Upload
prassaad-arujunan
View
384
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
All about summarized Ektopia Lentis
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lensa mata merupakan struktur globuler yang transparan, terletak di belakang
iris, di depan badan kaca. Lensa berbentuk lengkung cakram, tidak mengandung
pembuluh darah, dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Komponennya terdiri dari
65% air dan 35% protein. Lensa diliputi oleh kapsula lentis yang bekerja sebagai
membran semi permeabel yang melarutkan air dan elektrolit untuk makanannya.
Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks yang terdiri dari lamel-lamel yang
panjang dan konsentris. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu kenyal
atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung, dan jernih (transparan) karena diperlukan sebagai media penglihatan yang
berfungsi memfokuskan berkas cahaya ke retina.1,2
Kondisi lensa mata yang mengalami kesalahan letak disebut ektopia lentis.
Ektopia lentis adalah suatu kondisi lensa mata yang mengalami kesalahan letak
karena zonula Zinni melemah atau rusak. Zonula Zinni merupakan ratusan string
seperti serat yang memegang lensa yang tersuspensi dalam posisi dan memungkinkan
untuk berubah bentuk untuk penglihatan dekat atau jauh. Lensa mengalami dislokasi
dan berada sepenuhnya di luar tempat lensa, di ruang depan, bebas mengambang di
vitreous atau langsung pada retina. Kelemahan zonula Zinni menyebabkan pergeseran
lensa. Lensa menjadi lebih bundar dan mata menjadi lebih miopik.1,2
Berryat melaporkan kasus pertama dislokasi lensa pada tahun 1749 dan
kemudian Stellwag menciptakan istilah ektopia lentis pada tahun 1856
(menggambarkan pasien dengan dislokasi lensa bawaan). Ektopia lentis adalah
kondisi yang langka. Angka insiden dalam populasi umum di Indonesia dan Asia
belum diketahui. Penyebab paling umum dari ektopia lentis adalah trauma, yang
1
menyumbang hampir setengah dari semua kasus dislokasi lensa. Ektopia lentis dapat
menyebabkan gangguan visual ditandai, yang bervariasi dengan tingkat perpindahan
lensa dan etiologi kelainan. Laki – laki tampaknya lebih rentan terhadap trauma
okular daripada perempuan, sehingga yang dominan pada ektopia lentis adalah laki-
laki. Frekuensi pria dan wanita bervariasi dengan etiologi perpindahan lensa. Ektopia
lentis dapat terjadi pada semua usia dan mungkin pada saat lahir atau mungkin terjadi
di akhir hidup seseorang.2.3
1 .2. Tujuan
Tujuan dari telaah ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai
ektopia lentis yang meliputi proses embriologi lensa, anatomi dan fisiologi lensa
definisi, etiologi, klasifikasi dan gejala-gejala klinis yang dapat menuntun kita untuk
curiga akan kehadiran kelainan ini sehingga penegakan diagnosis dapat dilakukan dan
manajemen terapi dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi dari terjadi .
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Embriologi
Mata berkembang dari tiga lapis embrional primitif yaitu ektoderm
permukaan, termasuk derivatnya krista neuralis, ektoderm neural, dan mesoderm.
Ektoderm permukaan selain membentuk lensa juga membentuk glandula lakrimalis,
epitel kornea, konjungtiva, glandula adneksa, dan epidermis palpebra. 2-4
Gambar 1 Embriologi Mata
Perkembangan mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang
lekukan dangkal pada sisi kanan dan kiri otak depan. Dengan menutupnya tabung
saraf ,lekukan-lekukan ini membentuk kantong-kantong keluar pada otak depan, yaitu
gelembung mata. Gelembung ini selanjutnya menempel pada ektoderm permukaan
dan menginduksi perubahan ektoderm. Gelembung mata melakukan invaginasi dan
membentuk piala mata yang berdinding rangkap. Lapisan dalam dan luar mata ini
mula-mula dipisahkan oleh suatu rongga, ruangan intraretina, yang segera akan
menghilang dan kemudian kedua lapisan tersebut saling berlekatan. Invaginasi juga
meliputi sebagian permukan inferior piala yang membentuk fissura koroidea.
