26
HASIL DAN PEWBAHASAN Penelitian Pendahuluan Percobaan Laboratoris, Percobaan ini dilakukan un- tuk menentukan kadar karotenoid dan daya eimpan ekstrak karotenoid CPO (ECPO). Penentuan kadar karotenoid ECPO dilakukan dengan menganalisis kadar total karoten dan total xantofil. Selain analisis kadar karotenoid ECPO dilakukan pula analisie kadar karotenoid CPO dengan haeil seperti yang diperlihatkan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Analisis Kadar CPO dan ECPO Sumber Karotenoid Karotenoid .................................... Total karoten Total xantofil Haeil analisie kadar karotenoid dengan kromatografi kolom menunjukkan bahwa CPO yang digunakan mengandung karoten yang cukup tinggi, yaitu CPO dengan kualitae di atas standar kualitas regular. Menurut BPPM (1975) ka- dar karotenoid CPO dari kualitae regular sekitar 500-700 ppm. Hartley (1977) menyatakan bahwa terdapat variasi dalam tingkat karotenoid CPO, Kulit buah yang berwarna

Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

HASIL DAN PEWBAHASAN

Penelitian Pendahuluan

Percobaan Laboratoris, Percobaan ini dilakukan un-

tuk menentukan kadar karotenoid dan daya eimpan ekstrak

karotenoid CPO (ECPO).

Penentuan kadar karotenoid ECPO dilakukan dengan

menganalisis kadar total karoten dan total xantofil.

Selain analisis kadar karotenoid ECPO dilakukan pula

analisie kadar karotenoid CPO dengan haeil seperti yang

diperlihatkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Kadar CPO dan ECPO

Sumber Karotenoid Karotenoid ....................................

Total karoten Total xantofil

Haeil analisie kadar karotenoid dengan kromatografi

kolom menunjukkan bahwa CPO yang digunakan mengandung

karoten yang cukup tinggi, yaitu CPO dengan kualitae di

atas standar kualitas regular. Menurut BPPM (1975) ka-

dar karotenoid CPO dari kualitae regular sekitar 500-700

ppm. Hartley (1977) menyatakan bahwa terdapat variasi

dalam tingkat karotenoid CPO, Kulit buah yang berwarna

Page 2: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

merah menghasilkan CPO yang berwarna pekat dengan ting-

kat karotenoid yang tinggi sedangkan kulit buah yang

berwarna kuning kemerahan menghasilkan CPO dengan warna

yang lebih muda serta tingkat karotenoid yang lebih

rendah.

Pada Tabel 8 terlihat pula bahwa perolehan total

karoten ECPO adalah sekitar 61 persen dari total karoten

CPO. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa dalam proaee

ekstraksi sebagian karotenoid tidak tereketrak. Kemung-

kinan dalam proses ekstraksi penggunaan tingkat adsorben

belum memadai untuk menghasilkan perolehan karotenoid

yang maksimal. Menurut Schuliger (1978) daya adaorbsi

dipengaruhi antara lain oleh jenia dan konsentrasi

adsorben. Apabila adsorben telah jenuh dengan karoten

maka adsorbsi karoten akan terhenti. Dari hasil anali-

sis didapati pula bahwa karotenoid yang diperoleh dqlam

proees ekstraksi menun3ukkan hasil yang lebih tinggi 21

persen daripada perolehan karotenoid dalam proses eks-

traksi yang pernah dilakukan oleh Naibaho (1983).

Penggunaan kromatografi lapisan tipie (KLT) untuk

mengetahui fraksi karotenoid CPO dan ECPO tidak menun-

jukkan hasil yang sempurna. Hasil analisis ini hanya

memperlihatkan adanya satu fraksi baik untuk CPO maupun

ECPO, dan diduga merupakan total karoten . Keadaan

tersebut dapat terjadi karena lempengan silika gel yang

digunakan untuk KLT lebih cocok digunakan untuk mengana-

lisia fraksi xantofil.

Page 3: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Penentuan daya simpan karotenoid ECPO didasarkan

pada laju penurunan kadar total karoten dan total xanto-

fil selama penyimpanan (Tabel Lampiran 1).

Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pemberian BHT

sebanyak 0.02 persen telah mampu menekan laju penurunan

kadar total karoten maupun total xantofil, dengan hasil

yang tidak berbeda dengan pemberian BHT aebanyak 0.10

peraen maupun 0-50 persen. Penggunaan BHT 0.02 peraen

menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menekan penurun-

an kadar total karoten eelarna penyimpanan 12 minggu di-

bandingkan dengan kontrol yaitu eekitar 11 persen. Ke-

adaan ini menunjukkan bahwa penggunaan BHT eampai taraf

0.02 pereen mampu membataei pembentukan radikal bebaa.

