51
EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN HASIL ETANOL BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench) YANG DITANAM TUMPANGSARI DENGAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR HARA MIKRO (Skripsi) Oleh DIAH AGUSTIANINGSIH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN HASIL ETANOL BEBERAPA GENOTIPE SORGUM …digilib.unila.ac.id/54720/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 12. 14. · Keunggulan sorgum terletak

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN HASIL ETANOL

    BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)

    YANG DITANAM TUMPANGSARI DENGAN UBIKAYU

    (Manihot esculenta Crantz) DENGAN PENAMBAHAN

    UNSUR HARA MIKRO

    (Skripsi)

    Oleh

    DIAH AGUSTIANINGSIH

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2018

    http://www.kvisoft.com/pdf-merger/

  • Diah Agustianingsih

    ABSTRAK

    EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN HASIL ETANOL

    BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench )

    YANG DITANAM TUMPANGSARI DENGAN UBIKAYU

    ( Manihot esculenta Crantz) DENGAN PENAMBAHAN

    UNSUR HARA MIKRO

    O le h

    DIAH AGUSTIANINGSIH

    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakter agronomi berbagai genotipe

    sorgum, mengetahui genotipe sorgum yang menghasilkan etanol tertinggi dan

    mengetahui hubungan antara karakter agronomi tanaman sorgum dengan hasil

    etanol. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukanegara, Tanjung Bintang, Kabupaten

    Lampung Selatan, Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari April 2017 sampai

    Februari 2018. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak

    kelompok lengkap (RAKL) yang terdiri atas15 perlakuan dengan 3 ulangan.

    Perlakuan yang digunakan beberapa genotipe sorgum seperti genotipe GH 3,

    GH 4, GH 5, GH 6, GH 7, GH 13, Super 1, Super 2, Samurai, Mandau, Numbu,

    UPCA, P/I WHP, P/F 5-193-C dan Telaga Bodas. Berdasarkan hasil penelitian,

    terdapat variasi karakter agronomi dan hasil etanol dari 15 genotipe tanaman

    sorgum. Setiap genotipe sorgum memiliki karakter agronomi yang berbeda-

  • Diah Agustianingsih

    beda.Genotipe GH 4, GH 5, dan GH 7 memiliki karakter agronomi yang baik

    pada bobot kering berangkasan dengan nilai berturut – turut (68,80 g/tanaman),

    (53,48 g/tanaman) dan (53,88 g/tanaman) sehingga berpotensi untuk

    menghasilkan biomass. Genotipe yang berpotensi sebagai penghasil biji adalah

    GH 5, GH 3, Telaga Bodas, GH 6, dan GH 13 dengan nilai berturut – turut

    (51,50 g/tanaman), (40,56 g/tanaman), (41,77 g/tanaman), (43,02 g/tanaman)

    (39,26 g/tanaman). Genotipe GH 4 memiliki karakter agronomi berupa diameter

    batang (14,25 cm) dan bobot berangkasan (43,47 g) yang baik untuk

    menghasilkan etanol. Produksi etanol yang dihasilkan setiap genotipe sorgum

    berbeda. Produksi etanol tertinggi dihasilkan oleh genotipe GH 4

    (4,76 ml/tanaman), sehingga genotipe ini berpotensi sebagai penghasil etanol

    dengan total hasil sekitar 595 l/ha. Terdapat korelasi antara volume etanol dengan

    volume nira (r=0,498**). Semakin tinggi volume nira yang diperoleh, maka

    etanol yang dihasilkan semakin tinggi juga. Volume nira berkorelasi positif

    dengan bobot kering batang yang tinggi (r=0,317**).

    Kata kunci: Etanol, Genotipe, Karakter agronomi

  • EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN HASIL ETANOL

    BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench )

    YANG DITANAM TUMPANGSARI DENGAN UBIKAYU

    (Manihot esculenta Crantz) DENGAN PENAMBAHAN

    UNSUR HARA MIKRO

    Oleh

    DIAH AGUSTIANINGSIH

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

    SARJANA PERTANIAN

    Pada

    Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2018

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Desa Sukabanjar, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

    Pesawaran pada tanggal 21 Oktober 1996, sebagai anak pertama dari pasangan

    Bapak Agus Salim Wardana dan Ibu Suryatiningsih. Penulis menyelesaikan

    pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sukabanjar dan lulus pada tahun 2009,

    kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP

    Negeri 26 Bandar Lampung, dan lulus pada tahun 2011, selanjutnya pendidikan

    Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 7 Bandar Lampung dan lulus

    pada tahun 2014.

    Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi

    Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis

    pernah menjaadi asisten dosen pada matakuliah kewirausahaan tahun ajaran

    2017/2018.

    Pada tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik

    Universitas Lampung di Desa Utama Jaya Mataram, Kecamatan Seputih

    Mataram, Kabupaten Lampung Tengah. Penulis melaksanakan Praktik umum

    (PU) di PT Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

  • Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, yang telah

    memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya.

    Kupersembahkan karya ini kepada :

    Kedua Orangtuaku tercinta

    Bapak Agus Salim Wardana, Ibu Suryatiningsih dan

    Adik-adikku tersayang Defva Rhamanda dan Devfita Rahmawati Putri yang

    senantiasa mendoakan, menyayangi serta memotivasiku untuk selalu bersyukur

    dan berjuang dalam menggapai cita-cita

    Serta Almamater yang kubanggakan

    Universitas Lampung

  • Karunia Allah SWT yang paling lengkap adalah kehidupan yang didasarkan

    pada ilmu pengetahuan

    (Ali bin Abi Thalib)

    Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah

    bersama orang-orang yang sabar

    (Q. S Al Baqarah : 153)

  • iii

    SANWACANA

    Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat

    rahmat,hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    pembuatan skripsi yang berjudul “ Evaluasi Karakter Agronomi dan Hasil Etanol

    Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) Yang Ditanam

    Tumpangsari dengan Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) dengan Penambahan

    Unsur Hara Mikro’’.

    Dalam penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan,

    dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

    ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas

    Pertanian Universitas Lampung.

    2. Ibu Prof.Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

    3. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. selaku Pembimbing Utama yang telah

    bersedia meluangkan waktu, bimbingan, saran, dan arahan selama penulis

    menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  • iv

    4. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S.selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan,

    saran, dan arahan selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. selaku dosen Penguji yang telah

    memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada penulis.

    6. Prof. Dr. Ir. Rosma Hasibuan, M.sc. selaku Pembimbing Akademik yang telah

    memberikan dukungan kepada penulis.

    7. Ir. Syamsoel Hadi, M. Sc., Prof. Dr. Ir. Kukuh Setiawan, M.Sc., dan

    Dr. Ir. Erwin Yuliadi M.Sc. yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

    8. Kedua orangtua tercinta Bapak Agus S. Wardana, S.T dan Ibu Suryatiningsih

    serta kedua adikku Defva Rhamanda dan Defvita Rahmawati Putri terima

    kasih atas doa, motivasi, dan segala dorongan moril maupun materil yang

    selalu diberikan.

    9. Teman-teman seperjuangan “Anak Bapak “ Fina Purwaningsih, Irmawati,

    Luh Gita Pujawati, Dita Nurul Hidayah, Restu Paresta, Eko Abadi

    Novirmansyah, Agnes Ratna Sari, Nisa Nurlela Sari, Ikrimah, Farastika

    Unjunan Muli, Putri Ulva Priska, Ridho Akbar, Rafika Restiningtias, Amalia

    Novita P, Anisah Ika dan Amirah Inas terima kasih atas kerjasama, dukungan

    selama menjalankan penelitian.

