Upload
fransiska-kartika
View
170
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ELEKTROKARDIOGRAFI
KELOMPOK IV
030.11.096 Fatimah Saleh
030.11.098 Febrika Sonia P.
030.11.100 Felani Dwijayanti
030.11.102 Fifi Anggraeny
030.11.104 Firda Nurfaradita
030.11.106 Fithriani Salma M.
030.11.108 Fransiska Kartika
030.11.110 Gaka Kuspratama
030.11.112 Gazade Garcia M.
030.11.114 Ghina Adiyarianni
030.11.116 Goentor Priambodo
030.11.118 Gusnur Gazali A.
030.11.120 Hana Kashira C.
030.11.122 Hanung Choiri R.
030.11.124 Harry Leksono A.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 07 JUNI 2012
PENDAHULUAN
Elektrokardiografi yang umumnya disebut EKG adalah pemeriksaan kondisi jantung
yang paling banyak dilakukan. Elektrokardiografi (EKG) digunakan untuk membuat grafik
rekaman arus listrik jantung yang ditimbulkan oleh denyut jantung. Arus ini menyebar dari
jantung ke segala arah dan ketika mencapai kulit diukur dengan elektrode. Elektrode ini
dihubungkan ke alat penguat dan kertas grafik perekam, yang akan mencetak hasil
perekaman. Dokter menginterpretasikan rekaman tersebut untuk mendapatkan informasi
tentang fungsi jantung.1
Tidak ada perangkat pemeriksaan sederhana yang begitu banyak mengajar pada kita
mengenai fungsi otot jantung selain daripada EKG. Dengan demikian masalah-masalah
diagnostik penyakit jantung dapat dipecahkan dan pada akhirnya pengobatan akan lebih
tepat.2 Namun kita perlu tahu bahwa EKG bukan alat sempurna yang tak pernah salah.
Keluhan dan pemeriksaan klinik penderita tetap merupakan hal yang penting. EKG seorang
penderita dengan Angina Pectoris dan pengerasaan pembuluh darah koroner dapat
memberikan rekaman yang sama sekali normal oleh karena itu EKG harus selalu dinilai
dalam hubungannya dengan keluhan-keluhan dan keadaan klinis penderita.
LAPORAN KASUS
Saudara bekerja di sebuah rumah sakit, datanglah seorang pemuda yang mengatakan
ingin melamar pekerjaan di sebuah perusahaan. Oleh perusahaan ia diminta surat keterangan
sehat dari dokter, antara lain diminta tekanan darahnya dan bagaimana dengan EKG-nya,
apakah normal atau tidak.
PEMBAHASAN
Tekanan darah normal menurut JNC VII3:
KRITERIA Tekanan Sisolik Tekanan diastolik
Normal < 120 <80
Pra hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160 100
Pengaturan Fisiologis Perubahan Tekanan Darah Secara Tiba-Tiba4
Pusat integrasi yang menerima impuls aferen mengenai status tekanan arteri adalah
pusat kontrol kardiovaskuler yang terletak di medulla di dalam batang otak. Sebagai jalur
aferen adalah sistem saraf otonom. Pusat kontrol kardiovaskuler mengubah rasio antara
aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ-organ efektor jantung dan pembuluh darah
Jika karena suatu hal dan tekanan arteri meningkat di atas normal, barroreseptor
sinus karotikus dan lengkung aorta akan meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi
di neuron aferen. Setelah mendapat informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi.oleh
peningkatan pembentukan potensial aksi tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler berespons
dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke system
kardiovaskuler. Signal-signal aferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan
volume sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena yang pada alirannya
menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total sehingga tekanan darah kembali ke
angka normal
Jika tekanan darah turun di bawah normal, aktivitas baroreseptor menurun yang
menginduksi pusat kardiovaskuler untuk meningkatkan aktivitas jantung dan vasokonstriktor
simpatis sementara menurunkan keluaran parasimpatis. Pada aktivitas eferen inimenyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup disertai olehvasokonstriksi
arteriol dan vena. Perubahan-perubahan ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan
peningkatan resistensi perifer total. Sehingga tekanan darah naik kembali ke normal
Perbedaan Tekanan Darah Sewaktu Berbaring, Duduk, Berdiri, dan Olahraga5
Posisi tubuh dapat mempengaruhi tekanan darah. Pada posisi berdiri efek gravitasi
pada darah akan menyebabkan sedikit penurunan tekanan, namun penurunan tekanan darah
ini segera menstimulasi baroreseptor (terutama pada sinus carotis dan arcus aorta) untuk
mengirimkan rangsangan ke otak yang menstimulasi sistem simpatis. Akibatnya, arteriol
berkonstriksi untuk menaikkan tekanan darah sehingga tekanan darah yang didapatkan dalam
pengukuran pada posisi berdiri akan lebih tinggi. Gaya gravitasi pada posisi berdiri akan
lebih tinggi dibandingkan dengan posisi duduk, sehingga pengukuran tekanan darah pada
posisi duduk akan mendapatkan hasil tekanan darah yang lebih rendah dari posisi berdiri.
