Click here to load reader
Upload
phamtuyen
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
Penentuan watak statistic dari pencacahan radiasi nuklir dan Resolving-
time Geiger Muller 1Mei Budi Utami, 2Imroatul Maghfiroh , 3Hanu Lutvia, 4Dewi Karmila Sari, 5Muhammad Patria
MahardikaLaboratorium Radiasi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas AirlanggaSurabaya
Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.Si
Abstrak
Telah dilakukan Eksperimen Detektor Geiger-Muller yang bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja dan resolving time detektor Geiger-Muller, serta untuk mengetahui laju cacah sesungguhnya dan perilaku distribusi statistik pencacahan radiasi nuklir. Sumber radiasi yang digunakan dalam percobaan adalah Co-60 dan Cs-137 Prinsip kerja detektor Geiger-Muller pada umumnya didasarkan pada interaksi zarah radiasi terhadap detektor (sensor) yang sedemikian rupa sehingga tanggapan dari alat akan sebanding dengan efek radiasi atau sebanding dengan sifat radiasi sumber yang diukur. Sumber Radioaktif yang digunakan pada eksperimen ini adalah Co-60 dan Cs-137. Berdasarkan analisis data pengamatan, diperoleh bahwa resolving time detektor Geiger Muller yang digunakan dalam percobaan adalah 59 mikrodetik. Laju cacah untuk Cs-137 adalah 2,65 cacahan/s, untuk Co-60 0,43 cacahan/s serta gabungan keduanya sebesar 2,67 cacahan/s. Distribusi statistik pencacahan radiasi menunjukkan pola berupa kurva distribusi PoissonKata kunci : Detektor Geiger-Muller, Sumber Co-60; Cs-137;, laju cacah, resolving time
PENDAHULUANPencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Müller adalah sebuah alat pengukur
radiasi ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta.
Sensornya adalah sebuah tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang akan
bersifat konduktor ketika partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon)
menjadi konduktif. Alat tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada indikatornya
yang bisa berupa jarum penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi menandakan satu
partikel.
Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat digunakan untuk mendeteksi radiasi
gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah Geiger tidak bisa digunakan untuk
mendeteksi neutron.
DASAR TEORI1. Prinsip kerja Detektor Geiger-Muller
Mei Budi Utami | 1
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
Detektor GM adalah salah satu detector yang digunakan untuk mengukur cacah radiasi
nuklir. Detektor ini berbentuk tabung dari gelas yang bagian dalamnya dilapis logam. Lapisan
ini berfungsi sebagai katoda. Sepanjang sumbu tabung ini diberi kawat logam yang berfungsi
sebagai anoda. Antara anoda dan katoda dipasang tegangan tinggi. Tabung ini berisi gas mulia
(Argon) dan gas quenching (Halogen).
Jika ada radiasi pengion masuk ke dalam tabung maka akan terbentuk sejumlah
pasangan ion positif dan elektron akibat proses eksitasi ataupun ionisasi primer atom gas.
Pulsa timbul akibat elektron lebih cepat sampai ke anoda daripada ion positif ke katoda dan
juga menentukan tinggi pulsa.
Avalance atau proses ionisasi berantai adalah regenerasi pasangan ion tadi akibat
kelebihan tenaga setelah bertumbukan dengan atom-atom gas dalam tabung. Ada kalanya
Avalance terjadi karena radiasi dari luar sehingga diperlukan sejumlah gas yang dapat
meredam radiasi luar ini sehingga halogen dipakai.
Sifat penting alat ini adalah bahwa pulsa keluarnya cukup besar akibat pulsa–pulsa
avalance yang mencapai jenuh, meskipun berakibat tidak dapat membedakan tenaga radiasi
yang masuk.
2. Resolving Time (Waktu Pisah)
Resolving time adalah selisih waktu minimum yang diperlukan untuk dapat
meperlihatkan hasil cacahan radiasi sumber radioaktif, atau selang waktu minimum antara
satu cacahan hingga cacahan berikutnya. Keadaan dimana detektor tidak dapat mendeteksi
radiasi yang masuk disebut keadaan mati. Selang waktu dimana detektor tidak dapat
membentuk pulsa disebut waktu mati, tm (dead time).