    10. Teman –teman Agroteknologi 2014.

  • v

    Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan kemurahan hati mereka,

    Aamiin. Akhir kata penulis ucapkan, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi

    kita semua.

    Bandar Lampung, 4 Desember 2018

    Diah Agustianingsih

  • vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

    I . PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang dan Masalah ...................................................................... 1

    1.2 Tujuan ........................................................................................................ 4

    1.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 4

    1.4 Hipotesis ..................................................................................................... 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7

    2.1 Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) .................................................. 7

    2.2 Morfologi Sorgum ...................................................................................... 8

    2.3 Genotipe .................................................................................................... 10

    2.4 Sorgum Sebagai Tanaman Penghasil Bioetanol ....................................... 11 2.5 Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) ......................................................... 13 2.6 Tumpangsari ............................................................................................... 14 2.7 Pupuk Mikro .............................................................................................. 14

    III. BAHAN DAN METODE ........................................................................ 16

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 16 3.2 Bahan dan Alat ........................................................................................... 16 3.3 Metode Penelitian....................................................................................... 17 3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 19

    3.4.1 Pengambilan Sampel Tanah ............................................................ 19

    3.4.2 Pengolahan Tanah ........................................................................... 19

    3.4.3 Penanaman ...................................................................................... 19

    3.4.4 Penyulaman ...................................................................................... 20

    3.4.5 Penjarangan ..................................................................................... 20

    3.4.6 Penyiangan Gulma ........................................................................... 20

    3.4.7 Pemupukan ....................................................................................... 20

    3.4.8 Penyungkupan .................................................................................. 21

    3.4.9 Pemanenan ....................................................................................... 21

  • vii

    3.5 Variabel Pengamatan ................................................................................. 21

    3.5.1 Komponen Pertumbuhan ................................................................. 22

    3.5.2 Komponen Fase Masak Susu ........................................................... 23

    3.5.3 Komponen Fase Masak Fisiologis ................................................... 25

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 28

    4.1 Analisis Lokasi Penelitian .......................................................................... 28

    4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 28

    4.2.1 Komponen Pertumbuhan ................................................................. 30

    4.2.2 Komponen Fase Masak Susu ........................................................... 33

    4.2.3 Komponen Fase Masak Fisiologis ................................................... 37

    4.2.4 Korelasi Antarvariabel Pengamatan Tanaman Sorgum .................. 42

    4.3 Pembahasan ................................................................................................ 45

    V. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 52

    5.1 Simpulan .................................................................................................. 52

    5.2 Saran ........................................................................................................... 53

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54 LAMPIRAN .................................................................................................... 57

    Tabel 6-54 ........................................................................................................ 58-87

    Gambar 10-12................................................................................................... 89-91

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh genotipe pada pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. .................................................. 29

    2. Pengaruh genotipe terhadap panjang batang, jumlah daun, diameter batang, dan kehijauan daun ........................................................ 33

    3. Pengaruh genotipe terhadap variabel pengamatan fase masak susu ................................................................................................. 34

    4. Pengaruh genotipe terhadap variabel pengamatan fase masak fisiologis ......................................................................................... 38

    5. Koefisien korelasi antarvariabel pengamatan tanaman sorgum ............... 44

    6. Rata-rata panjang batang tanaman (cm) 6 MST ........................................ 58

    7. Rata-rata panjang batang (cm) 7 MST ..................................................... 59

    8. Rata-rata panjang batang (cm) 8 MST ..................................................... 60

    9. Rata-rata panjang batang(cm) 9 MST ....................................................... 61

    10. Analisis ragam panjang batang 9 MST ..................................................... 61

    11. Rata-rata jumlah daun (helai) 6 MST. ....................................................... 62

    12. Rata-rata jumlah daun (helai) 7 MST ....................................................... 63

    13. Rata-rata jumlah daun (helai) 8 MST ........................................................ 64

    14. Rata-rata jumlah daun (helai) 9 MST ....................................................... 65

    15. Analisis ragam jumlah daun 9 MST ......................................................... 65

    16. Rata-rata diameter batang (mm) 10 MST. ................................................. 66

    17. Analisis ragam diameter batang 10 MST ................................................. 66

  • vii

    18. Rata-rata kehijauan daun 10 MST (unit) ................................................... 67

    19. Analisis ragam kehijauan daun 10 MST ................................................... 67

    20. Rata-rata volume nira (ml) ........................................................................ 68

    21. Analisis ragam volume nira ....................................................................... 68

    22. Rata-rata nilai 0brix (%). ............................................................................ 69

    23. Analisis ragam brix ................................................................................... 69

    24. Rata-rata volume etanol (ml) ..................................................................... 70

    25. Analisis ragam volume etanol .................................................................. 70

    26. Rata-rata persentase etanol (%) ................................................................. 71

    27. Data transformasi logaritma persentase etanol .......................................... 72

    28. Analisis ragam persentase etanol. .............................................................. 72

    29. Rata-rata bobot kering batang(g) fase masak susu ................................... 73

    30. Analisis ragam bobot kering batang fase masak susu .............................. 73

    31. Rata-rata bobot kering daun (g)fase masak susu ...................................... 74

    32. Analisis ragam bobot kering daun fase masak susu .................................. 74

    33. Rata-rata panjang batang (cm) 18 MST ......................................................... 75

    34. Analisis ragam panjang batang 18 MST. .................................................. 75

    35. Rata-rata diameter batang (mm) 18 MST .................................................. 76

    36. Analisis ragam diameter batang 18 MST ................................................. 76

    37. Rata-rata bobot kering batang (g)fase masak fisiologis ........................... 77

    38. Analisis ragam bobot kering batang fase masak fisiologis ....................... 77

    39. Rata-rata bobot kering daun (g)fase masak fisiologis .............................. 78

    40. Analisis ragam bobot kering daun fase masak fisiologis .......................... 78

    41. Rata-rata jumlah ruas fase masak fisiologis .............................................. 79

  • viii

    42. Analisis ragam jumlah ruas fase masak fisiologis ..................................... 79

    43. Rata-rata panjang malai (cm)fase masak fisiologis .................................. 80

    44. Analisis ragam panjang malai fase masak fisiologi ................................. 80

    45. Rata-rata bobot kering cangkang (g)fase masak fisiologis. ....................... 81

    46. Analisis ragam bobot kering cangkang fase masak fisiologis .................. 81

    47. Rata-rata head bobot (g)fase masak fisiologis ......................................... 82

    48. Analisis ragam bobot head bobot fase masak fisiologis ........................... 82

    49. Rata-rata bobot kering biji (g) fase masak fisiologis ................................ 83

    50. Analisis ragam bobot kering biji fase masak fisiologis ............................. 83

    51. Rata-rata bobot biji 1000 butir (g) fase masak fisiologis ......................... 84

    52. Analisis ragam bobot biji 1000 butir fase masak fisiologis ...................... 84

    53. Kadar etanol (%) ........................................................................................ 85

    54. Konversi berat jenis-kadar etanol (v/v) .................................................... 86

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Tanaman sorgum ...................................................................................... 8

    2. Bentuk malai sorgum ................................................................................. 10

    3. Tata letak percobaan .................................................................................. 18

    4. Grafik pengamatan panjang batang sorgum 9 MST dan 18 MST ............. 30

    5. Grafik pengamatan jumlah daun .............................................................. 31

    6. Diameter batang sorgum pada 10 MST ..................................................... 32

    7. Tingkat kehijauan daun ............................................................................. 32

    8. Korelasi volume nira dengan volume etanol ............................................. 43

    9. Korelasi bobot kering batang dengan bobot kering daun fase masak susu ......................................................................................... 43

    10. Proses pembuatan etanol ........................................................................... 89

    11. Proses pengukuran kadar etanol ................................................................ 90

    12. Ketinggian lokasi penelitian ..................................................................... 91

    13. Hasil analisis tanah ..................................................................................... 92

    14. Data curah hujan ........................................................................................ 93

  • I . PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang dan Masalah

    Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan tanaman serealia dari famili

    poaceae, yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia.

    Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi yang luas, tahan terhadap

    kekeringan, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sirappa, 2003).

    Sorgum berpotensial sebagai alternatif bahan pangan, pakan, serta industri.

    Sebagai bahan pangan, biji sorgum dapat dimanfaatkan sebagai alternatif

    pengganti beras. Daun sorgum digunakan untuk pakan ternak yang bernutrisi, dan

    sebagai bahan industri sorgum digunakan untuk bahan baku pembuatan etanol

    (Andriani dan Isnaini, 2013).

    Meskipun sorgum memiliki banyak manfaat, namun pengembangan sorgum

    masih terkendala pada penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum

    ditingkat petani belum intensif, ketersediaan varietas yang disenangi petani masih

    kurang. Salah satu upaya untuk mengatasi kendala ini yaitu dengan dengan

    menggunakan genotipe sorgum yang sesuai sesuai dengan kebutuhannya,

    misalnya penggunaan genotipe tertentu yang digunakan sebagai biji, pakan, serta

    industri.

  • 2

    Hamim et al. (2012) dan Kamal (2011) melaporkan bahwa sorgum dapat ditanam

    secara tumpangsari dengan ubikayu. Salah satu keunggulan sistem tumpangsari

    sorgum dengan ubikayu adalah produktivitas per satuan lahan akan meningkat

    karena produksi tanaman pokok ubikayu tetap dan mendapat tamabahan produksi

    sorgum, sehingga diharapkan akan menghasilkan produksi ganda yang

    mendukung sektor pangan, peternakan, dan industri yang pada akhirnya akan

    meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu, sistem pola pertanaman

    tumpangsari antara ubikayu dan sorgum merupakan alternatif pengembangan

    sorgum pada wilayah yang didominasi dengan pertanaman ubikayu, khususnya

    Provinsi Lampung.

    Menurut Jayanegara (2011), sorgum dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan

    kegunaannya yaitu sorgum biji, sorgum manis, sorgum pakan dan sorgum

    biomass. Sorgum biji ditanam dengan tujuan untuk menghasilkan biji. Sorgum

    pakan ditanam dengan tujuan untuk menghasilkan pakan ternak. Sorgum biomass

    ditanam dengan tujuan untuk menghasilkan energi. Sorgum manis ditanam

    dengan tujuan untuk menghasilkan nira. Nira diperoleh dari perasan batang

    sorgum manis. Setelah nira diperoleh maka difermentasikan dan kemudian

    didestilasi untuk mendapatkan etanol.

    Sorgum manis untuk bahan baku bioetanol dicirikan oleh akumulasi karbohidrat

    terfermentasi (FC) dalam batang yang mencapai 15-25%. Sorgum manis

    mengandung FC lebih tinggi dibanding jagung sehingga sebagai tanaman biofuel

    lebih menguntungkan apabila dikembangkan pada daerah kering (Reddy et al.,

    2007).

  • 3

    Menurut Pabendon et al.(2010) yang meneliti beberapa tanaman untuk bahan

    baku bioenergi, yaitu jagung, gandum, sorgum manis, dan tebu (Saccharum sp.),

    ternyata sorgum manis lebih efisien dalam penggunaan lahan, air, dengan

    kandungan gula pada nira batang sorgum manis berkisar 8-20%.

    Pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

    ekternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

    pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum yaitu iklim, bahan organik, pH tanah,

    ketersediaan nutrisi dan lain-lain. Ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan tanaman

    diperoleh dari dalam tanah dan juga melalui pemupukan baik pupuk makro

    maupun pupuk mikro. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi yaitu

    genetik. Genetik di dalam benih sorgum berbeda-beda setiap genotipenya

    sehingga tanaman akan memiliki karakter agronomi serta produksi etanol yang

    berbeda-beda.

    Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan perumusan masalah dari penelitian

    ini adalah sebagai berikut :

    1. Apakah genotipe sorgum memiliki karakter agronomi yang berbeda?

    2. Apakah produksi etanol dipengaruhi oleh genotipe sorgum?

    3. Bagaimana hubungan antara karakter agronomi beberapa genotipe sorgum

    dengan hasil etanol ?

  • 4

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Mengevaluasi karakter agronomi berbagai genotipe sorgum.

    2. Mengetahui genotipe sorgum yang menghasilkan etanol tertinggi.

    3. Mengetahui hubungan antara karakter agronomi tanaman sorgum dengan

    hasil etanol.

    1.3 Kerangka Pemikiran

    Sorgum (Sorghum bicolor [L.]Moench) merupakan tanaman yang mampu

    beradaptasi luas dan berpotensi besar dikembangkan di Indonesia. Tanaman

    sorgum tahan terhadap kekeringan karena pada daun sorgum terdapat lapisan lilin

    yang berfungsi mengurangi laju transpirasi.

    Sorgum dapat ditanam tumpangsari dengan tanaman lain misalnya ubikayu.

    Tumpangsari antara ubikayu dan sorgum juga terdapat keuntungan yaitu umur

    panen antara kedua tanaman ini berbeda, sehingga terdapat waktu untuk

    melakukan pemanenan salah satu tanaman terlebih dahulu. Selain itu, Provinsi

    Lampung merupakan wilayah yang didominasi dengan pertanaman ubikayu,

    sehingga tumpangsari kedua tanaman ini cukup potensial untuk dikembangkan.

    Menurut Pabendon et al.(2012) biji, bagase, serta nira berpotensi untuk dijadikan

    bahan baku pembuatan etanol. Biji sorgum mengandung tanin. Seperti diketahui,

    tanin akan menghambat proses fermentasi sehingga akan berpengaruh terhadap

    hasil etanol. Pembuatan etanol dari bagase memerlukan waktu yang panjang,

    sehingga pada penelitian ini, mengunakan nira. Batang sorgum diperas untuk

  • 5

    mendapatkan nira, di dalam nira sorgum terdapat gula, air serta garam-garam

    mineral. Jumlah padatan gula yang terdapat pada nira dinyatakan dalam nilai

    0brix.

    Nira sorgum kemudian difermentasikan dengan bakteri Saccharomyces cerevisiae

    yang selanjutnya dilakukan destilasi untuk mendapatkan etanol. Semakin banyak

    volume nira kemungkinan semakin banyak juga gula yang terkandung di

    dalamnya. Semakin banyak kandungan gula, maka kemungkinan volume etanol

    yang dihasilkan semakin tinggi. Banyak sedikitnya volume nira yang diperoleh

    dipengaruhi oleh karakter agronomi sorgum seperti tinggi tanaman, diameter

    batang, serta bobot berangkasan. Oleh karena itu, dengan berbedanya karakter

    agronomi setiap tanaman maka volume etanol yang dihasilkan juga berbeda.

    Pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

    internal. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

    tanaman sorgum yaitu iklim, bahan organik, pH tanah, ketersediaan nutrisi dan

    lain-lain. Ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan tanaman diperoleh dari dalam

    tanah dan juga melalui pemupukan. Selain unsur hara makro (N,P, dan K),

    tanaman juga membutuhkan unsur hara mikro untuk memehuhi kebutuhan nutrisi

    tanaman meskipun dalam jumlah yang sedikit, unsur hara mikro berfungsi sebagai

    katalisator dan juga membantu mempercepat suatu reaksi. Sedangkan faktor

    internal yang mempengaruhi yaitu genetik. Genetik di dalam benih sorgum

    berbeda-beda setiap genotipenya sehingga tanaman akan memiliki karakter

    agronomi yang berbeda-beda.

