masing-masing

diadakan dari tanggal 12 sampai 19 Maret 2016

Untuk Kelurahan Duri Utara, pembagian perlengkapan tersebut telah dilaksanakan,

SYN, salah satu fasilitator youth dari Kelurahan Duri Utara mengatakan bahwa ia

mendapatkan tas kesiapsiagaan dengan isi obat-obatan dan perlengkapan kesiapsiagaan

lainnya, juga mendapatkan HT (Handy Talky), sirine, dan APAR untuk masyarakat di

Kelurahan Duri Utara. Berdasarkan ceritanya, sebelum dibagikan seluruh perlengkapan

kesiapsiagaan dan keselamatan tersebut pihak YTBI menjelaskan terlebih dahulu mengenai

cara penggunaan dan fungsi perlengkapan tersebut dan ia pun menggunakan tas kesiapsiagaan

sebagaimana fungsinya, serta mengisi ulang kembali obat-obatan yang telah habis digunakan.

Tetapi tas tersebut tidak ia gunakan untuk menaruh baju layak pakai, menyimpan dokumen-

dokumen penting, dan lainnya, seperti yang ditujukan pada awal pengadaan tas kesiapsiagaan

ini.

Namun, terdapat permasalahan atau hambatan dalam pendistribusian perlengkapan

kesiapsiagaan dan keselamatan dasar rumah tangga ini dan dalam pelaksanaan simulasi

pemadaman api/kebakaran di Kelurahan Klender yaitu pihak kelurahan yang tidak

mendukung dan kurangnya kesadaran masyarakat karena kedua pihak ini selalu berorientasi

pada uang. 3. Evaluasi Kegiatan Simulasi Evakuasi Banjir Partisipatori dan Kesiapsiagaan Kebakaran

Sesuai Logical Framework Analysis (LFA) Proyek Pengurangan Risiko Bencana di

Perkotaan yang telah disetujui oleh Plan International Indonesia dan Yayasan Tanggul

Bencana Indonesia (YTBI) untuk periode tahun kedua, deskripsi kegiatan pada outcome 3.3.

yaitu mengatur evakuasi banjir partisipatori dan simulasi kesiapsiagaan kebakaran di

kelurahan berkoordinasi dengan BPBD, Polisi dan Dinas Pemadam Kebakaran. Dengan

indikator yaitu (1) Mengadakan perlengkapan jalur evakuasi, titik kumpul, dan peta besar di

7 kelurahan; dan (2) Mengatur simulasi kesiapsiagaan evakuasi banjir dan kebakaran di 7

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 12: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

12    

kelurahan berkoordinasi dengan BPBD, Polisi, dan Damkar juga menyertakan mobil

ambulans, PMI, petugas kelurahan, guru pendamping, youth ambassador, komite sekolah.

Berdasarkan Laporan Tahunan Proyek Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan

(tahun kedua) yang dirumuskan oleh Tim YTBI (pada 24 Juli 2016), pelaksanaan simulasi

evakuasi banjir dan kesiapsiagaan kebakaran partisipatif telah terlaksana di 3 kelurahan

berkoordinasi dengan BPBD DKI Jakarta, pimpinan kelurahan, keamanan, dan difasilitasi

oleh Dinas Pemadam Kebakaran. Telah dibuatnya skenario evakuasi banjir di 5 kelurahan dan

skenario evakuasi kebakaran di 2 kelurahan. Peralatan dan instalasi tanda evakuasi telah

dibuat di 7 kelurahan sampai Juni lalu 2016, totalnya terdapat di 7 titik, 7 peta evakuasi untuk

banjir / kebakaran yang dapat terlihat oleh masyarkat, dan 66 tanda jalur evakuasi yang

tersebar di 7 kelurahan.