Pada posisi berbaring, arah peredaran darah mendatar dan tidak begitu terpengaruh dengan
gaya gravitasi sehingga pengukuran tekanan darah dalam posisi ini akan menghasilkan
tekanan yang lebih rendah dibandingkan dengan dengan posisi berdiri dan posisi duduk.1
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Otot yang bekontraksi
membutuhkan suplai oksigen lebih banyak sehingga jantung memompa darah lebih cepat
agar aliran darah ke otot meningkat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika otot tersebut
selesai berkontraksi, suplai darah segera kembali seperti normal, jantung segera
memperlambat pompanya sehingga tekanan darah turun sampai nilai normal.
Cardiac Output
Curah jantung (cardiac output, CO) adalah volume darah dipompa oleh tiap-tiap
ventrikel per menit.6 Faktor penentu curah jantung adalah kecepatan denyut jantung (denyut
per menit) dan volume sekuncup (volume darah yang dipompa per denyut). Kecepatan
denyut jantung rata-rata adalah 70 kali per menit, yang ditentukan oleh irama nodus SA,
sedangkan volume sekuncup rata-rata adalah 70 ml per denyut, sehingga curah jantung rata-
rata adalah 4.900 ml/menit atau mendekati 5 liter per menit6,7:
Pada saat olahraga, curah jantung dapat meningkat menjadi 20 sampai 25 liter per
menit. selain pada saat olahraga, curah jantung juga akan berubah pada saat kita cemas,
gelisah, makan, kerja, suhu lingkungan yang tinggi, kehamilan dan penggunaan atau
peningkatan epinefrin dalam tubuh. Curah jantung akan menurun pada saat kita duduk atau
Curah jantung = Kecepatan denyut jantung x volume sekuncup
= 70 denyut/menit x 70 ml/denyut
= 4.900 ml/menit atau ±5 L/menit
berdiri dari posisi berbaring, aritma yang cepat dan penyakit jantung. Curah jantung akan
tetap atau tidak berubah pada saat tidur dan perubahan suhu lingkungan yang sedang.
Isi Sekuncup8
Isi sekuncup adalah volume darah yang dikeluarkan dari jantung dengan 1 kali
kontraksi. Isi sekuncup dipengaruhi oleh :
1. Faktor instriksik :
• Berhubungan arus balik vena
• Berhubungan Frank starling
2. Faktor ekstrinsik :
• Berhubungan dengan rangsang
• Simpatis dan parasimpatis
Sistole dan Diastole9
Sistole adalah keadaan dimana jantung bagian ventrikel berkontraksi dan melakukan
pengosongan. Ketika valvula AV kanan (trikuspidalis) dan kiri (mitral) menutup, valvula
semilunaris aorta membuka, otot jantung ventrikel kiri memompa darah di dalamnya ke
pembuluh Aorta dan pada ventrikel kanan, valvula semilunaris pulmonalis terbuka, otot
ventrikel kanan memompa darah di dalamnya ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
Kontraksi terjadi karena penyebaran eksitasi ke jantung.