  • 6

    Variasi fenotipe yang ditimbulkan dengan adanya perbedaan genotipe ada yang

    dapat dilihat secara kualitatif dan kuantitatif, secara kualitatif seperti adanya

    perbedaan warna daun dan secara kuantitatif dengan pengukuran seperti diameter

    batang, tinggi tanaman, bobot berangkasan tanaman, jumlah ruas. Variasi

    penampilan agronomis akan memepengaruhi hasil produksi masing-masing

    varietas tanaman (Mangoendidjojo, 2003). Selain itu, Pabendon et al. (2012)

    melaporkan bahwa nira batang dari genotipe sorgum manis yang dikembangkan di

    Indonesia jumlahnya mencapai 0,3-0,48 l/kg batang yang diperas.

    1.4 Hipotesis

    Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diambil hipotesis sebagai

    berikut:

    1. Karakter agronomi sorgum berbeda antargenotipe.

    2. Hasil etanol dipengaruhi oleh genotipe sorgum yang berbeda.

    3. Karakter agronomi tanaman sorgum berhubungan dengan hasil etanol.

  • 7

    II . TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench)

    Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench ) adalah tanaman serealia yang potensial

    untuk dibudidaya dan dikembangkan, khususnya pada daerah - daerah marginal

    dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi yang

    luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, serta lebih tahan terhadap hama

    dan penyakit. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang cukup

    tinggi, sehinggadapat digunakan sebagai alternatif bahan pangan maupun pakan

    ternak. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia

    khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT (Sirappa, 2003).

    Menurut USDA (2008), klasifikasi sorgum adalah :

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Class : Liliopsida

    Ordo : Poales

    Family : Poaceae

    Genus : Sorghum

    Species : Sorghum bicolor [L.] Moench

  • 8

    2.2 Morfologi Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench )

    Sumber : Balitsereal, 2018

    Gambar 1. Tanaman Sorgum

    Rismunandar (2006) menyatakan bahwa sorgum merupakan tanaman biji berkeping

    satu tidak membentuk akar tunggang dan hanya akar lateral. Tanaman sorgum

    memiliki akar serabut. Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar

    primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada

    pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh

    dipermukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat

    dari jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral mencapai kedalaman 1,3 - 1,8 m,

    sedangkan panjangnya mencapai 10,8 m.

    Tanaman sorgum mempunyai batang berbentuk silinder, beruas-ruas

    (internodes) dan berbuku-buku (nodes). Setiap ruas memiliki alur yang

    berselang-seling. Diameter dan tinggi batang bervariasi. Ukuran diameter

    pangkal batang berkisar 0,5 - 5,0 cm dan tingginya berkisar 0,5 - 4,0 m tergantung

  • 9

    varietasnya. Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di China dapat

    mencapai 5 m sehingga sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan

    penghasil gula (Iriany dan Makkulau, 2014).

    Daun tanaman sorgum mirip dengan daun jagung, berbentuk pita dengan struktur

    daun bendera di atas helai daun dan tangkai daun. Daun bendera muda bentuknya

    kaku dan tegak. Daun bendera (flag leaf) muncul terakhir bersamaan dengan

    inisiasi malai. Daun sorgum dilapisi oleh sejenis lilin yang agak tebal dan

    berwarna putih. Lapisan lilin tersebut berfungsi mengurangi penguapan air dari

    dalam tanaman sehingga mendukung resistensi tanaman sorgum terhadap

    kekeringan (Setyowati et al., 2005).

    Tanaman sorgum memiliki bunga yang berbentuk malai bertangkai panjang, tegak

    lurus, dan berada pada pucuk batang. Setiap tangkai malai memiliki bunga jantan

    dan bunga betina yang letaknya terpisah (Mulyani dan Las, 2010). Malai sorgum

    dapat dipanen saat tanaman berumur rata-rata 90 - 120 hari (Rismunandar, 2006).

    Bentuk biji sorgum beraneka ragam, ada yang agak bulat hingga pipih. Kulit biji

    sorgum warnanya putih abu-abu, merah hingga cokelat tua, kuning atau kehitam-

    hitaman. Biji sorgum berbentuk kernel yaitu buah berbiji tunggal dengan kulit

    buah (pericarp) yang bersatu dengan kulit biji (Pabendon et al., 2012).

  • 10

    Sumber : Andriani dan Isnaini, 2006

    Gambar 2. Bentuk Malai Sorgum

    Biji sorgum berkeping biji satu dan tidak membentuk akar tunggang, hanya akar

    lateral yang halus, letaknya agak dalam di bawah tanah. Biji sorgum tertutup rapat

    oleh sekam yang liat, bulir yang normal terdiri atas dua buah sekam yang berbentuk

    perisai. Sekam ini membungkus seluruh organ bunga sewaktu bunga belum mekar,

    kulit biji sorgum warnanya putih abu-abu dan coklat tua (Pabendon et al., 2012).

    2.3 Genotipe

    Salah satu penentu pada pertumbuhan dan hasil produksi sorgum adalah faktor

    genetik. Gen dalam setiap benih sorgum yang berbeda genotipenya

    memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tinggi

    tanaman, diameter batang, jumlah ruas.

    Keragaan suatu genotipe tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan,

    dan interaksi genetik dengan lingkungan. Interaksi faktor genetik dengan

    lingkungan menyebabkan perbedaan respon genotipe ketika ditanam pada

    lingkungan yang berbeda (Saniaty et al., 2016).

  • 11

    Menurut Jayanegara (2011), sorgum dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan

    kegunaannya yaitu sorgum biji, sorgum manis, sorgum pakan dan sorgum

    biomass. Sorgum biji ditanam dengan tujuan untuk menghasilkan biji. Sorgum

    manis ditanam dengan tujuan untuk menghasilkan nira. Sorgum pakan ditanam

    dengan tujuan untuk menghasilkan pakan ternak. Sorgum biomass ditanam

    dengan tujuan untuk menghasilkan energi.

    Badan Litbang Pertanian telah melepas dua genotipe unggul sorgum untuk

    bioetanol pada tahun 2013, yaitu Super 1 dan Super 2. Super 1 merupakan galur

    asal Pulau Sumba NTT. Genotipe ini mempunyai beberapa kelebihan di

    antaranya penampilan tanaman yang tinggi, 2,16 meter, umur panen 105 hari,

    potensi hasil 5,75 ton/ha, kadar gula brix 13,47%, potensi biomasssa mencapai

    38,70 ton/ha dengan potensi etanol mencapai 4.220 l/ha. Genotipe ini juga

    mempunyai kelebihan lain yaitu menghasilkan ratun sampai dua kali. Super 2

    adalah galur asal ICRISAT dengan penampilan fenotipe tanaman yang tinggi

    yaitu 2,3 meter namun umurnya agak dalam, 115 hari. Potensi biji yang

    dihasilkan yaitu 6,3 ton/ha kadar gula brix 12,65%, potensi etanol 4.119 l/ha serta

    potensi biomass mencapai 39,30 ton/ha (Aqil et al., 2013).

    2.4 Sorgum Sebagai Tanaman Penghasil Bioetanol

    Tanaman sorgum dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan etanol.

    Bagian tanaman sorgum yang dapat diolah menjadi bioetanol adalah nira, jerami,

    bagas, dan biji. Nira diperoleh dari perasan batang sorgum yang kemudian

    difermentasi untuk menjadi etanol. Persentase nira batang bervariasi antara

    51,2-80,%. Pabendon et al.(2012) menyatakan bahwa nira batang dari genotipe

  • 12

    sorgum manis yang dikembangkan di Indonesia jumlahnya mencapai

    0,3-0,48 l/kg batang yang diperas.