Penggunaan antiokeidan BHT aelebihnya tidak lagi ber-

manfaat untuk mencegah pembentukan radikal bebae akibat

proses oksidaai yang dapat menyebabkan kerueakan karo-

tenoid. Bauernfeind (lg81) menyatakan bahwa jika terda-

pat radikal-radikal yang terbentuk akibat okaidasi maka

antioksidan akan digunakan-

Penurunan tertinggi kadar total karoten dan total

xantofil yang ditambahkan BHT nampak pada awal minggu

sampai dengan minggu ke-6 sedangkan aetelah itu penurun-

an kadar karotenoid semakin kecil bahkan hampir tidak

terdapat penurunan. Dengan demikian didapati bahwa

kurva penurunan kadar total xantofil sama dengan pola

penurunan kadar total karoten, dan khusus untuk kurva

Page 4: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

penurunan kadar total karoten diperlihatkan pada Gambar

6 berikut ini.

+

L 6.00 9, BHT

4- 0.02 X BHT

0.10 Z BHT

-& 0.50 Z BHT

J

0 2 4 6 8 10 12

Lama penyimpanan (minggu)

Gambar 6. Kurva Penurunan Total Karoten

Percobaan Biologis. Setelah mernperoleh hasil per-

cobaan laboratoris dilakukan pengujian ECPO selanjutnya,

yaitu pengujian biologis dengan memberikan ECPO pada

ternak ayam sebagai bahan pakan sumber vitamin A. Hasil

percobaan ini berupa nilai rataan berbagai peubah yang

diukur ditampilkan pada Tabel 9 -

Potensi produksi ternak ayam yang terdiri dari be-

berapa peubah respons yaitu konsumsi ransum, produkai

telur dan konversi ransum secara serempak telah diana-

lisis dengan Analisis Ragam Peubah Ganda (Manova), dan

Page 5: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

dilanjutkan dengan Uji Kontras berdasarkan pembanding

ortogonal yang telah direncanakan terdahulu seperti yang

tertera pada Tabel Lampiran 2. Hasil Manova menunjukkan

adanya pengaruh perlakuan yang nyata terhadap potensi

produksi ternak ayam seperti yang disajikan pada Tabel

Lampiran 3. Dengan menggunakan Uji Kontras Ortogonal

didapati bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang sangat

nyata antara ransum tanpa kandungan i3-karoten dan ransum

yang mengandung P-karoten terhadap potensi produksi.

Pemberian ransum dengan B-karoten menghasilkan respons

terhadap nilai rataan potensi produksi yang lebih baik

dalam ha1 ini konsumsi ransum, produksi telur dan kon-

versi ransum dibandingkan dengan ransum tanpa P-karoten

(Tabel 9). Konsumsi ransum yang baik dapat disebabkan

karena kebutuhan vitamin A ternak ayam dapat disuplai

dengan pemberian 0-karo*en baik yang berasal dari CPO

maupun ECPO. Menurut Ensminger dkk. (1990), vitamin A

dibutuhkan ternak ayam untuk kesempurnaan sel-sel epitel

jaringan termasuk sel-sel saluran pencernaan dan alat

reproduksi. Hal ini berarti apabila kebutuhan vitamin A

ternak dapat dipenuhi dengan pemberian P-karoten, maka

kenormalan sel-sel jaringan teraebut dapat terjamin se-

hingga konsumsi ransum akan meningkat. Shellenberger

dkk. (1960) menyatakan bahwa konsumsi ransum meningkat

dengan bertambahnya vitamin A dalam ransum ayam. A y q + S I , . e

, ..* , . * I dewasa yang mengalami kekurangan vitamin A

- , . f ! - "

Page 6: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Tabel 9. Wilai Rataan Berbagai Peubah Respons pada Penelitian Pendahuluan

Vitrrin A k t i (IUlg) 7I;bO 97.00 l1 l .W 143.00 179.00 16.60 114.00 139.00 177.00

[ettrrnau: R1 = l u w n t v p krndrngan O-krroter (kontrol)

R2 = lanwdengan I-krroten 4 000 IUIkg drri CPI

I3 IUWL den)an I-krroten I 004 I Q I k ~ lari Cl0

R+ = hrsmn dengrn I-krroten 12 000 IUIkg drri CPD

Rs = Ransun dengrn 8-karoten 11 000 IUlkg dari CPQ

Rb = Rrnsnn dogar O-krroten 4 000 IUIkg drri EPO

R7 = Rrrsun dengar I-krroten 1 000 IUIkg drri ECPO

Ig = lrnsnn dengrr 8-krroter 12 000 IU/kl drri ECPO

R9 = Rrnsrn dengar I-krroter 16 000 IUlkg drri ECPO

Page 7: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

terjadinya kerusakan pada saluran makanan dan ditemukan

adanya nanah putih pada kerongkongan yang menyebar ke

tembolok.

Selain konsumsi ransum didapati pula bahwa produkai

telur meningkat dengan bertambahnya tingkat pemberian

0-karoten dalam ransum, sedangkan konversi ransum juga

menunjukkan hasil yang lebih baik pada ransum yang me-

ngandung P-karoten dibandingkan ransum tanpa P-karoten

(Tabel 9). Ewing (1963) juga melaporkan bahwa pemberian

karoten dari tepung daun alfalfa menghasilkan produksi

telur yang baik.