Ketika ion positif sudah terkumpul pada katoda, kuat medan listrik telah pulih kembali
seperti semula dan tinggi pulsa kembali. Selang waktu antara akhir waktu mati (dead time)
Mei Budi Utami | 2
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
sampai dengan pulihnya kembali disebut waktu pemulihan, tp (recovery-time). Waktu pisah, τ
(resolving time) yaitu selisih waktu minimum yang diperlukan oleh radiasi yang berurutan
agar radiasi dapat tercacah.
Akibat adanya dead time dan recovery time, maka partikel-partikel radiasi yang masuk
kedalam tabung GM, selama dead time dan recovery time tidak akan tercatat, sehingga
menimbulkan hilangnya cacahan. Untuk mendapatkan laju cacahan seharusnya perlu
ditentuakn terlebih dahulu resolving time kemudian digunakan untuk mengoreksi laju cacahan
yang terbaca. Koreksi ini menjadi penting terutama pada laju cacahan yang cukup tinggi.
Resolving time merupakan ciri yang karateristik dari system pencacahan, karena makin kecil
resolving time system pencacah makin baik untuk mencacah pada laju cacahan yang tinggi.
Misalkan n = Laju cacahan yang seharusnya, g = laju cacahan yang tercacah, b = laju cacahn
latar atau background, maka cacahan yang sebenarnya adalah :
n= g1−gτ
Dan rumus yang digunakan untuk mencari resolving time adalah :
τ=g1+g2−g12−b
g122 −g1
2−g22
3. Distribusi Pancaran Radiasi
Radiasi yang timbul gejalanya bersifat random. Tidak semua inti meluruh pada saat
yang sama, dan tidak ada yang dapat menentukan inti mana yang akan meluruh pada saat
tertentu. Suatu bahan radioaktif memancarkan partikel radiasi yang keluar dari inti belum
tentu dapat masuk ke tabung GM dan tentu saja belum tentu dapat tercatat dalam pencacah.
Kalau diadakan beberapa kali pengamatan (k kali) jumlah atau harga cacahan pada
selang waktu tertentu, jarak tertentu, kondisi perncacah tertentu, makan akan dihasilkan harga
cacahan yang berbeda. Hasil ini dikelompokkan hingga diperoleh cacah pengamatan N(m)
kali pengamatan untuk hasil cacah m. Bila cacah pengamatan N(m) dibagi dengan k
pengamatan akan diperoleh keboleh jadian (Probabilitas) jadian nilai m atau :
P(m)=N(m) / k
Grafik keboleh jadian nilai m yang diperoleh P(m) dengan m menunjukkan distribusi statistik
suatu cacahan. Adapun harga cacahan rata-ratanya dapat diperoleh dari persamaan :
N=∑i=l
k
N i
k atau N=∑
m=0mp(m)
Mei Budi Utami | 3
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
Jika diambil harga k yang besar (tak berhingga), maka harga N rata- rata akan mendekati
harga N yang sebenarnya. Karena tidak mungkin mengambil harga m tak berhingga, maka m
diambil harga yang memadai.
METODE PRAKTIKUMPada praktikum Geiger-Muller ini menggunakan Detektor Geiger – Muller (GM), sistem
detekdi radiasi, dan sumber radioaktif Co-60, Cs-137 dan Sr-90, dengan prosedur percobaan
sebagai berikut :
A. Penentuan Distribusi Statistik Latar dan Sumber
1. Cacah radiasi latar dengan interval waktu 10 detik sebanyak 100 kali
2. Gunakan isotop Cs-137 sebagai sumber radisasi, lakukan pencacahan sebanyak 100 kali
dengan interval waktu masing – masing 10 detik
3. Buat grafik antara probabilitas nilai m yang diperoleh P(m) dengan m adalah jumlah
cacahan pada langkah (2) dan (3)