Sedangkan diastole adalah keadaan dimana jantung bagian ventrikel kanan dan kiri
mengalami relaksasi & pengisian darah. Diastole terjadi setelah sistole dimana valvula
semilunaris aorta dan valvula semilunaris pulmonalis tertutup dan valvula AV (trikuspidalis
dan mitral) terbuka sehingga kontraksi dari atrium kiri dan kanan yang terisi darah dipompa
ke masing-masing ventrikel. Relaksasi pada saat diastole terjadi karena mengikuti
repolarisasi otot jantung yang terjadi setelah sistole berlangsung.
Tekanan Darah Rata-Rata10
Tekanan darah rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah melewati sistem sirkulasi.
Tekanan rata-rata dapat diperhitungkan secara sistematis dengan tujuan sebagai indikator
pada refleks-refleks tekanan darah, berikut adalah rumus tekanan darah rata-rata :
Tekanan darah rata-rata = tekanan diastole + 1/3(systole-diastole)
Gambar EKG Normal
Pada hasil EKG yang normal terdapat tiga gelombang yang dapat terlihat, yaitu
gelombang P, R, dan T. Gelombang P adalah gelombang pertama pada satu segmen EKG
yang mencerminkan depolarisasi atrium11. Dalam keadaan normal, gelombang P mempunyai
lebar kurang dari 3mm (kurang dari 0.12 detik). Interval PR adalah jarak antara permulaan P
sampai dengan permulaan gelombang R (kompleks QRS). Pada jantung yang normal, interval
PR membutuh waktu 0.12-0.20 detik2. Jika interval PR seseorang kurang dari 0.12 detik
dapat disimpulkan bahwa hantaran dari nodus SA ke nodus AV dipercepat, dan sebaliknya,
terjadinya blok di nodus AV jika hantaran memerlukan waktu lebih dari 0.20 detik12.
Gelombang R terdiri dari QRS yang mencerminkan depolarisasi ventrikel1. Dalam
keadaan normal lebar gelombang ini kurang lebih dua kotak kecil (0.08 detik)12. Karena
hantaran begitu besar pada kompleks QRS, maka fase repolarisasi atrium tertutup atau tidak
terlihat pada hasil EKG karena terjadi bersamaan. Kontraksi ventrikel terjadi setelah fase
depolarisasi ventrikel.
Repolarisasi atrium ditandakan dengan adanya gelombang T yang pada umumnya
mengikuti arah kompleks QRS. Gelombang T pada keadaan normal mencurah keatas dan
kebawah dimana gradien lebih sempit saat naik dibandingkan pada saat turun12.
Interval QT menggambarkan depolarisasi dan repolarisasi ventrikel dimana interval
tersebut dimulai dari Q hingga akhir gelombang T. Waktu QT berbeda untuk laki-laki dan
perempuan, dimana pada laki-laki membutuhkan 0.4 detik dan 0.44 detik untuk perempuan12.
VAT (Ventricular Activation Time) menggambarkan waktu yang diperlukan oleh
impuls untuk menyebar dari endokardium sampai ke epikardium. Sedangkan Titik J
merupakan titik permulaan segmen ST, dimana nilai normalnya +1 atau -1 (normal
isoelektris). Apabila nilai titik J lebih dari +1 atau -1, menandakan terdapat kelainan pada
jantung (miocard)13.
Jenis jenis sandapan EKG14,15
1. 3 buah sandapan bipoler standard (I, II,dan III).
2. 3 buah sandapan unipoler ekstrimitas (aVR, aVR, dan aVF).
3. 6 buah sandapan unipoler dada (V1-V6).
Sandapan bipoler standard
Sandapan I : menggambarkan perbedaan potensial
antara lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA). LA
lebih positif dari RA.
Sandapan II : menggambarkan perbedaan potensial
antara lengan kanan dan tungkai kiri (LL). LL lebih
positif dari RA.
