Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ii
EKSTRAKSI DAN DEALUMINASI SILIKA DARI AMPAS TEBU
(Bagasse) MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA (HCl) SEBAGAI
PREKURSOR UTAMA SINTESIS ZEOLIT ZSM-5
(Skripsi)
Oleh
NUR HASTRIANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ii
ABSTRAK
EKSTRAKSI DAN DEALUMINASI SILIKA DARI AMPAS TEBU
(Bagasse) MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA (HCl) SEBAGAI
PREKURSOR UTAMA SINTESIS ZEOLIT ZSM-5
Oleh
NUR HASTRIANA
Pada penelitian ini telah dilakukan ekstraksi silika dari limbah ampas tebu yang
selanjutnya digunakan untuk mensintesis Zeolite Socony Mobile-5 (ZSM-5)
menggunakan metode hidrotermal. Ampas tebu direndam dengan asam sitrat
5%, lalu silika yang terdapat dalam ampas tebu tersebut diekstraksi dengan
metode alkali menggunakan NaOH. Hasil karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD)
menunjukkan silika ampas tebu bersifat amorf, hasil Fourier Transform Infrared
(FTIR) menunjukkan adanya gugus Si-O-Si dan Si-OH dalam silika ampas tebu,
serta hasil X-Ray Fluorosence (XRF) menunjukkan silika ampas tebu mempunyai
rasio Si/Al 4.631. Nilai rasio Si/Al tersebut masih rendah sedangkan untuk
mensintesis zeolit ZSM-5 dibutuhkan silika dengan rasio Si/Al yang tinggi yaitu
10-100. Untuk menaikkan rasio Si/Al silika, maka dilakukan dealuminasi
menggunakan HCl. Diperoleh kondisi optimumnya yaitu pada HCl 1 M dengan
rasio Si/Al 34.733. Hasil karakterisasi XRD kedua zeolit menunjukkan adanya
puncak sekitar 2θ=7, 8, 9, 23, 24°. Zeolit ZSM-5 dari silika hasil dealuminasi HCl 1
M mempunyai tingkat kristalinitas lebih rendah dibandingkan zeolit ZSM-5 dari
silika komersial yang ditunjukkan dengan rendahnya intensitas ketajaman
puncak dan terdapatnya 2 fasa pada hasil karakterisasi Scanning Electron
Microscope (SEM). Selain itu hasil karakterisasi SEM juga menunjukkan bahwa
morfologi kristal dari kedua zeolit ZSM-5 berbentuk sedikit bulat dengan ukuran
kristal yang relatif seragam. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini
berhasil mensintesis zeolit ZSM-5 dari silika ampas tebu. Kata kunci: ampas tebu,
abu ampas tebu, ekstraksi, dealuminasi silika, zeolit ZSM-5.
ii
ABSTRACT
SILICA EXTRACTION AND DEALUMINATION FROM SUGARCANE
(Bagasse) USING CHLORIDE ACID (HCl) AS MAIN PRECURSOR OF
ZEOLITE ZSM-5 SYNTHESIS
By
NUR HASTRIANA
It has been carried out the research of the extraction of silica from Sugarcane
Bagasse Ash (SCBA) then used to synthesize Zeolite Socony Mobile-5 (ZSM-5)
using hydrothermal method. The Sugarcane Bagasse Ash was soaked with citric
acid 5%, then silica existed in the bagasse was extracted with alkaline method
using NaOH. The results of characterization X-Ray Diffraction (XRD) showed the
silica bagasse are amorphous phase, characterization of Fourier Transform
Infrared (FTIR) showed the Si-O-Si and Si-OH group in silica, and
characterization of X-Ray Fluorescence (XRF) showed silica having Si/Al ratio
4.631. The Si/Al ratio is still low to synthesize ZSM-5 zeolite, while to
synthesize ZSM-5 zeolite needs the higher Si/Al ratio of 10-100. To increase the
Si/Al ratio of silica, dealumination was carried out with HCl. The optimum
condition is obtained at was HCl 1 M with Si/Al ratio 34.733. The results of
characterization XRD of zeolites showed a peaks at 2θ = 7, 8, 9, 23, 24°. The
results of ZSM-5 zeolite from dealumination of silica with HCl 1 M has the lower
grade of crystallinity than ZSM-5 zeolite from commercial silica indicated by the
lower intensity of peak sharpness and it has 2 phase from the SEM
characterization. Furthermore, characterization of SEM has showed that
morphology of crystal from both of ZSM-5 zeolite has in relatively uniform
spherical shaped of crystal. So it can be concluded that the zeolite ZSM-5 from
bagasse silica was successfully synthesized.
Keywords: bagasse, bagasse ash, extraction, silica dealumination, ZSM-5 zeolite.
ii
EKSTRAKSI DAN DEALUMINASI SILIKA DARI AMPAS TEBU
(Bagasse) MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA (HCl) SEBAGAI
PREKURSOR UTAMA SINTESIS ZEOLIT ZSM-5
Oleh
NUR HASTRIANA
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa , Kecamatan Pakuan Ratu
yang berada dalam wilayah Kabupaten Way Kanan,
Provinsi Lampung pada 23Agustus 1995 sebagai
anak ke dua dari dua bersaudara pasangan Bapak
Wan Hanafi dan Ibu Yuyun Midayati. Akan tetapi
Penulis dibesarkan di Desa Selorejo, Kecamatan
Batanghari, Kabupaten Lampung Timur. Penulis
menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri 3 Sribasuki pada tahun 2007.
Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Batanghari dan lulus
pada tahun 2010. Selanjutnya, Penulis diterima di SMA Negeri 2 Sekampung
dan lulus pada tahun 2013.
Pada tahun 2013 Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).. Selama kuliah Penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi
dan termasuk ke dalam penerima Bidik Misi angkatan keempat angkatan
keempat. Selama menjadi mahasiswa, Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Kimia Anorganik 2 angkatan 2014 tahun 2016 dan
asisten Kimia Anorganik 1 angkatan 2015 tahun 2017. Selain itu Penulis juga
ii
mengikuti beberapa aktivitas organisasi, dimulai dengan menjadi Kader Muda
Himaki (KAMI) periode 2013-2014, Anggota Muda Rois (AMAR) Fmipa
Unila 2013-2014, anggota Biro Kesekretariatan Himaki FMIPA Unila tahun
2014-2015, anggota Biro Keputrian ROIS FMIPA Unila tahun 2014-2015,
dan Sekretaris Biro Kesekretariatan Himaki FMIPA Unila tahun 2015-2016.
ii
MOTTO
MAN JADDA WAJADA
Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil
MAN SHABARA ZHAFIRA
Siapa yang bersabar pasti beruntung
MAN SARA ALA DARBI WASHALA
Siapa menapaki jalan-Nya akan sampai ke tujuan
Tidak Ada Kata Gagal Yang Ada Hanya
Kata Sukses Atau Belajar
(Anonim)
“Nonthing Is Impossible”
Karena
Hasil Tak Akan Menghianati Usaha
ii
PERSEMBAHANKU
Dengan Mengucap
Alhamdulillahirabbil‘alamiin Kepada Allah SWT
Karya kecil yang sangat sederhana ini Penulis persembahkan
Untuk orang-oramg yang tersayang:
Pahlawan Hidup ku Bapak Wan Hanafi dan Ibuku tercinta
Yuyun Midayati yang selalu ada di hatiku
Yang selalu berkorban dan tak pernah bosan memberikan kasih
sayang dan do’a kepadaku sepanjang waktu
Kakakku satu satunya Afi Tika Alif Tiana yang selalu
perhatian,selalu memberikan kasih sayang, mendoakan dan menasihati
Keponakanku satu-satunya yang selalu bikin rindu suasana rumah.
Rasa hormatku kepada:
Dr. Mita Rilyanti, M.Si.
Terima kasih atas ilmu, nasihat, dan telah bersabar dalam
membimbing selama ini
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia
Atas dedikasi dan seluruh ilmu yang telah diberikan
Sahabat-sahabatku di kampus tercinta Universitas Lampung
Terkhususnya Jurusan Kimia Fmipa
Yang selalu memberikan kasih sayan0g dan dukungan pada ku
Almamater tercintaku
Universitas Lampung
ii
SANWACANA
Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ” Ekstraksi dan Dealuminasi Silika dari Ampas Tebu
(Bagasse) Menggunakan Asam Klorida (HCl) Sebagai Prekursor Utama
Sintesis Zeolit” sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains pada
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung. Shalawat serta salam selalu tercurah kepadaNabi Agung
Muhammad SAW, semoga kita termasuk umatnya yang mendapat syafa’at
beliau di yaumil akhir nanti, aamiin yarabbal’alamin.
Teriring doa setulus hati Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Terkhusus untuk Malaikat hidupku sekaligus pahlawan hidupku, kedua
orang tuaku Bapak ”Wan Hanafi” dan Ibu ”Yuyun Midayati” atas seluruh
cinta, kasih sayang, kesabaran, ketulusan, keikhlasan dalam
membesarkanku. Terima kasih atas pengorbanan hidupnya yang tak kenal
lelah dalam bekerja, nasihatnya, do’a, dan dedikasi dalam mendidikku
serta menemaniku selama ini. Semoga Allah SWT membalas dengan
jannah-Nya, aamiin Allahumma aamiin;
ii
2. Kakakku Afi Tika Alif Tiana, suaminya Sudarno Budi Setyawan, dan
keponakan kesayanganku Vallent Anggraina Mustika (Yeyen) yang selalu
membuatku rindu dan membuat suasana hati ini gembira, terima kasih atas
seluruh kebersamaan, kepeduliannya, dan kasih sayangnya.
3. Ibu Dr. Mita Rilyanti, M.Si. selaku pembimbing I penelitian saya yang
sangat sabar dalam membimbing, penuh keikhlasan, memberikan arahan,
memotivasi, dan membantu Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan ibu dengan jannah-Nya,
aamiin Allahumma aamiin;
4. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.Si. selaku pembimbing II penelitian sekaligus
Kepala Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik yang sabar dalam
membimbing dan membantu Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Semoga Allah membalas kebaikan Ibu dengan kebaikan serta
keberkahan yang tak ternilai;
5. Bapak Prof. Suharso, Ph. D. selaku pembahas penelitian Penulis atas
nasihat dan bimbingan beliau sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah membalas kebaikan Bapak dengan kebaikan serta
keberkahan yang tak ternilai;
6. Mbahku, Pak uwek (Mbah Lamidi), Mbok (Mbah Kusmiati), Mbah
kakung (Mbah Daim), dan Mbah Nti (Mbah Sarjiaten) atas kebersamaan
dan kasih sayangnya dalam menyemangatiku menimba ilmu;
7. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku ketua jurusan Kimia
FMIPA Unila.yang telah memberukan izin penelitian;
ii
8. Bapak Mulyono Ph.D. selaku pembimbing akademik atas bimbingan,
nasihat, dan motivasi yang telah diberikan kepada Penulis;
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila, terima kasih atas
seluruh ilmu, pengalaman, dan motivasi yang telah diberikan selama
perkuliahan di kampus. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan;
10. Keluarga besar Bapak Muh Sinin, Ibu Sukilah, Mbak Siti Nur Fatimah,
Alm. Mbak Intarti, Ms Edi Siswanto (nadi), dan adek Novita Damayanti
atas seluruh kasih sayang, ketulusan, keikhlasan, do’a, pengorbanan
selama ini, motivasi, dan kebaikannya. Semoga Allah SWT membalas
dengan jannah-Nya, aamiin Allahumma aamiin;
11. Mbak Liza selaku laboran Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik atas
bantuannya selama penelitian;
12. Rekan-rekan Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik: Fentri Hariyanti,
Murnita Anggraini, Megafhit Puspitarini, Melita Sari, Radho Alkautsar,
Ismi Ambalika, S.Si., Nova Tri Irianti, S.Si., Febri Ardhiyansyah, S.Si.,
Kartika Agus Kusuma, S.Si., Della Mita Andini, S.Si., Eka Setiososari,
Awan Gunaevi, Arief Aulia Rahman, Yulia Arizawati, dan Mita Sasta
Viana yang selalu buat suasana Lab jadi rame;
13. Rekan-rekan berantem sekaligus musuh dari Partner Kimia Fisik penghuni
Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik: Renita Susanti (Memble), Widya
Aryani M. (Lepek), Esti Sandra P., Siti Nabila S., Mega Mawarti, Linda
Wati, dan Dewi Rumondang C.PCS., yang selalu berantem mulu, bikin
kesel, tapi juga baek bener. Terima kasih atas kebersamaannya.