Pembentukan fissura ini memungkinkan arteri hyaloidea mencapai ruangan dalam
mata. Pada minggu ke-7, bibir-bibir fissura koroidea bersatu dan mulut piala mata
menjadi lubang bulat yang menjadi pupil.2-4
3
Sel-sel ektoderm permukaan yang semula menempel pada gelembung mata
mulai memanjang dan membentuk plakoda (lempeng) lensa. Plakoda ini melakukan
invaginasi dan berkembang menjadi vesikel (gelembung) lensa. Vesikel ini terdiri
dari satu lapis sel-sel kuboid yang menjadi membran dasar (kapsul lensa), dan
mempunyai diameter kira-kira 0,2 mm. Pembentukan vesikel ini terjadi pada hari 33
kehamilan.2-4
Gambar 2 Embriologi mata
Setelah pembentukan gelembung lensa, sel-sel dinding posterior memanjang
ke arah depan dan membentuk serabut-serabut panjang yang berangsur-angsur
mengisi lumen gelembung lensa tersebut. Pada hari ke 40 kehamilan lumen
gelembung lensa secara lengkap menghilang. Sel-sel yang memanjang disebut
primary lens fiber (serabut lensa primer). Nuklei serabut lensa primer bergerak
mendekati lamina basalis posterior ke dalam serabut lensa dan selanjutnya menjadi
piknotik sebagai organel intraseluler. Walaupun sel-sel lapisan posterior gelembung
lensa berdifferensiasi menjadi serabut lensa primer, sel-sel anterior gelembung lensa
tidak berubah. Satu lapisan kuboid ini menjadi epitel lensa.1-4
4
Gambar 3 Embriologi Lensa
Pada kehamilan 7 minggu, sel-sel epitel lensa pada daerah ekuator mulai
bermultiplikasi secara cepat dan memanjang untuk membentuk serabut lensa
sekunder. Sisi anterior berkembang ke arah polus anterior lensa yang menyusupkan
dirinya di sebelah bawah epitel lensa. Sisi posteriornya berkembang ke arah polus
posterior lensa di dalam kapsul lensa. Serabut lensa posterior terbentuk pada usia
kehamilan 2-8 bulan yang membentuk nukleus fetal. 1-4
Gambar 4 Struktur embriologi lensa
5
Serabut-serabut lensa tumbuh pada bagian anterior dan posterior, ketika
serabut-serabut bertemu dan bersatu di bagian anterior dan posterior lensa, serabut-
serabut membentuk pola ”suture”. ”Suture” bentuk Y tegak muncul di anterior dan
bentuk Y terbalik pada posterior. Pembentukan lensa selesai pada usia 7 bulan
penghidupan foetal. Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder
berlangsung terus sepanjang hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi
bertambah besar lambat-lambat. Berat lensa saat lahir sekitar 90 mg, dan makin
meningkat massanya rata-rata 2 mg pertahun sebagai bentuk serabut yang baru.