B. Penentuan resolving time detektor
1. Peralatan dirangkai
2. Radiasi latar dicacah dengan interval waktu 10 detik sebanyak 20 kali pengulangan.
3. Sumber pertama (S1) yaitu Co-60 dilektakkan pada tempatnya, lalu dicacah dengan
interval waktu 10 detik sebanyak 20 kali pengulangan (g1)
4. Sumber kedua (S2) yaitu Cs-137 dilektakkan di sebelah sumber pertama, dan keduanya
dicacah dengan interval waktu 10 detik sebanyak 20 kali pengulangan dan catat hasilnya
(g12)
5. Sumber pertama diambil, sumber kedua dibiarkan tetap pada tempatny. Kemudian
sumber kedua saja yang dicacah dengan interval 10 detik sebanyak 20 kali pengulangan
dan catat hasilnya (g2)
6. Resolving time dan laju cacah sesungguhnya (n1, n2, n3) dapat dihitung.
DATA DAN ANALISIS PERHITUNGAN(terlampir)
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Cara Kerja Detektor Geiger-Muller
Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang bila dikenai radiasi akan
menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah dibahas sebelumnya. Suatu bahan
Mei Budi Utami | 4
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
yang sensitif terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang lain.
Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum tentu dapat mendeteksi radiasi neutron.
Apabila dilihat dari segi jenis radiasi yang akan dideteksi dan diukur, diketahui ada beberapa
jenis detektor, seperti detektor untuk radiasi alpha, detektor untuk radiasi beta, detektor untuk
radiasi gamma, detektor untuk radiasi sinar-X, dan detektor untuk radiasi neutron. Kalau dilihat
dari segi pengaruh interaksi radiasinya, dikenal beberapa macam detektor, yaitu detektor
ionisasi, detektor proporsional, detektor Geiger muller, detektor sintilasi, dan detektor
semikonduktor atau detektor zat padat.
Detektor Geiger Muller meupakan salah satu detektor yang berisi gas yang prinsip kerjanya
menggunakan medium gas. Pada intinya cara kerja detektor Geiger-Muller adalah mendeteksi
adanya sinyal (perbedaan potensial) antara Katoda dan Anoda, adanya potensial antara Katoda
dan Anoda disebabkan karena timbulnya ion positif dan ion negatif dari gas mulia (Argon)
akibat adanya peristiwa eksitasi maupun ionisasi yang disebabkan karena partikel pengion
(pancaran partikel radioaktif bisa berupa sinar alfa, beta maupun gamma).
Apabila potensial yang terpasang pada anoda dan katoda cukup rendah maka ion yang
terbentuk akan segera kembali ke bentuk semula (menjadi gas Argon), tetapi apabila potensial
yang terpasang cukup tinggi maka ion yang terbentuk akan menuju ke anoda (ion negatif) dan ke
kanoda (ion positif).
2. Distribusi Statistik Cacahan Latar dan Sumber Cs-137
Cacahan latar adalah cacahan yang terjadi saat tidak ada sumber. Statistik distribusi
yang terbentuk berupa grafik yang memenuhi bentuk statistik distribusi yang telah
diasumsikan secara teoritik. Maka hal ini telah membuktikan bahwa grafik hasil eksperimen
yang telah kami lakukan memenuhi asumsi yakni berbentuk menyerupai distribusi statistik
Poisson.
