7
TUGAS DISKUSI KASUS Nama : Rikardo Ladesman, S.Ked NIM : 04114705073 A. Emollient 1 Emollient dapat dibagi ke dalam kelas yang berbeda menurut komposisinya. Akan tetapi, klasifikasi dari produk komersial sulit atau tidak mungkin dilakukan hanya berdasarkan label produk tersebut. Misalnya saja spesifikasi system emulsi yang tertulis pada label yang biasa disingkat sebagai O/W untuk menggambarkan minyak di dalam air, atau W/O untuk menggambarkan air di dalam minyak. Demikian pula jumlah air dan sebaliknya jumlah minyak, pada sistem emulsi yang lain biasanya tidak disebutkan. Oleh karena itu, untuk tujuan senyawa dermatologi, formulasi farmakope kadangkala lebih cocok daripada emollient komersial, yang mana komponen spesifik dapat diidentifikasi dan dimodulasi sesuai kondisi penyakitnya. 1. Emollient Hidrogel Hidrogel dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yakni surface-active hydrogels yang memproduksi selaput tipis pada permukaan kulit dan carbomer-gels, yang berpenetrasi atau beraksi pada lapisan lebih dalam dari kulit. Secara umum, nilai penetrasi dari kedua tipe

Emollient

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Emollient

TUGAS DISKUSI KASUS

Nama : Rikardo Ladesman, S.Ked

NIM : 04114705073

A. Emollient1

Emollient dapat dibagi ke dalam kelas yang berbeda menurut komposisinya. Akan tetapi,

klasifikasi dari produk komersial sulit atau tidak mungkin dilakukan hanya berdasarkan label

produk tersebut. Misalnya saja spesifikasi system emulsi yang tertulis pada label yang biasa

disingkat sebagai O/W untuk menggambarkan minyak di dalam air, atau W/O untuk

menggambarkan air di dalam minyak. Demikian pula jumlah air dan sebaliknya jumlah minyak,

pada sistem emulsi yang lain biasanya tidak disebutkan. Oleh karena itu, untuk tujuan senyawa

dermatologi, formulasi farmakope kadangkala lebih cocok daripada emollient komersial, yang

mana komponen spesifik dapat diidentifikasi dan dimodulasi sesuai kondisi penyakitnya.

1. Emollient Hidrogel

Hidrogel dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yakni surface-active hydrogels yang

memproduksi selaput tipis pada permukaan kulit dan carbomer-gels, yang berpenetrasi atau

beraksi pada lapisan lebih dalam dari kulit. Secara umum, nilai penetrasi dari kedua tipe hidrogel

dapat ditambah dengan peningkatan jumlah komposisi isopropanol. Tetapi, carbomer-hydrogels

jarang digunakan sebagai terapi dermatologi, sebab hidrogel ini melepaskan senyawa aktif pada

bagian yang lebih dalam, misalnya pada heparin-containing sports-gels. Untuk tujuan

perawatan, pada carbomer-hydrogels juga dapat ditambahkan etanol, isopropanol, maupun bahan

pengawet dalam jumlah yang lebih besar. Perbedaan jumlah dan tipe dari polyethyleneglycol

menggolongkan kelompok tambahan dari emollient hidrogel. Emollient ini secara khusus

digunakan sebagai preparat antiseptik dan antifungal.

Page 2: Emollient

2. Oil-in-Water Emollients

Emollients biasa dipresentasikan pada bentuk losion (emulsi O/W) atau krim yang dicirikan

sebagai hydrophilic external phase. Sebagaimana layaknya, emulsi O/W merupakan emollient

komersial yang paling sering digunakan, mereka memiliki kualitas absorpsi yang sangat baik dan

siap diformulasikan pada produk kosmetik elegan. Dalam kaitannya dengan tingginya kadar air,

emollient O/W menggunakan efek pendinginan di mana air bebas dibebaskan melalui aplikasi

topikal.

3. Water-in-Oil Emollients

Emollient W/O dikarakteristikkan sebagai lipophilic external phase. Pada preparat ini, fase lipid

terutama terdiri atas petrolatum dan/atau minyak parafin pada fraksi lipid. Formula kaya lipid

lainnya digunakan pada fase nonakut penyakit dermatologis kronis, pada kondisi kulit di mana

terjadi kekurangan hidrasi kulit dan plastisitas kulit seperti peningkatan scaling dapat diobservasi

misalnya saja pada kondisi eczema kulit.

4. Amphiphilic Emollients

Krim amphiphilic, yang mengandung kedua karakteristik W/O dan O/W, dapat digabungkan

melalui baik senyawa lipophilic maupun hydrophilic (contoh: aqueous) dan dapat digunakan

sebagai formulasi dengan jarak yang lebih luas.

B. Patch Test2,3

Syarat:

Dermatitis harus sudah tenang. Bila masih dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi reaksi

‘angry back’ atau ‘excited skin’, reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan penyakit yang

sedang dideritanya memburuk.

Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid sistemik

dan obat imunosupresan lain dihentikan sebab dapat menghasilkan reaksi negatif palsu

Page 3: Emollient

(meskipun dikatakan bahwa hal ini tidak akan terjadi pada pemakaian prednison 20mg/hari

atau prednisolon 15mg/hari). Pemakaian kortikosteroid topikal di punggung juga dihentikan

satu minggu sebelum tes dilaksanakan.

Metode:

Bahan: biasanya digunakan antigen standar buatan pabrik misalnya Finn Chamber System

Kit atau TRUE (Thin Layer Rapid Use Epicutaneus). Dapat pula menggunakan bahan kimia

murni atau campuran. Bila menggunakan bahan yang biasa dipakai langsung seperti

kosmetik dapat digunakan apa adanya. Bila menggunakan bahan yang biasa dipakai dengan

air seperti sampo harus diencerkan dulu. Bila menggunakan potongan pakaian, sepatu atau

sarung tangan harus direndam dulu dalam air garam.

Cara: bahan ditempelkan di kulit punggung lalu ditutup dengan chamber atau adhesive tape,

dibiarkan sekurang-kurangnya 48 jam. Pasien dilarang melakukan aktivitas yang

menyebabkan penempelan bahan menjadi longgar (tidak boleh mandi atau berkeringat yang

tidak perlu) karena akan memberikan hasil negatif palsu.

Hasil:

Uji tempel dibuka setelah 48 jam kemudian dibaca. Pembacaan berikutnya dilakukan pada

hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting untuk membantu

membedakan respon alergik atau iritasi dan juga mengidentifikasi lebih banyak lagi respons

positif alergen.

Interpretasi:

+ = reaksi lemah (nonvesikular): eritema, infiltrat, papul

++ = reaksi kuat: edema atau vesikel

+++ = reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau ulkus

?+ = meragukan, hanya makula eritematosa

─ = negatif

IR = iritasi: seperti terbakar, pustul, atau purpura

NT = tidak dites

Page 4: Emollient
Page 5: Emollient

Daftar Pustaka

1. Leyden JJ, Rawlings AV. 2002. Skin Moisturization. New York: Marcel Dekker Inc.

2. Sularsito SA, Djuanda S. 2007. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor.

Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit FKUI

3. Beck MH, Wilkinson SM. 2004. Contact dermatitis: allergy. In: Burns T, Breathnach S, Cox

N, Griffiths, editors. Rook’s textbook of dermatology. 7th ed. Massachusets: Blackwell

Science