Sandapan III : menggambarkan perbedaan potensial
antara lengan kiri dengan tungkai kiri. LL lebih positif dari lengan kiri.
Sandapan unipoler ekstrimitas
1. Sandapan aVR adalah sandapan lengan kanan yang diperkuat.
2. Sandapan aVL adalah sandapan lengan kiri yang di perkuat.
3. Sandapan aVF adalah sandapan tungkai kiri yang diperkuat.
Sandapan dada unipoler
1. Sandapan V1 : sela iga IV garis sternal kanan.
2. Sandapan V2 : sela iga IV garis sternal kiri.
3. Sandapan V3 : antara V2 dan V4
4. Sandapan V4 : sela iga V di garis medioklavikularis kiri
5. Sandapan V5 : setinggi V4 di garis aksilaris anterior kiri
6. Sandapan V6 : setinggi V4 di garis aksilaris media kiri
Frekuensi Jantung13
Frekuensi jantung dapat ditentukan dengan memperhatikan interval R-R atau P-P.
Perhitungan ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
1) Bila irama jantung teratur
Frekuensi Jantung =
2) Bila irama jantung tidak teratur
Hitung interval P-P atau R-R selama suatu jangka waktu tertentu, misal 10 detik
terdapat 15 gelombang P atau R. Maka:
Frekuensi Jantung =
Pada kasus ini, didapat interval R-R nya 10 kotak kecil, maka frekuensi jantung dapat
ditentukan dengan menggunaka tipe yang pertama, yaitu :
Frekuensi Jantung =
=
= 150 kali / menit
Axis pada EKG
Vektor pada kasus adalah :
I : R = +5 mm S = -3 mm + +5 + (-3) = 2 mm
III : R = +5 mm S = -2 mm +5 + (-2) = 3 mm
Axisnya adalah 70o
Irama sinus16
Irama jantung dapat dinilai dengan apakah iramanya sinus (ritmis) atau aritmia. Irama ini
paling baik dilihat pada sandapan V1, V2, dan sandapan II. Irama sinus ditentukan oleh
simpul SA .
Ciri- ciri : 1. Frekuensi : antara 60 -100 x/menit
2. Interval RR dan interval PR sama normal dengan irama teratur
3. Gelombang P negative di aVR dan positif di sandapan II
4. Tiap gelombang P di ikuti oleh kompleks QRS (normal : 0,6-0.12) dan T
Bila pada EKG tidak memenuhi seluruh syarat tersebut, maka irama jantung disebut aritmia.
Seorang laki-laki umur 65 tahun mengalami perlukaan akibat kecelakaan motor dan
dibawa ke bagian gawat darurat. Pemeriksaan fisik didapat T=160/80 mmHg, serta
EKG seperti di bawah ini :
Kecepatan jantung atau frekuensi denyut jantung dapat terlihat pada EKG dengan cara
menghitung interval P-P atau R-R. Pada kasus ini, jarak interval antara P-P adalah 16 kotak
kecil dimana 1 kotak kecil mempunyai nilai waktu yaitu 0.04 detik.
Dengan dapatnya interval, kita dapat menggunakan rumus untuk mencari tahu
frekuensi jantung sang pasien.
1500 (jumlah kotak kecil dalam 1 menit)
16 (jumlah kotak kecil interval P-P)
P-Q interval sebuah EKG mencerminkan aktivitas atrium atau depolarisasi atrium. PQ
didapatkan dengan cara menghitung kotak kecil dari permulaan gelombang P hingga sebelum
gelombang R atau sebelum Q. Pada kasus ini, didapatkan tiga setengah kotak kecil, dimana 1
kotak kecil bernilai 0.04 detik, sehingga didapat PQ interval pasien ini 0.14 detik.
Seorang laki-laki berumur 50 tahun melakukan pemeriksaan rutin sebagai pegawai
baru sebuah perusahaan. Didapatinya hasil EKG seperti di bawah ini :
88 kali/menit
Diagnosa yang paling mendekati adalah Hipertensi Sistemik Kronik. Hal ini didapatkan
berdasarkan penghitungan axis.
