Upload
dinhnhi
View
283
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EKSISTENSI SOSIAL BUDAYA PETANI KOPI RAKYAT
KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER
TAHUN 2000-2017
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Bagus Adi Prasetyo
NIM 140210302029
PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
ii
PROPOSAL SKRIPSI
EKSISTENSI SOSIAL BUDAYA PETANI KOPI RAKYAT
KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER
TAHUN 2000-2017
Oleh
Bagus Adi Prasetyo
NIM 140210302029
Pembimbing :
Dosen Pembimbing Utama : Drs. Sumarjono, M.Si.
Dosen Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Bambang Soepeno, M.Pd.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Penegasan Pengertian Judul ...........................................................................6
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................8
1.4 Rumusan Masalah ..........................................................................................9
1.5 Tujuan ............................................................................................................9
1.6 Manfaat ..........................................................................................................9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................11
BAB 3. METODE PENELITIAN .........................................................................19
3.1 Prosedur Penelitian ......................................................................................19
3.2 Sumber Penelitian ........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki peran
penting dalam perekonomian Indonesia. Komoditi kopi diperkirakan menjadi
sumber pendapatan utama sekitar 1,82 juta keluarga yang sebagian besar
mendiami kawasan pedesaan di wilayah-wilayah Indonesia khusunya. Selain itu,
komoditi kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia sebagai
penyumbang devisa yang cukup besar (Hadi, 2014:1). Bagi Indonesia, kopi
merupakan salah satu komoditi perdagangan yang memiliki peran yang cukup
tinggi. Pada tahun 1981 menghasilkan devisa sebesar $ 347,8 juta dari ekspor kopi
sebesar 210,8 ribu ton. Tercatat pada tahun 1988 dapat menghasilkan devisa $
818,4 juta dan meduduki peringkat pertama sebagai komoditi ekspor perkebunan
(Najiyati, 2001:1).
Perkebubunan kopi diproduksi oleh dua pihak yang berperan penting
dalam pengusahaannya yakni perkebunan perusahaan dan perkebunan kopi rakyat.
Perkebunan kopi rakyat berperan penting dalam produksi komoditi kopi, karena
wilayah untuk pertanaman perkebunan kopi rakyat sangat luas dibandingkan
dengan perkebunan kopi perusahaan. Usaha penanaman kopi di Indonesia pertama
kali pada tahun 1696 dengan menggunakan jenis bibit kopi Aabika. Namun
penanaman jenis kopi ini masih kurang berhasil (Raharjo, 2012:12). Kurang
berhasilnya pengusahaan kopi pada tahun 1696 membuat Pemerintah Kolonial
Belanda mendatangkan lagi bibit kopi. Penyebab tidak berhasilnya pengusahaan
komoditi kopi tersebut karena mati oleh banjir, sehingga padatahun 1699
Pemerintah Kolonial Belanda mendatangkan lagi bibit-bibit yang baru yang
kemudian dikembangkan di wilayah sekitar Jakarta dan Jawa Barat (Prastowo,
2010:1).
Pada awalnya hanya ada satu jenis kopi yang dikembangkan di Indonesia
oleh pemerintah kolonial Belanda yaitu kopi arabika. Selain terkenal akan
kualitasnya, jenis kopi arabika tumbuh dengan baik di pulau Jawa. Masuknya
jenis kopi Robusta ke Indonesia disebabkan oleh penyakit karat daun yang
1
2
menyerang kopi arabika pada tahun 1878. Selain adanya penyakit karat daun yang
menyerang, jenis kopi arabika tidak dapat berkembang dengan baik pada
ketinggian dibawah 1000 m d.p.l, sehingga didatangkan jenis kopi robusta untuk
mengatasi permasalahan tersebut (Pudji Raharjo, 2012:12).
Kopi robusta dan arabika merupakan dua jenis kopi yang berkembang baik
di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta diperdagangkan secara
nasional maupun Internasional. Komoditi kopi yang diusahakan di Indonesia
didominasi jenis kopi robusta. Pada tahun 2014, hasil produksi komoditi kopi
Indonesia sebesar 643.857 ton dan sebanyak 73,57 % atau 473.672 ton adalah
jenis kopi robusta (Kementrian Pertanian, 2016). Hasil produksi komoditi kopi
Indonesia secara nasional berasal dari beberapa pihak yang berperan penting
dalam produksi komoditi kopi. Pengusahaan komoditi kopi di Indonesia
diusahakan oleh tiga pihak, yaitu diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR)
sebesar 96,19 % dan diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebesar
1,99 % serta Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 1,82 % (Ditjen Perkebunan,
2016).
Perkebunan rakyat menjadi produsen komoditi terbesar di Indonesia setiap
tahunnya karena luas garapan kopi yang diusahakan oleh rakyat sangat luas
sehingga produksi komoditi kopi yang dihasilkan sangat besar. Berdasarkan luas
lahan garapan dalam pengusahaan komoditi kopi di Indonesia, pengusahaan oleh
Perkebunan Rakyat (PR) yang menjadi produsen utama dalam pengusahaan
komoditi kopi (Ditjen Perkebunan, 2017). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), Perkebunan Rakyat (PR) adalah budidaya perkebunan kopi
yang dilakukan oleh rakyat yang diusahakan secara baik serta terencana agar
mendapatkan penghasilan yang sebesar-besarnya (Departemen Kebudayaan dan
Pendidikan, 1898).
Salah satu provinsi di Indonesia sebagai sentra perkebunan kopi rakyat
adalah provinsi Jawa Timur. Salah satu jenis kopi yang banyak dihasilkan di
provinsi Jawa Timur adalah robusta. Jenis kopi robusta masuk ke Jawa Timur
pada tahun 1900 dengan pembelian benih kopi robusta oleh perusahaan
perkebunan yang bernama Cultuur Mij Soember Agoeng yang berkantor di kota
3
s’Gravenhage di Belanda. Benih-benih jenis kopi robusta tersebut didatangkan
dari Kongo Belgia (sekarang Zaire) yang terletak di Afrika Barat. Bibit kopi jenis
robusta tersebut ditanam di perkebunan Soember Agoeng yang berlokasi di
Dampit, berjarak sekitar 40 Km dari kota Malang ke arah Tenggara. Upaya
memasukkan kopi robusta ke Jawa Timur dilakukan oleh gabungan pengusaha
perkebunan di wilayah Kediri tahun 1901 (Raharjo, 2012:13). Lebih lanjut kopi
baru masuk ke wilayah Besuki pada akhir tahun 1900 (Prastowo, 2010:1).