ii
14. Rekan-rekan se-angkatan senasib sepenanggungan Kimia 2013 (CHETIR),
yaitu Doddy, Anggun, Jambu, Ahjumma, Cabe, Arief, Arni, Aol, Awan,
Subadi, Paul, Della,S.Si., Citra, Dewi, Dian, Dona, Eka M, Eka, Embung,
Esti, Ezra,S.Si., Celli, Nia, Fatimah,S.Si., Febri,S.Si., Fentri, Fera, Diki,
Fika, Gesa, Herma, Nora, Indah, Inggit, Ambal S.Si.,, Kartika,S.Si., Dd
nisa, Imah,S.Si., Atun, Korina, Kurnia, Linda, Lulu, Dd Bara, Maya,
Mega, Melia, Emak, Mia, Monic, Mawar, Umi, Ridho, Ines, Mb nita,
Nova,S.Si., Mb Nanda, Dilla, Nurma, Nurul, Oci, Tyas, Radho, Renita
(Memble), Eky, Amha, Riska, Kiki, Riyan, Shela.S.Si., Mami, Sinta,
Mbah, Nabil, Bunda, Cuni’, Tika, Gita, Verdi, Netty, Vyna, Mb Balek,
Widya, Yolanda, Yai, Yulia, Yunitri, Yuvicha, Vicka sebagai keluarga
kedua. Semoga tali silaturrahim ini tetap terjaga, tak akan pernah putus,
dan kita semua akan sukses, Aamiin;
15. Teruntuk My Best Partner: terkhusus Fatimah, S.Si., partner setia dari
awal sampai akhir yang selalu ngurus bareng-bareng,dari masuk kuliah
bareng dan kita keluar kuliah bareng,,semoga kita sukses,dan jangan
lupakan masa-masa susah tapi agak indah, yang telah kita lalui bersama,
Anggi Widiawati, dan Indah Tri Y., selaku the best partner yang selalu
membantu, menasehati, dan memberikan motivasi, serta canda tawanya
setiap hari, semoga kita semua sukses dan cepet nyusuul, Aamiin;
16. Teruntuk My Best Friend Fentri Hariyanti atas kasih sayang, nasihat,
motivasi, dan segala kebaikannya yang tak pernah putus, semoga tali
silaturrahim ini tetap terjaga, dan semoga kita berdua bisa sukses, Aamiin,
ii
17. Teruntuk Aulia Pertiwi Tri Yuda (Aol) atas segala kebaikannya,
nasihatnya, selalu ada disaat ku membutuhkan,dan yang selalu membantu
disaat saat kesusahan (baek bener). Semoga Allah membalas kebaikanmu
dengan kebaikan serta keberkahan yang tak ternilai;
18. Teruntuk partner yang tersakiti: Fatimah,S.Si., Nova Tri Irianti,S.Si.,
Febri Ardhiyansyah,S.Si, terima kasih atas kebersamaannya selama ini
dalam melalui berbagai proses,baik susah seneng selalu bareng, yang
gupek bareng,jangan lupakan masa-masa saat print skripsi, dan khususnya
saat-saat memperjuangkan kebebasan,sungguh melelahkan tapi akhirnya
kita dapat ujung yang membahagiakan meski tak sesuai dengan ekspetasi
kita, dan partner tikung Ismi Ambalika,S.Si.,terima kasih yang telah
duluan,meninggalkan kami berempat, tapi jadi panutan kita;
19. Bagasse Research Group: Devi, Icha, Arum, Ainun, dan Cindy, tetaplah
semangat menjalani proses;
20. Keluarga besar Abah Hamim dan Ibu Rosdian, Batin Angga Harosa, Icha
Febriska, Rama, Arga Junero selaku induk semang dalam Kuliah Kerja
Nyata (KKN), dan teman-teman KKN Ega, Liza, Ali, Aldo, Feri. Atas
kasih sayangnya dan segala kebaikannya;
21. Kakak-kakak angkatan 2012, terkhususnya Mb Ajeng Wulandari,S.Si.,
adik-adik angkatan 2014, 2015, 2016 terkhususnya Laili dan Aisyah,
terima kasih atas semangat dan dukungannya;
22. Terima kasih banyak untuk seluruh pihak yang membantu Penulis dalam
proses penyelesain skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga kebaikannya mendapat balasan dari Allah SWT.
ii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
keurangan dan atas segala kebaikan Bapak/Ibu/Sdr/i, semoga Allah SWT
membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin.
Bandar Lampung, 11 Juli 2017
Penulis,
Nur Hastriana
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9
A. Ampas Tebu ................................................................................. 9
B. Silika ............................................................................................ 11
C. Ekstraksi Silika ............................................................................. 12
D. Metode Thermal ........................................................................... 15
E. Metode Non Thermal .................................................................... 15
F. Dealuminasi .................................................................................. 16
G. Zeolit ............................................................................................ 20
H. Zeolit ZSM-5 ................................................................................ 23
I. Sintesis Zeolit ................................................................................ 25
J. Sintesis Hidrotermal ...................................................................... 29
K. X-Ray Diffraction (XRD) ............................................................. 30
L. Spektroskopi Inframerah (FTIR) .................................................. 32
M. X- Ray Fluorosence (XRF) .......................................................... 33
N. Scanning Electron Microscope (SEM) ........................................ 33
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 35
A. Waktu dan Tempat ....................................................................... 35
B. Alat dan Bahan ............................................................................. 35
C. Prosedur Penelitian ....................................................................... 36
1. Ekstraksi dan Dealuminasi Silika dari Ampas Tebu ............... 36
ii
2. Karakterisasi Silika .................................................................... 37
3. Sintesis Zeolit ZSM-5 ................................................................ 38
a. Sintesis zeolit ZSM-5 dari silika komersial ........................... 38
b. Sintesis zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu
yang didealuminasi HCl 1 M .................................................. 39
4. Karakterisasi Zeolit.................................................................... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 42
A. Ekstraksi dan Dealuminasi Silika dari Ampas Tebu .................... 42
B. Karakterisasi Silika ...................................................................... 51
1. Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) ................................... 51
2. Karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR) ................... 53
3. Karakterisasi X-Ray Fluorosence (XRF) .................................. 56
C. Sintesis zeolit ZSM-5 ................................................................... 61
1. Sintesis zeolit ZSM-5 dari silika komersial.............................. 61
2. Sintesis zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu
yang didealuminasi HCl 1 M ..................................................... 63
D. Karakterisasi Zeolit ...................................................................... 64
1. Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) ................................... 64
2. Karakterisasi X-Ray Fluorosence (XRF) .................................. 68
3. Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM)............... 70
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 73
A. Kesimpulan .................................................................................. 73
B. Saran ............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 75
LAMPIRAN ........................................................................................... 81
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi kimia ampas tebu ............................................................... 10
2. Komposisi kimia abu ampas tebu ......................................................... 11
3. Data zeolit tipe MFI ............................................................................. 23
4. Data zeolit tipe ZSM-5 ......................................................................... 23
5. Komposisi molar pereaksi untuk sintesis zeolit ZSM-5 dari silika
komersial ............................................................................................... 38
6. Perhitungan komposisi molar pereaksi untuk sintesis zeolit ZSM-5
dari silika komersial .............................................................................. 39
7. Komposisi molar pereaksi untuk sintesis zeolit ZSM-5 dari silika
Hasil ekstraksi ampas tebu yang didealuminasi HCl 1 M..................... 40
8. Perhitungan komposisi molar pereaksi untuk sintesis zeolit ZSM-5
dari silika hasil ekstraksi ampas tebu yang didealuminasi HCl 1 M..... 41
9. Hasil proses dealuminasi silika ampas tebu .......................................... 48
10. Data pengurangan berat silika selama proses dealuminasi HCl............ 50
11. Hasil karakterisasi XRF silika ............................................................... 57
12. Perhitungan komposisi molar pereaksi untuk sintesis zeolit ZSM-5
dari silika komersial .............................................................................. 59
13. Hasil karakterisasi XRF zeolit .............................................................. 69
14. Data pola XRD zeolit ZSM-5 komersial ............................................... 86
iv
15. Data puncak XRD zeolit ZSM-5 komersial ........................................... 86
16. Data puncak XRD zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas
tebu yang didealuminasi HCl 1 M ......................................................... 89
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ampas tebu ............................................................................................ 9
2. Abu ampas tebu (SCBA) ....................................................................... 10
3. Mekanisme reaksi pembentukan natrium silikat (Na2SiO3) .................. 13
4. Mekanisme reaksi pembentukan siloksan .............................................. 14
5. Struktur tetrahedral zeolit ...................................................................... 21
6. Reaksi pembentukan zeolit .................................................................... 22
7. Mekanisme secara kasar pembentukan zeolit sintesis ........................... 22
8. Difraktogram standar ZSM-5 ................................................................. 24
9. Susunan tiga dimensi dari zeolit ZSM-5 ................................................ 25
10. Skema representasi dari dimensi zeolit ZSM-5 ..................................... 25
11. Autoklaf (alat sintesis secara hidrotermal)............................................. 29
12. (a) Ampas tebu sebelum perlakuan asam sitrat 5%, (b) Perlakuan
asam ampas tebu dengan asam sitrat 5%, (c) Penyaringan ampas tebu
setelah perlakuan asam sitrat 5%, (d) Ampas tebu kering setelah
perlakuan asam sitrat 5% ....................................................................... 43
13. Abu ampas tebu hasil pembakaran suhu 600°C ..................................... 44
14. (a) Abu ampas tebu sebelum pemanasan, (b) Pemanasan abu ampas
tebu dengan NaOH 2 M pada suhu 80°C dan diaduk sampai mendidih,
(c) Penyaringan abu ampas tebu setelah pemanasan dengan NaOH
2 M, (d) Filtrat hasil penyaringan .......................................................... 45
iv
15. (a) Kondisi larutan saat hidrogel silika mulai terbetuk, (b) Pengendapan
hidrogel silika setelah larutan didiamkan selama 24 jam, (c) Serbuk
silika hasil ekstraksi ............................................................................... 47
16. Grafik pengurangan berat silika selama proses dealuminasi ................. 50
17. Difraktogram XRD silika hasil ekstraksi ampas tebu ............................ 52
18. Spektrum FTIR silika ............................................................................. 54
19. Grafik nilai rasio Si/Al silika ................................................................. 60
20. Zeolit ZSM-5 dari silika komersial (LUDOX) ...................................... 62
21. Zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu yang didealuminasi
HCl 1 M ................................................................................................. 64
22. (a) Difaktogram XRD standar zeolit ZSM-5, (b) Difaktogram XRD
zeolit ZSM-5 dari silika komersial......................................................... 65
23. (a) Difaktogram XRD standar zeolit ZSM-5, (b) Difaktogram XRD
zeolit ZSM-5 dari silika komersial, (c) Difaktogram XRD zeolit
ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu yang didealuminasi
HCl 1 M ................................................................................................. 66
24. (a & b) SEM zeolit ZSM-5 dari silika komersial, (c & d) SEM
zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu yang
didealuminasi HCl 1 M .......................................................................... 71
25. Difraktogram zeolit ZSM-5 komersial ................................................... 86
26. Difraktogram zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu yang
didealuminasi HCl 1 M .......................................................................... 89
27. Grafik FTIR silika ampas tebu ............................................................... 91
28. Data XRF silika ampas tebu................................................................... 92
29. Grafik XRF silika ampas tebu ................................................................ 92
30. Data XRF silika hasil dealuminasi HCl 0,1 M....................................... 93
iv
31. Grafik XRF silika hasil dealuminasi HCl 0,1 M .................................... 93
32. Data XRF silika hasil dealuminasi HCl 1 M.......................................... 94
33. Grafik XRF silika hasil dealuminasi HCl 1 M ....................................... 94
34. Data XRF silika hasil dealuminasi HCl 3 M.......................................... 95
35. Grafik XRF silika hasil dealuminasi HCl 3 M ....................................... 95
36. Data XRF zeolit ZSM-5 dari silika komersial ....................................... 96
37. Data XRF zeolit ZSM-5 dari silika hasil ektraksi ampas tebu yang
didealuminasi HCl 1 M .......................................................................... 96
38. Grafik XRF zeolit ZSM-5 dari silika hasil ektraksi ampas tebu yang
didealuminasi HCl 1 M .......................................................................... 97
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkebunan tebu di Indonesia pada tahun 2012 menempati luas mencapai 375
ribu hektar yang tersebar di Lampung, Medan, Solo, Tegal, dan Mojokerto
(Li-An’Amie dan Nugraha, 2014). Tanaman tebu digunakan sebagai bahan
baku untuk industri pembuatan gula. Pada proses produksi gula, batang tebu
dihancurkan untuk mengekstrak jus tebu yang kemudian diproses menjadi
gula. Sisa-sisa batang tebu yang telah hancur dan patah, dikenal dengan
ampas tebu (Sugarcane Bagasse/ SCB), selanjutnya dibuang sebagai sampah.