    Di antara bagian tanaman sorgum, batang memberi kontribusi paling besar untuk

    memproduksi nira sebagai bahan baku bioetanol (Almodares and Hadi, 2009).

    Produktivitas rata-rata batang sorgum berkisar antara 30-50 ton/ha dan daun

    20-40 ton/ha. Pembuatan 1 liter bioetanol membutuhkan 22-25 kg batang sorgum

    (Yudiarto, 2006).

    Nira dari batang sorgum manis memiliki kandungan gula (glukosa, fruktosa,

    maltosa, dan xilosa) yang tinggi dan dapat difermentasi menjadi bioetanol

    (Almodares et al., 2008). Kandungan gula tersebut merupakan indikator penting

    sebagai bahan baku untuk memproduksi bioetanol. Ananda et al.(2011)

    menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan glukosa pada nira batang sorgum

    semakin besar etanol yang diperoleh dari proses fermentasi.

    Etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku hayati

    dipopulerkan dengan nama bioetanol. Bioetanol adalah cairan biokimia, tidak

    berwarna, larut dalam eter, air, aseton, benzen, dan semua pelarut organik,

    memiliki bau khas alkohol, serta dihasilkan melalui proses fermentasi gula dari

    sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme

    (Suryanto et al.,1999).

    Etanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dengan

    bantuan mikroorganisme. Bahan baku yang dapat digunakan pada pembuatan

    etaol adalah nira bergula seperti nira tebu, nira sorgum, nira kelapa, nira aren, nira

    siwalan, sari buah mete dan bahan lainnya (Pabendon et al., 2012).

  • 13

    2.5 Ubikayu ( Manihot esculenta Crantz )

    Ubikayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan rata-rata bergaris

    tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis ubikayu yang ditanam.

    Sifat fisik dan kimia ubikayu sangat penting untuk pengembangan tanaman yang

    mempunyai nilai ekonomi tinggi. Karakterisasi sifat fisik dan kimia ubikayu

    ditentukan olah sifat pati sebagai komponen utama dari ubikayu. Ubikayu tidak

    memiliki periode matang yang jelas karena ubinya terus membesar. Akibatnya,

    periode panen dapat beragam sehingga dihasilkan ubikayu yang memiliki sifat

    fisik dan kimia yang berbeda – beda. Sifat fisik dan kimia pati seperti bentuk dan

    ukuran granula, kandungan amilosa dan kandungan komponen non pati sangat

    dipengaruhi oleh faktor genetik, kondisi tempat tumbuh dan umur tanaman

    (Manurung, 2002).

    Ubikayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan

    dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan genotipe ubikayu harus

    disesuaikan untuk peruntukannya. Di daerah dimana ubikayu dikonsumsi secara

    langsung untuk bahan pangan diperlukan genotipe ubikayu yang rasanya enak dan

    pulen dan kandungan HCN rendah. Berdasarkan kandungan HCN, ubikayu dapat

    dibedakan menjadi ubikayu manis/tidak pahit, dengan kandungan

    HCN < 40 mg/kg umbi segar, dan ubikayu pahit dengan kadar HCN ≥ 50 mg/kg

    umbi segar. Kandungan HCN yang tinggi dapat menyebabkan keracunan bagi

    manusia maupun hewan, sehingga tidak dianjurkan untuk konsumsi segar

    (Susilawati et al., 2008).

  • 14

    2.6 Tumpang sari

    Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada

    lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan

    tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis

    tanaman yang memiliki umur berbeda seperti ubikayu dengan sorgum. Sistem

    tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki

    pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada sistem tanam

    tumpangsari antara lain :

    1. Dapat meningkatkan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun

    penyerapan cahaya matahari).

    2. Populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki.

    3. Dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas.

    4. Tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil apabila satu jenis tanaman yang

    diusahakan gagal.

    5. Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis

    sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit.

    6. Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan

    tanah (Gascho et al., 2001).

    2.7 Pupuk Mikro

    Penggunaan pupuk atau nutrisi makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) lebih sering

    digunakan dibandingkan dengan penggunaan pupuk mikro. Walaupun demikian

    pupuk mikro mempunyai peranan dalam meningkatkan penampilan tanaman

    (kualitas daun, hasil panen dan sebagainya) (Indrasari dan Abdul, 2016).

  • 15

    Pupuk mikro tersusun dari unsur Besi (Fe), Boron (B), Mangan (Mn), Tembaga

    (Cu), Seng (Zn) dan Molibdat (Mo), umumnya unsur mikro ini tersedia pada pH

    tanah antara 5 – 6. Besi mempunyai peranan dalam menyusun enzim-enzim pada

    transport elektron, pembentukan ultrastruktur kloroplas, penyusun enzim-enzim

    katalase dan peroksidase, dan sebagainya. Boron memiliki peranan untuk

    mengendalikan transpor gula, pembentukan polisakarida, bagian pembentukan

    dari dinding sel dan metabolisme senyawa pektat. Mangan berperan dalam

    aktivasi beberapa enzim yang berkaitan dengan sintesis asam lemak dan

    nukleotida serta memainkan peranan dalam respirasi serta fotosintesis. Tembaga,

    berperanan dalam fotosintesis karena bagian penyusun enzim kloroplas

    plastosianin dalam sistem transpor elektron dan penyusun beberapa enzim

    oksidase. Seng merupakan penyusun dari enzim penyusun sintesis triptofan,

    prekursor (pra zat) dari IAA, bersama tembaga berperanan dalam penyusunan

    enzim superoksida dismutase (enzim pemecah O2). Molibdat, berperanan dalam

    “carier” elektron antara tahap teroksidasi dan tereduksi

    (Indrasari dan Abdul, 2016).

  • 16

    III. BAHAN DAN METODE

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Desa Sukanegara, Kecamatan Tanjung Bintang,

    Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Ketinggian tempat ±87 mdpl dengan

    tipe iklim daerahbasah. Penelitian ini dilaksanakan mulai April 2017 sampai

    Februari 2018.

    3.2 Bahan dan Alat

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 genotipe tanaman

    sorgum yaitu, GH 3, GH 4, GH 5, GH 6, GH 7, GH 13, Mandau, Numbu, UPCA,

    Samurai 1, Super 1, Super 2, P/F 5-193-C, P/I WHP, dan Telaga Bodas serta stek

    ubikayu varietas Kasetsart. Pupuk yang digunakan yaitu Urea, KCl, TSP dan

    Zincmicro (mengandung Zn, Mn, B, Cu, Mo, dan Co). Bahan untuk pembuatan

    etanol dan analisis kadar etanol yaitu nira, fermipan, air dan aquades.

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat pengolah tanah, plang

    nama, label sampel, cutter, meteran, ember, tali, amplop, paranet, plastik, botol,

    timbangan elektrik, alat tulis, oven, seed blower, seed counter, neraca ohaus,

  • 17

    corong, SPAD-500, jangka sorong, gelas ukur, corong, refraktometer, piknometer,

    kamera, alat pemeras tebu mini dan destilator.

    3.3 Metode Penelitian

    Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

    Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri atas 15 perlakuan dan setiap perlakuan

    diulang tiga kali, sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Pada setiap plot

    percobaan diambil 3 sampel tanaman. Tata letak disajiakan pada Gambar 3.

    Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji

    Tukey. Bila kedua asumsi terpenuhi, dilakukan analisis ragam. Jika terdapat

    perbedaan nilai tengah antarperlakuan maka dilakukan pemisahan nilai tengah

    dengan menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5%. Pengolahan data dilakukan

    dengan program MiniTab(Versi 17).