Selanjutnya hasil Uji Kontras juga menunjukkan bah-

wa tidak terdapat perbedaan pengaruh perlakuan antara

CPO dan ECPO sebagai sumber karotenoid. Haail peneliti-

an ini menunjulrlran bahwa CPO dan ECPO memberikan penga-

ruh yang seragam terhadap potensi produksi ayam petelur.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karotenoid CPO

yang diekstrak dengan bentonit mempunyai potensi biolo-

gis yang sama dengan karotenoid dari CPO dan diduga da-

lam proses ekstraksi, struktur kimia karotenoid ECPO

tetap sama dengan CPO atau tidak mengalami perubahan.

Percobaan Naibaho (1983) juga menunjukkan bahwa potensi

biologis ekstrak karotenoid CPO yang menggunakan peng-

ekstrak bentonit tidak berbeda dengan vitamin A-asetat,

dan akhirnya diaimpulkan bahwa ekstrak karotenoid CPO

mempunyai komposisi dan sifat yang sama dengan CPO.

Page 8: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Hasil Uji Kontras seperti yang dapat dipahami me-

nunjukkan pula bahwa pemberian B-karoten di dalam ransum

memberikan pengaruh linear yang sangat nyata terhadap

potensi produksi baik pada ransum yang menggunakan CPO

maupun ECPO, sedangkan pengaruh kuadratik dan kubik

tidak nyata (Tabel Lampiran 3). Adanya efek linear ter-

sebut menunjukkan bahwa taraf perlakuan B-karoten yang

diberikan masih di bawah taraf untuk mendapatkan pe-

ngaruh terhadap respona potensi produksi yang maksimal

pada ayam petelur. Perlakuan dengan taraf D-karoten pa-

da ransum yang menggunakan ECPO didasarkan pada rekomen-

dasi penggmaan bentonit dalam ransum ayam, y a w dalam

penelitian ini dipakai sebagai pengekstrak karoten CPO.

Ewing (1963) merekomendasikan penggunaan bentonit dalam

ransum ayam sebesar 2 persen. Sementara itu kemungkinan

penggunaan CPO sebenarnya dapat ditingkatkan baik seba-

gai sumber lemak maupun sumber karotenoid. Namun dalam

kasus percobaan ini kandungan D-karoten CPO dibuat seta-

ra dengan B-karoten ECPO sehingga dilakukan penyesuaian

pula pada tingkat penggunaan CPO. Selanjutnya de Witt

dan Chong (1988) mengemukakan bahwa konsumsi vitamin A

dalam level yang tinggi dapat menyebabkan keracunan se-

dangkan konsumsi P-karoten dalam level tinggi tidak me-

nyebabkan keracunan.

Peubah warna kuning telur secara statistik tidak

dianalisis karena berdasarkan data pengamatan yang

Page 9: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

diperoleh sebagai hasil pengujian warna kuning telur de-

ngan Roche yolk colour f m menunjukkan bahwa rataan skor

warna pada semua perlakuan adalah seragam, dengan skor

yang diperoleh sekitar 3 (Tabel 9 ) . Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terha-

dap peningkatan warna kuning telur. Bila ditinjau dari

tingkat penggunaan CPO maupun ECPO, maka dapat di-

telusuri bahwa Jumlah karotenoid CPO yang berperan seba-

gai sumber pigmen pada taraf penggunaan CPO dan ECPO

pada penelitian in1 adalah sangat kecil sehingga tidak

berpengaruh terhadap warna kuning telur. Menurut Meyer

( 1966) karotenoid yang' berperan dalam pigmentasi adalah

frakei xantofil seperti lutein dan zeasantin. Mclellan

(1983) melaporkan bahwa kadar xantofil CPO hanya sekitar

5 persen total karotenoid. Sementara itu Bauernfeind

(1981) menyatakan bahwa pemberian xantofil aebanyak 20

mg/kg ransum, menghaailkan telur dengan warna medium

dengan skor sekitar 6. Pemberian carophyl yellow seba-

nyak 8 gram/100 kg ransum menunju3ckan peningkatan warna

kuning telur yang sangat nyata (Lubia, 1977). Disamping

xantofil, total karotenoid juga berperan dalam pening-

katan warna kuning telur (Williams, Davies dan Couch,

1962; Sumiati, 1980). Bauernfeind (1981) mengemukakan

bahwa vitamin A ranaum dapat mempengaruhi warna kuning

telur. Pemberian vitamin yang melebihi 12000 IU/kg

ransum menyebabkan penurunan warna kuning telur.

Page 10: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Hasil analisis kadar vitamin A hati pada awal pe-

nelitian yaitu setelah masa depletion period adalah 64

IU/g. Selanjutnya nilai rataan kadar vitamin A hati

ayam dapat dilihat pada Tabel 9.

Berdasarkan hasil Analisis Ragam Peubah Tunggal

(Uniwwfate) didapati bahwa perlakuan berpengaruh sangat

nyata terhadap kadar vitamin A hati ayam (Tabel Lampir-

an 3).