Suatu pabrik gula menghasilkan ampas tebu dalam jumlah yang banyak.
Sekitar 3 ton ampas tebu dihasilkan dari setiap 10 ton tebu (Hajiha and Sain,
2015). Nilai rata-rata setiap tahunnya dihasilkan 54 juta ton ampas tebu di
seluruh dunia (Ju et al., 2011). Kemudian untuk produksi tebu di Indonesia
berdasarkan Departemen Pertanian yaitu sebesar 33 juta ton setiap tahun
(Dirjenbun, 2014), maka pabrik gula yang ada di Indonesia berpotensi
menghasilkan ampas tebu rata-rata sekitar 9,90-11,22 juta ton setiap tahun
(Husin, 2007). Selanjutnya berdasarkan hasil survei di PT. Gunung
Plantations, Lampung, minimal ampas tebu yang dihasilkan dari industri gula
2
mencapai 100 ton setiap tahunnya, dan diperkirakan untuk PT. Gula Putih
Mataram dan PT. Indo Lampung juga memiliki kapasitas menghasilkan ampas
tebu yang sama (Wyman,1994).
Limbah ampas tebu yang dihasilkan dapat mengganggu lingkungan apabila
tidak dimanfaatkan. Selama ini pemanfaatan ampas tebu hanya terbatas untuk
makan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, dan untuk bahan bakar
boiler di pabrik gula. Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan tersebut
masih cukup rendah (Wijayanti, 2009; Indriani dan Sumiarsih, 1992).
Kemudian lebih lanjut lagi menurut Husin (2007), hasil analisis serat ampas
tebu mengandung silika sebesar 3,01%. Apabila dalam satu tahun PT.
Gunung Plantations, Lampung, minimal dapat menghasilkan ampas tebu
sebanyak 100 ton (Wyman, 1994), maka dari jumlah ampas tebu tersebut
dapat diperkirakan setiap tahunnya juga dapat diperoleh silika sebanyak 3 ton.
Jumlah silika yang diperoleh dari ampas tebu tersebut sudah cukup banyak.
Senyawa silika tersedia di alam dengan jumlah yang melimpah (Affandi et al.,
2009). Silika khususnya dalam bidang kimia digunakan sebagai adsorben
untuk senyawa-senyawa polar, desikan, pengisi pada kolom kromatografi,
sebagai isolator, dan sebagai katalis (Hindryawati dan Alimuddin, 2010;
Mujianti et al., 2010). Silika mempunyai beberapa sifat yaitu mempunyai
kestabilan termal dan mekanik yang cukup tinggi (Shriver et al., 1990), serta
mampu menyerap lembab tanpa mengubah kondisi suatu zat, sehingga silika
banyak digunakan sebagai zat pengering seperti menjaga kelembaban
makanan, obat-obatan, bahan sensitif, elektronik, dan film (Kalapathy et al.,
3
2000). Salah satu cara untuk mendapatkan silika murni dari suatu biomassa
yaitu dengan proses ekstraksi menggunakan metode alkali (NaOH). Hal ini
menyebabkan studi dan penelitian terkait ekstraksi silika dan aplikasinya
berkembang sangat luas. Salah satu di antaranya yaitu ekstraksi silika dari
biomassa, berupa ampas tebu (bagasse).
Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi silika dari abu ampas tebu
menggunakan larutan alkali yaitu NaOH. Hal ini dikarenakan NaOH
mempunyai sifat alkali yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kelarutan
silika (Moises et al., 2013). Selain itu, metode ekstraksi dengan larutan alkali
(NaOH) merupakan metode yang mudah, biayanya relatif murah (Kalapathy
et al., 2000; Daifullah et al., 2003), sederhana, dan tidak membutuhkan energi
yang besar untuk menghasilkan natrium silikat yang merupakan bahan baku
pembuatan silika (Iler, 1979; Affandi et al., 2009).
Secara umum ekstraksi silika dengan larutan alkali (NaOH) dari abu ampas
tebu dapat ditingkatkan atau dipermudah dengan dilakukannya proses
pretreatment terhadap ampas tebu. Proses pretreatment ampas tebu ini dapat
dilakukan secara thermal (pembakaran) dan secara non-thermal (tanpa
pembakaran). Beberapa penelitian telah melakukan ekstraksi silika dengan
proses pretreatment ampas tebu secara thermal dan hasil pembakaran ampas
tebu menghasilkan abu ampas tebu yang mengandung kadar silika cukup
tinggi (Souza et al., 2011). Pada proses pretreatment ampas tebu secara
thermal kadar silikanya lebih tinggi dibandingkan dengan pretreatment ampas
tebu secara non-thermal.
4
Jadi silika dari ampas tebu tersebut baik melalui proses pretreatment secara
thermal maupun non-thermal dapat dijadikan sebagai sumber silika untuk
sintesis material berbasis silika seperti sintesis zeolit (Moises et al., 2013).
Hal tersebut dikarenakan jika ampas tebu tersebut diproses lebih lanjut
menjadi abu ampas tebu (Sugarcane Bagasse Ash/ SCBA), kandungan
silikanya menjadi lebih tinggi lagi sekitar 50-70% (Souza et al., 2011). Akan
tetapi meski kandungan silika dalam limbah ampas tebu lebih sedikit yaitu
3,01%, tetapi dapat menghasilkan silika dengan jumlah yang cukup banyak
juga yaitu dari 100 ton ampas tebu dapat diperoleh 3 ton silika setiap
tahunnya. Hal tersebut sudah cukup baik untuk pemanfaatan suatu limbah
ampas tebu.
Zeolit merupakan material berpori yang banyak diaplikasikan dalam berbagai
bidang, diantaranya sebagai adsorben, katalis, penukar ion, penyaring
molekul, dan aplikasi baru dalam bidang sensor kimia, elektronik, magnetik,
dan kesehatan (Cejka et al., 2007). Hal ini menyebabkan studi dan penelitian
mengenai sintesis, modifikasi, dan aplikasi zeolit telah berkembang sangat
luas. Pada penelitian sebelumnya (Aisyah, 2015), silika yang diperoleh dari
hasil ekstraksi ampas tebu tanpa perlakuan asam sitrat 5% mengandung fasa
kristalin dan pada penelitian tersebut telah berhasil mensintesis zeolit analsim
(ANA) secara hidrotermal. Zeolit hasil sintesis dari silika abu ampas tebu
menghasilan kristal analsim murni tanpa adanya kehadiran fasa lain sebagai
pengotor dan zeolit analsim mempunyai aplikasi yang terbatas. Oleh karena
itu diperlukan zeolit yang mempunyai aplikasi yang lebih luas, seperti ZSM-5.
Akan tetapi penelitian mengenai sintesis zeolit ZSM-5 dari silika ampas tebu
5
belum berkembang secara meluas, maka dari itu pada penelitian ini dilakukan
sintesis zeolit ZSM-5 dari silika ampas tebu.
Zeolit merupakan material mikropori kristalin tiga dimensi tersusun atas
struktur tetrahedral silika (SiO4) dan alumina (AlO4)ˉ membentuk suatu
kerangka (framework) yang mempunyai pori dan rongga (Atta et al., 2012).
Pori dan rongga pada zeolit terisi oleh kation dan molekul air yang dapat
bergerak bebas (Lestari, 2010). Zeolit dapat terjadi secara alami namun dapat
juga disintesis dalam skala laboratorium. Aluminium dalam kedua jenis zeolit
tersebut berperan sebagai sumber pusat asam yang menjadi pusat aktif
perengkahan. Semakin banyak aluminium (rasio Si/Al menurun) dalam
kerangka zeolit , maka semakin rendah konsentrasi pusat asam zeolit tersebut.
Kemudian untuk setiap jenis zeolit itu mempunyai batas rasio Si/Al yang
optimum, dimana jika rasio Si/Al >10 maka akan semakin bagus kualitas
zeolitnya, contohnya zeolit ZSM-5 (Triantafillidis et al., 2000).
ZSM-5 merupakan zeolit yang memiliki rasio Si/Al tinggi (Si/Al 10-100)
dengan bentuk framework Mobile Five-1 (MFI) dan rumus umum
Nan(AlO2)n(SiO2)96-n.16 H2O. ZSM-5 mempunyai struktur pori dua dimensi
yang menyilang, dua jenis pori, dan keduanya dibentuk oleh oksigen cincin
enam. Jenis pori yang pertama berbentuk lurus dan elips. Jenis pori yang
kedua porinya lurus pada sudut kanan, polanya zig-zag dan melingkar. ZSM-
5 merupakan salah satu zeolit dengan kerangka tipe MFI (Petushkov et al.,
2011). Zeolit ZSM-5 memiliki pori berukuran sedang (5,1-5,55 Å), dan
channel 3 dimensi. Selain itu zeolit ZSM-5 memiliki selektivitas yang unik,
6
sifat asam, dan kestabilan termal yang tinggi. Sifat-sifat ini membuat zeolit
ZSM-5 banyak digunakan di bidang katalitik (Cejka and Bekkum, 2005).
Untuk mensintesis zeolit dengan rasio Si/Al tinggi yaitu ZSM-5 maka
dibutuhkan silika dengan rasio Si/Al 10-100. Silika dari ampas tebu telah
mengandung alumunium tetapi masih dalam jumlah yang tinggi. Maka dari
itu, agar silika dari ampas tebu tersebut dapat digunakan sebagai sumber silika
langsung untuk sintesis zeolit dengan rasio Si/Al tinggi, perlu dilakukannya
dealuminasi silika terlebih dahulu.
Dealuminasi merupakan salah satu metode aktivasi secara kimia yang dapat
menaikkan rasio Si/Al. Kenaikan rasio Si/Al tersebut akan mempengaruhi
sifat zeolit yaitu terjadinya perubahan medan magnet elektrostatik dalam
zeolit sehingga mempengaruhi interaksi adsorpsi zeolit, zeolit bersilika tinggi
(ZSM-5) stabil hingga temperatur 1300 K, zeolit bersilika tinggi lebih stabil
dalam lingkungan asam kuat, kekuatan asam akan meningkat, dan volume
serta luas permukaan mengalami peningkatan.
Proses dealuminasi dapat dilakukan dengan agen pengkhelat dan perlakuan
asam. Jika dealuminasi dilakukan dengan agen pengkhelat seperti asam etilen
diamin tetra asetat (EDTA), maka senyawa yang dihasilkan berupa senyawa
kompleks dan kita ketahui bahwa pada umumnya senyawa kompleks itu
berupa padatan berwarna. Akan tetapi pada penelitian ini senyawa targetnya
yaitu zeolit murni yang juga berupa padatan. Jika hasilnya sama-sama berupa
padatan, maka untuk memisahkan antara zeolit dengan kompleksnya akan
sulit. Oleh karena itu zeolit yang akan dihasilkan tidak murni, dikarenakan
7
masih bercampur dengan kompleks EDTA. Selanjutnya jika dealuminasi
dengan perlakuan asam seperti HCl, H3PO4, H2SO4, dan HNO3, maka asam
tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah kation, peningkatan
rasio Si/Al, serta senyawa yang dihasilkan bukan senyawa kompleks, sehingga
diperoleh zeolit yang murni. Setelah perlakuan asam tersebut volume dan luas
permukaan juga akan mengalami peningkatan (Ertan and Ozkan, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini dealuminasi silika
dilakukan dengan perlakuan asam yaitu asam klorida. Asam klorida tersebut
divariasikan konsentrasinya untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap
proses dealuminasi silika, sehingga diperoleh kondisi optimum proses
dealuminasi silika. Kemudian asam klorida digunakan karena mempunyai
konstanta disosiasi yang lebih besar dibandingkan asam sulfat. Hal ini
menyebabkan asam klorida lebih cepat melepaskan proton ke larutan,
sehingga proses dealuminasi akan meningkat (Pardoyo et al., 2013). Dapat
meningkatnya rasio Si/Al silika yang berkisar antara 10-100 maka
mempermudah proses sintesis zeolit ZSM-5, sehingga proses sintesis zeolit
menjadi lebih efektif.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain:
1. Mengekstraksi silika dari ampas tebu menggunakan larutan alkali dengan
perendaman asam sitrat 5%.
2. Mempelajari pengaruh konsentrasi asam klorida terhadap nilai rasio Si/Al
silika ampas tebu.
8
3. Mengkarakterisasi silika hasil ekstraksi ampas tebu dan dealuminasi asam
klorida menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform
Infrared (FTIR), dan X-Ray Fluorosence (XRF).
4. Melakukan sintesis zeolit ZSM-5 secara hidrotermal dengan sumber silika
dari hasil ekstraksi ampas tebu yang didealuminasi asam klorida.
5. Mengkarakterisasi zeolit hasil sintesis menggunakan X-Ray Diffraction
(XRD), X-Ray Fluorosence (XRF), dan Scanning Electron Microscope
(SEM).