  • 18

    Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

    Gambar 3. Tata Letak Percobaan

    Keterangan :

    G : Genotipe sorgum yang ditanam secara tumpangsari dengan ubikayu

    varietas kasetsart

    G1 : GH-3 G9 : Samurai 1

    G2 : GH-4 G10 : P/W WHP

    G3 : GH-5 G11 : P/F 5-193 C

    G4 : GH-6 G12 : Numbu

    G5 : GH-7 G13 : Mandau

    G6 : GH-13 G14 : UPCA

    G7 : Super 1 G15 : Telaga Bodas

    G8 : Super 2

    G12

    G7

    G9

    G3

    G6

    G5

    G14

    G4

    G10

    G15

    G11

    G2

    G8

    G1

    G13

    G8

    G13

    G11

    G12

    G7

    G2

    G10

    G14

    G4

    G3

    G15

    G1

    G9

    G6

    G5

    G1

    G6

    G5

    G9

    G10

    G7

    G13

    G8

    G14

    G4

    G3

    G11

    G15

    G2

    G12

    B

    T

    S U

  • 19

    3.4 Pelaksanaan Penelitian

    3.4.1 Pengambilan Sampel Tanah

    Sampel tanah diambil secara komposit dari 5 titik pada lahan yang digunakan

    untuk penanaman sorgum dan ubikayu. Pengambilan sampel tanah ini dilakukan

    untuk mengetahui kandungan hara N, P, K, tekstur, dan pH tanah.

    3.4.2 Pengolahan Tanah

    Pengolahan tanah dilakukan dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman

    sebelumnya, kemudian lahan dibajak dua kali. Selanjutnya dibuat petak perlakuan

    berukuran 5 x 4 m dan setiap petak perlakuan dan ulangan dipisahkan dengan

    parit berjarak 1 m. Setiap petak dipasang papan nama genotipe dibagian depan

    petak.

    3.4.3 Penanaman

    Penanaman dilakukan seminggu setelah pembuatan plot percobaan. Penanaman

    sorgum dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam 3-5 cm. Pada setiap

    lubang ditanam5-7 benih sorgum. Jarak tanam sorgum yang digunakan adalah 80

    cm x 20 cm. Pada sistem tanam tumpangsari, sorgum ditanam di antara barisan

    tanaman ubikayu. Stek ubi kayu yang digunakan yaitu varietas kasetsart, yang

    berukuran ±30 cm. Jarak tanam ubikayu yang digunakan adalah 60 cm x 80 cm.

  • 20

    3.4.4 Penyulaman

    Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh. Hal ini

    dilakukan dengan cara memindahkan tanaman sorgum dengan genotipe yang

    sama pada lubang tanam benih yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan sampai

    umur tanaman sorgum 2 minggu setelah tanam (MST).

    3.4.5 Penjarangan

    Penjarangan dilakukan terhadap tanaman sorgum yang sudah tumbuh, yang

    disisahkan 2 tanaman per lubang tanam, dipilih dari tanaman yang pertumbuhn

    dan perkembangannya baik. Penjarangan dilakukan pada saat umur 3 MST.

    3.4.6 Penyiangan gulma

    Penyiangan gulma dilakukan secara manual disekitar areal pertanaman dengan

    menggunakan koret atau mencabut gulma pada plot percobaan ataupun pada

    saluran drainase. Penyiangan dilakukan pada 3 hari sebelum aplikasi pemupukan

    pertama dan kedua.

    3.4.7 Pemupukan

    Pemupukan dilakukan dengan menggunkan pupuk anorganik dengandosis pupuk

    yang diaplikasikan yaitu Urea 200 kg/ha, TSP 150 kg/ha, KCl 200 kg/hadan

    pupuk mikro 40 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara dilarik diantara dua

    tanaman dengan kedalaman ±5 cm, lalu ditutup dengan tanah. Pemupukan

    pertama dilakukan pada umur 4 MST dengan pemberian ½ dosis pupuk Urea, ½

    dosis KCl, TSP dosis penuh dan pupuk mikro dosis penuh. Pemupukan kedua

    dilakukan pada 8 MST dengan pemupukan ½ dosis pupuk Urea dan KCl yang

    tersisa.

  • 21

    3.4.8 Penyungkupan

    Penyungkupan yaitu pembungkusan malai sorgum dengan menggunkan paranet

    yang bertujuan supaya serangga atau burung tidak dapat menyerang atau

    memakan biji sorgum. Paranet yang digunakan dibentuk seperti kantung dengan

    ukuran 34 cm x 34 cm. Penyungkupan dilakukan saat biji pada malai sorgum

    sudah terbentuk.

    3.4.9 Pemanenan

    Secara umum tanaman sorgum dipanen pada umur ± 14 sampai 17 MST. Namun

    dalam penelitian ini proses pemanenan tanaman sorgum dilaksanakan dua kali

    yaitu pada fase masak susu dan masak fisiologi. Pemanenan saat fase masak susu

    dilakukan untuk mendapatkan nira batang sorgum sebagai bahan pembuatan

    etanol. Sedangkan pemanenan saat fase masak fisiologi dilakukan untuk

    memperoleh komponen hasil seperti panjang malai, bobot dompolan (head) tanpa

    biji, bobot biji, bobot 1000 butir, bobot kering batang dan bobot kering daun.

    3.5 Variabel Pengamatan

    Pengamatan dilakukan pada 3 tanaman sampel dari setiap plot. Pengamatan untuk

    keseluruhan variabel terbagi menjadi tiga komponen yaitu komponen

    pertumbuhan, komponen fase masak susu dan komponen fase masak fisiologi.

    Adapun parameter yang diamati selama penelitian berlangsung adalah :

    3.5.1 Komponen Pertumbuhan

    1. Panjang Batang (cm)

    Panjang batang diukur pada 6, 7, 8, dan 9 MST dan saat panen 18 MST dengan

    mengukur dari pangkal daun terbawah sampai dengan pangkal daun teratas yang

  • 22

    daunnya sudah membuka sempurna, pengukuran dilakukan dengan menggunakan

    meteran.

    2. Jumlah Daun (helai)

    Jumlah daun dihitung pada 6, 7, 8, dan 9 MST dengan menghitung jumlah daun

    per tanaman yang sudah membuka sempurna.

    3. Tingkat Kehijauan Daun

    Kehijauan daun diukur saat akhir fase vegetatif yang ditandai dengan munculnya

    daun bendera (10 MST) dengan mengukur pada daun ketiga dari daun bendera, di

    tiga titik yaitu bagian pangkal, tengah dan ujung daun lalu dirata-ratakan.

    Pengukuran dilakukan dengan menggunkan SPAD-500.

    4. Diameter batang (mm)

    Diameter batang diukur saat akhir fase vegetatif yang ditandai dengan munculnya

    daun bendera (10 MST) dengan mengukur pada tiga titik yaitu bagian bawah,

    tengah dan atas, lalu dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

    jangka sorong.

  • 23

    3.5.2 Komponen Fase Masak Susu

    1. Nilai oBrix

    Nira batang sorgum yang telah didapatkan, diukur nilai 0brixnya dengan

    menggunakan refraktometer. Pengukuran nilai 0brixdilakukan sebanyak 3 kali

    kemudian dirata-ratakan.

    2. Volume Nira per Tanaman (ml)

    Setiap genotipe sorgum diambil 5 tanaman yang sudah memasuki fase masak

    susu. Batang sorgum yang sudah dipanen lalu dari dari daun dan malai dengan

    cara dipotong menggunakan pisau atau gunting. Kemudian batang diperas

    menggunakan alat pemeras tebu mini. Nira yang telah didapatkan kemudian

    diukur volumenya menggunkan gelas ukur, lalu dimasukkan ke dalam botol

    berukuran 1,5 l dan diberi label identitas (nama genotipe, nama kelompok, volume

    nira, nilai 0brix, dan tanggal panen).