Setelah 20 tahun pada daerah tengah serabut lensa kurang lunak dan nukleus lensa
menjadi kaku. Setelah umur 40 tahun kekakuan nukleus lensa secara klinis
menurunkan daya akomodasi, dan umur 60 tahun nukleus menjadi sklerosis dan
berubah warna yang sering membuat ”suture” lensa sulit dibedakan.3-5
Gambar 5 Bentuk Y pada lensa dilihat dengan slit lamp
6
Saat lensa berkembang, suatu struktur pendukung nutrisi, tunika vaskulosa
lentis terbentuk mengelilinginya. Pada usia kehamilan 1 bulan, arteri hialoid
memberikan kapiler-kapiler kecil yang membentuk jaringan anastomosis yang
menutupi daerah posterior lensa yang sedang berkembang. Cabang-cabang kapsul
vaskuler posterior masuk ke dalam kapiler-kapiler kecil yang kemudian tumbuh ke
arah equator lensa, di mana mereka beranastomosis dengan vena-vena khoroid dan
membentuk bagian kapsulopupilari dari tunika vaskulosa lentis. Cabang-cabang arteri
lentis yang panjang beranastomosis dengan cabang-cabang bagian kapsulopupilari ,
yang menutupi permukaan anterior lensa3-5
Gambar 6 Tunica Vasculosa Lentis
7
2.2.1 Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang
iris, lensa ditahan di tempatnya oleh zonula zinni (ligamentum suspensorium lentis),
yang melekat pada ekuator lensa menghubungkannya dengan korpus siliaris. Zonula
zinni berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliaris. Zonula zinni
melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan 1,25 pada
bagian posterior. Di sebelah anterior lensa terdapat humor akuos sedangkan di
sebelah posteriornya, vitreus. Lensa dan vitreus dipisahkan oleh membrana
hyaloidea.3
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung dari pada permukaan
anterior. Pada saat baru lahir jarak ekuator lensa sekitar 6,4 mm dan jarak
anterioposterior 3,5 mm dan beratnya sekitar 90 mg. Pada lensa dewasa jarak ekuator
sekitar 9 mm dan jarak anteroposterior 5 mm dan beratnya sekitar 255 mg. 2 Lensa
tidak mempunyai persarafan dan pembuluh darah. Selama embriogenesis
mendapatkan perdarahan dari pembuluh darah hyaloids dan setelah itu secara total
suplainya tergantung pada humor akuous dan vitreus. Lensa terdiri dari tiga bagian
yaitu kapsul elastis dan epitelium lensa yang terletak pada permukaan anterior lensa,
korteks dan nucleus.3-5
8
Gambar 7. Struktur normal lensa manusia
1. Kapsul Lensa
Kapsul lensa merupakan membrana basalis elastis yang dihasilkan oleh
epithelium lensa yang membungkus sekeliling lensa. Pada bagian anterior dibentuk
oleh sel-sel epitel dan di posterior oleh serabut kortikal. Sintesa kapsul anterior
berlangsung sepanjang kehidupan sehingga ketebalannya meningkat, sedangkan
kapsul posterior relative konstan. Ketebalan kapsul anterior 15,5 mikrometer dan
kapsul posterior 2,8 mikrometer. 3-5
Di bawah mikroskop cahaya kapsul lensa terlihat homogen, tetap dengan
mikroskop elektron tampak terdiri 40 lamella. Lamella terdiri dari serabut retikuler
yang berisi matriks yaitu glikoprotein berhubungan dengan kolagen tipe IV dan
9
kapsulkortek
nukleus
Polus anterior
Aksis optik
Aksis optikzonula
serabut
Sel epitelkapsul
ekuator
glikosaminoglikan sulfat. Mukopolisakarida heparin sulfat tersusun kurang dari 1%
pada kapsul lensa tetapi peranannya sangat penting dalam penentuan struktur dari
matriks, dimana pada keadaan kritis mempertahankan kejernihan lensa. 2-4
2. Epitel Lensa
Epitel lensa hanya ditemukan pada permukaan anterior lensa, pada daerah
ekuator sel ini memanjang dan berbentuk kolumner yang tersusun secara meridional.
Epitel ini mempunyai kapasitas metabolik untuk membawa keluar semua aktivitas sel
normal, termasuk DNA, RNA, protein dan biosintesa lemak, dan untuk menghasilkan
ATP yang berguna untuk menghasilkan energi yang diperlukan lensa. 2,3
3. Nukleus dan Korteks
Nukleus lensa lebih keras dari korteks. Serabut-serabut lamellar subepitelial
terus berproduksi sesuai dengan usia, sehingga lensa secara gradual menjadi lebih
besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbuat dari lamellar konsentris
memanjang. Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di bagian pinggir
lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-serat ini
saling berhubungan di bagian anterior. Garis sutura dibentuk oleh gabungan ujung ke
ujung serabut lamellar ini dan bila dilihat dengan lampu celah berbentuk “Y”. Bentuk
“Y” ini tegak di anterior dan terbalik di posterior huruf Y yang terbalik. 2,4
2.2.2 Fisiologi Lensa
Sel-sel epitelial lensa pada ekuator membelah dan berkembang sepanjang
kehidupan dan tingkat metabolisme paling tinggi adalah epitel. Oksigen dan glukosa
diutilisasi oleh epitel lensa untuk sintesis protein dan transport aktif elektrolit,
karbohidrat, dan asam amino ke dalam lensa. Energi kimia diperlukan untuk menjaga
pertumbuhan sel dan transparansi. Aqueous humor berfungsi sebagai sumber nutrisi
dan tempat pembuangan sampah dari lensa.