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah diperolehnya konsentrasi
optimum asam klorida untuk mendealuminasi silika dari hasil ekstraksi ampas
tebu yang selanjutnya akan digunakan sebagai sumber silika untuk
mensintesis zeolit ZSM-5 dengan metode hidrotermal.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan limbah yang dihasilkan dari industri gula dan etanol
(Huang et al., 2012). Ampas tebu berbentuk serat-serat pendek yang
mengandung air dan sejumlah kecil padatan yang dapat larut seperti yang
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Ampas tebu.
Secara umum, ampas tebu memiliki ukuran panjang 1,2 mm (Hajiha and Sain,
2015). Selain itu Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) limbah ampas tebu yang
dihasilkan dari pabrik gula sebanyak 32% dari berat tebu giling. Diperkirakan
juga sekitar 1,8 juta ton pertahun limbah ampas tebu dapat dihasilkan dari
pabrik gula dan diperkirakan sebanyak 45% dari ampas tebu tersebut belum
dimanfaatkan, sehingga dapat mengganggu lingkungan.
9
10
Ampas tebu mengandung beberapa komponen kimia, salah satunya silika.
Menurut Husin (2007) hasil analisis serat ampas tebu adalah seperti pada
Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Komposisi kimia ampas tebu.
Kandungan Kadar (%)
Abu 3,82
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Sari 1,81
Pentosan 27,97
SiO2 3,01
Selanjutnya abu ampas tebu mengandung kadar silika yang cukup tinggi yaitu
sekitar 50-70%. Kandungan silika dalam abu ampas tebu tidak mempunyai
nilai yang pasti, berbeda-beda berdasarkan jenis tanah area tebu tersebut
ditanam (Souza et al., 2011). Abu ampas tebu yang disajikan pada Gambar 2,
mengandung material sampah padat yang kaya dengan silika kristalin (Faria et
al., 2012).
Gambar 2. Abu ampas tebu (SCBA).
11
Kemudian komposisi dari abu ampas tebu yaitu dapat dilihat pada Tabel 2 di
bawah ini:
Tabel 2. Komposisi kimia abu ampas tebu.
Komposisi Berat (%)
SiO2 73,5
Al2O3 7,6
Fe2O3 2,7
CaO 3,0
MgO 2,6
K2O 7,1
P2O3 1,7
(sumber: Paturau dalam Setyawan, 2006:4)
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan usaha untuk memanfaatkan
limbah ampas tebu secara optimal yaitu diproses lebih lanjut menjadi silika.
B. Silika
Silika merupakan senyawa kimia yang tersedia di alam dan secara kuantitatif
memiliki jumlah yang melimpah (Sunardi, 2006). Salah satu penyusun silika
adalah unsur Si, dimana unsur Si merupakan unsur kedua terbesar di kerak
bumi setelah oksigen dan sebagian besar terdapat di dalam tanah (Husnain,
2010). Silika secara umum digunakan di berbagai industri (industri pasta gigi,
perawatan kulit, dan pelapisan kertas) baik sebagai produk akhir maupun
sebagai bahan penunjang proses industri (Affandi et al., 2009). Selain itu
khususnya dalam bidang kimia, silika digunakan sebagai adsorben untuk
senyawa-senyawa polar, desikan, pengisi pada kolom kromatografi,
12
sebagai isolator, dan sebagai katalis (Hindryawati dan Alimuddin, 2010;
Mujianti et al., 2010).
Silika mempunyai beberapa sifat yaitu mempunyai kestabilan termal dan
mekanik yang cukup tinggi (Shriver et al., 1990), serta mampu menyerap
lembab tanpa mengubah kondisi suatu zat, sehingga silika banyak digunakan
sebagai zat pengering seperti menjaga kelembaban makanan, obat-obatan,
bahan sensitif, elektronik, dan film (Kalapathy et al., 2000). Berdasarkan
uraian tentang banyaknya manfaat dari silika di atas, maka perlu dilakukannya
usaha untuk memperbanyak jumlah silika. Salah satunya yaitu menggunakan
metode ekstraksi. Melalui metode ekstraksi dapat diperoleh silika murni dan
dari silika hasil ekstraksi ini dapat digunakan lebih lanjut sebagai sumber
silika untuk sintesis zeolit (Cejka et al., 2007). Hal ini menyebabkan studi dan
penelitian terkait ekstraksi silika dan aplikasinya berkembang sangat luas.
Salah satu di antaranya yaitu ekstraksi silika dari biomassa, berupa ampas
tebu.
C. Ekstraksi Silika
Silika dari suatu biomassa seperti ampas tebu dapat diperoleh dengan cara
ekstraksi. Metode ekstraksi silika dari ampas tebu dilakukan dengan larutan
alkali yaitu NaOH, karena NaOH mempunyai sifat alkali yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan kelarutan silika (Moises et al., 2013). Selain itu, metode
ekstraksi dengan larutan alkali (NaOH) merupakan metode yang mudah,
biayanya relatif murah (Kalapathy et al., 2000; Daifullah et al., 2003),
sederhana, dan tidak membutuhkan energi yang besar untuk menghasilkan
13
natrium silikat yang merupakan bahan baku pembuatan silika (Iler, 1979;
Affandi et al., 2009). Ekstraksi silika menggunakan larutan NaOH dilakukan
dengan dipanaskan pada suhu 80oC sampai mendidih dan diaduk.
Reaksi yang terjadi yaitu:
SiO2(s) + NaOH(aq) → Na2SiO3(aq) + H2O(l) (a)
(Moises et al., 2013).
Mekanisme yang terjadi selama pembentukan natrium silikat pada proses
ekstraksi diperkirakan seperti yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Mekanisme reaksi pembentukan natrium silikat (Na2SiO3).
Berdasarkan mekanisme reaksi di atas, NaOH terdisosiasi sempurna
membentuk ion natrium (Na+) dan ion hidroksil (OHˉ). Ion hidroksil (OHˉ)
bertindak sebagai nukleofil yang akan menyerang atom bermuatan
elektropositif yaitu Si dalam SiO2. Kemudian atom O yang bermuatan
elektronegatif akan memutuskan satu ikatan rangkap untuk membentuk
intermediet SiO2OHˉ. Intermediet SiO2OHˉ tersebut akan melepaskan ion H+,
pada atom O akan terjadi pemutusan ikatan rangkap kembali, dan membentuk
SiO32-
. Pada tahap ini akan terjadi dehidrogenasi yaitu ion hidroksil (OHˉ)
yang kedua akan berikatan dengan ion hidrogen (H+) dan membentuk molekul
14
H2O. Selanjutnya molekul SiO32-
yang bermuatan negatif akan diseimbangkan
oleh dua ion Na+ yang ada, sehingga dapat terbentuk natrium silikat (Na2SiO3)
(Brinker and Scherer, 1990).
Penetesan HCl 1 M pada proses pengekstraksian dilakukan sampai terbentuk
hidrogel yaitu pada pH 6, karena pada penelitian sebelumnya (Aisyah, 2015)
pH 6 merupakan kondisi pH optimum pembentukan silika, dimana hidrogel
silika terbentuk pada kondisi asam. Pada penambahan asam klorida ini,
natrium silikat akan bereaksi dengan asam menghasilkan asam silikat dan
ketika dikeringkan akan menghasilkan padatan silika sesuai dengan reaksi di
bawah ini:
Na2SiO3(aq) + nH2O(l) + H+
(aq) → SiO2.nH2O(s) + Na+
(aq) (b)
SiO2.nH2O(s) → SiO2(s) + nH2O(g) (c)
(Moises et al., 2013).
Mekanisme yang terjadi pada pembentukan silika gel dari proses pengasaman
larutan natrium silikat diperkirakan seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Mekanisme reaksi pembentukan siloksan.
Berdasarkan mekanisme reaksi di atas, penambahan asam klorida akan
menyebabkan gugus siloksi (Si-O-) terprotonasi menjadi gugus silanol
15
(Si-OH). Penambahan asam menyebabkan semakin tingginya konsentrasi
proton (H+) dalam larutan natrium silikat dan sebagian gugus siloksi (Si-O-)
akan membentuk gugus silanol (Si-OH). Kemudian gugus silanol tersebut
diserang oleh gugus siloksi dengan bantuan katalis asam membentuk ikatan
siloksan (Si-O-Si). Proses ini terjadi secara cepat dan terus menerus untuk
membentuk jaringan silika (Brinker and Scherer. 1990).
Secara umum ekstraksi silika dengan larutan alkali (NaOH) dari ampas tebu
dapat ditingkatkan atau dipermudah dengan dilakukannya proses pretreatment
terhadap ampas tebu. Proses pretreatment ampas tebu ini dapat dilakukan
secara thermal dan secara non-thermal.
D. Metode Thermal
Metode thermal dilakukan dengan cara pembakaran. Pembakaran ampas tebu
akan menghasilkan abu yang berwarna abu-abu hingga putih untuk
pembakaran yang sempurna dan berwarna kehitaman untuk pembakaran yang
tidak sempurna. Kontrol terhadap temperatur dan lingkungan saat
pembakaran akan memberikan pengaruh terhadap kualitas abu ampas tebu
yang dihasilkan yang terlihat dari ukuran partikel dan luas spesifik
permukaannya. Pembakaran ampas tebu di tempat terbuka dapat
menghasilkan kualitas abu yang buruk dan juga menyebabkan polusi (Chandra
et al., 2012).
E. Metode Non-Thermal
Ekstraksi silika secara non-thermal dapat dilakukan dengan menggunakan
16
bahan kimia yaitu suatu oksidator kuat seperti hidrogen peroksida (H2O2)
atau asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCl), dan asam
nitrat (HNO3). Metode non-thermal biasanya diberikan sebagai perlakuan
awal terhadap biomassa untuk menghasilkan silika dengan tingkat kemurnian
yang tinggi. Senyawa-senyawa anorganik yang terdapat dalam ampas tebu
harus dihilangkan sebelum pembakaran karena dapat menghambat
pembentukan silika. Selain senyawa anorganik, perlakuan dengan asam juga
dapat menghilangkan senyawa-senyawa organik seperti selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Melalui hidrolisis terjadi pemecahan ikatan kimia
polisakarida. Akan tetapi, metode non-thermal jarang digunakan karena
proses penghilangan pengotor berlangsung relatif lama, oksidator asam dapat
menyebabkan korosi, butuh perlakuan khusus untuk pembuangan limbah
sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi (Chandra et al., 2012).
F. Dealuminasi
Salah satu cara untuk menaikkan rasio Si/Al pada zeolit yaitu dengan metode
dealuminasi. Dealuminasi merupakan salah satu metode aktivasi secara
kimia. Aktivasi dapat dilakukan baik secara fisika maupun secara kimia.
Aktivasi secara fisika dilakukan melalui pengecilan ukuran butir, pengayakan,
dan pemanasan pada suhu tinggi. Tujuannya untuk menghilangkan pengotor-
pengotor organik, memperbesar pori, dan memperluas permukaan.
Selanjutnya aktivasi secara kimia dilakukan melalui pengasaman. Tujuannya
untuk menghilangkan pengotor anorganik. Pengasaman ini akan
17
menyebabkan terjadinya pertukaran kation dengan H+
(Ertan and Ozkan,
2005).
Dealuminasi adalah metode komersial yang paling penting untuk
mendapatkan jumlah Al yang diinginkan. Kenaikan rasio Si/Al akan
memberikan pengaruh terhadap sifat-sifat zeolit seperti berikut:
1. Terjadinya perubahan medan magnet elektrostatik dalam zeolit, sehingga
mempengaruhi interaksi adsorpsi zeolit. Zeolit bersilika rendah akan
bersifat hidrofilik sementara zeolit bersilika tinggi bersifat hidrofobik dan
lipofilik.
2. Zeolit bersilika rendah (Zeolit A dan X) dapat stabil pada temperatur 800-
900 K, sedangkan zeolit bersilika tinggi (H-ZSM-5) stabil hingga
temperatur 1300 K.
3. Zeolit bersilika rendah mudah rusak pada pH kurang dari 4, sedangkan
zeolit bersilika tinggi lebih stabil dalam lingkungan asam kuat.
4. Kekuatan asam akan meningkat, sedangkan sisi Asam Bronsted akan
berkurang dengan naiknya rasio Si/Al. Kekuatan asam ini disebabkan
oleh posisi aluminium dalam kerangka yang lebih terisolasi. Menurut
(Triantafillidis et al., 2000), semakin banyak kandungan Al dalam
framework zeolit (rasio Si/Al menurun) akan menyebabkan kekuatan atau
total situs asam zeolit menurun, sehingga berdasarkan hal tersebut dapat
dinyatakan bahwa dealuminasi akan menyebabkan peningkatan keasaman
zeolit. Keasaman yang dimaksud adalah kekuatan asam yang terdapat
pada permukaan zeolit atau banyaknya situs asam yang terdapat pada
permukaan zeolit.
