elearning

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fk

Citation preview

1. Bagaimana hubungan antiosidan dengan penyakit jantung?

Oksidan atau radikal bebas adalah molekul oksigen yang tidak stabil atau molekul lainnya yang tidak stabil. Mulekul-mulekul tersebut menurut Cooper (1994) hanya mengandung satu atau lebih elektron bebas (elektron yang tidak berpasangan = unpaired electrons). Adanya satu atau lebih elektron bebas menyebabkan senyawa itu menjadi sangat reaktif. Dalam tubuh terdapat molekul oksigen yang stabil dan yang tidak stabil, molekul oksigen yang stabil, sangat penting untuk memelihara kehidupan, yang tidak stabil termasuk golongan radikal bebas. Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan untuk kesehatan, tetapi kelebihan radikal bebas dapat merusak kesehatan dan sangat berbahaya. Fungsi radikal bebas dalam tubuh adalah melawan radang, membunuh bakteri dan mengatur tonus otot polos dalam organ tubuh dan pembuluh darah. Produksi radikal bebas yang tinggi/sangat banyak dapat terjadi oleh berbagai faktor misalnya: sinar ultra violet (terdapat dalam sinar matahari), kontamina dalam makanan (zat warna textile yang dipergunakan untuk mewarnai makanan), polusi udara (pencemaran udara oleh asap pabrik dan kendaraan bermotor), asap rokok, insektisida (dalam pertanian dan rumah tangga) dan olahraga berat, serta berbagai bentuk stress psikis. Tentang hubungan dari radikal bebas dengan berbagai penyakit, dilaporkan oleh banya akhli menujukan adanya hubungan yang sangat signifin, khususnya dengan kardio-vaskular, kanker, katarak dan panuaan dini. Bentuk penyakit sistem kardio-vaskular adalah: penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif kronik, stroke iskemik dan pendarahan otak, tekanan darah tinggi, yang kesemuanya menyebabkan meningkatnya kematian dini. Penyakit kardiovaskular terjadi oleh karena radikal bebas yang berlebihan merusak kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) yang tertimbun pada lapisan dalam dinding tunica intima) pembuluh darah arteri. Bila kolesterol LDL yang terimbun itu tidak dirusak oleh oksidan, sesunggubnya tidak membahayakan. Akibatnya kelesterol tinggi dalam darah dikaitkan dengan proses atherosclerosis. Proses atherosclerosis menyebabkan pembuluh darah arteri menjadi sempit, kemudian menjadi keras dan kaku. Radikal bebas juga dikaitkan dengan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) yang rendah. Kolesterol HDL menghambat tertimbunnya kolesterol LDL di bawah tunica intima pembuluh darah dan dengan demikian mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular. Perusakan timbunan LDL-kolesterol yang dipicu oleh radikal bebas merupakan awal dipercepatnya proses penebalan dinding dan penyempitan arteri.

2. Bagaimana hubungan obesitas dengan penyakit jantung?

Obesitas adalah merupakan kunci penting dari terjadinya peningkatan kejadian penyakit jantung koroner (PJK). Peningkatan berat badan dengan indeks masa tubuh lebih dari 30 kg/m2 baik pada laki-laki ataupun wanita akan meningkatkan risiko PJK 4 kali lipat. obesitas dianggap sebagai faktor yang memberikan kontribusi pada risiko PJK melalui faktor lain berhubungan seperti hipertensi, dislipidemia, dan diabetes. distribusi jaringan lemak berpengaruh pada tingginya risiko PJK. Risiko penyakit jantung dan penyakit metabolik lain yang dikenal dengan sindrom metabolic sangat berhubungan dengan obesitas sentral/android/visceral/upper body obesity dibandingkan dengan obesitas ginoid/lower body obesity

3. Bagaimana hubungan junkfood dengan penyakit jantung?Menurut penelitian terbaru, orang yang mengonsumsi makanan fast food, walau hanya seminggu sekali, bisa meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner hingga 20 persen, dibandingkan dengan orang yang menghindari makanan itu.

Bagi orang yang memakan fast food dua-tiga kali setiap minggu, berisiko meningkat sebesar 50 persen, dan risiko meningkat menjadi hampir 80 persen untuk orang yang mengonsumsi lebih dari empat kali setiap minggu. Tak hanya itu, fast food juga meningkatkan risiko pengembangan diabetes tipe 2 sebesar 27 persen.

Menurut jurnal Circulation, para peneliti dari University of Minnesota School of Public Health menemukan hasil ini dari tinjauan penelitian tentang makanan cepat saji dan risiko metabolik diantara populasi Kaukasia. Hubungan antara fast food dari Barat dengan risiko kardio-metabolik di populasi Cina di Asia Tenggara, yang sudah menjadi sarang untuk diabetes dan penyakit jantung, kata Andrew Odegaard, peneliti dari Minnesota yang memimpin penelitian.