Penghitungan axis pada sandapan I dan III menunjukkan pasien ini mengalami Hipertrofi
Ventrikel kiri karena axis menunjukkan defiasi ke kiri. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan
kompensasi jantung menghadapi tekanan darah tinggi.17
Aktivitas listrik pada jantung yang mempunyai kemampuan berdenyut sendiri ialah13 :
Nodus SA : frekuensi 70-80/menit
Nodus AV : frekuensi 40-60/menit
Bundle of His dan serabut Purkinje : frekuensi 20-40/menit
Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan serabut purkinje secara normal mampu
menghasilkan impuls 20-40 kali per menit. Maka dari itu kami memilih jawaban A yaitu 30
kali/menit.
Kondisi pada jantung yang dipengaruhi ion kalium.
Kelebihan kalium dalam cairan ekstrasel menyebabkan jantung menjadi sangat
dilatasi dan lemas serta frekuensi jantung lambat. Semua pengaruh kelebihan kalium
dianggap disebabkan oleh pengurungan negativitas potensial membran istrahat akibat
kosentrasi kalium yang tinggi dalam cairan eksrtasel. Waktu potensial membran menurun,
intensitas potensial aksi juga berkurang yang membuat kontraksi jantung secara progresif
makin lemah, karena kekuatan potensial aksi sangat menentukan kekuatan kontraksi.
Pada penyakit otot jantung dilatasi (sering juga disebut kardiomiopati kongestif atau
gagal jantung kongestif) otot jantung yang sebelumnya normal menjadi rusak, menyebabkan
pelemahan dinding-dinding dari ruang-ruang jantung. Untuk mengkompensasi pelemahan
dinding-dindingnya yang berotot maka ruang-ruang jantung akan membesar. Pelemahan dan
pembesaran otot-otot jantung akhirnya menyebabkan gagal jantung definisi
kardiomiopati/dilatasi yaitu; suatu kelompok heterogen dari penyakit miokardium yang
terkait dengan disfungsi mekanik dan/atau elektrik yang biasanya (tidak selalu) menunjukkan
adanya hipertrofi ataudilatasi ventrikular yang tidak sesuai dan karena adanya berbagai
penyebab yangbiasanya adalah faktor genetik. Kardiomiopati yang terbatas hanya pada
jantung atau yang merupakan bagian dari kelainan sistemik, sering mengakibatkan
kematiankardiovaskular atau gagal jantung progresif
Fungsi kalium:
Kalium sangat penting bagi sistem saraf dan kontraksi otot, kalium juga dimanfaatkan oleh
sistem saraf otonom (SSO), yang merupakan pengendali detak jantung, fungsi otak, dan
proses fisiologi penting lainnya. Kalium ditemukan di hampir seluruh tubuh dalam bentuk
elektrolit dan banyak terdapat pada saluran pencernaan. Sebagian besar kalium tersebut
berada di dalam sel, sebagian lagi terdapat di luar sel. Mineral ini akan berpindah secara
teratur dari dan keluar sel, tergantung kebutuhan tubuh.
Kondisi yang terjadi secara normal akibat rangsangan simpatis
Saraf simpatis pada jantung akan menimbulkan pengaruh yang berlawanan terhadap
rangsangan yang ditimbulkan oleh saraf parasimpatis (vagus) yaitu meningkatkan kecepatan
lepasan nodus sinus dan meningkatkan kecepatan konduksi, tingkat eksitabilitas dan
meningkatkan kekuatan kontraksi semua otot-otot jantung baik atrium maupun ventrikel.
Maka dari itu hasil diskusi kelompok kami memilih E yaitu peningkatan kekuatan kontraksi
dari ventrikel sebagai jawaban akhir.
Seorang laki-laki berusia 60 tahun dengan berat badan 100 kg mempunyai EKG seperti
di bawah ini :
Dari gambaran EKG tersebut, dapat dilihat bahwa setiap satu gelombang P diikuti
oleh kompleks QRS. Interval PR pada gambaran EKG tersebut memanjang (normal: 0,12 –
0,20 detik), dimana hal tersebut dapat menunjukkan adanya blok AV. Kompleks QRS normal
dan frekuensi jantung juga terhitung normal. Berdasarkan hal-hal tersebut, diagnosa yang
paling mendekati adalah blok AV derajat pertama.