18
Menurut (Sherrington and Kybett, 2001), metode yang dapat digunakan untuk
dealuminasi zeolit yaitu sebagai berikut:
1. Perlakuan hidrotermal
2. Perlakuan kimia
a. Dealuminasi dengan penyisipan Si
b. Dealuminasi tanpa penyisipan Si
- Bantuan asam (HCl dan HNO3)
- Bantuan agen pengkhelat (EDTA)
3. Perlakuan hidrotermal dan kimia
Perlakuan asam pada dealuminasi menyebabkan penurunan jumlah kation dan
peningkatan rasio Si/Al. Perubahan rasio Si/Al pada suatu material akan
mempengaruhi sifat dari material tersebut. Semakin tinggi rasio Si/Al suatu
material, maka material tersebut semakin bersifat hidrofobik. Kemudian
metode dealuminasi dengan perlakuan asam ini dapat menyebabkan volume
dan luas permukaan mengalami peningkatan. Pada dealuminasi, terjadi proses
perusakan struktur kerangka zeolit yaitu pemutusan Al dalam kerangka (Al
framework) menjadi Al luar kerangka (Al non-framework) (Mahardiani et al.,
2010). Akibatnya rasio Si/Al akan menjadi semakin meningkat (Yuanita,
2009).
Aktivasi zeolit secara kimia dengan tujuan untuk membersihkan permukaan
pori, membuang senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom yang
dapat dipertukarkan. Aktivasi asam menyebabkan terjadinya dekationisasi
yang menyebabkan bertambahnya luas permukaan zeolit karena berkurangnya
19
pengotor yang menutupi pori-pori zeolit. Luas permukaan yang bertambah
diharapkan meningkatkan kemampuan zeolit dalam proses penjerapan
(Weitkamp and Puppe, 1999). Tingginya kandungan Al dalam kerangka
zeolit menyebabkan kerangka zeolit sangat hidrofilik. Sifat hidrofilik dan
polar dari zeolit ini merupakan hambatan dalam kemampuan penjerapannya.
Proses aktivasi dengan asam dapat meningkatkan kristalinitas, keasaman, dan
luas permukaan (Srihapsari, 2006).
Setiap oksigen dalam ikatan ini cenderung akan mengikat H+ membentuk OH
atau gugus silanol yang bersifat polar. Ion hidrogen pada gugus hidroksil ini
siap dipertukarkan dengan kation lain. Pada keadaan netral atau sedikit asam,
dapat terjadi hidrolisis dan akan menyebabkan kenaikan pada pH dengan
reaksi sebagai berikut:
SiO2ˉ + H2O → SiOH + OHˉ (d)
Keadaan yang demikian akan menyebabkan kapasitas pertukarannya
meningkat. Pada konsentrasi tertentu, asam juga menghidrolisis aluminium
dari kerangka zeolit yang menyebabkan struktur menjadi rusak. Bila proses
dealuminasi dilakukan berlebihan maka akhirnya Si(OH)4 mudah
berpolimerisasi dan terjadi pemisahan gugus OH (dehidroksilasi), membentuk
Si–O–Si yang merupakan ikatan yang kuat. Hasil dari proses dealuminasi
zeolit ini berbentuk silika gel, seperti pada pemanasan yang terlalu tinggi dan
terbentuk bahan amorf sebagai bahan akhir (Bambang et al.,1995). Secara
umum konsentrasi larutan asam dan jenis asam yang dipergunakan di dalam
aktivasi akan mempengaruhi sifat pertukaran dan struktur kristal dari mineral
20
zeolit. Keadaan ini merupakan sifat dari struktur kristal dan rasio Si/Al yang
dimiliki oleh masing-masing jenis zeolit tersebut (Sarno, 1983).
G. Zeolit
Zeolit berasal dari kata “zeinlithos” yang berarti batuan berbuih. Zeolit
merupakan kristal alumina silikat dengan rumus empiris
Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O. Terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika
dengan rongga-rongga di dalam yang berisi ion-ion logam, biasanya
golongan logam alkali, dan molekul air yang bergerak bebas. Selain itu
zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas vulkanik yang banyak
mengandung unsur silika. Pada saat ini penggunaan mineral zeolit semakin
meningkat, dari penggunaan dalam industri kecil hingga dalam industri
berskala besar (Sarno, 1983).
Oleh karena sifat-sifat yang dimiliki zeolit, maka mineral ini dapat
dimanfaatkan dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang industri yaitu
sebagai bahan yang dapat digunakan untuk membantu pengolahan limbah
pabrik. Masalah limbah industri semakin meresahkan masyarakat, sehingga
banyak dilakukan usaha-usaha untuk mengatasi pencemaran limbah, baik
dengan mengurangi volume limbah yang terbuang ataupun dengan mendaur
ulang kembali limbah tersebut. Zeolit sintetis adalah suatu senyawa kimia
yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang sama dengan zeolit alam.
Zeolit ini dibuat dari bahan lain dengan proses sintesis. Secara umum zeolit
mampu menyerap, menukar ion, dan menjadi katalis. Membuat zeolit
21
sintetis ini dapat dikembangkan untuk keperluan alternatif pengolah limbah
(James, 1951).
Parameter kimia yang penting dari zeolit adalah perbandingan rasio Si/Al,
yang menunjukkan persentase Si yang mengisi di dalam tetrahedral, jumlah
kation monovalen dan divalen, serta molekul air yang terdapat di dalam
saluran kristal. Perbedaan kandungan atau perbandingan rasio Si/Al akan
berpengaruh terhadap ketahanan zeolit terhadap asam atau pemanasan.
Kemudian pada zeolit ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur
kristal sedangkan logam alkali adalah kation yang mudah tertukar
(“exchangeable cation”). Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-
pori atau volume ruang kosong yang terbentuk apabila unit sel kristal
tersebut dipanaskan (Sastiano, 1991).
Berikut ini struktur zeolit seperti pada Gambar 5 yang dapat membentuk
suatu kerangka (framework) yang mempunyai pori dan rongga (Atta et al.,
2012), Pori dan rongga pada zeolit tersebut terisi oleh kation dan molekul air
yang dapat bergerak bebas (Lestari, 2010).
Gambar 5. Struktur tetrahedral zeolit.
22
Kemudian secara umum reaksi pembentukan kerangka zeolit dapat dilihat
pada Gambar 6 dan untuk mekanisme secara kasar pembentukan zeolit sintesis
dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini:
Gambar 6. Reaksi pembentukan zeolit (Breck, 1974).
Gambar 7. Mekanisme secara kasar pembentukan zeolit sintesis (Xu et al., 2004).
Kerangka Zeolit
23
H. Zeolit ZSM-5
ZSM-5 merupakan zeolit yang memiliki rasio Si/Al tinggi (Si/Al 10-100)
dengan bentuk framework MFI dan rumus Nan(AlO2)n(SiO2)96-n.16 H2O.
Berikut ini data mengenai zeolit ZSM-5 yang disadur dari International Zeolite
Association (IZA) ditampilkan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Data zeolit tipe MFI.
(Anonim A, 2016).
Tabel 4. Data zeolit tipe ZSM-5.
Chemical Formula [Na+
n (H2O)16] [AlnSi96-n O192]- MFI, n<27
Cell Parameters a=20,07 Å; b=19,92 Å; c=13,42 Å
α = 90.0o; β=90.0
o; γ =90.0
o
Framework density 17,9 T/1000 Å 3
Channel System {[100] 10 5,1 x 5,5 <-> [010] 10 5,3 x 5,6}⃰ ⃰ ⃰
(3-dimensional)
(Anonim A, 2016).
Cell Parameters a =20,090 Å; b = 19,738 Å; c = 13,142 Å
α = 90.000o; β= 90.000
o; γ =90.000
o
Volume 5211,29 Å 3
RDLS 0,0020
Framework density 18,4 T/1000 Å 3
Ring size (#T-atoms) 10; 6; 5; 4
Channel System 3-dimensional
Secondary Building Unit 5-1
24
Kemudian berdasarkan IZA, zeolit ZSM-5 memiliki difraktogram (pola
difraksi sinar X) standar yang digunakan sebagai sidik jari atau identifikasi.
Hal ini dikarenakan setiap senyawa dengan struktur kristal yang sama akan
menghasilkan difraktogram yang identik. Difraktogram standar ZSM-5
berdasarkan IZA dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini:
2θ (
o)
Gambar 8. Difraktogram standar ZSM-5 (Anonim B, 2016).
Zeolit ZSM-5 memiliki unit pembangun sekunder 5-1 atau disebut juga unit
pentasil. Unit pentasil tersebut kemudian saling berhubungan membentuk
rantai pentasil. Pada tahap selanjutnya rantai pentasil ini akan membentuk
kerangka zeolit ZSM-5. Berikut ini gambar susunan tiga dimensi dari zeolit
ZSM-5 yang diperlihatkan pada Gambar 9 dan skema representasi dari
dimensi zeolit ZSM-5 dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini:
Inte
nsi
tas
(a.u
.)
25
Gambar 9. Susunan tiga dimensi dari zeolit ZSM-5 (Baerlocher, 2007).
Gambar 10. Skema representasi dari dimensi zeolit ZSM-5 (Lei et al., 2003).
Zeolit ZSM-5 memiliki pori berukuran sedang (5,1-5,5 Å), dan channel 3
dimensi. Selain itu zeolit ZSM-5 memiliki selektivitas yang unik, sifat asam,
dan kestabilan termal yang tinggi. Sifat-sifat ini membuat zeolit ZSM-5 sering
digunakan sebagai katalis di bidang petroleum dan petrokimia. Pemanfaatan
zeolit ZSM-5 di bidang katalitik seperti pada reaksi dewaxing, konversi
metanol menjadi gasolin, metanol menjadi olefin, hidrocracking, alkilasi
benzen, reduksi Nox, dan oksidasi parsial metana (Cejka and Bekkum, 2005).
I. Sintesis Zeolit
Sintesis zeolit biasanya dilakukan melalui proses hidrotermal, yaitu proses
kristalisasi gel aluminasilikat dalam sistem hidrotermal tertutup (Tovina,
2009). Tahap awal pembentukan zeolit adalah pembentukan gel
26
aluminasilikat dalam suasana basa. Waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan gel tergantung pada konsentrasi masing-masing komponen yang
ada. Pada kondisi hidrotermal dan dengan adanya kation logam serta
molekul-molekul pengarah struktur, gel aluminasilikat tersebut tertata ulang
membentuk struktur zeolit yang diinginkan. Biasanya bahan dasar untuk
sintesis zeolit meliputi sumber silika, sumber alumina, ion hidroksida, basa
kuat, zat pengarah (structure directing agent), dan air sebagai pelarut
(Krisnandi, 2006).
Kemudian menurut Cejka et al (2007), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan kristal dalam sintesis zeolit, diantaranya
sebagai berikut:
1. Komposisi molar pereaksi
Komposisi molar campuran pereaksi memberikan peranan penting
terhadap kristalisasi zeolit. Hal-hal yang berkaitan dengan komposisi
molar pereaksi adalah sumber prekursor, rasio Si/Al, alkalinitas
(kebasaan), jumlah H2O, kation anorganik, dan template organik.
2. Sumber Si dan Al
Sumber silika yang biasa digunakan dalam sintesis zeolit diantaranya;
silika koloid (LUDOX), tetraetil orto silikat (TEOS), Cab-O-Sil (fumed
silica), tetrametil orto silikat (TMOS), dan natrium silikat (Na2SiO3).
Karakteristik suatu polisilikat akan berbeda dengan sumber silika yang
lain. Karakteristik ini memainkan peran penting dalam proses nukleasi
dan kristalisasi zeolit. Perbedaan luas permukaan dari sumber silikon akan
memberikan efek terhadap laju pengkristalan, ukuran kristal, dan distribusi
27
ukuran partikel terhadap zeolit hasil sintesis. Silika dengan luas
permukaan yang besar sangat mudah larut dalam medium basa
dibandingkan dengan silika yang luas permukaaannya kecil. Silika jenis
ini lebih mudah membentuk kristal dengan ukuran yang lebih kecil.
Kristal dengan luas permukaan kecil dan kelarutan rendah lebih
cenderung membentuk kristal besar. Selain sumber silika, sumber alumina
juga memberikan pengaruh besar terhadap laju pengkristalan zeolit.
Sumber alumina yang biasa digunakan antara lain natrium alumina
(NaAlO2), aluminium hidroksida (Al(OH)3), pseudo-boehmit (AlO(OH)),
aluminium isopropoksida (C9H21AlO3), aluminium nitrat (Al(NO3)3),
aluminium sulfat (Al2(SO4)3), atau logam aluminum (bubuk Al atau foil).
