1
22 JUMAT, 13 A FOKUS MEG Kebiasaan ini masih ‘baik’. Tapi, perlu pengelolaan terhadap barang-barang bekas agar tidak merusak lingkungan.” Linda Darmajanti Ibrahim Sosiolog perkotaan Universitas Indonesia Barang rusak bukan berarti tak lagi berharga. Asal kita ketemu dengan ahlinya, barang-barang itu bisa diperbaiki dan dibuat baru lagi. REPARASI SUDAH MENJADI KULTUR Menghidupkan REPARASI BOHLAM: Pedagang menjual bohlam bekas hasil reparasi di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan. Bohlam bekas hasil reparasi tersebut dijual dengan harga Rp8.000 hingga Rp15.000 berdasarkan daya terang. Lampu ukuran kecil dengan harga di bawah Rp5.000 yang di toko dijual di atas Rp10 ribu mendapat GARANSI selama seminggu. Lampu neon bekas ukuran sedang seharga RP10 RIBU- RP20 RIBU yang di toko Rp30 ribuan mendapat garansi selama SATU BULAN. yang Sakit LAMPU MATHIAS BRAHMANA MI/ ASTRI NOVARIA MI/ ASTRI NOVARIA MI/RAMDANI K INI, tak hanya manusia dan he- wan yang bisa berobat ke klinik ketika sakit. Di daerah Kalima- lang, Bekasi, tepatnya di Jalan Kapin Raya No 14 C, ada toko bertuliskan ‘Klinik Lampu’. Para pekerja klinik tersebut dapat mereparasi lampu neon yang telah padam supaya menyala kembali. “Lampu yang sakit bisa kami sembuhkan di sini,” ujar pemilik Klinik Lampu, Didik Budianto, 32, Rabu (11/4). Usaha bisnis servis lampu sudah dija- lankan Didik bersama istrinya, Nuryani, 37, sejak 2009. Sebelumnya, pria kelahiran Yogyakarta ini kerja serabutan sebagai tukang odong-odong dan menjadi penjahit permak jins di kawasan Pulo Gadung, Ja- karta Timur. Namun, usaha tersebut kurang mengun- tungkan dan hanya bertahan selama satu tahun. Kemudian, salah satu teman dekat yang memiliki kemampuan mereparasi lampu menitipkan lampu-lampu neon be- kas di kios jahitnya. Karena mendapatkan fee dari hasil penjualan lampu tersebut, pria lulusan SMKN 2 Yogyakarta ini pun tidak keberatan. “Ya, dia yang reparasi, saya menjualkan. Lama-kelamaan saya dapat ilmunya, jadi- lah saya menekuni bisnis ini,” ujar pria yang mengaku bosan menjadi pegawai dan memilih berwiraswasta ini. Tak disangka, reparasi lampu neon bekas cukup diminati warga. Selain karena har- ganya murah, lampu-lampu itu juga tahan lama dan diberi garansi yang variatif. Untuk lampu ukuran kecil dengan harga di bawah Rp5.000 yang di toko dijual di atas Rp10 ribu mendapat garansi selama seminggu. Lampu neon bekas ukuran se- dang seharga Rp10 ribu-Rp20 ribu yang di toko Rp30 ribuan mendapat garansi selama satu bulan. Untuk ukuran lebih besar de- ngan berbagai bentuk baik lurus maupun spiral dengan harga Rp20 ribu-Rp50 ribu yang harga termurah di toko Rp65 ribu mendapat garansi selama dua bulan. “Itu yang membuat orang tertarik. Bisa beli murah dan mendapat garansi. Hingga saat ini kami belum pernah mendapat komplain dari pembeli,” ujarnya. Didik tak hanya mendapatkan pasokan lampu-lampu bekas dalam kondisi mati dengan berbagai kerusakan dari para pengepul, tetapi juga dari pabrik-pabrik yang berada di sekitar Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Lampu itulah yang selanjutnya diper- baiki Didik untuk dijual kembali. Kini pihaknya memiliki tujuh cabang Klinik Lampu dengan 13 pekerja. Saat ditemui Media Indonesia, empat pekerja tengah sibuk mereparasi lampu- lampu yang memiliki kerusakan tersen- diri. Ganti komponen Pekerja mengutak-atik lampu mulai dari mengecek ketegangan, memeriksa tabung, mengganti atau mencopot bagian dalam lampu, dan sebagainya. “Setiap hari bisa sampai 70 buah lampu seperti ini (spiral) dikerjakan. Kesulitan- nya, kalau harus mengganti komponen yang rusak, prosesnya jadi lama,” ujar Bahrun, 20, salah satu pekerja yang sudah lima bulan bekerja di Klinik Lampu. Ada dua jenis lampu yang direparasi di sana. Lampu bohlam (lampu pijar) dan lampu neon (tabung). Bentuk fisik bohlam biasanya bulat dengan jenis warna cahaya yang dihasilkan beragam, sedangkan ben- tuk lampu neon lebih bervariasi, ada yang panjang bulat atau spiral. Lampu neon sendiri ada dua macam. Per- tama, yang disebut lampu neon saja. Kedua, lampu TL (tubular lamp) yang bentuknya lebih pendek daripada lampu neon. Selain itu, lampu neon biasanya tersedia hanya dengan warna putih susu. Cara kerja bohlam dan neon pun berbe- da. Lam- pu bohlam menyala karena adanya pijaran cahaya pada filamen, sedangkan lam- pu neon karena proses ionisasi gas neon (inert) oleh elektron. “Yang bisa direparasi ialah lampu neon. Lampu bohlam tidak bisa dibetulkan kalau filamennya putus,” jelasnya. Didik tidak menyangka setiap bulan bisa menghasilkan hingga Rp65 juta (dari se- mua kios), dengan modal hanya Rp450 ribu. Harga lampu yang terjual pun terbilang murah berkisar Rp3.500-Rp55.000. Untuk biaya servis bagi pemilik yang lampunya padam dikenai tarif Rp3.000-Rp15.000. Salah satu pemakai jasa, Erna, 34, meng- aku diuntungkan dengan memakai bohlam bekas yang sudah direparasi. Selain karena harganya jauh lebih murah, daya tahannya sama kuat dengan yang baru. “Kalau ada pilihan yang lebih, mengapa tidak?” katanya. Selain membeli bekas yang sudah direparasi, Erna juga mengum- pulkan lampu yang sudah padam. Setelah terkumpul 5-10 buah, ia membawa ke Klinik Lampu untuk direparasi agar lampu- lampu itu pijar kembali. Wahyu, 34, petugas kebersihan di Jalan Kapin Raya, Kalimalang, mendapatkan berkah dari adanya Klinik Lampu. Lampu- lampu bekas yang dibuang pemiliknya karena tak lagi menyala dikumpulkan dan dijual. “Lumayan, satu lampu dihargai Rp3.000. Saya untung, Klinik Lampu juga untung, pembeli juga untung. Saya belajar bahwa barang rusak bukan berarti tak lagi berharga. Asal kita ketemu dengan ahlinya, barang-barang itu bisa diperbaiki dan dibuat baru lagi,” tuturnya. (*/SM/J-2) [email protected]