Seorang laki-laki berumur 55 tahun mengeluh ke dokternya bahwa ia sering capai
sewaktu mengerjakan pekerjaan rutin sekitar rumahnya. Hasil EKGnya seperti
dibawah ini :
I : R = +3 mm dan S = -25 -22 mm
III : R = +16 mm dan S = -2 +14 mm
-120º -60º
180º 0º I
170º
120º 60º
III II
Karena ada deviasi ke kanan dan Terletak pada axis 170º maka diagnosis yang paling
mendekati adalah hipertrofi ventrikel kanan.
Seorang laki-laki umur 65 tahun mempunyai EKG seperti dibawah ini :
Diagnosa yang paling mendekati dari hasil EKG di atas adalah Blok A-V derajat kedua18
Blok AV derajat kedua Mobitz tipe 1 adalah impuls yang berturut-turut dari atrium
mengalami perlambatan yang semakin panjang sehingga akhirnya satu impuls dari atrium
tidak tersalurkan ke dalam ventrikel.
Ciri-ciri mobitz tipe 1 pada gambaran EKG adalah fenomena Wenckebach interval PR
yang makin lama makin memanjang sampai terjadi “dropped beat” yaitu tidak munculnya
kompleks QRS setelah gelombang P. namun setelah itu konduksi menjadi normal lalu
kelainan itu berulang kembali.
Blok AV derajat kedua Mobitz tipe 2 adalah hambatan yang terjadi di daerah berkas His,
impuls dikonduksi secara menyeluruh atau tidak sama sekali. Di sini hambatan di AV
junction adalah periodik dan tetap sehingga pada EKG terlihat interval PR yang tetap, tapi
secara periodik terdapat impuls sinus (gelombang P) yang di blok sehingga tidak diikuti oleh
kompleks QRS. Misalnya setiap 4 gelombang P hanya ada 3 kompleks QRS (blok 4:3) dan
sebagainya. Mobitz tipe 2 ini biasanya menandakan adanya penyakit jantung serius atau pada
infark miocard.
Seorang laki-laki berusia 62 tahun mempunyai gambar EKG,
Hantaran I R = +2 S = -7 Hantaran III R = +22 S = 0
Hantaran I = +2 -7 = -5 Hantaran III = +22 -0 = +22
180o
0o
Axisnya adalah 105o
+120N
Dari axis yang dibuat, diagnosa yang paling mendekati adalah hipertrofi ventrikel kanan.
Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan
di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal.
Seorang laki-laki umur 63 tahun mempunyai infark jantung pada umur 55 tahun. EKG
lead 1 seperti di bawah ini:
Interval R-R = 10 kotak. Kecepatan EKG adalah 25mm/detik, berarti 1 kotak paling kecil
pada kertas EKG sesuai dengan 0,04 detik. Dalam 1 menit terdapat 1500 kotak. Frekuensi
jantungnya adalah:19
1500
10
Diagnosa pada orang diatas adalah Sinus Takhikardia, dimana kecepatan jantung lebih dari
100x/menit. Gelombang PQRST normal.
Seorang laki-laki berumur 80 tahun mempunyai EKG seperti dibawah ini. Berapakah
kecepatan jantungnya ?
Jantung pasien ini memiliki irama yang tidak teratur sehingga cara menghitung kecepatan
jantungnya berbeda dengan cara menghitung kecepatan jantung pada jantung yang iramanya
teratur, yaitu :
60 x 4
6
150 kali /menit
40 kali /menit
Nilai 6 didapatkan hasil EKG yang digunakan adalah sepanjang 6 detik dan di dalam 6 detik
tersebut terdapat 4 gelombang R.