10
1. Pemeliharaan keseimbangan air dan kation lensa
Mekanisme yang mengontrol keseimbangan air dan elektrolit, penting dalam
memelihara kejernihan lensa. Karena transparansi lensa berhubungan erat dengan
komponen struktural dan makromolekul, pertubasi hidrasi air dapat berujung pada
pengeruhan. Sekitar 5% volume lensa adalah air yang terdapat diantara serabut lensa
di ruangan ekstraseluler. Konsentrasi natrium dalam lensa sekitar 20 mM, dan
konsentrasi kalium sekitar 120 mM. Pada aqueous humor dan vitreous humor kadar
natrium lebih tinggi, sekitar 150 mM, sedangkan kalium sekitar 5 mM.1-4
2. Epitel lensa: situs transport aktif
Keseimbangan kation antara lensa sebelah dalam dengan bagian luarnya
adalah akibat sifat-sifat permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa natrium
(Na+, K+-ATPase) yang berada dalam membran sel epitel lensa dan tiap sel serabut.
Epitel merupakan situs utama transport aktif dalam lensa. Pompa natrium berfungsi
dengan memompa ion natrium keluar sambil mengambil ion kalium masuk.
Mekanisme ini bergantung pada pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+-
ATPase. Inhibisi Na+, K+-ATPase mengakibatkan hilangnya keseimbangan kation
dan peningkatann kadar air dalam lensa.1-4
11
Gambar 8 Transportasi aktif di epitel lensa
3. Teori pompa-kebocoran
Kombinasi transport aktif dan permeabilitas membran sering disebut sebagai
sistem pompa-kebocoran lensa. Menurut teori pompa-kebocoran, kalium dan
berbagai molekul lain seperti asam amino secara aktif ditransportasikan ke dalam
bagian anterior lensa melalui epitel. Mereka kemudian berdifusi sesuai dengan
gradien konsentasi menuju bagian belakang lensa, dimana tidak terdapat mekanisme
transport aktif. Natrium mengalir masuk melalui bagian belakang lensa sesuai dengan
gradien konsentrasinya dan kemudian dipertukarkan secara aktif sebagai ganti kalium
oleh epitel. Kalium terkonsentrasi pada anterior lensa dan natrium pada posterior.
epitel merupakan situs utama transport aktif dalam lensa. Maka, natrium dipompa
melalui sisi anterior lensa ke dalam aqueous humor, dan kalium bergerak dari
aquoeus humor menuju lensa. Pada permukaan posterior lensa (perhubungan lensa-
vitreous), pergerakan solute terjadi sebagian besar oleh difusi pasif. Pengaturan
asimetris ini berakibat pada gradien natrium dan kalium pada lensa, dengan
konsentrasi kalium yang lebih besar pada anterior lensa dan lebih sedikit pada
12
posterior. Sehingga, natrium terkonsentrasi pada bagian posterior lensa dan kurang
pada anterior. 2,3,10
Distribusi elektrolit yang tidak merata pada membran sel lensa berakibat pada
perbedaan potensial elektrik antara bagian dalam dan luar lensa. Bagian dalam lensa
adalah elektronegatif, sekitar -70 mV. Bahkan terdapat perbedaan potensial sebesar -
23 mV diantara permukaan anterior dan posterior lensa. Perbedaan potensial normal
sekitar 70 mV dapat berubah sewaktu-waktu dengan perubahan aktivitas pompa atau
permeabilitas membran. Kadar interseluler normal kalsium pada lensa adalah sekitar
30 mM, sedangkan kadar kalsium di luar lensa adalah mendekati 2 μM. Gradien
transmembran yang besar ini terutama dipertahankan oleh pompa kalsium (Ca2+-
ATPase). Membran sel lensa juga relatif impermeabel terhadap kalsium. Kehilangan
homeostasis kalsium dapat sangat mengganggu metabolisme lensa. 1-4
4. Akomodasi
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk menerima objek sinar dan
memfokuskan ke retina. Derajat akomodasi tergantung kapasitas lensa untuk merubah
bentuknya dari bentuk bulat panjang (penglihatan jauh) menjadi bentuk bulat
(penglihatan dekat). Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot
siliaris mengalami relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya terkecil sehingga berkas cahaya paralel akan
terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang, sehingga lensa yang lentur ini
berubah bentuknya menjadi lebih bulat. Kemampuan lensa untuk berakomodasi lebih
kuat pada usia muda. Kapasitas ini tergantung pada hubungan kortek dengan inti.