Salah satu kabupaten di Jawa Timur sebagai sentra produksi kopi yakni
kabupaten Jember. Selain potensi sebagai produsen kopi, di kabupaten Jember
terdapat Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PUSLITKOKA). Kecamatan
yang paling besar dalam memproduksi kopi yakni kecamatan Silo. Luas wilayah
pertanaman dan hasil produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo menjadi yang
terbesar dibandingkan kecamatan lainnya di kabupaten Jember. Potensi
Kecamatan Silo sebagai Kecamatan penghasil kopi rakyat terbesar di Kabupaten
Jember didukung oleh desa yang mengusahakan kopi rakyat. Terdapat empat desa
yang menjadi sentra kopi rakyat di Kecamatan Silo yakni, desa Sidomulyo, desa
Garahan, desa Pace, dan desa Mulyorejo.
Peran petani kopi rakyat di empat desa tersebut sangat penting dalam
produktivitas komoditi kopi di Kecamatan Silo, karena wilayah untuk pengusahan
komoditi kopi sangat luas dibandingkan dengan desa lainnya. Selain itu mayoritas
masyarakat di empat desa tersebut menjadi petani kopi dan buruh kopi, sehingga
produksi kopi yang dihasilkan oleh petani kopi rakyat sangat besar. Dalam
budidaya kopi, petani kopi di empat desa tersebut ada yang masih menggunakan
cara tradisional. Desa Mulyorejo dan desa Pace dalam budidaya kopi masih
menggunakan cara yang tradisional (wawancara dengan Jupri 10 Februari 2018).
Dua desa lainnya yakni desa Sidomulyo dan Garahan sudah menggunakan
pengolahan kopi secara modern (wawancara dengan Gedheng 13 Januari 2018).
Jenis kopi yang diusahakan oleh petani kopi di desa Sidomulyo, Garahan, Pace
dan Mulyorejo adalah kopi robusta. Kopi robusta hidup dan berkembang baik di
wilayah empat desa tersebut.
4
Menurut Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian (1984)
Secara umum terdapat empat aspek yang menjadi alur dalam budidaya komoditi
kopi, yakni :
1) Penanaman
Dalam penanaman kopi hal yang perlu diperhatikan yakni persiapan lahan.
Lahan yang dipersiapkan dalam untuk pertanaman kopi harus sesuai dengan
kriteria kopi yang akan ditanam agar bibit kopi yang ditanam dapat tumbuh
dengan baik.
2) Perawatan
Perawatan dilakukan agar kopi yang diusahakan tumbuh dengan baik.
Dibutuhkan pemahaman dan ketelatenan dalam perawatan kopi. Dalam
perawatan hal yang perlu diperhatikan adalah pemupukan, pemangkasan dan
pengaturan naungan agar kopi dapat tumbuh dengan baik.
3) Panen
Panen merupakan pemetikan buah kopi yang sudah tua berwarna merah.
Pemetikan dilakukan menggunakan tangan secara manual dengan bantuan
pekerja (buruh kopi). Terdapat tiga tahapan dalam proses pemetikan pada saat
panen, yakni : 1) pemetikan pendahuluan; 2) pemetikan utama; dan 3)
pemetikan akhir.
4) Pasca Panen
Pasca panen merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan setelah
melakukan panen raya. Setelah pasca panen petani kopi melakukan tiga hal
pada hasil panen kopi. Langkah tersebut pada dasarnya mengacu pada
kemauan petani kopi secara individu. Setelah pasca panen hal yang dilakukan
oleh petani kopi rakyat dibagi menjadi dua, yakni :
a. Pengelolaan Hasil
Pengelolaan hasil bagi petani kopi rakyat adalah hasil panen kopi
diolah sendiri hingga kopi terpisah dari kulit luarnya, sehingga
meningkat harga jual kopi.
b. Pemasaran
5
Setelah kopi di panen, sebagian petani kopi rakyat langsung
memasarkan hasil kopi yang diperoleh. Dalam hal ini seringkali
petanikopi rakyat mengalami kerugian karena harga jual kopi menjadi
lebih rendah.
Secara umum petani kopi rakyat di desa Sidomulyo, Garahan, Pace dan
Mulyorejo juga menggunakan alur budidaya kopi seperti yang terurai diatas.
Namun dalam pelaksanaan alur budidaya kopi, petani kopi rakyat di desa
Sidomulyo, Garahan, Pace dan Mulyorejo memiliki sosial budaya tersendiri
dalam proses budidaya kopi. Sistem sosial budaya petani kopi rakyat di empat
desa tersebut dalam alur budidaya kopi menggunakan cara tradisional dan
modern. Sehingga menarik untuk dikaji dan di deskripsikan dalam bentuk karya
tulis ilmiah.
Dalam pengusahaan kopi petani kopi rakyat menggunakan lahan sendiri
yang sudah disertifikatkan secara sah dan juga menggunakan lahan perhutani
sebagai usaha budidaya komoditi kopi. Sebelum adanya fatwa K.H Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) penanaman kopi di lahan perhutani di desa Sidomulyo dan
Garahan bersifat ilegal. Setelah adanya fatwa K.H Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) bahwa “hutan adalah milik rakyat” ketika menjadi Presiden Rebublik
Indonesia, penanaman kopi di lahan perhutani di desa Sidomulyo dan Garahan
bersifat legal dengan sistem bagi hasil. Sehingga ketika panen hasil kopi rakyat
yang diusahakan di lahan perhutani akan dikenakan beban sewa yang harus
diberikan kepada pihak Perhutani. Perhutani akan diberi sebesar 30 % dari hasil
panen kopi di lahan perhutani (wawancara dengan Gedheng 13 Januari 2018)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan fokus menguraikan tentang sosial
budaya petani kopi rakyat dalam proses budidaya kopi di desa Sidomulyo,
Garahan, Pace dan Mulyorejo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Ketertarikan
peneliti terhadap kopi rakyat di empat desa tersebut karena wilayah kopi rakyat di
desa Sidomulyo, Garahan, Pace dan Mulyorejo merupakan yang paling luas di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember, sehingga peneliti ingin mengetahui tentang
latar belakang adanya perkebunan kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember. Penulis juga ingin mendeskripsikan sosial budaya petani kopi rakyat
6
dalam proses budidaya kopi dan nilai-nilai budaya petani kopi rakyat di desa
Sidomulyo, Garahan, Pace dan Mulyorejo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis memilih judul skripsi :
“Eksistensi Sosial Budaya Petani Kopi Rakyat Kecamatan Silo Kabupaten
Jember Tahun 2000-2017”. Maksud dari judul skripsi tersebut adalah
pengusahaan komoditi kopi yang diusahakan oleh rakyat di Kecamatan Silo
memiliki sosial budaya yang menarik dalam proses budidaya kopi sehingga tetap
eksis hingga saat ini. Alasan memilih judul tersebut adalah permasalahan
perkebunan kopi rakyat sangat menarik untuk dikaji. Sistem perkebunan kopi
rakyat erat kaitannya dengan sosial budaya yang ada di masyarakat dalam usaha
meningkatkan produktivitas, penanaman, perawatan dan pemasaran.