Hasil Uji Kontraa Ortogonal (Tabel Lampiran 3) me-

nunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang sangat nyata

terhadap kadar vitamin A hati antara ransum tanpa kan-

dungan D-karoten dan raneum yang mengandung D-karoten.

Pemberian ranaum dengk D-karoten menghaeilkan reepons

terhadap kadar vitamin A hati yang lebih baik dibanding-

kan ranaum tanpa D-karoten. Semakin tinggi tingkat B-

karoten ransum baik dari CPO maupun ECPO menghaailkan

kadar vitamin A hati yang semakin tinggi pula (Tabel 9) .

Haail penelitian ini menunjukkan bahwa B-karoten CPO

maupun ECPO dapat diubah oleh ternak ayam menjadi vita-

min A dan disimpan di dalam hati. Bauernfeind (1981)

melaporkan pula bahwa pemberian kristal karoten ber-

turut-turut sebanyak 1 000, 12 000 dan 24 000 IU/kg eki-

valen vitamin A selama 5 minggu menghaailkan kadar vita-

min A hati berturut-turut l, 44 dan 126 IU/g.

Selain itu dengan metode Kontras Ortogonal di-

peroleh pula hasil yang menunjukkan bahwa tidak ada

Page 11: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

perbedaan pengaruh antara ransum yang menggunakan CPO

dan ECPO sebagai sumber karotenoid terhadap kadar vita-

min A hati ayam (Tabel Lampiran 3). Keadaan ini memper-

jelas pernyataan sebelumnya bahwa D-karoten ECPO sebagai

sumber vitamin A tidak mengalami perubahan eecara kimia

dalam prosee eketraksi dengan bentonit, dan menghaeilkan

potensi biologis yang eama dengan CPO yaitu terhadap

timkat penyimpanan vitamin A dalam hati ayam petelur.

Dengan menggunalzan Uji Kontrae Ortogonal diperoleh

haeil yang menunjukkan bahwa perlakuan memberikan penga-

ruh linear dan kuadratik yang eangat nyata terhadap ka-

dar vitamin A hati baik pada ranaum yang menggunakan CPO

maupun ECPO, sedangkan pengaruh kubik tidak nyata (Tabel

Lampiran 3).

Hubungan fungeional antara P-karoten CPO maupun

BCPO dengan kadar vitamin A hati berturut-turut ditun-

jukkan dalam persamaan respons berikut ini:

Y = 174.7153 + 83.10 x + 11.25 x2 (CPO)

Y = 173.7778 + 82.20 x + 12.00 x2 (ECPO)

Dari pereamaan respons teraebut dapat dijelaakan

bahwa pada tingkat pemberian P-karoten yang rendah baik

pada ransum yang mengandung CPO maupun ECPO menghasilkan

penyimpanan vitamin A yang rendah di dalam hati, dan se-

makin tinggi pemberian P-karoten didapati penyimpanan

vitamin A di dalam hati semakin tinggi pula. Perlakuan

Page 12: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

pada masa depletion period dengan pemberian ransum tanpa

karoten turut mempengaruhi cadangan vitamin A hati.

Dalam keadaan tersebut dengan pemberian B-karoten yang

rendah belum memungkinkan untuk memperoleh penimbunan

vitamin A hati dalam jumlah yang banyak karena B-karoten

yang dikonsumsi ternak dimanfaatkan un-tuk kebutuhan

hidup pokok dan produksi, akibatnya diper-oleh kadar

vitamin A hati yang rendah. Menurut Anggoro-di (1985)

laju penurunan vitamin A hati pada masa pengu-rangan

dipengaruhi tingkat vitamin A hati pada saat ter-sebut.

Bila kandungan vitamin A yang disimpan cukup, maka

sepertiga dari vitamin tereebut dapat hilang dalam waktu

dua minggu, setengah bagian hilang dalam waktu empat

minggu dan dua pertiga bagian hilane dalam waktu enam

minggu. Selanjutnya Bauernfeind (1981) menyatakan bahwa

pemberian karoten dapat meningkatkan penyimpanan vitamin

A dalam hati ayam.

Feeding Trial

Potensi Produksi. Nilai rataan berbagai peubah

respons termasuk respons potensi produkei dari hasil pe-

nelitian ini diperlihatkan pada Tabel 10. Potensi pro-

dukei yang meliputi peubah konsumsi ransum, produksi

telur dan konversi ransum secara serempak telah dianali-

sis dengan Manova dan dilanjutkan dengan Uji Kontras

Ortogonal berdasarkan pembanding ortogonal yang telah

Page 13: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

direncanakan terdahulu (Tabel Lampiran 4). Hasil Manova

menunjukkan adanya pengaruh utama yaitu pengaruh faktor

sumber karotenoid (C) vitamin A (V) dan D-karoten (K)

serta pengaruh interaksi CV, CK, VK dan CVK yang sangat

nyata terhadap potensi produksi ayam petelur (Tabel 5).