Sebelum melakukan simulasi, dibuatlah terlebih dahulu tanda-tanda jalur evakuasi,

titik kumpul, dan instalasi berupa peta wilayah di kelurahan tersebut sebagai bentuk

perencanaan simulasi. Dalam proses pengadaan perlengkapan jalur evakuasi, titik kumpul,

dan peta besar di kelurahan-kelurahan target ditemukan beberapa permasalahan, yaitu: “jalur

evakuasinya terdapat di tanah garapan, pada awalnya yang membuat peta bukan saya pribadi

maka dari itu mau tidak mau kita harus mengikuti prosedurnya meski saya tidak sepakat, dan

ini merupakan tantangan warga sendiri apalagi mayoritas warga sebagai pemulung sehingga

sering terjadi kehilangan. Itu kan tandanya pakai besi, ya saya khawatir dikiloin aja sama

warga sekitar situ. Untuk masalah tanah garapan tetap (menaruh tanda titik kumpul) di situ,

untuk masalah kehilangan, karena kami sudah diberi tahu akan rawan kehilangan kami

menjadi wanti-wanti, (menyuruh youth) untuk mengontrol (secara rutin). Untuk urusan susah

berkumpul, (diharapkan) keluarga mereka inisiatif dan apabila ada kegiatan di kelurahan

mereka, (akan) diundang.” (RFS, field officer, 12 November 2016).

Lalu, ketika ditanya kepada para pimpinan youth, ada salah satu pimpinan youth,

yaitu NA, Pimpinan Youth Kelurahan Duri Utara, yang mengaku tidak tahu mengenai di mana

lokasi titik kumpul dan tidak pernah tahu mengenai jalur evakuasi di kelurahannya. 4. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Proyek Mitigasi

Sesuai Logical Framework Analysis (LFA) Proyek Pengurangan Risiko Bencana di

Perkotaan yang telah disetujui oleh Plan International Indonesia dan Yayasan Tanggul

Bencana Indonesia (YTBI) untuk periode tahun kedua, deskripsi kegiatan pada outcome 3.4.

yaitu menentukan dan melaksanakan proyek-proyek mitigasi untuk dipimpin oleh youth dan

didukung oleh masyarakat dan unit pemerintah daerah. Dengan indikator sebuah diskusi

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 13: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

13    

kelompok terfokus/FGD untuk memilih 2 mitigasi dalam skala kecil. Dengan indikator (1)

Sebuah diskusi kelompok terfokus/FGD untuk memilih 2 mitigasi dalam skala kecil.; dan (2)

Menerapkan 2 proyek-proyek mitigasi skala kecil yang dipimpin oleh youth di 7 kelurahan.

Berdasarkan Laporan Tahunan Proyek Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan

(tahun kedua) yang dirumuskan oleh Tim YTBI (pada 24 Juli 2016), telah menentukan dan

menerapkan 2 proyek mitigasi skala kecil (antara pengelolaan sampah untuk pembuatan bank

sampah dan menanam pohon kembali yang disebut urban farming (pertanian perkotaan)),

yang dipimpin oleh youth ambassador dan didukung oleh masyarakat dan unit pemerintah

daerah di 3 kelurahan yang diteliti.

Di Kelurahan Klender, menurut YWN, salah satu fasilitator youth dari Kelurahan

Klender, ide proyek mitigasi tercetus dari field officer sehingga mereka tinggal memilih salah

satu atau kedua proyek mitigasi tersebut untuk dijalankan. Saat itu mereka diharapkan

langsung dapat bekerja sama dengan sektor swasta, tetapi ia mengaku bingung bagaimana

cara menjelaskan posisi mereka kepada sektor swasta. Ia berharap pihak kelurahan terlebih

dahulu lah yang membantu mereka untuk menjalankan proyek mitigasi, berupa pelatihan

mengenai urban farming ini.

Di Kelurahan Duri Utara, menurut SYN, salah satu fasilitator youth, menjelaskan

bahwa proyek mitigasi Bank Sampah tidak terlaksana, hanya urban farming yang masing

dijalankan. Itu pun hanya pihak youth ambassador yang menjalankannya. Belum ada warga

lain yang turut membantu dan berkontribusi. Kemajuan dari pelaksanaan proyek mitigasi di

masing-masing kelurahan berbeda-beda, misalnya di Kelurahan Duri Utara, baru berjalan

proyek urban farming saja, “Untuk urban farming saja, untuk bank sampah belum. Belum

(mengajak yang lain juga).” (NA, Pimpinan Youth Kel. Duri Utara, 12 November 2016).