Pada usia muda, intinya kecil dan korteknya tebal dan lembut yang
memungkinkan perubahan bentuk secara leluasa, sehingga bentuk lensa hampir bulat.
Pada usia lanjut intinya besar dan korteknya tipis sehingga perubahan bentuk lensa
hanya sedikit.2,10 Pada mata yang alami terdapat lensa kristal bening yang memiliki
13
nukleus lensa, ditutupi oleh serat lensa yang menyelubungi korteks dengan membran
luar yang lentur dan kapsul yang bertindak sebagai pembungkus.1-4
2. 3.1 Definisi
Ektopia lentis adalah suatu kondisi lensa mata yang mengalami kesalahan
letak karena zonula Zinni melemah atau rusak. Zonula Zinni merupakan ratusan
string seperti serat yang memegang lensa yang tersuspensi dalam posisi dan
memungkinkan untuk berubah bentuk untuk penglihatan dekat atau jauh. Lensa
mengalami dislokasi dan berada sepenuhnya di luar tempat lensa, di ruang depan,
bebas mengambang di vitreous atau langsung pada retina. Kelemahan zonula Zinni
menyebabkan pergeseran lensa. Lensa menjadi lebih bundar dan mata menjadi lebih
miopik.1,7,8
2. 3.2 Etiologi
Ektopia lentis dapat disebabkan berbagai macam faktor antara lain trauma,
gangguan metabolisme sejak lahir (misalnya homosistinuria, kelainan resesif dengan
defek mental dan cirri skeletal. Lensa biasanya bergeser ke bawah), sindrom tertentu
(sindrom Marfan, kelainan dominan dengan abnormalitas skeletal dan jantung dan
resiko diseksi aneurisma aorta. Lensa biasanya bergeser ke arah atas), Sindrom Weill-
Marshecani, katarak hipermatur, peradangan uvea, tumor intraokuler, tekanan bola
mata yang tinggi seperti pada buftalmus.7,8
14
Gambar 9. Pasien dengan ektopia lentis et pupil pada gambar A dan pada gambar B
pasien sama yang telah dilatasi pupil tampak jelas dislokasi lensa inferior.