Epaper_18 Reparasi Lampu Bohlam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Epaper_18 Reparasi Lampu Bohlam

22 JUMAT, 13 APRIL 2012

FOKUS MEGAPOLITANKebiasaan ini masih ‘baik’. Tapi, perlu pengelolaan terhadap barang-barang bekas agar tidak merusak lingkungan.”Linda Darmajanti Ibrahim Sosiolog perkotaan Universitas Indonesia

Barang rusak bukan berarti tak lagi berharga. Asal kita ketemu dengan ahlinya, barang-barang itu bisa diperbaiki dan dibuat baru lagi.

RepaRasi sudah

Menjadi KulTuRMenghidupkan

reparasi bohlam: Pedagang menjual bohlam bekas hasil reparasi di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan. Bohlam bekas hasil reparasi tersebut dijual dengan harga Rp8.000 hingga Rp15.000 berdasarkan daya terang.

Lampu ukuran kecil dengan harga di bawah Rp5.000 yang di toko dijual di atas Rp10 ribu

mendapat

garansi selama seminggu.

Lampu neon bekas ukuran sedang seharga

rp10 ribu-rp20 ribu

yang di toko Rp30 ribuan mendapat garansi selama

satu bulan.

yang sakitlaMpu

Mathias BrahMana

mi/ AStRi novARiA

mi/ AStRi novARiAmi/RAmDAni

KINI, tak hanya manusia dan he-wan yang bisa berobat ke klinik ketika sakit. Di daerah Kalima-lang, Bekasi, tepatnya di Jalan

Kapin Raya No 14 C, ada toko bertuliskan ‘Klinik Lampu’.

Para pekerja klinik tersebut dapat mereparasi lampu neon yang telah padam supaya menyala kembali. “Lampu yang sakit bisa kami sembuhkan di sini,” ujar pemilik Klinik Lampu, Didik Budianto, 32, Rabu (11/4).

Usaha bisnis servis lampu sudah dija-lankan Didik bersama istrinya, Nuryani, 37, sejak 2009. Sebelumnya, pria kelahiran Yogyakarta ini kerja serabutan sebagai tukang odong-odong dan menjadi penjahit permak jins di kawasan Pulo Gadung, Ja-karta Timur.

Namun, usaha tersebut kurang mengun-tungkan dan hanya bertahan selama satu tahun. Kemudian, salah satu teman dekat yang memiliki kemampuan mereparasi lampu menitipkan lampu-lampu neon be-kas di kios jahitnya. Karena mendapatkan fee dari hasil penjualan lampu tersebut, pria lulusan SMKN 2 Yogyakarta ini pun tidak keberatan.