Sama halnya dengan Kelurahan Duri Utara, Kelurahan Kota Bambu Utara juga masih

melaksanakan urban farming dan sempat mengajak orang lainnya untuk mendukung proyek

ini, “Masih, kita sudah membuat jadwal setiap hari ada yang mengontrol, ada yang menyiram

juga. Kita berhasil merangkul 4 orang untuk terlibat dalam youth, mereka tertarik dari

kegiatan kita. Tidak ada masalah.” (IR, Pimpinan Youth Kel. Kota Bambu Utara, 12

November 2016). 5. Evaluasi Kegiatan Bekerja Sama dengan Sektor Swasta

Sesuai Logical Framework Analysis (LFA) Proyek Pengurangan Risiko Bencana di

Perkotaan yang telah disetujui oleh Plan International Indonesia dan Yayasan Tanggul

Bencana Indonesia (YTBI) untuk periode tahun kedua, deskripsi kegiatan pada outcome 3.5.

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 14: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

14    

yaitu bekerja dengan sektor swasta untuk menerapkan langkah-langkah mitigasi risiko

bencana di masyarakat seperti yang diidentifikasi dalam rencana aksi masyarakat (contoh:

Pengelolaan sampah/bank sampah, drainase/kerja bakti membersihkan lingkungan, resapan

air tanah, dan lain-lain). Dengan indikator yaitu (1) Rapat koordinasi dengan sektor swasta

untuk melaksanakan mitigasi risiko di masyarakat; (2) Melakukan rencana aksi untuk mitigasi

risiko di masyarakat di 7 kelurahan.; dan (3) Bekerja dengan sektor swasta untuk menerapkan

langkah-langkah mitigasi risiko masyarakat seperti yang diidentifikasi dalam rencana aksi

masyarakat (contoh: Pengelolaan sampah, drainase/kerja bakti membersihkan lingkungan,

resapan air tanah, dan lain-lain).

Berdasarkan Laporan Tahunan Proyek Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan

(tahun kedua) yang dirumuskan oleh Tim YTBI (pada 24 Juli 2016), telah tercipta rencana

aksi pengelolaan sampah (bank sampah) dan penanaman pohon kembali (pertanian

perkotaan/urban farming) untuk mengimplementasikan mitigasi risiko bencana / perubahan

iklim di masyarakat, bekerja sama dengan sektor swasta di 3 kelurahan yang diteliti.

Pelaksanaan rapat koordinasi itu dilakukan bersamaan dengan rencana aksi. Kegiatan ini

diarahkan untuk mengundang sektor swasta dalam membangun mitigasi risiko di masyarakat

yang terdapat di 3 kelurahan target yang diteliti. Dalam kegiatan ini youth ambassador

memiliki peran sebagai motivator. Acara ini diselenggarakan pada Senin, 20 Juni 2016 di

Gedung Menza, Jakarta Pusat. Pertemuan membahas rencana aksi untuk menerapkan mitigasi

risiko masyarakat. Kegiatan ini dimulai pada jam 16.00 hingga jam 18.00 WIB dan dibuka

oleh Ketua YTBI, Ketua Proyek dari Pihak Plan, dan sektor swasta yang memfasilitasi

Program Bank Sampah (yaitu dari Unilever). Peserta kegiatan ini yaitu youth ambassador,

fasilitator youth, dan pengurus kelurahan dari 3 kelurahan target yang diteliti.

Salah satu fasilitator youth dari Kelurahan Klender juga mengaku belum ada bentuk

kerja sama apa pun dengan sektor swasta 6. Evaluasi Dukungan Perilaku Komunikasi, Visibility, dan Dokumentasi Proyek, Hasil, dan

Pembelajaran

Sesuai Logical Framework Analysis (LFA) Proyek Pengurangan Risiko Bencana di

Perkotaan yang telah disetujui oleh Plan International Indonesia dan Yayasan Tanggul

Bencana Indonesia (YTBI) untuk periode tahun kedua, deskripsi kegiatan pada outcome 3.6.

yaitu komunikasi, Visibility, dan Dokumentasi dari proses proyek, hasil, dan pembelajaran.