Kurva dari Peluang P(m) sebagai fungsi hasil cacah m, membentuk kurvadistribusi yang
ternyata berupa distribusi Poisson seperti berikut :
Mei Budi Utami | 5
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
1 2 3 4 5 60
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Grafik Hubungan P(m) poison untuk Latar
m (jumlah cacahan)
P(m
)
Untuk grafik distribusi statistik sumber Cs-137 (merupakan distribusi Gaussian karena
puncak grafik terdapat pada bagian tengah dan kemiringan slope kanan dengan slope kiri
tidak sama dengan peluang terbanyak ada pada angka cacahan 13
6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 220.00E+00
1.00E-02
2.00E-02
3.00E-02
4.00E-02
5.00E-02
6.00E-02
7.00E-02
8.00E-02
grafik hubungan P(m) dengan m
3. Penentuan Resolving Time Detektor Geiger-Muller
Resolving time dapat didefinisikan sebagai waktu minimum yang diperlukan agar zarah
radiasi berikutnya dapat dicatat setelah terjadinya pencatatan atas zarah radiasi yang datang
sebelumnya. Resolving time berorde sekitar 100 mikrodetik atau lebih. Semakin kecil nilai
resolving time maka semakin baik pula detektor tersebut, karena minimnya selang waktu yang
diperlukan detektor untuk mencacah radiasi selanjutnya.
Dari hasil analisis yang telah kami lakukan diperoleh nilai resolving time
τ=(−0,59 ± 0,18 ) x 10−1 s .Dari hasil data tersebut dapat dikatakan bahwa hanya pulsa-pulsa
dalam selang waktu lebih dari (−0,59 ± 0,18 ) x10−1sekon saja yang dapat dideteksi oleh detektor
Mei Budi Utami | 6
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
Geiger-Muller sedangkan pulsa-pulsa dalam selang waktu lebih kecil dari nilai tersebut tidak
akan dapat tercacah.
Dari hasil analisis ternyata nilai resolving time yang didapatkan bernilai negative(-). Hal ini
tidak berarti detektor memiliki kemampuan yang tidak baik dalam mencacah, tetapi hal ini dapat
diartikan karena detektor Geiger-Muller mencatat pancaran partikel radiasi sebelum radioaktif
meluruh.
Faktor-faktor yang menyebabkan nilai resolving time yang didapatkan bernilai negative
dikarenakan adanya faktor alat ukur dan faktor praktikan. Faktor alat ukur dapat disebabkan
karena usia alat yang sudah tua sehingga tingkat keakurasiannya berkurang , serta mungkin
katodenya sudah termakan gas halogen mengingat bahwa gas halogen bersifat sangat reaktif.
Sedangkan faktor praktikan disebabkan ketidak telitian praktikan saat melakukan pencacahan
dan pembacaan pulsa cacahan pada counter. Dan juga disebkan faktor lain seperti, saat
mencacah latar mungkin alat tidak steril dari bahan radioaktif.
Dari hasil resolving time ini selanjutnya dapat ditentukan nilai laju cacah sebenarnya dari
masing–masing sumber radiasi. Nilai laju cacah sebenarnya yang didapatkan pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Sumber Co-60 : 2,27 cacahan/sekon
2. Sumber Cs-137 : 3.13 cacahan/sekon
3. Sumber Co-60 dan Cs-137 : 3,17 cacahan/sekon
Terlihat dari hasil yang didapatkan yaitu nilai laju cacah Co-60 dan Cs-137 (n12) yang kami
diperoleh lebih besar daripada n1 dan n2. Namun, jika dibandingkan dengan Cs-137 perbedaanya
sangat sedikit. Dari teori yang ada, bahwa nilai laju dua sumber (n12) yang dihitung cacahan
pulsanya secara bersamaan lebih besar daripada hanya satu sumber yang dihitung. Hal ini
dsebabkan karena energi gabungan dari dua sumber merupakan jumlahan dua energinya masing-
masing. Walau bernilai lebih besar, namun belum memenuhi teori yang sudah ada, karena hanya
berbeda sangat sedikit.
KESIMPULAN1. Cara kerja detektor Geiger-Muller adalah mendeteksi adanya ion positif dan negatif yang
datang pada anoda dan katoda akibat adanya proses ionisasi maupun eksitasi pada tabung
Geiger-Muller oleh zat pengion.