3. Rasio Si/Al
Rasio Si/Al berperan dalam menentukan struktur dan komposisi dari
kristal produk. Secara umum, zeolit dengan perbandingan Si/Al yang
rendah (Si/Al ≤ 5) seperti zeolit A (LTU), X (FAU), dan hidroksisodalit
(SOD) disintesis dengan campuran reaksi Si/Al rendah dan alkali kuat.
Sementara itu, zeolit dengan rasio Si/Al tinggi (Si/Al > 5) seperti zeolit
beta (BEA), ZSM-11 (MEL), dan MFI dipreparasi dari silika gel dengan
rasio Si/Al tinggi dan tingkat kebasaan yang rendah atau dalam medium F.
4. Alkalinitas (kebasaan)
Alkalinitas memberikan kontribusi terhadap rasio OH-/Si atau rasio
H2O/Na2O. Sifat alkali yang tinggi meningkatkan kelarutan silika dan
alumina serta mempercepat polimerisasi dari ion polisilikat dan aluminat.
Proses induksi, nukleasi, dan kristalisasi dapat dipercepat dengan
28
meningkatkan alkalinitas. Di samping itu, tingkat kebasaan juga dapat
mempengaruhi ukuran partikel dan morfologi zeolit.
5. Jumlah H2O
Dalam sintesis zeolit secara hidrotermal, air berperan sebagai pelarut.
Jumlah air dalam suatu campuran reaksi akan mempengaruhi konsentrasi
dari reaktan sehingga berpengaruh juga kepada proses kristalisasi zeolit.
Dengan demikian mengubah jumlah air akan mengubah laju kristalisasi
zeolit.
6. Kation anorganik
Kation anorganik berasal dari basa hidroksida logam alkali (MOH)
sebagai sumber basa dalam sintesis zeolit. Basa logam alkali yang biasa
digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH) dan kalium hidroksida
(KOH). Perbedaan kation anorganik akan mempengaruhi pembentukan
unit kerangka penyusun zeolit yang tentunya juga akan mempengaruhi
jenis zeolit yang dihasilkan. Beberapa zeolit seperti: ANA, CAN, FAU (X
dan Y), MOR, LTA, dan SOD terbentuk dengan kehadiran ion Na+
sebagai kation anorganik. Selanjutnya zeolit NAT, PAU, OFF, dan PHI
terbentuk dengan adanya kation K+. Hal ini dikarenakan kation anorganik
juga berperan sebagai agen pengarah struktur.
7. Cetakan (template) organik
Kation organik dapat berperan sebagai pengisi ronggga kosong yang
mengarahkan pembentukan struktur spesifik zeolit (structure directing
agent/ SDA). Antara kerangka zeolit dengan SDA terjadi interaksi karena
adanya gaya Van der Waals. Hidropobisitas dan hidrofilisitas ion organik
29
yang berperan sebagai SDA, sangat berpengaruhi terhadap rasio Si/Al
dalam sintesis zeolit.
J. Sintesis Hidrotermal
Sintesis secara hidrotermal biasanya terjadi dalam pelarut air dengan kondisi
hidrotermal, pertumbuhan kristal dilakukan dalam suatu piranti yang terdiri
dari wadah baja tertutup rapat yaitu autoklaf (Byrappa and Adschiri, 2007).
Alat autoklaf dalam sintesis hidrotermal dapat dilihat pada Gambar 11 berikut
ini:
Gambar 11. Autoklaf (alat sintesis secara hidrotermal).
Metode hidrotermal telah banyak dikembangkan tidak hanya untuk sintesis
material berpori seperti zeolit tetapi juga untuk material anorganik penting
seperti superionik konduktor, sensor kimia, keramik oksida kompleks, dan
material magnetik (Cejka et al., 2007).
Kemudian keuntungan sistem hidrotermal dibandingkan dengan metode
pertumbuhan kristal yang lain yaitu kemampuan untuk menciptakan tahap
pembentukan kristal yang tidak stabil pada titik lelehnya. Keuntungan lain
30
yaitu material yang mempunyai tekanan uap yang tinggi, dekat titik lelehnya,
dan dapat tumbuh dengan sistem hidrotermal. Sistem hidrotermal juga sesuai
untuk pertumbuhan kristal dengan kualitas yang baik dengan komposisi yang
dapat dikontrol (Byrappa and Adschiri, 2007).
K. X-Ray Diffraction (XRD)
X-Ray Diffraction (XRD) digunakan untuk karakterisasi struktur kristal dan
fasa kristalin. Penampakan tiga dimensi suatu bahan bukan amorf
diperlihatkan secara jelas dan teratur berdasarkan pengulangan lapisan
permukaan atom yang membentuk kisi kristal. Ketika berkas sinar-X
berinteraksi dengan lapisan permukaan kristal, sebagian sinar-X
ditransmisikan, diserap, direfleksikan, sebagian lagi dihamburkan, dan
didifraksikan. Sinar-X yang didifraksikan oleh setiap kristal bersifat spesifik
dan bergantung bagaimana atom menyusun kisi kristal tersebut serta
bagaimana atom sejenis tersusun (West et al., 1984).
Difraksi sinar-X mengidentifikasi struktur kristal suatu padatan dengan cara
membandingkan nilai jarak d (bidang kristal) dan intensitas puncak difraksi
dengan data standar. Sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang sekitar 100 pm yang dihasilkan dari penembakan logam
dengan elektron berenergi tinggi. Melalui analisis tinggi XRD, diketahui
dimensi kisi (d=jarak antar kisi) dalam struktur mineral (Tovina, 2009). Hasil
yang didapatkan dari difraksi sinar-X adalah berupa puncak-puncak intensitas
dan bentuk difraksi, versus sudut hamburan (2θ) (Bragg et al., 1975).
Kemudian analisis XRD ini menjadi teknik yang cukup handal dan mendasar
31
untuk mengevaluasi sifat-sifat fasa kristal dan ukuran kristal (Leofanti et al.,
1997).
Berdasarkan uraian di atas, maka analisis XRD merupakan metode yang
penting untuk karakterisasi zeolit, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Hal ini dikarenakan metode ini memberikan informasi tentang kemurnian
ataupun perubahan parameter kisi dari suatu kristal (Atkins, 1999). Metode
ini bersifat tidak merusak, yang berarti sampel tidak dapat dipengaruhi oleh
analisis dan masih dapat digunakan untuk analisis lain (Tan, 1991). Ketika
sampel diuji, teknik difraksi hanya memberikan tampilan data-data dari
struktur. Perubahan panjang kerangka mempengaruhi posisi puncak
difraktogram, misalnya penggantian ikatan Al-O (1,69 Å) dengan ikatan yang
lebih pendek Si-O (1,61 Å) yang menyebabkan unit-unit sel mengkerut. Hal
ini akan menurunkan jarak d dan menggeser puncak difraksi kearah 2θ yang
lebih tinggi (Hamdan, 1992).
Setiap senyawa kristalin memiliki pola difraksi sinar-X yang dapat digunakan
sebagai sidik jari atau identifikasi (West et al., 1984). Analisis kualitatif dan
kuantitatif jenis mineral zeolit dengan menggunakan difraktogram standar dari
IZA. Setiap senyawa dengan struktur kristal yang sama akan menghasilkan
difraktogram yang identik, oleh karena itu pola difraksi dapat digunakan
sebagai sidik jari suatu senyawa. Jadi dengan membandingkan difraktogram
senyawa hasil sintesis yang tidak diketahui dengan difraktogram standar
dalam IZA dapat ditentukan senyawa yang tidak diketahui tersebut (Nelson,
2003). Pada zeolit, intensitas dari puncak pada sudut kecil tergantung pada
32
kandungan air antar kristal, sehingga intensitasnya akan menurun dengan
adanya dehidrasi. Zeolit murni dengan derajat kristalinitas tinggi akan
menghasilkan puncak sempit yang sangat jelas dengan garis dasar yang rendah
dan datar (Atkins, 1999).
L. Spektroskopi Inframerah (FTIR)
Spektroskopi inframerah merupakan metode yang digunakan untuk
mengamati interaksi-interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Prinsip dasar spektroskopi inframerah yaitu interaksi antara vibrasi atom-
atom yang berikatan atau gugus fungsi dalam molekul yaitu dengan
mengadsorpsi radiasi gelombang elektromagnetik inframerah. Absorpsi
terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi energi vibrasi
molekul ketingkat energi vibrasi yang lebih tinggi. Kemudian untuk dapat
mengabsorpsi, molekul harus mempunyai perubahan momen dipol sebagai
akibat dari vibrasi. Daerah radiasi spektroskopi inframerah berkisar pada
bilangan gelombang 12800-10 cm-1
. Umumnya daerah radiasi inframerah
terbagi dalam daerah inframerah dekat (12800-4000 cm-1
), daerah inframerah
tengah (4000-200 cm-1
), dan daerah inframerah jauh (200-10 cm-1
). Daerah
yang paling banyak digunakan untuk berbagai keperluan adalah 4000-690
cm-1
, daerah ini disebut sebagai daerah inframerah tengah (Khopkar, 2008).
Spektroskopi FTIR ini juga merupakan salah satu teknik analitik yang sangat
baik dalam proses identifikasi struktur molekul suatu senyawa. Beberapa
kelebihan spektroskopi FTIR yaitu informasi struktur dapat diperoleh secara
tepat dan akurat (memiliki resolusi yang tinggi) dan dapat digunakan untuk
33
mengidentifikasi sampel dalam berbagai fase (gas, padat, atau cair) (Harmita,
2006).
M. X-Ray Fluorosence (XRF)
X-Ray Fluorosence (XRF) merupakan salah satu metode analisis yang
digunakan untuk analisis unsur dalam bahan secara kualitatif dan kuantitatif.
Prinsip kerja metode analisis XRF berdasarkan terjadinya tumbukan atom-
atom pada permukaan sampel (bahan) oleh sinar-X dari sumber sinar-X
(Jenkin, 1988).
Hasil analisis kualitatif memberikan informasi jenis unsur yang terkandung
dalam bahan yang dianalisis, yang ditunjukkan oleh adanya spektrum unsur
pada energi sinar-X karakteristiknya. Kemudian hasil analisis kuantitatif
memberikan informasi jumlah unsur yang terkandung dalam bahan yang
ditunjukkan oleh ketinggian puncak spektrum (Rosika dan Nugroho, 2005).
Pada analisis kuantitatif, faktor-faktor yang berpengaruh dalam analisis antara
lain matriks bahan, kondisi kevakuman, konsentrasi unsur dalam bahan, dan
pengaruh unsur yang mempunyai energi karakteristik berdekatan dengan
energi karakteristik unsur yang dianalisis (Jenkin et al., 1995).
N. Scanning Electron Microscope (SEM)
Scanning Electron Microscope (SEM) digunakan untuk mempelajari struktur
permukaan obyek dan secara umum diperbesar antara 1.000-40.000 kali.
Prinsip kerja alat ini adalah sumber elektron dari filament yang terbuat dari
tungsten dan memancarkan berkas elektron. Apabila elektron tersebut
34
berinteraksi dengan bahan (sampel) maka akan menghasilkan elektron
sekunder dan sinar-X karakteristik. Scanning pada permukaan bahan yang
dikehendaki dapat dilakukan dengan mengatur scanning generator dan
scanning coils. Elektron sekunder hasil interaksi antara elektron dengan
permukaan bahan ditangkap oleh detektor SE (Secondary Electron).
Kemudian diolah dan diperkuat oleh amplifier yang selanjutnya
divisualisasikan dalam monitor sinar katoda (CRT).
Karakterisasi bahan menggunakan SEM dimanfaatkan untuk melihat struktur
topografi permukaan, ukuran butiran, cacat struktural, dan komposisi
pencemaran suatu bahan. Hasil yang diperoleh dari karakterisasi ini dapat
dilihat secara langsung pada hasil SEM berupa bentuk tiga dimensi gambar
atau foto (Smallman dan Bishop, 2000). Selanjutnya menurut Eko (2005),
SEM juga dapat digunakan untuk karakterisasi susunan serbuk dan melihat
retakan pada permukaan sampel. Kelebihan menggunakan SEM yaitu antara
lain material atau sampel dapat dikarakterisasi tanpa persiapan khusus, karena
itu sampel yang tebal sekalipun (bulk) juga dapat dianalisis (Handayani dan
Sitompul, 1996).
36
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai April 2017 di
Laboratorium Kimia Anorganik/ Fisik FMIPA Universitas Lampung.