Dengan indikator yaitu dukungan perilaku Komunikasi, Visibility dan Dokumentasi proses

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 15: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

15    

proyek, hasil, dan pembelajaran (non anggaran, Plan). Kemudian, project leader menjelaskan

permasalahan dari pelaksanaan kegiatan terkait outcome 3.6. ini yaitu:

“Ada (masalah), dari youth sendiri ada keterbatasan menjangkau wilayah disekitar

nya, karena mereka, pertama, youth kita orang-orangnya tidak punya keuangan yang

baik, secara pendidikan juga; kedua, mereka juga ada di daerah wilayah yang padat

penduduk, untuk membangun kesadaran perilaku yang luas, itu butuh effort yang

panjang, kalau dikatakan mereka masif dan stagnan juga iya, karena kalau dikatakan

175 yang terlatih paling hanya 30% yang masih berlanjut sekarang, jadi kemampuan

mereka membagi waktu karena masih sekolah kebanyakan, jadi bicara youth itu

kompleks karena mereka juga masih banyak yang bergantung pada orang tua.”

(ARS, Ketua Proyek, 21 November 2016).

7. Evaluasi Partisipasi Youth Ambassador dalam Workshop dan Konferensi terkait Isu

Pengurangan Risiko Bencana

Sesuai Logical Framework Analysis (LFA) Proyek Pengurangan Risiko Bencana di

Perkotaan yang telah disetujui oleh Plan International Indonesia dan Yayasan Tanggul

Bencana Indonesia (YTBI) untuk periode tahun kedua, deskripsi kegiatan pada outcome 3.1.

yaitu partisipasi dalam workshop dan konferensi tingkat nasional/regional/internasional untuk

menyebarkan dan berbagi praktik dan pelajaran yang baik. Dengan indikator yaitu Dukungan

partisipasi workshop dan konferensi di nasional/regional / internasional/ untuk menyebarkan

dan berbagi praktik dan pelajaran yang baik.

Menurut Laporan Tahunan Proyek PRB di Perkotaan (2016) yang dirumuskan oleh

Tim YTBI, partisipasi youth ambassador dalam setiap kegiatan workshop dananya tidak

masuk dalam anggaran dana yang dikelola oleh YTBI, dana langsung dikelola oleh Plan

International Indonesia. Hal ini diperkuat dengan penjelasan dari ARS, Ketua Proyek, “Semua

(kegiatan di) project itu yang membiayai adalah Plan.” (ARS, Ketua Proyek, 21 November

2016). Namun, tidak seperti data yang ada di laporan tersebut, menurut penjelasan dari salah

satu field officer, RFS, dana tersebut dari anggaran YTBI, setiap kegiatan bisa mengeluarkan

dana sebesar Rp 4-5 juta, “Dari anggaran YTBI, per kegiatan anggarannya kurang lebih 4 juta

sampai 5 juta. (RFS, field officer, 12 November 2016).” Hal ini terjadi mungkin karena field

officer tidak tahu mengenai hal keuangan khususnya anggaran untuk kegiatan partisipasi

youth dalam workshop.

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 16: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

16    

Untuk jumlah youth ambassador yang ditargetkan untuk berpartisipasi dalam workshop dan

konferensi, ARS, Ketua Proyek, menjelaskan bahwa youth yang berpartisipasi ini tidak

ditargetkan jumlahnya. Keikutsertaan youth dalam berbagai workshop disesuaikan dengan ada

tidaknya kegiatan yang sesuai dengan isu PRB, dan penyeleksian youth dilakukan oleh Pihak

YTBI melalui seleksi wawancara dan membuat esai. Kemudian, dalam menentukan

perwakilan youth ambassador yang akan diikutkan dalam kegiatan workshop ini mendapat

kendala, karena kurangnya pengalaman youth ambassador dalam mengikuti kegiatan nasional

bahkan internasional, sehingga field officer menentukan berdasarkan keaktifan youth tersebut

dalam setiap kegiatan. Permasalahan yang dihadapi oleh youth ambassador saat berpartisipasi

dalam konferensi internasional yaitu kurang pengalaman dari youth dan dari segi bahasa

sehingga Plan International Indonesia membayar seorang penerjemah untuk mendampingi

youth tersebut saat mengikuti konferensi (workshop), hal ini diungkapkan oleh Ketua Proyek,