1.2 Penegasan Pengertian Judul
Penegasan pengertian judul bertujuan agar dalam menginterpretasikan
istilah-istilah atau kata-kata yang terdapat dalam judul penelitian . Penulis merasa
perlu adanya memberikan penegasan pengertian judul yaitu “Eksistensi Sosial
Budaya Petani Kopi Rakyat Kecamatan Silo Tahun 2000-2017”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Eksistensi merupakan
keberadaan atau kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan Abidin
(2007:16) mengartikan eksistensi sebagai suatu proses yang dinamis, menjadi atau
mengada. Dalam arti lain eksistensi tidak bersifat kaku melainkan bersifat lentur
dan mengalami perkembangan atau kemunduran, tergantung pada kemampuan
untuk memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
Menurut Supardan (2007:25) medefinisikan sosial sebagai saling
ketergantungan antar manusia untuk mempertahankan hidup. Kesaling
tergantungan tersebut akan menghasilkan kerjasama tertentu yang bersifat tetap
dan menghasilkan bentuk masyarakat tertentu. Menurut Soekanto (1993:464)
mengartikan sosial sebagai paerilaku interpersonal atau yang berkaitan dengan
proses-proses sosial.
Budaya atau kebudayaan berasal dari kata sansekerta yaitu
Buddhayah,yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal)
7
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Soepeno,
2017:302). Menurut Koentjaraningrat (1980:193) menjelaskan bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia yang di dapat
dengan belajar. Ada tiga wujud kebudayaan yakni (J.J. Cohigmann, dalam
Koentjaraningrat, 2002:186) :
1. Kebudayaan sebagai suatu ide-ide, gagasan dan norma-norma. Wujud
kebudayaan yang pertama bersifat abstrak dan tidak dapat foto karena
bertempat di pikiran masyarakat.
2. Kebudayaan sebagai tindakan. Wujud kebudayaan yang kedua terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia dalam berinteraksi, berhubungan, dan beraktivitas,
sehingga wujud yang kedua dapat dilihat karena terjadi setiap hari di keliiling
kita.
3. Kebudayaan sebagai wujud dari karya manusia. Wujud kebudayaan yang
ketiga adalah keseluruhan dari hasil fisik dari masyarakat serta dapat
dipegang, dilihat dan diabadikan.
Menurut Soekanto (2013:149) budaya adalah individu yang berkumpul
dan menghasilkan kebudayaan. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki
kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah
dan pendukung. Dengan kata lain tidak ada suatu masyarakat yang tidak memiliki
budaya. Tingkah laku dan aktivitas suatu masyarakat merupakan kebudayaan
yang menjadikan suatu ciri khas dari suatu kelompok masyarakat.
Dapat diartikan sosial budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh
manusia berdasarkan ide-ide dan tindakan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam arti lain manusia membuat sesuatu sebagai sesuatu yang diperuntukkan
dalam kehidupan di masyarakat.
Kopi merupakan komoditi ekspor penting sebagai penghasil devisa negara
dan juga sebagai sumber penghasilan bagi petani kopi rakyat. Selain itu,
berdasarkan data United States Departement of Agriculture (USDA) Indonesia
dikenal sebagai negara produsen dan eksportir kedua setelah Vietnam di kawasan
ASEAN. Sebagai negara eksportir kopi terbesar kedua setelah vietnam,
8
membuktikan bahwa kopi Indonesia memiliki kualitas yang baik. Selain itu,
Indonesia tercatat sebagai negara penghasil kopi keempat terbesar di dunia setelah
Brazil, Vietnam dan Columbia (Kementrian Pertanian, 2016).
Kecamatan Silo merupakan Kecamatan terbesar sebagai produsen
komoditi kopi di Kabupaten Jember. Kecamatan Silo Kabupaten Jember secara
geografis dikelilingi oleh hutan, dan pegunungan tinggi serta wilayahnya yang
berupa dataran tinggi. Masyarakat kecamatan Silo pada umumnya bekerja dalam
sektor perkebunan dan pertanian. Salah satu sektor perkebunan yang menjadi
mata pencaharian yakni komoditi kopi. terdapat empat desa sebagai sentra kopi
rakyat di Kecamatan Silo, yakni desa Sidomulyo, Garahan, Pace dan Mulyorejo.
Berdasarkan uraian diatas maka pengertian judul “Eksistensi Sosial
Budaya Petani Kopi Rakyat Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun 2000-
2017” adalah sosial budaya petani kopi rakyat dalam proses budidaya kopi di
Kecamatan Silo dalam meningkatkan pengusahaan komoditi kopi serta nilai-nilai
budaya dalam pengusahaan komoditi kopi rakyat dari tahun 2000 – 2017.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menghindari penyimpangan
dalam penguraian yang akan dikaji oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti
memberikan batasan uraian yang akan disajikan oleh penulis yakni, temporal,
spasial dan materi.