2. Hasil perhitungan dari resolving time adalahτ=(−0,59 ± 0,18 ) x 10−1 sdengan laju cacahan
sebenarnya untuk Co-60 sebesar ¿2,27 cacahan/sekon , Cs-137 sebesar 3,13 cacahan/s dan
gabungan Co-60 serta Cs-137 sebesar 3,17 cacahan /s.
Mei Budi Utami | 7
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
3. Distribusi statistik latar adalah distribusi poisson karena puncak grafik tidak berada di
tengah (grafik tidak simetris), sedangkan sumber Cs-137 distribusi statistiknya berupa
distribusi Gaussian karena puncaknya ditengah namun sisi kiri dan kanan tidak simetris.
DAFTAR PUSTAKABeiser,Arthur.1987. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga.
Krane,Kenneth. Fisika Modern. Jakarta : Erlangga
Tipler,Paul.2001. Fisika untuk sains dan Tehnik. Jakarta : Erlangga
Mei Budi Utami | 8
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
LAMPIRAN
DATA DAN ANALISIS PERHITUNGAN
A. Penentuan Distribusi Statistik Latar dan Sumber
No n (cacahan) No n (cacahan) No n (cacahan) No n (cacahan)Latar Cs-137 Latar Cs-137 Latar Cs-137 Latar Cs-137
1 1 10 26 1 8 51 2 16 76 3 162 2 13 27 2 12 52 4 13 77 0 193 1 14 28 1 20 53 1 15 78 2 214 1 18 29 4 18 54 2 16 79 3 175 2 17 30 0 15 55 2 12 80 2 186 6 13 31 0 21 56 2 16 81 5 207 0 15 32 2 13 57 1 18 82 3 128 4 12 33 3 6 58 3 17 83 2 99 1 12 34 3 18 59 1 18 84 4 21
10 5 22 35 3 6 60 4 22 85 2 1111 2 9 36 2 16 61 8 13 86 5 1612 4 16 37 1 18 62 3 19 87 0 1313 5 11 38 1 10 63 3 16 88 1 1514 1 9 39 3 18 64 2 15 89 0 815 1 10 40 0 14 65 4 15 90 3 1516 2 8 41 5 10 66 9 14 91 1 1617 2 11 42 0 11 67 1 17 92 3 1418 3 13 43 3 14 68 2 19 93 3 919 1 15 44 1 11 69 4 16 94 3 1020 1 14 45 1 11 70 3 15 95 3 1221 3 12 46 2 13 71 3 18 96 4 1322 4 16 47 3 20 72 3 14 97 3 1823 5 10 48 0 16 73 1 11 98 1 1224 2 17 49 2 13 74 2 14 99 2 1125 3 17 50 2 20 75 1 17 100 2 15
Analisis Data :
Dengan memasukkan nilai:
m = jumlah cacahan
N(m) = frekuensi jumlah cacahan
k = jumlah perulangan pengukuran (100)
P(m)= N ( m)k
( poisson)
P (m )=nm e−n
m! dengan n=
∑ m. N (m)
∑ N (m)
Maka akan diperoleh tabel dan grafik sebagai berikut :
Mei Budi Utami | 9
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
1. Latar
m N(m) P(m) poisson m.N(m) m! P(m) 0 9 0,09 0 0 0,0921 23 0,23 23 1 0,2192 25 0,25 50 2 0,263 24 0,24 72 6 0,2074 10 0,1 40 24 0,1235 6 0,06 30 120 0,0586 1 0,01 6 720 0,0238 1 0,01 8 40320 0,0029 1 0,01 9 362880 0,0006
total 100 1 238