2. 3.3 Klasifikasi Ektopia Lentis
Dislokasi lensa dapat diklasifasikan berdasarkan luksasi anterior dan luksasi
posterior. Bila zonula Zinnii putus sebagian maka lensa akan mengalami subluksasi
dan bila seluruh zonula Zinnii putus maka lensa akan mengalami luksasi kedepan
(luksasi anterior) atau luksasi ke belakang (luksasi posterior).8,9
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinni sehingga lensa
berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita
kelainan pada zonula Zinni yang rapuh seperti pada Sindrom Marfan. Pada subluksasi
kadang – kadang penderita tidak memberikan keluhan kecuali keluhan myopia atau
astigmat. Hal ini disebabkan karena zonula Zinni putus sebagian maka lensa bebas
mencembung. Selain itu dapat pula ditemukan penurunan penglihatan diplopia,
monokular dan iridodonesis (iris tremulans). 8,9
15
1. Luksasi Anterior
Trauma atau kelainan kongenital yang mengakibatkan seluruh zonula putus
disertai perpindahan letak lensa ke depan akan memberikan keluhan penurunan tajam
penglihatan yang mendadak. Akibat kedudukan lensa di dalam bilik mata depan akan
terjadi gangguan pengaliran humor akuous sehingga terjadi serangan glaukoma
kongestif. Pasien akan mengeluh rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan
blefarospasme. Pada pemeriksaan akan ditemukan edema kelopak, injeksi siliar,
edema kornea dengan pupil lebar disertai terlihatnya lensa di dalam bilik mata
depan.8-10
2. Luksasi Posterior
Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior
akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh
ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli 4.
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa
mengganggu lapangan pandang. Mata ini akan menunjukkan gejala afakia. Pasien
akan melihat normal dengan lensa + 10.0 D untuk jauh, bilik mata depan dalam dan
iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada di polus posterior dapat menimbulkan
penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma fakolitik ataupun uveitis
fakotoksik.8-10
2. 3.4 Gejala10
1. Dislokasi parsial yang asimptomatik
2. Miopia atau astigmat
3. Penurunan penglihatan, diplopia monokular dan iridodonesis (iris
tremulans).
16
2.3.5 Pemeriksaan
Pemeriksaan oftalmologikus yang penting untuk ektopia lentis adalah:
1. Pemeriksaan Visus
Ektopia lentis berpotensi melemahkan visus. Ketajaman visus bervariasi
dengan tingkat malposisi lensa. Ambliopia adalah penyebab umum dari visus
menurun pada ektopia lentis bawaan dan dapat dicegah dan diobati.11
2 .Pemeriksaan Okular Eksternal
Perhatian terhadap anatomi orbital adalah penting untuk mengevaluasi
kelainan herediter (misalnya, enophthalmos dengan penampilan miopati wajah
terlihat pada pasien dengan sindrom Marfan). Ukur diameter kornea (megalokornea
dikaitkan dengan sindrom Marfan).
3. Pemeriksaan senter / slit lamp
Pada pemeriksaan dengan senter / slit lamp akan terlihat pada bagian zonula
Zinni yang terlepas, bilik mata dalam dengan iris tremulens, sedang pada bagian
zonula Zinni yang utuh terlihat bilik mata yang dangkal akibat lensa tertarik dan
mencembung pada bagian ini. Perubahan akibat subluksasi akan memberikan
penyulit glaukona atau penutupan pupil oleh lensa cembung.11
4. Retinoskopi dan refraksi
Retinoskopi dengan hati-hati dan refraksi adalah penting, sering menemukan
miopia dengan silindris. Keratometri dapat membantu memastikan tingkat astigmat
kornea.11
17
2.3.6 Penyakit yang berkaitan dengan Ektopia Lentis
1. Sindrom Marfan
Sindrom Marfan merupakan penyakit sistemik paling sering dikaitkan dengan
ektopia lentis. Sindrom ini ditranmisikan sebagai sifat dominan autosomal dengan
ekspresi variabel dan memiliki prevalensi sekitar 5 per 100.000 pasien Sindrom
Marfan. Mutasi poin yang melibatkan gen pada kromosom 15 fibrillin dan 21 telah
dijelaskan dan mungkin berhubungan dengan serat kompeten zonular. Gejala yang
menonjol dari sindrom Marfan termasuk perawakannya tinggi, arachnodactyly,
kelemahan sendi, prolaps katup mitral, dilatasi aorta, miopia aksial, dan peningkatan
kejadian ablasio retina. Ektopia Lentis terjadi pada sekitar 75% pasien dengan
sindrom Marfan dan biasanya bilateral, simetris, dan supertemporal.13
Gambar 10 Dislokasi lensa supratemporal dengan serat zonular terpasang pada mata
kanan seorang pasien dengan sindrom Marfan.