Dengan menggunakan Uji Kontras Ortogonal berdasar-

kan pembanding ortogonal yang telah direncanakan terda-

hulu (Tabel Lampiran 4), didapati bahwa perlakuan membe-

rikan pengaruh linear dan kuadratik yang sangat nyata

pada faktor K dan interaksi CK, VK dan CVK seperti yang

diperlihatkan pada Tabel Lampiran 5.

Selain itu dengan melihat kurva respons koneumei

ransum selama penelitian (Gambar 7) diperoleh bahwa in-

terakei terjadi karena adanya variaai konsumai ransum

pada perlakuan ransum dengan kadar vitamin A 4000 IU/kg

dan kadar bkaroten 6000 IU/kg. Variasi konsumsi ransum

ditunjukkan dengan garis-garis yang saline berpotongan

pada kurva tersebut yaitu antara minggu ke-7 dan minggu

ke-11. Keadaan ini disebabkan karena pada waktu perco-

baan didapati dua ekor ayam yang mendapat perlakuan ter-

sebut mengalami luka atau sakit akibat kanibalisme.

Keadaan ini berlangsung beberapa kali sampai akhir pene-

litian karena adanya ayam pada kandang yang bereampingan

dengan ayam-ayam tersebut mempunyai sifat kanibalisme.

Apabila ha1 ini tidak terjadi maka kemungkinan besar pe-

ngaruh perlakuan adalah karena pengaruh utama dan bukan

karena pengaruh interaksi.

Page 14: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

56

Tabe l 10. W i l a i Ratarr krbrgri Perbrb Respons prdr feeding I r i d

Io~srrsi rrrswr ()I Prodrksi telrr = I) (2)

ltrrt telrr (4) iooversi rrrsrr

Yrrrr krrirj telrr

Vitrrir 1 Lati (IUIjI

Vitrrir 1 telrr (IIIlj)

Fertilitrs (2) l a y 1 tetrs (2)

e t e r r r : R = a s e r r i t . 1 4 0 I, tarpa B-krrotn drri CPO

R2 = !USMI derjrr vit. 1 4000 11, I-krroter 6000 I U l r r i CPO R3 = Irrsrr Crjn vit. 1 4000 IU, I-krrotn 12000 I U drri CPO

R4 ' Irnun lerlrr vit. 1 10W I!, trrpr B-krrottr l r r i PO Rs * !~ISII lcrjrr vit. 1 10004 IU, I-luroter 6000 111 l r r i CPO

Rb * I uu r lerjrr vit. I 10090 ID, I-krroter 12000 I U l r r i CPb

R7 = Rrrse lsgrn vit. 1 4000 11, trrpr 8-krrottn l r r i ECPO

RE = lrrsar Cojn vit. 1 4000 Ill, I-krroter 6000 I U l r r i ECPO

R9 = Rrrsrr lcrjrr vit. 1 4000 IU, I-krroter 12000 I U l r r i ECPO

RI0 = Irrsrr Orjrr vit. A 10000 IU, trrpr 8-krroten drri ECPO . Rll = Rrrsrr lerjrr vit. I 10000 IN, O-trrotn 6000 I U drri ECPb

R12 = Ransw derjrr vit. 1 10000 IU, I-krroter 12000 1U drri ECPO

Page 15: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Gambar 7. Kurva Respons Konsumsi Ransum Selama Penelitian

Bertitik tolak dari keadaan tersebut maka akan nam-

pak bahwa pada perlakuan vitamin A 4000 IU dengam penam-

bahan D-karoten 6000 IU menghasilkan konsumsi ransum

yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan vitamin A 10000

IU pada berbagai taraf P-karoten. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa perlakuan vitamin A 4000 IU menunjukkan

perbedaan peningkatan konsumsi ransum yang lebih tinggi

pada berbagai taraf P-karoten dibandingkan dengan perla-

kuan vitamin A 10000 IU pada berbagai taraf D-karoten.