Lingkup tamporal dalam penelitian ini ialah dari tahun 2000-2017. Tahun
2000 dipilih sebagai awal tahun penelitian oleh peneliti karena ingin mengetahui
perkembangan, budaya dalam proses budidaya dan nilai-nilai budaya yang ada
pada petani kopi rakyat Kecamatan Silo khususnya desa Sidomulyo, Garahan,
Pace dan Mulyorejo hingga terus mengalami perkembangan dalam meningkatkan
kualitas kopi hingga tahun 2017. Ruang lingkup spasial atau tempat yang dikaji
dalam penelitian ini ialah desa Sidomulyo, Garahan, Pace dan Mulyorejo dan
lembaga serta instansi yang terkait dengan penelitian ini, seperti Dinas
Perkebunan, Badan Pusat Tatistik, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Kelompok
Tani Kopi rakyat, kantor kepala desa, kantor Kecamatan Silo. Ruang lingkup
9
materi dalam penelitian ini fokus pada latar belakang perkebunan kopi rakyat di
kecamatan Silo, sosial budaya petani kopi rakyat dalam proses budidaya kopi
serta nilai-nilai budaya penanaman kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember.
1.4 Rumusan Masalah
Dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif tentu terdapat rumusan masalah
agar permasalahan yang dibahas tidak menyimpang dari judul yang telah
ditentukan dan pembahasannya fokus pada ruang lingkupnya. Adapun rumusan
masalah dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Apa latar belakang perkebunan kopi rakyat di kecamatan Silo?
2. Bagaimana sosial budaya petani kopi rakyat dalam proses budidaya
kopi di Kecamatan Silo tahun 2000-2017?
3. Bagaimana pengaruh nilai-nilai budaya dalam penanaman perkebunan
kopi rakyat di Kecamatan Silo?
1.5 Tujuan
Tujuan pembahasan merupakan suatu sarana yang akan dicapai oleh
penulis dalam suatu penelitian, oleh sebab itu dalam penulisan skripsi atau
penulisan karya ilmiah lainnya harus memiliki tujuan yang jelas. Adapun tujuan
dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang perkebunan kopi rakyat di Keecamatan Silo.
2. Mendekripsikan sosial budaya petani kopi rakyat dalam proses budidaya
kopi di Kecamatan Silo.
3. Mendeskripsikan nilai-nilai budaya dalam penanaman kopi rakyat di
Kecamatan Silo.
1.6 Manfaat
Manfaat dari penulisan skripsi ini diharapkan sesuai dengan sasaran yang
telah direncanakan penulis. Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
10
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi koleksi tentang penulisan sejarah
perkebunan kopi rakyat khususnya di kecamatan Silo sebagai salah satu
kecamatan di kabupaten Jember.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak yang
berwenang dan berkepentingan dalam mengambil keputusan.
3. Bagi pihak penulis skripsi ini merupakan implementasi pemahan teori yang
didapat selama kuliah.
11
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi tentang uraian sistematis tentang hasil-hasil
penelitian terdahulu dan yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan
dilakukan. Dalam meriview penelitian tersebut mengemukakan apa kekurangan
para peneliti terdahulu dan permasalahan yang perlu diteliti (Abdurahman,
2007:61).
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh penulis adalah skripsi “Perkembangan Perkebunan Kopi Rakyat Desa
Sidomulyo Kecamatan Silo Jember Pada Tahun 2004-2013”. Penelitian tersebut
dilakukan oleh Rahman (Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember,
2016). Penelitian tersebut menguraikan perkembangan kopi rakyat yang ada di
desa Sidomulyo kecamatan Silo kabupaten Jember. Penelitian tersebut fokus
menguraikan latar belakang, perkembangan perkebunan kopi rakyat serta
pengaruhnya terhadap kehidupan sosial ekonomi di desa Sidomulyo.
Perkembangan kopi rakyat di desa Sodomulyo berdampak pada kehidupan sosial,
ekonomi dan lingkungan sekitar perkebunan kopi rakyat. Masyarakat yang ada di
sekitar perkebunan kopi rakyat memiliki pekerjaan sehingga mengurangi
pengangguran yang ada di lingkungan perkebunan kopi rakyat didesa Sidomulyo.
Dalam skripsi milik Rahman tersebut penulis dapat mengetahui dampak serta
perkembangan kopi rakyat di Desa Sidomulyo sebagai salah satu Desa di
Kecamatan Silo.
Penelitian kedua adalah “Analisis Kelayakan Pada Usaha Tani Kopi
Rakyat di Kabupaten Jember” oleh Laksono (Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas
Pertanian Universitas Jember, 2014). Ia mengemukakan bahwa kelayakan pada
usaha tani kopi rakyat Kabupaten Jember dipengaruhi oleh aspek teknis terkait
dengan penentuan lokasi, luasan produksi, penggunaan tehnologi dan layout
produksi. Kegiatan usaha tani kopi rakyat di Kabupaten Jember pada prakteknya
sebagian besar telah memenuhi standar minimal dan dapat dikatakan layak. Usaha
tani kopi rakyat di Kabupaten Jember layak diusahakan dan dilanjutkan dalam
aspek finansial. Kopi rakyat di Kabupaten Jember memiliki nilai NPV sebesar
11
12
Rp.12.177.566,27 yang nilainya lebih dari nol. Dengan kriteria tersebut usaha tani
kopi rakyat di Kabupaten Jember dapat dilanjutkan dan dapat ditingkatkan
kualitasnya menggunakan tehnologi yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Dapat diartikan bahwa kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember layak dikembangkan dan diusahakan.
Penelitian selanjutnya adalah Executive Summary oleh Budiharjo dan
Sasongko (Lembaga Penelitian Universitas Jember) yang diterbitkan pada
Desember 2014. Penelitian ini fokus membahas menegenai “Jaringan Pemasaran
Kopi Rakyat di Kabupaten Jember”. Fokus penelitian ini adalah alur pemasaran
kopi rakyat di Kabupaten Jember. Budiarjo dan Sasongko menguraikan hasil
produksi kopi di Kabupaten Jember serta Kecamatan Silo sebagai Kecamatan
penghasil kopi teresar di Kabupaten Jember. Sistem pemasaran kopi rakyat di
Kabupaten Jember bersifat monopsoni atau oligopsoni dimana petani sebagai
penerima harga dan pedagang sebagai penentu harga. Petani kopi dalam menjual
kopi masih dalam bentuk biji asalan ke pedagang pengepul, setelah itu pengepul
menjual ke pedagang besar di pasar Dampit Malang. Dengan demikian alur
pemasaran kopi rakyat di Kecamatan Silo bersifat bebas dan tidak terikat.