Diagnosa yang mendekati pada orang ini adalah Complete A-V blok. Pada keadaan ini tidak
ada denyut yang dihantarkan menuju ventrikel karena terdapat blockade jantung total yang
disertai disosiasi AV yaitu ketika atrium dan ventrikel dikendalikan oleh pemacu jantung
yang independen.
KESIMPULAN
Elektrokardiograf (EKG) merupakan merupakan suatu alat untuk mengetahui aktivitas
listrik jantung, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Sebuah
elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik antara sejumlah titik
tubuh menggunakan penguat instrumentasi biomedis
Pemeriksaan EKG memegang peranan yang sangat penting dalam membantu
menegakkan diagnosis penyakit jantung. EKG disamping mampu mendeteksi kelainan
jantung secara pasti, juga keadaan (kelainan) diluar jantung, mis. Adanya gangguan elektrolit
terutama kalium dan kalsium.
EKG bila dibaca dengan benar akan memberi penilaian dengan cukup tepat, tetapi
harus ditunjang dengan penilaian klinik secara total karena EKG tidak dapat mendeteksi
keparahan dari penyakit jantung secara menyeluruh, misalnya tingkat kerusakan otot jantung.
DAFTAR PUSTAKA
1. EKG [Online] . http://medicastore.com/penyakit/3426/Elektrokardiografi_EKG.html.
Accessed 4 June 2012.
2. Braunwald E. (Editor), Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, Fifth
Edition. Philadelphia:W.B. Saunders Co;1997, p.108.
3. Natadidjaja H. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa
Aksara; 2012, p.43.
4. Sherwood, L. Fisiologi Jantung. In: Yesdelita N, Editor. Human physiology ; from
cells to systems. Ed 6. Jakarta: EGC; 2001, p.405-406.
5. Sherwood L. Fisiologi Jantung. In: Yesdelita N, Editor. Fisiologi Manusia: dari sel ke
sistem, 6th ed. Jakarta : EGC ; 2009, p.344
6. Yuni A. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Brachialis pada Sikap Berbaring, Duduk,
dan Berdiri. 18 November 2011. Available at:
http://www.scribd.com/Yuni%20A/d/73093571. Accessed May 31, 2012.
7. Guyton, Arthur C.; John E. Textbook Of Medical Physiology 11th ed. Philadelphia:
Elsevier Inc: 2006.
8. Levy, Matthew N.; Berne, Robert M. Cardiovascular physiology (7th ed.). St. Louis:
Mosby: 1997.
9. Sherwood L. Fisiologi Jantung. In: Santoso BI, Editor. Fisiologi Manusia: dari Sel ke
Sistem.2nd ed. Jakarta: EGC; 2001, p.275, 80.
10. Sherwood L. Fisiologi Jantung. In: Yesdelita N, Editor. Fisiologi Manusia: dari sel ke
sistem, 6th ed. Jakarta : EGC ; 2009, p.403.
11. Sherwood L. Fisiologi Jantung. In: Yesdelita N, Editor. Fisiologi Manusia: dari sel ke
sistem, 6th ed. Jakarta : EGC ; 2009, p.342.
12. Queens University School of medicine,
http://meds.queensu.ca/courses/assets/modules/ts-ecg/normal_ecg.html. Accessed 5
June 2012.
13. Modul Pengantar Alat Penunjang Diagnostik , Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti, Jakarta. p. 6; p.87.
14. Modul Pengantar Alat Penunjang Diagnostik , Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti, Jakarta. p. 1-2.
15. Elektrokardiogram, http://www.ittelkom.ac.id/library/index. Accessed at June 4,
2012.
16. Widjaja, Soetopo. EKG praktis. Tangerang : Bina Rupa Aksara; 2009 p.43.
17. Panggabean M. Penyakit Jantung Hipertensi. In: Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 3. 5th ed. Jakarta : Interna Publishing ; 2009. p. 1777.
18. Widjaja, Soetopo. EKG Praktis. Tangerang: Bina Rupa Aksara; 2009. p. 69-70.
19. Modul Pengantar Alat Penunjang Diagnostik , Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti, Jakarta. p. 6.