Keterangan : n=∑ m. N (m)
∑ N (m )=
238100
=2,38
e−n=e−2,38=0,092
Grafik P(m) dengan m
0 1 2 3 4 50
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Grafik
Axis Title
Axis
Title
Grafik P(m) poisson dengan m
Mei Budi Utami | 10
1 2 3 4 5 60
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Grafik Hubungan P(m) poison untuk Latar
m (jumlah cacahan)
P(m
)
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
2. Sumber Cs-137
m N(m) P(m) poisson m.N(m)
m! P(m)
6 2 0,02 12 720 6.77E-038 3 0,03 24 40320 2.52E-029 4 0,04 36 362880 4.04E-03
10 6 0,06 60 3628800 5.30E-0311 8 0,08 88 39916800 6.37E-0312 8 0,08 96 479001600 7.07E-0313 10 0,1 130 6227020800 7.29E-0214 8 0,08 112 87178291200 7.01E-0315 10 0,1 150 1,30767E+12 6.32E-0316 12 0,12 192 2,09228E+13 5.37E-0317 7 0,07 119 3,55687E+14 4.30E-0518 10 0,1 180 6,40237E+15 3.28E-0319 3 0,03 57 1,21645E+17 2.36E-0320 4 0,04 80 2,4329E+18 1.62E-0321 3 0,03 63 5,10909E+19 1.09E-0322 2 0,02 44 1,124E+21 6.68E-04
100 1443 2,5852E+22
Keterangan : n=∑ m. N (m)
∑ N (m )=
1443100
=14,43
e−n=e−14,43=5,4 x10−7|
Grafik P(m) dengan m
6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 220
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14grafik hubungan P(m) possion dengan m
Mei Budi Utami | 11
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
Grafik P(m) poisson dengan m
6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 220.00E+00
1.00E-02
2.00E-02
3.00E-02
4.00E-02
5.00E-02
6.00E-02
7.00E-02
8.00E-02
grafik hubungan P(m) dengan m
B. Penentuan Resolving Time Detektor Geiger-Muller
No Jumlah cacahan b2 g12 g2
2 g122
Latar(b) Co-60(g1) Cs-137 dan C0-60(g12) Cs-137(g2)
1 4 5 33 24 16 25 25 10892 2 7 31 20 4 49 49 9613 2 5 31 24 4 25 25 9614 3 6 29 22 9 36 36 8415 4 5 32 23 16 25 25 10246 3 7 26 23 9 49 49 6767 3 2 31 20 9 4 4 9618 1 4 34 15 1 16 16 11569 1 4 21 25 1 16 16 441
10 5 3 33 42 25 9 9 108911 3 3 20 28 9 9 9 40012 6 9 25 35 36 81 81 62513 2 4 24 28 4 16 16 57614 2 1 21 35 4 1 1 44115 3 2 21 29 9 4 4 44116 2 2 21 28 4 4 4 44117 3 2 22 23 9 4 4 48418 2 2 33 32 4 4 4 108919 2 2 18 21 4 4 4 32420 3 11 28 34 9 121 121 784∑ 56 86 534 531 186 7396 7396 14804
Rata-rata 2,8 4,3 26,7 26,55 9,3 369.8 369.8 740,2
Mei Budi Utami | 12
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
Keterangan :
b : laju cacahan pada latar atau background
g1 : laju cacahan pada sumber pertama (Co-60)
g12 : laju cacahan pada kedua sumber (Co-60 dan Cs-137)