    3. Volume Etanol per Tanaman (ml)

    Volume etanol diperoleh dari hasil fermentasi nira sorgum dengan menambahkan

    fermipansebanyak 1 g/lsebagai sumber bakteri Saccharomyces cerevisiae.

    Fermentasi dilakukan selama 2 x 24 jam dan disimpan di ruangan (suhu ruang ±25

    0C). Setelah itu dilakukan destilasi menggunakan alat destilator dengan suhu 80

    0C selama ± 2 jam. Kemudian volume etanol diukur menggunakan gelas ukur,

    lalu dimasukan ke dalam botol ukuran 600 ml dan diberi label identitas (nama

    genotipe, nama kelompok, volume nira, nilai 0brix, dan volume etanol). Prosedur

    pembuatan etanol disajikan pada Gambar 10.

  • 24

    4. Bobot Kering Batang per Tanaman (g)

    Bobot kering batang diperoleh dari 5 batang tanaman sampel yang dipanen pada

    fase masak susu. Batang sorgum dipisahkan dari daunnya kemudian dipotong

    menjadi bagian yang kecil, selanjutnya batang dikeringanginkan selama 24 jam

    dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 80 0C selama 48 jam, lalu

    ditimbang dengan timbangan elektrik. Bobot kering batang yang diperoleh dari 5

    tanaman sampel kemudian dibagi 5 untuk mendapatkan bobot kering batang per

    tanaman.

    5. Bobot Kering Daun per Tanaman (g)

    Bobot kering daun diperoleh daun diperoleh 5 batang tanaman sampel yang

    dipanen pada fase masak susu. Daun sorgum dipisahkan dari daun kemudian

    dikeringanginkan selama 24 jam dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu

    80 0C selama 48 jam, lalu ditimbang dengan timbangan elektrik. Bobot kering

    daun yang diperoleh dari 5 tanaman sampel kemudian dibagi 5 untuk

    mendapatkan bobot kering batang per tanaman.

    6. Persentase Etanol (%)

    Setelah volume nira dan etanol diperoleh, selanjutkan dilakukan perhitungan

    persentase etanol dengan persamaan sebagai berikut :

    Persentase etanol =volume etanol hasil destilasix

    volume nira yang difermentasi

    100 %

  • 25

    7. Kadar Etanol (%)

    Setelah etanol diperoleh, kemudian etanol dibagi ke dalam 5 kelas menurut

    kepekatan aroma etanol (A,B,C,D,E). Kelas A merupakan etanol yang memiliki

    aroma sangat menyengat, kelas B merupakan etanol yang memiliki

    aromamenyengat, kelas C merupakan etanol yang memiliki aroma sedang, kelas

    D merupakan etanol yang memiliki aromarendah dan kelas C merupakan etanol

    yang memiliki aromasangat rendah. Kemudian dilakukan pengukuran berat jenis

    etanol dengan menggunakan piknometer. Selanjutnya piknometer kosong,

    piknometer berisi aquades, serta piknometer berisi etanol masing-masing

    ditimbang menggunakan neraca ohaus. Setiap selesai menimbang, piknometer

    dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 0C . Berat jenis etanol dihitung

    dengan rumus dan dicocokan dengan tabel konversi berat jenis (terlampir).

    Prosedur penetapan kadar etanol disajikan pada Gambar 11 (terlampir).

    Berat jenis etanol =Bobot piknometer berisi aquades – bobot piknometer kosong

    Bobot piknometer berisi etanol – bobot piknometer kosong

    3.5.3 Komponen Fase Masak Fisiologis

    1. Panjang Batang (cm)

    Panjang batang pada fase masak fisiologis (18 MST) diukur dari pangkal buku

    batang terbawah sampai dengan pangkal daun teratas menggunakan meteran.

  • 26

    2. Diameter Batang (mm)

    Pengukuran diameter batang pada fase masak fisiologis (18 MST) dilakukan pada

    tiga titik yaitu bagian pangkal, tengah dan atas menggunakan jangka sorong

    kemudian dirata-ratakan.

    3. Jumlah ruas

    Jumlah ruas dihitung dari pangkal batang sampai ruas terakhir (sebelum daun

    bendera).

    4. Panjang Malai (cm)

    Panjang malai diukur dari pangkal malai sampai ujung malai dengan

    menggunakan meteran.

    5. Bobot Kering Batang (g)

    Batang sorgum dipisahkan dari daunnya kemudian dipotong menjadi bagian yang

    kecil, selanjutnya batang dikeringanginkan selama 24 jam dan dikeringkan

    menggunakan oven pada suhu 80 0C selama 48 jam, lalu setiap sampel ditimbang

    dengan timbangan elektrik

    6. Bobot Kering Daun (g)

    Bobot kering daun diperoleh dengan cara daun sorgum dipisahkan dari batang

    selanjutnya daun dikeringanginkan selama 24 jam dan dikeringkan menggunakan

    oven pada suhu 80 0C selama 48 jam, lalu setiap sampel ditimbang dengan

    timbangan elektrik.

  • 27

    7. Head Bobot per Tanaman (g)

    Head bobot diperoleh pada fase masak fisiologis. Head bobot dikeringkan

    kemudian ditimbang menggunkan timbangan elektrik.

    8. Bobot Dompolan (Head) Tanpa biji per Tanaman

    Bobot dompolan tanpa biji per tanaman diperoleh saat fase masak fisiologi.

    Setelah dompolan malai dikeringanginkan selanjutnya dipipil. Dompolan dan biji

    yang didapatkan selanjutnya dipisahkan. Bobot dompolan tanpa biji per tanaman

    ditimbang menggunakan timbangan elektrik.

    9. Bobot Biji per Tanaman (g)

    Bobot biji per tanaman diperoleh setelah head bobot dikeringanginkan lalu dipipil

    dan ditimbang bobot biji per tanaman menggunakan timbangan elektrik.

    10. Bobot 1000 butir (g)

    Bobot 1000 butir biji kering diperoleh berdarsarkan konversi pengukuran bobot

    300 butir, yang dihitung dengan seed counter kemudian ditimbang dengan

    timbangan elektrik.

  • 52

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai

    berikut :

    1. Terdapat perbedaan karakter agronomi antargenotipe sorgum. Genotipe GH

    4, GH 5, dan GH 7 memiliki karakter agronomi yang baik pada bobot kering

    berangkasan dengan nilai berturut – turut (68,80 g/tanaman),(53,48

    g/tanaman) dan (53,88 g/tanaman) sehingga berpotensi untuk menghasilkan

    biomasss. Genotipe yang berpotensi sebagai penghasil biji adalah GH 5,GH

    3, Telaga Bodas, GH 6, dan GH 13 dengan nilai berturut – turut (51,50

    g/tanaman), (40,56 g/tanaman), (41,77 g/tanaman),(43,02 g/tanaman) dan

    (39,26 g/tanaman). Genotipe GH 4 memiliki karakter agronomi berupa

    diameter batang (14,25 cm) dan bobot berangkasan (43,47g) yang baik untuk

    menghasilkan etanol.

    2. Produksi etanol yang dihasilkan setiap genotipe sorgum berbeda. Produksi

    etanol tertinggi dihasilkan oleh genotipe GH 4 (4,76 ml/tanaman), sehingga

    genotipe ini berpotensi sebagai penghasil etanol dengan total hasil sekitar

    595 l/ha.