2. Homocystinuria
Homocystinuria adalah penyebab paling umum kedua yang menyebabkan
ektopia lentis herediter. Homocystinuria terjadi dalam 1 per 100,000 orang.
18
Homocystinuria merupakan defek metabolisme bawaan yang paling sering
disebabkan oleh tidak adanya enzim cystathionine b-synthetase (enzim yang
mengubah homosistein untuk cystathionine). Pasien biasanya memiliki kulit yang
cerah dengan rambut kasar, osteoporosis, retardasi mental (hampir 50% pasien),
gangguan kejang, marfanoid habitus, dan sirkulasi yang buruk. Fenomena
Thromboembolic merupakan ancaman utama bagi kelangsungan hidup, terutama
setelah anestesi umum. Luxation lensa biasanya bilateral, simetris, dan inferonasal,
dan wujud di hampir 90% dari pasien. Integritas kerusakan zonular sekunder karena
tidak adanya enzim sebagai penyebab utama dari perpindahan lensa. Diagnosis
ditegakan dengan deteksi disulfida dan homosistein dalam urin pasien.13
Gambar 11 Menunjukan pasien Homosystinuria dengan dislokasi lensa ke anterior
19
3. Sindrom Weill-Marchesani
Sindrom Weil-Marchesani adalah sindrom langka yang ditandai dengan
kelainan tulang (misalnya, perawakan pendek, brachycephaly, mobilitas sendi yang
terbatas, penampilan otot berkembang dengan baik) dan kelainan okular (misalnya,
ectopia lentis, microspherophakia, lenticular miopia). Pola pewarisan belum dipahami
dengan baik. Microspherophakia adalah fitur yang paling menonjol dari sindrom ini.
Insiden tinggi subluksasi lensa terjadi inferior, sering berkembang untuk
menyelesaikan dislokasi. Glaukoma pupil adalah umum, oleh karena itu iridotomies
sinar laser profilaksis perifer dianjurkan.14
Gambar 12 Menunjukkan Microspherophakia dan dislokasi lensa rendah pada pasien
dengan sindrom Weil-Marchesani.
2.3.7 Penatalaksanaan
1.Koreksi Optik
Koreksi optik dari kesalahan refraksi yang disebabkan oleh dislokasi lensa
seringkali sulit. Tergantung pada sejauh mana dislokasi, pasien dapat melihat lebih
baik dengan koreksi miopia dengan astigmatik tau koreksi aphakic. Dengan
20
subluksasi sangat ringan, pasien hanya mungkin miopia dan setelah dikoreksi visus
mungkin baik. Dan jika ada pasien glaukoma penyulit harus diatasi dahulu.15
2. Lensektomi
Lensektomi adalah proses koreksi penglihatan untuk orang penderita ektopia
lentis, yaitu dalam prosedurnya lensa mata akan dihapus dan diganti dengan lensa
buatan khusus denga kemampuan fokus yang jelas. Hal ini digunakan untuk koreksi
yang sangat tinggi, atau ketika operasi laser tidak dianjurkan. Setiap mata dikoreksi
pada hari bedah yang berbeda.15
3. Implantasi Lensa Phakic
Lensa yang digunakan untuk refraksi adalah Lensa Phakic.
Adapun metode implantasi Lensa Phakic yaitumemasukkan lensa tambahan ke mata,
baik di depan iris mata atau hanya di belakangnya. Lensa intraokular Phakic terbuat
dari bahan lembut, lentur, mirip dengan bahan yang digunakan untuk membuat lensa
kontak lunak.15
2. 3.8 Komplikasi15
1. Glaukoma Sekunder
2. Uveitis Posterior
3. Kebutaan
2.3.9 Prognosis
Tergantung pada derajat dislokasi lensa, usia onset, dan komplikasi yang
terkait sekunder, prognosis kebanyakan pasien adalah dubia ad bonam. Pasien yang
memiliki trauma terkait ektopia lentis mungkin memiliki komplikasi yang lebih
mengancam jiwa lainnya (tergantung pada beratnya trauma)15.