Penelitian terdahulu selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian yang
akan dilakukan yakni “Peningkatan Daya Saing Kopi Rakyat di Kabupaten
Jember”. Jurnal oleh Prayuginingsih, Santosa, Hazmi dan rizal (Staf Pengajar
Fakultas Pertanian dan Fakultas Tehnik Universitas Jember) terbit pada 3
November 2012. Dalam jurnal penelitian ini diuraikan tentang sistem daya saing
petani kopi rakyat di Kabupaten Jember. Daya saing dalam meningkatkan kualitas
kopi tentunya akan dipengaruhi oleh metode yang digunakan oleh petani kopi.
Metode yang digunakan oleh petani kopi rakyat adalah dalam pengelolaan pasca
panen kopi terdapat dua metode di Kabupaten Jember, yaitu metode olah basah
dan olah kering. Usaha tani kopi rakyat Kabupaten Jember memiliki daya saing
kompetitif dan komparatif yang tinggi. Petani kopi rakyat yang ada di Kecamatan
Silo secara otomatis juga menggunakan metode olah basah dan olah kering dalam
mengelolaan kopi yang diusahakan.
13
Selanjutnya jurnal Agrirop Ilmu-ilmu Pertanian yakni “Analisis
Keberlanutan Usaha Tani Kopi Rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember”.
Jurnal ini menguraikan tentang keberlanjutan usaha tani kopi rakyat di kecamatan
Silo. Penelitian ini dilakukan oleh Retno Murwanti, Soetriono dan Rudi Hartadi
(Fakultas Pertanian Universitas Jember) terbit pada Desember 2013. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa permasalahan utama dalam
keberlanjutan usaha tani kopi rakyat di Kecamatan Silo yakni kurangnya
penggunaan tehnologi dalam agroindustri kopi. Penggunaan tehnologi sangat
penting, karena dapat mempengaruhi kualitas produk kopi rakyat, penerapan
tehnologi ini antara lain pada pengelolaan pasca panen, yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan petani. Dapat diartikan bahwa petani kopi rakyat di
Kecamatan Silo belum secara totalitas dalam penggunaan tehnologi dalam
agroindustri kopi. Sehingga perlu adanya peningkatan penggunaan tehnologi
agroindustri kopi untuk meningkatkan kualitas dari kopi rakyat di Kecamatan Silo
Kabupaten Jember.
Penelitian lain yang hampir sama dengan penelitian yang akan
dilaksanakan mengenai “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha
Tani Kopi Rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember” oleh Ardiansah,
Widjajanti, Jumiati (Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Jember, 2014). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
terdapat variabel modal yang mempengaruhi positif dan signifikan terhadap
produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Variabel tenaga kerja
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kopi rakyat di Kecamatan Silo
Kabupaten Jember. Sedangkap dalam aspek kelayakan usaha tani kopi rakyat
layak untuk diusahakan karena nilai NPV > 0 dan Net B/C > 1. Berdasarkan
uraian tersebut modal dan buruh kopi menjadi faktor yang penting dalam produksi
usaha kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Penelitian lain yang masih berkaitan dengan penelitian penulis adalah
“Penerapan Sistem Pengolahan Kopi Olah Basah Pada Usaha Tani Kopi Rakyat
Oleh Anggota Kelompok Tani Sidomulyo di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo
Kabupaten Jember” tahun 2017 oleh Nindya Ayuningtyas. dalam penelitian ini
14
menguraikan bahwa peran kelompok tani di Desa Sidomulyo berperan cukup
penting dalam sistem olah basah kopi. Dengan demikian salah satu Desa di
Kecamatan Silo yang menerapkan tehnik olah kopi basah oleh kelompok tani
adalah Desa Sidomulyo sebagai salah satu Desa penghasil kopi rakyat di
Kecamatan Silo.
Penelitian “Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kemakmuran Petani Kopi
Desa Mulyorejo Kecamatan Silo Kabupaten Jember” oleh Suharto dan Meri
menguraikan bahwa pemerintah Kabupaten tidak boleh gegabah dalam menilai
suatu wilayah, sehingga dalam melakukan penilaian harus di dasari oleh data di
lapangan. Apabila data-data yang diuraikan sesuai fakta di lapangan maka akan
meningkatkan perekonomian yang maju sebuah Kabupaten. Selain itu, perlu
adanya pembedaan antara petani kopi dan buruh kopi. Petani kopi tingkat
perekonomiannya lebih tinggi sedangkan buruh kopi tingkat perekonomiannya
lebih rendah, karena mayoritas masyarakat di Desa Mulyorejo bekerja sebagai
Petani Kopi rakyat. Berdasarkan uraian dari penelitian tersebut perlu adanya
peningkatan kesejahteraan bagi buruh tani kopi rakyat di Desa Mulyorejo
Kecamatan Silo.
Penelitian “Analisis Usaha Tani Kopi Rakyat dan Kontribusinya Terhadap
Pendapatan Total Keluarga” tugas akhir skripsi milik Suseno tahun 2015.
Menguraikan bahwa pendapatan kopi rakyat di Kabupaten Wringin Kabupaten
Situbondo dapat meningkatkan kesejahteraan petani kopi rakyat beserta
keluarganya. Dengan kata lain usaha tani kopi rakyat memberikan kontribusi yang
penting dalam pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi rakyat.
Terlihat bahwa pengusahaan komoditi kopi rakyat memiliki nilai ekonomis yang
tinggi sehingga dapat menyejahterakan keluarga petani kopi rakyat.
Penelitian yang berjudul “Analisis Peluang Pilihan Saluran Pemasaran
Kopi Rakyat di Kecamatan Sumber Baru Kabupaten Jember” milik Mitra (tanpa
tahun). Menguraikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan saluran
pemasaran di Desa Sumberbaru Kabupaten Jember yaitu : Luas lahan, pendapatan
dan penguasaan lahan. Ia mengatakan bahwa saluran pemasaran kopi rakyat
yakni, Petani – Tengkulak – Pedagang besar – Eksportir. Perlu adanya saluran
15
pemasaran kolektif agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani kopi rakyat.
Dengan adanya pemasaran yang kolektif akan meningkatkan kesejahteraan petani
kopi rakyat.
Penelitian “Analisis Kelayakan Usaha Tani Kopi di Desa Silosanen
Kecamatan Silo Kabupaten Jember” tahum 2016. Dalam penelitian ini diuraikan
mengenai kelayakan usaha tani kopi. Berdasarkan NPV, usaha tani kopi di desa
Siloanen Kecamatan Silo Kabupaten Jember menunjukkan kriteria layak
diusahakan. Desa Silosanen merupakan salah satu desa di Kecamatan Silo sebagai
sentra kopi rakyat. Berdasarkan penelitian tersebut kopi di desa Silosanen
Kecamatan Silo memenuhi syarat untuk dikembangkan.