g2 : laju cacahan pada sumber kedua (Cs-137)
Dari data di atas maka dapat diperoleh :
b ¿∑ latar
k=
5620
=2,8 cacahan/10 s
¿ 0,28 cacahan/s
∆ b ¿√∑ b2−n b2
n(n−1)
¿√ 186−20 (2,8 )2
20 (20−1)
¿√ 29,220 (19)
¿√0,076
¿0 ,005 cacahan/10 s
¿0,005 cacahan/s
Jadi, b=b± ∆ b=(0 ,28 ±0 , 005 ) cacahan/s
g1 ¿∑ g 1
k=
8620
=¿4,3 cacahan/10 s
¿0,43cacahan/s
∆ g1 ¿√∑ g12−n g1
2
n(n−1)
¿√ 502−20 (4,3 )2
20 (20−1)
¿√ 132,220 (19)
¿√0,347
¿0,58cacahan/10 s
¿0,058 cacahan/s
Jadi, g1=g1 ± ∆ g1=(0 , 43± 0 ,058) cacahan/s
Mei Budi Utami | 13
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
g12 ¿∑ g 12
k=
53420
=26,7 cacahan/10 s
¿ 2,67 cacahan/s
∆ g12 ¿√∑ g122−n g12
2
n(n−1)
¿√ 14804−20 (26,7 )2
20(20−1)
¿√ 546,220 (19)
¿√1,43
¿1,19cacahan/10 s
¿0,11 cacahan/s
Jadi, g12=g12± ∆ g12= (2 , 67± 0 ,11 )cacahan/s
g2 ¿∑ g 2
k=
53120
=26,55 cacahan/10 s
¿ 2,65 cacahan/s
∆ g2=√∑ g22−n g22
n(n−1)
¿√ 281961−20 (26,5 )2
20(20−1)
¿√ 802,9520 (19)
¿√2,11
¿1,45cacahan/10 s
¿0,14 cacahan/s
Jadi, g2=g2± ∆ g2=(2 ,65 ± 0 ,14) cacahan/s
Penentuan resolving time (τ )
τ=g1+g2−g12−bg122−g12−g22
=2,65+0,43−2,67−0,2874,5−74,2−2,5
¿ 0,13−2,2
Mei Budi Utami | 14
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
¿−0,059 s=−0,59 x10−1
∆ τ=√| ∂ τ∂ g1|
2
|∆ g1|2+| ∂ τ
∂ g2|2
|∆ g2|2+| ∂ τ
∂ g12|2
|∆ g12|2+|∂ τ
∂b|2
|∆ b|2
| ∂ τ∂ g 1|=| 1
(g122−g1
2−g22)
+2 g 1(g1 +g2−g12−b)
(g122−g1
2−g22)2 |
¿| 1(74,5−74,2−2,5)
+2 (0,43 )(2,65+0,43−2,67−0,28)
(74,5−74,2−2,5)2 |¿ 1
2,2−0,11
4,84=0,454−0,23=0,43
| ∂τ∂ g₁₂|=| 1
(g122−g1
2−g22)
+2 g₁₂(g1 +g2−g12−b)
(g122−g1
2−g22)2 |
¿| 1(74,5−74,2−2,5)
+2 (2,67 )(2,65+0,43−2,67−0,28)
(74,5−74,2−2,5)2 |¿ 1
2,2−0,694
4,84=0,454−0,143=0,311
| ∂ τ∂ g2|=| 1
(g122−g1
2−g22)
+2 g2(g1+g2−g12−b)
(g122−g1
2−g22)2 |
¿| 1(74,5−74,2−2,5)
+2 (2,65 )(2,65+0,43−2,67−0,28)
(74,5−74,2−2,5)2 |¿ 1
2,2−0,689
4,84=0,454−0,142=0,312
|∂ τ∂ b|=| −1
(74,5−74,2−2,5)|¿− 1
2,2=0,454
∆ τ=√| ∂ τ∂ g1|
2
|∆ g1|2+| ∂ τ
∂ g2|2
|∆ g2|2+| ∂ τ
∂ g12|2
|∆ g12|2+|∂ τ
∂b|2
|∆ b|2
Mei Budi Utami | 15
[EKSPERIMEN GEIGER – MULLER] September 22, 2014
¿√|0,312|2|0,14|2+|0,311|2|0,11|2
+|0,431|2|0,058|2+|0,454|2|0,005|2
¿√0,17 x10−2+0,11x 10−2+0,05 x10−2+0,006 x10−2
¿√0,036 x10−2
¿0,18 x10−1
Jadi, τ=τ ± ∆ τ=(−0 , 59 ±0 ,18 ) x10−1 s
Penentuan laju cacah sesungguhnya (n)
n= g1−gτ
Maka :
n1=g1
1−g1τ=¿ cacahan/sekon
n2 ¿g2
1−g2 τ=¿ cacahan/sekon
n12=g12
1−g12 τ=¿ cacahan/sekon
Mei Budi Utami | 16