21
BAB 3
KESIMPULAN
Ektopia lentis adalah suatu kondisi lensa mata yang mengalami kesalahan
letak karena zonula Zinni melemah atau rusak. Zonula Zinni merupakan ratusan
string seperti serat yang memegang lensa yang tersuspensi dalam posisi dan
memungkinkan untuk berubah bentuk untuk penglihatan dekat atau jauh. Lensa
mengalami dislokasi dan berada sepenuhnya di luar tempat lensa, di ruang depan,
bebas mengambang di vitreous atau langsung pada retina. Kelemahan zonula Zinni
menyebabkan pergeseran lensa. Lensa menjadi lebih bundar dan mata menjadi lebih
miopik.
Kelainan ini desebabakan oleh beberapa hal, yaitu trauma, gangguan
metabolisme sejak lahir (misalnya homosistinuria, kelainan resesif dengan defek
mental dan cirri skeletal. Lensa biasanya bergeser ke bawah), sindrom tertentu
(sindrom Marfan, kelainan dominan dengan abnormalitas skeletal dan jantung dan
resiko diseksi aneurisma aorta. Lensa biasanya bergeser ke arah atas), Sindrom Weill-
Marshecani, katarak hipermatur, peradangan uvea, tumor intraokuler, tekanan bola
mata yang tinggi seperti pada buftalmus.
Bila zonula Zinni putus sebagian maka lensa akan mengalami subluksasi dan
bila seluruh zonula Zinni putus maka lensa akan mengalami luksasi kedepan (luksasi
anterior) atau luksasi ke belakang (luksasi posterior). Gejala ektopia lentis adalah
dislokasi parsial, miopia atau astigmat.Penurunan penglihatan, diplopia monokular
dan iridodonesis (iris tremulans).
Pemeriksaan tamabahan untuk ektopia lentis adalah pemeriksaan visus
pemeriksaan eksternal okular, pemeriksaan senter / slit lamp retinoskopi dan refraksi.
Penatalaksanaan ektopia lentis adalah koreksi optik, lensektomi dan implantasi lensa
phakic. Komplikasi dari ektopia lentis adalah glaukoma sekunder, uveitis posterior
dan kebutaan. Prognosis ektopia lentis adalah dubia ad bonam.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2012
2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika, 2003.
3. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta: 2005.
4. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI; 2002.
5. Parrish RK II. Anatomy, physiology, and pathology of the crystalline lens.
In: Bascom Palmer Eye Institute's Atlas of Ophthalmology. 1999:241.
6. J.P Shock. Lensa dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 1996: 175-183
7. Johns J.K Lens and Kataract. Basic and Clinical Science Section 11.
American Academy of Ophthalmology. 2002.
8. Jarrett WH II. Dislocation of the lens. A study of 166 hospitalized cases. Arch
Ophthalmology. Sep 1987;78(3):289-96. [Medline].
9. Nirankari MS, Chaddah MR. Displaced lens. Am J Ophthalmol. Jun
1967;63(6):1719-23. [Medline].
10. Nelson L. Ectopia lentis in childhood. J Pediatr Ophthalmol Strabismus. Jan-
Feb 2008;45(1):12. [Medline].
11. Omulecki W, Wilczynski M, Gerkowicz M. Management of bilateral ectopia
lentis et pupillae syndrome.Ophthalmic Surg Lasers Imaging. Jan-Feb
2006;37(1):68-71.
12. Duane T. Cataracts and systemic disease. In: Duane's Clinical
Ophthalmology. 5. 1999:13-14.
13. Ganesh A, Smith C, Chan W, et al. Immunohistochemical evaluation of
conjunctival fibrillin-1 in Marfan syndrome. Arch Ophthalmol. Feb 2006
23
14. Wentzloff JN, Kaldawy RM, Chen TC. Weill-Marchesani syndrome. J
Pediatr Ophthalmol Strabismus. May-Jun 2008.
15. Konradsen T, Kugelberg M, Zetterström C. Visual outcomes and
complications in surgery for ectopia lentis in children. J Cataract Refract
Surg. May 2007.
24