Penenlitian-penelitian terdahulu diatas merupakan penelitian yang
memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis.
Persamaan yang dimaksud adalah sama-sama membicarakan persoalan “kopi
rakyat”. Penelitian-penelitian terdahulu diatas memberikan penjelasan mengenai
permasalahan-permasalahn tentang kopi rakyat. Berdasarkan uaraian diatas masih
belum ada penelitian tentang Eksistensi Sosial Budaya Petani Kopi Rakyat
Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun 2000-2017, sehingga penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian baru.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antropologi
budaya berdasarkan kajian yang yang akan diteliti. Antropologi budaya adalah
fokus pada kebudayaan manusia dalam menjalankan cara hidup di masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat (2002) Antropologi budaya adalah keseluruhan sistem
gagasan tindakan, dan hasil karya manusia yang didapat dengan cara belajar.
Fokus kajian penelitian yang akan dilakukan berdasarkan unsur
kebudayaan secara universal. Menurut Koentjaraningrat (1997) unsur-unsur
kebudayaan secara general terbagi menjadi tujuh, diantaranya adalah :
1. Bahasa
Bahasa merupakan saran bagi masyarakat untuk berinteraksi antar
individu maupun antar kelompok. Bahasa terbagi menjadi tiga bentuk,
yakni lisan, tulisan maupun gerak (simbol) berbeda antara kebudayaan
satu dengan lainnya. Secara universal bahasa dikembangkan oleh
16
masyarakat karena merupakan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan
masyarakat lainnya.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam arti universal berkaitan dengan
peralatan dan tehnologi yang digunakan oleh masyarakat. Unsur
pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide masyarakat. Dapat
diartikan bahwa pengetahuan merupakan bagaimana cara manusia untuk
mempertahankan hidupnya.
3. Sistem kekerabatan dan Organisasi Sosial
Setiap kelompok masyarakat memiliki adat-istiadat dan aturan
sebagai pedoman untuk menjalankan kahidupan sehari-hari. Kesatuan
sosial yang paling dekat yakni adalah kerabatnya, meliputi keluarga inti
dan kerabat dekat yang dekat dengan keluarganya. Kekerabatan berkaitan
dengan perkawinan dalam suatu masyarakat, karena perkawinan
merupakan dasar dalam pembentukan suatu organisasi sosial.
4. Sistem peralatan hidup atau tehnologi
Peralatan dan tehnologi merupakan alat yang digunakan oleh
masyarakat dalam kehidupan sebagai peralatan hidup. Unsur kebudayaan
ini digolongkan dalam wujud kebudayaan fisik, karena berbentuk dan
dapat dipegang. Peralatan atau tehnologi yang digunakan oleh masyarakat
meliputi alat produktif, senjata, wadah, alat menyalakan api, pakaian,
tempat berlindung atau rumah, dan alat transportasi.
5. Sistem mata pencaharian
Mata pencaharian merupakan usaha ekonomi masyarakat untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem mata pencaharian masyarakat
tradisional terbagi menjadi lima, yakni : 1) Berburu dan meramu; 2)
beternak; 3) bercocok tanam di ladang; 4) menangkap ikan; 5) bercocok
tanam menetap dengan sistem irigasi. Lima sistem mata pencaharian
tersebut merupakan sistem lama yang dilakukan pada masa lampau,
namun pada saat ini sudah banyak masyarakat yang beralih ke mata
pencaharian lain.
17
6. Sistem religi dan kepercayaan
Religi dan kepercayaan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia karena manusia memiliki emosi keagamaan. Dengan adanya rasa
emosi keagamaan, mendorong masyarakat melakukan tindakan yang
religius dan memunculkan konsepsi benda-benda yang dianggap sakral
dalam kehidupan manusia.
7. Kesenian
Kesenian merupakan hasil karya suatu kelompok masyarakat sebagai hasil
tindakan, aktivitas yang memiliki estetika tinggi. Berdasarkan jenisnya budaya
dibedakan menjadi seni rupa, seni musik, seni sastra, seni gerak dan seni tari.
Suatu penelitian akan lebih relevan apabila teori yang digunakan sesuai
dengan penelitian yangakan dilaksanakan. Teori merupakan kumpulan pernyataan
yang memiliki kaitan logis sebagai gambaran (deskripsi) berdasarkan realita di
lapangan (Soepeno, 2016:1). Dalam penelitian ini Penulis menggunakan teori
struktural fungsional pada permasalahan yang akan dikaji. Struktur merupakan
hubungan antar individu dan antar kelompok, sedangkan strktur sosial adalah
hubungan, kedudukan, dan jumlah orang yang memberikan keanggotaan bagi
organisasi manusia dalam kelompok kecil dan keseluruhan manusia. Sehingga
teori struktural fungsional memahami masyarakat sebagai sebuah sistem dari
beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lain (Soepeno, 2016:294).
Teori Struktural fungsional yang akan fokus digunakan yakni milik Talcot
Parson. Menurut Parson terdapat empat fungsi untuk semua sistem tindakan,
yakni : Adaptasi (Adaptation) merupakan proses penyesuaikan diri demi
keberlangsungan hidup, pencapaian tujuan (Goal Attaintment) merupakan
pemusatan untuk mencapai tujuan apa yang diharapkan atau yang telah ditentukan
, Integrasi (Integration) merupakan kemampuan menjalin hubungan satu sama
lain antar sistem dalam masyarakat, pemeliharaan pola (latensi) merupakan
bagaimana sistem harus melengkapi, menjaga serta memperbaharui motivasi
individu dan pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi
tersebut. Lebih jelas konsep teori yang akan digunakan dalam penelitian terurai
pada diagram 1.1.