ARS. Pembahasan 1. Evaluasi Pencapaian Tujuan dari Kegiatan Pelatihan pada Outcome 3 Proyek PRB di

Perkotaan

Berdasarkan hasil temuan lapangan, kehadiran peserta saat pelaksanaan yaitu (1)

Untuk Kelurahan Kota Bambu Utara, pihak kelurahan, fasilitator youth, 68% youth

ambassador sudah berpartisipasi; (2) Untuk Kel. Duri Utara, youth ambassador yang hadir

juga sudah mencapai 68%, tetapi tidak ada tokoh masyarakat dan pihak kelurahan yang

datang satu pun karena ada kegiatan pemilihan RW secara serempak. Dari pengalaman ini

bisa menjadi pelajaran yang baik agar ke depannya menyesuaikan jadwal terlebih dahulu

dengan beberap pihak yang akan diundang. Kemudian, untuk kelompok disabilitas yang tidak

hadir karena malu, ini menandakan masih adanya stigma di masyarakat bahwa kelompok

disabilitas; (3) Untuk Kel. Klender, youth ambassador sudah mencapai 76% dari youth

ambassador yang ditargetkan untuk hadir.

Selanjutnya mengenai pencapaian tujuan pengembangan strategi mitigasi risiko

bencana, masih belum tercapai juga, karena kelompok rentan tidak hanya belum

tersosialisasikan mengenai hal ini tetapi jalur evakuasi khusus bagi kelompok rentan pun

belum ada. Pengaturan pertemuan dengan youth ambassador pun lebih banyak disampaikan

melalui field officer daripada fasilitator youth . Seharusnya garis koordinasi dari field officer,

fasilitator youth, kemudian youth ambassador dan pihak lainnya yang terkait. Beruntung

dengan adanya kemajuan teknologi sehingga seluruh pihak mudah berkoordinasi melalui

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 17: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

17    

media sosial. Berdasarkan temuan lapangan, di Kelurahan Klender sendiri, pembagian

perlengkapan Kesiapsiagaan dan Keselamatan dasar rumah tangga langsung dilimpahkan ke

RW sehingga fasilitator youth tidak tahu kepada siapa saja dibagikannya. Hal ini menjadi

tidak maksimal dalam pendistribusiannya.

2. Evaluasi Dampak Keberlanjutan dari Kegiatan Pelatihan pada Outcome 3 Proyek PRB di

Perkotaan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kegiatan pelatihan

dalam proyek Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan untuk tahun kedua belum terlalu

terdampak pada masyarakat dan keseharian youth ambassador. Hal ini dapat dilihat dari youth

ambassador selaku peran utama tidak mengembangkan strategi mitigasi bencana di rumahnya

masing-masing atau lingkungan sekitarnya. Bahkan masih banyak youth yang belum

membagi pengetahuan kepada keluarga yang tinggal satu rumah, karena merasa jarang

bertemu dengan keluarga di rumah. Kemudian, mengenai fasilitator youth untuk Kelurahan

Klender, dari tiga orang yang terseleksi menjadi fasilitator youth, hanya satu orang yang aktif

dalam melatih dan mendampingi youth ambassador hingga saat ini. Sehingga keaktifan youth

ambassador juga berpengaruh, youth ambassador semakin banyak yang tidak aktif karena

kurangnya fasilitator yang mendukung kegiatan mereka. Selanjutnya mengenai peran youth

ambassador dalam menyosialisasikan isu pengurangan risiko bencana ke masyarakat masih

sangat kurang. Youth ambassador saat itu masih banyak yang bersekolah, dan mereka

berkumpul di ruang lingkup yang sama. Oleh karena itu penting untuk memberikan

penanaman motivasi yang kuat mengenai peran mereka di masyarakat.