Kemudian untuk karakterisasi silika dan zeolit yang diperoleh menggunakan
XRD dilakukan di Laboratorium Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta serta di Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju
(PSTBM)-BATAN dan XRF dilakukan di Laboratorium Kimia Instrumen
FMIPA Universitas Negeri Padang. Selanjutnya untuk karakterisasi silika
menggunakan FTIR dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta dan untuk karakterisasi zeolit menggunakan SEM
dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi
(LTSIT) Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini antara lain autoklaf, batang
pengaduk, wadah polipropilen, buret, cawan penguapan, corong kaca,
erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, hot plate stierer, kaca arloji, labu ukur,
36
loyang, mortal dan alu, neraca analitik, oven, pipet tetes, spatula, stirer,
spinbar, statif dan klem, tanur, dan thermometer.
Bahan-bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah ampas
tebu,asam sitrat 5%, HCl 0,1 M, HCl 1 M, HCl 3 M, akuades, NaOH 2 M,
indikator universal,kertas saring, kertas saring Whatman no. 42, natrium
hidroksida (NaOH 50% (w/v)), tetrapropilamonium bromida (TPA-Br), oil
bath, NaAlO2, dan LUDOX.
C. Prosedur Penelitian
1. Ekstraksi dan Dealuminasi Silika dari Ampas Tebu
Pada tahap ini ampas tebu kering yang berukuran kecil-kecil terlebih
dahulu direndam dengan larutan asam yaitu asam sitrat 5%. Ampas tebu
kasar ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam gelas kimia
1 L. Kemudian ditambahkan larutan asam sitrat 5% sebanyak 250 mL.
Campuran ampas tebu tersebut dipanaskan pada suhu 80oC sampai
mendidih dan diaduk. Setelah itu sampel didinginkan pada suhu kamar,
disaring sehingga diperoleh ampas tebu yang bebas dari filtratnya. Ampas
tebu tersebut dioven pada suhu 100oC sampai kering. Ampas tebu yang
sudah kering dibakar menggunakan tanur pada suhu 600oC sampai
menjadi abu ampas tebu.
Abu ampas tebu yang diperoleh dari pembakaran ditimbang sebanyak 5
gram. Lalu abu ampas tebu tersebut dimasukkan ke dalam suatu wadah
dan ditambahkan larutan NaOH 2 M sebanyak 125 mL. Campuran
37
tersebut dipanaskan pada suhu 80oC sampai mendidih dan diaduk. Setelah
itu larutan didiamkan selama 12 jam. Larutan yang sudah dingin disaring
dengan kertas saring Whatman no. 42, sehingga diperoleh filtrat dan residu
yang terpisah. Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 1 M tetes demi
tetes dengan buret dan diaduk. Penetesan HCl 1 M dilakukan sampai pH 6
dan selanjutnya larutan didiamkan selama 24 jam untuk memaksimalkan
pembentukan silika gel. Silika gel tersebut dipisahkan dengan cara
disaring dan dicuci dengan akuades. Kemudian silika gel dioven pada
suhu 90oC selama 24 jam. Setelah kering, padatan silika tersebut digerus
dengan mortal sampai halus dan kemudian ditimbang.
Selanjutnya silika yang diperoleh ditimbang 0,5 gram dan dimasukkan ke
dalam wadah polipropilen. Sebanyak 10 mL larutan HCl 0,1 M
ditambahkan ke dalam wadah polipropilen. Setelah itu wadah polipropilen
dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi oil bath, dipanaskan pada
suhu 60-85oC selama 3 jam, dan diaduk. Kemudian hasilnya didinginkan
dengan cara direndam dalam wadah yang berisi air, diuapkan dengan cara
dioven pada suhu 60oC, dicuci dengan akuades sampai pH netral, dan
dioven lagi pada suhu 60oC selama 12 jam. Kemudian dilakukan langkah
yang sama untuk dealuminasi silika dari ampas tebu menggunakan asam
klorida (HCl) dengan variasi konsentrasi 1 M dan 3 M.
2. Karakterisasi Silika
Silika hasil ekstraksi ampas tebu dikarakterisasi menggunakan XRD untuk
melihat jenis fasa serta tingkat kristalinitas dari silika hasil ekstraksi dan
38
FTIR untuk mengetahui gugus fungsi penyusun kerangka silika.
Kemudian silika hasil ekstraksi ampas tebu dan dealuminasi HCl
dikarakterisasi menggunakan XRF untuk mengetahui komposisi senyawa
dari silika.
3. Sintesis Zeolit ZSM-5
a. Sintesis zeolit ZSM-5 dari silika komersial
Pada sintesis ini digunakan sumber silika komersial yaitu LUDOX dan
sumber alumina yaitu NaAlO2. Sintesis zeolit ZSM-5 dari silika komersial
dilakukan dengan perbandingan molar pereaksi 1 SiO2: 0,020 NaAlO2:
0,069 NaOH: 0,084 TPA-Br: 7,670 H2O. Secara rinci komposisi molar
dari masing-masing pereaksi dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini:
Tabel 5. Komposisi molar pereaksi untuk sintesis zeolit ZSM-5 dari silika
komersial.
Kemudian disiapkan komposisi campuran seperti pada Tabel 6, diaduk
dengan pengaduk magnetik selama 30 menit dan setelah homogen
dipindahkan ke dalam teflon autoklaf untuk disintesis secara hidrotermal
Komposisi SiO2 NaOH H2O NaAlO2 TPA-Br
Molar 1 0,07 7,67 0,02 0,08
MW (g/mol) 60 39,99 18 81,97 266,26
ρ (g/mL) - - - - -
W (g) 60 2,76 138,06 1,64 22,37
39
dengan suhu 170°C selama 72 jam. Selanjutmya crude produk disaring
dan dicuci dengan akuades. Padatan hasil sintesis dioven pada suhu 90°C
sampai keirng.
Tabel 6. Perhitungan komposisi molar peraksi untuk sintesis zeolit ZSM-5 dari
silika komersial.
*massa yang dihitung merupakan massa untuk 1 teflon ukuran 25 mL
b. Sintesis zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu yang
didealuminasi HCl 1 M
Pada sintesis ini digunakan silika dari hasil ekstraksi ampas tebu yang
didealuminasi HCl 1M, karena dealuminasi HCl 1 M merupakan kondisi
optimum dalam mendealuminasi silika ampas tebu yaitu rasio Si/Al yang
diperoleh tertinggi sebesar 34,733. Zeolit ZSM-5 dari silika hasil
ekstraksi ampas tebu yang didealuminasi HCl 1 M disintesis dengan
perbandingan molar pereaksi 1 SiO2: 0,014 Al2O3: 0,229 NaOH: 0,24
TPA-Br: 30 H2O. Secara rinci komposisi molar dari masing-masing
pereaksi dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini:
Bahan ρ
(g/mL)
Kemurnian
(%)
MW
(g/mol)
Massa
(g)
Massa untuk 1
autoklaf (g) *
SiO2 (dari LUDOX) - 40 60,08 120,06 18,69
NaAlO2 - 100 81,97 1,64 0,26
NaOH 50% (w/v) 1,52 50 40 8,37 1,30
TPA-Br - 99 266,26 22,59 3,51
H2O dari NaOH - - 18 5,60 -
H2O ditambahkan - - 18 72,30 11,24
40
Tabel 7. Komposisi molar pereaksi untuk sintesis zeolit ZSM-5 dari silika hasil
ekstraksi ampas tebu yang didealuminasi HCl 1 M.
Komposisi SiO2 NaOH H2O Al2O3 TPA-Br
Molar 1 0,23 30 0,01 0,24
MW (g/mol) 60 40 18 102 266,26
ρ (g/mL) - - - - -
W (g) 60 9,17 540 1,47 63,90
Kemudian disiapkan komposisi campuran seperti pada Tabel 8, diaduk
dengan pengaduk magnetik sampai homogen. Kemudian ditambahkan
zeolit ZSM-5 dari silika komersial yang digunakan sebagai benih zeolit
ZSM-5 sebanyak 0,083 gram, diaduk lagi selama 30 menit sampai
homogen, dan dipindahkan ke dalam teflon autoklaf untuk disintesis
secara hidrotermal dengan suhu 170 °C selama 120 jam. Selanjutmya
crude produk disaring dan dicuci dengan akuades. Padatan hasil sintesis
dioven pada suhu 90°C sampai kering.
41
Tabel 8. Perhitungan komposisi molar peraksi untuk sintesis zeolit ZSM-5 dari
silika hasil ekstraksi ampas tebu yang didealuminasi HCl 1 M.
Bahan ρ
(g/mL)
Kemurnian
(%)
MW
(g/mol)
Massa
(g)
Massa untuk 1
autoklaf (g) *
SiO2 (dari abu
ampas tebu
- 70 60
62,24 1,56
Al2O3 (dari abu
Ampas tebu)
- 13 102
NaOH 50% (w/v) 1,52 50 40 18,35 0,46
TPA-Br - 100 266,26 63,90 1,60
H2O dari NaOH - - 18 9,17 -
H2O ditambahkan - - 18 530,83 13,27
*massa yang dihitung merupakan massa untuk 1 teflon ukuran 25 mL
4. Karakterisasi Zeolit
Zeolit hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan XRD untuk
mengkonfirmasi kristal hasil sintesis, XRF untuk mengetahui komposisi
senyawa yang terdapat dalam padatan zeolit, dan SEM digunakan untuk
melihat morfologi kristal hasil sintesis.
74
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Ekstraksi silika berhasil dilakukan dengan metode alkali (NaOH) dengan
rasio Si/Al 4,631 dan berdasarkan hasil karakterisasi XRD menunjukkan
silika ampas tebu bersifat amorf.
2. Pada penelitian ini diperoleh kondisi optimum proses dealuminasi silika
yaitu pada konsentrasi HCl 1 M dengan rasio Si/Al 34,733 yang didasarkan
pada hasil karakterisasi XRF.
3. Telah berhasil disintesis zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu
yang didealuminasi HCl 1 M dengan ditunjukkan adanya puncak sekitar
2θ=7, 8, 9, 23, 24° pada hasil karakterisasi XRD.
4. Zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu yang didealuminasi
HCl 1 M memiliki tingkat kristalinitas lebih rendah dibandingkan dengan
zeolit ZSM-5 dari silika komersial (LUDOX).
74
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penelitian selanjutnya
disarankan untuk mensintesis zeolit ZSM-5 dari silika hasil dealuminasi HCl
1M dengan tanpa penambahan benih dan menggunakan metode hidrotermal
dengan variasi suhu dan waktu untuk mengetahui kereaktifan dari silika ampas
tebu.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2016. Framework MFI. http://izacs-mirror.la.asu.edu/fmi/xsl/IZA-
SC/ftc_fw.xsl?-db=Atlas_main&-lay=fw&-max=25&STC=MFI&-find.
Diakses pada 23 Oktober 2016.
Anonim B. 2016. Xray Powder Pattern Generated for ZSM-5, Calcined.
http://asia.iza-structure.org/IZA-SC/xrd_plot.php. Diakses pada 6 Januari
2016.
Affandi, S., H. Setyawan, S. Winardi, A. Purwanto, and R. Balgis. 2009. A Facile
Method for Production of High-Purity Silica Xerogels from Bagasse Ash.
Advanced Powder Technology. 20: 468-472.
Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika, Jilid 2 Edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Atta, A. Y., B. Y. Jibril, B. O. Aderemi, and S. S. Adefila. 2012. Preparation of
Analsim from Local Kaolin and Rice Husk Ash. Applied Clay Science.
61: 8-13.
Baerlocher, Ch. 2007. Atlas of Zeolite Framework Types: Sixth Revised Edition.
Laboratory of Crystallography ETH Zurich. Switzerland.
Bambang, T., E. Susilo, dan Madyo.1995. Pemanfaatan Zeolit Alam Indonesia
Sebagai Adsorben Limbah Cair dan Media Fluiditas dalam Kolom
Fluididsasi. Universitas Brawijaya. Malang.
Bragg, L., D. Philips, and H. S. Lipson. 1975. The Development of X-Ray
Analysis. Bell. London.
Breck, D. W. 1974. Zeolite Molekular Sieves: Structure, Chemistry, and Use.
John Wiley & Sons. New York.
Brinker, C. J. and G. W. Scherer. 1990. Sol-Gel Science: The Physics and
Chemistry of Sol-Gel Processing. Academic Press. San Diego.
Byrappa, K. and T. Adschiri. 2007. Hydrothermal Technology for
Nanotechnology. Progress in Crystal Growth and Characterization of
Materials. 53: 117-166.
76
Cejka, J. and H. V. Bekkum. 2005. Zeolites and Ordered Mesoporous Materials:
Progress and Prospects. Czech Republic: The 1 st FEZA School on Zeolites,
Prague Studies in Surface Science and Catalysis. Volume 157.
Cejka, J., H. V. Bekkum, A. Corma, dan F. Schuth. 2007. Introduction to Zeolite
Science and Practice-3rd Revised Edition. Studies in Surface Science and
Catalysis. 168: 39-103.