Adanya peningkatan konsumsi ransum pada perlakuan vita-

Page 16: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

min A 4000 IU dengan penambahan a-karoten menunjuk-kan

bahwa ransum dengan vitamin A 4000 IU tanpa B-karo-ten,

kondisi ternak ayam berada pada keadaan dimana ke-

butuhan vitamin A nya belum terpenuhi, Oleh karena itu

ayam selalu berusaha memenuhinya baik untuk kebutuhan

hidup pokok maupun untuk produksi telur dengan mengkon-

sumsi ransum yang mengandung B-karoten sebagai provita-

min A dalam porsi yang lebih banyak. Ternyata dari ha-

ail penelitian ini nampak bahwa penambahan B-karoten

12000 IU pada ransum dengan vitamin A 4000 IU menunjuk-

kan rataan konsumsi ransum tertinggi yaitu sebesar

101.21 g/ekor/hari dan diduga dalam porsi tersebut ke-

butuhan vitamin A untuk hidup pokok dan produksi telur

yang maksimal dapat terpenuhi. Bila dihubungkan dengan

nilai konversi B-karoten menjadi vitamin A di dalam tu-

buh ayam yaitu 40 - 60 persen maka penjelasan sebelumnya

akan menjadi lebih jelas karena untuk menghasilkan

tingkat vitamin A tertentu di dalam tubuh ayam maka kon-

sumsi ransum yang mengandung B-karoten harus lebih ting-

gi daripada konsumsi ransum yang mengandung vitamin A

itu sendiri. Belum banyak hasil penelitian yang meng-

ungkapkan pengaruh pemberian B-karoten terhadap konsumai

ransum pada ternak ayam, namun sehubungan dengan hasil

percobaan ini didapati petunjuk yang mendukung yaitu

adanya pengaruh vitamin A terhadap konsumsi ransum pada

ayam. Shellenberger dkk. (1960) menyatakan bahwa sema-

Page 17: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

kin tinggi tingkat pemberian vitamin A akan mengha-

silkan koneumsi ransum yang lebih baik.

Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa bukan vitamin

A saja dapat meningkatkan konsumsi ransum ternyata de-

ngan pemberian f3-karoten baik beraeal dari CPO maupun

ECPO di dalam ransum mampu meningkatkan konsumsi ransum

ayam petelur.

Pada kurva respons produksi telur (Gambar 8) nampak

pula bahwa terjadinya pengaruh interaksi disebabkan oleh

pengaruh keadaan yang sama seperti pada peubah konsumsi

raneum.

+ Vltnmin A 4 0 0 0 IU. 8-kamtnn 12000 IUIkg

+ Vftamin A 10000 IU. tanpa 8-kamtnn

-;c VItamln A 10000 IU. I -kamtan 0 0 0 0 IUfkp

I + Vitamin A 10000 IU. I -kamtan 12000 I U f b

Wak tu pemberlan ranrun (minqpu kc-)

Gambar 8. Kurva Respons Produksi Telur Selama Penelitian

Page 18: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Terjadinya pengaruh interaksi karena terdapat va-

riasi konsumsi ransum pada perlakuan vitamin A 4000 IU

dengan peqambahan D-karoten 6000 IU menyebabkan adanya

variasi pula pada tingkat produksi telur pada perlakuan

tersebut.

Pada Gambar 8 nampak bahwa pada perlakuan vitamin A

4000 IU penambahan 9-karoten sebesar 12000 IU memberikan

pengaruh terhadap produksi telur yang cukup baik yaitu

73.30 persen sedangkan pada perlakuan vitamin A 10000

IU/kg, penambahan P-karoten tidak memberikan pengaruh

terhadap peningkatan produksi telur. Semakin tinggi

tingkat pemberian P-karoten pada ranaum dengan kandungan

vitamin A 4000 IU, maka produksi telur yang dihaeilkan

juga semakin baik. Hal ini menunjukkan bahwa P-karoten

yang dikonsumsi ayam baik berasal dari CPO maupun ECPO

dapat diubah menjadi vitamin A. Dengan demikian kebutuh-

an vitamin A dapat dipenuhi dan mempengaruhi tingkat

produksi telur khususnya pada fase produksi I. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil-hasil penelitian ter-

dahulu yang mengemukakan karotenoid mempengaruhi produk-

si telur pada ayam (Ewing, 1963; Bauernfeind, 1981).

Kurva respons konversi ransum (Gambar 9) menunjuk-

kan bahwa pengaruh interaksi terhadap nilai konversi

ransum karena adanya perbedaan besarnya respons antara

perlakuan vitamin A 4000 IU dan 10000 IU pada berbagai

taraf D-karoten. ~ibandingkad dengan hasil yang diper-

oleh pada peubah konsumsi ransum maka didapati bahwa

Page 19: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

E

C

'; 2.5 L Y

t (- Vitamin A 10000 IU/kg

; o 2.4 .. * x

2.3

r - v

41 i

0 6000 12000

0 - karoren dalarn ransum < IU/lCg >

Gambar 9. Kurva Respons Konversi Ransum

walaupun tingkat konsumsi ransum pada perlakuan vitamin

A 4000 IU dengan penambahan 0-karoten 12000 IU seperti

yang sudah dipahami adalah lebih tinggi, narnun nilai

konversi ransumnya yaitu 2.57 nampak lebih Jelek daripa-

da ransum dengan vitamin A 10000 IU pada berbagai taraf

0-karoten. Keadaan ini menunjukkan bahwa perbandingan

antara pemanfaatan ransum dan produksi telur pada perla-

kuan tersebut kurang efisien sebagaimana yang didapati

pada perlakuan dengan vitamin A 1QOOO IU. Hal ini men-

dukung penjelasan sebelumnya sebagaimana yang telah di-

kemukakan bahwa pada perlakuan vitamin A 4000 IU dengan

penambahan a-karoten 12000 IU, nampak adanya usaha ayam

mengkonsumsi ransum yang tinggi untuk menghasilkan pro-

duksi telur yang maksimal. Kebutuhan vitamin A untuk

produksi yang maksimal pada ayam petelur sekitar 4000 IU

sampai 6000 IU/kg ransum (Bauernfeind, 1981; NRC, 1984).

Selanjutnya Chen dan Bailey (1988) mengemukakan bahwa.