18
Diagram 1.1
Struktural
Fungsional
Adaptasi Pecapaian
Tujuan
Latensi Integrasi
Penanaman,
perawatan, pasca
panen (pasarkan,
diproduksi) kopi
rakyat, pemasaran
kopi rakyat
Cara yang
dilakukan
oleh petani
kopi rakyat
dalam
mencapai
tujuan yang
akan dicapai
Nilai-nilai
apa yang
muncul dan
proses
pengelolaan
orientasi
budaya
dalam
budidaya
penanaman
kopi
Upaya
memelihara
nilai-nilai
sosial
budaya
dalam
penanaman
budidaya
petani kopi
rakyat
Talcott Parson
19
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Prosedur Penelitian
Pelaksanaan suatu penelitian tidak lepas dari suatu metode yang akan
digunakan. Jenis penelitian ini adalah penelitian Sejarah. Metode sejarah adalah
proses menganalisa serta menguji secara kritis peninggalan sejarah pada masa
lampau untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya (Gottschalk, 1985:32).
Metode sejarah dapat diartikan sebagai cara untuk mendapatkan informasi atau
data yang terjadi pada masa lampau baik berupa dokumen maupun peninggalan-
peninggalan. Terdapat empat langkah yang digunakan dalam metode penelitian
sejarah, yaitu : (1) heuristik; (2) kritik; (3) interpretasi dan; (4) historiografi.
Langkah pertama dalam penelitian sejarah adalah heuristik. Heuristik
merupakan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber baik tertulis maupun
tidak tertulis. Sumber yang dicari dandikumpulkan adalah sumber primer. Sumber
primer merupakan sumber yang disampaikan oleh saksi mata, baik dalam bentuk
dokumen, arsip atau wawancara langsung dengan saksi mata maupun pelaku
sejarah (Abdurahman, 2007:65). Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti yakni
mencari dan mengumpulkan buku, jurnal, penelitian terdahulu, data-data dari
lembaga dan instansi yang berhubungan dengan dengan sosial budaya petani kopi
rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Data yang dikumpulkan peneliti juga melalui wawancara. Wawancara
adalah kegiatan mengumpulkan keterangan dan bahan dalam melakukan tanya
jawab secara lisan, bertatap muka berdasarkan tujuan yang telah ditentukan
(Kuntowijoyo, 1980:24). Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa
narasumber yang terlibat langsung dalam kegiatan kopi rakyat di Kecamatan Silo.
selain petani kopi, peneliti juga melakukan wawancara kepada buruh kopi,
Kelompok tani, Pengepul, Pedagang Besar dan Pengawas Pemilih Lapangan
(PPL) kopi di Kecamatan Silo. Serta pihak lain yang berkaitan dengan sosial
budaya kopi rakyat di Kecamatan Silo.
Langkah kedua metode penelitian sejarah adalah kritik. Kritik sumber
dilakukan setelah mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Kritik sumber adalah
21
20
langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menyeleksi sumber-sumber yang telah
dikumpulkan secara kritis agar mendapatkan fakta yang akan dipilih terkait
dengan penelitian (Kuntowijoyo, 1995:89). Untuk menguji keabsahan tentang
keaslian sumber dilakukam kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan diuji
dengan cara kritik intern (Abdurahman, 2007:68).
Kritik ekstern dilakukan oleh penulis untuk menguji keabsahan sumber-
sumber tertulis. Peneliti menganalisi dan menelaah sumber-sumber yang akan
digunakan oleh peneliti, sehingga latar belakang penulis, tahun terbit, penerbit
ditelusuri oleh peneliti agar dapat diketahui keasliannya. Kritik ekstern dilakukan
agar pernyataan dan kesaksian yang didapatkan dari informan mengenai eksistensi
sosial budaya petani kopi rakyat Kecamatan Silo Kabupaten Jember tahun 2000-
2017 sesuai berdasarkan fakta. Kritik intern dilakukam untuk menghindari
subjektivitas dari penulis. Dengan melakukan kritik intern untuk mengetahui
relevansi sumber yang digunakan, sehingga dapat diandalkan sebagai sumber
dalam penelitian.
Langkah ketiga dalam metode penelitian sejarah adalah interpretasi.
Interpretasi merupakan kesimpulan yang diuraikan berdasarkan sumber sejarah
yang telah diuji kebenarannya menggunakan kritik sumber (Sugiyanto, 2011:41).
Dapat diartikan interpretasi adalah menganalisis fakta-fakta yang terdapat pada
sumber sejarah, sehingga dapat diuraikan secara logis oleh peneliti dan menjadi
sebuah fakta sejarah yang kronologis.
Langkah keempat atau terakhir pada metode penelitian sejarah adalah
pemaparan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian sejarah harus
memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal hingga
akhir (Abdurahman, 2007:76). Historiografi merupakan tahap akhir dalam
penelitian sejarah yang disusun secara kronologis untuk menjaga mutu dari suatu
penelitian sejarah. Oleh sebab itu, dalam penyusunan historiografi harus
menggunakan bahasa yang baik sehingga dapat dimengerti serta menjelaskan apa
yang dikemukakan oleh peneliti dengan menyertakan bukti-bukti. Sehingga
nantinya akan menjadi sebuah karya tulis sejarah yang baik dan indah. “Eksistensi
Sosial Budaya Petani Kopi Rakyat Kecamatan Silo Tahun 2000 - 2017”
21
merupakan penelitian lapang, sehingga pembaca dapat menjadikan sebuah
pemahaman serta pengetahuan tentang kopi rakyat.
3.2 Sumber Penelitian
Sumber sejarah merupakan tiap bagian dari kesaksian dan setiap objek
yang dapat memberikan informasi atau keterangan mengenai kisah manusia pada
masa lampau (Sugiyanto, 2011:20). Karena penelitian ini tergolong penelitian
sejarah, maka sumber-sumber yangdigunakan adalah sumber sejarah. Sumber
lisan dan tulisan dibagi menjadi dua jenis, yakni : sumber primerdan sumber
sekunder (Gottschalk, 1985:35). Sumber-sumber yang akan digunakan oleh
penulis akan diuraikan sebagai berikut.
Latar belakang yang dimaksudkan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya kopi rakyat serta potensi Kecamatan Silo sebagai sentra
kopi rakyat di Kabupaten Jember digunakan sumber tulisan, dokumen dan lisan.