Chandra, A., Y. I. P. Arry Miryanti, L. B. Widjaja, dan A. Pramudita. 2012.
Isolasi dan Karakterisasi Silika dari Sekam Padi. Universitas Katolik
Prahayangan. Bandung.
Cundy, S. C. and A. P. Cox. 2005. The Hydrothermal Synthesis of Zeolites:
Precursors, Intermediates, and Reaction Mechanism. Microporous and
Mesoporous Materials. 82: 1-78
Daifullah, A. A. M., B. S. Girgis, and H. M. H. Gad. 2003. Utilization of Agro-
Residues (Rice Husk) in Small Waste Water Treatment Plans. Material
Letters. 57 (11): 1723-1731.
Dirjenbun, 2014. Statistik Perkebunan Indonesia (Tree Crop Estate Statistics of
Indonesia. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
Eko, S. 2005. Mekanisme Penguatan Mortar terhadap Penambahan Bubuk Silika.
Departemen Fisika. Medan.
Ertan, A. and Ozkan. 2005. CO2 and N2 Adsorption on the Acid (HCl, HNO3,
H2SO4, and H3PO4) Treated Zeolites. Adsorption. 11: 151-156.
Faria, K. C. P., R. F. Gurgel, and J. N. F. Holanda. 2012. Recycling of Sugarcane
Bagasse Ash Waste in the Production of Clay Bricks. Journal of
Environment Management. 101: 7-12.
Flanigen, E. M. 1980. Molecular Sieve Zeolite Technology-The First Twenty-
Five Years. Plenary Paper-Technology, Pure and Appl. Chem. 52: 2191-
2211.
Hajiha, H. and M. Sain. 2015. The Use of Sugarcane Bagasse Fibres as
Reinforcements in Composites, Biofiber Reinforcements in Composite
Material. Centre for Biocomposites and Biomaterials Processing. Canada.
Hal 525-549.
Hamdan, H. 1992. Introduction to Zeolites, Synthesis, Characterization and
Modification. Universiti Technologi Malaysia. Kuala Lumpur.
Handayani, A. dan A. S. Sitompul. 1996. Teknik Pengamatan Struktur Mikro
dengan SEM-EDAX. Makalah Kunjungan dan Demo PTBIN BATAN.
Serpong.
77
Harmita, 2006. Analisis Fisika Kimia. Departemen Farmasi FMIPA-UI. Jakarta.
Hindryawati, N. dan Alimuddin. 2010. Sintesis Dan Karakterisasi Silika Gel Dari
Abu Sekam Padi Dengan Menggunakan Natrium Hidroksida (NaOH).
Jurnal Kimia Mulawarman. Vol. 7, No. 2. ISSN 1693-5616.
Huang, Z., N. Wang, Y. Zhang, H. Hu, and Y. Luo. 2012. Effect of Mechanical
Activation Pretreatment on the Properties of Sugarcane Bagasse/Poly
(Vinylchloride) Composites. Composites Part A: Applied Science and
Manufacturing. 43: 114-120.
Husin. 2007. Analisis Serat Bagas. http://www.free.vlsm.org/. Diakses
pada 31 Oktober 2016.
Husnain. 2010. Mengenal Silika sebagai Unsur Hara. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 32 (3): 19-20.
Iler, R. K. 1979. Silica Gels and Powder, dalam Iler, R.K. (Ed), The Chemistry of
Silica. Wiley. New York.
Indriani, Y. H. dan E. Sumiarsih. 1992. Pembudayaan Tebu Dilahan Sawah
dan Tegalan. Penebar Swadaya. Bandung.
James, D. D. 1951. Manual of Mineralogy Jilid II, Edisi 17. John Willey and Son.
London.
Jenkin, R. 1988. X-Ray Fluorescence Spectrometry. John Wiley & Sons. New
York.
Jenkin, R., R. W. Gould, and G. Dale. 1995. Quantitative X-Ray Spectrometry,
Second Edition. John Wiley & Sons Inc. New York.
Ju, Y. H., L. H. Huynh, N. S. Kasim, T. J. Guo, J. H. Wang, and A. E Fazary.
2011. Analysis of Soluble and Insoluble Fractions of Alkali and Subcritical
Water Treated Sugarcane Bagasse. Carbohydrate Polymers. 83: 591-599.
Kalapathy, U., A. Proctor, and J. Shultz. 2000. A Simple Method For Production
of Pure Silica From Rice Hull Ash. Bioresource Technology. 73: 257-262.
Kalapathy, U., A. Proctor, and J. Shultz. 2002. An Improved Method for
Production of Silica from Rice Hull Ash . Bioresource Technology. 85: 285-
289.
Kirk, R. E. and Othmer. 1984. Encyclopedia of Chemical Technnology, Four
Edition. John Wiley and Sons Inc. New York
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
78
Krisnandi, Y. 2006. Diktat Kuliah Senyawa-Senyawa Aluminosilikat. Departemen
Kimia FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Lei. X. G., S. Jockusch, M. F. Ottaviani, and N. J. Turro. 2003. In Situ EPR
Investigation of the Addition of Persistent Benzyl Radicals to Acrylates on
ZSM-5 Zeolites. Direct Spectroscopic Detection of the Initial Steps in a
Supramolecular Photopolymerization. Photochem Photobiol Sci.
2: 1095-1100.
Leofanti, G., G. Tozzola, M. Padovan, G. Petrini, S. Bordiga, and A. Zecchina.
1997. Catalyst Characterization: Characterization Technique. Catalysis
Today. 34 (4): 329-352.
Lestari, D. Y. 2010. Kajian Modifikasi dan Karakterisasi Zeolit Alam dari
Berbagai Negara. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan
Kimia. Yogyakarta.
Li-An’Amie, N. L. dan A. Nugraha. 2014. Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu
Melalui Desain Produk Perlengkapan Rumah. Jurnal Tingkat Sarjana
Senirupa dan Desain. Bandung. Nomor 1.
Mahardiani, L., W. Trisunaryanti., and Triyono. 2010. Preparation and
Characterization of Ni/Zeolite for Hydrocracking Process. The 2nd
International Conference on Chemical Sciences (ICCS-2010). Yogyakarta.
Ma, X., J. Yang, H. Ma, C. Liu, and P. Zhang. 2015. Synthesis and
Characterization of Analsim Using Quartz Syenite Powder by Alkali-
hydrothermal Treatment. Microporous and Mesoporous Materials.
201: 134-140.
Moises, M. P., T. P. S. Cleiser, J. G. Meneguin, E. M. Girotto, and E. Radovanoic.
2013. Synthesis of Zeolit NaA from Sugarcane Bagasse Ash. Materials
Letters. 108: 243-246.
Mujianti, D. R., K. Nuryono, dan E. S. Kunarti. 2010. Sintesis Dan Karakterisasi
Silika Gel Dari Abu Sekam Padi Yang Diimobilisasi Dengan 3-
(Trimetoksisilil)-1-Propantiol. Sains dan Terapan Kimia. 4 (2): 150-167.
Nelson, S. A. 2003. Earth Materials: X-Ray Crystallography. Tulane University.
New Orleans.
Pardoyo, Narsito, dan Nuryono. 2013. Studi Pengaruh Dealuminasi pasda
Adsorpsi Zeolit Alam terhadap Ion Logam Cd (II) dalam Medium Air.
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Diponegoro. Semarang.
Petushkov, A., S. Yoon, and S. C. Larsen. 2011. Synthesis of Hierarchical
Nanocrytalline ZSM-5 with Controlled Particle Size and Mesoporosity.
Microporous and Mesoporous Materials. 137: 92-100.
79
Retnosari, A. 2013. Ekstraksi dan Penentuan Kadar Silika (SiO2) Hasil Ekstraksi
dari Abu Terbang (Fly Ash) Batubara. (Skripsi). Universitas Jember.
Jember.
Rosika K. dan A. Nugroho. 2005. Aplikasi XRF (X-Ray Fluorescence) Untuk
Analisa Unsur Dalam Bahan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional & Expo
IPTEK MIPA. FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Sandoval, M. V., J. A. Henao, C. A. Rios, C. D. Williams, and D. C. Apperley.
2009. Synthesis and Characterization of Zeotype ANA Framework by
Hydrotermal Reaction of Natural Clinker. Fuel. 88: 272-281.
Sari, A. J. 2015. Ekstraksi Silika dari Ampas Tebu sebagai Prekursor dalam
Sintesis Zeolit Analsim. (Tesis). Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Sarno, H. 1983. Endapan Zeolit, Penggunaan dan Sebarannya di Indonesia.
Direktorat Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi.
Bandung.
Sastiano, A. 1991. Karakterisasi Deposit Mineral Zeolit dalam Aspek
Pemanfaatan di Bidang Pertanian, jilid 1. Jurnal Zeolit Indonesia. Bogor.
Vol 1.
Sherrington, D. C. and A. P. Kybett. 2001. Supported Catalysts and Their
Application. Royal Society of Chemistry. London. Hal 61-65.
Setyawan, H., G. Wibawa, dan F. Taufani. 2006. Pengembangan Proses
Pembuatan Silika Gel dari Abu Ketel Pabrik Gula. Laporan Penelitian
Hibah Bersaing. FT Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Shriver, D.F., P. W. Atkins, and C. H Langford. 1990. Inorganic Chemistry.
Oxford University Press. Oxford.
Smallman, R. E. dan R. J. Bishop. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material. Erlangga. Jakarta.
Souza, A. E., S. R. Teixeira, G. T. A. Santos, F. B. Costa, and E. Longo. 2011.
Reuse of Sugarcane Bagasse Ash (SCBA) to Produce Ceramic Materials.
Journal of Environment Management. 92: 2774-2780.
Srihapsari, D. 2006. Penggunaan Zeolit Alam yang Telah Diaktivasi dengan
Larutan HCl untuk Menjerap Logam-Logam Penyebab Kesadahan Air.
(Skripsi). Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Sriyanti, Taslimah, Nuryono, dan Narsito. 2005. Pengaruh Keasaman Medium
dan Imobilisasi Gugus Organik pada Karakterisasi Silika Gel dari Abu
Sekam Padi. JSKA. Vol. 8, No. 3.
80
Sunardi, S. P. 2006. 116 Unsur Kimia Deskripsi dan Pemanfaatannya. Yrama
Widya. Bandung.
Tan, K. H. 1991. Principles of Soil Chemistry (Dasar-Dasar Kimia Tanah),
Penerjemah: Didiek Hadjar Goenadi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tovina, H. 2009. Sintesis Nanozeolit Tipe Faujasite dengan Teknik Seeding yang
ditumbuhkan pada Permukaan Glassy Karbon. (Skripsi). Departemen
Kimia FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Triantafillidis, C., A. Vlessidis, and N. Evmiridis. 2000. Dealuminated H-Y
Zeolite: Influence of The Degree and The Type of Dealumination Method on
Structural and Acidic Characteristics of H-Y Zeolite. Ind. Eng. Chem.
39 (2): 307-3019.
Weitkamp, L. and L. Puppe. 1999. Catalysis and Zeolite. Springer. New York.
West, A. R. 1984. Solid State Chemistry and Its Application. John Willey and
Sons. New York. pp.104.
Wijayanti, R. 2009. Arang Aktif dari Ampas Tebu Sebagai Adsorben Pada
Pemurnian Minyak Goreng Bekas. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Wijayanti, R. 2015. Studi Adsorpsi Ion Cd(II), Cu(II), dan Pb (II) Oleh Biomassa
Spirulina sp yang Diimobilisasi dengan Silika Magnetit. (Skripsi).
Universitas Lampung. Lampung.
Wustoni, S., R. R. Mukti, A. Wahyudi, dan Ismunandar. 2011. Sintesis Zeolit
Mordenit dengan Bantuan Benih Mineral Alam Indonesia. Jurnal
Matematika & Sains. 16 (3): 158-160.
Wyman, C. E. 1994. Ethanol from Lignocellulosic Biomass: Technology,
Economics, and Opportunities. Bioresource Technology. 50: 3-16.
Xu, R., W. Pang, J. Yu, Q. Huo, and J. Chen. 2004. Chemistry-Zeolites and
Porous Materials, 1st Edn. Science Press, Beijing. China.
Yuanita, D. 2009. Hidrogenasi Katalitik Metil Oleat Menjadi Stearil Alkohol
Menggunakan Katalis Ni/Zeolit Alam. Prosiding Seminar Nasional Kimia
UNY. Yogyakarta.
Yusri, S. 2012. Sintesis dan Karakterisasi Zeolit ZSM-5 Mesopori dengan
Secondary Template dan Studi Awal Katalisis Oksidasi Metana. (Skrips).
FMIPA Universitas Indonesia. Depok.