Page 20: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

karotenoid berpengaruh terhadap konversi ransum. Pem-

berian tepung bermudagrass sebagai sumber karotenoid

sampai 3 persen dalam ransum ayam petelur menghasilkan

nilai konversi ransum yang maksimal-

Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa J3-

karoten berpengaruh terhadap konversi ransum hanya pada

perlakuan dengan vitamin A 4000 IU. Semakin tinggi

penambahan B-karoten pada perlakuan vitamin A 4000 IU

menghasilkan nilai konversi ransum yang semakin baik.

Namun bila dibandingkan dengan perlakuan vitamin A 10000

IU pada berbagai taraf D-karoten maka didapati bahwa

perla-kuan vitamin A 10000 menghasilkan nilai konversi

ransum yang lebih baik.

Potensi Reproduksi. Peubah respons yang terdiri

dari fertilitae dan daya tetas telur telah dianalisis

secara serempak dengan Manova sebagai potensi reproduksi

ternak ayam. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan

bahwa faktor B-karoten (K) berpengaruh nyata terhadap

potensi reproduksi sedangkan faktor sumber karotenoid

(C) dan vitamin A (V) serta interaksi antar faktor tidak

memberikan pengaruh terhadap reproduksi ayam (Tabel Lam-

piran 5).

Dengan menggunakan Uji Kontras Ortogonal didapati

adanya pengaruh linear yang nyata masing-masing pada

faktor K dan interaksi VK terhadap potensi reproduksi

ayam (Tabel Lampiran 5).

Page 21: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Pada kurva respons untuk peubah fertilitas telur

(Gambar 10) diperoleh bahwa penambahan berbagai taraf B-

karoten pada kedua tingkat vitamin A menghasilkan fer-

tilitas telur yang meningkat. Khususnya pemberian B-

karoten 6000 IU pada ransum dengan vitamin A 4000 IU

memperlihatkan peningkatan fertilitas telur yang menyo-

lok. Keadaan ini menunjukkan bahwa penambahan P-karoten

6000 IU pada ransum dengan vitainin A 4000 IU telah mampu

menghasilkan rataan fertilitaa telur yang cukup tinggi

yaitu 89.70 persen dan tidak berbeda jauh dengan nilai

fertilitaa yang dihasilkan oleh perlakuan vitamin A

10000 IU dengan berbagai taraf B-karoten.

Vitamin A 10000 IU/kg

1 I

0 6000 12000

B -karoten dalam ransum < IU/kg )

Gambar 10. Kurva Respons Fertilitas Telur

Page 22: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Kurva respons daya tetas telur (Gambar 11) menun-

jukkan pola yang hampir sama dengan kurva respons ferti-

litas telur.

Pemberian D-karoten sebanyak 6000 IU pada ranswn

dengan vitamin A 4000 IU memperlihatkan peningkatan daya

tetaa yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan

lainnya. Percobaan ini menunjukkan bahwa P-karoten mem-

berikan pengaruh yang nyata terhadap daya tetae telur

khuausnya pada ransum dengan vitamin A 4000 IU. Penam-

bahan D-karoten sebanyak 6000 IU pada ransum dengan vi-

tamin A 4000 IU menghaeilkan rataan daya tetae telur

yang cukup tinggi yaitu 93.90 persen dan tidak berbeda

jauh dengan daya tetas telur yang dihasilkan oleh perla-

kuan vitamin A 10000 IU dengan berbagai taraf 0-karoten.

5 - karoten dalam ransum < IU/kg )

Gambar 11. Kurva Respons Daya Tetaa Telur

Page 23: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Sampai sedauh ini belum banyak dilaporkan mengenai

pengaruh pemberian a-karoten terhadap reproduksi ayam

khususnya fertilitas dan daya tetas telur, walaupun pada

ternak sapi telah dilaparkan bahwa 8-karoten mempenga-

ruhi tingkat fertilitas (Bauernfeind, 1981).

Hasil percobaan ini membuktikan bahwa penambahan 8-

karoten 6000 IU baik yang berasal dari CPO maupun ECPO

pada ransum dengan tingkat vitamin A 4000 IU memberikan

pengaruh yang cukup baik terhadap reproduksi ayam pete-

lur khueusnya fertilitas dan daya tetas telur.

Depoait Vitamin A. Kadar vitamin A hati dan telur

telah dianaliais dengan Manova aebagai deposit vitamin

A. Haeil yang diperoleh menunjukkan bahwa pengaruh utama

maeing-masing faktor vitamin A (V) dan 9-karoten (K)

memberikan pengaruh yang sangat nyata dan tidak terdapat

pengaruh interaksi terhadap deposit vitamin A (Tabel

Lampiran 5).

Berdasarkan Uji Kontras Ortogonal didapati hasil

yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh linear dan kua-

dratik yang sangat nyata pada faktor 8-karoten terhadap

deposit vitamin A pada ayam petelur (Tabel Lampiran 5).