Sumber tulisan yakni berupa buku yang berjudul Paduan Budidaya dan
Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta karya Pudji Raharjo, Kopi Budidaya dan
Penanganan Lepas Panen karya Sri Najiyati dan Danarti, Budidaya Tanaman Kopi
karya AAK, Statisti perkebunan Indonesia oleh Kementrian Pertanian, Pedoman
Teknis Budidaya Kopi yang Baik karya Hadi dkk, Budidaya dan Pasca Panen
Kopi karya Bampang Prastowo. Sumber dokumen yang akan digunakan adalah
dokumen dari Kecamatan Silo khusunya tentang desa Sidomulyo, Garahan, Pace
dan Mulyorejo yang akan dijadikan objek penelitian di Kecamatan Silo. Sumber
lisan yang akan digunakan oleh penulis adalah keterangan dari Petani kopi rakyat
di desa Sidomulyo (Gedheng), Garahan (Yatim), Pace (Zaini) dan Mulyorejo
(Jupri) serta buruh kopi melalui wawancara guna mendapatkan keterangan dan
informasi serta data-data yang terdapat pada lembaga dan instansi yang
berhubungan dengan penelitian.
Menjawab rumusan yang kedua untuk mendeskripsikan sosial budaya
petani kopi rakyat dalam proses budidaya kopi di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember sumber yang digunakan oleh penulis adalah sumber lisan, dokumen,
tulisan dan pengamatan. Sumber tulisan yakni berupa buku yang berjudul Paduan
22
Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta karya Pudji Raharjo, Kopi
Budidaya dan Penanganan Lepas Panen karya Sri Najiyati dan Danarti, Budidaya
Tanaman Kopi karya AAK, Statisti perkebunan Indonesia oleh Kementrian
Pertanian, Pedoman Teknis Budidaya Kopi yang Baik karya Hadi dkk, Budidaya
dan Pasca Panen Kopi karya Bampang Prastowo. Sumber dokumen yang akan
digunakan adalah dokumen dari desa Sidomulyo, Garahan, Pace dan Mulyorejo
yang akan dijadikan objek penelitian di Kecamatan Silo. Sumber lisan yang akan
digunakan oleh penulis adalah keterangan dari Petani kopi rakyat di desa
Sidomulyo (Gedheng), Garahan (Yatim), Pace (Zaini) dan Mulyorejo (Jupri) serta
buruh kopi melalui wawancara guna mendapatkan keterangan dan informasi serta
data-data yang terdapat pada lembaga dan instansi yang berhubungan dengan
penelitian. Selanjutnya penulis menguraikan hasil penelitian berdasarkan
pengamatan di lapangan terkait dengan sosial budaya petani kopi rakyat dalam
budidaya kopi di Kecamatan Silo.
Mendeskripsikan nilai-nilai budaya dalam penanaman kopi rakyat di
Kecamatan Silo digunakan sumber lisan dan hasil pengamatan. Sumber lisan yang
akan digunakan oleh penulis adalah keterangan dari Petani kopi rakyat dan buruh
kopi melalui wawancara guna mendapatkan keterangan dan informasi.
Selanjutnya penulis menguraikan hasil penelitian berdasarkan pengamatan di
lapangan terkait dengan sosial budaya petani kopi rakyat dalam budidaya kopi di
Kecamatan Silo.
Rencana Sistematika skripsi dalam penelitian yang berjudul “Eksistensi
Petani Kopi Rakyat Kecamatan Silo Tahun 2000-2017” adalah penyusunan
peristiwa sejarah dalam bentuk karya ilmiah skripsi dengan sistematika penulisan
yang terdiri dari 7 bab. Bab 1 Pendahuluan yang berisi gambaran permasalahan,
ruang lingkup penelitian, tujuan serta manfaat penelitan. Selanjutnya bab 2
tinjauan pustaka berisi tentang penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan untuk membantu memudahkan penelitian
yang akan dilaksanakan. Bab 3 metode penelitian berisi tentang uraian singkat
metode penelitian sejarah, karena penelitian yang akan dilakukan tergolong
23
penelitian sejarah serta kritik sumber yang akan digunakan dalam penelitian
untuk menguji kelayakan sumber yang akan digunakan dalam penelitian.
Bab 4 berisi pembahasan latar belakang mengenai faktor yang mendorong
adanya kopi rakyat dan potensi yang ada di Kecamatn Silo sehingga menjadi
sentra kopi rakyat terbesar di Kabupaten Jember. Bab 5 sosial budaya petani kopi
rakyat dalam proses budidaya kopi rakyat di Kecamatan Silo tahun 2000-2017.
Bab 6 nilai-nilai budaya dalam penanaman kopi rakyat di Kecamatan Silo. Bab 7
penutup berisi simpulan berdasarkan hasil dari hasil penelitian serta saran sebagai
masukan yang membangun baik bagi pembaca maupun penelitian selanjutnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Sumber tertulis :
AAK.1988. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta : Kanisius.
Abdurahman, D. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media Group.
Abidin, Z. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persad.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1975. Kamus Besar Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
Direktorat Jendral Perkebuan. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia. Kementrian
Pertanian.
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Terjemahan oleh Nugroho
Notosusanto.1985. Jakarta : Yayasan penerbit Universitas Indonesia.
Hadi dkk. 2014. Pedoman Teknis Budidaya Kopiyang Baik (Good Agriculture
Practices/GAP on Coffe). Kementrian Pertanian Direktorat Jendral
Perkebunan.
Koentjaraningrat, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Kuntowijoyo. 1980. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Kuntowijoyo. 1995.Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Padmo, S. 2004. Bunga Rampai : Sejaarah Sosial-Ekonomi Indonesia.
Yogyakarta : Aditya Media.
Prastowo, B dkk Online. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Tidak ada.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral. 2016. Outlook
Kopi : Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan. Kementrian Pertanian.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekanto, S. 1993. Kamus Sosiologi. Jakarta : Raja Grafindo.
24
25
Soepeno, B. 2017. Fungsi dan Aplikasi : Teori dalam Penelitian Sosial. Jember
University Press.
Sri Najiyati dan Danarti. 2001. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Sugiyanto.2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Jember : Universitas Jember.
Supardan, D. 2013. Pengantar Ilmu Sosial : sebuah pendekatan kajian struktural.
Jakarta : Bumi Aksara.
Universitas Jember. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember University
Press.
Sumber lisan:
Wawancara dengan Jupri (Petani Kopi Rakyat desa Mulyorejo)
Wawancara dengan Gedheng (Petani Kopi Rakyat desa Sidomulyo)
Wawancara dengan Zaeni (Petani Kopi Rakyat desa Pace)
Wawancara dengan Yatim (Petani Kopi Rakyat desa Garahan)