  • 53

    3. Terdapat korelasi positif antara volume etanol dengan volume nira

    (r=0,498**). Semakin tinggi volume nira yang diperoleh maka etanol yang

    dihasilkan semakin tinggi juga. Volume etanol yang tinggi dipengaruhi oleh

    volume nira yang diperoleh. Volume nira yang tinggi didukung dengan bobot

    kering batang yang tinggi (r=0,317**).

    5.2 Saran

    Berdasarkan penelitian, penulis menyarankan pada penelitian selanjutnya agar

    melakukan analisa kadar etanol setiap genotipe supaya mendapatkan kualitas

    etanol dari setiap genotipe.

  • 54

    DAFTAR PUSTAKA

    Andriani, A. dan M. Isnaini. 2006. Morfologi dan Fase Pertumbuhan Sorgum.

    Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan.

    Almodares, A., R. Taheri, M. Chung, and M. Fathi. 2008. The effect of nitrogen

    and potassium fertilizers on growth parameters and carbohydrate content

    of sweet sorghum cultivars. J.Environ. 29 : 849-852.

    Almodares, A. and M.R. Hadi. 2009. Production of bioethanol from sweet

    sorghum. J.Agri. 4(9):772-780.

    Ananda N., P.V. Vadlani, and P.V.V. Prasad. 2011. Evaluation of drought and

    heat stressed grain sorghum (Sorghum bicolor) for ethanol production.

    Industrial Crops and Products. 33:779-782.

    Aqil, M., C. Rapar, dan Zubachtirodin. 2013. Deskripsi Varietas Unggul Jagung,

    Sorgum, dan Gandum. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi

    Selatan.

    Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2018. Kultivar Sorgum dengan Hasil Biji dan

    Biomass Tinggi. Didapat dari : http://balitsereal. litbang.pertanian. go.id/

    kultivar-sorgum-dengan-hasil-biji-dan-biomass-tinggi/. Diakses pada 10

    September 2018.

    Gascho, G.J., R.K.Hubbart, T. Brenneman, A.W. Johnson, and G. Harris. 2001.

    Effect of broiler litter in irrigated, double-cropped, conservation-tilled

    rotation. J.Agron. 93 : 1315-1320.

    Hamim, H., R. Larasati, dan M. Kamal. 2012. Analisis Komponen Hasil Sorgum

    (Sorghum bicolor (L.) Moench) Yang ditanam Tumpangsari dengan Ubi

    Kayu dan Waktu Tanam Yang Berbeda. Prosding Simposium dan Seminar

    Bersama Peragi-Perhorti-Peripi-Higi. Mendukung Kedaulatan Pangan dan

    Energi Yang Berkelanjutan. Departemen Agronomi dah Hortikultura

    Fakultas Pertanian Institus Pertanian Bogor, Bogor, 1-2 Mei 2012.

    Indrasari, A. dan A. Syukur. 2016. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan

    unsur hara mikro terhadap pertumbuhan jagung pada ultisol yang di kapur.

    Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 6(2) : 166-123.

  • 55

    Iriany, R. dan A.T. Makkulawu. 2014. Asal Usul dan Taksonomi Tanaman

    Sorgum.Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan.

    Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah Air dan Tanaman. IKIP

    Semarang Press. Semarang.

    Jayanegara, C. M. 2011. Pengaruh Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular

    (MVA) dan Berbagai Dosis Pupuk Kompos Terhadap Pertumbuhan dan

    Hasil Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Skripsi.

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta.

    Kamal, M. 2011. Kajian Sinergi Pemanfaatan Cahaya dan Nitrogen Dalam

    Produksi Tanaman Pangan. Pidato ilmiah dalam rangka pengukuhan guru

    besar bidang ilmu tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung di

    Bandar Lampung tanggal 23 Februari 2011. Universitas Lampung. Bandar

    Lampung. 68 hlm.

    Ketinggian lokasi. 2018. http://www.mapcoordinates.net/en. Diakses pada 26

    September 2018.

    Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.

    Jakarta.

    Manggoendidjojo. 2003. Penampilan beberapa genotipe jagung protein mutu

    tinggi (qpm) pada lahan kering dan lahan sawah. Penelitian Pertanian.

    23(3):123-131.

    Manurung, R. 2002. Tantangan dan Peluang Pengembangan Tanaman Kacang-

    Kacangan dan Umbi-Umbian. Puslitbangtan. Hlm. 19-40.

    Pabendon, M. B., S. B. Santoso, dan N. Argosubekti. 2010. Prospek

    SorgumManis Sebagai Bahan Baku Etanol. Balai Penelitian Tanaman

    Serealia. Sulawesi Selatan.

    Pabendon, M.B. , R. S. Sarungallo, dan S. Mas’ud. 2012a. Pemanfaatan nira

    batang, bagas, dan biji sorgum manis sebagai bahan baku bioetanol. Jurnal

    Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 31 (3): 1-8.

    Pabendon, M.B., S. Mas’ud, R.S. Sarungallo, dan A. Nur. 2012b. Penampilan

    fenotipik dan stabilitas sorgum manis untuk bahan baku bioetanol. Jurnal

    Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 30(1): 60-69.

    Rahmawati,A. 2013. Respon Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor (L.)

    Moench) Terhadap Sistem Tanam Tumpangsari Dengan Ubikayu

    (Manihot esculenta Crantz). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas

    Lampung. Bandar Lampung.

    Reddy, B.V.S., A.A. Kumar, and S. Ramesh. 2007. Sweet Sorghum: a Watar

    Hammu Putih saving bio-energy crop. International Conference on

    http://www.mapcoordinates.net/en

  • 56

    Linkages between Energy and Watar Hammu Putih Management for

    Agriculture in Developing Countries. January 29 30, 2007, IWMI,

    ICRISAT Campus, India.

    Rismunandar. 2006. Sorgum Tanaman Serba Guna. Sinar Baru. Bandung.

    Saniaty, A., Trikoesoemaningtyas, dan D. Wirnas. 2016. Keragaan karakter

    morfologi dan agronomi galur - galur sorgum pada dua lingkungan

    berbeda. Jurnal Agron Indonesia. 44 (3) : 271-278.

    Setyowati, Mamik, Hadiatmi, dan Sutoro. 2005. Evaluasi pertumbuhan dan hasil

    plasma nutfah sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench.) dari tanaman induk

    dan ratoon. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.

    14 (1) : 71-79.

    Sirappa, M.P. 2003.Prospek pengembangan sorgum di indonesia sebagai

    komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Jurnal Litbang

    Pertanian. 22(4) : 133-136.

    Suryanto, E., J.R. Assa, dan A. Tompodung. 1999. Distilasi Fraksinasi Alkohol

    dari Nira Aren sebagai Model Teknologi Tepat Guna Pedesaan. Universitas

    Sam Ratulangi. Manado.

    Susilawati, S. Nurhanah, dan S.Putri. 2008. Karakteristik sifat fisik dan kimia

    ubikayu (Manihot esculenta ) berdasarkan lokasi penanaman dan umur

    panen berbeda. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.

    13(2) :59-72.

    USDA.2008. Classification for kingdom plantae down to species Sorghum bicolor

    (L.) Moench (online). Didapat dari: http :// plants.usda. gov /java/

    ClassificationServlet?source=display&classid=SORGH2. Diakses pada 30

    Desember 2018.

    Vanderlip, R. L. 1993. How a Sorghum Plant Develops. Kansas State University.

    273 p.

    Yudiarto, M.A. 2006. Pemanfaatan Sorgum Sebagai Bahan Baku Bioetanol.

    Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Lampung.

    http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=display&classid=SORGH2http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=display&classid=SORGH2