“Ya, dia yang reparasi, saya menjualkan. Lama-kelamaan saya dapat ilmunya, jadi-lah saya menekuni bisnis ini,” ujar pria yang mengaku bosan menjadi pegawai dan memilih berwiraswasta ini.

Tak disangka, reparasi lampu neon bekas cukup diminati warga. Selain karena har-ganya murah, lampu-lampu itu juga tahan lama dan diberi garansi yang variatif.

Untuk lampu ukuran kecil dengan harga di bawah Rp5.000 yang di toko dijual di atas Rp10 ribu mendapat garansi selama seminggu. Lampu neon bekas ukuran se-dang seharga Rp10 ribu-Rp20 ribu yang di toko Rp30 ribuan mendapat garansi selama satu bulan. Untuk ukuran lebih besar de-ngan berbagai bentuk baik lurus maupun spiral dengan harga Rp20 ribu-Rp50 ribu

yang harga termurah di toko Rp65 ribu mendapat garansi selama dua bulan.

“Itu yang membuat orang tertarik. Bisa beli murah dan mendapat garansi. Hingga saat ini kami belum pernah mendapat komplain dari pembeli,” ujarnya.

Didik tak hanya mendapatkan pasokan lampu-lampu bekas dalam kondisi mati dengan berbagai kerusakan dari para pengepul, tetapi juga dari pabrik-pabrik yang berada di sekitar Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.

Lampu itulah yang selanjutnya diper-baiki Didik untuk dijual kembali. Kini pihaknya memiliki tujuh cabang Klinik Lampu dengan 13 pekerja.

Saat ditemui Media Indonesia, empat pekerja tengah sibuk mereparasi lampu-lampu yang memiliki kerusakan tersen-diri.

Ganti komponen Pekerja mengutak-atik lampu mulai dari

mengecek ketegangan, memeriksa tabung, mengganti atau mencopot bagian dalam lampu, dan sebagainya.

“Setiap hari bisa sampai 70 buah lampu seperti ini (spiral) dikerjakan. Kesulitan-nya, kalau harus mengganti komponen yang rusak, prosesnya jadi lama,” ujar Bahrun, 20, salah satu pekerja yang sudah lima bulan bekerja di Klinik Lampu.

Ada dua jenis lampu yang direparasi di sana. Lampu bohlam (lampu pijar) dan lampu neon (tabung). Bentuk fisik bohlam biasanya bulat dengan jenis warna cahaya yang dihasilkan beragam, sedangkan ben-tuk lampu neon lebih bervariasi, ada yang panjang bulat atau spiral.

Lampu neon sendiri ada dua macam. Per-tama, yang disebut lampu neon saja. Kedua, lampu TL (tubular lamp) yang bentuknya lebih pendek daripada lampu neon. Selain itu, lampu neon biasanya tersedia hanya dengan warna putih susu.

Cara kerja bohlam dan neon pun berbe-

da. Lam-p u

b o h l a m menyala karena adanya pijaran cahaya pada filamen, sedangkan lam-pu neon karena proses ionisasi gas neon (inert) oleh elektron. “Yang bisa direparasi ialah lampu neon. Lampu bohlam tidak bisa dibetulkan kalau filamennya putus,” jelasnya.

Didik tidak menyangka setiap bulan bisa menghasilkan hingga Rp65 juta (dari se-mua kios), dengan modal hanya Rp450 ribu. Harga lampu yang terjual pun terbilang murah berkisar Rp3.500-Rp55.000. Untuk biaya servis bagi pemilik yang lampunya padam dikenai tarif Rp3.000-Rp15.000.

Salah satu pemakai jasa, Erna, 34, meng-aku diuntungkan dengan memakai bohlam bekas yang sudah direparasi. Selain karena harganya jauh lebih murah, daya tahannya sama kuat dengan yang baru.

“Kalau ada pilihan yang lebih, mengapa tidak?” katanya. Selain membeli bekas yang sudah direparasi, Erna juga mengum-pulkan lampu yang sudah padam. Setelah terkumpul 5-10 buah, ia membawa ke Klinik Lampu untuk direparasi agar lampu-lampu itu pijar kembali.

Wahyu, 34, petugas kebersihan di Jalan Kapin Raya, Kalimalang, mendapatkan berkah dari adanya Klinik Lampu. Lampu-lampu bekas yang dibuang pemiliknya karena tak lagi menyala dikumpulkan dan dijual. “Lumayan, satu lampu dihargai Rp3.000. Saya untung, Klinik Lampu juga untung, pembeli juga untung. Saya belajar bahwa barang rusak bukan berarti tak lagi berharga. Asal kita ketemu dengan ahlinya, barang-barang itu bisa diperbaiki dan dibuat baru lagi,” tuturnya. (*/SM/J-2)

[email protected]