Kesimpulan Dari hasil temuan lapangan dan analisa mengenai evaluasi pencapaian tujuan dan

dampak keberlanjutan kegiatan pelatihan pada outcome 3, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, ada beberapa kegiatan dalam outcome 3 yang belum tercapai dengan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Sebab dalam setiap kegiatan ada saja pihak-pihak yang tidak

hadir karena kurang mau berpartisipasi, seperti (1) pihak kelurahan yang jarang hadir dalam

setiap pertemuan yang telah diundang sebelumnya, (2) beberapa fasilitator youth yang belum

maksimal dalam menjalankan perannya sebagai edukator dan motivator bagi youth

ambassador, (3) tokoh masyarakat di Kelurahan Klender dan Kelurahan Duri Utara yang

masih kurang peduli dalam kegiatan ini, (4) partisipasi youth ambassador yang masih belum

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 18: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

18    

maksimal dan hanya beberapa saja yang datang pada setiap pertemuan, dan (5) masyarakat

masih belum terlalu memberi perhatian pada isu pengurangan risiko bencana. Namun,

beberapa permasalahan dan kendala ini masih dapat diperbaiki dan dikurangi pada tahun

ketiga ini, sehingga ketika proyek ini selesai pada bulan Juni 2017, tujuan yang diharapkan

dapat tercapai.

Kedua, dampak keberlanjutan kegiatan pelatihan pada outcome 3 pun belum begitu

terasa di masyarakat. Dampak hanya terjadi pada peningkatan kapasitas pengetahuan dan

keterampilan youth ambassador terkait isu Pengurangan Risiko Bencana. Kemudian, sebagian

besar youth ambassador tidak melakukan aktivitas terkait pengurangan risiko bencana ketika

paskakegiatan pelatihan tahun kedua berakhir, kecuali kegiatan-kegiatan yang memang

ditargetkan untuk dilaksanakan pada tahun ketiga, seperti rapat pembuatan forum youth. Tapi

di samping itu, mereka belum ada inisiatif untuk melakukan kegiatan bersama-sama terkait

isu ini. Selanjutnya, beberapa pemuda sekitar ada yang tertarik pada kegiatan yang dilakukan

oleh youth ambassador tapi mereka tidak mau bergabung secara intens.Untuk Kelurahan Duri

Utara dan Kelurahan Kota Bambu Utara, masyarakat sekitar mengetahui keberadaan youth

ambassador dari proyek mitigasi yang dijalankan seperti urban farming.

Saran Untuk mendukung pencapaian tujuan dan dampak keberlanjutan dari kegiatan

pelatihan dalam proyek Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan pada periode selanjutnya,

beberapa saran yang dapat diberikan yaitu:

a) Untuk Pihak Plan International Indonesia

Pihak Plan International Indonesia dan YTBI membuat surat tugas untuk fasilitator youth

ketika harus berkoordinasi dengan pihak kelurahan. Menyediakan modul bagi youth

ambassador agar bila ada youth ambassador yang tidak hadir dapat membaca hasil

diskusi hari itu. Youth ambassador yang lainnya pun harus memastikan bahwa temannya

sesama youth ambassador memiliki pengetahuan yang sama seperti dia. Kemudian,

sebaiknya Pihak Plan International Indonesia dan YTBI menyediakan anggaran untuk

mengundang seseorang yang ahli di bidang urban farming dan bank sampah agar mampu

mengajarkan youth ambassador di dua bidang tersebut. Orang tersebut juga seharusnya

mendampingi youth ambassador hingga berhasil melaksanakan dua proyek mitigasi

tersebut. Pihak Plan International Indonesia harus mampu mengadvokasi Pihak BPBD

dan Pihak Kelurahan untuk turut terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan yang

diadakan. Sehingga pihak kelurahan sebagai pemerintah daerah dapat menyuruh pihak

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 19: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

19    

RW hingga RT untuk terlibat juga. Dengan adanya perintah dari Pihak Kelurahan dan

BPBD diha rapkan seluruh pihak RT dan RW merasa bertanggung jawab untuk

berpartisipasi pada kegiatan ini. Sebaiknya pihak Plan International Indonesia lebih

sering turun ke lapangan untuk memastikan pihak implementor lainnya yang terkait,

memiliki visi misi yang sama dan berusaha mengadvokasi mereka. Hal ini sesuai dengan

para pemangku kepentingan di masyarakat yang kurang peduli dan tidak memiliki visi

misi yang sama.

b) Untuk Pihak Yayasan Tanggul Bencana Indonesia

Harus adanya pembagian tugas yang jelas antara youth ambassador yang masih

bersekolah dengan youth ambassador yang sudah tidak bersekolah/telah lulus. Seluruh

youth ambassador harus ditanamkan secara kuat bahwa tugas mereka adalah sebagai

motor penggerak di masyarakatnya untuk mengurangi risiko bencana bersama-sama.