National University of Singapore itu meninjau sebuah hasil penelitian 16 tahun lalu, yang berdasarkan kebiasaan makan 52.000 warga Cina di Singapura yang mengalami transisi dari makanan tradisional ke makanan cepat saji Barat.Yang menarik dari hasil penelitian ini adalah, peserta yang melaporkan sering makan makanan cepat saji justru orang yang lebih muda, lebih berpendidikan, jarang merokok dan lebih aktif secara fisik aktif. LDL adalah pembawa utama kolesterol dalam darah. Bila terlalu banyak kolesterol LDL beredar dalam darah seseorang, maka lama kelamaan LDL akan menumpuk di dinding arteri yang menyuplai darah ke jantung dan otak. Bersama dengan lemak jenuh, LDL akan membentuk lempengan tebal dan keras yang dapat menyumbat aliran darah. Keadaan ini disebut atherosclerosis. Akibatnya, jantung kesulitan memompa darah dan timbul rasa nyeri di dada, suka pusing-pusing dan berlanjut ke gejala serangan jantung mendadak. Bila itu terjadi di otak, maka yang diderita adalah stoke dan bisa menyebabkan kelumpuhan. Tingkat LDL kolesterol yang tinggi menandai bertambahnya risiko seseorang menderita penyakit jantung. Itulah sebabnya LDL kolesterol sering disebut kolesterol jahat. Sepertiga sampai seperempat dari kolesterol dalam darah diangkut oleh HDL. HDL cenderung mengangkut kolesterol menjauhi arteri dan kembali ke hati dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena dalam jumlah besar membantu melindungi jantung dari serangan jantung. Sebaliknya HDL dalam jumlah sedikit merupakan indikasi rawan terhadap serangan jantung.

Jadi dapat disimpulkan ketika seseorang mengkonsumsi junkfood akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol yang meningkat, ketka kadar kolesterol meningkat maka akan menyebabkan kadar LDL yang meningkat, ketika LDL meningkat dan HDL menurun akan menyebabkan resiko penyakit jantung yang berawal dari penimbunan lemak jahat dalam pembuluh dasrah, ketika lemak tersebut tertimbun maka akan menyebabkan aliran darah terhambat. Aliran darah yang mengandung oksigfen dan nutrisi yang seharusnya memberikan makan untuk kebutuhan sel dalam tubuh akan terhambat. Sehingga akan bermanifestasi klinis dalam penyakit jantung seperti teroskeloris, iskemi miokard, infark miokard, gagal jantung dll.

4. Bagaimana hubungan merokok dengan penyakit jantung?

Bahan kimia dalam asap tembakau membahayakan sel-sel darah. Mereka juga dapat merusak fungsi jantung dan struktur dan fungsi pembuluh darah. Kerusakan ini meningkatkan risiko aterosklerosis.

Aterosklerosis adalah penyakit di mana zat lilin yang disebut plak (plak) menumpuk di arteri. Seiring waktu, plak mengeras dan menyempit arteri. Ini membatasi aliran darah yang kaya oksigen ke organ dan bagian lain dari tubuh.Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi jika plak menumpuk di (jantung) arteri koroner. Seiring waktu, penyakit jantung koroner dapat menyebabkan nyeri dada, serangan jantung, gagal jantung, aritmia atau bahkan kematian.

Merokok merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung. Ketika dikombinasikan dengan faktor-faktor risiko lain-seperti tingkat kolesterol darah yang tidak sehat, tekanan darah tinggi, dan kelebihan berat badan atau obesitas-merokok lebih meningkatkan risiko penyakit jantung.

Merokok juga merupakan faktor risiko utama untuk penyakit arteri perifer (PAD). P.A.D. adalah suatu kondisi di mana plak menumpuk di arteri yang membawa darah ke kepala, organ, dan anggota badan. Orang yang memiliki P.A.D. berada pada peningkatan risiko untuk penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke. Pada seorang yang merokok, asap rokok akan merusak dinding pembuluh darah. Kemudian nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormon adrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah (spasme). Disamping itu adrenalin akan menyebabkan terjadinya pengelompokan trombosit. Sehingga semua proses penyempitan akan terjadi. Jadi asap rokok yang tampaknya sederhana itu dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner.

Orang yang merokok lebih dari 20 batang rokok perhari memiliki risiko 6 kali lipat terkena infark miokard dibandingkan dengan bukan perokok. Penyakit Kardiovaskuler merupakan penyebab terdepan dari kematian di negara-negara industri, yaitu sekitar 30% dari semua kematian karena penyakit jantung berkaiatan dengan akibat merokok. Ternyata nikotin dalam rokok dapat :a. Mengurangi asupan oksigen menuju jantung.b. Meningkatkan tekanan darah dan detak jantungc. Meningkatkan penggumpalan darahd. Merusak sel yang menghubungkan pembuluh koroner dengan pembuuh darah lainnya.5. Bagaimana rehabilitasi medik pasien jantung post pemasangan kateter (ring)?Biasanya tindakan ini memakan waktu beberapa jam untuk pemulihan. Setelah tindakan selesai, pasien akan dibawa dengan brankard ke ruang pemulihan sambil menunggu efek biusnya menghilang. Hal ini biasanya memakan waktu satu jam. Lapisan plastik yang dimasukkan melalui lipat paha, leher atau lengan akan segera dilepaskan setelah tindakan selesai, kecuali apabila pasien memerlukan terapi pengencer darah.

Setelah pasien meninggalkan ruang pemulihan, Pasien akan dibawa ke ruang perawatan. Setelah kateter dilepas, teknisi atau perawat akan memberikan tekanan pada tempat pemasangan lapisan plastik tadi. Pasien akan diminta berbaring lurus terlentang selama 1-6 jam setelah tindakan untuk menghindari perdarahan serius dan membantu pemulihan arteri.

Pasien dapat makan dan minum setelah tindakan selesai. Lamanya pasien berada di rumah sakit sangat bergantung pada kondisi pasien tersebut. Pasien dapat langsung pulang pada hari yang sama, atau dirawat selama satu malam atau lebih lama. Rawat inap yang lebih lama merupakan hal yang umum terutama apabila pasien mengalami kondisi serius segera setelah tindakan, seperti angioplasti dan pemasangan stent.