Adanya pengaruh kuadratik diperlihatkan melalui hu-

bungan fungsional antara tingkat 8-karoten ransum dengan

kadar vitamin A hati dan telur seperti yang dirumuskan

berturut-turut dalam persamaan reapone berikut ini:

Page 24: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

Y = 346.167 + 264X + 102x2 (hati)

Y = 11.417 + 7.425X + 0 . 0 3 7 5 ~ ~ (telur)

Dari persamaan respons tersebut dapat dijelaskan

bahwa pemberian B-karoten yang rendah dari CPO maupun

ECPO, baik pada ransum dengan kandungan vitamin A 4000

IU maupun 10000 IU menghasilkan peningkatan vitamin A

yang rendah berturut-turut di dalam hati dan telur se-

dangkan semakin tinggi pemberian B-karoten menghasilkan

peningkatan vitamin A hati dan telur yang semakin tinggi

pula.

Pengaruh tingkat vitamin A dan B-karoten ranem

terhadap kadar vitamin A hati dan telur menunjukkan bah-

wa semakin tinggi tingkat vitamin A dan 0-karoten ranawn

menghasilkan kadar vitamin A hati dan telur yang semakin

tinggi pula. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa

rataan deposit vitamin A hati pada perlakuan pemberian

vitamin A 4000 dan 10000 IU adalah berturut-turut 187.70

dan 640.70 IU/g sedangkan rataan deposit dalam telur

berturut-turut 8.45 dan 14.33 IU/g. Selanjutnya didapati

pula bahwa rataan deposit vitamin A hati pada perlakuan

pemberian B-karoten 0, 6000 dan 12000 IU adalah bertu-

rut-turut 337.50; 391.50 dan 513.50 IU/g sedangkan ra-

taan deposit dalam telur berturut-turut 8.90; 11.42 dan

13.85 IU/g. Bauernfeind (1981) mengemukakan bahwa ter-

dapat korelasi antara vitamin A ransum dan vitamin A ha-

ti. Pemberian vitamin A sebanyak 4000 IU, 8000 IU dan

Page 25: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

12000 IU/kg ransum pada ayam petelur selama 12 minggu

menghasilkan kadar vitamin A hati berturut-turut sekitar

104 IU, 256 IU dan 918 IU/g (Ewing, 1963). Selain itu

Anggorodi (1985) juga melaporkan bahwa vitamin A ransum

berpengaruh terhadap kadar vitamin telur. Pemberian

vitamin A sebanyak 4400 IU, 1100 IU dan 22000 IU/kg ran-

sum menghasilkan vitamin A telur berturut-turut sekitar

6.3 IU, 12.7 IU dan 16.3 IU/g. Bauernfeind (1981) mela-

porkan bahwa pemberian karoten kristal sebanyak 1000 IU,

12000 IU dan 24000 1~/kg ransum selama 8 minggu pada

ayam broiler menghaailkan kadar vitamin A hati berturut-

turut 2 IU, 74 IU dan 243 IU/g.

Warna Kuning Telur. Berdasarkan hasil percobaan

yang diperoleh maka data pengamatan warna kuning telur

secara statiatik tidak dianalisia karena didapati warna

kuning telur yang seragam pada semua perlakuan dengan

skor sekitar 3 (Tabel 10). Keadaan ini menun3ukkan

bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap peningkatan

warna kuning telur.

Dibandingkan dengan perlakuan pada percobaan penda-

huluan maka adanya peningkatan vitamin A ransum pada

percobaan ini tidak ada hubungannya dengan peningkatan

warna kuning telur baik pada ransum yang mengandung ECPO

maupun CPO sebagai sumber karotenoid. Sebelumnya diha-

rapkan dengan peningkatan vitamin A ransum sampai 10000

Page 26: Ekstrak Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Vitamin

IU/kg maka kebutuhan vitamin A ayam untuk produksi dan

reproduksi akan terpenuhi sehingga peluang karotenoid

yang diberikan akan lebih beaar untuk memberikan penga-

ruh pigmentasi pada kuning telur. Pemikiran tersebut

dilandasi pada pernyataan yang pernah dikemukakan oleh

Bauernfeind (1981) yang menyatakan bahwa pemberian vita-

min A sampai taraf 12000 IU/kg memberikan pengaruh posi-

tif terhadap pigmentasi kuning telur pada ransum yang

mengandung karotenoid. Selain itu Williams dkk. (1963)

mengemukakan bahwa total karotenoid juga turut mempenga-

ruhi warna kuning telur. Dengan rnengkaji kemungkinan

faktor lainnya yang berpengaruh terhadap warna kuning

telur aeperti kompoaiei karotenoid dan jenis lemak

(Jonathan dkk., 1988; Blair dan March, 1989; Hamilton

dan Parkhurst, 1990), maka dapat disimpulkan bahwa fak-

tor komposisi karotenoid CPO maupun ECPO cenderunp meru-

pakan faktor yang tidak memberikan pengaruh terhadap

warna kuning telur. Selanjutnya Fletcher dan Papa

(1985) menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh

terhadap warna kuning telur adalah kualitas dan kuanti-

taa xantofil.