Untuk youth ambassador yang masih bersekolah dapat mengampanyekan isu

Pengurangan Risiko Bencana kepada teman-teman sekelasnya, baik melalui media sosial

ataupun secara langsung di sela-sela jam belajarnya. Bisa saja dengan seperti itu, teman-

teman sekelasnya menjadi mau bergabung dalam kegiatan pelatihan pada proyek ini.

Perlu adanya penambahan jumlah field officer agar dapat meningkatkan kinerja dan

kualitas pelayanan di setiap kelurahan target. Hal ini sesuai dengan hasil temuan

lapangan yang jumlah field officer sangat tidak sebanding dengan jumlah kelurahan yang

dibina. Pihak YTBI harus mengadakan seleksi yang lebih ketat dalam membentuk

fasilitator youth di setiap kelurahan. Pastikan orang-orang tersebut peduli terhadap isu

ini, senang melakukan kegiatan sosial, aktif dalam berkontribusi di masyarakat, dan

mampu berkomitmen.

c) Untuk Pihak Kelurahan dan Tokoh Masyarakat

Pihak kelurahan harus lebih mengayomi masyarakatnya, karena proyek yang dijalankan

ini tidak meminta dana sedikit pun dari pemerintah dan untuk kepentingan masyarakat

bersama. Hal ini sesuai dengan pihak kelurahan yang kurang mau berpartisipasi bila tidak

ada dana untuk pribadi.

Kemudian untuk penelitian selanjutnya yang disarankan oleh peneliti adalah mencari

tahu lebih dalam mengenai setiap kegiatan yang dievaluasi baik khususnya data mengenai

materi yang disampaikan pada kegiatan tersebut dan pematerinya agar peneliti mampu

bertanya lebih dalam mengenai kegiatan yang dievaluasi. Lalu, diusahakan untuk

mengadakan pretest dan posttest pada setiap sesi untuk mengukur perubahan tingkat

pengetahuan peserta pelatihan.

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017

Page 20: EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BAGI YOUTH AMBASSADOR …

20    

Daftar Referensi Buku: Hawe, Penelope, dan Deirdre Degeling, Jane Hall. 1995. Evaluation Health Promotion. 6th .

Australia: Maclennan & Pretty Ltd.

Naryanto, Heru Sri. 2011. Penanganan Bencana. Jakarta: Lembaga Penelitian dan

Pembangunan Sosial KWI (LPPS-KWI) Caritas Indonesia.

Oakley, Peter. & Clayton, Andrew. 2001. The Monitoring and Evaluation of Empowerment.

Oxford: Intrac.

Pietrzak, Jeanne, Ramler, Malia, Ford, Tanya Lucy, & Gilbert, Neil. 1990. Practical Progra

m Evaluation: Example from Child Abuse Prevention, 1st Edition. London: Sage

Publication.

Suchman, Edward A. 1997. Evaluation Research, Principles, and Practice in Public Service

and Social Action Program. New York: Russel Sage Foundation. Dokumen Lembaga: Plan International Indonesia. 2015. Plan International Indonesia Annual Report 2015.

Jakarta: Plan International Indonesia.

Plan International Indonesia. 2015. Logical Framework Analysis (LFA) Jakarta Urban

Disaster Risk Reduction Project. Jakarta: Plan International Indonesia.

Lukman, Marlon. 2016. YTBI Annual Narrative Report Urban DRR Project Year 2016.

Jakarta: YTBI. Publikasi Elektronik: www.bnpb.go.id diakses pada tanggal 27 Agustus 2016.

www.unisdr.org diakses pada tanggal 27 Agustus 2016. Peraturan Perundang-undangan: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana.

Evaluasi Kegiatan ..., Viera Sarah Maghfiroh, FISIP UI, 2017